Instalasi Pengolahan Air Limbah

27
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH A. PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber utama bagi kehidupan baik di darat,laut maupun di udara. Oleh karena itu, air dapat dikatakan sumber hidup yang mendukung secara mutlak dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh industry ( Limbah ). Yogyakarta semakin hari semakin padat, selain sebagai kota pendidikan juga sebagai kota pariwisata. Namun keadaan air sungai dan air tanah mengalami pencemaran yang cukup besar sehingga perlu adanya upaya – upaya pencegahan atau pengurangan pencemaran tersebut. Dengan dibangunnya instalasi pengolahan air limbah di jalan Bantul KM.8 Sewon Bantul, setidaknya dapat mengurangi pencemaran tersebut. Instalasi pengolahan air limbah tersebut dibangun pada tahun 1994, sedangkan pengoperasiannya pada tahun 1996 dan diresmikan pada 9 desember 1998. Instalasi Pengolahan Air Limbah ini dibangun dengan biaya yang merupakan hibah dari pemerintah Jepang. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah rumah tangga di desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak lanjut Program Jangka Menengah Pembangunan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) periode 1993/1994 – 1997/1998 yang meliputi seluruh wilayah Kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kab.Sleman ( 3 Kecamatan ) dan sebagian wilayah Kab.Bantul ( 3 Kecamatan ). Pada dasarnya system penyaluran air limbah rumah tangga ke dalam pipa-pipa limbah di kota Yogyakarta telah dibangun sejak zaman colonial Belanda pada tahun 1936 dengan panjang pipa total 110 KM. Tapi system penyaluran air limbah ini belum dapat bekerja secara baik, karena sampai saat ini limbah cair tersebut masih dibuang secara langsung ke sungai Code, Gajah Wong dan Winongo.

description

semoga bermanfaat

Transcript of Instalasi Pengolahan Air Limbah

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber utama bagi kehidupan baik di darat,laut maupun di udara. Oleh karena itu, air dapat dikatakan sumber hidup yang mendukung secara mutlak dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh industry ( Limbah ).

Yogyakarta semakin hari semakin padat, selain sebagai kota pendidikan juga sebagai kota pariwisata. Namun keadaan air sungai dan air tanah mengalami pencemaran yang cukup besar sehingga perlu adanya upaya – upaya pencegahan atau pengurangan pencemaran tersebut. Dengan dibangunnya instalasi pengolahan air limbah di jalan Bantul KM.8 Sewon Bantul, setidaknya dapat mengurangi pencemaran tersebut. Instalasi pengolahan air limbah tersebut dibangun pada tahun 1994, sedangkan pengoperasiannya pada tahun 1996 dan diresmikan pada 9 desember 1998.

Instalasi Pengolahan Air Limbah ini dibangun dengan biaya yang merupakan hibah dari pemerintah Jepang. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah rumah tangga di desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak lanjut Program Jangka Menengah Pembangunan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) periode 1993/1994 – 1997/1998 yang meliputi seluruh wilayah Kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kab.Sleman ( 3 Kecamatan ) dan sebagian wilayah Kab.Bantul ( 3 Kecamatan ). Pada dasarnya system penyaluran air limbah rumah tangga ke dalam pipa-pipa limbah di kota Yogyakarta telah dibangun sejak zaman colonial Belanda pada tahun 1936 dengan panjang pipa total 110 KM. Tapi system penyaluran air limbah ini belum dapat bekerja secara baik, karena sampai saat ini limbah cair tersebut masih dibuang secara langsung ke sungai Code, Gajah Wong dan Winongo.

Pelayanan air limbah secara bertahap akan ditingkatkan. Sampai dengan tahun 2002 telah melayani 29% wilayah perkotaan ( 110.000 penduduk ). Sehingga pada tahun 2012 ditargetkan 59% wilayah perkotaan (237.000 penduduk) telah terlayani.

2 Maksud dan Tujuan

Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah merupakan upaya untuk mendukung Program Kali Bersih ( Prokasih ) oleh D.I.Yogyakarta yang telah ditetapkan bagi ketiga sungai diatas ( sungai Code, Gajah Wong dan Winongo ). Di samping sebagai penunjang Prokasih, juga untuk mengurangi akibat buruk yang ditimbulkan pada masyarakat karena memanfaatkan air sungai tersebut. Diharapkan dengan Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah ini dapat meningkatkan kualitas air sungai serta estetika lingkungan di sekitar daerah aliran sungai termasuk pula penurunan pencemaran air tanah.

Dengan dilakukannya percobaan ini diharapkan kita dapat memperoleh masukan dan gambaran tentang pencemaran air sungai. Dengan pengamatan ini pula kita dapat mengetahui keadaan lingkungan instalasi baik limbah yang masuk serta limbah yang keluar dari instalasi dan analisa kualitas air limbah di laboratorium sehingga akan diperoleh korelasi antara lingkungan instalasi dan kualitas air limbahnya dengan kemampuan air instalasi itu sendiri dalam mengolah limbah yang ramah lingkungan, serta untuk mengetahui kadar DO, Fe, dan nilai pH.

B. LANDASAN TEORI

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.02 / MENKLH / I / 1998 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energy atau komponen lain ke dalam air / udara dan atau berubahnya tetenan / komposisi air / udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air / udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air / udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Sistem pembuangan limbah di daerah perkotaan beberapa diantaranya bermuara ke sungai. Sedangkan kemampuan sungai untuk membersihkan dirinya amat bergantung pada karakteristik sungai itu sendiri. Karena kemampuan sungai terbatas, maka diperlukan Pengolahan Air Limbah tersebut sebelum masuk ke sungai atau sebelum dimanfaatkan kembali.

Salah satu usaha untuk mengurangi beban sungai tersebut adalah dengan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ). IPAL tersebut dilengkapi dengan bangunan – bangunan seperti rumah pompa ( tempat pipa ulir ), bak pengendap pasir, bak pembagi, kolam fakultatif, kolam pematangan dan sebagainya yang semuanya itu bertujuan menurunkan nilai BOD dari limbah yang baru masuk ke lokasi IPAL.

Dissolve Oxygen ( DO ), merupakan unsure terpenting dalam kandungan air dalam menghidupi makhluk hidup yang ada didalamnya. Semakin banyak polutan ( makanan bagi bakteri ) organic, maka akan menyebabkan bakteri aerob berkembang biak. Apabila bakteri pengurai berjumlah cukup banyak, maka akan lebih banyak pula dibutuhkan oksigen yang terlarut dalam air. Akibatnya kadar oksigen terlarut, sehingga terjadinya deficit dan menurun. Turunnya kadar DO tentunya akan mengakibatkan turunnya kenyamanan ikan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan hidupnya pada kadar DO.

Biologycal Oxygen Demand ( BOD ) merupakan salah satu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses – proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri dan untuk mendesain system–system pengolahan biologis air tercemar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, jika suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri akan menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut yang menyebabkan kematian ikan-ikan dalam air, kemudian keadaan menjadi anaerobic sehingga dapat pula mengakibatkan bau busuk pada air tersebut.

Indicator-indikator lain yang dapat dipakai dalam menentukan kualitas air adalah :

1. Pengamatan visual air ( warna, bau, rasa dan kekeruhan )

Kualitas air dapat dilihat secara fisik. Air yang mempunyai kualitas baik akan memenuhi persyaratan tidak berwarna ( jernih ), tidak berbau, dan tidak berasa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907 / MENKES / SK / VII / 2002, air dikatakan bersih apabila tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

2. pH

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu pH = 7, sedangkan pH air yang terpolusi, seperti air buangan nilai pH-nya berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907 / MENKES / SK / VII / 2002, air dikatakan bersih apabila ph=6,5-8,5.

3. Suhu udara / air

Kenaikan suhu akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut :

a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun

b. Kecepatan reaksi kimia meningkat

c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan lainnya mungkin akan mati

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907 / MENKES / SK / VII / 2002, air dikatakan bersih apabila suhu air sama dengan suhu udara disekitarnya.

4. Kadar zat besi ( Fe )

Banyak sedikitnya kandungan Fe dapat dipakai sebagai indikator terhadap pencemaran logam berat pada kandungan air limbah tersebut.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907 / MENKES / SK / VII / 2002, air dikatakan belum tercemar apabila kandungan .

Kualitas air bersih menurut Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 907 / MENKES / SK / VII / 2002 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kualitas Air Bersih menurut Peraturan Menteri

No.

Parameter

Satuan

Kadar Maks

Keterangan

1

Bau

-

-

Tidak berbau

2

Rasa

-

-

Tidak berasa

3

Warna

TCU

15

Jernih

4

Temperatur

Suhu udara

5

Kadar Oksigen ( DO )

Minimum

6

Kadar BOD

Maksimum

7

8

Kadar Zat Besi ( Fe )

Derajat Keasaman (pH)

-

1

6,5

8,5

Minimal

Maksimal

Asam

Netral

Basa

Sumber : Diktat Rekayasa Lingkungan FT UMY

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat yang digunakan

a. Alat percobaan di lapangan

1) pH meter

2) Thermometer

3) Botol sampel

4) Spidol

5) Ember

6) Plastik dan karet gelang

b. Alat percobaan di laboratorium

Alat analisa kadar DO

1) Pipet tetes

2) Buret / suntikan

3) Labu Erlenmeyer

4) Gelas ukur 100 ml

5) Botol O2

Alat analisa kadar Fe

1) Gelas ukur 10 ml

2) Pipet tetes

3) Tabung reaksi beserta rak-nya

c. Alat analisa kadar BOD

1) Botol O2 coklat

2) Botol O2 putih

3) Pipet tetes

4) Gelas ukur 100 ml

5) Labu Erlenmeyer 250 ml

6) Buret + statis

7) Aerator

2. Bahan yang digunakan

a. Analisa kadar DO

1) Pereaksi O2

2) MnSO4

3) Air sampel

4) H2SO3 pekat

5) Amilum 10%

6) Larutan Natrium Thiosulfat

b. Analisa kadar Fe

1) Aquadest

2) H2SO4 4N

3) KMnO4 0,1N

4) KCNS 20%

5) Larutan standar Fe

c. Analisa kadar BOD

1)

2) FeCl3

3) CaCl3

4) Buffer BOD

5) Pereaksi O2

6) MnSO4

7) Larutan Natrium Thiosulfat

8) Amilum 10%

9) H2SO4 pekat

D. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ) desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Tepatnya Jl.Bantul KM.8 Sewon, Bantul. Selanjutnya penelitian dilanjutkan di laboratorium lingkungan UMY.

E. PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan di lapangan

a. Lokasi pemeriksaan kualitas air IPAL ditentukan di inlet dan outlet akan ditentukan bersama-sama dengan asisten.

b. Mengamati keadaan sekeliling lokasi pemeriksaan apakah daerah persawahan, tegalan, perpohonan, sampah, pemukiman atau lainnya.

c. Memeriksa suhu udara dengan thermometer

Thermometer dibiarkan beberapa saat di udara sampai keadaan cairannya konstan, dibaca berapa suhu udaranya.

d. Mengukur suhu air

Thermometer dimasukkan ke dalam air, bagian yang berisi cairan harus berada di dalam air dan apabila cairannya sudah konstan maka pembacaan dapat dilakukan.

e. Mengukur pH

Ujung pH meter dimasukkan ke dalam sampel air, sesuaikan suhu pH meter dengan suhu air yang telah diukur, tunggu nilai pH meter konstan, baca nilai pH meter.

f. Mengambil sampel air

g. Mengamati sampel air yang telah diambil meliputi warna, bau, kekeruhan dan suhu air serta keadaan cuaca pada saat itu

h. Sket penampang saluran serta lingkungan IPAL

2. Pemeriksaan di laboratorium

a. Analisa kadar DO

1) Botol reaksi diisi dengan air sampai leher botol. Kemudian diberi 1 ml (20 tetes) pereaksi O2 dan 1 ml (20 tetes) MnSO4 dibolak-balik (dikocok) agar pereaksi tercampur rata. Ini dilakukan untuk mengikat O2 supaya jangan lepas.

2) Diamkan 5 menit agar jonjot-jonjotnya mengendap sempurna

3) Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat. Botol dibolak-balik sampai endapan larut semua, bila belum larut tambahkan lagi beberapa tetes H2SO4

pekat. Botol dibolak-balik smpai semua endapan larut. Warna larutan berubah menjadi kuning, tetapi jika warnanya putih maka O2-nya nol.

4) Ambil 100 ml larutan tersebut, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer

5) Titrasi ( tetes demi tetes ) dengan larutan dengan buret (suntikan) sampai larutan menjadi kuning muda. Catat nilai titrasinya (t1)

6) Tambahkan amilum 10% ( 10 tetes ) sehingga larutan berwarna biru tua, kemudian titrasi dilanjutkan smpai warna mulai hilang atau mendekati bening. Catat nilai titrasinya ( t2 )

7) Hitung DO dengan rumus :

DO

b. Analisa kadar Fe

Pembuatan larutan standar Fe

1) Isi 5 tabung reaksi masing-masing 10 ml aquades

2) Tambahkan larutan Fe standar berturut-turut sebanyak 0, 1, 2, 3 dan 4 tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi

3) Tambahkan tetes demi tetes larutan 0,1 N KMnO4 ke dalam tabung reaksi sampai berwarna merah muda

4) Tambahkan 5 tetes larutan KCNS 20% pada tiap-tiap tabung, maka warna merah muda akan hilang. Timbul deretan warnanya dari jernih ke coklat muda

Pemerikasaan sampel

1) Siapkan tabung reaksi sesuai dengan jumlah sampel yang akan diperiksa, diisi tiap tabung reaksi dengan 10 ml sampel.

2) Tambahkan 5 tetes larutan 4N H2SO4 dan 5 tetes larutan KMnO4 ke dalam tiap tabung reaksi, kocok sehingga berwarna merah muda. Jika warna merah muda hilang, tambahkan beberapa tetes larutan 0,1 N KMnO4 hingga warna menjadi stabil

3) Tambahkan 5 tetes larutan KCNS pada tiap-tap tabung. Warna merah muda hilang, dibandingkan dengan larutan standar

4) Kandungan Fe dalam larutan dapat diketahui dari perbandingan dengan larutan standar. Hitung kandungan Fe dalam satuan

Fe = ….( )

c. Analisa kadar BOD

Pembuatan larutan pengencer

1) 1 liter aquades ditambahkan 1 ml ( buffer BOD + MgSO4 + CaCl2 + FeCl3 ) diaerasi selama ( O2 jenuh )

2) Untuk pengenceran tergantung pada tingkat kekotorannya

3) Pengenceran dilakukan sebanyak 4x

4) Ambil sampel 80 ml + 320 ml aquades yang telah di aerasi dicampur dibagi dua botol ( coklat dan putih )

5) Botol coklat disimpan selama 3 hari dengan suhu 27oC

Botol putih diperiksa kadarnya dengan segera

Pemeriksaan sampel putih

1) Air sampel yang ada di botol putih yang sudah diencerkan ditambah 1 ml MnSO4 + 1 ml pereaksi O2, dikocok

2) Diamkan menit sampai mengendap sempurna

3) Di tambah 1 ml H2SO4 pekat, dikocok sampai endapan larut

4) Ambil 100 ml air itu ( jika larutannya kuning tua, titrasi dulu dengan Na2S2O3 N sampai berubah menjadi kuning muda

5) Lanjutkan titrasi sampai larutan menjadi biru sangat muda ( mendekati putih )

6) Hitung O2 segera dengan rumus

O2 segera = …( )

Pemeriksaan sampel botol coklat

1) Setelah 3 hari di simpan, periksa kadar O2 ( 3 hari ) dengan rumus

O2 segera = …( )

BOD = ( O2 segera – O2 3 hari ) x pengenceran … ( )

F. DATA LAPANGAN

Tabel I.2 Baku Mutu Air Limbah

Lokasi Titik Pengamatan

Inlet

Fakultatif I

Fakultatif II

Maturasi

1

Jam pengamatan

09.08

09.35

09.50

10.00

2

Keadaan lingkungan

Persawahan

Persawahan

Persawahan

Persawahan

3

Keadaan cuaca

Panas

Panas

Panas

Panas

4

Suhu udara

31oC

31oC

31oC

31oC

5

Sifat fisik air limbah

Warna air

Hitam

Hitam

Hitam

Hijau Alga

Bau air

Berbau

Agak bau

Agak Bau

Agak Bau

Kekeruhan

Keruh

Keruh

Keruh

Agak Keruh

Suhu air oC

28oC

29oC

29oC

30oC

6

Keadaan dasar air

Berlumpur

Berlumpur

Berlumpur

Berlumpur

7

pH

7

6,5

6,4

7,5

1. Lokasi 1 ( inlet )

a. Hasil pengukuran kedalaman instalasi = 6 m

b. Debit air limbah = 1000 m3/dt

c. Waktu tinggal ( waktu pengolahan ) = tergantung kualitas air yang masuk

2. Lokasi 2 ( Fakultatif I )

a. Hasil pengukuran kedalaman instalasi = 4 m

b. Debit air limbah = 21.231 m3/kolam

c. Waktu tinggal ( waktu pengolahan ) = 5,5 hari

3. Lokasi 3 ( Fakultatif II )

a. Hasil pengukuran kedalaman instalasi = 4 m

b. Debit air limbah = 21.231 m3/kolam

c. Waktu tinggal ( waktu pengolahan ) = 5,5 hari

4. Lokasi 4 ( Maturasi )

a. Hasil pengukuran kedalaman instalasi = 4 m

b. Debit air limbah = 21.231 m3/kolam

c. Waktu tinggal ( waktu pengolahan ) = 1,3 hari

G. PERHITUNGAN

1. Banyaknya Oksigen Terlarut ( DO )

a. Lokasi 1 ( inlet )

DO = 2,6 mg/l

b. Lokasi 2 ( Fakultatif I )

DO = 2,4 mg/l

c. Lokasi 3 ( Fakultatif II )

DO = 2,4 mg/l

d. Lokasi 4 ( Maturasi )

DO = 3 mg/l

2. Kadar Fe

a. Lokasi 1 ( inlet )

Fe = 0,01 mg/l

b. Lokasi 2 ( Fakultatif I )

Fe = 0,005 mg/l

c. Lokasi 3 ( Fakultatif II )

Fe = 0,005 mg/l

d. Lokasi 4 ( Maturasi )

Fe = 0,005 mg/l

Tabel 1.3 Pemeriksaan DO ( Dissolve Oxygen )

No.

Lokasi

Jumlah Titrasi Na2S2O3

Kadar DO(mg/l)

1.

2.

3.

4.

Inlet

Fakultatif I

Fakultatif II

Maturasi

0,6 + 0,7 = 1,3 ml

0,4 + 0,8 = 1,2 ml

0,4 + 0,8 = 1,2 ml

0,8 + 0,7 = 1,5 ml

2,6

2,4

2,4

3

Sumber : Hasil perhitungan kadar DO

Tabel I.4 Pemeriksaan Fe

No.

Lokasi

n tetes

Kadar Fe ( mg/l )

1

2

3

4

Inlet

Fakultatif I

Fakultatif II

Maturasi

0,2 ml

0,1 ml

0,1 ml

0,1 ml

0,01

0,005

0,005

0,005

Sumber : Hasil perhitungan kadar Fe

3. Kadar BOD ( Biochemical Oxygen Demand )

a. O2 segera

1) Lokasi 1 ( Inlet )

O2 segera = 3,6 mg/l

2) Lokasi 2 ( Fakultatif I )

O2 segera = 2,8 mg/l

3) Lokasi 3 ( Fakultatif II )

O2 segera = 2,8 mg/l

4) Lokasi 4 ( Maturasi )

O2 segera = 4 mg/l

Tabel 1.5 Pemeriksaan BOD ( kadar O2 segera )

No.

Lokasi

Jumlah Na2S2O3

O2 segera

1

2

3

4

Inlet

Fakultatif I

Fakultatif II

Kolam Maturasi

0,8 + 1 = 1,8 ml

0,8 + 0,6 = 1,4 ml

0,8 + 0,6 = 1,4 ml

1 + 1 = 2 ml

3,6 mg/l

2,8 mg/l

2,8 mg/l

4 mg/l

Sumber : Hasil perhitungan kadar BOD

b. O2 dua hari

1) Lokasi 1 ( Inlet )

O2 dua hari = 5,2 mg/l

2) Lokasi 2 ( Fakultatif I )

O2 dua hari = 3,6 mg/l

3) Lokasi 3 ( Fakultatif II )

O2 dua hari = 2,8 mg/l

4) Lokasi 4 ( Maturasi )

O2 dua hari = 6 mg/l

Tabel 1.5 Pemeriksaan BOD ( kadar O2 segera )

No.

Lokasi

Jumlah Na2S2O3

O2 tiga hari

1

2

3

4

Inlet

Fakultatif I

Fakultatif II

Maturasi

0,8 +1,8 = 2,6 ml

1 + 0,8 = 1,8 ml

0,8 + 0,6 = 1,4 ml

0,8 + 2,2 = 3 ml

5,2 mg/l

3,6 mg/l

2,8 mg/l

6 mg/l

Sumber : Hasil perhitungan kadar BOD

c. BOD ( Biochemical Oxygen Demand )

BOD = ( O2 segera – O2 dua hari ) x pengenceran

1) Lokasi 1 ( Inlet )

BOD = ( 3,6 – 5,2 ) x 240 ml

= -384 mg/l

2) Lokasi 2 ( Fakultatif I )

BOD = ( 2,8 – 3,6 ) x 240 ml

= -192 mg/l

3) Lokasi 3 ( Fakultatif II )

BOD = ( 2,8 – 2,8 ) x 240 ml

= 0 mg/l

4) Lokasi 4 ( Maturasi )

BOD = ( 4 - 6 ) x 240 ml

= -480 mg/l

H. PEMBAHASAN

Dalam menentukan sejauh mana kualitas air itu baik atau buruk, dapat ditentukan atau diketahui berdasarkan beberapa factor di bawah ini :

1. Derajat Keasaman ( pH )

Derajat keasaman dinyatakan dengan pH – log ( H’ ). Air murni mempunyai pH = 7, larutan asam mempunyai pH < 7, sedangkan larutan basa mempunyai pH > 7.

Dilihat dari hasil pengujian air sampel terdapat kenaikan pH dari lokasi 1 ke lokasi 4. Pada lokasi 1 pH = 7, lokasi 2 pH = 6,5, lokasi 3 pH = 6,4 dan lokasi 4 pH = 7,5 yang berarti air sampel tersebut bersifat basa.

2. Temperatur Air

Pada umumnya air tidak jauh berbeda suhunya dengan suhu udara sekitar. Suhu air dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari udara terganung cuaca :

a. Inlet : untuk suhu udara 31oC, suhu air 28oC

b. Kolam Fakultatif I : untuk suhu udara 31oC, suhu air 29oC

c. Kolam Fakultatif II : untuk suhu udara 31oC, suhu air 29oC

d. Kolam Maturasi : untuk suhu udara 31oC, suhu air 30oC

3. Warna, Bau dan Kekeruhan

Dari hasil pemeriksaan didapatkan data :

Tabel 1.7 Warna, bau dan kekeruhan

Lokasi

Warna

Bau

Kekeruhan

Inlet

Hitam

Berbau

Keruh

Fakultatif I

Hitam

Agak Bau

Keruh

Fakultatif II

Hitam

Agak Bau

Keruh

Maturasi

Hijau alga

Agak Bau

Agak Keruh

Sumber : IPAL kasihan, Bantul

Dari hasil pengamatan air di IPAL menunjukkan air di lokasi tersebut tidak memenuhi syarat air bersih.

4. DO ( Dissolved Oxygen )

DO menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya oksigen dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya kandungan bahan organik dalam air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor ( bahan organik ) dalam air dan sebaliknya.

Dari hasil percobaan di laboratorium didapat kadar DO sebagi berikut :

a. Lokasi 1 ( Inlet ) kadar DO = 2,6 mg/l

b. Lokasi 2 ( Fakultatif I ) kadar DO = 2,4 mg/l

c. Lokasi 3 ( Fakultatif II ) kadar DO = 2,4 mg/l

d. Lokasi 4 ( Maturasi ) kadar DO = 3 mg/l

5. BOD ( Biochemical Oxygen Demand )

Angka BOD adalh jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan ( mengoksidasikan ) hamper semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. Dari hasil percobaan di laboratorium didapat kadar BOD sebagai berikut :

a. Lokasi 1 ( Inlet ) kadar BOD = -384 mg/l

b. Lokasi 2 ( Fakultatif I ) kadar BOD = -192 mg/l

c. Lokasi 3 ( Fakultatif II ) kadar BOD = 0 mg/l

d. Lokasi 4 ( Maturasi ) kadar BOD = -480 mg/l

6. Fe

Banyak sedikitnya kandungan Fe dapat dipakai sebagai indikator terhadap pencemaran logam berat pada kandungan limbah tersebut. Dari hasil percobaan di laboratorium didapat kadar Fe sebagai berikut :

a. Lokasi 1 ( Inlet ) kadar Fe = 0,01 mg/l

b. Lokasi 2 ( Fakultatif I ) kadar Fe = 0,005 mg/l

c. Lokasi 3 ( Fakultatif II ) kadar Fe = 0,005 mg/l

d. Lokasi 4 ( Maturasi ) kadar Fe = 0,005 mg/l

I. KESIMPULAN

1. Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh hasil buangan industri.

2. Dengan dibangunnya Instalasi Pengolahan Air Limbah kota Yogyakarta, setidaknya kita dapat mengurangi pencemaran akibat limbah industri maupun limbah rumah tangga, serta dapat mengurangi akibat buruk pada masyarakat dikarenakan menggunakan air sungai yang sudah tercemar dan sekaligus mendukung program kali bersih.

3. Hasil kadar DO yang diperoleh dari hasil perhitungan berturut - turut adalah 2,6mg/l; 2,4 mg/l; 2,4 mg/l dan 3 mg/l. Sehingga dapat disimpulkan pada lokasi1 ( Inlet ), fakultatif 1, fakultatif 2, dan outlet tidak memenuhi syarat karena DO

< 4 mg/l.

4. Hasil kadar Fe yang diperoleh dari hasil perhitungan berturut-turut adalah 0,01mg/l; 0,005 mg/l; 0,005 mg/l dan 0,005 mg/l. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Fe pada semua lokasi telah memenuhi syarat standar kualitas air bersih karena Fe 0,3 mg/l.

5. Temperatur

a. Inlet, suhu air = 31˚C, suhu udara = 28˚C

b. Fakultatif 1, suhu air = 31˚C, suhu udara = 29˚C

c. Fakultatif 2, suhu air = 31˚C, suhu udara = 29˚C

d. Outlet, suhu air = 31˚C, suhu udara = 30˚C

Data diatas menunjukkan suhu air rata-rata 29˚C

6. Dari hasil di laboratorium didapat kadar BOD berikut:

a. Inlet, harga BOD = -384 mg/l

b. Fakultatif 1, harga BOD = -192 mg/l

c. Fakultatif 2, harga BOD = 0 mg/l

d. Outlet, harga BOD = -480 mg/l.

7. Dari hasil pengamatan keadaan fisik air yang meliputi warna, baud an kekeruhan, maka dapat dikatakan bahwa air tersebut tidak memenuhi standar air bersih menurut MENKEB.

8. Dari semua data yang diperoleh pada saat penelitian di IPAL Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa air yang melalui proses pengolahan yang dilakukan di IPAL, tidak layak dikonsumsi oleh manusia namun bisa digunakan sebagai irigasi.

J. SARAN

1. Sebagai instalasi yang menangani masalah air limbah, peran IPAL Yogyakarta cukup banyak, sedikitnya mengursngi pencemaran lingkungan di Yogyakarta. Diharapkan IPAL lebih banyak melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat agar mereka sadar akan manfaat pipa-pipa saluran limbah yang telah ada ataupun dengan melakukan pemasangan pipa saluran limbah.

2. Untuk dapat mengetahui kualitas air limbah kita butuh peralatan yang lengkap dan bahan yang lengkap agar mendapatkan hasil percobaan yang akurat. Apabila peralatan yang tersedia terbatas begitu pula dengan bahan yang tersedia, tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan dalam pemeriksaan serta hasil pemeriksaan tidak akurat.

3. Dalam penelitian baik di lapangan maupun di laboratorium diperlukan ketelitian yang tepat.