INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus...

34
INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor) Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana untuk Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Pendidikan Oleh : Muh.Tarmizi Tahir NIM : 21151200100049 Pembimbing: Prof. Dr. Husni Rahim KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus...

Page 1: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH

(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor)

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana untuk Memperoleh Gelar Magister

Agama dalam Bidang Pendidikan

Oleh :

Muh.Tarmizi Tahir

NIM : 21151200100049

Pembimbing:

Prof. Dr. Husni Rahim

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

ii

KATA PENGANTAR

Bismilla>hi wa bihamdihi. Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur peneliti haturkan kepada Allah ta‘a>la> atas segala rahmat, hidayah, dan lindungan-Nya. Berkat semua nikmat dan anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan tema“Integrasi Agama dan Sains di Madrasah (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor)”. Peneliti menyadari bahwa penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh sebab itu, kewajiban peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu guna penyelesaian tesis ini, terutama sekali kepada:

Pertama, bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajaran pengurus dan pimpinan, Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Wakil Direktur. Prof. Dr. Didin Saepudin, MA, selaku Ketua Jurusan Program Doktor. JM. Muslimin, Ph.D., MA, selaku Ketua Jurusan Program Magister, Serta seluruh staf, pustakawan, pustakawati, dan civitas akademika Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kedua, Prof. Dr. Husni Rahim selaku promotor, peneliti mengucapkan terima kasih atas motivasi dan kesabarannya dalam membimbing, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas ilmu yang selama ini telah diberikan, khususnya mengenai metodelogi, tata cara penulisan dan melakukan penelitian yang baik, sehingga bermanfaat bagi kelangsungan penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak wawasan pengetahuan dan informasi selama proses perkuliahan, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M.Sc, Prof. Dr. Suwito, MA, Prof. Dr. Armai Arief, Prof. Dr. Abuddin Nata, MA, Muhammad Zuhdi, Ph.D, M.Ed, Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA, Dr. Suparto, M.Ed, Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA, Prof. Dr. Yunasril Ali, MA, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Prof. Dr. Salman Harun, Prof. Dr. Munzier Suparta, Dr. Fuad Thohari, M.Ag, Prof. Dr. Hasanuddin AF, Asep Saepudin Jahar, Ph.D, MA, Prof. Dr. M. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. Askal Salim, Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Dr. Abdul Chair, MA, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Arief Zamhari, Ph.D, Saiful Umam, Ph.D, MA, Usep Abdul Matin, Ph.D, MA, Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, Dr. Agus Salim, MA, Dr. Sopiansyah Jaya Putra, Prof. Dr. Zulkifli, MA, Dr. Muhaimin AG, MA, Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA, dan Siti Nurul Azkiyah, Ph.D, M.Sc.

Ketiga, peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor, wakamad kurikulum, wakamad kesiswaan, pembina kegiatan ekstrakurikuler, guru-guru sains dan agama, serta seluruh staf dan beberapa santri yang telah menerima peneliti untuk memberikan informasi dan pengetahuan terkait data penelitian peneliti.

Page 3: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

iii

Keempat, peneliti berterima kasih kepada ibunda kami Hj. Ummil Mu’minah dan bapak kami H. Solihin dengan segala jerih payah dan kasih sayangnya dalam membesarkan, memotivasi, dan mendidik peneliti sampai saat ini dan selalu tak henti-henti mendo’akan. Peneliti berharap semoga mampu memberikan kebahagiaan dan kebanggaan bagi kedua orangtua kelak. Begitu juga peneliti berterima kasih kepada saudari kami Parniwati dan keponakan M. Ariqin Nawawi Pratama yang selalu menghibur dan mendukung peneliti guna menyelesaikan tesis ini.

Kelima, peneliti berterima kasih kepada bapak Ir. Nasrudin, ibu Zakiyah dan Fitri Yuliani yang sering meluangkan waktunya memberikan motivasi, semangat, dan mendo’akan peneliti dalam menyelesaikan tesis ini. Kepada semua teman-teman seperjuangan seangkatan SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ust. Syayuti, Aini bintu Nahl, Bahwan, Bung Helmy, Dua Firdaus (Tinggi dan gemuk), Bung Sholeh, Bung Hasan (pembaca utama), Kiyai Hasan, Pak Saipul, Oga Satria, Kiyai Hifni, Nur Ihklas, Restia, Reni, Diah, Zikra, Ahwazy, Khaidir, Subhi, Kiyai Husni, Irwan, Ibu Selfi, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat dan berbagai informasi demi terselesainya tesis ini.

Keenam, peneliti berterima kasih kepada sahabat-sahabat di kosan yang selalu berbagi kebahagiaan, canda tawa bersama dan berbagi pengetahuan (Islahil Umam Mene alias Akhy Kreatif, Marjan Fadhil yang keren, Zainul, Ghifar, Akhy Quraish, Bang Ainun Nasikh, Kiyai Aziz, Bang Rof’il, Bang Hulaimi, Bang Anwar, Bang Hizbullah, Bang Ci’am, Bang Saiful, Bang Sahlan, Pak Taufik, Cak Fata, Buya Amril, Pak ujang, Pak Pepen, Pak Roni, Pak Khusairi, Bang Nawir, Bang Okha, Bang Akmal Gunawan, Buya Isya, dan Kiyai Zainal Kholid). Semoga Allah SWT mengabulkan cita-cita kita semua agar menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama, nusa, dan bangsa. Amin

Terakhir, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan penelitian ini dan melakukan penelitian selanjutnya agar lebih baik. Akhirnya kepada Allah kita memohon perlindungan dan ampun dari segala kekhilafan dalam proses pencarian ilmu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 23 Mei 2018

Muh. Tarmizi Tahir

Page 4: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

v

ABSTRAK

Penelitian ini memfokuskan pada integrasi agama dalam pembelajaran sains yakni pada mata pelajaran biologi, matematika, fisika dan kimia di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor Kab. Lombok Timur- NTB. Kesimpulan tesis ini bahwa konsep integrasi agama dalam pembelajaran sains (biologi, matematika, fisika, dan kimia) di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor adalah dengan konsep integrasi yang menekankan pada internalisasi nilai-nilai keislaman yaitu nilai tauhid, syari’ah dan akhlak ke dalam diri peserta didik sehingga berdampak terhadap perilaku dan semangat penggunaan ilmu (aksiologi ilmu) peserta didik. Sains memperkuat dan mendukung keyakinan tentang Tuhan sebagai pencipta alam semesta, sedangkan agama memperkuat dan mengarahkan sains untuk memberikan manfaat dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Dengan demikian materi pelajaran sains tidak bisa dipisahkan dari ilmu agama karena agama dan sains saling mengukuhkan tanpa harus kehilangan identitas masing-masing. Dengan model integrasi apologetik yaitu model integrasi yang didasari oleh pandangan bahwa sains adalah produk yang bersifat universal dan bebas nilai. Karena itu ia dapat dipakai dan berlaku di mana saja dan di lingkungan apa saja. Dalam kaitan integrasi iptek dan imtak berusaha melegitimasi hasil-hasil sains modern dengan mencari ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai, dikaitkan nilai-nilai keislaman dengan teori sains dan telah ada dalam ajaran agama.

Tesis ini mendukung pendapat Fazlur Rahman (1998) dan Muhammad Abdus Salam (1991) yang mengatakan integrasi keilmuan sangat penting dengan membekali manusia sebagai pembawa sains dengan nilai-niai yang Islami. Dengan kata lain integrasi keilmuan dilakukan dengan membekali subjek atau pembawa dengan nilai-nilai keislaman dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tesis ini menolak pendapat Sayyed Muhammad Naquib al-Attas (1978), Ismail Raji’ al-Faruqi (1987), dan Taha Jabir al-Alwani (2006) yang mengatakan pentingnya Islamisasi ilmu pengetahuan dengan megubah struktur keilmuan yang sudah ada.

Penelitian ini dilakukan di lapangan yang dikategorikan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala Madrasah, Wakamad Kurikulum, Wakamad Kesiswaan, Guru-guru di bidang Sains (yakni guru mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, dan Matematika), beberapa siswa di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor, dokumen, dan observasi. Data Sekunder bersumber dari referensi yang mendukung penelitian, baik itu dari buku-buku, disertasi, tesis, jurnal, artikel, dan sumber-sumber yang lain. Teknik pengumpulan data dengan telaah dokumen, wawancara, dan observasi. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan integrasi.

Kata Kunci: Integrasi Ilmu, Islamisasi Ilmu, Pengilmuan Islam, Integrasi

Interkoneksi, dan NW

Page 5: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

vi

ABSTRACT

This research focuses on the integration of religion in science learning that is on the subjects of biology, mathematics, physics and chemistry in Madrasah Aliyah Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor- East Lombok regency- NTB. The conclusion of this thesis that the concept of religious integration in science learning (biology, mathematics, physics, and chemistry) in Madrasah Aliyah Mu'allimin NW Pancor is with the concept of integration that emphasizes on the internalization of Islamic values ie tauhid, syari'ah and akhlak self-learners so that the impact on behavior and spirit of the use of science (axiology of knowledge) learners. Science reinforces and supports beliefs about God as the creator of the universe, while religion reinforces and directs science to provide benefits and fulfill human needs. Thus the subject matter of science can not be separated from the science of religion because religion and science reinforce each other without losing their respective identity. The apologetic integration model is an integration model based on the view that science is a universal and value-free product. Therefore it can be used and applicable anywhere and in any environment. In connection with the integration of science and technology and the faith of piety attempts to legitimize the results of modern science by searching for appropriate verses of the Qur'an, linked Islamic values with the theory of science and existing in the teachings of religion.

This thesis supports the opinion of Fazlur Rahman (1998) and Muhammad Abdus Salam (1991) who said the integration of science is very important by equipping humans as a carrier of science with Islamic values. In other words, scientific integration is done by equipping the subjects or bearers with Islamic values and the development of science. This thesis rejects Sayyed Muhammad Naquib al-Attas (1978), Ismail Raji 'al-Faruqi (1987), and Taha Jabir al-Alwani (2006) who said the importance of Islamization of science by altering the existing scientific structure.

This research is conducted in the field which is categorized as qualitative research by using descriptive analytic method. The data source consists of primary data and secondary data. Primary Data, Head of Madrasah, Deputy Head of Madrasah Curriculum, Deputy Head of Madrasah for Student Affairs, Science Teachers (ie Physics, Biology, Chemistry and Mathematics), some students at Madrasah Aliyah Mu'allimin NW Pancor, documents, and observations. Secondary data comes from references that support research, be it from books, dissertations, theses, journals, articles, and other sources. Data collection techniques with document review, interviews, and observation. While the approach used is a qualitative approach and integration.

Keywords: Integration Science, Islamization of Science, Islamic Studies,

Interconnection Integration, and NW

Page 6: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

vii

الملخص

ن إدماج على الدراسة ªذه وتركز اء مادتي في العلوم تعلم في الد ات األح اض اء والر ز والفاء م ة المدارس في والك ن نعال الد ضة ة معلم نوسا -لومبوكمنطقة شرق -الوطن الفنشوري ن

ة (نتب) نجارا الغرب وم أن الرسالة ªذه من االستنتاج. ت ن التكامل مف س في الد علم( العلوم تدراء، ات، األح اض اء، والر ز اء والف م ة المدارس في) والك ن نعال الد ضة ة معلم الوطن ن

وم ªو الفنشوري خ على ؤكد الذي التكامل مف م ترس ة الق مة ªي اإلسالم د، ق عة التوح الشرن في واألخالق ر أن حتى الذاتي المتعلم axiology) العلم استخدام وروح السلوك على التأثن) المعرفة ساند العلم عزز. المتعلم ن في ، للكون كمبتكر الل حول المعتقدات و ن أن ح عزز الدوج ر العلم و اجات والوفاء المنافع لتوف ة باالحت عن العلم موضوع فصل مكن ال وبالتالي. البشر

ن علم ن ألن الد ما كل عزز والعلم الد ة فقدوا أن دون اآلخر من م كل ªو التكامل نموذج. منة إلى ستند تكامل نموذج ªو األسري مة من خال عالمي منتج ªو العلم أن مفادªا نظر وج لذلك. الق

ا مكن ا استخدام ق ئة أي وفي مكان أي في وتطب ما. ب ا العلوم بتكامل تعلق ف مان والتكنولوج وإة إلضفاء التقوى محاوالت ثة العلوم نتائج على الشرع ات عن البحث خالل من الحد من مناسبة آ

م القرآن م ربط ، الكر ة الق ة اإلسالم م في والموجودة العلم بنظر ن تعال .الد إن قال الذي) 1991( السالم عبد ومحمد) 1998( الرحمن فضل رأي تدعم الرسالة ªذه

م العلم تكامل د خالل من جدا م م العلم بحامل البشر تزو ة بالق ق تم ، أخرى بعبارة. اإلسالم تحقق عن العلمي التكامل د طر ا أو األشخاص تزو م حامل ة بالق ر اإلسالم ªذه ترفض. العلوم وتطود: من كل الرسالة ب محمد س ل ،) 1978( العطاس نق وط ،) 1987( الفاروقي راجي وإسماع

ة إن قال الذي ،) 2006( العلواني جابر ر خالل من العلم أسلمة أªم ة تغ ة البن .القائمة العلمقة باستخدام نوعي كبحث المصنف الحقل في البحث ªذا إجراء تم ل طر . الوصفي التحل

انات مصدر تكون انات من الب ة الب انات األساس ة والب انات. الثانو ة الب س ، األول ، المدرسة رئس نائب ر نائب ، المناªج مدرسة رئ اء( العلوم معلمي ، الطالب لشئون المدرسة مد ز اء ، الف األح

اء ، م ات الك اض نعال مدرسة في الطالب بعض ،) والر ضة ة معلم الوثائق ، الوطن الفنشوري نانات تأتي. والمالحظات ة الب أو ، الكتب من ذلك أكان سواء ، األبحاث تدعم التي المراجع من الثانو

ة الرسائل ة الرسائل أو ، العلم ات. األخرى المصادر أو ، المقاالت أو ، المجالت أو ، العلم تقنانات جمع ن في. والمالحظة والمقابالت الوثائق مراجعة مع الب ج أن ح ج ªو المستخدم الن نوعي ن

.وتكامل

ة الكلمات ة الدراسات ، العلوم أسلمة ، العلم تكامل: المفتاح ني الربط تكامل ، اإلسالم ضة و ، الب ن الوطن

Page 7: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu sebagai berikut: A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

Ţ ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Y ي }S ص B. Vokal 1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

◌ Fatḥah A A

◌ Kasrah I I

◌ Ḑammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan

Huruf Nama

ي... ◌ Fatḥah dan ya Ai A dan I

Page 8: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

x

و... ◌ Fatḥah dan wau Au A da U

Contoh: ن H{aul :حول H{usain :حس

C. Vokal Panjang Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

<Fatḥah dan alif a ــاa dan garis di atas

Kasrah dan ya Ī ــيI dan garis di atas

Ḑamah dan wau Ū ــوu dan garis di atas

D. Ta’ Marbūţah.

Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h. Contoh:

Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shiddah Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu. Contoh:

Shawwa>l :شوال <Rabbana :ربنا

F. Kata Sandang Alif + La>m • Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.

Contoh: القلم : al-Qalam

Page 9: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii ABSTRAK ...................................................................................................... v PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Permasalahan ......................................................................................... 11

1. Identifikasi Masalah .......................................................................... 11 2. Rumusan Masalah ............................................................................. 11 3. Batasan Masalah ............................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 12 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................. ..................................... 12 F. Metodelogi Penelitian ............................................................................ 18

1. Jenis Penelitian ................................................................................. 18 2. Sumber Data ..................................................................................... 18 3. Tekni Pengumpulan Data .................................................................. 18 4. Teknik Analisis Data ......................................................................... 19 5. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 20

G. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 20

BAB II: PENDIDIKAN DAN INTEGRASI AGAMA DAN SAINS ............. 23 A. Integrasi Agama dan Sains dalam Perspektif Islam dan Barat ................. 23 B. Konsep dan Urgensi Integrasi Agama dan Sains ..................................... 28 C. Problematika Pendidikan Islam dan klasifikasi Ilmu ............................... 38 D. Integrasi Agama dan Sains dalam Konteks Pendidikan ........................... 42

1. Integrasi Agama dalam Pembelajaran Sains ...................................... 44 2. Integrasi Sains dalam Pembelajaran Agama ....................................... 46 3. Integrasi Agama dan Sains dalam Kurikulum Pendidikan .................. 49

BAB III: PROSES PEMBELAJARAN AGAMA DAN SAINS

DI MADRASAH ALIYAH MU’ALLIMIN NW PANCOR ..................... 53 A. Sejarah MA Mu’allimin NW Pancor ...................................................... 53 B. Konsep Integrasi Agama dan Sains MA Mu’allimin NW Pancor ............ 56

1. Kurikulum MA Mu’allimin NW Pancor ............................................ 58 2. Sistem Pembelajaran Agama dan Sains ............................................. 63 3. Upaya Integrasi Agama dalam Mata Pelajaran Sains .......................... 77

C. Upaya Integrasi dalam Pelaksanaan Pendidikan,

Page 10: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

xii

Pendekatan dan Metode ......................................................................... 92 D. Kebijakan Lembaga NW Pancor dalam Integrasi Agama dan Sains ........ 100

BAB IV: IMPLEMENTASI INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH ALIYAH MU’ALLIMIN NW PANCOR ................................................................... 103

A. Pelaksanaan Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler ........................ 103 B. Guru Agama dan Peran Membantu Guru Sains: Pendekatan,

Metode dan Proses Pembelajaran ............................................................ 113 C. Integrasi Agama ke dalam Pembelajaran Sains ........................................ 121

1. Guru Sains, Pendekatan dan Metode Pembelajaran ............................ 125 2. Proses Pembelajaran Bidang Sains .................................................... 130

D. Kendala Yang Masih Dihadapi dan Solusi ............................................... 137

BAB V: PENUTUP ....................................................................................... 141 A. Kesimpulan ............................................................................................ 141 B. Saran ..................................................................................................... 142

DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM INDEKS BIODATA

Page 11: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Kurikulum [59] Tabel 2. Prinsip Pengembangan Kurikulum [60] Tabel 3. Struktur Pembelajaran Kelas X [65] Tabel 4. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan Kelas X [66] Tabel 5. Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat Kelas X [67] Tabel 6. Struktur Pembelajaran Kelas XI [68] Tabel 7. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan Kelas XI [69] Tabel 8. Peminatan Matematika dan Ilmu Alam [71] Tabel 9. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial [72] Tabel 10. Peminatan Bahasa [73] Tabel 11. Jadwal Ekstrakurikuler [75] Tabel 12. Contoh Materi Biologi [80] Tabel 13. Contoh Materi Matematika [83] Tabel 14. Contoh Materi Fisika [87] Tabel 15. Contoh Materi Kimia [90] Tabel 16. Klasifikasi Nilai-Nilai Keislaman [91] Tabel 17. Klasifikasi Nilai-Nilai Keislaman ke dalam Bidang Agama [92] Tabel 18. Juara Perlombaan [95] Tabel 19. Jumlah Peserta Didik [105] Tabel 20. Peta Konsep Sains dalam Al-Qur’an [122]

Page 12: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penilaian Sekolah Sehat, Juara I Tingkat Propinsi, Sertifikat Juara III Tingkat Nasional [77]

Gambar 2. Sholat Berjama’ah, Sholat Sunnah Dhuha, Bersih-Bersih Halaman dan Kelas, Membaca al-Qur’an, dan Sholawatan [93]

Gambar 3. Pembelajaran di dalam Kelas, luar kelas, Penyuluhan Gizi dan Kesehatan [94]

Gambar 4. Karya Siswa, Perlombaan, Penghargaan, dan Piala [95] Gambar 5. OSIM, Organisasi Pramuka, dan Apel 17 Agustus 2016 [97] Gambar 6. Camping, Bazar Buku, Tanaman, dan Apotek Hidup [98] Gambar 7. Sarana dan Prasarana [100] Gambar 8. Hubungan Ketiga Unsur Pendidikan MA Mu’allimin NW Pancor [111]

Page 13: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian Syarif Hidayat dengan judul “Integrasi Nilai Islam dalam

Pembelajaran Sains di SD al-Muttaqin Tasikmalaya” menyimpulkan bahwa masih rendahnya kasadaran guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran sains, baik secara eksplisit atau implisit. Hal ini disebabkan masih kuatnya paradigma sentralistik bahwa segala hal yang behubungan dengan pembelajaran telah diatur dari pusat, sehingga daya kreasi dan inovasi guru menjadi terhambat.1 Penelitian Syarif Hidayat ini menurut peneliti alasannya kurang sesuai dengan undang-undang pemerintah pusat, padahal peraturan tentang integrasi sudah dijelas dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Versi Amendemen) pasal 31 ayat 3 dan 5 tentang pendidikan dan kebudayaan.2

Pendidikan integratif, integrasi agama dan ilmu pengetahuan seperti yang dilakukan oleh para cendekiawan Muslim terdahulu pada masa keemasan Islam. Mereka menguasai berbagai macam disiplin ilmu sehingga muncul para ilmuan misalnya Ibn Sina sebagi filosuf dan ahli kedokteran. Dalam ilmu sosial muncul Ibn Khaldu>n yang meletakkan dasar-dasar ilmu sosial dan masih banyak lagi ilmuan Muslim yang lain. Kemunculan para ilmuan tersebut membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia (ilmu pengetahuan) dan kehidupan akhirat (agama).3 Namun pencapian besar umat Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan tersebut tejadi kemunduran, semangat keilmuan umat Islam mulai meredup, sementara Barat mengalami perkembangan yang mengcengangkan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemunduran umat Islam dalam bidang iptek disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya pandangan dikotomis terhadap keilmuan. Menurut al-Faruqi, faktor pemicu

1 Syarif Hidayat,”Integrasi Nilai Islam dalam Pembelajaran Sains di SD al-Muttaqin Tasikmalaya, (Bandung: Tesis-Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,2009)

2 pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Kedua, pasal 31, ayat 5 yang menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

3 Hal ini sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surah al-Qasha>s: 77 yang artinya “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. al-Qasha>s: 77).

Page 14: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

2

kemunculan dikotomi ilmu agama dan ilmu umum adalah masuknya pendidikan Barat yang sekuler ke dunia Islam.4

Dikotomi tersebut disinyalir sebagai penyebab utama dari krisis global seperti krisis energi sampai krisis moral. Seiring dengan berjalannya pembicaraan dan berbagai diskusi tentang gagasan, gerakan, perdebatan dan kompromi terkait persoalan-persoalan tersebut baik itu secara filosofi, legitimasi, politik, gagasan dan gerakan ini terus bergulir.5 Al-Qur’an memberi penegasan sebagai “pemberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS.17:19).6 Al-Qur’an sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum yang ada dalam al-Qur’an adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum adalah merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber obyek kajiannya.7 Dirkursus relasi agama dan ilmu umum (sains) ini, Ian G Barbour8 memberikan empat tipologi relasi agama dan sains yaitu konflik, independensi, dialog dan integrasi. Melalui pemetaan tersebut, peneliti akan memeriksa tipologi integrasi sebagai perspektif penelitian.

M. Quraish Shihab dengan mengutip pendapat Muthahhari yang mengatakan bahwa ilmu dapat mempercepat manusia dalam mencapai tujuan, sementara agama menentukan arah yang dituju. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungan, sedangkan agama menyesuaikan dengan jati dirinya, ilmu menjadi hiasan lahir, agama menjadi hiasan batin, ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan, agama memberikan harapan dan dorongan jiwa, ilmu menjawab pertanyaan yang diawali dengan kata bagaimana, sedangkan agama menjawab pertanyaan yang diawali dengan kata mengapa, ilmu dapat mengeruhkan pipi pemiliknya, sedangkan agama memberikan ketenangan bagi pemeluknya.9 Bahkan

4 Norlaila, “Pemikiran Pendidikan Islam Ismail Raji al-Faruqi,” al-Banjari Vol.7, No.1, (Januari 2008),34

5 Christopher A. Furlow, “The Islamization of Knowledge: Philosophy, Legitimation, and Politics,” Social Epistemology, Vol. 10, Nos. ¾, 1996, 259-271.

6 Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagian bagi manusi,baik secara pribadi maupun kelompok, dan kerena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut. Rasulullah saw, yang dalam hal ini bertindak sebagai penerimaan al-Qur’an, bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan manusia (QS.67:2). Menyucikan dapat diidentikan dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika. Lihat M.Quraish Shihab, Membumikan AL-Qur’an (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007). Cet.1, 268

7 Abuddin Nata, Pendidikan Islam Di Era Global: Pendidikan Multikultural, Pendidikan Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral dan Etika, Achmad Suthi Chotib (ed), (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), 454-455

8 Maimun Syamsuddin, Integrasi Multidimensi Agama & Sains: Analisis Sains Islam Al-Attas dan Mehdi Golshani (Jokjakarta: IRCiSoD,2012), h 35

9 M. Quraish Shihab,Wawasan al-Qur an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan,1998), 376.

Page 15: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

3

dalam banyak ayat-ayat al-Qur’an ditekankan agar manusia senantiasa memikirkan kejadian di alam untuk memperteguh keyakinan agamanya.10

Ajaran Islam yang secara ideologis dapat bersifat universal, ternyata pada tataran praktis justru diposisikan bersifat marginal dan dipandang kurang memberikan kontribusi yang signifikan pada pengembangan peradaban umat manusia. Sehingga, perlu adanya pemecahan masalah dalam mengatasi keterpisahan antara agama dan ilmu. Sudah waktunya agama tidak bisa mengklaim bahwa dirinya merupakan entitas tunggal yang mampu memberikan solusi terhadap berbagai kompleksitas kehidupan manusia. Begitu pula dengan ilmu, sudah saatnya ilmu tidak bisa berdiri sendiri dalam memberikan kemajuan peradaban manusia terutama dalam pendidikan di madrasah.

Jika melihat pendidikan khususnya di madrasah harus membawa peradaban baru, dapat mengintegrasikan agama dan sains guna untuk mempertahankan nilai-nilai agama atau ciri khas madrasah dan mampu menguasai ilmu-ilmu umum, dalam hal ini Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor yang mempunyai tanggung awab atas kemajuan masyarakat sehingga membawa angin baru dalam kehidupan masyarakat Muslim sekaligus dapat menghadapi tantangan terhadap berbagai upaya atau masalah, ini yang disebut oleh Azyumardi Azra sebagai revitalisasi Islam atau membangkitkan kembali Islam.11 Madrasah Mu’allimin ini dirintis untuk membentuk keseimbangan antara aspek agama dan ilmiah dalam diri murid untuk mewujudkan generasi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berkepribadian yang baik dan bermoral. Madrasah Aliyah Mu’allimin merupakan madrasah pertama di organisasi Nahdlatul Wathan yang mempunyai murid atau siswa dari berbagai desa maupun dearah. Madrasah ini berada di kota pelajar dan berdekatan dengan berbagai perguruan tinggi, baik perguruan tinggi agama dan umum. Madrasah Mu’allimin mempunyai beberapa program di antaranya program Takhassus dan Safari Ramadhan yang mana dua program ini yang membedakan dengan madrasah yang ada di Kabupaten Lombok Timur dan bisa dikatakan seluruh Madrasah di Pulau Lombok. Selain dari dua program tersebut ada lagi program-program yang lain seperti Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), English Club, Arabic Club dan lain-lain. Madrasah ini sering mendapat prestasi dalam bidang agama. Di samping itu madrasah ini pula tidak lupa terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di bidang teknologi dan sains (yaitu biologi, fisika, kimia, dan matematika). Dengan hal tersebut, madrasah ini sering mendapat prestasi baik tingkat kabupaten maupun propinsi. Berdasarkan hal tersebut Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan anak didiknya terutama dari segi kualitas, ilmu keagamaan maupun ilmu pengetahuan.

Madrasah Aliyah Mu’allimin tersebut, dalam hal integrasi keilmuan perlu mendapat perhatian yang khusus terutama berkenaan dengan pendidikan agama dan sains. Hal ini untuk membina iman dan taqwa peserta didik dengan penggalian

10 Lihat QS. Al-Anbiya’, 21: 30 11 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium

Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), 14-15

Page 16: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

4

berbagai teori ilmu pengetahuan tidak cenderung diarahkan untuk mencerdaskan anak didik semata. Akan tetapi diharapkan mampu memadukan agama dengan ilmu pengetahuan lainnya, sehingga dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan. Ketika sistem pendidikan mulai dikembangkan, maka manfaatnya akan kembali mengalir pada sistem pendidikan itu sendiri, menghasilkan efek berantai berupa pembangunan berkesinambungan dan terus-menerus sehingga hasilnya akan dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat.12 Dalam hal tersebut, sebuah bangsa akan menjadi bangsa yang unggul dan memiliki derajat di antara bangsa-bangsa yang lain di dunia tentu memikirkan instrumen yang akan mengantarkannya pada kemajuan yang lebih baik. Salah satu instrumen itu adalah memiliki moral dan karakter kebangsaan yang kokoh, untuk menggapai hal tersebut dengan pendidikan yang baik pada masyarakat.13

Pengembangan ilmu tergantung pada sistem pendidikan yang bersifat raksasa yang meliputi pendidikan informal, formal dan nonformal yang dapat memungkinkan penggalakan dan pemindahan pengetahuan dalam segala bentuk.14 Dalam wacana ini, Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor terus berusaha untuk mambentuk perpaduan pembelajaran antara agama dan sains. Di dunia akademik, diskursus integrasi agama dan ilmu menjadi obyek perbincangan, banyak para pemikir sekaligus akademisi yang membahas terhadap wacana integrasi ilmu. Sehingga, muncullah berbagai teori tentang integrasi ilmu dan agama seperti Islamisasi ilmu, Integralisasi Ilmu (Pengilmuan Islam), hingga Integrasi-Interkoneksi ilmu. Dengan demikian Komarudin Hidayat mengatakan agama dan ilmu pengetahuan merupakan puncak-puncak peradaban yang telah mengantarkan lahirnya global society.15

Jika melihat kembali kebijakan pada masa orde baru tentang pendidikan umum dan agama khususnya pendidikan di madrasah masih memisahkan pengurusannya. Sehingga pada tahun 1975 keluar surat kesepakatan bersama (SKB) oleh tiga menteri, yaitu Menteri pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama sendiri tentang “Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah” yaitu untuk mengintegrasi pendidikan umum dan agama. Madrasah mengalami

12 Emeritus Dr Verginia Hooker, “Pemahaman Baru Wajah Pendidikan Islam di Indonesia” dalam buku Asrori S. Karni, “ Etos Studi Kaum Santri:Wajah Baru Pendidikan Islam” (Bandung:PT Mizan Pustaka,2009), xxvi

13 Laode M. Kamaludin, Reorientasi (Strategi) Pendidikan Nasional Indonesia 2015-2020 (Semarang : Unisual Press, 2014), 12

14 Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam Dan Sains Sosial (Jakarta: Gaya Media Pratama,2002), cet.I, 88

15 Komaruddin Hidayat, Pendidikan dan Karakter Kebangsaan: Prospeks dan Proyeksi Pengembangan Model Baru Pendidikan Islam, dalam buku Paradigma Baru Pendidikan: Restropeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia. Editor Kusmana dan JM Muslimin (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project berkerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Dapertemen Agama RI, 2008), Cet I, 91

Page 17: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

5

perubahan yang signifikan terutama pada bagian kurikulumnya.16 Latar belakang munculnya kebijakan tersebut adalah kesadaran pemerintah dan umat Islam akan ketertinggalan madrasah dibandingkan sekolah umum.

Pada saat itu pesantren dan madrasah (sekolah Islam) identik dengan sekolah agama dan berjalan sendiri-sendiri, pemerintah memang sudah menggariskan muatan kurikulum akan tetapi masi umum dan penekananya pada pengajaran agama.17 Dalam hal ini, Richard D. Kimpston dan Karen B. Rogers mengatakan kurikulum yang baik atau bagus itu adalah kurikulum yang dapat mengidentifikasi tugas, langkah, peran, harapan, sumber, ruang dan waktu.18 Melihat kurikulum di Indonesia ini selalu berubah-ubah, bisa dikatakan ganti Menteri pendidikan dan kebudayaan ganti kurikulum pula sesuai dengan perkembangan zaman. Ini tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan Nygaard bahwa perubahan kurikulum dilakukan merupakan mengingat kemajuan teknologi dan ekonomi yang semakin berkembang. 19

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang berada di Indonesia harus berciri khas ke-Indonesia-an, kerena konsep pendidikan sesungguhnya pembudayaan (enculturation) yaitu suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu, harus sesuai dengan budaya masyarakat agar tidak menimbulkan berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat. Madrasah seperti yang diungkapkan oleh Husni Rahim, merupakan ide dan gagasan yang berasal dari masyarakat kemudian dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.20 Kehadiran pendidikan madrasah di Indonesia menjadi sangat penting dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam secara umum. Eksistensi peningkatan kualitas pendidikan Madrasah di Indonesia semakin kuat,

16 Keputusan tersebut memuat beberapa keputusa yang terdiri dari atas 7 bab. Di antaranya adalah Bab 1 yang memuat tentang ketentuan umum, yang menyebutkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar dengan diberikan bobot alokasi waktu 30% di samping pelajaran umum dengan bobot waktu 70%, madrasah juga meliputi tiga tingkatan sesuai dengan sekolah : MI setara SD, MTs setara SMP, dan MA setara SMA. Sedangkan dalam Bab 3 dijelaskan tentang bidang-bidang peningkatan pendidikan, disebutkan peningkatan mutu pendidikan pada madrasah meliputi bidang kurikulum, alat-alat pendidikian, buku-buku pelajaran, dan sarana pendidikan pada umunya serta dalam bidang pendidik(guru). Lihat kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikin Pondok Pesantren,(Jakarta:Cemara Indah, 1978), 198-203.

17 Mukti Ali, Menuntaskan Integrasi Sistem Pendidikan, hasil wawancara yang dimuat dalam Jurnal Madrasah, Vo.1. No.3 (1997), 36

18 Richard D. Kimpston and Karen B. Rogers “A Framework for Curriculum Research” Curriculum Inquiry,Vol. 16, No. 4 (Winter, 1986), Taylor & Francis, Ltd. http://www.jstor.org/stable/1179432, (Accessed: 19-01-2017 02:55 )

19 Lihat Claus Nygaard, Thomas Hojlt and Mads Hermansen, “Learning-Based Curriculum Development”, Higher Education,Vol. 55, No. 1 (Jan., 2008), Springer. http://www.jstor.org/stable/29735162 (Accessed: 19-01-2017 02:59)

20 Hal ini disebabkan oleh spirit religius masyarakat untuk mendapatkan pendidikan terutama untuk anak-anaknya agar bermanfaat pada masa mendatang. Lihat Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,2005),33

Page 18: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

6

dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan Undang-undang tersebut, pendidkan di Indonesia dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu. Semesta dalam arti terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah negara. Menyeluruh berarti yang mencakup semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Sedangkan terpadu berarti adanya keterkaitan pendidikan nasional dengan seluruh usaha perkembangan nasional.21

Perkembangan madrasah semakin pesat setelah keluarnya undang-undang tersebut. Hal ini membuat masyarakat dan pemerintah dengan tujuan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan Islami. Selanjutnya berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan madrasah tercantum dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia No. 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan madrasah yang mengatur kebijakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan madrasah. Berkaitan hal tersebut, madrasah mempunyai dua wajah yang berbeda, pertama dilihat dari struktur dan ke dua dari segi operasional. Madrasah dilihat dari kacamata struktural, maka madrasah berbeda dalam instansi vertikal (Kementerian Agama), tetapi secara fakta atau secara operasional madrasah masuk pada wilayah pemerintah daerah (Kabupaten atau Kota). Kedua bentuk madrasah ini, disebabkan karena madrasah apabila dalam mempertanggungjawabkan pendidikannya langsung pada instansi vertikal (Kementerian Agama), maka penyelenggaraan pendidikanya harus merujuk pada peraturan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004. Namun uniknya madrasah tetap berkembang walaupun dalam hukum Negara madrasah berada dalam dualisme peraturan.

Kaitan dengan hal tersebut, perkembangan madrasah di wilayah pulau Lombok sangat pesat, ini menandakan tidak terjadi pengaruh sistem yang masih bersifat dualisme. Perkembangan madrasah di pulau Lombok dilatarbelakangi dengan adanya peran modal masyarakat, kemudian menjadi spirit perjuangan untuk membangun dan mengembangkan madrasah sebagai tempat penyelenggaraan Pendidikan Islam. Peran modal itulah yang dapat mengejawantahkan pembangunan tersebut.22 Sebagai lembaga pendidikan masyarakat, madrasah adalah swasta yang tidak punya pilihan lain harus memenuhi kebutuhan masyarakat, jika tidak madrasah akan ditinggalkan masyarakat. Dalam teori sosiologi, sesuatu itu akan tetap bertahan

21 Lihat tesis Maslakhatul Ammah, Evaluasi Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN Tambakberas Jombang, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (2008), 3

22 Menurut Khirjan Nahdi, modal yang dimaksud adalah dua unsur yang dimiliki oleh masyarakat Lombok kemudian melekat pada sistem sosial masyarakat, yang kemudian menjadi spirit perjuangan mereka. Dua unsur tersebut adalah modal spiritual dan modal sosiokultural. Dalam konteks ini berkaitan dengan Ubudiyah dan Mu’amalah yang diimplementasikan dalam bentuk pendidikan madrasah sebagai bentuk tindakan modal tersebut. Lihat Khirjan Nahdi, Nahdlatul Wathan dan Peran Modal: Studi Etnografi-Historis Modal Spiritual dan Sosiokultural (Yogyakarta: Penerbit Insyira,2012), 107

Page 19: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

7

sepanjang sesuatu itu memang dibutuhkan oleh masyarakatnya.23 Oleh sebab itu, madrasah diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik guna menjalankan peranan yang menuntut penguasaan dan pengamalan ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi dan dapat menerapakan nilai-nilai ajaran agama Islam lebih-lebih dalam konteks ini Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor. Kini masyarakat menaruh harapan atas madrasah bisa menjawab tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, madrasah pula diharapakan mampu memberikan peserta didik dengan pendidikan agama, atau bisa dikatakan lulusan madrasah mampu memiliki wawasan ilmu agama dan sains yang mendalam.24

Imam Suprayogo mengatakan madrasah harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, mereka (masyarakat) menginginkan agar putra-putrinya menjadi orang pintar sekaligus baik yaitu mendapatkan pendidikan umum dan agama sekaligus.25 Tuntutan dan harapan yang demikian itu harus direspon secara cepat dan tepat oleh madrasah dan tampaknya harus terus berusaha keras dan semaksimal mungkin untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Pengembangan pendidikan madrasah, diimplementasikan dalam proses pengembangan pembelajaran keagamaan yang bertujuan sebagai karateristik khusus madrasah. Abuddin Nata mengatakan pendidikan yang baik, unggul, bermutu, dan berkepribadian akan menghasilkan masyarakat yang baik, unggul, bermutu, berkepribadian pula.26

Madrasah dari sudut eksistensinya sebagai lembaga pendidikan formal yang bersifat profesional dan modern membutuhkan basis material atau ekonomi yang memadai. Dengan pengelolaan dana yang efektif, suatu madrasah akan cepat berkembang dan terarah dengan prinsip, yang menjadi pegangan dalam pengeloaan dana pendidikan dalam Islam.27 Ini senada dengan apa yang diungkapkan Nanang

23 Imam Suprayogo, Quo Vadis Madrasah: Gagasan, Aksi & Solusi Pembangunan Madrasah (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2007), Cet.I,10

24 Nanang Fattah menegaskan bahwa, semangkin tingginya kehidupan sosial masyarakat dengan sejalanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin menigkatkan tuntutan kehidupan sosial masyarakat. Oleh kerena itu, pada akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pendidikan yang secara operasional berada pada madrasah atau sekolah-sekolah. Lihat Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) dan Dewan Sekolah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004) Cet. ke.I, 3.

25 Imam Suprayogo, Quo Vadis Madrasah: Gagasan, Aksi & Solusi Pembangunan Madrasah (Yogyakarta: Hikayat Publishing,2007), Cet.I, 9

26 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2013), 130

27 Pertama, perinsip keikhlasan. Perinsip ini antara lain terlihat pada dana yang berasal dari wakaf. Kedua, prinsip tanggung jawab kepada Tuhan. Prinsip ini antara lain pada dana berasal dari para wali murid, mereka mengeluarkan dana atas dasar kewajiban mendidik anak yang diperintahkan oleh Tuhan, dengan cara membiayai pendidikan anak. Ketiga, prinsip suka rela. Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang berasal dari bantuan hibah perorangan yang tergolong mampu dan menyukai kemajuan Islam. Keempat, prinsip halal. Prinsip ini terlihat pada seluruh dana yang digunakan untuk pendidikan yang berasal dari dana yang halal dan sah menurut hukum Islam. Kelima,prinsip kecukupan. Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berasal dari kas negara.

Page 20: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

8

Fattah bahwa biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan sekolah atau madrasah.28 Ekonom dari berbagai aliran pemikiran menganggap pendidikan sebagai modal manusia yang sangat penting dalam inisiasi, percepatan, dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Teori pertumbuhan dan literatur empiris menyadari pentingnya akumulasi atau formulasi modal manusia untuk pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang.29 Masalah ini harus diperhatikan oleh setiap madrasah untuk membangun peradaban baru, menjaga kualitas pendidikan lebih-lebih di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor yang bertujuan dalam mengintegritaskan agama dan sains.

Pendidikan yang ada di madrasah harus terus berusaha untuk membantu memanusiakan manusia.30 Manusia tidak akan berkembang dan mengembangkan kebudayaannya secara sempurna bila tidak ada pendidikan. Pendidikan merupakan proses manusiawi antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan etis mengembangkan kepribadian peserta didik seutuhnya.31 Ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan terutama dalam hal mempelajari ilmu agama dan ilmu umum secara bersama, sebagaimana yang dilakukan oleh para cendekiawan Muslim terdahulu. Mereka menguasai berbagai macam disiplin ilmu, Ibn Sina misalnya sebagai seorang filosof dan ahli kedokteran.

Dalam bahasa al-Qur’an, pendidikan menghendaki terwujudnya keseimbangan antara kebahagian dunia dan akhirat.32 Pendidikan yang diberikan Allah kepada

Keenam, prinsip berkelanjutan. Prinsip ini terlihat pada dana yang berasal dari wakaf yang menegaskan bahwa, sumber (pokok) dana tersebut tidak boleh hilang atau dialihkan kepada orang lain. Ketujuh, prinsip keseimbangan dan profesiaonal. Prinsip ini terlihat dari pengalokasian dana untuk seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan, seperti untuk membangun infratruktur, sarana prasarana peralatan belajar, dan lain-lain. Lihat. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), 229

28 Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), 25

29 Samia Satti Osman Mohamed Nour, “National, Regional and Global Perspectives of Higher Education and Science Policies in the Arab Region” Springer. Minerva,Vol. 49, No. 4 (December 2011), pp. 387-423. diakses: 26-05-2017, jam 09:22 wita.

30 Dalam perspektif filosofis, manusia akan menjadi manusia yang sebenarnya jika mereka diberikan pendidikan atau dengan kata lain, manusia tidak menjadi manusia disebabkan tidak mendapatkan pendidikan. Pendidikan tidak akan punya arti bila manusia tidak ada di dalamnya, hal ini disebabkan karena manusia merupakan subjek dan objek pendidikan. Lihat Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Rosdakarya, 2006), cet.ke 1,33.

31 H.A.R. Tilaar, Koleidoskop Pendidikan Nasional (Jakarta:Kompas, 2012), bagian cover.

32 Q.S. Al-Qashash ayat 77: “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan)duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu...” Lihat Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Depag RI, 1989), 623. Kalau kita melihat secara implisit, ayat ini menekankan pada proses pendidikan yang menitikberatkan pada dua persoalan yang sangat penting secara seimbang, yakni

Page 21: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

9

manusia terbagi dua, yaitu Pertama pendidikan fisik yang dilakukan dengan mengembangkan jasmani sehingga mencapai keadaan yang kukuh, dan mengembangkan kekuatan jiwa dan akal. Kedua pendidikan keagamaan dan budi pekerti yang dilakukan dengan cara menyampaikan ajaran agama kepada setiap orang sehingga sempurna akal dan bersih jiwa, tidak boleh kepada siapapun menyuruh manusia untuk menyembah selain Allah, tidak menghalalkan sesuatu yang haram, dan tidak pula mengharamkan yang halal kecuali atas izin-Nya.33 Dengan demikian pendidikan itu adalah kebajikan sebagai instrumen untuk memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara, sebagaimana proposisi yang melayani dasar teori pendidikan Plato "Kebajikan adalah ilmu Pengetahuan."34

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan berbagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.35 Dari pendapat Omar tersebut dapat di tarik beberapa pengatahuan bahwa tujaun pendidikan itu terarah pada tujuan individu yang berkaitan dengan individu-individu. Tujuan-tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan tingkah laku masyarakat umumnya. Dan tujuan profesioanal yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai suatu aktivitas di antara akativitas-aktivitas masyarakat. Dan tujuan pendidikan yang dijelaskan Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani itu juga sejalan dengan yang dikatakan Azyumardi Azra bahwa pendidikan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujan hidup secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari pada sekedar pengajaran. Pengajaran dapat dikatakan sebagai sebuah transfer ilmu, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.36

Semua pendidikan yang ada di madrasah, khususnya MA Mu’allimin NW Pancor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Islami.37 Daya saing antara madrasah dengan madrasah yang lain, suatu bangsa

pembinaan, pelatihan dalam aspek jasmani dan pembinaan serta pembangunan aspek rohani. Bagi Islam, dua aspek ini sangat penting ditumbuh kembangkan agar manusia mencapai kesejahtraan material dan non material. Tidak boleh mengedepankan dari salah satunya saja tapi harus berusaha menumbuh kembangkan keduanya secara seimbang.

33 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Prenadamedia Group, 2010 ), 9 34 Zaheer Masood Quraishi and Zaheed Masood Quirashi, Plato's Theory of

Education, Indian Political Science Association: The Indian Journal of Political Science,Vol. 18, No. 1 (January-March,1957). http://www.jstor.org/stable/42743379 Accessed: 12-01-2017 07:06.

35 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2011), cet.1, 16.

36 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, h 3-4

37 Dalam tataran aksiologis, pendidikan merupakan saran penting untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk menjamin kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa. Minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat

Page 22: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

10

dengan bangsa yang lain dalam sumber daya manusia merupakan hal yang tidak dapat dihindari, khususnya untuk meningkatkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Dengan mempunyai SDM yang berkualitas maka Indonesia akan memiliki daya saing untuk melakukan kompetisi dengan bangsa lain, dengan jalan salah satu melalui peningkatan mutu pendidikan nasional dari waktu ke waktu. Ini sejalan dengan yang dikatakan Anies Baswedan jika bersaing dengan negara asing, maka majukan sumber daya manusia.38

Proses Pendidikan harus mampu menghubungkan kapasitas individual ke dalam kehidupan kolektif sebagai warga komunitas, bangsa, dan dunia demi memelihara tertib kosmos dan harmoni di dunia. Pemahaman seperti itu, menurut Ki Hajar Dewantara, yang tertuang dalam semboyan “mangaju-aju salira, mangaju-aju bangsa, mangaju-aju manungsa” (membahagiakan diri, membahagiakan bangsa, membahagiakan kemanusiaan).39 Ini sejalan dengan dijelaskan dalam surah al-‘Alaq ayat 1-540 bahwa dengan proses pendidikan agar manusia mampu melihat dan membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Surah al-‘Alaq memerintahkan untuk membaca apa yang tertulis dan yang terhampar di alam raya untuk penekanan tentang pentingnya belajar dan meneliti karena Allah SWT.41 Ilmu-ilmu agama sebagaimana dikatakan Daud perlu dipelajari dengan tekun hingga mencapai tahap tinggi karena ilmu tersebut memberikan pemahaman tentang ayat-ayat Allah SWT. Sedangkan pemahaman tentang ilmu-ilmu alam semesta dan sejarah akan memberikan pemahaman tentang ayat -ayat-Nya.42

Dalam pandangan epistimologi al-Qur’an dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut berbeda dengan yang ada dan dikembangkan di barat. Jika di barat pengembangan ilmu hanya menggunakan pancaindra, akal, dan hati saja, maka dalam Islam untuk mencapai ilmu tersebut dengan menggunakan semua alat yang disertai dengan penyucian batin. Informasi tersebut jelas memperlihatkan bahwa dalam epistemologi ilmu harus pula mengintegrasikan kesucian batin, keluhuran

dipengaruhi oleh perkembangaan pendidikan didunia, termasuk di Indonesia saat ini. Lihat A. Ubaidillah, 2002:http://www.smu-net.com/main.php?mode=17act=pb&xkd=14

38 Anies Baswedan, “Mengembangkan Kota Jakarta Sebagai Pusat Peradaban Baru” Seminar Nasional, Jakarta Selatan. Sabtu, 21 Januari 2017

39 Semboyan itu dapat dilukiskan dalam asas” “tri-kon (kontinu, konvergen, dan konsentris): perkembangan itu harus berlaku ‘kontinu’ dengan alamnya sendiri, ‘konvergen’ dengan alam diluarnya, untuk menuju kearah persatuan ‘konsentris’ yang universal, yaitu bersatu dengan alam besar, tetapi memiliki kepribadian sendiri. Luhat Tim PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Pendidikan Untuk Transformasi Bangsa (Jakarta:PT Kompas Media Nusantara, 2014), 49-50

40 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah . Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”(QS. al-‘Alaq:1-5)

41 M. Quraish Shihab, Al-Qur’an & Maknanya (Tangerang:Lentera Hati,2013), 55 42 Wan Mohd Nor Wan Daud, “Iklim Kehidupan Intelektual di Andalusia, Satu

Cerminan Islamisasi Dua Dimensi”, Islamia, Vol. III. No. 4.( 2008), 82.

Page 23: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

11

budi, dan kemulian akhlak.43 Sehubungan dengan permasalahan dan uraian singkat tentang Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor sebagai objek penelitian, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul “Integrasi Agama dan Sains di Madrasah (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor).”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan dalam integrasi agama dan sains di MA Mu’allimin NW Pancor adalah sebagai berikut : Pertama, masalah konsep integrasi keilmuan pendidikan di madrasah. Kedua, masalah respon madrasah terhadap munculnya dikotomi keilmuan. Ketiga, masalah implementasi integrasi agama dan sains (yakni mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika) pada pembelajaran di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor. Keempat, masalah problematika apa saja yang muncul dari implementasi integrasi agama dan sains pada pembelajaran di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor. Kelima, pola pengembangan integrasi antara nilai-nilai agama dan umum yang diterapkan di madrasah aliyah Mu’allimin NW Pancor. Keenam, masalah cara mengatasi prolematika dalam pengintegrasian agama dan sains di Madrasah.

2. Rumusan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah di atas, maka berbicara tentang integrasi agama dan sains dapat dirumuskan suatu rumusan masalah dengan pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimana pengintegrasian agama dan sains di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor ?” selanjutnya konsep tersebut akan dikonstruk dalam pertanyaan minor seperti:

a. Bagaimana konsep integrasi agama dalam pembelajaran sains di MA Mu’allimin NW Pancor ?

b. Bagaimana bentuk integrasi agama dalam pembelajaran sains di MA Mu’allimin NW Pancor ?

3. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dan pertimbangan berbagai hal yang dimiliki peneliti agar penelitian ini lebih spesifik, terarah dan mendalam, maka permasalahan dalam tesis ini dibatasi pada permasalahan yang berkenaan dengan pembelajaran yang mengarah pada pengintegrasian agama ke dalam pembelajaran sains (fisika, biologi, kimia, dan matematika) dan seperti apa bentuk pengintegrasian tersebut di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor dari tahun 2015-2017. Hal ini dianggap penting karena sejauh pengetahuan peneliti belum ada

43 Abuddin Nata, Pendidikan Islam Di Era Global: Pendidikan Multikultural, Pendidikan Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral dan Etika, Achmad Suthi Chotib (ed), 463-464

Page 24: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

12

penelitian terkait konsep dan bentuk implementasi integrasi ilmu agama dalam pembelajaran sains khususnya pada mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk menganalisis pengintegrasian agama dan sains (fisika, biologi, kimia, dan matematika) di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor. Adapun tujuan lainnya yaitu:

1. Untuk menganalisis konsep integrasi agama dalam pembelajaran sains di MA Mu’allimin NW Pancor

2. Untuk menganalisis bentuk integrasi agama dalam pembelajaran sains di MA Mu’allimin NW Pancor

D. Manfa’at Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya tentang perpaduan antara agama dan sains di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor.

2. Bagi peneliti di bidang pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong melakukan penelitian yang lebih mendalam, sehingga dapat memberi dan memperoleh informasi yang lebih dalam dan luas mengenai sistem pendidikan di madrasah aliyah khususnya di Kabupaten Lombok Timur terutama untuk yayasan Pondok Pesantren Darul Nahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor sebagai ilmu pengetahuan dalam perbaikan kualitas pendidikan pada umumnya.

3. Bagi madrasah-madrasah yang ada di Lombok khususnya di Kabupaten Lombok Timur, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan dan masukkan dalam rangka pengambilan kebijakan untuk memperbaiki kualitas penyelenggaran pembelajaran pendidikan di madrasah.

4. Bagi madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor, hasil penelitian ini diharapakan dapat dipergunakan sebagai pengetahuan dan masukkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam integrasi agama dan sains. Dan sebagai bahan perbandingan dalam menetapkan kebijakan untuk pengembangan madrasah agar tetap eksis di tengah masyarakat dengan tidak meninggalkan ciri khas secara penuh.

5. Bagi masyarakat umum, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi sebagai suatu pertimbangan dalam memilih madrasah untuk menyekolahkan anak di lembaga yang berkualitas dan mempunyai karakter.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sebelum

melakukan penelitian adalah melakukan tinjauan kritis atas penelitian-penelitian terdahulu guna membandingkan kekurangan dan kelebihan antara penelitian-

Page 25: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

13

penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukannya, dan menggali informasi atas tema yang diteliti dari penelitian sebelumnya guna untuk memeberikan informasi kepada orang lain. Hal ini yang dimaksud di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Pertama, Integrasi Paradigma Sains dan Agama dalam Pembelajaran Aqidah (Ketuhanan): (Telaah Teoritis dari Perspektif Kurikulum Integratif). Tulisan ini ditulis oleh karwadi.44 Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ada lima argumen rasional filosofis yang digunakan dari kalangan saintis dalam mencari dan menemukan Tuhan, yaitu Pertama, argumen yang diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Dari argumen yang pertama ini dibuktikan bahwa Tuhan itu ada. Pada kelimaksnya dari sifat alam yang selalu bergerak itu, saintis mengatakan pasti ada yang menggerakkan alam sebagai penggerak pertama yaitu Tuhan. Kedua, argumen kedua yang disebutkan secara ringkas bahwa di dalam dunia inderawi manusia terdapat atau disaksikan adanya sebab yang mencukupi. Yaitu terdapatnya sebab yang pertama (Prima Causa) adalah Tuhan. Ketiga, argumen yang ketiga ini adanya kemungkinan dan keharusan (possibility dan necessity). Dari alam ini dapat disaksikan segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini bersifat mungkin. Keempat, argumen yang keempat ini yang didasarkan pada tingkatan yang ada di alam. Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan. Kelima, argumen yang didasarkan pada keteraturan alam. Manusia dapat menyaksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju tujuan tertentu, dan pada umumnya berhasil mencapai tujuan tersebut.

Sementara itu, dalam perspektif agama (Islam) Tuhan diketahui dan ditemukan berdasarkan informasi wahyu. Secara umum, eksistensi Tuhan sebagai Dzat Yang Ghaib, immateri, transenden dan seterusnya diakui secara bulat oleh kalangan penganut Islam. Karena keghaiban inilah, sebagian besar umat Islam memandang bahwa persoalan eksistensi Tuhan bukan wilayah akal untuk menjelaskannya, melainkan wilayah keyakinan yang didasarkan kepada wahyu. Namun demikian, sesuai dengan keberadaan Islam sebagai agama yang menghargai akal dan ilmu pengetahuan, wahyu juga memerintahkan manusia untuk menggunakan akal pikiran dan belajar dari alam agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang Tuhan dan keimanan kepada-Nya. Hal ini menunjukkan keselarasan antara agama dan sains, yang mana mempunyai tujuan akhir yang sama untuk mencapai Tuhan.

Jika dilihat penelitian tersebut lebih fokus pada aspek mencari titik temu antara agama dan sains dalam paradigma berfikir dalam proses mencari pengetahuan tentang Tuhan, yang mana antara agama dan sains memiliki metode dan strategi yang berbeda. Namun, pada realitasnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencari Tuhan. Dengan demikian dari keselarasan tersebut memungkinkan diimplementasikan dalam pembelajaran aqidah. Dari penelitian tersebut, masih ada

44 Karwadi, Integrasi paradigma Sains dan Agama dalam Pembelajaran Aqidah (ketuhanan): Telaah Teoritis dari Perspektif Kurikulum Integratif. Jurnal Penelitian Agama, Vol XVII, No. 3 (September – Desember 2008), 516-536.

Page 26: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

14

hal-hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut secara deskriptif dan analisis. Terutama terkait contoh implementasi penerapan pada realitas dari paradigma sains dan agama dalam menjelaskan masalah aqidah pada pembelajaran. Sehingga dalam abstrak masih ada yang susah difahami dan kurang sistematis jika seorang pendidik berkeinginan untuk mempraktikkan dalam pembelajaran.

Adapun perbedaan dari penelitian yang ditulis oleh Karwadi ini adalah berbeda dalam metode analisis. Penelitian Karwadi ini lebih fokus pada tataran teoritis, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini tidak hanya pada teori saja melainkan juga pada tataran emperis di lapangan. Dalam bentuk lembaga pendidikan madrasah yaitu di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor dan kekhususan dalam bagaimana madrasah tersebut melakukan pengintegrasikan agama dan sains baik itu pada mata pelajaran biologi, fisika, kimia dan matematika.

Kedua, Science and religion: implications for science educators, yang ditulis oleh Michael J. Reiss.45 Tulisan ini menjelaskan tentang perspektif religius tentang membentuk kehidupan dan bagaimana perspektif tersebut dipelajari dalam sains. Bagi beberapa siswa, perspektif religius dapat menghambat pembelajaran sains. Tulisan ini mengutip pendapat Staver yang mencatat bahwa pemikiran Barat secara tradisional mendalilkan eksistensi dan pemahaman dunia yang eksternal dan independen terhadap kesadaran manusia. Hal ini telah menghasilkan konsep kebenaran, kebenaran sebagai korespondensi, di mana pengetahuan kita sesuai dengan fakta di dunia luar ini. Staver menolak konsepsi semacam itu, lebih menyukai konsep kebenaran sebagai koherensi di mana hubungan pengetahuan independen mengklaim diri mereka sendiri dan bukan mengklaim pengetahuan dan kenyataan. Staver kemudian mengusulkan konstruktivisme sebagai kendaraan yang berpotensi mampu mengatasi ketegangan antara agama dan sains.

Staver memulai dengan mencatat bahwa sementara teologi (yang saya ambil untuk menjadi studi akademis tentang agama) mungkin memiliki hubungan sepupu dengan sains, karena mereka sama-sama mencari kebenaran, meskipun dimensi realitas yang menjadi fokus mereka berbeda, sains dan agama telah dipahami dengan berbagai cara, tipologi konflik, kontras, kontak. Kemudian Staver sampai ke inti argumennya, yaitu bahwa konsepsi kebenaran Barat dan pengetahuan adalah akar tapal dari perselisihan antara sains dan agama. Penulis juga membahas tentang keyakinan religius dan komitmen terhadap sains, ada banyak argumen Staver yang menarik. Ini mengusulkan sebuah cara untuk memahami hubungan antara sains dan agama yang menghormati kedua tradisi tersebut dan didasarkan pada teori pengetahuan. Lebih jauh lagi, argumennya memiliki implikasi besar yang Staver maksudkan dalam pemikiran terakhirnya.'' Akankah resolusi yang diajukan di sini mendapatkan daya tarik di komunitas ilmiah dan di kalangan masyarakat luas? '' ini menunjukkan bahwa argumen tersebut berpotensi menghasilkan satu kebenaran.

45 Michael J. Reiss, Science and religion: implications for science educators. Institute of Education, University of London, London, UK. Springer Science+Business Media B.V. 2009, 91-101

Page 27: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

15

Jika dilihat tulisan ini lebih fokus bagaimana perspektif religius tentang membentuk kehidupan dan bagaimana perspektif tersebut dipelajari dalam sains. Penulis menjelaskan perspektif religius dapat menghambat pembelajaran sains dan penulis mengutip pendapat Staver yang mencatat bahwa pemikiran Barat secara tradisional mendalilkan eksistensi dan pemahaman dunia yang eksternal dan independen terhadap kesadaran manusia.

Adapun perbedaan penilitian ini dengan yang ditulis oleh Michael J. Reiss adalah dari segi pembahasan yang ingin dikaji. Michael J. Reiss lebih terfokus pada tataran teoritis yang kemudian mengutip argumen Stever dan tidak pada tataran emperis di lapangan. Sedangkan penelitian ini tidak hanya pada teori saja melainkan dalam bentuk lembaga pendidikan di madrasah yaitu di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor dan bagaimana implementasi integrasi antara sains dan agama.

Ketiga, Science teachers’ interpretations of Islamic culture related to science education versus the Islamic epistemology and ontology of science, yang ditulis oleh Nasser Mansour.46 Tulisan ini menjelaskan tentang perdebatan tentang Islam dan sains meluas keperdebatan tentang hubungan antara Islam dan pendidikan sains. Dalam tulisan ini, penulis mengeksplorasi pandangan guru Mesir tentang hubungan antara sains dan agama dalam konteks Islam. Visi utama guru tentang hubungan antara sains dan agama adalah bahwa agama muncul lebih dulu dan sains datang berikutnya. Penulis berpendapat bahwa kepercayaan religius guru adalah salah satu konstruksi utama yang mendorong cara berpikir dan interpretasi guru terhadap isu-isu ilmiah yang berkaitan dengan agama. Kemudian, penulis membahas bagaimana keyakinan religius guru telah terbentuk dan mempengaruhi kepercayaan pedagogis mereka terkait dengan masalah sains dan agama. Akhirnya, penulis berargumentasi, bagaimana kita menggunakan model kepercayaan religius pribadi sebagai kerangka pengajaran/pembelajaran isu-isu ilmiah yang berkaitan dengan agama dalam konteks sosio-kultural (Islam).

Guru memandang sains dan agama memiliki hubungan independen, memandang keduanya sebagai dua disiplin ilmu yang independen. Masing-masing mengajukan jenis pertanyaan yang khas, menggunakan metode khas, dan melayani fungsi khas dalam kehidupan manusia. Misalnya, Guru D berkomentar, ''Saya tidak memiliki cukup pengetahuan tentang hubungan semacam itu; Namun, bagi saya sains dan agama ada dua wajah dari satu mata uang, karena keduanya memberi kami informasi yang berbeda. Ilmu pengetahuan memberi kita rincian ilmiah dan agama memberi kita nilai, moral dan kepercayaan etis.'' Guru C setuju dengan guru D tentang pemisahan antara sains dan agama sambil mempertahankan gagasan supremasi agama.

Tulisan yang ditulis Nasser Mansour lebih fokus pada perdebatan tentang Islam dan sains meluas keperdebatan tentang hubungan antara Islam dan pendidikan sains.

46 Nasser Mansour, Science teachers’ interpretations of Islamic culture related to science education versus the Islamic epistemology and ontology of science. Graduate School of Education, St. Luke’s Campus, University of Exeter, Exeter, UK. Springer Science+Business Media B.V. 2009, 127-140

Page 28: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

16

Sehingga penulis berargumentasi, bagaimana kita menggunakan model kepercayaan religius pribadi sebagai kerangka pengajaran atau pembelajaran isu-isu ilmiah yang berkaitan dengan agama dalam konteks sosio-kultural (Islam). Dan penulis mengatakan bahwa Guru memandang sains dan agama memiliki hubungan independen, memandang keduanya sebagai dua disiplin ilmu yang independen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dari segi sudut pandang analisis, tulisan Nasser Mansour memandang dari persfektif sosio-kultural sedangkan penelitian ini memandang dari integrasi-interkoneksi keilmuan dan penelitian ini mengkaji dari teoritis dan implementasinya dalam realitas di lapangan.

Keempat, Integrasi Agama dalam Pembelajaran Sains (Studi Kasus di MAN 4 Model Jakarta), yang ditulis oleh Ruslan.47 Adapun hasil dan analisis dari penelitian tersebut adalah bahwa integrasi agama dalam pelajaran sains di MAN 4 Model Jakarta baru sebatas melakukan ayatisasi terhadap materi -materi pembelajaran. Tesis ini menolak pendapat Parvez Hoodbhoy yang mengatakan bahwa upaya untuk mengislamkan ilmu akan mengalami kegagalan. Oleh karenanya ilmu pengetahuan itu harus bebas dari nilai dan bersifat universal. Pemaparan dalam tesis tersebut sudah baik dalam mendeskripsikan masalah integrasi di MAN 4 Model Jakarta yang mana dalam proses integrasi masih pada tahap ayatisasi terhadap materi -materi biologi dalam proses pembelajaran. Ada hal yang semestinya tidak boleh dilupakan oleh penulis tesis tersebut, ketika dalam mendeskripsikan implementasi pembelajaran yaitu mendeskripsikan juga proses evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengukur pemahaman, sikap dan keterampilan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Sejauh pengamatan baru ditampilkan pada proses perencanaan dan proses pembelajaran di kelas saja.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan yang ditulis oleh Ruslan adalah pada metode analisis yang digunakan. Tesis tersebut hanya mengambarkan upaya guru sains dalam internalisasi nilai keislaman pada pembelajaran sains. Proses ayatisasi materi sains dalam pemaparan data tersebut terlihat jelas. Dan sangat berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti lebih fokus pada Integrasi agama dan sains di madrasah, bagaimana implementasinya di lapangan. Bagaimana agama dihubungkan dengan sains (biologi, fisika, kimia, dan matematika) dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran bukan hanya teori melainkan juga dengan penelitian dan pengamatan lansung di lapangan sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang perpaduan antara sains dan agama.

Kelima, Religion and Science for a Sustainnable Environment, yang ditulis oleh Mary-Noelle Ethel Ezeh.48 Tulisan ini menjelaskan tentang bagaimana mengeksplorasi akar ideologis krisis ekologis dalam agama dan sains, dan melakukan interaksi positif yang lebih besar antara kedua disiplin ilmu pengetahuan

47 Ruslan. Integrasi Agama dalam Pembelajaran Sains (Studi Kasus di MAN 4 Model Jakarta). (Tesis-Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 157.

48 Mary-Noelle Ethel Ezeh, “Religion and Science for a Sustainnable Environment”,Anambra State University, Nigeria. International Journal of Arts & Sciences, 2015, 125-131

Page 29: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

17

manusia untuk lingkungan yang berkelanjutan. Pertama, tulisan ini mengekspos asumsi ideologis tertentu dalam sains dan agama yang telah berkontribusi pada pengembangan sikap negatif manusia terhadap alam. Ini menegaskan bahwa sikap negatif semacam itu telah memicu praktik manipulasi dan manipulasi manusia yang menjadi akar krisis lingkungan. tulisan ini kemudian meneliti tren baru dalam sains kontemporer dan agama Kristen yang mulai menyadari bahwa mereka harus banyak belajar dan berkontribusi satu sama lain dalam perumusan pemahaman dunia yang luas. Selanjutnya, pelajaran dari narasi penciptaan sains kontemporer dan advokasi Kristen untuk menghormati penciptaan lingkungan yang berkelanjutan dimasukkan ke dalam perspektif. Tulisan ini diakhiri dengan mendorong dialog antara sains dan agama yang lebih bermakna dalam menempa lingkungan yang berkelanjutan.

Jika diperhatikan tulisan ini lebih cendrung fokus pada bagaimana akar ideologis krisis ekologis untuk mengeksplorasikan ke dalam agama (Kristen) dan sains dan mangajukan interaksi positif yang lebih besar antara kedua disiplin ilmu pengetahuan manusia untuk lingkungan yang berkelanjutan. Sain kontemporer dan agama Kristen harus banyak belajar dan melakukan kontribusi satu sama lain dalam perumusan pemahaman terhadap dunia yang meluas. Sains kontemporer dan advokasi Kristen melakukan narasi terhadap lingkungan yang berkelanjutan kemudian dijadikan sebagai perspektif dalam memahami lingkungan. Dan tulisan ini juga mendorong sains dan agama dalam memberikan makna untuk menempa lingkungan yang berkelanjutan.

Perbedaan tulisan ini dengan penelitian akan dilakukan peneliti, terutama dari segi metode analisis, dan objek penelitian. Mary-Noelle Ethel Ezeh melakukan penelitian di lingkungan. Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus kepada kajian teoritis dan emperis di lapangan (madrasah) bagaimana suatu madrasah dapat mengintegrasikan agama dan sains, dan penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor.

Keenam, Science, religion, and the quest for knowledge and truth: an Islamic perspective, yang ditulis oleh Nidhal Guessoum.49 Tulisan ini terdiri dari dua bagian, yang pertama adalah untuk sebagian besar komentar tentang "Skeptisisme" John R. Staver, kebenaran sebagai koherensi, dan epistemologi konstruktivis: Dasar untuk menyelesaikan perselisihan antara sains dan agama. Bagian kedua adalah gambaran yang terkait dengan filsafat Islam tentang pengetahuan dan sampai tingkat tertentu sains. Dalam menanggapi tesis Staver, penulis sangat mengandalkan pendidikan ilmiah dan kebiasaan berpikir; penulis juga sebagian menemukan pandangan penulis tentang latar belakang Islam penulis, meskipun penulis memperbesar lingkup penulis untuk mempertimbangkan perspektif filosofis barat juga. Penulis berbeda dengan Staver dalam definisinya tentang sifat, ruang lingkup, dan tujuan agama (secara ringkas, menjelaskan dunia dan bagaimana cara kerjanya), dan penulis pikir ini adalah inti dari masalah ini dalam usaha menyelesaikan yang dirasakan perselisihan antara sains dan agama.

49 Nidhal Guessoum,” Science, religion, and the quest for knowledge and truth: an Islamic perspective” American University of Sharjah, Sharjah, United Arab Emirates: Springer Science+Business Media B.V, 2009, 55-69

Page 30: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

18

Menelaah masalah dari agama dan perspektif filosofis, dia menyimpulkan bahwa tidak hanya bisa mengungkap kebijaksanaan nontarif (falsafah), keduanya harus sepakat dan saling mendukung. Dia menggambarkan mereka (agama dan filsafat) sebagai saudara perempuan dan menambahkan bahwa luka untuk agama yang dibuat oleh saudaranya (yaitu orang-orang filsafat/sains) adalah luka yang paling parah; Dia juga mencela permusuhan dan pertengkaran yang menyebabkan luka antara keduanya, ketika mereka (agama dan filsafat) sebenarnya saling mencintai teman-teman secara alamiah dan esensi.

Perbedaan tuliasan yang ditulis oleh Nidhal Guessoum dengan penelitian ini adalah dari segi pendekatan dan objek penelitian. Nidhal Guessoum menggunakan pendekatan filosofis sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan integrasi-interkoneksi. Tulisan Nidhal Guessoum lebih fokus pada masalah gambaran yang terkait dengan filsafat Islam, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada masalah perpaduan antara agama dan sains baik dari segi teoritis dan bagaimana implikasinya di lapangan yaitu dimadarasah. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor.

Jadi jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan diteliti ini, maka terlihat beberapa perbedaan diantaranya adalah: pendekatan yang digunakan, sasaran atau tujuan penelitian, objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metodelogi penelitian yang digunakan dan titik fokus penelitian.

F. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, bahwa penelitian ini dilakukan di lapangan (field research) yang dikategorikan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilaksanakan di suatu tempat, di luar kedua tempat yaitu perpustakaan dan laboratorium.50 Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor.

2. Sumber Data

a. Sumber primer adalah Kepala Madrasah, Wakamad Kurikulum, Wakamad Kesiswaan, Guru-guru di bidang Sains (yakni guru-guru mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, dan Matematika), beberapa siswa di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor, dokumen dan observasi.

b. Sumber Sekunder adalah berupa buku-buku, disertasi, tesis, jurnal, artikel, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data telaah dokumen, wawancara mendalam, dan observasi.

50 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 32

Page 31: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

19

a. Telaah Dokumen Telaah dokumen dilakukan dengan menelaah dokumen yang ada untuk

mempelajari pengetahuan atau fakta yang hedak diteliti. Dokumen dapat berbentuk teks tulisan (dokumen kurikulum; dokumen tata usaha berupa struktur organisasi, jumlah guru, dan jumlah siswa; dokumen kesiswaan berupa data siswa berprestasi, dan kegiatan ekstrakurikuler; dokumen peraturan akademik berupa tata tertib; silabus; buku-buku ajar; dan rencana pelaksanaan pembelajaran), gambar maupun photo, dan biografi (profil).

b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.51 Informan yang akan diwawancarai adalah Kepala Madrasah, Wakamad Kurikulum, Wakamad Kesiswaan, Guru-guru di bidang Sains (yakni guru-guru mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, dan Matematika) dan beberapa siswa di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor.

c. Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan.52 Adapun tempat observasi adalah Yayasan Pendidikan Hamzanwadi, proses pembelajaran dan lingkungan sekitar di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor Kab. Lombok Timur- NTB.

4. Teknik Analisis Data

Jenis analisis yang digunakan adalah analisis interaktif, yang mana terdiri dari tiga alur kegiatan yang berjalan secara simultan, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.53 Karena sangat disadari berupa data-data penting dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata sebagai hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti.

Data yang diperoleh di lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan-laporan tersebut dipilih hal-hal yang pokok untuk difokuskan mana yang penting dengan susunan yang lebih sistematis. Kemudian direduksi, dirangkum serta dikelompokkan. Selanjutnya dianalisis bagaimana integrasi agama dan sains (biologi, kimia, fisika, dan matematika) yang ada di MA Mu’allimin NW Pancor secara umum. Data yang direduksi memberi gambaran

51 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), cet.1, 372

52 Farouk Muhammad dan Djaali, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PTIK Press & Restu Agung, 2005), 31

53 Moleong J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,1999), cet.IV, 105

Page 32: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

20

umum untuk lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

Penyajian data, dilakukan dari data yang dihasikan dari telaah dokumen, observasi dan wawancara serta bahan bacaan maupun bahan pustaka maka menghasilakan data yang banyak. Kemudian dari data itu akan dipilih informasi yang penting dan diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hanya data yang penting saja yang disajikan dalam bentuk tulisan, photo maupun tabel.

Kesimpulan berisi tentang inti dari hasil temuan penelitian di lapangan, mengandung penjelaskan dan menjawab pertanyaan penelitian yang diambil dari data yang sudah terkumpul. Dari seluruh data yang telah direduksi, disajikan lalu diambil kesimpulan dari seluruh data yang diperoleh sehingga dapat menjelaskan keseluruhan penelitian secara singkat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.54 Dan untuk lebih epektif lagi penelitian ini, peneliti menambahkan pendekatan dengan menggunakan pendekatan integrasi untuk mengetahui bagaimana pengintegrasian antara agama dan ilmu pengetahuan (sains).

G. Sistematika Pembahasan

Agar lebih mudah dan terarah, secara umum penelitian ini dibagi menjadi lima bab:

Bab I seperti umumnya penelitian lain ada pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang merupakan kegelisahan penulis terhadap tema yang dikaji. Selain itu, pada bab ini juga peneliti akan dipaparkan ketertarikan dan alasan memilih tema tersebut. Peneliti juga memaparkan masalah yang terdiri dari identifikasi masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah agar tidak terlalu melebar dan keluar dari pokok pembahasan. Selanjutnya akan di paparkan tujuan dan manfaat penelitian, hal ini diperlukan supaya jelas tujuan dan manfaatnya. Setelah itu peneliti akan dilakukan pemetaan terhadap beberapa kajian penelitian terdahulu yang relevan yang berkaitan dengan tema yang dibahas, kemudian dilanjutkan dengan metodelogi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pendekatan penelitian. Kemudian yang terakhir pada bab ini tentang sistematika pembahasan.

Bab II dalam penelitian ini akan difokuskan pembahasan terkait pendidikan dan integrasi agama dan Sains. Dengan sub bab tentang pandangan Islam dan Barat tentang integrasi agama dan sains, konsep dan urgensi integrasi Agama dan sains. Kemudian peneliti akan memaparkan terkait tentang problematika pendidikan Islam dan klasifikasi ilmu yang kemudian dilanjutkan tentang integrasi agama dan sains

54 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 29

Page 33: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

21

dalam konteks pendidikan yang mempunyai sub pembahasan mengenai integrasi agama dalam pembelajaran sains dan sebaliknya integrasi sains dalam pembelajaran agama, dan pada bab II ini akan diakhiri dengan pembahasan mengenai bahasan integrasi agama dan sains dalam kurikulum pendidikan.

Bab III merupakan inti pembahasan pertama dalam penelitian ini. Pada bab ini akan dikaji serta dianalisis proses pembelajaran agama dan sains di Madrasah Aliyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor. Pertama yang perlu dibahas pada bab ini mengenai sejarah MA Mu’allimin NW Pancor, kemudian konsep integrasi agama dan sains MA Mu’allimin NW Pancor yang terdiri dari sub-sub bab mengenai kurikulum pembelajaran, dan sistem pembelajaran agama dan sains dan upaya integrasi agama dalam mata pelajaran sains. Selanjutnya peneliti menjelaskan mengenai upaya integrasi dalam pelaksanaan pendidikan, pendekatan dan metode yang digunakan. Bab III ini akan diakhiri dengan pembahasan mengenai bagaimana kebijakan lembaga NW Pancor dalam integrasi agama dan sains.

Bab IV merupakan bagian lanjutan dari bab sebelumnya. Bab ini membicarakan tentang implementasi integrasi agama dan sains di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor dengan sub-sub seperti pelaksanaan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, dilanjutkan dengan guru agama dan peran membantu guru sains dalam hal pendekatan, metode, dan proses pembelajar. Kemudian selanjutnya dibahas mengenai integrasi agama ke dalam pembelajaran sains yang terdiri dari guru sains, pendekatan, metode pembelajaran dan proses pembelajaran dalam bidang sains. Dan pada bab ini diakhiri dengan membahas kendala-kendala yang masih dihadapi dan bagaimana solusinya.

Bab V merupakan bab terakhir yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian yang telah dicapai serta saran-saran.

Page 34: INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DI MADRASAH (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41650/1/MUH... · data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu Kepala

22