ipi251847.pdf

12
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013 MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 25 Pelaksanaan Supervisi Akademik Pada Sma Negeri 3 Semarang Banun Sri Haksasi FIP IKIP Veteran Semarang Email : [email protected] ABSTRAK Peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting. Untuk meujudkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari peran serta Kepala sekolah, khususnya peran dalam bidang supervise akademik untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru dalam proses penbelajaran, hal ini perlu dilakukan megingat mutu pendidikan dan kualitas dalam proses pembelajaran merupakan salah satu core-bussines bidang pendidikan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) tingkat pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala sekolah di SMA Negeri 3 Semarang, (2) indikator pelaksanaan supervisi akademik yang belum optimal, dan (3) kondisi instrumen penunjang pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian menggunakan pendekatan expost facto. Teknik pengumulan data digunakan angket atau kuesioner dan data yang digunakan berupa data primer. Sampel diambil dengan menggunakan metode proportional simple random sampling diperoleh sampel sebanyak 73 orang guru. Alat analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang sudah berjalan dengan sangat baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau indikator yang berjalan dengan sangat baik adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang masih perlu ditingkatkan adalah: (a) kegiatan membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam proses pembelajaran, (b) membimbing guru untuk menentukan dan menyusun aspek keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa, dan (d) membina dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan hasil kinerjanya. Kata Kunci: Supevisi Akademik PENDAHULUAN Bidang pendidikan merupakan bidang yang sangat strategis dalam aspek pembentuk karakter sutatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisasi pendidikan saat ini (Mendiknas, 2010). Salah satu target strategis bidang pendidikan tahun 2025 adalah membentuk mayoritas bangsa Indonesia sebagai manusia insan kamil, yaitu insan yang cerdas komprehensip dan kompetitif.

Transcript of ipi251847.pdf

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 25

    Pelaksanaan Supervisi Akademik Pada Sma Negeri 3 Semarang

    Banun Sri Haksasi FIP IKIP Veteran Semarang

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting. Untuk meujudkan profesionalitas guru

    dalam proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari peran serta Kepala sekolah, khususnya

    peran dalam bidang supervise akademik untuk meningkatkan kompetensi dan

    profesionalitas guru dalam proses penbelajaran, hal ini perlu dilakukan megingat mutu

    pendidikan dan kualitas dalam proses pembelajaran merupakan salah satu core-bussines

    bidang pendidikan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) tingkat

    pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala sekolah di SMA Negeri 3

    Semarang, (2) indikator pelaksanaan supervisi akademik yang belum optimal, dan (3)

    kondisi instrumen penunjang pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian

    menggunakan pendekatan expost facto. Teknik pengumulan data digunakan angket atau

    kuesioner dan data yang digunakan berupa data primer. Sampel diambil dengan

    menggunakan metode proportional simple random sampling diperoleh sampel sebanyak 73

    orang guru. Alat analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. Hasil analisis

    yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3

    Semarang sudah berjalan dengan sangat baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau

    36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau indikator yang berjalan dengan sangat baik

    adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam

    proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang masih perlu ditingkatkan adalah: (a)

    kegiatan membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur

    dalam proses pembelajaran, (b) membimbing guru untuk menentukan dan menyusun

    aspek keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil

    kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil

    belajar siswa, dan (d) membina dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan

    hasil penilaian untuk meningkatkan hasil kinerjanya.

    Kata Kunci: Supevisi Akademik

    PENDAHULUAN

    Bidang pendidikan merupakan bidang yang sangat strategis dalam aspek pembentuk

    karakter sutatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan yang

    memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional akan menjadi daya tawar tersendiri

    dalam era globalisasi pendidikan saat ini (Mendiknas, 2010). Salah satu target strategis

    bidang pendidikan tahun 2025 adalah membentuk mayoritas bangsa Indonesia sebagai

    manusia insan kamil, yaitu insan yang cerdas komprehensip dan kompetitif.

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 26

    Supervisi yang dilaksanakan secara profesional ditujukan pada aspek akademik

    berupa bantuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

    kemampuan profesional guru dan dapat memperbaiki mutu pembelajaran yang dilakukan

    oleh guru. Pengawasan atau supervisi yang dilakukan di lingkungan persekolahan selama

    ini menunjukkan seolah-olah menekankan pada segi fisik, pengelolaan dana, pegawai

    bangunan, dan alat fasilitas fisik lainnya. Sedangkan pengawasan pada sistem

    pembelajaran masih kurang perhatian, hal ini merupakan kendala bagi upaya peningkatan

    mutu pendidikan dan pengajaran.

    Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan yang dituangkan dalam visi Kemendiknas,

    yaitu terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk insan

    Indonesia cerdas komprehensip memerlukan upaya pembaharuan sekolah secara global

    dalam berbagai aspek, termasuk aspek supervisi akademik.

    SMA Negeri 3 Semarang merupakan salah satu sekolah berstatus RSBI/SBI. Program

    ini merupakan salah satu program dari kebijakan pemerintah yang menuntut perubahan

    secara mendasar. Perubahan di bidang supervisi akademik yang sesuai dengan tuntutan

    visi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional maupun Sekolah Bertaraf Internasional sangat

    diperlukan, sehingga pengembangan model supervisi akademik dengan visi tersebut

    merupakan suatu keniscayaan yang tak terbantahkan.

    Berbagai upaya dalam menangani krisis pendidikan nasional yang bermutu rendah

    telah dilakukan, namun belum menyentuh permasalahan mendasar atau core bussines-nya,

    yaitu penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani oleh guru masih relatif rendah dan

    memprihatinkan. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, bahkan

    merupakan ujung tombak keberhasilan dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.

    Menurut Winarno (2004) guru merupakan penjamin kualitas pendidikan yang sesungguhnya.

    Dalam hal ini prioritas perbaikan kualitas guru sebagai ujung tombak keberhasilan adalah

    paling mendasar, disamping komponen lain dalam proses pembelajaran. Masalah mutu

    pembelajaran ini berhubungan erat dengan pengawasan profesional.

    Pengawasan profesional bertujuan meningkatkan kemampuan mengajar disebut

    supervisi pendidikan (Sutisna, 2002). Substansi pengawasan ini adalah kegiatan supervisi

    yaitu kegiatan untuk membina sekolah dan gurunya. Hasil penelitian menunjukan bahwa

    pelaksanaan supervisi di sekolah belum memberikan kontribusi yang memadai untuk

    meningkatkan mutu layanan pembelajaran. Temuan lain juga menunjukkan bahwa

    supervisor tidak memberikan bantuan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran, yang diakibatkan karena pihak supevisor tidak menguasai teknik supervisi

    dengan benar (Sagala, 2010).

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 27

    Implementasi sistem supervisi yang kondusif dan terpadu memerlukan sistem tingkah

    laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem

    perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana serta

    aktualisasi kesempatan belajar siswa, sehingga dapat mengembangkan situasi

    pembelajaran yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

    Supervisor dalam melaksanakan supervisi mempunyai tanggung jawab untuk

    membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran dan membantu mengatasi kesulitan

    guru dalam pembelajaran. Supervisor yang kompetibel mampu menempatkan model

    pembelajaran dengan tepat, menggunakan metode pembelajaran secara efektif dan

    menggunakan teknik mengajar yang di susun dalam alur dan phase yang jelas.

    Indikator keberhasilan supervisor adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang

    ditandai dengan pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat berarti dan

    meningkatkan kualitas hasil belajar menjadi lebih kompetitif (Sagala, 2010).

    PEMBAHASAN

    A. Konsep Supervisi Pendidikan

    Konsep supervisi pendidikan merupakan suatu prosedur dalam memberikan

    pengarahan dan evaluasi serta penilaian secara kritis terhadap proses pembelajaran,

    memberikan pelayanan terhadap kebutuhan pokok guru agar berkembang secara

    profesional (Sahertian, 2008). Konsep supervisi pendidikan lebih dititikberatkan pada

    supervisi pembelajaran, sehinggga diharapkan proses pembelajaran dapat terlaksana

    dengan baik, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

    Supervisi pembelajaran merupakan sistem tingkah laku formal yang dipersiapkan

    oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku mengajar dengan cara

    memelihara, mengubah dan memperbaikai rencana serta aktualisasi kesempatan belajar

    siswa (Sagala, 2010). Menurut Kimbal Wiles dan Towel (1989) supervisi pembelajaran

    bukan semata-mata untuk mengontrol kinerja guru, melainkan perlu adanya sumbang

    saran serta perbaikan guna meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

    Dalam konsep pengembangan model supervisi pembelajaran, bertitiktolak pada

    tercapainya fungsi utama supervisi yaitu membina program pengajaran yang ada sebaik-

    baiknya agar dapat merubah pola pikir supervisor yang otokrat dan korektif, menjadi

    sikap yang konstruktif dan kreatif. Kualitas kepemimpinan supervisor menentukan

    berhasil tidaknya pencapaian tujuan supervisi (Sagala, 2010). Supervisor bertindak atas

    dasar data hasil kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan guru

    dalam mengajar dan ditindaklanjuti dengan mencari solusi serta cara-cara memperbaiki

    untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 28

    B. Supervisi Akademik

    Permasalahan mendasar atau core bussiness rendahnya mutu pendidikan,

    khususnya kualitas penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani oleh guru masih

    memerlukan inovasi model pelaksanakan supervisi pembelajaran sebagai titik berat

    dalam supervisi pendidikan. Menurut Syaiful Sagala (2010) kegiatan supervisi

    pembelajaran adalah layanan yang diberikan kepada guru yang bertujuan untuk

    menghasilkan perbaikan pembelajaran dan kurikulum (Neagley and Evan, 1980).

    Supervisor bertindak berdasarkan data hasil penelitian dan mencari solusi dengan cara

    mengkondisikan dirinya menjadi salah satu angggota tim dengan guru dalam perbaikan

    proses pembelajaran.

    Dalam setting kebijakan pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam era otonomi

    pendidikan, menempatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran merupakan ujung

    tombak keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan dengan hal

    tersebut maka pejabat terkait mulai dari tingkat provinsi sampai dengan pengawas tingkat

    satuan pendidikan harus memahami: (1) secara benar esensi supervisi pendidikan dan

    mengetahui manfaatnya bagi peningkatan mutu pendidikan, (2) guru memerlukan

    bantuan teknis bidang pembelajaran melalui kegiatan supervisi, dan (3) pemerintah

    memerlukan laporan yang akurat mengenai kualitas pembelajaran di kelas dan

    kebutuhan lainnya melalui kegiatan supervisi (Sagala, 2010).

    Pengetahuan tentang supervisi dan keyakinan supervisor dalam menjalankan

    tugasnya merupakan modal dasar baik bagi supervisor maupun guru dalam

    merencanakan dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mencapai tujuan, yaitu

    perbaikan mutu pembelajaran, sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan antara

    pandangan normatif dan deskriptif yang merupakan problematika utama dalam

    pelaksanaan supervisi pem-belajaran (Mulyasa, 2004).

    Telah disinggung bahwa pengawasan profesional bertujuan meningkatkan

    kemampuan mengajar disebut supervisi pendidikan (Sutisna, 2002). Substansi

    pengawasan ini adalah kegiatan supervisi yaitu kegiatan untuk membina sekolah dan

    gurunya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan supervisi di sekolah belum

    memberikan kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran.

    Temuan penelitian lain menunjukkan bahwa supervisor tidak memberikan bantuan

    mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yang diakibatkan karena

    pihak supevisor tidak menguasai teknik supervisi dengan benar (Sagala, 2010).

    Implementasi sistem supervisi yang kondusif dan terpadu memerlukan sistem

    tingkah laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan

    sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 29

    serta aktualisasi kesempatan belajar siswa, sehingga dapat mengembangkan situasi

    belajar mengajar yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

    Supervisor dalam melaksanakan supervisi mempunyai tanggung jawab untuk

    membantu memecahkan masalah pengajaran dan membantu mengatasi kesulitan guru

    dalam pembelajaran. Supervisor yang kompetibel mampu menempatkan model pem-

    belajaran dengan tepat, menggunakan metode pembelajaran secara efektif dan meng-

    gunakan teknik mengajar yang disusun dalam alur dan phase yang jelas. Indikator

    keberhasilan supervisor adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan

    pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat berarti dan meningkatkan kualitas

    hasil belajar menjadi lebih kompetitif (Sagala, 2010).

    Selain itu kajian ini penting dilakukan untuk menghasilkan karya ilmiah tentang

    pelaksanaan supervisi akademik yang dimodifikasi dengan pola supervisi sekolah

    berstandar RSBI/SBI yang normatif. Pengembangan model supervisi akademik yang

    tepat sangat penting guna mengatasi permasalahan mendasar di bidang pendidikan,

    bajkan berskala nasional yaitu rendahnya mutu dan kualiatas pendidikan di Indonesia,

    yang diakibatkan oleh carut-marutnya pengelolaan sistem pendidikan di negara ini.

    Dinas Pendidikan Kota Semarang dan pejabat terkait mempunyai tanggung jawab

    untuk memperbaiki regulasi bidang pendidikan, khususnya model supervisi akademik

    exsisting yang masih belum normatif dan berakibat pada rendahnya mutu dan kualitas

    pembelajaran sebagai core-bussines bidang pendidikan. Implementasi pengembangan

    model supervisi akademik existing memerlukan data awal tentang pelaksanaan supervisi

    akademik yang sudah dilaksanakan.

    Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan Nurtain (1989), dikemukakan

    bahwa kepala sekolah sebagai supervisor dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk

    membantu guru-guru dalam perbaikan pembelajaran, terutama membantu dalam

    menyelesaikan masalah-masalah dalam kelas. Selain itu menurut Kimbrough dan

    Burkett (1990) menjelaskan bahwa kemampuan kepala sekolah di antaranya mampu

    berkomonikasi dengan guru maupun dengan pihak lain, mampu menilai kinerja guru,

    menganalisis masalah, mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

    Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa dalam menjalankan tugas kepala sekolah

    harus memiliki keterampilan dan seni dalam hubungan antar manusia serta penguasaan

    aspek-aspek teknis dan substantif, sehingga dapat membimbing dan memberi petunjuk

    bagi seluruh anggota termasuk guru dalam mencapai tujuan.

    Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala sekolah

    harus memiliki kompetensi supervisi yaitu meliputi: merencanakan, melaksanakan,

    menindaklanjuti hasil supervisi. Adapun menurut Frederik Hersberg (1992) menyatakan

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 30

    bahwa semangat kerja guru dalam pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor

    ketidakpuasan diantaranya, hubungan antar pribadi dengan atasan (konselor), sehingga

    diharapkan Kepala sekolah dapat memahami faktor-faktor yang dapat memotivasi kerja

    para karyawan. Sedangkan Handoko (1992) menjelaskan faktor-faktor pemeliharaan

    sebagai faktor negatif dapat mengurangi dan menghilangkan ketidakpuasan kerja

    (dissatisfiers) serta menghindarkan masalah.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswadmaja (1997) menyimpulkan bahwa

    prestasi belajar yang dicapai oleh siswa banyak tergantung pada disiplin kerja guru

    dalam kegiatan proses pembelajaran. Makin tinggi disiplin kerja yang dilakukan maka

    makin tinggi pula pencapaian prestasi belajar siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan

    oleh Siti uminah Surya tentang pendekatan supervisi terhadap guru sebagai fungsi

    kepala sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran menyimpulkan adanya

    kesinambungan antara tindakan perilaku supervisi kepala sekolah dengan perilaku guru

    dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

    Hasil penelitian lain tentang efektivitas supervisi yang dilakukan oleh Abu Syairi

    (2010) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi guru dipengaruhi oleh efektivitas

    supervisi yang dilakukan oleh pengawas/supervisor. Kesimpulan lain dari penelitian

    tersebut juga menjelaskan bahwa efektivitas supervisi yang dilakukan oleh pengawas

    mempengaruhi disiplin kerja guru dan produktivitas sekolah.

    C. Kompetensi dan Tugas Pokok serta Fungsi Supervisor

    Pengetahuan tentang supervisi dan keyakinan supervisor dalam menjalankan

    tugasnya merupakan modal dasar baik bagi supervisor maupun guru dalam

    merencanakan dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mencapai tujuan yaitu

    perbaikan mutu pembelajaran, sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan antara

    pandangan normatif dan deskriptif yang merupakan problematik utama dalam

    pelaksanaan supervisi pem-belajaran/akademik (Mulyasa, 2004).

    Selain modal dasar di atas, seorang supervisor dapat melaksanakan tugas pokok

    dan fungsinya dengan baik. Menurut Syaiful Sagala (2010); agar dapat melaksanakan

    tugas dan fungsinya dengan baik, kususnya meningkatkan mutu pembelajaran seorang

    supervisor, maka diperlukan kompetensi terutama dimensi supervisi akademik dengan

    kompetensi utama sebagai berikut:

    1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan per-

    kembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang pengembangnan/mata

    pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;

    2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan kecenderungan per-

    kembangan proses pembelajaran tiap bidang pengembangan mata pelajaran

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 31

    menengah yang termasuk dalam rumpunnya;

    3. Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang sesuai, berdasarkan

    standar kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang pengembangan mata

    pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;

    4. Membimbing guru dalam menyususn silabus tiap bidang pengembangan mata

    pelajaran sekolah menengah yang termasuk rumpunnya berlandaskan standar isi,

    standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip pengembangan

    KTSP;

    5. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/teknik dalam memecahkan masalah

    pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengemabangan mata pelajran sekolah

    menengah yang termasuk dalam rumpunnya;

    6. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metoda/teknik pem-

    belajaran yang dapat mengembangkan berbagai poteansi peserta didik melalui

    bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk

    rumpunnya;

    7. Membimbing guru dalam menyususn rencana pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang

    pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam

    rumpunnya;

    8. Membimbing guru dalam memililh dan menggunakan media pendidikan yang sesuai

    untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah

    yang termasuk dalam rumpunnya;

    9. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran tiap

    bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam

    rumpunnya;

    10. Membimbing guru dalam melaksanakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang

    telah direncakan untuk tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah

    menengah dalam rumpunnya;

    11. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (di kelas,

    laboratorium dan/atau di lapangan untuk mengembangkan potensi peserta didik

    pada tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk

    dalam rumpunnya;

    12. Membimbing guru dalam merefleksikan hasil yang dicapai, kekuatan, kelemahan dan

    hambatan yang dialami dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan; dan

    13. Membantu guru dalam mengelola, merawat mengembangkan dan memanfaatkan

    fasilitas pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah menengah

    yang termasuk dalam rumpunnya.

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 32

    Beberapa kompetensi utama yang termasuk dalam evaluasi pendidikan dan sangat

    terkait dengan tupoksi supervisor dalam supervisi akademik adalah:

    1. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting di nilai untuk tiap

    bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;

    2. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator keberhasilan pem-

    belajaran tiap bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;

    3. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan

    yang menjadi binaannya;

    4. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap bidang

    pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;

    5. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk keperluan akreditasi

    sekolah;

    6. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja sekolah, kinerja sekolah, dan

    kinerja guru;

    7. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa

    serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan; dan

    8. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan

    dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam

    rumpunnya.

    Menurut Hersey dan Blancard (1992); supervisor pembelajaran pada hakikatnya

    adalah seorang manager, dalam hal ini supervisor selalu berusaha menggunakan ilmu

    pengetahuan untuk memahami dan mengendalikan perilaku dirinya maupun perilaku guru

    yang dibinanya. Faktor manusia mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan

    supervisi akademik. Dikemukakan lebih lanjut oleh Hersey dan Blancard (1992) bahwa

    indikator keberhasilan supervisi yang dilakukan akan tampak apabila perilaku supervisor

    dan guru dalam melaksanakan tugasnya senantiasa mengindikasikan peningkatan

    kualitas pelayanan belajar yang diterima peserta didik. Oleh karena itu supervisor dan

    guru yang mempunyai komitment tinggi tentang pembelajaran yang berkualitas akan

    memiliki sifat- sifat kepribadian yang diterima dalam pergaulan sesama kerabat kerja,

    karena memiliki sifat sesuai profesi dengan cara menjaga etik pekerjaan dan kualitas

    hasil kerjanya.

    Maryono (2011) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu

    yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah segala sesuatu

    yang dilakukan sekolah untuk memelihara atau mengubah yang dilakukan sekolah

    dengan cara langsung memengaruhi proses pembelajaran dalam usaha meningkatkan

    proses belajar siswa.

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 33

    Adapun menurut Alfonso dalam Sahertian (2008); supervisi pengajaran adalah

    tindak lanjut pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh

    terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan

    untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Uraian tentang supervisi yang

    disebutkan di atas berfokus pada: (1) perilaku supervisor, (2) dalam membantu guru-

    guru, (3) tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar siswa.

    D. Peran Khusus Supervisor

    Supervisor yang profesional adalah supervisor yang mampu mengatasi kesulitan

    guru dan mampu membantu meningkatkan kualitas mengajar guru. Kemampuan

    supervisor hendaknya di atas rata-rata kemampuan guru, baik dalam penguasaan materi

    pelajaran, pengembangan kurikulum, penggunaan model dan strategi serta metoda

    pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan kemampuan

    memecahkan masalah pembelajaran.

    Kepala sekolah sebagai supervisor, menurut Kementerian Pendidikan Nasional

    adalah melaksanakan supervisi pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah hendaknya

    memiliki peran khusus sebagai:

    1. Patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran serta

    bimbingan di sekolah atau madrasah binaannya;

    2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di

    sekolah/madrasah binaannya;

    3. Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya;

    4. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah; dan

    5. Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di

    sekolah.

    E. Sasaran Supervisi Akademik

    Adapun sasaran supervisi akademik menurut Kemendiknas (2010) adalah sebagai

    berikut:

    1. Merencanakan kegiatan pembelajaran dan/atau bimbingan;

    2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan

    3. Menilai proses dan hasil pembelajaran;

    4. Memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan layanan pembelajaran/

    bimbingan;

    5. Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur secara terus-menerus pada

    peserta didik;

    6. Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;

    7. Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik;

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 34

    8. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan;

    9. Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan

    bimbingan;

    10. Memanfaatkan sumber-sumber belajar;

    11. Mengembangkan interaksi pembelajaran (metode, strategi, teknik, model,

    pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdayaguna; dan

    12. Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan dan

    mengembangkan inovasi pembelajaran/ bimbingan.

    F. Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMA Negeri 3 Semarang

    Pelaksanaan supervisi akademik pada sekolah yang diteliti diukur dengan 5 (lima)

    indikator variabel. Dari kelima indikator yang diukur tersebut ada 1 (satu) indikator yang

    pelaksanaannya sudah berjalan sangat baik, yaitu indikator variabel cara guru dalam

    memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran

    yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari seluruh responden yang berjumlah 73

    orang/guru. Adapun indikator yang termasuk dalam kategori baik ada 4 (empat), yaitu:

    (1) frekuensi kepala sekolah sebagai supervisor akademik dalam melakukan kegiatan

    membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam

    proses pembelajaran (silabus, tujuan, metode, RPP, media, teknologi informasi,

    laboratorium, kualitas pembelajaran, dan merefleksi hasil) dengan skor yang diperoleh

    dari 36 orang atau 49,32%, (2) pelaksanaan supervisi akademik dalam membimbing

    guru untuk menentukan dan menyusun aspek, kriteria dan indikator keberhasilan

    pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai

    kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah

    yang dikemukakan oleh 25 orang atau 34,25% merespon dengan baik, (3) pelaksanaan

    supervisi dalam kegiatan memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan

    dan hasil belajar siswa dikemukakan oleh 31 orang responden atau 42,47%, ini berarti

    menjelaskan bahwa supervisor sering melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan

    kurikulum dan pembelajaran serta sering memantau pelaksnaan bimbingan dan hasil

    belajar siswa, dan (4) pelaksanaan supervisi akademik jika dilihat dari indikator membina

    dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk

    meningkatkan hasil kinerjanya termasuk dalam kategori baik, karena sebanyak 41

    responden atau 56,16% menyatakan pelaksanaan kegiatan supervisi dalam membina

    dan memberikan saran kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya termasuk sering

    dilakukan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah.

    Analisis tentang indikator variabel pengukur pelaksanaan supervisi akademik di

    sekolah yang diteliti mengambarkan bahwa perlu peningkatan dalam aspek pelaksanaan

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 35

    supervise pada kegiatan membimbing guru dalam menentukan dan menyusun aspek.

    Kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam

    melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data

    hasil penilaian hasil kinerja sekolah, karena pelaksanaan aspek ini merupakan aspek

    esensial, terutama dalam menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran dan dalam

    menilai kemampuan guru. Hasil dari evaluasi aspek ini dapat dijadikan dasar dalam

    menyusun kebijakan perubahan atau pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang

    bersangkutan.

    Aspek lain yang masih harus ditingkatkan pelaksanaan supervisi akademik adalah

    indikator variabel memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, proses

    pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang Kepala sekolah harus dapat

    menguasai seluruh bidang ilmu dari proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah

    yang dipimpinnya, dalam hal ini serumpun atau sejalur dengan bidang ilmunya. Dua

    indikator variabel yang masih perlu ditingkatkan ini diharapkan dapat mengeliminir

    persoalan core bussines bidang pendidikan, yaitu rendahnya mutu pendidikan di

    Indonesia.

    Kendala-kendala yang dihadapi lainnya adalah beban kerja Kepala sekolah sebagai

    supervisor akademik, masih dibebani dengan beban untuk melaksanakan supervisi

    dalam aspek administrasi manajerial yang cukup menyita waktu, tenaga dan pikiran

    seorang supervisor. Strategi pengelolaan dan pendelegasian wewenang kepada team

    supervisor di setiap tahun pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan

    supervisi akademik secara berkesinambungan.

    PENUTUP

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan bahwa (1)

    pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang sudah berjalan dengan sangat

    baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau

    indikator yang berjalan dengan baik adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip,

    teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang

    masih perlu ditingkatkan adalah: (a) kegiatan membimbing guru dalam menentukan,

    menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam proses pembelajaran, (b) membimbing

    guru untuk menentukan dan menyusun aspek keberhasilan pembelajaran, menilai

    kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah

    dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan

    kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa, dan (d) membina dan

  • Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013

    MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 36

    memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan

    hasil kinerjanya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abu Syairi, 2010, Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah, Peran Komite Sekolah dan

    Efektivitas Supervisi Pengawas terhadap motivasi berprestasi, disiplin kerja

    guru dan produktivitas sekolah, Disertasi S3-PPS UNNES, Semarang.

    Burhan Bungin, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke

    Arah Ragam Varian Konteporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    Dadang Suhardan, 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam meningkatkan mutu

    pembelajaran di Era Otonomi Daerah, bandung: Alfabeta.

    E. Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implemen-tasi,

    Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Engkos Mulyasa, 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan

    Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Sergio Vanni, Thomas.J, 1991, Principalship: A Reflektif, Practice, Perspectif,

    Massachusetts: Allyn and Bacon.

    Sri Banun Muslim, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme

    Guru, Bandung: Alfabeta.

    Sugiono, 2010, Metoda Penelitian Pendidikan: Metoda Kuantitatif, Kualitatif, R&D,

    Bandung: Alfabeta.

    Syaiful Sagala, 2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Alfabeta,

    Bandung.

    Piet Sahertian A, 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka

    Pengembangan Sumberdaya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.