Intensitas cahaya
-
Upload
zuchdiawati-luthfi-utami -
Category
Documents
-
view
73 -
download
0
description
Transcript of Intensitas cahaya
Kemudian dari tabel hasil pengamatan faktor abiotik lain yang diperoleh adalah
Intensitas Cahaya. Rata-rata intensitas cahaya pada keempat stasiun (Condong catur, UIN,
SGM, Gambiran) menunjukkan hasil yang berbeda. Cahaya matahari merupakan sumber
panas yang utama di perairan, karena cahaya matahari yang diserap oleh badan air akan
menghasilkan panas di perairan (Odum, 1993). Intensitas cahaya akan berpengaruh terhadap
faktor-faktor lain yang ada di dalam ekosistem peraiaran, baik faktor fisik maupun faktor
kimiawi.
Rata-rata intensitas cahaya untuk stasiun pertama (Condong Catur) diperoleh angka
173,333 Lux. Kemudian untuk rata-rata intensitas cahaya pada stasiun kedua (UIN) adalah
206,333 Lux. Sedangkan untuk stasiun ketiga (SGM) dan keempat (Gambiran) rata-rata
intensitas cahayanya masing-masing berturut-turut adalah 287,3333 Lux dan 114,7 Lux.
Perbedaan rata-rata intensitas cahaya ini jelas akan mempengaruhi perbedaan keberadaan
jumlah vegetasi serta fitoplankton yang ada didalam ekosistem sungai Gajah uwong. Cahaya
dibutuhkan oleh vegetasi maupun fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Menurut
Lionard (2005), Cahaya merupakan faktor terpenting yang dibutuhkan oleh phytoplankton.
Phytoplankton membutuhkan cahaya untuk melakukan aktifitas fotosintesis. Hasil dari
fotosintesis ini merupakan sumber energi bagi phytoplankton sendiri maupun bagi organisme
lainnya, seperti zooplankton dan ikan kecil.
Semakin besar intensitas cahaya yang ada didalam suatu ekosistem maka akan
memungkinkan semakin banyaknya vegetasi maupun fitoplankton yang mendiami ekosistem
tersebut. Namun pada tabel hasil pengamatan tidak menunjukkan demikian. Hal ini
dikarenakan kesulitan praktikan untuk menghitung jumlah vegetasi ataupun fitopankton yang
ada di dalam ekosistem perairan gajah uwong. Menurut Satino () Cahaya dalam ekosistem
perairan mempunysi pengaruh sangat besar karena merupakan sumber energi untuk proses
fotosintesis organisme berklorofil. Tumbuhan dan hewan perairan lainnya. Cahaya juga
merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan distribusi dan tingkah laku
zooplankton. Namun Vegetasi yang ada disepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi
intensitas cahaya yang masuk ke mengabsorbsi cahaya matahari. Efek ini terutama akan
terlihat pada daerah hulu yang aliran airnya umumnya masih kecil dan sempit.
Intensitas cahaya sangat erat kaitannya dengan penetrasi cahaya kedalam air.
Intensitas cahaya matahari yang besar maka penetrasi cahaya matahari kedalam ekosistem
perairan juga akan semakin kedalam. Menurut Kembarawati (2000) Semakin tinggi tingkat
kecerahan suatu perairan, maka semakin tinggi pula kecerahan yang masuk ke dalam air,
sehingga lapisan air yang produktif akan menjadi lebih stabil.
Hal ini juga berkaitan dengan suhu air yang ada di dalam ekosistem perairan tersebut.
Suhu akan semakin tinggi apabila intensitas cahaya matahari serta penetrasi cahaya matahari
lebih besar. Hal ini dibuktikan dengan tabel hasil pengamatan. Pada tabel dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan suhu pada keempat stasiun. Dari ketiga stasiun tersebut yakni stasiun
pertama, kedua dan ketiga rata-rata suhu yang paling besar adalah pada stasiun ketiga yaitu
sebesar 27,83 Lux. Hal ini membuktikan bahwa besarnya intensitas dan penetrasi cahaya
akan mempengaruhi suhu. Namun apabila diamati lebih jauh, suhu pada stasiun keempat
merupakan suhu yang palin tinggi diantara ketiga stasiun yang lain. Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa suhu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intensitas ataupun penetrasi
cahaya namun juga ada faktor lain yang ikut berperan. Di perairan yang dalam, penetrasi
cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih
rendah dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas serta memacu atau menghambat
perkembangbiakan organisme perairan. Selain itu, menurut sastrawijaya (1991) cahaya
matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat
terlarut tinggi. Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor antara
lain adanya bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air yang
mengakibatkan air menjadi keruh.
Selain mepengaruhi faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas, intensitas cahaya
juga akan mempengaruhi turbiditas air dari ekosistem tersebut. Menurut Koesbiono (1979),
pengaruh utama dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok.
Sehingga menurunkan aktifitas fotosintesis fitoplankton dan alga, akibatnya menurunkan
produktivitas perairan.
Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan
mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Larva dari Baetis rhodani akan
bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya, dimana jika intensitas cahaya matahari
berkurang, hewan ini akan ke luar dari tempat perlindungannya yang terdapat pada bagian
bawah dari bebatuan didasar perairan, bergerak menuju ke bagian atas bebatuan untuk
mencari makanan (Barus, 2004).
Koesbiono. 1979. Ekologi Perairan. Bogor. IPB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Diktat%20Kuliah%20BIOPER_0.pdf
Lionard, M., K. Muylaert.., D. Van Gansbeke.., and W. Vyverman.. 2005. Influence of Changes in
salinity and Light Intensity on Growth of Phytoplankton Communities from the Schelde River and
Estuary. Hydrobiologia. 540: 105-115. Cabrita M.T, Catarino F. & S. Gerd. 1999. Interactions of light,
temperature and inorganic nitrogen in controlling planktonic nitrogen utilisation in the Tagus estuary.
Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands. Aquatic Ecology 33: 251–261.