Ini Tentang Kelanggengan Rumah Tangga

2
KOKOHNYA ISTRI, LANGGENGNYA RUMAH TANGGA Ini tentang kelanggengan rumah tangga. Apa yang ada di benak kita ketika melihat pasangan suami istri yang sudah uzur tapi masih terlihat berjalan akrab berdua? Meski terlihat sang suami melangkah agak pincang dan sang istri menahan ngilu di kaki, tapi mereka dengan santai bergandengan tangan, menikmati perjalanan. Kita mungkin akan bilang "Maasyaa Allah, mesra banget ya, meski sudah berusia..." Jika kita renungi lebih dalam lagi, itulah hasil dari proses taaruf mereka selama pernikahan. Ya, taaruf selama pernikahan, bukan hanya sebelum pernikahan. Di dalam eratnya genggaman tangan keduanya, ada airmata doa sang istri. Di setiap ayunan langkah mereka, ada keringat bercucuran sang suami. Ada kesabaran yang luar biasa, ada pengertian yang selalu diusahakan, dan ada pengorbanan yang tidak terelakkan. Apapun itu, saya percaya bahwa ketika Allah menakdirkan pernikahan semacam ini, maka yang diusung tak semata cinta ke pasangan. Ada komitmen yang teramat mulia ketimbang itu. Kadang ketika saya melihat Ummi (ibu kandung saya), ‘I just can't imagine if I were her’. Perjuangannya begitu luar biasa dalam mendidik sembilan anak sampai bisa seperti sekarang ini. Sungguh, ini bukan soal kesabaran zahir (Maksud saya kesabaran yang ringan. Misalnya sabar dalam menunggu antrian). Ya, ini soal kesabaran batin. Ini soal nyali. Keberanian Ummi –di tengah kehamilan keempatnya- untuk mencari dimana Abi dipenjara saat rezim Orba getol menindas gerakan dakwah. Puluhan kilometer ia tempuh dengan berjalan kaki, hanya untuk memastikan kondisi sang suami. Ini soal kesetiaan. Bagaimana Ummi menjaga anak-anak dan rumahnya saat Abi harus sebulan pergi mengajar ke daerah terpencil. Bagaimana Ummi berjibaku mencukup-cukupkan uang yang diberi untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Ini soal bakti istri pada suami. Bagaimana cara Ummi merawat Abi yang sakit. Telatennya Ummi, bagaimana cara Ummi bersikap ceria agar Abi merasa ada dukungan positif. Tak ketinggalan pada setiap tahajjudnya, memohon kesembuhan untuk suami tercinta. Masih terngiang nasihat Ummi,

description

Sebuah catatan dari mbak Sharifa Ummah

Transcript of Ini Tentang Kelanggengan Rumah Tangga

KOKOHNYA ISTRI, LANGGENGNYA RUMAH TANGGAIni tentang kelanggengan rumah tangga.Apa yang ada di benak kita ketika melihat pasangan suami istri yang sudah uzur tapi masih terlihat berjalan akrab berdua?Meski terlihat sang suami melangkah agak pincang dan sang istri menahan ngilu di kaki, tapi mereka dengan santai bergandengan tangan, menikmati perjalanan.Kita mungkin akan bilang "Maasyaa Allah, mesra banget ya, meski sudah berusia..." Jika kita renungi lebih dalam lagi, itulah hasil dari proses taaruf mereka selama pernikahan. Ya, taaruf selama pernikahan, bukan hanya sebelum pernikahan. Di dalam eratnya genggaman tangan keduanya, ada airmata doa sang istri. Di setiap ayunan langkah mereka, ada keringat bercucuran sang suami. Ada kesabaran yang luar biasa, ada pengertian yang selalu diusahakan, dan ada pengorbanan yang tidak terelakkan.Apapun itu, saya percaya bahwa ketika Allah menakdirkan pernikahan semacam ini, maka yang diusung tak semata cinta ke pasangan. Ada komitmen yang teramat mulia ketimbang itu.Kadang ketika saya melihat Ummi (ibu kandung saya), I just can't imagine if I were her. Perjuangannya begitu luar biasa dalam mendidik sembilan anak sampai bisa seperti sekarang ini. Sungguh, ini bukan soal kesabaran zahir (Maksud saya kesabaran yang ringan. Misalnya sabar dalam menunggu antrian). Ya, ini soal kesabaran batin. Ini soal nyali. Keberanian Ummi di tengah kehamilan keempatnya- untuk mencari dimana Abi dipenjara saat rezim Orba getol menindas gerakan dakwah. Puluhan kilometer ia tempuh dengan berjalan kaki, hanya untuk memastikan kondisi sang suami.Ini soal kesetiaan. Bagaimana Ummi menjaga anak-anak dan rumahnya saat Abi harus sebulan pergi mengajar ke daerah terpencil. Bagaimana Ummi berjibaku mencukup-cukupkan uang yang diberi untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.Ini soal bakti istri pada suami. Bagaimana cara Ummi merawat Abi yang sakit. Telatennya Ummi, bagaimana cara Ummi bersikap ceria agar Abi merasa ada dukungan positif. Tak ketinggalan pada setiap tahajjudnya, memohon kesembuhan untuk suami tercinta. Masih terngiang nasihat Ummi,"Ummah, jadi istri harus bisa ngelola uang. Harus siapin sekian amplop. Amplop buat bayar listrik, belanja, uang jajan, bayaran anak-anak, dan seterusnya."Di saat lain, saya seringkali heran, kenapa Ummi mau repot-repot mencukur kumis Abi? Potong jenggot Abi? Potong rambut Abi? Gunting kuku Abi? Bersihin wajah Abi sebelum tidur? Dengan lembut Ummi bilang, "Ummah harus tahu, Laki-laki itu kayak anak kecil. Walaupun beda umur jauuuh sama kite, tetep aja kelakuan kadang kayak anak kecil. Emang udah gitu, ladenin aja." "Pertahanan rumah tangga itu kuncinya di istri, Ummah. Istri harus kuat. Kalau istrinya bisa fight, suami Insya Allah juga kuat." Ada fragmen lain yang masih membekas di memori saya. Setiap membeli beras, Ummi selalu sisihkan segenggam beras yang ditaruh di tempat lain. Ternyata itu semacam simpanan persediaan jika suatu hari tidak bisa membeli beras. Maasya Allah, Ummi...

Ah, sungguh, masih banyak teladan luar biasa dari Ummi untuk anak-anaknya. Dan ketika saya kini juga menjadi seorang ibu, kerinduan pada Ummi semakin mengharu biru. Setiap waktu...Last but not least, satu waktu Ummi pernah menelpon saya. Saya lupa saat itu apa yang kita bahas, tapi yang jelas saya sempat sedikit merajuk "Iya Mi. Ini nih, Bang Ino beli bukunya ampe 5 juta gitu. Sayang bangeeettt, kan bisa buat beli yang lain, bla bla bla..."Tapi jawaban Ummi membuat saya lega dan tertawa :D "Yaaah biarin aje kalo laki cinte ame buku mah. Gilanye ama buku harus disyukurin. Kalo gila perempuan lebih bahaya, Ummah."Hahaha, benar juga Mi. Ummi emang ibu paling ibu sedunia!

Dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. Al Isra : 24)(Sharifa Ummah, Gorontalo)