Influenza

14
PENDAHULUAN Influenza disebabkan oleh virus. Virus influenza digolongkan dalam kelompok virus RNA dan dibagi atas 3 tipe, yaituA, B dan C. Virus dengan tipe A dan B bisa menyebabkan epidemik, khususnya saat musim salju di negara dengan 4 musim. Di Amerika pada musim tersebut epidemik dapat menyebabkan kesakitan pada 10-20 persen penduduk, dan berhubungan dengan rata-rata 36000 kematian serta 114000 hospitalisasi setiap tahunnya. Sedangkan virus influenza tipe C hanya menyebabkan masalah pernafasan yang ringan, dan diduga bukan penyebab dari epidemik. Selain menyerang manusia, ternyata virus influenza juga dapat ditemukan pada beberapa binatang, seperti unggas, babi, ika paus, kuda dan anjing laut. Manusia sangat jarang terinfeksi influenza langsung dari hewan. Biasanya penularan terjadi dari orang ke orang lain. Penyakit flu sangat sukar sekali dibasmi karena virus flu sering mengadakan perubahan. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi tambahan termasuk bakteri pneumonia karena dehidrasi, dan kondisi lain yang memperparah

description

Influenza penyakit dalam

Transcript of Influenza

Page 1: Influenza

PENDAHULUAN

Influenza disebabkan oleh virus. Virus influenza digolongkan dalam

kelompok virus RNA dan dibagi atas 3 tipe, yaituA, B dan C. Virus dengan

tipe A dan B bisa menyebabkan epidemik, khususnya saat musim salju di

negara dengan 4 musim. Di Amerika pada musim tersebut epidemik dapat

menyebabkan kesakitan pada 10-20 persen penduduk, dan berhubungan

dengan rata-rata 36000 kematian serta 114000 hospitalisasi setiap tahunnya.

Sedangkan virus influenza tipe C hanya menyebabkan masalah

pernafasan yang ringan, dan diduga bukan penyebab dari epidemik. Selain

menyerang manusia, ternyata virus influenza juga dapat ditemukan pada

beberapa binatang, seperti unggas, babi, ika paus, kuda dan anjing laut.

Manusia sangat jarang terinfeksi influenza langsung dari hewan. Biasanya

penularan terjadi dari orang ke orang lain. Penyakit flu sangat sukar sekali

dibasmi karena virus flu sering mengadakan perubahan.

Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi tambahan

termasuk bakteri pneumonia karena dehidrasi, dan kondisi lain yang

memperparah keadaan, seperti mengidap diabetes, asma dan kelainan jantung.

Komplikasi yang disebabkan infeksi bakteri atau kuman perlu diberi perhatian.

Umumnya penyakit yang diakibatkan infeksi oleh virus bisa sembuh sendiri.

Page 2: Influenza

STUDI KASUS : INFLUENSA DAN VAKSIN INFLUENSA

Informasi yang didapat dari kasus:

- Influenza adalah penyakit yang timbul disebabkan infeksi virus.

- Influenza menimbulkan demam, badan terasa sakit dan malaise.

- Pemberian vaksin influenza mengkin memberi efek samping seperti reaksi

alergi, kejang-kejang bahkan autisme.

- Vaksin influenza tidak dapat mencegah terjadinya influenza perut.

1. (a) Gejala-gejala utama dari influenza:

Influenza adalah suatu infeksi virus yang menyerang sistem pernafasan meliputi

hidung, tenggorokan, bronchus dan paru. Influenza atau biasa disebut flu memiliki

beberapa gejala yang timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan dapat

timbul secara tiba-tiba. Beberapa gejala utama flu yaitu:

- demam

- sakit kepala

- batuk kering

- malaise

- hidung tersumbat / meler

- kehilangan nafsu makan

- diare dan muntah pada anak-anak

(b) Pengambilan vaksin influenza untuk mencegah influenza perut:

Oleh karena agen penyebab influenza dan influenza perut berbeda, maka

mengindikasikan vaksin influenza tidak dapat mencegah terjadinya influenza perut.

(c) Perbandingan agen penyebab influenza dan influenza perut:

Influenza (flu) berbeda dengan influenza perut. Salah satu perbedaan tersebut

adalah agen penyebabnya.

Page 3: Influenza

INFLUENZA INFLUENZA PERUT

VIRUS:

1. Influenza virus tipe A

Virus yang paling sering menginfeksi

dan paling membahayakan yang dapat

menyebabkan epidemik serius.

2. Influenza virus tipe B

Gejala yang ditimbulkan tidak lebih

berbahaya daripada tipe A.

3. Influenza virus tipe C

Tidak pernah ditemukan menyebabkan

Epidemik besar, menyebabkan infeksi

pernafasan biasa.

VIRUS, antara lain:

1. Rotavirus (menginfeksi saat musim hujan)

2. Astrovirus (menginfeksi saat musim

hujan)

3. Adenovirus (menginfeksi sepanjang tahun)

4. Norovirus

PARASIT

Contoh: Balantidium coli, Entamoeba

histolitica, dll.

BAKTERI

Terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu:

-Invasif : Salmonella sp.

-Non-invasif: Vibrio cholera, E.coli

pathogen.

2. (a) Tingkat upaya pencegahan pemberian vaksinasi:

Upaya pemberian vaksin termasuk contoh dalam 5 tingkat pencegahan

penyakit, yaitu termasuk ke dalam contoh Spesific Protection.

(b) Upaya pencegahan lainnya yang tingkat pencegahannya sama dengan

pemberian vaksin:

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan selain dari pemberian vaksin yaitu :

Pemberian anti virus oral seperti oseltamivir ,amantadine (Symmetrel),

rimantadine (Flumadine), zanamivir (Relenza).

Jaga kebersihan misalnya cuci tangan sebelum makan

Hindari kontak langsung dengan penderita, misalnya dengan penggunaan

masker

Hindari minum dan makan makanan yang terkontaminasi

Menurut rekomendasi Advisory Committee on Immunization Practices hanya

oseltamivir dan zanamifir digunakan di U.S Amerika untuk pencegahan atau

pengobatan influenza. Anti virus oral ini untuk pencegahan virus influenza tipe A dan

tipe B. Oseltamivir digunakan untuk usia 1 tahun ke atas, sedangkan zanamivir

digunakan untuk usia 7 tahun ke atas.

Page 4: Influenza

(c) Pemberian vaksin:

Vaksin diberikan kepada seseorang yang sehat, vaksin memicu reaksi dari sistem

kekebalan tubuh. Vaksin membuat tubuh berfikir bahwa pada saat ini dirinya tengah

diserang oleh organisme tertentu, dan sistem kekebalan tubuh segera bekerja untuk

menghancurkan si ‘penyerang’ dan mencegah agar tidak terserang infeksi tersebut di

kemudian hari. Jika tubuh terpapar oleh suatu jenis penyakit dimana tubuh telah

divaksinasi sebelumnya, kuman penyebab penyakit akan dihadang dan dihancurkan

oleh antibodi. Kekebalan yang terbentuk melalui vaksinasi serupa dengan kekebalan

yang diperoleh akibat dari infeksi alami.

3. (a) Cara kerja vaksin yang mampu memberikan kekebalan terhadap

infeksi:

Vaksin

Merangsang sistem kekebalan tubuh

melawan organisme tersebut.

Jika organisme itu kembali menyerang

antibodi akan menghancurkannya dan menghentikan infeksi.

Page 5: Influenza

Ketika vaksinasi berlangsung, vaksin yang berasal dari virus, bakteri atau organisme

yang telah mati maupun yang sudah dalam bentuk ‘aman’, disuntikkan ke dalam

sistem (kiri). Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi

terhadap suatu organisme (tengah). Kapanpun tubuh terserang oleh kuman ini

setelah vaksinasi, antibodi pada sistem kekebalan tubuh menyerang dan

menghentikan infeksi (kanan). 

(b) Efek samping pemberian vaksin influenza:

1. Kemungkinan alergi pada penderita alergi telur

2. Rasa nyeri di tempat injeksi

3. Demam, merah dan bengkak pada tempat injeksi.

(c) Pemberian vaksin influenza dan kemungkinan menimbulkan autisme:

Penggunaan thimerosal dalam vaksin menimbulkan kekhawatiran terhadap

keamanan penggunaan vaksinasi. Kandungan Thimerosal ini sering dikaitkan dengan

timbulnya gejala autisme dan gangguan perkembangan neurologist. Ini didasari

bahwa 49,6% thimerosal adalah merkuri, yang dalam dosis tertentu diketahui

menimbulkan gangguan neurologis dan nefrologis. Pada vaksin influenza, thimerosal

digunakan sebagai bakteriostatik.

Merkuri berada dalam 3 bentuuk : elemen metalik, garam anorganik dan

organik (misalnya metil merkuri, etil merkuri, dan fenil merkuri). Toksisitas merkuri

tergantung pada bentuk, rute masuknya ke dalam tubuh, dosis dan umur saat terjadi

paparan. Kerusakan yang terjadi karena merkuri dapat menembus sawar otak, di

Page 6: Influenza

samping merusak ginjal dan sistem imun karena terakumulasi di otak, ginjal, dan sel-

sel organ vital.

Jurnal Toxicological Sciences melaporkan, konsentrasi thimerosal untuk

menimbulkan efek toksik adalah antara 405μg/l - 101mg/l atau setara dengan kadar

merkuri 201μg/l - 50mg/l.

Menghadapi hasil-hasil penelitian tentang thimerosal, European Agency for

Evaluation of Medical Products (EMEA), semacam FDA bagi Uni Eropa,

menyimpulkan tidak ada bukti kuat efek merugikan pada anak akibat kadar thimerosal

pada vaksin, dan karenanya tetap meneruskan program vaksinasi termasuk yang

mengandung thimerosal. FDA secara resmi mengeluarkan analisis tentang thimerosal

pada tahun 1976 dengan kesimpulan tidak ada bahaya dari kadar merkuri yang

dikandungnya.

Karena itu, WHO melalui Global Advisory Committee on Vaccine Safety

(GACVS) menetapkan, hingga saat ini belum ada bukti kuat efek merugikan dari

thimerosal paa vaksin.

4. (a) Agen peyebab dari infeksi saluran napas atas atau URI:

Agen-agen penyebab dari infeksi saluran pernapasan atas (URI) adalah terdiri

dari >300 jenis bakteri, virus, fungi, dan riketsia.

Beberapa contoh dari agen-agen tersebut adalah sebagai berikut :

- Bakteri : genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus,

hemofillus,bordetella, karinobakterium, dll.

- Virus : golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikoronavirus,

mikoplasma, herpesvirus,dll.

(b) Pencegahan URI:

Penyakit infeksi saluran napas atas (URI) ini dapat dicegah dengan melakukan

tindakan pencegahan seperti di bawah ini :

Health Promotion

Penyuluhan/pendidikan kesehatan kepada masyarakat

Pemeriksaan kesehatan secara berkala

Menjaga gizi agar tetap baik

Spesific Protection

Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan

Pemberian imunisasi/vaksin

Menghindari kontak dengan penderita

Page 7: Influenza

TOPIK II LANJUTAN: INFLUENSA DAN VAKSIN INFLUENSA

Informasi yang didapat dari kasus:

Influensa dapat menyebabkan penderita harus istirahat, walaupun tidak

mengalami demam.

Virus influenza selalu berubah.

Vaksin dapat mencegah terhadap strain yang sudah diperoleh, tetapi tidak

terhadap strain lainnya.

Virus influenza jenis terbaru dirancang untuk mencegah terhadap strain yang

paling banyak dijumpai.

Antibiotika dapat menolong bila terkena infeksi bakteri, tapi tidak menolong

jika terkena infeksi virus.

Setelah disuntikkan vaksin influenza, penderita tidak dapat menularkan

penyakit tersebut kepada orang lain

1. Pemberian vaksin influenza pada tahun ini selepas pengambilan vaksin

ada tahun yang lalu:

Sebaiknya vaksin diberi lagi pada tahun ini, karena virus bersirkulasi

setiap tahun. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, virus influenza bersifat

dinamis dan selalu membentuk keturunan (strain) baru setiap tahunnya.

Terdapat dua macam cara, yaitu antigenic drift dan antigenic shift.

2. Maksud antigenic drift dan antigenic shift:

(i) Antigenic drift

Perubahan kecil pada virus yang terjadi setiap saat,disebabkan karena

terjadi mutasi secara acak (random) kebanyakan mutasi titik. Antigenic drift

menyebabkan munculnya virus yang berbeda dengan sebelumnya dan

membuat strain baru,sehingga tidak dapat dikenali oleh system imun

tubuh.Umumnya pada influenza tipe A dan B.

Page 8: Influenza

(ii) Antigenic shift

Perubahan besar dari virus,sebagai hasil dari rekombinasi gen dari paling

sedikit dua jenis keturunan. Dapat menimbulkan munculnya subtype virus

influenza yang baru, tetapi tidak terjadi setiap saat seperti antigenic drift.

Umumnya terjadi pada influenza virus tipe A.

3. Pengambilan antibiotika apabila mengalami influenza:

Antibiotik tidak dapat diandalkan apabila seseorang mengalami

influenza karena:

- antibiotic tidak berpengaruh pada virus

- antibiotic tidak dapat mencegah suatu penyakit

- antibiotic dapat menyebabkan efek samping (resistensi)

4. Efektifitas antara pemberian vaksin dan antibiotika sebelum dan selepas

menderita infeksi:

Vaksin efektif diberi sebelum menderita infeksi. Selepas terkena infeksi

pemberian antibiotika adalah efekif karena adanya kemungkinan terjadinya

komplikasi seperti infeksi bakteri.

5. Waktu pemberian antibiotika yang paling efektif:

Antibiotika hanya efektif setelah terjadi infeksi bakteri. Antibiotika

biasanya diberi apabila terjadinya infeksi sekunder. Pada infeksi sekunder,

mungkin terjadinya infeksi bakteri akibat dari penurunan sistem imun tubuh.

6. Pemberian vaksin influenza pada orang tua Murni yang berusia 54

tahun(ibunya) dan 57 tahun(ayahnya):

Vaksin perlu diberi karena pada usia lingkungan 50-64 tahun mempunyai

sstem imun tubuh semakin menurun. Pemberian vaksin adalah penting untuk

mengurangi risiko terkena influenza. Selain itu, golongan-golongan lain yang

direkomendasi untuk mengambl vaksin influenza:

a. penderita penyakit saluran pernapasan kronis

b. penderita penyakit jantung kronis

c. penderita penyakit ginjal kronis

d. diabetes mellitus

e. anak-anak dari umur 9 bulan sehingga 3 tahun

Page 9: Influenza

KESIMPULAN

Influenza disebabkan oleh virus manakala influenza

perut(gastroenteritis) disebabkan oleh bakteri. Jadi, vaksin influenza tidak

dapat mencegah terjadinya influeza perut. Dalam 5 tingkat pencegahan

penyakit, vaksinisasi termasuk dalam tingkat specific protection. Anti-virus

oral juga dapat juga diberikan pada tingkat pencegahan ini. Vaksin influenza

perlu diberikan pada setiap tahun karena virus influenza sering mengadakan

perubahan melalui 2 cara yaitu antigenic drift dan antigenic shift. Efek-efek

samping pengambilan vaksin influenza kurang terjadi karena virus dalam

vaksin ini telah di matikan. Walaubagaimanapun vaksin influenza dat

menyebabkan masalah serius pada reaksi alergi. Setakat ini masih tiada bukti

medis untuk menyokong wujudnya hubungan antara autisme dan vaksin

influenza. Antibiotika diberikan pada influenza tipe berat yaitu influenza yang

sudah ada komplikasi. Penularan kepada lansia, anak-anak dan orang yang

memiliki penyakit kronis akan menyebabkan berlakunya komplikasi. Ini

karena daya tahan tubuh mereka rendah.

Page 10: Influenza

DAFTAR PUSTAKA

Influenza. Available at http://www.mayoclinic.com. Accessed on May, 26 2008.

Influenza vaccine. Available at http://www.medicinet.com. Accessed on May ,26

2008

Infeksi Pernapasan. Available at www.warmasif.co.id/kesehatanonline . Accessed on

May ,26 2008

Stephen J. McPhee, Lawrence M. Tierney,JR. Current Medical Diagnosis &

Treatment. 46th. New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill;2007.p.1209 – 1211.