info Balitbang HAM · masyarakat miskin dalam upaya memperjuangkan hak-hak mereka yang telah...

8
Daftar Isi REPOSISI NILAI HAM DALAM PENDIDIKAN BANGSA Revitalisasi Potensi FKK Dalam Pengembangan IPTEK Nasional Reposisi Nilai HAM Dalam Pendidikan Bangsa Paradigma Baru Penegakan Hukum dan Perlindungan HAM dalam Sistem Pemasyarakatan Sosialisasi Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Ri Tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja ... Optimalisasi Kemitraan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Penelitian ... Presentasi Draft Laporan Akhir Evaluasi Peran Satuan Polisi Pamong Praja... (bersambung ke hal. 5) Kampus sebagai tempat untuk menimba ilmu penge- tahuan bagi setiap warga Negara, pada kenyataan- nya memiliki banyak keunggulan. Kampus memiliki peran luar biasa dalam pendidikan bangsa. Keber- hasilan penyelenggaraan pendidikan suatu Negara merupakan landasan bagi pembangunan bangsanya, dan hal ini berlaku pula untuk Indonesia. Pasal 31 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan : ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Seminar sehari yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan HAM yang beker- jasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) adalah awal dari satu langkah besar bagi dunia pendidikan yang berperspektif HAM. Oleh karena itu diharapkan bisa menghasilkan satu atau lebih rekomendasi yang diperlukan bagi penegakan hukum dan pemenuhan HAM di Indonesia. Ke- hadiran para narasumber dan peserta semua merupakan satu potensi besar untuk menghasilkan rekomendasi yang berhasil guna, berdaya guna dan tentu saja aplikatif. Kegiatan seminar sehari yang bertema “Reposisi Nilai HAM dalam Pendidikan Bangsa” merupakan satu bentuk nyata kerjasama dua institusi yang memiliki kesamaan fungsi, yaitu menyelenggarakan kegiatan yang bersifat akademis. Kesamaan fungsi ini sebagai satu perekat yang kuat guna meng- hasilkan produk yang berguna bagi pembangunan bangsa, khususnya pembangunan hukum dan HAM. Sangat banyak alternatif cara untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dapat dilakukan bersama, seperti halnya kegiatan penelitian, bimbingan teknis, pelatihan, dan tukar-menukar infor- masi. Aktualisasi nilai HAM seringkali dihadapkan pada benturan nilai yang berlaku di masyarakat. Benturan atau friksi yang dimiliki masyarakat dan bangsa ini, perlu segera disikapi dengan arif dan bijaksana Balitbang HAM info Edisi Kwartal II - 2011

Transcript of info Balitbang HAM · masyarakat miskin dalam upaya memperjuangkan hak-hak mereka yang telah...

Daftar Isi

REPOSISI NILAI HAM DALAMPENDIDIKAN BANGSA

Revitalisasi Potensi FKK Dalam Pengembangan IPTEK Nasional

Reposisi Nilai HAM Dalam Pendidikan Bangsa

Paradigma Baru Penegakan Hukum dan Perlindungan HAM dalam Sistem Pemasyarakatan

Sosialisasi Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Ri Tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja ...Optimalisasi Kemitraan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Penelitian ...Presentasi Draft Laporan Akhir Evaluasi Peran Satuan Polisi Pamong Praja...

(bersambung ke hal. 5)

Kampus sebagai tempat untuk menimba ilmu penge-tahuan bagi setiap warga Negara, pada kenyataan-nya memiliki banyak keunggulan. Kampus memiliki peran luar biasa dalam pendidikan bangsa. Keber-hasilan penyelenggaraan pendidikan suatu Negara merupakan landasan bagi pembangunan bangsanya, dan hal ini berlaku pula untuk Indonesia. Pasal 31 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan : ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Seminar sehari yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan HAM yang beker-jasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) adalah awal dari satu langkah besar bagi dunia pendidikan yang berperspektif HAM. Oleh karena itu diharapkan bisa menghasilkan satu atau lebih rekomendasi yang diperlukan bagi penegakan hukum dan pemenuhan HAM di Indonesia. Ke-hadiran para narasumber dan peserta semua merupakan satu potensi besar untuk menghasilkan rekomendasi yang berhasil guna, berdaya guna dan tentu saja aplikatif.Kegiatan seminar sehari yang bertema “Reposisi Nilai HAM dalam Pendidikan Bangsa” merupakan satu bentuk nyata kerjasama dua institusi yang memiliki kesamaan fungsi, yaitu menyelenggarakan kegiatan yang bersifat akademis. Kesamaan fungsi ini sebagai satu perekat yang kuat guna meng-hasilkan produk yang berguna bagi pembangunan bangsa, khususnya pembangunan hukum dan HAM. Sangat banyak alternatif cara untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dapat dilakukan bersama, seperti halnya kegiatan penelitian, bimbingan teknis, pelatihan, dan tukar-menukar infor-masi.Aktualisasi nilai HAM seringkali dihadapkan pada benturan nilai yang berlaku di masyarakat. Benturan atau friksi yang dimiliki masyarakat dan bangsa ini, perlu segera disikapi dengan arif dan bijaksana

Balitbang HAMinfo

Edisi Kwartal II - 2011

REVITALISASI POTENSI FORUM KOMUNIKASI KELITBANGAN (FKK) DALAM PENGEMBANGAN IPTEK NASIONAL

Rapat Kerja Forum Komunikasi Kelitbangan FKK yang diselenggarakan pada tanggal 10 Mei 2011 di Jakarta membahas agenda FKK tahun 2011-2012. Permasalahan penelitian dan pengem-bangan di Indonesia adalah kurangnya para pemangku kepentingan (stakeholder).Secara obyektif, revitalisasi potensi FKK dapat dilakukan. Sebagai contoh, dengan menghitung jumlah tenaga fungsional peneliti handal yang dimiliki bangsa Indonesia. Hitungan angka akan menunjukkan bukan satuan, bukan be-lasan, bukan puluhan, dan bukan pula ratusan orang, tetapi ribuan orang. Peneliti yang memiliki latar belakang keilmuan berbeda, pada ke-nyataannya dapat dihimpun menjadi satu kekuatan yang luar biasa, sebuah kekua-tan yang dahsyat bagi pem-bangunan IPTEK nasional. Kekuatan kelompok ilmuwan yang multi disiplin dan sarat dengan pengalaman, tentu-nya tidak diragukan lagi kemampuannya.Di samping itu, berapa banyak karya tulis ilmi-ah hasil penelitan yang memiliki daya guna dan hasil guna bagi pembangunan bangsa Indone-sia. Kondisi ini mungkin belum secara optimal dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Mozaik hasil penelitian berserakan, namun dapat di untai dan susun menjadi satu atau lebih paket informasi yang berguna. Masalah utama yang dibahas dalam rapat kerja FKK adalah : 1.Pembangunan wilayah perba-tasan dengan negara tetangga terutama Kali-mantan Barat, Kalimantan Timur dan Nusa Teng-gara Timur., 2. Keselarasan antara agenda riset nasional dengan rencana strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga.,3. Pencitraan peran dan

produk Badan Penelitian/Badan Pengkajian dalam pembangunan nasional.,4. Keterkaitan fungsional antara Badan Penelitian/Badan Pengkajian Ke-menterian/Lembaga dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)., 5. Dukungan dan kegiatan penelitian dan pengem-bangan.Tusy A. Adibroto Sekretaris Dewan Riset Nasional

yang juga hadir dalam FKK me-maparkan mengenai Agenda Riset Nasional (ARN) sebagai landasan strategis renstra Ke-menterian/Lembaga. 1. ARN merupakan bagian inte-gral dalam Pembangunan Iptek Nasional dan berfungsi sebagai :• Media untuk berinteraksi dan berkoordinasi antara berb-agai pelaku iptek dan inovasi, sehingga dapat menigkatkan kinerja secara kolektif • Wahana untuk menggerakkan kegiatan penelitian, pengem-bangan, penyebarluasan dan pemanfaatan iptek menuju

pemecahan permasalahan pembangunan bang-sa. 2. Pada saat ini struktur Pengelolaan Lembaga Penelitian di Kementerian / Lembaga tidak berada dalam satu koordinasi, Lembaga penelitian non-Kementerian berada di bawah koordinasi KRT dan lembaga - lembaga litbang lainnya berada di bawah koordinasi kementerian masing - masing sektor pembangunan.Dalam Grand Design Transformasi Ekonomi ada 2 pendekatan yang akan diintegrasikan yaitu a) pendekatan sektoral : didasarkan atas identifikasi sektor – sektor unggulan (fokus) dengan prospek pertumbuhan tinggi; dan b) pendekatan regional : untuk menyebarkan sektor – sektor unggulan yang telah di identifikasi (lokus).

http://www.flickr.com/photos/hanskrahardja/3623838743/

masyarakat miskin dalam upaya memperjuangkan hak-hak mereka yang telah dirugikan.

PARADIGMA BARU PENEGAKAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM SISTEM

PEMASYARAKATANSejatinya, kedudukan Pemasyarakatan dalam sistem penegakan hukum terpadu menempati posisi yang strategis terutama dalam kaitannya dengan upaya perlindungan hak asasi manusia tersangka, terdakwa dan terpidana yang secara potensial muncul dalam proses penyelenggaraan penegakan hukum. Na-mun Berbagai persoalan yang dihadapi oleh Lem-baga Pemasyarakatan, baik internal maupun eksternal, menyebabkan perlakuan buruk dan ti-dak manusiawi bahkan pelanggaran Hukum dan HAM bagi warga binaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan.Memperhatikan ada nya kesenjangan an-tara kondisi nyata di Lembaga Pemasyarakatan dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, Badan Penelitian dan Pengem-bangan HAM, Kementerian Hukum dan HAM me-nyelenggarakan “Seminar Nasional Tentang Para-digma Baru Penegakan Hukum Dan Perlindungan HAM dalam sistem Pemasyarakatan” yang dise-lenggarakan pada tanggal 21 Juli 2011 di Jakarta. Dalam seminar ini dibahas 5 topik bahasan yaitu: Sistem Pemasyarakatan dalam Perspektif HAM (Narasumber : Prof. Dr. Ramly Hutabarat, S.H., M.Hum, Kepala Badan Penelitian dan Pengem-bangan HAM); Implementasi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Narasumber : Drs. Untung Sugiono, Be.IP., M.M., Direktur Jen-deral Pemasyarakatan); Reposisi Sistem Pema-syarakatan dalam Pembangunan Hukum Nasional (Narasumber : Dr. Adrianus Meliala, Kriminolog Universitas Indonesia); Membangun Paradigma Baru Sistem Pemasyarakatan (Narasumber : Anton

Medan, pengasuh pondok pesantren At-Taibin); dan Tinjauan Empiris Pemasyarakatan dari Sudut Pandang Warga Binaan dalam Sistem Pemasyara-katan (Narasumber : Dr. Ir. Andin H. Tarjoto, M.S. mantan birokrat). Adapun pembahas utama untuk makalah yang disajikan disampaikan oleh : Prof.

Harkristuti Harkrisno-wo, S.H., M.A., Ph.D; Dr. Adi Suyatno, Be.IP, S.H.; Indonesia Cor-ruption Wacth (ICW); danCentra/ Detent/on System (CDS). Peserta seminar yang berjumlah 150 orang terdiri dari berbagai Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah seluruh In-donesia, Kepala UPT Pemasyarakatan, Prak-tisi Hukum, akademisi

dan media cetak elektronik.Pelaksanaan seminar ini merupakan tonggak se-jarah dari satu langkah signifikan dalam khazanah pemasyarakatan yang berperspektif HAM. Oleh karena itu, dari kegiatan seminar ini akan dihasil-kan satu atau lebih rekomendasi yang diperlukan bagi penegakan hukum dan perlindungan HAM dalam Sistem Pemasyarakatan di Indonesia. Dari pelaksanaan seminar ini, diharapkan dapat dica-pai tiga keluaran: Pertama, peningkatan pema-haman HAM bagi aparat yang terkait dengan pelayanan pembinaan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan; Kedua, peningkatan perlindu ngan Hukum dan HAM bagi warga binaan di Lem-baga Pemasyarakatan; dan ketiga, tersusunnya pola pembinaan dengan pendekatan pemenuhan Hak Asasi Manusia bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan.

http://www.mediafreedominternational.org/wp-content/uploads/2011/04/prison.jpg

SOSIALISASI PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI TENTANG PELAKSANAAN

PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN

HAK ASASI MANUSIA

Syukur Alhamdulillah, akhirnya Kementerian Hu-kum dan Hak Asasi Manusia RI mendapatkan Tunjangan Kinerja (Remunerasi). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2011 ten-tang Tunjangan Kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.Para pegawai di jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mendapatkan pendapatan tambahan berupa Tunjangan Kinerja. Pemberian tunjangan ini dalam rangka pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Sebagai real-isasi pemberian tunjangan ini dikeluarkanlah Per-aturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.HH-18.KU.01.01 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Pembe-rian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Ling-kungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.Kepala Badan Pene-litian dan Pengemban-gan HAM, Prof. DR. Ramly Hutabarat, SH, MH menilai penting di-lakukannya sosialisasi Peraturan Menteri Hu-kum dan Hak Asasi Ma-nusia RI Nomor : M.HH-18.KU.01.01 Tahun 2011 bagi pegawai di lingkungan Badan Litbang HAM. Sosialisasi menjadi penting karena setiap pega-wai harus memahami bahwa pemberian tunjan-

gan kinerja diikuti dengan pemenuhan kewajiban yang diatur di dalam Peraturan Menteri tersebut. Untuk itu, pada tanggal 14 September 2011 ber-tempat di Ruang Rapat A Balitbang HAM dilaku-kan sosialisasi mengenai materi yang terkandung dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM yang menjadi acuan pelaksanaan pemberian tunjan-gan kinerja bagi pegawai. Kegiatan ini diikuti pe-jabat eselon II, III, IV, para peneliti, dan semua staf Balitbang HAM.Pada kesempatan itu, Sekretaris Badan Litbang HAM, Dr. Adhi Santika, SH, MS menegaskan bah-wa kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai antara lain : ketaatan pada disiplin dan kehadi-ran pegawai di kantor. Kehadiran pegawai harus

sesuai dengan keten-tuan yang berlaku yaitu masuk pukul 7.30, jam istirahat pukul 12.00 sampai dengan 13.00 dan jam pulang pukul 16.00, sementara khu-sus hari Jum’at jam istirahat pukul 11.30 sampai dengan 13.00 dan jam pulang pukul 16.30. Dengan demiki-an, dalam waktu dekat sistem absensi akan

menggunakan alat finger print. Selain itu, setiap pegawai juga harus terus meningkatkan kinerjan-ya dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Tupoksi yang ada.

PANDUAN BAGI MEDIATOR DALAM PENCEGAHAN KEKERASAN

oleh semua fihak.Benturan atau friksi yang terjadi di masyarakat, sangat mungkin bermuara pada terjadinya kon-flik, baik konflik di permukaan maupun konflik yang bersifat laten. Seminar yang berlangsung di Kampus UMJ Ciputat pada tanggal 12 Mei 2011 ini dihadiri oleh Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Ke-pala Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Prof. Dr. Ramly Hutabarat, S.H., M.Hum., rektor beserta dosen dan mahasiswa UMJ. Dan sebagai narasumber adalah Ir. Bresman Sianipar, SH, MSc dari Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Transformasi Konflik Badan Penelitian dan Pengembangan HAM dengan paparannya “Pembangunan Perdamaian Melalui Transformasi Konflik”, Rudi Rizki, S.H, L.LM dari Universitas

Padjajaran dengan paparannya “Internalisasi Nilai HAM dalam Pencegahan dan Penanga-nan Konflik” dan Dr. Thamrin Amal Tomagola dari Universitas Indonesia dengan paparannya “Pendekatan Sosiologi Kemasyarakatan dalam

Pemahaman Konflik”. Dalam seminar ini menjelaskan

mengenai 6 prinsip pokok HAM yaitu : 1. Universal dan tidak dapat dicabut

(universality and inalienability), 2. Tidak bisa dibagi (indivisibil-ity), 3. Saling bergantung dan berkaitan (interdependence

a n d interrelation), 4. Kesetaraan dan non-diskriminasi (equality and non-dscrimi-

nation), 5. Partisipasi dan kontribusi (participa-tion and contribution), 6. Tanggungjawab negara dan penegakan hukum (state responsibility and rule of law) dan bagaimana cara mengatasi kon-flik dengan melakukan pendekatan mulai dari ne-gosiasi, perdamaian sampai dengan mediasi.

Melalui mediasi penyelesaian masalah secara lebih manusiawi dengan lebih mengedepankan saling pengertian, kasih sayang, dan kebersa-maan.Agar tujuan mediasi dapat tercapai diperlukan Mediator yang handal. Mediator itu sendiri adalah juru damai maka dalam transformasi konflik peran Mediator sangat penting. Mereka adalah orang yang terlatih dan memiliki visi dan misi se-bagai peacbuilder. Melihat pentingnya peran Me-diator dalam pencegahan terjadinya kekerasan akibat konflik dalam kehidupan masyarakat maka Badan Penelitian dan Pengembangan HAM khu-susnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Transformasi Konflik menilai perlu disusun sebuah buku panduan bagi para Mediator sebagai pedo-man dalam melaksanakan tugas-tugas mediasi.Draft buku panduan bagi para Mediator telah disusun oleh Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Transformasi Konflik dan di pre-

sentasikan pada tanggal 5 Oktober 2011 di Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan HAM. Dalam acara ini Tim mengaharapkan ada masukan dari peserta untuk penyempurnaan draft buku pan-duan tersebut. Peserta menilai isi buku panduan yang dipresentasikan tersebut sudah cukup me-madai, namun diusulkan agar Tim memasukkan nilai-nilai lokal yang hidup dalam masyarakat. Hal ini menjadi penting karena bilamana Media-tor mengakomodir nilai-nilai lokal (kearifan lo-kal) dalam proses mediasi akan lebih memberi rasa memiliki keputusan-keputusan damai yang disepakati oleh pihak-pihak yang berkonflik.Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transformasi Konflik Ir. Bresman Sianipar, SH,MSc berjanji, setelah draft disempurnakan dan dice-tak, buku panduan ini akan disosialisasikan agar masyarakat mengetahui dan terpanggil menjadi Mediator dalam menangani konflik yang terjadi dalam masyarakat sehingga tidak berkembang menjadi tindak kekerasan. Semoga !

Presentasi Draft Laporan Akhir Evaluasi Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi

Masyarakat.

Pusat Penelitan dan Pengembangan Hak Sipil dan Politik mengadakan acara pembahasan draft laporan akhir hasil penelitian tentang Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Masyarakat pada tanggal tanggal 5 Oktober 2011 di Jakarta. Dr. Jayadi Da-manik sebagai narasumber memaparkan penting-nya peran satpol PP dalam mewu-judkan ketentra-man dan ketert-iban umum serta dalam menegak-kan peraturan daerah. Namun di satu sisi Satpol PP dalam melak-sanakan tugas-nya di lapangan cenderung ber-sikap agresif di-karenakan pola perekrutannya yang masih belum baik, pemahaman terhadap prosedur hukum dan nilai-nilai hak asasi manusia yang masih rendah. Dari segi pembinaan masih kurangnya perhatian Pemda dalam pembinaan satpol PP yang masih setengah hati. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Satpol PP adalah tempat yang kurang diminati pegawai/pejabat di lingkungan pemda. Menurut penjelasan dari Direktorat Pol PP dan Linmas Kementerian Dalam Negeri memang su-dah ada rambu-rambu dari Mendagri dalam ben-tuk Peraturan Daerah mengenai Satpol PP, serta diklat yang harus ditempuh untuk menjadi Satpol PP.Secara keseluruhan pemahaman anggota satpol PP terhadap nilai-nilai HAM masih dinilai kurang. Pandangan anggota satpol PP dalam unjuk rasa

untuk melakukan tindakan paksa atau kekerasan; segala keputusan yang diambil tidak perlu me-lihat norma HAM; setiap anggota Satpol PP ha-rus mampu menyelesaikan kasus/pelanggaran meskipun harus bertentangan dengan HAM. Ne-gosiasi tidak diperlukan dalam penyelesaian ka-sus/pelanggaran. Dalam rangka penindakan ang-

gota Satpol PP tidak perlu memperhati-kan perubahan yang terjadi di masyara-kat. Dalam rangka penegakkan hukum maka anggota Sat-pol PP dapat bertin-dak tanpa memper-hatikan norma HAM. Anggota Satpol PP mengambil langkah diperlukan sesuai dengan perintah atasan walaupun tidak sesuai dengan

aturan. Anggota Satpol PP tidak mengakui hak-hak kebebasan dan keamanan seseorang.Guna meningkatkan pemahaman nilai-nilai HAM bagi anggota Satpol PP melalui pelatihan HAM dengan menggunakan modul yang komprehensif dan aplikatif diperlukan kerjasama antara Kantor Kementerian Hukum dan HAM beserta Pusat Stu-di HAM (PUSHAM) di masing-masing daerah. Perlunya mengadopsi konsep Community Policing dan menyesuaikannya dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Perlu komit-men dan keseriusan dari para pemimpin daerah dalam pembinaan dan pengawasan Satpol PP karena institusi Satpol PP bukan merupakan alat kekuasaan di daerah yang dapat mengamankan kepentingan seseorang atau golongan tertentu.

Halal bi Halal Balitbang HAM bersama

Menteri Hukum dan HAM

Pada tanggal 9 September telah di laksanakan acara Halal bi Halal Keluarga Besar Badan Pene-litian dan Pengembangan HAM yang dihadiri pula oleh Menteri Hukum dan HAM RI. Acara dihadiri oleh seluruh pegawai di lingkungan Badan Pene-litian dan Pengembangan HAM beserta para pe-jabat eselon di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan HAM. Menteri Hukum dan HAM (Patrialis Akbar) didampingi oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan HAM (Ramly Hu-tabarat) dan Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM (Sam L. Tobing). Masih dalam suasana Idul Fitri, menteri Hukum dan HAM ber-kesempatan memberikan ceramah bagi seluruh pegawai. Beberapa ayat suci Al-Qur’an yang diru-juk beliau dalam rangka menggugah hati para pegawai agar rela saling memafkan atas kekh-ilafan yang pernah terjadi baik secara disadari maupun tidak.“Demikian pula, kita harus rela memaafkan ke-pada orang lain yang telah memfitnah, menyakiti atau membuat kesalahan kepada kita, meskipun hal tersebut tidaklah mudah. Oleh karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-hambanya maka meskipun berat kita ha-rus sanggup memberikan maaf kepada sesama kita yang akan mencerminkan hubungan kita dengan Allah juga hubungan kita dengan sesama

manusia (Hablum MinAllah, Hablum Minannas).Pada kesempatan itu pula, Menteri Hukum dan HAM RI mengharapkan kepada seluruh jajaran Balitbang HAM untuk tetap dan selalu bekerja keras, cerdas, dan tanpa pamrih. Juga diharap-kan agar Balitbang HAM menjadi garda terde-pan dalam membela Hak Asasi Manusia dengan melakukan penelitian dan kajian yang bermanfaat bagi masyarakat, karena bekerja merupakan ba-gian dari Ibadah. Insya Allah semua amal bakti kita akan diterima Allah Subhanahuwata’ala.”Dalam tausyiahnya, Menteri Hukum dan HAM RI menyatakan bahwa Badan Penelitian dan Pengem-bangan HAM juga merupakan perangkat penting bagi Kementerian Hukum dan HAM RI, sehingga diharapkan selain melakukan penelitian, evaluasi dan pengembangan juga dapat terjun langsung ke masyarakat yang sedang mengalami kesulitan atau permasalah-permasalahan tentang Hak Asasi Manusia, dengan tujuan menjadi wadah curahan hati masyarakat tentang Hak Asasi Manusia.Di akhir acara Menteri Hukum dan HAM Patria-lis Akbar menyempatkan diri untuk bersalaman kepada seluruh pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan HAM. Sebelum meninggalkan Badan Litbang HAM Bapak Menteri menyempat-kan diri untuk menyaksikan program dan hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Badan Litbang HAM, antara lain berupa Majalah, Jurnal HAM, Poster HAM, Leaflet dan buku-buku hasil penelitian dan evaluasi.

Diterbitkan Oleh :Badan Penelitian dan Pengembangan HAM - Kementerian Hukum dan HAM RI

Gedung Ex. Bank Uppindo Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-19 Kuningan - Jakarta Selatan 12920Telp. (021) 2525015, 2526438 Fax. (021) 2526678, 2526438

web : www.balitbangham.go.id , e-mail : [email protected]

Pengarah : Prof. DR. Ramly Hutabarat, SH, M.Hum. (Kepala Balitbang HAM)

Penanggung Jawab :DR. Ir. Adhi Santika, SH, MS. (Sekretaris Balitbang HAM)

Ketua :Petrus Uje Palue, SH, M.Si. (Kepala Bagian Humas & Informasi)

Redaktur :Sabir, Agus Priyatna, Dadang Ismail, Chairina

GALERI FOTO Kunjungan Menteri Hukum dan HAM ke kantor Balitbang HAM