INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting...

214
e Gadjah Mada Universi Press

Transcript of INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting...

Page 1: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

e Gadjah Mada University Press

Page 2: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ISU-ISU PENTING HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

Page 3: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam
Page 4: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

M. HAWIN I BUOi AGUS RISWANDI

ISU-ISU PENTING HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

e Gadjah Mada University Press

Page 5: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ISU-ISU PENTING HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

Penulis:

M. Hawin

Budi Agus Riswandi

Desain sampul:

Didii

Tata letak isi:

Didi

Digitalisasi oleh:

Ruslan

Diterbitkan dan dicetak oleh:

Gadjah Mada University Press

Anggota IKAPI

Anggota APPTI

ISBN: 978-602-386-266-5 (cetak)

ISBN: 978-602-386-501-7 (pdf)

Redaksi:

JI. Grafika No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281

Telp./Fax.: (0274) 561037

http://ugmpress.ugm.ac.id I [email protected]

Digitalisasi : Januari 2020

Hak Digital © 2017 Gadjah Mada University Press

Dilorong mengutip don memperbonyok tonpo izin tertulis dori penerbit, sebogion

otou seluruhnyo dolom bentuk opo pun, boik cetok, photoprint, microfilm, don

sebogoinyo.

Page 6: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Ar-Rahman Ar-Rahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia serta bimbingan

Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan

Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

semoga tetap tercurahkan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW.

Buku ini merupakan kelanjutan dari buku-buku bidang HKI yang

sudah ada sebelumnya dengan mengangkat tema mengenai isu aktual

hukum bidang HKI pasca pemberlakuan aturan hukum HKI baik secara

Internasional maupun Nasional di Indonesia. Mengingat masih minimnya

buku hukum yang mengupas masalah-masalah aktual khususnya bidang

HKI, hadirnya buku ini diharapkan tidak hanya menjadi referensi bagi

mahasiswa yang mempelajari hukum hak kekayaan intelektual, akan tetapi

juga sebagai khasanah ilmu bagi masyarakat Indonesia yang haus akan

kajian masalah barn di bidang hukum hak kekayaan intelektual.

Untuk memberikan penjelasan singkat isi buku ini, maka penulis

menetapkan ada VIII bab. Secara lengkap masing-masing bab dapat

diuraikan sebagai berikut. Bab I tentang Pendahuluan. Bab II tentang

Perlindungan Hak Moral Menurut UUHC 2014, terdiri dari pendahuluan,

sejarah dan pengertian hak moral, perlindungan hak moral menurut UUHC

2002, perlindungan hak moral menurut UUHC 2014, kesimpulan dan

daftar pustaka. Bab III tentang Legalitas Impor Paralel Menurut UU Merek

2016, UU Paten 2016 dan UUHC 2014 , yang terdiri dari pendahuluan,

I V

Page 7: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pengertian impor paralel, beberapa situasi terjadinya impor paralel, sebab­

sebab terjadinya impor paralel, prinsip exhaustion dan impor paralel, impor

paralel ditinjau dari hukum merek di Indonesia, impor paralel ditinjau dari

hukum paten di Indonesia, kesimpulan, dan daftar pustaka.

Bab IV tentang Perlindungan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi

Budaya Tradisional, terdiri dari, pendahuluan, perlindungan pengetahuan

tradisional, perlindungan ekspresi budaya tradisional, kesimpulan, dan

daftar pustaka. Bab V tentang Catatan Pengaturan Manajemen Informasi

Hak Cipta, Informasi Elektronik Hak Cipta dan Sarana Kontrol Teknologi

di Dalam UU Hak Cipta, terdiri dari pendahuluan, teori perlindungan hak

cipta, teknologi informasi sebagai sarana perlindungan teknis hak cipta,

WIPO Internet Treaties: sinergitas perlindungan dan ketentuan hak cipta,

pengaturan dan catatan manajemen informasi hak cipta dan sarana kontrol

teknologi dalam ketentuan hak cipta Indonesia, kesimpulan dan daftar

pustaka.

Bab VI tentang Collective Management Organization Indonesia:

peluang dan tantangannya pasca pemberlakuan UU Nomor 28 Tahun 2014,

terdiri atas, pendahuluan, arti, fungsi, lingkup dan manfaat CMO, model

CMO di berbagai negara, sejarah, perkembangan dan pengaturan CMO di

Indonesia, kesimpulan dan dafar pustaka. Bab VII tentang UUHC Nomor

28 Tahun 2014 dalam Konteks Kepentingan Pengembangan Industri

Kreatif Musik dan Lagu di Indonesia, yang terdiri dari pendahuluan,

industri kreatif = industri musik dan lagu = industri hak cipta, kontribusi

industri kreatif musik dan lagu dalam perekonomian nasional, UUHC

dalam konteks kepentingan pengembangan industri kreatif musik dan lagu

Indonesia, kesimpulan dan daftar pustaka.

Bab VIII tentang Problematika Jaminan Fidusia Hak Cipta dan

Implikasinya terhadap Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia, terdiri

dari pendahuluan, industri kreatif sebagai industri yang berbasis pada

kreativitas, hak cipta sebagai hak kebendaan dan multihak, jaminan :fidusia

sebagai jaminan kebendaan, problematika jaminan :fidusia hak cipta dan

vi

Page 8: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

implikasi pada pengembangan industri kreatif di Indonesia, kesimpulan

dan daftar pustaka.

Demikian penjelasan setiap bab dari buku ini. Selanjutnya, Penulis

mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan buku ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juli 2017

Penulis,

Prof. M. Hawin, S.H.,LL.M., Ph.D.

Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum.

vii

Page 9: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam
Page 10: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

DAFTARISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... V

DAFTAR ISi ........................................................................................ ix

DAFTAR ISTILAH ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

BAB II PERLINDUNGAN HAK MORAL MENURUT UUHC

2014.................................................................................... 6

A. Pendahuluan ................................................................ 6

B. Sejarah dan Pengertian Hak Moral............................... 7

C. Perlindungan Hak Moral Menurut UUHC 2002 .......... 14

D. Perlindungan Hak Moral Menurut UUHC 2014 ......... 20

E. Kesimpulan .................................................................. 25

Daftar Pustaka .................................................................... 26

BAB III LEGALITAS IMPORPARALEL MENURUT UU MEREK

2016, UU PATEN 2016, DAN UU HAK CIPTA 2014 ...... 27

A. Pendahuluan ................................................................ 27

B. Pengertian Impor Paralel ............................................. 28

C. Beberapa Situasi Terjadinya Impor Paralel ................. 32

D. Sebab-Sebab Terjadinya Impor Paralel ....................... 35

E. Prinsip Exhaustion dan Impor Paralel ......................... 38

F. Impor Paralel Ditinjau dari Hukum Merek di

Indonesia ..................................................................... 64

G. Impor Paralel Ditinjau dari Hukum Pat en di

Indonesia ...................................................................... 72

I ix

Page 11: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

H. Impor Paralel Ditinjau dari Hukum Hak Cipta di

Indonesia . . . . . . . . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. . 78

I. Kesimpulan .................................................................. 82

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . .. .. . 83

BAB IV PERLINDUNGAN PENGETAHUAN TRADISIONAL

DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ................... 88

A. Pendahuluan ................................................................ 88

B. Perlindungan Pengetahuan Tradisional ........................ 89

C. Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional.................. 116

D. Kesimpulan .................................................................. 120

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . .. .. . 121

BAB V CATATAN PENGATURAN MANAJEMEN INFORMASI

HAK CIPTA, INFORMASI ELEKTRONIK HAK CIPTA

DAN SARANA KONTROL TEKNOLOGI DI DALAM

UU NO. 28 TAHUN 2014 ................................................. 124

A. Pendahuluan . . . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . . . . . .. .. . 124

B. Teori Perlindungan Hak Cipta...................................... 125

C. Teknologi Informasi sebagai Sarana Perlindungan

Teknis Hak Cipta.......................................................... 126

D. WIPO Internet Treaties: Sinergitas Perlindungan Teknis

dan Ketentuan Hak Cipta ............................................. 130

E. Pengaturan dan Catatan Manajemen Informasi Hak

Cipta dan Sarana Kontrol Teknologi dalam Ketentuan

Hak Cipta Indonesia..................................................... 131

F. Kesimpulan .................................................................. 137

Daftar Pustaka .................................................................... 138

BAB VI COLLECTIVE MANAGEMENT ORGANIZATION

INDONESIA: PELUANG DAN TANTANGANNYA

PASCA PEMBERLAKUAN UU NO. 28 TAHUN 2014... 140

A. Pendahuluan ................................................................. 140

B. Arti, Fungsi, Lingkup dan Manfaat Collective

Management Organization .......................................... 141

X I

Page 12: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

C. Model Collective Management Organization di

Beberapa Negara .......................................................... 146

D. Sejarah, Perkembangan dan Pengaturan CMO di

Indonesia ..................................................................... 147

E. Peluang dan Tantangan CMO Indonesia ...................... 155

F. Kesimpulan .................................................................. 156

Daftar Pustaka .................................................................... 157

BAB VII UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 28 TAHUN

201 4 D AL A M K O N T E K S K E P E N T I N G A N

PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF MUSIK DAN

LAGU DI INDONESIA..................................................... 159

A. Pendahuluan ................................................................. 159

B. Industri Kreatif = Industri Musik dan Lagu = Industri

Hak Cipta ..................................................................... 160

C. Kontribusi Industri Kreatif Musik dan Lagu dalam

Perekonomian Nasional. ............................................... 161

D. UU Hak Cipta dalam Konteks Kepentingan

Pengembangan Industri Kreatif Musik dan Lagu

Indonesia ...................................................................... 165

E. Kesimpulan .................................................................. 168

Daftar Pustaka .................................................................... 168

BAB VIII PROBLEMATIKA JAMINAN FIDUSIA HAK CIPTA

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN

INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA............................ 170

A. Pendahuluan ................................................................. 170

B. Industri Kreatif sebagai Industri yang Berbasis pada

Kreativitas .................................................................... 171

C. Hak Cipta sebagai Hak Kebendaan dan Multihak ....... 175

D. Jaminan Fidusia sebagai Sistem Jaminan Kebendaan.. 180

E. Problematika Jaminan Fidusia Hak Cipta dan

Implikasinya pada Pengembangan Industri Kreatif di

Indonesia ...................................................................... 184

xi

Page 13: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

F. Kesimpulan .................................................................. 188

Daftar Pustaka .................................................................... 189

INDEKS ............................................................................................... 191

SEKILAS TENTANG PENULIS ........................................................ 195

Page 14: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ABS

ASIRI

CBD

CMO

Development Theory

DRMs

ECJ

EEA

Industri Kreatif

DAFTAR ISTILAH

Access and Benefi.t Sharing

Singkatan dari Asosiasi Industri

Rekaman Indonesia

Convention on Biological Diversity

Singkatan dari Collective Management

Organization merupakan organisasi

yang dibentuk atau ditunjuk oleh

pemegang hak cipta dalam pengelolaan

hak cipta yang mereka miliki.

Perlindungan hak cipta sebagai

katalisasi pembangunan ekonomi dan

modernisasi masyarakat.

Singkatan dari Digital Right

Management merupakan sekumpulan

sistem yang digunakan untuk

melindungi hak cipta di media

elektronik.

European Court of Justice

European Economic Area

Industri yang berasal dari pemanfaatan

kreativitas, keterampilan serta

bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan dan lapangan

xiii

Page 15: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Insentive Theory

MPA

Natural Right Theory

Prospect Theory

The Berne Convention

TRIPs

pekerjaan dengan mengbasilkan dan

memberdayakan daya kreasi dan daya

cipta individu tersebut.

Insentif ekonomi yang diberikan

kepada pencipta dalam rangka

mendorong pencipta untuk dapat

menginvestasikan waktu, usaba,

keablian dan segala sumber daya yang

dimilikinya untuk proses membuat

suatu kreativitas.

Motion Picture Association

Teori perlindungan bak cipta sebagai

buah dari basil kerja yang telab

dibasilkan oleb kreator, dimana basil

kerja tersebut merupakan bentuk

kontribusi kepada masyarakat dan

bal tersebut menjadi patut untuk

mendapatkan pengbargaan.

Teori perlindungan bak cipta yang

dimaksudkan

penghargaan

untuk memberikan

ekonomi atas

ketidakpastian dan ketidaktabuan

serta investasi pencipta yang memiliki

resiko dan mabal.

Konvensi Bern Perlindungan Karya

Seni dan Sastra

Trade-Related Aspects of Intellectual

Property Rights

TPP Trans Pacifi.c Partnership Agreement

Universal Copyright Convention : Konvensi Hak Cipta Universal yang

WIPO Internet Treaties

xiv

mengatur Hak Cipta Internasional

pada Tabun 1952 di Jenewa.

Kesepakatan multilateral dalam bidang

bak cipta di lingkungan digital.

Page 16: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

WIPO-WPPT

YKCI

Singkatan dari World Intellectual

Property Organization Performances

and Phonograms Treaty adalah

Perjanjian Karya-Karya Pertunjukan

dan Karya-Karya Fonogram WIPO.

Singkatan dari Yayasan Karya Cipta

Indonesia yang bergerak dalam bidang

hak cipta musik dan lagu.

I xv

Page 17: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam
Page 18: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BABI

PENDAHULUAN

M. Hawin1 dan Budi Agus Riswandi2

Setelah meratifikasi the Agreement Establishing the World Trade

Organization (WTO), untuk mematuhi kewajiban Indonesia menurut the

Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs

Agreement), Indonesia telah mempercepat usahanya untuk memperbaiki

peraturan perundang-undangan dan menerbitkan peraturan perundang­

undangan barn di bidang hukum kekayaan intelektual (HKI). Di bidang

hukum merek, misalnya, pada tahun 1997, Indonesia memperbaiki

UU Merek 19923 dengan UU No. 14 Tahun 1997, kemudian Negara ini

menerbitkan UU Merek tahun 2001.4 Pada tahun yang sama, Indonesia

juga merevisi UU Paten 19895 dengan UU No. 13 tahun 1997, dan

kemudian menerbitkan UU Paten 2001.6 Pada tahun 1997 juga, UU Hak

1. Profesor, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia; S.H.

(Universitas Gadjah Mada), LL.M. (American University), Ph.D. (University of

Queensland).

2. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Indonesia; S.H.

(Universitas Islam Indonesia), M.Hum. (Universitas Islam Indonesia), Dr. (Universitas

Gadjah Mada)

3. UU No. 19 Tahun 1992 tentang Merek.

4. UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

5. UU No. 6 Tahun 1989 tentang Paten.

6. UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.

I 1

Page 19: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Cipta (UUHC) 19827 direvisi dengan UU No. 12 tahun 1997, kemudian,

diterbitkan UUHC pada tahun 2002. 8 Pada tahun 2000, Indonesia

menerbitkan UU Rahasia Dagang 2000, 9 UU Desain Industri 2000, 10 dan

UU Tata Letak Sirkuit Terpadu 2000.11

Perkembangan selanjutnya, beberapa ketentuan dalam UUHC 2002,

UU Paten 2001 dan UU Merek 2001 telah dianggap usang dan perlu

diperbaiki. Oleh karena itu, Indonesia telah mengeluarkan UUHC 2014, 12

UU Paten 2016,13 dan UU Merek 2016.14 Di bidang hak cipta, misalnya,

ketentuan-ketentuan UUHC 2002 tentang hak moral dianggap kurang atau

tidak tepat. UUHC 2002 dianggap memberikan lebih banyak perlindungan

hak ekonomi pencipta dan tidak cukup melindungi hak moralnya. 15

Rancangan UUHC kemudian dibuat untuk memperbaikinya dengan

cara "mensejajarkan" perlindungan hak moral dengan perlindungan hak

ekonomi pencipta. Posisi ini ternyata kuat, karena beberapa sarjana telah

menyatakan bahwa pencipta suatu karya cipta hams mempunyai hak moral

sejajar dengan hak ekonomi mereka dan bahkan hak moral hams dilindungi

lebih lama dari pada hak ekonomi mereka.16Akhirnya, pada tanggal 16

Oktober 2014, Rancangan UUHC tersebut disahkan dan menjadi UU

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC 2014). Isu tentang hak

moral ini menarik dan penting untuk dibahas dalam tulisan ini.

7. UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.

8. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

9. UU No. 30 Tahun 2000.

10. UU No. 31 Tahun 2000.

11. UU No. 32 Tahun 2000.

12. UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

13. UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten.

14. UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

15. Salah satu sarjana hukum yang memperhatikan masalah ini adalah V. Henry Soelistyo

B dalam disertasinya "Perlindungan Hak Moral Menurut Hukum Hak Cipta di

Indonesia: (Kajian Mengenai Konsepsi Perlindungan, Pengaturan dan Pengelolaan

Hak Cipta)," Program Doktor, Fakultas Hukum, UGM, 2010.

16. Misalnya, V Henry Soelistyo B, ibid, him. 521, dan Miranda Risang Ayu, "Hak

Moral, Indikasi Asal, dan Hak Kebudayaan," http://klipingcliping.wordpress.

com/2010/06/06/hak-moral-indikasi-asal-dan-hak-kebudayaan ( diakses tanggal 30

September 2010).

2

Page 20: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Ketentuan dalam UUHC 2002 yang memberikan pemegang hak cipta

hak eksklusif impor sehingga bisa melarang impor paralel dianggap tidak

tepat. Maka, UUHC 2014 merubah ketentuan tersebut dan menyatakan

bahwa pemegang hak cipta kehilangan hak eksklusif distribusinya setelah

karya ciptanya dijual pertama kalinya kepada pihak lain. Artinya, UUHC

2014 ini menganut prinsip "exhaustion". Menariknya, posisi UUHC ini

di bidang impor paralel berbeda dengan posisi hukum merek dan hukum

paten Indonesia. UU Merek 2016 mempertahankan posisi UU Merek 2001

yakni tidak memuat ketentuan yang berkaitan dengan impor paralel. UU

Paten 2016 memuat ketentuan yang bisa digunakan untuk melarang impor

paralel, namun memperbolehkan impor paralel produk farmasi. Berbeda

dengan UU Paten 2001, UU Paten 2016 mengecualikan impor paralel

produk farmasi baik dari ketentuan pidana maupun dari gugatan perdata.

Oleh karena itu, isu impor paralel di Indonesia sangat penting untuk dikaji

dalam tulisan ini.

Isu hukum kekayaan intelektual penting lainnya adalah perlindungan

pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional (EBT).

Sebelumnya, sukar untuk melindunginya dengan menggunakan UU Paten

2001 karena UU Paten lama ini tidak memuat ketentuan yang berkaitan

secara langsung dengan pengetahuan tradisional. UU Paten 2016 memuat

ketentuan yang secara langsung berkaitan dengan pengetahuan tradisional,

yakni tentang kewajiban disclosure dan benefit sharing yang bisa

melindungi pengetahuan tradisional. Di samping itu, UUHC 2014 memuat

ketentuan barn berkenaan dengan sebagian pengetahuan tradisional yakni

ekspresi budaya tradisional (EBT). Isu tentang perlindungan pengetahuan

tradisional dan EBT juga penting untuk dibahas dalam buku ini.

Buku ini akan mengkaji ketentuan-ketentuan barn tentang hak moral

dalam UUHC 2014 dan membandingkannya dengan ketentuan UUHC

yang lama dan dengan the Berne Convention yang mengatur hak moral.

Tulisan ini juga akan mengkaji legalitas impor paralel dalam hukum

kekayaan intelektual di Indonesia khususnya posisi barn dalam UUHC

2014 dan UU Paten 2016. Buku ini juga akan membahas perlindungan

pengetahuan tradisional dalam UU Paten 2016 dan UU Merek 2016 dan

I 3

Page 21: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

EBT menurut UUHC 2014 dengan menyinggung RUU Pengetahuan

Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional (RUUPT & EBT).

Dari sisi yang berbeda, pemberlakuan UUHC 2014 telah memperkuat

perlindungan hak cipta di internet. Penguatan perlindungan hak cipta salah

satunya dengan mensinergikan perlindungan teknis ke dalam ketentuan

hak cipta di internet. Hal ini sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal

7, Pasal 52 dan Pasal 112 UU No. 28 Tahun 2014. Namun demikian,

pengaturan ini pada kenyataannya masih memiliki beberapa catatan

yang meliputi belum dimungkinkannya pembatasan dan pengecualian

yang terkait dengan kepentingan publik di bidang pendidikan, nirlaba

dan perlindungan data pribadi dan sanksi pidana yang nampaknya belum

dapat memulihkan kerugian negara atas perbuatan tersebut. Buku ini akan

mengkaji isu penting ini.

Aspek lain dari UUHC 2014 yang tak kalah menarik adalah mengenai

pengaturan Collective Management Organization (CMO). CMO dikenal

dalam UUHC 2014 dengan sebutan Lembaga Manajemen Kolektif.

Lembaga ini dikenal juga dengan singkatan LMK. Pengaturan LMK

di dalam UUHC 2014 merupakan penyempurnaan dari UUHC 2002.

Sebagaimana diketahui, setelah diberlakukannya UUHC 2014, maka LMK

di Indonesia berbentuk lembaga non profi.t dan tidak bersifat monopolistik.

LMK juga dibentuk secara voluntary dengan dukungan UUHC 2014.

Bentuk LMK seperti ini ternyata telah menghadirkan sejumlah peluang

dan tantangan. Peluang dan tantangan ini, apabila dapat diselesaikan

dengan baik, akan membawa kepada semangat berkreativitas yang tinggi

dan meningkatkan kesejahteraan dari pemegang hak cipta. Tulisan ini juga

akan mengkaji hal ini.

Kehadiran UUHC 2014 juga membuka babak barn dalam

pengembangan industri kreatif musik dan lagu Indonesia. Hal ini

setidaknya dengan diberlakukannya UUHC 2014, maka industri kreatif

musik dan lagu diharapkan akan mencapai dua kepentingan, yakni;

kepentingan perlindungan hukum dan kepentingan mendapatkan insentif.

Dalam hal kepentingan perlindungan hukum, ketentuan UUHC 2014 telah

memberikan perlindungan bagi industri kreatif musik dan lagu lebih lama,

yakni seumur hidup plus 70 tahun, sedangkan kepentingan mendapatkan

41

Page 22: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

insentif bagi industri kreatif musik dan lagu dibuktikan dengan diakuinya

pemberian royalti melalui sistem Lembaga Manajemen Kolektif.

Dalam hal pengembangan industri kreatif, mendorong kreativitas

saja tidak cukup, namun diperlukan juga dukungan permodalan yang

kuat. Dalam kenyataannya, industri kreatif masih kesulitan untuk

mendapatkan permodalan tersebut melalui skema perkreditan mengingat

tidak tersedianya jaminan yang dipersyaratkan. Untuk memberikan solusi

terhadap permasalahan tersebut pemerintah telah membuat ketentuan

barn, dimana kreativitas yang dilindungi hak cipta yang dimiliki oleh

industri kreatif dapat dijadikan sebagai alat jaminan. Hal ini ditegaskan

dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) UUHC 2014. Namun demikian, apabila

dicermati, dalam implementasinya, jaminan fidusia hak cipta ini berpotensi

dapat menimbulkan beberapa permasalahan. Beberapa permasalahan yang

timbul pada akhirnya dapat menimbulkan implikasi ekonomi dan hukum

terhadap pengembangan industri kreatif. Buku ini juga akan membahas hal

yang penting ini.

I s

Page 23: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BAB II

PERLINDUNGAN HAK MORAL

MENURUT UUHC 2014

M.Hawin

A. PENDAHULUAN

Ketika masyarakat mendengarkan sebuah lagu di berbagai media,

biasanya mereka tidak atau kurang tahu siapa sebenarnya pencipta lagu

tersebut karena jarang media menyebutkan nama penciptanya. Bahkan

pihak media mungkin berfikiran tidak penting menyebutkan nama

penciptanya. Hal ini terutama terjadi pada siaran radio dan televisi,

walaupun siaran televisi dewasa ini sudah lebih sering menyebutkan nama

penciptanya dari pada siaran radio. Tidak jarang pula kita saksikan sebuah

karya dimodifikasi tanpa ijin penciptanya. Misalnya, sebuah lagu dirubah

atau diganti baik lirik maupun iramanya tanpa ijin penciptanya. Masih jelas

di benak kita, lagu "It's Only Words" the Bee Gees diganti atau diplesetkan

dengan "Iso Ngliwet" dengan irama dangdut. Lebih menyedihkan lagi, di

lingkungan akademik, kita sering sekali mendapatkan informasi bahwa

banyak tulisan yang dibuat kalangan akademik yang mengutip karya orang

lain tanpa menyebutkan nama penciptanya. Dari sisi etika, hal-hal seperti

itu tidak tepat. Terlepas dari kepentingan kebebasan berekspresi, kreativitas

pencipta yang bersifat pribadi harus dihargai secara moral selain secara

ekonomi. Harns diakui bahwa pencipta, selain mempunyai hak ekonomi,

6 I

Page 24: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

juga mempunyai hak untuk disebut namanya dalam ciptaannya dan hak

untuk melarang modifikasi ciptaannya.

Hak untuk disebut namanya (hak atributif) dan hak untuk mencegah

orang lain memodifikasi ciptaannya (hak integritas) dan hak-hak moral

lainnya bagi pencipta sudah lama diakui di beberapa negara terutama

negara-negara dengan Civil Law. Dalam perkembangannnya, hak-hak

tersebut, terutama hak atributif dan hak integritas, diakui juga di beberapa

negara Common Law, seperti AS, Australia, Canada, dan Selandia Barn

walaupun lebih terbatas dari pada di negara-negara Civil Law. Beberapa

perjanjian hak cipta internasional juga mengakui hak moral, seperti the

Berne Convention dan WIPO's Performances and Phonograms Treaty

1996 (WPPT). Sesuai dengan tradisi negara-negara Civil Law, Indonesia

sudah mengakui hak moral sejak negara ini menerbitkan UUHC 1982. 17

Nampaknya, Indonesia selalu berusaha untuk memperbaiki perlindungan

hak moral sampai dikeluarkannya UUHC 2014.

Dalam bab ini akan dibahas perlindungan hak moral di Indonesia.

Pembahasan ini penting mengingat telah dikeluarkannya UUHC yang barn

yakni UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC 2014) yang antara

lain mengatur perlindungan hak moral. Namun, sebelumnya, perlu dibahas

terlebih dahulu ketentuan yang lama, yakni ketentuan dalam UU N omor

19 Tahun 2002 (UUHC 2002) agar dapat diketahui sejauh mana ketentuan

yang barn tersebut memperbaiki ketentuan yang lama.

B. SEJARAH DAN PENGERTIAN HAK MORAL

Konsep asli dari hak moral, yang merupakan hak seseorang untuk

diakui ekspresi individunya sebagai perpanjangan dari kepribadiannya,

berasal dari Yunani dan Romawi kuno di bawah Kaisar Justinian. Pada

waktu itu, hak moral hanya meliputi hak attribusi (right of attribution) atau

hak pencipta untuk diakui sebagai pencipta dari ciptaannya sendiri. Pada

waktu itu, plagiarisme menjadi perhatian besar di Romawi kuno, dimana

tindakan plagiarisme diartikan sebagai kejahatan pencurian insani (the

crime of stealing a human being). Dari definisi ini, jelas bahwa ciptaan

17. UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.

I 7

Page 25: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

seorang pencipta sinonim dengan eksistensinya yang sesungguhnya dan

integritas pribadinya. Ide ini kemudian ditanamkan ke dalam konsep

hak moral yang memberikan kepada pencipta hak kontrol atas "nasib"

kreativitas ciptaannya. Kemudian, hak pencipta untuk melindungi kontribusi

kreatifnya dari modifikasi diakui oleh hukum Romawi, sehingga pencipta

tersebut diberikan hak untuk menggugat orang yang membelokkan pesan

kreatifnya dengan cara yang sebenarnya tidak diinginkan oleh pencipta. 18

Di Eropa, hak moral telah dikenal sejak abad ke sembilan belas.

Selama waktu itu, dan sebagai respon terhadap karya filosuf Jerman,

Kant dan Hegel dan filsafat individualis dari Revolusi Perancis, hukum

Perancis mulai melindungi investasi emosional seniman pada karya­

karya seni mereka dengan cara melarang mutilasi karya-karya tersebut

tanpa persetujuan seniman penciptanya. Negara-negara Eropa lainnya

mengikuti Perancis. Bahkan, beberapa negara Eropa, khususnya Perancis,

melindungi 2 (dua) tambahan hak moral, yakni "right of disclosure" (hak

penyingkapan), yang memungkinkan pencipta untuk menolak membuka

atau menerbitkan karyanya ke publik sebelum dia merasa karyanya terse but

memuaskan, dan "right of withdrawal" (hak penarikan kembali), yang

memberikan pencipta hak untuk menarik kembali karyanya dari publik,

bahkan setelah karya tersebut dijual. 19

Konsep hak moral mengakui bahwa suatu ciptaan eksis atau hidup

lebih dari hanya sekedar mendapatkan tempat di pasar secara ekonomi. Pada

setiap ciptaan kreatif melekat kepribadian penciptanya dan ekspresi pribadi

khas penciptanya, yang eksis atau hidup bersamaan dengan kepentingan

ekonomi penciptanya. Unsur kepribadian yang sangat melekat pada suatu

ciptaan ini sifatnya abadi, berlangsung melebihi waktu seorang pencipta

dapat menjual ciptaannya kepada masyarakat. Oleh karena itu, hak moral

dipandang sebagai perpanjangan dari pribadi pencipta tersebut, sehingga

pencipta tersebut mempunyai hak kontrol atas ciptaannya di kemudiaan

18. Jessica Watkins, "Garcia v. Google, Inc. and The Limited Rights of Motion Picture

Actors Under American Copyright Law," (2016) 98 J. Pat. & Trademark Off. Soc'y

249, hlm. 254.

19. Nathan Murphy, "Theme Et Varaations: Why The Visual Artists Rights Act Should

Not Protect Works-In-Progress," (2010) 17 UCLA Ent. L. Rev. 110, him. 114.

8

Page 26: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hari tidak karena alasan ekonom.i, tetapi karena alasan kepentingannya

yang sangat pribadi.20

Perlindungan hak moral sesuai dengan pandangan "Authors' Rights"

(Hak Pencipta). Ada dua pandangan yang berbeda berkaitan dengan

peran ciptaan dan pencipta dalam masyarakat. Pertama, pandangan

Authors' Rights (Hak Pencipta) yang menyatakan bahwa ciptaan adalah

perpanjangan dari kepribadian pencipta yang menciptakannya. Ciptaan

tersebut terns merefleksikan penciptanya walaupun setelah ciptaannya

dijual dan dipublikasikan. Karena hubungan yang sangat dekat antara

pencipta dan ciptaannya, pencipta berhak untuk mendapatkan tidak hanya

remunerasi finansial tetapi juga hak kontrol terns menerns berkaitan dengan

bagaimana ciptaannya digunakan. Seorang penulis lagu, m.isalnya, dapat

menolak lagunya dimainkan dalam kampanye bagi seorang calon pejabat

politik, atau penulis sandiwara dapat menolak sandiwaranya dipentaskan

oleh pihak tertentu. Ahli hukum Perancis Bernard Edelman menyatakan:

"Since the work embodies the authors personality, harming it also attacks its

creator." Pandangan ini menunjukkan bahwa kepentingan pencipta sangat

kuat, karena pencipta mempunyai hak untuk menulis kembali ciptaannya,

menarik kembali ciptaan yang tidak lagi direkomendasikan penciptanya

(atau karena penciptanya malu atau tidak nyaman) dari peredarannya di

masyarakat dengan tujuan untuk melindungi reputasi pencipta. 21

Pandangan yang kedua, yakni "Copyright'' (Hak Cipta), menyatakan

bahwa tidak ada ciptaan tanpa masyarakat penonton (audience). Ciptaan

merefleksikan dan menggerakkan budaya, dan melekat secara kuat dalam

masyarakat yang membesarkan dan mendidik penciptanya. Masyarakat

tersebut mempunyai kepentingan dalam "warisannya" dan dapat menuntut

kepentingannya yang berhadapan atau bersaing dengan kepentingan

pencipta. Nilai ciptaan timbul dari kemampuannya untuk menginspirasikan,

menginformasikan, menghibur, dan menjelaskan kepada masyarakat.

Pencipta berhak untuk mendapatkan hak-hak dari ciptaannya tidak hanya

karena kepentingan dirinya sendiri, tetapi karena pencipta mengembangkan

20. Jessica Watkins, Op.Cit.

21. Timothy K. Armstrong, "Two Comparative Perspectives on Copyright's Past and

Future in The Digital Age," (2016) 15 J. Marshall Rev. Intell. Prop. L. 698, hlm. 704.

I 9

Page 27: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

budaya di mana pencipta merupakan bagiannya. Apabila memberikan hak­

hak kepada pencipta akan meningkatkan kepentingan publik, maka hak-hak

tersebut harus diberikan, sebaiknya apabila tidak, hak-hak tersebut harus

tidak diberikan atau dibatasi. Tujuan hukum tertinggi adalah memperbesar

atau meningkatkan kepentingan masyarakat; remunerasi dan royalti

hanya diberikan kepada pencipta apabila pemberian itu akan mendukung

tercapainya tujuan terse but. 22 Oleh karena itu, harus ada keseimbangan

antara hak-hak pencipta dan hak-hak masyarakat. Pencipta membutuhkan

hak-hak agar rasa takut terhadap pembajakan tidak menurunkan minatnya

untuk membuat ciptaan barn, tetapi hak-hak pencipta tersebut tunduk

kepada pembatasan-pembatasan, seperti "fair use", lisensi wajib, dan lain

sebagainya. Hak-hak pencipta harus mempunyai jangka waktu yang cukup

untuk menjamin pencipta mendapatkan kompensasi, tetapi jangka waktu

tersebut tidak boleh menyebabkan masyarakat kehilangan kemanfaatan

dari akses mereka kepada ciptaan tersebut.

Baldwin menjuluki pandangan pertama sebagai "Authors ' Rights"

(Hak Pencipta) dan pandangan kedua sebagai "Copyright'' (Hak Cipta).

Beberapa perbedaan antara keduanya diantaranya: Hak Pencipta lahir

secara alamiah, sedangkan Hak Cipta lahir karena hukum positif; dalam

Hak Pencipta, perlindungan kepada pencipta kuat, sedangkan dalam

Hak Cipta perlindungan kepada pencipta moderat; jangka waktu Hak

Pencipta adalah panjang atau abadi sedangkan jangka waktu Hak Cipta

terbatas; tujuan Hak Pencipta adalah kualitas ciptaan sedangkan tujuan

Hak Cipta adalah ketersediaan ciptaan bagi masyarakat; Hak Pencipta

sukar dipisahkan dari pencipta, sedangkan Hak Cipta mudah dipisahkan

dari pencipta; dasar filosofis Hak Pencipta adalah Romanticism sedangkan

dasar filosofis Hak Cipta adalah postmodernism; dan lain sebagainya.23

Karena dalam Hak Pencipta perlindungan kepada pencipta kuat,

maka Hak Pencipta sangat mendukung perlindungan hak moral pencipta

yang, sebagaimana tersebut di atas, meliputi: hak atribusi (the rights of

attribution and non-attribution), hak integritas (the rights of integrity), hak

penyingkapan (the rights of disclosure), dan hak penarikan kembali (the

22. Timothy K. Armstrong, ibid, him. 705.

23. Timothy K. Armstrong, ibid, him. 705 dan 706.

10

Page 28: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

rights of withdrawal or repenting). Bahkan, Hak Pencipta mendukung hak

moral yang berbau hak ekonom.i, yakni hak pencipta untuk mendapatkan

royalti setelah ciptaannya dijual kembali (the resale royalty rights atau

the droit de suite). Hak ini sangat penting untuk ciptaan seni murni yang

nilainya meningkat dari waktu ke waktu. 24

Negara-negara Civil Law, awalnya negara-negara di Eropa,

mempunyai tradisi memberikan hak moral selain hak ekonom.i kepada

pencipta. Negara-negara Common Law lebih menekankan pada pemberian

hak ekonom.i dari pada hak moral. Ternyata pendekatan negara-negara

Civil Law ini lebih diterima oleh beberapa perjanjian internasional. Pada

tahun 1928, konsep hak moral telah mendapat cukup sambutan untuk

ditambahkan dalam teks the Berne Convention 1886. 25 Pasal Gbis the Berne

Convention26 menyatakan:

Independently of the author's economic rights, and even after transfer

of said rights, the author shall have the right to claim authorship of the

work and to object to any distortion, mutilation, or other modifi.cation

of, or other derogatory action in relation to, the said work, which shall

be prejudicial to his honor or reputation.

Pasal Gbis the Berne Convention tersebut menyebutkan hak untuk

mengklaim kepengarangan (authorship). Hak inilah yang disebut "right

of attribution" (hak atribusi) atau "right of paternity." Di sini tersirat

makna bahwa pencipta juga mempunyai hak untuk melepaskan (disclaim)

kepengarangannya. Pasal tersebut juga menyebut hak untuk menolak

berbagai bentuk modifikasi fisik. Hak inilah yang biasa disebut "right of

integrity" (hak integritas).

Selain the Berne Convention, sebagaimana tersebut di atas, hak moral

juga diakui dan diatur dalam the Universal Declaration of Human Rights

1948. Pasal 27(2) Deklarasi ini menyatakan: "Everyone has the right to the

protection of the moral and material interests resulting from any scientifi.c,

literary or artistic production of which he is the author." Dem.ikian juga

24. Timothy K. Armstrong, ibid, him. 706.

25. Nathan Murphy, Op.Cit, him. 113 clan 114.

26. The Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works.

I 11

Page 29: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

WIPOs Performances and Phonograms Treaty 1996 (WPPT) mengakui

hak moral. Pasal 5(1)27 WPPT mengakui hak moral pelaku (performer)

dengan meniru Pasal 6bis the Berne Convention yang intinya menyatakan

bahwa pelaku mempunyai hak atribusi dan hak integritas.

Walaupun beberapa negara Common Law, seperti AS dan Inggris,

telah meratifikasi perjanjian-perjanjian internasional tersebut, negara­

negara tersebut kokoh pada pendiriannya untuk memberikan perlindungan

hak moral secara terbatas, dan hanya memberikan perlindungan hak moral

kepada kreasi seni murni (fi.ne arts), sehingga pengarang lagu dan pemain

musik di negara-negara tersebut harus mempertahankan hak moral mereka

di pengadilan-pengadilan Uni Eropa.28 Namun, ada beberapa negara

Common Law, seperti Kanada, Australia dan Selandia Barn yang telah

memberikan perlindungan hak moral lebih luas untuk karya cipta kreatif

termasuk hak moral untuk karya musik. 29

Contoh negara Common Law yang memberikan perlindungan hak

moral secara terbatas adalah AS. Perkembangan hak moral di AS lamban.

Awalnya, seniman AS tidak mempunyai hak moral dalam karya-karya

mereka. Kemudian, perlahan-lahan hukum Eropa yang melindungi hak

moral mempengaruhi para seniman AS untuk meminta hak-hak yang sama,

dan mulai tahun 1970 an, suara para seniman tersebut semakin menguat

dan efektif. Akhirnya, pada tahun 1990, AS mengeluarkan the Visual

Artists Rights Act. 30 UU ini memberikan hak atribusi dan hak integritas

kepada seniman karya visual. Hak atribusi mempunyai dua komponen: hak

untuk mengklaim kepengarangan dan hak untuk melepaskan (disclaim)

27. Pasal 5(1) WPPT menyatakan: "Independently of a performer's economic rights, and

even a�er the transfer of those rights, the performer shall, as regards his live aural

performances or performances fi.xed in phonograms, have the right to claim to be

identifi.ed as the performer of his performances, except where omission is dictated by

the manner of the use of the performance, and to object to any distortion, mutilation

or other modifi.cation of his performances that would be prejudicial to his reputation."

28. Robert C. Bird and Lucille M. Ponte, "Protecting Moral Rights in The United States

and The United Kingdom: Challenges and Opportunities under The U.K.'s New

Performances Regulations," Boston University International Law Journal, Vol.

24:213, 2006, hlm. 214 -215.

29. Robert C, ibid. hlm. 216.

30. Visual Artists Rights Act of 1990, 17 U.S.C. § 106A(a) (2006). Nathan Murphy,Op.Cit, hlm. 114.

12

Page 30: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

kepengarangan dari suatu karya yang tidak dibuat oleh seniman. 31 Hak

integritas dalam UU itu memungkinkan seniman visual untuk mencegah

suatu pihak melakukan berbagai macam modifikasi dan pengrusakan

karyanya. 32 Namun, perlindungan hak moral di AS ini terbatas hanya untuk

karya visual yang pengertiannya terbatas, yakni "a painting, drawing, print,

or sculpture, existing in a single copy, in a limited edition of 200 copies

or fewer."33 Di batik pendekatan AS ini adalah alasan ekonomi, yakni

bahwa motivasi untuk menciptakan ciptaan yang barn akan hilang apabila

pencipta tidak diberikan cara yang predictable untuk mempertahankan

haknya dan meraup keuntungan finansial dari ciptaannya. 34

Secara intemasional, AS juga tidak mendukung perlindungan hak

moral. Selama negosiasi draft Perjanjian TRIPs di WTO, AS bekerja

keras untuk meyakinkan bahwa negara-negara anggota WTO tidak bisa

menggunakan proses penyelesaian sengketa WTO untuk menyelesaikan

masalah ketidakcukupan perlindungan hak moral. 35 AS bersama dengan

negara-negara Common Law memberikan argumen bahwa perlindungan

hak moral yang kuat dikhawatirkan akan menghalangi "full enjoyment''

pembeli atau pihak yang mendapatkan lisensi secara sah.36 Akhimya, Pasal

9.1 Perjanjian TRIPs secara eksplisit menyatakan bahwa "Members shall

not have rights or obligations under this Agreement in respect of the rights

conferred under Article 6bis of the Berne Convention or of the rights derived

therefrom." Di samping itu, kesepakatan-kesepakatan bilateral, plurilateral

dan regional tentang TRIPs-Plus yang telah dinegosiasikan olehAS dalam

tahun 2000an sama sekali tidak menyinggung hak moral.37 Jadi, sikap

31. § 106A(a)(l)(A)-(B).

32. § 106A(a)(3)(A).

33. Pengertian visual arts menurut hukum hak cipta AS adalah: "a painting, drawing,

print, or sculpture, existing in a single copy, in a limited edition of 200 copies or

fewer." 17 U.S.C. §101 (2010).

34. Jessica Watkins, Op.Cit., hlm. 253.

35. Peter K. Yu, "Moral Rights 2.0," (2015) 1 Tex. A&M L. Rev. 873 him. 876.

36. UNCTAD-ICTSD, Resource Book on TRIPS and Development, Cambridge University

Press, New York, 2005, hlm. 142.

37. Peter K. Yu, Op.Cit.

I 13

Page 31: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

AS menunjukkan bahwa AS konsisten dengan pendiriannya untuk lebih

menekankan perlindungan hak ekonomi dari pada hak moral pencipta.

Perjanjian TRIPs sendiri memang akhimya "berpihak" kepada negara

Common Law dengan tidak mewajibkan negara anggota WTO untuk

melindungi hak moral. Hal ini bisa dimengerti mengingat Perjanjian TRIPs

mengatur substansi yang bersifat ekonomi dalam suatu wadah ekonomi

intemasional WTO. Implisitnya, negara-negara anggota WTO mempunyai

diskresi untuk melindungi hak moral atau tidak. Akibatnya, perbedaan di

antara negara-negara anggota WTO berkaitan dengan perlindungan hak

moral akan terns berlangsung. Intinya, sekarang ini, negara-negara Civil

Law cenderung sangat melindungi hak moral, sebaliknya negara-negara

Common Law cenderung kurang melindungi atau melindungi hak moral

secara terbatas.

C. PERLINDUNGAN HAK MORAL MENURUT UUHC 2002

UUHC 2002 telah melindungi hak moral pencipta. Hak moral meliputi

hak atribusi (the right of attribution atau the right of paternity), yakni, hak

pencipta agar namanya dicantumkan atau disebutkan dalam ciptaannya, 38

dan hak integritas (the right of integrity), yakni, hak agar integritas

ciptaannya terjaga.39 Ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mengikuti

trend yang dianut oleh negara-negara Civil Law yang mempunyai tradisi

untuk melindungi hak moral pencipta. Sebagaimana tersebut di atas, hukum

hak cipta di negara-negara Civil Law Eropa seperti Jerman, Perancis, dan

Italia mempunyai ketentuan-ketentuan yang melindungi hak-hak moral

tersebut. 40

38. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang pengertian hak atribusi, lihat Cyrill P.

Rigamonti, "Deconstructing Moral Rights" (2006) 47 Harv. Int'/ L.J. 353, hlm. 363 -

364.

39. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang pengertian hak integritas, lihat Cyrill P.

Rigamonti, ibid, hlm. 364 - 367.

40. Namun, pengakuan hak moral juga telah diberikan oleh beberapa negara Common

Law. United States Visual Artists Rights Act of 1990 (17 U.S.C. § 106A), misalnya,

melindungi hak atribusi dan hak integritas, dan Australian Copyright Act 1968

(sebagaimana diperbaiki pada Juni 2010 dengan Act No. 94 of 2010) juga memberikan

perlindungan kepada kedua hak tersebut.

14

Page 32: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Hak moral pencipta dilindungi oleh Pasal 24 dan 55 UUHC 2002.

Pasal 24 (1) UUHC 2002 menyatakan: "Pencipta atau ahli warisnya berhak

menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan

dalam Ciptaannya." Berdasarkan ketentuan ini, apabila pencipta

mengalihkan hak ciptanya kepada orang lain, pencipta atau ahli warisnya

dapat mengharuskan orang lain tersebut untuk tetap mencantumkan nama

penciptanya pada ciptaannya. Namun, mungkin dapat dikatakan bahwa

ketentuan ini tidak kuat karena tidak secara eksplisit mengharuskan

pemegang hak cipta yang barn untuk mencantumkan nama pencipta

apabila pencipta tidak mengharuskan. Apabila suatu stasiun telivisi atau

radio, misalnya, menyiarkan sebuah lagu dengan hanya mempertunjukkan

judul lagunya dan penyanyinya tanpa menyebutkan nama penciptanya,

selama penciptanya tidak menuntut, maka tidak ada masalah.

Pasal lain yang relevan dengan Pasal 24(1), yakni Pasal 55 (a)

menyatakan bahwa penyerahan hak cipta atas seluruh ciptaan kepada

pihak lain tidak mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk

menggugat pihak yang tanpa persetujuannya meniadakan nama pencipta

yang tercantum pada ciptaannya. Seperti Pasal 24 (1), Pasal 55 (a) memang

tidak secara eksplisit mengharuskan setiap orang yang menggunakan

suatu ciptaan untuk mencantumkan nama penciptanya. Namun, akan

riskan bagi seseorang untuk mempertunjukkan atau mengumumkan suatu

ciptaan tanpa menyebutkan nama penciptanya, karena penciptanya bisa

menggugat orang tersebut. Jadi, walaupun Pasal 24(1) dan Pasal 55(a)

tidak secara eksplisit mengharuskan pencantuman nama pencipta, jelas

telah memberikan perlindungan hak atribusi pencipta secara memadai.

Timbul pertanyaan tentang apakah menurut UUHC 2002 pencipta

mempunyai hak eksklusif untuk mencantumkan namanya pada ciptaannya,

artinya apakah hanya pencipta sendiri yang berhak mencantumkan

namanya. Tidak jelas dari ketentuan Pasal 24(1) karena Pasal ini secara

eksplisit hanya memberikan kepada penciptanya hak untuk mengharuskan

pencantuman namanya pada ciptaannya. Namun, berdasarkan Pasal

55 (b ), pencipta dapat menggugat seseorang yang tanpa persetujuannya

mencantumkan nama pencipta tersebut pada ciptaannya. Pasal 55 (b)

I 1s

Page 33: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

menyerupai dengan Pasal 41 (b) dari UUHC 1982.41 Kebenaran Pasal 41 (b)

ini pernah diragukan dan beberapa sarjana hukum Indonesia menyatakan

bahwa Pasal 41 (b) salah dan seharusnya Pasal tersebut menyatakan

pencipta hanya dapat menggugat seseorang yang mencantumkan nama

orang lain pada ciptaan pencipta tersebut.42 Namun, kalimat dari Pasal

55 (b) jelas dan tidak kabur. Apabila Pasal 55 sendiri dibaca, jelas bahwa

hanya pencipta yang mempunyai hak untuk mencantumkan namanya

pada ciptaannnya. Akibatnya, dapat dibayangkan bahwa hal ini dapat

menimbulkan situasi yang sukar dan rumit. Hal inilah, mengapa pendapat

Antons bahwa makna Pasal 41 (b) dari UUHC 1982 tersebut bisa dibatasi

pada hak pencipta untuk menentukan identifikasi pencipta, yakni apakah,

misalnya, ciptaannya harus dipublikasikan dengan suatu nama samaran

(pseudonym) atau tanpa nama (anonymous) sama sekali43 mungkin dapat

digunakan untuk mendefinisikan makna Pasal 55 (b) yang menyerupai

Pasal 41 (b) UUHC 1982. Namun, terlepas dari hal tersebut, Pasal 55 (b)

adalah penting sekali untuk memberikan pencipta hak untuk mencegah

pencantuman namanya (disclaim) tanpa izin pada ciptaannya yang

sebelumnya telah dirubah dengan cara modi:fikasi, mutilasi, atau distorsi,

dan lain sebagainya yang merusak kehormatan dan reputasinya.44

Pasal 24(2) UUHC 2002 menyatakan bahwa "suatu Ciptaan tidak

boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain,

kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya

dalam hal Pencipta telah meninggal dunia." Menurut Pasal ini, seseorang

dilarang untuk membuat perubahan pada suatu ciptaan tanpa izin terlebih

dahulu dari pencipta atau ahli warisnya apabila pencipta telah meninggal

dunia. Lebih dari itu, berdasarkan Pasal 24 (3), perubahan tanpa izin pada

judul dan anak judul dari suatu ciptaan dan nama atau samaran pencipta

41. UUHC 1982. UU ini diperbaiki pada tahun 1987 clan terakhir tahun 1997.

42. Christoph Antons, Intellectual Property Law in Indonesia, Kluwer Law International,

London, 2000, hlm. 95.

43. Christoph Antons, ibid.

44. Bandingkan dengan ketentuan dalam S. 106 A, United States Visual Artists Rights

Act, 17 U.S.C. (1990) yang memberikan kepada artis "right to prevent the use of

his or her name as the author of the work of visual art in the event of a distortion,

mutilation, or other modification of the work which would be prejudicial to his or her

honor or reputation." 17 U.S.C. § 106 A(a)(2).

16

Page 34: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

juga dilarang. Berdasarkan Pasal 55 (c) dan (d), pencipta mempunyai hak

untuk menggugat seseorang yang tanpa persetujuan pencipta mengubah

atau mengganti judul ciptaan atau mengubah isi ciptaan. Makna larangan

perubahan dalam Pasal 24(2) telah dijelaskan dalam Penjelasan Pasal

tersebut yang meliputi larangan untuk melakukan setiap tindakan "distorsi,

mutilasi atau bentuk perubahan lainnya yang meliputi pemutarbalikan,

pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan dengan karya

cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi Pencipta."

Jadi, berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, jelas bahwa

pencipta mempunyai hak integritas (the right of integrity).

UUHC 2002 juga menentukan jangka waktu hal moral. Menurut Pasal

33, jangka waktu perlindungan hak atribusi adalah tanpa batas, sedangkan

jangka waktu hak integritas adalah sama dengan j angka waktu hak ekonomi

pencipta.

Pada dasarnya, Pasal 24 dan 55 dan Penjelasan Pasal 24(2) UUHC

2002 sudah sesuai dengan dengan Pasal Gbis dari the Berne Convention

for the Protection of Literary and Artistic Works (1971). Pasal Gbis juga

memberikan pencipta hak atribusi dan hak integritas. Pasal Gbis menyatakan:

(1) Independently of the author's economic rights, and even after the

transfer of the said rights, the author shall have the right to claim

authorship of the work and to object to any distortion, mutilation

of, or other derogatory action in relation to, the said work, which

would be prejudicial to his honor or reputation.

(2) The rights granted to the author in accordance with the preceding

paragraph shall, after his death, be maintained, at least until the

expiry of the economic rights, ...

Dengan membandingkan ketentuan-ketentuan hak moral dalam UUHC

2002 tersebut di atas dengan ketentuan dalam the Berne Convention, dapat

dikatakan bahwa ketentuan-ketentuan di Indonesia tersebut lebih baik.

Dalam UUHC 2002 tersebut, tindakan-tindakan yang dilarang untuk

melindungi hak integritas lebih spesi:fik karena mencakup distorsi, mutilasi,

pemutarbalikan, pemotongan, pengrusakan dan penggantian. Pasal Gbis

hanya menyebut "any distortion, mutilation of, or other derogatory action."

I 11

Page 35: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Selain itu, jangka waktu hak atribusi di Indonesia adalah tanpa batas dan

jangka waktu hak integritas menurut undang-undang tersebut adalah sama

dengan jangka waktu hak cipta yang bersangkutan.45 Sebaliknya, Pasal 6bis

(2) tidak membedakan antara jangka waktu perlindungan hak atribusi dan

jangka waktu perlindungan hak integritas dan menyatakan bahwa semua

hak moral berlangsung selama hidup pencipta dan paling tidak sampai

habisnya hak ekonomi pencipta. Dengan kata lain, the Berne Convention

tidak mengakui hak moral yang tanpa batas waktu. Jadi, jelas bahwa

UUHC 2002 lebih melindungi hak moral dari pada the Berne Convention.

Setelah tidak jelas apakah UUHC 1982 memberikan kepada pencipta

hak untuk menentang perusakan ciptaannya,46 Penjelasan Pasal 24(2)

UUHC 2002 menyatakan bahwa hak integritas pencipta mencakup hak

untuk mencegah perusakan ciptaannya. Penjelasan tersebut menyatakan

bahwa "perubahan" antara lain meliputi "perusakan". Posisi ini menarik

mengingat bahwa the Berne Convention tidak secara eksplisit mengakuinya

dan pengakuan hak untuk mencegah perusakan masih kontroversial di

beberapa negara. Misalnya, Amerika Serikat memberikan kepada artis

visual tertentu hak untuk menentang atau mencegah perusakan perwujudan

karya original, 47 yang biasanya tidak dilindungi di Eropa Kontinental.

Selain itu, hukum hak moral Eropa membatasi hak integritas hanya

mencakup hak untuk menentang modi:fikasi ciptaan, dan pengadilan­

pengadilan Eropa enggan untuk memperluas hak integritas mencakup hak

untuk mencegah perusakan ciptaan.48

Seperti Pasal Gbis the Berne Convention, menurut Pasal 24 UUHC

2002, seseorang bisa dianggap melanggar hak integritas hanya apabila

tindakan orang tersebut terhadap suatu ciptaan telah merusak kehormatan

dan reputasi pencipta. Jadi, modi:fikasi suatu ciptaan tanpa izin yang

45. Menurut Pasal 29, 30 dan 31 UUHC 2002, kacya-kacya cipta tertentu dilindungi

selama hidup pencipta ditambah 50 (lima puluh) tahun, namun beberapa karya cipta

tertentu yang lain hanya dilindungi selama 50 tahun.

46. Tetapi, lihat Christoph Antons, Op.Cit., pada hlm. 96 (menyatakan bahwa kata

"alteration" (perubahan) yang digunakan dalam UUHC 1982 seharusnya mencakup

tindakan perusakan (destruction); jadi, pencipta mempunyai hak untuk menolak

tindakan perusakan kacya ciptanya tanpa izin).

47. United States Visual Artists Rights Act, 17 U.S.C. § 106A(a)(3)(B).

48. Cyrill P. Rigamonti, Op.Cit., hlm. 371.

18

Page 36: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

bisa meningkatkan kualitas ciptaan tersebut bukan merupakan suatu

pelanggaran. Hal ini berbeda dengan hukum di Jerman dan Perancis yang

memberikan kepada pencipta hak untuk melarang perubahan ciptaannya

tanpa persetujuannya, terlepas dari apakah perubahan tersebut akan

berdampak negatif atau memperbaiki ciptaannya.49

Hak moral di Indonesia adalah hak yang tidak dapat dipisahkan

(inalienable), artinya bahwa mereka tidak dapat dialihkan kepada pihak

lain. Menurut Penjelasan Pasal 24 UUHC 2002, hak integritas tidak dapat

dialihkan selama penciptanya masih hidup, kecuali dengan wasiat pencipta

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Namun, sejauh mana tidak

dapat dipisahkannya hak atribusi tidak jelas (tidak pasti). Penjelasan Pasal

24 tidak menjelaskan apakah hak atribusi bisa dialihkan atau tidak. Menurut

pendapat Penulis, ada kesalahan dalam Penjelasan Pasal 24; seharusnya

menyatakan bahwa hak atribusi juga tidak dapat dialihkan paling tidak

selama pencipta masih hidup. Namun, tidak dijelaskannya hal ini dalam

Penjelasan Pasal 24 dapat ditafsirkan berbeda. Pembuat undang-undang

mungkin menggantungkan Pasal 33 (1) UUHC 2002, yang menyatakan

bahwa perlindungan hak atribusi adalah tanpa batas waktu, sehingga hak

atribusi tidak dapat dialihkan selamanya. Ini berarti setelah meninggalnya

pencipta, hak atribusi akan beralih hanya kepada ahli warisnya. N amun,

tidak dapat dialihkannya hak moral untuk selamanya masih kontroversial

karena bertentangan dengan prinsip kebebasan berkontrak (the principle of

freedom of contract) antara pencipta dan pengguna ciptaan. 50

Walaupun ketentuan yang lama tersebut di atas telah jelas memberikan

perlindungan hak moral secara memadai, beberapa sarjana menyatakan

bahwa ketentuan yang lama terse but tidak memadai dan tidak sesuai dengan

ketentuan dalam the Berne Convention. 51 Dinyatakan bahwa karena kurang

49. Cyrill P. Rigamonti, Op.Cit., hlm. 364.

50. Cyrill P. Rigamonti, Op.Cit., hlm. 361-362.

51. Lihat V. Herny Soelistyo B, Perlindungan Hak Moral Menurut Hukum Hak Cipta di

Indonesia: (Kajian Mengenai Konsepsi Perlindungan, Pengaturan dan Pengelolaan

Hak Cipta), Program Doktor, Fakultas Hukum, UGM, 2010, hlm. 9.

I 19

Page 37: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

jelas ketentuannya, UUHC 2002 tidak dapat digunakan untuk mengatasi

pelanggaran hak moral di Indonesia secara memadai. 52

Pelanggaran hak moral di Indonesia memang bisa dikatakan

serius. Pelanggaran tersebut meliputi plagiarisme dalam tulisan-tulisan

akademik, mutilasi lagu-lagu dalam Ring Back Tone, parodi dalam lirik

lagu, menyiarkan lagu-lagu tanpa menyebutkan nama penciptanya dalam

siaran televisi atau radio, pewarnaan film-film hitam putih, sensor film,

modifikasi tarian, mutilasi lukisan, reproduksi lukisan, danlain sebagainya. 53

Kebanyakan pelanggaran hak moral tersebut tidak diatasi. 54 Ada pendapat

bahwa hal tersebut disebabkan karena ketentuan-ketentuan hak moral

dalam UUHC 2002 tidak jelas dan tidak memadai, sehingga disarankan

UUHC 2002 diperbaiki agar memberikan perlindungan hak moral lebih

jelas dan memadai. Oleh karena itu, Rancangan UUHC kemudian dibuat

dan akhirnya pada tanggal 16 Oktober 2014 disahkan menjadi Undang­

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC 2014).

D. PERLINDUNGAN HAK MORAL MENURUT UUHC 2014

Menurut Pasal 4 UUHC 2014, hak eksklusif pencipta meliputi hak

moral dan hak ekonomi. Ketentuan ini memperbaiki Pasal 2(1) UUHC

2002 yang tidak menyebut hak moral dalam definisi hak cipta walaupun,

sebagaimana tersebut di atas, UUHC 2002 memuat Pasal 24 dan 55 yang

secara tegas memberikan perlindungan hak moral. Pencantuman hak moral

dalam definisi hak cipta adalah mirip dengan ketentuan Pasal 3 angka 3

UUHC Taiwan yang menyatakan: "Copyright means the moral rights and

52. Menurut Henry di dalam penelitiannya, dengan UUHC 1982 dan UUHC 2002,

pelanggaran hak moral dan sengketa-sengketa hak moral tidak dapat diselesaikan

secara memadai. Lihat V Henry Soelistyo B, ibid, hlm. 519. Lihat juga Firman

Venayaksa, "Wajah Plagiator Sembunyi di Ketiak Intelektual", rumahdunia.net,

http://www.rumahdunia.net/wmview.php?ArtID=652, dalam V Henry Soelistyo B,

ibid, hlm. 310 - 311.

53. Lihat V Henry Soelistyo B, ibid, at 298 - 460 (membahas beberapa macam

pelanggaran hak moral di Indonesia).

54. Ibid.

20

Page 38: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

economic rights subsisting in a completed work."55 Pencantuman semacam

ini mempertegas pengakuan perlindungan hak moral.

Pasal 5 UUHC 2014 menyatakan:

(1) Hak moral ... merupakan hak yang melekat secara abadi pada diriPencipta untuk:a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

b. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;c. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dand. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifatmerugikan kehormatan diri atau reputasinya.

(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkanselama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapatdialihkan dengan wasiat atau sebab lain ... setelah Pencipta meninggaldunia.

(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimanadimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolakpelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakanpelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

Pasal 5 UUHC 2014 tersebut menegaskan bahwa pencipta

mempunyai hak atribusi dan hak integritas. Pasal tersebut memberikan

hak-hak tersebut secara aktif, artinya pencipta mempunyai hak eksklusif

untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya, menggunakan

nama samaran, untuk mengubah ciptaannya, judul dan anak judulnya.

Jadi, ketentuan dalam UUHC 2014 ini lebih tegas dari pada ketentuan

dalam UUHC 2002 tersebut di atas yang memberikan hak atribusi dan

hak integritas secara pasif, yakni pencipta hanya mempunyai hak untuk

mengambil tindakan hukum kepada seseorang yang tidak mencantumkan

nama pencipta pada ciptaan yang digunakan dan kepada seseorang yang

mengubah ciptaannya, judul dan anak judul ciptaannya tanpa persetujuan

pencipta.

Namun, UUHC 2014 tidak mengatur apakah pencipta mempunyai

hak untuk tetap dicantumkan namanya atau untuk mengharuskan

55. UUHC Taiwan (terakhir diperbaiki pada 11 Juli 2007), tipo.gov.tw, (diakses pada 7

Juli 2010).

I 21

Page 39: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pencantuman namanya pada ciptaannya. J adi, apabila pencipta tidak

memegang ciptaannya, pencipta tidak bisa mengharuskan orang lain

yang menggunakan ciptaan pencipta untuk mencantumkan nama pencipta

pada ciptaan tersebut. Apabila ada seseorang menayangkan sebuah lagu

di stasiun televisi atau radio, misalnya, maka penciptanya tidak bisa

mengharuskan orang tersebut untuk mencantumkan nama penciptanya. Ini

adalah kelemahan UUHC 2014. Pasal 5 Undang Undang ini menyatakan

bahwa pencipta mempunyai hak eksklusif untuk "tetap mencantumkan atau

tidak mencantumkan namanya," tetapi hal ini tidak berarti bahwa pencipta

mempunyai hak agar namanya tetap dicantumkan atau tidak dicantumkan

oleh orang lain. Dalam hal ini, ketentuan dalam UUHC 2002 lebih baik

karena, sebagaimana tersebut di atas, ketentuan lama ini memberikan

pencipta hak untuk mengharuskan orang lain mencantumkan nama

pencipta pada ciptaan pencipta. Penulis menduga ada kesalahan ketik atau

tulisan dalam Pasal 5(1) tersebut di atas. Dengan adanya kesalahan ini,

UUHC 2014 berarti telah menghilangkan hak moral pencipta yang paling

penting; akibatnya, pencipta tidak mempunyai hak untuk mengklaim

kepengarangannya (authorship claim) sebagaimana tersebut dalam

Pasal 6his Bern Convention. Hal ini sangat merugikan pencipta karena, di

Indonesia, salah satu pelanggaran hak moral yang paling penting adalah

penggunaan ciptaan orang lain tanpa izin dengan tanpa menyebut nama

penciptanya.

Seperti Pasal 55 UUHC 2002, Pasal 98(1) UUHC 2014 menyatakan

bahwa pengalihan hak cipta kepada orang lain tidak menghilangkan hak

pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat orang yang melanggar hak

moralnya yang tercantum dalam Pasal 5(1) UUHC 2014. Namun, Pasal

98(1) UUHC 2014 tidak lebih baik dari pada Pasal 55 UUHC 2002.

Dalam hal apakah pencipta mempunyai hak eksklusif untuk

mencantumkan namanya pada ciptaannya, jelas menurut Pasal 5(1)a

UUHC 2014 pencipta mempunyai. Jadi, ketentuan UUHC 2014 tersebut

telah menghilangkan "ketidakpastian" Pasal 24(1) UUHC 2002 mengenai

hal tersebut.

Ketentuan yang lain, yakni 57(1) UUHC 2014 menyatakan bahwa

hak atribusi berlangsung selamanya. Pasal 57(2) menyebutkan bahwa

22 I

Page 40: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hak integritas berlangsung selama berlangsungnya hak ekonom.i pencipta

(pemegang hak cipta). Ketentuan ini sama dengan ketentuan Pasal 33

UUHC 2002 yang mengatur jangka waktu hak moral.

Pasal 5(1) UUHC 2014 secara eksplisit memberikan hak kepada

pencipta untuk mencegah distorsi, mutilasi, modi:fikasi atau tindakan lain

yang merugikan kehormatan dan reputasi pencipta. Namun, UUHC 2014

dan Penjelasannya tidak secara eksplisit memasukkan tindakan perusakan

atau penghancuran sebagai salah satu tindakan lain tersebut. Ini berbeda

dari UUHC 2002 yang di dalam Penjelasan Pasal 24 (2) menyatakan bahwa

tindakan (perubahan) lain mencakup perusakan. Hal ini menunjukkan

bahwa UUHC 2014 mengikuti posisi Pasal 6bis Bern Convention yang

tidak secara eksplisit menyebut tindakan perusakan. Jadi, dalam hal ini,

UUHC 2002 lebih baik.

Ketidakpastian adanya sifat tidak bisa dipisahkannya (inalienability)

hak atribusi di dalam UUHC 2002 sudah terjawab oleh UUHC 2014.

Berdasarkan Pasal 5 (2) tersebut di atas, semua hak moral tidak dapat

dialihkan kepada pihak lain hanya selama hidup pencipta. Jadi, sifat tidak

bisa dipisahkannya hak atribusi hanya berlaku selama hidup pencipta.

Dengan kata lain, setelah pencipta meninggal dunia, hak atribusinya bisa

dialihkan. Kebenaran ketentuan ini meragukan mengingat hak atribusi

melekat kepada kepribadian pencipta dan berhubungan dengan persoalan

tentang siapa sebenarnya yang membuat ciptaan yang sama sekali tidak

dapat digantikan oleh orang lain. Selain itu, sebagaimana tersebut di atas,

telah secara eksplisit dinyatakan dalam UUHC 2014 bahwa perlindungan

hak atribusi berlangsung tanpa batas waktu. Oleh karena itu, rekomendasi

bahwa sifat tidak bisa dipisahkannya (inalienability) hak atribusi hams

berlangsung tanpa batas waktu56 adalah masuk akal.

UUHC 2014 juga memberikan hak moral kepada pelaku (performer). 57

Hal ini sesuatu yang barn karena semua UUHC sebelumnya tidak mengatur

56 Lihat V Herny Soelistyo B, Op.Cit., hlm. 506 clan 509 (membahas bahwa hak moral

secara umum tidak dapat dialihkan clan bahwa hak pencipta agar namanya tetap

dicantumkan pada ciptaannya tidak bisa berakhir).

57. Pasal 1 angka 6 UUHC 2014 menyatakan bahwa pelaku pertunjukan adalah "seorang

atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan clan

mempertunjukkan suatu Ciptaan."

I 23

Page 41: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hal ini. Berdasarkan Pasal 21 UUHC 2014, seorang pelaku tidak hanya

mempunyai hak ekonomi tapi mempunyai hak moral juga. 58 Pasal 22 UUHC

2014 memberikan hak atribusi dan hak integritas kepada pelaku.59 Namun,

undang-undang yang barn ini tidak mengatur apakah hak-hak tersebut

dapat dialihkan atau tidak. Ini merupakan kelemahan lain dari undang­

undang ini. Seharusnya diatur pengalihan hak integritas pelaku. Menurut

pendapat Penulis, hak integritas pelaku seharusnya dapat dialihkan selama

hidup mereka dan/atau setelah meninggalnya mereka. Misalnya, pelaku

dapat membuat suatu perjanjian dengan pihak lain untuk memberikan hak

kepada pihak lain tersebut untuk memodi:fikasi pertunjukan pelaku.

Perlu dicatat bahwa berdasarkan Pasal 57 dan 62 UUHC 2014, jangka

waktu hak atribusi pelaku adalah tanpa batas, sedangkan jangka waktu hak

integritas pelaku adalah sama dengan jangka waktu hak ekonomi mereka,

yakni 50 tahun setelah pertunjukan mereka di:fiksasi.

Sebagaimana tersebut di atas, UUHC yang lama dan UUHC 2014

memberikan hak atribusi dan hak integritas kepada pencipta. Nampak jelas

bahwa UUHC 2014 tidak membuat perubahan yang besar. UUHC 2014

hanya merubah posisi UUHC 2002 yang melindungi hak moral secara

pasif menjadi secara aktif dan mengakui hak moral pelaku (performer).

Sayangnya, UUHC 2014 telah menghilangkan hak eksklusif pencipta agar

namanya dicantumkan atau tidak dicantumkan dalam ciptaannya sehingga

pencipta tidak mempunyai hak untuk mengklaim kepengarangannya

(authorship claim). Sebenarnya ada beberapa pemikiran yang bisa diambil

apabila negara ini benar-benar ingin memperluas hak moral pencipta.

Misalnya, apakah Indonesia bisa memberikan pencipta hak penyingkapan

(right of disclosure). Hak penyingkapan memberikan pencipta hak

eksklusif untuk memutuskan untuk mempublikasikan, menjual, membuka,

58. Pasal 21 UUHC 2014 menyatakan: "Hak moral Pelaku Pertunjukan merupakan hak

yang melekat pada Pelaku Pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat

dihapus dengan alasan apapun walaupun hak ekonominya telah dialihkan."

59. Pasal 22 UUHC 2014 menyatakan: "Hak moral Pelaku Pertunjukan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 meliputi hak untuk: a. namanya dicantumkan sebagai

Pelaku Pertunjukan, kecuali disetujui sebaliknya; dan b. tidak dilakukannya distorsi

Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal-hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri atau reputasinya kecuali disetujui sebaliknya."

24

Page 42: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

atau mengumumkan ciptaan ke publik.60 Walaupun Pasal 9 (1) UUHC

2014 memberikan pencipta atau pemegang hak cipta hak ekonom.i

untuk mempublikasikan ciptaannya, namun tidak ada ketentuan dalam

UUHC 2014 yang memberikan pencipta hak moral penyingkapan (right

of disclosure), sehingga apabila hak ekonom.i pencipta beralih ke orang

lain, pencipta tidak bisa lagi melarang publikasi, penjualan, pengumuman

ciptaan tersebut ke publik, walaupun, m.isalnya, ciptaannya tersebut telah

dilakukan modi:fikasi yang merugikan kehormatan pencipta.

Di samping itu, hak untuk menarik kembali (right of withdrawal) perlu

dipertimbangkan di Indonesia. Dengan hak ini, pencipta dapat menarik

kembali ciptaannya setelah ciptaannya diumumkan ke publik61 walaupun

hak ekonom.inya sudah beralih ke orang lain. Hak ini akan melindungi

reputasi pencipta karena dia bisa menarik kembali ciptaannya yang telah

berada di masyarakat setiap waktu apabila pencipta merasa tidak nyaman

atau namanya dirugikan. Hak penyingkapan (right of disclosure) dan hak

untuk menarik kembali (right of withdrawal) telah diakui di negara-negara

Eropa, seperti Perancis, Jerman, dan Italia.62

E. KESIMPULAN

Sesuai dengan tradisi negara-negara Civil Law, Indonesia telah

berusaha meningkatkan perlindungan hak moral pencipta. Namun, ternyata

UUHC 2014 tidak banyak memberikan perubahan terhadap UUHC 2002.

UUHC hanya merubah ketentuan perlindungan hak moral dari pasif

menjadi aktif. UUHC 2014 mempunyai kelemahan, yakni: walaupun

UUHC 2014 memberikan pencipta hak eksklusif untuk mencantumkan

namanya, namun UUHC 2014 tidak secara eksplisit memberikan hak

authorship claim, sehingga tidak jelas apakah pencipta bisa mengharuskan

orang lain yang menggunakan ciptaannya untuk mencantumkan nama

60. Rikki Sapolich, "When Less Isn't More: Illustrating the Appeal of Moral Rights

Model of Copyright Through a Study of Minimalist Art" (2007) 47 IDEA 453, hlm.

477.

61. Rikki Sapolich, ibid.

62. Cyrill P. Rigamonti, Op.Cit., hlm. 362 - 363 (membahas "the right of disclosure" dan

"the right of withdrawal" di Perancis, Jerman dan Italia).

I 2s

Page 43: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

penciptanya. Perlu dipertimbangkan apakah Indonesia perlu memberikan

pencipta hak penyingkapan (right of disclosure) dan hak untuk menarik

kembali (right of withdrawal).

DAFTAR PUSTAKA

Christoph Antons, Intellectual Property Law in Indonesia (2000), Kluwer

Law International, London, 2000;

Cyrill P. Rigamonti, "Deconstructing Moral Rights" (2006) 47 Harv. Int'l

L.J. 353;

Jessica Watkins, "Garcia v. Google, Inc. and The Limited Rights of Motion

Picture Actors Under American Copyright Law," (2016) 98 J. Pat. &

Trademark Off. Soc'y 249;

Nathan Murphy, "Theme Et Varaations: Why The Visual Artists Rights

Act Should Not Protect Works-In-Progress," (2010) 17 UCLA Ent.

L. Rev. 110;

Peter K. Yu, "Moral Rights 2.0," (2015) 1 Tex. A&M L. Rev. 873;

Rikki Sapolich, "When Less Isn't More: Illustrating the Appeal of Moral

Rights Model of Copyright Through a Study of Minimalist Art"

(2007) 47 IDEA 453;

Robert C. Bird and Lucille M. Ponte, "Protecting Moral Rights in The

United States and The United Kingdom: Challenges and Opportunities

under The U.K.'s New Performances Regulations," (2006) Boston

University International Law Journal, Vol. 24:213;

Timothy K. Armstrong, "Two Comparative Perspectives on Copyright's

Past and Future in The Digital Age," (2016) 15 J. Marshall Rev.

Intell. Prop. L. 698;

UNCTAD-ICTSD, Resource Book on TRIPS and Development (2005),

Cambridge University Press, New York;

V. Henry Soelistyo B, Perlindungan Hak Moral Menurut Hukum Hak

Cipta di Indonesia: (Kajian Mengenai Konsepsi Perlindungan,

Pengaturan dan Pengelolaan Hak Cipta), (2010) Disertasi, Program

Doktor, Fakultas Hukum, UGM.

26 I

Page 44: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BAB III

LEGALITAS IMPOR PARALEL

MENURUT UU MEREK 2016, UU PATEN 2016, DAN

UU HAKCIPTA2014

M.Hawin

A. PENDAHULUAN

Impor paralel adalah tindakan mengimpor barang asli tanpa izin

dari pemegang kekayaan intelektual atas barang tersebut secara paralel

(berbarengan) dengan impor barang yang sama oleh pemegang kekayaan

intelektual itu. Impor paralel telah menjadi isu penting di Indonesia

semenjak tahun 1996. Namun, impor paralel secara relatif merupakan

konsep barn dalam hukum kekayaan intelektual di Indonesia. Dalam bidang

merek, misalnya, walaupun impor paralel telah sering terjadi, sulit untuk

menggunakan hukum merek Indonesia untuk menguraikannya. Walaupun

hukum hak cipta Indonesia dan hukum paten negara ini memuat ketentuan­

ketentuan yang berkaitan dengan impor paralel, ketidakpastian tetap ada.

Semenjak tahun 1996, telah terdeteksi bahwa banyak sparepart

mobil yang memiliki merek asli diimpor secara paralel dengan importasi

yang dilakukan oleh distributor yang sah (authorized distributor).63 Pada

63. "Parallel Importer Mengebiri Agen Resrni", Motor, 16 Agustus, 1996, hlm. 33 - 35.

Pada tahun 1996, impor paralel laser disc clan kaset video menjadi perhatian yang

serius dari Direktur Jenderal Radio, Televisi clan Film. Lihat "Pelaku Impor Paralel

LD Akan Ditindak", Kompas, 13 April 1996, http://www.kompas.com/9604/ 13/

dikbud/Pela.htm.

I 21

Page 45: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

tahun 1998, Motion Picture Association (MPA) melakukan protes kepada

Pemerintah Indonesia mengenai adanya impor paralel produk-produk

MPA ke negeri ini.64 Impor paralel beberapa mobil KIA Carnival built-up

dari Korea Selatan juga terjadi pada pertengahan tahun 2000.65 Pada tahun

2008, arus barang-barang impor paralel produk elektronik, seperti televisi

plasma dan LCD dan mesin-mesin AC meningkat.66 Banyak telepon

genggam merek BlackBerry Gemini asli dibawa masuk oleh pelaku impor

paralel ke Indonesia semenjak September 2009 walaupun mereka sukar

memperoleh ijin impor.67 Namun, setelah itu sampai dengan tahun 2016,

Penulis tidak menemukan data tentang barang impor paralel yang masuk

ke Indonesia.

Indonesia telah mengeluarkan UUHC 2014, UU Paten 2016 dan

UU Merek 2016. Ada perubahan posisi hukum impor paralel dengan

dikeluarkannya ketiga UU tersebut. Tulisan ini akan membahas bagaimana

legalitas impor paralel ditinjau dari ketiga UU yang barn tersebut.

B. PENGERTIAN IMPOR PARALEL

Morr menyatakan bahwa impor paralel terjadi ketika "products

manufactured in a designated geographic area with the contractual consent

of the copyright owner are later imported into a different unauthorised,

geographic area." 68 Artinya, tindakan ini terjadi ketika produk yang

dibuat di suatu wilayah geogra:fis tertentu dengan persetujuan kontraktual

dari pemegang hak cipta kemudian diimpor ke suatu wilayah geogra:fis

64. "Lebih Jauh dengan Bambang Kesowo", Kompas, 5 Juli 1998, http://www.kompas.

com/9807 /05/naper/lebi.htm.

65. Winarno B., "lmpor Paralel", di Kontan, edisi 5N, 23 Oktober 2000, http://www.

kontan-online.com/05/05/manajemen/manl.htm.

66. "Impor Paralel Produk Elektronik Diwaspadai", Suara Merdeka, 12 Mei 2008,

http://suaramerdeka.com/vl/index.php/read/cetak/2008/05/12/13044/lmpor.Paralel.

Produk.Elektronik.Diwaspadai (diakses pada 15 Januari 2017).

67. "lmpor paralel BlackBeny Gemini Belum Dapat Izin", News Web, 9 September

2009, http://inet.detik.com/telecommunication/d-1199545/impor-paralel-blackbeny­

gemini-belum-dapat-izin (diakses pada 10 Februari 2017).

68. Morr A. L., "Hong Kong's Copyright Ordinance: How the Ban on Parallel Imports

Affects the U.S. Entertainment Industty and Hong Kong's Free Market" (1999) 21

Hastings Comm. & Ent. L. J. 393, hlm. 395.

28

Page 46: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

lain yang tidak sah. Pengertian ini berkaitan dengan hukum hak cipta.

Impor paralel bisa terjadi di bidang hukum kekayaan intelektual yang

lain, seperti hukum merek dan paten. Shanahan memberikan pengertian

yang lebih luas, yakni impor paralel adalah "goods manufactured outside

the jurisdiction, by, or under the authority of, the owner of an industrial

property right relating to these goods, but imported by someone other than

an authorised importer or distributor".69 Artinya, barang-barang yang

diproduksi di luar wilayah, oleh atau di bawah wewenang dari pemilik hak

kekayaan industrial dari barang-barang tersebut, tetapi kemudian diimpor

oleh seseorang yang bukan merupakan importir atau distributor yang sah.

Dua pengertian tersebut membatasi impor paralel pada barang-barang yang

diproduksi di luar negara importasi. Sebenarnya, impor paralel juga bisa

terjadi pada barang-barang yang diproduksi di dalam negara importasi,

dijual di pasar luar negeri namun kemudian diimpor balik (reimport back)

ke negara importasi. Hal terakhir ini disebut "round trip" impor paralel.7°

Impor paralel dapat terjadi ketika barang-barang tertentu diimpor ke

pasar penerima lisensi eksklusif tanpa persetujuan pemilik hak kekayaan

intelektual dari barang-barang tersebut.71 Misalnya, selain pemilik hak

kekayaan intelektual menunjuk penerima lisensi eksklusif di negara X,

dia juga menunjuk penerima lisensi lain untuk mendistribusikan barang­

barang tersebut hanya untuk pasar negara W. Namun, barang-barang

tersebut kemudian diimpor ke negara X tanpa persetujuan pemilik hak

kekayaan intelektual tersebut. 72 Dalam situasi ini, harga yang kompetitif

69. D.R. Shanahan, Australian Law of Trade Marks and Passing Off, the Law Book Co.

Ltd. 2nd. ed. Sydney, 1990, him. 510.

70. Istilah ini digunakan oleh Hakim Ginsburg J. dalam kasus Quality King Distributors,

Inc. v. L'anza Research International, Inc., 523 U.S. 135 (1998).

71. Morr A. L., Op.Cit, him. 395.

72. Situasi ini dicontohkan dalam perkara RA & A Bailey & Co. Ltd v. Boccacio Pty

Ltd (1986) 6 IPR 279 and Interstate Parcel Express Co. Pty. Ltd. V. Time-Life

International (Nederlands) B. V. (1977) 138 C.L.R. 534. Dalam perkara ini, Penggugat

adalah produsen minuman keras "Bailey's Original Irish Cream" di Republik Irlandia.

Penggugat menjual produknya di Australia dan Belanda. Swift & Moore Pty Ltd adalah

distributor tunggal produk tersebut untuk pasar di Australia. Penggugat menempelkan

pada botol-botol produk tersebut label bergambar yang menyatakan bahwa Swift &

Moore Pty Ltd adalah importir tunggal di Australia. Menurut the Trade Marks Act

1955 (Cth), Penggugat adalah pemilik merek terdaftar (registered proprietor), yang

I 29

Page 47: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

barang-barang impor paralel secara langsung berdampak negatif kepada

penerima lisensi di negara X. Dalam situasi ini juga, pemilik hak kekayaan

intelektual juga merasakan dampak negatif impor paralel, tetapi kerugian

yang terjadi karena impor paralel seperti ini mungkin lebih kecil dari pada

kerugian yang terjadi pada situasi yang kedua berikut ini.

Fenomena impor paralel juga meliputi situasi dimana barang-barang

tertentu dari negara luar diimpor ke dalam pasar domestik pemilik HKI

tanpa persetujuan pemilik HKl.73 Misalnya, pemilik HKI di negara Y

menunjuk penerima lisensi eksklusif untuk mendistribusikan barang­

barang pemilik HKI hanya di negara X. Namun, tanpa persetujuannya,

barang-barang tersebut diimpor ke negara Y.74 Dalam hal ini, pemilik HKI

mungkin secara langsung mengalami dampak persaingan yang ketat karena

barang-barang impor paralel biasanya dijual dengan harga yang sangat

murah dibandingkan dengan harga barang-barang domestik pemilik HKI.

Barang-barang impor paralel juga disebut "gray market goods" (abu­

abu) atau "diverted goods"75 (dibelokkan/dialihkan). Walaupun maksudnya

sama, namun konotasi dua istilah tersebut berbeda. Barang abu-abu adalah

barang yang terletak di tengah-tengah antara barang yang mereknya asli

("white goods") dan barang-barang yang mereknya palsu (" black goods")

dan yang meniru atau mengcopy suatu merek yang sah tanpa persetujuan

pemilik merek.76 Jadi, istilah abu-abu (gray) menunjukkan suatu kesan

buruk atau bahkan illegal dari suatu transaksi dan hal ini sering digunakan

menyerupai label yang ditempel pada botol-botol tersebut. Tergugat mengimpor

produk asli yang sama yang mempunyai label yang hampir sama tetapi sebelumnya

didistribusikan di Belanda. Pertanyaannya adalah apakah tindakan importasi yang

dilakukan oleh Tergugat telah melanggar hak atas merek milik Penggugat? Hakim

memutuskan bahwa tindakan Tergugat tidak melanggar.

73. Morr A. L., Op.Cit, hlm. 395.

74. Fakta dalam perkara Quality King Distributors, Inc. v. L'anza Research International,

Inc., 523 U.S. 135 (1998) merupakan contoh situasi ini.

75. Sarjana-sarjana AS dan Canada lebih suka menggunakan istilah ini dari pada istilah

"parallel imports": Turner C., "The Parallel Importer: Parasite or Pragmatist?" in

Intellectual Property Law: Trends and Tensions, Centre for Intellectual Property

Studies, Queensland, 1992, hlm. 65.

76. Davis T. H., "Applying Grecian Formula to International Trade: K - Mart Corp. v.

30

Cartier, Inc., and the Legality of Gray Market Imports" (1989) 75 VA. L. Rev. 1397

dikutip dalam Upadhye S., "Rewriting The Lanham Trademark Act to Prohibit The

Importation of All Gray Market Goods" (1996) 20 Seton Hall Legis. J. 59, hlm. 60.

Page 48: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

oleh pem.ilik merek yang ingin menggugat pelaku impor paralel. Namun,

pembela impor paralel menyebutnya "diverted goods" agar secara

psikologis bisa menyampaikan pesan bahwa tindakan impor paralel

merupakan praktik bisnis yang jujur. Oleh karena itu, mereka menyebut

importir barang-barang tersebut dengan istilah "parallel importer" yang

mempunyai konotasi netral dari pada "gray marketer".77

Perlu ditegaskan di sini bahwa barang impor paralel adalah barang

asli78 dan importasinya ke dalam suatu negara dilakukan secara resm.i

melalui kantor kantor kepabeanan dengan pembayaran bea cukai. Hal

ini ternyata tidak secara jelas dipaham.i di negara tertentu, m.isalnya, di

Indonesia. Di negeri ini, barang impor paralel terkadang dianggap sebagai

barang yang tidak asli (barang bajakan atau palsu) dan/atau diimpor ke

Indonesia tanpa bea cukai (barang selundupan).79 Dengan adanya Pasal

135(a) Undang-Undang Paten 2001, yang memperkenalkan konsep impor

paralel produk obat-obatan, diharapkan masyarakat Indonesia menjadi

lebih memaham.i pengertian barang impor paralel. N amun, berkaitan

dengan merek dan hak cipta, tetap tidak jelas sejauh mana orang Indonesia

mengenal istilah barang impor paralel. Hal ini wajar karena mereka lebih

terbiasa berhadapan dengan barang palsu dan barang bajakan dari pada

barang impor paralel.

Sangat penting untuk memaham.i pengertian impor paralel. Dalam

suatu negara yang membolehkan impor paralel, pembuat kebijakan dan

peraturan perundang-undangan yang secara penuh memaham.i konsep ini

77. Sandler G. L., "Gray Market Goods: The Controversy Will Continue" (1987) 13

Brooklyn Journal of International Law 267, hlm. 267.

78. Dalam bidang merek, misalnya, barang asli adalah: "goods produced or selected by

the owner of a trademark, to which the owner of that trademark affixes the trademark

. . . " Lihat Lipner S., "Trademarked Goods and Their Gray Market Equivalents:

Should Product Differences Result in the Barring of Unauthorized Goods from the

U.S. Markets?" (1990) 18 Hofstra L. Rev. 1029 at 1030. Karena barang impor paralel

asli diproduksi oleh pemilik merek atau penerima lisensi atas persetujuannya, dan

merek barang tersebut ditempelkan oleh pemilik mereknya atau penerima lisensinya,

maka barang tersebut dianggap asli.

79. Lihat, misalnya, "Local electronic market undercut by illegal imports", the Jakarta

Post, 23 May 1999 <http://ptg.djnr.com/ccroot/asp/publib/story.asp>. Ternyata,

ketika wawancara pada bulan Januari 2002 dengan Bayu Murti Kencana, marketing

executive di PT Toshiba Consumer Products Indonesia, Jakarta, Bayu memandang

bahwa barang impor paralel adalah barang yang diselundupkan.

I 31

Page 49: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dapat menyatakan argumen dibolehkannya tindakan impor ini. Misalnya,

apabila mereka tahu bahwa barang impor paralel berbeda dengan barang

bajakan, mereka dapat menyatakan argumen untuk melawan tekanan

Amerika Serikat kepada negaranya agar melarang impor paralel yang

hanya berdasarkan pada statistik pembajakan di negaranya seperti yang

terjadi di Hong Kong dan Taiwan beberapa tahun yang lalu.80

C. BEBERAPA SITUASI TERJADINYA IMPOR PARALEL

Impor paralel bisa terjadi dalam beberapa situasi. Berkaitan dengan

merek, impor paralel biasanya terjadi dalam 4 (empat) situasi. Pertama,

pemilik merek domestik dan pemilik merek di luar negeri adalah sama

orangnya. Kedua, distributor domestik adalah pengguna terdaftar (penerima

lisensi) dari merek di luar negeri. Ketiga, pemilik merek domestik adalah

anak perusahaan atau perusahaan terafiliasi dari perusahaan multinasional.

Keempat, merek tertentu telah dijual kepada distributor lokal. Keempat

situasi tersebut telah digambarkan oleh beberapa penulis Australia. 81

Perkara K. Mart Corp. v. Cartier, lnc.82 dan Fender Australia Pty Ltd v.

Bevk.83 juga menjelaskan keempat situasi tersebut.

Berkaitan dengan hak cipta, impor paralel biasanya terjadi dalam

2 (dua) situasi. Pertama, barang hak cipta yang diimpor secara paralel

sebelumnya dijual di luar negara importasi. Karena barang tersebut

dijual di luar negeri lebih murah dari pada di negara importasi, importir

umum akhirnya mengimpornya ke negara yang terakhir ini. Situasi ini

dicontohkan dalam perkara di AS, yakni Columbia Broadcasting System

80. Morr A. L, Op.Cit, him. 395: berdasarkan statistik kerugian akibat pembajakan, AS

dulu menekan Hong Kong dan Taiwan untuk melarang impor paralel barang-barang

hak cipta.

81. Lihat, misalnya, Davison M. J., "Parallel Importing of Trade Marked Goods - An

Answer to the Unasked Question" (1999) 10 AIPJ 146; Turner C., "The Parallel

Importer: Parasite or Pragmatist?" in Intellectual Property Law: Trends and Tensions,

Centre for Intellectual Property Studies, Queensland, 1992, him. 65.

82. 486 u. s. 281, 286 - 287 (1988).

83. (1989) 15 IPR 257.

32

Page 50: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Inc. v. Scorpio Music Distributors Inc,84 BMG Music v. Perez85 dan

Kirtsaeng v. John Wiley & Sons, Inc,86 dan perkara di Australia Interstate

Parcel Express Co Pty Ltd v. Ti.me-Life International (Nederlands) B. V.87

Kedua, barang impor paralel sebelumnya dijual di negara importasi. Situasi

ini melibatkan perjalanan barang secara pulang balik ("round trip") karena

barang tersebut sebelumnya dijual di dalam negeri, diekspor ke luar negeri

tetapi kemudian diimpor kembali ke negara importasi. Beberapa perkara

di AS, seperti Sebastian International v. Consumer Contacts (PTY) Ltd88

dan Quality King Distributors, Inc. v. L'anza Research International, Inc.,89

menggambarkan situasi ini.

84. 569 F. Supp. 47 (ED Pa. 1983) ; 738 F. 2d 424 (3d Cir. 1984). CBS memiliki hak cipta

rekaman suara di AS. CBS-Sony Japan telah melisensikan pembuatan dan penjualan

rekaman suara di Pilipina kepada Vicor Music Corporation. CBS (AS) menyetujui

perjanjian lisensi tersebut. Scorpio membeli produk rekaman suara tersebut di Filipina

dan kemudian, tanpa persetujuan dari CBS, mengimpomya ke AS. CBS menggugat

dan menyatakan bahwa Scorpio telah melanggar Pasal 602(a) dari Undang-Undang

Hak Cipta AS 1976 (the Copyright Act 1976).

85. 952 F. 2d 318 (9th Cir. 1991);112 S. Ct. 2997 (1992). BMG mempunyai hak cipta

rekaman suara. BMG telah melisensikan produksi dan penjualan produk rekaman

suaranya di banyak negara. Perez membeli produk rekaman suara tersebut di Filipina

dan kemudian mengimpomya ke AS.

86. 133 S.Ct. 1351 (2013). John Wiley & Sons, Inc., penerbit buku teks akademik di

AS, memberikan lisensi kepada anak perusahaannya Wiley Asia untuk menerbitkan

dan menjual buku-buku teks bahasa Inggris Wiley di luar AS. Supap Kirtsaeng yang

tinggal di AS meminta teman dan keluarganya untuk membeli buku-buku teks Wiley

tersebut di Thailand dengan harga yang murah, kemudian mengirimnya ke Kirtsaeng

di AS. Kirtsaeng kemudian menjualnya melalui eBay dan website-website yang lain.

87. (1977) 138 C.L.R. 534. Sebuah retailer buku di Sydney mengimpor, tanpa izin dari

distributor tunggal di Australia, dari AS ke Australia beberapa buku cara masak

(cookery books) yang telah pertama kali dijual di AS. Distributor tunggal tersebut

menggunakan Pasal 37 Undang-Undang Hak Cipta Australia 1968 (Australia's

Copyright Act 1968) untuk mencegah impor paralel tersebut.

88. 847 F. 2d 1093 (1988). Penggugat Sebastian telah memproduksi produk-produk hair

care di AS. Penggugat menjual persediaan barang tersebut di AS kepada Consumer

Contact untuk dijual kembali hanya di Afrika Selatan. Namun, Consumer Contact

segera mengirimkan produk tersebut ke Fabric Inc di AS untuk didistribusikan di AS.

Penggugat menggunakan hak cipta atas label-label yang ditempelkan pada produk­

produk tersebut dalam upayanya untuk memblokir tindakan impor paralel tersebut.

89. 523 U.S. 135 (1998). L'anza adalah perusahaan California yang memproduksi produk

hair care di AS. L'anza sendiri menjual produknya di AS kepada pembeli-pembeli

asing untuk dipasarkan ke negara-negara lain termasuk UK. L'anza menjual kepada

mereka di harga yang 35-40% lebih rendah dari pada harga kepada distributor di AS.

Produk yang dijual di UK akhirnya diimpor kembali dan dijual di AS oleh Quality

I 33

Page 51: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Berkaitan dengan paten, impor paralel bisa terjadi dalam situasi ketika

barang paten yang dimpor secara paralel telah dibuat atau pertama kali

dijual oleh pemilik paten. Perkara di Inggris Betts v. Wi.llmot,90 misalnya,

menggambarkan situasi ini. Praktik impor paralel ini juga bisa terjadi

ketika barang paten impor paralel telah dibuat atau dijual pertama kali oleh

penerima lisensi. Hal ini dicontohkan dalam perkara di Inggris Societe des

Manufactures des Glaces v. Ti.lghman s Patent Sandblast. 91

Timbul pertanyaan apakah situasi-situasi terjadinya impor paralel

tersebut di atas relevan dalam konteks negara yang merupakan net importer

barang-barang HKI seperti Indonesia. Sebenarnya, di Indonesia, mayoritas

barang-barang impor paralel tidak berasal dari negara Indonesia sendiri,

tetapi berasal dari negara-negara lain termasuk negara-negara pemilik

HKI.92,93 Dalam bidang merek, misalnya, karena bukan negara asal barang

impor paralel tetapi hubungan antara distributor yang sah dan pemilik

King. Dalan1 membatalkan putusan pengadilan Ninth Circuit yang memenangkan

L' anza, Mahkan1ah Agung AS menyatakan bahwa penjualan pertan1a (fi.rst sale) yang

dilakukan L'anza telah menghabiskan (exhausted) hak ciptanya. Ibid, him. 1127,

1128 dan 1130.

90. (1871) LR 6 Ch App 239. Betts mempunyai paten di Inggris dan Perancis untuk

kapsul timah metalik (metallic capsules of tin) dan digunakan untuk merekatkan

gabus ke botol. Betts memproduksi dan menjual sendiri produk tersebut di Inggris

dan menjual melalui agen di Perancis. Willmott membeli produk tersebut di Perancis

dan menggunakannya di Inggris. Bett menggugat Willmott.

91. (1884) 25 Ch D 1. Tergugat, Tilghman, memiliki paten di Inggris dan Belgia untuk

proses memotong dan menggerinda bahan-bahan kasar yang bermanfaat untuk

membuat oman1en bola lan1pu kaca dan barang-barang serupa. Tilghman menunjuk

pemohon banding sebagai penerima lisensi di Belgia. Pemohon banding menggunakan

paten proses tersebut untuk membuat barang-barang kaca. Nan1un, tanpa persetujuan

Tilghman, pemohon banding menjual barang-barang tersebut tidak hanya di Belgia,

tetapi menjual juga di Inggris.

92. Chang T-Z., "Parallel Importation in Taiwan: A View from a Newly Emerged Country

and a Comparative Analysis" (1993) lO(No.6) International Marketing Review 30,

him. 31.

93. San1pai sekarang, belum ada laporan tentang produk yang dibuat di Indonesia diekspor

dan kemudian diimpor kembali ke Indonesia. Telah dilaporkan bahwa barang-barang

impor paralel di Indonesia berasal dari negara-negara asing. Misalnya, di pertengahan

tahun 2000, beberapa mobil KIA Carnival built-up diimpor secara paralel dari Korea

Selatan. Lihat Winamo B., "Impor Paralel", dalan1 Kontan, 23 Oktober 2000, http://

www.kontan-online.com/05/05/manajemen/manl.htm. Obat-obat HIV/AIDS telah

diimpor secara paralel dari India. Lihat "Indonesia Akan Impor Obat HIV/AIDS

dari Thailand", Suara Pembaharuan, 16 April 2002, http://www.bkkbn.go.id/hqweb/

ceria/mbrtpage4.html. Beberapa sparepart computer telah diimpor secara paralel dari

34

Page 52: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

merek yang menjadi dasar untuk menentukan posisi hukum barang impor

paralel, situasi-situasi terjadinya impor paralel di bidang merek tersebut

diatas adalah relevan untuk Indonesia. Dalam bidang hak cipta, impor

paralel yang melibatkan perjalanan "round trips" barang impor paralel

jarang terjadi di negara net importer barang HKI seperti Indonesia. Namun,

masih ada kemungkinan impor paralel seperti ini terjadi. Misalnya, karena

CD yang berisi lagu-lagu atau musik Indonesia diekspor ke negara-negara

tetangga seperti Malaysia dan Singapura, ada kemungkinan CD tersebut

dibawa balik ke Indonesia apabila harga di Indonesia lebih mahal dari pada

di negara-negara tetangga tersebut. Di bidang paten, seperti merek, karena

orang yang melakukan penjualan pertama kali (first sale), bukan tempat

(negara) dilakukannya penjualan pertama kali barang paten yang menjadi

persoalan, situasi-situasi terjadinya impor paralel di bidang paten tersebut

di atas adalah relevan untuk Indonesia.

D. SEBAB-SEBAB TERJADINYA IMPOR PARALEL

Impor paralel terjadi terutama karena perbedaan harga di pasar global.

Harga suatu barang di suatu negara lebih murah dari pada harga barang

yang sama di negara lain. Perbedaan harga ini bisa terjadi karena strategi

pemasaran. Misalnya, suatu produsen berusaha menjual barang-barangnya

di suatu pasar luar negeri yang sangat kompetitif. Agar bisa bersaing

dengan barang-barang lain di pasar tersebut, produsen ini menjual barang­

barangnya dengan harga yang sangat murah, yakni, jauh lebih murah dari

pada harga barang-barang yang sama di negaranya sendiri. 94 Situasi ini

memungkinkan pedagang membeli barang-barang tersebut di luar negeri

dan kemudian mengimpornya ke pasar negara importasi atau ke pasar

negara lain dimana barang-barang yang sama lebih mahal. Di samping

itu, seorang produsen juga dapat menggunakan konsep "international

product life cycle" dengan cara memperkenalkan barang-barang yang

sudah matang (mature products) di negara asal ke dalam pasar luar negeri

Singapura ke Indonesia. Lihat "Buy Some PC Parts from Indonesia," http://www.

myhardware.net/forums/archive/index.php/t-9623.

94. Moisant J. P., "What the Supreme Court Should Have Done" (1999) 25 Brooklyn J.

Int'l L. 639 him 640 - 41.

I 35

Page 53: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dimana barang-barang tersebut dianggap baru.95 Karena persaingan di

pasar luar negeri tersebut kurang ketat, maka produsen tersebut memungut

harga yang lebih mahal dari pada di negara asal barang. Kemudian seorang

pedagang melakukan impor paralel barang-barang tersebut dari negara

asal barang ke pasar luar negeri tersebut. Barang-barang semacam ini

mengalir ke negara-negara yang merupakan "net importer'' produk HKI

seperti Indonesia, Taiwan, Malaysia, dan Hong Kong. 96

Di samping strategi price discrimination yang biasanya dipakai oleh

perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar (market power) seperti

tersebut di atas, perbedaan harga yang menyebabkan impor paralel

dapat terjadi karena fluktuasi nilai mata uang.97 Misalnya, sebuah barang

berharga AS $ 15 di negara X. Karena lemahnya nilai mata uang di negara

Y terhadap dollar AS, maka barang tersebut berharga AS $ 7 di negara Y.

Situasi ini memungkinkan seorang pedagang mengimpor barang tersebut

dari negara Y ke negara X dan kemudian menjualnya, misalnya, dengan

harga AS $ 11.

Perbedaan dalam biaya pemasaran dan pelayanan puma jual ( after sales

services) dapat pula menyebabkan perbedaan harga.98 Biaya pemasaran

dapat berupa biaya-biaya periklanan dan biaya-biaya training bagi pegawai

pelayanan dan penjualan.99 Contoh dari biaya pelayanan puma jual adalah

biaya warranty, biaya asuransi, biaya pemenuhan keamanan (safety

compliance costs),100 biaya-biaya untuk menangani keluhan konsumen

dan biaya-biaya untuk memenuhi inventaris persediaan yang memadai.101

Pemilik HKI atau penerima lisensinya hams menanggung biaya-biaya

95. Lihat Chang T-Z., Op.Cit., him. 30.

96. Lihat Chang T-Z., ibid. him. 31.

97. Donnelly, D.E., "Parallel Trade and International Harmonization of the Exhaustion of

Rights Doctrine" (1997) 13 Computer & High Tech. L. J. 445, him. 448.

98. Donnelly D.E., ibid, hlm. 448.

99. Chen A.B., "Shopping The Gray market: The Aftermath of The Supreme Court's

Decision in Quality King Distributors, Inc., v. L' anza Research International Inc"

(1999) 19 Loy. L. A Ent. L. J. 573, him. 574.

100. Auvil S. M., "Gray Market Goods Produced by Foreign Affiliates of The US

Trademark owner: Should the Lanham Act Provide a Remedy?" (1995) 28 Akron L.

Rev. 437, him. 438.

101. Rothnie W. A., Parallel Imports, Sweet & Maxwell, London, 1993, him. 565.

36 I

Page 54: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

tersebut sedangkan pelaku impor paralel bisa meminimalkannya.102

Akibatnya, pelaku impor paralel dapat mengimpor barang asli yang murah

ke negara pemilik HKI atau penerima lisensi HKI.

Namun, impor paralel tidak bisa terjadi apabila biaya pengangkutan

barang dari suatu negara ke negara importasi tinggi dilihat dari keuntungan

yang diperoleh pelaku impor paralel. 103 Oleh karena itu, kebanyakan

barang-barang impor paralel adalah barang-barang yang berbobot ringan

yang mempunyai reputasi terkenal. 104 Di Taiwan, misalnya, kebanyakan

barang impor paralel meliputi produk formula bayi, sabun, shampoo,

kamera, telivisi, VCR, camcorder, dan alat-alat rumah tangga. 105 Barang

impor paralel berupa !phone mulai dijual tahun 2007 di Cina, dan Ipad telah

diimpor secara paralel ke Cina dan Hong Kong pada awal April 2010. 106 Di

Australia, dua retailer besar, yakni Woolworths dan Coles, telah mencari

sumber pemasokan barang-barang seperti minuman keras, makanan­

makanan dan pakaian bermerek dari pelaku impor paralel. 107 Walaupun

kebanyakan barang impor paralel adalah barang berbobot ringan, barang

berbobot berat, seperti mobil, juga telah diimpor secara paralel ke suatu

negara importasi. 108 Biaya pengepakan (packaging) barang berbobot berat

102. Pelaku paralel impor "have no fancy showrooms, no factory-trained personnel, no

comprehensive spare parts inventory, no huge advertising and marketing budgets,

no dedicated after-sales facilities." Lihat Christopher Tan, "Under-declaring parallel

imports", Straits Times, 20 Januari, 2009, http://blogs.straitstimes.com/2009/1/20/

under-declaring-parallel-imports, (diakses 23 Mei 2010).

103. Ghosh S., "An Economic Analysis of the Common Control Exception to Gray Market

Exclusion" (1994) 15 U. Pa. J. Int'l Bus. L. 373, him. 374- 75.

104. Lexecon, Inc., "Executive Summary, The Economics of Gray Market Imports"

(1985) (Unpublished Report on file with the Catholic University Law Review) cited

in Mohr CA., "Gray Market Goods and Copyright Law: an End Run Around K. Mart

v. Cartier" (1996) 45 Gath. U. L. Rev. 561, him. 563.

105. Chang T-Z, Op.Cit., him. 34.

106. Justine Lau et al, "Grey Market Begins Sales of iPads in China," The Financial Times,

9 April 2010, https://www.ft.com/content/fa37e3da-4336-l1df-9046-00144feab49a,

(diakses 15 Februari 2017).

107. "Retailers rock the boat with parallel imports," The Age, 15 Januari 2010, http://www.

smh.com.au/business/retailers-rock-the-boat-with-parallel-imports-20100114-ma5h.

html, (diakses 15 Februari 2017).

108. "Got a parallel-imported Mazda? You can now service it at Mazda Motor," http://

www.asiaone.com/ Motoring/News/Story/A1Story20100330-207644.htrnl, (diakses

23 Mei 2010).

I 37

Page 55: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

menjadi faktor terpenting penyebab terjadinya impor paralel. Di Indonesia,

misalnya, perbedaan yang besar antara biaya pengepakan mobil completely­

built up (CBU) dan biaya pengepakan mobil rakitan (completely knocked

down) merupakan salah satu alasan mengapa mobil-mobil CBU diimpor

secaraparalelkeindonesia.109

E. PRINSIP EXHAUSTION DAN IMPOR PARALEL

Prinsip Exhaustion (Exhaustion Principle)110 sangat berkaitan dengan

persoalan impor paralel. Pembahasan tentang prinsip ini akan difokuskan

pada hukum di AS dan EU karena prinsip ini telah mendapat pembahasan

di peradilan di AS dan EU secara lebih intenstif dari pada di negara-negara

lain. Inti prinsip ini adalah penjualan pertama (fi.rst sale) barang HKI

oleh pemilik HKI atau penerima lisensinya menghabiskan hak mereka

untuk mengontrol penjualan berikutnya barang tersebut. Rasionya adalah

perlindungan konsumen atau masyarakat dan/atau pertimbangan arus

bebas ekspor impor barang. Namun, temyata negara-negara membatasi

berlakunya Prinsip Exhaustion pada beberapa situasi tertentu. Mereka

melakukan itu untuk melindungi kepentingan pemegang HKI.

1. Pengertian dan Rasio Prinsip Exhaustion

Menurut prinsip ini, penjualan awal yang sah dari barang HKI secara

efektif menghabiskan atau menghilangkan hak pemilik HKI atau penerima

109. Hal ini dikatakan oleh Widodo, mantan pegawai PT Astra International Indonesia,

ketika percakapan dengan Penulis di bulan Februari 2002. Widodo menyatakan

bahwa ongkos pengemasan bagian-bagian (parts) dari mobil assembling lebih mahal

dari pada ongkos pengemasan mobil CBU. Perbedaannya sekitar 20 %.

110. Atau "doctrine of first sale". Lihat Barrett M., "The United States' Doctrine of

Exhaustion: Parallel Imports of Patented Goods" (2000) 27 N. Ky. L. Rev. 911

(menjelaskan bahwa istilah "doctrine of exhaustion" and "doctrine of first sale"

adalah sinonim). Di AS, istilah-istilah "exhaustion" dan "doctrine of exhaustion"

adalah sama-sama digunakan. Lihat, misalnya, Intel Corp. v. ULSI Sys. Tech., Inc.,

995 F. 2d 1566, 1568 (Fed. Cir. 1993). Namun, dalam perkara-perkara hak cipta,

pengadilan-pengadilan AS lebih senang menggunakan istilah "first sale doctrine".

Lihat, misalnya, Sebastian International v. Consumer Contacts (PTY) Ltd., 847

F. 2d 1093, 1096 (1988) dan Quality King Distributors, Inc. v. L'anza Research

International, Inc., 523 U.S. 135, 139 (1998). Di EU, European Court of Justice

menggunakan istilah "exhaustion". Lihat, misalnya, Silhouette International Schmied

Gesellscha� mbH & Co. KG v. Hartlauer Handelsgesellscha� mbH, Case C-355/96,

1998 ECJ CELEX LEXIS 6660, para 1.

38

Page 56: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

lisensinya untuk mengontrol penanganan berikutnya (subsequent dealing)

barang HKI tersebut. Akibatnya, seorang pembeli barang tersebut bebas

untuk menangani atau memperlakukannya termasuk ke arah mana akan

menjualnya tanpa dianggap melanggar hak pemegang HKI barang tersebut.

Prinsip ini, di satu sisi, merupakan pembatasan hak pemegang HKI,

namun, di sisi lain memberikan pembeli barang HKI hak tidak terbatas

tidak hanya untuk menggunakannya tetapi juga melepaskannya. Di

bidang paten, misalnya, dalam perkara United States v. Univis Lens Co, 111

Mahkamah Agung AS menyatakan:

The patentee's monopoly remains so long as he retains the ownership

of the patented article. But sale of it exhausts the monopoly in that

article and the patentee may not thereafter, by virtue of his patent,

control the use or disposition of the article.112

Dalam perkara tersebut, Mahkamah Agung AS telah membatasi

pengertian monopoli pemegang paten menurut peraturan perundang­

undangan, yakni "exclusive right to make, use, and vend the invention

or discovery''. 113 Pengadilan ini telah membatasi pengertian "vend" pada

penjualan pertama ("fi.rst sale").

Alasan yang diberikan Mahkamah Agung AS adalah bahwa pemegang

paten telah menikmati manfaat monopoli patennya dengan menerima

111. 316 U.S. 241 (1942). Dalam perkara ini, pemilik paten atas lensa kacamata

melisensikan patennya kepada orang lain untuk memproduksi dan menjual kepada

pedagang-pedagang grosir (wholeseller) yang diberi lisensi, dan kepada pedagang­

pedagang eceran. Lisensi-lisensi tersebut berisi klausula pembatasan hak para

pedagang grosir dan para pedagang eceran tersebut untuk menjual lensa yang

telah diproses. Pemerintah AS menggugat pemilik paten tersebut dengan alasan

bahwa tindakan pemilik paten telah melanggar hukum Antitrust AS. Pengadilan

memenangkan Pemerintah. Ibid. hlm. 241, 244--45.

112. Ibid. hlm. 250. Lihat jugaAdams v. Burke, 84 U.S. (17 Wall.) 453 (1873) ("When the

patentee ... sells a machine or instrument. .. , he receives the consideration for its use

and he parts with the right to restrict that use. The article ... passes without the limit of

the monopoly."); Intel Corp. v. U.L.S.I. Sys Tech., Inc., 995 F. 2d 1566, 1568 (Fed. Cir.

1993) ("The patent owner '.s rights with respect to the product end with its sale, and a

purchaser of such a product may use or resell the product free of the patent'').

113. Ketentuan tentang monopoli ini tercantum dalam Pasal I, paragraf 8, klausula 8

Undang-Undang Dasar AS; 35 U.S.C. paragraf 31, 40 yang dikutip dalam perkara

Univis Lens, 316 U.S. 241, 250 (1942).

I 39

Page 57: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

harga pembelian pada penjualan pertama barang patennya. 114 Pengadilan

ini juga memberikan alasan bahwa memperbolehkan pemegang paten

untuk mengontrol penanganan barang tersebut setelah penjualan pertama

akan melampaui monopolinya.115

Berkaitan dengan hak cipta, perkara Bobbs-Merrill v. Strauss116

menerapkan Prinsip Exhaustion yang juga membatasi hak pemegang

hak cipta pada barang yang telah dijual dan memberikan kepada pembeli

barang tersebut kebebasan untuk menanganinya. Intinya, dalam perkara

ini, Mahkamah Agung AS membatalkan hak pemegang hak cipta untuk

mengontrol harga penjualan setelah penjualan pertama yang sah terjadi

dan menyatakan bahwa memperbolehkan usaha Bobbs-Merrill untuk

menetapkan harga penjualan setelah penjualan pertama akan memberikan

kepadanya kekuasaan yang melebihi hak eksklusif yang tercantum dalam

peraturan perundang-undangan hak cipta AS.117

Di AS, telah disepakati bahwa tujuan utama hukum paten dan hukum

hak cipta adalah "to promote the progress of science and the useful

arts" .118 Dalam hal ini, kepentingan publik terlihat lebih penting dari pada

kepentingan pemegang paten dan hak cipta. Untuk mencapai tujuan ini,

hukum paten dan hukum hak cipta, di satu sisi, memberikan hak eksklusif

kepada pemegang paten dan pemegang hak cipta untuk membuat atau

114. 316 U.S. 241, 251 (1942).

115. Pengadilan ini menyatakan: "If he were permitted to control the price at which it could

be sold by others he would extend his monopoly quite as much in the one case as in

the other, and he would extend it beyond the fair meaning of the patent statutes": ibid.

hlm. 252.

116. 210 U.S. 339 (1908). Penerbit, Bobbs-Merrill, menjual buku "The Castaway"kepada pedagang-pedagang grosir dengan peringatan yang tercantum pada setiapeksemplar buku tersebut sebagai berikut: "The price of this book at retail is $1 net.

No dealer is licensed to sell it at a less price, and a sale at a less price will be treated

as an infringement of the copyright ... " Macy membeli beberapa buku tersebut dari

pedagang grosir dan menjualnya kembali di bawah $1. Bobbs-Merrill gagal dalamtindakan hukum atas pelanggaran hak ciptanya kepada Macy.

117. Ibid. hlm. 350 - 51.

118. Lihat United States v. Univis Lens, 316 U.S. 241, 250 (1942); Bobbs-Merrill v. Strauss,

210 U.S. 339, 346 (1908); Kendal v. Winsor, 62 U.S. 322, 329 (1858); Lackner Co.v. Quehl Sign Co., 145 F. 2d 932, 934 (6th Cir. 1944); Cyrix Corp. v. Intel Corp., 846Supp. 522, 539-40 (E.D. Tex.) affirmed, 42 F. 3d 1411 (Fed. Cir. 1994).

40

Page 58: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

memperbanyak, menggunakan dan menjual produk mereka.119 Di sisi

lain, berkaitan dengan produk pemegang paten dan pemegang hak cipta,

hukum membatasi hak kontrol mereka hanya pada penjualan pertama

(fi.rst sale) produk tersebut. Ini berarti bahwa ketika mereka memperoleh

harga produk tersebut pada penjualan pertama, mereka dianggap telah

memperoleh kompensasi dari kreativitasnya120 dan, akibatnya, mereka

tidak lagi mempunyai hak untuk mengontrol pengalihan selanjutnya dari

produk tersebut. Jadi, mereka hanya mempunyai monopoli terbatas dan

monopoli terbatas ini memberikan manfaat kepada publik karena pemegang

hak telah mengumumkan invensinya atau karya ciptanya kepada publik

dengan tidak membebani publik secara berlebihan, yakni dengan tidak

menarik pembayaran yang berlebihan dari publik.121

119. Lihat Univis Lens, ibid. him. 250, dan Bobbs-Merrill, ibid. him. 350.

120. Lihat Univis Lens, ibid. ("[W]hen the patentee has received his reward for the use of

his invention by the sale of the article ... the patent law affords no basis for restraining

the use and enjoyment of the thing sold."); Adams v. Burke, 84 U.S. (17 Wall.) 453

(1873) ("[T]he patentee or his assignee having in the act of sale received all the

royalty or consideration which he claims for the use of his invention ... "); Bobbs­

Merrill v. Strauss, 210 U.S. 339, 346 (1908) ("[T]he statute also secures, to make

this right of multiplication effectual, the sole right to vend copies of the book, the

production of the author '.s thought and conception. The owner of the copyright in this

case did sell copies of the book in quantities and at a price satisfactory to it. It has

exercised the right to vend.").

121. Lihat Barrett M., Op.Cit., him. 920 - 22 (membahas tujuan utama hukum paten di

AS). Pada tahun 1909, the United States' House Judiciary Committee menyatakan:

"The enactment of copyright legislation by Congress . .. is not based upon any natural

right that the author has in his writings ... but upon the ground that the welfare of the

public will be served and progress of science and useful arts will be promoted by

securing to authors for limited periods the exclusive rights to their writings": Mohr

C.A., Op.Cit., him. 588. Lihat juga Lackner Co. v. Quehl Sign Co. 145 F. 2d 932, 934

(6th Cir. 1944) ("The exclusive right conferred by a patent is a monopoly permitted

only because of the public benefit to be derived from the invention. The maintenance

of the public interest is the dominant concern of the patent law; profit to the patentee

is secondary"). Lihat juga Sebastian, 847 F. 2d 1093, 1094 (3rd Cir. 1988) dimana

pengadilan menjelaskan: "The copyright statutes have been amended repeatedly in

an attempt to balance the authors' interest in the control and exploitation of their

writings with society'.s competing stake in the free fl.ow of ideas, information and

commerce. Ultimately, the copyright law regards financial reward to the owner as a

secondary consideration."

I 41

Page 59: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Berkaitan dengan merek, perkara Prestonettes v. Coty122 juga

mendefinisikan pengertian prinsip Exhaustion. Dalam perkara ini,

Mahkamah Agung AS menyatakan bahwa "a trade mark only gives the

right to prohibit the use of it so far as to protect the owners goodwill

against the sale of another s product as his" . 123 Akibatnya, pembeli barang

yang mempunyai merek bebas untuk menggunakan barang tersebut dan

menjualnya selama barangnya masih asli.

Pemikiran bahwa fungsi utama suatu merek adalah untuk menunjukkan

sumber asal barang (the badge of origin function) telah menjadi rasio prinsip

Exhaustion di bidang merek. The badge of origin function berarti bahwa

selama barang masih asli dan mereknya masih secara akurat menunjukkan

bahwa barang tersebut berasal dari pemegang merek, maka impor paralel

barang tersebut bukan merupakan pelanggaran merek. Selama pelaku impor

paralel tidak mengganggu fungsi esensial merek, yakni untuk menjamin

identitas asal barang dengan, misalnya, melakukan tindakan pengepakan

tanpa izin sehingga berdampak negatif terhadap kondisi barang tersebut,

maka impor paralel barang tersebut tidak bisa dilarang. 124 Hal ini tersirat

dalam putusan Mahkamah Agung AS dalam perkara Prestonettes v. Coty125

122 264 U.S. 359 (1924). Penggugat, seorang warga negara Perancis, mempunyai merek

terdaftar "Coty" and "L'Origin" untuk bedak dan parfum toilet. Tergugat membeli

bedak "Coty'' asli, mengemas ulang dan kemudian menjualnya dalam kemasan­

kemasan yang berbeda. Tergugat juga membeli parfum "Coty" asli dalam botol

yang bear kemudian menjualnya kembali dalam botol-botol yang kecil. Penggugat

menggugat tergugat atas pelanggaran merek. Namun, pengadilan memenangkan

tergugat.

123. Ibid. hlm. 368. Cf. Champagne Heidsieck et Cie v. Buxton [1930] lCh.330, 337 ("[Tl

he proprietor of a trade mark is to have the right exclusively to use such trade mark

in the sense of preventing others from selling wares which are not his marked with the

trade mark."); Irving's yeast-Vite Ltd v. Horsenail (1934) 51 R.P.C. 110 (memutuskan

bahwa hak eksklusif pemilik terdaftar tidak dapat dianggap dilanggar oleh penggunaan

mereknya yang menunjuk kepada produk pemilik merek terdaftar itu sendiri).

124. Putusan ECJ in Hoffman-La Roche, 1978 E.C.R. at 1166. Liliat juga The Wellcome

Foundation Ltd v Paranova Pharmazeutika Handels GmbH (C-276/05), 22 Desember

22, 2008, dikomentari oleh Sweet & Maxwell Limited and Contributors dalam "ECJ

Gives Further Guidance on Repackaging Drugs for Parallel Import" (2009) EU Focus

2009, 246, hlm. 23-24. Untuk penjelasan lebih jauh mengenai persoalan pengemasan

kembali (repackaging) dan hukum impor paralel, liliat Bird R.C. and Chaudhry P.E.,

"Pharmaceuticals and the European Union: Managing Gray markets in Uncertain

Legal Environment" (2010) 50 Va. J. Int'l L. 719.

125. 264 U.S. 359 (1924).

42 I

Page 60: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

tersebut di atas. 126 Sebenarnya, rasio "source of origin" ini mendukung

arus bebas barang (the free movement of goods) antar negara. Hal ini

meningkatkan persaingan. Meningkatnya persaingan akan memberikan

manfaat kepada konsumen dalam bentuk tersedianya pilihan yang luas dan

murahnya barang-barang.

Di Uni Eropa, berkaitan dengan paten, the European Court of Justice

(ECJ) dalam perkara Centrafarm v. Sterling127 telah menyampaikan

pendapat yang mirip dengan pendapat hakim dalam perkara Univis

Lens. 128 Dalam Centrafarm, ECJ menyatakan bahwa hak paten tidak dapat

dilaksanakan ("exercised") untuk melindungi sesuatu di luar cakupan

khusus paten, yakni:

the guarantee that the patentee, to reward the creative effort of the

inventor, has the exclusive right to use an invention with a view to

manufacturing industrial products and putting them into circulation

for the fi.rst time, either directly or by the grant of licences to third

parties, as well as the right to oppose infringements. (Emphasis

added).129

Dalam hal ini, ECJ menggunakan istilah "exercise" dan Pengadilan ini

telah membatasi pengertian "exercise" dari suatu paten. ECJ menyatakan

bahwa untuk menerima penghargaan (reward) dari kreativitasnya, seorang

126 Putusan Mahkamah Agung AS dalam perkara Prestonettes adalah sesuai dengan

putusan dalam perkara di Australia Atari Inc. and Futuretronics Australia Pty Ltd v.

Fairstar Electronics Pty Ltd (1982) 50 ALR 274. Dalam perkara ini, berdasarkan pada

putusan perkara di Inggris Champagne Heidsieck et cie Monopole Societe Anonyme

v. Buxton [1930] 1 Ch. 330, hakim Smithers menyatakan bahwa fungsi merek adalah

sebagai tanda asal barang (badge of origin), yakni untuk menunjukkan hubungan

antara barang yang ditempeli merek dengan pemilik merek tersebut. Hakim Smithers

lebih lanjut menyatakan bahwa penggunaan merek barang menjadi pelanggaran hanya

apabila barang tersebut tidak asli. Lihat (1982) 50 ALR 274, hlm. 276.

127. Case 15/74, 1974 ECJ CELEX LEXIS 926. Dalam perkara ini, pemilik paten

mempunyai beberapa paten di beberapa negara di European Economic Area (EEA)

termasuk di Inggris dan Belanda. Produk-produk yang dilindungi dengan paten­

paten tersebut secara sah dipasarkan di negara-negara tersebut oleh para penerima

lisensinya. Kemudian, pihak ketiga membeli produk tersebut dari Inggris kemudian

mengimpomya ke Belanda.

128. 316 U.S. 241 (1942).

129. Case 15/74, 1974 ECJ CELEX LEXIS 926, para 9.

I 43

Page 61: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pemegang paten mempunyai hak untuk melaksanakan ("exercise") haknya

hanya sekali, yakni, ketika melepaskan barang patennya untuk pertama

kalinya.

Mirip dengan pendapat hakim dalam perkara Univis Lens, ECJ dalam

perkara Centrafarm menggunakan doktrin "beyond-scope" atau doktrin

"beyond-the essence of exclusive right'' untuk membenarkan penggunakan

prinsip Exhaustion. Artinya, memberikan pemegang paten hak untuk

mengontrol penanganan selanjutnya (subsequent dealing) dari barangnya

setelah penjualannya yang pertama kali akan melampaui cakupan atau

esensi patennya.130 Dalam perkara Univis Lens, cakupan suatu paten

adalah berdasarkan pada undang-undang paten AS. Namun, tidak seperti

dalam perkara Univis Lens, dalam perkara Centrafarm, pengertian "the

essence of the exclusive rights" tidak jelas. Justifikasi yang lebih tepat

untuk menggunakan prinsip Exhaustion di Uni Eropa sebenarnya adalah

pemikiran arus bebas barang (free movement of goods). ECJ dalam perkara

Centrafarm v. Sterling131 menyatakan justifikasi ini sebagai berikut:

An obstacle to the free movement of goods may arise out of the

existence ... of provisions laying down that a patentee's right is not

exhausted when the product protected by the patent is marketed in

another Member State, with the result that the patentee can prevent

importation of the product into his own Member State when it has

been marketed in another state.132

Justifikasi arus barang be bas (free movement of goods) juga dinyatakan

dalam perkara Deutsche Grammophon v. Metro133 yang menerapkan

130 ECJ menyatakan: "In fact, if a patentee could prevent the import or protected products

marketed by him or with his consent in another member state, he would be able to

partition off national markets and thereby restrict trade between member states, in

a situation where no such restriction was necessary to guarantee the essence of the

exclusive rights flowing from the parallel patents." Lihat 1974 ECJ CELEX LEXIS

926, para 12.

131 Case 15/74, 1974 ECJ CELEX LEXIS 926.

132 Ibid. para 10.

133 Case 78/70, 1971 ECJ CELEX LEXIS 791. Dalam perkara ini, Deutsche

Grammaphon (DG), sebuah perusahaan Jerman, menjual produk rekamannya kepada

anak perusahaan yang mayoritas sahamnya dimilikinya di Perancis. Produk rekaman

44

Page 62: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

prinsip Exhaustion berkaitan dengan hak cipta. ECJ memutuskan bahwa

karena Deutsche secara sukarela telah menjual barang ciptaannya, maka

hak-haknya habis (exhausted) dan akan bertentangan dengan kebijakan

ams barang bebas (free movement of goods) apabila Deutsche diberikan

hak untuk membatasi penjualan berikutnya dari barang tersebut. 134

Perkara merek Centrafarm B. V. v. Wi.nthrop135 juga secara tersirat

menyatakan justi:fikasi seperti itu. Dalam perkara ini, ECJ memutuskan

bahwa hukum merek memperbolehkan pemilik merek untuk

menjual barangnya pertama kali (first sale) bebas dari pesaing yang

memperdagangkan barang dengan membonceng reputasi mereknya, tapi

karena telah menyetujui penjualan pertama kali (first sale) pemilik merek

kehilangan haknya untuk melarang ams bebas barangnya di wilayah

European Economic Area (EEA).136

Jadi, di EU, rasio prinsip Exhaustion berkaitan dengan impor paralel di

wilayah EU adalah pemikiran ams barang bebas (free movement of goods).

Kebijakan ams barang bebas memberikan konsumen Eropa manfaat yang

berupa tersedianya pilihan barang yang luas dan harga yang murah.

2. Syarat-Syarat Prinsip Exhaustion

Beberapa syarat hams dipenuhi agar prinsip Exhaustion bisa

diterapkan. Pertama, pemegang HK.I hams menerima upah atau kompensasi

(reward) sebelum haknya habis. Berkaitan dengan paten, misalnya, hal ini

dinyatakan dalam perkara Univis Lens. 137 Menurut Univis Lens, bukan

penjualan pertama (first sale) tetapi upah atau kompensasi (reward) dari

tersebut kemudian diimpor kembali ke Jerman oleh Metro. DG melakukan tindakan

hukum untuk menghentikan importasi Metro.

134 Ibid. para 5.

135 Case 16/74, 1974 ECJ CELEX LEXIS 927. Dalam perkara ini, pemilik merek

"N egram" untuk produk farmasi telah memberikan lisensi kepada beberapa perusahaan

di Inggris dan Belanda. Seorang importir membeli produk-produk tersebut di Inggris

kemudian mengimpornya ke Belanda.

136 Ibid. para 8.

137 316 U.S. 241 (1942). Pengadilan ini menyatakan: "[T]he purpose of the patent law

is fulfi.lled with respect to any particular article when the patentee has received his

reward for the use of his invention by the sale of the article, and that once that purpose

is realized the patent law affords no basis for restraining the use and enjoyment of the

thing sold." (Tekanan oleh Penulis). Lihat ibid. hlm. 251.

I 45

Page 63: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

penjualan pertama yang menghabiskan ( exhaust) hak patennya.138 Jadi,

apabila pemegang paten tidak menerima upah atau kompensasi (reward)

dari penjualan pertama, maka haknya tidak akan habis.139

Juga, menurut hakim dalam perkara Centrafarm, 140 upah atau

kompensasi (reward) merupakan faktor penting untuk menentukan

habisnya hak. Pemilik paten hams mendapat manfaat dari penjualan

pertama (fi.rst sale) barangnya sebelum haknya habis. Apabila penjualan

pertama dilakukan oleh penerima lisensinya, pemilik paten hams turut

serta dalam penjualan tersebut dengan cara memberikan persetujuan

kepada penerima lisensi tersebut. 141 Jadi, apabila pemilik paten tidak

mendapat manfaat dari atau tidak turut serta dalam penjualan pertama dari

barangnya, maka haknya tidak habis.

Berkaitan dengan hak cipta, Hakim Agung AS dalam perkara Bobbs­

Merrill142 juga menyatakan bahwa upah atau kompensasi yang berupa

"a satisfactory price" dari barang pemilik hak cipta hams dibayarkan

sebelum haknya habis. Apabila pemilik hak cipta belum mendapatkan

pembayaran harga barangnya, haknya tidak pemah habis. Misalnya,

sebagaimana digambarkan dalam perkara Platt & Munk Co. v. Republic

Graphic, 143 penjualan sebuah buku yang dibeli dari seorang pedagang

138 Lihat Keeler v. Standard Folding-Bed Co., 157 U.S. 659, 665- 67 (1895) yang selaras

dengan pendapat hakim dalam perkara Univis Lens. Lihat juga Rothnie W.A., Op. Cit.,

hlm. 145 yang menyimpulkan bahwa putusan dalam perkara Keeler menunjukkan

bahwa pembayaran harga kepada pemilik paten merupakan suatu dasar yang sangat

penting mengapa pengadilan AS menganut prinsip exhaustion.

139 Lihat Featherstone v. Ormonde Cycle Company, 53 F. 110 (C.C.N.Y. 1892). Dalam

perkara ini, seorang inventor memperoleh paten atas ban sepeda di Inggris dan AS.

Inventor ini menjual haknya di AS kepada penggugat. Pemilik paten di Inggris

memberikan lisensinya kepada tergugat untuk menggunakan ban-bannya untuk

sepeda yang dibuat di Inggris. Tergugat ingin menjual ban-bannya ke AS. Pengadilan

memberikan kepada penggugat hak untuk menghentikan tindakan tergugat. Lihat

ibid. hlm. 111.

140 Case 15/74, 1974 ECJ CELEX LEXIS 926.

141 ECJ juga menyatakan: "[A] derogation from the principle of the free movement of

goods is not. . justified where the product has been put onto the market in a legal

manner, by the patentee himself or with his consent, in the member state from which

it has been imported, in particular in the case of a proprietor of parallel patents."

(Emphasis added). Lihat ibid. para 11.

142 210 U.S. 339 (1908).

143. 315 F. 2d 847 (2d. Cir. 1963).

46 I

Page 64: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

yang membelinya dari sebuah agen pemilik hak cipta, dan agen tersebut

telah dipercaya untuk memegang (memiliki) buku tersebut tetapi tanpa

wewenang untuk menjualnya dan pemilik hak cipta tidak menerima

pembayaran dari agen tersebut, dinyatakan merupakan pelanggaran dan,

akibatnya, tidak menghabiskan hak pemilik hak cipta.144

Syarat kedua adalah bahwa pemilik HKI hams telah mengalihkan hak

milik barangnya ke pembelinya. Hal ini disebutkan dalam, misalnya, perkara

Bobbs-Merrill. 145 Dalam perkara ini, Hakim menyatakan bahwa pembeli

hams telah memperoleh hak milik penuh (full dominion) atas barang yang

dibeli.146 Dalam perkara Platt & Munk, 147 hakim juga menyatakan bahwa

untuk menentukan habisnya hak, pertanyaan yang pokok adalah apakah

kepemilikan sah (lawful ownership) dari barang hak cipta telah dialihkan

kepadapembelinya.148

DiAS, sejumlah perkara telah menambahkan syarat ketiga, yakni bahwa

penjualan barang oleh pemilik HKI hams tanpa pembatasan (restriction).

Hal ini berlaku khususnya untuk impor paralel barang paten. Dalam

perkara Holiday v. Mattheson, 149 misalnya, hakim mensyaratkan penjualan

hams tanpa syarat atau tanpa reservasi (reservation) agar hak pemilik paten

habis. Hal yang sama dinyatakan dalam perkara Curtiss Aeroplane & Motor

Corp. v. United Aircraft Engineering Corp. 150 Akibatnya, pemilik HKI bisa

meng-counter berlakunya prinsip Exhaustion dengan cara memberikan

syarat-syarat dalam perjanjian penjualan barangnya. 151•152 • Namun, perlu

144. Ibid. hlm. 852.

145. 210 U.S. 339 (1908).

146. Ibid. hlm. 350.

147. 315 F. 2d 847 (2d. Cir. 1963).

148. Ibid. hlm. 852.

149. Holiday v. Mattheson , 24 F. 185 (S.D.N.Y. 1885).

150. 266 F. 71 (2d Cir. 1920).

151. Lihat Holiday v. Mattheson, 24 F. 185 (S.D.N.Y. 1885) dimana hakim Wallace

menyatakan: "[U]nless by the conditions of the bargain the monopoly right is

impressed on the thing purchased; and if the vendor sells without reservation or

restriction, he parts with his monopoly so far as it can in any way qualify the rights of

the purchaser." Dari pernyataan ini, jelas bahwa hakim Wallace menganggap bahwa

berlakunya prinsip exhaustion bisa dihindari dengan syarat-syarat perjanjian.

152 Bandingkan denganMallenckrodt, Inc. v. Medipart, Inc., 976 F. 2d 700 (Fed. Cir. 1992)

dirnana hakim Federal Circuit menyatakan bahwa pemilik paten dapat membatasi hak

I 47

Page 65: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dicatat, bahwa di Singapura, tidak ada pembatasan berlakunya prinsip

Exhaustion semacam ini berkaitan dengan impor paralel di bidang hak

cipta dan merek.

3. Macam-Macam Prinsip Exhaustion

Ketika menghadapi persoalan impor paralel, negara-negara mungkin

tidak menerapkan prinsip Exhaustion pada semua situasi terjadinya

impor paralel. Keinginan untuk melindungi kepentingan pemilik HKI

mereka dari pada melindungi konsumen mereka merupakan rasio sikap

yang mereka ambil. Hal ini dicontohkan oleh posisi AS dan EU dalam

penjelasan berikut ini.

a. Prinsip National Exhaustion

Menurut Prinsip National Exhaustion, penjualan pertama (first sale)

menghabiskan HKI hanya di negara dimana penjualan pertama terjadi. 153

Dengan kata lain, hanya penjualan pertama di negara A yang dapat

menghabiskan hak di negara A; penjualan pertama di negara B tidak dapat

menghabiskan hak di negara A. Jadi, apabila penjualan pertama barang X

terjadi di negara A, pemilik HKI di negara A tidak dapat melarang impor

paralel barang tersebut dari negara lain. Namun, pemilik HKI di negara A

dapat melarang impor paralel barang yang dijual pertama kali di negara B.

Pendekatan Hukum Hak Cipta AS berkaitan dengan persoalan

impor paralel sebelum tahun 2013, yakni sebelum keluarnya putusan

Mahkamah Agung AS dalam perkara Kirtsaeng v. John Wiley & Sons,

Inc. 154 memberikan contoh penerapan Prinsip National Exhaustion. Hal

ini digambarkan dalam perkara Columbia Broadcasting System Inc. v.

Scorpio Music Distributors Inc. 155 Dalam perkara ini, CBS memiliki hak

cipta rekaman suara di AS. CBS-Sony Jepang telah melisensikan produksi

pembeli untuk menggunakan alat kesehatan yang dipatenkan hanya pada penggunaan

sekali dan memutuskan bahwa yang melanggar pembatasan tersebut bertanggung

jawab atas pelanggaran paten tersebut. Lihatjuga B. Braun Med., Inc. v. Abbott Lab.,

124 F. 3d 1419, 1426 (Fed. Cir. 1997).

153 William A.S., "International Exhaustion of Patent Rights Doctrine: Is Japan's Move

a Step Forward or Back from the Current Harmonization Effort?" (1998) 7 D.C.L.J.

Int'l L. & Prac. 327, hlm. 331.

154 133 S.ct. 1351 (2013).

155 569 F. Supp. 47 (ED Pa. 1983) aff'd without opinion 738 F. 2d 424 (3d Cir. 1984).

48 I

Page 66: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dan penjualan produk rekaman suaranya di Filipina kepada Vicor Music

Corporation. CBS (AS) menyetujui perjanjian lisensi tersebut. Scorpio

membeli produk rekaman suara tersebut di Filipina dan kemudian, tanpa

izin dari CBS, mengimpomya ke AS. CBS menggugat dengan menyatakan

bahwa Scorpio telah melanggar s.602(a)156 of UU Hak Cipta AS 1976 (the

Copyright Act 1976). Scorpio menyangkal dengan mengatakan bahwa dia

berhak menggunakan alasan prinsip Exhaustion yang tercantum dalam

s.109(a)157 UU Hak Cipta AS. Namun, pengadilan menyatakan bahwa

penjualan pertama (first sale) produk rekaman suara yang terjadi di Filipina

tidak menghabiskan hak CBS di AS dan menyatakan bahwa s.109( a) hanya

berlaku pada produk yang secara sah dibuat dan dijual di AS.158

Beberapa pengadilan berikutnya mengikuti putusan Scorpio.159 BMG

Music v. Perez, 160 misalnya, memperkuat reasoning pengadilan dalam

Scorpio. Quality King Distributors, Inc. v. L'anza Research International

(L'anza) juga secara implisit menerapkan Prinsip National Exhaustion.

MahkamahAgung AS dalam perkara L 'anza ini menyatakan bahwa prinsip

Exhaustion dalam, s.109(a) UU Hak Cipta AS tidak berlaku untuk "any

copy" tetapi hanya berlaku untuk suatu copy karya yang "lawfully made

156 Section 602(a) menyatakan: "Importation into the United States without the authority

of the owner of the copyright under this title of copies or phonorecords of a work

that have been acquired outside the United States is an infringement of the exclusive

right to distribute copies or phonorecords under section 106, actionable under section

501."

157 S. 109(a) menyatakan: "Notwithstanding the provision of section 106(3), the owner

of a particular copy or phonorecord lawfully made under this title, or any person

authorised by such owner, is entitled, without the authority of the copyright owner, to

sell or otherwise dispose of the possession of that copy or phonorecord."

158 569 F. Supp. 47, him. 49.

159 Beberapa perkara hak cipta telah mengikuti alasan dalam perkara Scorpio. For

example: Hearst Corporation v. Stark 639 F. Supp., 970 (N.D. Cal. 1986); T.B. Harms

Company v. JEM Records, Inc., 655 F. Supp. 1575 (D.N.J. 1987); BMG Music v.

Perez, 952 F. 2d 318 (9th Cir. 1991), cert. Denied, 112 S. Ct. 2997 (192); and Parfums

Givenchy v. Drup Emporium, Inc., No. CV-92-4206 MRP, 1992 U.S. Dist. LEXIS

18328 (C.D. Cal. Nov. 23, 1992).

160 952 F. 2d 318 (9th Cir. 1991), cert. Denied, 112 S. Ct. 2997 (1992). Dalam perkara ini,

BMG mempunyai hak cipta atas rekaman suara. BMG telah melisensikan pembuatan

dan penjualan rekaman suaranya di banyak negara. Perez membeli produk rekaman

suara tersebut di Filipina dan mengimpornya ke AS. Perkara ini masuk ke pengadilan

Ninth Circuit.

I 49

Page 67: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

under this title".161 Jadi, larangan impor yang tercantum dalam s.602(a)162

berlaku bagi copy karya yang tidak secara sah dibuat menurut UU Hak

Cipta AS seperti yang secara sah dibuat di luar negeri menurut hukum

negara luar.163 Pernyataan ini menunjukkan bahwa, menurut Pengadilan,

tempat pembuatan copy karya hams di AS agar prinsip Exhaustion menurut

s.109(a) berlaku. Penafsiran ini diperkuat oleh pengadilan dalam perkara

Omega, S.A v. Costco Wholesale Corp16415aa dimana Pengadilan Banding

AS untuk Ninth Circuit, dengan menunjuk perkara L'anza, memutuskan

bahwa pemilik hak cipta mempunyai hak untuk mencegah impor paralel

copy karya yang dibuat dan dijual pertama kali di luar AS.165158h

Perhatian kepada perlindungan kepentingan ekonomi pemilik hak

cipta merupakan rasio dari penerapan Prinsip National Exhaustion di

AS. Dalam perkara Scorpio, 166 misalnya, pengadilan menyatakan bahwa

perlindungan hukum hak cipta AS tidak berlaku secara ekstraterritorial.167

Akibatnya, prinsip Exhaustion dalam s.109(a) tidak dapat digunakan

oleh pemilik copy karya yang dibuat dan dijual di luar wilayah AS. Hal

demikian ini terlepas dari apakah pemilik hak cipta AS telah menerima

royalti dari penjualan di luar negeri atau tidak. Dengan kata lain, walaupun

pemilik hak cipta telah menerima royalti, pemilik hak cipta masih berhak

melarang importasi copy karya tersebut ke AS. Dengan pernyataan tersebut,

pengadilan sebenarnya telah memberikan pemilik hak cipta AS kesempatan

161 Ibid. hlm. 147.

162 Section 602(a) menyatakan: "Importation into the United States without the authority

of the owner of the copyright under this title of copies or phonorecords of a work

that have been acquired outside the United States is an infringement of the exclusive

right to distribute copies or phonorecords under section 106, actionable under section

501."

163 Ibid. hlm. 147.

164· 541 F.3d 982 (9th Cir. 2008).

165· Untuk pembahasan argumen yang menyanggah rasio yang diberikan dalam perkara

tersebut, lihat Brooks S., "Battling Gray Markets Through Copyright Law: Omega,

S.A. v. Costco Wholesale Corporation" (2010) B. Y. U.L. Rev. 19. Lihatjuga pembahasan

tentang kasus ini dalam Diepiriye A. Anga, "Intellectual Property Without Borders?

The Effect of Copyright Exhaustion on Global Commerce," (2014)10 B.Y.U. Int'/ L.

& Mgmt. Rev. 53.

166 569 F. Supp. 47 (ED Pa. 1983).

167 Pengadilan ini menyatakan: "The protection afforded by the United States Code does

not extend beyond the borders of this country ... ": ibid. hlm. 49.

50

Page 68: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

untuk memperoleh royalti dua kali ("double royalties"), yakni royalti dari

penjualan di luar negeri dan royalty yang bisa dikenakan untuk importasi

copy karya tersebut ke AS. Jadi, putusan pengadilan dalam perkara Scorpio

menyiratkan adanya perhatian kepada perlindungan kepentingan ekonomi

pemilikhak ciptaAS.168

Perhatian tersebut di atas juga dinyatakan secara jelas dalam perkara

Parfums Givenchy, Inc. v. Drug Emporium. 169 Pengadilan dalam perkara

ini memutuskan hal yang sama dengan putusan dalam Scorpio. Lebih

dari itu, pengadilan menambahkan bahwa mencegah pemilik hak cipta

AS untuk bisa melarang importasi copy karya yang secara sah dibuat

dan dijual di luar AS berarti "to deprive the U.S. copyright holders of the

power to authorise or prevent imports of the copies once the copies are

sold abroad" .170 Menurut pengadilan, hal ini berarti akan menghilangkan

kesempatan bagi pemilik hak cipta untuk memperoleh "full value of

each copy" yang dijual dalam wilayah AS.171 Sayangnya, pengadilan

gagal menjelaskan arti "full value". Menurut Penulis, maksud pengadilan

adalah bahwa memperbolehkan copy karya asing untuk bersaing dengan

copy karya lokal akan menghilangkan kemampuan bagi pemilik hak

cipta AS untuk menentukan atau mempertahankan harga di pasar AS.

Jadi, terlepas dari faktor-faktor yang lain, pemyataan pengadilan tersebut

168 Perhatian pengadilan dalam perkara Scorpio terhadap kepentingan ekonomi pemilik

hak dapat juga disimpulkan dari pemyataannya bahwa membolehkan importasi tanpa

izin akan menjadikan pemilik hak tidak bisa mengontrol copy karya yang masuk

pasar AS yang bersaing dengan copy yang secara hukum dibuat dan didistribusikan

menurut hukum hak cipta AS: ibid.

169 38 F. 3d 477 (9th Cir. 1994), cert. Denied 115 S. Ct. 1315 (1995). Dalam perkara

ini, Givenchy France memproduksi parfum dalam kotak-kotak yang mencantumkan

desain-desain hak cipta. Givenchy telah menjual haknya di AS kepada penggugat,

anak perusahaan yang mayoritas sahamnya dia miliki, yang kemudian menggugatnya

karena Givenchy telah melakukan importasti tanpa izin produk parfum dalam kotak­

kotak tersebut yang mencantumkan desain-desain yang secara hukum dibuat dan

dijual di luar AS.

170 Ibid. hlm. 481.

171 Pengadilan ini menyatakan: "Section 602(a) in effect gives 106(3) extraterritorial scope and ensures that a U.S. copyright owner will gain the full value of each copy

sold in the United States, by preventing the unauthorized importation of copies

sold abroad from being used as a means of circumventing the copyright owners

distribution rights in the United States": ibid.

I s1

Page 69: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

memungkinkan pem.ilik hak cipta untuk menetapkan harga pada tingkat

yang bisa merugikan konsumen di AS. Namun, dengan keluarnya putusan

Mahkamah Agung AS dalam perkara Kirtsaeng v. John Wiley & Sons,

Inc, 172 maka hukum hak cipta AS telah beralih ke Prinsip International

Exhaustion. Pengadilan ini menyatakan bahwa selama suatu karya dibuat

secara sah walaupun di luar AS dan sudah dijual pertama kali walaupun di

luar AS, maka prinsip fi.rst sale atau exhaustion berlaku.

Di bidang paten, keputusan Pengadilan Tinggi Federal Circuit AS

dalam perkara Jazz Photo Corp. v. International Trade Commission173

menerapkan prinsip National Exhaustion. Dalam perkara Jazz Photo, 174

Fuji Photo Film Co. mem.iliki beberapa paten untuk beberapa invensi

dalam kamera sekali pakai (single-use).175 Kamera itu dijual di AS dan

dijual di luar negeri oleh pemegang lisensi Fuji. Fuji ingin bahwa camera

tersebut tidak digunakan lagi. Namun, ada sebuah perusahaan di Cina yang

melakukan refurbish sejumlah besar kamera tersebut yang dijual di Cina

untuk digunakan lagi. Tergugat memperoleh kamera yang di-refurbish

tersebut dan mengimpornya ke AS untuk dijual. Walaupun Pengadilan

Federal Circuit menyatakan bahwa tindakan refurbish oleh perusahaan

Cina merupakan tindakan reparasi yang diperbolehkan, namun Pengadilan

memutuskan bahwa tergugat tidak dapat mengimpornya di AS. Pengadilan

menyatakan:

United States patent rights are not exhausted by products of foreign

provenance. To invoke the protection of the fi.rst sale doctrine, the

authorized fi.rst sale must have occurred under the United States patent

... Our decision applies only to [cameras] for which the United States

patent right has been exhausted by fi.rst sale in the United States.176

172. 133 S.ct. 1351 (2013).

173 264 F. 3d 1094 (Fed. Cir. 2001), cert. denied, 122 S. Ct 2644 (2002).

174 264 F. 3d 1094, 1105 (Fed. Cir. 2001).

175. Kamera tersebut juga dikenal dengan nama "lens-fitted film packages". Lihat 264 F.

3d 1094 (Fed. Cir. 2001).

176. 264 F. 3d 1094, 1105 (Fed. Cir. 2001).

s2 I

Page 70: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Jelas bahwa Pengadilan dalam perkara Jazz Photo177 menerapkan

prinsip National Exhaustion. Sayangnya, Pengadilan dalam perkara ini

tidak menjelaskan alasannya. Dalam perkara impor paralel barang paten

lainnya, yakni, Univis Lens178 pengadilan mensyaratkan bahwa pemilik

paten harus telah menerima kompensasi dari patennya sebelum haknya

habis (exhausted). Dalam perkara Jazz Photo,179 tidak ada bukti bahwa

pemilik paten yakni Fuji Photo Film Co tidak menerima pembayaran dari

penjualan pertama barang patennya di luar negeri. Jadi, sebenarnya, telah

terpenuhi syarat bahwa hak Fuji sudah habis setelah penjualan barang

patennya di Cina. Namun, hakim tidak menyatakan bahwa hak Fuji telah

habis. Hal ini berarti Pengadilan dalam Jazz Photo telah memberikan

pemilik paten hak control terhadap arus barang patennya walaupun pemilik

paten telah menerima kompensasi dari penjualan barang patennya di luar

negeri. Ini berarti bahwa, seperti putusan dalam perkara impor paralel hak

cipta Scorpio, 180 putusan daalam Jazz Photo181 telah memberikan pemilik

paten kesempatan untuk memperoleh royalti dua kali ( double royalties). Ini

membuktikan adanya keinginan Pengadilan untuk melindungi kepentingan

ekonomi pemilik paten AS.

b. Prinsip International Exhaustion

Prinsip International Exhaustion berarti bahwa HK.I tidak memberikan

kepada pemiliknya hak untuk mengontrol penanganan (dealing) selanjutnya

atas produk HKI-nya setelah produk tersebut dijual di pasar dimana saja di

dunia oleh pemilik HK.I atau atas persetujuannya. 182 Misalnya, apabila A

mempunyai HKI untuk suatu produk di negara B, C, D, dan E, penjualan

pertama dari produk tersebut di negara B menghabiskan hak Pemilik HKI

di semua negara tersebut. Tidak penting apakah penjualan pertama terjadi

177. 264 F. 3d 1094 (Fed. Cir. 2001).

178. 316 U.S. 241 (1942).

179. 264 F. 3d 1094, 1105 (Fed. Cir. 2001).

180. 569 F. Supp. 47 (ED Pa. 1983).

181. 264 F. 3d 1094, 1105 (Fed. Cir. 2001).

182. Lihat Egli P., dan Kokott J ., "Sebago Inc. and Ancienne Maison Dunois & Fils SA v.

GB-Unic SA, Case C-173/98, Court of Justice of the European Communities, 1 Juli,

1999" (2000) 94 A.J.I.L. 386.

I 53

Page 71: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

di negara B, C, D, atau E; penjualan pertama di salah satu negara tersebut

menghabiskan hak kontrol di negara-negara yang lain.

Di bidang hak cipta, putusan Mahkamah Agung AS pada tanggal

29 Maret 2013 dalam perkara Kirtsaeng v. John Wiley & Sons, Inc, 183

menerapkan Prinsip International Exhaustion. Dalam Kirtsaeng,

pengadilan ini memutuskan bahwa geogra:fi tidak membatasi dianggapnya

suatu karya dibuat secara sah menurut hukum hak ciptaAS (lawfully made

under this title). Selama suatu karya dibuat secara sah walaupun di luar AS

dan sudah dijual pertama kali walaupun di luar AS, maka prinsip first sale

atau exhaustion berlaku. Dengan putusan ini, nampak ada pergeseran posisi

hukum hak ciptaAS terhadap impor paralel dari yang sebelumnya menganut

prinsip National Exhaustion ke prinsip Internastional Exhaustion. Namun,

bertahannya posisi barn ini disangsikan akan berlangsung lama karena

Mahkamah Agung dalam perkara ini hanya menekankan pada interpretasi

undang-undang (statutory interpretation) yang menyatakan bahwa

Kongress AS tidak menginginkan istilah "lawfully made under this title"

pada S. 106(3) UUHCAS 1976 membedakan antara copy karya yang dibuat

di AS dan yang dibuat di luar AS. Bahkan pernah dikhawatirkan bahwa

penerapan prinsip International Exhaustion di bidang hak cipta di AS akan

membuat AS tidak konsisten dengan komitmennya dalam Trans Pacific

Partnership Agreement (TPP) dan kesepakatan-kesepakatan perdagangan

bebas lain seperti U.S.-Jordan Free Trade Agreement dan U.S.-Morocco

Free Trade Agreeement yang memberikan hak kepada pemegang hak

cipta untuk melarang impor paralel. 184 Namun, berkaitan dengan TPP,

kekhawatiran tersebut tidak ada lagi karena TPP, yang disepakati pada

tanggal 4 Februari 2016 di Auckland Selandia barn, akhirnya netral

terhadap impor paralel.185

Berkaitan dengan impor paralel barang merek, pendekatan AS

memberikan contoh penerapan prinsip International Exhaustion. Namun,

183. 133 S.ct. 1351 (2013).

184. Mary LaFrance, "Using Incidental Copyrights to Block Parallel Imports: A

Comparative Perspective," (2013) 25 I.P.J. 149, hlm. 159 dan 160.

185. Pasal 18.11 TPP menyatakan: "Nothing in this Agreement prevents a Party from

determining whether or under what conditions the exhaustion of intellectual property

rights applies under its legal system."

54

Page 72: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

AS membatasi penggunaan prinsip ini untuk beberapa situasi. Dengan kata

lain, AS menerapkan prinsip International Exhaustion secara terbatas.

Pertama, prinsip ini berlaku apabila pengguna merek AS tidak

mempunyai goodwill yang independen dari goodwill pemilik merek di luar

negeri. Ini merupakan putusan Mahkamah Agung AS dalam perkara A

Bourjois & Co. v. Katzel, 186 yang membatalkan putusan Second Circuit's

dalam perkara yang sama.

Second Circuit dalam perkara Katzel187 menerapkan prinsip

International Exhaustion. Perusahaan Perancis, A Bourjois & Cie. dan E.

Wertheimer & Cie memproduksi bedak wajah merek "Java" dan "Bourjois"

di Perancis dan menjualnya di AS. Pada tahun 1913, kedua perusahaan

Perancis tersebut menjual perusahaannya di AS bersama dengan goodwill­

nya dan kedua merek terdaftarnya kepada penggugat yakni A. Bourjois &

Co., Inc., perusahaan di New York.188 Penggugat membeli dan mengimpor

bedak wajah tersebut dari Perancis, kemudian menjualnya dalam kemasan

kotak. Penggugat telah mengeluarkan banyak uang untuk periklanan

sehingga bisnis ini berkembang secara pesat dan publik mengetahui

bahwa produk tersebut berasal dari penggugat. Tanpa ijin penggugat,

Anna Katzel mengimpor produk asli yang sama dari Perancis ke AS.189

Berpedoman kepada 3 (tiga) perkara sebelumnya, 190 Pengadilan Second

Circuit memutuskan bahwa tergugat, Anna Katzel, mempunyai hak untuk

mengimpor produk tersebut dan menjual di AS dengan merek yang sama

karena merek secara nyata menunjukkan asal muasal barang tersebut.191

186. 260 U.S. 689 (1923).

187. A. Bourjois & Co. v. Katzel, 275 F. 539 (2d Cir. 1921).

188. Ibid. hlm. 539.

189. Ibid. hlm. 540.

190. LihatApollinaris Co. Ltd., v. Scherer, 27 F. 18 ( C.C.S.D.N.Y.1886); Russian Cement

Co. v. Frauenhar, 133 F. 518 (2d Cir. 1904); Gretsch v. Schoening, 238 F. 780 (2d Cir.

1916). Tiga perkara ini memutuskan bahwa pemilik merek AS tidak dapat mencegah

impor paralel barang bermerek sama yang asli yang diproduksi di luar negeri karena

fungsi utama merek adalah untuk menunjukkan asal barang.

191. Pengadilan ini menyatakan: "Trade-marks ... are intended to show without any time

limit the origin of the goods they mark, so that the owner and the public may be

protected against the sale of one mans goods as the goods of another man. If the

goods sold are the genuine goods covered by the trade-mark, the rights of the owner

of the trade-mark are not infringed": 275 F. 539 , 543.

I 55

Page 73: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Putusan Pengadilan Second Circuit menerapkan prinsip International

Exhaustion karena penjualan di Perancis menghabiskan hak pemilik merek

di AS. Putusan ini sangat luas, karena, sebagaimana tersebut di atas, merek

di AS telah dijual kepada Penggugat, dan, pemilik merek di AS, yakni

Penggugat, sepenuhnya independen dari pemilik merek di Perancis.192

Putusan Pengadilan Second Circuit itu kemudian dibatalkan oleh

Putusan Mahkamah Agung dalam perkara yang sama.193 Mahkamah

Agung memutuskan bahwa putusan Pengadilan Second Circuit adalah

salah karena pemilik merek asing, perusahaan di Perancis, tidak lagi

mempunyai merek di AS; 194 dia sudah menjual mereknya kepada pihak

lain di AS. Putusan Mahkamah Agung ini tidak menegasikan kemungkinan

bahwa prinsip International Exhaustion bisa berlaku pada situasi-situasi

yang lain. Dengan kata lain, putusan Mahkamah Agung ini hanya berakibat

adanya pembatasan penerapan prinsip ini di AS.

Kedua, prinsip International Exhaustion berlaku ketika baik merek di

AS maupun di luar AS dimiliki oleh orang yang sama atau pemilik merek

di AS dan pemilik merek di luar AS saling terkait. Hal ini disebutkan dalam

Customs Service Regulation 133.21 (1972). Dalam rangka melaksanakan

s.526195 dari Tariff Act, Customs Service mengeluarkan peraturan tersebut

yang melarang importasi tidak sah dari barang-barang merek yang

diproduksi di luar AS, tetapi dengan 2 (dua) pengecualian, salah satunya

192. Lihat Weil Ceramics and Glass, Inc. v. Dash, 878 F. 2d 659, 666 (3d Cir. 1989)

(menyatakan bahwa perkara Katzel melibatkan situasi yang khusus, yakni: pemilik

merek AS independen dari produsen di luar negeri, telah memperoleh hak atas merek

dari produsen tersebut berdasarkan perjanjian, melakukan kontrol atas kualitas produk

di AS, tetapi tidak bisa mengontrol atas produk yang dijual di luar negeri).

193. A Bourjois & Co. Inc. v. Katzel, 260 U.S. 689 (1923).

194. Mahkamah Agung ini menyatakan: "It is said the trademark here is that of the French

house and truly indicates the origin of the goods. But that is not accurate. It is the

trademark of the plaintiff only in the U.S. and indicates in law, and, it is found, by

public understanding, that the goods come from the plaintiff although not made by it'':

ibid., hlm. 692.

195. Bagian dari Section ini menyatakan: "It shall be unlawful to import into the UnitedStates any merchandise of foreign manufacture if such merchandise ..... bears

a trademark owned by a citizen of, or by a corporation or association created or

organized within, the United States, and registered in the Patent and Trademark

Office by a person domiciled in the United States.. . unless written consent of the

owner of such trademark is produced at the time of making entry."

56

Page 74: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

adalah pengecualian "common control". Pengecualian ini mempunyai arti

bahwa impor paralel dibolehkan apabila baik merek di AS dan merek di

luar AS dimiliki oleh orang atau perusahaan yang sama, atau pemilik merek

di AS dan pemilik merek di luar AS adalah induk dan anak perusahaan atau

mereka tunduk kepada kepemilikan atau kontrol bersama."196

Pengaturan prinsip international exhaustion dalam Peraturan Bea

Cukai AS dalam situasi yang khusus tersebut kemudian dikuatkan dalam

perkara K Mart Corp. v. Cartier, lnc.197 dalam perkara ini, Mahkamah

Agung AS menyatakan bahwa pengecualian "common control" adalah

tepat.

Analisa tersebut di atas menunjukkan bahwa penerapan prinsip

international exhaustion di AS untuk merek telah dibatasi. Bahkan lebih

dibatasi oleh beberapa perkara sesudahnya dengan konsep "materially

different''. Intinya, perkara-perkara itu memutuskan bahwa pemilik merek

dapat melarang impor paralel barang-barang merek yang "berbeda secara

material" dengan barang-barang merek yang dijual secara sah di AS.198

Alasan pengadilan dalam perkara-perkara tersebut adalah bahwa perbedaan

produk dapat menyebabkan kebingunan kepada konsumen mengenai asal

atau sumber produk dan, akibatnya, dapat merugikan goodwill pemilik

196. 19 CFR s. 133.2(d) dikutip dalam Chisum D.S. dan Jacobs M.A., Understanding

Intellectual Property Law, Matthew Bender & Co, New York, 1992, him. 5--268.

197. 486 U.S. 281 (1988).

198. Lihat Ferrero U.SA., Inc. v. Ozak Trading, Inc., 753 F. Supp. 1240, 1244 (D.N.J.),

aff'd, 19 U.S.P.Q. 2d (BNA) 1468 (3d Cir. 1991), rev'd on other grounds, 953 F.

2d 44 (3d Cir 1991) (impor paralel permen TIC TAC dinyatakan merupakan

pelanggaran merek karena permen tersebut secara material berbeda dengan permen

TIC TAC yang dijual oleh distributor yang sah, karena, antara lain, label permen yang

diimpor tersebut tidak mencantumkan informasi nutrisi; menggunakan bahasa Inggris

British dan mengandung 2 kalori sedangkan produk dari distributor yang sah hanya

mengadung 1,5 kalori); Societe des Products Nestle, SA. V. Casa Helvetia, Inc., 982

F. 2d 633, 642-643 (1" Cir. 1992) (impor paralel cokelat dilarang karena produk yang

diimpor berbeda secara material dengan produk yang dijual oleh penggugat: 5% lebih

banyak mengandung lemak susu, terbuat dari sirup gula, bukan gula kristal); Helene

Curtis, Inc. v. National Wholesale Liquidators, Inc., 890 F. Supp. 152, 159 (E.D.N.Y.

1995) (barang impor paralel dilarang karena mereka mengandung bahan yang tidak

memenuhi syarat-syarat kesehatan negara bagian New York dan California); Grupo

Gamesa SA. De C. V. v. Dulceria El Molino, Inc., 39 U.S.P.Q.2d (BNA) 1531 (C.D.

Cal. 1996) (impor paralel kue dan biskuit dinyatakan illegal karena mereka sangat

berbeda dengan kue dan biskuit yang dijual oleh distributor yang sah).

I 57

Page 75: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

merek. Hal penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa tidak

ada aturan yang konsisten tentang standar "materiality" dari perbedaan

produk sehingga impor parallel dapat dilarang. Akibatnya, pengadilan

dapat menggunakan konsep "perbedaan yang material" ("materially

different'') secara luas sehingga beberapa impor parallel dapat dengan

mudah dilarang.199 Hal ini berarti bahwa konsep "perbedaan yang material"

("materially different'') dapat dengan mudah digunakan untuk menghindari

penerapan prinsip international exhaustion.

Berkaitan dengan impor paralel barang-barang paten, sebelum

perkara Jazz Photo Corp. v. International Trade Commission, 200 beberapa

pengadilan AS telah mengadopsi prinsip international exhaustion yang

terbatas. Sebelum perkara Jazz Photo, 201 prinsip international exhaustion

berlaku pada situasi-situasi tertentu. Pertama, prinsip ini berlaku apabila

penjualan pertama (first sale) tidak bersyarat (unconditional). Ini

dinyatakan, misalnya, dalam perkara Holiday v. Mattheson. 202 Penggugat

mempunyai paten di AS dan menjual produk patennya di Inggris.

Tergugat membeli barang di Inggris dan membawanya ke AS. Pengadilan

memutuskan bahwa penjualan di Inggris telah menghabiskan hak paten

penggugat di seluruh dunia. Pengadilan menyatakan:

When the owner sells an article without any reservation respecting

its use, or the title which is to pass, the purchaser acquires the whole

right of the vendor in the thing sold: the right to use it, to repair it, and

to sell it to others; ... The presumption arising from such a sale is that

the vendor intends to part with all his rights in the thing sold, and that

199. Lihat, misalnya, Martin '.s Herend Imports, Inc. v. Diamond & Gem Trading USA, Co.,

112 F. 3d 1296, 1302 (5th Cir. 1997) cfunana pengadilan menyatakan bahwa perbedaan

pada bentuk, pola, dan warna antara area yang diimpor seeara paralel dan area yang

sah adalah material karena "consumer choices for such artistic pieces are necessarily

subjective or even fanciful, depending on each consumer'.s personal artistic tastes".

Pengadilan di dalam perkara ini juga menyatakan bahwa apakah barang impor paralel

dan barang yang sah adalah sama kelas dan kualitasnya atau tidak adalah tidak

relevan. Dalam perkara ini, jelas bahwa pengadilan memberikan prioritas kepada

perlindungan goodwill pemilik merek.

200. 264 F. 3d 1094 (Fed. Cir. 2001), cert. denied, 122 S. Ct 2644 (2002).

201. Ibid.

202. 24 F. 185 (S.D.N.Y. 1885).

ss I

Page 76: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

the purchaser is to acquire an unqualified property in it. (Emphasis

added).203

Pengadilan menyatakan suatu prinsip penting dalam perkara ini, yakni

anggapan keinginan pemilik paten untuk melepaskan seluruh haknya

ketika menjual barang patennya dan bahwa pembeli memperoleh hak milik

atas barang tersebut. Namun, jelas bahwa anggapan pengadilan hanya

berlaku apabila penjualan oleh pemilik adalah tanpa syarat (without any

reservation). 204

Kedua, sebelum perkara Jazz Photo, prinsip international exhaustion

hanya berlaku apabila penjual barang paten di luar AS mempunyai hak

untuk menjual barang tersebut di AS. Hal ini dinyatakan dalam perkara

Sanofi, S.A. v. Med. Tech Veterinarian. 205 Menurut pengadilan dalam

perkara Sanofi, prinsip exhaustion berlaku apabila penjual di luar AS

mempunyai wewenang kontraktual untuk menjual di AS. 206 Selanjutnya,

Sanofi memutuskan bahwa ketika pemilik paten memberikan lisensi

eksklusif kepada seseorang untuk menjual produknya di AS, penjual

produk yang sama di luar AS kehilangan wewenang untuk menjual produk

tersebut di AS.207 Akibatnya, penerima lisensi eksklusif tersebut dapat

melarang impor barang tersebut oleh pihak ketiga dari luar negeri ke

dalam pasar AS. Pengadilan beralasan bahwa memperbolehkan importasi

203 Ibid.

204 Putusan dalam perkara Holiday diikuti hakim dalam perkara Curtiss Aeroplane

& Motor Corp. v. United Aircra# Engineering Corp, 266 F. 71 (2d Cir. 1920).

Menyandarkan pada putusan dalam Holiday, pengadilan Second Circuit menyatakan:

"If the vendors patent monopoly consists of foreign and domestic patents, the sale

frees the article from the monopoly of both his foreign and his domestic patents,

and where there is no restriction in the contract of sale the purchaser acquired the

complete title and full right to use and sell the article in any and every country."

(Tekanan oleh Penulis). Lihat Curtiss, ibid. hlm. 78.

205 565 F. Supp. 931 (D. N. J. 1983). Dalam perkara ini, Sanofi memiliki paten AS

untuk obat acerpromazine maleate, yang dibolehkan hanya untuk digunakan pada

kedokteran hewan di AS. Sanofi memberikan lisensi eksklusif kepada American

Home untuk menjual produk tersebut di AS. Sanofi juga menjual produk tersebut di

Eropa yang oleh tergugat kemudian dibeli dan diimpor ke AS. Sanofi dan American

Home kemudian menggugat.

206 565 F. Supp. 931, 940 (D. N. J. 1983)

207 565 F. Supp. 931, hlm. 940 - 941.

I 59

Page 77: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

berarti menakut-nakuti pengalihan dan pemberian lisensi hak-hak paten

karena hak-hak tersebut menjadi kurang berharga dan lebih rentan akan

halangan dengan transaksi-transaksi yang dibuat di luar AS oleh pemilik

paten yang sebelumnya telah mengalihkan hak patennya. 208

Rasio penerapan prinsip international exhaustion yang terbatas di

AS adalah sama dengan rasio penerapan prinsip national exhaustion

sebagaimana dibahas di atas, yakni untuk melindungi kepentingan

ekonomi pemilik HKI negaraAS. Ini sesuai dengan posisi negara ini dalam

arena internasional yang menentang prinsip international exhaustion.

Untuk melindungi kepentingan pemilik HKI negara AS selama negosiasi

Perjanjian TRIPs, AS menentang prinsip international exhaustion.209

Demikian juga, pada W.l.P.O Diplomatic Conference on Certain Copyright

and Neighbouring Rights Questions pada tahun 1996, AS mengusulkan

agar prinsip national exhaustion atau regional exhaustion dimasukkan

dalam Berne Protocol.210 Untuk melindungi kepentingan pemilik HKI-nya,

AS juga memberikan reaksi negatif terhadap legislasi Australia dan New

Zealand yang membolehkan impor paralel.211 Namun, di dalam negeri AS

sendiri, di bidang hak cipta, dengan keluarnya putusan Mahkamah Agung

AS dalam perkara Kirtsaeng v. John Wiley & Sons, lnc,212 pada Maret

2013 tersebut di atas, yang menerapkan prinsip Internastional Exhaustion,

pengadilan mulai lebih memperhatikan kepentingan konsumen dari

208 Ibid. hlm. 941. Putusan dalam Sanofi. diikuti oleh PCI Parfums ET Cosmetiques

International and Campbell & Thiselton (USA) Ltd., v. Perfurmania, Inc., 1995 U.S.

Dist. LEXIS 3462.

209 Chiappetta V., "The Desirability of Agreeing to Disagree: The WTO, TRIPs,

International IP Exhaustion and a Few Other Things," (2000) 21 Mich. J. Int'l L. 333,

hlm. 351.

210 Donnelly D.E., Op.Cit., hlm. 498. Namun, proposal ini kemudian ditolak oleh sebuah

koalisi yang dipirnpin oleh delegasi Australia, Kanada dan Selandia Baru dan tidak

muncul dalam dra� fi.nal treaty tersebut. Ibid.

211 Pada tahun 1999, the United States Trade Representative (USTR) menempatkan

Australia dan Selandia Baru pada Special 301 watch list karena dua negara tersebut

telah mengendorkan larangan irnpor paralel produk hak cipta. USTR, "USTR

Announces Results of Special 301 Annual Review," http://www.usconsulate.org.hk/

uscn/trade/ipr/1999/0430.htrn, hlm. 12 dan 16.

212. 133 S.ct. 1351 (2013).

60 I

Page 78: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pada kepentingan ekonom.i pem.ilik hak cipta. 213 Walaupun dem.ikian,

dengan putusan tersebut belum tentu sikap AS terhadap penerapan

prinsip International Exhaustion secara intemasional akan berubah dari

menentang menjadi mendukung. Hal ini terbukti dengan adanya usaha AS

untuk memasukkan klausula khusus dalam TPP yang memberikan kepada

pemegang hak cipta hak untuk melarang impor paralel214 walaupun usaha

AS ini akhimya gagal karena TPP disepakati pada tanggal 4 Februari 2016

tanpa klausula tersebut.

c. Prinsip Regional Exhaustion

Menghadapi persoalan barang-barang impor paralel yang asalnya

dijual di luar European Economic Area (EEA),215 posisi Uni Eropa

merupakan contoh penggunaan prinsip regional exhaustion. Dalam hal

ini, European Court of Justice (ECJ) mengadopsi apa yang disebut dengan

the Community or European Economic Area - Wide Exhaustion Principle.

Arti dari prinsip ini adalah bahwa suatu penjualan yang sah (lawful sale)

di EEA menghabiskan HKI hanya di wilayah EEA dan hanya penjualan

yang sah (lawful sale) di dalam wilayah ini yang bisa menghabiskan HKI

213 Lihat pembahasan mengenai hal ini dalam Diepiriye A. Anga, "Intellectual Property

Without Borders? The Effect of Copyright Exhaustion on Global Commerce,"

(2014)10 B.Y.U. Int'l L. & Mgmt. Rev. 53, hlm. 59.

214 Dalam draft TPP sebelumnya, ada usulan Article 4.2 yang menyatakan: "Each

Party shall provide to authors, performers, and producers of phonograms the right to authorize or prohibit the importation into that Party's territory of copies of the

work, performance, or phonogram made without authorization, or made outside that

Party's territory with the authorization of the author, performer, or producer of the

phonogram." Lihat Derechos Digitales, "Transpacific Partnership Agreement (TPPA)

Intellectual Property Chapter Concerns, Copyright, Parallel Imports and Exhaustion

of Distribution Rights," https://www.citizen.org/documents/fPP%20Derechos%20

C%20 Parallel%20Imports%20and%20Exhaustion.pdf, (diakses tanggal 14 Oktober

2016).

215 EEA meliputi the Community, Iceland, Liechtenstein and Norway. Lihat Silhouette

International Schmied Gesellschaft mbH & Co. KG v. Hartlauer Handelsgesellschaft mbH, Case C-355/96, (1998) ECJ CELEX LEXIS 5211, para 2.

I 61

Page 79: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

di wilayah ini.216• 217 Akibatnya, pemilik HKI bisa mencegah impor paralel

barang-barang yang pertama kali dijual di luar EEA.

Silhouette International Schmied Gesellschaft mbH & Co. KG v.

Hartlauer Handelsgesellschaft mbH218 menggambarkan bagaimana prinsip

regional exhaustion berlaku. Dalam perkara ini, Silhouette International

memproduksi kaca mata dengan merek "Silhouette" yang terdaftar di

Austria dan negara-negara lain. Silhouette menjual produknya yang

model lama (outdated model) kepada Union Trading, sebuah perusahaan

Bulgaria, dengan instruksi bahwa produk-produk tersebut dijual hanya

di Bulgaria (negara bukan anggota EEA) atau negara-negara bekas Uni

Soviet dan tidak dijual di negara-negara lain. Namun, Hartlauer membeli

produk tersebut dari Bulgaria dan kemudian mengimpornya ke Austria.

Silhouette menyatakan Hartlauer telah melanggar mereknya.219

Intinya, ECJ menyatakan bahwa prinsip exhaustion yang tercantum

dalam Pasal 7(1 )220 dari First Council Directive 89/104/EEC of 21 Desember

1988 hanya berlaku pada barang-barang yang pertama kali dijual di dalam

wilayah EEA ("put on the market in the Community"); tidak berlaku pada

barang-barang yang sebelumnya dijual di luar EEA.221 Jadi, Silhouette bisa

mencegah impor paralel barang-barang mereknya yang dijual di Bulgaria.

216 Lihat pendapat Advocate General F.G. Jacobs in Silhouette International Schmied

Gesellscha� mbH & Co. KG v. Hartlauer Handelsgesellscha� mbH, Case C-355/96,

1998 ECJ CELEX LEXIS 5211, paras 30 dan 33.

217 Untuk pembaliasan lebih lanjut tentang prinsip exhaustion di Uni Eropa, lihat

Alexander, W., "Exhaustion of Intellectual Property Rights: Worldwide or Community

(EEA)-wide?" dalam J.J.C. Kabel and G.J.H.M. (eds), Intellectual Property and

Information Law: Essays in Honour of Herman Cohen Jehoram, Kluwer Law

International, Boston, 1998; Ammann J.M., "Intellectual Property Rights and Parallel

Imports" (1999) 26 Legal Issues of Economic Integration 91, hlm. 97-112.

218 Case C-355/96, 1998 ECJ CELEX LEXIS 6660.

219 Ibid. para 6-10.

220 Pasal 7(1) First Council Directive 89/104/EEC, 21 Desember 1988 menyatakan: "The

trade mark shall not entitle the proprietor to prohibit its use in relation to goods which

have been put on the market in the Community under that trade mark by the proprietor

or with his consent."

221. ECJ menyatakan: "[N]ational rules providing for exhaustion of trade-mark rights in

respect of products put on the market outside the EEA under that mark . . . are contrary

to Article 7(1)of the Directive." Lihat 1998 ECJ CELEX LEXIS 6660, para 18.

62

Page 80: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ECJ menyatakan bahwa bunyi Pasal 7(1) dari Directive tersebut

menyatakan bahwa habisnya HKI hanya terjadi apabila produk-produk

sebelumnya telah dijual dalam wilayah EEA ("put on the market in the

Community").222 Untuk memperkuat pernyataannya, ECJ menyatakan

bahwa Pasal 7(1) mengandung tujuan harmonisasi. ECJ selanjutnya

menyatakan bahwa situasi dimana beberapa negara anggota EEA dapat

mengadopsi prinsip international exhaustion sedangkan negara-negara

anggota yang lain mengadopsi prinsip community-wide exhaustion akan

menyebabkan "barriers to the free movement of goods and the freedom

to provide services". Menurut ECJ, Directive tersebut bertujuan untuk

menghilangkan dampat negatif ini dengan cara mengharmonisasikan

prinsip exhaustion dalam EEA. 223 Dengan kata lain, ECJ memutuskan

bahwa Pasal 7(1) adalah suatu ketentuan untuk menyeragamkan prinsip

exhaustion yang berlaku dalam EEA, sehingga Pasal tersebut ditafsirkan

hanya membolehkan negara-negara anggota untuk menerapkan prinsip

community-wide exhaustion. 224

Dalam perkembangannya, sampai setelah tahun 2009, syarat-syarat

prinsip exhaustion di EU didefinisikan secara lebih cermat melalui

interpretasi pengadilan-pengadilan EU. Misalnya, istilah "put on the market"

dalam Pasal 7(1) dari Directive ditafsirkan "dijual di pasar.m25 Artinya, jika

pemegang merek menyerahkan barang ke distributor secara gratis, maka

barang tersebut tidak dianggap telah dijual dan tidak memenuhi istilah "put

on the market." Akibatnya hak pemilik merek tidak habis sehingga bisa

melarang impor paralel. Syarat bahwa pemilik merek hams menyetujui

("with his consent") tindakan "put on the market" juga ditafsirkan. Apabila

222. 1998 ECJ CELEX LEXIS 6660, para 18.

223. Ibid. para 24 - 27.

224. Lihat pendapat Advocate General Jacobs yang menyatakan bahwa sejarah legislasi

Directive tersebut menguatkan kesimpulan tersebut: 1998 ECJ CELEX LEXIS

5211, para 32. Dia menyatakan: "The Commission's original proposal would haveimposed international exhaustion. The Commission subsequently changed its view,and its amended proposal explicitly limited the exhaustion principle to goods whichhad been put on the market in the community": ibid. Lihat juga Alexander, W dalam

J.J.C. Kabel and G.J.H.M, Op.Cit., him. 8 (membahas sejarah legislasi Pasal 7(1)

Directive).

225 CJEU judgment no. C-324/09 - L 'Oreal SA v eBay International AG, 12 July 2011.

I 63

Page 81: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

penerima lisensi yang menjual barang merek telah melanggar perjanjian

lisensi, maka penjualan barang tersebut tidak dianggap telah disetujui

("with his consent'') oleh pemegang merek sehingga haknya belum habis. 226

Juga, apabila, barang merek yang diimpor adalah barang asli yang telah

dirubah, dikeluarkan dari kemasannya, dikemas ulang, atau mereknya

dirubah, maka pemegang merek masih bisa melarang impor paralel.227

Rasio penggunaan prinsip EBA-wide exhaustion adalah juga untuk

melindungi kepentingan pemilik HKI di EEA. Rasio ini tersirat dalam

pendapat Advocate General dalam perkara Silhouette228 yang menyatakan

bahwa putusan-putusan ECJ bahwa fungsi merek sebagai tanda asal

barang (the badge of origin function) "was developed in the context of

the Community, not the world market". 229 Pernyataan tersebut menyiratkan

bahwa fungsi utama merek di Eropa berkaitan dengan barang-barang yang

diimpor dari negara ketiga adalah sebagai tanda kontrol (badge of control).

Hal ini jelas memberikan pemilik merek Eropa perlindungan yang kuat

dari impor paralel barang-barang dari negara di luar Eropa. Karena pemilik

merek tidak bersaing dengan para pelaku impor paralel, perlindungan

ini memungkinkan pemilik merek untuk melakukan diskriminasi harga

dari barang-barang mereka yang sama antara yang dijual di negara EEA

dan yang dijual di negara luar EEA. Ini berarti pemilik merek dapat

mempertahankan harga tinggi di negara-negara EEA.

F. IMPOR PARALEL DITINJAU DARI HUKUM MEREK DI

INDONESIA

Pasal 83(1) UU Merek 2016230 memberikan pemegang merek hak

untuk menggugat orang lain yang tanpa persetujuannya menggunakan

226 CJEU judgment no. C-59/08 - Copad SA v. Christian Dior Couture SA, 23 April 2009.

227 Havel, Holasek & Partners s.r.o, "Parallel Imports in The EU Law," 27 Juli 2015, http://

www.lexology.com/library/detail.aspx?g= 71bc5df8-766d-483d-96f0-ba8be5c60dcl,

(diakses tanggal 15 Oktober 2016).

228 1998 ECJ CELEX LEXIS 5211.

229 1998 ECJ CELEX LEXIS 5211, para 49.

230 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016.

64 I

Page 82: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

merek yang meniru mereknya. N amun, tidak pasti apakah impor paralel

termasuk dalam cakupan ketentuan tersebut. Pasal 83(1) menyatakan:

Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerima Lisensi Merek

terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara

tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang

sejenis berupa: a. gugatan ganti rugi; dan/atau b. penghentian semua

perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.

Posisi pemegang merek ini diperkuat oleh Pasal 100. Pasal 100(1)

membebankan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan denda maksimal

Rp. 2000,000,000 (dua miliar rupiah) kepada orang yang dengan tanpa

hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya (sama persis)

dengan merek terdaftar milik orang untuk barang dan/atau jasa sejenis.

Pasal 100(2) membebankan pidana penjara maksimal 4 (empat) tahun dan

denda maksimal Rp. 2000,000,000 (dua miliar rupiah) kepada orang yang

dengan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya (mirip)

dengan merek terdaftar milik orang lain untuk barang dan/atau jasa sejenis.

Menurut ketiga pasal tersebut, pelanggaran hak atas merek terjadi

apabila seseorang menggunakan merek yang (a) sama pada pokoknya

(mirip) atau (b) sama pada keseluruhannya (sama persis) dengan merek

orang lain yang terdaftar. Contoh (a) adalah merek "Raja Kampak" yang

mirip dengan merek terdaftar "Kampak" untuk produk ban sepeda. 231

Contoh yang lain adalah merek "Majestic" yang mirip dengan "Silver

Queen" untuk produk cokelat karena kedua produk bermerek tersebut

mempunyai kemasan yang mirip.232

231 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta No. 431/1971 G, 16 Nopember 1972 dikuatkan

oleh MahkamahAgung dalam putusannya No. 178K/SIP/1973, 7 Mei 1973, dikutip

dalam Gautama S., Hukum Merek Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989,

hlm. 89. Putusan ini didasarkan pada Pasal 10 Undang-Undang Merek No 21 tahun

1961 yang menyatakan bahwa pemegang merek dapat mengajukan permohonan ke

Pengadilan Negeri Jakarta untuk membatalkan pendaftaran suatu merek yang "pada

pokoknya" atau "pada keseluruhannya" sama dengan mereknya.

232. Putusan Mahkamah Agung No. 2482/PDT/1991, 14 Agustus 1995, dikutip dalam

Maulana I.B., Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia dari Masa ke Masa, PT

Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 130.

I 65

Page 83: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Berkaitan dengan penggunaan merek yang sama pada keseluruhannya

(sama persis) dengan merek yang lain, kasus yang pernah terjadi hanya

berhubungan dengan penggunaan merek pada barang-barang yang tidak

asli. Kasus-kasus tersebut kebanyakan berkaitan dengan penggunaan

merek yang sama persis dengan merek terkenal dan digunakan pada

barang-barang tidak asli (palsu). 233 Misalnya, Mahkamah Agung Republik

Indonesia telah membatalkan pendaftaran merek "Guess", 234 "Christian

Dior"235 dan "Caxtonm36 yang digunakan untuk barang-barang yang tidak

asli tanpa persetujuan dari pemegang merek-merek terkenal tersebut. 237

Ketentuan Pasal 83(1) dan Pasal 100(1) UU Merek 2016 meniru Pasal

76(1) dan Pasal 90 UU Merek 2001, namun Pasal 83(1) dan Pasal 100(1)

UU Merek 2016 menghilangkan syarat "secara sengaja" yang diatur

dalam kedua pasal UU Merek 2001. Artinya, walaupun tanpa sengaja,

penggunaan merek tanpa ijin pemegang merek yang sah menurut UU

Merek 2016 dianggap merupakan pelanggaran merek.

Namun, menurut pendapat Penulis, impor paralel tidak dapat tercakup

dalam pengertian "menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada

233 Perkara-perkara lain berhubungan dengan penggunaan merek yang "secara

keseluruhan" sama dengan merek terkenal tetapi untuk barang yang tidak sejenis

dengan barang pemegang merek terkenal. Misalnya, Mahkamah Agung telah

membatalkan pendaftaran merek "SONY" untuk produk plastik, yang secara

keseluruhan sama dengan merek "SONY" untuk produk elektronik. Lihat putusan

MahkamahAgung No. 1489 K/PDT/1991, 22 Februari 1995, dikutip dalam Maulana

I.B, ibid., hlm. 81.

234 Putusan Mahkamah Agung No. 487 PK/PDT/1992, 30 Maret 1995, dikutip dalam

Maulana I.B, ibid., hlm. 164.

235 Putusan Mahkamah Agung No. 485 PK/PDT/1992, 20 September 1995, dikutip

dalam Maulana I.B, ibid.

236 Putusan Mahkamah Agung No. 1445 PK/PDT/1995, 16 July 1996, dikutip dalam

Maulana I.B, ibid.

237 Lihat perkara di Australia RA & A Bailey & Co. Ltd v. Boccacio Pty Ltd (1986) 6

IPR 279, dimana Young J. menyatakan bahwa hak penggunaan eksklusif yang

diberikan oleh s.58(1) Trade Marks Act 1955 kepada pemilik merek terdaftar hanya

diperbolehkan untuk mencegah penjualan di Australia barang-barang yang bukan

milik pemilik merek tersebut tetapi diberi merek milik pemilik terdaftar tersebut.

Section 58(1) menyatakan: "The registration of a trade mark . . . if valid, gives to the

registered proprietor of the trade mark the right to the exclusive use of the trade mark

in relation to goods or services in respect of which the trade mark is registered and to

obtain relief in respect of infringement of the trade mark in the manner provided by

this Act."

66

Page 84: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

keseluruhannya" dengan merek m.ilik pihak lain sebagaimana tercantum

dalam Pasal 83(1) and 100(1) tersebut. Hal ini karena barang impor paralel

adalah asli, sehingga penempelan merek pada barang terse but telah disetujui

oleh pemegang merek. Oleh karena itu, tepat apa yang pemah dilakukan

PT Castrol terhadap impor paralel m.inyak pelumas "Castrol". Setelah

mengetahui adanya m.inyak pelumas impor paralel bermerek "Castrol" di

Jakarta, PT Castrol Indonesia tidak menggunakan ketentuan lama Pasal

72(1) dan 81 Undang-Undang Merek 1992,238 yang identik dengan Pasal

76(1) dan 90 Undang-Undang Merek 2001, untuk menggugat pelaku impor

paralel produk tersebut. Gunawan239 menyatakan bahwa Castrol Indonesia

tidak dapat menggunakan ketentuan-ketentuan tersebut, tetapi mereka

bisa menggunakan peraturan tertentu yang mengatur pengadaan dan

importasi m.inyak pelumas. Perusahaan tersebut mendasarkan gugatannya

khususnya pada Keputusan Presiden No 18 Tahun 1988 yang memberikan

perusahaan m.inyak negara Pertam.ina hak eksklusif untuk menyediakan

dan mengimpor m.inyak pelumas di Indonesia. Jadi, masalahnya menjadi

apakah impor paralel m.inyak pelumas tersebut disetujui oleh Pertam.ina

atau tidak, 240 bukan oleh pemegang hak atas merek Castrol atau tidak.

Pasal 1 angka 5241 UU Merek 2016 menyatakan bahwa hak atas merek

adalah hak eksklusif untuk "menggunakan" merek atau memberikan lisensi

pihak lain untuk menggunakan merek. Sayangnya, perbuatan-perbuatan apa

yang sebenamya merupakan "penggunaan" suatu merek tidak dijelaskan

dalam Undang-Undang Merek 2016. Sampai saat ini, sejauh pengetahuan

Penulis, di Indonesia belum ada literatur yang membahas hal ini. 242 Di

negara-negara lain, pengertian "menggunakan" (use) merek di bidang

barang adalah menempelkan merek pada barang yang diperdagangkan atau

238 Undang-Undang 1992 sebagaimana diperbaiki dengan Undang-Undang Merek 1997.

239 Gunawan Swyomurcito adalah konsultan HK.I pada Swyomurcito & Co. and Rouse

& Co. International, Jakarta, Indonesia.

240 Wawancara Penulis dengan Gunawan Swyomurcito.

241 Pasal ini menyatakan: "Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh

negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan

menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk

menggunakannya."

242 Lihat Christoph Antons, Intellectual Property Law in Indonesia, Kluwer Law

International, London, 2000, hlm. 267.

I 67

Page 85: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pada bungkusnya, labelnya atau dokumen yang menyertainya. Misalnya,

Pasal 45 Lanham Act AS menyatakan: "a mark shall be deemed to be in

"use" in commerce ... (1) on goods when - (a) it is placed in any manner

on the goods or their containers or the displays associated therewith or the

tags or labels affixed thereto or ... on documents associated with the goods

or their sale ... " 243 Section 22 (2) UU Merek Singapura Tahun 1998 (Act 46

1998) menyatakan: " . . . use of a trade mark includes use in a form differing

in elements which do not alter the distinctive character of the mark in the

form in which it was registered, and use in Singapore includes applying

the trade mark to goods or to materials for the labelling or packaging of

goods in Singapore ... "244 Akibatnya, karena yang menempelkan merek

pada barang impor paralel itu pemilik merek sendiri atau penerima lisensi

dengan persetujuan pemilik tersebut, maka pemilik merek tidak bisa

atau sulit untuk mencegah impor paralel barang tersebut. Di Australia,

Pengadilan Federal dalam Transport Tyres Sales Pty. Ltd v. Montana Tyres

Rims & Tubes Pty. Ltd245 memutuskan bahwa berdasarkan S.123 UU Merek

Australia 1995, impor paralel bukan merupakan suatu pelanggaran merek

selama penempelan merek pada barang yang diimpor itu telah mendapat

persetujuan dari pemilik merek yang sah. 246

Tidak ada ketentuan dalam UU Merek 2016 (dan UU Merek-UU

Merek sebelumnya) yang memberikan hak eksklusif impor kepada

pemegang merek sebagaimana Undang-Undang Paten 2016 memberikan

243. Lihat juga Putusan Mahkamah Agung AS dalam Blue Bell, Inc v. Farah MFG. Co

(1975).

244. Lihat juga section 3 (2) Undang-Undang Merek Malaysia Tahun 1976 (sebagaimana

diperbaiki sampai 1 Januari 2006) yang menyatakan: " .. . (a) references to the use

of a mark shall be construed as references to the use of a printed or other visual

representation of the mark; (b) references to the use of a mark in relation to goods

shall be construed as references to the use thereof upon, or in physical or other

relation to, goods ... "

245. (1999) 43 IPR 481.

246. S.123 Australia's Trade Marks Act 1995 menyatakan: ... a person who uses a

registered trade mark in relation to goods that are similar to goods in respect of which

the trade mark is registered does not infringe the trade mark if the trade mark has

been applied to, or in relation to, the goods by, or with the consent of, the registered

owner of the trade mark.

68

Page 86: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hak eksklusif impor kepada pemegang paten247 dan UUHC yang lama

(2002) memberikan hak eksklusif impor kepada pemegang hak cipta.248

Andaikan UU Merek 2016 tersebut memberikan hak eksklusif impor,

maka pemegang merek di Indonesia bisa mencegah impor paralel karena

hanya pemegang merek itu sendiri yang berhak mengimpor.

Berdasarkan penjelasan di atas, sulit untuk menafsirkan bahwa

Hukum Merek di Indonesia memberikan kepada pemegang merek hak

eksklusif untuk mencegah impor paralel. Ini tidak berarti bahwa Penulis

menyatakan bahwa Hukum Merek di Indonesia menganut prinsip Badge

of Origin atau prinsip Exhaustion, karena memang tidak ada ketentuan

yang menyatakan demikian. Namun, seorang sarjana HKI dari AS, yakni

Kaehlig, mengomentari UU Merek 1992 yang posisinya berkaitan dengan

impor paralel, sebagaimana tersebut di atas, sama dengan UU Merek

2001,249 berani berpendapat Hukum Merek Indonesia menganut prinsip

Badge of Origin atau prinsip Exhaustion. Kaehlig menyatakan:

In general, ... the Indonesian property laws do not give the manufacturer

or authorized importer or distributor the right to control the use and

movement of the merchandize concerned . . . It appears simply to be a

matter of a policy on the part of the Indonesian courts not to entertain

trade mark infringement actions unless the plaintiff alleges that the

infringed trade mark was applied to the goods in an unauthorized

fashion (i.e., unless the plaintiff alleges that the product is a counterfeit

one).250

Intinya, Kaehlig berpendapat bahwa HKI, termasuk Hukum Merek,

di Indonesia tidak memberikan kepada pemegangnya hak eksklusif

untuk mengontrol penggunaan dan pergerakan atau peredaran barang

HKI terse but. Ini berarti hak kontrolnya telah habis ( exhausted) ketika

barangnya telah dijual di pasar. Pengadilan diasumsikan tidak akan

247. Lihat Pasal 19(1) Undang-Undang Paten 2016.

248. Menurut Penjelasan Pasal 2(1) Undang-Undang Hak Cipta 2002, hak eksklusif untuk

"mengumumkan atau memperbanyak" mencakup hak untuk mengimpor.

249. Sebagaimana tersebut di atas, Pasal 72(1) dan 81 Undang-Undang Merek 1992

identik dengan Pasal 76(1) dan 90 Undang-Undang Merek 2001.

250. Kaehlig C.B. dan Churchill G.J., Indonesian Intellectual Property Law, PT Tatanusa,

Jakarta 1993, hlm. 61.

I 69

Page 87: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

menganggap impor paralel sebagai pelanggaran merek kecuali penempelan

merek tersebut dilakukan tanpa ijin atau barangnya palsu. Pendapat

Kaehlig ini logis karena memang sulit untuk menafsirkan bahwa Hukum

Merek di Indonesia telah memberikan hak kepada pemegang merek untuk

mencegah impor paralel barang merek yang penempelannya dilakukan

oleh pemilik merek sendiri atau penerima lisensi atas persetujuan pemilik

merek tersebut, di samping Hukum Merek di Indonesia tidak memberikan

hak eksklusif impor kepada pemegang merek.

Namun demikian, dalam perkara PT Modern Photo Tok melawan PT

International Photographic/PD Star Photigraphic Supplies, Mahkamah

Agung Republik Indonesia telah memutuskan bahwa pelaku impor

paralel, yakni Tony Widharma, pimpinan PT International Photographic/

PD Star Photigraphic Supplies, untuk produk rol film merek Fuji telah

melanggar hak atas merek distributor tunggal PT Modern Photo yang

juga mengedarkan produk rol film Fuji di Indonesia. Padahal produk yang

diimpor oleh Tony Widharma adalah asli yang berasal dari Union Camera

Ltd yang telah ditunjuk secara resmi oleh Fuji Photo Film Co sebagai

distributor untuk mendistribusikan produk Fuji ke seluruh dunia dengan

harga yang lebih murah. Dasar hukum yang digunakan oleh Mahkamah

Agung adalah Pasal 90251 Undang-Undang Merek 2001,252 sehingga

pelaku impor paralel yakni Tony Widharma telah dianggap secara "tanpa

hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek

terdaftar milik pihak lain" yakni Fuji Photo Film Jepang atau pemegang

lisensinya di Indonesia. Dengan putusan ini berarti Mahkamah Agung

telah menafsirkan secara luas istilah "tanpa hak menggunakan Merek

yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak

251 Pasal 90 Undang-Undang Merek 2001 menyatakan: "Barangsiapa dengan sengaja

dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek

terdaftar rnilik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)".

252 Veroima Sinaga dan Kurnia Toha, "Analisis Praktek Impor Paralel dan Pemberian

Exclusive Distribution Agreement antara PT Modem Photo Tbk dan PT International

Photographic /PD Star Photigraphic Supplies Berdasarkan Hukum Persaingan

Usaha." Fakultas Hukum UI, 2014, http://lontar.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/

S54479-veroima%20sinaga, (diakses tanggal 18 Oktober 2016).

70

Page 88: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

lain." Padahal Undang-Undang Merek 2001 tidak menjelaskan pengertian

"menggunakan merek." Apakah mengimpor tanpa ijin barang asli yang

mereknya ditempelkan sendiri oleh pemilik mereknya ( dalam hal ini Fuji

Photo Film Jepang) atau pemegang lisensi atas persetujuan pemilik merek

tercakup dalam pengertian "tanpa hak menggunakan merek"? Menurut

pendapat Penulis, jawabannya adalah tidak. Di samping itu, UU Merek

2001, sebagaimana Penulis sebutkan di atas, tidak memberikan hak

eksklusif impor kepada pemegang merek. Oleh karena itu, bisa diambil

kesimpulan bahwa putusan Mahkamah Agung tersebut tidak tepat.

Putusan Mahkamah Agung tersebut telah mengubah posisi Indonesia

yang sebelumnya telah beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang

memperbolehkan impor paralel di bidang merek. Misalnya, dengan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 19 Tahun

2000, diperbolehkan importasi mobil completely-built up (CBU) tanpa ijin

dari pemegang merek atau distributornya yang merupakan agen tunggal

pemegang merek (ATPM) di Indonesia. Semenjak tahun 2001, Pemerintah

membebaskan importasi minyak pelumas dengan Keputusan Presiden

Nomor 21 Tahun 2001. Pasal 6(1) Keputusan Presiden ini memperbolehkan

setiap perusahaan untuk mengimpor minyak pelumas untuk memenuhi

kebutuhan lokal. Keputusan Presiden ini telah membatalkan Keputusan

Presiden Nomor 18 Tahun 1988 yang memberikan monopoli kepada

Pertamina untuk menyediakan dan mengimpor minyak pelumas di

Indonesia. 253 Berdasarkan Keputusan Presiden ini, sukar bagi distributor

tunggal atau ATPM minyak pelumas asing di Indonesia untuk melarang

impor paralel produk terse but. 254

253 Pasal 1(1) clan (3) Keputusan Presiden No. 18, 1988 menyatakan menunjuk

PERTAMINA untuk menyediakan dan memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan

minyak pelumas dan apabila kebutuhan minyak pelumas tidak bisa dipenuhi

dengan produk lokal maka PERTAMINA mempunyai wewenang untuk mengimpor

kekurangannya setelah mendapat persetujuan dari Menteri Perdagangan.

254 Sebelumnya, sebagaimana tersebut di atas, Castrol Indonesia pernah melakukan

tindakan hukum kepada pelaku impor paralel minyak pelumas merek "Castrol"

dengan menggunakan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1988 yang memberikan

monopoli impor minyak pelumas kepada Pertamina karena pelaku impor paralel tidak

mendapatkan ijin dari Pertamina.

I 11

Page 89: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Rasio dari diperbolehkannya impor paralel di bidang merek adalah

untuk melindungi kepentingan konsumen dari kemungkinan penerapan

harga monopolistik yang dilakukan oleh distributor tunggal. Dengan

impor paralel, harga barang yang asli bisa ditekan sehingga konsumen bisa

memperoleh barang asli yang murah. Putusan Mahkamah Agung tersebut

di atas yang telah mengalahkan pelaku impor paralel jelas bertentangan

dengan rasio ini sehingga putusan Mahkamah Agung tersebut merupakan

putusan yang tidak bijak.

G. IMPOR PARA LEL DITINJAU DARI HUKUM PATEN DI

INDONESIA

Berkenaan dengan impor paralel di bidang paten, pengaturan dalam

UU Paten 2016255 lebih tegas dari pada pengaturannya dalam UU Paten

2001. Hal ini bisa dilihat dari ketentuan Pasal 160 Undang-Undang

Paten 2016 yang secara tegas melarang tindakan impor tanpa persetujuan

pemegang paten. Sebelumnya, Pasal 16(1) Undang-Undang Paten 2001

memang memuat hak eksklusif impor bagi pemegang paten, tetapi tidak

ada ketentuan yang secara tegas melarang tindakan impor sebagaimana

Pasal 160 Undang-Undang Paten 2016. Namun, untuk produk farmasi,

pengecualian dari larangan impor paralel dalam Undang-Undang Paten

2016 ternyata lebih kuat dari pada dalam Undang-Undang Paten 2001. Hal

ini karena Pasal 167(a) Undang-Undang Paten 2016 mengecualikannya

dari ketentuan baik pidana maupun gugatan perdata, sedangkan Pasal

135(a) Undang-Undang Paten 2001 hanya mengecualikannya dari

ketentuan pidana.

Berdasarkan Pasal 19(1) dan Pasal 160 huruf a UU Paten 2016,

pemegang hak atas paten berhak melarang tindakan impor paralel. Pasal

19(1) menyatakan:

Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten

yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:

a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual,

mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk

255. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten.

12 I

Page 90: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten;

dan/atau b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi

yang diberi Paten untuk membuat barang atau tindakan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (penekanan oleh Penulis).

Pasal 160 huruf a Undang-Undang Paten 2016 menyatakan:

Setiap Orang tanpa persetujuan Pemegang Paten dilarang: a. dalam

hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,

menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau

disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten; dan/atau b.

dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi

Paten untuk membuat barang atau tindakan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam huruf a. (penekanan oleh Penulis).

Jelas bahwa Pasal 19(1) dan Pasal 160 huruf a Undang-Undang Paten

2016 memberikan pemegang paten hak eksklusif untuk melarang pihak

lain melakukan impor produk patennya dan/atau produk yang dibuat

menggunakan paten prosesnya tanpa persetujuannya. Akibatnya bahwa

apabila pemegang paten menjual produk patennya di negara lain (luar

negeri), orang lain tidak boleh mengimpor produk tersebut dari negara

lain itu ke Indonesia kecuali jika orang lain tersebut terlebih dahulu

memperoleh persetujuan dari pemegang paten. Berkenaan dengan paten

proses, seseorang juga hams memperoleh persetujuan dari pemegang paten

untuk bisa mengimpor produk yang dibuat menggunakan paten proses

pemegang paten yang dijual di negara lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, pemegang paten bisa menggunakan

Pasal 19(1) dan Pasal 160 huruf a Undang-Undang Paten 2016 untuk

mencegah tindakan impor paralel. Contohnya: sebuah Perusahaan

Amerika Serikat (AS) memperoleh paten baik di AS maupun di Indonesia

untuk barang X. Perusahaan ini kemudian menunjuk B sebagai pemegang

lisensi eksklusif untuk mendistribusikan barang itu di Indonesia.

Perusahaan AS ini juga mempunyai sebuah anak perusahaan di Malaysia

yang memproduksi barang yang sama. Karena harga barang dari anak

perusahaan di Malaysia tersebut jauh lebih rendah dari pada harga barang

yang sama dari distributor di Indonesia, seseorang mengimpor barang dari

I 73

Page 91: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Malaysia tersebut ke Indonesia tanpa persetujuan. Berdasarkan Pasal 19(1)

dan Pasal 160 huruf a, PerusahaanAS itu berhak mencegah tindakan impor

paralel tersebut.

Hukum Paten Indonesia memberikan perlindungan yang kuat kepada

pemegang paten terhadap tindakan impor paralel. Hal ini karena, menurut

UU Paten 2016, tindakan impor tanpa persetujuan juga merupakan tindakan

pidana. Hal ini merupakan akibat dari ketentuan Pasal 161 yang berbunyi:

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 untuk Paten, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Istilah "impor paralel" tidak tercantum dalam Pasal 161. Namun,

Pasal ini berlaku kepada pelaku impor paralel apabila orang ini melakukan

salah satu tindakan yang tercantum dalam Pasal 160 yang merupakan hak

eksklusif pemegang paten, yakni tindakan impor tanpa persetujuan dari

pemegang paten.

Selain itu, berdasarkan Pasal 143(1)256 UU Paten 2016, pemegang

paten mempunyai hak untuk menggugat ganti rugi kepada pelaku impor

paralel. Pasal ini menyatakan:

Pemegang Paten atau penerima Lisensi berhak mengajukan gugatan

ganti rugi kepada Pengadilan Niaga terhadap setiap Orang yang

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 19(1).

Dalam hal ini, dengan adanya istilah "Orang yang dengan sengaja"

dalam Pasal tersebut, UU Paten 2016 selaras dengan UU (Perubahan)

Paten 1997, walaupun UU Paten 2016 tidak mencantumkan ketentuan

"pelanggaran yang tidak disengaja" (innocent infringement), sebagaimana

256 Pasal 143(1) menyatakan: "Pemegang Paten atau penerima Lisensi berhak

mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga terhadap setiap Orang yang

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 19(1)."

74

Page 92: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Pasal 122(1a)257 UU (Perubahan) Paten 1997. Menurut ketentuan lama ini,

gugatan pemegang paten bisa ditolak apabila tergugat tidak sadar telah

melakukan pelanggaran atau apabila tergugat mempunyai bukti yang

kuat tentang ketidaktahuannya adanya pelanggaran. Walaupun tidak ada

ketentuan seperti UU Paten lama ini, berdasarkan Pasal 143(1), tergugat

bisa melakukan pembelaan (defence) bahwa dia tidak sengaja. Akibatnya,

pelaku impor paralel yang tidak sengaja (innocent) tidak bisa dijerat

dengan Pasal 143(1) Undang-Undang Paten 2016. Sayangnya, tidak ada

penjelasan mengapa demikian.

Perlu dipertanyakan apakah posisi UU Paten 2016 seperti tersebut

diatas berlaku dalam semua situasi dimana impor paralel barang paten

biasanya terjadi. Impor paralel barang paten biasanya terjadi dalam 2 (dua)

situasi yang berbeda. Pertama, dalam situasi dimana pemegang paten

sendiri yang telah melakukan penjualan pertama dari barang patennya

yang kemudian diimpor secara parallel. Kedua, impor paralel terjadi

ketika pemegang lisensi paten yang menjual barang paten di pasar. Tanpa

mempertimbangkan kedua situasi yang berbeda tersebut, pengadilan

mungkin akan menerapkan Pasal 19(1) dalam mengeluarkan putusan yang

memihak kepada pemegang paten.

UU Paten 2016 mengecualikan dari ketentuan pidana dan gugatan

perdata importasi tanpa izin produk farmasi. Hal ini dinyatakan dalam

Pasal 167(a) yang berbunyi:

Dikecualikan dari ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam

Bab XVII dan gugatan perdata atas: a. impor suatu produk farmasi

yang dilindungi paten di Indonesia dan produk farmasi dimaksud telah

dipasarkan di suatu negara secara sah dengan syarat produk farmasi

itu diimpor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ...

(penekanan oleh Penulis).

257 Pasal 122(1a) Undang-Undang Paten 1997 menyatakan: "Pengadilan negeri dapat

menolak gugatan ganti rugi terrnasuk penggantian terhadap keuntungan yang

seharusnya diperoleh, apabila tergugat dapat membuktikan bahwa ia tidak mengetahui

atau memiliki alasan yang kuat tentang ketidaktahuannya bahwa ia telah melanggar

paten milik orang lain yang dilindungi di Indonesia."

I 75

Page 93: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Pasal 167(a) memuat prinsip exhaustion namun hanya untuk produk

farmasi. MenurutPasal 167(a), penjualan pertama(firstsale) oleh pemegang

paten dari produk farmasinya mengakibatkan dikecualikannya tindakan

impor paralel produk farmasi tersebut dari ketentuan pidana dan gugatan

perdata. Jadi, selain tidak bisa dipidanakan, pelaku impor paralel produk

farmasi tidak bisa digugat ganti rugi oleh pemegang paten sebagaimana

tercantum dalam Pasal 143(1). Hal ini berbeda dengan ketentuan dalam

Pasal 135(a) Undang-Undang Paten 2001 yang menyatakan:

Dikecualikan dari ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam

Bab ini adalah: a. mengimpor suatu produk farmasi yang dilindungi

Paten di Indonesia dan produk tersebut telah dimasukkan ke pasar di

suatu negara oleh Pemegang Paten yang sah dengan syarat produk itu

diimpor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ...

(penekanan oleh Penulis ).

Tersirat dalam ketentuan yang lama tersebut, pemegang paten masih

mempunyai hak untuk menggugat ganti rugi kepada pelaku impor paralel.

Ini berarti penjualan pertama (first sale) tidak menghabiskan hak pemegang

paten untuk mengontrol ke arah mana barang patennya selanjutnya

dipasarkan. Hal ini menunjukkan UU Paten 2001 telah melegalkan impor

paralel produk farmasi namun hanya secara "parsial."

Legalisasi "parsial" menurut ketentuan yang lama tersebut tidak bebas

dari kritikan. Kebijakan itu tidak diterima oleh masyarakat Indonesia.258

Ketentuan yang lama tersebut merefleksikan bahwa Pamerintah tidak ingin

melindungi kepentingan konsumen Indonesia yang masih membutuhkan

produk paten yang murah terutama produk farmasi. Sebelumnya, melalui

Pasal 21 Undang-Undang Paten 1989, Indonesia memperbolehkan impor

paralel. Penjelasan Pasal 21 tersebut menyatakan bahwa masyarakat

Indonesia perlu mengembangkan industri lokal dan keahlian teknologi,

dan oleh karena itu Indonesia melalui Pasal 21 tersebut berusaha untuk

mencegah perkembangan yang tidak baik yang bisa menyebabkan

terjadinya resktriksi impor produk asing. Kondisi masyarakat Indonesia

258 Hal ini dinyatakan oleh Indah Suksmaningsih, mantan kepala Lembaga Konsumen

Indonesia selama wawancara dengan Penulis pada bulan Juli tahun 2002.

76 I

Page 94: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

yang dinyatakan di dalam Penjelasan Undang-Undang Paten 1989 tersebut

belum berubah sampai sekarang. Oleh karena itu, masuk akal untuk

menyatakan bahwa ketentuan Pasal 135(a) UU Paten 2001 tidak cukup

dan Indonesia perlu membuat kebijakan yang serupa dengan ketentuan

dalam Pasal 21 Undang-Undang Paten 1989 dalam memperbolehkan

impor paralel tidak hanya produk farmasi tetapi juga produk-produk paten

yanglain.259

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Paten 2016, legalisasi

"parsial" impor paralel produk farmasi menurut Undang-Undang Paten 2001

tersebut telah dihapus. Sekarang, menurut Pasal 167(a) Undang-Undang

Paten 2016, pelaku impor paralel produk farmasi tidak bisa dipidanakan

dan tidak bisa digugat ganti rugi. Hal ini merupakan perkembangan yang

menggembirakan bagi masyarakat Indonesia yang masih membutuhkan

produk farmasi yang murah.

Posisi Hukum Paten Indonesia berkaitan dengan impor paralel

selaras dengan TRIPs Agreement. Hal ini karena TRIPs Agreement

sendiri mempersilahkan negara anggota untuk mengambil sikap sendiri

berkaitan dengan legalitas impor paralel di bidang paten. Ini terlihat dari

ketentuannya yang menyatakan bahwa Pasal 28(1) TRIPs Agreement

yang memberikan hak eksklusif impor kepada pemegang paten tunduk

kepada Pasal 6260 yang menyatakan bahwa TRIPs Agreement tidak dapat

dipergunakan untuk menyelesaikan masalah exhaustion HKI. Dengan

kata lain, TRIPs Agreement memberikan diskresi kepada negara anggota

WTO untuk mengadopsi prinsip Exhaustion di bidang paten atau tidak.

Jadi, sebenarnya Indonesia boleh mengadopsi prinsip Exhaustion tidak

hanya untuk produk farmasi saja tetapi untuk semua produk paten. Namun,

259 Indah Suksmaningsih, Al<ses Obat-Obatan dalam Undang-Undang Paten Indonesia,

Lembaga Konsumen Indonesia, naskah tidak diterbitkan, Jakarta, 18 April 2001, hlm.

7 dan 11. Lembaga Konsumen Indonesia telah mengusulkan agar dimasukkan dalam

RUU Paten suatu ketentuan yang mengecualikan dari hak eksklusif impor impor

produk paten ke Indonesia apabila produk tersebut telah dipasarkan di negara lain

oleh pemegang paten atau penerima lisensinya. Ibid. hlm. 11. Tetapi usulan tersebut

akhimya tidak disetujui oleh DPR.

260 Pasal 6 TRIPs Agreement menyatakan: "For the purposes of dispute settlement under

this Agreement, subject to the provisions of Articles 3 and 4 nothing in this Agreement

shall be used to address the issue of the exhaustion of intellectual property rights."

I 77

Page 95: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ternyata, Indonesia mengadopsi prinsip ini hanya untuk produk farmasi

saja.

H. IMPOR PARALEL DITINJAU DARI HUKUM HAK CIPTA

DI INDONESIA

UUHC 2014 mempunyai ketentuan barn yang berkaitan dengan

masalah impor paralel. Pasal 9(1) UUHC 2014 menyatakan bahwa hak

ekonomi pemegang hak cipta meliputi: hak penerbitan, hak penggandaan,

hak pertunjukan, hak pengumuman, hak penerjemahan, hakpendistribusian,

dan lain sebagainya. Namun, Pasal 11(1) UUHC 2014 menyatakan:

Hak ekonomi untuk melakukan Pendistribusian Ciptaan atau

salinannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e tidak

berlaku terhadap Ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang

telah dialihkan kepemilikan Ciptaan kepada siapapun. (Penekanan

oleh Penulis).

Jelas bahwa Pasal 11(1) UUHC 2014 mengandung doktrin First Sale,

yakni bahwa penjualan pertama oleh pemegang hak cipta menghilangkan

haknya untuk mengontrol pendistribusian barang ciptaannya. Ini disebut

juga prinsip Exhaustion, karena penjualan pertama menghabiskan

(exhaust) hak kontrol pendistribusian. Namun, tidak tegas apakah

Pasal tersebut menganut prinsip International Exhaustion atau prinsip

National Exhaustion. Prinsip International Exhaustion berarti bahwa

penjualan pertama dimanapun, di dalam negeri atau di luar negeri akan

menghabiskan hak kontrol pendistribusian pemegang hak cipta. Prinsip

National Exhaustion berarti hanya penjualan pertama di dalam negeri

yang menghabiskan hak kontrol pendistribusian pemegang hak cipta.

Pasal 11(1) tidak menyebutkan tempat atau negara (di dalam atau di

luar Indonesia) dimana penjualan pertama menyebabkan hilangnya hak

pendistribusian. Pembuat Pasal ini ternyata telah mengubah draft pertama

Rancangan UUHC (2010) tentang masalah ini. Pasal 3(2) Rancangan

UUHC (2010) menyatakan bahwa hak pendistribusian "tidak berlaku

terhadap Ciptaan asli atau salinan Ciptaan yang telah dijual atau telah

78 I

Page 96: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dialihkan kepemilikannya di mana pun oleh Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta."261 Jelas bahwa Pasal 3(2) Rancangan UUHC (2010) menganut

prinsip International Exhaustion karena penjualan pertama ciptaan di suatu

negara manapun menghabiskan hak pendistribusian pemegang hak cipta.

Dengan melihat Pasal 11(1) UUHC 2014, tidaklah tegas apakah penjualan

pertama di luar Indonesia dapat menghabiskan hak pendistribusian.

Apabila ditafsirkan bahwa hanya penjualan pertama di wilayah Indonesia

yang dapat menghabiskan hak pendistribusian, berarti UUHC 2014

menganut prinsip National Exhaustion. Akibatnya, pemegang hak cipta

mempunyai hak untuk melarang impor paralel ciptaan yang telah dijual di

luar Indonesia tetapi tidak mempunyai hak untuk melarang impor paralel

ciptaan yang sudah dijual pertama kali di wilayah Indonesia.

Menurut pendapat Penulis, lebih baik untuk menafsirkan bahwa

Pasal 11(1) UUHC 2014 menganut prinsip International Exhaustion. Kata

"siapapun" walaupun tidak menunjuk tempat, tetapi dapat diartikan setiap

orang, berarti juga setiap orang dimanapun berada. Dengan prinsip ini

berarti pemegang hak cipta tidak bisa melarang impor paralel ciptaannya

yang telah pertama kali dijual kepada setiap orang baik di wilayah Indonesia

maupun di luar Indonesia. Dengan prinsip International Exhaustion,

pemegang hak cipta tidak bisa lagi memonopoli pasar Indonesia, sehingga

konsumen mempunyai banyak pilihan karya cipta asli dengan harga yang

lebih murah. 262

Ketidaktegasan pendekatan Indonesia terhadap persoalan impor

paralel di bidang hak cipta bisa dipahami mengingat hampir tidak ada

diskusi di masyarakat tentang hal tersebut. Perhatian lebih diberikan

kepada persoalan impor paralel di bidang merek dari pada impor paralel di

bidang hak cipta. 263 Hal ini sebagian karena, sebagaimana tersebut di atas,

261. Penekanan oleh Penulis.

262 M. Hawin, Intellectual Property Law on Parallel Importation, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, Indonesia, 2010, hlm. 255 dan 256.

263 Lihat, rnisalnya, Lita Analistya D., Praktek impor paralel di Indonesia ditinjau dari

hukum kekayaan intelektual di bidang merek: studi kasus PT. Modern Photo Tbk dan PT

International Photograpic Supplies, thesis, Undergraduate Program, Faculty of Law,

Universitas Indonesia, http://lib.ui.ac.id/opadui/detail.jsp?id=123804&lokasi=lokal

(diakses tanggal 15 Oktober 2016). Lihat juga, "Kapitalisme UU HaKI kita," http://

I 79

Page 97: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

jumlah barang impor paralel di bidang merek yang masuk ke Indonesia

melebihi jumlah barang impor paralel hak cipta.

Secara historis, berkaitan dengan persoalan impor paralel di bidang

hak cipta, posisi Indonesia telah berubah 3 (tiga) kali. UUHC 1982264 sama

sekali tidak menyinggungnya. Kemudian, menurut UUHC 2002, 265 impor

paralel merupakan pelanggaran hak cipta.

Pasal 2(1) UUHC 2002 menyatakan: "Hak Cipta merupakan hak

eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan

atau memperbanyak Ciptaannya ... " Menurut Penjelasan Pasal 2(1),266 hak

eksklusif untuk "mengumumkan atau memperbanyak" mencakup hak

untuk mengimpor. Hal ini berarti bahwa tindakan impor tanpa persetujuan

pemegang hak cipta merupakan pelanggaran hak eksklusif pemegang hak

cipta. Jadi, pemegang hak cipta mempunyai hak untuk melarang impor

paralel.

Menurut UUHC 2002, perlindungan bagi pemegang hak cipta

terhadap impor paralel adalah kuat. Hal ini karena di samping memberikan

pemegang hak cipta hak untuk menggugat ganti rugi kepada pelaku impor

paralel267 dan meminta penetapan sementara pengadilan untuk mencegah

masuknya barang-barang impor paralel ke Indonesia, 268 UUHC 2002

menentukan bahwa impor paralel merupakan tindak pidana. Hal ini dapat

disimpulkan dari Pasal 72(1) UUHC 2002 yang berbunyi:

kelzen.wordpress.com/tag/impor-paralel/, 28 Agustus, 2008, (diakses tanggal 15

Oktober 2016).

264 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana diperbaiki dengan Undang­

Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997.

265 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.

266 Penjelasan Pasal 2(1) menyatakan: "Dalam pengertian "mengumumkan atau

memperbanyak", termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,

mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor." (Penekanan

oleh Penulis).

267 Pasal 56(1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 menyatakan: "Pemegang

Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas

pelanggaran Hak Ciptanya ... "

268 Pasal 67 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 menyatakan: " ... Pengadilan Niaga

dapat menerbitkan surat penetapan dengan segera dan efektif untuk: a. mencegah

berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, khususnya mencegah masuknya barang yang

diduga melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk

tindakan importasi."

80

Page 98: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)

dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling

singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00

(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/

atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 72(1) tidak secara eksplisit menyebut impor paralel. Namun, karena

tindakan impor merupakan salah satu hak eksklusif pemegang hak cipta

sebagaimana tercantum dalam Pasal 2(1) dan Penjelasannya, seseorang

yang melakukan impor paralel di bidang hak cipta dapat dihukum secara

pidana.

Impor paralel di bidang hak cipta bisa terjadi dalam 2 ( dua) situasi yang

berbeda. Pertama, impor paralel terjadi dalam situasi dimana barang ciptaan

pertama kali dijual di luar negara pengimpor. Di negara yang merupakan

net importer barang-barang kekayaan intelektual seperti Indonesia,

kebanyakan impor paralel terjadi dalam situasi ini.269 Kedua, impor paralel

bisa juga terjadi dalam situasi dimana barang-barang yang diimpor secara

paralel sebelumnya telah dijual di negara pengimpor. Situasi ini melibatkan

perjalanan barang secara "round trip." Barang tersebut pertama kali dijual

di Indonesia, kemudian diekspor ke negara lain tetapi kemudian diimpor

kembali ke Indonesia. Persoalannya adalah apakah posisi UUHC 2014

dapat digunakan untuk menentukan legalitas impor paralel yang terjadi

dalam 2(dua) situasi tersebut. Tidak ada indikasi di dalam UUHC 2014

bahwa hal tersebut menjadi pertimbangan pembuat Pasal 11(1). Namun,

menghadapi impor paralel dalam dua situasi tersebut, apabila pengadilan

Indonesia menafsirkan Pasal ini menganut prinsip National Exhaustion,

maka pemegang hak cipta bisa melarang impor paralel yang terjadi

dalam situasi yang pertama. Akibatnya, pemegang hak cipta mempunyai

kesempatan untuk mempertahankan harga di Indonesia lebih mahal dari

pada harga produk yang sama yang dijual di luar Indonesia. Ini merupakan

dampak negatif apabila posisi UUHC 2014 ditafsirkan menganut prinsip

269 Lihat Chang T-Z., "Parallel Importation in Taiwan: A View from a Newly Emerged

Country and a Comparative Analysis" (1993) lO(No.6) International Marketing

Review 30, hlm. 31.

I a1

Page 99: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

National Exhaustion. Oleh karena, Pasal 11(1) lebih baik ditafsirkan

menganut prinsip International Exhaustion agar dampak negatif seperti itu

bisa dihindarkan.

I. KESIMPULAN

Legalitas impor paralel ditinjau dari UU Merek dan Indikasi Geogra:fis

2016 tidak pasti. UU ini memberikan pemegang merek hak untuk menggugat

orang lain yang tanpa persetujuannya menggunakan merek yang meniru

mereknya. N amun, tidak pasti apakah impor paralel termasuk dalam

cakupan ketentuan tersebut. Menurut pendapat Penulis, impor paralel tidak

dapat tercakup dalam pengertian "menggunakan Merek yang mempunyai

persamaan pada keseluruhannya" dengan merek milik pihak lain. Hal

ini karena barang impor paralel adalah asli, dan penempelan merek pada

barang tersebut telah disetujui oleh pemegang merek. Di samping itu, UU

tersebut tidak memberikan hak eksklusif impor kepada pemegang merek di

Indonesia sehingga pemegang merek sukar untuk mencegah impor paralel.

Indonesia lebih baik membolehkan impor paralel di bidang merek untuk

melindungi kepentingan konsumen dari kemungkinan penerapan harga

monopolistik yang dilakukan oleh distributor tunggal. Dengan impor

paralel, konsumen bisa memperoleh barang asli yang murah.

Berkenaan dengan impor paralel di bidang paten, pengaturan dalam

UU Paten 2016 lebih tegas dari pada pengaturannya dalam UU Paten

2001. Undang-Undang Paten 2016 secara tegas melarang tindakan

impor tanpa persetujuan pemegang paten. Sebelumnya, Undang-Undang

Paten 2001 memang memuat hak eksklusif impor bagi pemegang paten,

tetapi tidak ada ketentuan yang secara tegas melarang tindakan impor

sebagaimana Undang-Undang Paten 2016. Namun, impor paralel produk

farmasi diperbolehkan karena UU ini memuat prinsip exhaustion untuk

produk farmasi dan impor paralel produk farmasi dikecualikan dari

larangan impor. Pengecualian ini dalam Undang-Undang Paten 2016

lebih kuat dari pada dalam Undang-Undang Paten 2001. Hal ini karena

Undang-Undang Paten 2016 mengecualikannya dari ketentuan baik

pidana maupun gugatan perdata, sedangkan Undang-Undang Paten 2001

a2 I

Page 100: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hanya mengecualikannya dari ketentuan pidana. Hal ini merupakan

perkembangan yang menggembirakan bagi masyarakat Indonesia yang

masih membutuhkan produk farmasi yang murah.

UUHC 2014 mengandung prinsip First Sale atau Exhaustion, yakni

bahwa penjualan pertama oleh pemegang hak cipta menghilangkan haknya

untuk mengontrol pendistribusian barang ciptaannya sehingga tidak bisa

melarang impor paralel. Posisi ini berbeda dengan UUHC 2002 yang

memberikan hak eksklusif impor dan tidak memuat prinsip First Sale atau

Exhaustion. Namun, tidak tegas apakah UUHC 2014 menganut prinsip

International Exhaustion atau prinsip National Exhaustion. Menurut

pendapat Penulis, lebih baik untuk menafsirkan UUHC 2014 menganut

prinsip International Exhaustion. Dengan prinsip ini berarti pemegang

hak cipta tidak bisa melarang impor paralel ciptaannya yang telah pertama

kali dijual kepada setiap orang baik di wilayah Indonesia maupun di

luar Indonesia. Dengan prinsip International Exhaustion, pemegang hak

cipta tidak bisa lagi memonopoli pasar Indonesia, sehingga konsumen

mempunyai banyak pilihan karya cipta asli dengan harga yang lebih murah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

Ammann J.M., "Intellectual Property Rights and Parallel Imports" (1999)

26 Legal Issues of Economic Integration 91;

Auvil S. M., "Gray Market Goods Produced by Foreign Affiliates of The

US Trademark owner: Should the Lanham Act Provide a Remedy?"

(1995) 28 Akron L. Rev. 437;

Barrett M., "The United States' Doctrine of Exhaustion: Parallel Imports

of Patented Goods" (2000) 27 N. Ky. L. Rev. 911;

Bird R.C. and Chaudhry P.E., "Pharmaceuticals and the European Union:

Managing Gray markets in Uncertain Legal Environment" (2010) 50

Va. J. Int'l L. 719;

Brooks S., "Battling Gray Markets Through Copyright Law: Omega, S.A.

v. Costco Wholesale Corporation" (2010) B.Y.U.L. Rev. 19;

I 83

Page 101: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Chang T-Z., "Parallel Importation in Taiwan: A View from a Newly

Emerged Country and a Comparative Analysis" (1993) lO(No.6)

International Marketing Review 30;

Chen A.B., "Shopping The Gray market: The Aftermath of The Supreme

Court's Decision in Quality King Distributors, Inc., v. L'anza

Research International Inc" (1999) 19 Loy. L. A Ent. L. J. 573;

Chiappetta V., "The Desirability of Agreeing to Disagree: The WTO,

TRIPs, International IP Exhaustion and a Few Other Things," (2000)

21 Mich. J. Int'l L. 333;

Chisum D.S. dan Jacobs M.A., Understanding Intellectual Property Law

New York: Matthew Bender & Co, 1992;

Christoph Antons, Intellectual Property Law in Indonesia, Kluwer Law

International, London, 2000;

Davison M. J., "Parallel Importing of Trade Marked Goods - An Answer

to the Unasked Question" (1999) 10 AIP J 146;

Derechos Digitales, "Transpacific Partnership Agreement (TPPA)

Intellectual Property Chapter Concerns, Copyright, Parallel Imports

and Exhaustion of Distribution Rights," https://www.citizen.org/

documents/TPP%20Derechos%20C%20 Parallel%20Imports%20

and%20Exhaustion.pdf, (diakses tanggal 14 Oktober 2016);

Diepiriye A. Anga, "Intellectual Property Without Borders? The Effect of

Copyright Exhaustion on Global Commerce," (2014) 10 B.Y.U. Int'l

L. & Mgmt. Rev. 53;

Donnelly, D.E., "Parallel Trade and International Harmonization of the

Exhaustion of Rights Doctrine" (1997) 13 Computer & High Tech.

L. J. 445;

Egli P., dan Kokott J., "Sebago Inc. and Ancienne Maison Dunois & Fils

SA v. GB-Unic SA, Case C-173/98, Court of Justice of the European

Communities, 1 July, 1999" (2000) 94 AJ.I.L. 386;

Gautama S., Hukum Merek Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

1989;

Ghosh S., "An Economic Analysis of the Common Control Exception to

Gray Market Exclusion" (1994) 15 U. Pa. J. Int'l Bus. L. 373;

84 I

Page 102: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Havel, Holasek & Partners s.r.o, "Parallel Imports in The EU Law," 27 Juli

2015, http://www.lexology.com/ library/detail.aspx?g= 71bc5df8-

766d-483d-96f0-ba8be5c60dc1, (diakses tanggal 15 Oktober 2016);

Indah Suksmaningsih, Akses Obat-Obatan dalam Undang-Undang Paten

Indonesia, Lembaga Konsumen Indonesia, naskah tidak diterbitkan,

Jakarta, 18 April 2001;

J.J.C. Kabel and G.J.H.M. (eds), Intellectual Property and Information

Law: Essays in Honour of Herman Cohen Jehoram, Kluwer Law

International, Boston, 1998;

Justine Lau et al, "Grey Market Begins Sales of iPads in China," The

Financial Ti.mes, 9 April 2010, https://www.ft.com/content/fa37 e3da-

4336-11df-9046-00144feab49a, (diakses 15 Februari 2017);

Kaehlig C.B. dan Churchill G.J., Indonesian Intellectual Property Law,

PT Tatanusa, Jakarta, 1993;

Lita Analistya D., Praktek impor paralel di Indonesia ditinjau dari hukum

kekayaan intelektual di bidang merek: studi kasus PT. Modern

Photo Tbk dan PT International Photograpic Supplies, thesis,

Undergraduate Program, Faculty of Law, Universitas Indonesia,

http:! /lib. ui.ac.id/opac/ui/detail.j sp ?id= 123804&lokasi = lokal,

( diakses 15 Oktober 2016);

Lipner S., "Trademarked Goods and Their Gray Market Equivalents:

Should Product Differences Result in the Barring of Unauthorized

Goods from the U.S. Markets?" (1990) 18 Hofstra L. Rev. 1029;

Mary Lafrance, "Using Incidental Copyrights to Block Parallel Imports: A

Comparative Perspective," (2013) 25 I.P.J. 149;

Maulana LB., Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia dari Masa ke

Masa, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999;

M. Hawin, Intellectual Property Law on Parallel Importation, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia, 2010;

Moisant J. P., ''What the Supreme Court Should Have Done" (1999) 25

Brooklyn J. Int'l L. 639;

Mohr CA., "Gray Market Goods and Copyright Law: an End Run Around

K. Mart v. Cartier" (1996) 45 Cath. U. L. Rev. 561;

I as

Page 103: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Morr A. L., "Hong Kong's Copyright Ordinance: How the Ban on Parallel

Imports Affects the U.S. Entertainment Industry and Hong Kong's

Free Market" (1999) 21 Hastings Comm. & Ent. L. J. 393;

Rothnie W. A., Parallel Imports, Sweet & Maxwell, London, 1993;

Sandler G. L., "Gray Market Goods: The Controversy Will Continue"

(1987) 13 Brooklyn Journal of International Law 267;

Shanahan, Australian Law of Trade Marks and Passing Off, the Law Book

Co. Ltd. 2nd. ed. Sydney, 1990;

Turner C., "The Parallel Importer: Parasite or Pragmatist?" in Intellectual

Property Law: Trends and Tensions, Centre for Intellectual Property

Studies, Queensland, 1992;

Upadhye S., "Rewriting The Lanham Trademark Act to Prohibit The

Importation of All Gray Market Goods" (1996) 20 Seton Hall Legis.

J. 59;

Veroima Sinaga dan Kurnia Toha, "Analisis Praktek Impor Paralel dan

Pemberian Exclusive Distribution Agreement antara PT Modem

Photo Tok dan PT International Photographic/PD Star Photigraphic

Supplies Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha." Fakultas Hukum

UI, 2014, http://lontar.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S54479-

veroima%20sinaga, ( diakses tanggal 18 Oktober 2016);

William A.S., "International Exhaustion of Patent Rights Doctrine: Is

Japan's Move a Step Forward or Back from the Current Harmonization

Effort?" (1998) 7 D.C.L.J. Int'l L. & Prac. 327;

Sumber lain:

"Buy Some PC Parts from Indonesia," http://www.myhardware.net/

forums/archive/index. php/t-962 3.

"Got a parallel-imported Mazda? You can now service it at Mazda Motor,"

http://www.asiaone.com/Motoring/N ews/Story/ A1Story20100330-

207644.html, (diakses tanggal 15 Oktober 2016);

Havel, Holasek & Partners s.r.o, "Parallel Imports in The EU Law," 27 Juli

2015, http://www.lexology.com/ library/detail.aspx?g= 71bc5df8-

766d-483d-96f0-ba8be5c60dcl, (diakses tanggal 15 Oktober 2016);

86 I

Page 104: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Impor Paralel Produk Elektronik Diwaspadai", Suara Merdeka, 12 Mei

2008, http://suaramerdeka.com/vl/index.php/read/cetak/2008/05/12/

13044/Impor.Paralel.Produk.Elektronik.Diwaspadai, ( diakses pada

15 Januari 2017);

"Impor paralel BlackBerry Gemini Belum Dapat Izin", News Web, 9

September 2009, http://inet.detik.com/telecommunication/d-1199545

/impor-paralel-blackberry-gemini-belum-dapat-izin, ( diakses pada

10 Februari 2017);

"Kapitalisme UU HaKI kita," http://kelzen.wordpress.com/tag/impor­

paralel/, 28 Agustus, 2008, (diakses tanggal 15 Oktober 2016);

"Lebih Jauh dengan Bambang Kesowo", Kompas, 5 Juli 1998, http://www.

kompas.com/9807 /05/naper/lebi.htm;

"Local electronic market undercut by illegal imports", the Jakarta Post, 23

May 1999, http://ptg.djnr.com/ccroot/asp/publib/story.asp;

Parallel Importer Mengebiri Agen Resmi", Motor, 16 Agustus, 1996;

"Pelaku Impor Paralel LD Akan Ditindak", Kompas, 13 April 1996, http://

www.kompas.com/9604/ 13/dikbud/Pela.htm;

"Retailers Rock the Boat with Parallel Imports," The Age, 15 Januari 2010,

http ://www.smh.com. au/business/retailers-rock-the-boat-with­

parallel-imports-20100114-maSh.html, (diakses 15 Februari 2017);

"USTR Announces Results of Special 301 Annual Review," http://www.

usconsulate.org.hk/uscn/trade/ipr/1999/0430.htm;

Winarno B., "Impor Paralel", di Kontan, edisi SN, 23 Oktober 2000, http://

www.kontan-online.com/05/05/manajemen/manl.htm.

I 87

Page 105: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BAB IV

PERLINDUNGAN PENGETAHUAN TRADISIONAL

DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

M.Hawin

A. PENDAHULUAN

Salah satu topik penting yang berhubungan dengan kekayaan

intelektual adalah bagaimana karya-karya tradisional yang sudah lama

hidup di masyarakat mendapat perlindungan. Terdapat dua istilah yang

berkaitan dengan hal tersebut yang selama ini didiskusikan, yakni

pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional atau folklore.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa pengetahuan tradisional adalah

semua yang diketahui dan diekspresikan oleh komunitas tradisional, yang

meliputi ekspresi budaya tradisional.270 Namun, dalam perkembangannya,

pengetahuan tradisional dimaknai hanya menunjuk kepada karya teknologi

lokal dan pribumi (indigenous), khususnya yang berhubungan dengan

metode pengolahan tanaman, penyiapan dan pembibitan tanaman, diagnosa,

270 Misalnya: Brosur WIPO "Towards the Establishment of a Regional Framework

for the Protection of Traditional Knowledge, Traditional Cultural Expressions and

Genetic Resources in the Caribbean Region," A3:L434E (2008), http://www.wipo.

int/edocs/mdocs/tk/en/ wipo_grtk_kin_ 08/wipo_grtk_kin_08_caribbean_brochure.

pdf; David R. Hansen, "Protection of Traditional Knowledge: Trade Barriers and

the Public Domain," (2010-2011) 58 J. Copyright Soc'y U.S.A. 757, 759;_Stephen

R. Munzer & Kal Raustiala, "The Uneasy Case for Intellectual Property Rights in

Traditional Knowledge," (2009) 27 Cardozo Arts & Ent. L.J. 37, 48, dikutip dalam

Hughes, Justin, "Traditional Knowledge, Cultural Expression, and The Siren's Call of

Property," (Nopember-Desember 2012) 49 San Diego L. Rev. 1215 , hlm. 1217.

88

Page 106: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pengobatan, holtikultural, resep makanan dan minuman, prediksi, atau

teknik dengan menggunakan bahan-bahan alamiah, sedangkan ekspresi

budaya tradisional berhubungan dengan karya tradisional di bidang musik,

tari, ceritera, ritual, lencana, seni, kerajinan tangan, bentuk ukiran, bentuk

arsitek, dan lain sebagainya. 271

Agar lebih mudah untuk membedakan, perlu dipahami bahwa

pengetahuan tradisional berhubungan dengan karya-karya yang bisa

dipatenkan andaikan barn (novel) dan mengandung langkah inventif

(nonobvious ), sedangkan ekspresi budaya tradisional menunjuk pada karya­

karya seperti yang tercakup dalam hak cipta dan merek. 272 Persamaannya

adalah mereka bersifat tradisional dan telah digunakan oleh suatu generasi

dan diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya dan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan komunitas dalam suatu daerah tertentu. 273

Indonesia telah mengeluarkan UUHC 2014, UU Paten 2016 dan UU

Merek 2016. Oleh karena itu, Penulis ingin mengkaji bagaimana beberapa

UU HKI yang barn tersebut dapat memberikan perlindungan kepada

pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional di Indonesia.

B. PERLINDUNGAN PENGETAHUAN TRADISIONAL

Pengetahuan Tradisional, menurut WIPO, dalam Draft Articles tentang

Perlindungan Pengetahuan Tradisional274 adalah:

Know-how, skills, innovations, practices, teachings and learnings

of indigenous peoples and local communities or a state or states.

Traditional knowledge may be associated, in particular, with fields

such as agriculture, the environment, healthcare and indigenous and

traditional medical knowledge, biodiversity, traditional lifestyles and

271 Mgbeoji I, "Patents and Traditional Knowledge of the Uses of Plants: Is a Communal

Patent Regime Part of the Solution to the Scourge of Bio Piracy?" (2001) 9 Ind. J.

Global Leg. Stud. 163, hlm. 182; Hughes, Justin, ibid.

272 Ibid. hlm. 1218.

273 Garcia J, "Fighting Biopiracy: The Legislative Protection of Traditional Knowledge",

(2007) 18 Berkeley La Raza L.J. 5, hlm. 7.

274 WIPO, "The Protection of Traditional Knowledge: Draft Articles," Juli 2014,

Geneva, httpwww.wipo.intedocsmdocstkenwipo_grtkf_ic_28wipo_grtkf_ic_28_5.

pdf (Diakses 1 Januari 2017).

I 89

Page 107: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

natural resources and genetic resources, and know-how of traditional

architecture and construction technologies.

Culrnp luas definisi pengetahuan tradisional yang diberikan oleh

WIPO. Batasannya, terletak pada ciri-cirinya, yakni:

1) Diciptakan dan dipertahankan dalam konteks kolektif, oleh masyarakat

asli/pribumi (indigenous) dan komunitas atau bangsa lokal;

2) Secara langsung berhubungan dengan identitas budaya dan/atau sosial

dan warisan budaya dari masyarakat asli/pribumi dan komunitas atau

bangsa lokal;

3) Diteruskan dari generasi ke generasi;

4) Bisa terkodifikasi secara tertulis, lisan atau bentuk-bentuk yang lain;

5) Bisa dinamis dan berkembang.275

Perlindungan pengetahuan tradisional sangat penting karena

pengetahuan ini merupakan sumber ilmu penting yang berhubungan dengan

kehidupan manusia yang dapat dikomersialkan. Pernah diperkirakan

bahwa nilai penjualan produk-produk yang menggunakan pengetahuan

tradisional dalam bentuk sumber genetika adalah sekitar 800 milyar

dollar AS setiap tahun. 276 Di samping itu, pengetahuan tradisional telah

digunakan oleh peneliti-peneliti sebagai starting point penelitian mereka

untuk mendapatkan paten. 277

Kasus pembatalan paten penggunaan Turmeric (kunyit) (US Patent

No. 5,401, 504, 28 Maret 1995 yang diberikan kepada the University

of Mississippi Medical Center) untuk menyembuhkan Iuka di Amerika

Serikat karena ditentang oleh Pemerintah India mengingat penggunaan

kunyit adalah common knowledge di India278 merupakan salah satu bukti

275 WIPO, "The Protection of Traditional Knowledge: Draft Articles," Pasal 1, ibid.

276. Sharma A, "Global legislation on indigenous knowledge", Science and

Development Network, March 2004, <http://www.scidev.net/dossiers/index.cfm?

fuseaction =printarticle&dossier= 7 &policy= 50 >.

277. Downes DR, "How Intellectual Property Could Be a Tool to Protect Traditional

Knowledge", (2000) 25 Co/um. J. Envtl. L. 253 him 253 - 255.

278. Outfield G, Protecting Traditional Knowledge and Folkfore, 2003, International

Centre for Trade and Sustainable Development & United Nations Conference on

Trade and Development, Switzerland, him. 31.

90

Page 108: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

bahwa pengetahuan tradisional bisa mendapat perlindungan. N amun,

dalam kasus tersebut India hams melakukan perjuangan yang keras dengan

menunjukkan dokumentasi yang memadai. Sebaliknya, tidak ada usaha

dari pemohon paten untuk menganggap pengetahuan penggunaan kunyit

di India itu sebagai Teknologi Yang Diungkapkan Sebelumnya (prior art). 279

Dari kasus ini dapat diambil pelajaran bahwa perlindungan tradisional

belum memadai.

Pengetahuan tradisional sudah diakui oleh Convention on Biological

Diversity (CBD) - mulai berlaku tahun 1993 - yang telah diratifikasi oleh

196 negara.280 Pasal 8 huruf j Convention on Biological Diversity (CBD)

menyatakan:

Each Contracting Party shall, as far as possible and as appropriate:

0) subject to its national legislation, respect, preserve and maintain

knowledge, innovations and practices of indigenous and local

communities embodying traditional lifestyles relevant for the

conservation and sustainable use of biological diversity and promote

their wider application with the approval and involvement of the

holders of such knowledge, innovations and practices and encourage

the equitable sharing of the benefi.ts arising from the utilization of such

knowledge, innovations and practices.

Pasal 8 huruf j tersebut menetapkan bahwa negara peserta Konvensi

hams menghormati, memelihara dan menjaga pengetahuan tradisional;

dalam menggunakannya hams meminta persetujuan dari dan melibatkan

pemegangnya; dan hams mengusahakan adanya pembagian kemanfaatan

(benefi.ts) secara adil dari penggunaannya. Selanjutnya, pada bulan Mei

2002, negara-negara peserta CBD membuat the Bonn Guidelines on Access

to Genetic Resources and Fair and Equitable Sharing of the Benefi.ts

Arising out of Their Utilisation. Intinya, Guidelines ini "mendorong"

pengungkapan negara asal dari sumber genetic dan pengetahuan tradisional

279 Outfield, ibid.

280 Convention on Biological Diversity, https://www.cbd.int/information/parties.shtml

(diakses tanggal 25 Oktober 2016).

I 91

Page 109: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

di dalam setiap aplikasi paten dan pembagian manfaat dari penggunaan

paten tersebut. 281

Pasal 15 ayat (4) CBD menyatakan bahwa akses hams dengan syarat­

syarat yang disepakati bersama, ayat (5) menyatakan bahwa akses kepada

sumber genetik hams dengan prior informed consent dari negara peserta

yang menyediakan sumber genetik tersebut dan ayat (7) mengharuskan

pembagian yang adil dan fair dari basil riset dan pengembangan dan

kemanfaatan yang diperoleh dari penggunaan komersial sumber genetik.

Pasal 15 CBD tersebut kemudian dijelaskan oleh Nagoya Protocol on

Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefi.t

Arising from Their Utilization yang juga telah disahkan oleh Indonesia

pada tahun 2013. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan

internasional di bidang HKI tentang bagaimana ketentuan-ketentuan

tersebut diimplementasikan. Perjanjian TRIPs (Trade-Related Aspects of

Intellectual Property Rights) - salah satu perjanjian dalam the World Trade

Organization - tidak berisi ketentuan yang tegas mengenai pengetahuan

tradisional dan sama sekali tidak menunjuk CBD walaupun usulan untuk

itu sudah ada. 282

Beberapa negara, terutama negara berkembang, secara sendiri-sendiri

telah berusaha memberikan perlindungan kepada pengetahuan tradisional.

Misalnya, Panama telah mengeluarkan undang-undang yang melindungi

pengetahuan tradisional. Undang-undang ini antara lain menentukan

bahwa setiap pengguna pengetahuan tradisional hams mematuhi peraturan

yang dikeluarkan oleh indigenous group yang memiliki atau memegang

pengetahuan tradisional terse but. 283

Negara Peru juga telah mengeluarkan the Law of Protection of

the Collective Knowledge of Indigenous Peoples pada bulan Agustus

2002. Undang-Undang ini antara lain mewajibkan calon pemakai

untuk memperoleh persetujuan (informed consent) dari komunitas yang

mempunyai pengetahuan tradisional dan membuat perjanjian penggunaan

pengetahuan tradisional. Undang-undang ini juga menentukan berbagai

281 Sharma, Op.Cit.

282 Outfield, Op.Cit., hlm. 16.

283 Outfield, ibid., hlm. 45.

92 I

Page 110: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

bentuk cara pendaftaran untukmendokumentasikan pengetahuan tradisional

dan memudahkan penyediaannya bagi pihak ketiga. 284 Bahkan di Bolivia,

ada beberapa pasal dalam Undang-Undang Dasarnya yang melindungi

pengetahuan tradisional. Misalnya, Pasal 42 UUD Bolivia menyatakan:

"The promotion of traditional medicine shall incorporate a registry of

natural medicines and their active substances, as well as the protection of

the associated knowledge as intellectual, historical and cultural property,

and as patrimony of indigenous nations and peoples." Pasal 100 UUD

negara tersebut menyatakan: "The State shall protect knowledge by means

of a registry of intellectual property that safeguards the intangible rights

of indigenous nations and peoples ... "285

Di Indonesia, sudah ada draft RUU tentang perlindungan pengetahuan

tradisional yang disatukan dengan ekspresi budaya tradisional. RUU ini

berisi ketentuan yang memberikan perlindungan secara positif (positive

protection) karena memberikan hak-hak yang memungkinkan masyarakat

untuk mempromosikan, mengembangkan, melestarikan pengetahuan

tradisionalnya, mengontrol penggunaannya, dan mengambil manfaat dari

penggunaan komersialnya. Di samping itu, UU Paten 2016 berisi beberapa

pasal yang secara defensive bisa melindungi pengetahuan tradisional

(defensive protection) karena ketentuan-ketentuan tersebut mencegah

terj adinya penyalahgunaan dan pencurian pengetahuan tradisional dengan

cara mempatenkannya.

1. Pengetahuan Traclisional dan Hokum HK.I

Hukum HKI merupakan serangkaian hukum yang memberikan dan

mengatur hak-hak kepada pihak yang telah melakukan usaha kreatif yang

meliputi Hak Cipta, Paten, Hak atas Merek, Rahasia Dagang, Indikasi

Geogra:fis dan lain sebagainya (Pasal 1.2 Perjanjian TRIPs). Hak Cipta

adalah hak eksklusif pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak

karya cipta di bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Paten merupakan

284 Outfield, ibid., hlm. 45-46.

285 Daniel S. Sem, "Co-Developing Drugs With Indigenous Communities: Lessons From

Peruvian Law And The Ayahuasca Patent Dispute," (2016) 23 Rich. J.L. & Tech. 1,

hlm. 28.

I 93

Page 111: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hak eksklusif inventor untuk menggunakan atau melaksanakan suatu

invensi di bidang teknologi. Hak atas Merek adalah hak eksklusif pemilik

merek untuk menggunakan merek yang telah terdaftar. Rahasia dagang

merupakan informasi yang dirahasiakan di bidang teknologi dan bisnis

yang mempunyai nilai ekonomis. Indikasi geogra:fis adalah suatu tanda

yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang faktor lingkungan

geogra:fisnya termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari

kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang

yang dihasilkan.

Berkenaan dengan hubungan antara hukum HKI dengan pengetahuan

tradisional, isu yang muncul adalah bagaimana kedudukan hukum HKI

terhadap perlindungan pengetahuan tradisional. Terhadap isu tersebut ada

tiga posisi. Pertama, the public domain position; kedua, the appropriation

position; dan ketiga, the moral rights position. Penganut posisi pertama

menyatakan bahwa pengetahuan tradisional hams menjadi milik umum

yang boleh dinikmati oleh semua penduduk di dunia. Oleh karena itu,

penganut posisi ini menentang usaha yang ingin menjadikan pengetahuan

tradisional sebagai barang komoditi. Mereka mendukung struktur sosial

tradisional untuk memelihara dan mengontrol penggunaan pengetahuan

tradisional. Oleh karena itu, mereka tidak setuju penciptaan HKI untuk

pengetahuan tradisional karena HKI merupakan jalan yang akan merusak

lembaga dan struktur tradisional dalam pengetahuan tradisional. 286

Penganut the appropriation position mendukung kepemilikan

eksklusif pengetahuan tradisional oleh suatu lembaga atau badan untuk

bisa menentukan penggunaannya untuk tujuan komersial dan penggunaan

lainnya. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan tradisional hams

dijadikan barang komoditas dan sebanyak-banyaknya dipasarkan. Oleh

karena itu, bagi penganut posisi ini, kedudukan hukum HKI sangat penting

untuk menentukan bagaimana dan siapa yang berhak memanfaatkan

pengetahuan tradisional. Adanya posisi ini menyebabkan terjadinya

286 Ghosh S, "Reflections on the Traditional Knowledge Debate" (2003) 11 Cardozo J.

Int'l & Comp. L. 497, hlm. 499-500.

94 I

Page 112: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

kepemilikan pengetahuan tradisional oleh perusahaan-perusahaan

multinasional yang kebanyakan berada di negara-negara maju. 287

Penganut the moral rights position menyatakan bahwa pemegang

pengetahuan tradisional hams dilindungi dan diberi hak yang berupa

kepemilikan yang penuh dan dapat mencegah atau menentang klaim oleh

para pengambil manfaat atau pemakai pengetahuan tradisional, termasuk

perusahaan multinasional. Mereka berpendapat bahwa pengetahuan

tradisional bisa dikomersialisasikan tetapi hanya oleh mereka (pemegang)

yang berhak. 288 Dalam hal ini, hukum HKlbisa digunakan untukmenentukan

siapa yang berhak untuk memanfaatkan pengetahuan tradisional tersebut.

N amun, ada kontroversi mengenai apakah hukum HKI cocok untuk

mengatur pengetahuan tradisional atau tidak. Ada beberapa sarjana

yang berpendapat bahwa hukum HKI tidak cocok untuk mengatur

pengetahuan tradisional, karena HKI bersifat individual, sedangkan

pengetahuan tradisional bersifat komunal. 289 Persoalannya adalah ketika

beberapa sarjana melihat ketidakcocokan hukum HKI untuk melindungi

pengetahuan tradisional, hukum HKI terutama paten justru berevolusi terns

dan lebih mendominasi. Jadi, karena hukum HKI hanyalah diciptakan oleh

suatu kebijakan, maka sebenamya tergantung bagaimana para pembuat

kebijakan mereka-reka hukum HKI tersebut agar hukum tersebut di satu

sisi melindungi pemegang HKI dan di sisi lain melindungi pengetahuan

tradisional.

Selama ini, bisa dikatakan ada dua cara hukum HKI menangani

masalah pengetahuan tradisional. Pertama, melindunginya sebagai HKI.

Misalnya, hukum merek bisa melindungi tanda-tanda dari pengetahuan

tradisional dan/atau indikasi geogra:fis. Kedua, paten memakai cara lain

yaitu justru mengecualikan pengetahuan tradisional, seperti pengetahuan

tradisional yang berkaitan dengan metode pengobatan dan teknologi

tanaman dan binatang ( dan makhluk hidup yang lain), dari invensi yang

dapat dipatenkan. Menjadi isu yang perlu dikaji secara mendalam apakah

287 Ghosh, ibid.

288 Ghosh, ibid.

289 Downes DR, "How Intellectual Property Could Be a Tool to Protect Traditional

Knowledge", (2000) 25 Colum. J. Envtl. L. 253, hlm. 255.

I 95

Page 113: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pengetahuan tradisional tertentu bisa dilindungi dengan cara dipatenkan

mengingat syarat kebaruan (novelty) dan langkah inventif (inventive

step/non-obvious) kemungkinan besar sulit dipenuhi oleh kebanyakan

pengetahuan tradisional.

Sebagaimana tersebut di atas, CBD telah menetapkan syarat prior

informed consent dan fair and equitable sharing dari pemanfaatan

pengetahuan tradisional. Ketentuan dalam CBD tersebut telah dijelaskan

oleh Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and

Equitable Sharing of Benefi.t Arising from Their Utilization. Namun,

konvensi dan protocol tersebut tidak menghubungkan perlindungan

pengetahuan tradisional dengan HKI. Juga Bonn Guidelines on Access to

Genetic Resources and Fair and Equitable Sharing of the Benefi.ts Arising

out of Their Utilisation, yang dibuat Mei 2002, hanya "mendorong"

pengungkapan negara asal dari sumber genetik dan pengetahuan

tradisional di dalam aplikasi HKI. 290 Oleh karena itu, tanpa adanya

dukungan dari kesepakatan HKI internasional, maka komitmen tersebut

sulit dilaksanakan. Sayangnya, Perjanjian TRIPs tidak berisi ketentuan

tentang pengetahuan tradisional dan tidak menunjuk kepada komitmen

yang telah tercantum dalam CBD. Perjanjian-perjanjian internasional

HKI lainnya, seperti the Berne Convention, the Paris Convention dan the

Patent Cooperation Treaty juga tidak mengatur mengenai perlindungan

pengetahuan tradisional walaupun the Berne Convention mencantumkan

hak moral (moral rights) dan the Paris Convention mengatur merek, yang

bisa digunakan untuk menyelesaikan sebagian masalah yang berhubungan

dengan pengetahuan tradisional.

Usulan agar Perjanjian TRIPs mengatur pengetahuan tradisional

sudah lama dilakukan. Pada pertemuan keempat the WTO Ministerial

Conference di Doha (November 2001) diusulkan agar Perjanjian TRIPS

diperbaiki agar menunjuk kepada CBD dan melindungi pengetahuan

tradisional. Kemudian beberapa negara berkembang seperti Brazil, China,

290 Angka 16 huruf (d) ii Bonn Guidelines ini menyatakan: "These countries could

consider, inter alia, the following measures: (ii) Measures to encourage the disclosure

of the country of origin of the genetic resources and of the origin of traditional

knowledge, innovations and practices of indigenous and local communities in

applications for intellectual property rights."

96

Page 114: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Cuba, Ecuador, India, Pakistan, Thailand dan lain-lain mengusulkan

kepada the TRIPS Council untuk memperbaiki Perjanjian TRIPs agar

melindungi pengetahuan tradisional. Mereka mengusulkan agar Perjanjian

TRIPs berisi ketentuan bahwa negara peserta mensyaratkan pemohon

paten yang menggunakan sumber biologis atau pengetahuan tradisional

untuk (a) mengungkapkan sumber dan negara asal sumber biologis dan

atau pengetahuan tradisional yang digunakan dalam penemuannya; (b)

menunjukkan bukti adanya persetujuan dari pemegang sumber biologis

atau pengetahuan tradisional tersebut dan (c) menunjukkan bukti

kesepakatan pembagian benefi.t yang adil menurut ketentuan dari negara

asal sumber biologis atau pengetahuan tradisional yang digunakan. 291 Ada

juga usulan agar the Patent Cooperation Treaty memuat ketentuan bahwa

hukum negara anggota dapat mengharuskan pengungkapan pengetahuan

tradisional yang dipakai dalam permohonan paten; jika pemohon paten

tidak mengungkapkannya, maka permohonannya bisa ditolak. 292 N amun,

sampai sekarang ini, kedua perjanjian intemasional tersebut belum diubah

untuk mengakomodasi usulan-usulan tersebut.

Walaupun Perjanjian TRIPs tidak mengatur perlindungan pengetahuan

tradisional, namun Perjanjian ini mencantumkan ketentuan yang bisa

berhubungan dengan pengetahuan tradisional seperti merek (trademarks)

dan indikasi geogra:fis (geographical indications).

Pengertian merek tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) Perjanjian TRIPs.

Menurut Pasal ini, merek adalah "[A]ny sign, or any combination of signs,

capable of distinguishing the goods or services of one undertaking from

those of other undertaking ... "

Merek bisa digunakan untuk melindungi tanda dari pengetahuan

tradisional yang memenuhi syarat sebagai merek. Apabila merek dari

pengetahuan tradisional ini ditiru oleh seseorang, maka pemiliknya

mempunyai hak untuk menuntutnya. Kelemahannya adalah tidak semua,

291 WTO Council for Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights, Compilation

of WTO Documents Concerning Intellectual Property, bahan dari WIPO-WTO

Colloquium for Teachers of Intellectual property, Geneva, 30 Juni - 10 Juli 2008,

him. 28.

292 Werra J d, "Fighting Against Biopiracy: Does The Obligation to Disclose in Patent

Applications Truly Helps", (2009) 42 Vand. J. Transnat'l L. 143, him. 148.

I 97

Page 115: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

kalau tidak bisa dikatakan jarang, tanda dari pengetahuan tradisional

merupakan merek yang terdaftar. Oleh karena itu, upaya untuk memberikan

merek untuk pengetahuan tradisional kemudian mendaftarkannya

diharapkan akan banyak dilakukan untuk memanfaatkan merek sebagai

sarana perlindungan pengetahuan tradisional. N amun, muncul persoalan

siapakah yang hams mengupayakan hal tersebut. Oleh karena itu, perlu

ada organisasi untuk kepentingan tersebut.

lndikasi geogra:fis (geographical indications) tercantum dalam Pasal

22 Perjanjian TRIPs. Pasal ini mende:finisikan indikasi geogra:fis sebagai

"[I]ndications which identify a good as originating in the territory of a

Member, or a region or locality in that territory, where a given quality,

reputation or other characteristic of the good is essentially attributable to

its geographical origin. "

lndikasi geogra:fis bisa dipakai untuk melindungi pengetahuan

tradisional karena kebanyakan indikasi ini berbasis kepada tradisi kolektif

dan proses pengambilan keputusan kolektif ( collective decision-making

process). Juga karena indikasi ini menekankan kepada hubungan antara

kultur manusia dan lingkungannya dan bisa dipertahankan selama tradisi

kolektif tersebut dipertahankan.

Hal lain yang dapat berhubungan dengan pengetahuan tradisional

yang tercantum dalam Perjanjian TRIPs adalah apa yang disebut the

"life patenting exception". Pasal 27 ayat (3) huruf b dari Perjanjian ini

menyatakan:

Members may also exclude from patentability: . . . (b) plants and

animals other than micro-organisms, and essentially biological

processes for the production of plants or animals other than non­

biological and microbiological processes. However, Members shall

provide for the protection of plant varieties . . .

Pasal ini memperbolehkan negara anggota untuk mengecualikan, dari

yang dapat dipatenkan, tanaman dan binatang, kecuali jasad renik (micro­

organisms) dan proses biologis untuk memproduksi tanaman dan binatang,

kecuali proses non-biologis dan mikrobiologis. Namun, ketentuan ini

sangat lemah ditinjau dari perlindungan pengetahuan tradisional, karena

98 I

Page 116: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dengan menggunakan kata "may", ketentuan ini memberikan kebebasan

kepada negara peserta untuk mengecualikan atau tidak. Jadi, Pasal ini

juga memperbolehkan negara peserta untuk memasukkan item-item

tersebut ke dalam invensi-invensi yang dapat diberikan paten. Oleh karena

itu, kelompok aktivis Afrika (the African Group) pernah mengusulkan

agar Pasal 27 ayat (3) huruf b secara tegas melarang pemberian paten

untuk tanaman dan binatang termasuk jasad renik (micro-organisms) dan

semua makhluk hidup yang lain dan semua proses untuk memproduksi

tanaman, binatang dan semua makhluk hidup yang lain. 293 N amun, karena

memasukkan jasad renik dan semua proses untuk memproduksi tanaman

dan hewan termasuk non-biologis dan mikrobiologis sebagai item-item

yang tidak bisa diberikan paten, usulan ini tidak realistis dan sulit mendapat

sambutan dari negara-negara di Eropa danAmerika Serikat.294 karena item­

item tersebut justru merupakan evolusi dari hal-hal yang dapat dipatenkan

di negara-negara tersebut.295 Fakta menunjukkan bahwa permohonan

paten makhluk hidup telah banyak diajukan di Amerika Serikat. Misalnya,

sebelum tahun 2000 saja the U.S. Government's National Institutes of

Health telah mengajukan permohonan paten untuk 2.851 genes dan

fragmen DNA (deoxyribonucleic Acid) otak manusia. Sebuah perusahaan

Amerika, Incyte, juga telah mengajukan permohonan paten untuk 40.000

genes dan fragmen DNA manusia. Begitu juga telah diajukan permohonan

paten untuk genes dan DNA beras, kacang tanah (groundnut) dan kacang­

kacangan.296

Memang Pasal 27 ayat (3) huruf (b) Perjanjian TRIPs perlu diperbaiki

agar: pertama, memberikan perlindungan pengetahuan tradisional;

kedua, untuk dapat "menyeragamkan" negara-negara peserta dalam

mengimplementasikan ketentuan Pasal tersebut dan komitmen dalam CBD.

293 Outfield, Op.Cit., hlm 39; Ong B, Intellectual Property and Bilogical Resources,

Marshall Cavendish International, Singapora, 2004, hlm. 63-68.

294 Boza RT, "Protecting Andean Traditional Knowledge and Biodiversity Perspectives

under the U.S. - Peru Trade Promotion Agreement", (2008) 16-SUM Currents: Int'/

Trade L.J. 76, hlm. 78.

295 Outfield, Op.Cit., hlm. 39.

296 Mgbeoji I, "Patents and Traditional Knowledge of the Uses of Plants: Is a Communal

Patent Regime Part of the Solution to the Scourge of Bio Piracy?" (2001) 9 Ind. J.

Global Leg. Stud. 163, hlm. 164

I 99

Page 117: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Perbaikannya adalah dengan menjadikan ketentuan dalam Pasal tersebut

wajib bagi semua anggota WTO, namun dengan tetap mempertahankan

pengecualian-pengecualian yang tercantum dalam Pasal tersebut. Tanpa

perbaikan, Pasal tersebut memungkinkan ketidakseragaman perlakuan

negara peserta terhadap aplikasi paten makhluk hidup; di negara yang satu

bisa diberikan paten, sedangkan di negara lain tidak bisa diberikan paten.

Hal ini berarti suatu pengetahuan tradisional di negara yang pertama tidak

bisa "dimanfaatkan" di negara yang pertama namun mudah "dicuri" di

negara yang kedua. Ini justru merugikan masyarakat, khususnya pemegang

pengetahuan tradisional, di negara yang pertama tersebut.

2. Hokum HKI dan Perlindungan Pengetahuan Tradisional di

Indonesia

a) Hokum Paten

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 (UU Paten 2016) berisi

ketentuan yang berhubungan dengan pengetahuan tradisional, sebagai

berikut.

Pasal 9 huruf b mencantumkan beberapa item yang tidak dapat

diberikan paten, yaitu "metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/

atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan".

Berarti semua metode tradisional yang berkaitan dengan pengobatan tidak

bisa diberikan paten. Akibatnya, setiap penemuan yang dimohonkan paten

yang ternyata hanya menggunakan metode pengobatan dari pengetahuan

tradisional tidak bisa diberikan paten.

Namun, ketentuan itu tidak didukung oleh kesepakatan internasional.

Pasal 27 ayat (3) huruf (a) Perjanjian TRIPs hanya menyatakan bahwa:

"Members may also exclude from patentability: (a) diagnostic, therapeutic

and surgical methods for the treatment of human or animals". Dengan

kata "may" berarti, Perjanjian TRIPs tidak mengharuskan. Dengan kata

lain, negara anggota boleh mengabulkan permohonan paten untuk invensi

metode pengobatan. Akibatnya, pengetahuan tradisional di Indonesia bisa

saja "dicuri" dan didaftarkan di negara tersebut.

100 I

Page 118: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah menginventarisir

dan mendokumentasikan secara tertulis, terperinci dan jelas mengenai

pengobatan tradisional yang ada, kemudian mempublikasikannya. Dengan

ini diharapkan pengetahuan tradisional ini diakui sebagai Teknologi

Yang Diungkapkan Sebelumnya (prior art) di negara lain, terutama di

negara seperti Amerika Serikat yang mengakui prior art di luar negeri

hanya apabila tertulis.297 Dalam Draft RUU Pengetahuan Tradisional dan

Ekspresi Budaya Tradisional (RUUPT&EBT) yang terakhir (awal Januari

2017) Penulis terima, telah dicantumkan ketentuan tentang kewajiban

inventarisasi dan pendokumentasian pengetahuan tradisional. 298 Deskripsi

tentang pengetahuan tradisional dalam dokumentasi yang akan dibuat hams

jelas agar dapat membatalkan syarat kebaruan invensi yang dimintakan

paten ("novelty-destroying prior art''). Untuk itu, deskripsi tersebut hams

"enabling". Artinya, dengan membaca deskripsi tersebut seseorang yang

ahli di bidangnya bisa membuat invensi yang sedang dimintakan paten.

Ketentuan lain dalam UU Paten 2016, yaitu Pasal 9 huruf d dan

huruf e menyatakan tidak bisa diterima sebagai invensi: "semua makhluk

hidup, kecuali jasad renik", dan "proses biologis yang esensial untuk

memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses nonbiologis atau

proses mikrobiologis". Berarti pengetahuan tradisional yang berkaitan

dengan item-item menurut ketentuan dalam Pasal 9 huruf d dan e ini

tidak bisa dipatenkan. N amun, sampai sekarang tidak ada kesepakatan

internasional yang mendukung ketentuan tersebut. Pasal 27 ayat (3) huruf

(b )299 Perjanjian TRIPs membebaskan negara peserta untuk mengambil

kebijakan sendiri-sendiri berkaitan dengan paten makhluk hidup dan

297 Section 102 dari Code 35 Amerika Serikat berbunyi: "[A] person shall be entitled to a

patent unless: ( a) the invention was known or used by others in this country, patented

or described in a printed publication in this or a foreign country, before the invention

thereof by the applicant for a patent, or (b) the invention was patented or described in

a printed publication in this or a foreign country ... "

298 Dalam draft RUU tersebut ada pasal yang menyatakan: "(l) Pemerintah dan

Pemerintah Daerah melakukan inventarisasi mengenai Pengetahuan Tradisional dan

Ekspresi Budaya Tradisional. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung

jawab membuat dokumentasi dan memiliki pangkalan data mengenai Pengetahuan

Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional."

299 Pasal ini menyatakan: "Members m(O' also exclude from patentability: ... (b) plants

and animals other than micro-organisms, and essentially biological processes for

I 101

Page 119: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

proses biologis. Akibatnya, ketentuan Pasal 9 huruf d dan huruf e ini juga

dapat merugikan bangsa Indonesia. Pengetahuan tradisional di Indonesia

berkenaan makhluk hidup yang tidak bisa dipatenkan di Indonesia bisa

dimintakan paten di negara lain seperti Amerika Serikat.

Pasal-pasal dalam UU Paten 2016 tersebut di atas bisa dikatakan

merupakan ketentuan-ketentuan yang bisa digunakan untuk melindungi

pengetahuan tradisional secara negatif (defensive protection).30° Ketentuan

lain yang secara eksplisit memberikan perlindungan kepada pengetahuan

tradisional secara negatif dalam UU Paten 2016, yang sebelumnya (UU

Paten 2001) tidak mengatur, adalah Pasal 26. Pasal 26 ayat (1) menyatakan:

"Jika Invensi berkaitan dengan dan/atau berasal dari sumber daya genetik

dan/atau pengetahuan tradisional, hams disebutkan dengan jelas dan

benar asal sumber daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional tersebut

dalam deskripsi." Artinya, inventor atau pemohon paten hams jujur

mengungkapkan penggunaan sumber daya genetik dan/atau pengetahuan

tradisional di dalam deskripsi invensinya.

Dalam Penjelasan Pasal 26(1) UU Paten 2016 dinyatakan secara

tegas bahwa tujuan kewajiban disclosure tersebut adalah agar sumber

daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional Indonesia tidak diklaim

oleh negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mulai

memikirkan pencegahan pencurian sumber daya genetik dan/atau

pengetahuan tradisional Indonesia oleh negara-negara lain. Di samping

itu, kewajiban dalam Pasal tersebut bertujuan untuk menciptakan Access

and Benefi.t Sharing (ABS). Artinya, agar inventor dan pemegang sumber

daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional membuat suatu mekanisme

bagaimana sumber daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional bisa

diakses dan bagaimana mereka membagi hasil pemanfaatannya.301 Tujuan

the production of plants or animals other than non-biological and microbiological

processes ... " (Penekanan oleh Penulis).

300 Untuk pembahasan lebih lanjut tentang pengertian defensive protection dan

positive protection, lihat WIPO, "Traditional Knowledge and Intellectual Property

- Background Brief," http://www.wipo.int/pressroom/en/briefs/tk_ip.html, (diakses

tanggal 21 Januari 2016).

301 Lihat Secretariat of Convention on Biological Diversity, "Introduction to Access and

Benefit-Sharing," https://www.cbd.int/abs/infokit/brochure-en. pdf ( diakses tanggal

26 Oktober 2016).

102 I

Page 120: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ini kemudian dipertegas oleh Pasal 26(3) yang menyatakan bahwa

pembagian hasil dan/atau akses pemanfaatan sumber daya genetik dan/atau

pengetahuan tradisional dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemndang­

undangan dan perjanjian intemasional di bidang sumber daya genetik

dan pengetahuan tradisional. Bisa dipahami dari sini bahwa salah satu

perjanjian intemasional penting yang mengatur ABS adalah Convention

on Biological Diversity (CBD) yang telah dirati:fikasi Indonesia pada tahun

1994.302 Pasal 15 CBD mengatur bagaimana ABS dilakukan. Intinya,

akses hams disepakati kedua belah pihak dan hams mendapat persetujuan

terlebih dahulu (prior informed consent) dari pemegang sumber daya

genetik dan/atau pengetahuan tradisional. Pembagian hasil penelitian dan

pengembangan, komersialisasi dan pemanfaatan lainnya hams dilakukan

secara fair dan equitable antara kedua belah pihak. Pasal 15 CBD tersebut

dijelaskan oleh Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the

Fair and Equitable Sharing of Benefi.t Arising from Their Utilization yang

juga telah disahkan oleh Indonesia pada tahun 2013.303

Ketentuan tentang kewajiban disclosure dalam Pasal 26(1) UU Paten

2016 tersebut di atas belum didukung oleh kesepakatan intemasional di

bidang HKI. Perjanjian TRIPs, misalnya, belum mengatumya. Pasal

29.1 Perjanjian TRIPs hanya menyatakan bahwa Negara Anggota WTO

hams mewajibkan pemohon paten untuk: " ... disclose the invention in a

manner sufficiently clear and complete for the invention to be carried out

by a person skilled in the art and may require the applicant to indicate

the best mode for carrying out the invention known to the inventor ... "

Pasal ini tidak menyinggung sama sekali tentang kewajiban disclosure

berkaitan dengan pengetahuan tradisional. U sulan untuk perbaikan

Pasal dalam Perjanjian TRIPs tersebut sudah dilakukan, yang intinya

perlu ditambahkan kewajiban bagi pemohon paten untuk menyebutkan

secara jujur pengetahuan tradisional yang digunakan dalam deskripsi

302. Lihat UU No 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on

Biological Diversity. Lihat juga "Convention on Biological Diversity, List of Parties,"

https://www.cbd.int/information/parties.shnnl (diakses tanggal 26 Oktober 2016).

303 Dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 tentang Ratifikasi

Pengesahan Protokol Nagoya tentang Al<ses pada Sumber Daya Genetik dan

Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya.

I 103

Page 121: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

permohonan patennya.304 Apabila Perjanjian TRIPs sudah mengatur

kewajiban disclosure, posisi hukum UU Paten 2016 akan didukung secara

internasional.

Walaupun Perjanjian TRIPs belum mengatur kewajiban disclosure,

namun sudah ada usaha ke arah itu oleh WIPO. Dalam Draft Articles on

the Protection of Traditional Knowledge yang dibuat oleh the WIPO s

Intergovernmental Committee on Intellectual Property, Genetic Resources,

Traditional Knowledge and Folklore (IGC), tercantum beberapa policy

objectives yang salah satunya adalah: mendukung kewajiban disclosure

dalam permohonan paten, yang berbunyi: "ensure mandatory disclosure

requirement of the country of origin of traditional knowledge and associated

genetic resources that are related or used in the patent application. "305

Kemudian, Pasal 4 BIS Draft Articles tersebut secara khusus mengatur

kewajiban disclosure.306 Sayangnya, sampai sekarang belum jelas kapan

draft treaty tersebut akan disepakati.

Kelemahan dari Pasal 26 UU Paten 2016 adalah tidak mengatur

secara eksplisit kewajiban adanya prior informed consent walaupun bisa

juga tersirat dalam Penjelasan Pasal 26(1) pada istilah Access and Benefit

Sharing (ABS) yang merupakan tujuan dari kewajiban disclosure karena

akses hams selalu mendapat persetujuan dari pemegang pengetahuan

tradisional terlebih dahulu. Namun, lebih baik kewajiban adanya prior

informed consent diatur secara eksplisit. Bandingkan dengan ketentuan

Pasal 4 Bis.1 Draft Articles on the Protection of Traditional Knowledge

304 Manual Ruiz, The International Debate on Traditional Knowledge as Prior Arts in the

Patent System: Issues and Options for Developing Countries, Center for International

Environmental Law, 2002, lllm. 19.

305 WIPO, "The Protection of Traditional Knowledge DraftArticles," hlm. 6, http://www.

wipo.int/edocs/mdocs/tk/ en/ wipo_grtkf_ic_21/wipo_grtkf_ic_21_ref_facilitators_

text.pdf (diakses tanggal 18 Januari 2017).

306 Pasal 4 BIS.1 Draft Articles menyatakan: "[ . . . Intellectual property applications

that concern [an invention] any process or product that relates to or uses traditional

knowledge shall include information on the country from which the [inventor or the

breeder] applicant collected or received the knowledge (the providing country), and

the country of origin if the providing country is not the same as the country of origin

of the traditional knowledge. The application shall also state whether prior informed

consent to access and use has been obtained.}"

104 I

Page 122: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dari WIPO yang mengatur secara eksplisit kewajiban prior informed

consent. 307

UU Paten 2016 berisi ketentuan yang memungkinkan pemegang

pengetahuan tradisional untuk mengajukan keberatan terhadap

permohonan paten yang melanggar pengetahuan tradisionalnya. Pasal 49

ayat (1) UU Paten 2016 menyatakan bahwa setiap pihak dapat mengajukan

keberatan terhadap suatu permohonan paten dengan memberikan

alasannya. Berdasarkan Pasal ini, pemilik atau pemegang pengetahuan

tradisional bisa mengajukan keberatan terhadap suatu permohonan paten

dengan alasan, misalnya, invensi yang bersangkutan tidak memenuhi

syarat kebaruan (novelty) karena tidak berbeda dengan pengetahuan

tradisionalnya. Namun, dasar hukum ini tidak kuat apabila UU Paten

2016 tidak menganggap pengetahuan tradisional sebagai Teknologi Yang

Diungkapkan Sebelumnya (prior art). Dengan melihat Pasal 5 ayat (2) UU

Paten 2016, yang mengatur prior art, nampaknya tidak semua pengetahuan

tradisional bisa dianggap sebagai prior art.

Pasal 5 ayat (2) menyatakan:

Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan teknologi yang telah diumumkan di Indonesia

atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui

peragaan, penggunaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan

seorang ahli untuk melaksanakan Invensi tersebut sebelum: a. Tanggal

Penerimaan; atau b. tanggal prioritas dalam hal Permohonan diajukan

dengan Hak Prioritas.

Penjelasan Pasal 5 ayat (2) menyatakan:

Dalam Undang-Undang ini, ketentuan mengenai uraian lisan atau

melalui peragaan atau dengan cara lain tidak hanya dilakukan di

Indonesia, tetapi juga terhadap hal-hal tersebut yang dilakukan di

luar negeri dengan ketentuan bahwa bukti tertulis harus tetap pula

disampaikan. (Penekanan oleh Penulis)

307 Lihat Pasal 4 Bis.1 Draft Articles kalimat terakhir.

I 10s

Page 123: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Dengan membaca Pasal 5 ayat (2) dan Penjelasannya, nampak tidak

atau kurang pasti bahwa semua pengetahuan tradisional bisa dianggap

prior art karena ada syarat "bukti tertulis harus tetap pula disampaikan"

padahal sebagian besar pengetahuan tradisional adalah tidak tertulis.

Jadi, hanya pengetahuan tradisional yang tertulis saja yang bisa dianggap

sebagai prior art.

Bandingkan dengan Pasal 54(2) the European Patent Convention

(EPC) yang mendefinisikan prior art sebagai " . . . everything made

available to the public by means of a written or oral description, by use,

or in any other way, before the filing of the European patent application". 308

Disini jelas bahwa pengertian prior art sangat luas, yang tertulis ataupun

lisan, dengan penggunaan, atau cara lain, dan tidak dibatasi dengan

keharusan penyerahan bukti tertulis seperti dalam Penjelasan Pasal 5 ayat

(2) UU Paten 2016. Lihat juga Pasal 2 huruf (1) UU Paten India309 yang

menyatakan: "new invention" means any invention or technology which

has not been anticipated by publication in any document or used in

the country or elsewhere in the world before the date of filing of patent

application with complete specification, i.e., the subject matter has not

fallen in public domain or that it does not form part of the state of the

art." Ketentuan dalam UU Paten India tersebut jelas menunjukkan bahwa

pengetahuan tradisional merupakan prior art. Bahkan, Pasal 3 huruf (p) UU

Paten India ini memasukkan pada daftar invensi yang tidak dapat diberikan

paten suatu ketentuan yang menyatakan: "[A]n invention which, in effect,

is traditional knowledge or which is an aggregation or duplication of

known properties of traditionally known component or components. " Jadi,

invensi yang sebenamya merupakan pengetahuan tradisional tidak dapat

dipatenkan. Oleh karena itu, pengertian prior art dalam Pasal 5 ayat (2)

UU Paten 2016 perlu diperbaiki agar secara pasti bisa mencakup semua

pengetahuan tradisional.

308 The European Patent Convention, hlm. 112, http://documents.epo.org/projects/

babylon/eponet.nsf/0/ F9FDOB02F9D1A6B4C1258003004DF610/$File/EPC_16th_

edition_2016_en.pdf (diakses tanggal 17 Januari 2017).

309 UU Paten India tahun 1970 sebagaimana diamendemen terakhir pada tahun 2005,

http://www.wipo.int/edocs/lexdocs/laws/en/in/in065en.pdf (diakses tanggal 23

Januari 2016).

106 I

Page 124: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Namun, timbul pertanyaan: apakah ketentuan Pasal 26 UU Paten 2016

dapat mementahkan pemikiran bahwa seharusnya pengetahuan tradisional

termasuk dalam pengertian prior art menurut Pasal 5 ayat (2)? Dengan

kata lain, apakah ketentuan Pasal 26 tersebut mempunyai makna tersirat

bahwa pengetahuan tradisional langsung bisa dipatenkan sehingga bukan

merupakan prior art? Harns dipahami bahwa Pasal 26 menggunakan istilah

atau kata-kata "Invensi berkaitan dengan dan/atau berasal dari sumber

daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional." Dari istilah atau kata-kata

ini bisa dipahami bahwa Pasal 26 nampaknya tidak menyiratkan bahwa

pengetahuan tradisional langsung dapat dipatenkan. Menurut pendapat

Penulis, jiwa UU Paten 2016 kaitannya dengan perlindungan pengetahuan

tradisional adalah memberikan defensive protection. 310 Artinya, semua

pasal-pasal tersebut di atas, termasuk Pasal 26, bertujuan untuk mencegah

klaim, pencurian dan/atau pemanfaatan tanpa hak pengetahuan tradisional

untukdipatenkan. Jadi, tidaklogisapabilaPasal26ditafsirkanmementahkan

pemikiran bahwa pengetahuan tradisional seharusnya merupakan prior

art. Maka, seharusnya, suatu invensi yang berkaitan dengan dan/atau

berasal dari pengetahuan tradisional tidak bisa mendapatkan paten kecuali

tidak sama dengan atau merupakan pengembangan dari pengetahuan

tradisional tersebut.311 Namun, ada kekhawatiran bahwa suatu invensi yang

tidak berbeda dengan atau bukan merupakan pengembangan dari suatu

pengetahuan tradisional akhimya oleh Dirjen KI diberi paten hanya karena

pemohonnya telah memenuhi kewajiban dalam Pasal 26, yakni kewajiban

disclosure dan Access and Benefit Sharing dengan pemegang pengetahuan

tradisional. Oleh karena itu, istilah "invensi berkaitan dengan dan/atau

berasal ... " dalam Pasal 26 perlu dikaji dan dijelaskan agar diperoleh

penafsiran yang tepat agar tidak mementahkan syarat kebaruan (novelty)

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2).

310 Untuk pembahasan lebih lanjut tentang pengertian defensive protection clan positive

protection, lihat WIPO, "Traditional Knowledge and Intellectual Property -

Background Brief," http://www.wipo.int/pressroom/en/briefs/tk_ip.html, (diakses

tanggal 21 Januari 2016).

311 Terima kasih kepada Ibu Dr. Mas Rahmah SH, LL.M, pakar dan dosen Hak Kekayaan

Intelektual dari Fak Hukum Universitas Airlangga yang telah meluangkan waktu

untuk berdiskusi dengan Penulis tentang makna Pasal 26 UU Paten 2016.

I 101

Page 125: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Pasal 132 ayat (1) huruf a UU Paten 2016 memungkinkan pihak ketiga

untuk dapat mengajukan gugatan penghapusan paten ke pengadilan niaga

karena invensi yang diberi paten tidak memenuhi unsur kebaruan (novelty)

atau invensi tersebut bukan merupakan invensi yang dapat diberikan paten.

Kalau pengetahuan tradisional dianggap prior art, maka pemegangnya bisa

mengajukan gugatan penghapusan paten apabila invensi yang diberi paten

sama dengan pengetahuan tradisionalnya. Oleh karena itu, sebagaimana

Penulis sebutkan di atas, Pasal 5 ayat (2) yang mengatur mengenai prior art

perlu diperbaiki agar ada kepastian bahwa semua pengetahuan tradisional

bisa dianggap sebagai prior art.

Namun, terlepas dari apakah pengetahuan tradisional merupakan prior

art atau tidak, berdasarkan Pasal 132(1) huruf b, pemegang pengetahuan

tradisional bisa menggugat penghapusan paten apabila invensinya temyata

berasal dari pengetahuan tradisional tetapi inventor atau pemegang patennya

tidak melaksanakan disclosure dan tidak melakukan benefit sharing.

Dalam Pasal 132(2) dinyatakan bahwa gugatan berdasarkan Pasal

132(1) huruf b diajukan oleh pihak ketiga kepada pemegang paten melalui

Pengadilan Niaga. Jadi, berdasarkan ketentuan ini, pemegang pengetahuan

tradisional yang hams aktif. Ini berbeda dengan, misalnya, gugatan

penghapusan paten berdasarkan Pasal 132(1) huruf d, yakni karena

pemberian lisensi wajib tidak bisa mencegah berlangsungnya pelaksanaan

paten yang merugikan masyarakat. Misalnya, pemberian Lisensi-wajib

untuk memproduksi obat yang sangat dibutuhkan masyarakat temyata

tidak dilaksanakan secara efektif sehingga jumlah yang diproduksi tetap

sedikit dan harga obat tetap mahal.312 Dalam hal ini, berdasarkan Pasal

132(4), gugatan bisa diajukan oleh jaksa "mewakili kepentingan nasional."

Sementara itu, gugatan pelanggaran pengetahuan tradisional tidak

perlu melibatkan jaksa. Bisa ditafsirkan bahwa hal itu karena tidak ada

kepentingan nasional yang perlu diperjuangkan dalam gugatan pelanggaran

pengetahuan tradisional. Nampak disini bahwa ketentuan dalam UU Paten

2016 ini tidak menganggap perlindungan pengetahuan tradisional setara

dengan perlindungan kepentingan nasional. Padahal dalam Penjelasan

312. Lihat Penjelasan Pasal 132(1) huruf d UU Paten 2016.

10s I

Page 126: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Umum UU ini disebutkan bahwa perlindungan pengetahuan tradisional

penting karena "Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan

sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang sering dimanfaatkan

oleh Inventor dalam maupun luar negeri untuk menghasilkan Invensi

yang barn." Pemyataan dalam Penjelasan UU ini menyiratkan bahwa

perlindungan pengetahuan tradisional bukan hanya kepentingan individu,

tapi merupakan kepentingan nasional. Oleh karena itu, seharusnya,

negara bersikap lebih aktif dan tidak hanya menyerahkan kepada pihak

ketiga dalam gugatan penghapusan paten yang melanggar pengetahuan

tradisional. Siapa pihak ketiga juga belum jelas sehingga bisa jadi tidak

ada insentif untuk mengajukan gugatan. Negara perlu mempertimbangkan

isi Pasal 4 Bis 4 dari Draft Articles on the Protection of Traditional

Knowledge dari WIPO yang menyatakan: "Rights arising from a grant

shall be revoked and rendered unenforceable when the applicant has failed

to comply with the obligations of mandatory requirements as provided for

in this article ... " Intinya bahwa hak paten hams dibatalkan atau dinyatakan

tidak berlaku apabila pemohon tidak memenuhi kewajiban disclosure dan

prior informed consent. Disini tersirat yang aktif adalah negara untuk

membatalkan paten yang melanggar kewajiban-kewajiban tersebut karena

Draft Articles tersebut nanti akan menjadi treaty yang subjeknya adalah

negara. Dalam draft RUUPT&EBT yang terakhir Penulis terima (awal

Januari 2017) juga ditekankan bahwa Pemerintah yang bertanggung

jaw ab untuk melindungi pengetahuan tradisional. 313 Seharusnya --­

bukan merupakan yang redundant --- UU Paten 2016 juga menekankan

bahwa Pemerintah ikut aktif dalam melindungi pengetahuan tradisional.

Dalam UU Paten 2016 tidak ada ketentuan yang memberikan hak

kepada pemegang pengetahuan tradisional untuk melakukan gugatan

perdata kepada pihak pelanggar pengetahuan tradisionalnya dan juga tidak

313 Dalam draft RUUPT & EBT tersebut ada ketentuan yang menyatakan: "(l)

Pemerintah melakukan langkah-langkah untuk melindungi Pengetahuan Tradisional

dan Ekspresi Budaya Tradisional dari Penggunaan pihak-pihak luar, baik orang asing

maupun pelaku ekonomi. (2) Langkah-langkah melindungi Pengetahuan Tradisional

dan Ekspresi Budaya Tradisional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi

pengawasan, pengendalian, pembinaan, gugatan perdata, pencabutan izin, atau

penuntutan pidana."

I 109

Page 127: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ada ketentuan pidana bagi pelanggar. Gugatan perdata dan tuntutan pidana

bagi pelanggar temyata akan diatur dalam peraturan yang secara khusus (sui

generis) mengatur pengetahuan tradisional. Pada draft RUUPT&EBTyang

terakhir ( awal Januari 2017) Penulis terima diatur tentang gugatan perdata314

dan ketentuan pidana315 bagi pelanggar pengetahuan tradisional. Namun,

selama RUU belum disahkan menjadi UU, maka ada kekosongan hukum

tentang gugatan perdata dan tuntutan pidana bagi pelanggar pengetahuan

tradisional. Sayang, pembentuk UU Paten 2016 tidak mengantisipasi hal ini.

b) Hukum Merek

Jarang sarjana membahas hubungan antara perlindungan pengetahuan

tradisional dengan hukum merek. Nampaknya, sarjana telah meremehkan

isu tersebut. Kebanyakan diskusi menghubungkan antara perlindungan

pengetahuan tradisional dengan hukum paten dan hukum hak cipta.

Padahal, seperti dalam hukum paten, orang bisa mendaftarkan merek yang

melanggar pengetahuan tradisional. Misalnya, kata "Kava" yang merupakan

nama species tanaman tradisional yang bisa dipakai untuk bahan minuman

spiritual dan kesehatan di Pacific Islands telah didaftarkan sebagai merek

oleh beberapa perusahaan di Eropa dan AS, walaupun dengan menambah

kata atau huruf-huruf lain, misalnya "Kava Pure" dan Kavatril."316 Bahkan,

di India, sudah lebih dari 40 ( empat puluh) nama kuno India telah menjadi

314 Misalnya, ada pasal yang menyatakan: "Dalam hal tidak ada mekanisme penyelesaian

sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setiap orang yang berkepentingan

atas terjaganya aspek religius, spiritualitas, kepercayaan, dan sifat rahasia dari

Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional dapat mengajukan gugatan

ke pengadilan negeri."

315 Ada pasal yang menyatakan: "Setiap orang yang melanggar Pasal 35, Pasal 36, dan

Pasal 37 diancam pidana sebesar-besarnya Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah)."

Sedangkan Pasal 35 dalam Draft RUU tersebut menyatakan: "Setiap orang dilarang

menggunakan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional untuk tujuan

komersial, kecuali telah mendapatkan PADIA, mendapatkan kesepakatan bersama,

dan memberikan pembagian keuntungan."

316 Tesh Dagne, "Protecting Traditional Knowledge in International Intellectual Property

Law: Imperatives for Protection and Choice of Modalities," (2014) 14 J. Marshall

Rev. Intell. Prop. L. 25, hlm. 37. Banyak perusahaan juga telah mempatenkan ekstraks

Kava dan campuran aktif Kava. Masyarakat tradisional Pacific Island yang telah

mengembangkan dan mempertahankan khasiat dan sifat-sifat Kava tidak menerima

suatu penghargaan apapun. Ibid.

110 I

Page 128: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

merek terdaftar m.ilik perusahaan-perusahaan swasta. Nama-nama seperti

Vastu (bentuk arsitektur tradisional India), Veda (buku Sansekerta tertua

India), Ayurveda (doa permohonan medis kuno) dan Gayatri (nyanyian

religi) telah didaftarkan sebagai merek oleh organisasi-organisasi swasta

di Jerman. 317

Hukum merek bisa digunakan untuk melindungi pengetahuan

tradisional dengan dua cara. Pertama, dengan cara mencegah pendaftaran

tanpa hak, tanda-tanda tradisional oleh pihak tertentu. Kedua, hukum

merek memungkinkan pendaftaran tanda yang berupa nama, kata, simbol,

ikon, dan lain sebagainya m.ilik masyarakat pribum.i (tradisional) untuk

mendapatkan hak atas merek.

Berkaitan dengan cara yang pertama, hukum merek bisa memuat

suatu ketentuan yang melarang pendaftaran suatu tanda yang merugikan

masyarakat yang mempunyai pengetahuan tradisional. Di Selandia

Barn, m.isalnya, Pasal 17(1) huruf c UU Merek Selandia Barn 2002318

menyatakan: "The Commissioner must not register as a trade mark or part

of a trade mark any matter-(c) the use or registration of which would, in

the opinion of the Commissioner, be likely to offend a significant section

of the community, including Maori." Selain itu, Pasal 73(1) UU Merek

Selandia Barn 2002 menyatakan: "The Commissioner or the court may,

on the application of an aggrieved person (which includes a person who

is culturally aggrieved), declare that the registration of a trade mark is

invalid ... " (Penekanan oleh Penulis).319

UU Merek Selandia Barn tersebut mengandung ketentuan yang bersifat

aktif dan pasif. Pasal 17(1) bersifat aktif karena secara tegas mewajibkan

317 Deccan Herald "Veda, Ayurveda registered as trademarks in Germany", December

29. http://www.iprlawindia.org/category05/3559, dalam Vilailuk Tiranutti,

"Trademarking traditional knowledge, Lessons from the Rusie Dutton case," Tech

Monitor, Maret -April 2007, hlm. 43, http://techmonitor.net/tm/images/3/39/07mar_

apr_sf5.pdf (diakses tanggal 24 Januari 2017).

318 UU Merek Selandia Baru 2002 sebagaimana diperbaiki sampai tahun 2014. Lihat

http://www.wipo.int/wipolex/en/details.jsp?id=14825.

319 Untuk pembahasan lebih lanjut tentang perlindungan pengetahuan tradisional dan

hukum merek di Selandia Baru, lihat Susy Frankel, "Trademarks and Traditional

Knowledge and Cultural Intellectual Property Rights," (Nopember 2011) Victoria

University of Wellington, https://www.researchgate.net/publication/228136506_,

(diakses tanggal 20 Januari 2017).

I 111

Page 129: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Kantor Merek untuk menolak pendaftaran merek yang menyakitkan atau

menghina (offensive) masyarakat. Di sini yang hams aktif adalah Kantor

Merek. Sedangkan Pasal 73(1) bersifat pasif karena Kantor Merek bersikap

pasif menunggu masyarakat yang merasa terhina untuk mengajukan

pembatalan merek yang bersifat offensive.

Di AS ada ketentuan dalam the Lanham Act 1946 (UU Merek AS)

yang melarang pendaftaran merek yang mengandung hal-hal yang tidak

etis sehingga bisa digunakan untuk melindungi pengetahuan tradisional.

Pasal Pasal 2(a) UU Merek AS menyatakan:

"No trademark by which the goods of the applicant may be

distinguished from the goods of others shall be refused registration

on the principal register on account of its nature unless it- "Consists

of or comprises immoral, deceptive, or scandalous matter; or matter

which may disparage or falsely suggest a connection with persons,

living or dead, institutions, beliefs, or national symbols, or bring them

into contempt, or disrepute ... "

Walaupun ketentuan dalam UU Merek AS tersebut nampak bersifat

aktif karena mewajibkan Kantor Merek untuk menolak pendaftaran

merek yang immoral (tidak sopan), scandalous (keji/memalukan)

atau disparage (meremehkan/melecehkan), namun karena bahasanya

terlalu umum, ketentuan tersebut hanya memberikan perlindungan yang

bersifat pasif kepada masyarakat pemegang pengetahuan tradisional.

Kantor Merek AS tidak secara aktif menolak pendaftaran merek seperti

itu karena untuk menolaknya Kantor Merek hams melakukan penilaian

(judgment) terlebih dahulu adanya salah satu hal yang tidak etis tersebut.

Oleh karena itu, masyarakat pemegang pengetahuan tradisional hams

aktif untuk mengajukan keberatan pendaftaran atau gugatan pembatalan

merek yang mengandung hal-hal yang tidak etis tersebut.320 Di samping

itu, pembuktian dalam pengajuan keberatan pendaftaran dan gugatan

pembatalan dibebankan kepada masyarakat, dan pembuktian tersebut bisa

sulit. Salah satu contoh sulitnya pembuktian seperti itu adalah pembuktian

320 Lynda J. Oswald, Challenging the Registration of Scandalous and Disparaging Marks

Under the Lanham Act: Who has standing to Sue? (2004) 41 AM. BUS. L.J. 251,264

dalam Susy Frankel, ibid, him. 20.

112 I

Page 130: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dalam kasus "Redskins" dimana masyarakat asli Amerika (Native

Americans) gagal membuktikan bahwa pendaftaran merek "Redskins"

telah meremehkan/melecehkan (disparage) masyarakat asli Amerika.321

Dalam UU Merek 2016, ada ketentuan yang bisa melindungi

pengetahuan tradisional. Pasal 72(7) huruf c menyatakan: "Penghapusan

Merek terdaftar atas prakarsa Menteri dapat dilakukan jika: c. memiliki

kesamaan pada keseluruhannya (persis) dengan ekspresi budaya

tradisional, warisan budaya tak benda, atau nama atau logo yang sudah

merupakan tradisi turun temurun."322 Namun, sayangnya, ketentuan tersebut

hanya membatasi pada merek yang sama pada keseluruhannya. Akibatnya,

merek yang sama pada pokoknya (mirip) dengan tanda tradisional tidak

bisa dihapus. Misalnya merek "Gurah Medik" yang sama pada pokoknya

dengan nama "Gurah" yang merupakan nama pengobatan tradisional di

daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta tidak bisa dihapus.

Sayangnya juga, UU Merek 2016 tidak secara tegas memasukkan

suatu ketentuan preventif terhadap pendaftaran merek yang melanggar

pengetahuan tradisional. UU ini tidak memasukkan merek yang sama

dengan tanda tradisional sebagai salah satu alasan tidak dapat didaftamya

atau ditolaknya permohonan pendaftaran suatu merek. Dalam Pasal

20 yang mengatur merek yang tidak dapat didaftar dan Pasal 21 yang

mengatur merek yang ditolak permohonan pendaftarannya tidak tercantum

hal tersebut. Namun, Pasal 20 huruf a memasukkan "bertentangan dengan

ketertiban umum" sebagai salah satu alasan tidak dapat didaftarkannya

suatu merek. Penjelasan Pasal 20 huruf a mendefinisikan istilah tersebut

secara luas termasuk "menyinggung perasaan masyarakat atau golongan."

Dengan alasan tersebut Kantor Merek bisa menolak pendaftaran suatu

merek yang sama dengan tanda tradisional dengan syarat harus ada

penilaian (judgment) terlebih dahulu bahwa merek tersebut menyinggung

perasaan masyarakat pemegang tanda tradisional. Namun, Penulis

khawatir bahwa Kantor Merek kemungkinan akan menghindari kewajiban

penilaian tersebut, kemudian menerima pendaftaran merek tersebut.

321 ProFootball, Inc. v. Harjo, 284 F. Supp.2d 96, 131 (D.C. Cir. 2003). Lihat Susy

Frankel, ibid, hlm. 19 dan 20 yang membahas hal ini.

322 Penekanan oleh Penulis.

I 113

Page 131: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Seperti di AS, sebagaimana tersebut di atas, Kantor Merek tidak secara

aktif menolak pendaftaran merek dengan alasan yang umum immoral

(tidak sopan), scandalous (keji/memalukan) dan disparage (meremehkan/

melecehkan) yang tercantum dalam Pasal 2(a) UU Merek AS karena

untuk melakukan penilaian seperti itu tidak mudah. Karena Kantor

Merek di Dirjen KI kemungkinan tidak akan menolak pendaftaran merek

yang melanggar pengetahuan tradisional, maka berdasarkan Pasal 76

UU Merek 2016, masyarakat pemegang pengetahuan tradisional yang

hams aktif mengajukan pembatalan merek yang melanggar pengetahuan

tradisionalnya. Masyarakat yang hams membuktikan terpenuhinya alasan

"bertentangan dengan ketertiban umum" tersebut.

Berkaitan dengan cara yang kedua, tanda yang bempa, misalnya, nama,

kata, simbol dan ikon tradisional yang memenuhi kualifikasi dan syarat­

syarat tertentu, bisa didaftarkan sebagai merek. Dibandingkan dengan

hukum paten, hukum merek lebih mendukung perlindungan pengetahuan

tradisional dengan cara ini walaupun sifatnya hanya kebetulan. Dalam

hukum paten, syarat kebaman dan langkah inventif mempakan kendala

bagi pengetahuan tradisional untuk dapat dipatenkan. Sementara itu,

syarat-syarat dalam hukum merek yakni distinctive dan digunakan dalam

perdagangankemungkinan besar bisa dipenuhi oleh pengetahuan tradisional.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indigasi Geografis (UU Merek dan IG 2016), merek

adalah:

tanda yang dapat ditampilkan secara grafis bempa gambar, logo, nama,

kata, hum£, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/

atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua)

atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa ...

dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Jadi, merek hams mempakan tanda, hams memiliki daya pembeda

(distinctive), dan digunakan dalam perdagangan. Apabila suatu tanda

dari pengetahuan tradisional memiliki daya pembeda, digunakan dalam

kegiatan perdagangan dan didaftarkan, maka tanda tersebut dilindungi

sebagai merek. Misalnya, kata atau nama "Gurah" yang mempakan nama

114 I

Page 132: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

metode atau cara pengobatan tradisional untuk mengeluarkan lendir dari

dalam tubuh dengan menggunakan ramuan herbal bisa didaftarkan sebagai

merek jasa pengobatan tersebut oleh warga masyarakat di Jawa, khususnya

Yogyakarta.

Berkaitan dengan masa perlindungan, merek mempunyai kelebihan

dibandingkan dengan paten. Paten hanya 20 ( dua puluh tahun) tahun dan

tidak bisa diperpanjang, sedangkan merek 10 (sepuluh tahun) tetapi bisa

diperpanjang selama masih distinctive dan digunakan dalam kegiatan

perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa hukum merek lebih bisa

melindungi pengetahuan tradisional yang sifatnya perpetual.

UU Merek dan IG 2016 mengatur Indikasi Geografis dan Indikasi

Asal. Keduanya bisa digunakan untuk melindungi pengetahuan tradisional.

Menurut Pasal 1 angka 6 UU Merek dan IG 2016, Indikasi Geografis

adalah:

Suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau

produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam,

faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan

reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau

produk yang dihasilkan.

Suatu tanda dari pengetahuan tradisional yang memenuhi ketentuan

Pasal 1 angka 6 tersebut bisa dilindungi sebagai Indikasi Geografis apabila

didaftarkan ke Ditjen Kl.323 Perjanjian TRIPs sendiri tidak mensyaratkan

bahwa Indikasi Geografis hams didaftarkan. Oleh karena itu, sebenarnya,

ketentuan lama, yakni Pasal 59 UU Merek 2001, yang memungkinkan

suatu tanda yang tidak terdaftar tetapi memenuhi syarat sebagai indikasi

geografis bisa dilindungi sebagai indikasi asal adalah sudah tepat adanya.

Namun, sayangnya, dalam UU Merek dan IG 2016, ketentuan seperti dalam

Pasal 59 UU Merek 2001 tersebut tidak ada. Oleh karena itu, kebijakan

barn yang mengurangi hak masyarakat ini layak dipertanyakan.

Secara internasional, ada sesuatu kekhawatiran yang perlu mendapat

perhatian. Walaupun Pasal 22 Perjanjian TRIPs berisi ketentuan

umum tentang geographical indication, namun Perjanjian ini telah

323 Lihat Pasal 53 UU Merek dan IG 2016.

I us

Page 133: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

"menganakemaskan" perlindungan indikasi geografis untuk Wines dan

Spirits. Pasal 23 Perjanjian ini secara khusus mencantumkan perlindungan

indikasi geografis untuk kedua produk tersebut. Untuk kedua produk

tersebut, menurut Pasal 23 ayat (1), negara anggota WTO wajib memberikan

hak kepada suatu pihak untuk mencegah penggunaan indikasi geografis

untuk wine atau spirit yang ditempelkan pada wine atau spirit yang bukan

berasal dari tempat yang diindikasikan dalam indikasi geografis tersebut.

Sementara itu, Pasal 22 ayat (3)324 tidak mengharuskan negara anggota

untuk memberikan hak semacam itu. Hal ini dapat menyebabkan suatu

negara anggota bisa melakukan unfair competition yang akan merugikan

pemegang suatu pengetahuan tradisional untuk produk selain wine dan

spirit dari negara anggota lain.

Oleh karena itu, dalam usaha melindungi pengetahuan tradisionalnya

India pernah mengusulkan agar Perjanjian TRIPs diubah agar tidak

memberikan perlakuan yang diskriminatif dalam kaitannya dengan

perlindungan indikasi geografis.325 Usul India ini patut mendapat sambutan

yang baik. Apabila Perjanjian TRIPs diperbaiki sesuai dengan usulan

India, diharapkan ada keseragaman perlindungan indikasi geografis untuk

produk-produk selain wine dan spirit di negara-negara anggota. Ini akan

menguntungkan Indonesia yang bukan merupakan net producer untuk

wine dan spirit.

C. PERLINDUNGAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

Sekarang ini, salah satu penj elasan tentang Ekspresi Budaya Tradisional

(EBT) yang komprehensif terdapat di WIPO s Revised Draft Provisions for

the Protection of Traditional Cultural Expressions/Expressions of Folklore

(Revised Draft Provisions). Ekspresi budaya tradisional (traditional

324 Pasal ini menyatakan: "A Member shall, ex off,cio if its legislation so permits or at

the request of an interested party, refuse or invalidate the registration of a trademark

which contains or consists of a geographical indication with respect to goods not

originating in the territory indicated, if use of the indication in the trademark for such

goods in that Member is of such a nature as to mislead the public as to the true place

of origin."

325 Kruger M, "Harmonizing TRIPS and the CBD: A Proposal from India" (2001) 10

Minn. J. Global Trade 169, him. 177.

116 I

Page 134: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

cultural expressions) yang biasa juga disebut "ekspresi folklore"

(expressions of folklore) mencakup bentuk berwujud (tangible) maupun

tidak berwujud (intangible) di mana budaya dan pengetahuan tradisional

diekspresikan, muncul atau dimanifestasikan/diwujudkan.326 Contoh dari

ekspresi yang berwujud adalah gambar, lukisan, desain, pahatan, ukiran,

barang tembikar, mosaik, karya yang terbuat dari kayu, karya yang terbuat

dari besi, permata, karya jahitan, tekstil, barang pecah belah, karpet,

pakaian, kerajinan tangan, alat musik, karya arsitektur dan lain sebagainya.

Ada 3 (tiga) kategori ekspresi yang tidak berwujud: (1) ekspresi verbal

(seperti cerita, syair kepahlawanan (epics), puisi, kata-kata, tanda, nama

dan simbol); (2) ekspresi musik, dan (3) ekspresi dengan tingkah laku

( seperti tarian, dan pentas ). 327

Menurut WIPO, agar dapat dilindungi, ekspresi berwujud harus

memenuhi 3 (tiga) syarat. Pertama, ekspresi berwujud hams mempakan

basil dari aktivitas intelektual yang kreatif yang mencakup aktivitas komunal

atau aktivitas individual. Kedua, ekspresi tersebut harus mempakan sifat

dari identitas budaya dan sosial dan warisan budaya dari suatu komunitas

tertentu. Jadi, ekspresi budaya tersebut mempunyai hubungan dengan

identitas dan warisan suatu komunitas dan ekspresi tersebut hams asli atau

mempakan lambang (attribute) dari suatu komunitas. Ketiga, ekspresi

berwujud hams dijaga, digunakan atau dikembangkan oleh komunitas,

atau oleh individu-individu yang mempunyai hak atau tanggung jawab

untuk melakukan hal-hal tersebut sesuai dengan hukum kebiasaan dan

praktik yang berlaku di komunitas tersebut.328

Indonesia akan mengatur Ekspresi Budaya Tradisional (EBT)

bersama dengan Pengetahuan Tradisional dalam suatu peraturan khusus.

Sebagaimana terse but di atas, telah ada Draft RUU Pengetahuan Tradisional

dan Ekspresi Budaya Tradisional (RUUPT&EBT). Dalam Pasal 1 angka

2 RUU ini, EBT didefinisikan sebagai: "segala bentuk ekspresi, baik

326 WIPO, "The Protection of Traditional Cultural Expressions: Draft Articles," Rev. 2

(April 4, 2014, 3.00 pm), http.www.wipo.intedocsmdocstkenwipo_grtkf_ic_28wipo_

grtkf_ic_28_6.pdf (diakses tanggal 4 Fabruari 2017).

327 WIPO, ibid.

328 WIPO, ibid.

I 111

Page 135: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

material (benda) maupun immaterial (tak benda), atau kombinasi keduanya

yang menunjukkan keberadaan suatu budaya dan Pengetahuan Tradisional,

yang bersifat turun-temurun." EBT menurut Draft RUU ini mencakup

"ekspresi fonetik atau verbal, ekspresi suara atau musik, ekspresi gerak

atau tindakan, dan ekspresi material (kebendaan) maupun karya intelektual

lainnya." Definisi ini nampak sesuai dengan definisi Draft WIPO tersebut

di atas. Upaya pembuatan peraturan khusus ini menunjukkan Indonesia

akan memberikan positive protection kepada EBT karena Pemerintah akan

mengembangkan, memanfaatkan, mempromosikan, melestarikan, dan

sekaligus melindungi EBT. Pemerintah juga akan menjamin pemenuhan

hak masyarakat untuk berperan serta dalam pengelolaan EBT. Di samping

itu, pemerintah akan memberikan kerangka kebijakan pengelolaan EBT.329

Selain akan dibuat peraturan secara khusus, Indonesia sekarang ini

juga telah mengatur EBT dalam UUHC 2014. Pasal 38(1) UUHC 2014

melindungi EBT dengan cara menentukan pemegangnya. Pasal ini

menyatakan bahwa Negara memegang hak cipta atas EBT. Berdasarkan

Pasal 38(2), sebagai pemegang hak cipta karya tradisional tersebut, Negara

hams memelihara dan melindunginya. Berbeda dengan UUHC 2002, UUHC

2014 tidak mengatur tentang diskriminasi antara warga negara asing dan

warga negara Indonesia dalam hal penggunaan EBT. Sebelumnya, UUHC

2002 membedakan antara keduanya. Menurut Pasal 10(3) UUHC 2002,

warga negara asing hams terlebih dahulu memperoleh ijin dari lembaga

yang berwenang di Indonesia sebelum mereka bisa menggunakan karya

tradisional tersebut, sedangkan warga negara Indonesia tidak hams. UUHC

2014 tidak mengatur hal ini namun menunggu peraturan pemerintah yang

dijanjikan oleh 38(4) UUHC 2014 yang akan mengatur hal tersebut.

Berdasarkan Pasal 38(4) UUHC 2014, pengguna EBT hams

memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya.

Penjelasan Pasal tersebut menyatakan bahwa nilai-nilai tersebut mencakup

"adat istiadat, norma hukum adat, norma kebiasaan, norma sosial, dan

norma-norma luhur lain yang dijunjung tinggi oleh masyarakat tempat

329 Pasal 2 RUU PT & EBT.

11s I

Page 136: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

asal, yang memelihara, mengembangkan, dan melestarikan ekspresi

budaya tradisional."

Pasal 38(2) UUHC 2014 mewajibkan Negara untuk membuat

inventaris EBT. Ini adalah ketentuan yang barn. Sebelumnya, UUHC 2002

tidak mengatur hal ini. Ketentuan yang barn ini sangat penting mengingat

sudah banyak terjadi kasus karya budaya Indonesia diklaim oleh negara

lain.330 Namun, kewajiban untuk membuat inventaris semacam ini tidak

mudah untuk dikerjakan. Pemerintah mungkin akan mengalami kesukaran

untuk menentukan bahwa karya-karya tradisional tertentu adalah berasal

dari Indonesia apabila negara-negara lain mengklaim bahwa karya-karya

tersebut berasal dari mereka. Oleh karena itu, Indonesia dan negara-negara

tetangga perlu untuk duduk bersama untuk mengkompromikan mengenai

hal ini. Semoga peraturan pemerintah yang dijanjikan akan mengatur hal ini.

Pasal 38 UUHC 2014 yang mengatur perlindungan EBT nantinya akan

dijelaskan oleh suatu undang-undang khusus yang sekarang masih dalam

bentuk RUU yakni RUUPT&EBT sebagaimana tersebut di atas. Apabila

RUU ini menjadi UU, apabila penggunaan EBT adalah untuk kepentingan

komersial, menurut RUU, pengguna harns membuat suatu kesepakatan

(perjanjian) bagi hasil (benefit sharing) dengan pemegang atau kustodian

(pengemban) karya tradisional tersebut. Menurut pendapat Penulis,

ketentuan ini tidak mudah dilaksanakan dan tidak mudah diterima oleh

masyarakat karena penggunaan komersial karya-karya tradisional sudah

biasa terj adi dewasa ini di Indonesia oleh masyarakat tanpa memikirkan

pembayaran royalti.

Dalam RUUPT&EBT yang lain,331 ada ketentuan tentang lembaga

manajemen kolektif (LMK). RUU ini menyatakan bahwa LMK adalah

suatu badan hukum yang non-profit yang diberi kuasa oleh kustodian

pengatahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional untuk membuat

perjanjian penggunaan, menerima hasil pembagian keuntungan dan

330 Lihat tulisan yang membahas beberapa contoh karya budaya Indonesia diklaim

oleh negara lain: Wulan Anggiet Pumamasari, "Penyelesaian Sengketa Perselisihan

Tradisional dan Ekspresi Budaya Antar Negara: Sengketa Lagu Rasa Sayange

antara Negara Indonesia dan Negara Malaysia," jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/

download/58/42, (diakses tanggal 20 Februari 2017).

331 RUU PT & EBT yang mulai beredar pada tahun 2011.

I 119

Page 137: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

meneruskannya kepada kustodian. Sekarang, Pasal 87 sampai 93 UUHC

2014 telah mengatur LMK. Berdasarkan Pasal 87(1), untuk mendapatkan

hak ekonomi, pemegang hak cipta terlebih dahulu harns menjadi anggota

LMK. Kemudian, pemegang hak cipta tersebut memberikan kuasa kepada

LMK untuk mengambil royalti dari para pengguna. Karena berdasarkan

Pasal 38(1) tersebut di atas, Negara adalah pemegang hak cipta atas EBT,

untuk mendapat hak ekonomi, maka Negara harns terlebih dahulu menjadi

anggota LMK, kemudian Negara memberikan kuasa kepada LMK untuk

menarik royalti dari para pengguna. Namun, RUU ini menyatakan lain,

yakni bahwa kustodian karya tradisional, bukan Negara, yang memberikan

kuasa kepada LMK untuk menarik royalti. Menurut Penulis, posisi RUU

lebih baik dari pada posisi UUHC 2014. Jadi, berkaitan dengan EBT,

seharnsnya kustodian, bukan pemegang hak cipta, yakni Negara, yang

harns membuat perjanjian pemberian kuasa dengan LMK. Hal ini lebih

baik karena kepentingan kustodian dapat secara langsung diperhatikan

dalam perjanjian tersebut dan pembagian keuntungan akan lebih mudah.

D. KESIMPULAN

Di tengah tidak jelasnya prospek kesepakatan internasional di bidang

HKI untuk melindungi pengetahuan tradisional dan EBT, Indonesia melalui

legislasi HKI-nya yang barn telah berupaya untuk melindungi kedua karya

tradisional tersebut. UU Paten 2016 berisi ketentuan-ketentuan barn yang

melindungi pengetahuan tradisional, termasuk kewajiban disclosure dan

access and benefit sharing dalam pemanfaaan pengetahuan tradisional dan

dimungkinkannya gugatan penghapusan paten terhadap invensi yang berasal

dari pengetahuan tradisional yang melanggar kewajiban disclosure dan

benefit sharing. UU Merek dan Indikasi Geografis 2016 dapat melindungi

pengetahuan tradisional dengan cara mencegah pendaftaran tanpa hak

tanda-tanda pengetahuan tradisional dan memungkinkan pendaftaran

tanda-tanda pengetahuan tradisional untuk dilindungi sebagai merek atau

indikasi geografis. Walaupun masih ada kelemahan atau ketidakjelasan,

namun ketentuan-ketentuan barn tersebut menunjukkan Indonesia telah

mengikuti langkah beberapa negara-negara lain, seperti India, Bolivia

120 I

Page 138: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dan Peru yang sangat mendukung perlindungan pengetahuan tradisional.

UUHC 2014 melindungi EBT dengan cara menentukan pemegangnya,

yakni Negara. Sebagai pemegang hak cipta karya tradisional tersebut,

Negara harns memelihara dan melindunginya. UUHC 2014 mewajibkan

Negara untuk membuat inventaris EBT. Walaupun UUHC yang barn ini

tidak berisi ketentuan tentang kewajiban benefit sharing sebagaimana

UU Paten 2016, namun UUHC ini memuat fasilitas LMK yang dapat

dimanfaatkan dalam rangka penetapan syarat-syarat pemanfaatan EBT.

Sambil menunggu disahkannya RUUPT&EBT, keberadaan ketentuan­

ketentuan barn dalam legislasi HKI ini menjadi sangat penting dalam

rangka perlindungan karya-karya tradisional tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Boza RT, "Protecting Andean Traditional Knowledge and Biodiversity

Perspectives under the U.S. - Peru Trade Promotion Agreement",

(2008) 16-SUM Currents: Int'l Trade L.J. 76;

Daniel S. Sem, "Co-Developing Drugs With Indigenous Communities:

Lessons From Peruvian Law And The Ayahuasca Patent Dispute,"

(2016) 23 Rich. J.L. & Tech. 1;

David R. Hansen, "Protection of Traditional Knowledge: Trade Barriers

and the Public Domain," (2010-2011) 58 J. Copyright Soc'y U.S.A.

757.

Downes DR, "How Intellectual Property Could Be a Tool to Protect

Traditional Knowledge", (2000) 25 Col um. J. Envtl. L. 253;

Outfield G, Protecting Traditional Knowledge and Folkfore, 2003,

International Centre for Trade and Sustainable Development &

United Nations Conference on Trade and Development, Switzerland;

European Patent Convention, http://documents.epo.org/projects/babylon/

eponet.nsf/O/F9FDOB02F9D1A6B4C1258003004DF610/$File/

EPC_16th_edition_2016_en.pdf_(diakses tanggal 17 Januari 2017).

Garcia J, "Fighting Biopiracy: The Legislative Protection of Traditional

Knowledge", (2007) 18 Berkeley La Raza L.J. 5;

I 121

Page 139: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Ghosh S, "Reflections on the Traditional Knowledge Debate" (2003) 11

Cardozo J. Int'l & Comp. L. 497;

Hughes, Justin, "Traditional Knowledge, Cultural Expression, and The

Siren's Call of Property," (2012) 49 San Diego L. Rev. 1215;

Kruger M, "Harmonizing TRIPS and the CBD: A Proposal from India"

(2001) 10 Minn. J. Global Trade 169;

Manual Ruiz, The International Debate on Traditional Knowledge as

Prior Arts in the Patent System: Issues and Options for Developing

Countries, Center for International Environmental Law, 2002;

Mgbeoji I, "Patents and Traditional Knowledge of the Uses of Plants: Is a

Communal Patent Regime Part of the Solution to the Scourge of Bio

Piracy?" (2001) 9 Ind. J. Global Leg. Stud. 163;

Ong B, Intellectual Property and Bilogical Resources, Marshall Cavendish

International, Singapura, 2004;

Secretariat of Convention on Biological Diversity, "Introduction to Access

and Benefit-Sharing," https://www.cbd.int/abs/infokit/brochure-en.

pd£ (diakses tanggal 26 Oktober 2016);

Sharma A, "Global legislation on indigenous knowledge", Science and

Development Network, March 2004, <http://www.scidev.net/dossiers/

index.cfm? fuseaction=printarticle&dossier=7&policy=50>;

Susy Frankel, "Trademarks and Traditional Knowledge and

Cultural Intellectual Property Rights," Victoria University of

Wellington, Nopember 2011, https://www.researchgate.net/

publication/228136506, (diakses tanggal 20 Januari 2017);

Tesh Dagne, "Protecting Traditional Knowledge in International Intellectual

Property Law: Imperatives for Protection and Choice of Modalities,"

(2014) 14 J. Marshall Rev. Intell. Prop. L. 25;

Vilailuk Tiranutti, "Trademarking traditional knowledge, Lessons from

the Rusie Dutton case," Tech Monitor, Maret -April 2007, http://

techmonitor.net/tm/images/3/39/07mar_apr_sf5.pdf, ( diakses tanggal

24 Januari 2017);

Werra J d, "Fighting Against Biopiracy: Does The Obligation to Disclose

in Patent Applications Truly Helps", (2009) 42 Vand. J. Transnat'l

L. 143;

122

Page 140: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

WIPO "Towards the Establishment of a Regional Framework for

the Protection of Traditional Knowledge, Traditional Cultural

Expressions and Genetic Resources in the Caribbean Region,"

A3:L434E (2008), http://www.wipo.int/edocs/mdocs/tk/en/ wipo_

grtk_kin_08/wipo_grtk_kin_08_caribbean_brochure.pdf;

WIPO, "The Protection of Traditional Knowledge: Draft Articles," Juli

2014, Geneva, http://www. wipo.intedocsmdocstkenwipo_grtkf _

ic_28wipo_grtkf_ic_28_5.pdf, (diakses 1 Januari 2017).

WTO Council for Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights,

Compilation of WTO Documents Concerning Intellectual Property,

bahan dari WIPO-WTO Colloquium for Teachers of Intellectual

property, Geneva, 30 Juni - 10 Juli 2008;

WIPO, "The Protection of Traditional Knowledge Draft Articles," http://

www.wipo.int/edocs/mdocs/tk/en/wipo_grtkf_ic_21/wipo_grtkf_

ic_21_ref_facilitators_text.pdf, (diakses tanggal 18 Januari 2017);

WIPO, "The Protection of Traditional Cultural Expressions: Draft Articles,"

Rev. 2 (April 4, 2014), http://www.wipo.intedocsmdocstkenwipo_

grtkf_ic_28wipo_grtkf_ic_28_6.pdf, (diakses tanggal 4 Februari

2017);

WIPO, "Traditional Knowledge and Intellectual Property-Background

Brief," http://www.wipo.int/pressroom/en/briefs/tk_ip.html, ( diakses

tanggal 21 Januari 2016).

Wulan Anggiet Pumamasari, "Penyelesaian Sengketa Perselisihan

Tradisional dan Ekspresi Budaya Antar Negara: Sengketa Lagu Rasa

Sayange antara Negara Indonesia dan Negara Malaysia," jhp.ui.ac.

id/index.php/home/article/download/58/42, (diakses tanggal 20

Februari 2017).

I 123

Page 141: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BABV

CATATAN PENGATURAN MANAJEMEN

INFORMASI HAK CIPTA, INFORMASI

ELEKTRONIK HAK CIPTA

DAN SARANA KONTROL TEKNOLOGI

DI DALAM UU NO. 28 TAHUN 2014

Budi Agus Riswandi

A. PENDAHULUAN

Teknologi internet telah menjadi media alternatif dalam

mempublikasikan berbagai macam karya dalam bidang seni, sastra dan

ilmu pengetahuan saat ini. Dengan menjadikan media internet sebagai

sarana tersebut, maka tidak mengherankan apabila media internet menjadi

salah satu sumber informasi yang berhubungan dengan karya seni, sastra

dan ilmu pengetahuan.

Dalam praktiknya, para pengguna media internet-yang memuat

berbagai macam karya dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan­

acapkali menyalahgunakan pemanfaatannya. Penyalahgunaan internet

ini sampai mengarah terhadap terjadinya pelanggaran hukum, khususnya

pelanggaran hak cipta. Pelanggaran hak cipta telah menimbulkan suatu

permasalahan hukum yang serius di internet. Oleh karenanya, pelbagai

pihak tidak mengherankan apabila terns berupaya mengoptimalisasikan

perlindungan hak cipta di internet.

124 I

Page 142: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Pelbagai pihak dalam upaya mengoptimalisasi perlindungan hak cipta

dilakukan dengan berbagai macam pendekatan di internet. Pendekatan

tersebut dilakukan salah satunya melalui pengadopsian teknologi informasi

dalam hal ini manajemen informasi hak cipta dan sarana kontrol teknologi

ke dalam legislasi hak cipta, baik secara internasional maupun nasional.

Bentuk legislasi hak cipta atas dua hal tersebut merupakan langkah solutif

yang terbaik atas sejumlah permasalahan terkait dengan perlindungan hak

cipta di internet. Namun demikian, bentuk legislasi atas dua hal tersebut

seharusnya dapat dirumuskan dengan memperhatikan aspek kemanfaatan

baik bagi pemegang hak cipta maupun pengguna hak cipta di internet.

Aspek kemanfaatan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk

penormaan hak cipta yang benar-benar tidak hanya memperhatikan pada

aspek penguatan eksklusifitas pemegang hak cipta, tetapi seharusnya juga

penormaan hak cipta dapat memberikan peluang bagi hak akses pengguna

yang tujuannya bukan untuk kepentingan komersial. Kedua kepentingan

ini sebenarnya sudah sesuai dengan semangat dari diberlakukannya

ketentuan hak cipta baik di tingkat internasional dan nasional. Namun

demikian, kedua kepentingan ini dalam pelaksanaannya sangat bergantung

pada kehendak dari para legislator dalam menetapkan ketentuan hak cipta

atas manajemen informasi hak cipta dan sarana kontrol teknologi.

B. TEO RI PERLINDUNGAN HAK CIPTA

Dalam kajian perlindungan hak cipta ada banyak teori yang

dikembangkan. Dalam hal perlindungan hak cipta ini setidaknya ada empat

teori yang mendukung terhadap hal tersebut. Teori-teori itu antara lain:332

332 Earl R. Brubaker, "Free Ride, Free Revelation, or Golden Rule?," Journal of Law

& Economics 18, no. 1 (April 1975): 147-161; William M. Landes & Richard A.

Posner, "An Economic Analysis of Copyright Law," Journal of Legal Studies 18,

no. 2 (June 1989): 325-363; Stewart E. Sterk, "Rhetoric and Reality in Copyright

Law," Michigan Law Review 94, no. 5 (March 1996): 1197-1249. Edmund W. Kitch,

"The Nature and Function of the Patent System," Journal of Law and Economics 20,

no. 2 (October 1977): 265-290; John F. Duffy, "Rethinking the Prospect Theory of

Patents," University of Chicago Law Review 71, no. 2 (Spring 2004): 439-510. Wendy

J. Gordon, "An Inquiry into the Merits of Copyright: The Challenges of Consistency,

Consent and Encouragement Theory," Stanford Law Review 41, no. 6 (July 1989):

1343-1469; Wendy J. Gordon, "A Property Right in Self-Expression: Equality and

I 12s

Page 143: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Pertama, insentive theory. Menurut teori ini bahwa perlindungan

hak cipta merupakan insentif ekonomi yang diberikan kepada pencipta

dalam rangka mendorong pencipta untuk dapat menginvestasikan waktu,

usaha, keahlian dan segala sumber daya yang dimilikinya untuk proses

membuat suatu kreativitas. Dengan pemberian monopoli terbatas melalui

perlindungan hak cipta hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah orang

lain secara bebas mengambil kreativitas mereka. Kemudian, melalui

perlindungan hak cipta memungkinkan pencipta dapat memulihkan

berbagai investasi yang telah dikeluarkan.

Kedua, prospect theory. Menurut teori ini bahwa perlindungan

hak cipta dimaksudkan untuk memberikan penghargaan ekonomi atas

ketidakpastian dan ketidaktahuan serta investasi pencipta yang memiliki

resiko dan mahal. Prospect theory ini berbeda dengan insentive theory,

di mana insentive theory tidak harus dapat menetapkan keuntungan yang

akan diperoleh di masa depan dari hasil kreasinya tersebut. Sebaliknya,

prospect theory, pencipta sudah dapat menentukan keuntungan yang

diperoleh terlepas dari keuntungan yang segera dapat diketahui.

Ketiga, natural right theory. Menurut teori ini bahwa perlindungan

hak cipta sebagai buah dari hasil kerja yang telah dihasilkan oleh kreator,

dimana hasil kerja tersebut merupakan bentuk kontribusi kepada masyarakat

dan hal tersebut menjadi patut untuk mendapatkan penghargaan. Keempat,

development theory. Menurut teori ini bahwa perlindungan hak cipta

sebagai katalisasi pembangunan ekonomi dan modemisasi masyarakat.

Perlindungan hak cipta dapat menghasilkan produksi karya seni dan sastra,

pendapatan pajak, investasi dalam dan luar negeri, menciptakan lapangan

kerja barn dan mempromosikan pencipta aslinya.

C. TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SARANA PERLINDUNGAN

TEKNIS HAK CIPTA

Perkembangan teknologi informasi berupa internet telah membawa

dampak serius dalam setiap sektor aktivitas kehidupan manusia. Salah satu

Individualism in the Natural Law of Intellectual Property," Yale Law Journal 102, no.

7 (1993): 1533- 1609 hal ini sebagaimana dikutip oleh Peter K. Yu dalam Digital

Piracy and the Copyright Response, hlm. 2-3.

126 I

Page 144: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

yang terkait dengan hal tersebut adalah dalam bidang hak cipta. Hingga

saat ini, para pengguna internet nampaknya sangat dimudahkan untuk

mendapatkan informasi dan sekaligus memanfaatkan informasi tersebut

untuk berbagai macam keperluan. Jenis-jenis informasi yang didapat

dan dimanfaatkan dapat berhubungan dengan bidang seni, sastra dan

ilmu pengetahuan. Adapun, para pengguna internet dalam pemanfaatan

informasi yang terdapat di internet ini dilakukan dengan cara-cara

men-download, meng-copy, memodifikasi, memutilasi, mendistribusi,

mentransmisi hingga mengadaptasinya.

Para pengguna internet dalam pemanfaatan informasi yang terdapat

di internet ini, pada kenyataannya telah menimbulkan dua sisi yang saling

bertolak belakang, di mana di satu sisi para pengguna internet mendapatkan

kemudahan dalam hal akses dan pemanfaatan informasi itu sendiri, di

sisi lainnya para pengguna internet telah menimbulkan berbagai macam

perbuatan yang dapat melanggar hukum. Khusus dalam hal, para pengguna

melakukan perbuatan melanggar hukum dari akses dan pemanfaatan

informasi di internet ini sangat berkait erat dengan pelanggaran hak cipta.

Beberapa kasus pelanggaran hak cipta di internet antara lain;

Pertama, kasus Prayoga dengan Brahmana. Prayoga adalah seorang

desainer yang sedang berkuliah di Institut Teknologi Bandung Fakultas

Desain Komunikasi Visual dan menjadi anggota Asosiasi Desain Grafis

Indonesia (ADGI). Prayoga memasarkan karya-karya dan jasa membuat

karya desain grafisnya melalui dunia maya (internet), salah satunya melalui

http://www.kreatifprofesional.com. Pada tanggal 29Agustus 2008 Prayoga

mendapatkan laporan dari ADGI, bahwa karya desain grafisnya digunakan

seseorang dalam blog di website http://wordpress.com dan diakui sebagai

ciptaan dari seseorang warga negara India yang beridentitas Brahmana

karya desain grafis tersebut didapatkan dengan cara di-download dari

website http://www.kreatifprofesional.com tanpa seizin Prayoga.333

Kedua, kasus pemblokiran terhadap 21 situs yang diduga melakukan

pelanggaran hak cipta di internet oleh Menteri Komunikasi bekerjasama

dengan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Adapun beberapa

333. https://hakicase.wordpress.com/2010/04/09/kasus-kasus-pelanggaran-desain-grafis­

di-internet/, diakses tanggal 10 September 2016.

I 121

Page 145: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

situs yang diblokir tersebut antara lain: "http://ganool.com" ganool.com,

"http://nontonmovie.com" nontonmoviecom, "http://bioskops.com"

bioskops.com, "http://ganool.ca" ganool.ca, "http://kickass.to" kickass.

to, "http://thepiratebay.se" thepiratebay.se, "http://downloadfilmbaru.

com" downloadfilmbaru.co, "http://ganool.co.id" ganool.co.id,

"http://21filmcinema.com" 21filmcinema.com, "http://gudangfilm.faa.

im" gudangfilm.faa.im, "http://movie76.com" movie76.com."334 Dengan

maraknya berbagai pelanggaran hak cipta melalui penggunaan internet,

maka hal ini telah menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli di bidang

teknologi informasi untuk menciptakan suatu sistem perlindungan

teknis yang diharapkan mampu memberikan perlindungan hak cipta atas

informasi yang ada di internet.

Perlindungan teknis yang dikembangkan dalam perspektif teknologi

informasi adalah digital right management (DRMs). DRMs sebenamya

bukanlah istilah tunggal, namun ada beberapa istilah lainnya yang

juga sering digunakan. Istilah tersebut antara lain "automated rights

management," "technical protection measures," atau "content protection

schemes". DRMs sendiri memiliki pengertian sekumpulan sistem yang

digunakan untuk melindungi hak cipta di media elektronik. 335

DRMs memiliki dua generasi. Generasi pertama, DRMs berfungsi

untuk keamanan dan enkripsi dalam mencegah tindakan penyalinan secara

tidak berwenang, sedangkan generasi kedua, DRMs dapat berfungsi juga

untuk mengidentifikasi pengguna, perdagangan, penjualan, tracking dan

pengawasan lainnya. 336 DRMs berdasarkan kategorisasi yang dibuat oleh

WIPO dalam The WIPO Copyright Treaty dan the WIPO Performances and

Phonograms Treaty mencakup dua kategori, yakni; Technical Protection

Measures (TPMs) dan Rights Management Information (RMI). TPMs

334. http://nasional.republika.co.icl/berita/nasional/umum/15/08/18/nta324365-21-situs­

pelanggar-hak-cipta-film-cliblokir-menkominfomenkum-ham, cliakses tanggal 10

Oktober 2015.

335 Denise Rosemary Nicholson, "Digital Rights Management and Access to Information:

a Developing Country's Perspective", LIBRES Library and Information Science

Research Electronic Journal Volume 19, Issue 1, March 2009, hlm. 2.

336 Trampas A. Kurth, Digital Rights Management: An Overview of the Public Policy

Solutions to Protecting Creative Works in a Digital Age, WISE 2002 Intern, Kansas

State University, Agustus 2002, hlm.7.

12s I

Page 146: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

adalah sistem atau aplikasi yang mana dapat menghambat akses untuk

dan atau digunakan dari karya digital secara absolut atau kondisional,

sedangkan RMI adalah sistem atau aplikasi yang dapat mendukung pada

upaya mengidentifikasi karya atau atribut dari karya yang terdapat dalam

karya tersebut. 337

Keberadaan DRMs atau TPM dan IRM sebagai sarana teknis untuk

melindungi hak cipta juga diakui oleh beberapa ahli dalam bidang ini.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Clarkes Clark yang dikutip

oleh Victoria Banti-Markouti yang menyatakan: "The answer to the

machine is the machine. " Pemyataan ini dimaksudkan oleh Clarkes Clark

bahwa teknologi dapat digunakan untuk melakukan tindakan pengaman

atas ancaman hak kekayaan intelektual melalui teknologi yang sama.338

Selanjutnya, Hugenholtz menguatkan pendapat ini dengan memberikan

pemyataan sebagai berikut:

The technological development has led to the use of technological

measures by the copyright owners in order to prohibit the infringement

of their rights or restrict the illegal actions. Indeed, technological

protection measures have been characterised as 'powerful new

weapons in the copyright arsenal'339

Dengan memahami pemyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perlindungan teknis dapat dijadikan sebagai sarana perlindungan hak cipta

atas informasi yang ada di internet.

337 Nie Garnett, "Automated Rights Management Systems and Copyright limitations and Exceptions" Informative Session on Limitations and Exceptions Geneva November 3n1 2008.

338 Victoria Banti-Markouti, "The Interface between Technological Protection Measures and the Exemptions to Copyright under Article 6 Paragraph 4 of the Infosoc Directive and Section 1201 of the Digital Millennium Copyright Act, with Particular Respect to the Implementation of Article 6 Paragraph 4 in the National Laws of Greece, UK, and Norway", Issues in Informing Science and Information Technology Volume 4, 2007, hlm. 575.

339 Ibid, hlm. 576.

I 129

Page 147: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

D. WIPO INTERNET TREATIES: SINERGITAS PERLINDUNGAN

TEKNIS DAN KETENTUAN HAK CIPTA

Memahami perlindungan teknis disediakan guna perlindungan hak

cipta, maka semestinya perlindungan teknis ini dapat disinergikan dengan

ketentuan hak cipta. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah;

Pertama, perlindungan teknis guna perlindungan hak cipta menjadi

tidak optimal mengingat perlindungan teknis hanya mampu memberikan

perlindungan pada tingkat pencegahan. Sementara, apabila perlindungan

teknis disinergikan dengan ketentuan hak cipta fungsi perlindungan

teknis diharapkan dapat juga menjangkau pada perlindungan pada tingkat

penindakan; dan Kedua, perlindungan teknis guna perlindungan hak

cipta tidak optimal mengingat perlindungan teknis tidak dapat menjadi

perlindungan hak cipta secara kuat (baca: tidak ada teknologi yang

memiliki kekuatan keamanan penuh, teknologi senantiasa memungkinkan

untuk dapat dirusak dan dihilangkan). Sementara, apabila perlindungan

teknis disinergikan dengan ketentuan hak cipta, maka kekuatan keamanan

teknologi dapat dilakukan lebih kuat mengingat perlindungan teknis

mendapatkan dukungan dari perlindungan hukum.

Dengan menyadari perlunya sinergitas antara perlindungan teknis

dengan ketentuan hak cipta, kini kesepakatan multilateral secara global

telah menyediakan sinergitas dari perlindungan teknis dan ketentuan

hak cipta. Kesepakatan multilateral tersebut tertuang di dalam WIPO

Internet Treaties. WIPO Internet Treaties adalah kesepakatan multilateral

dalam bidang hak cipta di lingkungan digital. WIPO Internet Treaties

ini diberlakukan pada tahun 1996. WIPO Internet Treaties memuat dua

konvensi intemasional hak cipta, yakni WIPO Copyright Treaty dan WIPO

Performance and Phonogram Treaty. WIPO Copyright Treaty memiliki

lingkup perlindungan pada karya seni dan sastra di lingkungan digital, di

antaranya; buku, program komputer, musik, fotografi, lukisan dan film,

sedangkan WIPO Performance and Phonogram Treaty memiliki lingkup

perlindungan pada rekaman suara, seperti rekaman, kaset, CD dan juga hak

pelaku pertunjukan yang menampilkan karya rekaman.340

340 WIPO, "The WIPO Internet Treaties," http://www.wipo.int/edocs/pubdocs/en/

ecommerce/450/wipo_pub_l450in.pdf, diakses tanggal 7 Agustus 2016.

130 I

Page 148: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

WIPO Internet Treaties memiliki keterkaitan dengan perlindungan

teknis mengingat salah satu isi kesepakatan dalam WIPO Internet Treaties

adalah mengenai sinergitas ketentuan hak cipta dan perlindungan teknis. Di

dalam WIPO Internet Treaties ada dua tipe teknologi yang dapat diadopsi

dalam upaya perlindungan hak cipta. Dua tipe teknologi tersebut adalah

Pertama, teknologi anti-circumvention. Teknologi ini dapat menghandel

permasalahan "hacking". Negara-negara dapat menerapkan perlindungan

hukum yang layak dan ganti rugi yang efektif terhadap teknologi anti­

circumvention (seperti teknologi enkripsi) yang digunakan oleh pemegang

hak cipta untuk melindungi hak mereka ketika ciptaannya disebarluaskan

melalui internet; dan Kedua, teknologi pengaman yang terpercaya dan

menjamin keutuhan data di pasar online melalui persyaratan-persyaratan

yang ditentukan oleh negara untuk melarang pengrusakan dan penghapusan

atas manajemen informasi hak cipta. 341

Apabila mengkaji dua konvensi hak cipta ini, maka terlihat dengan

jelas bahwa dua konvensi internasional hak cipta ini berupaya memberikan

pengaturan yang lebih kuat terhadap perlindungan hak cipta di internet,

termasuk penguatan perlindungan hak cipta tersebut dengan cara

mensinergikan antara aspek perlindungan teknis (baca: teknologi) dan

ketentuan hak cipta.

E. PENGATURAN DAN CATATAN MANAJEMEN INFORMASI

HAK CIPTA DAN SARANA KONTROL TEKNOLOGI DALAM

KETENTUAN HAK CIPTA INDONESIA

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah melakukan ratifikasi

terhadap WIPO Copyright Treaty sebagai bagian dari WIPO Internet

Treaties. Ratifikasi terhadap WIPO Copyright Treaty ini dilakukan melalui

Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997. Dengan ratifikasi ini telah

membawa konsekuensi kepada Indonesia untuk melakukan harmonisasi

ketentuan hak ciptanya dengan WIPO Copyright Treaty.

Dalam prakteknya, Indonesia mulai melakukan harmonisasi WIPO

Copyright Treaty dimulai sejak dilakukan penggantian UU No. 12 Tahun

341Ibid.

I 131

Page 149: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

1997 tentang Hak Cipta menjadi UU No. 19 Tahun 2002. Hal ini dapat

dibuktikan dengan melihat kepada dasar pertimbangan dari pembentukan

UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, khususnya Penjelasan bagian

umum. Di dalam penjelasan bagian umum dinyatakan:

Selain itu, Indonesia juga meratifikasi ... World Intellectual Property

Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO),

selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19

Tahun 1997 ...

Dengan memperhatikan hal-hal di atas dipandang perlu untuk

mengganti Undang-undang Hak Cipta dengan yang barn . ...

Dengan mempertimbangkan pada ratifikasi WIPO Copyright Treaty, maka

ketentuan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta telah memperluas

cakupan perlindungan hak cipta pada aspek pemanfaatan teknologi

internet. Hal ini setidaknya dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1 angka 5

yang memberikan definisi pengumuman sebagai berikut:

Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,

pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat

apa pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa

pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang

lain

Di samping ketentuan tersebut di atas, wujud harmonisasi ratifikasi WIPO

Copyright Treaty juga dapat dilihat pada ketentuan Pasal 25 dan 27 UU No.

19 Tahun 2002. Pasal 25 ayat (1) dan (2) UU No.19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta selengkapnya berbunyi:

(1) Informasi elektronik tentang informasi manajemen hak

Pencipta tidak boleh ditiadakan atau diubah.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sedangkan ketentuan Pasal 27 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

menyatakan bahwa Kecuali atas izin Pencipta, sarana kontrol teknologi

132 I

Page 150: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

sebagai pengaman hak Pencipta tidak diperbolehkan dirusak, ditiadakan,

atau dibuat tidak berfungsi.

Cakupan perlindungan hak cipta juga disertai dengan diberikannya

ketentuan mengenai sanksi pidana atas pelanggaran Pasal 25 ayat (1) dan

(2) dan Pasal 27 UU No. 19 Tahun 2002. Sanksi pidana atas pelanggaran

Pasal 25 ayat (1) dan (2) dan Pasal 27 UU No. 19 Tahun 2002 tertuang di

dalam ketentuan Pasal 72 ayat (7) dan (8) yang selengkapnya berbunyi:

(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal

25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus

lima puluh juta rupiah).

(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal

27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus

lima puluh juta rupiah).

Dengan memperhatikan harmonisasi WIPO Copyright Treaty kepada

ketentuan UU No. 19 Tahun 2002, maka ada beberapa catatan yang dapat

dikemukakan, yakni; Pertama, ketentuan UU No. 19 Tahun 2002 tentang

hak Cipta telah mengharmonisasi WIPO Copyright Treaty meskipun

dengan materi muatan yang masih sangat terbatas; Kedua, ketentuan

UU No. 19 Tahun 2002 dalam hal perlindungan hak cipta di internet

telah memasukan aspek perlindungan teknis sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari perlindungan hak cipta sebagaimana yang diatur di dalam

WIPO Copyright Treaty; Ketiga, ketentuan UU No. 19 Tahun 2002 dalam

hal perlindungan hak cipta di internet yang memuat ketentuan perlindungan

teknis mencakup dua tipe teknologi yakni manajemen informasi hak cipta

dan sarana kontrol teknologi; dan Keempat, ketentuan UU No. 19 Tahun

2002 dalam hal perlindungan hak cipta di internet telah menetapkan sanksi

pidana sebagai upaya penindakan terhadap pelanggaran perlindungan

teknis atas hak cipta di internet.

Dalam perkembangannya, ketentuan UU No. 19 Tahun 2002 telah

mengalami pergantian dengan ditetapkan dan diberlakukannya UU No.

28 Tahun 2014. Pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2014 dimaksudkan

I 133

Page 151: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

untuk lebih menguatkan lagi perlindungan hak cipta. Adapun penguatan

perlindungan hak cipta ini dilakukan dengan mengutamakan kepentingan

nasional dan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan Pencipta,

Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait, dengan masyarakat serta

memperhatikan ketentuan dalam perjanjian internasional di bidang Hak

Cipta dan Hak Terkait.

Pergantian UU No. 19 Tahun 2002 menjadi ketentuan UU No. 28

Tahun 2014 sendiri didasarkan pada beberapa alasan, Pertama, telah

berkembangnya ekonomi kreatif dan pemanfaatan teknologi informasi

di Indonesia, di mana menuntut perlindungan dan kontribusi bagi

pembangunan perekonomian nasional; dan Kedua, keikutsertaan Indonesia

terhadap beberapa konvensi internasional dalam bidang hak cipta, yang

dibuktikan dengan dilakukannya ratifikasi atas konvensi internasional

tersebut. Konvensi internasional yang terakhir diratifikasi Indonesia adalah

World Intellectual Property Organization Performances and Phonograms

Treaty (Perjanjian Karya-Karya Pertunjukan dan Karya-Karya Fonogram

WIPO) yang selanjutnya disebut WPPT, melalui Keputusan Presiden

Nomor 74 Tahun 2004.

Konsekuensi dari dua alasan tersebut salah satunya, ketentuan UU

No. 28 Tahun 2014 hams dapat menjangkau juga perlindungan hak cipta

di internet. Oleh karena itu, apabila memperhatikan pengaturan hak

cipta yang tertuang di dalam UU No. 28 Tahun 2014, maka pengaturan

tersebut juga melingkupi perlindungan hak cipta di internet. Pengaturan

hak cipta di internet dalam UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

tertuang di dalam Bab VIII mengenai Konten Hak Cipta dan Hak Terkait

dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi. Inti pengaturan dalam Bab

VIII tersebut adalah bahwa pemerintah memiliki kewenangan dalam

hal perlindungan hak cipta di internet untuk melakukan tiga hal, yakni;

Pertama, pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; Kedua, kerja sama dan koordinasi

dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri dalam pencegahan

pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak

Terkait; dan Ketiga, pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan

134 I

Page 152: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

menggunakan media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di

tempat pertunjukan.

Hal lain dari pengaturan hak cipta di internet berdasarkan pada

ketentuan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta terkait perlindungan

teknis, khususnya penggunaan manajemen informasi hak cipta, informasi

elektronik hak cipta dan sarana kontrol teknologi. Pengaturan terhadap

manajemen informasi hak cipta, informasi elektronik hak cipta dan

sarana kontrol teknologi sendiri memuat aspek penggunaan, pembatasan

dan pengecualian dan sanksi hukum yang dapat dikenakan terhadap

pelanggaran atas manajemen informasi hak cipta dan sarana kontrol

teknologi. Penggunaan manajemen informasi hak cipta dan informasi

elektronik hak cipta guna melindungi hak moral. Hal ini sejalan dengan

ketentuan Pasal 6 UU No. 28 Tahun 2014 yang berbunyi:

Untuk melindungi hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (1), Pencipta dapat memiliki:

a. informasi manajemen Hak Cipta; dan/atau

b. informasi elektronik Hak Cipta.

Pembatasan dan pengecualian yang diberlakukan terhadap

kemungkinan pengrusakan, penghilangan dan pengubahan atas penggunaan

manajemen informasi hak cipta dan informasi elektronik hak cipta tidak

diatur di dalam ketentuan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,

sedangkan untuk sanksi hukum apabila ada pengrusakan, penghilangan

dan pengubahan manajemen informasi hak cipta dan informasi elektronik

hak cipta telah diatur di dalam ketentuan UU No. 28 Tahun 2014. Sanksi

hukum yang memungkinkan baik secara perdata maupun pidana. Sanksi

hukum secara perdata dapat dilakukan gugatan ganti kerugian berdasarkan

pada ketentuan Pasal 98 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 yang berbunyi:

Pengalihan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak

mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat setiap

Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan

Pencipta yang melanggar hak moral Pencipta sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (1)

I 135

Page 153: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Untuk sanksi hukum pidana atas manajemen informasi hak cipta dan

informasi elektronik hak cipta juga telah diatur di dalam ketentuan Pasal

112 UU No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta yang berbunyi:

Setiap Orang yang dengan tanpa hakmelakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk Penggunaan

Secara Komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2

(dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah)

Sementara itu pengaturan sarana kontrol teknologi sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari perlindungan teknis dan hukum atas hak

cipta di internet memuat tiga aspek, yakni; penggunaan, pembatasan dan

pengecualian dan sanksi hukum. Penggunaan sarana kontrol teknologi

diatur dalam ketentuan Pasal 52 UU No. 28 Tahun 2014 yang berbunyi:

Setiap Orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau

membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan

sebagai pelindung Ciptaan atau produk Hak Terkait serta pengaman

Hak Cipta atau Hak Terkait, kecuali untuk kepentingan pertahanan dan

keamanan negara, serta sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, atau diperjanjikan lain.

Penggunaan sarana kontrol teknologi dapat dilakukan untuk

perlindungan ciptaan. Sejalan dengan penggunaan ini di dalam ketentuan

Pasal 52 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memuat juga

ketentuan pengecualian dan pembatasan. Pengecualian dan pembatasan

itu dibenarkan oleh ketentuan hukum ini guna merusak, memusnahkan,

menghilangkan atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi

guna kepentingan pertahanan dan keamanan, serta sebab lain sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan, atau diperjanjikan lain. Apabila

merusak, memusnahkan, menghilangkan atau membuat tidak berfungsi

sarana kontrol teknologi di luar pengecualian tersebut dapat dikenai

sanksi hukum berupa sanksi pidana. Hal ini sebagaimana dinyatakan pada

ketentuan Pasal 112 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sedangkan

sanksi perdatanya juga dapat dilakukan dengan melakukan gugatan ganti

136 I

Page 154: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

rugi dengan berlandaskan pada ketentuan Pasal 99 ayat (1) UU No. 28

Tahun 2014 yang berbunyi: "Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik

Hak Terkait berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan

Niaga atas pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait."

Setelah memahami pengaturan perlindungan teknis, khususnya

manajemen informasi hak cipta, informasi elektronik hak cipta dan

sarana kontrol teknologi sebagaimana yang tertuang di dalam UU No. 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka ada beberapa catatan yang dapat

dikemukakan, yakni; Pertama, pengaturan manajemen informasi hak cipta,

informasi elektronik hak cipta dan sarana kontrol teknologi lebih terinci

dan jelas; Kedua, pengaturan manajemen informasi hak cipta dan informasi

elektronik hak cipta belum memberikan pembatasan dan pengecualian,

sedangkan sarana kontrol teknologi telah memberikan pembatasan dan

pengecualian; Ketiga, pengaturanmanajemeninformasi hak cipta, informasi

elektronik hak cipta dan sarana kontrol teknologi belum memberikan

ruang bagi kemungkinan pembatasan dan pengecualian untuk kepentingan

pendidikan, nirlaba, perlindungan data pribadi dan beberapa kepentingan

publik lainnya; dan Keempat, pengaturan manajemen informasi hak cipta,

informasi elektronik hak cipta dan sarana kontrol teknologi dalam hal

sanksi hukuman berupa sanksi pidana masih menggunakan sanksi penjara

dan/atau denda, di mana dalam implementasinya masih dipandang belum

dapat memberikan sanksi efektif bagi proses pemulihan kerugian negara

atas perbuatan tersebut.

F. KESIMPULAN

Pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah

memperkuat perlindungan hak cipta di internet. Penguatan perlindungan

hak cipta di internet ini salah satunya dengan mensinergikan perlindungan

teknis ke dalam ketentuan hak cipta. Adapun perlindungan teknis tersebut

meliputi pada manajemen informasi hak cipta, informasi elektronik hak

cipta dan sarana kontrol teknologi. Hal ini sebagaimana diatur di dalam

ketentuan Pasal 7, Pasal 52 dan Pasal 112 UU No. 28 Tahun 2014.

Namun demikian, pengaturan ini pada kenyataannya masih memiliki

I 137

Page 155: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

beberapa catatan yang meliputi belum dimungkinkannya pembatasan dan

pengecualian yang terkait dengan kepentingan publik di bidang pendidikan,

nirlaba dan perlindungan data pribadi dan sanksi pidana yang nampaknya

belum dapat memulihkan kerugian negara atas perbuatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Denise Rosemary Nicholson, "Digital Rights Management and Access to

Information: a Developing Country's Perspective, LIBRES Library

and Information Science Research Electronic Journal Volume 19,

Issue 1, March 2009.

Earl R. Brubaker, "Free Ride, Free Revelation, or Golden Rule?," Journal

of Law & Economics 18, no. 1 (April 1975).

Edmund W. Kitch, "The Nature and Function of the Patent System,"

Journal of Law and Economics 20, no. 2 (October 1977).

http://nasional.republika.eo.id/berita/nasional/umum/15/08/18/nta324365-

21-situs-pelanggar-hak-cipta-film-diblokir-menkominfomenkum­

ham, diakses tanggal 10 Oktober 2015.

http ://www.wipo.int/ edocs/pubdocs/ en/ ecommerce/ 450/wi po _pub_

1450in.pdf, diakses tanggal 7 Agustus 2016.

https://hakicase.wordpress.com/2010/04/09/kasus-kasus-pelanggaran­

desain-grafis-di-internet/, diakses tanggal 10 September 2016.

John F. Duffy, "Rethinking the Prospect Theory of Patents," University of

Chicago Law Review 71, no. 2 (Spring 2004).

Nie Garnett, "Automated Rights Management Systems and Copyright

limitations and Exceptions" Informative Session on Limitations and rd

Exceptions Geneva November3 2008.

Peter K. Yu dalam Digital Piracy and the Copyright Response.

Stewart E. Sterk, "Rhetoric and Reality in Copyright Law," Michigan Law

Review 94, no. 5 (March 1996).

Trampas A. Kurth, Digital Rights Management: An Overview of the Public

Policy Solutions to Protecting Creative Works in a Digital Age, WISE

2002 Intern, Kansas State University, Agustus 2002.

138 I

Page 156: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Victoria Banti-Markouti, The Interface between Technological Protection

Measures and the Exemptions to Copyright under Article 6 Paragraph

4 of the Infosoc Directive and Section 1201 of the Digital Millennium

Copyright Act, with Particular Respect to the Implementation of

Article 6 Paragraph 4 in the National Laws of Greece, UK, and

Norway, Issues in Informing Science and Information Technology

Volume 4, 2007.

Wendy J. Gordon, "A Property Right in Self-Expression: Equality and

Individualism in the Natural Law of Intellectual Property," Yale Law

Journal 102, no. 7 (1993)

Wendy J. Gordon, "An Inquiry into the Merits of Copyright: The Challenges

of Consistency, Consent and Encouragement Theory," Stanford Law

Review 41, no. 6 (July 1989)

William M. Landes & Richard A. Posner, "An Economic Analysis of

Copyright Law," Journal of Legal Studies 18, no. 2 (June 1989).

I 139

Page 157: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BAB VI

COLLECTIVE MANAGEMENT ORGANIZATION

INDONESIA: PELUANG DAN TANTANGANNYA

PASCA PEMBERLAKUAN UU NO. 28

TAHUN2014

Budi Agus Riswandi

A. PENDAHULUAN

Permasalahan pengumpulan dan pendistribusian royalti hak cipta

acapkali selama ini menimbulkan konflik antara pihak pengumpul dan

pendistribusi royalti hak cipta--dalam hal ini selanjutnya disebut Collective

Management Organization atau disingkat CMO, dengan pengguna hak

cipta atau antara pemegang hak cipta dengan CMO di Indonesia. Adapun

akar permasalahannya, karena tidak tersedianya pengaturan yang jelas

terhadap eksistensi dan kedudukan CMO yang melakukan pengumpulan

dan pendistribusian royalti hak cipta itu sendiri.

Dengan diberlakukannya UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,

di mana di dalamnya mengatur eksistensi dan kedudukan CMO, telah

memberikan peluang dan sekaligus tantangan dalam hal pengelolaan hak

cipta. Di samping itu, pengaturan eksistensi dan kedudukan CMO ini juga

semakin menarik lagi manakala pemerintah terlibat dalam hal pengawasan

CMO. Dari kondisi ini, maka pengaturan eksistensi, kedudukan dan

140 I

Page 158: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pengawasan CMO menjadi suatu hal yang menarik untuk ditelaah dan

diulas, terutama dari perspektif peluang dan tantangannya.

B. ARTI, FUNGSI, LINGKUP DAN MANFAAT COLL ECTIVE

MANAGEMENT ORGANIZATION

Hak cipta sebagai hak eksklusif salah hak satunya memuat hak

ekonomi. Hak ekonomi itu sendiri mengandung arti hak untuk mengambil

manfaat ekonomi dari ciptaan yang dilindungi hak cipta. Salah satu

implementasi dari hak ekonomi berupa lisensi hak cipta. Dalam konteks

lisensi hak cipta, maka hal tersebut memungkinkan pemegang hak cipta

mendapatkan kompensasi berupa royalti. 342

Dalam kenyataannya, implementasi lisensi hak cipta oleh pemegang

hak cipta dengan kompensasi royalti kepada pengguna nampaknya

menjadi sangat sulit dan tidak efisien apabila hal tersebut dilakukan secara

individual dan menyangkut banyak hak ekonomi dari pemegang hak cipta.

Oleh karena itu, dalam beberapa ciptaan, seperti musik dan lagu dalam hal

implementasi lisensi hak hak cipta tidak dilakukan secara langsung antara

pemegang hak cipta dengan pengguna, namun melibatkan suatu lembaga

yang memiliki fungsi pengumpul dan pendistribusi royalti hak cipta itu

sendiri. Lembaga ini dikenal dengan istilah Collective Management

Organization atau disingkat CMO.

CMO sebelum tahun 1990 dikenal dengan istilah Collective

Administrative of Copyright and Neghboring Rights. Setelah tahun 1990

istilah "Administration" diubah menjadi "Management". Hal ini pada

akhirnya menghadirkan istilah Collective Management of Copyright and

Neghboring Rights. Penggunaan kata Management dalam konteks ini

didasarkan pada alasan; Pertama, istilah ini cenderung memiliki konotasi

resmi adanya campur tangan negara dalam administrasi hak cipta (istilah ini

dipahami merujuk kepada otoritas yang bertanggung jawab dalam struktur

pemerintah untuk melakukan fungsi negara dalam bidang hak cipta);

Kedua, istilah ini tidak cukup mengekspresikan pada peran organisasi yang

342 Royalti merupakan salah satu bentuk kompensasi ekonomi, namun bentuk kompensasi

ekonomi dapat juga diwujudkan dalam bentuk lainnya, seperti lumpsum.

I 141

Page 159: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pro aktif dalam mengelola hak kolektif; dan Ketiga, istilah management

banyak dipergunakan dalam kajian-kajian mengenai hak kolektif ini sejak

tahun1990. 343

CMO sendiri secara historis dalam hal pengelolaan hak cipta telah

dilakukan sejak akhir tahun 1700-an. CMO diawali di Prancis pada tahun

1977 di bidang seni teater pada karya drama dan sastra. CMO dalam

perkembangannya biasa digunakan pada bidang musik. CMO pertama

dalam bidang musik didirikan pada tahun 1851 di Prancis. Organisasi

serupa yang sekarang eksis ada di 121 negara (hingga bulan Juni 2012).344

Intellectual Property Office of Singapore (IPOS) dalam layanan

websitenya memberikan defisnisi CMO sebagai berikut:

A collective management organisation is generally formed or appointed

by copyright holders to manage the rights in their copyright works.

Collective management organisations are appointed by copyright

owners to administer the licensing of rights, collection of royalties

and enforcement of rights on their behalf. 345

Selanjutnya, Alhaji Tejan-Cole dalam hal memberikan pengertian CMO

menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

Collective management is the exercise of copyright and related rights

by organizations and societies representing the interests of the owners

of such rights.These organizations or societies are usually referred to

in national copyright laws as licensing bodies.346

Dengan memperhatikan definisi CMO di atas, maka dapat dipahami

bahwa CMO merupakan organisasi yang dibentuk atau ditunjuk oleh

pemegang hak cipta dalam pengelolaan hak cipta yang mereka miliki.

343 Mihaly Ficsor, Collective Management of Copyright and Related Rights, WIPO,

Geneva, 2002, him. 12.

344 Tarja Koskinen-Olsson clan Nicholas Lowe, Educational Material on Collective

Management of Copyright and Related Rights, WIPO, Ganeva, 2012, him. 19

345 IPOS,"Collective Management Organizations," www.ipos.gov.sg, diakses tanggal 9

September 2016.

346 Alhaji Tejan-Cole, "Collective Management of Copyright and Related Rights," www.

belipo.bz, diakses tanggal 9 September 2016.

142 I

Page 160: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

CMO dapat disamakan juga dengan badan perlisensian (licencing bodies)

yang mewakili kepentingan pemegang hak cipta.

CMO dalam menjalankan peranannya memiliki dua fungsi

utama. Pertama, CMO menyediakan pemegang hak cipta untuk

mengadministrasikan hak-haknya secara efektif dan murah agar

mendapatkan pendapatan yang adil dari karyanya tersebut; dan Kedua,

CMO menetapkan layanan untuk penggunaan hak-hak tersebut melalui

fasilitasi akses dan lisensi hak cipta secara mudah dan biaya yang lebih

efektif. 347

Dengan dua fungsi utama, maka CMO dapat dinyatakan sebagai

organisasi intermediari antara pencipta/pemegang hak cipta dan pengguna

hak cipta dalam hal pengelolaan hak cipta. Dalam melaksanakan

kegiatannya CMO melakukan pengelolaan terhadap beberapa jenis hak

cipta dan hak terkait. Beberapa hak cipta dan hak terkait tersebut terdiri

dari..348

1. Karya Musik (Musical Works)

Karya musik meliputi semua jenis musik seperti, modern, jazz, klasik,

simpony, blues dan pop baik instrumental atau vokal. Dokumentasi,

lisensi dan distribusi yang merupakan tiga pilar dalam hal manajemen

kolektif dari public performing right dan broadcasting right.

2. Karya Drama (Dramatic Works)

Karya drama meliputi script, sceenplay, mime show, balet, permainan

teater, opera dan musikal. Manajemen kolektif bertindak sebagai agen,

di mana melakukan negosiasi kontrak dengan organisasi yang mewakili

teater yang mana ketentuan minimumnya adalah dikhususkan untuk

penggunaan karya khusus.

3. Karya Percetakan (Printed Works)

Karya percetakan meliputi buku, majalah, surat kabar, laporan dan

lirik lagu. Manajemen kolektif utamanya memberikan hak untuk

347 CISAC, "The Role of Collective Management Organization," www.cisac.org, diakses

tanggal 3 September 2016.

348 WIPO, "Collective Management of Copyright and Related Rights," WIPO Publication

No. L450CM(E), hlm. 6-7.

I 143

Page 161: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

penggandaan. Manajemen kolektif melakukan pengadministrasian atas

remunerasi yang dibayarkan kepada pemegang hak cipta.

4. Seni Visual (Vi.sual Arts)

Karya visual mencakup karya tiga dimensi (paintings, statues, drawings,

lithographs, sculptures), grafik (ilustrasi, karikatur dan kartun), dan

karya fotografi. Manajemen kolektif melakukan pengelolaan hak

reproduksi, droit de suit, hak pinjam, dan hak eksibisi.

5. Hak terkait (Related Rights)

Pengaturan di beberapa negara menyediakan pembayaran bagi

pelaku pertunjukan atau produser rekaman atau keduanya ketika

dikomersialisasikan rekaman suara yang dikomunikasikan kepada

publik dengan menggunakan lembaga penyiaran.

Dengan melihat pada pengertian dan fungsi serta ciptaan yang dapat

dikelola, maka CMO ini sangat diperlukan keberadaannya untuk memenuhi

kepentingan pemegang hak cipta di satu sisi, dan kepentingan pengguna

hak cipta di sisi lainnya. Keberadaan CMO membantu pemegang hak cipta

dapat melakukan pengelolaan dan pengawasan penggunaan haknya yang

dimanfaatkan oleh pengguna hak cipta yang jumlahnya sangat banyak

melalui pemberian kuasa kepada pihak CMO, sedangkan keberadaan

CMO membantu pengguna hak cipta dengan mudah dan terbantu untuk

melakukan hubungan kontraktual dengan pemegang hak cipta yang

jumlahnya banyak dengan cara hanya diwakili oleh pihak CMO.

Namun demikian menurut Tarja Koskinen-Olsson dan Nicholas

Lowe sebenarnya ada beberapa pihak yang dapat mengambil manfaat dari

kehadiran CMO. Pihak-pihak tersebut adalah:349

1. Pihak pemegang hak cipta

Melalui layanan CMO, maka pencipta atau pelaku pertunjukan akan

dapat lebih konsentrasi pada pengembangan kreativitas. Untuk

melanjutkan aktivitas kreatif, maka diperlukan jaminan keuntungan

finansial dari penggunaan karya mereka tersebut. Dalam banyak kasus,

CMO memainkan peran yang menentukan dalam mata rantai. Apabila

349 Tarja Koskinen-Olsson dan Nicholas Lowe, Op.,Cit., hlm. 21.

144 I

Page 162: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

penggunaan massal ditangani secara individu, maka kemungkinan

besar akan rum.it dan mahal.

2. Pihak pengguna hak cipta

Layanan CMO akan mempermudah dan membantu pengguna. Pengguna

dapat memperoleh lisensi hak cipta yang diperlukan dari sumber

utamanya baik pada tingkat nasional maupun intemasional. Misalnya,

hal yang akan sulit bagi sebuah stasiun radio untuk memperoleh lisensi

hak cipta musik dalam setiap programnya apabila dilakukan dengan

individu-individu pemegang hak cipta musik dan lagu tersebut. Hal

yang lazim dalam praktek dilakukan dengan cara bemegosiasi dengan

organisasi profesional seperti CMO.

3. Pihak pemerintah

CMO akan membantu dalam mengadptasi pelaksanaan penggunaan

hak cipta, tanpa hams melakukan perubahan peraturan perundang­

undangan dalam setiap kasus yang terkait dengan penggunaan hak

cipta. Hal ini menjadikan CMO sebagai solusi praktis yang menawarkan

penyelesaian lebih cepat dan jawaban yang layak untuk tantangan

teknologi yang terns berkembang.

4. Pihak masyarakat secara luas

Industri kreatif berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi

dan kesejahteraan sosial dari suatu bangsa. Selain aspek ekonomi,

pengetahuan dan budaya menambah nilai bagi kehidupan manusia.

Hal ini mungkin dalam bentuk pendidikan dengan bantuan buku dan

CD-ROM yang bersifat interaktif atau penelitian dengan bantuan

jumal ilmiah. Bahkan mungkin dalam bentuk hiburan melalui

musik, bioskop, video dan DVD. Dalam dunia global, penting untuk

mendorong kreativitas nasional dan budaya yang beragam. Hal ini

demi kepentingan masing-masing negara, di mana para penciptanya

dapat terns bekerja di negara mereka sendiri. Hal ini mendorong

mereka dapat menciptakan kehidupan dengan membawa produk dan

jasa mereka ke pasar. Oleh karena itu, pasar hams sehat, tanpa diwarnai

dengan pembajakan dengan dibantu melalui manajemen hak cipta yang

benar-benar berfungsi.

I 145

Page 163: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Oleh karena itu dengan adanya pendapat dari Tarja Koskinen-Olsson

dan Nicholas Lowe, maka keberadaan CMO pada dasamya memiliki

manfaat yang sangat luas. Berdasarkan pada hal ini, maka wajarlah apabila

CMO saat ini sangat mendapatkan perhatian dalam hal pengaturan hak

cipta di dunia, terutama yang terkait dengan pengelolaan hak cipta.

C. MODEL COLLECTIVE MANAGEMENT ORGANIZATION

DIBEBERAPANEGARA

Dengan memahami arti, fungsi, lingkup dan manfaat urgensi dari

CMO sebagaimana dikemukakan di atas, maka banyak negara melalui

ketentuan hak cipta membuat pengaturan mengenai CMO itu sendiri.

Adapun pengaturan itu terkadang antara satu negara dengan negara yang

lain berbeda. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wengi Liu.

Ia menyatakan bahwa beberapa negara menetapkan bentuk khusus dari

CMO, sedangkan yang lain tidak.

Sebagai contoh, di Negara Italia CMO yang merupakan wadah

masyarakat pengarang dan publisher Italia disebut sebagai lembaga publik

(public authority), di Negara China CMO hams merupakan organisasi

sosial non-profit, sedangkan di Negara Kanada tidak menetapkan bentuk

khusus dari CMO. Dalam kenyataannya saat ini, negara-negara banyak

membentuk lembaga CMO sebagai lembaga non profit, meskipun

dibolehkan juga negara membentuk lembaga CMO bersifat profit. 350

Selanjutnya Wengi Liu menyatakan juga bahwa model CMO juga

dilihat dari car a kerjanya terbagi menjadi beberapa model. Pertama, terdapat

CMO dalam melakukan kerjanya cenderung menggunakan pendekatan

monopoli. Dalam konteks ini CMO merupakan lembaga publik dan

hanya terdiri dari satu CMO yang mengurusi semua bidang bisnis. Dalam

pengelolaan satu hak cipta (atau hak terkait) dengan model satu CMO

ini akan mengurangi konflik dengan CMO lainnya yang telah diakui dan

diregistrasi menurut ketentuan hukum yang berlaku. Negara-negara yang

menganut pendekatan ini adalah Belgia, Yunani, Belanda, Spanyol, Prancis,

350 Wengi Liu, "Models For Collective Management of Copyrights from an International Perspective: Potential Changes for Enhacing Performance," Journal of Intellectual

Property Rights Vol. 17, Januari 2012, hlm. 46.

146 I

Page 164: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Jerman (kecuali sektor audiovisual), Swedia dan China. Kedua, terdapat

CMO dalam melakukan kerjanya cenderung menggunakan pendekatan

umum (tidak monopoli). Dalam konteks pendekatan ini CMO bersifat

co-eksistensi dan mengakui iklim persaingan usaha di antara CMO yang

ada. Model CMO seperti ini dibuat dalam rangka melindungi kepentingan

pemegang hak cipta untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Negara

yang menganut model CMO ini adalah Amerika Serikat dan Kanada. 351

Dari pendapat Wengi Liu di atas, nampak bahwa pengaturan model

CMO berbeda-beda. Perbedaan pengaturan ini pada dasarnya tidak terlepas

dari beberapa alasan. Beberapa alasan yang dapat diketahui di antaranya;

Pertama, melihat kepada tujuan dari dibentuknya CMO itu sendiri. Ada

beberapa negara yang mengatur CMO ini menghendaki dibuat dalam

bentuk badan publik, sedangkan negara lainnya justru tidak demikian.

Kedua, adanya keinginan proses dan cara kerja CMO yang efektif dan

efisien serta menghargai iklim persaingan usaha yang sehat, sedangkan

yang lainnya menghendaki adanya monopoli. Dari keinginan ini, maka

pada akhirnya ada beberapa negara mengatur CMO dalam bentuk yang

tidak bersifat tunggal, namun terbuka untuk dibentuk banyak CMO.

Terlepas dari adanya perbedaan pengaturan model CMO, keberadaan

CMO di suatu negara saat ini memiliki peran yang sangat strategis.

Peran strategis CMO terletak pada dua hal, yakni, secara mikro terkait

dengan fungsinya sebagai lembaga yang memungut dan mendistribusikan

royalti dari pengguna hak cipta kepada pemegang hak cipta, sedangkan

secara makro terkait dengan pembangunan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat suatu bangsa.

D. SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN PENGATURAN CMO

DI INDONESIA

Sejarah CMO di Indonesia diawali dengan berdirinya suatu lembaga

yang disebut dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia atau disingkat YKCI

yang bergerak dalam bidang hak cipta musik dan lagu. YKCI berdiri

pada tanggal 12 Juni 1990 yang diinisiasi oleh beberapa tokoh seniman

351 Ibid, hlm. 47.

I 147

Page 165: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

musik yakni; H Enteng Tanamal, Titiek Puspa, A. Riyanto, Rinto Harahap,

Guruh Soekarno Putra, Candra Darusman, Dimas Wahab, Paul Hutabarat,

Tubagus Sadikin Zuchra. YKCI ini didirikan dengan tujuan sebagai

wadahnya para pencipta lagu yang akan berjuang untuk kehidupan para

pencipta lagu. Para Tokoh dan insan musik Indonesiapun menyadari

kondisi tersebut dan memrakarsai untuk membentuk sebuah wadah untuk

memperjuangkan dan melaksanakan kegiatan kolektif hak para pencipta

khususnya mengenai hak mengumumkan yang dapat dinikmati oleh para

Pencipta Lagu sebagai Pemilik hak cipta selama hidupnya bahkan ketika

yang bersangkutan meninggal, maka para ahli warisnya dapat menikmati

royalti (hak ekonomi) tersebut sepanjang 50 tahun.352

YKCI sebagai lembaga CMO tunggal dalam bidang musik dan

lagu di Indonesia dalam menjalankan fungsinya menarik, menghimpun

dan mendistribusikan royalty hak cipta musik dan lagu keberadaannya

dapat dipertahankan hingga tahun 2007. Namun setelah tahun 2007

YKCI sebagai lembaga CMO tunggal dalam bidang musik dan lagu di

Indonesia tidak lagi mampu dipertahankannya. Setelah tahun 2007 banyak

bermunculan lembaga-lembaga CMO dalam bidang musik dan lagu di

Indonesia. Beberapa lembaga CMO yang sejenis seperti WAMI, Asirindo,

Prisindo dan lain sebagainya. Dengan banyak bermunculannya lembaga

CMO dalam bidang musik dan lagu, maka CMO di Indonesia tidak lagi

menganut sistem CMO tunggal, namun lebih menganut pada sistem Multi

CMO. Adanya pergeseran sistem CMO di Indonesia dari yang bersifat

tunggal menjadi multi CMO salah satunya disebabkan karena pengaturan

CMO di Indonesia memang sangat terbuka bagi dianutnya sistem CMO

tunggal ataupun multi CMO pada bidang hak cipta yang sama.

Berbicara pengaturan CMO di Indonesia di beberapa ketentuan

undang-undang hak cipta sebelum UU No. 28 Tahun 2014 diatur secara

voluntary. Pengaturan CMO secara voluntary artinya dibuat berdasarkan

kesepakatan antara pemegang hak cipta dengan pihak yang menjalankan

peran CMO. Ketika, pengaturan CMO di Indonesia diatur secara voluntary,

352 KCI, "Sejarah Karya Cipta Indonesia, www.kci-lmk.or.id diakses pada tanggal 5

September 2016

148 I

Page 166: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

CMO di Indonesia banyak menimbulkan berbagai macam kasus. Beberapa

contoh kasus yang dapat dikemukakan di antaranya:

Pertama, kasus pelanggaran HKI di Indonesia belakangan ini

semakin meningkat. Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah

kasus antara pihak Inul Vista dengan KCI perihal melanggar hak cipta

dengan mengedarkan dan menyalin lagu tanpa membayar royalti untuk

produser dan pencipta lagu. YKCI adalah pemegang hak cipta dari 2.636

para pencipta lagu Indonesia dengan karya sebanyak 130 ribu lagu.

Selain menjadi pemegang hak cipta para pencipta lagu Indonesia, YKCI

juga mendapat Reciprocal Agreement oleh International Confederation

of Societies of Authors and Composers (CISAC) yang berkedudukan di

Paris. Atas hal tersebut, YKCI mendapat hak untuk mengelola sebanyak

10 juta lagu asing dari buah karya 2 juta pencipta lagu asing yang

bergabung di ISAC. Sebagai pemegang hak cipta, YKCI mempunyai hak

untuk memungut royalti terhadap para pengguna lagu yang menggunakan

lagu-lagu para pencipta untuk tujuan komersial. Karaoke, termasuk

yang dikelola Vizta Pratama, dan kafe adalah tempat lagu-lagu penyanyi

diperdengarkan. Tempat karaoke wajib membayar royalti sesuai UU

No. 19 tahun 2002. Inul Vista dituding melanggar hak cipta berdasarkan

Undang-Undang Hak Cipta Pasal 2 Ayat 1, Pasal 72, Pasal 49 ayat 1 dan

Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002, "bahwa perkembangan di bidang

perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat sehingga

memerlukan peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak

Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas." Pihak

KCI sebelumnya telah mengajukan gugatan pada tanggal 8 agustus 2014.

Dalam kasus ini pihak KCI menuding pihak Inul Vista hanya membayar

royalti sebesar 5.500.000/outlet/tahun, bahkan kemudian turun menjadi

3.500.000/outlet/tahun. Padahal sebenamya YKCI mengatakan harga

standar yang ditetapkan oleh CISAC sebesar 720.000/ruangan/tahun.

Ditengah tuntutan yang dilayangkan oleh pihak KCI pihak Inul Vista justru

mengajukan gugatan balik. Kuasa hukum Inul Vizta Karaoke, Anthony

LP Hutapea menolak dikatakan kliennya membayar royalti secara tidak

layak. Soalnya, angka Rp3,5 juta tersebut ditetapkan YKCI sendiri. Kala

itu, YKCI mengatakan harga standar yang ditetapkan oleh CISAC sebesar

I 149

Page 167: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Rp720 ribu/ruangan/tahun belum dapat diterapkan di Indonesia mengingat

keadaan ekonomi pelaku usaha Indonesia berbeda dengan kemampuan

pengusaha luar negeri. Juga, bisnis karaoke masih berkembang di Indonesia.

Atas hal tersebut, para pihak sepakat menentukan royalti sebesar Rp720

ribu per/kamar/tahun dipotong 40% sehingga menjadi Rp3,5 juta per

tahun. Apalagi, angka Rp3,5 juta yang sudah ditetapkan penggugat lebih

besar daripada biaya royalti yang ditetapkan lembaga pemungut royalti

lainnya, seperti Royal Musik Indonesia dan Wahana Musik Indonesia

yang hanya berkisar Rp2,5 juta/tahun. Dengan mengubah pembayaran

royalti menjadi Rp720 ribu/ruangan/tahun tanpa kesepakatan bersama,

Anthony menilai tindakan YKCI adalah tindakan sewenang-wenang dan

melanggar hukum. Namun setelah tarik ulur di pengadilan beberapa bulan

terakhir ini, akhimya Inul Daratista selaku pemilik tempat karaoke Inul

Vista dan Karya Cipta Indonesia (KCI) sebagai wadah bagi pencipta lagu

di Indonesia berdamai. Kesepakatan dan kesepahaman Inul Daratista dan

KCI ini dilakukan di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Pusat.353

Kedua, Kasus ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) melawan

YKCI (Yayasan Karya Cipta Indonesia). ASIRI memenangkan kasus

sengketa dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). YKCI dihukum

membayar denda Rp. 84.823.200. ASIRI menuding tindakan YKCI yang

menagih dan memungut royalti dari lagu merupakan tindakan tidak sah

dan tidak berdasar hukum. Sebab, tidak satu pasal di dalam UU Hak Cipta

No 19/2002 yang memberikan kewenangan kepada YKCI untuk menagih

dan memungut royalti dari semua pihak yang memakai/mengumumkan

produk rekaman suara milik dan atau yang berasal dari ASIRI. YKCI

berhak memungut royalti dari pihak-pihak yang memakai lagu ciptaan

para pencipta, tapi dengan syarat pencipta lagu memberikan kuasa kepada

YKCI. Itu juga masih ditambahi syarat, apabila pencipta/pemberi kuasa

tersebut belum pemah memberikan hak mengumumkan ciptaan kepada

produser rekaman. 354 Berdasarkan hal ini, maka ASIRI melakukan gugatan

353 https://onewytria.wordpress.com/2016/04/02/kasus-inul-vista-vs-kci/, diakses tanggal

09 September 2016

354. http://celebrity.okezone.com/read/2008/05/14/33/109334/asiri-menangkan-kasus­

ykci-didenda-rp84-juta, diakses tanggal 09 September 2016.

1so I

Page 168: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

kepada pihak YKCI dan pengadilan memutuskan gugatanASIRI dikabulkan

dengan kewajiban membayar dari YKCI sebesar Rp84.000.000,-

Ketiga, Kasus YKCI (Yayasan Karya Cipta Indonesia) melawan

PT. Telkomsel. Kasus tersebut dimulai pada saat gugatan KCI terhadap

Telkomsel pada sidang pertamanya di Pengadilan Negeri Jakarta, Rabu

(29/11) siang, danmenyatakan bahwa karya cipta lagu yang telah diumumkan

oleh Telkomsel dalam bentuk Nada Sambung Pribadi (NSP) ada lebih dari

1.500 karya cipta lagu dalam negeri maupun luar negeri, Telkomsel tidak

melakukan pembayaran royalti kepada YKCI selaku pemegang hak cipta

atas karya lagu-lagu tersebut. Atas perbuatan pelanggaran hak cipta ini,

YKCI memperhitungkan Telkomsel telah menimbulkan kerugian materiil

bagi YKCI sebesar Rp78.408.000.000,-. Selain kerugian tersebut,YKCI

menyatakan juga telah kehilangan keuntungan yang seharusnya diharapkan

dan atau didapatkan dari royalti yang tidak dibayarkan. Sehingga

YKCI menuntut Telkomsel untuk membayar secara tunai dan sekaligus

kehilangan keuntungan tersebut sebesar 10 % per bulan dari nilai kerugian

materiil. 355 Hingga saat ini KCI hanya bisa menagih senilai Rp 400 juta

bagi para komposer internasional, padahal bisnis ring tone dan RBT telah

begitu marak. Mungkin orang semakin tak sabar menunggu hasil sidang

gugatan KCI terhadap Telkomsel yang ditunda untuk kelengkapan data­

data akurat hingga 6 Desember mendatang. Upaya gugatan KCI itu,

menurut James, telah berlangsung lama sejak tahun 2002 ketika bisnis ring

tone barn dimulai. Lalu sampai RBT muncul (2004), KCI masih mencari

siapa pelaku utama kesalahan di baliknya. 356

Dengan maraknya berbagai kasus yang berkaitan dengan CMO,

pemerintah melalui pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2014 CMO mengatur

CMO secara voluntary dengan dukungan ketentuan undang-undang hak

cipta. Dukungan ketentuan undang-undang hak cipta terhadap eksistensi

dan kedudukan CMO, ini dari mulai pengertian, cara pendirian, mekanisme

kerja dan pengawasannya.

355. http://innasakinahs.blogspot.eo.id/2016/03/ykciVStelkomsel.html, diakses tanggal 09

September 2016.

356 Ibid.

I 1s1

Page 169: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

CMO di dalam UU No. 28 Tahun 2014 lebih diterjemahkan kepada

istilah Lembaga Manajemen Kolektif atau disingkat LMK. Selanjutnya,

LMK ini apabila memperhatikan pada ketentuan UU No. 28 Tahun 2014

telah ditetapkan bentuk hukum khusus yang hams dipenuhi dan diakui. Hal

ini sebagaimana yang tertuang di dalam ketentuan Pasal 1 angka 22 UU

No. 28 Tahun 2014 menyatakan:

Institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa

oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait

guna mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan

mendistribusikan royalti.

Memperhatikan pada ketentuan bentuk hukum LMK di atas, maka

jelas bahwa bentuk hukum LMK hams memenuhi unsur-unsur sebagai

berikut: Pertama, berbentuk badan hukum nirlaba; Kedua, memperoleh

kuasa dari pencipta, pemegang hak cipta, dan atau pemilik hak terkait; dan

ketiga, melakukan pengelolaan hak ekonomi bempa penghimpunan dan

pendistribusian royalti. Dari tiga unsur ini, maka dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Unsur LMK pertama bahwa LMK hams dalam bentuk badan hukum

nirlaba. Berbentuk badan hukum nirlaba mengandung arti LMK tidak boleh

memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Kemudian,

dalam konteks hukum Indonesia LMK yang berbentuk badan hukum

nirlaba, maka sangat tepat hal tersebut diwujudkan dalam bentuk Yayasan.

Untuk menjalankan fungsinya, LMK tidaklah cukup hanya bempa badan

hukum nirlaba, namun berdasarkan pada ketentuan Pasal 88 ayat (1) dan

(2) UU No. 28 Tahun 2014, maka LMK tersebut juga hams memiliki izin

operasional. Adapun untuk memperoleh izin operasional ini, maka LMK

hams memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Berbentuk badan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba;

2. Mendapatkan kuasa dari pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik

hak terkait untuk menarik, menghimpun dan mendistribusikan royalti

3. Memiliki pemberi kuasa sebagai anggota paling sedikit 200 orang

pencipta untuk lembaga manajemen kolektif bidang lagu dan/atau

musik yang mewakili kepentingan pencipta dan paling sedikit 50

1s2 I

Page 170: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

(lima puluh) orang untuk lembaga manajemen kolektif yang mewakili

pem.ilik hak terkait dan/atau objek hak cipta lainnya.

4. Bertujuan menarik, menghimpun dan mendistribusikan royalti.

5. Mampu menarik, menghimpun dan mendistribusikan royalti kepada

pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait.

Unsur kedua LMK, LMK hams memiliki kuasa dari pencipta,

pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait. Pemenuhan unsur memiliki

kuasa ini hams dibuktikan dengan adanya suatu perjanjian pemberian

kuasa antara LMK dengan pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak

terkait. Adapun perjanjian pemberian kuasa mem.iliki substansi penyerahan

kekuasaan dari pemberi kuasa (pencipta, pemegang hak cipta atau pem.ilik

hak terkait) kepada penerima kuasa (LMK) untuk melakukan penarikan,

penghimpunan dan pendistribusian royalti atas ciptaan yang dilindungi

hak cipta. Kepemilikan kuasa dari pencipta, pemegang hak cipta atau

pemilik hak terkait ketentuan UU No. 28 Tahun 2014 telah memberikan

pembatasan. Pembatasan terkait dengan hal ini, yakni; Pertama, untuk

ciptaan musik dan lagu, maka paling sedikit 200 orang pencipta musik dan

lagu, sedangkan untuk ciptaan lain di luar musik dan lagu atau pemilik hak

terkait paling sedikit 50 orang pencipta atau pem.ilik hak terkait.

Unsur ketiga LMK, LMK hams melakukan pengelolaan hak ekonomi

bempa penghimpunan dan pendistribusian royalti. Melakukan pengelolaan

hak ekonom.i dalam konteks ini sebenamya ketentuan UU No. 28 Tahun 2014

telah menetapkan dalam hal melakukan penghimpunan dan pendistribusian

royalti. N amun demikian, istilah penghimpunan dan pendistribusian

royalti ini apabila dicermati sangat membutuhkan penjabaran yang lebih

detail. Adapun penjabaran yang lebih detail biasanya tertuang di dalam

perjanjian pemberian kuasa. Khusus, untuk penetapan besaran royalti,

maka menumt ketentuan Pasal 89 ayat (3) UU No. 28 Tahun 2014 hal

tersebut hams ditetapkan bukan saja berdasarkan kesepakatan, tetapi hams

berdasarkan kelaziman praktek berdasarkan keadilan, sedangkan dalam hal

pemanfaatan royalti oleh LMK di dalam ketentuan Pasal 91 ayat (1) dan

(2) UU No. 28 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pemanfaatan dana royalti

LMK secara umum hanya diperbolehkan memanfaatkan dana tersebut

I 153

Page 171: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pada lima tahun pertama sebesar 30%, sedangkan tahun-tahun berikutnya

sebesar 20%.

Untuk mendukung LMK dapat bekerja secara efektif, efisien dan

profesional, maka ketentuan UU No. 28 Tahun 2014 telah memberikan

beberapa bentuk pengawasan atas kinerja dan laporan keuangan LMK.

Adapun hal tersebut dapat dilihat pada ketentuan Pasal 90 UU No. 28

Tahun 2014 yang menyatakan:

Dalam melaksanakan pengelolaan hak Pencipta dan pemilik Hak

Terkait Lembaga Manajemen Kolektif wajib melaksanakan audit

keuangan dan audit kinerja yang dilaksanakan oleh akuntan publik

paling sedikit I (satu) tahun sekali dan diumumkan hasilnya kepada

masyarakat melalui I (satu) media cetak nasional dan 1 (satu) media

elektronik.

Selanjutnya, di dalam ketentuan Pasal 92 ayat (1) dan (2) UU No. 28

Tahun 2014 yang menyatakan:

(1) Menteri melaksanakan evaluasi terhadap Lembaga Manajemen

Kolektif, paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menunjukkan Lembaga Manajemen Kolektif tidak memenuhi

ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, Pasal

89 ayat (3), Pasal 90, atau Pasal 91, Menteri mencabut izin

operasional Lembaga Manajemen Kolektif.

Dari ketentuan Pasal 90, 92 ayat (1) dan (2) UU No. 28 tahun 2014,

maka dapat ditentukan pengawasan lembaga LMK dilakukan oleh dua

pihak, yakni; akuntan publik dan pemerintah. Akuntan publik merupakan

lembaga independen yang melakukan pengawasan pada dua aspek, yakni

laporan keuangan dan laporan kinerja LMK, sedangkan pemerintah

merupakan institusi pemerintah yang melakukan pengawasan baik pada

aspek keorganisasian, kinerja dan pengelolaan keuangan.

Dengan adanya keterlibatan auditor independen dan pemerintah dalam

pengawasan LMK, maka LMK diharapkan dapat menjalankan fungsinya

secara profesional, efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena

154 I

Page 172: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

itu, jika hal ini dapat diwujudkan, maka secara mikro pemegang hak cipta

dan pengguna akan sangat diuntungkan. Lalu secara makro, kesejahteraan

masyarakat secara keseluruhan dapat segera diwujudkan.

E. PELUANG DAN TANTANGAN CMO INDONESIA

CMO di Indonesia pasca pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2014 telah

mendapatkan pengaturan yang lebih jelas dibandingkan pengaturan pada

ketentuan undang-undang hak cipta sebelumnya. Bentuk pengaturan CMO

dalam UU No. 28 Tahun 2014 merupakan ketentuan pendukung pada

sistem CMO yang bersifat voluntary. Dengan pengaturan CMO seperti ini,

maka ada beberapa peluang yang dapat diambil, yakni;

1. CMO sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 dapat dibentuk melebihi dari satu asalkan menenuhi persyaratan

sebagaimana ditentukan dalam undang-undang. Hal ini akan

menciptakan iklim persaingan usaha yang dapat menguntungkan bagi

kepentingan pemegang hak cipta;

2. CMO sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 dapat melakukan pengelolaan hak cipta pada jenis ciptaan

tertentu yang sifatnya spesifik. Oleh karena itu, akan diharapkan akan

memberikan peluang bagi optimalisasi pengelolaan hak ekonomi dari

ciptaan yang dilindungi hak cipta;

3. CMO sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 telah menetapkan model kelembagaan yang sifatnya non-profit.

Oleh karena itu, lembaga ini diharapkan dapat benar-benar membawa

kepentingan pemegang hak cipta dalam memperoleh kompensasi dari

ciptaan yang dimanfaatkan oleh pihak lain;

4. CMO sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 akan dilakukan pengawasan oleh lembaga audit independen

berkenaan dengan laporan keuangan dan kinerja, sedangkan pemerintah

melakukan pengawasan dalam hak kelembagaan, laporan keuangan

dan kinerja dari CMO, maka dengan pengaturan seperti ini, maka

optimalisasi nilai ekonomi dari hak cipta bagi pemegang hak cipta akan

dapat diwujudkan.

I 155

Page 173: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Dengan memahami beberapa peluang, sebenarnya kehadiran aturan

barn sebagai bentuk dukungan terhadap CMO yang bersifat voluntary

nampaknya akan menghadirkan sejumlah tantangan. Beberapa tantangan

yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Bahwa CMO yang dibentuk berdasarkan ketentuan UU No. 28 Tahun

2014, karena dapat lebih dari satu CMO dalam suatu bidang ciptaan,

maka CMO tersebut hams dapat menciptakan model kerja dan kinerja

yang efektif dan efisien bagi kepentingan pemegang hak cipta;

2. Bahwa CMO yang dibentuk berdasarkan ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 dimana lembaga auditor independen dan pemerintah dapat

melakukan pengawasan, maka CMO hams mampu melakukan penarikan,

penghimpunan dan pendistribusian royalti secara profesional dan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

3. Bahwa CMO yang dibentuk berdasarkan ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 di mana dalam hal pemanfaatan dana hasil pemungutan royalti

hanya sebesar 30% sampai 20%, maka CMO tersebut dihadapkan

pada suatu tantangan mencari strategi yang efektif agar CMO tetap

dapat eksis dalam menjalankan peranannya menarik, menghimpun dan

mendistribusikan royalti kepada pemegang hak cipta;

4. Bahwa CMO yang dibentuk berdasarkan ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 dimana dalam menjalankan kegiatannya hams didasarkan pada

kuasa dari pemegang hak cipta secara sah dan benar, maka dituntut

dapat menyajikan data pemegang hak cipta yang akurat dan valid.

5. Bahwa CMO yang dibentuk berdasarkan ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 hendaknya tidak hanya dapat menjalankan kegiatan penarikan,

penghimpunan dan pendistribusian royalti pada pengguna hak cipta

secara konvensional, tetapi juga hams dapat menjangkau kepada

pengguna hak cipta yang menggunakan medium digital.

F. KESIMPULAN

CMO dalam perspektif internasional merupakan organisasi yang

melakukan penarikan, penghimpunan dan pendistribusian royalti hak

cipta memiliki berbagai macam varian. Setidaknya, ada dua varian dari

156 I

Page 174: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

CMO yakni lembaga yang bersifat profit dan non profit, sedangkan dari

kegiatannya ada yang bersifat monopoli maupun non monopoli. Dalam

konteks Indonesia, CMO dikenal dengan Lembaga Manajemen Kolektif.

Lembaga ini dikenal juga dengan singkatan LMK. Setelah diberlakukannya

UU No. 28 Tahun 2014, maka LMK di Indonesia berbentuk lembaga non

profit dan tidak bersifat monopolistik. LMK juga dibentuk berdasarkan

voluntary dengan dukungan UU No. 28 Tahun 2014. Dari bentuk LMK

seperti ini, maka temyata telah menghadirkan sejumlah peluang dan

tantangan. Peluang dan tantangan ini apabila dapat diselesaikan dengan

baik, maka akan membawa kepada semangat berkreativitas yang tinggi

dan meningkatkan kesejahteraan dari pemegang hak cipta.

DAFTAR PUSTAKA

Mihaly Ficsor, Collective Management of Copyright and Related Rights,

WIPO, Geneva, 2002.

Tarja Koskinen-Olsson dan Nicholas Lowe, Educational Material on

Collective Management of Copyright and Related Rights, WIPO,

Ganeva, 2012.

IPOS, "Collective Management Organizations," www.ipos.gov.sg, diakses

tanggal 9 September 2016.

Alhaji Tejan-Cole, "Collective Management of Copyright and Related

Rights, "www.belipo.bz, diakses tanggal 9 September 2016.

CISAC, "The Role of Collective Management Organization," www.cisac.

org, diakses tanggal 3 September 2016.

WIPO, "Collective Management of Copyright and Related Rights," WIPO

Publication No. L450CM(E).

Wengi Liu, "Models For Collective Management of Copyrights from

an International Perspective: Potential Changes for Enhacing

Performance," Journal of Intellectual Property Rights Vol. 17,

Januari 2012.

KCI, "Sejarah Karya Cipta Indonesia, www.kci-lmk.or.id diakses pada

tanggal 5 September 2016.

I 157

Page 175: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

https://onewytria.wordpress.com/2016/04/02/kasus-inul-vista-vs-kci/,

diakses tanggal 09 September 2016.

http://celebrity.okezone.c om/read/2008/05/14/33/109334/asiri­

menangkan-kasus-ykci-didenda-rp84-juta, diakses tanggal 09

September 2016.

http://innasakinahs.blogspot.eo.id/2016/03/ykciVStelkomsel.html, diakses

tanggal 09 September 2016.

1ss I

Page 176: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BAB VII

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 28 TAHUN

2014 DALAM KONTEKS KEPENTINGAN

PENGEMBANGAN INDUS TRI KREATIF MUSIK

DAN LAGU DI INDONESIA

Budi Agus Riswandi

A. PENDAHULUAN

Industri kreatif pada beberapa dekade ini nampaknya telah menjadi

perhatianserius di beberapaN egara. BeberapaN egaramemberikan perhatian

serius disebabkan industri kreatif dianggap dapat menciptakan lapangan

kerja dan kesejahteraan bagi masyarakat suatu Negara. Namun demikian,

hams diakui dalam pengembangan industri kreatif itu sendiri ada banyak hal

yang hams diperhatikan. Perlindungan hak kekayaan intelektual, khususnya

perlindungan hak cipta atas karya musik dan lagu sebagai produk industri

kreatif adalah salah satu contohnya. Hal ini tidak terkecuali dalam konteks

pengembangan industri kreatif musik dan lagu yang ada di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, beberapa dekade sebelum diberlakukannya

UU No. 28 Tahun 2014 perlindungan hak cipta atas musik dan lagu masing

dianggap oleh banyak kalangan sangat lemah. Lemahnya perlindungan

hak cipta atas musik dan lagu ini ada beberapa faktor yang menyebabkan

hal tersebut. Salah satu faktornya terkait dengan keberadaan UU hak

cipta yang berlaku saat itu masih belum antisipatif terhadap kemungkinan

untuk dilakukannya perlindungan hak cipta atas musik dan lagu. Selain,

I 159

Page 177: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

belum antisipatif terhadap perlindungan hak cipta atas musik dan lagu juga

ketentuan UUHak Cipta dianggap dalamhal pemberian insentifbelum punya

keberpihakan yang kuat terhadap pencipta musik dan lagu di Indonesia.

B. INDUSTRI KREATIF = INDUSTRI MUSIK DAN LAGU =

INDUSTRI HAK CIPTA

Industri kreatif merupakan industri yang basisnya pada talenta dan

keterampilan seseorang dalam menghasilkan sebuah kreasi yang kemudian

dapat dilakukan komersialisasi terhadap kreasi tersebut. Dari pemahaman

atas industri kreatif seperti ini, maka sangat j elas bahwa industri kreatif

itu tumpuannya adalah pada upaya kreatif dan inovatif seseorang atau

sekelompok orang atas suatu kreasi. Untuk dapat dilakukannya upaya

kreatif dan inovatif ini, maka talenta, skill dan keterampilan seseorang

atau sekolompok orang menjadi sangat penting dan strategis. Dari sini,

wajar apabila berbicara industri kreatif, maka tidak bisa dilepaskan dari

kapasitas, kapabilatas dan kualitas sumber daya manusianya.

Upaya kreatif dan inovatif dari seseorang atau sekelompok orang

terjadi juga dalam proses menghasilkan musik dan lagu. Musik dan lagu

pada dasarnya merupakan produk kreatif dan inovatif dari seseorang atau

sekelompok orang. Musik dan lagu dihasilkan dengan cara mencari ide/

gagasan atas musik dan lagu terse but. Ide dan gagasan dalam musik dan lagu

dapat berupa tema percintaan, ketuhanan, kritik sosial dan lain sebagainya.

Kemudian, tema tersebut dituangkan dalam bentuk syair lagu dan notasi

musik dan lagu. Musik dan lagu akan sangat terasa hasilnya, manakala

musik dan lagu tersebut dapat ditampilkan dengan diiringi oleh permainan

alat-alat musik yang mampu menghasilkan untaian suara yang harmoni.

Dengan memahami proses musik dan lagu dihasilkan, tidak salah

apabila musik dan lagu dianggap sebagai produk kreatif. Musik dan lagu

yang telah dihasilkan dan dikomersialisasikan dalam sekala yang besar

dan masif biasanya melahirkan konsep industri musik dan lagu. Konsep

industri musik dan lagu pada dasarnya basisnya adalah suatu kreativitas

yang terkait dengan dihasilkannya musik dan lagu. Dengan memahmi

demikian, maka dapat diketahui industri musik dan lagu merupakan bagian

160 I

Page 178: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dari industri kreatif. Alasan musik dan lagu bagian dari industri kreatif. Hal

ini dapat dipahami karena industri kreatif memiliki cakupan yang sangat

luas, di mana berbagai produk kreatif dan inovatif yang dihasilkan umat

manusia dan dapat dikomersialisasikan dalam rangka penciptaan lapangan

kerja dan kesejahteraan masyarakat, maka sesungguhnya adalah industri

kreatif. Untuk produk kreatif dan inovatif, maka ragamnya sangat banyak,

di antaranya musik dan lagu.

Dalam perspektif hak kekayaan intelektual, produk kreatif seperti

musik dan lagu ini dikualifikasikan sebagai karya di bidang seni. Dengan

dimasukkannya musik dan lagu dalam kategorisasi karya seni, maka

konsekuensi dari sisi hak kekayaan intelektual, musik dan lagu dapat

dilindungi berdasarkan hak cipta. Hak cipta dapat diartikan sebagai hak

eksklusif pencipta yang lahir secara otomatis melalui sistem deklaratif

ketika ciptaan telah diwujudkan secara nyata tanpa mengurangi pembatasan

sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tatkala dalam musik dan lagu terlahir hak cipta, maka ada dua hal

yang diperoleh, yakni; Pertama, seseorang atau sekelompok orang yang

menghasilkan musik dan lagu hams dilindungi hak-hak hukumnya---dalam

hal ini hak cipta yang memuat hak moral dan hak ekonomi; dan Kedua,

seseorang atau sekelompok orang yang menghasilkan musik dan lagu dapat

mengambil manfaat ekonomi dari musik dan lagu yang dilindungi hak

cipta. Mengambil manfaat ekonomi dari musik dan lagu yang dilindungi

hak cipta dapat berupa manfaat dari penggandaan musik dan lagu dan juga

pengumuman dari musik dan lagu. Adapun wujud manfaat ekonomi ini

dapat diejawantahkan dalam bentuk royalti. Dalam sekala yang besar, di

saat musik dan lagu dioptimalisasikan manfaat ekonominya, maka lahirlah

suatu bentuk industri barn yang dikenal dengan industri hak cipta.

C. K O NT RI B US I IN D UST RI K R EA T I F MUS I K

DAN LAGU DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL

Industri kreatif diyakni dapat dijadikan salah satu strategi dalam

rangka penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.

World Intellectual Property Organization (WIPO) yang berfokus pada

I 161

Page 179: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pengadministrasian hak kekayaan intelektual juga telah melakukan kajian

atas dampak dan kontribusi ekonomi kreatif terhadap pembangunan

ekonomi suatu negara. Ada dua hal yang telah dikaji oleh lembaga ini,

yakni menyangkut dampak dan kontribusi pada Produk Domestik Produk

dan penciptaan lapangan pekerjaan secara nasional. Dari dua aspek yang

dikaji WIPO dapat dikemukakan sebagai berikut:357

1. Kontribusi industri kreatif pada PDB

Kontribusi industri kreatif pada PDB di setiap negara signifikasinya

bervariasi dari mulai 10% (Amerika Serikat dan Australia) hingga di

bawah 2% untuk Brunai. Dengan rata-rata 5,4%, � dari negara-negara

mempunyai kontribusi antara 5% dan 6,5%. Tiga negara yangmempunyai

PDB lebih tinggi, yakni Amerika Serikat, Australia dan Korea.

Chart 2: Cortribition of Copyriglt Industries to GDP

Avg(Y}S•'l.

IHllll 111111, �p1�111pnn1�ni;n11qnq

i COUNTRY

SOurce: WIPO

2. Kontribusi industri kreatif pada penciptaan lapangan pekerjaan

Dampak dan kontribusi industri kreatif terhadap penciptaan lapangan

kerja memiliki signifikasi yang bervariasi juga, rata-rata 5,9%. Hampir

� negara memiliki kisaran penciptaan lapangan kerja antara 4% dan

7%. Meksiko dan Filipina merupakan negara yang memiliki angkatan

kerja tertinggi dalam bidang industri kreatif.

357 WIPO, "Copyright + Creativity= Jobs and Economic Growth," dalam WIPO Studies

on the Economic Contribution of the Copyright Industries, 2012, http://www.ip-watch.

org/weblog/wp-content/uploads/2012/02/WIPO-Copyright-Economic-Contribution­

Analysis-2012-FINAL-230-2.pdf, diakses tanggal 04 Juni 2016

162 I

Page 180: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Chart 3: Contribution of Copyright Industries to National Employment

Source: W1PO

Pada tahun 2011, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Uni Eropa,

temyata ekonomi kreatif telah memberikan dampak dan kontribusi pada

pembangunan ekonomi Uni Eropa secara primer sebagai berikut; Pertama,

industri kreatif inti di 27 negara Uni Eropa telah meningkatkan nilai tambah

558 juta euro, kira-kira 4,4% dari total GDP Eropa; Kedua, nilai tambah

dari industri kreatif diperkirakan 860 juta euro, mewakili 6,8% share dari

GDP; Ketiga, industri kreatif mewakili kira-kira 8,3 miliar pekerja yang

bekerja penuh waktu atau total 3,8% pekerja penuh waktu di Eropa; dan

Keempat, pekerjaan yang total di industri kreatif kira-kira 14 miliar, atau

kira-kira 6,8% dari keseluruhan pekerjaan.358

Lain lagi dengan Singapura, dampak dan kontribusi dari ekonomi

kreatif di negara ini secara primer pada tahun 2000 tergambarkan sebagai

berikut; Pertama, industri kreatif berkontribusi dan memberikan nilai

tambah sebesar 2.98 juta dolar Singapura atau kira-kira 1,9% dari PDB;

Kedua, jumlah tenaga kerja yang dapat diserap sebanyak 47.000 orang,

kira-kira 2,2% dari total seluruh tenaga kerja; Ketiga, produktivitas tenaga

kerja di industri kreatif 63,543 dolar Singapura per pekerja; dan Keempat,

ekspor industri kreatif Singapura mencapai 536 miliar dolar Singapura.359

358 Forum Davignon dan TERA Consultation, "Executive Summary" dalam The economic

contribution of the creative industries to EU GDP and employment Evolution 2008-

2011, September 2014, hlm. 5.

359 Toh Mun Heng, dkk, Op., Cit., hlm. 54.

I 163

Page 181: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Di Indonesia, peran industri kreatif dalam ekonom.i Indonesia cukup

signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata-rata tahun 2002-2006

adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan)

dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap

tenaga kerja rata-rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan

tingkat partisipasi sebesar 5,8% (Departemen Perdagangan RI, 2007).

Dalam hal kontribusi industri kreatif musik dan lagu di Indonesia

kecenderungannya lebih tinggi dibandingkan dengan produk industri

kreatif yang lainnya. Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI)

menyatakan industri musik saat ini menguasai 85% pasar dalam negeri

industri kreatif, meskipun distribusi musik sudah bergeser dari semula

dalam bentuk album fisik menjadi musik digital. ASIRI juga mencatat nilai

tambah yang dihasilkan subsektor ini mencapai Rp4,8 triliun pada 2012

dan diperkirakan meningkat hingga Rp5 triliun di tahun 2013.360

Selanjutnya, menurut Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis

Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekonom.i Kreatif

(Kemenparekraf) Ahman Sya menuturkan bahwa saat ini industri musik

telah menyumbang Rp5,2 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

sepanjang 2013 dengan jumlah usaha dan serapan tenaga kerja yang

mengalam.i peningkatan setiap tahunnya. 361

Berdasarkan pada kajian yang dilakukan di beberapa negara dan

organisasi intemasional, maka dapat dikemukakan bahwa ekonom.i kreatif

mem.iliki potensi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu

negara. Atas dasar hal ini, maka tidak mengherankan apabila banyak

negara mulai semakin serius mengembangkan ekonom.i kreatif ini. Bentuk

keseriusan itu, dilakukan juga melalui pembentukan hukum yang berkaitan

dengan ekonom.i kreatif. Ada pun pembentukan hukum ini dimaksudkan

untuk melakukan rekayasa sosial agar perkembangan ekonom.i kreatif

dapat diarahkan pada maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.

360. http://lifestyle.bisnis.com/read/20140930/225/261214/-industri-musik-kuasai-85-

pasar-industri-kreatif, diakses pada tanggal 15 September 2016.

361. http://www.neraca.eo.id/article/44026/industri-musik-sumbang-rp52-triliun-ke-pdb­

ekonomi-kreatif, diakses pada tanggal 15 September 2016.

164 I

Page 182: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

D. UU HAK CIPTA DALAM KONTEKS KEPENTINGAN

PENGEMBANGAN IN D US TRI KRE ATIF MUS IK

DAN LAGU INDONESIA

Peraturan perundang-undangan hak cipta dapat mencerm.inkan

dua sisi kepentingan pencipta dan/atau pemegang hak cipta yang dapat

diakomodasi. Dua sisi kepentingan tersebut adalah; Pertama, sisi

kepentingan perlindungan. Sisi kepentingan perlindungan ini biasanya

peraturan perundang-undangan hak cipta mengatur tentang aspek

ciptaan yang dapat dilindungi, mekanisme perlindungan, jangka waktu

perlindungan dan sanksi hukum apabila ada pihak yang melanggar atas

perlindungan hak cipta itu sendiri. Kedua, sisi kepentingan insentif. Sisi

kepentingan insentif ini biasanya dengan adanya perlindungan hak cipta,

maka pencipta a tau pemegang hak cipta akan memperoleh insentif. Bentuk

nyata insentif tersebut berupa penghargaan terhadap diri pencipta dan

kompensasi dalam bentuk nilai ekonom.i dari ciptaan yang dihasilkannya.

Sejalan dengan pemikiran di atas, apabila dikontekstualisasikan

dengan ciptaan musik dan lagu, maka pada dasarnya para pencipta musik

dan lagu sesungguhnya sangat memerlukan dua kepentingan sebagaimana

yang terdapat di dalam paraturan perundang-undangan hak cipta tersebut.

Setidaknya ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, yakni;

Pertama, musik dan lagu merupakan kreasi yang dihasilkan dari olah fikir

dan talenta pencipta musik dan lagu. Kemudian, kreasi ini dilakukan dengan

menggunakan segenap kemampuan intelektual, waktu, biaya dan tenaga

yang dim.iliki oleh pencipta musik dan lagu. Upaya kreasi ini dilakukan

juga dengan cara difiksasikan, hams memenuhi syarat orisinalitas dan

kreativitas. Dari karakteristik proses penciptaan musik dan lagu seperti ini,

maka sangat logis apabila ciptaan musik dan lagu masuk sebagai objek

dari peraturan perundang-undangan hak cipta. Hal ini karena peraturan

perundang-undangan hak cipta mem.iliki lingkup pada wujud penciptaan

dalam bidang seni, termasuk salah satunya ciptaan musik dan lagu.

Dengan memposisikan ciptaan musik dan lagu sebagai ciptaan yang

ada pada lingkup peraturan perundang-undangan hak cipta, maka pencipta

musik dan lagu menjadi sangat tepat apabila mereka mendapatkan dua

kepentingan sebagaimana yang terdapat di dalam peraturan perundang-

1 165

Page 183: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

undangan bak cipta; Kedua, secara empirik, ciptaan musik dan lagu

merupakan ciptaan yang ada pada lingkup peraturan perundang-undangan

bak cipta, di mana realitasnya ciptaan musik dan lagu ini telab banyak

dilakukan perbanyakan atau pengumuman tanpa bak dari penciptaannya,

sehingga sangat merugikan pada kepentingan penciptanya. Di sisi

lain, ciptaan musik dan lagu merupakan ciptaan yang ada pada lingkup

peraturan perundang-undangan bak cipta yang secara ekonomi potensial

mengbasilkan manfaat ekonomi. Hal ini juga menjadi alasan kuat pencipta

musik dan lagu membutubkan dua kepentingan sebagaimana yang tertuang

di dalam peraturan perundang-undangan bak cipta.

Dari pemabaman atas bal di atas, maka apabila merujuk pada

ketentuan UU No. 28 Tabun 2014 sebagai landasan peraturan perundang­

undangan bak cipta di Indonesia akan ditemukan beberapa norma yang

mengakomodir dua kepentingan untuk pencipta musik dan lagu. Dari

sisi perlindungan, ketentuan UU No. 28 Tabun 2014 telab mendudukkan

ciptaan musik dan lagu sebagai bagian yang dilindungi bak cipta. Adapun

ketentuan yang menguatkan bal tersebut tertuang di dalam ketentuan Pasal

1 angka 3 UU No. 28 Tabun 2014 yang menyatakan:

Ciptaan adalab setiap basil karya cipta di bidang ilmu pengetabuan,

seni, dan sastra yang dibasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,

imajinasi, kecekatan, keterampilan, alau keahlian yang diekspresikan

dalam bentuk nyata.

Ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 28 Tabun 2014 dengan tegas

menyatakan babwa ciptaan yang dimaksud dalam undang-undang tersebut

ada pada basil karya cipta di bidang seni salab satunya. Ciptaan musik

dan lagu merupakan ciptaan yang masuk basil karya cipta di bidang seni.

Penegasan ciptaan musik dan lagu sebagai objek ciptaan yang dilindungi

bak cipta juga diatur pada ketentuan Pasal 40 ayat (1) burn£ d UU No.

28 Tabun 2014 yang berbunyi: "Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan

dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas: ... d. lagu

dan/atau musik dengan atau tanpa teks; ... "

Selanjutnya, sisi perlindungan lainnya, keentuan UU No. 28 Tabun

2014 telah mengatur mekanisme dan jangka waktu perlindungan bak cipta.

166 I

Page 184: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Mekanisme perlindungan hak cipta didasarkan melalui sistem deklaratif,

yakni ketika suatu ciptaan diwujudkan secara nyata, maka ciptaan tersebut

mendapatkan perlindungan secara otomatis. Hal ini sebagaimana tertuang

di dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2014 yang berbunyi:

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Jangka waktu perlindungan hak cipta musik dan lagu telah diatur di

dalam ketentuan Pasal 58, (1), (2) dan 28 Tahun 2014. Di dalam ketentuan

Pasal 58 ayat (1) (2) dan (3) UU No. 28 Tahun 2014 dijelaskan dua hal

yakni, ciptaan yang dilindungi dan masa waktu perlindungan ciptaan

tersebut. Adapun menurut ketentuan Pasal 58 ayat (1) UU No. 28 Tahun

2014 menyatakan perlindungan hak cipta atas ciptaan; ... d. lagu atau

musik dengan atau tanpa teks ... berlaku selama hidup Pencipta dan terus

berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal

dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Sanksi hukum

yang dikenakan kepada pihak yang melakukan pelanggaran atas cipataan

lagu atau musik berupa sanksi ganti kerugian dan sanksi pidana penjara

dan denda.

Dari sisi insentif, ketentuan UU No. 28 Tahun 2014 telah memberikan

bentuk insentif berupa penghargaan terhadap diri pencipta dan kompensasi

dalam bentuk nilai ekonomi dari ciptaan musik dan lagu yang dihasilkannya.

Beberapa ketentuan yang mengatur penghargaan terhadap diri pencipta

musik dan lagu dan kompensasi dalam bentuk nilai ekonomi dari ciptaan

musik dan lagu dapat dilihat pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a dan

Pasal 8 UU No. 28 Tahun 2014. Di dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf

a UU No. 28 Tahun 2014 berbunyi: "Hak moral sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta

untuk: a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum ... " Dari

ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 28 Tahun 2014 tegas ketentuan

ini memberikan penghargaan pada diri pencipta berupa pencantuman nama

I 167

Page 185: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

pencipta. Dalam hal kompensasi dalam bentuk nilai ekonomi dari ciptaan

music dan lagu dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1 angka 21 UU No.

28 Tahun 2014 yang berbunyi: "Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan

Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh

pencipta atau pemilik hak terkait." Ketentuan Pasal 1 angka 21 UU No. 28

Tahun 2014 tidak secara spesifik menyatakan royalti sebagai kompensasi

dalam bentuk nilai ekonomi bagi ciptaan musik dan lagu, namun dalam

ketentuan tersebut dinyatakan imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi

suatu ciptaan. Akan tetapi makna ciptaan itu sendiri pada dasarnya memuat

ciptaan musik dan lagu juga.

E. KESIMPULAN

Kehadiran UU No. 28 Tahun 2014 merupakan babak barn dalam

pengembangan industri kreatif musik dan lagu Indonesia. Hal ini

setidaknya dengan diberlakukannya UU No. 28 Tahun 2014, maka industri

kreatif musik dan lagu diharapkan akan mencapai dua kepentingan, yakni;

kepentingan perlindungan hukum dan kepentingan memberikan insentif.

Dalam hal kepentingan perlindungan hukum ketentuan UU No. 28 Tahun

2014 telah memberikan perlindungan bagi industri kreatif musik dan lagu

lebih lama lagi, yakni seumur hidup plus 70 tahun, sedangkan kepentingan

memberikan insentif bagi industri kreatif musik dan lagu dibuktikan dengan

diakuinya pemberian royalti melalui sistem Lembaga Manajemen Kolektif.

DAFTAR PUSTAKA

WIPO, "Copyright + Creativity = Jobs and Economic Growth," dalam

WIPO Studies on the Economic Contribution of the Copyright

Industries, 2012, http://www.ip-watch.org/weblog/wp-content/

uploads/2012/02/WIPO-Copyright-Economic-Contribution­

Analysis-2012-FINAL-230-2.pdf, diakses tanggal 04 Juni 2016

168 I

Page 186: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Forum Davignon dan TERA Consultation, "Executive Summary" dalam

The Economic Contribution of the Creative industries to EU GDP

and Employment Evolution 2008-2011, September 2014.

http://lifestyle.bisnis.com/read/20140930/225/261214/-industri-musik­

kuasai-85-pasar-industri-kreatif, diakses pada tanggal 15 September

2016.

http://www.neraca.eo.id/artic1e/44026/industri-musik-sumbang-rp52-

triliun-ke-pdb-ekonomi-kreatif, diakses pada tanggal 15 September

2016.

I 169

Page 187: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

BAB VIII

PROBLEMATIKA JAMINAN FIDUSIA HAK

CIPTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF

DI INDONESIA

Budi Agus Riswandi

A. PENDAHULUAN

Abad ini merupakan abad pengembangan ekonomi kreatif di dunia.

Betapa tidak, melalui pengembangan ekonomi kreatif banyak negara

mampu mengembangkan kegiatan ekonominya. Salah satu negara yang

mengawali konsep pengembangan ekonomi kreatif adalah Austria yang

termaktub dalam laporan "creative nation" pada tahun 1994. Kemudian,

hal ini diimplementasikan secara formal pertama kali di dunia pada tahun

1998 oleh Inggris melalui DCMS (Department of Culture, Media and

Sports). Pengimplementasian ini diharapkan dapat mendorong peningkatan

kesejahteraan dan lapangan kerja.

Dari dampak positif tersebut, ekonomi kreatif mulai dikembangkan di

banyak negara, tidak terkecuali Indonesia. Kesungguhan Indonesia dalam

mengembangkan ekonomi kreatif dimulai sejak terbentuknya Kementerian

Ekonomi Kreatif dan Pariwisata pada masa rezim Susilo Bambang

Yudoyono. Pembentukan kementerian tersebut juga diikuti dengan

pembuatan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia yang

110 I

Page 188: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

didasarkan kepada Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009. Pengembangan

ekonomi kreatif di Indonesia semakin digiatkan lagi melalui pembentukan

Badan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Presiden No. 6 Tahun 2015

ten tang Badan Ekonomi Kreatif.

Namun demikian, upaya pengembangan ekonomi kreatif, khususnya

pada industri kreatif tidaklah cukup hanya dengan membuat kebijakan

di atas. Pemerintah dalam konteks ini hams dapat lebih produktif lagi

mengeluarkan berbagai kebijakan yang pro dengan pengembangan

industri kreatif. salah satunya, pemerintah saat ini telah melakukan

perubahan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menjadi UU No.

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Di dalam salah satu ketentuan UU No.

28 Tahun 2014 dinyatakan bahwa hak cipta dapat dijadikan sebagai objek

jaminan fidusia. Dengan adanya ketentuan ini, maka industri kreatif yang

menopang pengembangan ekonomi kreatif mempunyai peluang untuk

dapat dikembangkan sedemikian rupa. Permasalahannya, apakah dengan

ketentuan tersebut serta merta industri kreatif dapat dikembangkan?

Permasalahan apakah yang dapat ditimbulkan? Implikasi apakah yang

akan timbul apabila ketentuan tersebut tidak dapat diimplementasikan atau

"dipaksakan" untuk diimplementasikan?

B. INDUSTRI KREATIF SEBAGAI INDUSTRI YANG BERBASIS

PADA KREATIVITAS

Kegiatan bisnis hari ini tidak terlepas dari suatu kreativitas. Bahkan,

kreativitas telah menjadi kunci penting dalam pengembangan bisnis hari

ini dan kedepan. Kreativitas yang menurut Christ Bilton kata "kreativitas"

mengandung beberapa arti. Pertama, kreativitas berkaitan dengan

sesuatu yang barn atau berbeda, atau a deviation from conventional tools

and perspectives. Kedua, istilah tersebut berarti bahwa individu hams

diberikan kebebasan untuk mengekspresikan bakat dan visi mereka (aspek

manajemen) atau bahwa sesuatu yang barn tersebut hams bermanfaat bagi

publik (aspek piskologis).362 Perlu diketahui, dalam konteks ini kreativitas

362 Basuki Antariksa, Konsep Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan dalarn

Pembangunan di Indonesia, Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi,

I 111

Page 189: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dan inovasi merupakan dua hal yang berbeda. Menurut John Howkins

kreativitas dan inovasi perbedaannya sebagaimana dikemukakan sebagai

berikut:

Creativity is in the individual and it is subjective; Innovation is group­

based and is objective. Innovation always goes to a Committee at some

stage and will only be allowed to continue if it is approved. Whereas

creativity is much more fuzzy and subjective. Creativity can move to

innovation; creativity can power innovation; creativity can result in

innovation. Innovation never causes creativity . . . 363•

Memperhatikan pada perbedaan kreativitas dan inovasi, ternyata

kreativitas dapat merupakan kekuatan dalam berinovasi. Mengingat

kreativitas memiliki nilai yang strategis tidak mengherankan apabila

para sarjana ekonomi banyak berpendapat bahwa suatu negara apabila

menghendaki maju secara ekonomi, maka harus mampu mengelola

pekerjaan kreatif. Dari sini juga, lahirlah model ekonomi barn yang dikenal

dengan a concept-driven economy.364 Daniel Pink dalam bukunyaA Whole

New Mind menjelaskan model ekonomi a concept-driven economy, dimana

ia menyatakan:

that the shift from the Information Age to the Conceptual Age rests on

three modern occurrences: (1) Abundance, or the easy availability of

a wide variety of quality products at a low cost; (2) Outsourcing of

jobs to Asia; and (3)Automation, allowing many analytical tasks to be

done more easily and effectively by computers rather than humans ... 365

Dampak dari hal ini, John Howkins menyatakan:

Sekretariat Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya,

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, t.t; t.t, him. 1.

363 Donna Ghelfi, "Understanding the Engine of Creativity in a Creative Economy: An

Interview with John Howkins," Creative Industries Division, Office of Strategic Use

of Intellectual Property for Development, WIPO, hlm. 4.

364 Daniel H. Pink, A Whole New Mind: Moving From the Information Age to the

Conceptual Age, (2005), hlm. 28-47

365 Ibid.

112 I

Page 190: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

On the supply side, automation in the manufacturing industries and,

to a smaller extent, in the service industries has cut the demand for

manual labour, so young people are looking elsewhere for work. Many

turn to the creative industries, which may offer an attractive lifestyle

and above-average economic rewards. 366

Dari penyataan John Howkins sangatjelas salah satu dampaknya telah

banyak tercipta berbagai macam industri kreatif yang digerakkan oleh

kaum muda. Industri kreatif sendiri ada banyak pihak yang mendefinisikan.

Menurut United Nation Confrence on Trade and Development (UNCTAD)

yang dinyatakan bahwa:

Creative industries can be defined as the cycles of creation,

production, and distribution of goods and services that use creativity

and intellectual capital as primary inputs. They comprise a set of

knowledge-based activities that produce tangible goods and intangible

intellectual or artistic services with creative content, economic value

and market objectives. 367

Sementara itu, pengertian industri kreatif sebagaimana yang dikemukakan

oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) sebagai berikut:

Creative industries- industries that include the cultural industries

plus all cultural or artistic production whether live or produced as an

individual unit. The creative industries are those in which the product

or service contains a substantial element of artistic or creative

endeavor.368

Pengertian industri kreatif juga dinyatakan oleh Departement of

Culture, Media and Sport. Departement of Culture, Media and Sport

menyatakan: Creative Industry: Those industries which have their origin

in individual creativity, skill and talent and which have a potential for

366 John Howkins, The Creative Economy: How People Make Money from Ideas 124 (2d

ed. 2007, Wm.xv.

367 United Nation, Creative Economy: A Fesable Development Option, UN Report 2010,

hlm.3.

368 http://www.wipo.int/ip-development/en/creative_industry/, diakses tanggal 02 Juni

2016.

I 173

Page 191: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

wealth and job creation through the generation and exploitation of

intellectual property.369

Dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia,

industri kreatif dinyatakan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan

kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan

memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Secara konseptual industri kreatif telah melahirkan sektor-sektor

industri kreatif. Dalam hal sektor-sektor industri kreatif ini ada ban yak

konsep yang berkembang. UNCTAD menyatakan sektor industri kreatif

dapat dibagi menjadi empat, yakni; heritage, arts, media dan functional

creations. Secara lengkap sektor industri kreatif yang dikonseptualisasikan

oleh UNCTAD dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

UNCTAD classification of creative mdustnes

Heritage

Arts

Media

Functional creations

WIPO membagi industri kreatif ke dalam delapan sektor. Adapun

sektor-sektor yang dimaksudkan adalah; Press and Literature; Music,

Theatrical Productions and Opera; Motion Picture, Vi.deo and Sound;

Radio and Television; Photography, Vi.sual and Graphic Arts, Related

Professional and Technical Services; Software, Databases and New Media;

Advertising Services; Copyright Collective Management Societies.

369 Benhua Wang, "Creative industries-a summary of international research and

comparisons," Powerpoint Presentation, t.t; t.t, him. 3.

174 I

Page 192: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Sementara itu, Departement of Culture, Media and Sport telab

membagi industri kreatif menjadi tiga belas sektor yakni; Advertising,

Architecture, Arts, Crafts, Design, Fashion, Film & Video, interactive

leisure software, music, performing arts, publishing, television, dan radio.

Indonesia yang saat ini juga berupaya mengembangkan industri kreatif

telab membagi industri kreatifnya ke dalam lima belas sektor, yakni;

periklanan, arsitektur, seni dan pasar antik, kerajinan, desain, fashion, film

video dan fotografi, game interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan

dan percetakan, layanan komputer dan software, radio dan televisi, riset

dan pengembangan, dan kuliner.

Dengan memabami berbagai definisi industri kreatif dan sektor-sektor

yang ada di dalamnya, maka dapat dikemukakan beberapa bal mengenai

industri kreatif, yakni; Pertama, industri kreatif merupakan bagian dari

kegiatan industri yang didasarkan pada kreativitas individual; Kedua,

industri kreatif pada kenyataannya banyak digerakkan oleb orang-orang

yang usianya masib muda; dan ketiga, industri kreatif memiliki orientasi

pada upaya menciptakan kesejabteraan dan lapangan pekerjaan.

C. HAK CIPTA SEBAGAI HAK KEBENDAAN DAN MULTIHAK

Hak cipta merupakan salab satu jenis dari bak kekayaan intelektual.

Hak cipta merupakan bak eksklusif yang dilekatkan pada suatu karya

dibidang seni, sastra dan ilmu pengetabuan. Hak cipta sendiri sebagai basil

kreasi bukum pada dasarnya merupakan upaya memberikan pengbargaan

dan perlindungan atas basil dari suatu penciptaan. Bagaimanapun, suatu

penciptaan dalam kenyataannya dapat mengbasilkan ciptaan membutubkan

upaya yang sunggub-sunggub dari penciptanya. Upaya sunggub-sunggub

tersebut tidak banya dalam proses penciptaan itu memanfaatkan saran dan

prasarana, biaya, waktu dan tenaga, tetapi yang lebib utama lagi adalab

kemampuan dalam mencari ide/gagasan yang sifatnya kreatif dalam bidang

seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Dalam konteks inilab pentingnya bak

cipta sebagai kreasi bukum dalam rangka memberikan suatu pengbargaan

dan perlindungan.

I 11s

Page 193: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Perlu diketahui, di dalam konsep hak cipta suatu ciptaan akan

memperoleh hak cipta apabila ciptaan tersebut telah memenuhi beberapa

persyaratan, yakni; Pertama, ciptaan dalam bidang seni, sastra dan ilmu

pengetahuan. Ciptaan dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan

merupakan lingkup khusus untuk hak cipta. Bentuk dari ciptaan dalam

bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan sangat beraneka ragam. Semisal,

ciptaan seni ukir, patung, lukis, karya tulis, novel, animasi dan software.

Kedua, hams dilakukan fiksasi. Fiksasi artinya, suatu ide atau gagasan

dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan hams diwujudkan dalam

bentuk yang nyata. Hak cipta tidak untuk suatu ide atau gagasan, meskipun

ide atau gagasan tersebut dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.

Ketiga, hams memiliki unsur orisinalitas. Orisinalitas mengandung

arti bahwa seseorang yang dianggap sebagai pencipta adalah benar telah

membuat ciptaan tersebut. Orisinalitas bukan diartikan bahwa ciptaan

tidak dipengamhi oleh ciptaan-ciptaan orang lain. Dalam hal orisinalitas

yang dipengamhi oleh ciptaan-ciptaan orang lain tidak berakibat pada

orisinalitas tetapi lebih kepada tinggi rendahnya kreativitas. dan Keempat,

memiliki kreativitas. Kreativitas pada dasarnya berhubungan dengan

orisinalitas. Apabila orisinalitas dari ciptaan tinggi, maka kreativitas juga

akan tinggi. Sebaliknya, ketika orisinalitas rendah, maka kreativitas juga

menjadi rendah.

Dengan memahami ciptaan yang dapat memperoleh hak cipta di atas

menegaskan bahwa ciptaan yang pada dasarnya produk kreatif. Ada pun

letak produk kreatif tersebut pada hal ciptaan memiliki keunikan, terutama

dalam hal orisinalitas dan kreativitasnya.

Ketika ciptaan sebagai produk kreatif dalam perspektif hak

cipta, ciptaan tersebut dapat diberikan hak cipta. Pengertian hak cipta

sebagaimana diatur di dalam Pasal 1 angkat 1 UU No. 28 Tahun 2014

dinyatakan: Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dari pengertian hak cipta ini, maka dapat

diketahui unsur-unsur hak cipta, yaitu;

176 I

Page 194: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

1. Hak eksklusif

Hak eksklusif artinya hak monopoli. Hak monopoli ini terdiri dari; hak

untuk menggunakan sendiri ciptaannya, hak untuk mengizinkan orang

lain menggunakan ciptaannya, hak untuk mengalihkan kepada pihak

lain, dan hak untuk melarang orang lain menggunakan ciptaannya.

2. Otomatis dengan sistem deklaratif

Otomatis dengan sistem deklaratif mengandung arti untuk lahirnya

hak cipta tidak memerlukan proses pendaftaran, namun dengan telah

diwujudkannya ciptaan ke dalam bentuk nyata, maka hak cipta telah

lahir.

3. Ciptaan yang diwujudkan secara nyata

Ciptaan yang diwujudkan secara nyata mengandung arti ciptaan

tersebut harus dapat dirasakan oleh panca indra.

4. Tanpa mengurangi pembatasan

Tanpa mengurangi pembatasan artinya hak cipta yang bersifat monopoli

tidak diartikan secara absolut, namun bersifat relatif. Ada dua hal

sifat monopoli hak cipta bersifat relatif, yakni; adanya jangka waktu

perlindungan serta pembatasan dan pengecualian hak cipta.

Hak cipta secara konsepsional dibagi lagi menjadi beberapa jenis

hak, yakni hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk

mengambil manfaat ekonomi dari ciptaan yang dilindungi hak cipta,

sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta dan tidak

dapat dialihkan atau diperalihkan. Sejalan dengan dua macam hak ini,

berkembang lagi jenis-jenis hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi

terdiri dari:370

a. The reproduction right atau hak reproduksi merupakan hak yang

paling fundamental dari seluruh hak ekonomi dan hak ini diakui

baik dalam Konvensi Bern, Universal Copyright Convention

maupun hukum hak cipta di setiap negara. Hak ini pada hakekatnya

adalah memberi izin untuk mereproduksi atau mengkopi atau

menggandakan jumlah ciptaan dengan berbagai cara, misalnya

370. Ibid, hlm.72-74.

I 177

Page 195: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

dengan cara mencetak (print) atau secara mekanik. Itu sebabnya

hak mereproduksi ini sering di bagi lagi menjadi printing right dan

mechanical right.

b. The adaptation right adalah hak memberi izin melakukan adaptasi,

aransemen, atau perbuatan lain untuk mengubah bentuk sebuah

karya, misalnya menerjemahkan satu karya dari satu bahasa

ke bahasa lain, membuat aransemen musik dan lain-lain. The

adaptation right dengan jelas diakui oleh the Berne Convention dan

Universal Copyright Convention. Saal terminologi ada juga penulis

yang menamai hak ini sebagai alteration right yang mencakup

adaptation right dan translation right.

c. The distribution right adalah hak memberi izin untuk

mendistribusikan (menyebarkan) basil penggandaan suatu karya

kepada publik. Termasuk pada kelompok hak ini, antara lain

menjual, menyewakan dan bentuk-bentuk lain pengalihan basil

perbanyakan dari suatu karya. Kecuali yang berhubungan dengan

karya cinematografi. di dalam the Bern Convention, the distribution

right ini tidak jelas diakui di dalam the Bern Convention dan

Universal Copyright Convention.

d. The public performance right adalah hak memberi izin untuk

menampilkan suatu karya kepada publik. Hak ini juga diakui,

baik dalam the Bern Convention maupun Universal Copyrights

Convention. Oleh penulis dan juga kalangan collecting society

seperti Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), istilah yang

dipergunakan adalah performance right yang di dalamnya termasuk

menampilkan karya kepada publik secara langsung (live) maupun

melalui penyiaran (broadcast).

e. The broadcasting right hak memberi izin untuk menyiarkan suatu

karya dengan menggunakan kabel. Ada dua bentuk penyiaran dengan

kabel ini, yaitu; cabel transmission dan cable origination. Bentuk

yang pertama adalah pentransmisian kembali dengan kabel suatu

penyiaran karya, jadi merupakan sebuah kegiatan meneruskan yang

sudah ada (pre-existing). Bentuk yang kedua adalah pentransmisian

asli dengan kabel sebuah karya. Di dalam the Bern Convention

178

Page 196: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

bentuk yang pertama ditempatkan sebagai bagian dari broadcasting

right dan bentuk yang kedua diberlakukan sebagai salah satu bagian

dari the public performance right.

Di dalam Pasal 9 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 telah dikemukakan

beberapa hak ekonomi yang diakui, yakni;

a. Penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan Ciptaan;

d. Pengadaptasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan

i. Penyewaan Ciptaan

Stewart sebagaimana dikutip oleh Otto Hasibuan mengkonstatir

bahwa ada tiga basis hak moral, yakni;371

a. Droit de divulgation (the right of publication) is the right to decide

whether the work is to be made public.

b. Droit de paternite (the right of paternity) is the right to claim

authorship of published works.

c. Droit de respect de ]'oeuvre (the right of integrity) is the right of

author to safeguard his reputation by preserving the integrity of the

work.

Hak moral ini merupakan hak yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Hak moral di dalam UU No. 28 Tahun 2014 telah dirinci dalam ketentuan

Pasal 5, 6, dan 7 UU No. 28 Tahun 2014. Secara lengkap hak moral yang

diakui dalam UU No. 28 Tahun 2014 adalah:

a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

371 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia (1injauan Khusus Hak Cipta Lagu,

Neighbouring Rights dan Collecting Society), Bandung: Alumni, 2008, hlm.70. Lihat

juga Tomi Swyo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global Sebuah

Kajian Kontemporer, Bandung: Graha Ilmu, 2010, him. 89.

I 179

Page 197: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

c. Mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi

Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri atau reputasinya

Di samping hak cipta memiliki pengertian di atas, hak cipta juga sering

diartikan sebagai benda tidak berwujud (intangable asset). Pemahaman

hak cipta sebagai benda tak berwujud sesungguhnya dapat ditarik dari

pengertian benda itu sendiri. Di dalam ketentuan Pasal 499 KUH Perdata

dinyatakan: "Kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang

dapat dikuasai oleh hak milik". Dari pengertian ketentuan Pasal 499 KUH

Perdata ini, maka kebendaan dapat ditafsirkan luas, di mana benda yang

dimaksud tidak hanya barang, namun dapat juga berupa hak. Benda dalam

pengertian barang merujuk pada benda berwujud, sedangkan benda dalam

pengertian hak merujuk pada benda tak berwujud.

Secara konseptual, hak cipta sebagai benda tak berwujud ini,

pada dasarnya tidak bersifat tunggal, namun bersifat multihak. Hal ini

sebagaimana diketahui bahwa di dalam hak cipta terdapat dua macam

hak, yakni hak moral dan ekonomi sebagaimana dijelaskan di atas. Sejalan

dengan hal tersebut, di dalam hal hak moral dan ekonomi ini ternyata ada

berbagai macam hak lainnya yang memiliki orientasi dan cakupan yang

berbeda.

D. JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI SISTEM JAMINAN KEBENDAAN

Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum yang

mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap

seorang debitur. 372 Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan

hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur

372 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2007, hlm. 3.

1so I

Page 198: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan

pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.373

Dasar hukum jaminan secara umum didasarkan pada ketentuan

Pasal 1131 KUHPerdata dan 1132 KUHPerdata. Pasal 1131 KUHPerdata

selanjutnya berbunyi:

"Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang barn akan ada di kemudian

hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan".

Kemudian dalam Pasal 1132 KUH Perdata dinyatakan:

Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang

yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu

dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya

piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu

ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Jaminan dilihat dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua macam,

yakni jaminan umum dan jaminan khusus. Jaminan yang bersifat umum

ditujukan kepada seluruh kreditur dan mengenai segala kebendaan debitur.

Setiap kreditur mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan

utang dari basil pendapatan penjualan segala kebendaan yang dipunyai

debitur. Dalam hak jaminan yang bersifat umum ini, semua kreditumya

mempunyai kedudukan yang sama terhadap kreditur lain (kreditur

konkuren), tidak ada kreditur yang diutamakan, diistimewakan dari kreditur

lain. Para kreditur tersebut tidak mendapatkan hak preferensi.Karenanya

pelunasan utang mereka dibagi secara "seimbang" berdasarkan besar

kecilnya jumlah tagihan dari masing-masing kreditur dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan utang debitur. Hak jaminan yang bersifat umum ini

dilahirkan atau timbul karena undang-undang, sehingga hak jaminan yang

bersifat umum tidak perlu diperjanjikan sebelumnya. Ini berarti, kreditur

373 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2008, him. 6.

I 1a1

Page 199: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

konkuren secara bersamaan memperoleh hak jaminan yang bersifat umum

dikarenakan oleh undang-undang. 374

Agar seorang kreditur mempunyai kedudukan yang lebih baik

dibandingkan kreditur konkuren, utang kreditur dapat diikat dengan hak

jaminan yang bersifat khusus, sehingga krediturnya memiliki hak preferensi

dalam pelunasan piutangnya. Apabila kita perhatikan klausul terakhir dari

ketentuan dalam Pasal 1132 KUH Perdata, yaitu kata-kata " ..... , kecuali

apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk

didahulukan" maka memberikan kemungkinan sebagai pengecualian

adanya kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap

kreditur-kreditur. Adapun kreditur yang diutamakan tersebut, yaitu

kreditur yang mempunyai hak jaminan yang bersifat khusus, dinamakan

pula kreditur preferent. 375

Salah satu jaminan khusus tersebut adalah jaminan fidusia. Jaminan

fidusia secara hukum telah diatur di dalam UU No. 42 Tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia. Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 diuraikan mengenai

pengertian jaminan fidusia yang selengkapnya berbunyi:

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak

khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan

Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia

terhadap kreditor lainnya.

Berdasarkan pada pengertian jaminan fidusia di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa jaminan fidusia pada dasarnya merupakan jaminan

kebendaan juga. Namun, jaminan kebendaan yang dimaksud melingkupi

beberapa jenis benda, yakni:

1. Benda bergerak yang berwujud maupun yang tidak berwujud

374 Dilva Muzdaliva Sawotong, "Jaminan Kebendaan pada PT. Pegadaian terhadap

Barang yang Digadaikan," Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014, hlm. 38.

375 Ibid.

1s2 I

Page 200: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

2. Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan.

Selain jaminan fidusia mencakup pada benda-benda di atas, jaminan

fidusia ini juga menyatakan bahwa penguasaan benda terse but tetap berada

dalam penguasaan pemberi fidusia. Hal yang sangat spesifik dari jaminan

fidusia sebagai jaminan khusus adalah mendudukkan penerima fidusia

terhadap kreditur lainnya diutamakan.

Dalam hal suatu jaminan diakui sebagai jaminan fidusia, maka

ketentuan UU No. 42 Tahun 1999 telah mengatumya sedemikian rupa.

Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan prosedur pembebanan jaminan

fidusia, di antaranya;

1. Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta

notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan

Fidusia;

2. Pendaftaran Jaminan Fidusia hams dilakukan pendaftaran di Kantor

Pendaftaran Fidusia;

3. Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal

dicatatnya jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia;

4. Sertifikat Jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang

sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap;

5. Jaminan Fidusia tetap mengikuti Benda yang menjadi obyek

Jaminan Fidusia dalam tangan siapapun Benda tersebut berada,

kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi obyek

Jaminan Fidusia;

6. Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur

lainnya.

Dari beberapa ketentuan di atas terlihat dengan jelas bahwa jaminan

fidusia merupakan jaminan kebendaan yang bersifat khusus. Beberapa

kekhususan ini menjadikan jaminan fidusia memiliki nilai lebih

dibandingkan dengan jaminan kebendaan yang bersifat umum.

I 183

Page 201: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

E. P RO BLEMATIKA JAMINAN FIDUSIA HAK CI P TA

DAN IMPLIKASINYA PADA PENGEMBANGAN INDUSTRI

KREATIF DI INDONESIA

Industri kreatif yang pada prinsipnya menekankan pada aspek

kreativitas, dalam implementasinya tetap memerlukan dukungan aspek

lainnya, seperti sarana dan permodalan. Permodalan merupakan salah

satu aspek yang harusnya menjadi perhatian dalam pengembangan

industri kreatif. Permodalan merupakan instrumen pendukung yang akan

mendorong industri kreatif. Dalam praktek selama ini, industri kreatif

dalam implementasinya lebih mengandalkan modal sendiri, di banding

sumber-sumber permodalan lain. Hal ini barangkali dapat dipahami karena

industri kreatif umumnya diimplementasikan oleh pelaku-pelaku yang dari

segi pengalaman dan pengetahuan berusaha masih sangat terbatas sekali.

Di samping pengalaman dan pengetahuan yang terbatas dalam

pengembangan usaha, terkadang jika pelaku industri kreatif tersebut

memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, khususnya dalam

hal akses permodalan, temyata masih memiliki kendala lain semisal

adanya keterbatasan jaminan dalam hal akses permodalan berupa kredit

perbankan. Rata-rata kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap

para pelaku usaha termasuk pelaku usaha industri kreatif mensyaratkan

adanya jaminan berupa hak tanggungan. Jaminan hak tanggungan ini

adalah jaminan kebendaan hak atas tanah. Padahal, dalam kenyataannya

untuk dapat mengajukan kredit dengan jaminan hak tanggungan pelaku

industri kreatif tidak memiliki sertifikat kepemilikan tanah. Justru yang

dimiliki oleh pelaku industri kreatif adalah kreativitasnya itu sendiri.

Hal ini tentunya selain tidak memenuhi persyaratan kredit, di sisi lain

menimbulkan problematika sendiri.

Dalam perkembangannya, mensikapi persoalan di atas, kini pemerintah

telah menerbitkan suatu aturan yang berkenaan dengan dimungkinkannya

kreativitas yang dihasilkan oleh pelaku industri kreatif dan dilindungi hak

cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan. Adapun objek jaminan yang

dapat diterapkan pada kreativitas yang dilindungi hak cipta tersebut berupa

jaminan fidusia. Hal ini sebagaimana ditemukan pada ketentuan Pasal 16

184 I

Page 202: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

ayat (3) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi: "Hak

Cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia."

Pasal 16 ayat (3) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menetapkan

bahwa hak cipta sebagai objek jaminan fidusia, disebabkan hak cipta pada

dasarnya merupakan hak kebendaan yang bersifat benda bergerak tidak

berwujud. Hal ini sebagaimana diatur di dalam Pasal 16 ayat (1) UU No.

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang selengkapnya berbunyi: "Hak

Cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud." Sementara, apabila

mengacu kepada ketentuan jaminan yang berlaku di Indonesia, untuk

benda bergerak tidak berwujud merupakan bagian dari aspek jaminan

fidusia. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU No. 42 Tahun

1999 tentang Jaminan fidusia yang berbunyi:

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak

khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan

Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia

terhadap kreditor lainnya.

Setelah dipahami adanya peluang secara normatif kreativitas yang

dilindungi hak cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia,

hal ini tidak serta merta bahwa ketentuan tersebut dengan mudah dapat

diimplementasikan. Dalam implementasinya, ada beberapa aspek yang

berpotensi menjadi permasalahan ketika kreativitas yang dilindungi hak

cipta dijadikan sebagai objek jaminan fidusia. Permasalahan-permasalahan

tersebut melingkupi antara lain:

1. Sistem perlindungan hak cipta dilakukan secara otomatis yang bersifat

deklaratif

Hak cipta sebagai bagian dari klasifikasi hak kekayaan intelektual dalam

hal sistem perlindungannya didasarkan pada sistem otomatis yang

bersifat deklaratif. Dengan berdasarkan pada sistem perlindungan hak

cipta demikian, maka hak cipta dilindungi tidak didasarkan pada bukti

I 1as

Page 203: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

kepemilikan sertifikat, namun lebih dititikberatkan pada terwujudnya

suatu ciptaan dalam bentuk yang nyata. Dalam konteks jaminan fidusia,

hal ini agak menyulitkan dalam kaitannya dengan ciptaan yang tidak

dicatatkan kemudian akan dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.

Artinya jika itu tetap bisa dilakukan maka akan menimbulkan resiko

hukum dan ekonomi kepada si Penerima Fidusia.

2. Penentuan nilai benda hak cipta sebagai objek jaminan fidusia

Hak cipta sebagai hak kebendaan yang sifatnya benda bergerak

tidak berwujud semestinya memiliki nilai ekonomi. Namun, dalam

konteks jaminan fidusia menetapkan nilai ekonomi dari hak cipta saat

ini masih menimbulkan kesulitan. Hal ini disebabkan lembaga yang

dapat melakukan penilaian atas hak cipta sebagai benda bergerak tidak

berwujud belum tersedia secara khusus. Jikalau, secara kelembagaan

dapat ditangani melalui apraisal atau lainnya, sudah barang tentu tidak

serta merta juga dapat melaksanakan kegiatan penilai atas hak cipta

sebagai benda bergerak tak berwujud. Bagaimanapun, dalam melakukan

penilaian atas hak cipta sebagai benda bergerak tak berwujud tidak

cukup sekedar memiliki pengetahuan mengenai tata cara penilaian

benda bergerak tak berwujud, namun diperlukan juga pengetahuan

yang cukup berkaitan dengan konsep hak cipta. Sementara kondisinya

lembaga appraisal atau lainnya sampai saat ini belum banyak yang

memahami tentang konsep hak cipta.

3. Hak cipta sebagai konsep hak eksklusif yang bersifat multihak

Hak cipta sebagai sebuah konsep hak eksklusif pada dasarnya memiliki

dua macam hak, yakni hak ekonomi dan hak moral sebagaimana

diuraikan di atas. Konsekuensi dari adanya hak ekonomi dan hak moral

ini telah melahirkan konsep mutli hak. Dari kondisi demikian dikaitkan

dengan jaminan fidusia, maka pihak penerima jaminan fidusia benar­

benar hams hati-hati dalam memberikan uraian mengenai benda yang

menjadi objek jaminan fidusia. Hal ini sangat penting mendapatkan

perhatian yang serius, sehingga j angan sampai dalam prakteknya

dapat menimbulkan permasalahan. Apabila hal ini, tidak mendapatkan

perhatian yang sungguh-sungguh tidak menutup kemungkinan hal

tersebut dapat menimbulkan permasalahan hukum di kemudian hari.

186 I

Page 204: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Contohnya, adanya dugaan dari si penerima jaminan bahwa yang

dijaminkan itu adalah hak cipta secara keseluruhan ternyata si pemberi

jaminan itu sendiri menganggap ia hanya menjaminkan sebagian dari

hak ciptanya. Tentunya dengan kondisi demikian akan menimbulkan

interpretasi yang berbeda dan berpotensi menimbulkan sengketa

hukum.

4. Rendahnya pemahaman notaris atas isu hak cipta

Hak cipta sebagai objek jaminan fidusia telah memberikan peluang barn

bagi Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Adapun

tugas dan kewenangan notaris tersebut terletak dalam hal pembebanan

benda dengan jaminan fidusia. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam

Pasal 5 ayat (2) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang

berbunyi: "Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan

akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan

Fidusia." Dengan adanya ketentuan yang menyatakan dibuat dengan

akta notaris, maka dalam hal pembebanan benda berupa benda bergerak

tidak berwujud yang disebut hak cipta dengan jaminan fidusia, notaris

pun sangat perlu memahami terlebih dahulu konsep hak cipta. Hal

ini agar supaya tidak menimbulkan kesalahan dalam membuat akta.

Apabila, notaris tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap

konsep hak cipta dan kemudian ia membuat akta jaminan fidusia, maka

besar kemungkinan hal tersebut akan menimbulkan permasalahan

dikemudian hari. Dalam kenyataannya, saat ini masih banyak notaris

yang belum memahami dan memiliki pengetahuan yang terkait dengan

hak cipta, sehingga tentunya berpotensi ketentuan jaminan fidusia hak

cipta tidak dapat diimplementasikan atau apabila diimplementasikan

pun dapat berpotensi menimbulkan masalah.

Dengan mengetahui berbagai permasalahan jaminan fidusia hak

cipta di atas, maka sudah dapat dipastikan ketentuan j aminan fidusia yang

terdapat di dalam UU No. 28 Tahun 2014 tidak dapat diimplementasikan.

Apabila diimplementasikanpun, pastinya akan berpotensi timbulnya

berbagai sengketa hukum. Sehubungan dengan hal ini, apabila dikaitkan

dengan pengembangan industri kreatif, maka sudah jelas permasalahan

I 187

Page 205: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

tersebut akan berimplikasi pada dua hal pokok dari pengembangan industri

kreatif. Dua hal pokok tersebut meliputi:

1. Implikasi ekonomi terhadap pengembangan industri kreatif. Implikasi

ekonomi terhadap pengembangan industri kreatif, di mana industri

kreatif akan menghadapi kesulitan dalam akses pembiayaan guna

pengembangan industri kreatif itu sendiri, yang sebenarnya hal ini tidak

perlu terjadi, mengingat hak cipta sebagai hak kebendaan bergerak

yang tidak berwujud dapat dijadikan sebagai salah satu objek jaminan

fidusia;

2. Implikasi hukum terhadap pengembangan industri kreatif. Implikasi

hukum terhadap pengembangan industri kreatif, di mana industri kreatif

akan dihadapkan kepada sengketa-sengketa hukum terkait jaminan

fidusia hak cipta yang disebabkan karena rendahnya pemahaman

yang baik dari lembaga-lembaga yang memberikan dukungan atas

implementasi jaminan fidusia hak cipta.

F. KESIMPULAN

Industri kreatif memiliki orientasi pada mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penciptaan lapangan kerja. Untuk mencapai orientasi

tersebut, maka industri kreatif menjadi penting untuk dikembangkan.

Dalam hal pengembangan industri kreatif, mendorong kreativitas

saja tidak cukup, namun diperlukan juga dukungan permodalan yang

kuat. Dalam kenyataannya, industri kreatif masih kesulitan untuk

mendapatkan permodalan tersebut melalui skema perkreditan mengingat

tidak tersedianya jaminan yang dipersyaratkan. Untuk memberikan

solusi terhadap permasalahan tersebut pemerintah, telah membuat

ketentuan barn, dimana kreativitas yang dilindungi hak cipta yang

dimiliki oleh industri kreatif dapat dijadikan sebagai alat jaminan. Hal

ini sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) UU No.

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Namun demikian, apabila dicermati

dalam implementasinya, jaminan fidusia hak cipta ini berpotensi dapat

menimbulkan beberapa permasalahan. Dari beberapa permasalahan yang

188 I

Page 206: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

timbul pada akhimya dapat menimbulkan implikasi ekonomi dan hukum

terhadap pengembangan industri kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki Antariksa, "Konsep Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan

dalam Pembangunan di Indonesia," Bagian Hukum, Kepegawaian,

dan Organisasi, Sekretariat Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, t.t; t. t.

Benhua Wang, "Creative Industries-A Summary of International Research

and Comparisons," Powerpoint Presentation, t.t; t.t.

Daniel H. Pink, A Whole New Mind: Moving From the Information Age to

the Conceptual Age, (2005).

Dilva Muzdaliva Sawotong, "Jaminan Kebendaan pada PT. Pegadaian

terhadap Barang yang Digadaikan," Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan­

Mar/2014.

Donna Ghelfi, "Understanding the Engine of Creativity in a Creative

Economy: An Interview with John Howkins, "Creative Industries

Division, Office of Strategic Use of Intellectual Property for

Development, WIPO.

http://www.wipo.int/ip-development/en/creative_industry/, diakses tanggal

02 Juni 2016.

Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2007.

John Howkins, The Creative Economy: How People Make Money From

Ideas 124 2d ed. 2007.

Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia (Ti.njauan Khusus Hak Cipta Lagu,

Neighbouring Rights dan Collecting Society), Bandung: Alumni,

2008.

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2008.

I 189

Page 207: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Tomi Suryo Utomo, HakKekayaan Intelektual (HKI) di Era Global Sebuah

Kajian Kontemporer, Bandung: Graha Ilmu, 2010.

United Nation, Creative Economy: A Fesable Development Option, UN

Report 2010.

UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jam.inan Fidusia

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

190 I

Page 208: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

INDEKS

A

aplikasi 92, 96, 100, 129

asli 7, 27, 30, 31, 37, 42, 43, 55, 64,

66,67, 70, 72, 78, 79,82,83,

90, 113, 117, 178

asuransi 36

atribusi 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19,

21,22,23,24

audience 9

authorised distributors 27

authorized importer 69

Ayurveda 111

B

barang bebas 44, 45

bisnis 31, 55, 94, 146, 150, 151, 164,

169,171

C

ciptaan 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 18,

19,21,22,23,24,25, 78, 79,

81,127,132,134,135,136,

141,144,150,153,155,156,

161,165,166,167,168,175,

176,177,179,180,186

claim 74

CMO 4, 140, 141, 142, 143, 144,

145,146,147,148,151,152,

155,156

control 39,40,41,57,64,69

Convention 3, 7, 11, 13, 17, 18, 19,

22,23,91,96,102, 103,106,

121,122,177,178

copyright 28, 38, 40, 41, 45, 49, 50,

51,80

copyright law 41, 51

D

damages 74

dampak 30,81, 126,162,163,170,

172

dealing 39,44,45,53,61

defensive 93, 102, 107

defensive protection 93, 102, 107

deklaratif 161,167,176,177,185

denda 65, 70, 74,81, 133,136,137,

150,167

digital 9, 26, 126, 128, 129, 130, 138,

156,164

dinamis 90

disparage 112, 114

distributor 27, 29, 32, 33, 34, 57, 63,

69, 70, 71, 72, 73,82

DRMs 128, 129

E

eksebisi 144

eksklusif 3, 15, 20, 21, 22, 24, 25, 29,

30,40,42,59,66,67,68,69,

71, 72, 73, 74, 77,80,81,82,

I 191

Page 209: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

83,93,94, 141,161,167,175,

176, 177, 186

ekspresi budaya tradisional 3, 88, 89,

93, 113, 116, 119

exhaust 46, 78

exhaustion 3, 36, 38, 40, 42, 44, 45,

46,47,48,49,50,52,53,54,

55,56,57,58,59,60,61,62,

63,64,69, 76, 77, 78, 79,81,

82,83,84,86

F

fair use 10

farmasi 3, 45, 72, 75, 76, 77, 82

fidusia 5, 171, 182, 183, 184, 185,

186, 187, 188

G

ganti rugi 65, 74, 75, 76, 77, 80, 131,

136

genetik 92,96, 102,103,107,109

H

hak cipta 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13, 14,

15,16, 18, 19,20,22,23,25,

26,27,28,31,32,33,34,35,

38,40,45,46,47,48,49,50,

51,53,54,60,69, 78, 79,80,

81,83,89,93, 110,118,120,

121,124,125,126,127,128,

129,130,131,132,133,134,

135,136,137,140,141,142,

143,144,145,146,147,148,

149,150,151,152,153,155,

156,159,160,161,165,166,

167,170,171,175,176,177,

179,180,184,185,186,187,

188,189,190

hak ekonomi 2, 6, 11, 14, 17, 18, 20,

23,24,25, 78,120,141,148,

152,153,155,161,168,177,

179,186

hak moral 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13,14, 17, 18, 19,20,21,22,

192 I

23,24,25,26,96, 135,161,

177, 179, 180, 186

hak penyingkapan 8, 10, 24, 25

hak terkait 143, 144, 146, 152, 153

hukumjaminan 180,181,189

I

impor 3, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,

34,35,36,37,38,42,45,47,

48,50,53,54,55,57,58,59,

60,61,62,63,64,65,66,68,

69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76,

77, 78, 79,80,81,82,83,85,

86,87 importer 29, 45

Indonesia 31, 38, 65, 67, 71, 77, 80,

84,85

industri 2, 4, 5, 76, 145, 149, 150,

159,160,161,162,163,164,

165,168,169,170,171,173,

174,175,184,187,188

industri kreatif 4, 5, 145, 159, 160,

161,162,163,164,165,168,

170,171,173,174,175,184,

187,188

infringement 40, 49, 50, 66, 69, 74

integritas 7, 8, 10, 11, 12, 14, 17, 18,

19,21,23,24

invensi 52, 94, 95, 99, 100, 101, 102,

105,106,107,108,109,120

J

jaminan 5,144,171,180,181,182,

183,184,185,186,187,188

jasad renik 98, 101

K

kebendaan 118,180,181,182,183,

184, 185, 186, 188

kebutuhan 71, 89

kepentingan 4,6,8,9,38,40,48,50,

51,53,60,64, 72, 76,82,98,

108,119,120,125,127,134,

136,137,143,144,145,147,

Page 210: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

149,152,155,156,159,165,

166,168

kesejahteraan 4, 145, 147, 155, 157,

159,161,164,170,174,175,

188

ketentuan 2, 3, 4, 5, 7, 14, 15, 16, 17,

19,20,21,22,23,25,27,39,

63,65,66,67,68,69, 72, 74,

75, 76, 77, 78,82,92,93,96,

97,98,99,100, 101,102,103,

104,105,106,107,108,109,

111, 112, 113, 115, 119, 120,

125,130,131,132,133,134,

135, 136, 137, 143, 146, 148,

151, 152, 153, 154, 155, 156,

160,166,167,168,171,176,

179,180,181,182,183,184,

185, 187, 188

ketidakpastian 22,23,27, 126

komersial 92, 94, 110, 119, 125, 136,

149

komoditas 94

komunitas 88, 89, 90, 92, 117

konsumen 38,43,45,48,52,57,60,

72, 76, 77, 79,82,83,85

konteks 34, 90, 141, 146, 152, 153,

157,159,171,175,186

kontrol 8, 9, 41, 54, 56, 57, 64, 78,

135, 136, 137

konvensi 91, 96, 130, 131, 134, 177

kredit 181, 184

kuno 7,110

L

lazim 145

legislator 125

lisensi 10, 13, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

37,39,45,46,49,52,59,64,

65,67, 70, 71, 73, 74, 75,108,

141,143,145

LlMK 4,119,121,148,152,153,154,

157

lokal 32, 51, 71, 76, 79, 85, 88, 90

M

lMahkamah Agung 34, 39, 40, 42, 43,

48, 49, 52, 54, 55, 56, 57, 60,

65,66,68, 70, 71, 72

manajemen informasi hak cipta 125,

131,133,135,137

manajemen kolektif 4, 5, 119, 143,

152,154,157,168

material 11, 57, 58, 118, 142, 157

melecehkan 112, 114

mirip 20,43,44,65, 113

model 25, 26, 62, 146, 147, 155, 156,

172

monopoli 39, 41, 71, 126, 146, 147,

157,177

moral 2, 3, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15,

17, 18, 19,20,21,22,24,25,

26,94,95,96,167, 177,179,

180,186

multihak 180, 186

multinasional 32, 95

murah 30,32,33,35,37,45, 70, 72,

76, 77, 79,82,83, 143

murni 11, 12

N

notaris 183, 187

0

objek 153,165,166,171,184,185,

186, 187, 188

online 28, 34, 87, 131

p

parallel importation 33, 54, 57, 60,

68,69,80

parallel importer 80

parsial 76, 77

patent 39, 40, 41, 44, 45, 52, 59, 74

patent law 41, 45

pelaku 12, 23, 24, 27, 28, 31, 37, 42,

64,67, 70, 71, 72, 74, 75, 76,

I 193

Page 211: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

77,80,87,109, 130,144,150,

151,184

pembatasan 4, 10, 39, 47, 48, 56,

135,136,137,153,161,167,

176,177

pengadilan niaga 74, 80, 108, 137

perlindungan 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 12,

13,14, 15,17, 18,19,20,23,

25,26,38,50,58,64,65, 74,

80,85,88,89,90,91,92,93,

94,96,97,98,99,100, 102,

107,108,110,111,112,114,

115,116,119,121,124,125,

126,128,129,130,131,132,

133, 134, 135, 136, 137, 149,

159,165,166,167,168,175,

177,185

perusakan 17, 18,23

pharmaceutical products 45, 76

pidana 3,4,65, 70, 72, 74, 75, 76,80,

81,82, 109,110,133,135,136,

137,138,167

policy 69

preferent 182

pribumi 88, 90, 111

protection 50, 52

R

regional 13, 60, 61, 62, 88, 123

reproduksi 20, 144, 177

resep 89

reservasi 4 7

right of withdrawal 8, 25, 26

ring tone 151

royalti 5, 10, 11, 119, 120, 140, 141,

147,148,149,150,151,152,

153,156,161,168

194 I

s

sanctions 76

sarana kontrol teknologi 124, 125,

131,132,133,135,136,137

scandalous 112, 114

strategi 35, 36, 156, 161

struktur 94, 141

sumber 37, 42, 57, 86, 90, 91, 92, 96,

97,102,103,107,109,124,

126,145,160,184

syarat kebaruan 96, 101, 105, 107,

114

T

tegas 20, 21, 72, 78, 82, 83, 92, 99,

102,111,113,166,167

teknologi 76, 88, 91, 94, 95, 101,

105,124,125,126,127,128,

129,130,131,132,133,134,

135,136,137,145

tindakan 7, 17,18,21,23,27,28,30,

31,32,33,39,40,42,45,46,

52,63, 71, 72, 73, 74, 76,80,

81,82,118, 128,129,134,150

trade mark 42, 45, 55, 56, 62, 69

trend 14

V

valid 66, 156

Vastu 111

voluntery 4, 148, 155, 156, 157

w

wewenang 29,47,59, 71

Page 212: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

SEKILAS TENTANG PENULIS

Prof. M. Hawin, S.H., LL.M., Ph.D adalah Guru Besar Tetap di Fakultas

Hukum UGM. Menjadi dosen tetap semenjak tahun 1990. Dia mengajar

Hukum Dagang, terutama Hukum Kekayaan Intelektual, Hukum Dagang

Intemasional dan Hukum Pemiagaan Intemasional. Pak Hawin adalah

alumni Fakultas Hukum UGM pada tahun 1989 dengan perdikat Cum

Laude. Pada tahun 1996, Pak Hawin menyelesaikan studi Master of Laws

(LL.M) di Washington College of Law, American University, AS. Pada

tahun 2004, Pak Hawin berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.)

di bidang Hukum Hak Kekayaan Intelektual dari University of Queensland ,

Australia. Pak Hawin pemah menjadi Dekan Fakultas Hukum UGM.

Dr. Bodi Agus Riswandi, S.H., M.H. adalah dosen tetap Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia. Pak Budi mengajar Hukum Kekayaan

Intelektual di Fakultas Hukum UII. Dia lulus S1 dan S2 dari Fakultas

Hukum UII. Pak Budi meraih gelar Doktor di Fakultas Hukum UGM

pada tahun 2016. Selain aktif mengajar, Pak Budi juga aktif di Sentra HKI

Fakultas Hukum UII.

I 195

Page 213: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam
Page 214: INTELEKTUAL DI INDONESIA · 2020. 10. 21. · Allah SWT, akhirnya buku dengan judul Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini dapat diselesaikan. Shalawat serta Salam

Buku ini mengkaji beberapa isu penting dengan diterbitkannya beberapa undang-undang yang baru di bidang

hukum kekayaan intelektual. Penulis menemukan bahwa ternyata Undang-Undang Hak Cipta 2014 (UUHC

2014) tidak banyak memberikan perubahan terhadap UUHC 2002. UUHC hanya mengubah ketentuan

perlindungan hak moral dari pas if menjadi aktif. Ada kelemahan dalam UUHC 2014, yakni tidak secara eksplisit

memberikan hakauthorshipclaim.

Berkaitan dengan legalitas impor paralel, posisi UU Merek dan lndikasi Geografis 2016, tidaklah pasti. UU ini

memang memberikan hak kepada pemegang merek untuk menggugat orang lain yang tanpa persetujuannya

menggunakan atau meniru mereknya, namun tidak pasti apakah impor paralel termasuk dalam cakupan

ketentuan terse but.

Sementara itu, UU Paten 2016 lebih tegas daripada UU Paten 2001. UU Paten 2016 secara tegas melarang

tindakan impor paralel. Namun, impor paralel produk farmasi diperbolehkan karena UU ini memuat prinsip

exhaustion untuk produk farmasi. UUHC 2014 mengandung prinsip first sale atau exhaustion, yakni bahwa

penjualan pertama oleh pemegang hak cipta menghilangkan haknya untuk mengontrol pendistribusian barang

ciptaannya sehingga tidak bisa melarang impor paralel. Namun, tidak tegas apakah UUHC 2014 menganut

prinsip International Exhaustion atau prinsip National Exhaustion.

Berkenaan dengan perlindungan pengetahuan tradisional, UU Paten 2016 berisi ketentuan-ketentuan baru,

termasuk kewajiban disclosure dan access and benefit sharing. UU Merek dan lndikasi Geografis 2016 dapat

melindungi pengetahuan tradisional dengan cara mencegah pendaftaran tanpa hak tanda-tanda pengetahuan

tradisional, dan memungkinkan pendaftaran tanda-tanda pengetahuan tradisional untuk dilindungi sebagai

merek atau indikasi geografis. Berkaitan dengan Ekspresi Budaya Tradisional (EBT), UUHC 2014 melindungi

EBT dengan cara menentukan pemegangnya, yakni Negara. Kelemahannya adalah UU ini tidak memuat

ketentuan tentang benefit sharing. Namun begitu, UUHC ini memuat fasilitas LMK yang dapat dimanfaatkan

dalam rangka penetapan syarat-syarat pemanfaatan EBT.

Penulis juga menyatakan bahwa pemberlakuan UUHC 2014 telah memperkuat perlindungan hak cipta di

internet, salah satunya dengan menyinergikan perlindungan teknis ke dalam ketentuan hak cipta. Namun

demikian, pengaturan ini pada kenyataannya masih memiliki beberapa catatan, yang meliputi belum

dimungkinkannya pembatasan dan pengecualian yang terkait dengan kepentingan publik di bidang pendidikan,

nirlaba, dan perlindungan data pribadi, serta sanksi pidana yang tampaknya belum dapat memulihkan kerugian

negara atas perbuatan terse but.

Berkenaan dengan Lembaga Manajemen Koletif (LMK), berdasarkan UUHC 2014, LMK berbentuk lembaga non

profit dan tidak bersifat monopolistik. LMK juga dibentuk secara voluntary. Bentuk LMK seperti ini ternyata

telah menghadirkan sejumlah peluang dan tantangan. Peluang dan tantangan ini apabila dapat diselesaikan

dengan baik, maka akan membawa pada semangat berkreativitas yang tinggi dan meningkatkan kesejahteraan

dari pemegang hak cipta.

Penulis buku ini juga menemukan bahwa kehadiran UUHC 2014 merupakan babak baru dalam pengembangan

industri kreatif musik dan lagu Indonesia. Dengan UUHC 2014, industri kreatifmusik dan lagu diharapkan akan

mencapai dua kepentingan, yakni kepentingan perlindungan hukum dan kepentingan insentif. Dalam hal

kepentingan perlindungan hukum, ketentuan UUHC 2014 telah memberikan perlindungan bagi industri kreatif

musik dan lagu lebih lama lagi, yakni seumur hid up plus 70 tahun. Sedangkan, kepentingan insentif bagi industri

kreatif musik dan lagu dibuktikan dengan diakuinya pemberian royalti melalui sistem Lembaga Manajemen

Kolektif.

Buku ini juga menyatakan bahwa industri kreatif dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penciptaan

lapangan kerja. Oleh karena itu, industri kreatif perlu dikembangkan. Namun, industri kreatif masih mengalami

kesulitan untuk mendapatkan permodalan melalui skema perkreditan, karena tidak tersedianya jaminan yang

dipersyaratkan. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut, UUHC 2014 menyatakan bahwa

kreativitas yang dilindungi hak cipta dapat dijadikan sebagai jaminan. Namun demikian, dalam

implementasinya, jaminan fidusia hak cipta ini berpotensi dapat menimbulkan beberapa permasalahan. Dari

beberapa permasalahan yang timbul pada akhirnya dapat menimbulkan implikasi ekonomi dan hukum

terhadap pengembangan industri kreatif.

e Gadjah Mada University Press JI. Grafika No. 1, Kampus UGM, Yogyakarta 55281 Telp./Fax.: +62 274 561037, Mobile/WA: 081 228 47 8888 0 ugmpress O@ugmpress e ugmpress.ugm.ac.id

ISBN 978-602-386-266-5

.J U 11 Harga P. Jawa Rp xx.xxx,00