ipi140779.pdf
-
Upload
steven-siahaan -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of ipi140779.pdf
1
KEMAMPUAN APARAT KELURAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KELURAHAN TARORANE KEC. SIAU
TIMUR, KABUPATEN SITARO
Oleh :
NOVITA MANDALIKA
Wilayah desa/kelurahan menjadi sasaran penyelenggaraan aktifitas pemerintahan danpembangunan, mengingat pemerintahan desa dan kelurahan merupakan basis pemerintahanterendah dalam struktur pemerintahan Indonesia yang sangat menentukan bagi berhasilnyaikhtiar dalam Pembangunan nasional yang menyeluruh.
Mengingat kompleksnya aspek atau bidang yang hendak dibangun ditingkatpemerintahan terendah tersebut, maka salah satu aspek yang terlebih dahulu perlu dibangunadalah peningkatan kemampuan aparat pemerintah kelurahan dalam pelaksanaan tugas-tugasadministrasi pemerintahan, disamping memperkuat partisipasi masyarakat dankelembagaannya serta aspek lainnya. Aparat Kelurahan Tarorane, Kecamatan Siau Timur,Kabupaten Sitaro sebagai tempat penelitian yang direncanakan ini, menurut pengamatan awalpenulis, menunjukkan bahwa kemampuan aparat Kelurahan Tarorane dalam pelaksanaantugas terutama dalam menyiapkan bahan dan informasi yang dibutuhkan untuk kepentinganperencanaan pembangunan, hasilnya masih minim atau belum terlaksana secara optimal. Darihal tersebut penelitian ini mengangkat judul tentang kemampuan aparat kelurahan dalampelaksanaan tugas administrasi. Dari hasil penelitian terbukti bahwa kemampau aparat dalampengadministrasian masih rendah dan mempengaruhi kinerja instansi tersebut
Key words : Administrasi, Aparat, Kelurahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan aparat kelurahan yang juga diserahi tugas dibidang administrasi,
menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ pemerintahan yang paling
bawah mengetahui sacara pasti segala kondisi dan permasalahan yang ada di wilayahnya,
maka input pada pemerintah kecamatan yang menyangkut berbagai keterangan dan
informasi sangatlah dibutuhkan dalam pengambilan kebijaksanaan daerah maupun nasional
untuk kebutuhan pembangunan secara menyeluruh, dalam Permendagri Nomor 12 tahun
2013 tentang monografi desa dan kelurahan mengatakan Kepala desa dan Lurah melakukan
pengisian dan pengumpulan data monografi desa dan kelurahan dimulai pada setiap awal
dan pertengahan tahun anggaran.
2
Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara Aparat
Kelurahan Tarorane, Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Sitaro sebagai tempat penelitian
yang direncanakan ini, menurut pengamatan awal penulis, menunjukkan bahwa
kemampuan aparat Kelurahan Tarorane dalam pelaksanaan tugas terutama dalam
menyiapkan bahan dan informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan perencanaan
pembangunan, hasilnya masih minim atau belum terlaksana secara optimal. Hal ini terbukti
dari pelaksanaan tugas-tugas administrasi yang tidak terlaksana dengan baik dan konsisten
sesuai ketentuan, baik administrasi umum, administrasi penduduk, maupun administrasi
keuangan.
Belum tersedianya informasi atau pencatatan administrasir secara baik sebagaimana
tersebut diatas, maka hal itu terjadi karena adanya pengaruh berbagai faktor, antara lain
terutama faktor kemampuan sumber daya aparat kelurahan sebagai penyelenggara yang
belum optimal hal tersebut berimbas pada pelayanan masyarakat yang jadi terhambat,
terkesan lambat. Kapasitas yang masih rendah merupakan bagian dari permasalahan yang
ditunjukkan di lapangan. Diantaranya masih belum optimalnya aspek kelembagaan,
sumberdaya manusia, maupun manajemen pemerintahan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, menurut penulis tertarik untuk mengkaji
lebih mendalam. Oleh karena itulah penulis mengajukan judul penelitian “Kemampuan
Aparat Kelurahan dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi Pemerintahan di Kelurahan
Tarorane Kec. Siau Timur, Kabupaten Sitaro.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan aparat kelurahan dalam pelaksanaan tugas administrasi
pemerintahan di Kelurahan Tarorane Kec. Siau Timur Kab. Sitaro ?
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tugas administrasi pegawai
kelurahan Tarorane
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
1. Untuk mengetahui kemampuan aparat kelurahan dalam pelaksanaan tugas administrasi
pemerintahan di Kelurahan Tarorane.
3
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tugas
administrasi pegawai kelurahan Tarorane.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan sebagai :
1. Bahan informasi dan kontribusi pemikiran kepada pemerintah Kelurahan Tarorane
dan masyarakat serta kepada semua pihak yang berkepentingan dalam upaya
meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas administrasi kelurahan dan terutama tugas
dibidang pencatatan register yang terpenting bagi kebutuhan pembangunan.
2. Bahan perbandingan dan informasi awal bagi peneliti lain yang hendak mengkaji
secara mendalam tentang pelaksanaan tugas-tugas administrasi kelurahan pada
umumnya dan register kelurahan pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kemampuan Aparat
Istilah "kemampuan" mempunyai banyak makna, Jhonson dalam (Cece
Wijaya,1991:3) berpendapat bahwa "kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan". Sementara itu,
menurut Kartono (1993:13) bahwa “kemampuan adalah segala daya, kesanggupan,
kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota
biasa.”
Lebih lanjut, Syarif (1991:8) menyebutkan beberapa jenis kemampuan yang antara
lain : kecerdasan, menganalisis, bijaksana mengambil keputusan,
kepemimpinan/kemasyarakatan dan pengetahuan tentang pekerjaan.
Mengacu pada pengertian dan jenis kemampuan tersebut di atas, maka dalam suatu
organisasi pemerintahan kelurahan senantiasa perlu memiliki suatu daya kesanggupan,
keterampilan, pengetahuan terhadap pekerjaan dalam pengimplementasian tugas-tugas dan
fungsi masing-masing aparat kelurahan. Kemampuan yang penulis maksudkan adalah
kemampuan yang dilihat dari hasil kerjanya atau kemampuan kerjanya.
4
Kemampuan kerja seseorang menurut Tjiptoherianto (1993:36) mengemukakan
bahwa "kemampuan kerja yang rendah adalah akibat dari rendahnya tingkat pendidikan,
dan latihan yang dimiliki serta rendahnya derajat kesehatan".
Pemerintah Kelurahan memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses sosial di
dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah adalah bagaimana
menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga
dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan.
Guna mewujudkan tugas tersebut, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan, baik
dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelayanan yang
berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja pemerintah benar-benar makin mengarah pada
praktek good local governance, bukannya bad governance.
Kondisi ini sedikit banyak juga dipengaruhi pula oleh lemahnya human resources di
kelurahan yang populasinya relatif kecil dan sangat terbatas. Sebab itu guna mendobrak
kebekuan atau stagnasi sosial ini diperlukan terobosan dari kekuatan luar untuk bermitra
atau saling bekerja sama dengan aktor-aktor dan lembaga-lembaga potensial di kelurahan
dalam melakukan perubahan sosial menuju ke arah situasi yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya.
B. Konsep Administrasi Pemerintahan
Sebelum menjelaskan konsep/pengertian administrasi pemerintahan terlebih dahulu
perlu dijelaskan konsep "administrasi dan pemerintahan".
Menurut Siagian (1991:2) "Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari
keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh
dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dewasa ini, peranan Pemerintah Kelurahan sebagai struktur perantara, yakni sebagai
penghubung antara masyarakat dengan pemerintah dan masyarakat di luar tetap
dipertahankan, bahkan ditambah dengan peranan lainnya yaitu sebagai agen pembaharuan.
Sebagai konsekuensi negara hukum, perubahan format politik dan sistem
pemerintahan harus ditindaklanjuti dengan perubahan peraturan perundang-undangan di
bidang politik dan pemerintahan dengan dilakukannya perubahan peraturan pelaksanaan
yang mengatur Kelurahan.
5
2.2.1 Pengertian Administrasi
Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa latin ad+ministrare,
suatu kata kerja yang berarti melayani, membantu, menunjang, atau memenuhi.
Istilah ini berasal dari kata benda administratio dan kata sifat administratifus. Untuk
Indonesia yang tepat digunakan istilah administrasi.
Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: (1)
dilakukan oleh sekelompok orang (2 orang atau lebih); (2) berlangsung dalam suatu
kerjasama; (3) dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari administrasi
yang apabila faktor-faktor tersebut disingkat adalah sekelompok orang, kerjasama,
dan tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah rangkaian
perbuatan yang dilakukan bersama-sama secara teratur oleh lebih seorang yang
menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi apabila dilakukan oleh
masing-masing seorang diri.
Administrasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan
rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja
dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya.
Administrasi juga dapat diartikan sebagai :
1. Suatu aktivitas yang terutama bersangkutan dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan
yang telah ditentukan semula;
2. Suatu proses lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha berskala besar
maupun kecil-kecilan;
3. Suatu proses pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan
suatu tujuan khusus;
4. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Syafiie, Tanjung, Modeong, 1999:17).
Berdasarkan pengertian tersebut dan apabila dikaitkan dengan aktifitas ditingkat
kelurahan, maka berbicara tentang administrasi kelurahan berarti yang dimaksud dengan
"administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penyelanggara pemerintahan
kelurahan untuk mencapai tujuan pemerintahan, seperti antara lain, baik dalam
menggerakkan partisipasi dalam pembangunan dan terwujudnya demokrasi Pancasila
secara nyata guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Mengacu pada pengertian diatas berarti konsep administrasi terbagi dalam dua
6
pengertian yaitu administrasi dalam arti sempit dan administrasi dalam arti luas.
Administrasi dalam arti luas berarti segenap proses kegiatan untuk mencapai tujuan
sedangkan administrasi dalam arti sempit adalah segenap penyelenggaraan kegiatan tulis
menulis, Surat menyurat, beserta penyimpanan, pengurusan masalah-masalah dan segala
pencatatannya dilaksanakan oleh aparat dalam arti pencapaian tujuan (Widjaya,1992:88).
Selanjutnya konsep/pengertian pemerintah dan pemerintahan dalam kajian sistem
pemerintahan Indonesia, pemerintah dibedakan dengan istilah pemerintahan. Menurut
Saparin (1996:21) untuk membedakan pengertian kedua konsep tersebut, maka perlu
diterangkan secara etimologis, yaitu :
a. Pemerintah adalah kata nama subjek yang berdiri sendiri, contoh Pemerintah
Daerah.
b. Pemerintah adalah kata jadian yang disebabkan karena subjeknya mendapat akhiran
"an" yang artinya pemerintah sebagai subjek melakukan tugas-tugas atau kegiatan,
dimana cara melakukan kegiatan itu disebut pemerintahan.
Ada dua persepektif umum mengenai ruang lingkup dari administrasi. Perspektif
yang pertama adalah perspektif makro yang meliputi proses penentuan tujuan, alokasi
sumber daya, dan koordinasi kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Penekanan dari
perspektif ini terutama pada aspek filosofis tentang apa tujuan dan makna kehidupan, apa
tujuan yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya, serta bagaimana seharusnya orang
berperilaku. Perspektif selanjutnya adalah perspektif mikro, yang menerangkan perilaku
administrasi sebagai sikap, pendekatan, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut oleh para
administrator. Stephen P. Robbins (1976) mengatakan bahwa perilaku administrasi
dipengaruhi oleh sejarah organisasi, norma-norma pendidikan, dan pengalaman.
Dari uraian diatas nampak istilah pemerintah menunjuk kepada aparat yaitu para
pelaksana pemerintahan, sedang istilah pemerintahan menunjuk pada aktifitas atau kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini berarti "Pemerintahan" adalah keseluruhan
tindakan atau kegiatan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
7
Berangkat dari rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini
adalah deskriptif.
Menurut Sugiyono (2007 : 15) penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang
memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan pada objek yang diteliti. Data yang
terkumpul akan di analisa secara kualitatif.
B. Informan Penelitian
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi 1 (satu) orang
Sekretaris Kelurahan, 3 (tiga) orang Kepala Seksi dan 3 (tiga) orang Kepala Lingkungan,
maka kami menetapkan Kepala Kelurahan Tarorane sebagai informan kunci (key
informan).
C. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya dalam peningkatan kemampuan
aparat dalam penyelenggaraan administrasi kelurahan, menurut Widjaya (1992:88):
administrasi terbagi dalam dua pengertian yaitu administrasi dalam arti sempit dan
administrasi dalam arti luas. Administrasi dalam arti luas berarti segenap proses kegiatan
untuk mencapai tujuan sedangkan administrasi dalam arti sempit adalah segenap
penyelenggaraan kegiatan tulis menulis, Surat menyurat, beserta penyimpanan, pengurusan
masalah-masalah dan segala pencatatannya dilaksanakan oleh aparat dalam arti pencapaian
tujuan.
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, baik data primer maupun data
sekunder, dipergunakan beberapa teknik :
1. Wawancara, yaitu melakukan tanyajawab langsung dengan para informan, dengan
menggunakan pedoman wawancara.
Sumber-sumber data yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala Kelurahan Tarorane sebagai informan kunci (key informan).
2. Sekretaris Kelurahan.
3. 3 orang Kepala Seksi dan
4. 5 Kepala Lingkungan
5. 6 Orang Masyarakat
2. Observasi, yaitu secara langsung mengamati obyek yang menjadi kajian, terutama
mengamati secara langsung masing-masing aparat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
disamping mengamati cara kerja dan hasil kerja mereka.
8
3. Kaji Dokumen, yaitu menelaah dokumen-dokumen laporan hasil pelaksanaan tanggung
Jawab masing-masing aparat.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara mendalam sebagai upaya
mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan informasi
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.
9
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. KEMAMPUAN APARAT KELURAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS
ADMINISTRASI PEMERINTAH DI KELURAHAN TARORANE
Adapun pelaksanaan tugas dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pencatatan atau Registrasi
Register adalah suatu aktivitas pemerintahan dengan maksud untuk
mendokumentasikan berbagai peristiwa dan atau kegiatan yang telah terjadi melalui
pencatatan-pencatatan di dalam format yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian (kaji dokumen) menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas
pemerintahan Kelurahan Tarorane dalam pencatatan atau pengisian Buku-buku register
tersebut, dapat dinilai "kurang efektif", bahkan cenderung "tidak efektif”. Hal tersebut terlihat
dari sembilan buku register yang harus diisi oleh aparat kelurahan, ternyata yang terisi hanya 5
buku, yaitu : Buku Agenda, Buku Aparat, Buku Keputusan Dalam, Buku Induk Penduduk dan
Buku Kas Pembantu.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa buku yang terisi tersebut, data atau informasinya
tidak akurat dan tidak lengkap. Rincian tentang ketidaklengkapan pengisian buku-buku
tersebut, sebagai berikut :
a. Buku Agenda
Buku Agenda adalah buku tentang pencatatan surat-surat masuk dan keluar. Dalam
penelitian ini tercatat 14 surat masuk dan 8 surat keluar. Dan penelitian yang dilakukan pada
buku agenda terlihat bahwa 10 kolom yang tersedia pada agenda surat masuk ternyata kolom
5, 6, 7, 10 yaitu : nama instansi yang mengirim, penanggung jawab pengelola dan kolom
keterangan tidak terisi.
Demikian pula dengan Agenda Surat Keluar, ternyata 10 kolom yang tersedia yang
terisi hanya 4 kolom sedang yang tidak terisi adalah kolom nama instansi yang dituju,
penanggung jawab pengelola, tanggal pengiriman dan kolom keterangan.
Berdasarkan data-data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pengisian buku agenda
pada bagian Surat masuk dan Surat keluar, dalam pengisian kolom-kolomnya tidak terlaksana
dengan baik seperti yang diharapkan.
b. Buku Aparat
10
Buku Aparat adalah buku tempat pencatatan berbagai informasi tentang keadaan aparat
pemerintah dalam. Dari 11 kolom yang tersedia, ternyata yang terisi hanya 6 kolom,
sedangkan yang tidak terisi sebanyak 5 kolom, yaitu ; kolom NIP, Tempat dan tanggal lahir,
Pangkat/Golongan, Tanggal Keputusan Pengangkatan dan kolom keterangan.
c. Buku Keputusan Dalam
Buku Keputusan Dalam adalah buku tempat mencatat data/informasi mengenai,
kebijakan atau keputusan pemerintah dalam, sehubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di tingkat dalam.
Dari 12 kolom yang tersedia dalam register tersebut, terisi hanya 6 kolom, yaitu :
Kolom Nomor Urut, Uraian Singkat Keputusan, Keputusan Rapat, Tanggal Rapat, Pimpinan
Rapat dan Tanggal Pengesahan. Sedang kolom yang tidak terisi sebanyak 6 kolom, yaitu :
Kolom Peserta Rapat, jabatan, Jenis Keputusan, Hasil Keputusan setuju atau tidak setuju dan
Kolom Kesimpulan.
d. Buku Induk Penduduk
Buku Induk Penduduk adalah buku tempat mencatat seluruh penduduk yang menjadi
warga di dalam tersebut, serta berbagai karakteristik yang melingkupi, setiap individu warga
tersebut.
Dari 19 kolom yang tersedia pada daftar register tersebut, yaitu secara berturut-turut
antara lain kolom nomor urut, nama lengkap/panggilan, jenis kelamin, status perkawinan,
tempat dan tanggal lahir, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dapat membaca huruf,
kewarganrgaraan, alamat lengkap, kedudukan dalam keluarga, nomor KTP, nomor kartu
keluarga dan kolom keterangan. Ternyata masih banyak kolom, pengisian yang tidak terisi
seperti antara lain status perkawinan, tempat dan tanggal lahir, alamat, pendidikan terakhir,
pekerjaan, nomor KTP dan nomor Kartu Keluarga.
Selain dari itu jumlah penduduk yang tercatat dalam buku ini tidak seluruhnya
terdaftar. Hal ini terlihat bahwa dari jumlah penduduk yang ada pada tahun 2007 sebanyak
3015 jiwa yang tercatat hanya 2920 jiwa.
e. Buku Kas Umum
Buku Kas Umum adalah buku tempat pencatatan setiap kegiatan penerimaan rutin dan
pembangunan serta pengeluaran dan pembangunan setiap hari. Buku Kas umum berfungsi
untuk mengetahui berapa jumlah penerimaan dan pengeluaran setiap hari terhadap keadaan
uang tunai yang ada pada kas dalam.
Dalam buku tersebut terdiri dari 5 kolom pada bagian penerimaan dan 5 kolom pada
11
bagian pengeluaran. Dari kaji dokumen yang penulis lakukan yang terisi masing-masing. 5
kolom, yaitu : kolom tanggal penerimaan, uraian penerimaan, nomor urut kode pos anggaran,
jumlah anggaran dan bukti anggaran begitu juga pada kolom penerimaan yang terisi yaitu :
Pengeluaran Rutin, Kolom Tanggal Pengeluaran, kolom Nomor Urut Kode Pos Anggaran,
Jumlah Anggaran Pengeluaran dan Buku Pengeluaran Anggaran.
2. Pembuatan Pencatatan Monografi Dalam
Pembuatan dan pencatatan Monografi Dalam merupakan salah satu tugas dari aparat
kelurahan. Tugas tersebut perlu dilaksanakan dan untuk selanjutnya ditampilkan dalam ruang
kantor dalam. Hal ini penting mengingat papan monografi tersebut dapat memberikan
informasi dan data kepada pihak luar atau masyarakat umum tentang keadaan Wilayah
dengan berbagai potensinya.
Namun dari hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas tersebut
tidak terealisir secara baik. Hal ini terlihat dari data yang ditampilkan pada papan monografi
yang ada tidak akurat dan aktual lagi. Hal ini diketahui karena data yang ditampilkan adalah
data antara tahun 2011 dan tahun 2012. Selain itu tidak semua kolom-kolom yang tersedia
pada papan monografi tersebut terisi.
3. Penyimpanan Dokumen
Penyimpanan dokumen-dokumen atau arsip secara baik adalah salah satu tugas aparat
kelurahan. Dengan penyimpanan arsip yang baik dapat membantu aparat kelurahan upaya
menemukan kembali, jika data itu dibutuhkan untuk suatu kepentingan. Namun dari kaji
dokumen dan pengamatan penulis, ternyata tugas tersebut tidak dilaksanakan dengan baik.
Hal ini terbukti dengan tidak ditemukannya arsip dan atau register-register yang tidak
dipaparkan sebelumnya pada kantor dalam. Akan tetapi daftar register dimaksud tersimpan
dan atau berserakan di rumah Lurah.
Berdasarkan seluruh uraian sebelumnya, khususnya uraian tentang kondisi rill
pelaksanaan, tugas pegawai kelurahan dalam arti sempit, yang meliputi : pencatatan register,
pembuatan dan pencatatan monografi dalam, dan penyimpanan dokumen/arsip, diperoleh
gambaran bahwa pelaksanaan tugas dimaksud dapat dinilai kurang efektif bahkan cenderung
tidak efektif. Hal tersebut terlihat dari tidak akuratnya data dan atau informasi yang diuraikan
dan tidak terealisasinya seluruh tugas dan fungsi yang diharuskan. Bahkan data-data dan atau
informasi yang dipaparkan tidak "up to date” lagi, karena data/informasi yang berlangsung
adalah data/informasi yang belangsung beberapa tahun sebelumnya yaitu data antara tahun
2011 hingga tahun 2012.
12
Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa "tidak efektifnya" pelaksanaan tugas pegawai
kelurahan dimaksud, diketahui melalui aktifitas kearsipan atau penyimpanan dokumen yang
tidak efektif, bahkan cenderung gagal dilaksanakan sebagaimana mestinya. Maksudnya
adalah bahwa arsip-arsip surat-menyurat yang harusnya disusun dan tersimpan pada kantor
tetapi hal itu tidak dilakukan. Akan tetapi dokumen/arsip Surat-Surat dimaksud tidak
disimpan rapi (berserakan), sehingga sangat sulit untuk menemukannya kembali bila
dibutuhkan.
Selain itu, dari pengamatan penulis selama melakukan penelitian terlihat bahwa aparat
atau pegawai kelurahan kurang efektif dalam melaksanakan tugas sehari-hari, bahkan
cenderung tidak efektif ditinjau dari aspek disiplin waktu. Hal ini terlihat dari kehadiran
aparat pada setiap hari kerja sangat terbatas, bahkan sering terjadi seorang aparat tidak masuk
kantor selama beberapa hari. Bahkan kadangkala pada hari-hari tertentu kantor tidak terbuka
karena aparat tidak ada yang hadir. Akibatnya sering terjadi pelayanan pada masyarakat
dilakukan di rumah aparat, terutama di rumah Lurah atau Sekretaris Kelurahan.
Penulis mewawancarai sekretaris kelurahan mengenai masalah tersebut diatas beliau
mengatakan : memang tingkat kedisiplinan yang pegawai kelurahan Tarorane masih rendah,
pegawai terkadang datang terlambat bahkan tidak masuk dengan berbagai alasan, hal ini
menyebabkan kurang efektifnya pelayanan yang ada. Namun hal tersebut sedang diupayakan
agar pegawai dapat mematuhi aturan yang ada.
Keadaan tersebut, semakin memperjelas, bahwa pelaksanaan tugas pemerintahan
dalam dan atau pegawai kelurahan cenderung semakin tidak efektif, terutama pelaksanaan
tugas-tugas administrasi dalam arti sempit.
B. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARAT KELURAHAN DALAM
PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KELURAHAN
TARORANE
1. Pembinaan Disiplin Pegawai.
Upaya pemberdayaan dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas kerja Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pokoknya dan fungsi
organisasi adalah melalui pembinaan disiplin, hal ini dimaksudkan agar para pegawai
dalam melaksanakan tugas sehari-harinya senantiasa patuh dan taat pada berbagai
ketentuan yang berlaku dan menunjukan prestasi kerja yang tinggi.
Usaha untuk meningkatkan kualitas kerja melalui pembinaan disiplin, diperlukan
13
suatu pedoman atau kerangka yang memuat dengan jelas sistem metode dan prosedur
pembinaan serta tujuan dan sasaran setiap bentuk pegawai yang bermental baik berdaya
guna, berhasil guna dan sadar akan tanggung jawab dalam melaksanakan dan
menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.
Adapun bentuk penerapan disiplin pegawai pada Kantor Kelurahan Tarorane
adalah pembinaan disiplin waktu kerja, sebab dengan ketepatan pada jam masuk kantor
sangat erat kaitannya dengan disiplin lainnya. Menurut pengamatan penulis bahwa
penerapan disiplin waktu jam kerja pada dasarnya belum dilaksanakan dengan baik.
Pelanggaran disiplin waktu bagi pegawai Kelurahan Tarorane cenderung sering terjadi.
Dari hasil wawancara dengan Lurah Kelurhan Tarorane beliau mengatakan Tingkat
kedisiplinan pegawai Kelurahan memang masih tergolong rendah, seringnya beberapa
pegawai terlambat datang ke kantor dan terkadang pulang lebih awal dengan berbagai
alasan. Hal tersebut didukung oleh ibu MR yang pernah mengurus surat keterangan
tidak mampu dikelurahan beliau mengatakan : pegawai kelurahan kelihatannya malas
masuk kantor karna waktu saya mengurus surat keterangan, hanya ada 1 pegawai saja
yang ada di kantor sedangkan sudah jam 10 lewat.
a. Disiplin Aparat
Faktor disiplin yang dimaksud dalam uraian ini adalah disiplin ditinjau dari aspek
ketepatan dan kebutuhan setiap aparat terhadap waktu yang telah ditentukan pada setiap
hari kerja. Dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa umumnya aparat pemerintan
Kelurahan Tarorane kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
atau dengan kata lain, bahwa salah satu faktor yang berpengaruh negatif dan dapat
menghambat kemampuan terhadap pelaksanaan tugas-tugas administrasi dalam adalah
ketidakdisiplinnya aparat kelurahan pelaksanaan tugas mereka.
Pemberdayaan aparat sangat diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan
dalam dunia kependudukan yang demikian cepat sehingga membutuhkan aparat yang
profesional dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Guna meningkatkan kemampuan
dalam mengantisipasi tugas-tugas di bidang pemerintahan dan pembangunan yang
semakin kompleks maka dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi Kantor Kelurahan
Tarorane telah melaksanakan pemberdayaan terhadap aparatnya yaitu :
1). Pendidikan Dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk memberdayakan aparat,
terutama untuk meningkatkan kemampuan intelektual dengan kepribadian manusia.
14
Pendidikan yang dilakukan dalam suatu proses pengembangan kemampuan bertujuan
kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pelatihan adalah
merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan khusus seseorang.
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh aparat Kelurahan Tarorane diharapkan
nantinya mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik yang dibebankan kepadanya
tanpa arahan langsung dari pihak atasannya. Pendidikan dan pelatihan dapat dipandang
sebagai salah satu jalur untuk meningkatkan kemampuan pegawai kelurahan usaha
melayani kepentingan masyarakat. Pentingnva program pendidikan dan pelatihan adalah
bertujuan:
Untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelolah kegiatan-kegiatan sesuai
dengan profesinya.
Untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Dari hasil wawancara dengan pegawai kelurahan yakni ibu. TM beliau mengatakan:
program pendidikan dan pelatihan kabupaten memang ada, tetapi bukannya tidak pernah
mengikuti namun jarang diikuti oleh kami. Karena terkadang jauh dan lama.Hal ini juga
dibenarkan oleh beberapa staf yang ada di kelurahan.
2) Pemberian Motivasi Kerja
Bentuk motivasi kerja yang di berikan oleh Lurah adalah memberikan dorongan
dan menyerahkan sepenuhnya tugas-tugas kepada bawahannya untuk dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
3) Pengembangan Karir Di Tempat Kerja
Dalam rangka untuk lebih meningkatkan kualitas sumberdaya aparat Kelurahan
Tarorane, maka semua aparat yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan
diberikan kesempatan untuk mengembangkan karirnya di tempat kerjanya yang sebagai
salah satu upaya pemberdayaan aparat. Pengembangan karir berarti bahwa seorang
pegawai ingin terus berkarya dalam organisasi tampatnya bekerja untuk jangka waktu
yang lama. Demikian Hal tugas lainnya seperiti juru tulis, sekretaris kelurahan, kepala
seksi dan sebagainya.
C. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG
Menyimak uraian sebelumnya, terutama uraian tentang kondisi riil pelaksanaan tugas perangkat
Kelurahan Tarorane di bidang penyelenggaraan tugas-tugas administrasi Pemerintah kelurahan.
Keadaan tersebut tentunya disebabkan adanya pengaruh negatif dari beberapa faktor,
15
1. Faktor Pendukung
Adapun faktor-faktor yang mendukung pemerintahan dalam dalam pelaksanaan tugas
pencatatan atau regsiter, Pembuatan Data Monografi dan Pendokumentasian atas pengarsipan.
a. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang dimaksudkan disini adalah aturan dan atau petunjuk pengisian
buku-buku register. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertunjuk yang dimaksudkan
termasuk format-format register serta contoh format monografi dan teknik pengarsipan tersedia
di kantor kelurahan.
b. Perangkat Keras
Perangkat keras yang dimaksudkan disini adalah sarana kantor. Dari hasil pengamatan
penulis, sarana kantor ini cukup memadai untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan di tingkat
kelurahan termasuk peralatannya seperti mesin ketik, meja, kursi kerja dan lain-lain.
2. Faktor Penghambat
a. Kemampuan untuk mengukur/mengetahui Keterampilan Setiap Aparat
Faktor kemampuan dan atau keterampilan setiap aparat pada bidang tugas yang menjadi
tugas dan tanggung jawabnya merupakan salah satu faktor penentu efektif tidaknya pelaksanaan
tugas yang dibebankan kepadanya. Namun kenyataan menunjukkan bahwa faktor ini kurang
dimiliki oleh setiap aparat/perangkat Kelurahan Tarorane, meskipun tingkat pendidikan formal
setiap aparat dinilai cukup memadai, dimana dari jumlah 7 orang aparat yang terdiri dari :
Lurah, Sekretaris Kelurahan, 3 orang Kepala Seksi, yang disajikan dalam daftar register dan
monografi yang ada, juga terkait dengan kurang mampunya para kepala-kepala lingkungan
dalam menyampaikan berbagai laporan atau data yang dibutuhkan oleh bagian sekretariat untuk
kebutuhan pencatatan register dan pembuatan monografi dalam.
Keadaan tersebut dipertegas dari hasil wawancara penulis dengan Kepala Kelurahan
Tarorane, Yang pada intinya menyatakan bahwa "aparat sekretariat yaitu sekretaris dan kepala-
Kepala seksi, termasuk kepala-kepala lingkungan cenderung kurang komitmen dan dedik.asi
untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, karena disebabkan oleh masih rendahnya
kemampuan/keterampilan mereka, terutarna dalam hal pelaporan dan pencatatan berbagai
aktifitas atau peristiwa yang teradi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan".
b. Faktor Pendidikan
Faktor Pendidikan merupakan factor yang tidak dapat dipisahkan pengaruhnya terhadap
kinerja pegawai, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pemahaman akan
16
tugas dan fungsi semakin besar.
Dengan kata lain, bahwa salah satu faktor pendidikan yang rendah dapat menghambat
kemampuan terhadap pelaksanaan tugas pegawai kelurahan sehingga menyebabkan kurang
efektifnya pelaksanaan tugas pemerintah kelurahan dan perangkatnya. Dilihar dari hasil
penelitian lewat data dokumentasi dilapangan mengenai tingkat pendidikan aparat, hanya
seorang yang berpendidikan sarjana (S1) yakni tidak lain adalah lurah dan para stafnya hanya
berpendidikan Sekolah menengah Atas.
b. Disiplin Aparat
Faktor disiplin yang dimaksud dalam uraian ini adalah disiplin ditinjau dari aspek
ketepatan dan kepatuhan setiap aparat terhadap waktu yang telah ditentukan pada setiap hari
kerja. Dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa umumnya aparat pemerintah Kelurahan
Tarorane kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung Jawabnya.
Dengan kata lain, bahwa salah satu faktor yang berpengaruh negatif dan dapat
menghambat kemampuan terhadap pelaksanaan tugas pegawai kelurahan sehingga
menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan tugas pemerintah kelurahan dan perangkatnya.
Hal lain yang juga menjadi penyebab adalah masih rendahnya kehadiran setiap pegawai
kelurahan mewujudkan kedisiplinan, terutama disiplin dalam hal ketepatan dan kepatuhan
terhadap waktu/jam kerja pada setiap hari kerja.
Dari hasil penelitian dokumen menunjukkan bahwa frekuensi kehadiran aparat setiap
hari kerja dapat dinilai sangat minim, karena itu sangat wajar jika pelaksanaan tugas khususnya
pencatatan register tidak terlaksana dengan baik khususnya bagi aparat yang berfungsi sebagai
aparat sekretariat, sedangkan untuk enam orang aparat lainnya (Kepala-kepala lingkungan)
dimana kehadiran kerja mereka pada setiap hari kerja di kantor sangat minim, Hal ini
disebabkan karena dalam melaksanakan tugas tidak diharuskan untuk selalu hadir di kantor
kelurahan kecuali jika diundang atau dipanggil oleh pimpinan. Penulis mewawancarai informan
masyarakat yang pernah mengurus surat di kelurahan penulis bertanya mengenai disiplin
pegawai Bapak TR mengatakan: Tingkat kedisiplinan pegawai di kelurahan tarorane masih
rendah nyatanya waktu saya mengurus ke kelurahan pada jam 09.00, keadaan kantor masih
tutup nanti buka pada jam setengah 10. Hal ini juga dibenarkan oleh beberapa warga yang
tinggal disekitar kantor kelurahan.
c. Dukungan Pemerintah
17
Oleh karena pegawai pemerintah kelurahan, terutama Lurah dan perangkatnya adalah
pegawai negeri sipil, maka efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka sangat
ditentukan oleh adanya dukungan pemerintah, baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah
kelurahan terutama Lurah.
Dukungan yang dimaksudkan di sini adalah upaya dari pemerintah untuk memberikan
bantuan kepada setiap pegawai kelurahan dan kepala-kepala lingkungan, berupa bimbingan
teknis administrasi, keterampilan, pengawasan dan pengendalian. Namun dari hasil analisis
penulis menunjukkan bahwa dukungan pemerintah tersebut tidak terwujud. Hal ini terbukti dari
pelaksanaan tugas setiap aparat tidak terealisasi dengan baik, hal ini berarti bahwa karena
disebabkan oleh keterampilan administrasi yang tertulis karena penempatan staf tidak sesuai
dengan spesifikasi jurusan dari staf tersebut. Sementara itu, berkualitas tidaknya aparat yang
ditugaskan pada suatu unit pemerintahan, terlebih lagi bagi PNS adalah juga merupakan
tanggung jawab pemerintah. Selain itu, kepatuhan setiap pegawai kelurahan melaksanakan
tugasnya, juga ditentukan oleh atasan/pimpinan dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian.
d. Kondisi Kerja
Kondisi kerja yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah suasana kerja yang dapat
mendorong seorang pegawai/aparat untuk mengaktualisasikan potensinya dan menampilkan
pekerjaannya secara baik. Agar kondisi tersebut dapat terwujud, maka suasana kooperatif dan
kolaboratif, Fasilitas kerja yang memadai, kejelasan tugas dan tanggung jawab setiap aparat,
harus diciptakan.
Namun dari hasil analisis penulis terhadap uraian sebelumnya, diperoleh gambaran
bahwa kondisi kerja seperti tersebut tidak termasuk. Tidak disiplinnya pegawai kelurahan
mematuhi waktu-waktu kerja, tidak terampilnya dan minimnya dedikasi dan komitmen terhadap
tugas, merupakan refleksi dari suasana kerja yang tidak kooperatif, kolaboratif, kurangnya
kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing perangkat/aparat, dan karena minimnya
fasilitas kerja.
Hal yang disebutkan terakhir, diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan Sekretaris
dan Kepala-kepala seksi yang pada intinya menyatakan bahwa "dalam melaksanakan tugas
mereka, fasilitas yang tersedia kurang mendukung atau memadai". Lebih jauh dijelaskan bahwa
fasilitas yang kurang memadai tersebut, antara lain : peralatan kantor seperti meja dan kursi
kerja, ruang kerja, lemari tempat penyimpanan arsip, mesin ketik, kertas dan lain sebagainya.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya terutama uraian Pada bab hasil penelitian dan
pembahasan, dikaitkan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat ditarik
beberapa Kesimpulan pokok sebagai berikut :
1. Kemampuan pegawai pemerintah kelurahan Tarorane dalam pelaksanaan tugas
administrasi masih rendah. Terlihat dengan bukti-bukti yang didapati dilapangan, masih
banyaknya buku- buku untuk pencatatan kearsipan tidak terisi.
2. Peningkatan kemampuan aparat Kelurahan Tarorane dalam pelaksanaan tugas
administrasi pemerintahan kelurahan yang meliputi:
a. Pembinaan disiplin Pegawai
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Motivasi kerja
d. Pengembangan karir
3. Peningkatan kemampuan aparat Kelurahan Tarorane dikarenakan kondisi pelaksanaan
tugas pemerintahan disebabkan oleh beberapa faktor yang melingkupi Aparat kelurahan.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah minimnya keterampilan/kemampuan setiap Aparat
sehubungan dengan tugas-tugas tersebut, masih rendahnya disiplin kerja ditinjau dari
aspek waktu, minimnya pemberian bimbingan terhadap aparat, pengawasan dan,
pengendalian yang tidak efektif, serta kondisi kerja yang kurang mendukung.
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan kemampuan penyelenggaraan administrasi pemerintahan di
Kelurahan Tarorane, khususnya tugas-tugas administrasi kelurahan, ada beberapa saran pokok
yang dapat dijadikan pertimbangan adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya pemerintah kabupaten, melakukan kegiatan/pelatihan keterampilan bagi
Aparat pemerintah kelurahan, dengan maksud agar supaya dari hasil pelatihan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan/keterampilan mereka dalam berbagai aspek
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
2. Sebagai aparat (pegawai negeri) yang telah mengangkat sumpah dan janji, hendaknya
dapat meningkatkan aktualisasinya sebagai seorang pelayan publik (public service) dalam
hal kedisiplinan dari segi waktu kerja yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten.
19
3. Hendaknya pemerintah lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dukungan terhadap
penyelenggaraan pemerintah ditingkat kelurahan, baik dukungan berupa bimbingan teknis
administrasi maupun pengawasan dan pengendalian.
4. Hendaknya di antara para pegawai Kelurahan dapat menciptakan suasana yang penting
serta memperbaiki kondisi kerja yang dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas sehari-
hari, oleh karena itu setiap aparat perlu meningkatkan dedikasi dan komitmennya sebagai
abdi masyarakat, abdi negara dan abdi bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian, Rajawali Press JakartaBeratha, I Nyoman. 1992. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan. Ghalia
Indonesia. Jakarta
Kartono, Kartini. 1993. Pemerintahan dan Kepemimpinan. Rajawali Press. JakartaRasyid, M. 1992. Pembangunan Kualitas dan Usaha-Usaha Peningkatan Aparatur
Pemerintah. Universitas Tadulako Palu
Sawe, Jamaluddin. 1996. Konsep Dasar Pembangunan Pedesaan. APDN Press.Bandung
Saparin, Sumber. 1996. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. GhaliaIndonesia. Jakarta
Siagian, SP. 1991. Administrasi Pembangunan. Haji Masagung. JakartaSingarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1984. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta
Sugiyono, Prof.Dr. 2007, Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta; Bandung.Syarif, Roesli. 1991. Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bina
Aksara. Bandung
Tjiptoherianto, Prijono. 1993. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Prisma.Jakarta
Widjaya, AW. 1992. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa. Rajawali Press. JakartaWijaya, Cece. 1991. Manajemen Pemerintahan. Rajawali Press. Jakarta
Sumber lain :Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
20
Permendagri Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Monografi Desa dan KelurahanInstruksi Mendagri Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemerintahan Daerah.
ii