INTEGRASI PERLINDUNGAN & PELAYANAN TERHADAP KORBAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA oleh
description
Transcript of INTEGRASI PERLINDUNGAN & PELAYANAN TERHADAP KORBAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA oleh
INTEGRASI PERLINDUNGAN & PELAYANAN TERHADAP KORBAN DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA INDONESIA
oleh
Adrianus Meliala
Disampaikan dalam Workshop Training of Trainers
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban,
Cisarua Bogor, 20 Maret 2013
1
MENGAPA INTEGRASI1
BENTUK-BENTUK INTEGRASI2
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN 3
REKOMENDASI5
HAMBATAN YANG DIHADAPIHAMBATAN YANG DIHADAPI4
MATERI
2
.
PIHAK-PIHAK YANG PERLU BEKERJASAMA
KORBAN
PENYIDIK
KONSELOR / PSIKOLOG/PEKERJA SOSIAL
ORANG-ORANG DEKAT/KELUARGA
KORBAN
LPSK/ LEMBAGA
PENDUKUNG KORBAN LAINNYA
3
1.a. MENGAPA PERLU INTEGRASI
• Perspektif korban masih relatif muda/baru
• Kesadaran komprehensif tentang jenis-jenis korban dan aneka permasalahan korban belum menjadi pengetahuan umum dan dasar bagi berbagai kebijakan
• Seperti halnya UU PSK, banyak pihak masih mencari bentuk terbaik perihal perlindungan dan pelayanan terhadap korban
• Ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap LPSK dan lembaga pendukung korban lainnya , mengingat peradilan pidana concern pada pelaku
• Mendukung korban bukanlah pekerjaan yang mudah, singkat dan murah
4
1.b. MENGAPA PERLU INTEGRASI
5
• Bahwa landasan hukum perlindungan dan pelayanan terhadap korban kejahatan yang paling lengkap terdapat pada hukum-hukum yang terkait dengan bergeraknya sistem peradilan pidana.
• Negara boleh saja mengadakan sistem kompensasi, rehabilitasi, resititusi dan reparasi bagi korban kejahatan, namun tidak akan banyak gunanya (dan malah menimbulkan permasalahan baru) jika tidak dikaitkan dengan hukum-hukum yang dioperasionalkan oleh sistem peradilan pidana dan menyangkut dirinya
Landasan Hukum
Alasan Substantif
Alasan Teknis
• Bahwa pemberian perlindungan dan pelayanan terhadap korban kejahatan harus diletakkan dalam konteks hubungan (yang walau tidak dikehendaki si korban) dengan pelaku. Baik dalam konteks mengganjar pelaku, merehabilitasi kognisi dan perilaku pelaku atau juga untuk memperbaiki hubungan korban dengan pelaku
Sistem Peradilan Pidana harus “mengenal” korban kejahatan dalam bentuk tersedianya mekanisme khusus dan khas bagi korban, peningkatan kepekaan para praktisi SPP terhadap masalah korban serta dimasukkannya perspektif korban dalam pertimbangan hukum terkait kasus yang melibatkan korban
1.c. MENGAPA PERLU INTEGRASI
2.a. BENTUK-BENTUK
• Lembaga-lembaga yang berada dalam sistemperadilan pidana secara bersama membuat tata laksana acara pidana yang victim’s friendly, pertimbangan hukum yang victim’s-heavy dan keputusan hukum yang juga lebih victims’s-sensitive
7
2.b.UPAYA LPSK SELAKU FASILITATOR
Integrasi SPP dengan instansi pendukung SPP
Integrasi dalam rangka inisiatif-inisiatif baru
• Rumah Sakit• Ambulans• Pemadam Kebakaran• Pemakaman• Pemulasaraan• Dinas Sosial
• Hotline bersama dan Tata Laksana bersama
• Victim Funding Scheme• Shelter for Victim of Hate• Post-Trauma Shelter for
Vulnerable Victims• Safe House for Vulnerable
Victims• Protective Service for Victim
with Multiple Victimization Record
• Hotline for Domestic Victims
LPSK seyogyanya tidak mengulangi kesalahan KPK karena melihat “KPK” sebagai dirinya saja, dan tidak mengikutsertakan Kepolisian dan Kejaksaan yang, menurut
UU, adalah “extension” atau kepanjangan KPK
LPSK seyogyanya tidak mengulangi kesalahan KPK karena melihat “KPK” sebagai dirinya saja, dan tidak mengikutsertakan Kepolisian dan Kejaksaan yang, menurut
UU, adalah “extension” atau kepanjangan KPK
8
3. KEUNTUNGAN - KERUGIAN
• Politik pembangunan yang pro-korban akan semakin jelas terlihat
• Tidak ada atau semakin sedikit sumber daya yang terbuang karena harus dihentikan akibat tidak dikenal atau kontradiktif dengan keputusan SPP
• Dukungan dan pelayanan terhadap korban memiliki legalitas hukum
•Semua pemberian dan pelayanan dilakukan dengan tata laksana yang sama
• Jika ego sektoral masing-masing instansi muncul
• Hukum pada umumnya, SPP pada khususnya, miskin kemauan melakukan pembaruan dan terobosan
9
4. HAMBATAN YANG DIHADAPI
Kementerian/Lembaga Kendala
Kepolisian • Berpotensi menjadi jaksa dan hakim sekaligus tapi tanpa legitimasi
Kejaksaan & Pengadilan
• Harus mau bertarung dengan diri sendiri dalam rangka hukum yang humanis, progresif dan sosiologis
Lembaga Pemasyarakatan
• Sedikit berperan dalam rangka restorasi hubungan pelaku-korban
Kendala Umum
• Tidak ada satu kementerian/lembaga/instansi SPP yang memiliki kewenangan penuh dalam mendorong dan menyelesaikan isyu ini, mengingat masalah korban bersifat lintas sektoral. LPSK belum/tidak mampu menjadi leading institution.
• Penanganan korban oleh masing-masing pihak berorientasi pada penanganan kasus per kasus, belum menangani akar permasalahan timbulnya korban.
Kendala Umum
• Tidak ada satu kementerian/lembaga/instansi SPP yang memiliki kewenangan penuh dalam mendorong dan menyelesaikan isyu ini, mengingat masalah korban bersifat lintas sektoral. LPSK belum/tidak mampu menjadi leading institution.
• Penanganan korban oleh masing-masing pihak berorientasi pada penanganan kasus per kasus, belum menangani akar permasalahan timbulnya korban.
Kendala Khusus (masing-masing institusi)
10
5. REKOMENDASI
Kesepakatan Bersama antar Pimpinan SPP dalam rangka penyelarasan
perlakuan dan tata laksana
terhadap korban
Membentuk Tim Terpadu Lintas
SPP guna merealisir dan mengevaluasi Kesepakatan
Bersama di atas
Tujuan
1. Berisikan pemetaan tentang hal-hal yang harus diselaraskan dan dibuat tata laksananya terkait perlindungan dan pelayanan terhadap korban
2. Berisikan rencana aksi untuk membuat penyelarasan dan tata laksana tersebut
Tujuan
1.Memastikan bahwa hal-hal yang telah disepakati terkait Kesepakatan Bersama dapat dijalankan2.Memastikan bahwa kasus-kasus yang terjadi sebelum adanya Kesepakatan Bersama tersebut juga dapat ditangani dengan baik
1
2
Untuk meningkatkan integrasi perlindungan dan pelayanan korban terhadap SPP diusulkan untuk dilakukan :
11