LIMBAH RUMAH TANGGA

45
KESEHATAN LINGKUNGAN Pengolahan Limbah Domestik(Rumah Tangga) untuk Daerah dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi Oleh Kelompok 4: 1. AYU MIFTAKHUN NIKMAH H1A 010 010 2. DZAKI AHMADA H1A 010 011 3. FARADILLA ELMI H1A 010 012 4. ARRUM CHYNTIA YULIYANTI H1A 010 022 5. NI KOMANG FRAIDAYANTI H1A 010 023 6. MOH. ARIF KURNIAWAN T. H1A 010 024 7. IDA BAGUS INDRA NUGRAHA SUDEWA H1A 010 034 8. NI PUTU GALUH MEGANTARI EKAPUTRI H1A 010 035 9. IDA AYU ARIE KRISNAYANTI H1A 010 036 10.MOKHAMMAD FAISOL ABDULLAH H1A 010 041 11.IRFANUDDIN H1A 010 042 12.PUTU AYU RILA ARIASMI H1A 010 043 13.NI MADE FEBRIANI SUPRAPTI H1A 010 053

description

limbah rumah tangga

Transcript of LIMBAH RUMAH TANGGA

Page 1: LIMBAH RUMAH TANGGA

KESEHATAN LINGKUNGAN

Pengolahan Limbah Domestik(Rumah Tangga) untuk Daerah

dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi

Oleh Kelompok 4:

1. AYU MIFTAKHUN NIKMAH H1A 010 0102. DZAKI AHMADA H1A 010 0113. FARADILLA ELMI H1A 010 0124. ARRUM CHYNTIA YULIYANTI H1A 010 0225. NI KOMANG FRAIDAYANTI H1A 010 0236. MOH. ARIF KURNIAWAN T. H1A 010 0247. IDA BAGUS INDRA NUGRAHA SUDEWA H1A 010 0348. NI PUTU GALUH MEGANTARI EKAPUTRI H1A 010 0359. IDA AYU ARIE KRISNAYANTI H1A 010 03610. MOKHAMMAD FAISOL ABDULLAH H1A 010 04111. IRFANUDDIN H1A 010 04212. PUTU AYU RILA ARIASMI H1A 010 04313. NI MADE FEBRIANI SUPRAPTI H1A 010 05314. RIAN SEGAL HIDAYAT H1A 010 05415. YOS AKBAR IRMANSYAH H1A 010 05516. LAILA NURMALA H1A 010 056

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

NUSA TENGGARA BARAT

2014

Page 2: LIMBAH RUMAH TANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah

bertema kesehatan lingkungan yang berjudul “Pengolahan Air Limbah

Rumah Tangga” ini sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah

pendidikan profesi di semester 7 ini.

Pada makalah ini kami membahas masalah yang berkaitan dengan

pengolahan air limbah rumah tangga. Kami mengucapkan terima kasih

banyak kepada dosen pengajar yang telah membimbing dan menyemangati

kami. Kami mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak

kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal

yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan tersebut. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat.

Mataram, 3 Januari 2014

Kelompok 4

i

Page 3: LIMBAH RUMAH TANGGA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................2

1.3. Tujuan.....................................................................................................................................2

1.4. Manfaat...................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................4

2.1. Definisi Limbah Domestik......................................................................................................4

2.2. Sumber-Sumber Limbah Domestik.........................................................................................4

2.3. Dampak Limbah Rumah Tangga bagi Lingkungan jika tidak Dikelola dengan Baik............4

2.4. Tempat Pembuangan Limbah Rumah Tangga........................................................................5

2.5. Cara Mengolah Limbah Rumah Tangga...............................................................................12

2.6. Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga.............................................................................14

2.7. Sistem Penyaluran Akhir Limbah Rumah Tangga................................................................16

2.8. Solusi Mengolah Limbah Domestik Bagi Daerah Dengan Kepadatan Penduduk Yang Tinggi...........................................................................................................................................24

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................25

3.1. Kesimpulan...........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................28

ii

Page 4: LIMBAH RUMAH TANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan kepadatan penduduk ke-4 terbanyak di

dunia. Dengan jumlah penduduk yang banyak, ternyata banyak menimbulkan

masalah di berbagai bidang. Masalah yang timbul dengan jumlah penduduk yang

banyak berupa masalah ekonomi, sosial dan kesehatan. Diantara masalah

kesehatan yang timbul, diakibatkan oleh kurangnya pasokan air bersih. Dimana

air bersih merupakan sumber dari kehidupan. Saat ini terjadi masalah kesulitan air

bersih di berbagai daerah dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi di

Indonesia. Salah satu daerah yang mengalami kesulitan air bersih tersebut adalah

Jakarta yang merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di

Indonesia.

Saat ini di Jakarta, sumber air tanah, sungai dan danau tercemar oleh

limbah domestik yang berasal dari Rumah tangga, perkantoran dan restaurant.

Suatu study penelitian uji sampel air tanah pernah dilakukan oleh ITB dan Dinas

Pekerjaan Umum Pemerintah Kota DKI untuk menilai kondisi air tanah wilayah

Jakarta, ternyata ditemukan bahwa 84 % Sampel air tanah tercemar oleh limbah

air rumah tangga(limbah air tinja/kotoran Manusia).(Kementrian Pekerjaan

Umum, 2013)

Kondisi tersebut dapat terjadi di Daerah Ibukota Indonesia dikarenakan

penduduk perkotaan yang semakin padat (9,6 juta jiwa penduduk dengan

kepadatan 14.753 jiwa per km² (BPS DKI Jakarta, 2010)). Hal ini meningkatkan

jumlah dari limbah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya. Data survey di

Jakarta tahun 1989, tiap orang rata-rata mengeluarkan beban limbah organik

sebesar 40 gram BOD per orang per hari, yakni dari limbah toilet 13 gram per

orang per hari dan dari limbah non toilet sebesar 27 gram BOD per orang per hari.

Jika hanya air limbah toilet yang diolah dengan sistem tangki septik dengan

1

Page 5: LIMBAH RUMAH TANGGA

efisiensi pengolahan 65 %, maka hanya 22,5 % dari total beban polutan organik

yang dapat dihilangkan, sisanya 77,5 % masih terbuang keluar. Dan saat

kepadatan penduduk tahun 2010 sudah meningkat 9,6 juta jiwa penduduk, bisa

dibayangkan seberapa besar penumpukan limbah tersebut di sumber-sumber mata

air. (Kementrian Pekerjaan Umum, 2013)

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan laju perkembangan

pembangunan sarana pengelolaan air limbah secara terpusat sangat lambat hanya

sekitar 3,5 % dari total daerah pelayanan, hal ini dikarenakan terbatasnya lahan

untuk membangun saranan pengolahan limbah. (Kementrian Pekerjaan Umum,

2013)

Atas dasar inilah kami menyusun sebuah makalah berjudul penumpukan

limbah domestik ditengah daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi di

Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang tercatum dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Apa itu definisi limbah domestik dan apa saja sumber-sumber limbah

domestik?

2. Bagaiamana dampak limbah domestik bagi lingkungan jika tidak dikelola

dengan baik?

3. Dimana sebaiknya limbah rumah tangga dibuang?

4. Bagaimana cara mengolah limbah rumah tangga sebelum dibuang?

5. Bagaimana karakteristik limbah rumah tangga yang sudah boleh dibuang?

6. Bagaimana proses atau cara penyaluran limbah rumah tangga yang baik dan

benar?

7. Solusi apa yang bisa diberikan untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang

tinggi untuk mengolah limbah Domestik?

2

Page 6: LIMBAH RUMAH TANGGA

1.3. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar mahasiswa dapat memahami definisi dari limbah domestik dan

sumber-sumber limbah domsetik

2. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana dampak limbah domestik

bagi lingkungan.

3. Agar mahasiswa dapat memahami cara pengolahan limbah domestik dari

proses pengolahan sebelum dibuang sampai ke proses penyaluran limbah

untuk dibuang.

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara untuk menangulangi masalah

penumpukan limbah di tengah daerah dengan kepadatan penduduk yang

tinggi.

1.4. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pemahaman

mahasiswa mengenai limbah domestik, dan cara pengolahan limbah tersebut yang

baik dan benar di tengah tingginya kepadatan penduduk.

3

Page 7: LIMBAH RUMAH TANGGA

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Definisi Limbah Domestik

Limbah didefinisikan secara umum yaitu buangan dari suatu proses

produksi yang sudah tak terpakai lagi. Karena tidak memiliki nilai ekonomi dan

daya guna lagi limbah bisa sangat membahayakan bila sudah mencemari

lingkungan sekitar terutama untuk limbah yang mengandung bahan kimia yang

tak mudah terurai oleh bakteri pengurai.( Notoatmodjo, Soekidjo. 2003)

Limbah domestik atau yang dikenal sebagai limbah rumah tangga,

merupakan limbah yang dihasilan dari aktivitas rumah tangga yang dapat berupa

limbah padat, dan limbah cair. Suatu contoh adalah air sisa cuci dan kakus,

sampah maupun benda yang telah rusak dan tidak layak pakai seperti sikat toilet

yang rusak yang tidak dapat difungsikan lagi sebagaimana mestinya.

(Notoatmodjo, Soekidjo. 2003)

1.2. Sumber-Sumber Limbah Domestik

Limbah yang berasal dari aktifitas kehidupan rumah tangga, yaitu

berupa limbah padat berupa sampah dan kotoran manusia (tinja) serta limbah cair

berupa buangan air dari kamar mandi, dapur, tempat cuci serta air hujan.

Karena limbah cair dari rumah tangga ini berupa air buangan yang tidak

mengandung zat yang membahayakan lingkungan hidup, maka pembuangan

airnya disalurkan pada saluran terbuka yang ada dilingkungan tersebut

kemudian dibuang pada saluran kota yang menuju kesaluran alam yaitu sungai.

4

Page 8: LIMBAH RUMAH TANGGA

1.3. Dampak Limbah Rumah Tangga bagi Lingkungan jika tidak Dikelola

dengan Baik

Dampak air limbah yang tidak diolah, yaitu (Notoatmodjo, Soekidjo. 2003):

1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama

kholera, typhus abdominalis, disentri baciler

2. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen

3. Menjadi tempat-temoat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup

larva nyamuk

4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap

5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan

hidup lainnya.

6. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak

nyaman, dan sebagainya.

1.4. Tempat Pembuangan Limbah Rumah Tangga

1.4.1. Kakus Sumuran (Jumbleng)

Bangunan ini digunakan untuk membuang limbah padat manusia (faeces).

Pada umumnya dibangun pada daerah dimana lahan yang digunakan masih cukup

luas, misalnya di pedesaan, dan pada lingkungan yang relatif belum cukup

memperhatikan lingkungannya, dan dianggap konstruksi relatif lebih murah

dibandingkan dengan tangki septik. Bentuk bangunannya yaitu tanah digali

menyerupai sumuran sedalam 2 – 6 meter (dasarnya masih diatas permukaan air

tanah yaitu 2 – 6 meter tergantung kondisi tanah setempat, agar tidak mencemari

air tanah).

Sedalam 1 – 2 meter dari permukaan tanah, dibuat pasangan batu bata

setebal satu batu dengan spesi kedap air, agar muka tanah tidak mudah longsor.

5

Page 9: LIMBAH RUMAH TANGGA

Konstruksi tersebut dapat bertahan (digunakan) sampai 10 tahun pada suatu

rumah tangga dengan 6 jiwa, dengan ukuran sumuran 1 meter dengan

kedalaman 8 meter. Setelah penuh, limbah padat dapat dikuras atau dibuatkan

sumuran baru didekatnya (jarak sumuran baru dengan sumuran lama tergantung

jenis tanah dan kepadatan/kestabilannya).

1.4.2. Tanki Septik (Septic tank)

Bangunan ini banyak digunakan, baik di kota-kota, kota kabupaten,

maupun di kota kecamatan, bahkan mulai merambah di desa-desa. Tangki septik

dapat dibangun pada lahan yang tidak terlalu luas, bahkan dapat dibangun didalam

ruangan, misalnya dibawah lantai dapur, ruang keluarga bahkan dibawah ruang

tamu. Hanya saja bangunan ini memerlukan peresapan untuk membuang

6

Buangan Dari Kloset

Pipa Ventilasi

Plat Beton Bertulang

Muka Air Tanah

2 – 6 meter

Pasangan Kedap Air

A A

Potongan A - A

Page 10: LIMBAH RUMAH TANGGA

kelebihan air yang ada dalam tangki septik, jika kelebihan air tersebut tidak

dialirkan ke saluran drainase kota.

Peresapan dapat berupa peresapan sumuran, jika muka air tanah rendah

atau peresapan lapangan jika memungkinkan tersedia lahan yang cukup. Pada

daerah perkotaan yang padat penduduknya dan muka air tanah cukup tinggi,

kelebihan air dari tangki septik dapat dialirkan menuju drainase kota yang

kemudian dialirkan menuju Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Pada daerah

perkotaan termasuk kota-kota baru / kota satelit, pengolaan limbah domestik dapat

dilakukan secara terpusat, sehingga setiap rumah tidak perlu membuat tangki

septik, cukup limbah yang dihasilkan diolah secara terpusat dan profesional,

sehingga air tanah pada lingkungan tersebut tidak tercemar.

Bilamana pada setiap rumah, limbah domestik dialirkan menuju drainase

kota, seyogyanya pemerintah kota dapat membuat kebijaksanaan menyediakan

meteran dan detektor air limbah yang dipasang pada saluran outlet rumah tangga,

dimana biaya pembuangan limbah domestik dapat ditentukan dengan jumlah

limbah yang dibuang dan kandungan kimianya termasuk bahan-bahan toksik

(beracun) untuk menutupi biaya operasional Instalasi Pengolah Air Limbah

(IPAL) yang dimiliki pemerintah kota.

7

CD

A B

Pipa VentilasiTutup Kontrol

Page 11: LIMBAH RUMAH TANGGA

Tabel : Ukuran Tangki Septik.

UKURAN (METER)

KAPASITAS

(LITER)A B C D

2.000 2,40 - 0,80 1,00

3.000 2,50 1,20 0,80 1,00

4.000 2,60 1,40 1,00 1,00

5.000 2,60 1,40 1,00 1,25

10.000 3,00 1,50 1,50 1,50

15.000 3,50 1,75 1,75 1,65

20.000 3,80 1,90 2,00 1,80

Tabel : Perhitungan Pendekatan Kapasitas Tangki Septik.

ASAL SUMBER

KAPASITAS TANGKI SEPTIK (LITER)=

TANGKI LUMPUR + TANGKI BUANGAN

CAIRAN (HARIAN)

RUMAH TANGGA

Buangan dari W.C

Buangan dari W.C &

Dapur

Seluruh Air Buangan

Asumsi : Minimal 5 Orang / Rumah

1500 Liter + 50 Liter / Orang

1800 Liter + 80 Liter / Orang

2000 Liter + 200 Liter / Orang

Rumah Susun &

Daerah Pemukiman2000 Liter + 200 Liter / Orang

Rumah Sakit 3000 Liter +7 50 Liter / Pasien/Bed

8

Page 12: LIMBAH RUMAH TANGGA

Termasuk Buangan Dari Cucian

Hotel & Motel3000 Liter + 200 Liter / Tamu

Jika tersedia Café + 5 Liter / Tamu

Perkemahan 2000 Liter + 500 Liter / Petak

Pabrik & Perkantoran2000 Liter + 50 Liter / Pegawai

Jika tersedia kamar mandi + 50 Liter / Pegawai

Sekolahan 2000 Liter + 20 Liter / Orang

Restoran 2000 Liter + 15 Liter / Orang

Tempat Pemandian 2000 Liter + 10 Liter / Pengunjung

Bangunan Umum &

Daerah Rekreasi2000 er + 5 Liter / Orang

1.4.3. Peresapan

Air buangan dari tangki septik dapat dialirkan menuju pipa saluran

drainase primer atau menuju ke peresapan. Peresapan dapat dibuat bentuk

sumuran atau bentuk lapangan. Peresapan sumuran dapat dibuat pada lokasi

dimana kondisi muka air tanah rendah, misalnya sedalam 7 meter dari muka

tanah. Untuk Muka air tanah sedalam kurang dari 2 meter, sebaiknya

menggunakan peresapan lapangan. Peresapan lapangan dapat dibuat berbagai

macam bentuk yang tergantung dari tersedianya dana dan luas lahan (tanah) yang

9

Page 13: LIMBAH RUMAH TANGGA

tersedia. Jika lahan untuk peresapan cukup luas, peresapan lapangan dapat dibuat

2, 3 atau 4 lajur. Jika lahan sempit, cukup dibuat 1 lajur saja. Bahan pipa untuk

peresapan lapangan, dapat dibuat dari pipa PVC/UPVC, pipa beton atau pipa

tanah liat lokal/pabrik. Tetapi untuk pipa-pipa tersebut sebaiknya berbentuk

pervorasi (berlubang-lubang) yang berfungsi untuk menyebarkan aliran air

buangan kesegala arah. Jika tidak didapat pipa bentuk pervorasi, untuk pipa beton

maupun pipa tanah liat, maka penyambungan pipa tersebut tanpa spesi (adukan),

cukup ditutup dengan batu bata. Sedangkan untuk pipa PVC/UPVC dapat

dibuatkan lubang-lubang.

1.4.4. Penyaring Aliran (Trickling Filter).

Bangunan ini digunakan untuk menyaring limbah yang banyak

mengandung bahan-bahan organik (bahan yang mudah membusuk), misalnya

buangan dari industri kecil makanan (pabrik tahu, tempe, roti, kue, dll), dapat pula

digunakan untuk penyaringan dan pengolahan limbah rumah tangga lainnya,

seperti limbah dari rumah makan, restoran, hotel, dan sejenisnya.

Penyaringan dilakukan dengan mengisi bak penyaring dengan batu

gamping atau terasso atau batu bintang, pecahan batu bata, keramik, genteng, atau

sejenisnya sebagai bahan penyaring yang memungkinkan batu penyaring tersebut

dapat tumbuh jasad renik (mikro organisme) yang dapat memakan bahan-bahan

organik yang dikandung limbah tersebut.

Jasad renik akan berkembangbiak pada seluruh permukaan batu-batu

tersebut manakala pada limbah tersebut tidak disertai dengan bahan-bahan

disinfektan (seperti karbol, kreoline, dll) yang akan dapat mematikan jasad renik

tersebut.

Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu bata kedap air serta plaster luar

dan dalam kedap air, atau dari beton bertulang serta tutup dari plat beton

bertulang.

10

Page 14: LIMBAH RUMAH TANGGA

2..4.5. Pemisah Minyak dan Lemak (Grease and Oil Interceptors).

Bangunan tersebut digunakan untuk menampung limbah yang

mengandung sejumlah lemak (gajih) atau gemuk, misalnya limbah dari cucian

dapur, cucian piring dan sejenisnya dari restoran dan hotel, industri makanan yang

limbahnya cenderung berlemak, industri penyembelihan hewan, dll.

2.4.6. Instalasi Pengolah Limbah (Waste Water Treatment Plant).

Instalasi pengolah limbah ini cocok untukmengolah limbah cair dari

asrama, hotel-hotel, perkantoran bahkan limbah cair non medis dari rumah sakit.

Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu bata kedap air atau pasangan beton

bertulang, dilengkapi bak penampung, ruang pompa dan pompa serta splinker

(pemancar air).

11

Pipa Ventilasi

Batu Pecah/

Kerikil/Klinker

Pasangan Bata Kedap Air/ Beton

BertulangA

A

Potongan A - A

Penyaring Aliran (Trickling Filter)

Page 15: LIMBAH RUMAH TANGGA

1.5. Cara Mengolah Limbah Rumah Tangga

Limbah memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke pembuangan akhir

atau didaur ulang, baik secara fisik, kimia, biologis, atau pembakaran. Kombinasi

dari cara pengolahan seringkali diterapkan untuk memperoleh hasil yang efektif

tetapi murah biayanya dan dapat diterima oleh lingkungan. Pengolahan ditujukan

untuk mengurangi dan menghilangkan racun racun/detoksitasi, merunah bahan

berbahaya menjadi kurang berbahaya atau mempersiapkan proses berikutnya.

Pengolahan tekhnologi secara tepat tergantung jenis yang akan diolah dan

tergantung dari bentuk limbah (padat, cair, gas, atau lumpur). Terdapat dua

macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu:

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003

1. Cara Sederhana

Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site

yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam persil

atau batas tanah yang dimiliki, fasilitas ini merupakan fasilitas sanitasi

individual seperti septik tank. Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis

lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini

sudah umum karena telah banyak dipergunakan di Indonesia. Kelebihan

sistem ini adalah:

a) Biaya pembuatan relatif murah.

b) Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi.

c) Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.

d) Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.

Disamping itu, kekurangan sistem ini adalah:

a) Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci.

b) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan

pemeliharaan tidak dilakukan sesuai aturannya.

12

Page 16: LIMBAH RUMAH TANGGA

Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi

antara lain:

a. Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa /ha.

b. Kepadatan penduduk lebih dari 200 jiwa/ha masih memungkinkan

dengan syarat penduduk tidak menggunakan air tanah.

c. Tersedia truk penyedotan tinja.

2. Cara Kompleks dengan MBR

Membrane Bioreactor (MBR) merupakan teknologi pengolahan limbah

yang mengkombinasikan proses biologis untuk mendegradasi limbah dan

proses membran untuk pemisahan biomassa. Secara prinsip, teknologi

MBR dimaksudkan untuk memisahkan ammonia dari limbah. Membran

menggantikan peran kolam sedimentasi untuk memisahkan padatan dan

cairan pada teknologi konvensional (lumpur aktif). Jika dibandingkan

dengan sistem konvesional IPAL kinerja pemisahan oleh MBR lebih baik

karena pemisahan tidak lagi dibatasi oleh kondisi hidrodinamik lumpur

seperti waktu tinggal lumpur (SRT, sludge retention time), waktu tinggal

cairan (HRT, hydraulic retention time) serta laju pembuangan lumpur.

Membran dapat memisahkan hampir seluruh bakteri coliform, padatan

tersuspensi (suspended solid) dan menghasilkan efluen dengan kualitas

yang sangat baik. (Kementrian Pekerjaan Umum, 2013)

13

Page 17: LIMBAH RUMAH TANGGA

Keunggulan dan keuntungan yang akan diperoleh dari teknologi

Membrane Bioreactor (MBR) ini antara lain adalah sebagai berikut :

(Kementrian Pekerjaan Umum, 2013).

a. Sistem membran mampu menghasilkan kualitas hasil olahan (Kadar BOD

dan COD) yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sistem

konvensional (Pengolahan Lumpur Aktif) maupun sistem gabungan (MBR

dan Pengolahan Lumpur Aktif).

b. Sistem membran memerlukan lahan yang lebih sedikit dibandingkan

dengan sistem konvensional (Pengolahan Lumpur Aktif).

c. Tidak memerlukan bak pengendap (clarifier) sehingga dapat menghemat

penggunaan lahan

d. Konsentrasi MLSS (mixed liquor suspended solids) yang tinggi dapat

memaksimalkan jumlah BOD yang masuk ke dalam modul MBR untuk

diolah sehingga dapat mengurangi waktu pengolahan

e. Pembuangan lumpur dapat dilakukan langsung dari dalam reaktor

f. Kualitas efluen hasil pengolahan yang tinggi sehingga air hasil olahannya

dapat digunakan kembali (misal untuk boiler)

1.6. Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan

menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari

lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini

digolongkan menjadi sebagai berikut: (Notoatmodjo, Soekidjo. 2003)

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-

bahan padat dan suspense. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya

berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang

mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian dan sayur, bagian-

bagian tinja, dan sebagainya

14

Page 18: LIMBAH RUMAH TANGGA

2. Karakteristik kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia

anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organic

berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Oleh

sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan

cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk. Substansi organic

dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni :

a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya : urea, protein, amine,

dan asam amino

b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya : lemak, sabun,

dan karbohidrat, termasuk selulosa

3. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat

juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya

tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah ini,

maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan

berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain

:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama :

kolera, typhus abdominalis, desentri basiler

b. Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen

c. Menjadi tempat-tempat berkembang biakny nyamuk atau tempat hidup

larva nyamuk

d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan

hidup lainnya

15

Page 19: LIMBAH RUMAH TANGGA

f. Mengurangi produktifitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak

nyaman, dan sebagainya

Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diatas

diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga

air limba tersebut :

a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum

b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah

c. Tidak menyebabkan pencemaran atau air untuk mandi, perikanan, air

sungai atau tempat-tempat rekreasi

d. Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat

berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor

e. Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai

oleh anak-anak

f. Baunya tidak mengganggu.

1.7. Sistem Penyaluran Akhir Limbah Rumah Tangga

1.7.1. On Site Treatment

Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) atau On Site Treatment

adalah sistem pembuangan air limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta

disalurkan ke dalam suatu jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu

tempat pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di

tempat. Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan

menggunakan biaya relatif rendah. (Gordon,M,F,1966). Sistem ini sudah umum

karena telah banyak dipergunakan di Indonesia.

Kelebihan sistem ini adalah:

a) Biaya pembuatan relatif murah.

b) Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi.

c) Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.

d) Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.

Disamping itu, kekurangan sistem ini adalah:

16

Page 20: LIMBAH RUMAH TANGGA

a) Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan

cuci.

b) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan

pemeliharaan tidak dilakukan sesuai aturannya.

1.7.2. Sistem penyaluran terpisah

Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage

adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol

tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran

drainase khusus untuk air yang tidak tercemar. Sistem ini digunakan dengan

pertimbangan antara lain (Zevri A, 2010):

1. Periode musim hujan dan kemarau lama.

2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan

domestik.

3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan

air hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima.

4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim

kemarau dan musim hujan relatif besar.

5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan

dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).

Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai

dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi

dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas

untuk jaringan masing-masing sistem saluran. Zevri A, 2010.

17

Page 21: LIMBAH RUMAH TANGGA

1.7.3. Sistem Penyaluran Konvensional

Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewer) merupakan suatu

jaringan perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan

pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima. Sistem ini

terdiri dari jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani

penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas. Setiap jaringan pipa

dilengkapi dengan lubang periksa manhole yang ditempatkan pada lokasi-loka si

tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan

harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi

pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri. (Zevri A,

2010).

Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran

konvensional:

1. Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor.

2. Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan.

3. Aliran dalam pipa harus aliran seragam.

4. Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0.6 m/det).

Aliran dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan

padatan.

5. Kecepatan maksimum pada penyaluran konvnsional 3m/detik.

18

Page 22: LIMBAH RUMAH TANGGA

6. Kelebihan sistem penyaluran konvensional adalah tidak diperlukannya

suatu tempat pengendapan padatan atau tangki septik. Sedangkan

kekurangan dari sistem penyaluran konvensional antara lain:

7. Biaya ko nstruks i relatif maha l.

8. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran

small bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan

dengan karakteristik berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem

konvensional bersambung ke saluran small bore sewer. Daerah yang cocok

untuk penerapan sistem penyaluran konvensional:

9. Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau

10. dekat dengan daerah yang punya sistem ini.

11. Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah

perumahan mewah, pariwisata.

12. Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan

cukup tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan.

13. Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak

dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan

pengolahan sendiri.

14. Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha dan umumnya

Penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan sistem

setempat sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.

19

Page 23: LIMBAH RUMAH TANGGA

1.7.4. Sistem Riol Dangkal (shallow Sewer)

Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial

Sewerage. Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini

mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih

landai. Perletakan saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow

sewer sangat tergantung pada pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan

padat jika dibandingkan dengan cara konvensional yang mengandalkan self

clensing. (Zevri A, 2010).

Sistem ini cocok diterapkan sebagai sewerage di daerah perkampungan

dengan kepadatan tinggi, tidak di lewati oleh kendaraan berat dan memiliki

kemiringan tanah sebesar 1% Shallow sewer harus dipertimbangkan untuk daerah

perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian besar

penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa

pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari kamar

mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan

pengolahan mini.

20

Page 24: LIMBAH RUMAH TANGGA

1.7.5. Sistem Riol Ukuran Kecil/Small Bore Sewer

Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang,

hanya untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci,

dapur dan limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat

padat. Saluran tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini.

lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional (Zevri A, 2010.).

Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa persil

dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk

tidak diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan kepadatan

penduduk sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar. Sistem ini

dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana. Syarat yang harus dipenuhi

untuk penerapan sistem ini:

1. Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan ,

2. tangk i ini biasanya tangki septik.

3. Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan.

4. Aliran yang terjadi dapat bervariasi.

5. Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleansing

karena tidak harus membawa padatan.

21

Page 25: LIMBAH RUMAH TANGGA

6. Kecepatan maksimum 3m/det.

Kelebihan sistem riol ukuran kecil:

1. Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi

terutama daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya

2. sudah tidak mampu lagi menyerap effluen tangki septik.

3. Biaya pemeliharaan relatif murah.

4. Mengurangi kebutuhan air, karena saluran tidak mengalirkan padatan.

5. Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening.

6. Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk bidang

resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena permebilitasnya jelek.

Kekurangan sistem riol ukur an kecil antara lain:

1. Memerlukan lahan untuk tangki.

2. Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil

1.7.6. Sistem Penyaluran Tercampur

Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air

buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan. Sistem ini digunakan apabila

daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk

membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit

masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki

22

Page 26: LIMBAH RUMAH TANGGA

kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki

fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun.

Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem

penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih

ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan

karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah

diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu

karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar

serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan

buangan.

1.7.7. Sistem Kombinasi

Pada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah

interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama sampai

tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum

mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan

bangunan regulator.

23

Page 27: LIMBAH RUMAH TANGGA

Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi

pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air penerima.

Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan tidak

akan mencemari badan air penerima.

Sistem kombinasi ini cocok diterapkan di daerah yang dilalui sungai yang

airnya tidak dimanfaatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di darah yang untuk

program jangka panjang direncanakan akan diterapkan saluran secara

konvensional, karena itu pada tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang

untuk sementara dapat dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.

1.8. Solusi Mengolah Limbah Domestik Bagi Daerah Dengan Kepadatan

Penduduk Yang Tinggi

Solusi yang dapat diambil dari masalah penumpukan limbah domestik pada

lingkungan yang padat adalah dengan mengolah sistem penyaluran limbah rumah

tangga secara on site treatment pada pemukian rumah warga dan juga pemerintah

dapat pembangunan MBR(Membrane Bioreactor) pada daerah dengan titik

dengan jumlah kepadatan penduduk tinggi.

Dengan metode on site treatment diharapkan seluruh air limbah rumah tangga

baik air limbah toilet maupun air limbah non toilet harus diolah dengan unit

pengolahan air limbah di tempat (on site treatment), selanjutnya air olahannya

24

Page 28: LIMBAH RUMAH TANGGA

dibuang ke saluran umum. Jika efisiensi pengolahan “On site treatment “ rata-rata

90 %, maka hanya tinggal 10 % dari total beban polutan yang masih terbuang

keluar. Sistem pembuangan air limbah dengan sistem “on site treatmet ”secara

sederhana ditunjukan sebagai berikut

Membangun MBR dapat di lakukan pada lahan yang lebih sedikit, dan

dengan teknologi MBR dapat mengolah sumber air limbah menjadi sumber air

bersih sehingga pembangunan pengolahan limbah air dapat merata ke seluruh

daerah.

Membrane Bioreactor (MBR) merupakan teknologi pengolahan limbah

yang mengkombinasikan proses biologis untuk mendegradasi limbah dan

proses membran untuk pemisahan biomassa. Secara prinsip, teknologi MBR

dimaksudkan untuk memisahkan ammonia dari limbah. Membran

menggantikan peran kolam sedimentasi untuk memisahkan padatan dan cairan

pada teknologi konvensional (lumpur aktif). Jika dibandingkan dengan sistem

konvesional IPAL kinerja pemisahan oleh MBR lebih baik karena pemisahan

tidak lagi dibatasi oleh kondisi hidrodinamik lumpur seperti waktu tinggal

lumpur (SRT, sludge retention time), waktu tinggal cairan (HRT, hydraulic

retention time) serta laju pembuangan lumpur. Membran dapat memisahkan

hampir seluruh bakteri coliform, padatan tersuspensi (suspended solid) dan

25

Page 29: LIMBAH RUMAH TANGGA

menghasilkan efluen dengan kualitas yang sangat baik. Hasil efluen yang

berupa air bersih, tentunya juga sekaligus dapat membantu mengatasi dari

kesulitan air bersih yang dihadapi di kota-kota besar. (Kementrian Pekerjaan

Umum, 2013)

26

Page 30: LIMBAH RUMAH TANGGA

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Limbah domestik adalah merupakan limbah yang dihasilkan dari

aktivitas rumah tangga yang dapat berupa limbah padat, dan limbah cair.

Pengolahan limbah rumah tangga tersebut dapat diolah secara sederhana

maupun dengan secara rumit mengunakan teknologi tinggi.

Masalah penumpukan limbah domestik berupa limbah rumah tangga

baik toilet dan non-toilet di lingkungan padat penduduk diharapkan dapat

diatasi dengan metode on site treatment dan BMR. Diharapkan dengan kedua

metode ini yang berjalan akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan

akibat limbah domestik.

27

Page 31: LIMBAH RUMAH TANGGA

DAFTAR PUSTAKA

BPS DKI Jakarta, 2010. Jumlah Penduduk Jakarta Tahun 2010, tersedia dalam:

http://jakarta.bps.go.id,(diakses pada 2 januari 2014)

Kementrian Pekerjaan Umum, 2013. Mengolah Limbah Kota Metropolitan

Dengan Teknologi Membran. tersedia dalam:

http://ciptakarya.pu.go.id/plp/?p=432,(diakses pada 2 januari 2014)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Pratikto, D, 2010, Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Limbah Di Lingkungan

Perumahan Rt 05/Rw Vii Solo Baru Desa Langenharjo Kec.Grogol

Kab.Sukoharjo, Tersedia dalam:

http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/49/47 (diakses pada 2

Januari 2014).

Zevri A, 2010. Studi Penyaluran Dan Pengolahan Air Limbah Di Komplek

Pemukiman. Universitas Sumatra Utara.

28