Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

46
INVENTARISASI JAMUR PADA BUAH TOMAT (Licopersicum Esculentum) PASCA PANEN LAPORAN PRAKTIKUM DISUSUN OLEH : 1. ASRI AMSAH ( 13.821.0072 ) 2. BENNY GUNARSO ( 13.821.0067 ) 3. MUHAMMAD TEGUH TARIGAN ( 13.821.0038 ) 4. RIDHO PASARIBU ( 13.821.0065 ) 5. SELVI HANDAYANI ( 13.821.0015 ) KELOMPOK 4 ( EMPAT ) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI i

description

Mengenai patogen pada buah tomat

Transcript of Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

Page 1: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

INVENTARISASI JAMUR PADA BUAH TOMAT (Licopersicum Esculentum) PASCA PANEN

LAPORAN PRAKTIKUM

DISUSUN OLEH :

1. ASRI AMSAH ( 13.821.0072 )

2. BENNY GUNARSO ( 13.821.0067 )

3. MUHAMMAD TEGUH TARIGAN ( 13.821.0038 )

4. RIDHO PASARIBU ( 13.821.0065 )

5. SELVI HANDAYANI ( 13.821.0015 )

KELOMPOK 4 ( EMPAT )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2014

i

Page 2: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan

karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktikum yang berjudul “INVENTARISASI JAMUR PADA BUAH TOMAT

(Licopersicum Esculentum) PASCA PANEN “.

Adapun usulan Laporan Praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi

tugas akhir dari praktikum Matakuliah Dasar Mikrobiologi pada Fakultas Pertanian

Universitas Medan Area.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada :

1. Dosen Matakuliah Dasar Mikrobiologi Ibu Ir. Maimunah, M.Si. dan Asisten Dosen

Bapak Muhammad Usman S.Si. yang telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan, saran, serta bantuan kepada penulis agar dapat menguasai Matakuliah Dasar

Mikrobiologi dan menyelesaikan Laporan Praktikum sebagai Tugas Akhir Mata

kuliah Dasar Mikrobiologi.

2. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan motivasi dengan penuh,

baik moril maupun materil kepada penulis.

3. Seluruh rekan – rekan sesama mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Medan Area,

dan khususnya rekan – rekan satu kelompok yang telah membantu dan saling bekerja

sama dalam menyelesaikan Laporan Praktikum sebagai Tugas Akhir Matakuliah

Dasar Mikrobiologi.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan penulisan Laporan Praktikum Dasar Mikrobiologi ini. Akhir kata penulis

berharap agar Laporan Praktikum Dasar Mikrobiologi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 23 Juni 2014Penulis

Kelompok 4

ii

Page 3: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1B. Tujuan Praktikum ................................................................................................ 6C. Manfaat Praktikum .............................................................................................. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7A. Tanaman Tomat ................................................................................................... 7B. Kelompok Jamur ................................................................................................ 11

1. Gymnomycota ............................................................................................. 122. Amastigomycota .......................................................................................... 133. Mastigomycota ............................................................................................ 13

BAB III. BAHAN DAN PROSEDUR KERJA .......................................................... 15A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 15B. Bahan dan Alat .................................................................................................. 15C. Metode Percobaan ............................................................................................. 15D. Prosedur Kerja ................................................................................................... 16

1. Penyediaan Alat dan Bahan ......................................................................... 162. Pembuatan Media ........................................................................................ 163. Sterillisasi Penuangan Media ....................................................................... 174. Inokulasi ...................................................................................................... 18

a. Penuangan Media .................................................................................. 18b. Penanaman Sampel ................................................................................ 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 20A. Hasil ................................................................................................................... 20B. Pembahasan ....................................................................................................... 21

1. Aspergillus Flavus ...................................................................................... 212. Acremonium Sp .......................................................................................... 23

BAB V. PENUTUP ..................................................................................................... 25A. Kesimpulan ........................................................................................................ 25B. Saran .................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 26

iii

Page 4: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya

baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah

yang keras, miskin unsur hara mikro, serta hormon pemupukan tidak berimbang,

serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya

petani. Pertumbuhan tomat yang baik, membutuhkan tanah yang gembur, kadar

pH antara 5 - 6, sedikit mengandung pasir, pengairan secara intensif, dan cukup

pada saat mulai penanaman hingga panen. (Tugiyono, 2001)

Buah tomat mempunyai nama ilmiah Licopersicum Esculentum, dan

merupakan buah asli amerika tengah dan amerika selatan. Buah tomat sering kita

jumpai dalam berbagai menu masakan maupun dalam bentuk jus. Tomat

dikategorikan sebagai buah yang berkeluarga dekat dengan kentang, hanya saja

berwarna merah saat matang. Buah tomat adalah jenis buah yang mempunyai

kandungan vitamin yang cukup banyak sehingga sangat baik bagi kesehatan tubuh

anda. Berdasarkan penelitian, buah tomat yang telah masak / matang memililiki

berbagai kandungan vitamin di antaranya adalah sebagai berikut: Kalsium = 5 mg,

Vitamin A  = 1500 SI, Kalori + 20 kal, Vitamin C = 40 mg, Protein = 1.0 g,

Lemak = 0.3 mg, Karbohidrat = 4.2 g.

Berdasarkan kandungan nutrisi di dalamnya tersebut, maka buah tomat

baik dikonsumsi setiap hari karena akan membantu menjaga kesehatan tubuh.

Maka tidak heran jika sebagian besar orang menyukai buah tomat untuk

dikonsumsi dalam sajian yang beraneka ragam. Berikut ini adalah beberapa

1

Page 5: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

manfaat buah tomat bagi kesehatan tubuh manusia : Menjaga kesehatan mata

anda, Mencegah penggumpalan darah, Antioksidan, Anti inflamasi, Mencegah

wasir dan sembelit, Membantu menurunkan demam, Menambah jumlah produksi

sperma. ( Constiti, 2013 dalam www.constiti.com )

Di Indonesia hasil produksi buah tomat setiap tahunnya bisa meliputi

angka yang fantastis dan juga penurunan hasil produksi yang cukup tajam.

Berdasarkan data yang telah dihasilkan dari tahun 2000 – tahun 2013

pertumbuhan produksi buah tomat tidaklah begitu stabil dan cukup sering

terjadinya kenaikan produksi dan penurunan produksi yang cukup tajam seperti

halnya pada tahun 2013 penurunan produksi buah tomat se-Indonesia mengalami

penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai di angka 441.250 ton, hal ini

menunjukkan begitu sulitnya penanganan produk buah tomat agar dapat

menghasilkan produksi yang cukup stabil. Hal ini dapat terjadi karena akibat dari

kendala yang dihadapi baik dari segi budidaya tanaman tomat sampai pada

proses pasca panen buah tomat. ( bps.go.id. )

Pasca panen adalah semua kegiatan yang di lakukan terhadap  suatu

komoditi sejak komoditi tersebut di panen sampai penggunaan akhir, baik untuk

konsumsi maupun untuk maksud lain. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

pemanenan, pemasaran, pemilihan, dan penyimpanan. Masalah penanganan

produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi

masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius, baik dikalangan petani,

pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh

petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen

tidak mendapat perhatian, maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan

2

Page 6: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak

tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain.

Hasil tanaman hortikultura khususnya pada buah tomat pada umumnya

mudah rusak (perishable), sehingga kehilangan hasil setelah panen akan sangat

tinggi jika produk tersebut tidak segera diolah menjadi bahan yang lebih tahan

simpan. Kehilangan hasil pada tahap pascapanen ini umumnya lebih besar di

negara-negara berkembang dibandingkan dinegara maju. Besarnya porsi

kehilangan hasil pasca panen di Indonesia disebabkan antara lain karena:

1. Sistem transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

mengangkut produk pertanian dari lahan produksi ke pasar menjadi lebih lama.

2. Kurang tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian yang layak.

3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan produksi pertanian

4. Kurang tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian

5. Rendahnya rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap rendah atau   tidak

sepadan antara tenaga dan ongkos yang dikeluarkan dalam

proses          pengolahan produk pertanian dengan nilai tambah ekonomi

yang  didapatkan dari produk olahan tersebut). (Lakitan, 1995).

Selain itu penanganan produk buah tomat pasca panen bila tidak

mendapatkan perhatian penuh baik dengan cara pemanenan dan penyimpanan

maka dapat menimbulkan infeksi ataupun serangan dari mikroorganisme yang

dapat menurunkan kualitas buah tomat setelah dipanen. Infeksi mikroorganisme

terhadap produk dapat terjadi semasih buah dan sayuran tersebut tumbuh

dilapangan dan pada saat pasca panen, namun mikroorganisme tersebut tidak

tumbuh dan berkembang, hanya berada di dalam jaringan. Bila kondisinya

3

Page 7: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

memungkinkan terutama setelah produk tersebut dipanen dan mengalami

penanganan dan penyimpanan lebih lanjut, maka mikroorganisme tersebut segera

dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan yang serius.

Kemampuan mikroba patogen untuk memulai terjadinya penyakit sangat

tergantung pada sejumlah faktor, yang secara umum dipertalikan dengan mikroba

inang, lingkungan, yang dikenal sebagai segitiga penyakit. Masing-masing faktor

tersebut saling memengaruhi dan akan menimbulkan makin parahnya penyakit

pascapanen. Mikroba patogen dijumpai sangat banyak, baik selama buah berada

di tanaman maupun di dalam ruang simpan. Meskipun demikian, hanya beberapa

jenis patogen yang mampu tumbuh dan berkembang, dan menimbulkan kerusakan

pada produk pascapanen. Perkembangan patogen pascapanen sangat dipengaruhi

oleh  kondisi lingkungan, khususnya suhu, pH, nutrisi, dan kandungan air, yang

harus tersedia. Selain itu, patogen pascapanen harus bekerja sama dengan enzim

yang dihasilkannya untuk menguraikan jaringan inang, yang mengakibatkan

keluarnya nutrisi yang sesuai bagi pertumbuhan patogen dari jaringan yang terurai

tersebut.

Berikut merupakan beberapa penyakit atau mikroorganisme yang dapat

merusak kualitas produk buah tomat selama masa taman hingga panen dan

penyimpanan produk buah tomat setelah pasca panen: Blossom and rot (Busuk

ujung buah),menyerang buah tomat baik yang masih muda maupun yang sudah

tua. gejala serangan penyakit tomat ini sudah tampak ketika buah masih muda.

Mula-mula terlihat bercak berwarna hijau gelap pada ujung buah tomatyang

kemudian berubah menjadi basah dan berwarna cokelat sampai

kehitaman. Penyakit blossom and rot ini disebabkan kekurangan unsur hara mikro

4

Page 8: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

Ca (kalsium). Berikutnya adalah Busuk Buah Antrak. Penyakit tomat ini

disebabkan cendawan Colletotrichum coccodes. serangan pada buah

menyebabkan timbulnya bercak-bercak kecil, berair, bulat dan cekung. Pada

pangkal buah terdapat bercak-bercak berwarna ungu, terletak dekat pangkal

tangkai buah. Serangan pada akar dan batang menyebabkan jaringan korteks

berwarna cokelat dan daun layu. (Agus 2011, dalam ub-agus.blogspot.com).

Masih banyak lagi mikroorganisme atau kapang yang dapat tumbuh pada

buah tomat. Karena buah tomat mengandung nutrisi yang dapat dimanfaatkan

oleh mikroorganisme atau kapang yang dapat merusak kualitas buah tomat.

Beberapa mikroorganisme itu terdiri dari Fusarium solani (Mart.) Sacc.,

Fusarium sporotrichioides Sherb., Cladosporium herbarum (Pers.) Link.,

Penicillium corylophilum Dierckx., Geotrichum candidum Link., Blastomyces

dermatitidis, Cladosporium sphaerospermum Penzig, dan Cladosporium

macrocarpum Preuss. Mycelia sterilia 1, Aspergillus ochraceus Wilhelm.,

Geotrichum candidum Link., Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx, Penicillium

variabile Sopp, Papulospora sp., Mycelia sterilia 2, Mycelia sterilia 3, dan

Aspergillus niger van Tieghem. ( Otavia Dewi. 2013 )

Masalah penanganan produk hortikultura khususnya pada buah tomat

setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi masalah yang perlu

mendapat perhatian yang serius, baik dikalangan petani, pedagang, maupun

dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh petani mencapai

hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat

perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau

kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak tahan

5

Page 9: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain. Hal tersebutlah

yang menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura yang

telah dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat di panen mencapai

jumlah yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat

dipertahankan kesegarannya atau kualitasnya selama mungkin.

B. Tujuan Praktikum

Menginventarisasi jenis – jenis cendawan atau kapang pada buah tomat

yang terbawa pasca panen sehingga dapat menurunkan kualitas produk buah

tomat yang biasa terjadi dalam penyimpanan pada saat pemasaran.

C. Manfaat Praktikum

Memberikan informasi jenis – jenis cendawan atau kapang penyebab

penyakit pada buah tomat sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan

untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menangani produk buah tomat pasca

panen agar tidak mengalami penurunan kualitas dan kuantitas buah tomat.

6

Page 10: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tomat

Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura. Ciri-

ciri tanaman hortikultura adalah di panen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup,

produknya bersifat mudah rusak (perishable), serta komponen utama dari mutu

ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan kering (dry matter). Selain

itu, bersifat melimpah (voluminous) dan kualits produk sangat penting bagi

konsumen. Jenis tanaman hortikultura bukanlah sumber karbohidrat, melainkan

sumber vitamin, mineral, dan zat-zat yang diperlukan tubuh. Karena itu, perlakuan

pascapanen sangat penting guna menjaga agar produk bisa bertahan lebih lama. 

Menurut ilmu tumbuh-tumbuhan (botani) tomat diklasifikasikan kedalam

golongan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatopyta (tumbuhan berbiji)

Subduvisi : Angiosprmae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Tubiflorae (solanales)

Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet)

Genus : Lycopersicum (lycopersicon)

Spesies : Lycopersicum esculentum

mill./syn;solanum licopersicum

Genus tanaman tomat dibedakan lagi menjadi subgenus sebagai berikut ini.

1. Subgenus Eulycopersicum

Memiliki buah berwarna merah atau kadang-kadang kuning, sedikit

berbulu, dan enak dimakan. Umumnya di budidayakan sebagai tanaman setahun,

7

Page 11: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

meski bisa hidup sebagai tanaman tahunan. Subgenus ini dibedakan menjadi dua

spesies.

2. Lycopersicum Esculentum Mill

Spesies ini memiliki buah yang enak dimakan, dengan bentuk ukuran yang

bervariasi. Umumnya, diameter buah berkisar 1,5-2,5 cm. Tanaman ini melakukan

penyerbukan sendiri. Jenis tomat ini dibedakan menjadi lima varietas.

Esculentum var. Cerasiforme atau biasa disebut tomat cherry.

Esculentum var. Commune bailey yang biasa ditemui di pasar-pasar lokal.

Esculantum var. Pyriforme alrf atau biasa disebut tomat apel atau pir, karna

bentuk buahnya seperti buah apel atau pir.

Esculantum var. Grandifolium bailey atau biasa disebut tomat kentang atau

tomat daun lebar.

Esculentum var. Validium bailey atau disebut tomat tegak, sebab pertumbuhan

tanaman tegak dengan cabang mengarah ke atas.

3. Lycopersicum Pimpinellifolium (Jusl.) Mill.

Spesies ini disebut juga tomat anggur (curran tomato), sebab buah kecil-

kecil dan terletak dalam rangkaian, seperti buah anggur. Karenanya, jenis ini

biasanya dijadikan sebagai tanaman hias. Sebenarnya, spesies ini termasuk

kelompok tomat liar yang berasal dari dataran rendah peru. Buahnya berwarna

merah dan enak dimakan. Buahnya memiliki dua ruang, berbiji halus, dan tidak

berbulu. Garis tengah buah sekitar 1 cm denagn diameter 1_1,5 cm. Umumnya,

dalam satu rangkaian terdapat 10-40 buah. Sehingga diperlukan ajir (lanjaran)

agar tanaman bisa berdiri tegak. Mampu melakukan penyerbukan sendiri dan

silang. Jenis ini sering melakukan persilangan secara alami dengan lycopersicum

esculentrum, sebab keduanya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.

8

Page 12: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

Umumnya, hasil persilangan ini mengahasilkan tomat yang tahan penyakit.

( Faedahjaya, 2013 dalam blog.faedahjaya.com)

Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak.

Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman

dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian. Tomat

dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm.Tomat yang dijual

dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam baris 60-75 cm dan

antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8. 000 - 14.000 tanaman/ha. Tomat

membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannyaagar diperoleh

produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan

tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC. (Rubatzky dan Yamaguchi,

1999).

Tomat mampu hidup dalam musim kemarau maupun musim hujan, akan

tetapi pada musim hujan tidak akan terjamin hasilnya. Pada iklim basah akan

membentuk tanaman yang rimbun, bunga berkurang, dan pada daerah

pegunungan akan timbul penyakit yang berakibat fatal pada pertumbuhannya.

(Rismunandar, 2001).

Tomat sendiri memiliki akar tunggang, akar cabang, dan akar serabut

berwarna keputihan dan memiliki bau yang khas, serta perakaran yang tidak

terlalu dalam yakni antara 30-40 cm. Batang Tomat berbentuk bulat serta

membengkak pada buku-buku. Batang muda berambut halus dan berkelenjar.

Mudah patah, dapat bersandar pada turus atau merambat pada tali. (Rismunandar,

2001). Daun tomat memiliki ciri yang khas, yakni berbentuk oval, bergerigi,

9

Page 13: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

memiliki celah yang menyirip, berbulu, berwarna hijau, panjang antara 20-30 cm

dan lebar 15-20 cm. ( Wiryanta, 2004 dalam anitawidya08.student.ipb.ac.id )

Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan

jumlah 5-10 bunga/dompolan atau tergantung varietasnya. Kuntum bunga terdiri

dari 5 helai daun kelopak dan 5 helai mahkota. Pada serbuk sari terdapat kantong

yang letaknya jadi satu dan berbentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala

putik, sehingga mampu melakukan penyerbukan sendiri. ( Wiryanta 2004 dalam

anitawidya08.student.ipb.ac.id )

Buah tomat adalah buah buni. Selagi muda berwarna hijau, berbulu dan

relatif keras, namun pada saat  tua berwarna merah muda, merah, atau kuning

cerah, mengkilat, serta relatif lunak. Diameter antara 2-15 cm tergantung

varietasnya. Jumlah ruang dalam buah juga bervariasi, ada yang dua seperti tomat

ceri dan tomat roma atau lebih dari dua, seperti tomat marmade yang beruang

delapan. Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi

tangkai buah, serta kelopak bunga berubah fungsi menjadi kelopak buah (Pitojo,

2005)

Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, berwarna putih kekuningan dan coklat

muda. Panjang antara 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Jumlah biji berbeda tiap

buahnya, tergantung varietasnya, maksimum 200 biji/buah. Biji mulai tumbuh

setelah ditanam 5-10 hari. ( Agromedia, 2007 dalam http ://id. Wikipedia . org

/wiki/ Phytophthora_infestans ).

Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik baik di dataran rendah hingga

dataran tinggi yakni 1250 m dpl. Di Indonesia, tanaman tomat dapat

dibudidayakan di daerah ketinggian 100 m dpl. Ketinggian tempat berkaitan erat

10

Page 14: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

dengan suhu udara siang maupun malam. Pertumbuhan tomat yang baik,

membutuhkan tanah yang gembur, kadar pH antara 5-6, sedikit mengandung

pasir, pengairan secara intensif dan cukup pada saat mulai penanaman hingga

panen. (Tugiyono, 2001)

B. Kelompok Jamur

Jamur dalam beberapa pustaka masih dimasukkan dalam dunia tumbuhan,

yakni Thallophyta, akan tetapi tidak mempunyai klorofil, sehingga untuk

hidupnya memerlukan sumber bahan organik. Dinding selnya kebanyakan

mengandung zat khitin, yang terdiri dari rangkayan molekul  N-

acetylglocosamina. Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler

(umumnya berbentuk benang disebut hifa, hifa bercabang-cabang membentuk

bangunan seperti anyaman disebut miselium, dinding sel mengandung kitin,

eukariotik, tidak berklorofil. Hidup secara heterotrof dengan jalan saprofit

(menguraikan sampah organik), parasit (merugikan organisme lain), dan

simbiosis. Habitat jamur secara umum terdapat di darat dan tempat yang lembab.

Jamur uniseluler dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu vegetatif dapat

dilakukan dengan cara membentuk spora, membelah diri, kuncup (budding).

Secara generatif dengan cara membentuk spora askus. Sedang untuk jamur

multiseluler reproduksi vegetatif dengan cara fragmentasi, konidium, zoospora.

Secara generatif dapat dilakukan dengan cara konjugasi, hifa yang akan

menghasilkan zigospora, spora askus, spora basidium.

Fungi adalah komponen biosfer yang sangat sangat besar dan penting.

Keanekaragamanrnya menakjubkan: sementara sekitar 100.000 spesies telah di

identivikasi, diperkirakan bahwa sebenarnya terdapat tak kurang dari 1,5 juta

11

Page 15: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

sepesies fungi. Beberapa fungi khusus bersel tunggal, namun sebagian besar

memiliki tubuh multiseluler yang kompleks, yang pada banyak kasus mencakup

struktur yang kita kenal sebagai cendawan.  Jamur dibedakan dalam beberapa

divisi yaitu antara lain Gymnomycota, Mastigomycota, Amastigomycota.

1. Gymnomycota

Gymnomycota dapat dikatan sebagai jamur lendir karena jamur divisi

Gymnomycota dapat tumbuh dilingkungan yang lembab. Jamur lendir atau

Myxomicota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur namun

berperilaku menyerupai amoeba. Myxomycota berasal dari kata myxo yang

artinya lendir, dan mykes yang artinya cendawan. Ciri umum myxomycota adalah

memiliki fase soma berupa plasmodium. Plasmodium yang mengering membentuk

sklerotium. Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi miksospora.

Dinding sel sporangium disebut peridium. Habitat cendawan ini adalah di tempat

yang lembap, kayu busuk, daun mati, dan benda organik lainnya.

Jamur lendir (slime mold) mempunyai pola pertumbuhan yang khusus.

Jamur ini lebih mirip dengan protozoa, tetapi pada satu tahap perkembangannya

jamur ini membentuk spora. Dalam skema klasifikasi, jamur lendir dikelompokan

ke dalam Myxomycetes. Perkembangan jamur lendir bervariasi sesuai dengan

jenisnya. Tahap plasmodium terdiri atas massa protoplasma bernukleus banyak.

Pada tahap plasmodium ini jamur dapat bergerak pada substrat seperti amoeba dan

melakukan ingesti terhadap bakteri maupun benda kecil. Jika kondisi tidak

menguntungkan, misalnya subtrat mengering, akan berubah menjadi sel berinti

yang berfungsi sebagai spora atau membentuk kantong (sporangium) tanpa

tangkai yang berisi banyak spora. Jika kondisi menguntungkan lagi, spora akan

12

Page 16: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

memproduksi protoplas berflagela satu kemudian berpasangan, berfusi

membentuk zigot yang berflagela dua. Zigot yang berflagela ganda ini kemudian

melepaskan kedua flagelanya dan melakukan pembelahan sehingga terbentuk

plasmodium.

2. Mastigomycota

Mastigomycota merupakan cendawan berflagel yang memiliki beberapa diskripsi

yaitu :

Kelas Chytridiomycetes

Bentuk vegetatif bervariasi menghasilkan sel motil dengan  uniflagella  posterior

dengan flagella berbentuk cambuk

Kelas Hyphochytridiomycetes

Kelompok kecil jamur,  menghasilkan  sel motil dengan uniflagella anterior

dengan flagella berbentuk tinsel

Kelas Plasmodiophoromycetes

Jamur parasit dengan plasmodia banyak inti dan sel pada inang; sel istirahat

(kista) dihasilkan dalam masa tetapi tidak  dalam sporofor yang jelas; sel motil

dengan dua anterior flagella yang berbentuk cambuk

Kelas Oomycetes

Bentuk vegetatif bervariasi, biasanya berbentuk filamen, sonositik, menghasilkan

zoospora, masing-masing dengan satu flagel cambuk dan satu tinsel; reproduksi

seksual menghasilkan oogamus dalam  pembentukan oospora

13

Page 17: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

3. Amastigomycota

Tidak seperti Gymnomycota dan Mastigomycota, pada Amastigomycota  tidak

menghasilkan sel-sel motil. Terdiri dari empat subdivisio yaitu: Zygomycotina,

Ascomycotina, Basidiomycotina dan Deuteromycotina.

Zygomycota

Saprofit,  parasit  atau  predator,  miselium sonositik; reproduksi aseksual dengan

sporangiospora; reproduksi seksual melalui fusi gametangia yang sama atau tidak

sama  dan menghasilkan zygosporangia yang mengandung zygospora

Ascomycota,

Saprofit, simbiotik atau parasit; uniseluler atau miselium bersepta, menghasilkan

askospora dalam sel yang berbentuk kantung (askus)

Basidiomycota,

Saprofit, simbiotik atau parasit; uniseluler atau miselium bersepta, menghasilkan

basidiospora pada permukaan berbagai tipe basidia

Deuteromycota,

Saprofit, simbiotik, parasit atau predator; uniseluler atau miselium bersepta,

biasanya menghasilkan konidia dari berbagai tipe sel konidiogenous, tidak dikenal

adanya reproduksi seksual. ( Suroso Adi Yudianto, 1992 dalam

nurhidayat.lecture.ub.ac.id )

14

Page 18: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

BAB IIIBAHAN DAN PROSEDUR KERJA

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2014, pukul

14.00 WIB sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah buah tomat yang dibeli di pasar, aquadest,

kentang, agar – agar, gula pasir, dan alkohol. Alat – alat yang digunakan adalah

erlen mayer, bunsen, hot plate, cawan petri, botol penyemprot, pinset, oven,

kertas, plastik crawp, auto clave, pisau carter, serbet, panci, dan laminar air flow.

C. Metode Percobaan

Percobaan praktikum ini menggunakan Metode Deksriptif yaitu

menerangkan hasil gambaran percoban yang dilakukan dengan mengidentifikasi

jamur yang tumbuh pada penanaman mikroorganisme dari kulit sampel buah

tomat dan menggunakan metode PDA ( patato dexdrose agar ). Metode PDA

( patato dexdrose agar ) merupakan metode pembiakan mikroorganisme melalui

biakkan murni yang bertujuan mengindentifikasi jamur patogen yang berasal dari

buah tomat. Identifikasi jamur patogen dengan menggunakan mikroskop

binokuler dengan pembesaran lemah ( 10 x 10 ), sedang ( 10 x 40 ), dan tinggi

( 10 x 100 ).

15

Page 19: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

D. Prosedur Kerja

1. Penyediaan Bahan dan Alat

Penyediaan bahan dan alat harus dilakukan dengan tepat agar tidak

kesulitan dalam melakukan percobaan praktikum nanntina. Penyediaan bahan dan

alat nantinya akan melewati proses sterillisasi. Sterillisasi merupakan suatu proses

yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme

yang tidak diinginkan pada suatu objek atau specimen. Untuk sterilisasi alat yang

digunakan biasanya bersuhu 220oC selama 1 – 2 jam.

2. Pembuatan Media

Bahan yang terdiri dari campuran zat – zat hara ( nutrient ) yang berguna

untuk membiakkan mikroorganisme. Untuk pembuatan media ini nantinya

membutuhkan proses sterilisasi pemanasan basah menggunakan auto clave.

Adapun bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan media PDA adalah

sebagai berikut.

Bahan – bahan

1. Kentang 1,5 kg

2. 1,5 liter air

3. 500 ml Aquadest

4. 10 gr Agar ( bubuk )

5. 200 gr Gula

Cara kerja :

a. Kentang dikupas hingga bersih, kemudian dicuci dengan air bersih.

b. Setelah dicuci, kentang dipotong halus dengan tujuan agar kentang bila

dipanaskan lebih cepat lunak.

16

Page 20: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

c. Kentang dimasak / direbus sampai kentang menjadi lunak.

d. Setelah kentang lunak kemudian dihancurkan hingga halus lalu disaring

hingga menghasilkan ekstrak kentang.

e. 500 ml Ekstrak kentang ditambahkan 500 ml Aquadest kemudian dimasak

dan ditambahkan agar dan gula aduk hingga rata.

f. Setelah selesai tuang kedalam wadah ( Erlenmayer ) untuk kemudian

disterilkan

3. Sterilisasi Penuangan Media

Sterilisasi alat dan bahan dilakukan bertujuan agar nantinya pada saat

penanaman mikroorganisme dari buah tomat tidak terjadi kontaminasi dari bakteri

lain yang dapat mengganggu proses biakkan yang akan diteliti nantinya.

Cara kerja :

a. Bungkus alat – alat yang ingin digunakan nantinya pada saat penanaman

mikroorganisme dari buah tomat dengan kertas, baik itu erlen mayer, dan

cawan petri.

b. Kemudian masukkan kedalam oven untuk sterilisasi pemanasan kering.

Sterilisasi pemanasan kering dilakukan selama 2 ( dua ) jam hingga suhu

mencapai 2200C.

c. Lalu persiapkan auto clave untuk sterilisasi pemanasan basah yang

digunakan untuk sterilisasi media PDA yang telah dibuat.

d. Sterilisasi media PDA dilakukan menggunakan autoclave yang biasa

disebut sterilisasi pemanasan basah. Sterilisasi media dengan metode

pemanasan basah dilakukan hingga suhu mencapai 127 0 C, lalu dibiarkan

selama 15 menit setelah itu diangkat.

17

Page 21: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

4. Inokulasi

Inokulasi Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah

pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru

dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri

(inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya

dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi

(Dwijoseputro, 1998).

a. Penuangan Media

Cara kerja :

Persiapkan alat – alat yang ingin digunakan untuk penanaman kedalam

laminar air flow.

Gunakan alkohol dengan menyemprotkannya di kedua tangan hingga

merata.

Hidupkan bunsen yang telah disiapkan, ambil media PDA dan juga cawan

petri yang telah disterilkan. panaskan seluruh pinggiran cawan petri

dengan bunsen, setelah itu buka tutup media PDA dengan jari jentik

sebelah kiri, lalu panaskan bibir erlen mayer tempat media PDA secara

merata.

Tuangkan media PDA dengan perlahan diatas api bunsen, lalu segera tutup

cawan petri, dan panaskan seluruh pinggiran cawan petri.

kemudian panaskan tutup erlen mayer beserta dengan bibir erlen mayer

lalu segera tutup media hingga rapat.

18

Page 22: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

b. Penanaman Sampel

Cara kerja :

a. Persiapkan kembali alat dan bahan yang akan digunakan kedalam laminar

air flow.

b. Gunakan kembali alkohol dengan menyemprotkannya di kedua tangan

hingga merata.

c. Ambil media yang telah mengeras tadi kemudian panaskan seluruh

pinggirannya dengan api bunsen, kemudian ambil pinset dan panaskan

hingga berwarna kemerahan biarkan sesaat lalu ambil kulit buah tomat,

kemudian cuci selama 5 detik.

d. setelah itu letakkan kedalam media yang telah dipersiapkan tadi.

Peletakan kulit buah tomat harus berdekatan dengan api bunsen agar tidak

terjadi kontaminasi, dan pastikan pada saat penanaman tidak

diperbolehkan berbicara. Lakukan sebanyak 4 kali.

e. Setelah selesai panaskan kembali pinggiran cawan petri hingga merata lalu

di rekatkan dengan menggunakan plastik crawp agar terhindar dari

kontaminasi udara bebas.

19

Page 23: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

20

Terdapat 2 miselium yang

tumbuh pada sampel kulit buah

tomat berwana kuning dan hitam,

miselium berbentuk renggang.

Acremonium Sp

Aspergillus Flavus

Page 24: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

B. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada sampel buah tomat

terdapat kapang yang terdiri dari 2 miselium yang berbentuk longgar, Miselium

pertama berwarna kuning dan miselium kedua berwarna hitam. Setelah di

identifikasi ternyata 2 miselium yang tumbuh pada sampel buah tomat yang

dilakukan penanaman cendawan ( inokulasi ) dengan menggunakan metode PDA

adalah Aspergillus Flavus, dan Acremonium sp.

1. Aspergillus Flavus

Klasifikasi Aspergillus flavus :

Super kingdom    : Eukaryota

Kingdom                : Fungi

Phylum                    : Ascomycota

Classis                   : Eurotiomycetes

Ordo                       : Eurotiales

Familia                   : Trichocomaceae

Genus                     : Aspergillus

Spesies                  : Aspergillus flavus

Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang

umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaurulang nutrisi yang terdapat

dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga ditemukan pada

biji-bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala

jenis substrat   organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk

pertumbuhannya terpenuhi.  Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara

yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu

bersepta, miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki

21

Page 25: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

sel, sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna,

konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.

Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400-800 μm) dan

relatif kasar, bentuk  kepala konidial bervariasi dari bentuk kolom, radial, dan

bentuk bola, hifa berseptum,dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus

flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14

hari Kapang ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi

kuningkehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak

berwarna,sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua. Aspergillus

flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat

tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi

atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang

dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting.Tingkat

penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh kemampuannya

untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut dapat dengan

mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah

maupun tanaman. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan bagian

grup Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena peranannya sebagaipatogen pada

tanaman dan kemampuannya untuk menghasilkan aflatoksin pada tanaman yang

terinfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan produsen toksin paling penting

dalam grup Aspergillus flavus yang mengkontaminasi produk

agrikultur. Aspergillus flavus danAspergillus parasiticus mampu mengakumulasi

aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan

berbeda.

22

Page 26: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

Aspergillus flavus merupakan kapang yang menghasilkan toksin atau

racun berupa aflatoksin. Aflatoksin adalah senyawa racun/toksin yang dihasilkan

oleh metabolit sekunder kapang/jamur Aspergillus flavus dan A.parasiticus.

Aflatoksi merupakan segolongan mikotoksin (racun/toksin yang berasal dari

fungi/kapang/jamur)yang sangat mematikan dan karsinogenik (pemicu kanker)

bagi manusia dan hewan. tingginya kandungan aflatoksin pada makanan/pakan

akan berbuntut keracunan dan berakibat kematian, hal ini menjadi tantangan bagi

kita semua. ( Fadiel, 2013 dalam fadielunderground666.blogspot.com )

2. Acremonium Sp

Acremonium sp., dikatagorikan sebagai jenis jamur penginduksi wangi

gaharu yang tinggi. Sehingga dari jenis jamur yang telah berhasil diisolasi dari

KRUS tidak menutup kemungkinan untuk diuji (diinokulasikan)

pada pohon gaharu yang ada di KRUS atau pada pohon gaharu yang ada di

tempat lain. Klasifikasi jamur  Acremonium kilense.

Kingdom : Fungi

Division : Eumycota

Subdivision  : Deuteromycotina

Class : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Family : Moniliaceae

Genus :  Acremonium

Species : Acremonium kilense

23

Page 27: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

Acremonium killiense diduga dapat berperan dalam proses

pembentukan gaharu yang mengandung kualitas wangi tinggi. Ciri morfologi

fungi Acremonium chrysogenum (syn. Cephalosporium acremonium) adalah

hifanya berbentuk filamen, segmen pada hifanya berbentuk cembung (swollen),

memiliki arthrospora, Konidia dan germlings. Kondisi lingkungan kaya  C, N,

Mg, dan PO43- , sangat sesuai dalam proses germinasinya. Hifa Acremonium

chrysogenum tumbuh apikal dan bercabang.Proses reproduksi secara seksual

belum ditemukan, sehingga fungi ini dimasukkan dalam kelas

deuteromycetes.  Hasil penelitian dengan menggunakan perlakuan medium

menunjukkan adanya pengaruh medium terhadap diferensiasi morfologi, misalnya

pada medium yang mengandung metionin, swollen hypha dan arthospora tampak

lebih jelas dari pada bila ditumbuhkan pada medium yang mengandung sulfat.

( Sterren, 2013 dalam sterren-twinkelen.blogspot.com )

Acremonium sp. menampilkan phialides penusuk berbentuk panjang

memproduksi silinder, konidia bersel satu umumnya dikumpulkan dalam kepala

berlendir di puncak setiap phialide.

Genus ini dibedakan dari hialin isolat Phialophora oleh tidak adanya atau

perkembangan yang sangat terbatas collarette a pada phialide dan pembentukan

dominan baik dibedakan, phialides penusuk berbentuk dengan septum basal. 

Microconidial Fusarium isolate mungkin bingung dengan Acremonium, tetapi

mereka biasanya tumbuh lebih cepat dan memiliki koloni dengan penampilan

berbulu khas.

24

Page 28: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

The genus Acremonium saat ini berisi 100 spesies, yang sebagian besar

saprophytic, yang diisolasi dari bahan tanaman yang mati dan tanah. Sejumlah

spesies diakui sebagai patogen oportunistik manusia dan hewan, menyebabkan

misetoma, onikomikosis, dan hyalohyphomycosis, ini termasuk A. falciforme, A.

kiliense, A. recifei, A. alabamensis, A. potroni, A. Roseo-

griseum dan A. strictum. Namun, banyak laporan hanya mengidentifikasi

spesiesAcremonium ke tingkat genus. Manifestasi klinis dari hyalohyphomycosis

disebabkan oleh Acremonium; termasuk arthritis, osteomyelitis, peritonitis,

endokarditis, pneumonia, dan infeksi cerebritis subkutan. ( Domsch, 1980 )

25

Page 29: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

BAB. VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang inventarisasi jamur

pada buah tomat, dihasilkan dua jenis kapang yang tumbuh pada media PDA yaitu

Aspergillus Flavus dan Acremonium Sp

B. Saran

Sebaiknya para petani lebih memperhatikan bagaimana menangani proses

pasca panen yang baik khususnya dalam proses penyimpanan dan pemasaran

produk buah tomat, agar tidak terjadinya pertumbuhan kapang / cendawan pada

buah tomat, yang dapat bersifat merusak hasil produksi buah tomat atau

menurunkan kualitas produk buah tomat.

26

Page 30: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2011.http://anitawidya08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-pada-tanaman-tomat/, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )

Anonymous. 2011. Phytophthora infestans . http ://id. Wikipedia . org /wiki/ Phytophthora_infestans, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )

Domsch, KH, W. Gams, dan TH Anderson. 1980. Compendium jamur anah. Volume 1. Academic Press, London, Inggris.

http://blog.faedahjaya.com/petunjuk-budidaya/tanaman-tomat, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )

http://fadielunderground666.blogspot.com/2013/05/aspergillus-flavus.html ( Diakses pada tanggal 20 juni 2014 )

(http://id.shvoong.com/exact-sciences-biology/1990208-peranan-jamur-bagi- kehidupan-manusia/), ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )

Kartikasari, Otavia Dewi. 2013. Isolasi dan Identifikasi Spesies Kapang  Kontaminan dalam Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/05/25/kingdom-jamur/ ( Diakses pada tanggal 20 juni 2014 )

http://sterren-twinkelen.blogspot.com/, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )

http://ub-agus.blogspot.com/2011/07/penyakit-tomat.html ( Diakses pada tanggal 19 juni 2014)

http://vlial.wordpress.com/2013/05/24/jamur/ ( Diakses pada tanggal 19 juni 2014 )

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=70 ( Diakses pada tanggal 24 juni 2014 )

http://www.constiti.com/2013/05/manfaat-buah-tomat-bagi-kesehatan-tubuh. html, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )

Lakitan B. 1995. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Pitojo, 2005. Benih Tomat. Kanisius : Jogjakarta

Rubatzky, V. E., M. Yamaguchi.1999. Sayuran dunia :Prinsip, produksi dan gizi, jilid 3. Penerbit ITB.Bandung. 320 hal.

27

Page 31: Inventarisasi Jamur Pada Buah Tomat Pasca Panen

Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algesindo : Bandung

Tugiyono, H, 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya : Jakarta

28