INTOLERANSI LAKTOSA.docx

7
INTOLERANSI LAKTOSA Intoleransi laktosa merupakan suatu bentuk penolakan tubuh terhadap laktosa. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan penderita tidak mampu mencerna atau menyerap laktosa yang masuk ke dalam tubuh. Laktosa merupakan gula alami yang terdapat dalam susu atau produk susu lainnya seperti keju, mentega, dsb. Intoleransi laktosa lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak- anak. Intoleransi laktosa bukanlah suatu hal yang menakutkan, namun dampak dari gangguan ini seringkali mengganggu penderitanya. Symptoms Beberapa gejala intoleransi laktosa : Perut terasa kembung Diare Mual Perut bersuara Muntah Causes Secara garis besar, intoleransi laktosa disebabkan oleh ketidakmampuan sistem pencernaan manusia dalam membentuk laktase (enzim pada usus), yang berfungsi untuk mencerma laktosa yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa orang juga mengalami intoleransi laktosa akibat berhentinya produktifitas usus kecil dalam menciptakan laktase setelah sakit, seperti flu, atau selepas operasi. Ditemui pula dalam beberapa kasus meskipun jarang, bayi lahir dengan intoleransi laktosa. Dalam kasus ini, bayi tersebut tidak dapat mengonsumsi makanan atau minuman apapun yang mengandung

Transcript of INTOLERANSI LAKTOSA.docx

Page 1: INTOLERANSI LAKTOSA.docx

INTOLERANSI LAKTOSA

Intoleransi laktosa merupakan suatu bentuk penolakan tubuh terhadap laktosa. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan penderita tidak mampu mencerna atau menyerap laktosa yang masuk ke dalam tubuh. Laktosa merupakan gula alami yang terdapat dalam susu atau produk susu lainnya seperti keju, mentega, dsb. Intoleransi laktosa lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak. Intoleransi laktosa bukanlah suatu hal yang menakutkan, namun dampak dari gangguan ini seringkali mengganggu penderitanya.

Symptoms

Beberapa gejala intoleransi laktosa :

Perut terasa kembung Diare Mual Perut bersuara Muntah

Causes

Secara garis besar, intoleransi laktosa disebabkan oleh ketidakmampuan sistem pencernaan manusia dalam membentuk laktase (enzim pada usus), yang berfungsi untuk mencerma laktosa yang masuk ke dalam tubuh.

Beberapa orang juga mengalami intoleransi laktosa akibat berhentinya produktifitas usus kecil dalam menciptakan laktase setelah sakit, seperti flu, atau selepas operasi.

Ditemui pula dalam beberapa kasus meskipun jarang, bayi lahir dengan intoleransi laktosa. Dalam kasus ini, bayi tersebut tidak dapat mengonsumsi makanan atau minuman apapun yang mengandung laktosa.

 

Page 2: INTOLERANSI LAKTOSA.docx

Risk Factor

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya intoleransi laktosa :

UsiaSemakin tua seseorang, maka semakin besar dirinya berisiko mengalami intoleransi laktosa 

RasPercaya atau tidak, intoleransi laktosa kebanyakan terjadi pada orang-orang Asia, Amerika Indian, dan ras berkulit hitam 

Bayi prematurBayi prematur akan lebih mungkin mengalami intoleransi laktosa permanen dibandingkan bayi normal lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi usus bayi yang belum mampu menicptakan laktase hingga akhir trimester ketiga.

Radiasi pada bagian perutAnda yang mengalami terapi seperti kanker, akan lebih mudah mengalami intoleransi laktosa.

Diagnosis

Dokter biasanya akan memberikan diagnosis berdasarkan gejala yang dialami penderita. Tak hanya menganjurkan pasien untuk menjauhi segala produk dengan kandungan laktosa, dokter juga biasanya akan melakukan pemeriksaan menggunakan tes bernapas dengan hidrogen atau tes gula darah.

Treatment

Pengobatan terbaik bagi pasien dengan intoleransi laktosa adalah dengan menjauhi segala produk yang mengandung laktosa. Namun pastikan penderita mendapatkan kalsium yang cukup guna menggantikan kandungan gula yang hilang. Aneka makanan seperti sarden, tuna, kacang almond dan brokoli dapat menjadi pilihan yang terbaik.

Page 3: INTOLERANSI LAKTOSA.docx

Intoleransi laktosa pada bayi

Intoleransi laktosa primer adalah kondisi genetik yang sangat langka, dan memerlukan intervensi medis agar penderitanya dapat menjalani hidup secara normal. Bayi yang benar-benar intoleransi laktosa akan mengalami gagal tumbuh sejak lahir (tidak pernah mengalami kenaikan berat badan) serta menunjukkan tanda-tanda malabsorpsi serta dehidrasi – suatu kegawatdaruratan yang harus ditangani dalam beberapa saat setelah bayi lahir.

Intoleransi laktosa sekunder dapat terjadi akibat rusaknya lapisan usus. Enzim laktase diproduksi pada ujung jonjot usus, dan dapat lenyap bila permukaan usus mengalami kerusakan, misalnya pada :

gastroenteritis intoleransi/alergi makanan (pada bayi yang mendapat Asi, dapat berasal dari protein

makanan yang dikonsumsi ibu atau makanan pendamping Asi, misalnya susu sapi, kedelai atau telur)

coeliac disease (intoleransi terhadap gluten pada produk gandum) setelah operasi saluran cerna

Sering kali terjadi salah persepsi bahwa alergi protein sapi dianggap sama dengan intoleransi laktosa. Sesungguhnya, persamaannya hanya satu hal, yaitu bersumber pada bahan pangan yang sama, yakni produk susu.

Intoleransi laktosa sekunder bersifat sementara hingga kerusakan usus sembuh. Bila penyebab kerusakan diatasi, misalnya makanan yang menyebabkan alergi tidak lagi diberikan, maka usus akan sembuh, walaupun bayi tetap mengkonsumsi Asi. Bila seorang dokter mendiagnosis intoleransi laktosa, perlu dipahami bahwa hal ini tidak membahayakan selama bayi dapat tumbuh dengan normal.

Seringkali demi upaya mengatasi gejala secepat mungkin, jumlah konsumsi laktosa pada asupan dikurangi sementara waktu, khususnya bila bayi telah kekurangan berat badannya. Beberapa kalangan kemudian menganjurkan ibu memberikan tambahan susu formula bebas laktosa dan mengurangi menyusui.  Namun sebelum memperkenalkan produk makanan buatan, sangat penting diingat bagaimana sensitifitas bayi pada protein asing (sapi atau kedelai) karena sering kali memperburuk keadaan. Tidak ada bukti keuntungan menghentikan bayi menyusu. Pada kasus bayi pulih dari radang saluran cerna, rata-rata masa pemulihan dari usus selama empat hingga delapan minggu pada bayi usia dibawah tiga bulan, sementara bayi usia lebih dari 18 bulan masa pemulihannya bisa kurang dari seminggu.

Hendaknya hal-hal berikut menjadi pertimbangan sebelum menganjurkan bayi berhenti menyusu untuk sementara waktu:

Bagaimana efek pemberian makanan tambahan pada bayi ini kelak? Apakah dapat mengakibatkan bayi menolak menyusu di kemudian hari?

Seberapa mudahkah bagi ibu untuk memerah Asinya demi mempertahankan pasokan Asi?

Page 4: INTOLERANSI LAKTOSA.docx

Seorang ibu perlu memahami apa yang tengah terjadi, dan hendaknya tidak mengakibatkan rasa percaya dirinya untuk menyusui berkurang, karena Asinya sesungguhnya normal dan masih merupakan makanan terbaik untuk jangka waktu lama.

Beberapa tenaga kesehatan kadang memberikan enzim tetes untuk mengatasi intoleransi laktosa. Tidak ada bukti bahwa penggunaannya bermanfaat, karena perlu dicampurkan terlebih dahulu dalam susu dan dibiarkan semalam hingga enzim tersebut dapat mencerna laktosa dalam susu.

ASI sesungguhnya memiliki konsentrasi laktosa yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari pada susu mamalia lain. Inilah sesungguhnya yang mengakibatkan pertumbuhan cepat otak bayi dibandingkan mamalia lainnya. Namun, perlu diingat bahwa struktur molekulnya lebih spesifik untuk spesiesnya, sehingga dapat dicerna oleh bayi. Menghilangkan asupan laktosa pada bayi (dengan memberikan susu formulasi khusus bebas laktosa) haruslah dengan pengawasan medis yang ketat.

Pasokan laktosa berlebihan

Pasokan laktosa berlebihan dapat menyerupai intoleransi laktosa, dan seringkali terjadi salah diagnosis. Hal ini sering terjadi pada bayi yang mengkonsumsi Asi dalam jumlah banyak, misalnya pada keadaan ibu memiliki pasokan Asi sangat banyak. Gejala yang nampak adalah bayi usia kurang dari tiga bulan mengalami kenaikan berat badan cukup hingga lebih, popok basah mencapai lebih dari sepuluh dalam 24 jam.  Ironisnya, ibu mungkin menganggap pasokan Asinya kurang karena bayinya nampak selalu lapar.

Yang sesungguhnya terjadi adalah bayi mendapat pasokan dalam jumlah besar dengan kadar lemak rendah begitu cepatnya, sehingga tidak semua laktosa sempat dicerna. Akibatnya laktosa yang tiba di usus besar menarik air dalam volume besar dan mengalami fermentasi sehingga menghasilkan tinja asam bergas dan bayi dapat mengalami ruam popok. Gas dalam usus naik dan mengakibatkan perut tidak nyaman, sehingga bayi nampak “lapar”. Satu-satunya cara bagi bayi untuk mendapat kenyamanan adalah dengan menyusu, yang membantu bayi mengurangi gas dari pencernaannya. Namun hal ini hanya dapat mengatasi masalahnya sementara waktu, karena ibunya akan kembali menyusui, dan menambah cairan dan gas dalam pencernaan. Akibatnya, Asi nampaknya lewat begitu cepat.

Bila masalah ini bertahan, sebaiknya dicari tahu penyebab pasokan Asi berlebih ini.

Apakah ibu membatasi lamanya bayi menyusu pada satu sisi? Apakah sesuatu menyebabkan bayi gelisah sehingga ingin menyusu lebih sering dan

pasokan menjadi berlebih? Apakah terjadi intoleransi laktosa sekunder? Apakah ibu cemas dengan pasokan Asinya sehingga melakukan stimulasi berlebih pada

pasokan Asinya? Apakah bayi tidak sehat-mungkin mengalami nyeri pasca persalinan sehingga mencari

kenyamanan dengan menyusu lebih sering? Mungkinkah hanya variasi normal pada ibu? Seringkali ibu dengan keadaan seperti ini

kemudian menjadi ibu susu yang berhasil!

Page 5: INTOLERANSI LAKTOSA.docx

Kesimpulannya, ada beberapa jenis intoleransi laktosa, namun sangat langka bayi perlu berhenti menyusu akibat keadaan ini. Selalu ada penyebab intoleransi laktosa pada bayi, kecuali pada kasus intoleransi primer yang amat langka, cara terbaik mengatasi gejala ini adalah dengan mencari penyebab utamanya.

ALERGI SUSU SAPI

Bayi mempunyai sistem imum yang masih imatur dan rentan. Alergi susu biasanya terjadi saat sistem imun bayi menyadari (atau mengganggap) bahwa kandungan protein pada susu sapi sebagai zat yang berbahaya. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.

Kenali gejalanya. Gejala pada alergi susu sapi hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Biasanya akan menyerang kulit, saluran cerna, dan saluran napas. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal-gatal pada kulit. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang terjadi adalah asma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Terdapat 3 pola klinis respon alergi protein susu pada bayi yaitu:

Rekasi cepat. Gejala terlihat dalam 45 menit setelah anak minum susu sapi. Waspadai jika muncul bintik merah (seperti campak) atau gatal pada kulit bayi. Bisa juga terjadi gangguan sistem saluran napas seperti napas berbunyi “ngik,” bersin, hidung dan mata gatal, dan mata merah.

Reaksi sedang. Gejala terlihat antara 45 menit hingga 20 jam setelah bayi mengonsumsi susu sapi. Gejala yang sering timbul adalah muntah atau diare.

Reaksi lambat. Gejala mulai terlihat lebih dari 20 jam setelah bayi minum susu. Tanda-tanda yang sering timbul adalah diare, konstipasi (sulit buang air besar) dan dermatitis (gangguan kulit).