Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

18
MAKALAH MATA KULIAH PATOLOGI MANUSIA LANJUT KAITAN DIABETES MELLITUS DENGAN MASALAH GIZI, INTERAKSI OBAT DAN ZAT GIZI PENDERITA Dosen Pembimbing: dr. Supartuti M.Kes Disusun oleh: Kelompok 2 1. Friawati Pangtyanini (P07131112063) 2. Frieda Rosita Majid (P07131112064) 3. Hafni Rahmawati (P07131112065) 4. Harfi Gatra Wicaksono (P07131112066) 5. Her Kurniawati (P07131112068) 6. Intan Dwi Pamungkas (P07131112069) 7. Irda Novia Rahmawati (P07131112070) 8. Iva Sariningsih (P07131112071) 9. Izzuddien Sobri (P07131112072) 10. Kukuh Probo Sukmawati (P07131112073) 11. Mardina Aulia Putri (P07131112074) 12. Meita Dewi Astuti (P07131112075) 13. Meri Levina Daniriyanti (P07131112076) 14. Debora Yusuf (P07131112049) Jurusan Gizi

Transcript of Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

Page 1: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

MAKALAH MATA KULIAH

PATOLOGI MANUSIA LANJUT

KAITAN DIABETES MELLITUS DENGAN MASALAH GIZI,INTERAKSI OBAT DAN ZAT GIZI PENDERITA

Dosen Pembimbing:dr. Supartuti M.Kes

Disusun oleh: Kelompok 21. Friawati Pangtyanini (P07131112063)2. Frieda Rosita Majid (P07131112064)3. Hafni Rahmawati (P07131112065)4. Harfi Gatra Wicaksono (P07131112066)5. Her Kurniawati (P07131112068)6. Intan Dwi Pamungkas (P07131112069)7. Irda Novia Rahmawati (P07131112070)8. Iva Sariningsih (P07131112071)9. Izzuddien Sobri (P07131112072)10. Kukuh Probo Sukmawati (P07131112073)11. Mardina Aulia Putri (P07131112074)12. Meita Dewi Astuti (P07131112075)13. Meri Levina Daniriyanti (P07131112076)14. Debora Yusuf (P07131112049)

Jurusan GiziPoliteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Yogyakarta2013/2014

Page 2: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

A. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat yang merupakan

salah satu unsur zat gizi makro. Gangguan metabolisme ini juga menyebabkan gangguan

metabolisme zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin, dan mineral yang mana proses

metabolisme tubuh itu saling berinteraksi antar semua unsur zat gizi. Oleh karena itu, DM

adalah merupakan salah satu dari “Nutrition Related Disease” dimana gangguan salah satu

metabolisme zat gizi dapat menimbulkan penyakit.

B. Hubungan Diabetes dengan Hipoglikemia

DM merupakan gangguan metabolisme karbohidrat karena jumlah insulin yang

kurang, atau bisa juga karena kerja insulin yang tidak optimal. Insulin merupakan hormon

yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula

darah yang tepat. Insulin membuat gula berpindah ke dalam sel sehingga menghasilkan

energi, atau disimpan sebagai cadangan energi.

Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum akan merangsang pankreas

menghasilkan insulin, sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik,

kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.

Pada penderita DM, kerja insulin yang tidak optimal menyebabkan gangguan

metabolisme karbohidrat. Akibatnya gula tidak bisa diubah menjadi glukogen. Gula juga

akan melalui ginjal, sehingga urinenya mengandung glukose. Ini yang sering disebut orang

sebagai kencing manis.

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas,

gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat

dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong

dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.

Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl, walaupun

ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa

plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak

tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak.

Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami

1 – 2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan di Inggris diperkirakan 2 – 4%

kematian pada penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada

penderita diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita

Page 3: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

tersebut mendapat terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya

terjadi apabila penderita:

1. Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)

2. Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli gizi

3. Berolah raga terlalu berat

4. Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya

5. Minum alkohol

6. Stress

7. Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia

Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila penderita

mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:

1. Dosis insulin yang berlebihan

2. Saat pemberian yang tidak tepat

3. Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobic berlebihan

C. Hubungan Diabetes dengan Serangan Jantung dan Stroke

Orang yang menderita diabetes memiliki risiko dua kali lebih besar terkena serangan

jantung dan stroke daripada orang-orang yang tidak menderita diabetes. Selain diabetes itu

sendiri yang menjadi faktor risiko akan serangan jantung dan stroke, ada faktor-faktor risiko

lainnya yang membuat orang-orang penderita diabetes harus sadar untuk mengurangi faktor

risiko akan serangan jantung dan stroke. Hal ini juga termasuk  obesitas sentral. 

Penelitian yang dilakukan oleh America  Hearth Association telah mengindikasi

bahwa orang-orang yang mengalami obesitas berisiko terkena serangan jantung, karena

kelebihan berat badan di sekitar pinggang meningkatkan risiko tersebut. Hal ini diyakini

karena faktanya bahwa lemak perut meningkatkan kolesterol jahat melebihi lemak apapun di

daerah lain dari tubuh.

Berbicara tentang kolesterol, orang-orang dengan diabetes harus dengan ekstra hati-

hati mengawasi kadar kolesterolnya, karena vesel darah telah melemah oleh glukosa yang

berlebihan di tingkat darah, penderita diabetes harus sangat berhati-hati dengan tingkat

kolesterol di arteri yang dapat memblok lebih mudah daripada orang yang tidak menderita

diabetes. Pengawasan kolesterol menjadi penting bagi siapa saja, namun lebih penting bagi

penderita diabetes.

 Hipertensi juga merupakan suatu kondisi yang berbahaya untuk penderita diabetes

dan dapat menyebabkan juga serangan jantung dan stroke. Vesel darah yang rusak

Page 4: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

bekerja keras untuk memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh Anda yang dapat

menyebabkan kerusakan jantung, stroke, bahkan masalah mata. Jelasnya, penderita diabetes

tidak hanya harus ekstra hati-hati dalam mengawasi penyakit, tetapi juga harus hati-hati

dengan kompilkasi yang dapat muncul karena diabetes. Meskipun penting bagi semua orang

untuk memeriksa tekanan darah, kolesterol dan menjaga berat ideal tubuh, hal – hal ini lebih

penting lagi bagi penderita diabetes.

Diabetes tipe II sudah mencapai proporsi epidemi di Amerika Serikat. Penyakit

tersebut tidak harus menjadi pembunuh. Orang-orang yang mengikuti aturan, belajar

mencari tahu tentang penyakit ini dan mengikuti aturan dokter, memiliki kesempatan bagus

untuk mengurangi resiko dengan banyak komplikasi yang terkait dengan penyakit ini.

Meskipun ada hubungannya antara diabetes, serangan jantung dan stroke, bagi

penderita yang menjaga kesehatan dapat terhindar oleh kondisi-kondisi seperti ini.

Terapi Gizi Medis

Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki

kebiasaan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dan

beberapa tujuan khusus yaitu :

a. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan

asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik

oral dan tingkat aktufitas.

b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.

c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat

badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan

yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik

selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik.

d. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai

dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan

diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatah. Ini mungkin tidak sama

dengan yang biasanya didefinisikan sebagai berat badan idaman.

e. Menghindari dan menangan komplikasi akut orang dengan diabetes yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,

masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik

diabetes seperti : penyakit ginjal, neuroati automik, hipertensi dan penyakit

jantung.

f. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Page 5: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

D. Langkah-Langkah Terapi Gizi Medis

1. Pengkajian

Pengkajian gizi pasien termasuk data klinis seperti hasil pemantauan sendiri kadar

glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida) dan

hemoglobin glikat. Pengkajian gizi juga digunakan untuk mengetahui apa yang mampu

dilakukan oleh pasien dan kesediaan untuk melakukannya. Aspek budaya, etnik, dan

keuangan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan kepatuhan pasien yang tinggi.

Informasi yang dikumpulkan oleh tim diabetes perlu dicatat pada dokumen medik

sehingga perencanaan penanganan diabetes secara menyeluruh dapat dikembangkan dan

semua anggota tim dapat membantu pasien.

Pengkajian dapat dilakukan melalui wawancara atau dengan penggunaan kuesioner.

Dietisien yang bekerja di ruang perawatan dapat menggunakan kuesioner yang sederhana.

Pengkajian hendaknya mampu mengidentifikasi masalah gizi dan miskonsepsi yang ada.

2. Menentukan Tujuan yang akan Dicapai

Hasil dari pengkajian gizi diperlukan untuk menentukan tujuan yang akan dicapai.

Pasien hendaknya diminta untuk mengidentifikasi apa yang diperlukan dalam

penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan. Tujuan yang ditetapkan hendaknya

membantu orang dengan diabetes membuat perubahan yang positip dalam kebiasaan

makan dan latihan jasmani yang akan menghasilkan antara lain perbaikan kadar glukosa

darah dan kadar lemak darah serta memperbaiki asupan gizi.

3. Intervensi Gizi

Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang akan dicapai

menentukan dasar intervensi gizi. Dietisien perlu mempertimbangkan berapa banyak

informasi yang perlu diberikan, kemampuan baca dan tulis pasien dan jenis alat peraga

yang diperlukan (handout, video, audiotape, flip chart, food models). Intervensi gizi

ditujukan untuk memberikan informasi praktis pada pasien yang dapat diterapkan pada

kehidupan sehari-hari.

Intervensi gizi melibatkan 2 tahap pemberian informasi :

a. Intervensi Gizi Dasar

Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi, petunjuk

penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival skill yang dianggap perlu

untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan pada saat sakit)

b. Intervensi Gizi Lanjutan

Page 6: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

Tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan perencanaan makan yang

lebih mendalam seperti menu, penghitungan kalori, penghitungan lemak, daftar

bahan penukar, dan lain-lain.

c. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian yang sangat penting pada proses terapi gizi medis.

Dietisien dank lien bersama-sama menetapkan hasil intervensi. Pada tahap terapi

ini, pemecahan masalah mungkin penting untuk membantu pasien menetapkan

tujuan baru untuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah

dan hemoglobin glikat (AIC). Lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal peting untuk

mengevaluasi hasil yang berhubungan dengan gizi.

Untuk individu, konsisiten dalam hal pola makan penting oleh karena pola makan

yang konsisten menghasilkan AIC yang lebih rendah daripada pola makan yang

serampangan. Tindaklanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan setiap 3-6

bulan sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan.

E. Terapi Gizi pada DM

1. Terapi Gizi pada DM Tipe 1

Perlu ditetapkan perencanaan makan yang berdasarkan asupan makan sehari-hari

individu dan digunakan sebagai dasar untuk mengintegrasikan terapi insulin dengan pola

makan dan latihan jasmani yang biasanya dilakukan. Individu yang menggunakan terapi

insulin dianjurkan makan pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan waktu kerja

insulin yang digunakan. Selanjutnya individu perlu memantau kadar glukosa darah sesuai

dosis insulin dan jumlah makanan yang biasa dimakan.

2. Terapi Gizi Pada DM Tipe 2

Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya pada pengendalian

glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet hipokalori (pada pasien

yang gemuk) biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai

potensi meningkatkan control metabolik jangka lama. Diet dengan kalori sangat rendah,

pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat jangka lama, dalam hal ini

perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pada pengendalian glukosa dan lipid. Namun

demikian pada sebagian individu penurunan berat badan dapat juga dicapai dan

dipertahankan.

Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai

pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengaturan porsi makanan sedemikian

Page 7: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau

sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes, walaupun berat

badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik

dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi.

Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-

rata sehari.

Terapi diet adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita DM. Berikut

ini adalah jumlah zat gizi yang dianjurkan bagi penderita DM

1. Protein 10-20% energi

2. Karbohidrat 45-65 % energi

3. Lemak jenuh <7% asupan energi sehari, sedangkan kolesterol <300 mg per hari

4. Serat, 25-35 gr per hari

5. Sukrosa

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari

perencanaan makan tidak memperburuk control glukossa darah pada individu

dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa

harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya

dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi

ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat

gizi lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti

lemak yang sering ada bersama sukrosa dalam makanan. Mengkonsumsi makanan

yang bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan

sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.

6. Pemanis

Fluktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan

kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat

memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun

demikian, karena pengaruh dalam jumlah besar (20% energy) potensial merugikan

pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai

bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita disiplemia hendaknya

menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alas an

untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran yang mengandung

fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung

pemanis fruktosa.

Page 8: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

Sorbitol, manitoldan xylitol adalah gula alcohol biasa (polyols) yang

menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain.

Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan dapat mempunyai pengaruh

laksatif. Sakarin, aspartame, acesulfame k adalah pemanis tak bergizi yang dapat

diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

7. Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk

orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan

dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25

gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut.

8. Natrium

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa

yaitu tidak lebih dari 3000 mgr, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan

sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari.

9. Alkohol

Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan

masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh

oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan

baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang

menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum

pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan

lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk

mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan

sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman

alcohol sama dengan 2 penukar lemak).

10. Mikronutrien : Vitamin dan Mineral

Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplementasi

vitamin dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk memberikan suplemen

anti oksidan, pada saat ini, hanya sedikit bukti yang menunjang bahwa terapi

tersebut menguntungkan. Pemberian kromium menguntungkan pengendalian

glikemik bagi mereka yang kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral.

Kebanyakan orang dengan diabetes agaknya tidak kekurangan kromium oleh

karena itu suplementasi kromium tidak bermanfaat. Walaupun kekurangan

magnesium dapat berperan pada resistansi insulin, intoleransi karbohidrat dan

Page 9: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

hipertensi, data yang ada menyarankan bahwa evaluasi rutin kadar magnesium

serum dianjurkan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita

devisiensi magnesium.

Suplementasi kalium mungkin diperrlukan bagi pasien yang kehilangan

kalium kerena menggunakan diuretik. Hiperkalimea dapat terjadi pada pasien

dengan insufiensi ginjal atau hipoaldosteronisme hiporeninemik atau pasien rawat

inap yang minum angiotensin converting enzyim inhibitor, dalam hal ini dapat

dilakukan pembatasan kalium dalam diet pasien.

F. Interaksi Obat

Macam penggunaan obat digunakan untuk penderita yang mengalami hipoglikemik

dengan pemberian secara oral atau dengan suntikan. Dan jenis obat yang diberikan obat

hipoglikemik oral (OHO)

Obat hipoglikemik oral dibagi menjadi beberapa golongan yaitu : (1) obat yang

meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan

glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin) (2) sensitizer insulin (obat-obat yang

meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan

biguanida dan tiazolidindion yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara

lebih efektif (3) inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor alfa glukosidase yang

bekerja menghambat absorbsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan

hiperglikemia post prandial.

Sulfonilurea adalah turunan sulfanilamid tetapi tidak mempunyai aktivitas antibakteri.

Golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga hanya efektif bila

sel -pankreas masih dapat berproduksi. Golongan sulfonilurea dibagi 2, yaitu generasi I

(asetoheksaid, klorpropamid, tolazamid, tolbutaid) dan generasi II (glipizid, gliburid,

glimepirid). Indikasi : diabetes mellitus tipe II.

Metformin yang termasuk golongan binguanida, tidak mempengaruhi pelepasan

insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja

dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral

biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan

kadar gula darah secara adekuat. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari),

meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-

oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan

insulin.

Page 10: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

Berdasarkan mekanisme kerjanya obat hipoglikemik digolongkan dalam obat hipoglikemik

dengan mekanisme kerja sebagai berikut:

1. Melalui traktus gastrointestinal seperti pengunaan obat guargum (galakto manar),

alpa glukosidase inhibitor (acanbose, miglitol), biguanides (metformin,

phenformin), dan amilin analogue. Obat bekerja dengan cara memperlambat proses

pencernaan kabohidrat menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah setelah

makan tidak meningkat sekaligus.

2. Merangsang sekresi insulin seperti pada penggunaan obat sulfonilarca (generasi-3:

glimepinde), linoglinde, midaglizole, chloroquine, M-16209, C5-045, repaglinide,

GLP-1, dan beberapa lainya lagi. Obat golongan ini merangsang pengeluaran

insulin dari pankreas tidak hanya sewwaktu kadar glukosa darah naik setelah

makan tetapi terjadi sepanjang waktu dalam masa kerjanya. Itulah sebabnya obat

golongan ini  tidak diberikan malam hari karena ditakutkan terjadi hiperglikimia

sewaktu tidur.

3. Menekan produksi glukosa hepar, seperti penggunaan obat pada

proinsulinglukagon inhibitor (somatostatin), gluco neogesis inhibitor (hydrosine,

dicloro asetase, metformin) C5-045 dan methilpalmoxirate.

4. Meningkatkan ambilan glukosa yang bergantung insulin pada sel perifer seperti

pada pengguna obat sulfonilurea.

5. Meningkatkan ambilan glukosa tanpa bergantung pada insulin seperti pada

penggunaan obat penghambat oksidase asam lemak.

Terapi farmakologis diberikan bersama pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup

sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat dan bentuk suntikan.

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan :

a. Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea dan glinid

b. Peningkat sensivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindion

c. Penghambat glukoneogenesis : metformin

d. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

e. dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor

2. Suntikan

a. Insulin

b. Agonis GLB-1/incretin mimetic

Page 11: Interaksi Obat, Gizi Penderita DM

Interaksi obat anti diabetes oral (ADO)

1. Sulfonilurea vs akarbose è meningkatkan efek hipoglikemi

Sulfonilurea merangsang sel beta untuk melepaskan insulin yang selanjutnya akan

merubah glukosa menjadi glikogen.

Dengan adanya akarbose akan memperlambat absorbsi & penguraian disakarida

menjadi monosakarida à insulin >> daripada glukosa à hipoglikema meningkat.

2. ADO vs Diuretik Tiazid è meningkatkan kadar gula darah berdasarkan

penghambatan pelepasan insulin oleh pankreas.

3. ADO vs Ca channel bloker è hiperglikemia menginhibisi sekresi insulin dan

menghambat sekresi glukagon, terjadi perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel

lain, kadar glukosa dalam darah meningkat mengikuti pengeluaran katekolamin

sesudah terjadinya vasodilatasi, dan perubahan metabolisme pada glukosa.

4. Sulfonilurea vs Klofibrate è efek sulfonilurea meningkat dengan adanya klofibrate.

berdasarkan pemindahan sulfonilurea dari ikatan protein plasma, perubahan ekskresi

ginjal dan penurunan resistensi insulin.

5. Antidiabetika vs Sulfonamida è peningkatan efek hipoglikemia.

Sulfonamida dapat menggantikan posisi dari sulfonilurea dalam hal pengikatan pada

protein dan plasma sehingga sulfonilurea dalam darah meningkat.

SUMBER PUSTAKA

1. Soegondo (1995). Penatalaksanaan Diabetes mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

2. Soewondo, Pradana. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus

Tipa 2 diIndonesia. Jakarta : Perkeni.

3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-liacamelia-5266-3-bab2.pdf

4. http://xa.yimg.com/kq/groups/19769740/461551362/name/gabungan.ppt