Inovasi Teknologi B Mearah & Cabai (BANTEN).ppsx
Transcript of Inovasi Teknologi B Mearah & Cabai (BANTEN).ppsx
Inovasi Baru Teknis Budidaya Cabai Merah dan BawangMerah
Dr. Liferdi L, SP. MSi.Dr. Bagus Kukuh Udiarto, MS
Instruksi PresidenPada Renaksi Bukitinggi
Program Kementan Pengembangan 7 Komoditas Unggulan : PadiTebuJagung KedelaiSapiCabai Merah Bawang Merah
Inovasi Baru Teknis Budidaya Cabai Merah
VARIETAS UNGGUL CABAI MERAH
•Lingga•Ciko
•Tanjung 1 dan 2•Lembang 1
•Kencana
VV VUB Cabai Merah Besar
Umur Panen : 88 – 95 HSTPotensi Hasil : + 16,1 ton/ha Kunggulan : Beradaptasi dengan baik pada dataran medium musim kemarau basah
Umur Panen : 81 – 84 HST Potensi Hasil : + 20.5 ton/ha Kunggulan : Beradaptasi dengan baik pada dataran medium
1. Varietas Lingga
2. Varietas Ciko
Cabai
• Produksi per hektar 18 ton• Umur mulai panen 58 hst• Toleran terhadap hama penghisap daun
• Produksi per hektar 6-19,9 ton• Umur mulai panen 58 hst• Agak toleran thd penyakit antraknose
VUB Cabai Merah Keriting
BALITSA
• Produksi per ha 9 ton• Umur panen 63 hst• Beradaptasi baik di dataran
rendah• Ketersediaan benih penjenis :
12,4 kg
Umur Panen : 95 – 98 HST Potensi Hasil : + 18.4 ton/ha Kunggulan : Beradaptasi dengan baik Pada dataran medium
Varietas Kencana
Teknik Bercocok Tanam Varietas Tahan
Pengendalian.Biologi
Pengendalian Kimiawi
P H T Ramah
Lingkungan
TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI (Ramah Lingkungan)
Pengendalan Fisik(Barier/Perangkap)
Isolasi Dipersemaian dengan Penggunaan Sungkup Dinding : Kain SifonAtap : Plastik UV transvaran
Pemanfaatan Indozer Daun Bunga Pagoda Untuk Ketahanan Cabai thd Virus Kuning
250 gr daun + 1 lt Buffer Phosfat pH 7 1 lt rendaman +
15 gr Kaburendum Disemprotlan di Pesemaian Cabai ( 20 HSS)
3.Pemupukan Kimia Berimbang
-
- Ppk dasar : K.sapi(domba) 30-40 ton/ha + TSP (200-225 kg/ha) - Ppk susulan: - Urea ( 100-150 kg/ha ) - ZA ( 300-400 kg/ha ) - KCl ( 150-200 kg/ha ) - Diberikan (3x); 3, 6, 9 MST-Tmp.sari : Ppk.Dasar, NPK (700 kg/ha),bersamaan dgn ppk.kandang Ppk.Susulan,NPK (2 gr/l,vol.semprot 400 l/ha) Dimulai 6 HST, diulang 10 hr sekali
3.Pemupukan Semi Organik
- P
- Pembuatan Pupuk Urin Kelinci/Sapi :
1. EM 4 (0,5 liter) + gula (100 gr) dibiarkan selama 2 hari
2. Urin kelinci/sapi (20 liter) + EM 4 Yang mengandung gula 3. Masukan airator kedalam proses fermentasi urin (2-3 minggu)- Aplikasi : Ppk.Dasar ; Ppk.kandang Sapi (30-40 /ha) disemprot urinkelinci
(500 ml/15 lt) + NPK (700 kg/ha). Ppk.Susulan ; Dikocor dengan urin kelinci/sapi (500ml/15lt) dengan dosis (250ml/tanaman) Dimulai 6 HST, diulang 10 hr sekali
1. Modifikasi lingkungan
No. pH tanah asalKebutuhan kapur
(ton/ha)
1. 5,50 5,80
2. 5,00 7,80
3. 4,50 10,70
4. 4,00 13,00
Daftar kebutuhan kapur, jika pH tanah < 6
Penggunaan Mulsa Plastik
- Menekan gulma inang virus- Menekan populasi Vektornya
- Menekan gulma inang virus- Menekan populasi Vektornya- Menjaga kelembaban tanah
PEMANFAATAN BORDER JAGUNG
• Jagung ditanam 3 – 4 minggu sebelum tanam cabai • Jagung ditanam sebanyak 5-6 baris secara zigzag• Jarak antara border jagung dengan cabai 1 m.
Penggunaan perangkap
Perangkap Lalatbuah
• Perangkap Kutukebul dan Aphid
feromon seks perangkap penggerek buah cabai, Helicoverpa armigera
Perangkap Thrips
Harmonia sp. Curinus sp. Coelphora sp. P. fuscipes Condylastylus sp.
M. sexmaculatus C.tranversalis V. lineata V. discolor
Predator Penting B. tabaci, Thrips sp dan Kutudaun
Larva Epilakna sp (Coccinelidae Hama)
Larva Verania sp (Coccinelidae
Predator)
Parasitoid
Parasitoid dari Ordo Hemyptera Hasil Eksplorasi
Imago Eretmocerus mundus (Aphelinidae) Tarsi 5 ruas
Parasitoid dari Ordo Hemyptera Hasil Eksplorasi
Imago Encarsia formosa(Aphelinidae) Tarsi 5 ruas
Konsentrasi5 – 10 ekor / Liter air
PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI
PESTISIDA AGONAL• Bahan : Daun Mimba 8 kg
Lengkuas 6 kg
Serai 6 kg
Diterjen 20 gr
Air 20 l
• Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan serai di tumbuk atau
dihaluskan. Seluruh bahan lalu direndam dalam 20 l air selama sehari semalam (24 jam). Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan kembali dengan 600 l air. Larutan sebanyak itu dapat digunakan untuk lahan seluas 1 ha.
PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI
PESTISIDA AGONAL PLUS• Bahan : Daun Mimba 8 kg
Lengkuas 6 kg
Serai 6 kg
Urin Kelinci/sapi sudah difermentasi (10 lt)
Air 10 l
• Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan serai di tumbuk atau
dihaluskan. Seluruh bahan lalu direndam dalam 10 l air selama sehari semalam (24 jam). Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah dengan 10 liter urin kelinci/sapi yang telah difermentasi. Konsentrasi penyemprotan 250 ml larutan / 15 lt air (1gelas aqua/tangki) .
Fungisida dengan kode cara kerja di luar M1 s.d. M9
Fungisida dengan kode cara kerja M1 s.d. M9
Penyemprotan Pestisida Kimia• Waktu penyemprotan : sore hari (jam 16.00)
• pH air : 4,5 – 5 (menurunkan pH air dengan Biosoft atau Asam Nitrat)
• Tidak boleh dicampur dengan pupuk daun
Beberapa Jenis Insektisida untuk Mengendalikan
Hama-hama penting Tanaman Cabai Hama Insektisida yang dianjurkan
Thrips ,Thrips parvispinus
Diafentiuron (Pegasus 500 EC); Fipronil (Regent 50 SC); Imidaklorpid (Confidor 200 SC); Merkaptodimetur (Mesurol 50 WP) dan Dimetoat (Perfektion 400 EC). Piraklofos (Voltage 560 EC), Kartap hidroklorida (Padan 50 SP), Abamectin (Agrimec 18 EC)
Kutudaun persik , Myzus persicae Sulz
Dimetoat (Perfektion 400 EC), Permetrin (Pounce 20 EC), Sipermetrin (Arrivo 30 EC) dan Pirimicarb (Pirimor 50 WP), (Buldok 25 EC), Imidaklorpid (Confidor 200 LC), Fipronil (Regent 50 EC)
Tungau teh kuning, Polyphagotarsonemus latus
Akarisida Etion (Merothion 500 EC), Klofentezin (Apollo 500 EC), Pyridaben (Makari 150 EC) dan Abamectin (Agrimec 18 EC), Abamectin (Mitigate 18 EC)
Beberapa Jenis Insektisida untuk Mengendalikan
Hama-hama penting Tanaman Cabai Hama Insektisida yang dianjurkan
Kutu Kebul , Bemisia tabaci Genn.
Imidaclorpid (Confidor 200 SL), Bifenthrin (Talstar 25 EC), Buprofezin (Applaud 100 EC), Fenpropathrin ((Meothrin 50 EC), Endosulphan (Termisidin 350 EC), Amitraz (Mitac 200 EC), Deltamethrin (Decis 2.5 EC), Permethrin (Corsair
100 EC) dan Asefat (Orthane 75 SP) Wereng kapas, Empoasca lybica de Bergevin & Zanon
Flufenoksuron (Cascade 50 EC), Imidaklorpid (Confidor 200 SL), Metidation (Supracide 25 WP),
Bifentrin (Talstar 25 EC) Lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis
Blancard
Cyromazine (Trigard 50 WP), Abamectin (Agrimec 18 EC) Karbosulfan (Marshall 200 EC), Spinosas (Success 120 SC), Kartap hidroklorida (Padan 50 SP), Betasiflutrin (Buldok 40 EC)
Beberapa Jenis Insektisida untuk Mengendalikan
Hama-hama penting Tanaman Cabai Hama Insektisida yang dianjurkan
Ulat Buah Tomat Helicoverpa armigera Hubn.
Amamate (Proclaim 5 SG), Deltamethrin (Decis 2.5 EC), Spinosad Success 120 SC)
Lalat Buah, Bactrocera dorsalis
Metil Eugenol (Petrogenol 800 L), Metidation (Supracide 40EC), Betasiflutrin (Buldok 25 EC), Profenofos (Curacron 500 EC), Deltamethrin (Decis 2,5 EC)
Inovasi Baru Teknis Budidaya BawangMerah
No Varietas Pengusul Tahun 1 Bima brebes Balitsa Lembang 1984
2 Medan Balitsa Lembang 1984
3 Keling Balitsa Lembang 1984
4 Maja Cipanas Balitsa Lembang 1984
5 Bauji BPTP Jatim 2000
6 Superphilip BPTP Jatim 2000
7 Keramat 1 Balitsa Lembang 2001
8 Keramat 2 Balitsa Lembang 2001
9 Kuning Balitsa Lembang 2001
12 Batu Ijo BPTP Jatim 2004
Varietas bawang merah
No Varietas Pengusul Tahun13 Palasa Diperta, BPTP Untad Sulteng 2004
14 Tinombo Diperta, BPTP Untad Sulteng 2004
16 Sembrani Balitsa Lembang 2007
17 Katumi Balitsa Lembang 2007
18 Manjung Diperta Jatim 2009
19 Lembah Palu Diperta Kota Palu 2011
20 Rubaru Diperta Sumenep, BPTP, BPSB 2011
21 Mentes Balitsa Lembang 2011
22 Pikatan Balitsa Lembang 2011
23 Trisula Balitsa Lembang 2011
24 Pancasona Balitsa Lembang 2011
VARIETAS DATARAN RENDAH (BALITSA)
• Bima• Kuning• Pikatan• Katumi• Pancasona• Mentes
BIMA
Potensi hasil : 16 t/haUmur panen : 56 hari
KUNING
Potensi hasil : 6 - 21,4 t/haUmur panen : 57 hari
PIKATAN
Umur Panen : 55 hari Potensi Hasil : 6.20 – 23.31 t/ha Keunggulan : Tahan simpan sampai 4 bulan
KATUMI
Potensi hasil : 24 t/haUmur panen : 56 hari
PANCASONA
Umur Panen : 57 hari Potensi Hasil : 6.90 – 23.70 t/ha Keunggulan : Tahan simpan 3 – 4 bulan
Umur Panen : 58 hari Potensi Hasil : 7.10 – 27.58 t/ha Keunggulan : Tahan simpan 5 - 7 bulan
MENTES
Bima B Sembrani Maja C Trisula Katumi Mentes Manjung0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
18.2
3.5 4.4 4.3
15.819.5
8.9
Persentase Kematian Tanaman Bawang Merah di Lahan Gambut Palangka Raya
2 MST4 MST6 MST
Varietas Bawang Merah
Kem
atian
(%)]
Nop I Nop II Nop III Des I Des II Des III Jan I0
2
4
6
8
10
5
7
4
8 8
6 6
Hari Hujan Dasarian Nop 2013 - Jan 2014
Bulan dalam dasarian
Hari
huja
n
Varietas Maja, Sembrani dan Trisula ditanam di dataran tinggi
VARIETAS DATARAN TINGGI
DAN OFF SEASON (BALITSA)
• Maja
• Sembrani
• Trisula
MAJA
Potensi hasil : 12 ton/haUmur panen : 62 hari
SEMBRANI
Potensi hasil : 9 – 24.4 t/haUmur panen : 58 hari
TRISULA
Umur Panen : 55 hari Potensi Hasil : 6.50 – 23.21 t/ha
Keunggulan : Tahan simpan 5 bln.
Varietas A. Panjang Gadua
Katumi 3.128 15.010 Maja 5.186 13.990 Bima Brebes 1.072 10.680 Sembrani 9.986 13.470 Kuning 12.5 13.250 Lokal A. Panjang 3.150 10.380
Berat umbi kering bersih (kg/ha) bawang merah di Alahan Panjang Kabupaten Solok dan di Nagari Gadua Kabupaten Padang Pariaman, 2012
KLON KLON UNGGUL HARAPAN
Umur panen : 60 hari Produksi : 19 ton / ha Anakan : 5 – 7 umbi / rumpun umbi : merah tua Keunggulan : umbi besar, produksi tinggi Keterangan : cocok untuk dataran rendah dan menengah
KLON KL-99
KLON KL- 68
Umur panen : 60 hari Produksi : 17 ton / ha Anakan : 8 – 13 umbi / rumpun umbi : merah tua Keunggulan : anakan banyak, produksi tinggi Keterangan : cocok untuk DT.
Umur panen : 60 hari Produksi : 18 ton / ha Anakan : 7-10 umbi / rumpun umbi : merah tua Keunggulan : produksi tinggi Keterangan : cocok untuk dataran rendah
KLON F1-60
U418
Thailand U418 Tiron
Klon terseleksi hasil persilangan
B. Merah X B. Daun
KUNING
B. Mrh X B. Daun
Hasil persilangan Bawang Merah X Bawang Daun
Teknik Bercocok Tanam Varietas Tahan
Pengendalian.Biologi
Pengendalian Kimiawi
P H T Ramah
Lingkungan
TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH (Ramah Lingkungan)
Pengendalan Fisik(Barier/Perangkap)
• Pengaturan pola tanam. Ditinjau dari segi pengendalian OPT pengaturan pola tanam bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit di suatu wilayah atau area lahan tertentu. Oleh karena itu dalam pengaturan pola tanam harus diupayakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak berasal dari satu keluarga/ famili.
1. Modifikasi lingkungan
Budi daya Bawang Merah Usahatani bawang merah pada
musim hujan dapat dilakukan di lahan sawah dan lahan kering tetapi, sebaiknya dilakukan di lahan kering atau tegalan, di lokasi yang terbuka.
Ditanam di tanah Alluvial, Latosol cokelat, Andisol
Pada pH tanah < 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan Dolomit sebanyak 1,5 ton/ha.
Pengolahan lahan dilakukan secara manual dengan cangkul atau menggunakan traktor. Ukuran bedengan 1-1,2 meter dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan.
Jarak antar bedengan 20-30 cm, dengan kedalaman parit 20-30 cm atau lebih.
Pupuk dasar : Pupuk kandang sapi (15-20 t/ha)
atau kotoran ayam (5-6 ton/ha) atau kompos (2,5-5 ton/ha).
Pupuk buatan TSP/SP-36 (120-200 kg/ha)
Pupuk kandang atau kompos dan pupuk buatan (TSP) disebar serta diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam.
Pupuk susulan : Urea (150-200 kg/ha), ZA (300-500
kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha). Pemupukan susulan I dilakukan
pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada waktu umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis.
100 kg NPK(15-15-15) Mutiara diaplikasikan pada umur 3 minggu.
Pengairan Pengairan dilakukan setiap hari pada pagi hari
dan sore hari sampai tanaman tumbuh (1 minggu) dan selanjutnya disiram setiap pagi menggunakan gembor membasahi daun tanaman bawang merah.
Untuk mempercepat penuaan umbi bawang setelah tanaman berumur > 55 hari dapat dilakukan penyiraman pada siang hari.
Penyiangan Penyiangan tanaman bawang merah dengan
cara manual dilakukan sesuai keadaan gulma di lapangan, yaitu antara satu sampai dua kali penyiangan, dan umumnya dilakukan sebelum aplikasi pemupukan.
Perbaikan bedengan/parit Setelah dilakukan penyiangan gulma
dilakukan dengan perbaikan bedengan dengan melakukan pemopokan/ pemeleman bedengan tanam pada saat tanaman umur 30-40 hari.
Alat Pengering dan Penyimpan Bawang Merah (In Store Drying) BBP Pascapanen
In Store Drying Bawang Merah
Kondisi Rak Pengering
Komponen – komponen Teknologi PHT Bawang Merah 1. Budidaya tanaman sehat • Waktu tanam yang tepat Penanaman pada musim kemarau dapat menekan serangan A. Porii • Pergiliran tanaman Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan bawang – bawangan dapat menekan serangan A. Porii (Hikmat 2002) • Penggunaan varietas tahan Varietas Kuning, Bima dan Sumenep terhadap hama S. exigua, varietas Bauji tahan terhadap Alternaria porii (Baswarsiati dan Nurbanah 2001), varietas Bangkok toleran terhadap penyakit bercak ungu. • Pemilihan bibit Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak keropos) tidak luka/kulit tidak terkelupas, warnanya mengkilat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
2.Sanitasi Pengambilan dan pemusnahan bagian dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi.
3. Penyiraman Penyiraman yang baik, 1-2 kali tiap hari. Penyiraman dengan air (bersih) setelah turun hujan pada siang hari dilakukan untuk membersihkan konidia yang menempel pada tanaman bawang merah.
4. Pemasangan perangkap : Perangkap feromonoid seks dipasang sebanyak 50 buah/ha untuk menangkap ngengat S. exigua Perangkap likat warna kuning dapat digunakan untuk menekan serangan lalat pengorok daun L. chinensis, dipasang segera setelah tanaman bawang merah tumbuh. Jumlah perangkap yang dibutuhkan adalah sebanyak 40 buah/ ha. Perangkap likat warna putih atau biru untuk T. tabaci sebanyak 50 buah/ha.
• Pemasangan perangkap lampu Perangkap lampu neon (TL 10 watt) dengan waktu nyala mulai pukul 18.00 sampai dengan 24.00 paling efisien dan efektif untuk menangkap imago dan menekan serangan S. exigua pada bawang merah. Daya penekanan terhadap tingkat kerusakan mencapai 74 – 81%.
5. Pemanfaatan musuh alami • Parasitoid S. exigua
Eriborus sinicus : 10%, Diadegma sp., Chaprops sp., Euplectrus sp., Stenomesius japonicus., Microsplitis similes dan Peribaea sp. (Shepard et al. 1997) • Penggunaan SeNPV Persistensi Se-NPV berkisar antara 0 – 72 jam pada konsentrasi 8,0 x 1013PIBs/ml (Sutarya 1996). Mortalitas sebesar 100% terjadi pada hari ke sembilan setelah perlakuan. Penggunaan ekstrak kasar 15 larva S. exigua terinfeksi SeNPV/l air yang mengandung virus sebanyak 4,45 x 1010) PiBs/ml, efektif terhadap S. exigua
Penggunaan Jamur entomopatogen, Beauveria bassiana dan Metarrhizium spp
P
5. Penggunaan sungkup Penggunaan sungkup kain kasa dapat menekan populasi telur dan larva serta intensitas kerusakan tanaman serta secara tidak langsung juga mampu meningkatkan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah umbi bawang merah. Kelambu kasa plastik tahan sampai dengan 6 – 8 musim tanam.6. Pestisida kimia
FEROMON-EXI• Diteliti dan dikembangkan di BB BIOGEN• Sudah dilisensikan, ijin komersial baru keluar Agustus
2013, CV. NUSAGRI• Aplikasinya: Perangkap ber-air sabun, 12 – 24
perangkap/ha; monitoring 5 perkap/ha• Dipasang mulai saat tanam• Tahan samapai 2 bulan (satu musim tanam)
Hasil Di Lapangan• Brebes. Limbangan: 24 perangkap / ha, aplikasi
insektisida 3 x, petani 15-20 kali aplikasi insektisida.
Hasil tangkapan Feromon-Exi terhadap imago jantan S. exigua, per malam / 22 traps / 0.5 ha. Trap dipasang pada 7 hst. Brebes
Jawa Tengah.
399
587
1350
1872
1641
18832000
1639
1862
2398
2930
1565
3048
3741
3141
2839
24762451
2189
25392435
2953
26142567
207121572185
2844
2390
28602973
2235
2469
3196
3357
3196
1904
2925
2279
2799
29842901
2338
13091256
971
324 302185
362305
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Hari Ke-
Ju
mla
h J
an
tan
Tertan
gkap
/mala
m Total males
Exi ke-1Exi ke-2
Fungisida dengan kode cara kerja di luar M1 s.d. M9
Fungisida dengan kode cara kerja M1 s.d. M9
Penyemprotan Pestisida Kimia• Waktu penyemprotan : sore hari (jam 16.00)
• pH air : 4,5 – 5 (menurunkan pH air dengan Biosoft atau Asam Nitrat)
• Tidak boleh dicampur dengan pupuk daun
Ambang pengendalian hama tanaman bawang merah
Hama Nilai ambang pengendalian
1. Ulat bawang 10 imago per perangkap/ malam
2. Trips Intensitas serangan 5%
3. Lalat pengorok daun Intensitas serangan 10%
PERANGKAP SEX FEROMON
Perhektar digunakan 36 perangkap
Gb. 10
Gb. 7
BIJI BOTANI BAWANG MERAH
(TSS = True Shallot Seed)
1. Potensi Varietas : bawang merah di Indonesia secara alami dapat berbunga dan menghasilkan biji/benih, kecuali varietas bawang merah kultivar Sumenep tidak dapat menghasilkan bunga atau biji
2. Kualitas umbi bibit, kematangan fisiologis, umbi sehat, lama simpan sebelum perlakuan benih.
4. Waktu tanam (MK), Mei-Juni, dan dilakukan proteksi saat tanaman berbunga terhadap hujan (perlu naungan)
5. Meningkatkan penyerbukan dengan bantuan serangga penyerbuk saat tanaman berbungan utk . meningkatkan seed-set dan produksi benih TSS.
Teknologi Produksi Benih TSS
3. Perlakuan benih dengan pendinginan (vernalisasi), t= 10 oC selama 3-4 minggu dan pemberian ZPT (GA3/BAP) perendaman dan/ atau penyemprotan.
Sumber: Foto Rini Rosliani (2011)
Produksi Biji Botani Bawang Merah
Proses Venalisasi Umbi Bibit
Produksi Biji Botani Bawang Merah
Calon Varietas TSSNO Galur Lokasi Pengujian
Brebes Tegal
4 TSS-28-S4 10.24 ab 17.50 bcd5 TSS-1-S4 11.29 a 20.04 ab6 TSS-5-S4 9.05 abc 17.73 bcd
10 TS-KL80-S3 11.48 a 21.35 a11 TS-ML-S3 10.94 a 13.53 cd12 TUK-TUK 11.32 a 15.94 bcd
• Produksi benih TSS yang layak komersial dengan biaya produksi sekitar 1,5 juta rupiah per kg TSS.
Teknologi Produksi Benih TSS
Konsep Perbenihan
TSS : Penangkar umbi mini
Strategi PengembanganTSS
Biji Botani Bawang Merah
(TSS)
Varietas TSS
Varietas non TSS
Umbi Produksi
Umbi mini Umbi ProduksiSeragam
Umbi mini Umbi Produksi Tidak seragam
Produksi di Dataran Tinggi
Produksi di dataran rendah
3-4 g
2-2.5 g
Produksi di dataran rendah - tinggi sesuai varietas
> 5 g
Instansi Pemerintah dan Penangkar mitra Penangkar mitra Petani produsen
Tuk-tuk = 47 t/ha
Var Lokal = 37 t/ha
Keragaan Hasil Umbi TSS
TEKNIS DAN KELEMBAGAAN
Litbang :• Menyediakan benih sumber untuk varietas-
varietas yang banyak disukai masyarakat• Melengkapi sarana prasarana , baik melalui
APBN dan APBD (gudang benih dan pengairan)
• Meningkatkan kapasitas produksi dari penangkar benih yang sudah ada
• Menerapkan sertifikasi benih dalam produksi benih bawang merah
TEKNIS DAN KELEMBAGAAN
Mitra Litbang :• Menumbuhkan penangkar benih di sentra-
sentra produksi• Mempercepat perbanyakan benih sumber
bawang merah di BBH• Mengkaji perkembangan benih bawang
merah (produksi dalam negeri maupun impor)
• Sosialisasi penggunaan benih bermutu (penyediaan dana opkup benih di Dinas Propinsi/Kab/Kota)
Selama 52 hari ± 110 000 imago jantan. Brebes Agst 2006
Prakiraan:1. Jumlah yang tertangkap lebih dari 110.000 ekor, ~ setara dengan gagal
kopulasi/kawin 110 000 ekor betina (kawin hanya sekali).2. Rata2 telur yang dihasilkan 500 – 1000 / betina, ~ setara dengan 5 - 10 juta
larva atau lebih gagal lahir.3. Kerusakan yang akan terjadi seandainya tidak ditangkapi ??????
Bima, NTT• Di Kecamatan Save dan Belo, 36 perangkap / 3 ha.
Jumlah tangkapan per hari menurun hingga panen
Kab. Enrekan Sulsel• Ambang pengendalian > 10 ekor/perangkap/hari. Lebih
praktis. 5 perangkap/ ha• Penggunaan insektisida dpt ditekan ± 40%, hasil panen
13,5 ton/ha setara dengan aplikasi insektisida 2 kali/minggu
Stadia tanaman
Hama Penyakit
Tanaman muda (1 – 4 MST)*
1. Orong – orong (Gryllotalpa spp.) 2. Ulat bawang (Spodoptera exigua) 3. Ulat grayak (Spodoptera litura) 4. Lalat pengorok daun (Liriomyza chinensis)
1. Layu Fusarium ( Fusarium oxysporum)
Tanaman tua (5 – 9 MST)
1. Trips (Thrips tabaci) 2. Ulat bawang (S. exigua) 3. Lalat pengorok daun (L. chinensis)
1. Becak ungu (Alternaria porri) 2. Downy mildew (Peronospora destructor) 3. Bercak daun cercospora (Cercospora duddiae) 4. Antraknose (Colletotrichum gloeosporiodes) 5. Layu Fusarium (F. oxysporum) 6 Nematoda (Dytylenchus dissaci, Helicotylenchus retusus)
Umbi di gudang Ngengat gudang (Ephestia cautella)
Ulat bawang (Spodoptera exigua L.) Serangga dewasa merupakan ngengat dengan sayap depan berwarna kelabu gelap dan sayap
belakang berwarna agak putih. Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada ujung daun. Satu kelompok biasanya berkisar 50 – 150 butir Seekor betina mampu menghasilkan telur rata- rata
1.000 butir. Telur dilapisi oleh bulu-bulu putih yang berasal dari
sisik tubuh induknya. Telur berwarna putih, berbentuk bulat atau bulat
telur (lonjong) berukuran 0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3 hari. Larva S. exigua berukuran panjang 2,5 cm dengan
warna yang bervariasi. Ketika masih muda, larva berwarna hijau muda dan
jika sudah tua berwarna hijau kecoklatan gelap dengan garis kekuningan-kuningan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura)Ngengat berwarna agak gelap dengan garis putih pada sayap depannya, sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan bercak hitam. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 2.000 – 3.000 butir. Telur berwarna putih diletakkan berkelompok dan berbulu halus seperti diselimuti kain laken. Satu kelompok telur sekitar 350 butir telur. Larva mempunyai warna yang bervariasi, tetapi mempunyai kalung hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Pupa berada di dalam tanah
3. Thrips tabaci
Tubuhnya tipis sepanjang ± 1 mm dan dengan sayap berumbai-umbai. Warna tubuh kuning dan berubah menjadi coklat sampai hitam jika sudah dewasa. Telur berwarna kekuningan, lama hidup 4 – 5 hari. Nimpa berwarna putih kekuningan lama hidupnya sekitar 9 hari .Pupa terbentuk dalam tanah, lama hidup sekitar 9 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 80 telur Gejala serangan daun berwarna putih keperak- perakan Pada serangan hebat, seluruh areal pertanaman berwarna putih dan akhirnya tanaman mati.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
4. Lyriomyza spp.
Liriomyza sp. pertama kali ditemukan menyerang tanaman bawang merah di desa Klampok, Kabupaten Brebes pada awal bulan Agustus 2000 Liriomyza sp. menyerang tanaman bawang merah dari umur 15 hari setelah tanam sampai menjelang panen.
Kehilangan hasil akibat hama tersebut dapat mencapai 30 – 100%.
Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan, sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar
LL. chinensis berukuran panjang 1,7 – 2,3 mm. Seluruh bagian punggungnya berwarna hitam, telur berwarna putih, bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau kekuningan, dan yang sudah berusia lanjut berukuran 3,5 mm.
Pupa kuning keemasan hingga cokelat kekuningan, dan berukuran 2,5 mm
5. Hama Orong-orong (Gryllotalpa africana)Imago menyerupai cengkerik, mempunyai
sepasang kaki depan yang kuat, dan terbang pada malam hari .
Nimfa seperti serangga dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil.
Sifatnya polifag, memakan akar, umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun.
Lamanya daur hidup 3 – 4 bulan. Hama ini menyerang tanaman yang berumur 1 -2 minggu setelah tanam.
Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman rusak.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
6. Hama Gudang Ephestia cautella Larva berwarna kuning kecoklatan dengan
bintik-bintik warna gelap, dengan panjang tubuh larva ± 1 mm.
Gejala serangan umbi bawang merah menjadi keropos, jika dibelah ditemukan larva atau kotorannya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
7. Penyakit trotol atau bercak ungu (Purple blotch) Patogen: cendawan Alternaria porri (Ell.) Infeksi awal pada daun menimbulkan bercak berukuran kecil,
melekuk ke dalam, berwarna putih dengan pusat yang berwarna ungu (kelabu).
Jika cuaca lembab, serangan berlanjut dengan cepat, bercak berkembang hingga menyerupai cincin dengan bagian tengah yang berwarna ungu dengan tepi yang kemerahan dikelilingi warna kuning yang dapat meluas ke bagian atas maupun bawah bercak.
8. Penyakit otomatis atau antraknose (Antracnose) Patogen : cendawan Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Gejala Di daerah Brebes dan sekitarnya, penyakit ini
disebut penyakit otomatis, karena tanaman yang terinfeksi akan mati dengan cepat, mendadak, dan serentak.
Serangan awal ditandai dengan terlihatnya bercak berwarna putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan ke dalam (invaginasi), berlubang dan patah karena terkulai tepat pada bercak tersebut
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
9. Penyakit embun bulu atau tepung palsu (Downy mildew) Patogen : cendawan Peronospora destructor (Berk.) Casp.
Gejala pada kondisi yang lembab, berkabut atau curah hujan tinggi, cendawan akan membentuk masa spora yang sangat banyak, yang terlihat sebagai bulu-bulu halus berwarna ungu (violet) yang menutupi daun bagian luar dan batang (umbi)
Gejala kelihatan lebih jelas jika daun basah terkena embun.
Gejala akibat infeksi cendawan ini dapat bersifat sistemik dan lokal.
10. Penyakit moler atau layu Fusarium (Twisting Disease) Organisme : cendawan Fusarium oxysporum (Hanz.)
Gejala : Sasaran serangan adalah bagian dasar umbi lapis.
Akibatnya pertumbuhan akar maupun umbi terganggu.
Gejala visual adalah daun yang menguning dan cenderung terpelintir (terputar).
Tanaman sangat mudah tercabut karena pertumbuhan akar terganggu bahkan membusuk.
11. Penyakit ngelumpruk atau leumpeuh (Stemphylium leaf blight) Organisme : cendawan Stemphylium vesicarium (Wallr) Simmons. Gejala :
Bercak-bercak berwarna putih kekuning-kuningan, tumbuh sangat banyak dan cepat sesuai dengan arah bertiupnya angin di awal pertanaman.
Cendawan tersebut mampu mematikan tanaman secara serentak dan kumpulan tanaman yang mati serentak tersebut terlihat seperti pada kelembaban udara yang tinggi dan berangin
Persyaratan Tindakan Pengendalian OPT
1) Aspek teknis Aspek teknis meliputi perpaduan cara-cara pengendalian yang serasi, selaras dan seimbang sehingga dapat menekan populasi OPT sampai batas tidak merugikan. Cara pengendalian terdiri atas cara pengendalian kultur teknis, fisik, mekanik, biologis, dan genetik. Dalam penerapan PHT pengendalian hayati merupakan faktor utama. Pestisida digunakan hanya jika diperlukan, yaitu jika populasi hama atau kerusakan tanaman telah mencapai ambang yang merugikan. 2) Aspek ekonomis Dalam penerapan PHT, biaya pengendalian diusahakan seekonomis mungkin tetapi memberi manfaat yang optimal. 3) Aspek ekologis/ lingkungan Teknologi PHT dirancang untuk tidak mengganggu kesehatan manusia dan tidak mengganggu kehidupan musuh alami dan organisme bukan sasara 4) Aspek sosial Teknologi PHT harus sesuai dengan kondisi sosial, budaya, agama dan tingkat pendidikan masyarakat.