ipi141620

9
EVALUASI KINERJA SALURAN JARINGAN IRIGASI JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA Fahrol Ramadhan 1 dan Ahmad Perwira Mulia Tarigan 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email: [email protected] ABSTRAK Irigasi merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang berfungsi sebagai penyedia, pengatur dan penyalur air untuk menunjang lahan pertanian. Sistem pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian yang maksimal dalam rangka ketahanan pangan nasional. Pengevaluasian kinerja jaringan saluran irigasi Jeuram Kabupaten Nagan Raya dilakukan mengingat faktor usia saluran dan kurangnya pemeliharaan. Dalam studi ini, kinerja jaringan saluran irigasi ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas saluran sekunder Jeuram. Analisa tingkat efisiensi ditinjau dari evaluasi debit aliran di pangkal dan di ujung saluran. Sebagai sampel diambil 4 saluran yaitu pada saluran BJr 3 - BJr 4, BJr 5 - BJr 6, BJr 9 - BJr 10 dan BJr 14 - BJr 15. Tingkat efisiensi pada saluran sekunder Jeuram tersebut sebesar 88,75% dengan tingkat efektifitas saluran sebesar 98,11%. Analisa debit andalan pada DAS Krueng Seunagan dengan menggunakan Metode F.J. Mock menunjukkan bahwa debit andalan (80%) tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 18,66 m 3 /detik dan yang terendah pada bulan Februari yaitu 7,41 m 3 /detik, sedangkan debit yang disalurkan untuk irigasi adalah 12,00 m 3 /s. Untuk itu debit 7,00 m 3 /detik merupakan debit yang lebih terjamin untuk bisa disalurkan ke lahan irigasi. Kata kunci: Kinerja irigasi, Efisiensi saluran, Efektifitas saluran. ABSTRACT Irrigation is a way to utilize a water resources that can be funtioned as a provider, regulator and water supplier to support an agriculture land. An effective and efficiency water management system has greatly affect to the crop intensity in order to national food security. Evaluating the performance of the Jeuram Nagan Raya irrigation channel is done by considering of the age and lack of maintenance. In this study, the permormance of irrigation channel is reviewed by the effeciency level and the effectivity of the Jeuram secondary channel. Analysis of the efficiency level is reviewed by evaluating the discharge flow at the beginning of the channel to the end. As a sample, it takes 4 channels, which is BJr 3 BJr 4, BJr 5 BJr 6, BJr 9 BJr 10 and BJr 14 BJr 15. Jeuram secondary channel efficiency level is 88,75% with effectivity level at 98,11%. The analysis of depenable discharge at Krueng Seunagan catchment area is done by using the F.J. Mock method has shown that the maximum depenable discharge (80%) happened in April which is 18,66 m 3 /s and the lowest happened in February which is 7,41 m 3 /s, where as the discharge that channeled for irrigation is 12,00 m 3 /s. As for it the 7,00 m 3 /s discharge is a more guaranteed discharge that can be flowed to the irrigation fields. Keywords: Irrigation performance, channel efficiency, channel effectivity. 1. PENDAHULUAN Dalam pengelolaan jaringan irigasi, terdapat tiga kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pengelolaan jaringan irigasi yang efektif dan efisien sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian. Peningkatan efisiensi penggunaan air akan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan lain terutama pada kondisi iklim yang sangat kering. Salah satu Daerah Irigasi yang merupakan irigasi teknis, dimana efisiensi sangat di utamakan adalah Daerah Irigasi Jeuram yang mempunyai luas areal 12.658 ha, Daerah Irigasi Jeuram merupakan jaringan irigasi teknis dimana bangunan pengambilan dan bagi/sadap dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur, sehingga air irigasi yang dapat dialirkan ke petak tersier dapat diatur dan diukur. Daerah Irigasi Jeuram menggunakan sistem bendung sebagai metode untuk mendapatkan debit air dari sungai dengan membendung Krueng Seunagan. Pada umumnya daerah sepanjang kiri dan kanan Krueng Seunagan

description

makalah

Transcript of ipi141620

  • EVALUASI KINERJA SALURAN JARINGAN IRIGASI JEURAM KABUPATEN

    NAGAN RAYA

    Fahrol Ramadhan1 dan Ahmad Perwira Mulia Tarigan

    2

    1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

    Email: [email protected] 2Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Irigasi merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang berfungsi sebagai penyedia, pengatur dan

    penyalur air untuk menunjang lahan pertanian. Sistem pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif sangat

    mempengaruhi hasil produksi pertanian yang maksimal dalam rangka ketahanan pangan nasional. Pengevaluasian

    kinerja jaringan saluran irigasi Jeuram Kabupaten Nagan Raya dilakukan mengingat faktor usia saluran dan

    kurangnya pemeliharaan. Dalam studi ini, kinerja jaringan saluran irigasi ditinjau dari tingkat efisiensi dan

    efektifitas saluran sekunder Jeuram. Analisa tingkat efisiensi ditinjau dari evaluasi debit aliran di pangkal dan di

    ujung saluran. Sebagai sampel diambil 4 saluran yaitu pada saluran BJr 3 - BJr 4, BJr 5 - BJr 6, BJr 9 - BJr 10 dan

    BJr 14 - BJr 15. Tingkat efisiensi pada saluran sekunder Jeuram tersebut sebesar 88,75% dengan tingkat efektifitas

    saluran sebesar 98,11%. Analisa debit andalan pada DAS Krueng Seunagan dengan menggunakan Metode F.J.

    Mock menunjukkan bahwa debit andalan (80%) tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 18,66 m3/detik dan yang

    terendah pada bulan Februari yaitu 7,41 m3/detik, sedangkan debit yang disalurkan untuk irigasi adalah 12,00 m

    3/s.

    Untuk itu debit 7,00 m3/detik merupakan debit yang lebih terjamin untuk bisa disalurkan ke lahan irigasi.

    Kata kunci: Kinerja irigasi, Efisiensi saluran, Efektifitas saluran.

    ABSTRACT

    Irrigation is a way to utilize a water resources that can be funtioned as a provider, regulator and water supplier to

    support an agriculture land. An effective and efficiency water management system has greatly affect to the crop

    intensity in order to national food security. Evaluating the performance of the Jeuram Nagan Raya irrigation channel

    is done by considering of the age and lack of maintenance. In this study, the permormance of irrigation channel is

    reviewed by the effeciency level and the effectivity of the Jeuram secondary channel. Analysis of the efficiency

    level is reviewed by evaluating the discharge flow at the beginning of the channel to the end. As a sample, it takes 4

    channels, which is BJr 3 BJr 4, BJr 5 BJr 6, BJr 9 BJr 10 and BJr 14 BJr 15. Jeuram secondary channel efficiency level is 88,75% with effectivity level at 98,11%. The analysis of depenable discharge at Krueng Seunagan

    catchment area is done by using the F.J. Mock method has shown that the maximum depenable discharge (80%)

    happened in April which is 18,66 m3/s and the lowest happened in February which is 7,41 m

    3/s, where as the

    discharge that channeled for irrigation is 12,00 m3/s. As for it the 7,00 m

    3/s discharge is a more guaranteed discharge

    that can be flowed to the irrigation fields.

    Keywords: Irrigation performance, channel efficiency, channel effectivity.

    1. PENDAHULUAN

    Dalam pengelolaan jaringan irigasi, terdapat tiga kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

    Pengelolaan jaringan irigasi yang efektif dan efisien sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian. Peningkatan

    efisiensi penggunaan air akan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan lain terutama pada kondisi iklim yang

    sangat kering. Salah satu Daerah Irigasi yang merupakan irigasi teknis, dimana efisiensi sangat di utamakan adalah

    Daerah Irigasi Jeuram yang mempunyai luas areal 12.658 ha, Daerah Irigasi Jeuram merupakan jaringan irigasi

    teknis dimana bangunan pengambilan dan bagi/sadap dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur,

    sehingga air irigasi yang dapat dialirkan ke petak tersier dapat diatur dan diukur.

    Daerah Irigasi Jeuram menggunakan sistem bendung sebagai metode untuk mendapatkan debit air dari sungai

    dengan membendung Krueng Seunagan. Pada umumnya daerah sepanjang kiri dan kanan Krueng Seunagan

  • terutama di Kecamatan Seunagan merupakan daerah pertanian dan perkebunan yang sangat potensial dan produktif,

    yang banyak menghasilkan pendapatan daerah (Gambar 1).

    Mengingat begitu pentingnya irigasi bagi pertanian maka perlu diadakan pengkajian tentang irigasi. Selain itu umur

    bangunan yang sudah tua mengakibatkan banyak kerusakan di sana sini sehingga kinerja jaringan menjadi

    berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu cara untuk mengatur cara pemberian air yang

    lebih efisien agar kinerja saluran jaringan irigasi efektif.

    Gambar 1. Irigasi Jeuram hasil pencitraan Google Earth

    2. EFISIENSI SALURAN IRIGASI

    Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di

    petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier,

    sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas

    permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

    Pengelolaan irigasi yang tepat (efisiensi) adalah suatu daya upaya pemakaian yang benar-benar sesuai bagi

    keperluan budidaya tanaman dengan jumlah debit air yang tersedia atau dialirkan sampai ke lahan-lahan

    pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik, dengan mencukupkan air pengairan yang

    tersedia itu.

  • Efisiensi air pengairan ditunjukkan dengan terpenuhi angka persentase air pengairan yang telah ditentukan untuk

    sampai di areal pertanian dari air yang dialirkan ke saluran pengairan. Hal ini sudah termasuk memperhitungkan

    kehilangan-kehilangan selama penyaluran.

    Rumus kehilangan air pada saat penyaluran dinyatakan sebagai berikut:

    B = outflowdebit

    outflowdebit - inflowdebit x 100 % (1)

    di mana B = kehilangan air pada saat penyaluran, debit inflow = jumlah air yang masuk, dan debit outflow = jumlah

    air yang keluar.

    Sehingga, rumus efisiensi dinyatakan sebagai berikut:

    Ec = 100% - B (2)

    di mana Ec = efisiensi penyaluran air irigasi dan B = kehilangan air pada saat penyaluran.

    3. DEBIT AIR

    Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi bagi lahan-lahan pertanian, debit air di daerah bendung harus lebih cukup

    untuk disalurkan ke saluran-saluran (induk-sekunder-tersier) yang telah disiapkan di lahan-lahan pertanaman. Agar

    penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan sebaik-baiknya (dalam arti tidak

    berlebihan atau agar dapat dimanfaatkan seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal lahan pertanaman

    lainnya) maka dalam pelaksanaanya perlu dilakukan pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali, dan

    bantuan pengukuran-pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan selalu dapat diatasi tanpa

    menimbulkan gejolak dimasyarakat petani sebagai pemakai air pengairan.

    Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan

    waktu, biasanya diukur dalam satuan m3/detik. Debit aliran dihitung dari rumus:

    Q = V x A (3)

    di mana V = kecepatang aliran, dan A = luas penampang.

    Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas

    penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung

    pada:

    Bentuk saluran

    Kekasaran saluran dan

    Kondisi kelurusan saluran

    Kecepatan aliran (V) dihitung menggunakan rumus:

    V =

    . R

    2/3 . S

    1/2 (4)

    di mana V = kecepatan aliran (m/s), n = koefisien Manning, R = jari-jari hidraulik (m), S = kemiringan dasar saluran.

    Tabel 1. Koefisien Manning

    Bahan n

    Kaca, plastik, kuningan 0,010

    Kayu 0,011-0,014

    Besi tuang 0,013

    Plesteran semen 0,011

    Pipa pembuangan 0,013

    Beton 0,012-0,017

    Pasangan batu 0,017-0,025

    Batu pecah 0,035-0,040

    Batu bata 0,014

  • Rancangan Luas

    Terairi Areal Luas

    Tabel 1 mentabulasi nilai koefesien Manning untuk saluran bertepi kukuh (Raju, K.R., 1986). Sementara dalam

    studi ini salurannya adalah beton sehingga dipakai n = 0,015.

    4. EFEKTIFITAS SALURAN IRIGASI

    Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh perbandingan antara luas areal terairi terhadap luas

    rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi perbandingan tersebut maka semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.

    Terjadinya peningkatan indeks luas areal (IA) selain karena adanya penambahan luas sawah baru, juga dapat

    diartikan bahwa irigasi yang dikelola secara efektif mampu mengairi areal sawah sesuai dengan yang diharapkan.

    Dalam hal ini tingkat efektifitas ditunjukkan oleh indeks luas areal (IA).

    IA = x100 % (5)

    Dalam hal ini, semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.

    5. METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Jeuram yang terletak di Desa Ulee Jalan, Kecamatan Beutong, Kabupaten

    Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Lokasinya berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari

    Banda Aceh.

    Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002 (tanggal 2 Juli 2002) Kabupaten Nagan Raya berdiri sebagai hasil

    pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Nagan Raya secara geografis terletak pada 03o 40 - 04o 38 LU

    dan 96o 11 - 96o 48 BT dengan luas wilayah 3.363.72 km2.

    Alur pengerjaannya lebih jelas tergambar pada Gambar 2.

    Gambar 2. Bagan Alir Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir

  • Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

    a. Data Lapangan Data lapangan diperoleh dengan mengadakan kunjungan langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati kondisi

    eksisting saluran irigasi. Pengumpulan data lapangan ini dilakukan dengan mengukur langsung (observasi) debit

    inflow pada pangkal saluran dan debit outflow pada ujung saluran dan wawancara kepada masyarakat dan badan

    instansi yang berkaitan dengan irigasi Jeuram.

    b. Data Laporan Data laporan yang dipakai dalam penelitian ini bersumber dari literatur yang berkaitan dan segala sesuatu yang

    berhubungan dengan studi ini.

    Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis agar dapat diketahui kinerja saluran sekunder Jeuram pada

    irigasi tersebut. Adapun cara analisis dalam penelitian ini adalah dengan menghitung curah hujan efektif dan debit

    andalan dengan menggunakan Metode F.J. Mock sebagai perbandingan dengan debit yang terpakai dilapangan serta

    menghitung variabel-variabel penting berkenaan dengan kecepatan dan debit, serta kondisi saluran.

    6. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Hidrologi

    Pada penelitian ini digunakan data curah hujan selama 10 tahun yang tercatat mulai tahun 2002 sampai dengan

    tahun 2011 pada stasiun penakar hujan Meulaboh.

    Dari hasil data yang diperoleh dipilih data yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun

    merupakan hujan bulanan DAS Krueng Seuangan untuk tahun yang bersangkutan, (Tabel 2).

    Tabel 2. Curah Hujan Bulanan DAS Krueng Seunagan dalam mm

    Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des

    2002 232,0 197,6 321,8 542,7 292,3 252,3 475,3 227,9 379,0 380,0 365,8 451,9

    2003 283,5 237,9 215,3 517,8 264,0 125,7 377,9 253,8 274,2 303,7 487,9 362,0

    2004 376,4 165,3 250,0 378,9 302,3 206,8 298,6 209,6 588,6 456,8 322,3 440,3

    2005 261,7 224,2 328,5 535,6 282,7 180,1 342,0 201,7 308,3 328,1 416,9 370,4

    2006 316,8 239,1 405,2 409,2 264,8 296,9 386,6 301,9 297,3 579,8 338,6 419,8

    2007 289,5 254,3 241,0 56,1 218,5 377,4 229,7 173,7 337,2 606,7 452,4 366,6

    2008 479,3 184,9 637,2 368,0 116,9 581,5 392,4 402,1 139,5 547,0 442,5 428,1

    2009 203,1 98,8 235,8 261,9 337,4 104,8 185,2 397,4 267,0 97,9 679,4 263,6

    2010 529,3 280,9 537,2 596,5 393,6 367,3 284,0 125,7 705,9 542,4 499,0 162,0

    2011 268,8 197,1 327,8 583,2 347,3 287,4 398,1 226,3 542,9 558,0 535,1 394,9

    Rata-

    rata

    324,0 208,0 350,0 425,0 282,0 278,0 337,0 252,0 384,0 440,0 454,0 366,0

    Sumber: Stasiun Klimatologi Meulaboh

    Curah Hujan Efektif

    Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat digunakan tanaman untuk

    pertumbuhannya. Curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat

    evapotranspirasi tanaman, perkolasi dan lain-lain. Besarnya curah hujan efektif dengan probabilitas 80% dari curah

    hujan tengah bulan.

    Untuk menghitung curah hujan efektif diperoleh dengan mengurutkan data curah hujan bulanan dari yang terbesar

    hingga terkecil. Besarnya probabilitas diperoleh dari nomor urut sampel yang telah diurutkan dari terbesar hingga

    terkecil (Tabel 3).

  • Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan efektif dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif

    No. Bulan Curah Hujan Efektif

    1 Januari 12,21

    2 Februari 10,46

    3 Maret 15,33

    4 April 24,99

    5 Mei 13,19

    6 Juni 8,40

    7 Juli 15,96

    8 Agustus 9,41

    9 September 14,39

    10 Oktober 15,31

    11 November 19,46

    12 Desember 17,29

    Sumber : Analisa Curah Hujan Efektif

    Evapotranspirasi

    Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi yang bersangkutan

    untuk menjamin suatu tingkat produksi yang diharapkan. Evapotranspirasi sebagai salah satu proses yang rumit

    sangat dipengauhi oleh keadaan iklim.

    Untuk menghitung besarnya evapotranpirasi, dibutuhkan data-data klimatologi yang meliputi :

    Temperatur

    Sinar Matahari

    Kelembapan

    Kecepatan angin.

    Tabel 4 menunjukkan rekapitulasi evapotranspirasi DAS Seunagan.

    Tabel 4. Rekapitulasi Evapotranspirasi

    No. Bulan Evapotranspirasi

    (mm/hari) mm/bulan

    1 Jan 5,03 80,45

    2 Feb 5,57 83,57

    3 Mar 4,92 78,66

    4 Apr 4,02 60,26

    5 Mei 2,77 44,32

    6 Juni 3,61 54,15

    7 Juli 3,87 61,99

    8 Agust 3,97 63,44

    9 Sept 4,28 64,14

    10 Okt 4,08 65,31

    11 Nov 3,49 52,33

    12 Des 2,83 45,28

    Analisis Debit Andalan

    Analisis debit andalan digunakan sebagai perbandingan dengan debit yang terpakai dilapangan. Dalam menentukan

    ketersediaan air atau debit andalan pada DAS Krueng Seunagan, digunakan Metode F.J. Mock.

    Data yang menjadi parameter dalam menentukan debit andalan antara lain:

    Data curah hujan bulanan rata-rata

    Data evapotranspirasi potensial

    Data jumlah harian hujan

  • Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sep Oct Nov Des

    I

    1 Hujan Bulanan mm/bln Data 261,7 224,2 328,5 535,6 282,7 180,1 342 201,7 308,3 328,1 416,9 370,4

    2 Hari Hujan (n) Hari Data 18 20 21 19 17 21 16 16 17 16 23 15

    II

    3 Evapotranspirasi Potensial (Eto) mm/bln Data 80,45 83,57 78,66 60,26 44,32 54,15 61,99 63,44 64,16 65,31 52,33 45,28

    4 Permukaan Lahan yang terbuka (m) % Asumsi 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00

    5 (ETo/Ea)=m/20 x (18-n) % hitung 0,00 -2,00 -3,00 -1,00 1,00 -3,00 2,00 2,00 1,00 2,00 -5,00 3,00

    6 Ee=Eto x (m20) x (18-n) mm/bln 3x5 0,00 -1,67 -2,36 -0,60 0,44 -1,62 1,24 1,27 0,64 1,31 -2,62 1,36

    7 Ea=Eto-Ee mm/bln 3-6 80,45 85,24 81,02 60,86 43,88 55,77 60,75 62,17 63,52 64,00 54,95 43,92

    III

    8 s=R-Ea mm/bln 1-7 181,25 138,96 247,48 474,74 238,82 124,33 281,25 139,53 244,78 264,10 361,95 326,48

    9 Limpasan Badai (PF= 5%) PF x R 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    10 Kandungan Air Tanah (SS) mm/bln 8-9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    11 Kapasitas Kelembapan Tanah mm/bln 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00

    12 Kelebihan Air (Ws) mm/bln 8-10 181,25 138,96 247,48 474,74 238,82 124,33 281,25 139,53 244,78 264,10 361,95 326,48

    IV

    13 Infiltrasi (I) mm/bln 12xi 72,50 55,58 98,99 189,89 95,53 49,73 112,50 55,81 97,91 105,64 144,78 130,59

    14 Vol. Air Tanah, G=0.5(1+k).I 58,00 44,47 79,19 151,92 76,42 39,78 90,00 44,65 78,33 84,51 115,83 104,47

    15 L = k.(Vn-1) 60,00 70,80 69,16 89,01 144,56 132,59 103,42 116,05 96,42 104,85 113,62 137,67

    16 Volume Penyimpanan (Vn) 14+15 118,00 115,27 148,35 240,93 220,98 172,37 193,42 160,70 174,75 189,36 229,44 242,14

    17 Vn = Vn-Vn-1 18,00 -2,73 33,09 92,57 -19,95 -48,61 21,05 -32,72 14,05 14,61 40,08 12,70

    18 Aliran Dasar (BF) mm/bln 13-17 54,50 58,32 65,91 97,32 115,48 98,34 91,45 88,53 83,86 91,03 104,70 117,90

    19 Limpasan Langsung (DR) mm/bln 9+12-13 108,75 83,38 148,49 284,84 143,29 74,60 168,75 83,72 146,87 158,46 217,17 195,89

    20 Total Limpasan (TRo) mm/bln 18+19 163,25 141,69 214,39 382,16 258,77 172,93 260,20 172,25 230,73 249,49 321,87 313,78

    21 Debit Bulanan m3/s 20xA 7,72 7,41 10,13 18,66 12,23 8,45 12,30 8,14 11,27 11,79 15,72 14,83

    31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31

    Evaporasi Aktual (Ea)

    Keseimbangan Air

    Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah

    Jumlah hari

    No. URAIAN SAT KET

    BULAN

    Data Meteorologi

    Adapun langkah perhitungan ketersediaan air atau debit andalan pada DAS Krueng Seunagan dengan metode

    F.J.Mock dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock

    Perbandingan debit andalan dengan debit kebutuhan di irigasi Jeuram ditunjukkan oleh Gambar 3.

    Gambar 3. Perbandingan Debit Andalan dengan Debit Kebutuhan

  • Analisis Tingkat Efisiensi Saluran

    Tingkat efisiensi untuk saluran irigasi pada kondisi normal adalah sekitar 65%.

    Tabel 6. Efisiensi saluran irigasi pada kondisi normal

    Jaringan Efisiensi

    Saluran Primer 90 %

    Saluran Sekunder 90 %

    Saluran Tersier 80 %

    Sumber : Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan

    Bagian Jaringan Irigasi (KP-01)

    Berdasarkan hasil perhitungan maka didapat debit aliran di saluran sekunder Jeuram sebagai berikut (Tabel 7) :

    Tabel 7. Efisiensi pada Saluran Sekunder Jeuram

    Saluran Debit

    Pangkal

    (m3/dtk)

    Debit

    Ujung

    (m3/dtk)

    Kehilangan

    air (%)

    Panjang

    saluran

    (m)

    Efisiensi

    (%)

    B.Jr.3 - B.Jr.4 12,069 11,466 4,996 2161 95,00

    B.Jr.5 - B.Jr.6 9,143 8,123 11,156 2059 88,84

    B.Jr.9 - B.Jr.10 6,396 5,561 13,055 951 86,94

    B.Jr.14 - B.Jr.15 3,751 3,459 7,785 687 92.22

    88,75

    Dari Tabel 7 diperoleh sebesar 88,75% efisiensi penyaluran air di saluran sekunder Jeuram. Kehilangan air di

    sepanjang saluran sekunder Jeuram sebesar 1,25% dari efisiensi pada kondisi normal saluran sekunder (90%).

    Jika dibandingankan dengan kondisi normal efisiensi untuk saluran sekunder yaitu 90% maka irigasi ini tergolong

    masih efisien penyalurannya.

    Faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada saluran sekunder ini adalah evaporasi, rembesan dan karena dasar

    saluran yang dilapisi bahan kedap air sudah rusak. Kondisi saluran juga mempengaruhi kehilangan air dimana

    semakin panjang saluran maka semakin besar pula kehilangan airnya, begitu juga dengan lebar saluran. Di sekitar

    saluran sekunder juga ditemukan tumbuh-tumbuhan, dan bahkan memasuki permukaan air pada saluran.

    Analisis Tingkat Efektifitas

    Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh perbandingan antara luas areal terairi terhadap luas

    rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi perbandingan tersebut semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.

    Tingkat efektifitas akan diukur dari nilai Indek Luas Areal (IA), dengan rumusan berikut :

    IA = Rancangan Luas

    Terairi Areal Luas

    X 100 % = Ha 5.937

    Ha 5.825 X 100 % = 98,11%.

    Di lapangan diidentifikasi rasio atau perbandingan luas areal terairi terhadap rancangan luas areal mencapai 98,11%

    (0,98). Artinya dari seluruh target areal yang akan diairi hanya ada sekitar 2% saja yang tidak terairi.

  • 7. KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap kinerja jaringan irigasi Jeuram Kabupaten Nagan Raya, maka dapat

    disampaikan beberapa poin kesimpulan sebagai berikut:

    1. Dari Tabel 4.9 diperoleh tingkat efisiensi saluran sekunder Jeuram sebesar 88,75%, terjadi kehilangan air disepanjang saluran sebesar 1,25%. Jika dibandingankan dengan kondisi normal efisiensi untuk saluran sekunder

    yaitu 90% maka irigasi ini tergolong masih efisien penyalurannya.

    2. Dari hasil perhitungan tingkat efektivitas saluran sebesar 98,11%, yang berarti bahwa saluran sekunder irigasi Jeuram masih dalam keadaan baik.

    3. Dari hasil perhitungan debit andalan diperoleh debit terendah untuk DAS Krueng Seunagan sebesar 7,14 m

    3/detik sedangkan debit yang disalurkan untuk irigasi sekitar 12 m

    3/detik. Oleh karena itu, debit 7,00 m

    3/detik

    merupakan debit yang lebih terjamin untuk bisa disalurkan ke lahan irigasi.

    Saran yang diajukan berdasarkan hasil studi dapat disampaikan dalam beberapa poin di bawah:

    1. Untuk memudahkan dalam pembagian air sebaiknya diperbaiki pintu air yang rusak dan dibersihkan dari sampah-sampah yang menutupinya.

    2. Untuk meningkatkan efisiensi pada Daerah Irigasi Jeuram ini sebaiknya dilakukan perbaikan dan pemeliharaan pada saluran.

    3. Perlu dilakukan pengerukan endapan yang terdapat di atas bangunan sadap.

    4. Untuk pemeliharaan saluran sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan penyuluhan kepada kelompok tani yang sudah kurang berfungsi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Diktorat Jendral Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP-

    01). Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.

    Hendayana, Rachmat. Kajian Efisiensi dan Efektivitas Operasional Jaringan Irigasi Mendukung Produktivitas

    Usaha Tani Padi Sawah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

    Indra, Herryza. 2011. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Jeuram Kabupaten Nagan

    Raya, Fakultas Pertanian, Teknik Pertanian, UNSYIAH. Banda Aceh.

    Kuntara MP, Widi. 2011. Evaluasi Efisiensi dan Efektifitas Jaringan Irigasi Dalam Rangka Peningkatan Produksi

    Pertanian di Namu Sira-sira. Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, USU. Medan.

    Pasandaran, Efendi, (Editor). 1991. Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan. LP3ES, Jakarta.

    Raju, K.R., 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Erlangga, Jakarta.

    Soedibyo, 2003. Teknik Bendungan, Pradnya Paramita, Jakarta.

    Soemarto, C.D., 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.

    Sosrodarsono, Suyono. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta.

    Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II. BETA OFFSET. Yogyakarta.