integrasi nasional

download integrasi nasional

of 28

description

presentasi integrasi nasional geologi unsri 2014 indralaya

Transcript of integrasi nasional

INTEGRASI NASIONAL INTEGRASI NASIONALIntegrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.

Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.5. Adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.Contoh-contoh pendorong integrasi nasional : Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan datang. Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat sulit. Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaianSumber refensi darihttp://info-83.blogspot.com/2011/11/integrasi-nasional.htmlhttp://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101111180256AAabvMyhttp://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/INTEGRASI NASIONAL Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampirsemua negara, terutama negara-negara yang usianya masih relatif muda, termasukIndonesia. Hal ini disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukanorang-orang dengan segala perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaanyang baru menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara Indonesiayang usianya masih relatif muda. Sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarangnegara Indonesia masih menghadapi persoalan bagaimana menyatukan pendudukIndonesia yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam suku, memeluk agamayang berbeda-beda, berbahasa dengan bahasa daerah yang beranekaragam, sertamemiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain, untuk menjadi satuentitas baru yang dinamakan bangsa Indonesia.Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan bernegara ini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik atar kelompok dalam masyarakat, baik konflik yang berlatarbelakangkesukuan, konflik antar pemeluk agama, konflik karena kesalahpahaman budaya,dan semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa persoalan integrasi nasional Indonesia sejauh ini masih belum tuntas perlu terus dilakukanWalaupun harus juga disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnyatidak mungkin diwujudkan, dan konflik di antara sesama warga bangsa tidakdapat dihilangkan sama sekali. Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai macam perbedaan dan upaya Mewujudkan integrasi nasional dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan- perbedaan tersebut.A. Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat Indonesia1. Pengertian Integrasi NasionalIntegrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatubangsa dengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998).Mengintegrasikan berarti membuat untuk atau menyempurnakan denganjalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. MenurutHoward Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yangberbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuhatau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satubangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihandari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat besar.Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisimengenai integrasi, yaitu:a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompokbudaya dan sosial dalam satu wilayah dan proses pembentukanidentitas nasional, membangun rasa kebangsaan dengan caramenghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenangkekuasaan nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecilyang beranggotakan kelompok-kelompok sosial budaya masyarakatc. Integrasimenunjukpadamasalahmenghubungkanantarapemerintah dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dand. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yangminimum yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasidan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5(lima) tipe integrasi yaitu integrasi nasional, integrasi wilayah, integrasinilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan integratif).Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda darisuatu masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih utuh, ataumemadukan masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satuHoward Wriggins (1996) menyebut ada 5 (lima) pendekatan ataucara bagaimana para pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa.Kelima pendekatan yang selanjutnya kami sebut sebagai faktor yangmenentukan tingkat integrasi suatu negara adalah: 1) adanya ancaman dariluar, 2) gaya politik kepemimpinan, 3) kekuatan lembaga-lembaga politik,4) ideologi nasional, dan 5) kesempatan pembangunan ekonomi. Hampirsenada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998) menyatakanbahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila, 1)masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamentalyang dapat dijadikan rujukan bersama, 2) masyarakat terhimpun dalamunit sosial sekaligus memiliki croos cutting affiliation sehinggamenghasilkan croos cutting loyality, dan 3) masyarakat berada di atassaling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun didalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.2. Pentingnya Integrasi NasionalMasyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagisetiap negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yangdiperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demimencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negarasenantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyakkerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil sepertikerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan kekawatiran, cemas,ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lainbanyak pulapotensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yangmestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagikesejahteraan masyarakat,harus dikorbankan untuk menyelesaikankonflik tersebut.Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnaikonflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidakmungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakanpotensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan.Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta konsensustentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupan potensi yangmengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalammasyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya,dan perbedaan kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebihapabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan caradan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya integrasi masyarakatmerupakan sesuatu yang sangan dibutuhkan untuk membangun kejayaanbangsa dan negara, dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan.Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalanuntukmembangun kejayaan nasional,bahkan dapat mengancamkelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.3. Pluralitas Masyarakat IndonesiaKenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakatpluralis atau masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan meminjam istilah yang digunakan oleh CliffordGeertz, masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri,dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatanyang bersifat primordial. (Geertz, 1963: 105 dst.) Apa yang dikatakansebagai ikatan primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari perasaanyang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian besarberasal dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaandalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek tertentu, sertakebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat kuatdalam kehidupan masyarakat.Sedangkan menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemukmemiliki karakteristik (Nasikun, 1993: 33):a. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yangseringkali memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain;b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer;c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanyaterhadap nilai-nilai yang bersifat dasar;d. Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompokyang satu dengan kelompok yang lain;e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion)dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi;f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.4. Potensi Konflik dalam Masyarakat IndonesiaDengan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagaikeanekaragaman, harus disadari bahwa masyarakat Indonesia menyimpanpotensi konflik yang cukup besar, baik konflik yang bersifat vertikalmaupun bersifat horizontal. Konflik vertikal di sini dimaksudkan sebagaikonflik antara pemerintah dengan rakyat, termasuk di dalamnya adalahkonflik antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sedangkankonflik horizontal adalah konflik antarwarga masyarakat.Kebijakan pemerintah pusat sering dianggap memunculkankesenjangan antardaerah, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang sangatmaju pembangunannya, sementara ada daerah-daerah yang masihterbelakang. Dalam hubungan ini, isu dikhotomi Jawa-luar Jawa sangatmenonjol, di mana Jawa dianggap merepresentasikan pusat kekuasaanyang kondisinya sangat maju, sementara banya daerah-daerah di luar Jawayang merasa menyumbangkan pendapatan yang besar pada negara,kondisinya masih terbelakang.Menurut Stedman (1991:373), penyebab konflik kedaerahan adalah:1)Krisis pemerintahan nasional, baik karena persoalan suksesimaupunjatuhbangunnyapemerintahankarenalemahnya2)3)4)5)Kegagalan lembaga-lembaga negara menengahi konflik, baik yangmelibatkan unsur-unsurr masyarakat maupun lembaga-lembagaPembatasan partisipasi politik warga negara di daerah-daerah.Ketidakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dansulitnya akses masyarakat di daerah terhadap sumber daya tersebut.Rezim yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dantidak bertanggungjawab terhadap rakyatnya.Dengan mengacu pada faktor-faktor terjadinya konflik kedaerahansebagaimana disebutkan di atas, konflik kedaerahan di Indonesia agaknyaterkait secara akumulatif dengan berbagai faktor tersebut.Di samping konflik vertikal tersebut, konflik horizontal juga seringmuncul, baik konflik yang berlatarbelakang keagamaan, kesukuan,antarkelompok atau golongan dan semacamnya yang muncul dalam bentukkerusuhan, perang antarsuku, pembakaran rumah-rumah ibadah, dansebagainya. Dalam hal ini dapat kita sebutkan kasus-kasus yang terjadi diPoso, Sampit, Ambon, kasus di Lombok, dan masih ada tempat-tempatyang lain. Terjadinya konflik horizontal biasanya juga merupakanakumulasi dari berbagai faktor baik faktor kesukuan atau etnis, agama,ekonomi, sosial, dan sebagainya.merupakan konstruksi sosial, yaitu hasil dari pengalaman historis sertadiskursus etnisitas dengan identitas. Pandangan ini merupakan sintesa daripandangan primordialis dan pandangan instrumentalis. Pandanganprimordialis mengatakan bahwa konflik etnik dapat dilacak akarnya padasifat naluri alamiah saling memiliki, dan sifat kesukuan (tribalism)berdasar pada perbedaan bahasa, ras, kekerabatan, tempramen, dan tradisisuku-suku yang berkonflik. Sedangkan pandangan instrumentalis menolakpendapat ini dengan menekankan sifat lentur dari identitas etnik yang biasadigunakan, dimobilisasi, dan dimanipulasi oleh kelompok-kelompok elitedan negara untuk tujuan politik tertentu.Konflik horizontal lainnya yang juga sering terjadi adalah konflikyang berlatar belakan keagamaan. Konflik keagamaan sering terjadi dalamintensitas yang sangat tinggi oleh karena agama merupakan sesuatu halyang sifatnya sangat sensitif. Ketersinggungan yang bernuansa keagamaansering memunculkan pertentangan yang meruncing yang disertai dengantindak kekerasan di antara kelompok penganut suatu agama dan kelompokpenganut agama lainnya. Konflik dengan intensitas yang demikian tinggidisebabkan karena masalah yang bernuansa keagamaan sangat mudahmembangkitkan solidaritas di kalangan sesama pemeluk agama untukmelibatkan diri ke dalam konflik yang sedang berlangsung, dengan suatukeyakinan bahwa perang ataupun konflik membela agama adalahperjuangan yang suci.Suatu pendapat menyatakan bahwa terjadinya konflik keagamaandisebabkan oleh eksklusivitas dari sementara pemimpin dan penganutagama; sikap tertutup dan saling curiga antaragama; keterkaitan yangberlebihan dengan simbol-simbol keagamaan; agama yang seharusnyamerupakan tujuan hanya dijadikan sebagai alat; serta faktor lain yangberupa kondisi sosial, politik dan ekonomi (Assegaf dalam: Sumartana,2001:34-37). Apa yang disebutkan paling akhir memberikan pemahamanbahwa konflik berlatarbelakang keagamaan tidak lepas dari aspek-aspeklain dalam kehidupan masyarakat. Tindak kekerasan antarumat beragamabiasanya terjadi apabila kepentingan-kepentingan tertentu memainkanperanan dalam percaturan hubungan anatarumat beragama (Ismail,1999:1). Dengan demikian, apa yang dikatakan sebagai konflik agamaketika dicermati ternyata bukan konflik yang berlatarbelakang keagamaantetapi konflik lain yang memanfaatkan simbol-simbol agama sebagaisarana membangkitkan solidaritas kelompoknya.B. Strategi IntegrasiMasalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami olehsemua negara, terutama adalah negara-negara berkembang. Dalam usianyayang masih relatif muda dalam membangun negara bangsa (nation state),ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentandan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Disamping itu masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki ikatanprimordial yang masih kuat. Kuatnya ikatan primordial menjadikanmasyarakat lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih sempitseperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dansebagainya. Dengan demikian upaya mewujudkan integrasi nasional yangnotabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melawati batas-bataskekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk diwujudkan.Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yangmantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu:1. Stategi Asilmilasi2. Strategi Akulturasi3. Strategi PluralisKetiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaanyang diberikan atas unsur-unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat.Srtategi asimilasi, akulturasi, dan pluralisme masing-masing menunjukkanpenghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yanglebih, dan yang paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaandalam masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.1. Strategi AsimilasiAsimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan ataulebih menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampurantersebut maka masing-masing unsur budaya melebur menjadi satusehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitasmasing-masingbudaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadisebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikanmasyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang adadalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagimenampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal. Denganstrategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasinasional dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok ataubudaya lokal dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteksperubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinyaoleh adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itumerupakanbagiandaristrategipemerintahnegaradalammengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara melakukan rekayasabudaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari perspektifdemokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakansebagai cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi2. Strategi AkulturasiAkulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaanatau lebih sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciribudaya asli pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidakmelumat semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi inimenjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara,berartibahwanegaramengintegrasikanmasyarakatnyadenganmengupayakanadanyaidentitasbudayabersamanamuntidakmenghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal.Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkanintegrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budayakelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadaryang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi jugabisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara.Namun bisa juga akulturasi menjadibagian dari strategi pemerintahnegara dalammengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektifdemokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya akulturasi dapatdikatakan sebagai cara yang cukup demokratis dalam mewujudkanintegrasi nasional, karena masih menunjukkan penghargaan terhadapunsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal.3. Strategi PluralisPaham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnyaperbedaandalamPahampluralispadaprinsipnyamewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatan pada segalaunsur perbedaan yang ada dalam masyarakatuntuk hidup danberkembang. Ini berarti bahwadengan strategi pluralis, dalammewujudkan integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada semuaunsur keragaman dalam negara, baik suku, agama, budaya daerah, danperbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidupberdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengantetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap unsurperbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-masing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.C. Integrasi Nasional Indonesia1. Dimensi Integrasi NasionalIntegrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensivertikal dan dimensi horisontal. Dimensi vertikal dari integrasi adalahdimensi yang berkenaan dengan upaya menyatukan persepsi, keinginan,dan harapan yang ada antara elite dan massa atau antara pemerintahdengan rakyat. Jadi integrasi vertikal merupakan upaya mewujudkanintegrasi dengan menjebatani perbedaan-perbedaan antara pemerintah danrakyat. Integrasi nasional dalam dimensi yang demikian biasa disebutdengan integrasi politik. Sedangkan dimensi horisontal daari integrasiadalah dimensi yang berkenaan dengan upaya mewujudkan persatuan diantara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri, baikperbedaan wilayah tempat tinggal, perbedaan suku, perbedaan agama,perbedaan budaya, dan pernedaan-perbedaan lainnya. Jadi integrasihorisontal merupakan upaya mewujudkan integrasi dengan menjembataniperbedaan antar kelompok dalam masyarakat. Integrasi nasional dalamdimensi ini biasa disebut dengan integrasi teritorial.Pengertian integrasi nasional mecakup baik dimensi vertikalmaupun dimensi horisontal. Dengan demikian persoalan integrasi nasionalmenyangkut keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat, sertakeserasian hubungan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakatdengan latar belakang perbedaan di dalamnya.Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantanganyang dihadapi datang dari keduanya. Dalam dimensi horizontal tantanganyang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar padaperbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensivertikal tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite danmassa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaumelite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional.Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul kepermukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehinggamemberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebihmenonjol daripada dimensi vertikalnya. (Sjamsuddin, 1989: 11).Tantangan integrasi nasional tersebut lebih menonjol ke permukaansetelah memasuki era reformasi tahun 1998. Konflik horizontal maupunvertikalseringterjadibersamaandenganmelemahnyaotoritaspemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasisebagai bagian dari proses demokratisasi telah banyak disalahgunakan olehkelompok-kelompok dalam masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri,tindakan mana kemudian memunculkan adanya gesekan-gesekan antarkelompok dalam masyarakatdan memicu terjadinya konflik ataukerusuhan antar kelompok. Bersamaan dengan itu demontrasi menentangkebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali demonstrasiitu diikuti oleh tindakan-tindakan anarkhis.Sedangkan jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat, kesediaan untuk hidupberdampingan secara damai dan saling menghargai antara kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama lain,merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horisontal. Kita juga tidakdapat mengharapkan terwujudnya integrasi horisontal ini dalam arti yangsepenuhnya. Pertentangan atau konflik antar kelompok dengan berbagailatar belakang perbedaan yang ada, tidak pernah tertutup sama sekalikemungkinannya untuk terjadi. Namun yang diharapkan bahwa konflik itudapat dikelola dan dicarikan solusinya dengan baik, dan terjadi dalamkadar yang tidak terlalu mengganggu upaya pembangunan bagikesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional.2. Mewujudkan Integrasi Nasional IndonesiaSalah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembangtermasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalahprimordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordialbiasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah(kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.(Geertz, dalam: Sudarsono, 1982: 5-7).Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikanglobal di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempituntuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikiankeberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dariluar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Disitulah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantanganyang semakin berat. http://vanadiraha.wordpress.com/2014/06/12/integritas-nasional/