Infeksi Saluran Kemih

20
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi organ urogenitalia seringkali dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan sehari-hari mulai dari infeksi yang ringan yang baru saja diketahui pada saat pemeriksaan urin, hingga infeksi berat yang dapat mengancam jiwa. Pada dasarnya, infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan hingga ke ginjal. Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala macam usia, mulai dari bayi yang baru lahir hingga orang tua. Pada umumnya, wanita lebih sering mengalami episode ISK dibanding pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek dari pria. Namun, pada masa neonatus, ISK lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi dibanding perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia, insidensi ISK pun menjadi terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan 3% sementara anak laki-laki 1,1%. Insidensi ISK ini pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut.

description

Infeksi Saluran Kemih

Transcript of Infeksi Saluran Kemih

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangInfeksi organ urogenitalia seringkali dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan sehari-hari mulai dari infeksi yang ringan yang baru saja diketahui pada saat pemeriksaan urin, hingga infeksi berat yang dapat mengancam jiwa. Pada dasarnya, infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan hingga ke ginjal.Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala macam usia, mulai dari bayi yang baru lahir hingga orang tua. Pada umumnya, wanita lebih sering mengalami episode ISK dibanding pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek dari pria. Namun, pada masa neonatus, ISK lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi dibanding perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia, insidensi ISK pun menjadi terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan 3% sementara anak laki-laki 1,1%. Insidensi ISK ini pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut.Karena infeksi pada saluran kemih merupakan masalah yang sering terjadi pada kaum perempuan, maka laporan ini disusun untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai apa sebenarnya infeksi saluran kemih, penyebab dan faktor risikonya, perjalanan penyakitnya, tanda dan gejalanya, prosedur pemeriksaan apa yang digunakan, penanganannya, komplikasinya, serta asuhan keperawatan yang cocok untuk ISK.

2. Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk:1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari infeksi pada saluran kemih.2. Mengetahui etiologi dan faktor risiko untuk infeksi pada saluran kemih.3. Mengetahui patofisiologi (perjalanan penyakit) dari infeksi pada saluran kemih.4. Mengetahui manifestasi klinis dari infeksi pada saluran kemih.5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk infeksi pada saluran kemih.6. Mengetahui penatalaksaan untuk pasien dengan infeksi pada saluran kemih.7. Mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi pada saluran kemih.8. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi yang diberikan pada pasien dengan infeksi pada saluran kemih.

3. Manfaat PenulisanAdapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk:1. Mengetahui lebih dalam mengenai apa sebenarnya infeksi pada saluran kemih, apa saja klasifikasinya dan berdasarkan apa saja infeksi pada saluran kemih itu diklasifikasikan, serta memahami apa saja yang menjadi penyebab utama dari infeksi saluran kemih serta apa saja yang berisiko menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran kemih.2. Mengetahui bagaimana perjalanan penyakit dari infeksi saluran kemih mulai dari faktor-faktor yang berisiko hingga benar-benar menjadi penyebab yang menimbulkan infeksi pada saluran kemih hingga muncul tanda dan gejala yang khas pada pasien dengan infeksi pada saluran kemih.3. Mengetahui prosedur pemeriksaan diagnostik apa saja yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa medis infeksi pada saluran kemih pada seseorang, apa indikasi dan kontraindikasinya, serta bagaimana hasil normalnya.4. Mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksaan yang tepat untuk pasien dengan infeksi pada saluran kemih secara farmakologi dan non-farmakologi serta pencegahannya.5. Mengetahui apa saja yang nantinya akan menjadi penyulit dari infeksi pada saluran kemih karena tidak ditangani ataupun telah mendapatkan penanganan yang kurang tepat, apa saja tanda dan gejalanya, serta dari mana penyulit itu bisa muncul pada seorang pasien dengan infeksi pada saluran kemih.6. Mengetahui apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul terhadap pasien dengan infeksi pada saluran kemih dan apa saja yang dapat diberikan sebagai intervensi keperawatannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Klasifikasi dari Infeksi pada Saluran Kemih1) Definisi dari infeksi pada saluran kemihInfeksi pada saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi dalam sistem urinari seseorang. Sistem urinari itu sendiri terdiri atas ginjal, ureter, buli-buli, dan uretra. Bagian manapun dari sistem urinari dapat terinfeksi, namun yang paling sering terinfeksi adalah saluran kemih bagian bawah: buli-buli dan uretra.Infeksi organ urogenitalia seringkali dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan sehari-hari mulai dari infeksi yang ringan yang baru saja diketahui pada saat pemeriksaan urin, hingga infeksi berat yang dapat mengancam jiwa. Pada dasarnya, infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan hingga ke ginjal. Infeksi itu sendiri adalah merupakan reaksi inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi akut pada organ padat (testis, epididimitis, prostat, dan ginjal) biasanya lebih berat jika dibandingkan dengan yang menyerang organ berongga (buli-buli, ureter, atau uretra); hal itu ditunjukkan dengan keluhan nyeri atau keadaan klinis yang lebih berat.

2) Klasifikasi dari infeksi pada saluran kemihSecara garis besar, infeksi pada saluran kemih dibagi menjadi dua, yaitu: Infeksi pada saluran kemih bagian bawah termasuk buli-buli dan uretra. Infeksi pada saluran kemih bagian atas, biasanya pada ginjal maupun ureter.

Berdasarkan tingkat kerumitan anatomis pasien, juga dibedakan menjadi dua, yaitu: Infeksi pada saluran kemih yang sederhana (uncomplicated) adalah infeksi saluran kemih pada pasien yang tidak mengalami kelainan anatomi maupun struktur saluran kemih. Infeksi pada saluran kemih yang rumit (complicated) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang mengalami kelainan anatomi atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman dengan antibiotika.

Menurut episode infeksinya sendiri juga dibedakan menjadi dua, yaitu: First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, merupakan infeksi pada saluran kemih yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang-kurangnya enam bulan telah bebas dari ISK. Infeksi berulang adalah timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi dengan terapi antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi berulang ini akibat adanya re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada re-infeksi, kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten berasal dari dalam saluran kemih.

2. Etiologi dan Faktor Risiko dari Infeksi pada Saluran Kemih1. Etiologi dari infeksi pada saluran kemih Infeksi pada kandung kemih atau buli-buli (sistitis). Biasanya disebabkan oleh bakteri Escherchia coli (E. coli), bakteri yang biasanya dapat ditemukan dalam traktus gastrointestinal. Lebih sering terjadi pada wanita karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal.

Infeksi pada uretra (uretritis). Dapat terjadi saat bakteri dari traktus gastro intestinal menyebar dari anus ke uretra.

2. Faktor risiko dari infeksi pada saluran kemih Jenis kelaminPerempuan lebih berisiko mengalami infeksi saluran kemih karena anatomis uretra yang pendek dibandingkan dengan laki-laki sehingga bakteri bisa lebih cepat masuk ke dalam saluran kemih dengan mudah.

Aktivitas seksual yang tinggiSeseorang dengan aktif secara seksual, terutama perempuan lebih berisiko terkena infeksi saluran kemih dibandingkan dengan perempuan yang jarang terlibat dalam hubungan seksual. Hal tersebut berkaitan dengan infeksi karena bakteri yang ada pada sekret perineal dapat bergerak naik ke uretra.

Benda asing dalam sistem urinariTerutama kateter indwelling, menjadi media kolonisasi bakteri kronik yang biasa terjadi pada pasien dengan kateter lebih dari lima hingga tujuh hari.

Pasca menopausePerempuan dengan pasca menopause berisiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih karena kurangnya jumlah estrogen, yang berperan penting dalam mengatur keasaman cairan vagina yang penting untuk pertumbuhan Lactobacillus sebagai pertahanan alami untuk melawan infeksi.

KehamilanSelama kehamilan, perubahan endokrin, terutama kadar progesteron yang tinggi menyebabkan dilatasi dan penurunan tonus pada ureter, sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih bagian atas.

Urin yang statisUrin yang tidak dikeluarkan, di atas lokasi obstruksi, atau dari pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas dapat menjadi risiko infeksi.

3. Patofisiologi dari Infeksi Saluran Kemih

Mikroorganisme masuk ke saluran kemih melalui uretra

Mekanisme pertahanan tubuh burukMekanisme pertahanan tubuh baik

Reaksi inflamasi pada uretraMikroorganisme masuk ke dalam buli-buliAdanya mekanisme wash out urin

Urin berkabutBau tidak sedapMikroorganisme menyerang mukosa superfisial dari buli-buliMikroorganisme terbawa oleh aliran urin yang bertekananan

Terjadi reaksi inflamasi di buli-buliInfeksi tidak terjadi

Infeksi yang bertahan, naik ke ginjal melalui ureterNyeri suprapubikRasa terbakar saat berkemih

Reaksi inflamasi pada pielum dan parenkim ginjal

Nyeri pinggangBakteremia

Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi: Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik ureter (wash out mechanism). Derajat keasaman (pH) urin yang rendah. Adanya ureum di dalam urin. Osmolalitas urin yang cukup tinggi. Estrogen pada wanita usia produktif. Panjang uretra pada pria. Adaya zat antibakteria pada kelenjar prostat atau PAF (prostatic antibacteria factor) yang terdiri atas unsur Zn. Uromukoid (protein Tamm-Horsfall) yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium.

4. Manifestasi Klinis dari Infeksi pada Saluran KemihApabila seseorang mengalami infeksi pada saluran kemihnya, biasanya tanda dan gejala yang muncul adalah: Nyeri pada bagian suprapubik atau bagian pelvis Rasa panas terbakar saat berkemih (miksi) Nokturia Inkontinensia urin Demam Menggigil Nausea dan muntah Sakit kepala Malaise Hematuria Urin berwarna keruh

5. Pemeriksaan Diagnostik untuk Infeksi pada Saluran Kemih Pemeriksaan urinPemeriksaan urin merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting pada infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan kultur urin. Pada urinalisis dicari kemungkinan adanya sel leukosit, eritrosit, ataupun bakteria. Pemeriksaan kultur urin dimaksudkan untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang cocok untuk membunuh kuman tersebut. Sel darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara mikroskopi. Urin dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika secara makroskopik didapatkan lebih dari 10 leukosit per mm3 atau terdapat lebih dari 5 leukosit per lapangan pandangan besar.

Pemeriksaan darahPemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap darah, atau didapatkannya sel muda pada sediaan hapusan darah menandakan adanya proses inflamasi akut. Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal hepar, faal hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman untuk penanganan ISK secara intensif.

Foto polos abdomenPembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radio-opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akut. Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan dari bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses ginjal.

IVUIVU adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK complicated. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akut dan adanya obstruksi saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya sudah sangat jelek.

Voiding sistouretrografiPemeriksaan ini diperlukan untuk mengungkapkan adanya refluks vesiko-ureter, buli-buli neurogenik, atau divertikulum uretra pada wanita yang sering menderita infeksi yang sering kambuh.

USG.USG adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk mengungkapkan adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada perirenal atau ginjal. Apalagi pada pasien gagal ginjal yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan IVU. Pada pasien gemuk, adanya luka operasi, terpasanganya pipa drainase, atau pembalut luka pasca operasi dapat menyulitkan pemeriksaan ini.

CT scanPemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi penyebab ISK jika dibandingkan dengan IVU atau USG, hanya saja, biaya yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ini pun relatif lebih mahal.

6. Penatalaksanaan untuk Pasien dengan Infeksi Saluran KemihUntuk pencegahannya: Meminum banyak airMeminum air dalam jumlah yang cukup dapat membantu mendilusikan urin dan memastikan bahwa seseorang berkemih lebih sering, membuat bakteri yang ada terbawa oleh aliran urin sebelum sempat menyebabkan infeksi. Membasuh dan membersihkan genitalia (terutama perempuan) dari depan ke belakangDengan melakukan pembersihan yang demikian setelah buang air dapat membantu mencegah bakteri dari wilayah anal untuk menyebar ke bagian vagina dan uretra.

Mengosongkan kandung kemih sebelum dan sesudah berhubungan seksualHal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya infeksi.

Hindari produk-produk kewanitaan yang mungkin menyebabkan iritasiPenggunaan deodorant spray maupun produk-produk kewanitaan lainnya seperti bedak di daerah genitalia dapat menyebabkan iritasi pada uretra.

Untuk segi farmakologinya: Infeksi sederhanaObat-obatan yang biasanya direkomendasikan untuk infeksi yang sederhana adalah: Sulfamethoxazole-trimethoprim (Bactrim, Septra, dan lainnya) Amoxicillin (Larotid, Moxatag, dan lain-lain) Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin, dan lain-lain) Ampicillin Ciprofloxacin (Cipro) Levofloxacin (Levaquin)

Biasanya, gejala akan menghilang dalam beberapa hari pengobatan. Namun penggunaan antibiotika tetap harus dilanjutkan dalam satu minggu atau lebih. Pastikan bahwa penggunaan antibiotika dilakukan dengan benar untuk memastikan bahwa infeksi benar-benar teratasi.Untuk infeksi pada saluran kemih yang rumit sementara pasiennya cukup sehat, dokter mungkin akan memberikan pengobatan dengan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya dengan antibiotik untuk satu hingga tiga hari saja. Namun, pengobatan jangka pendek ini berguna atau tidak, bergantung pada gejala yang muncul serta riwayat kesehatan pasien itu sendiri.Dokter mungkin juga akan meresepkan analgesik untuk melegakan rasa terbakar saat berkemih. Salah satu efek samping dari analgesik saluran kemih adalah perubahan warna urin menjadi oranye atau merah. Infeksi berulangJika pasien sering mengalami infeksi saluran kemih, dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan antibiotika jangka panjang atau program jangka pendek dari antibiotika saat onset gejala infeksi terjadi.Dokter mungkin juga akan merekomendasikan uji urin yang mengharuskan pasien untuk memberikan sample urinnya.Untuk infeksi yang berhubungan dengan aktivitas seksual, dokter mungkin akan merekomendasikan antibiotik dosis tunggal untuk dikonsumsi setelah berhubungan seksual.Jika pasien adalah dalam masa pasca menopause, dokter mungkin akan merekomendasikan terapi vaginal estrogen untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih yang berulang.

Infeksi parahPada infeksi saluran kemih yang sudah parah, maka diperlukan sekali hospitalisasi dan pengobatan dengan antibiotika melalui intravena, serta pemberian hidrasi.

7. Komplikasi yang Mungkin Terjadi pada Pasien dengan Infeksi Saluran KemihInfeksi pada saluran kemih dapat menimbulkan beberapa penyulit, di antaranya adalah: Gagal ginjal akutEdema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan mendesak sistem pelvikalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urin. Pada pemeriksaan urogram terlihat spastisitas sistem pelvikalises atau pada pemeriksaan radionuklir, asupan (uptake) zat radioaktif tampak menurun. Selian itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus ginjal akut.

Nekrosis papila ginjal dan nefritis interstitialisInfeksi ginjal pada pasien diabetes sering menimbulkan pengelupasan papila ginjal dan nefritis interstitialis.

Batu saluran kemihAdanya papila yang terkelupas akibar infeksi saluran kemih serta debris dari bakteri merupakan nidus pembentukan batu saluran kemih. Selain itu, beberapa kuman yang dapat memecah urea mampu merubah suasaba pH urin menjadi basa. Suasana basa ini memungkinkan berbagai unsur pembentuk batu mengendap di dalam urin dan untuk selanjutnya membentuk batu pada saluran kemih.

SupurasiInfeksi saluran kemih yang mengenai ginjal dapat menimbulkan abses pada ginjal yang meluas ke rongga perirenal dan bahkan ke pararenal, demikian pula yang mengenai prostat dan testis dapat menimbulkan abses pada prostat dan abses testis.

DAFTAR PUSTAKA1. Griebling, Tomas L. Tt. Urinary Tract Infection in Woman. Kansas: University of Kansas.2. Herdman, T. H. 2012. (Ed). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.3. Mayo Clinic Staff. 2010. Urinary Tract Infection. www.mayoclinic.com. Diakses pada 17 Juni 2012.4. OCallaghan, Chris. 2006. The Renal System at a Glance. Oxford: Wiley-Blackwell.5. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, E/6, Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.6. Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto.7. Smeltzer, Suzanne C; Bare, Brenda G. 2003. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing 10th Edition. Philadelphia: Lippincott.8. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.9. Wilkinson, Judith M. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes. New Jersey: Prentice Hall.