Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 25
Pelaksanaan Supervisi Akademik Pada Sma Negeri 3 Semarang
Banun Sri Haksasi FIP IKIP Veteran Semarang
Email : [email protected]
ABSTRAK
Peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting. Untuk meujudkan profesionalitas guru
dalam proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari peran serta Kepala sekolah, khususnya
peran dalam bidang supervise akademik untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalitas guru dalam proses penbelajaran, hal ini perlu dilakukan megingat mutu
pendidikan dan kualitas dalam proses pembelajaran merupakan salah satu core-bussines
bidang pendidikan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) tingkat
pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala sekolah di SMA Negeri 3
Semarang, (2) indikator pelaksanaan supervisi akademik yang belum optimal, dan (3)
kondisi instrumen penunjang pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian
menggunakan pendekatan expost facto. Teknik pengumulan data digunakan angket atau
kuesioner dan data yang digunakan berupa data primer. Sampel diambil dengan
menggunakan metode proportional simple random sampling diperoleh sampel sebanyak 73
orang guru. Alat analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. Hasil analisis
yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3
Semarang sudah berjalan dengan sangat baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau
36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau indikator yang berjalan dengan sangat baik
adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam
proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang masih perlu ditingkatkan adalah: (a)
kegiatan membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur
dalam proses pembelajaran, (b) membimbing guru untuk menentukan dan menyusun
aspek keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil
kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil
belajar siswa, dan (d) membina dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan
hasil penilaian untuk meningkatkan hasil kinerjanya.
Kata Kunci: Supevisi Akademik
PENDAHULUAN
Bidang pendidikan merupakan bidang yang sangat strategis dalam aspek pembentuk
karakter sutatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan yang
memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional akan menjadi daya tawar tersendiri
dalam era globalisasi pendidikan saat ini (Mendiknas, 2010). Salah satu target strategis
bidang pendidikan tahun 2025 adalah membentuk mayoritas bangsa Indonesia sebagai
manusia insan kamil, yaitu insan yang cerdas komprehensip dan kompetitif.
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 26
Supervisi yang dilaksanakan secara profesional ditujukan pada aspek akademik
berupa bantuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kemampuan profesional guru dan dapat memperbaiki mutu pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Pengawasan atau supervisi yang dilakukan di lingkungan persekolahan selama
ini menunjukkan seolah-olah menekankan pada segi fisik, pengelolaan dana, pegawai
bangunan, dan alat fasilitas fisik lainnya. Sedangkan pengawasan pada sistem
pembelajaran masih kurang perhatian, hal ini merupakan kendala bagi upaya peningkatan
mutu pendidikan dan pengajaran.
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan yang dituangkan dalam visi Kemendiknas,
yaitu terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk insan
Indonesia cerdas komprehensip memerlukan upaya pembaharuan sekolah secara global
dalam berbagai aspek, termasuk aspek supervisi akademik.
SMA Negeri 3 Semarang merupakan salah satu sekolah berstatus RSBI/SBI. Program
ini merupakan salah satu program dari kebijakan pemerintah yang menuntut perubahan
secara mendasar. Perubahan di bidang supervisi akademik yang sesuai dengan tuntutan
visi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional maupun Sekolah Bertaraf Internasional sangat
diperlukan, sehingga pengembangan model supervisi akademik dengan visi tersebut
merupakan suatu keniscayaan yang tak terbantahkan.
Berbagai upaya dalam menangani krisis pendidikan nasional yang bermutu rendah
telah dilakukan, namun belum menyentuh permasalahan mendasar atau core bussines-nya,
yaitu penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani oleh guru masih relatif rendah dan
memprihatinkan. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, bahkan
merupakan ujung tombak keberhasilan dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.
Menurut Winarno (2004) guru merupakan penjamin kualitas pendidikan yang sesungguhnya.
Dalam hal ini prioritas perbaikan kualitas guru sebagai ujung tombak keberhasilan adalah
paling mendasar, disamping komponen lain dalam proses pembelajaran. Masalah mutu
pembelajaran ini berhubungan erat dengan pengawasan profesional.
Pengawasan profesional bertujuan meningkatkan kemampuan mengajar disebut
supervisi pendidikan (Sutisna, 2002). Substansi pengawasan ini adalah kegiatan supervisi
yaitu kegiatan untuk membina sekolah dan gurunya. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan supervisi di sekolah belum memberikan kontribusi yang memadai untuk
meningkatkan mutu layanan pembelajaran. Temuan lain juga menunjukkan bahwa
supervisor tidak memberikan bantuan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, yang diakibatkan karena pihak supevisor tidak menguasai teknik supervisi
dengan benar (Sagala, 2010).
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 27
Implementasi sistem supervisi yang kondusif dan terpadu memerlukan sistem tingkah
laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem
perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana serta
aktualisasi kesempatan belajar siswa, sehingga dapat mengembangkan situasi
pembelajaran yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
Supervisor dalam melaksanakan supervisi mempunyai tanggung jawab untuk
membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran dan membantu mengatasi kesulitan
guru dalam pembelajaran. Supervisor yang kompetibel mampu menempatkan model
pembelajaran dengan tepat, menggunakan metode pembelajaran secara efektif dan
menggunakan teknik mengajar yang di susun dalam alur dan phase yang jelas.
Indikator keberhasilan supervisor adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang
ditandai dengan pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat berarti dan
meningkatkan kualitas hasil belajar menjadi lebih kompetitif (Sagala, 2010).
PEMBAHASAN
A. Konsep Supervisi Pendidikan
Konsep supervisi pendidikan merupakan suatu prosedur dalam memberikan
pengarahan dan evaluasi serta penilaian secara kritis terhadap proses pembelajaran,
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan pokok guru agar berkembang secara
profesional (Sahertian, 2008). Konsep supervisi pendidikan lebih dititikberatkan pada
supervisi pembelajaran, sehinggga diharapkan proses pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Supervisi pembelajaran merupakan sistem tingkah laku formal yang dipersiapkan
oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku mengajar dengan cara
memelihara, mengubah dan memperbaikai rencana serta aktualisasi kesempatan belajar
siswa (Sagala, 2010). Menurut Kimbal Wiles dan Towel (1989) supervisi pembelajaran
bukan semata-mata untuk mengontrol kinerja guru, melainkan perlu adanya sumbang
saran serta perbaikan guna meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Dalam konsep pengembangan model supervisi pembelajaran, bertitiktolak pada
tercapainya fungsi utama supervisi yaitu membina program pengajaran yang ada sebaik-
baiknya agar dapat merubah pola pikir supervisor yang otokrat dan korektif, menjadi
sikap yang konstruktif dan kreatif. Kualitas kepemimpinan supervisor menentukan
berhasil tidaknya pencapaian tujuan supervisi (Sagala, 2010). Supervisor bertindak atas
dasar data hasil kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan guru
dalam mengajar dan ditindaklanjuti dengan mencari solusi serta cara-cara memperbaiki
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 28
B. Supervisi Akademik
Permasalahan mendasar atau core bussiness rendahnya mutu pendidikan,
khususnya kualitas penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani oleh guru masih
memerlukan inovasi model pelaksanakan supervisi pembelajaran sebagai titik berat
dalam supervisi pendidikan. Menurut Syaiful Sagala (2010) kegiatan supervisi
pembelajaran adalah layanan yang diberikan kepada guru yang bertujuan untuk
menghasilkan perbaikan pembelajaran dan kurikulum (Neagley and Evan, 1980).
Supervisor bertindak berdasarkan data hasil penelitian dan mencari solusi dengan cara
mengkondisikan dirinya menjadi salah satu angggota tim dengan guru dalam perbaikan
proses pembelajaran.
Dalam setting kebijakan pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam era otonomi
pendidikan, menempatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran merupakan ujung
tombak keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan dengan hal
tersebut maka pejabat terkait mulai dari tingkat provinsi sampai dengan pengawas tingkat
satuan pendidikan harus memahami: (1) secara benar esensi supervisi pendidikan dan
mengetahui manfaatnya bagi peningkatan mutu pendidikan, (2) guru memerlukan
bantuan teknis bidang pembelajaran melalui kegiatan supervisi, dan (3) pemerintah
memerlukan laporan yang akurat mengenai kualitas pembelajaran di kelas dan
kebutuhan lainnya melalui kegiatan supervisi (Sagala, 2010).
Pengetahuan tentang supervisi dan keyakinan supervisor dalam menjalankan
tugasnya merupakan modal dasar baik bagi supervisor maupun guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mencapai tujuan, yaitu
perbaikan mutu pembelajaran, sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan antara
pandangan normatif dan deskriptif yang merupakan problematika utama dalam
pelaksanaan supervisi pem-belajaran (Mulyasa, 2004).
Telah disinggung bahwa pengawasan profesional bertujuan meningkatkan
kemampuan mengajar disebut supervisi pendidikan (Sutisna, 2002). Substansi
pengawasan ini adalah kegiatan supervisi yaitu kegiatan untuk membina sekolah dan
gurunya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan supervisi di sekolah belum
memberikan kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran.
Temuan penelitian lain menunjukkan bahwa supervisor tidak memberikan bantuan
mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yang diakibatkan karena
pihak supevisor tidak menguasai teknik supervisi dengan benar (Sagala, 2010).
Implementasi sistem supervisi yang kondusif dan terpadu memerlukan sistem
tingkah laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan
sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 29
serta aktualisasi kesempatan belajar siswa, sehingga dapat mengembangkan situasi
belajar mengajar yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
Supervisor dalam melaksanakan supervisi mempunyai tanggung jawab untuk
membantu memecahkan masalah pengajaran dan membantu mengatasi kesulitan guru
dalam pembelajaran. Supervisor yang kompetibel mampu menempatkan model pem-
belajaran dengan tepat, menggunakan metode pembelajaran secara efektif dan meng-
gunakan teknik mengajar yang disusun dalam alur dan phase yang jelas. Indikator
keberhasilan supervisor adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan
pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat berarti dan meningkatkan kualitas
hasil belajar menjadi lebih kompetitif (Sagala, 2010).
Selain itu kajian ini penting dilakukan untuk menghasilkan karya ilmiah tentang
pelaksanaan supervisi akademik yang dimodifikasi dengan pola supervisi sekolah
berstandar RSBI/SBI yang normatif. Pengembangan model supervisi akademik yang
tepat sangat penting guna mengatasi permasalahan mendasar di bidang pendidikan,
bajkan berskala nasional yaitu rendahnya mutu dan kualiatas pendidikan di Indonesia,
yang diakibatkan oleh carut-marutnya pengelolaan sistem pendidikan di negara ini.
Dinas Pendidikan Kota Semarang dan pejabat terkait mempunyai tanggung jawab
untuk memperbaiki regulasi bidang pendidikan, khususnya model supervisi akademik
exsisting yang masih belum normatif dan berakibat pada rendahnya mutu dan kualitas
pembelajaran sebagai core-bussines bidang pendidikan. Implementasi pengembangan
model supervisi akademik existing memerlukan data awal tentang pelaksanaan supervisi
akademik yang sudah dilaksanakan.
Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan Nurtain (1989), dikemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai supervisor dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk
membantu guru-guru dalam perbaikan pembelajaran, terutama membantu dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam kelas. Selain itu menurut Kimbrough dan
Burkett (1990) menjelaskan bahwa kemampuan kepala sekolah di antaranya mampu
berkomonikasi dengan guru maupun dengan pihak lain, mampu menilai kinerja guru,
menganalisis masalah, mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa dalam menjalankan tugas kepala sekolah
harus memiliki keterampilan dan seni dalam hubungan antar manusia serta penguasaan
aspek-aspek teknis dan substantif, sehingga dapat membimbing dan memberi petunjuk
bagi seluruh anggota termasuk guru dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala sekolah
harus memiliki kompetensi supervisi yaitu meliputi: merencanakan, melaksanakan,
menindaklanjuti hasil supervisi. Adapun menurut Frederik Hersberg (1992) menyatakan
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 30
bahwa semangat kerja guru dalam pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor
ketidakpuasan diantaranya, hubungan antar pribadi dengan atasan (konselor), sehingga
diharapkan Kepala sekolah dapat memahami faktor-faktor yang dapat memotivasi kerja
para karyawan. Sedangkan Handoko (1992) menjelaskan faktor-faktor pemeliharaan
sebagai faktor negatif dapat mengurangi dan menghilangkan ketidakpuasan kerja
(dissatisfiers) serta menghindarkan masalah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswadmaja (1997) menyimpulkan bahwa
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa banyak tergantung pada disiplin kerja guru
dalam kegiatan proses pembelajaran. Makin tinggi disiplin kerja yang dilakukan maka
makin tinggi pula pencapaian prestasi belajar siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan
oleh Siti uminah Surya tentang pendekatan supervisi terhadap guru sebagai fungsi
kepala sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran menyimpulkan adanya
kesinambungan antara tindakan perilaku supervisi kepala sekolah dengan perilaku guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian lain tentang efektivitas supervisi yang dilakukan oleh Abu Syairi
(2010) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi guru dipengaruhi oleh efektivitas
supervisi yang dilakukan oleh pengawas/supervisor. Kesimpulan lain dari penelitian
tersebut juga menjelaskan bahwa efektivitas supervisi yang dilakukan oleh pengawas
mempengaruhi disiplin kerja guru dan produktivitas sekolah.
C. Kompetensi dan Tugas Pokok serta Fungsi Supervisor
Pengetahuan tentang supervisi dan keyakinan supervisor dalam menjalankan
tugasnya merupakan modal dasar baik bagi supervisor maupun guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mencapai tujuan yaitu
perbaikan mutu pembelajaran, sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan antara
pandangan normatif dan deskriptif yang merupakan problematik utama dalam
pelaksanaan supervisi pem-belajaran/akademik (Mulyasa, 2004).
Selain modal dasar di atas, seorang supervisor dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik. Menurut Syaiful Sagala (2010); agar dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya dengan baik, kususnya meningkatkan mutu pembelajaran seorang
supervisor, maka diperlukan kompetensi terutama dimensi supervisi akademik dengan
kompetensi utama sebagai berikut:
1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan per-
kembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang pengembangnan/mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan kecenderungan per-
kembangan proses pembelajaran tiap bidang pengembangan mata pelajaran
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 31
menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
3. Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang sesuai, berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang pengembangan mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
4. Membimbing guru dalam menyususn silabus tiap bidang pengembangan mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk rumpunnya berlandaskan standar isi,
standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip pengembangan
KTSP;
5. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/teknik dalam memecahkan masalah
pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengemabangan mata pelajran sekolah
menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
6. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metoda/teknik pem-
belajaran yang dapat mengembangkan berbagai poteansi peserta didik melalui
bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk
rumpunnya;
7. Membimbing guru dalam menyususn rencana pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya;
8. Membimbing guru dalam memililh dan menggunakan media pendidikan yang sesuai
untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya;
9. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran tiap
bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya;
10. Membimbing guru dalam melaksanakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang
telah direncakan untuk tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah
menengah dalam rumpunnya;
11. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (di kelas,
laboratorium dan/atau di lapangan untuk mengembangkan potensi peserta didik
pada tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk
dalam rumpunnya;
12. Membimbing guru dalam merefleksikan hasil yang dicapai, kekuatan, kelemahan dan
hambatan yang dialami dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan; dan
13. Membantu guru dalam mengelola, merawat mengembangkan dan memanfaatkan
fasilitas pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya.
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 32
Beberapa kompetensi utama yang termasuk dalam evaluasi pendidikan dan sangat
terkait dengan tupoksi supervisor dalam supervisi akademik adalah:
1. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting di nilai untuk tiap
bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;
2. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator keberhasilan pem-
belajaran tiap bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;
3. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan
yang menjadi binaannya;
4. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap bidang
pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;
5. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk keperluan akreditasi
sekolah;
6. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja sekolah, kinerja sekolah, dan
kinerja guru;
7. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa
serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan; dan
8. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan
dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam
rumpunnya.
Menurut Hersey dan Blancard (1992); supervisor pembelajaran pada hakikatnya
adalah seorang manager, dalam hal ini supervisor selalu berusaha menggunakan ilmu
pengetahuan untuk memahami dan mengendalikan perilaku dirinya maupun perilaku guru
yang dibinanya. Faktor manusia mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan
supervisi akademik. Dikemukakan lebih lanjut oleh Hersey dan Blancard (1992) bahwa
indikator keberhasilan supervisi yang dilakukan akan tampak apabila perilaku supervisor
dan guru dalam melaksanakan tugasnya senantiasa mengindikasikan peningkatan
kualitas pelayanan belajar yang diterima peserta didik. Oleh karena itu supervisor dan
guru yang mempunyai komitment tinggi tentang pembelajaran yang berkualitas akan
memiliki sifat- sifat kepribadian yang diterima dalam pergaulan sesama kerabat kerja,
karena memiliki sifat sesuai profesi dengan cara menjaga etik pekerjaan dan kualitas
hasil kerjanya.
Maryono (2011) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu
yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah segala sesuatu
yang dilakukan sekolah untuk memelihara atau mengubah yang dilakukan sekolah
dengan cara langsung memengaruhi proses pembelajaran dalam usaha meningkatkan
proses belajar siswa.
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 33
Adapun menurut Alfonso dalam Sahertian (2008); supervisi pengajaran adalah
tindak lanjut pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh
terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan
untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Uraian tentang supervisi yang
disebutkan di atas berfokus pada: (1) perilaku supervisor, (2) dalam membantu guru-
guru, (3) tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar siswa.
D. Peran Khusus Supervisor
Supervisor yang profesional adalah supervisor yang mampu mengatasi kesulitan
guru dan mampu membantu meningkatkan kualitas mengajar guru. Kemampuan
supervisor hendaknya di atas rata-rata kemampuan guru, baik dalam penguasaan materi
pelajaran, pengembangan kurikulum, penggunaan model dan strategi serta metoda
pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan kemampuan
memecahkan masalah pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai supervisor, menurut Kementerian Pendidikan Nasional
adalah melaksanakan supervisi pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah hendaknya
memiliki peran khusus sebagai:
1. Patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran serta
bimbingan di sekolah atau madrasah binaannya;
2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di
sekolah/madrasah binaannya;
3. Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya;
4. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah; dan
5. Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di
sekolah.
E. Sasaran Supervisi Akademik
Adapun sasaran supervisi akademik menurut Kemendiknas (2010) adalah sebagai
berikut:
1. Merencanakan kegiatan pembelajaran dan/atau bimbingan;
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan
3. Menilai proses dan hasil pembelajaran;
4. Memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan layanan pembelajaran/
bimbingan;
5. Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur secara terus-menerus pada
peserta didik;
6. Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;
7. Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik;
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 34
8. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan;
9. Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan
bimbingan;
10. Memanfaatkan sumber-sumber belajar;
11. Mengembangkan interaksi pembelajaran (metode, strategi, teknik, model,
pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdayaguna; dan
12. Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan dan
mengembangkan inovasi pembelajaran/ bimbingan.
F. Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMA Negeri 3 Semarang
Pelaksanaan supervisi akademik pada sekolah yang diteliti diukur dengan 5 (lima)
indikator variabel. Dari kelima indikator yang diukur tersebut ada 1 (satu) indikator yang
pelaksanaannya sudah berjalan sangat baik, yaitu indikator variabel cara guru dalam
memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran
yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari seluruh responden yang berjumlah 73
orang/guru. Adapun indikator yang termasuk dalam kategori baik ada 4 (empat), yaitu:
(1) frekuensi kepala sekolah sebagai supervisor akademik dalam melakukan kegiatan
membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam
proses pembelajaran (silabus, tujuan, metode, RPP, media, teknologi informasi,
laboratorium, kualitas pembelajaran, dan merefleksi hasil) dengan skor yang diperoleh
dari 36 orang atau 49,32%, (2) pelaksanaan supervisi akademik dalam membimbing
guru untuk menentukan dan menyusun aspek, kriteria dan indikator keberhasilan
pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai
kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah
yang dikemukakan oleh 25 orang atau 34,25% merespon dengan baik, (3) pelaksanaan
supervisi dalam kegiatan memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan
dan hasil belajar siswa dikemukakan oleh 31 orang responden atau 42,47%, ini berarti
menjelaskan bahwa supervisor sering melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
kurikulum dan pembelajaran serta sering memantau pelaksnaan bimbingan dan hasil
belajar siswa, dan (4) pelaksanaan supervisi akademik jika dilihat dari indikator membina
dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk
meningkatkan hasil kinerjanya termasuk dalam kategori baik, karena sebanyak 41
responden atau 56,16% menyatakan pelaksanaan kegiatan supervisi dalam membina
dan memberikan saran kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya termasuk sering
dilakukan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah.
Analisis tentang indikator variabel pengukur pelaksanaan supervisi akademik di
sekolah yang diteliti mengambarkan bahwa perlu peningkatan dalam aspek pelaksanaan
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 35
supervise pada kegiatan membimbing guru dalam menentukan dan menyusun aspek.
Kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data
hasil penilaian hasil kinerja sekolah, karena pelaksanaan aspek ini merupakan aspek
esensial, terutama dalam menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran dan dalam
menilai kemampuan guru. Hasil dari evaluasi aspek ini dapat dijadikan dasar dalam
menyusun kebijakan perubahan atau pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Aspek lain yang masih harus ditingkatkan pelaksanaan supervisi akademik adalah
indikator variabel memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, proses
pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang Kepala sekolah harus dapat
menguasai seluruh bidang ilmu dari proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah
yang dipimpinnya, dalam hal ini serumpun atau sejalur dengan bidang ilmunya. Dua
indikator variabel yang masih perlu ditingkatkan ini diharapkan dapat mengeliminir
persoalan core bussines bidang pendidikan, yaitu rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia.
Kendala-kendala yang dihadapi lainnya adalah beban kerja Kepala sekolah sebagai
supervisor akademik, masih dibebani dengan beban untuk melaksanakan supervisi
dalam aspek administrasi manajerial yang cukup menyita waktu, tenaga dan pikiran
seorang supervisor. Strategi pengelolaan dan pendelegasian wewenang kepada team
supervisor di setiap tahun pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan
supervisi akademik secara berkesinambungan.
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan bahwa (1)
pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang sudah berjalan dengan sangat
baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau
indikator yang berjalan dengan baik adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip,
teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang
masih perlu ditingkatkan adalah: (a) kegiatan membimbing guru dalam menentukan,
menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam proses pembelajaran, (b) membimbing
guru untuk menentukan dan menyusun aspek keberhasilan pembelajaran, menilai
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah
dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan
kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa, dan (d) membina dan
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 36
memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan
hasil kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Syairi, 2010, Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah, Peran Komite Sekolah dan
Efektivitas Supervisi Pengawas terhadap motivasi berprestasi, disiplin kerja
guru dan produktivitas sekolah, Disertasi S3-PPS UNNES, Semarang.
Burhan Bungin, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke
Arah Ragam Varian Konteporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dadang Suhardan, 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam meningkatkan mutu
pembelajaran di Era Otonomi Daerah, bandung: Alfabeta.
E. Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implemen-tasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Engkos Mulyasa, 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sergio Vanni, Thomas.J, 1991, Principalship: A Reflektif, Practice, Perspectif,
Massachusetts: Allyn and Bacon.
Sri Banun Muslim, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru, Bandung: Alfabeta.
Sugiono, 2010, Metoda Penelitian Pendidikan: Metoda Kuantitatif, Kualitatif, R&D,
Bandung: Alfabeta.
Syaiful Sagala, 2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Alfabeta,
Bandung.
Piet Sahertian A, 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumberdaya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.