Injeksi Atropin Sulfat

7
ATROPINE I. Pendahuluan Pada umumnya nama dari atropine adalah dl- hyoscyamine. Nama lainnya adalah asam atropik dan tropine tropate, dimana merupakan senyawa basa organik yang mengandung atom N heterosiklis yang berasal dari asam amino. Atropine terdapat pada Atropa belladonna. Belladonna merupakan tanaman obat yang penting dalam industry pharmaceutical sepanjang tahun di dunia sebagai penghasil antikolinergik alkaloid hyosiamin. Dikenal sebagai deadly Nightshade, orang roma dan orang yunani telah menggunakan tanaman obat ini secara luas sebagai racun. Atropa belladonna telah di perkenalkan pada tahun1907 di kumaon hills dari uttar Pradesh. II. Botany Termasuk dalam keluarga Solanaceae, genus atropa terdiri atas dua spesies yang penting, Atropa belladonna dan Atropa cuminata. Tumbuhannya hijau tegak lurus, batangnya keungu-unguan mencoreng di dasar. Daunnya berbentuk bulat panjang, lanceolate ( panjang, lebar di bagian tengah ), acuminate, dan memiliki tangkai daun yang kecil, berwarna keungu-unguan di dasar. Bagian daun yang diatas lebih kecil. Bentuk bunga seperti bel berbentuk solitary atau dalam

description

analisis pribadi mengenai injeksi atropin sulfat

Transcript of Injeksi Atropin Sulfat

Page 1: Injeksi Atropin Sulfat

ATROPINE

I. Pendahuluan

Pada umumnya nama dari atropine adalah dl-hyoscyamine. Nama

lainnya adalah asam atropik dan tropine tropate, dimana merupakan

senyawa basa organik yang mengandung atom N heterosiklis yang berasal

dari asam amino. Atropine terdapat pada Atropa belladonna.

Belladonna merupakan tanaman obat yang penting dalam industry

pharmaceutical sepanjang tahun di dunia sebagai penghasil antikolinergik

alkaloid hyosiamin. Dikenal sebagai deadly Nightshade, orang roma dan

orang yunani telah menggunakan tanaman obat ini secara luas sebagai

racun. Atropa belladonna telah di perkenalkan pada tahun1907 di kumaon

hills dari uttar Pradesh.

II. Botany

Termasuk dalam keluarga Solanaceae, genus atropa terdiri atas

dua spesies yang penting, Atropa belladonna dan Atropa cuminata.

Tumbuhannya hijau tegak lurus, batangnya keungu-unguan mencoreng di

dasar. Daunnya berbentuk bulat panjang, lanceolate ( panjang, lebar di

bagian tengah ), acuminate, dan memiliki tangkai daun yang kecil,

berwarna keungu-unguan di dasar. Bagian daun yang diatas lebih kecil.

Bentuk bunga seperti bel berbentuk solitary atau dalam bertandan dengan

sudut yang kecil, daun mahkotanya berbentuk campanulate. Buahnya berry, globose, berwarna

ungu kehitaman. Bijinya banyak dan coklat kehitaman.

III. Aktivitas Biologis

Aktivitas biologis dari atropine adalah sebagai peningkatan midriasis untuk tujuan

diagnostic, pada kejang otot polos sebagai akibat penggunaan opiate, pramedikasi pada

anesthesia (penghapusan reflex vagus), dan antidote pada kasus intoksikasi dengan

penghambatan kolinesterase (alkilfosfat).

IV. Bentuk sediaan

Berdasarkan aktivitas biologis dari atropine, dipilih bentuk sediaan yang

paling efektif yaitu atropine sulfat injeksi yang berfungsi sebagai

Page 2: Injeksi Atropin Sulfat

antagonis kompetitif pada reseptor muskarinik. Salah satu produk yang akan di evaluasi adalah

hasil produksi Savill Pharma. Salah satu alasan memilih bentuk sediaan injeksi adalah

penggunaanya yang sangat cocok dan memiliki kerja efek yang cepat bagi pasien.

V. Sifat Fisika dan Kimia

Titik Didih

- Atropine : 114˚C sampai 116˚C

- Atropine sulfat : 190 sampai 194˚C

Bentuk :

- Atropine : Kristal putih atau Serbuk Kristal

- Atropine sulfat : tidak berbau,sangat pahit, Serbuk Kristal

Kelarutan

- Atropine : kelarutan yang rendah dengan air ( 1 g atropine dalam 445 ml air dan 1 g

atropine dalam 90 ml air 80˚C ), 1 gram larut dalam 2 ml alkohol, 2,5 ml alkohol dalam

60˚C, 27 ml gliserol, 25 ml eter, dan 1 ml kloroform.

- Atropine sulfat : sangat larut air. 1 g terlarut dalam 0,4 ml air, 5 ml alkohol dingin, 2.5 ml

alkohol panas, 2.5 ml gliserol, 420 ml klorofom dan 3.000 ml eter.

pH

- Atropine : 9.8 larutan jenuh atropine dalam air pada alkali

- Atropine sulfat : dalam 2% larutan dalam air memiliki pH 4.5 – 6.2

Stabilitas terhadap cahaya

- Atropine : Terlindung dari cahaya

- Atropine sulfat : kecil sekali efeknya terhadap cahaya, terlindung dari cahaya.

Inkompatibilitas

- Atropine : tidak diketahui

- Atropine sulfat : noradrenaline bitartrate, metaraminol bitartrate dan sodium bicarbonate

injections, alkali yang lain, tanin, garam dari merkuri atau emas, borax, bromida dan

iodida

Page 3: Injeksi Atropin Sulfat

VI. Evaluasi produk

Kerja farmakologis : secara struktur hampir mirip dengan asetikolin dimana terdapat gugus aromatic untuk menggantikan gugus aktifnya yaitu asetil. Hal ini membuat strukturnya “Bulky” sehibat bersifat antagonis reseptor muskarinik. Makna antagonis adalah senyawa atau ligan yang dapat berinteraksi dengan reseptor namun tidak menghasilkan respon fisiology.

Proses membuat : Atropine diekstrasi dari Atropa belladonna, Datura stramonium, Duboisia myoporoides. Ekstraknya di kombinasi dengan D dan L hyoscyamine.

Formulasinya : Bisa dibuat dalam bentuk cairan steril dalam larutan bergaram atau air untuk injeksi. Menambahkan penyawet parabens dan sulphites.

Dosis : umumnya 0.25-0.5 mg/ml, pada beberapa negara seperti Portugal dan jerman 10 mg/ml yang di gunakan untuk racun organophosphate.

pH : dibuat dengan pH 3 sampai 6.5 dengan asam sulphuric

Pengemasan Dosisnya : bisa dalam wadah dosis tunggal( pemakaian sekali saja) atau dosis ganda ( pemakaian perbagian)

Kemasan : di dalam wadah gelas untuk dosis ganda, atau menggunakan ampul sebagai dosis tunggal

Penyimpanan : pada suhu 15-30˚C dan hindari cahaya langsung.

Adsorbsi : Pada intramuscular, dihasilkan puncak level plasma pada 30 menit setelah di berikan

Reasorpsi : cepat di usus dan di mukosa, utuh di kulit dan tidak mudah di kulit.

Eksresi : di ginjal

Inkompatibilitas dalam pembuatan obat dan interaksi obatnya : agen Anti- AChE, seperti insektisida organofosfat, bersinergis dengan agen pengeblok depolarisasi seperti succinylcholine.

Page 4: Injeksi Atropin Sulfat

VII. Penilaian

Berdasarkan informasi dan fungsi obat yang telah saya cantumkan, penggunaan atropine

sulfat sebagai antidote dari keracunan organofosfat, diformulasikan dalam bentuk sediaan

injeksi. Alasan menggunakan atropine sulfat bukan atropine adalah karena dalam

menformulasikan ke dalam bentuk sediaan injeksi, kelarutan atropine sulfat jauh lebih baik dari

pada atropine yang dilarutkan ke dalam air untuk injeksi. Kelarutan yang baik ini menjadi salah

satu syarat harus bebas dari partikel, sehingga atropine sulfat sangat mudah larut dalam air dan di

dapatkan larutan yang jernih. Alasan pemilihan bentuk sediaan injeksi jika berdasarkan fungsi

yaitu diharapkan efek yang cepat untuk menetralkan racun organofosfat, berdasarkan bentuk

sediaan sangat mudah di pakai, aman, steril, bebas pirogen, kemungkinan kecil terjadi

inkompatibilitas karena hanya sedikit zat tambahan yang diberikan seperti penyawet pada larutan

injeksi dan tidak adanya inkompatibilitas antara atropine dengan air untuk injeksi, selanjutnya

juga pelarut yang digunakan adalah air untuk injeksi yang steril dan bebas pirogen. Wadah yang

digunakan tidak berinteraksi dengan sediaan dan lingkungan luar. Pada wadah ampul tertutup

rapat dan aseptis, sekali pakai.

salah satu parameter keamanan adalah kejernihannya sangat baik karena atropine sulfat

sangat larut di dalam air, selain itu parameter yang penting adalah pH atropine sulfat yaitu 4.5-

6.2, pada pH 4.5 sampai 6.2 memiliki kadar atropine yang paling baik di dalam tubuh, sedangkan

rata-rata mukosa di dalam tubuh seperti usus juga memiliki pH yang sama sehingga daya serap

atropine di dalam tubuh sangat baik oleh usus dan di hampir semua mukosa tubuh. Selain itu

skala produksi di industry sudah benar-benar di rancang sedimikian rupa menghasilkan produk

yang aman dan steril.

VIII. Daftar pustaka :

Agoes, Goeswin, 2009, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung, PP.123.

Andrew, 2002, Monograph on Atropine, international programee on chemical safety evaluation.

Endro, Agung, 2012, Farmakologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, PP.33-34.

Kurian, Alice, 2007, Medicinal Plants, New India Publishing Agency, India, PP. 67.

Rahardja, Kirana, 2007, Obat-obat penting, PT gramedia, Jakarta, PP. 512.

Schmitz, gery, 2009, Farmakologi dan Toksikologi, EGC, Jakarta, PP.39-40.