Institusi Kuat Demokrasi Sempurna - ftp.unpad.ac.id fileJUMAT, 23 DESEMBER 2011 POLKAM 3 Daerah...

1
JUMAT, 23 DESEMBER 2011 3 P OL KAM DINAMIKA Daerah Minta Bagi Hasil Lebih Institusi Kuat Demokrasi Sempurna Pemerintah harus segera mengedepankan fungsi kepemimpinan politik eksekutif dalam memimpin birokrasi Indonesia. KETENTUAN pembagian ha- sil sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dinilai tidak mencerminkan rasa keadilan, khususnya bagi daerah penghasil sumber daya alam (SDA). Pemerintah pusat diminta untuk membagi dana hasil minyak dan gas bumi (migas) secara adil. “Kami minta dananya dibagi sama besar,” ujar Ketua Majelis Rakyat Kalimantan Timur Ber- satu (MRKTB) Abraham Ingan, saat membacakan keterangan dalam sidang uji materi di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, kemarin. Ketidakadilan yang dira- sakan oleh masyarakat Kaltim ialah komposisi perimbangan keuangan pusat dan daerah yang menentukan persentase dana bagi hasil minyak bumi sebesar 84,5% untuk pemerin- tah dan 15,5% untuk daerah. Adapun hasil gas bumi 69,5% untuk pemerintah dan 30,5% untuk daerah. “Dengan ketentuan itu, ha- sil eksplorasi minyak dan gas bumi tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat se- tempat,” tandasnya. Pemohon lain, anggota Dewan Perwakilan Daerah Bambang Susilo menyatakan meski Ka- limantan Timur memiliki SDA yang melimpah, masyarakatnya tetap miskin. Hal itu karena hasil eksplorasi sumber daya alam lebih banyak dikelola oleh pemerintah pusat. “Seharusnya daerah menda- pat porsi lebih banyak,” cetusnya dalam sidang yang dipimpin Ketua MK Mahfud MD. Adanya aturan tersebut, diyakini Bambang, membuat pihaknya tidak bisa memper- juangkan kepentingan rakyat yang diwakilinya di parle- men. Padahal, daerah yang diwakilinya itu bisa jauh lebih berkembang jika bisa meng- optimalkan penghasilan dari kekayaan SDA. “Minimnya dana bagi hasil minyak dan gas bumi membuat Kaltim tak bisa mengembang- kan potensi ekonomi dengan maksimal,” jelasnya. Pada kesempatan yang sama, Ketua Komite IV DPD RI Cholid Mahmud menyim- pulkan, pengelolaan migas yang berkeadilan dan memihak kepentingan nasional belum berdampak terhadap kese- jahteraan masyarakat di daerah penghasil. (*/P-4) WAKIL Ketua Dewan Perwakil- an Rakyat Pramono Anung mengakui anggaran muhibah ke luar negeri pimpinan dewan tidak optimal digunakan. Tidak semua pemimpin DPR meng- gunakan muhibah kunjungan ke luar negeri per tahunnya. “Seluruh kinerja pimpinan penyerapan anggarannya rata- rata di bawah 20%,” ungkap Pramono di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. Dia menanggapi penelitian Forum Indonesia untuk Trans- paransi Anggaran (Fitra) yang menemukan adanya pembo- rosan anggaran DPR, yakni anggaran pelaksanaan kegiatan lima pemimpin DPR sebesar Rp48 miliar. “Saya pikir agak berlebihan. Penyerapan anggarannya tidak terlalu banyak, tidak lebih dari 12%. Mengkritik itu harus paham terlebih dahulu,” cetus Pramono. Politikus PDIP itu menyebut- kan penyerapan yang rendah merupakan langkah pimpinan DPR untuk berlaku efektif. Dirinya termasuk orang yang tidak mau memanfaatkan ang- garan untuk hal yang tidak perlu, termasuk ke luar negeri. Sebagai pemimpin DPR, dia baru satu kali berkunjung ke luar negeri, yaitu ke Vietnam. Dalam menanggapi pen- jelasan Pramono, Koordinator Advokasi dan Investigasi Fitra Uchok Sky Khadamenegas- kan bahwa penyerapan ang- garan pelaksanaan kegiatan pimpinan DPR yang hanya sebesar 20% menunjukkan bahwa dana untuk pos tersebut harus dikurangi. “Karena penyerapannya rendah, seharusnya Sekjen DPR mengurangi anggaran untuk pos tersebut. Lebih baik direlokasi ke lain tempat, dise- suaikan dengan rencana dan strategi DPR, mana yang men- jadi prioritas,” cetusnya. Dia menambahkan, penye- rapan anggaran yang rendah menunjukkan adanya perenca- naan yang salah sejak awal di DPR. (Wta/*/P-4) NURULIA JUWITA P ENGUATANdemokra- si yang tidak diimba- ngi dengan penguatan institusi negara dinilai hanya akan menyebabkan per- golakan dalam masyarakat. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengarah kepada apatisme, sinisme, dan bahkan chaos. Hal itu dikemukakan oleh Ketua DPD Irman Gusman ketika berpidato dalam acara bertajuk Catatan Reektif Me- nyongsong 2012 di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, kemarin. Masyarakat yang kecewa, tambahnya, kemudian meng- gunakan alternatif media lain yang dianggap diper- caya untuk menyuarakan aspirasi sebagai esensi dari berdemokrasi. “Kasus Nazaruddin (man- tan Bendahara Umum Partai Demokrat) dan sebelumnya Bibit-Chandra (mantan pimpi- nan KPK) merupakan contoh di kala masyarakat menjadi sinis dan apatis serta kehilangan kepercayaan kepada institusi negara,” ungkap Irman. Ia menjelaskan, demokrasi tidak akan memberi manfaat banyak jika institusi negara yang ada tidak mampu mengimbang proses demokratisasi yang berlangsung. Negara harus bisa mengelola demokratisasi de- ngan baik untuk menghindari aktualisasi demokrasi yang destruktif. “Masyarakat akhirnya men- jadi bingung, aktualisasi hajat hidup mereka diambil dan pada akhirnya demokrasi da- pat dinilai tidak memberikan manfaat apa-apa,” cetusnya. Dalam kesempatan itu, Irman juga mengemukakan bahwa sepanjang tahun 2011, perso- alan korupsi begitu menge- muka. Ia menilai korupsi dalam konsep birokrasi sesungguhnya tidak lain adalah kegagalan da- lam menjalankan tugas. Hal itu terjadi karena birokrasi meme- tik keuntungan pribadi. “Penutup tahun 2011 mem- berikan konfirmasi adanya persoalan good governance den- gan diintroduksinya rekening gendut PNS muda. Kondisi ini tentu memprihatinkan kita semua,” ungkap dia. DPD berpandangan, lan- jut dia, pemerintah harus segera mengedepankan fungsi kepemimpinan politik ekse- kutif dalam memimpin birokra- si Indonesia. Radikal Irman menegaskan, Indone- sia saat ini terus didera dengan isu-isu seputar mengguritanya korupsi dalam kehidupan ke- seharian bermasyarakat. Ko- rupsi terjadi di semua bidang, dari birokrasi, lembaga negara, hingga lembaga politik. Akibatnya, tidak menghe- rankan jika Transparency Inter- national Indonesia menyebut indeks persepsi korupsi negara ini berada di rangking 100 dari 183 negara dengan skor 3,0. “Untuk mencapai target in- deks persepsi korupsi sebesar 5,0 pada 2014 sebagaimana dicanangkan Presiden, kita memerlukan sejumlah langkah yang radikal,” kata Irman. Dia menilai lemahnya demokrasi dan pemerintahan In- donesia terlihat dari pelaksanaan prosedur demokrasi yang minim nilai-nilai demokratis, lemah- nya pelaksanaan desentralisasi, minimnya akuntabilitas publik terhadap pemerintah, serta tum- pang tindihnya wewenang dan koordinasi antar instansi lintas sektor dan lintas tingkatan. Hal itu, tambahnya, diper- parah dengan rendahnya kuali- tas layanan publik, fenomena kartelisasi partai politik, dan memudarnya integrasi antar daerah dalam berbagai bidang dan sebagainya. (P-4) [email protected] Anggaran Muhibah Pimpinan DPR Harus Dikurangi Seluruh kinerja pimpinan penyerapan anggarannya rata-rata di bawah 20%.” Pramono Anung Wakil Ketua DPR Korban HAM Gagal Temui Presiden KELUARGA dan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kembali gagal menyerahkan surat mereka ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat mendatangi istana kemarin, Presiden atau perwakilannya tidak ada yang mau menemui mereka. Bersama LSM Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), mereka membawa 1.257 surat yang ditujukan kepada Presiden. Kepala Divisi Pemantauan Impunitas dan Hak Korban Kontras Yanti Andriani mengungkapkan, para keluarga korban itu menun- tut kejelasan keberadaan anggota keluarga yang masih belum jelas dan tindak lanjutnya dari pemerintah. “Keluarga dan korban ingin pemerintah berupaya merespons lagi,” ujarnya. Ia mengungkapkan Kontras pernah melakukan upaya yang sama pada November lalu. Namun, surat-surat itu hanya diterima oleh Sekretariat Negara dan hingga kini belum mendapatkan tanggapan dari presiden. (Yoi/P-2) LPSK belum Bisa Lindungi Wa Ode LEMBAGA Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) meminta Wa Ode Nurhayati menyerahkan semua data pendukung soal laporannya terkait maa anggaran di DPR. Pasalnya, LPSK belum bisa menetapkan posisi politikus PAN tersebut sebagai justice col- laborator tanpa adanya data pendukung. “Untuk menjadi justice collaborator, Wa Ode harus menyerah- kan data konkret. Karena itu, LPSK menunggu data itu untuk kemudian melindunginya,” kata Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai seusai pelantikan Sekretaris Mahkamah Agung di Jakarta, kemarin. Ia mengakui perkembangan kasus yang dialami Wa Ode me- mang ironis. Pasalnya, Wa Ode-lah yang pertama kali mengung- kap adanya maa anggaran di DPR. Namun, kenyataannya ia yang pertama kali terjerat kasus hukum atas apa yang diungkapnya. LPSK, kata dia, berkepentingan melindungi Wa Ode kalau dia ingin benar-benar mau bekerja sama dengan institusinya dan KPK. (Che/P-2) UU PEMERINTAHAN DAERAH: Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (tengah) memimpin sidang dengan agenda pengujian UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, kemarin. MI/ATET DWI PRAMADIA

Transcript of Institusi Kuat Demokrasi Sempurna - ftp.unpad.ac.id fileJUMAT, 23 DESEMBER 2011 POLKAM 3 Daerah...

JUMAT, 23 DESEMBER 2011 3POLKAMDINAMIKADaerah

MintaBagi HasilLebih

Institusi KuatDemokrasi Sempurna

Pemerintah harus segera mengedepankan fungsi kepemimpinan politik eksekutif dalam memimpin birokrasi Indonesia.

KETENTUAN pembagian ha-sil sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dinilai tidak mencerminkan rasa keadilan, khususnya bagi daerah penghasil sumber daya alam (SDA). Pemerintah pusat diminta untuk membagi dana hasil minyak dan gas bumi (migas) secara adil.

“Kami minta dananya dibagi sama besar,” ujar Ketua Majelis Rakyat Kalimantan Timur Ber-satu (MRKTB) Abraham Ingan, saat membacakan keterangan dalam sidang uji materi di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, kemarin.

Ketidakadilan yang dira-sakan oleh masyarakat Kaltim ialah komposisi perimbangan keuangan pusat dan daerah yang menentukan persentase dana bagi hasil minyak bumi sebesar 84,5% untuk pemerin-tah dan 15,5% untuk daerah. Adapun hasil gas bumi 69,5% untuk pemerintah dan 30,5% untuk daerah.

“Dengan ketentuan itu, ha-sil eksplorasi minyak dan gas bumi tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat se-tempat,” tandasnya.

Pemohon lain, anggota De wan Perwakilan Daerah Bambang Susilo menyatakan meski Ka-limantan Timur memiliki SDA yang melimpah, masyarakatnya tetap miskin. Hal itu karena hasil eksplorasi sumber daya alam lebih banyak dikelola oleh pemerintah pusat.

“Seharusnya daerah menda-pat porsi lebih banyak,” cetusnya dalam sidang yang di pimpin Ketua MK Mahfud MD.

Adanya aturan tersebut, diyakini Bambang, membuat pihaknya tidak bisa memper-juangkan kepentingan rakyat yang diwakilinya di parle-men. Padahal, daerah yang diwakilinya itu bisa jauh lebih berkembang jika bisa meng-optimalkan penghasilan dari kekayaan SDA.

“Minimnya dana bagi hasil minyak dan gas bumi membuat Kaltim tak bisa mengembang-kan potensi ekonomi dengan maksimal,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komite IV DPD RI Cholid Mahmud menyim-pulkan, pengelolaan migas yang berkeadilan dan memihak kepentingan nasional belum berdampak terhadap kese-jahteraan masyarakat di daerah penghasil. (*/P-4)

WAKIL Ketua Dewan Perwakil-an Rakyat Pramono Anung mengakui anggaran muhibah ke luar negeri pimpinan dewan tidak optimal digunakan. Tidak semua pemimpin DPR meng-gunakan muhibah kunjungan ke luar negeri per tahunnya.

“Seluruh kinerja pimpinan penyerapan anggarannya rata-rata di bawah 20%,” ungkap Pramono di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.

Dia menanggapi penelitian Forum Indonesia untuk Trans-paransi Anggaran (Fitra) yang menemukan adanya pembo-rosan anggaran DPR, yakni anggaran pelaksanaan kegiatan lima pemimpin DPR sebesar Rp48 miliar.

“Saya pikir agak berlebihan. Penyerapan anggarannya tidak terlalu banyak, tidak lebih dari 12%. Mengkritik itu harus paham terlebih dahulu,” cetus Pramono.

Politikus PDIP itu menyebut-kan penyerapan yang rendah merupakan langkah pimpinan DPR untuk berlaku efektif. Dirinya termasuk orang yang tidak mau memanfaatkan ang-garan untuk hal yang tidak perlu, termasuk ke luar negeri. Sebagai pemimpin DPR, dia

baru satu kali berkunjung ke luar negeri, yaitu ke Vietnam.

Dalam menanggapi pen-jelasan Pramono, Koordinator Advokasi dan Investigasi Fitra Uchok Sky Khadafi menegas-kan bahwa penyerapan ang-garan pelaksanaan kegiatan pimpinan DPR yang hanya sebesar 20% menunjukkan bahwa dana untuk pos tersebut harus dikurangi.

“Karena penyerapannya rendah, seharusnya Sekjen DPR mengurangi anggaran untuk pos tersebut. Lebih baik direlokasi ke lain tempat, dise-suaikan dengan rencana dan strategi DPR, mana yang men-jadi prioritas,” cetusnya.

Dia menambahkan, penye-rapan anggaran yang rendah menunjukkan adanya perenca-naan yang salah sejak awal di DPR. (Wta/*/P-4)

NURULIA JUWITA

PENGUATAN demokra-si yang tidak diimba-ngi dengan penguatan institusi negara dinilai

hanya akan menyebabkan per-golakan dalam masyarakat.

Jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengarah kepada apatisme, sinisme, dan bahkan chaos.

Hal itu dikemukakan oleh Ketua DPD Irman Gusman ketika berpidato dalam acara bertajuk Catatan Refl ektif Me-nyongsong 2012 di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.

Masyarakat yang kecewa, tambahnya, kemudian meng-gunakan alternatif media lain yang dianggap diper-caya untuk menyuarakan aspirasi sebagai esensi dari berdemokrasi.

“Kasus Nazaruddin (man-tan Bendahara Umum Partai Demokrat) dan sebelumnya

Bibit-Chandra (mantan pimpi-nan KPK) merupakan contoh di kala masyarakat menjadi sinis dan apatis serta kehilangan kepercayaan kepada institusi negara,” ungkap Irman.

Ia menjelaskan, demokrasi tidak akan memberi manfaat banyak jika institusi negara yang ada tidak mampu mengimbang proses demokratisasi yang berlangsung. Negara harus bisa mengelola demokratisasi de-ngan baik untuk menghindari aktualisasi demokrasi yang destruktif.

“Masyarakat akhirnya men-jadi bingung, aktualisasi hajat hidup mereka diambil dan pada akhirnya demokrasi da-pat dinilai tidak memberikan manfaat apa-apa,” cetusnya.

Dalam kesempatan itu, Irman juga mengemukakan bahwa sepanjang tahun 2011, perso-alan korupsi begitu menge-muka. Ia menilai korupsi dalam konsep birokrasi sesungguhnya tidak lain adalah kegagalan da-

lam menjalankan tugas. Hal itu terjadi karena birokrasi meme-tik keuntungan pribadi.

“Penutup tahun 2011 mem-berikan konfirmasi adanya persoalan good governance den-gan diintroduksinya rekening gendut PNS muda. Kondisi ini tentu memprihatinkan kita semua,” ungkap dia.

DPD berpandangan, lan-jut dia, pemerintah harus segera mengedepankan fungsi kepemimpinan politik ekse-kutif dalam memimpin birokra-si Indonesia.

RadikalIrman menegaskan, Indone-

sia saat ini terus didera dengan isu-isu seputar mengguritanya korupsi dalam kehidupan ke-seharian bermasyarakat. Ko-rupsi terjadi di semua bidang, dari birokrasi, lembaga negara, hingga lembaga politik.

Akibatnya, tidak menghe-rankan jika Transparency Inter-national Indonesia menyebut

indeks persepsi korupsi negara ini berada di rangking 100 dari 183 negara dengan skor 3,0.

“Untuk mencapai target in-deks persepsi korupsi sebesar 5,0 pada 2014 sebagaimana dicanangkan Presiden, kita memerlukan sejumlah langkah yang radikal,” kata Irman.

Dia meni la i l emahnya demokrasi dan pemerintahan In-donesia terlihat dari pelaksanaan prosedur demokrasi yang minim nilai-nilai demokratis, lemah-nya pelaksanaan desentralisasi, minimnya akuntabilitas publik terhadap pemerintah, serta tum-pang tindihnya wewenang dan koordinasi antar instansi lintas sektor dan lintas tingkatan.

Hal itu, tambahnya, diper-parah dengan rendahnya kuali-tas layanan publik, fenomena kartelisasi partai politik, dan memudarnya integrasi antar daerah dalam berbagai bidang dan sebagainya. (P-4)

[email protected]

Anggaran MuhibahPimpinan DPR

Harus Dikurangi

Seluruh kinerja pimpinan

penyerapan anggarannya rata-rata di bawah 20%.”

Pramono AnungWakil Ketua DPR

Korban HAM Gagal Temui PresidenKELUARGA dan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kembali gagal menyerahkan surat mereka ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat mendatangi istana kemarin, Presiden atau perwakilannya tidak ada yang mau menemui mereka.

Bersama LSM Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), mereka membawa 1.257 surat yang ditujukan kepada Presiden.

Kepala Divisi Pemantauan Impunitas dan Hak Korban Kontras Yanti Andriani mengungkapkan, para keluarga korban itu menun-tut kejelasan keberadaan anggota keluarga yang masih belum jelas dan tindak lanjutnya dari pemerintah.

“Keluarga dan korban ingin pemerintah berupaya merespons lagi,” ujarnya. Ia mengungkapkan Kontras pernah melakukan upaya yang sama pada November lalu. Namun, surat-surat itu hanya diterima oleh Sekretariat Negara dan hingga kini belum mendapatkan tanggapan dari presiden. (Yoi/P-2)

LPSK belum Bisa Lindungi Wa OdeLEMBAGA Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) meminta Wa Ode Nurhayati menyerahkan semua data pendukung soal laporannya terkait mafi a anggaran di DPR. Pasalnya, LPSK belum bisa menetapkan posisi politikus PAN tersebut sebagai justice col-laborator tanpa adanya data pendukung.

“Untuk menjadi justice collaborator, Wa Ode harus menyerah-kan data konkret. Karena itu, LPSK menunggu data itu untuk kemudian melindunginya,” kata Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai seusai pelantikan Sekretaris Mahkamah Agung di Jakarta, kemarin.

Ia mengakui perkembangan kasus yang dialami Wa Ode me-mang ironis. Pasalnya, Wa Ode-lah yang pertama kali mengung-kap adanya mafi a anggaran di DPR. Namun, kenyataannya ia yang pertama kali terjerat kasus hukum atas apa yang diungkapnya.

LPSK, kata dia, berkepentingan melindungi Wa Ode kalau dia ingin benar-benar mau bekerja sama dengan institusinya dan KPK. (Che/P-2)

UU PEMERINTAHAN DAERAH: Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (tengah) memimpin sidang dengan agenda pengujian UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, kemarin.

MI/ATET DWI PRAMADIA