INFUS

12
INFUS Pendahuluan Kanulasi intravena atau infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemasangan infus digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolism, atau untuk memberikaan medikasi. Obat yang diberikan secara intravena memasuki aliran darah secara langsung dan diabsorbsi lebih cepat daripada pemberian obat lain. Karenanya obat diberikan secara intravena bila diperlukan efek cepat, atau bila obat terlalu mengiritasi jaringan tubuh bila diberikan dengan cara lain. Obat yang diberikan dengan cara ini biasanya diberikan (diinfuskan) dengan perlahan untuk mencegah reaksi. Secara umum, keadaan-keadaan yang memerlukan pemberian cairan infus adalah: 1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

description

infus

Transcript of INFUS

Page 1: INFUS

INFUS

Pendahuluan

Kanulasi intravena atau infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah

pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena

untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Pemasangan infus digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan,

tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolism, atau

untuk memberikaan medikasi.

Obat yang diberikan secara intravena memasuki aliran darah secara langsung dan

diabsorbsi lebih cepat daripada pemberian obat lain. Karenanya obat diberikan secara intravena

bila diperlukan efek cepat, atau bila obat terlalu mengiritasi jaringan tubuh bila diberikan dengan

cara lain. Obat yang diberikan dengan cara ini biasanya diberikan (diinfuskan) dengan perlahan

untuk mencegah reaksi.

Secara umum, keadaan-keadaan yang memerlukan pemberian cairan infus adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan

tubuh dan komponen darah)

4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)

5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen

darah)

Tujuan

Tujuan pemberian terapi intra vena melalui infus yaitu :

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,

protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.

2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.

Page 2: INFUS

3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.

4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.

5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).

6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan ketika diistirahatkan.

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi pemasangan kanulasi intravena:

1. Pemberian cairan

2. Pemberian obat, secara kontinyu atau intermiten

3. Pemberian darah atau produk darah

4. Pemberian kontras radioopak atau sedasi

5. Tindakan profilaksis untuk pasien yang tidak stabil atau pada prosedur tertentu

Kontraindikasi pemasangan kanulasi intravena:

Absolut

1. Inflamasi atau infeksi pada kulit yang akan menjadi tempat pemasangan kanula

2. Fistula arteriovenosa pada tempat pemasangan kanula

3. Tindakan mastektomi sebelumnya dengan pembedahan nodus axillaris atau limfoedema pada

tempat yang akan dipasang kanula.

Relatif

1. Kecenderungan perdarahan

2. Vena dari lengan bawah pada pasien gagal ginjal yang mungkin memerlukan pembentukan

fistula arteriovenosa pada masa depan.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a. Sterilitas

Tindakan pemasangan infus merupakan tindakan invasif yang dapat mengundang kuman

untuk masuk ke aliran darah, karena itu harus dilakukan secara aseptis agar kuman tidak

masuk tubuh. Kulit disterilkan, alat-alat yang digunakan steril, petugas steril, dan tindakan

yang dilakukan secara aseptis. Sebaiknya cuci tangan dengan sabun sebelumnya. Sterilisasi

kulit dapat dilakukan dengan salah satu desinfektan:

Page 3: INFUS

Povidon-iodine

o Dioleskan dua kali

o Tunggu 30 detik

o Tak perlu dibilas dengan alkohol

Etil Alkohol

o Konsentrasi 70%

o Tunggu 60 detik

o Biarkan yang kering

Pungsi dilakukan setelah desinfektan kering agar tidak perih

b. Fiksasi

Kanula yang sudah terpasang harus dilakukan fiksasi dengan baik agar tidak bergerak-gerak

dan tercabut, kanula yang bergerak akan :

1. Menembus dinding vena

2. Melukai dinding dalam vena

3. Mengundang infeksi

Fiksasi dilakukan dengan plester hypafix dan plester coklat sehingga kanula tidak bergerak

dan infus set tidak mudah tercabut.

c. Menghitung Tetesan

Pemberian cairan perinfus harus dihitung jumlah tetesan permenitnya untuk mendapatkan

kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk tiap jam dapat digunakan

rumus :

ml per jam = tetesan x faktor tetesan

Faktor tetesan dihitung dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh infus set

untuk mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1 ml cairan dalam

15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set tersebut memberikan cairan

dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan diberikan cairan sebanyak 25x4 = 100 ml

perjam.

Page 4: INFUS

d. Monitoring dan Perawatan

Tiap pemasangan infus harus diamati hal-hal berikut :

1. Kelancaran tetesan yang semula lancar menjadi tidak lancar, mungkin ada sumbatan,

kanula tertekuk, atau ekstravasasi (keluar dari pembuluh darah).

2. Keluhan nyeri bila ada nyeri mungkin akibat iritasi oleh cairan yang hipertonis, ada

infeksi atau ekstravasasi.

3. Infeksi biasanya disertai nyeri, panas dan kemerahan disekitar kanula merupakan hal

yang berbahaya karena dapat menyebar ke sistemik. Kanula harus segera dicabut dan

dipindah.

4. Pembengkakan mungkin ekstravasasi cairan atau hematoma. Segera dicabut dan

dipindah.

5. Perawatan secara aseptik dilakukan tiap hari, dijaga sebagai suatu system tertutup

(sambungan ujung infus dan kanula tak boleh dilepas).

6. Darah pada ujung slang harus dibersihkan karena dapat menyumbat dan merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan kuman.

Tempat Insersi Jarum Infus

Secara umum ada beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada pemasangan infus yaitu :

a. Venapunctur perifer

vena mediana kubiti

vena sefalika

vena basilika

vena dorsalis pedis

b. Venapunctur central

vena femoralis

vena jugularis internal

vena subklavia

Page 5: INFUS

Jenis Cairan Infus

1. Cairan Hipotonik

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah

dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.

Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip

cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-

sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien

cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah

tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan

tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan

peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah:

a. Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %

b. NaCI 0,45%

c. NaCI 0,2 %

2. Cairan Isotonik

Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen

darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang

mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).

Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal

jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah:

a. NaCI normal 0,9 %

b. Ringer laktat

c. Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)

d. Dextrose 5 % dalam air (D 5 W)

3. Cairan Hipertonik

Page 6: INFUS

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit

dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif

dengan cairan hipotonik. Misalnya:

a. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %

b. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % ( hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan

cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan osmotik)

c. Dextrose 10 % dalam air

d. Dextrose 20 % dalam air

e. NaCI 3% dan 5%

f. Larutan hiperalimentasi

g. Dextrose 5 % dalam ringer laktat

h. Albumin 25

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke

dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang

memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

2. Koloid

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran

kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat

menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Page 7: INFUS

Prosedur Pemasangan Infus IV

1. Pastikan pasien yang akan dipasang infus

2. Informed consent (tindakan yang akan dilakukan dan tujuan)

3. Pastikan cairan infus yang akan digunakan (lihat expired date, cek kelayakan botol infus,

kunci selang infus)

4. Menyiapkan alat-alat

a. Infus set

b. Abbocath

c. Duk steril

d. Kapas

e. Betadine

f. Alkohol

g. Sarung tangan / hand scoen

h. Plester

i. Tourniqet / karet pembendung

Page 8: INFUS

5. Pasang selang infus pada botol infus

6. Menggantung botol infus yang telah diperiksa (pada tiang penggantung)

7. Tentukan pembuluh darah yang akan dipasang infus

8. Mencuci tangan

9. Mengenakan sarung tangan

10. Sterilisasi daerah sekitar pembuluh darah yang akan dipasang infus dengan desinfektan

contohnya menggunakan kapas alkohol terlebih dahulu, kemudian kapas betadine dengan

gerakan melingkar dari dalam ke luar

11. Memasang duk steril dan karet pembendung

12. Tusuk pembuluh darah dengan abbocath secara perlahan, halus dan mantap dengan ujung

jarum menghadap ke atas

13. Perhatikan apakah ada darah mengisi ruang dalam abbocath tersebut lalu menekan dengan

jari tangan

Page 9: INFUS

14. Melepaskan karet pembendung dan duk steril lalu dorong abbocath masuk ke dalam

pembuluh darah sambil menarik jarum keluar

15. Ambil selang infus dan pasangkan pada abbocath

16. Mengecek apakah infus terpasang dan menetes dengan baik lalu menguncinya

17. Fiksasi selang infus

18. Buka kunci selang infus dan hitung tetesan yang dikehendaki

19. Mengucapkan terima kasih atas kerja samanya

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari terapi IV:

1. Infiltrasi (ektravasasi)

2. Trombophlebitis

3. Bakteremia

4. Emboli udara

5. Perdarahan

6. Trombosis

7. Imbalance elektrolit,

8. Hematom, dll.