INFEKSI LUKA OPERASI.doc

32
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN INFEKSI Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen- antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Menurut Utama 2006, Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi 1

Transcript of INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Page 1: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INFEKSI

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam

tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).

Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan

multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang

menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,

replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi.

Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.

Menurut Utama 2006, Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan

atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan

mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah

selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk

rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam

menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien

masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam

pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar

tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula

memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita

sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen

(cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah

sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. (Yudhityarasati, 2007).

2.2 TANDA-TANDA INFEKSI

1

Page 2: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

a. Calor (panas).

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab

terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena

panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan

hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.

b. Dolor (rasa sakit)

Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-

ion tertentu dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran zat kimia tertentu

seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri,

selain itu pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan

tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.

c. Rubor (Kemerahan)

Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan.

Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah

tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir

kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau

sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang

dinamakan hiperemia atau kongesti.

d. Tumor (pembengkakan)

Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari

sirkulasi darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang

tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat.

e. Functiolaesa

Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit

disrtai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ

tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal.

(Yudhityarasati, 2007).

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFEKSI LUKA OPERASI

2

Page 3: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Menurut Delay, 2005 faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi luka operasi adalah :

A. Enviroment.

1. Lamanya waktu tunggu pre operasi di rumah sakit.

Menurut Haley dalam Iwan 2008 mengatakan bahwa bertambah

lama perawatan sebelum operasi akan meningkatkan resiko

terjadinya infeksi nosokomial dimana perawatan lebih dari 7 hari

pre operasi akan meningkatkan kejadian infeksi pasca bedah dan

kejadian tertinggi didapat pada lama perawatan 7 - 13 hari (dikutip

oleh Hadibrata, 1989 : 17). Hasil penelitian infection rate kira-kira

2 kali lebih besar setelah dirawat 2 minggu dan 3 kali lebih besar

setelah dirawat selama 3 minggu dibandingkan bila dirawat 1-3

hari sebelum operasi. Lamanya operasi mempengaruhi resiko

terkena infeksinosokomial, semakin lama waktu operasi makin

tinggi resiko terjadinya infeksi nosokomial.

Menurut Iwan 2008, lingkungan rumah sakit adalah reservoir

mikroorganisme dan merupakan salah satu sumber infeksi. Resiko

peningkatan infeksi terjadi pada waktu rawat yang panjang. Hasil

penelitian infection rate kira-kira 2 kali lebih besar setelah dirawat

2 minggu dan 3 kali lebih besar setelah dirawat 3 minggu

dibandingkan dirawat 1-3 hari sebelum operasi. Menurut Cruse

dan Foord terdapat hubungan antara lama hospitalisasi sebelum

operasi dengan insiden infeksi luka operasi. Angka infeksi

mencapai 1,2 % pada klien yang dirawat 1 hari, 2,1 % pada klien

yang dirawat 1 minggu, dan 3,4 % pada klien yang dirawat 2

minggu (Malangoni, 1997 : 142).

2. Teknik septik antiseptic.

3

Page 4: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Menurut Iwan 2008, transmisi penyakit melalui tangan dapat

diminimalisasi dengan menjaga higiene dari tangan. Selain itu,

penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan

tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit

infeksi. Hal yang perlu diingat adalah memakai sarung tangan

ketika melakukan tindakan dan mengambil atau menyentuh darah,

cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan

bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci

tangan setelah melepas sarung tangan.

Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan

pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah

percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.

Menurut Rondhianto 2008, terdapat prinsip umum teknik aseptik ruang operasi

yaitu :

a). Prinsip asepsis ruangan

Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha agar dicapainya keadaan yang

memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan,

baik secara kimiawi, mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan

antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implan,

alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-

lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi kulit.

b). Prinsip asepsis personel

Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing

(cuci tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan Gloving (teknik

pemakaian sarung tangan steril), hal ini diperlukan untuk menghindarkan bahaya

4

Page 5: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan (infeksi

nosokomial).

Di samping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-

teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga

kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan yang di

lakukan.

c). Prinsip asepsis pasien

Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya

adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat

medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien,

desinfeksi lapangan operasi dan tindakan draping.

d). Prinsip asepsis instrumen

Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar

berada dalam keadaan steril.

3. Ventilasi ruang operasi.

Untuk mencegah kontaminasi udara pada kamar operasi,

direkomendasikan ventilasi mekanik. System AC diatur 20-24 per

jam. Dengan desain yang benar dan kontrol yang baik dari

pergerakan staff maka kontaminasi udara dapat ditekan dibawah

100 cfu/m3 selama operasi jika ditemukan kebersihan udara.

B. Pasien

5

Page 6: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

1. Umur.

Menurut Purwandari 2006, bayi mempunyai pertahanan yang

lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari ibu,

sedangkan sistem imunnya masih imatur. Dewasa awal sistem

imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi.

Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami

penurunan, system imun juga mengalami perubahan. Peningkatan

infeksi nosokomial juga sesuai dengan umur dimana pada usia 65

tahun kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada usia muda.

2. Nutrisi dan berat badan

Menurut Williams & Barbul, 2003 dalam Dealay 2005 bahwa ada

hubungan yang bermakna antara penyembuhan luka operasi

dengan status nutrisi.

Sedangkan menurut Rondhianto 2008, Kebutuhan nutrisi

ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat

kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan

globulin) dan keseimbangan nitrogen. Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca

operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di

rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi

pasca operasi, dehisiensi, demam dan penyembuhan luka yang

lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis

yang bisa mengakibatkan kematian.

3. Penyakit

Menurut Perry & Potter 2005, pada pasien dengan diabetes

mellitus terjadi hambatan terhadap sekresi insulin akan

mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk

ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan

protein-kalori tubuh yang berakibat rentan terhadap infeksi.

6

Page 7: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Menurut Nawasasi 2008, Pasien dengan operasi usus, jika ia juga

memiliki penyakit lain seperti TBC, DM , malnutrisi dan lain-lain

maka penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat

berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan

mengganggu proses penyembuhan luka operasi.

Iwan 2008, menyampaikan bahwa Faktor daya tahan tubuh yang

menurun dapat menimbulkan resiko terkena infeksi nosokomial.

Pasien dengan gangguan penurunan daya tahan: immunologik.

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi

tubuh terhadap infeksi.

4. Obat-obat yang digunakan

Menurut Iwan 2008, di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri

yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik

yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh. Pengetahuan

tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat

mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara

tuntas. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis

pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus

menggunakan antibiotika.

Menurut Iwan 2008, Pencegahan infeksi pasca bedah pada klien

dengan operasi bersih terkontaminasi, terkontaminasi, dan

beberapa operasi bersih dengan penggunaan antimikroba

profilaksis diakui sebagai prinsip bedah. Pada pasien dengan

operasi terkontaminasi dan operasi kotor, profilaksis bukan satu-

satunya pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar operasi,

bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat pembedahan.

Pada pasien dengan operasi bersih terkontaminasi, tujuan

profilaksis untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada pada

jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.

7

Page 8: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Tujuan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan

infeksi dengan menghambat mikroorganisme. CDC

merekomendasikan parenteral antibiotik profilaksis seharusnya

dimulai dalam 2 jam sebelum operasi untuk menghasilkan efek

terapi selama operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada

luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi tidak diberikan dosis

tambahan post operasi karena dapat menimbulkan resistensi

bakteri terhadap antibiotik .Bernard dan Cole, Polk Lopez-Mayor

membuktikan keefektifan antibiotik profilaksis sebelum operasi

dalam pencegahan infeksi post operasi efektif bersih

terkontaminasi dan antibiotik yang diberikan setelah operasi tidak

mempunyai efek profilaksis (Bennet, J.V, Brachman, P, 1992 :

688). (Yudhityarasati, 2007).

2.4 PENCEGAHAN INFEKSI LUKA OPERASI

1. Pengertian Infeksi Luka Operasi.

Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)/

Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau

organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun

1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat

berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan termasuk juga

instrumentasi (Hidayat NN, 2009).

2. Klasifikasi

Klasifikasi SSI menurut The National Nosocomial Surveillence

Infection (NNIS) terbagi menjadi dua jenis yaitu insisional dibagi

menjadi superficial incision SSI yang melibatkan kulit dan subkutan

dan yang melibatkan jaringan yang lebih dalam yaitu, deep incisional

SSI.

8

Page 9: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Lebih jauh, menurut NNSI, kriteria untuk menentukan jenis SSI

adalah sebagai berikut :

a) Superficial Incision SSI (ITP Superfisial)

Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30

hari paska operasi dan infeksi tersebut hanya

melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat

insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda

sebagai berikut :

- Terdapat cairan purulen.

- Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari

jaringan superfisial.

- Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi

- Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang

merawat.

b) Deep Insicional SSI ( ITP Dalam )

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30

hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau

dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan

infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan

operasi dan melibatkan jaringan yang lebih dalam

(contoh, jaringan otot atau fasia ) pada tempat insisi

dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :

- Keluar cairan purulen dari tempat insisi.

- Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli

bedah karena ada tanda inflammasi.

- Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA

atau radiologis.

- Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang

merawat

9

Page 10: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

c) Organ/ Space SSI ( ITP organ dalam)

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30

hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau

dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan

infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan

operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu

(contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang

dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan

setidaknya terdapat salah satu tanda :

- Keluar cairan purulen dari drain organ dalam.

- Didapat isolasi bakteri dari organ dalam.

- Ditemukan abses.

- Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.

Pencegahan ILO harus dilakukan, karena jika tidak,

akan mengakibakan semakin lamanya rawat inap,

peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko

kecacatan dan kematian, dan dapat mengakibatkan

tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus dilakukan

oleh pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi,

perawat ruangan, dan oleh nosocomial infection control

team.

3. Prinsip pencegahan ILO adalah dengan :

1. Mengurangi resiko infeksi dari pasien.

2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan, instrument

dan pasien itu sendiri.

10

Page 11: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Kedua hal di atas dapat dilakukan pada tahap pra operatif, intra operatif,

ataupun paska operatif. Berdasarkan karakteristik pasien, resiko ILO dapat

diturunkan terutama pada operasi terencana dengan cara memperhatikan

karakteristik umur, adanya diabetes, kebiasaan merokok, obsesitas, adanya

infeksi pada bagian tubuh yang lain, adanya kolonisasi bakteri, penurunan

daya tahan tubuh, dan lamanya prosedur operasi.

2.5 MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA

Luka bedah mengalami stres selama masa penyembuhan. Stres akibat

nutrisi yang tidak adekuat, gangguan sirkulasi, dan perubahan metabolisme

akan meningkatkan risiko lambatnya stres fisik. Regangan jahitan akibat

batuk, muntah, distensi, dan gerakan bagian tubuh dapat mengganggu lapisan

luka. Perawat harus melindungi luka dan mempercepat penyembuhan. Waktu

kritis penyembuhan luka adalah 24 sampai 72 jam setelah pembedahan. Jika

luka mengalami infeksi, biasanya infeksi terjadi 3 sampai 6 hari setelah

pembedahan. Luka bedah yang bersih biasanya tidak kuat menghadapi stres

normal selama 15 sampai 20 hari setelah pembedahan. Perawat menggunakan

teknik aseptik saat mengganti balutan dan merawat luka. Drain bedah harus

tetap paten sehingga akumulasi sekret dapat keluar dari dasar luka. Observasi

luka secara terus-menerus dapat mengidentifikasi adanya tanda dan gejala

awal terjadinya infeksi. Klien lansia terutama berisiko mengalami infeksi luka

pascaoperatif, sehingga perawat preoperatif menurunkan risiko ini dengan

cara memberi lingkungan yang aman dan asuhan keperawatan yang

komprehensif (Potter, 2006).

1. Pembersihan Luka

11

Page 12: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

(AHCPR, 1994) Proses pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang

tepat untuk membersihkan luka dan menggunakan cara-cara mekanik yang tepat

untuk memasukkan cairan tersebut tanpa menimbulkan cedera pada jaringan luka.

Pertama-tama mencuci luka dengan air yang mengalir, membersihkan dengan sabun

yang lembut dan air, serta dapat memberikan antiseptik yang dibeli di luar apotik

(Potter, 2006).

2. Balutan

Menggunakan balutan yang tepat perlu disertai pemahaman tentang

penyembuhan luka. Apabila balutan tidak sesuai dengan karakteristik luka, maka

balutan tersebut dapat mengganggu penyembuhan Luka (Erwin-Toth dan Hocevar,

1995; Krasner, 1995; Motta, 1995). Balutan juga harus dapat menyerap dirainase

untuk mencegah terkumpulnya eksudat yang dapat meningkatkan pertumbuhan

bakteri dan maserasi di sekeliling kulit akibat eksudat luka (Potter, 2006).

a. Tujuan pembalutan.

1) Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme.

2) Membantu hemostasis.

3) Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainase

dan untuk melakukan debredemen luka.

4) Menyangga atau mengencangkan tepi luka.

5) Melindungi klien agar tidak melihat keadaan luka (bila luka

terlihat tidak menyenangkan).

6) Meningkatkan isolasi suhu pada permukaan luka.

7) Mempertahankan kelembaban yang tinggi diantara luka dengan

balutan. (Potter, 2006).

b. Jenis-jenis balutan

12

Page 13: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Balutan terdiri dari berbagai jenis bahan dan cara

pemakaiannya (basah dan kering). Balutan harus dapat

digunakan dengan mudah, nyaman, dan terbuat dari

bahan yang mempercepat penyembuhan luka. Pedoman

klinik dari ACHPR (1994) dapat membantu memilih

jenis balutan yang sesuai dengan tujuan perawatan luka

(Potter, 2006).

Rekomendasi Balutan dari AHCPR 1994 :

- Gunakan balutan yang dapat menjaga dasar luka

tepat lembab. Balutan basa-kering hanya boleh

digunakan untuk debridemen dana jangan

menggunakan balutan yang dilembabkan oleh salin

secara terus-menerus.

- Gunakan penilaian klinik untuk memilih jenis

balutan luka lembab yang sesuai untuk ulkus.

Penelitian terhadap beberapa jenis balutan luka

lembab menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

hasil akibat penyembuhan dekubitus.

- Pilih balutan yang menjaga permukaan kulit yang

utuh (periulkus) di sekitarnya tetap kering sambil

menjaga dasar luka tetap lembab.

- Pilih balutan yang dapat mengontrol eksudat tetapi

tidak menyebabkan desikasi dasar luka.

- Saat memilih jenis balutan, pertimbangkan waktu

yang dimiliki oleh pemberian perawatan.

13

Page 14: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

- Hilangkan daerah luka yang mati dengan cara

mengisi seluruh rongga dengan bahan balutan.

Hindarkan pembalutan yang berlebihan.

- Monitor balutan yang terdapat di dekat anus, karena

keutuhan balutan sulit dijaga.(Potter, 2006)

3. Kondisi Stabil

Jika kondisi klien stabil (misalnya setelah operasi atau tindakan)

perawat mengkaji luka untuk menentukan kemajuan penyembuhan

luka yang dialami oleh klien. Jika luka tertutup balutan dan dokter

belum meminta untuk menggantinya, perawat tidak boleh

menginspeksi luka secara langsung kecuali jika perawat mencurigai

adanya komplikasi serius pada luka. Pada situasi seperti itu perawat

hanya menginspeksi balutan dan semua drain eksternal. Jika dokter

memutuskan untuk mengganti balutan, dokter akan mengkaji luka

minimal 1 kali sehari. Saat sedang mengganti balutan, perawat

menghindarkan terbuang atau terangkatnya dari yang ada di

bawahnya. Karena penggantian balutan dapat menimbulkan nyeri,

pemberian analgesik 30 menit sebelum melakukan tindakan dapat

membantu mengurangi nyeri klien.

Penampakan luka :

Perawat mencatat apakah tepi luka telah menutup. Insisi bedah harus memiliki

tepi insisi yang bersih dan saling berdekatan. Sepanjang pinggir luak

seringkali terbentuk kerak yang berada dari eksudat. Luka tusuk biasanya

berupa luka kecil yang nelingakr dengan tepi luka menyatu ke arah tengah.

Jika terbuka, tetapi luka terpisah dan perawat harus menginspeksi kondisi

jaringan adiposa dan jaringan penyambung yang berada di bawah luka.

Perawat juga melihat adanya komplikasi seperti dehisens dan eviserasi. Tepi

14

Page 15: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

luka bagian luar secara normal terlihat mengalami inflamasi pada hari ke-2

sampai hari ke-3, tetapi lama kelamanan inflamasi ini akan menghilang.

Dalam waktu 7-10 hari, luka dengan penyembuhan normal akan terisi sel

epitel dan bagian pinggirnya akan menutup. Apabila terjadi infeksi, tepi luka

akan terlihat bengkak dan meradang.

Perubahan warna kulit terjadi akibat memarnya jaringan intestisial atau

terbentuknya hematom. Pada awalnya darah yang berkumpul di antara lapisan

kulit akan terlihat berwarna kebiruan atau keunguan. Perlahan-lahan,

bersamaan dengan hancurnya bekuan darah pada kulit, akan mencul warna

coklat atau kuning. (Potter, 2006)

4. Sterilisasi

Kecepatan penyembuhan luka tergantung dari steril permukaan kulit

selama proses pembersihan luka sebelum pembalutan dan kecepatan

membunuh mikroorganisme pada pemberian teknik antiseptik. Saifuddin

(2005) selama sekurang-kurangnya 20 menit untuk instrumen tidak

terbungkus, 30 menit untuk instrumen terbungkus.

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas betadine-alkohol yang paling

efektif, karena kecepatan membunuh bakteri membutuhkan waktu 10-20

menit untuk betadine, 10-15 menit untuk alkohol. Sedangkan betadine-

savlon memerlukan waktu membunuh kuman 10-20 menit untuk betadine,

20-30 menit untuk savlon. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa betadine-

alkohol memerlukan waktu rentang membunuh bakteri 10-20 menit,

sedangkan betadine-savlon 10-30 menit sebelum pembalutan. Luka dalam

kondisi pembalutan sudah dinyatakan steril, karena sesuai dengan tujuan

pembalutan yaitu salah satunya melindungi luka dari kontaminasi

mikroorganisme.

15

Page 16: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua

lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu

sintesis dari faktor pembekuan darah (Yusuf , 2009).

2. Nutrisi

Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses

fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein, vitamin

(terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen

adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari

protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintasi kolagen.

Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka.

Elemen renik zink diperlukan untuk pembentukan epitel, sintesis kolagen

(zink) dan menyatukan serat-serat kolagen (tembaga) (Potter, 2006).

Terapi nutrisi sangat penting untuk klien yang lemah akibat penyakit. Klien

yang telah menjalani operasi dan diberikan nutrisi yang baik masih tepat

membutuhkan sedikitnya 1500 Kkal/hari. Pemberian makan alternatif seperti

melalui enteral dan parenteral dilakukan pada klien yang tersedia mampu

mempertahankan asupan makanan secara normal (Potter, 2006).

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi

(Yusuf , 2009).

16

Page 17: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya

sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit

pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka

lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi,

dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa

dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer,

hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang

yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka

(Yusuf , 2009).

5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh,

sehingga menghambat proses penyembuhan luka (Yusuf , 2009).

6. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi

akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal

yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri (Yusuf, 2009).

7. Diabetes

17

Page 18: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan

terjadi penurunan protein-kalori tubuh (Yusuf , 2009).

8. Keadaan luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

9. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti

neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka.

Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan

terhadap infeksi luka.

Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera.

Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka

pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

(Yusuf , 2009).

2.6 KOMPLIKASI 

A. Komplikasi dini

18

Page 19: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama

pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering

muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa

infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,

kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan

peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit

membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh

darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak

cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika

mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah

pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan

terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin

diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin

diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling

serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau

total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.

Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple

trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan

dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.

Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum

kolagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi

terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,

kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera

dilakukan perbaikan pada daerah luka.

19

Page 20: INFEKSI LUKA OPERASI.doc

B. Komplikasi Lanjut

Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat

kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat

kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan

melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung

kambuh bila dilakukan intervensi bedah.

Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan

kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri.

Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka

setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.

Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat

predileksi merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum,

pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid

agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung,

atau mulut.

Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya

dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, beban tekan, radiasi

ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk

mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara

halus, diberikan beban tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya

komplikasi pada proses penyembuhan luka. (Yusuf, 2009)

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-infeksi-luka-operasi.html

20