Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

13
INTEGRASI KEILMUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM I. Pendahuluan Pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali terbedakan eksistensinya secara struktural.[1] Realitas membuktikan bahwa pendidikan agama (islam) dan pendidikan umum selama ini sering diberikan batasan pengertiannya[2] sebagai berikut: 1. Pendidikan agama yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran agama, sedang pendidikan umum yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau pelajaran umum. 2. Pendidikan agama sebagai lembaga pendidikan pada madrasah atau sejenisnya, sedangkan pendidikan umum sebagai lembaga pendidikan seperti SD, SMP, SMA dan sejenisnya. Dari batasan tersebut tampak memberikan kesan adanya dikotomi antara bidang studi agama dan bidang studi umum atau

Transcript of Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

Page 1: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

INTEGRASI KEILMUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

I. Pendahuluan

Pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, sekalipun

dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali terbedakan eksistensinya secara

struktural.[1] Realitas membuktikan bahwa pendidikan agama (islam) dan pendidikan

umum selama ini sering diberikan batasan pengertiannya[2] sebagai berikut:

1. Pendidikan agama yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata

pelajaran agama, sedang pendidikan umum yaitu penyelenggaraan pendidikan yang

memberikan materi atau pelajaran umum.

2. Pendidikan agama sebagai lembaga pendidikan pada madrasah atau sejenisnya,

sedangkan pendidikan umum sebagai lembaga pendidikan seperti SD, SMP, SMA dan

sejenisnya.

Dari batasan tersebut tampak memberikan kesan adanya dikotomi antara bidang

studi agama dan bidang studi umum atau adanya perbedaan yang jelas antara sekolah

agama dan sekolah umum.

Kenyataan tersebut semakin tampak pula ketika pemerintah melaksanakan dua

manajemen pendidikan, yaitu sistem pendidikan yang dikelola dibawah naungan dua

kementrian yang berbeda, Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama.

Sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) berada dalam pengelolaan Kemetrian Pendidikan

Page 2: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

Nasional. Madrasah atau sejenisnya mulai dari Raudhatul Athfal (RA), Madrasah

Ibtidaiyah setingkat SD, Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat SLTP, Madrasah Aliayah

(MA) setingkat SMA berada dalam pengelolaan Kemetrian Agama. Dualisme ini

berdampak pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang bersifat dualistic pula, baik yang

menyangkut struktur kurikulum, manajemen, dan tenaga kependidikan[3].

Terjadinya polarisasi antara pendidikan agama dengan pendidikan umum yang

terjadi sampai sekarang ini adalah warisan dari imperialis Belanda yang sengaja memecah

belah dan membodohkan umat islam pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pola

pendidikan tersebut telah melahirkan dua golongan terpelajar yang terpisah dan berbeda,

baik dalam kebiasaan, pergaulan, aspirasinya maupun pola pikirnya yang pada gilirannya

dikenal dengan istilah cendekiawan disatu pihak dan ulama’ dipihak lain[4]. Oleh

karenanya integrasi keilmuan di bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam adalah

sesuatu yang diharapkan.

II. Integrasi keilmuan

Konsep integrasi keilmuan dalam pendidikan islam. Menurut Syed Muhammad al

Nuquib al-Attas[5], sebagai mana yang dikutip Haidar Putra Dulay (2001), merujuk pada

konsep integrasi manusia, ilmu pengetahuan dan universitas dalam pendidikan islam.

Menurut al-attas, manusia itu terdiri dari dua kesatuan yang utuh, yakni jiwa dan raga, ia

sekaligus ujud fisik dan ruh. Dia diajari Allah untuk mengetahui nama-nama sesuatu dan

itu merupakan symbol dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan tersebut adalah yang dapat

ditangkap oleh panca indera dan dipahami oleh akal budi. Disamping itu, manusia juga

diberi pengetahuan tentang Allah (ma’rifat), keesaanNya yang mutlak, bahwa Allah adalah

Page 3: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

tuhannya, obyek penyembahan yang sejati. Letak pengetahuan manusia itu terdapat pada

ruh, jiwa (an-nafs), hati (al-qalb) dan akal (al-‘aql). Dengan pengetahuan seperti itu

manusia terikat dalam perjanjian (msitaq) yang menentukan sikap dan hubungannya

dengan Allah. Allah juga melengkapi dengan alat yang dapat membedakan yang benar dan

yang salah, dan menunjukkan kepadanya apa yang benar dan salah.

Manusia juga mempunyai dua jiwa, yang tertinggi adalah jiwa rasional (al-Nafs

al-Natiqah), dan yang terendah adalah jiwa hewan (al-Nafs al-Hayawaniyah). Jiwa rasioanl

itulah yang mengetahui Allah dan dia mesti unggul dari al-Nafs al-Hayawaniyah dan dapat

membimbing dan memeliharanya.

Hakikat pengetahuan menurut al-Attas bertolak dari pandangan bahwa semua

pengetahuan datangnnya dari Allah. Penggolongan pengetahuan itu berdasarkan kepada

kenyataan bahwa manusia itu memiliki jiwa, sedangkan yang kedua adalah kelengkapan

yang dapat digunakan untuk mengejar tujuan pragmatis di dunia. Pengetahuan pertama

diberikan Allah melalui wahyu kepada manusia lewat Al-Qur’an.

Pengetahuan jenis pertama menyingkap misteri wujud dan eksistensi serta

mengungkap hubungan sejati antara diri manusia dan Tuhannya. Pengetahuan ini pada

akhirnya tergantung pada rahmat Allah dank arena itu menuntut perbuatan dan amal

pengabdian kepada Allah sebgai prasarat bagi penyampaiannya. Sehingga dapatlah

disimpulkan bahwa supaya pengetahuan itu dapat dicapai maka pengetahuan tentang

prasarat (knowledge of the prerequuisities) menjadi perlu. Dan ini meliputi pengetahuan

tentang unsur-unsur dasar Islam (Islam, Iman dan Ikhsan).

Page 4: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

Dengan demikian setiap muslim harus memiliki pengetahuan prasarat tersebut.

Harus mempunyai pengetahuan terhadap kitab suci Al-Qur’an, kehidupan Rasulullah,

Sunah Nabi serta mempraktekkan pengetahuan itu berdasarkan perbuatan dan amal.

Sehingga, setiap muslim harus siap berada pada tingkat permulaan dari pengetahuan

pertama dan siap bergerak diatas jalan lurus yang membawanya kepada Allah.

Kemajuannya yang lebih jauh tergantung atas pengetahuannya sendiri, kekuatan dan

kemampuan intuitif, serta ketulusan maksud dan perbuatannya.

Adapun jenis yang kedua adalah pengetahuan tentang ilmu-ilmu (‘ulum) yang

diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan penelitian. Hal ini ditempuh lewat

penyelidikan dan perenungan rasional. Kelompok ilmu pertama wajib diketahui oleh setiap

muslim (fard ‘ayn), sedangkan kelompok ilmu kedua tergolong fard kifayah.

Sedangkan menurut hasil konferensi dunia tentang pendidikan islam yang telah

dilangsungkan di Mekkah tahun1977, di Islamad tahun 1980 tentang kurikulum, di Dhaka

tahun 1981 tentang buku teks dan tahun 1982 di Jakarta tentang Metodologi[6]. Menurut

hasil konferensi itu yang rumusannya juga menggambarkan tentang integrasi ilmu-ilmu

umum dan agama, ilmu di terbagi menjadi dua. Pertama, ilmu-ilmu abadi (perennial

knowledge) yang berdasarkan wahyu, misalnya Al qur’an dan Sunnah serta semua ilmu

yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah. Kedua ilmu-ilmu perolehan (aquired knowledge),

termasuk didalamnya ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kealaman dan aplikasinya.

Perincian dari kedua macam ilmu pengetahuan (perennial knowledge dan aquired

knowledge) adalah sebagai berikut:

Page 5: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

Perennial knowledge

a. Al-Qur’an

1. Qira’ah, hafalan dan tafsir

2. Sunnah

3. Sejarah hidup nabi Muhammad, sahabat-sahabat beliau, serta pengikut-pengikut

mereka yang mencakup masa awal sejarah Islam

4. Tauhid

5. Ushul Fiqh/Fiqh

6. Bahasa Al-qur’an

b. Al-Qur’an

1. Metafisika Islam

2. Perbandingan Agama

3. Peradaban Islam

Aquired knowledge

1. Imaginative: Seni Islam, architecture, bhasa, sastra

Page 6: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

2. Science intellectual: Studi social, filsafat, pendidikan, ekonomi, polotik, sejarah,

peradaban, goegrafi, sosiologi, antropologi

3. Ilmu-ilmu kealaman : matematika, statistika, fisika, kimia, astronomi, ruang angkasa

4. Sains terapan

5. Ilmu-ilmu praktis, perdagangan, ilmu administrasi

Untuk mengintegrasikan kedua macam ilmu tersebut, maka Konferensi dunia ke-2

tentang pendidikan Islam telah menyusun subyek-subyek pelajaran pada tingkat dasar,

menegah dan perguruan tinggi. Didalam penyusunan subyek-subyek tersebut telah

dimasukkan seluruh ilmu yang mesti dikuasai oleh setiap muslim, yakni ilmu-ilmu yang

meliputi ilmu-ilmu agam, kealaman, social, humaniora.

Bertolak dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat yang

sesungguhnya dari Pendidikan islam adalah pendidikan yang memperhatikan

pengembangan seluruh aspek manusia : ketuhanan, akhlak, akal, jasmani, kemasyarakatan,

kejiwaan, keindahan dan ketrampilan. Atas dasar demikian maka rancangan pendidikan

islam yang ideal adalah meliputi pembinaan keseluruhan aspek tersebut dalam satu

kesatuan utuh, dengan demikian, pemisahan-pemisahan antara pendidikan agama dan

pendidikan umum, tentulah tidak sesuai dengan pendidikan islam

Ada dua landasan pokok yang perlu mendapat perhatian didalam pengembangan

hakikat pendidikan Islam. Pertama, bersumber dari konsep pendidikan islam itu sendiri,

yang menuntut agar seluruh aspek pendidikan mesti dikembangkan dalam diri pribadi

Page 7: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

seorang muslim, dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Kedua, menghadapi kemajuan

zaman yang berintikan kemajuan ilmu dan teknologi, yang sudah barang tentu berkaitan

dengan bagaimana mempersiapkan generasi muda agar mereka memiliki kemampuan

untuk menjawab segala tantangan yang muncul. Karena itu perlu disusun suatu program

pendidikan yang mengintegrasikan kedua ilmu tersebut dan mengembangkan seluruh aspek

yang terdapat di dalam kurikulum pendidikan islam, yang didalamya meliputi: Rancangan

kurikulum, pendidik, lembaga/penyelenggara pendidikan dan keterpadun lingkungan

pendidikan.

Pengintegrasian antara ilmu-ilmu agama dan umum di Indonesia telah

dilaksanakan dengan beberapa cara[8]:

a. Memasukkan mata pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum, dan mata pelajaran

umum ke pesantren dan madrasah. Namun praktek yang ada selama ini dirasakan

seolah-olah timbul pengklasifikasian ilmu kepada yang pokok dan pelengkap. Sekolah-

sekolah menganggap mata pelajaran agam sebagai pelengkap, sedangkan pesantren

menganggap mata pelajaran umum sebagai pelengkap, hal ini akan terlihat pada

sekolah-sekolah umum negeri dan pesantren-pesantren yang tergolong tradisional.

b. Sekolah umum plus Madrasah Diniyah. Oleh karena mata pelajaran agama di sekolah

umum negeri sangat terbatas, dan dirasakan kurang pembekalan ilmu agama kepada

peserta didik, maka Departemen Agama membentuk Madrasah Diniyah. Dalam

kenyataannya bentuk ini hanya diminati masyarakat pada tingkat dasar sedangkan pada

tingkat menengah pertama dan atas (wustha dan ulya) kurang diminati, sehingga cita-

Page 8: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

cita ideal agar tingkatan ilmu agama peserta didik yang bersekolah pada SLTP dan

SLTA umum memiliki kualitas tingkat Madrasah Wustha dan Ulya tidak terpenuhi.

c. Memasukkan konsep Islam untuk Disiplin Ilmu atas upaya Departemen Agama dan

dibantu oleh beberapa orang tenaga ahli dari berbagai perguruan tinggi umum, telah

disusun buku dalam berbagai bidang disiplin ilmu yang dikaitkan dengan Islam. Cara

pendekatan seperti ini disebut Islam untuk Disiplin Ilmu (IDI). IDI berupaya untuk

memberikan konsep-konsep Islam tentang satu disiplin ilmu tertentu. Misalnya Islam

untuk disiplin ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Karena upaya ini baru pemula

mengenai konsep-konsep Islam untuk ilmu pengetahuan, maka sudah barang tentu

untuk masa-masa selanjutnya masih perlu disempunakan.

II. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan Islam tidak dikenal

dikotomi keilmuan karena hakikat yang sesungguhnya dari Pendidikan islam adalah

pendidikan yang memperhatikan pengembangan seluruh aspek manusia : ketuhanan,

akhlak, akal, jasmani, kemasyarakatan, kejiwaan, keindahan dan ketrampilan.

Selanjutnya ilmu dikelompokkan menjadi dua dalam artian tidak dapat dipisahkan

(terintegrasi). Pertama, ilmu-ilmu abadi (perennial knowledge) yang berdasarkan wahyu,

misalnya Al qur’an dan Sunnah serta semua ilmu yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah.

Kedua ilmu-ilmu perolehan (aquired knowledge), termasuk didalamnya ilmu-ilmu sosial

dan ilmu-ilmu kealaman dan aplikasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Integrasi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam

AH Sanaky, Hujair, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania, 2003

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999

Putra Dulay, Haidar, Historitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001

[1] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 5

[2] Ibid, …….hlm. 8

[3] Hujair AH Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia (Yogyakarta: Safiria Insania, 2003) hlm.201

[4] Hasbullah, ……………, hlm. 11

[5] Syed Muhammad al Nuquib al-Attas, adalah guru besar bahasa dan sastra Melayu pada Universitas Kebangsaan Malaysia. Lahir tahun 1931. Memperoleh MA dari McGill University, PH.D dari Scool of Oriental and African Studies, dan menulis sejumlah buku termasuk yang berkenaan dengan pendidikan islam.

[6] Haidar Putra Dulay, …………….., hlm. 153

[7] Ibid, ……..., hlm. 157

[8] Ibid …….., hlm. 156

Diposkan oleh Fauzan in Blog di 01:38