inkompabilitas rhesus

download inkompabilitas rhesus

of 14

Transcript of inkompabilitas rhesus

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    1/14

    PLENARY DISCUSSION BLOK 11

    SISTEM HEMATOLOGI DAN LIMFATIKA

    SCENARIO :

    Pasien Bayi usia satu bulan dengan keluhan ikterikdan lemas.

    Hasil pemerksaan Hematologi :

    - Hb = 6 g/dl

    - AE = 2,08 106 /mm3

    - AL = 10.000/mm3

    - AT = 442.000/mm3

    - MCV = 89,4 fL

    - MCH = 28,8 pg

    - MCHC = 33,6 g/dl

    Hitung Jenis : E=1%/B=0%/N stab=3%/N seg=60%/L=30%/M=6%.

    Kimia klinik :

    - Gula darah sewaktu 180 mg/dl

    - Bilirubin Total 8,5 g/dl

    - Bilirubin Indirek 5,5 mg/dl

    - Bilirubin Direk 3 mg/dl

    - gol.darah A. Ibu gol.darah O dan Ayah A. Pasien akan dilakukan transfusi darah.

    UNFAMILIAR TERMS

    Ikterik = Warna kekuningan,biasanya terlihat di sklera.biasa nya ikterus dapat terlihat dibawah sinar

    matahari

    Lemas = keadaan tidak bergairah.

    Transfusi Darah = pemindahan darah/suatu komponen darah dari seseorang (pendonor) kepada orang

    lain (resipien).

    Gol.darah A = Memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan

    menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.

    Orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah

    A-negatif atau O-negatif.

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    2/14

    Gol.darah O = Memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.

    Orang dengan darah O-negatif, dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO

    apapun dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat

    menerima darah dari sesama O-negatif.

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    3/14

    PROBLEM DEFINITION

    1. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratoriumnya ?

    2. Mengapa bayi tersebut ikterik dan lemas ? Apa yang terjadi pada bayi tersebut ?

    3. Bagaimana Patofisiologisnya ?

    4. Apa saja gejala klinisnya ?

    5. Bagaimana cara menegakkan diagnosisnya ?

    6. Bagaimana penatalaksanaanya ?

    7. Bagaimana prognosisnya ?

    8. Different diagnosis?

    ANALYZING PROBLEM

    1. Interpretasi Hasil Laboratorium

    Hb = 6 g/dl (12,1-17,3 g/dl) TURUN

    AE = 2,08 x 106 (4,08-6,05 x 106) TURUN

    AL = 10ribu N (8-15 ribu) NORMAL

    AT = 442ribu N (150-450 ribu) NORMAL

    MCV = 89,4 fl N (80-96 fl) NORMAL

    MCH = 28,8 pg N (27-31 pg) NORMAL

    MCHC = 33,6 g/dl N (32-36 g/dl) NORMAL

    E = 1% N (1,0-3,0%) NORMAL

    B = 0% N (0,0-1,0%) NORMAL

    Nstab = 3% N (2,0-6,0%) NORMAL

    Nseg = 60% N (50,0-70,0%) NORMAL

    L = 30% (20-40%) NORMAL

    M = 6% N (2-6%) NORMAL

    GDS = 180 mg/dl N (< 200 mg/dl) NORMAL

    Bil tot = 8,5 g/dl (0,2-1,0 g/dl) NAIK

    Bil ind = 5,5 g/dl ( 0,75 g/dl) NAIK

    Bil dir = 3 g/dl ( 0,25 g/dl) NAIK

    Gol darah = A ; ibu = O ; ayah = A

    Kesimpulan : Terjadi penurunan Hb, dan Eritrosit. Serta mengalami kenaikan pada Bilirubin total,

    bilirubin direct, dan bilirubin indirectnya.

    2. Sebelum kita membahas, kenapa bayi ini ikterik dan lemas. Pertama-tama yang kita bahas itu,

    sebenernya kondisi apa yang dialami oleh bayi ini?..

    Kemungkinan bayi ini mengalami HDN (hemolitik disease of newborn). HDN merupakan

    dektruksi dari eritrosit yang berasal dari fetus terkadap antibodi yang dihasilkan oleh ibu.

    Kemudian karena adanya detruksi tadi, menyebkan kadar eritrosit dalam tubuh si bayi akan

    berkurang (anemia). Nah, karena bayi mengalami anemia, maka bayi akan tampak lemas.

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    4/14

    Kemudian, terjadinya ikterus disebabkan karena terjadinya keabnormalam pada fungsi hepar.

    Dalam hal ini terjadi pembesaran pada hepar, menyebabkan kadar bilirubin meningkat, yang

    kemudian menyebabkan terjadinya ikterus.

    3. Patofisiologi terjadinya hal ini adalah

    specific maternal antibody cross the placenta entering the fetuscrculation destroy red blood cells.

    Keterangan :

    jadi mekanismenya itu seperti yang diatas, antibodi spesifik yang dihasilkan oleh ibu, akan

    masuk kedalam plasenta kemudian ke dalam sirkulasi dari fetus, dan akhirnya akan menyebakan

    terjadinya detruksi eritrosit pada fetus.

    Jadi pada umumnya yang menyebabkan terjadinya HDN itu yaitu dari group ABO dan Rh.

    Kemudian imunoglobulin yang terlibat itu adalah IgG.Penyakit inkompabilitas Rh dan ABO terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan antibodi yang

    melawan sel darah merah janin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil, eritrosit janin dalam beberapa

    insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu

    tidak memiliki antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka ibu akan distimulasi untuk

    membentuk imun antibodi. Imun anti bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian masuk

    kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit janin akan diselimuti (coated) dengan antibodi

    tersebut dan akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan menyebabkan anemia (reaksi

    hipersensitivitas tipe II). Hal ini akan dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi dan

    melepaskan sel-sel darah merah yang imatur yang berinti banyak, disebut dengan eritroblas (yang berasal

    dari sumsum tulang) secara berlebihan.

    Produksi eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan pembesaran hati dan limpa yang selanjutnya

    dapat menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi eritroblas ini melibatkan berbagai komponen

    sel-sel darah, seperti platelet dan faktor penting lainnya untuk pembekuan darah. Pada saat berkurangnya

    faktor pembekuan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan yang banyak dan dapat memperberat

    komplikasi. Lebih dari 400 antigen terdapat pada permukaan eritrosit, tetapi secara klinis hanya sedikit yang

    penting sebagai penyebab penyakit hemolitik. Kurangnya antigen eritrosit dalam tubuh berpotensi

    menghasilkan antibodi jika terpapar dengan antigen tersebut. Antibodi tersebut berbahaya terhadap diri

    sendiri pada saat transfusi atau berbahaya bagi janin.

    Hemolisis yang berat biasanya terjadi oleh adanya sensitisasi maternal sebelumnya, misalnya karena

    abortus, ruptur kehamilan di luar kandungan, amniosentesis, transfusi darah Rhesus positif atau pada

    kehamilan kedua dan berikutnya. Penghancuran sel-sel darah merah dapat melepaskan pigmen darah merah

    (hemoglobin), yang mana bahan tersebut dikenal dengan bilirubin. Bilirubin secara normal dibentuk dari sel-

    sel darah merah yang telah mati, tetapi tubuh dapat mengatasi kekurangan kadar bilirubin dalam sirkulasi

    darah pada suatu waktu. Eritroblastosis fetalis menyebabkan terjadinya penumpukan bilirubin yang dapat

    menyebabkan hiperbilirubinemia, yang nantinya menyebabkan jaundice pada bayi. Bayi dapat berkembang

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    5/14

    menjadi kernikterus (kerusakan otak akibat peningkatan kadar bilirubin indirek pada otak, terutama pada

    korpus striatum).

    4. Gejala klinisnya adalah

    Gejala klinisnya seperti diatas. Anemia kemungkinan disebabkan karena detruksi tadi. Sehingga

    kadar eritrosit dalam tubuh bayi ini akan berkurang. Anemia ini juga menyebabkan terjadinya

    beberapa hal yaitu:

    Hidrops fetalis

    Hidrops fetalis adalah suatu sindroma ditandai edema menyeluruh pada bayi, asites dan pleural efusi

    pada saat lahir. Perubahan patologi klinik yang terjadi bervariasi, tergantung intensitas proses. Pada kasus

    parah, terjadi edema subkutan dan efusi ke dalam kavum serosa (hidrops fetalis). Hemolisis yang berlebihandan berlangsung lama akan menyebabkan hiperplasia eritroid pada sumsum tulang, hematopoesis

    ekstrameduler di dalam lien dan hepar, pembesaran jantung dan perdarahan pulmoner. Asites dan

    hepatosplenomegali yang terjadi dapat menimbulkan distosia akibat abdomen janin yang sangat membesar.

    Hidrothoraks yang terjadi dapat mengganggu respirasi janin.

    Patofisologi hidrops fetalis tak jelas. Teori-teori penyebabnya mencakup keadaan:

    1. gagal jantung akibat anemia.

    2. kebocoran kapiler akibat hipoksia pada kondisi anemia baerat

    3. hipertensi vena portal dan umbilikus akibat kerusakan parenkim hati oleh proses hematopoesis

    ekstrameduler.

    4. menurunnya tekanan onkotik koloid akibat hipoproteinemia yang disebabkan oleh disfungsi hepar

    Janin dengan hidrops dapat meninggal dalam rahim akibat anemia berat dan kegagalan sirkulasi. Bayi

    hidrops yang bertahan hidup tampak pucat, edematus dan lemas pada saat dilahirkan. Lien dan hepar

    membesar, ekimosis dan petikie menyebar, sesak nafas dan kolaps sirkulasi. Kematian dapat terjadi dalam

    waktu beberapa jam meskipun transfusi sudah diberikan.

    Terjadinya juga hepatosplenomegali, ditandai dengan kenaikan bilirubin dalam tubuh (hiperbilurubinemia).

    Salah satunya diakibatkan karena fungsi hepar yg sudah tidak baik lagi, yaitu ditandai dengan pembesaran

    hepar dan spleen.

    B. Hiperbilirubinemia

    Hiperbilirubin dapat menimbulkan gangguan sistem syaraf pusat, khususnya ganglia basal atau

    menimbulkan kernikterus. Gejala yang muncul berupa letargia, kekakuan ekstremitas, retraksi kepala,

    strabismus, tangisan melengking, tidak mau menetek dan kejang-kejang. Kematian terjadi dalam usia

    beberapa minggu.

    Pada bayi yang bertahan hidup, secara fisik tak berdaya, tak mampu menyanggah kepala dan tak

    mampu duduk. Kemampuan berjalan mengalami keterlambatan atau tak pernah dicapai. Pada kasus yang

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    6/14

    ringan akan terjadi inkoordinasi motorik dan tuli konduktif. Anemia yanag terjadi akibat gangguan

    eritropoesis dapat bertahan selama bermingguminggu hingga berbulan-bulan.

    Kemudian terjadinya juga jaundice atau ikterus. Dengan penjelasan sebagai berikut.

    IKTERUSIkterus merupakan gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena

    adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterik pada neonatus

    (Ikterik Neonatorum) akan tampak bila kadar bilirubin serum >5mg/dL. Sedangkan bila kadarnya

    sudah mencapai >15 mg/dL berarti sudah terjadi Hiperbilirubinemia yang biasanya menjurus ke arah

    terjadinya Kern-Ikterus atau Ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubinnya tidak dikendalikan.

    Karena ikterus pada kasus ini terjadi pada bayi, maka dari itu dikenal dengan istilah Ikterik

    Neonatorum.

    IKTERIK NEONATORUM

    Berbagai Jenis Ikterik Neonatorum :

    IKTERUS FISIOLOGIK.

    Sebagai neonatus , terutama bayi prematur, menunjukkan gejala ikterus pada hari pertama. Dan

    biasanya menunjukan karakteristik seperti :

    - Biasanya timbul pada hari kedua dan ketiga, kemudaian menghilang pada hari ke sepuluh atau

    pada akhir minggu kedua.

    - Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan,kecuali dalam

    pengertian mencegah terjadinya penumpukan

    - Kadar bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 25 mg % pada neonatus cukup bulan

    dan 10 mg % pada kurang bulan.

    - Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg % per hari

    - Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %

    - Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patogis tertentu

    Bilirubin tidak langsung yang berlebihan Ikterus dengan kemungkinan besar menjadi patologik dan

    memerlukan pemeriksaan yang mendalam antara lain :

    - Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama

    - Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg % per hari

    - Bilirubin melebihi 10mg% pada bayi cukup bulan

    - Bilirubin melebihi 15mg% pada bayi prenatur

    - Ikterus yang menetap sesudah minggu pertama

    - Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1mg%pada setiap waktu.

    - Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi,atau suatu keadaan

    patologik lain yang telah diketahui.

    IKTERUS PATOLOGIK

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    7/14

    Ikterus di katakan patologik jikalau pigmennya, konsentrasinya dalam serum, waktu timbulnya, dan

    waktu menghilangnya berbeda dari kriteria yang telah disebut pada Ikterus fisiologik. Walaupun kadar

    bilirubin masih dalam batas-batas fisiologik, tetapi klinis mulai terdapat tanda-tanda Kern Ikterus, maka

    keadaan ini disebut Ikterus patologik.

    Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :

    Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan

    hepar untuk dikeluarkan.

    Faktor-faktor yang menghalangi itu mengadakan obstruksi pengeluaran

    bilirubin.

    Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk

    mengadakan konjugasi bilirubin.

    IKTERUS HEMOLITIK

    Ikterus Hemolitik pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut

    Erythroblastosis Fetalis atau Morbus Haemolitik Neonatorum ( Hemolytic disease of the new born ).

    Penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan oleh Inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi.

    Erytroblastosis Fetalis adalah suatu sindroma yang ditandai oleh anemia berat pada janin

    dikarenakan ibu menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah janin. Sindroma ini merupakan hasil dari

    inkompabilitas kelompok darah ibu dan janin terutama pada sistem rhesus. Dimana fetal anemia (anemia

    pada bayi) yang ditunjukan dengan rendahnya jumlah eritronlas yang ada dalam sirkulasi menggambarkan

    sindroma ini.

    Rhesus positif (Rh+) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus

    negatif (Rh-) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia

    tersebut dinamakan antigen-D dan merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti

    pada sistem ABO dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang

    berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu

    paparanapakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang

    terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Pemberian darah Rhesus positif (D+) satu

    kali saja sebanyak 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif

    (D-) sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan darah ABOnya sama !.

    Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000, daya endap (sedimentation

    coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air

    ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam

    sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis.

    Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik akut yang diakibatkan oleh

    alloimun antibodi (anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah ABO) dan merupakan salah satu

    komplikasi kehamilan. Antibodi maternal isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin dan timbul sebagai

    reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus adalah pasase

    transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin.

    INSIDEN DAN KLASIFIKASI

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    8/14

    Secara garis besar, terdapat dua tipe penyakit inkompabilitas yaitu: inkompabilitas Rhesus dan

    inkompabilitas ABO. Keduanya mempunyai gejala yang sama, tetapi penyakit Rh lebih berat karena antibodi

    anti Rh yang melewati plasenta lebih menetap bila dibandingkan dengan antibodi anti-A atau anti-B.

    Insidens pasien yang mengalami inkompatibilitas Rhesus (Rh-) adalah 15% pada ras berkulit putih

    dan 5% berkulit hitam dan jarang pada bangsa asia. (Rh-) pada orang indonesia jarang terjadi, kecuali

    adanya perkawinan dengan orang asing yang bergolongan (Rh-). Selama 20 tahun, dari tahun 1972-1993,

    Hudono (1993) menemukan di Jakarta hal-hal sebagai berikut: 8 kasus antagonismus Rhesus dengan istri Rh

    negatif, semuanya bukan orang Asia; hanya pada 2 orang ibu (25%) terjadi imunisasi. 3 Selanjutnya dalam

    waktu yang sama dijumpai 2 kasus eritroblastosis fetalis karena inkompabilitas ABO dan 2 kasus lainnya

    yang tidak diketahui dengan pasti sebabnya, satu diantaranya mungkin karena inkompabilitas ABO.

    5. CARA MENEGAKKAN DIAGNOSISDiagnosis isoimunisasi berdasarkan deteksi antibodi pada serum ibu. Metode paling sering digunakan

    untuk menapis antibodi ibu adalah tes Coombs indirek. (penapisan antibodi atau antiglobulin secara tak

    langsung). Tes ini bergantung kepada pada kemampuan anti IgG (Coombs) serum untuk mengaglutinasi

    eritrosit yang dilapisi dengan IgG.Untuk melakukan tes ini, serum darah pasien dicampur dengan eritrosit yang diketahui mengandung

    mengandung antigen eritrosit tertentu, diinkubasi, lalu eritrosit dicuci. Suatu substansi lalu ditambahkan

    untuk menurunkan potensi listrik dari membran eritrosit, yang penting untuk membantu terjadinya aglutinasi

    eritrosit. Serum Coombs ditambahkan dan jika imunoglobulin ibu ada dalam eritrosit, maka aglutinasi akan

    terjadi. Jika test positf, diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan antigen spesifik.

    Disamping tes Coombs, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat bayi yang dilahirkan

    sebelumnya, ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca persalinan, kadar hemoglobin darah tali pusat < 15 gr

    %, kadar bilirubin dalam darah tali pusat > 5 mg%, hepatosplenomegali dan kelainan pada pemeriksaan

    darah tepi.

    6. PENATALAKSANAANBentuk ringan tidak memerlukan pengobatan spesifik, kecuali bila terjadi kenaikan bilirubin yang

    tidak wajar. Bentuk sedang memerlukan tranfusi tukar, umumnya dilakukan dengan darah yang sesuai

    dengan darah ibu (Rhesus dan ABO). Jika tak ada donor Rhesus negatif, transfusi tukar dapat dilakukan

    dengan darah Rhesus positif sesering mungkin sampai semua eritrosit yang diliputi antibodi dikeluarkan dari

    tubuh bayi. Bentuk berat tampak sebagai hidrops atau lahir mati yang disebabkan oleh anemia berat yang

    diikuti oleh gagal jantung. Pengobatan ditujukan terhadap pencegahan terjadinya anemia berat dan kematian

    janin.

    A. Transfusi tukar :

    Tujuan transfusi tukar yang dapat dicapai :

    1. memperbaiki keadaan anemia, tetapi tidak menambah volume darah

    2. menggantikan eritrosit yang telah diselimuti oleh antibodi (coated cells) dengan eritrosit normal

    (menghentikan proses hemolisis)

    3. mengurangi kadar serum bilirubin

    4. menghilangkan imun antibodi yang berasal dari ibu

    Yang perlu diperhatikan dalam transfusi tukar :

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    9/14

    a. berikan darah donor yang masa simpannya 3 hari untuk menghindari kelebihan kalium

    b. pilih darah yang sama golongan ABO nya dengan darah bayi dan Rhesus negatif (D-)

    c. dapat diberikan darah golongan O Rh negatif dalam bentuk Packed red cells

    d. bila keadaan sangat mendesak, sedangkan persediaan darah Rh.negatif tidak tersedia maka untuk

    sementara dapat diberikan darah yang inkompatibel (Rh positif) untuk transfusi tukar pertama, kemudian

    transfusi tukar diulangi kembali dengan memberikan darah donor Rh negatif yang kompatibel.

    e. pada anemia berat sebaiknya diberikanpacked red cells

    f. darah yang dibutuhkan untuk transfusi tukar adalah 170 ml/kgBBbayi dengan lama pemberian transfusi

    90 menit

    g. lakukan pemeriksaan reaksi silang antara darah donor dengan darah bayi, bila tidak memungkinkan

    untuk transfusi tukar pertama kali dapat digunakan darah ibunya, namun untuk transfusi tukar berikutnya

    harus menggunakan darah bayi.

    h. sebelum ditransfusikan, hangatkan darah tersebut pada suhu 37C

    i. pertama-tama ambil darah bayi 50 ml, sebagai gantinya masukan darah donor sebanyak 50 ml. Lakukan

    sengan cara diatas hingga semua darah donor ditransfusikan.

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    10/14

    Tabel 1. Calon donor transfusi tukar pada Rh inkompatibilitas. 1

    GOLONGAN DARAH IBUO A B AB

    GOLONGAN

    DARAH

    BAYI

    O O O O -A O A O AB O O B BAB - A B AB

    B. Transfusi intra uterin :

    Pada tahun 1963, Liley memperkenalkan transfusi intrauterin. Sel eritrosit donor ditransfusikan keperitoneal

    cavityjanin, yang nantinya akan diabsorbsi dan masuk kedalam sirkulasi darah janin (intraperitoneal

    transfusion). Bila paru janin masih belum matur, transfusi intrauterin adalah pilihan yang terbaik. Darah bayi

    Rhesus (D) negatif tak akan mengganggu antigen D dan karena itu tak akan merangsang sistem imun ibu

    memproduksi antibodi. Tiap antibodi yang sudah ada pada darah ibu tak dapat mengganggu darah bayi.

    Namun harus menjadi perhatian bahwa risiko transfusi intrauterin sangat besar sehingga mortalitas sangat

    tinggi. Untuk itu para ahli lebih memilih intravasal transfusi, yaitu dengan melakukan cordocentesis (pungsi

    tali pusat perkutan). Transfusi dilakukan beberapa kali pada kehamilan minggu ke 2634 dengan

    menggunakan Packed Red Cells golongan darah O Rh negatif sebanyak 50100 ml. Induksi partus dilakukan

    pada minggu ke 32 dan kemudian bayi dibantu dengan transfusi tukar 1x setelah partus. Induksi pada

    kehamilan 32 minggu dapat menurunkan angka mortalitas sebanyak 60%.

    C. Transfusi albumin

    Pemberian albumin sebanyak 1 mg/kg BB bayi, maka albumin akan mengikat sebagian bilirubin indirek.

    Karena harga albumin cukup mahal dan resiko terjadinya overloading sangat besar maka pemberian albumin

    banyak ditinggalkan.

    D. Fototerapi

    Foto terapi dengan bantuan lampu blue violetdapat menurunkan kadar bilirubin. Fototerapi sifatnya hanya

    membantu dan tidak dapat digunakan sebagai terapi tunggal.

    7. PROGNOSISPengukuran titer antibodi dengan tes Coombs indirek < 1:16 berarti bahwa janin mati dalam rahim akibat

    kelainan hemolitik tak akan terjadi dan kehidupan janin dapat dipertahankan dengan perawatan yang tepat

    setelah lahir. Titer yang lebih tinggi menunjukan kemungkinan adanya kelainan hemolitik berat. Titer pada

    ibu yang sudah mengalami sensitisasi dalam kehamilan berikutnya dapat naik meskipun janinnya Rhesus

    negatif.

    Jika titer antibodi naik sampai secara klinis bermakna, pemeriksaan titer antibodi diperlukan. Titer kritis

    tercapai jika didapatkan nilai 1:16 atau lebih. Jika titer di dibawah 1:32, maka prognosis janin diperkirakan

    baik.

    A. Mortalitas

    Angka mortalitas dapat diturunkan jika :

    1. Ibu hamil dengan Rhesus negatif dan mengalami imunisasi dapat dideteksi secara dini

    2. Hemolisis pada janin dari ibu Rhesus negatif dapat diketahui melalui kadar bilirubin yang tinggi didalam

    cairan amnion atau melalui sampling pembuluh darah umbilikus yang diarahkan secara USG

    3. Pada kasus yang berat, janin dapat dilahirkan secara prematur sebelum meninggal di dalam rahim

    atau/dan dapat diatasi dengan transfusi intraperitoneal atau intravaskuler langsung sel darah merah Rhesus

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    11/14

    negatif. Pemberian Ig-D kepada ibu Rhesus negatif selama atau segera setelah persalinan dapat

    menghilangkan sebagian besar proses isoimunisasi D.

    B. Perkembangan anak selanjutnya.

    Menurut Bowman (1978), kebanyakan anak yang berhasil hidup setelah mengalami tranfusi janin akan

    berkembang secara normal. Dari 89 anak yang diperiksa ketika berusia 18 bulan atau lebih, 74 anak

    berkembangan secara normal, 4 anak abnormal dan 11 anak mengalami gangguan tumbuh kembang.

    8. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS (DD)1. Inkompatibilitas Rhesus (Rh)

    Rh inkompabilitas dapat dipacu oleh 2 hal, yaitu dengan jalan :

    - Transfusi Darah

    - Lewat perkawinan

    Dalam kasus ini, yang sesuai dan paling mungkin peranannya dalam Inkompabilitas Rh yaitu lewat

    perkawinan. Maka dari itu, mari kita bahas mekanisme patofisiologisnya.

    Apabila seorang peremouan Rh- (genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+ (anggap saja genotipnya

    homozigot RR) dan kemudian perempuan itu hamil, maka bayi dalam kandungan ibu bersifat Rh+ (genotip

    Rr). Darah bayi yang mengalir ke tubuh ibunya melalui plasenta mengandung eritrosit yang mengantung

    Antigen-Rh. Karena itu, serum dan plasma darah ibu distimulir untuk membentuk Anti-Rh, sehingga darah

    ibu yang mengalir kembali ke tubuh bayi mengandung Anti-Rh. Maka yang terjadi sel darah merah dari bayi

    diliputi oleh Anti-Rh, sehingga eritrosit bayi rusak (hemolisa) dan bayi menderita anemia. Anemia merupakan

    keadaan dimana jumlah eritrosit berkurang, sehingga aliran darah dan oksigen pun berkurang, yang nantinya

    akan berakibat berkurangnya juga perfusi oksigen ke jaringan tubuh si bayi terutama ke organ-organ vita

    seperti otak, sehingga pada akhirnya nanti akan menimbulkan efek Lemas pada bayi (akibat berkurangnya

    perfusi oksigen di tubuh bayi). Jika ibu itu hamil untuk pertama kali, maka anti-Rh yang dibentuk oleh ibu itu

    masih sedikit, sehingga konsentrasinya belum membahayakan kehidupan bayi. Maka bayi yang pertama lahir

    biasanya selamat. Akan tetapi apabila ibu itu hamil untuk kedua kalinya dan tentunya bayinya akan bersifat

    Rh+ lagi, maka serum dan plasma darah ibu akan mengandung banyak anti-Rh. Eritrosit bayi akan

    bertambah rusak dan darah bayi mengandung sejumlah besar eritroblast (sel-sel darah merah yang muda

    dan berinti). Dan biasanya bayi mati dalam kandungan ibu. Penyakit ini lah yang terkenal dengan nama

    ERITROBLASTOSIS FETALIS. Keadaan demikian itu akanselalu terulang pada waktu ibu hamil berikutnya.

    Kadang-kadang bayi demikian itu amsih dapat lahir dalam keadaan hidup. Akan tetapi sel-sel darah

    merah (eritrosit) yang rusak akan membentuk bilirubin dalam jumlah besar, yang nantinya akan

    menyebankan bayi itu dalam waktu 24 jam menderita penyakit kuning (IKTERIK). Apabila sampe terjadi

    hiperbilirubinemia dan tidak segera ditangani oleh dokter spesialis (yaitu dengan mengganti sel-sel darahmerah bayi oleh sel-sel Rh-negatif lewat transfusi darah), maka timbunan bilirubin akan merusak otak dan

    berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian.

    Inkompatibiltas Rh dapat disebabkan oleh isoimmunisasi maternal ke antigen Rh oleh transfusi darah

    Rh positif atau isoimmunisasi maternal dari paparan ke antigen Rh janin pada kehamilan pertama atau

    kehamilan yang sekarang. Pada inkompatibilitas Rh, anak pertama lahir sehat karena ibu belum banyak

    memiliki benda-banda penangkis terhadap antigen Rh, asalkan sebelumnya ibu tidak menderita abortus atau

    mendapat transfusi darah dari Rh positif. Pasangan suami istri hanya mempunyai 1 atau 2 anak, sedang

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    12/14

    anak-anak berikutnya semua meninggal. Pada wanita Rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama Rhesus

    positif, risiko terbentuknya antibodi sebesar 8%, sedangkan insidens timbulnya antibodi pada kehamilan

    berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%. Tertundanya pembentukan

    antibodi pada kehamilan berikutnya disebabkan oleh proses sensitisasi, diperkirakan berhubungan dengan

    respons imun sekunder yang timbul akibat produksi antibodi pada kadar yang memadai. Kurang lebih 1%

    dari wanita akan tersensitasi selama kehamilan terutama trimester ketiga.Kemungkinan terjadinya imunisasi

    Rh diperkirakan 1-2% dari semua kehamilan namun di Asia frekuensi ini lebih rendah. Untuk inkompabilitas

    Rh, predominan seks adalah perempuan.

    Mayoritas inkompatibilitas Rh terjadi pada janin dengan Rh-positif dari ibu yang mempunyai Rh-

    negatif. Faktor Rh adalah protein, suatu antigen dalam sel darah merah. Hadirnya faktor Rh membuat sel

    darah tidak cocok terhadap sel-sel darah yang tidak mempunyai antigen. Jika seseorang dengan Rh-positif,

    berarti dia mempunyai faktor Rh di dalam darahnya. Jika seseorang dengan Rh-negatif, berarti dia tidak

    mempunyai faktor Rh di dalam darahnya. Sekitar 85% orang-orang mempunyai Rh-positif dan sekitar 15%

    dengan Rh-negatif. Faktor Rh bermasalah ketika darah dengan Rh-negatif mengalami kontak dengan darah

    Rh-positif. Sistem immun dari orang dengan Rh-negatif mengidentifikasi darah Rh-positif sebagai penyerang

    yang berbahaya, suatu antigen, dan dapat memproduksi antibodi untuk melawan darah tersebut. Antibodi

    adalah substansi protein yang dihasilkan oleh tubuh dalam merespon suatu antigen. Antibodi ini yang

    mennyebabkan masalah kehamilan.

    Tapi sayangnya dalam kasus ini golongan darah Rhesusnya baik itu pada anak, ibu, maupun

    bapaknya tidak diketahui. Yang diketahui hanya golongan darah ABO nya saja (Anak = A, Ibu = O, Ayah =

    A). Jadi kemungkinan untuk kasus ini, gejala yang terjadi pada bayi disebabkan oleh adanya Inkompabilitas

    ABO, yang setelah ini akan kita bahas.

    3. Inkompabilitas ABO

    Segera setelah peranan Rh inkompabilitas yang menyebabkan Eritroblastosis Fetalis diketahui, maka

    kita mulai menaruh perhatian lebih mendalam terhadap golongan darah ABO. Sehingga timbulah pertanyaan,

    apakah eritrosit bayi yang memiliki antigen-A tidak akan rusak oleh hadirnya anti-A dari darah ibu ?

    Misalnya saja jika kita telaah pada kasus ini. Ibunya bergolongan darah O (mempunyai anti-A dan

    anti-B), suaminya A, dan bayi yang dikandung ibu bergolongan darah A (mempunyai antigen-A) sama

    dengan si ayah. Maka yang terjadi sejumlah besar anti-A dari serum darah ibu, akan merusak eritrosit bayi

    dalam kandungan yang memiliki antigen-A. Sehinggan dengan alasan itulan para ahli menyatakan bahwa

    matinya janin (embrio) atau terjadi keguguran (abortus) berkali-kali secara spontan, itu disebabkan oleh

    adanyaABO INKOMPABILITAS. Tidak jarang juga embrio hilang secara misterius, sebelum ibu menyadari

    bahwa ia hamil. Atau kalaupun berhasil dilahirkan, si bayi akan mengalami IKTERIK (penyakit kuning)

    akibat eritrosit-eritrosit yang rusak akan segera di ubah menjadi bilirubin dalam jumlah yang banyak.Sehingga tubuh di bayi akan berwarna kuning. dan si bayi pun akan mengalami KELEMASAN yang sudah

    jelas sekali dikarenakan berkurangnya jumlah eritrosit dalam tubuh akibat rusaknya eritrosit si bayi oleh

    anti-A si ibu. Sehingga menyebabka aliran darah si ibu berkurang dan otomatis menyebabkan aliran perfusi

    oksigen ke jaringan-jaringan tubuh termasuk ke organ-organ vital seperti otak pun berkurang. sehingga si

    bayi akan menampakan gejala LEMAS.

    Dua puluh sampai 25% kehamilan terjadi inkompabilitas ABO, yang berarti bahwa serum ibu

    mengandung anti-A atau anti-B sedangkan eritrosit janin mengandung antigen respective. Inkompabilitas

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    13/14

    ABO nantinya akan menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir dimana terdapat lebih dari

    60% dari seluruh kasus. Penyakit ini sering tidak parah jika dibandingkan dengan akibat Rh, ditandai anemia

    neonatus sedang dan hiperbilirubinemia neonatus ringan sampai sedang serta kurang dari 1% kasus yang

    membutuhkan transfusi tukar. Inkompabilitas ABO tidak pernah benar-benar menunjukkan suatu penyebab

    hemolisis dan secara umum dapat menjadi panduan bagi ilmu pediatrik dibanding masalah kebidanan.

    Mayoritas inkompatibilitas ABO diderita oleh anak pertama (40% menurut Mollison), dan anak-anak

    berikutnya makin lama makin baik keadaannya. Gambaran klinis penyakit hemolitik pada bayi baru lahir

    berasal dari inkompabilitas ABO sering ditemukan pada keadaan dimana ibu mempunyai tipe darah O, karena

    tipe darah grup masing-masing menghasilkan anti A dan anti B yang termasuk kelas IgG yang dapat

    melewati plasenta untuk berikatan dengan eritrosit janin. Pada beberapa kasus, penyakit hemolitik ABO

    tampak hiperbilirubinemia ringan sampai sedang selama 24-48 jam pertama kehidupannya. Hal ini jarang

    muncul dengan anemia yang signifikan. Tingginya jumlah bilirubin dapat menyebabkan kernikterus terutama

    pada neonatus preterm. Fototerapi pada pengobatan awal dilakukan meskipun transfusi tukar yang mungkin

    diindikasikan untuk hiperbilirubinemia. Seks predominan eritroblastosis fetalis akibat inkompatibilitas ABO

    adalah sama antara laki-laki dan perempuan.

    KESIMPULAN :

    Menurut kelompok kami, kemungkinan bayi ini mengalami HDN atau hemolitik disease of

    newborn. Yang disebabkan oleh inkompatibilitas ABO. Tetapi untuk mendapatkan

    kesimpulan yang lebih pasti harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya. Karena pada

    skenario tidak dicantumkan rhesus dari bayi, ibu dan anak.

  • 7/27/2019 inkompabilitas rhesus

    14/14

    PROPOSAL PLENARY DISCUSSION

    BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN LIMFATIKA

    TUTORIAL 9

    Disusun oleh :

    Salman Alfadlah (20090310071)

    Mira Tamila Nurul M.A (20090310009)

    Herti Sakinah (20090310004)

    Nurmarani Fatin Hafifatin

    (20090310010)

    Dias Lintang Primaditya (20090310014)

    Arif Trisaktiadi Nugroho (20090310020)

    Eliya Andriani (20090310022)

    Indah Purwaningsih (20090310023)

    Danita Diwtyana Gamalwan

    (20090310024)

    Destania Tri Kusuma (20090310030)

    Citra Perwita Sari (20090310040)

    Meta Dwi Arianti (20090310135)

    Anggita Primasari (20090310149)

    Arby Safara Sekundaputra

    (20090310177)

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2011