industri-jasa-boga1 (1)

50
! "! " #" !" $ %&&’ " !(

description

File ini tentang industri jasa boga

Transcript of industri-jasa-boga1 (1)

  • 1

    INDUSTRI JASA BOGA

    Disusun oleh :Merkuria Karyantina, SP,MP

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS SLAMET RIYADI

    SURAKARTA2007

    BUKU PEGANGAN KULIAH

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

    berkat dan rahmatnya telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Buku

    Pegangan Kuliah (BPK) Industri Jasa Boga. BPK ini disusun untuk membantu

    mahasiswa dalam menpelajari Mata Kuliah Industri Jasa Boga (2/0 SKS)

    yang berisi tentang perkembangan, persyaratan dan ketentuan yang harus

    dipenuhi oleh industri jasa boga serta beberapa hal yang berhubungan

    dengan industri jasa boga

    Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

    semua pihak yang membantu terbentuknya BPK ini. Harapan kami, semoga

    BPK ini berguna bagi mahasiswa serta siapa saja yang membutuhkan

    informasi tentang industri boga.

    Surakarta, Desember 2007

    Penulis

  • 3

    SAMBUTANDEKAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

    Saya menyambut gembira atas disusunnya Buku Pegangan Kuliah

    (BPK) Industri Jasa Boga yang disusun oleh Merkuria Karyantina, SP,MP .

    Materi dalam BPK ini telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

    Buku Pegangan Kuliah menempati prioritas pertama di antara

    sarana pendidikan yang diperlukan oleh mahasiswa, karena buku

    mempunyai kaitan erat dengan proses pembelajaran dan hasil belajar

    mahasiswa. Oleh karena itu setiap usaha ke arah pemenuhan kebutuhan

    buku patutlah disambut dengan rasa syukur.

    Setelah membaca secara keseluruhan, saya Dekan Fakultas

    Teknologi Pertanian Universitas Slamet Riyadi Surakarta berpendapat bahwa

    Buku Pegangan Kuliah ini pantas dimiliki mahasiswa sebagai pegangan

    kuliah.

    Semoga buku ini ada manfaatnya.

    Surakarta, Desember 2007Dekan Fakultas Teknologi PertanianUNISRI Surakarta

    Y.Wuri Wulandari, STP.,MP NIPY. 0106.0227

  • 4

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ......................................................................... .............. ii

    SAMBUTAN DEKAN ...................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    BAB II PERKEMBANGAN INDUSTRI JASA BOGA ........................... 5

    BAB III KETENTUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN ............. 10

    BAB IV ASPEK MANAJEMEN DALAM INDUSTRI JASA BOGA ..... 15

    BAB V BANGUNAN DAN TATA LETAK PENYELENGGARAAN MAKANAN ................................................................................... 19

    BAB VI KEAMANAN PANGAN . 25

    BAB VII PENYUSUNAN MENU DAN PENENTUAN KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN ................................................................... 30

    BAB VIII PENGADAAN, PEMILIHAN DAN PENYIMPANANBAHAN MAKANAN ................................................................... 35

    BAB IX DISTRIBUSI DAN PENYAJIAN MAKANAN.. 39

    BAB X KERUSAKAN MAKANAN . 43

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5

    BAB IPENDAHULUAN

    Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan komersial dan institusi

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri konsumen yang memerlukan pelayanan

    makanan2. Mahasiswa dapat membedakan penyelenggaraan makanan komersial dan

    isntitusi3. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri khusus penyelenggaraan makanan di

    Rumah Sakit.4. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan institusi5. Mahasiswa dapat mengelompokkan penyelenggaraan makanan berdasarkan

    waktu, sifat dan tempat

    Makanan adalah kebutuhan pokok manusia, oleh karena itu penyediaan

    makanan adalah hal yang mutlak bagi manusia, baik di lingkungan keluarga maupun

    di luar lingkungan keluarga. Penyediaan makanan di luar lingkungan keluarga

    diperlukan mereka yang mempunyai aktifitas di luar rumah dan tidak memungkinkan

    mereka untuk makan bersama dengan keluarga. Kelompok itu anatar lain karyawan

    pabrik atau perusahaan, pekerja di perkebunan, Orang sakit di Rumah Sakit, prajurit

    yang sedang bertugas dan lain-lain yang bekerja jauh dari lingkungan keluarga. Pihak

    penyedia makanan bagi selompok konsumen tapi merupakan satu kesatuan dikenal

    dengan nama penyelenggara makanan kelompok.

    Ciri-ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar lingkungan

    adalah

    1. mereka jauh dari lingkungan keluarga

    2. Mereka tidak bebas meninggalkan tempat kerja

    3. Merupakan satu kesatuan karena berbagai hal

    1

  • 6

    Penyelenggaraan makanan kelompok dapat dibedakan menurut waktu

    penyelenggaraan, sifat penyelenggaraan dan tempat penyelenggaraan.

    1. Waktu penyelenggaraan

    a. Penyelenggaraan makanan hanya satu kali, misalnya di pesta pernikahan

    b. Penyelenggraan makanan secara tetap untuk jangka waktu tidak terbatas,

    misalnya di Lembaga pemasyarakatan, kampus mahasiswa

    c. Penyelenggaraan makanan dalam keadaan darurat.

    2. Sifat penyelenggaraan

    a. Penyelengaraan makanan yang bersifat komersial, misalnya kafetaria, restoran,

    rumah makan

    b. Peneyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial, misalnya di Rumah

    Sakit, Panti Asuhan

    3. Tempat penyelenggaraan

    a. Jasa Boga, dimana tempat penyajian berbeda dengan tempat memasak

    makanan, misalnya pada jamuan makan, rapat, kantin

    b. Makanan institusi, dimana tempat memasak dan menyajikan makanan berada

    di suatu tempat. Misalnya di Panti asuhan, Asrama dan lain-lain.

    Ciri-ciri penyelenggaraan makanan isntitusi antara lain

    1. Tidak bertujuan mencari keuntungan

    2. Dana terbatas

    3. Makanan diolah di lingkungan isntitusi

    4. menggunakan master menu

    5. Hidangan hampir sama dengan yang disajikan di lingkungan keluarga

    Dalam penyelenggaraan makanan institusi mempunyai beberapa kelemahan

    yang bisa mengakibatkan kerugian bagi konsumen maupun penyelenggara.

    Kelemahan tersebut antara lain

    1. Kualitas bahan makanan kurang baik

    2. Cita rasa kurang diperhatikan

    3. Makanan kurang bervariasi

  • 7

    4. Porsi tidak sesuai

    Sumber kelemahan tersebut berasal dari pengelolaan yang tidak dilakukan

    secara profesional. Perencanaan yang kurang baik, tenaga yang kurang profesional,

    pengawasan yang lemah dan rendahnya dedikasi petugas menyebabkan mutu dan cita

    rasa makanan kurang baik. Dengan menanamkan rasa tangung jawab dan motivasi

    yang lebih baik, maka kualitas penyelenggaraan makanan institusi dapat ditingkatkan.

    Diantara beberapa institusi yang menyelenggarakan makanan kelompok,

    rumah sakit merupakan institusi yang terpenting. Hal tersebut dapat dilihat dari makin

    banyaknya Rumah Sakit serta fungsi makanan yang disajikan juga berbeda dengan

    institusi yang lain. Fungsi makanan di Rumah Sakit antara lain sebagai salah satu

    komponen penyembuh penyakit dan tak jarang dijadikan acuan oleh masyarakat

    dalam penyediaan makanan sehari-hari. Makanan yang diberikan dan tidak boleh

    diberikan kepada pasien yang menderita suatu penyakit, dapat dijadikan patokan bagi

    masyarakat untuk perawatan lebih lanjut di rumah.

    Semakin pentingnya penyajian makanan di rumah sakit, dewasa ini

    penyelenggaraan makanan di rumah sakit sudah menjadi bidang profesi tersendiri.

    Bidang tersebut sudah dikelola secara profesional dengan memepekerjakan sejumlah

    tenaga profesioanl seperti ahli gizi dan ahli gastronomi.

    Penyelenggaraan makanan komersial berbeda dengan penyelenggaraan

    makanan institusi, ciri-cirinya adalah

    1. Berorientasi pada laba.

    2. Kualitas dan cita rasa diperhatikan.

    3. Tidak menggunakan master menu.

    4. Harga lebih mahal.

    Penggolongan pelayanan makanan secara komersial dapat digolongkan

    menjadi

    1. Dilakukan secara tetap di suatu tempat, misalnya restoran, kantin, kafetaria

    2. Tidak dilakukan secara tetap di suatu tempat, misalnya usaha jasa boga

  • 8

    Usaha jasa boga dapat melayani penyediaan makanan untuk keperluan kantin

    dan kafetaria, maupun penyediaan makanan untuk keluarga atau perorangan.

    Golongan yang lain adalah penyelenggaraan makanan darurat, yang bertujuan

    untuk menolong masyarakat yang terkena bencana alam. Makanan yang disediakan

    umumnya sangat sederhana, agara masyarakat tidak kekurangan makanan. Walaupun

    tak jarang makanan yang disediakan tidak mencukupi untuk seluruh masyarakat.

    Fasilitas yang digunakan sangat terbatas.

  • 9

    BAB IIPERKEMBANGAN INDUSTRI JASA BOGA

    Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat menjelaskanperkembangan insdustri jasa boga

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan jasa boga sejak jaman dahulu

    kala2. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang mendorong perkembangan jasa

    boga3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan jasa boga di Indonesia.

    Industri penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman

    dahulu kala. Sebagai contoh adalah dalam pembuatan bangunan yang mempekerjakan

    ribuan orang, seperti kuil, candi atau benteng untuk melindungi negara, diperlukan

    orang-orang atau kelompok yang bertugas menyediakan makanan bagi mereka demi

    kelancaran pekerjaan. Di Indonesia dikenal berbagai upacara yang tak jarang

    mengundang puluhan bahkan ribuan undangan, dan itu tidak memungkinkan

    menyediakan makanan yang diolah sendiri, sehingga mereka perlu bantuan pihak lain

    untuk menyediakan makanan bagi para tamu.

    Pada jaman dahulu penyelenggaraan makanan secara berkelompok belum

    dikekola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial serta masih bersifat

    keramahtamahan. Sehingga tak jarang rasa makanan masih kurang diperhatikan

    dengan baik.

    Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih profesional baru dimulai

    pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal Revolusi Industri di Eropa.

    Saat itu dirasa perlu usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di

    berbagai industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan makanan

    yang lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

    Robert Owen adalah salah satu tokoh industri di Eropa yang mempelopori pemberian

    makanan bagi pekerja industri dengan pengelolaan yang baik, efektif dan efisien.

    5

  • 10

    Karena berjasa mengembangkan usaha penyelenggaraan makanan bagi para pekerja,

    maka Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan makanan institusi

    terutama di pabrik-pabrik. Sejak saat itu penyediaan makanan bagi pekerja pabrik

    mulai dikembangkan.

    Pemberian makanan bagi karyawan pabrik atau perusahaan pada masa itu

    masih dikaitkan dengan pemberian jaminan kesejahteraan. Belum ada pemikiran

    untuk mengaitkan pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi bagi

    karyawan. Jumlah makanan ynag diberikan belum diperhitungkan atas dasar

    kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal

    sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang maksimal. Penyediaan

    makanan hanya didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan dana

    untuk kesejahteraan karyawan.

    Penyediaan makanan bagi karyawan dengan memeprhitungkan kebutuhan zat

    gizi agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan

    tercapainya produktivitas kerja secara maksimal baru dimulai pada awal abad ke-20.

    Tujuan penyediaan makanan berubah dari sekedar untuk meningkatkan kesejahteraan

    karyawan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja yang berarti

    peningkatan produksi. Perubahan tujuan sekaligus mengubah sifat penyediaan

    makanan, dari yang semula cuma-Cuma berubah menjadi kewajiban membayar

    makanan yang mereka makan yang lebih berkualitas. Inilah yang mengawali

    terselenggaranya pelayanan makanan melalui kantin yang diadakan di pabrik atau

    perusahaan, yang di kemudian hari berubah pula sifatnya ke arah penyelenggaraan

    makanan komersial sebagaimana yang ada sekarang ini.

    Perusahaan dan pusat industri sekarang ini hanya menyediakan fasilitas yang

    diperlukan bagi pelayanan makanan, sedangkan pengolahan makanan dilakukan oleh

    pengusaha jasa boga. Cara ini dianggap lebih menguntungkan baik bagi perusahaan

    maupun bagi karyawan. Perusahaan terbebas dari kewajiban menyediakan tenaga

    pelaksana serta pengelolaan makanan bagi pekerja. Sebaliknya karyawan dapat

  • 11

    memilih makanan yang mereka inginkan sehingga terhindar dari paksaan atau

    keharusan.

    Faktor yang mendorong perkembangan penyelenggaraan makana komersial

    adalah

    1. Tumbuhnya kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan

    makanan bagi karyawan akan meningkatkan produktivitas kerja.

    2. Berbagai kemajuan sebgai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi

    para wanita untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah.

    3. Lokasi tempat bekerja yang jauh dari tempat pemukiman dan berbagai

    hambatantransportasi tidak memungkinkan para karyawan pulang ke rumah untuk

    makan.

    4. Pada masa lalu bila seseorang mengadakan perhelatan, penyediaan makanan

    dilakukan secara bergotong royong. Namun sekerang kebiasaan tersebut sudah

    memudar, mereka sekarang lebih mengandalkan industri jasa boga.

    Berbeda dengan penyelenggaraan makanan komersial, penyelenggaraan

    makanan institusi nonkomersial berkembang sangat lambat. Pengelolaan yang tidak

    baik, karyawan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas menyebabkan

    penyelenggaraan makanan nonkomersial tidak mengalami kemajuan.

    Berbeda dengan penyelenggaraan makanan nonkomersial di Rumah Sakit,

    disana telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa walaupun

    perubahannya sangat lambat. Penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit sudah

    dikenal sejak abad ke 16 SM, orang sakit ditampung di tempat penampungan orang

    sakit di India dan di Kerajaan Mesir Kuno sudah diberi makanan. Demikian juga di

    Yunani dan Romawi. Penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai

    pada pertengahan abad ke 19. Florence Nightingle memepolopori penyempurnaan

    penyelenggaraan makanan bagi orang sakit setelah ia melihat betapa buruknya

    pelayanan makanan bagi prajurit yang dirawat di Rumah Sakit selama terjadi perang

    di Eropa.

  • 12

    Di Amerika Serikat, penyempurnaan pelayanan makanan di Rumah Sakit

    dimulai sekitar tahun 1890. Beberapa Rumah Sakit mulai mempekerjakan tenaga

    khusus yang bertanggung jawab dalam menangani masalah pelayanan makanan.

    Sementara itu, beberapa Lembaga Pendidikan di Amerika mulai menyelenggarakan

    pendidikan untuk menghasilkan tenaga khusus bagi penyelenggara makanan bagi

    orang sakit dan tenaga itu disebut ahli diet (dietitian). Rumah Sakit Pennsylvania

    adalah Rumah Sakit pertama yang menggunakan ahli diet.

    Di Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo merupakan Rumah Sakit

    yang pertama menempatkan sorang ahli diet untuk mengatur penyelenggaran

    makanan di Rumah Sakit sekitar Tahun 1954. Ahli diet pertama tersebut merupakan

    lulusan Sekolah Ahli diet di Jakarta yang didirikan Departemen Kesehatan RI pada

    tahun 1952.

    Kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu gisi klinis mendorong perkembangan

    penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit. Hampir semua Rumah Sakit selain

    menyediakan fasilitas penyelenggaraan makanan umum bagi orang sakit juga

    menyediakan fasilitas penyelenggaraan diet khusus bagi orang sakit yang telah

    dikelola oleh tenag-tenaga profesional.

    Peralatan yang digunakan dalam pelayanan makanan telah semakin canggih

    sehingga bebas dari kemungkinan kontaminasi dan sebagainya. Dewasa ini, sesuai

    dengan kedudukan yang sama pentingnya dengan pelayanan perawatan dan

    pengoabtan dalam upaya penyembuhan penyakit. Namun, modernisasi

    penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit di engara maju membawa konsekuensi

    berupa investasi modal yang cukup besar untuk membeli berbagai peralatan yang

    diperlukan, baik untuk penyimpanan, pengolahan maupun untuk pengangkutan dan

    distribusi makanan sampai ke ruang rawat. Hal tersebut untuk beberapa rumah sakit

    mungkin agak memberatkan, sebagai jalan keluar, sejumlah Rumah Sakit telah

    menyerahkan seluruh penyelenggaraan makanan di rumah sakit itu kepada usaha jasa

    sehingga keseluruhan investasi utnuk perlengkapan umum maupun tenaga pengelola

    dan pelaksana menjadi beban dan tanggung jawab usaha jasa boga. Di Amerika

  • 13

    misalnya, dari tahun ke tahun jumlah Rumah Sakit yang telah menyerahkan

    penyelenggaraan makanan kepada pihak jasa boga, mengalami kenaikan. Institusi lain,

    seperti kantin-kantin di pabrik, maskapai penerbangan, perusahaan jasa dan lainya,

    hampir seluruhnya telah ditangani oleh usaha jasa boga.

    Di Indonesia, dengan semakin berkembangnya pembangunan dan pusat-pusat

    industri, menuntut orang untuk bekerja lebih keras agar memperolah penghasilan

    yang lebih banyak, bahkan wanita pun dituntut untuk bekerja. Adanya fenomena

    seperti itu, membuat para pekerja tidak mempunyai waktu luang untuk menyiapkan

    makanan, sehingga mereka menyerahkan tanggung jawab tentang makanan kepada

    jasa boga. Hal tersebut yang mendorong berkembangnya industri jasa boga di kota-

    kota besar.

    Pada tahap awal usaha jasa boga biasanya dimulai dari usaha rumah tangga

    yang menyediakan keperluan makanan dalam dalam penyelanggaraan perayaan di

    tingakt RT atau RW, atau menyediakan makanan bagi sekelompok mahasiswa atau

    karyawan yang kos di sekitar rumah. Dengan bertambahnya pelanggan, maka usaha

    jasa boga kemudian berkembang menjadi usaha yang dikelola secara profesional.

    Ciri khas utama jasa boga adalah makanan yang disajikan tidak dimasak di

    tempat yang sama dengan tempat makanan dihidangkan.

  • 14

    BAB IIIKETENTUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

    Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat menjelaskan pengelompokan usaha jasa boga dan persyarataannya

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengelompokan usaha jasa boga2. Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan usaha jasa boga pada setiap

    golongan3. Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan dalam penyelenggaraan usaha jasa

    boga

    Penyelenggaraan makanan akan membawa dampak yang positif serta negative.

    Dampak positif antara lain peningkatan kesejahteraan karyawan, penyediaan

    lapangan kerja. Dampak negatif antara lain menyebabkan keracunan jika tidak

    dikelola dengn baik.

    Dampak negatif penyelenggaraan makanan dapat terjadi di mana saja

    termasuk di negara maju yang sudah menerapkan teknologi canggih. WHO

    melaporkan sekitar 1 % wisatawan di seluruh dunia telah menderita gangguan

    kesehatan (diare) akibat makan makanan yang tercemar.

    Pemerintah saat ini telah memberikan perhatian terhadap masalah yang timbul

    akibat dari penyelenggaraan makanan terutama pada kasus-kasus keracunan makanan

    yang disediakan oleh jasa boga. Menteri kesehatan RI telah mengeluarkan peraturan

    yang memuat ketentuan tentang penyelenggaraan usaha jasa boga.

    Peraturan Menteri Kesehatan No. 712/Menkes/Per/X/66 tentang persyaratan

    bagi penyelenggaraan usaha jasa boga. Peraturan ini memuat tentang persyaratan

    umum bagi usaha jasa boga, ketentuan lokasi tempat penyelenggaraan, syarat

    bangunan dan fasilitas, persyaratan kesehatan makanan, pengolahan dan

    penyimpanan makanan. Dalam peraturan ini, jasa boga dibagi menjadi 5 golongan,

    yaitu Golongan A1, Golongan A2, Golongan A3, Golongan B dan Golongan C

    10

  • 15

    Untuk pengawasan terhadap kegiatan usaha jasa boga, Menteri Kesehatan

    mengeluarkan Peraturan No. 427/Menkes/SK/VI/88, yang berisi ketentuan wajib

    daftar bagi setiap usaha jasa boga untuk semua golongan. Semua usaha jasa boga

    diharuskan memperoleh ijin penyehatan usaha dari Kantor Wilayah Departemen

    Kesehatan setempat.

    Usaha jasa boga dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu Golongan A1,

    Golongan A2, Golongan A3, Golongan B dan Golongan C. Masing-masing golongan

    mempunyai kriteria tersendiri serta persyaratan khusus yang agak berbeda satu

    dengan yang lain.

    1. Golongan A1

    Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan

    menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga. Persyaratan khusus

    golongan ini adalah:

    a. Ruang pengolahan tidak boleh merangkap ruang tidur

    b. Mempunyai almari es sebagai tempat penyimpanan

    c. Fasilitas cuci tangan

    2. Golongan A2

    Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan

    yang menggunakan dapur rumah tangga dan mempekerjakan tenaga kerja.

    Persyaratan khusus golongan ini adalah:

    a. Ruang pengolahan tidak boleh merangkap ruang tidur

    b. Mempunyai almari es sebagai tempat penyimpanan

    c. Fasilitas cuci tangan

    d. Fasilitas ganti pakaian bagi karyawan

    e. Ruang pengolahan terpisah dari ruangan lain

    3. Golongan A3

    Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan

    makanan menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja.

    Persysratan khusus golongan ini adalah

  • 16

    a. Ruang pengolahan terpisah dari tempat penyimpanan makanan

    b. tersedia lemari pendingin dengan suhu - 5oC dengan kapasitas memadai

    c. mempunyai alat pengangkutan dengan konstruksi tertutup

    d. Makanan yang disajikan dikemas serta mencantumkan nama dan ijin usaha

    e. pada kendaraan tercantu nama perusahaan dan ijin usaha

    4. Golongan B

    Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan khusus asrama penampungan jemaah

    haji, asrama transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan angkutan umum dalam

    negeri, dan dengan pengolahan menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan

    tenaga kerja. Persyaratan khusus golongan ini adalah

    a. mempunyai tempat pembuangan air limbah

    b. Ruang kantor, penyimpanan makanan dan pengolahan makanan harus terpisah,

    Ruang pengolah dilengkapi dengan penangkap asap

    c. fasilitas pencucian peralatan dan pencucian bahan makanan

    d. Fasilitas pencuci tangan bagi karyawan

    e. Fasilitas penyimpanan makanan dingin sampai suhu 10oC

    5. Golongan C

    Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional,

    mempunyai dapur khusus untuk pengolahan dan mempkerjakan tenaga kerja.

    Persyaratan khusus adalah

    a. Ruangang dilengkapai dengan pengatur suhu ruang

    b. Fasilitas pencucian alat dana bahan harus dari logam tahan karat

    c. Almari pendingin untuk penyimpanan makanan harus terpisah untuk masing-

    masing jenis makanan.

    d. Mempunyai gudang yang dilengkapi dengan rak-rak penyimpanan.

  • 17

    Untuk meminimalkan terjadinya kasus keracunan makanan ada beberapa

    persyaratan kesehatan makanan, antara lain adalah

    1. Persyaratan Bahan Makanan

    Bahan makanan (dging, susu, telur) harus dibeli di tempat yang resmi, sayuran

    harus segar dan tidak rusak. Bahan makanan terolah harus ada ijin resmi dari

    pemerintah

    2. Persyaratan Makanan Terolah

    a. Makanan terolah yang dikemas, persyaratannya adalah harus berlabel,

    mempunyai nomor pendaftaran, kemasan tidak rusak, belum kadaluarsa

    b. Makanan terolah tidak dikemas, syaratnya makanan masih baru dan segar,

    tidak basi, tidak mengandung bahan yang terlarang

    3. Persyaratan Makanan Jadi

    Persyaratannya adalah :

    a. tidak rusak, busuk atau basi

    b. Kandungan bakteri E.coli harus nol per gram contoh makanan

    c. Kadungan logam berat tidak melabihi ambang batas yang diperbolehkan

    Selain dari segi makanan yang disajikan, kesehatan atau kebersihan pengolah

    makanan harus diperhatikan pula agar kasus keracunan makanan dapat dihindari.

    Pengolah makanan dapat menjadi media perantara bagi kerusakan makanan yang

    diolah dan disajikan. Beberapa persyaratan kesehatan pengolah makanan, antara lain

    mencakup

    1. Tenaga Kerja. Pekerja harus berbadan sehat, tidak menidap penyakit menular

    2. Peralatan untuk mengolah, menyimpan dan menyajikan makanan

    permukaannya tidak terlarut dalama makanan, wadah harus mempunyai tutup

    dan bersih agar tidak terkontaminasi saat penyajian

    3. Cara pengolahan, meminimalkan kontak dengan anggota tubuh pengolah,

    karyawan di ruang pengolahan dan penyimpanan harus menggunakan

    celemek

  • 18

    Khusus untuk pekerja yang berada di ruang pengolahan dan penyimpanan,

    harus memenuhi ketentuan antara lain :

    1. Tidak merokok dan tidak sambil makan

    2. Memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung

    3. Selalu mencuci tangan waktu akan mulai bekerja

    4. Tidak membawa keluar pakaian kerja, alat pelindung yang memungkinkan

    terjadinya pencemaran.

  • 19

    BAB IVASPEK MANAJEMEN DALAM INDUSTRI JASA BOGA

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa menjelaskan aspek manajemen dalam industri jasa boga

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya penetapan strategi dalam industri jasa

    boga2. Mahasiswa dapat menjelasakan penerapan prinsip manajemen dalam industri

    jasa boga

    Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan rangkaian kerja yang

    melibatkan tenaga manusia, bahan baku, dana dan masukan laiinya. Tujuan akhir dari

    peneyelenggaraan makanan antara lain

    1. Kualitas dan Cita rasa makanan dapat memuaskan konsumen

    2. Biaya penyelenggaraan dapat ditekan

    Khusus untuk penyelenggaraan makanan komersial, ada satu tujuan yang agak

    berbeda dengan yang lain, yaitu dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi

    penyelenggara. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan penetapan strategi

    khusus serta penerapan prinsip manajemen yang baik sehingga keuntungan yang

    memadai dapat diperoleh.

    A. PENETAPAN STRATEGI

    Penetapan strategi adalah menetapkan bagaimana berbagai masukan berupa

    dana, daya, peralatan dan kesempatan yang tersedia harus digunakan secara tepat

    dan berhasil guna berdasarkan kondisi yang ada.

    Penetapan strategi mencakaup pemikiran yang mendasar tentang

    1. Bentuk atau macam pelayanan makanan yang akan diselenggarakan (kafetaria,

    kantin atau yang lain).

    15

  • 20

    2. Penetapan tata cara Pengelolaan Penyelenggaraan Makanan

    Bentuk cara pelayanan makanan di institusi, dapat dilakukan antara lain :

    1. Menyiapkan dan memasak makanan sendiri

    2. Tidak menyiapkan dan tidak memasak makanan sendiri

    3. Tidak menyiapkan dan tidak memasak makanan sendiri serta tidak

    menyelenggarakan penyajian makanan.

    Banyak faktor dan kondisi yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

    Bentuk pelayanan cara mana yang akan digunakan. Hal itu harus disesuaikan

    dengan kondisi dari masing-masing institusi, disamping juga harus

    memperhitungkan resiko akan pilihan yang diambil.

    Khusus di Rumah Sakit, makanan langsung disajikan ke kamar-kamar pasien,

    sehingga penyerahan penyediaan makanan dari luar Rumah sakit kadang

    mengandung resiko. Distribusi makanan di Rumah Sakit memerlukan

    pertimbangan yang cermat Beberapa cara distribusi makanan di Rumah Sakit

    antara lain dengan cara sentralisasi dan desentralisasi.

    Dalam penyelenggaraan makanan komersial, strategi yang diterapkan adalah

    bagaimana menjual jasa penyelenggaraan makanan itu dengan jalan menciptakan

    daya saing yang setinggi-tingginya. Daya saing diperlukan untuk menarik

    pelanggan, langkah yang dilakukan dapat berupa :

    1. Kekhususan dalam tata cara penyelenggaraan pelayanan

    2. Kekhususan dalam jenis makanan yang disediakan

    3. Kekhususan dalam cita rasa makanan

    Langkah selanjutnya stetelah penetapan strategi adalah menentukan

    bagaimana mengatur pelaksanaan penyelenggaraan makanan.

    B. PRINSIP MANAJEMEN

    1. Perencanaan

    Perencanaan dapat diartikan sebagai rangkaian tindakan yang

    dilakukan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, antara lain berkenaan

  • 21

    dengan berbagai masukan yang diperlukan. Dengan perencanaan akan

    ditentukan kebutuhan sarana fisik, peralatan pengolahan dan penyajian

    makanan, tenaga pelaksana dan sebagainya.

    2. Pengorganisasian

    Pengorganisasian merupakan kelompok kegiatan serta tugas dan

    fungsi masing-masing unit kerja yang ada dalam organisasi itu serta hubungan

    kerja antara masing-masing unit kerja. Dalam penyelenggaraan makanan

    merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak orang,

    maka diperlukan pengorganisasian yang baik guna mendapatkan hasil yang

    memuaskan.

    Tenaga kerja dalam penyelenggaraan makanan pada umumnya dibagi

    menjadi 3 kelompok yaitu

    a. Kelompok tenaga pengelola, bertanggung jawab atas perencanaan,

    pengawasan dan pengendalian

    b. kelompok tenaga pelaksana, bertanggung jawab dalam pelaksanaan

    produksi dan distribusi makanan

    c. kelompok tenaga pembantu pelaksana, adalah mereka yang terlibat dalam

    penyelenggaraan makanan tetapi tidak mempunyai tanggung jawab

    khusus.

    3. Penggerakan

    Rangkaian kegiatan pelaksanaan makanan adalah sebagai berikut

    a. Perencanaan menu, meliputi perencanaan jenis makanan, jumlah, tata cara

    pengolahan, penyajian dan sebaginya.

    b. Pengadaan bahan makanan, meliputi tata cara pengadaan bahan makanan

    melalui pemesanan atau pembelian sendiri.

    c. Penerimaan bahan makanan dari pemasok, jika pengadaan bahan makanan

    melalui rekanan secara rutin, perlu adanya pemerikaan pada saat bahan

    makanan diterima.

  • 22

    d. Penyimpanan bahan makanan, perlu adanya tempat penyimpanan bahan

    makanan yang tidak langsung digunakan (sebagai stok) terutama bahan

    makanan kering.

    e. Penyiapan bahan makanan untuk dimasak, merupakan kegiatan yang

    banyak menyita waktu karena bahan makanan masih dalam bentuk yang

    alami serta belum dalam bentuk yang standar. Proses penyiapan antara

    lain membersihkan, mengupas, memotong mengiris dan lain sebagainya.

    Bila perlu, proses penyiapan bisa dilakukan menggunakan bantuan alat

    atau mesin, untuk mempercepat.

    f. Mengolah dan memasak makanan, merupakan proses yang terpenting

    dalam penyelenggaraan makanan karena cita rasa makanan yang

    dihasilkan akan ditentukan saat proses pemasakan makanan. Adanya

    standarisasi resep, bumbu, prosedur pemasakan dan waktu dapat dipakai

    sebagai patokan untuk mempertahankan cita rasa makanan, apalagi bila

    porsi makanan yang harus diolah dalam jumlah banyak.

    g. Pembagian makanan, makanan yang telah diolah harus dibagikan kepada

    konsumen, terutama yang harus diperhatikan adalah suhu makanan saat

    dihidangkan harus sesuai dengan jenis makanan. Penggunaan peralatan

    yang dapat memanaskan atau mendinginkan makanan bisa digunakan

    untuk mempertahankan kondisi makanan yang disajikan.

    4. Pengawasan

    Kegiatan pengawasan meliputi pengawasan terhadap cita rasa dan

    penggunaan faktor produksi. Pengawasan merupakan tugas dan tanggung

    jawab pengelola maupun oleh petugas di luar lingkungan penyelenggaraan

    makanan. Adapun tujuan pengawasan adalah

    a. Untuk mempertahankan cita rasa makanan

    b. Jaminan keamanan makanan dari pencermaran mikroorganisme

    c. Pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi

    d. Menghindari pemborosan

  • 23

    BAB VBANGUNAN DAN TATA LETAKPENYELENGGARAAN MAKANAN

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menggambarkan layout dalam penyelenggaraan jasa boga dan persyaratannya.

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan bangunan dalam industri jasa boga2. Mahasiswa dapat menjelaskan persayaratan tata letak dalam industri jasa boga3. Mahasiswa dapat menggambarkan contoh layout tempat penyelenggaraan jasa

    boga

    Bangunan yang kokoh, bersih dan diatur dengan baik akan mendukung

    terciptanya suasana kerja yang nyaman dan higienis. Tata letak dan pengaturan

    tempat penyimpanan dan pengolahan harus diatur sedemikian rupa sehingga tercapai

    efisiensi dalam bekerja. Sering kali dijumpai pada penyelenggara makanan jasa boga

    dan terutama institusi tidak memiliki ruangan yang khusus (dapur) untuk menyajian

    maupun pengolahan serta tempat pencucian alat.

    Bangunan dan tata letak hendaknya dirancang agar mudah dibersihkan dan

    terjaga kebersihannya, semakin sering makanan itu dipindahkan dan makin lama

    ditangani maka makin besar resiko terjadinya kontaminasi. Ruangan , alat dan proses

    hendaknya diatur agar hanya ke satu arah, sejak penerimaan bahan mentah hingga

    penyajian. Pintu masuk bahan mentah hendaknya dibuat terpisah dengan pintu keluar

    masuk pekerja serta pintu keluar makanan yang sudah jadi/masak. Ruang

    penyimpanan sayuran dan buah-buahan dibuat dekat dengan pintu penerimaan bahan

    mentah.

    A. DAPUR1. Lantai dan saluran pembuangan

    Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan mudah kering. Apabila

    lantai kotor terkena tumpahan makanan atau cairan hendaknya cepat

    19

  • 24

    diberihkan agar kebersihan tetap terjaga. Saluran pembuangan juga harus

    sering dibersihkan secara teratur.

    2. Dinding dan langit-langitDinding sebaiknya tersbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan

    tahan uap air dan panas. Bagian dinding yang sering terkena air atau minyak

    hendaknya sering dibersihkan. Langit-langit terbuat dari bahan yang mudah

    dibersihkan, tidak mudah mengelupas, tidak mudah bagi serangga untuk

    bersarang dan tahan uap panas.

    3. Pintu dan jendelaPintu sebaiknya dirancang menggunakan bahan yang tahan terhadap binatang

    penegrat, benturan air. Jendela yang berventilasi hendaknya ditutup dengan

    kawat strimin untuk mencegah masuknya nyamuk, lalat dan serangga lainnya.

    4. Ventilasi dan PeneranganRuang pengolahan harus memiliki ventilasi yang memadai.

    Cerobong/lubang/saluran penyedot asap perlu dibersihkan pelaing sedikit 3

    bulan sekali terutama dari kotoran yang berminyak. Penerangan bisa

    menggunakan matahari, namun perlu disediakan lampu yang cukup terang

    terutama apabila cuaca berawan atau malam hari.

    B. TATA LETAKPeralatan pengolahan diletakkan sedemikian rupa sehingga masih ada jarak

    yang cukup dan memudahkan dalam pembersihan sehari-hari. Meja kerja akan

    lebih baik bila dirancang menggunakan bahan yang tahan goresn dan tidak

    menyerap air. Peralatan untuk menyimpan makanan yang sudah dicuci diletakkan

    pada rak secara terbalik atau miring. Peralatan atau perlengkapan lain yang tidak

    sering digunakan, perlu disimpan di gudang penyimpanan peralatan. Berikut

    adalah contoh tata letak ruangan dalam industri jasa boga.

    :

  • 25

  • 26

    C. RUANGAN KERJARuangan kerja dirancang cukup luas untuk memudahkan karyawan untuk

    bekerja dengan baik, tanpa harus berdesak-desakan atau antri menggunakan

    tempat pencucuian. Namun ruang kerja yang terlalu luas justru akan

    memperpanjang jarak yang harus ditempuh bagi karyawan untuk mondar-mandir.

    Berikut ini adalah contoh tata letak untuk dapur

    D. RUANG PENCUCIANIdealnya disediakan dua tempat pencucian peralatan. Satu untuk mencuci

    peralatan dapur dengan ukuran besar dan yang lain untuk tempat pencucian

    perlatan gelas. Bila tidak memungkinkan, maka perhatian yang ekstra serius harus

    diberikan pada tempat pencucian perlatan yang bercampur jadi satu dengan

    tempat pencucian bahan mentah.

    E. RUANG PENYIMPANAN PECAH BELAHRuaangan ini letaknya dibuat cukup dekat dengan dapur maupun ruang

    penyajian hidangan. Piring, mangkok dan perlengkapan lainnya ketika disimpan

    harus dalam keadaan kering dan bersih. Pemberian tanda pada perlengkapan

    makan hendaknya tidak memakai bahan yang berbahaya.

    F. TOILETToilet bagi pekerja bila menungkinkan dibuat terpisah dengan toilet yang

    diperuntukkan bagi pelanggan. Toilet bagi pekerja diletakkan tidak terlalu jauh

    dari tempat pekerja (+ 30 meter) dan dilengkapi dengan lampu yang cukup terang

    serta terpisah dari ruang kerja. Di dekat toilet disediakan sarana cuci tangan.

    G. RUANG MAKANBesarnya ruang makan, jumlah dan ukuran meja serta macam peralatan makan

    yang digunakan ditentukan oleh jumlah orang yang ingin dilayani, macam

    hidangan yang disajikan, dan cara penyajian.. Setiap pelayan perlu ruang geraak

  • 27

    yang cukup untuk memberikan pelayanan ke setiap pelanggan. Kebersihan meja

    makan harus selalu terjaga dengan baik

    Efisiensi dalam Penyelenggaraan makanan

    Salah satu faktor untuk mencapai efisiensi dalam penyelanggaraan makanan

    adalah penataaan letak ruangan kerja dan perlengkapan kerja yang baik disamping

    pengaturan tenaga manusia dan penataan arus kerja. Apabila ketiga faktor tersebut

    tidak diatur dan direncanakan dengan baik maka efisiensi dalam pengolahan makanan

    tidak mungkin tercapai.

    1. Pengaturan penggunaan tenaga manusia

    Proses pengolahan makanan sebagian besar dilakukan oleh tenaga manusia

    walaupun mereka manggunkan alat bantu, apabila tenaga manusia tersebut

    mengalam kelelhana maka mereka tidak akan dapat bekerja secara efisien dan

    kualitas kerja yang dihasilkan juga kurang baik. Penyebabnya antara lain adalah

    jam kerja yang terlalu lama, pekerjaan yang tidak direncanakan, rasa jenuh akan

    pekerjaan dan tenaga kerja tidak sehat. Adapun cara mengatasinya antara lain

    dengan memperhatikan jam kerja dari karyawan, perlunya waktu istirahat bagi

    karyawan, ruangan ditata supaya dapat memberikan suasana yang menyenangkan

    dan tidak membosankan dan udara dalam ruang kerja selalu segar sehingga bau

    masakan segera hilang.

    2. Tata letak ruangan kerja dan perlengkapan kerja

    Tata letak ruangan diatur sedemikian rupa sehingga jarak antara pusat kerja tidak

    terlalu saling berjauhan serta dapat menghemat tenaga kerja.

    3. Arus kerja

    Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah

    a. Pekerjaan dilakukan menurut arah yang sama

    b. Jarak satu tempat kegiatan dengan tempat kegiatan yang lain tidak terlalu

    jauh

    c. Tenggang waktu antara 2 kegiatan yang berurutan tidak terlalu lama.

  • 28

    Guna meningkatkan efisiensi, dapat digunakan pedeoman berikut ini

    1. Sebelum bekerja dibuat perencanaan kegiatan dan urutan kegiatan yang akan

    dilakukan dan alam waktu yang disediakan

    2. Bahan serta peralatan yang akan digunakan direncanakan dengan baik

    3. Apabila ada jenis pekerjaan yang sama untuk beberapa jenis masakan, sebaiknya

    dikerjakan sekaligus secara berurutan

    4. Penggunaan peralatan diusahakan sesedikit mungkin

    5. Alat yang digunakan sesuia dengan tujuan memasak dan banyak makanan yang

    dimasak.

    6. Bahan yang sering digunakan, dapat dibuat dalam jumlah yang banyak

    7. Pekerja yang bertugas menyiapkan, mengolah dan memasak makanan harus

    sewaktu-waktu dapat menyesuaikan dengan jumlah waktu yang tersedia

    8. Juru masak bertanggung jawab mengkoordinir kegiatan penyiapan, pengolahan

    dan pemasakan makanan.

    Dalam penerapan prinsip efisiensi pada seipa kelompok kegiatan

    penyelenggaraan makanan, yang harus diperhitungkan adalah resiko yang mungkin

    terjadi, yaitu

    1. Resiko sebelum makanan selesai dimasak, kemungkinan penyebabnya adalah

    a. Pemakaian bahan yang berlebihan

    b. Kerusakan bahan makanan karena pengangkutan,penyimpanan & pengolahan

    c. Hilangnya bahan makanan

    2. Resiko setelah makanan masak, kemungkinan penyebabnya adalah

    a. Makanan menjadi busk atau basi sehingga tidak dapat dimakan

    b. Makanan yang dimasak mejadi rusak

    c. Kehilangan porsi makanan akibat kelalaian

  • 29

    BAB VIKEAMANAN PANGAN

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya keamanan pangan dalam industri jasa boga

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya menjaga keamanan makanan2. Mahasiswa dapat menjelakan Cara Masuknya Mikroorganisme ke dalam

    Makanan3. Mahasiswa dapat menjelaskaan gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh

    Makanan

    Keamanan makanan dapat diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat

    atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah

    zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur

    secara sengaja atau tidak disengaja ke dalam bahan makanan atau makanan jadi.

    Bagi penyelenggara makanan, menjaga keamanan makanan merupakan

    keharusan karena dapat membahayakan kesehatan orang banyak. Makanan yang

    dihidangkan harus bebas dari unsur-unsur yang dapat membahayakan kesehatan

    konsumennya.

    Makanan merupakan media yang baik untuk hidup dan berkembangnya

    mikroorganisme dan makanan bisa menjadi media perantara bagi penularan penyakit.

    Mikroorganisme yang hidup dalam makanan akan meninggalkan racun dalam

    makanan dan apabila makanan mengandung racun itu dimakan oleh manusia, maka

    kesehatan akan teragnggu. Gangguan kesehatan dapat juga terjadi setelah

    mikroorganisme masuk dalam tubuh melalui makanan, kemudian berkembang biak

    dan menyebabkan terjadinya penyakit.

    Gangguan kesehatan dapat juga terjadi karena senyawa kimia dalam makanan.

    Senyawa kimia ini berasal dari makanan itu sendiri, tetapi dapat juga berasal dari luar.

    Senyawa kimia yang paling sering terdapat dalam makanan dan membawa korban

    antara lain asam bongkrek pada tempe bongkrek, asam sianida dalam ubi kayu,

    25

  • 30

    aflatoxin pada biji-bijian dan kacang-kacangan. Senyawa kimia yang berasal dari luar

    umumnya untuk membunuh hama sewaktu bahan makanan itu ditanam. Sisa

    insektisida masih menempel pada bahan makanan sewaktu bahan makanan dipetik.

    1. Cara Masuknya Mikroorganisme ke dalam MakananCara masuknya mikroorganisme berbahaya bagi tubuh manusia dapat melalui

    berbagai cara. Dalam makanan mikroorganisme berkembang biak dan

    menghasilkan racun yang dapat membahayakan kesehatan.

    Penyediaan makanan melalui jasa boga, biasanya melalui proses serta waktu

    yang panjang sebelum makanan disantap oleh konsumen. Selama jarak waktu

    antara makanan dimasak dan disajikan, mikroorganisme dapat berkembang biak

    dan menghasilkan racun. Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya

    mikroorganisme adalah dengan memperpendek jangka waktu antara saat makanan

    setelah dimasak dengan saat makanan disajikan. Beberapa cara masuknya

    mikroorganisme adalah

    a. Melalui bahan makanan sebelum diolah atau dimasak

    Bahan makanan mentah sering tanpa diketahui sudah kemasukan

    mikroorganisme yang berbahaya, dan sudah berkembang biak serta telah

    menghasilkan racun. Proses pemasakan kadang tidak dapat mematikan atau

    menghilangkan racun tersbut dantetap ada dalam makanan yang sudah

    dimasak. Salah satu contohnya adalah Salmonella, bakteri yang sering

    terdapat dalam daging ayam dan telur, namun bakteri ini mati pada proses

    pemasakan dengan temperatur tinggi. Tempat atau alat yang digunakan untuk

    proses persiapan dan penyimpanan daging ayam, sebaiknya terpisah dengan

    tempat menyimpan bahan makanan yang sudah masak untuk menghindari

    terjadinya kontaminasi.

    Contoh lain adalah Clostridium botulinum, bakteri ini tidak mati

    karena proses memasakan walaupun masakana dipanaskan. Bakteri ini sudah

    terdapat dalam makanan dan sudah menghasilkan racun yang berbahaya.

  • 31

    Keracunan makanan lain adalah keracunan logam merkuri, keracunan

    pestisida dan keracunan zat lain yang berbahaya bagi tubuh. Pada daging

    sering terdapat residu antibiotika atau residu hormon, yang tidak baik untuk

    manusia. Antibiotika atau hormon sering diberikan kepada hewan dengan

    maksud-maksud tertentu.

    b. Melalui udara

    Staphylococcus merupakan jenis baktri yang sering ditemui

    dalamrongga hidung dan tenggorokan manusia. Bakteri ini menjadi berbahaya

    bila masuk dalam makanan yang sudah dimasak karena akan berkembang

    biak.

    c. Melalui permukaan berbagai benda

    Bakteri-bakteri berbahaya bagi manusia dapat hidup di berbagai

    tempat kecuali jika tempat itu selalu dibersihkan secara teratur

    2. Gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh MakananKeracunan makanan (food poisoning) merupakan istilah umum yang

    mencakup semua gangguan kesehatan yang timbul setelah memakan suatu

    makanan. Sindrom keracunan makanan terdiri dari timbulnya rasa mual, muntah

    dan diare, serta dapat disertai demam, berkeringat, rasa sakit pada otot, kulit

    melepuh, sembab pada kelopak mata, sakit kepala, pusing-pusing, gangguan

    penglihatan, bahkan penderita dapat juga pingsan.

    a. Keracunan makanan karena infeksi melalui makanan

    Yang paling sering terjadi adalah infeksi Salmonella atau

    Salmonellosis. Jenis yang paling sering adalah Salmonella typhimurium dan

    Salmonella enteriditis. Gejala timbul dalam 12-36 jam setelah makan

    makanan yang tercemar dan terjadi selama 1 7 hari. Tingkat kematian

    rendah, namun tak jarang menyebabkan kematian pada anak-anak. Salmonella

    ditemukan dalam usus hewan, baik jenis unggas maupun pada sapi atau

    kambing. Salmonellosis bersumber pada bahan makanan yang kurang

  • 32

    dimasak sempurna atau karena penanganan bahan makanan itu secara tidak

    benar sebelum dimasak.

    Pencegahan yang paling efektif adalah dengan jalan memasak sampai

    matang bahan makanan yang berasal dari hewan termasuk telur. Bahan

    makanan sebelum dimasak harus disimpan dalam lemari pendingin.

    Kebersihan dari pihak pengolah makanan harus terjamin.

    Mikroorganisme lain adalah Clostridium perferingens. Terjadi apabila

    seseorang memakan makanan yang sudah tercemar, terutama pada daging

    yang potongannya besar-beasr dan tidak dimasak dengan sempurna.

    Pertumbuhan spora akan menjadi lebih cepat pada keadaan anaerobik dan

    suhu kamar.

    Cara menghindari adalah dengan jalan menghidangkan makanan

    segera setelah dimasak atau jika akan disimpan, makanan harus didinginkan

    dalam waktu singkat, kemudian langsung dimasukkan ke dalam lemari

    pendingin. Pemasakan harus benar-benar matang dan semua bagian daging

    terkena panas yang cukup. Cara lain adalah memperkecil ukuran potongan

    daging yang akan dimasak, sehingga daging dapat matang secara merata dan

    mikroorganisme akan mati.

    b. Keracunan makanan karena adanya toksin dalam makanan

    Enterotoxin yang dihasilkan oleh Staphylococcus merupakan jenis

    keracunan yang sering terjadi setelah makan makanan yang tercemar

    mikroorganisme ini. Gejalanya rasa mual yang hebat, muntah dan diare.

    Gejala timbul kurang lebi setelah 3 jam makan makanan yang tercemar.

    Enterotoxin ini tahan terhadap temperatur yang tinggi. Pencemaran sebagain

    besar terjadi melalui pekerja yang mengolah makanan. Staphylococcus akan

    keluar bersama udara sewaktu bernafas atau akan keluar melalui ingus atau

    tangan pekerja yang sudah tercemar.

    Pencegahan adalah dengan mecegah pekerja yang diketahui mengidap

    infeksi Staphylococcus untuk bekerja di ruang pengolahan makanan. Selain

  • 33

    itu juga menjaga kebersihan dan membiasakan mencuci tangan, serta

    memasukkan bahan makanan yang belum dimasak ke almari pendingin.

    Keracunan lain adalah akibat toksin dari bakteri Clostridium

    botulinum. Terjadi setelah seseorang makan makanan olahan, terutama yang

    diolah dengan panas. Pada proses pemasakan menggunakan panas, suhu

    dalam kaleng tidak cukup tinggi dan merata sehingga tidak semua spora

    Clostridium yang ada dapat dimatikan. Gejala terlihat dalam 24-36 jam

    setelah makan makanan yang tercemar. Tanda-tandanya adalah rasa lesu, sakit

    kepala, dan konstipasi. Gejala selanjutnya gangguan pada sistem syaraf,

    penglihatan dan kelumpuhan pada otot tenggorokan. Pencegahan adalah

    dengan lebih berhati-hati jika membeli bahan makanan olahan dan yang

    diawetkan dalam kaleng atau botol.

    Bakteri yang lain adalah shigella terutama Shigella dysenteriae serta

    E.coli yang dapat mecemari makanan terutama melalui tangan pekerja

    pengolah makanan.

  • 34

    BAB VIIPENYUSUNAN MENU DAN PENENTUAN

    KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menyusun master menu dan menghitung kebutuhan bahan baku dalam jasa boga

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan menu makanan Indonesia dan Eropa2. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor faktor yang harus diperhatikan dalam

    penyusunan menu3. Mahasiswa dapat menyusun master menu4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan makanan

    Menu berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan,

    baik makan siang maupun makanan malam. Menu makan Indonesia umumnya tidak

    serumit menu makanan Eropa, yaitu terdiri dari

    1. Hidangan makanan pokok, disebut demikian karena dari makanan inilah tubuh

    memperoleh sebagian besar zat gizi yang diperlukan tubuh.

    2. Hidangan lauk-pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau

    nabati atau gabungan keduanya.

    3. Hidangan sayur-mayur, berupa masakan berkuah karena berfungsi sebagai

    pembasah nasi agar mudah ditelan

    4. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, berfungsi sebagai penghilang rasa

    kurang sedap sehabis makan.

    Cara menghidangkan makanan orang Eropa agak berbeda dan lebih rumit

    dibandingkan dengan hidangan Indonesia, yaitu :

    1. Appetizer (makanan pendahuluan) contohnya Lobster cootail

    2. Sup (pembangkit selera) contonya sup ikan

    3. Main course (hidangan utama) contonya nasi dan lauk pauknya

    4. Dessert ( hidangan penutup), buah-buahan, manisan

    30

  • 35

    5. Kopi atau teh

    Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu antara lain

    1. Kebutuhan gizi penerima makanan

    Makanan yang disajikan harus dapat memenuhi gizi si penerima makanan dengan

    berpedoman pada susunana hidangan empat sehat lima sempurna.

    2. Kebiasaan makan penerima

    Makanan yang disajikan harus sesuai dengan kebiasaan makan penerima atau

    bersifat netral sehingga dapat diterima oleh semua konsumen.

    3. Masakan harus bervariasi

    Adanya variasi bahan dasar dan masakan yang disajikan akan menghindarkan

    rasa bosan dari konsumen terutama jika penyajian makanan untuk jangka waktu

    yang panjang misalnya katering

    4. Biaya yang tersedia

    Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan makanan harus sesuai dengan

    jumlah anggaran yang telah tersedia

    5. Iklim dan musim

    Penyusunan menu harus memperhatikan kemudahan dalam memperoleh bahan

    baku karena ada jenis-jenis bahan makanan yang hanya dapat diperolah pada

    musim-musin tertentu.

    6. Peralatan untuk mengolah makanan

    Jenis masakan tertentu yang memerlukan peralatan khusus utnuk memasaknya

    sebaiknya tidak disediakan jika institusi itu tidak memiliki perlatan tersebut.

    7. Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku pada institusi, misalnya dalam penggunaan

    biaya.

    Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penyusunan menu antara lain

    1. Tentukan macam menu

    a. Menu bebas, Yaitu menu yang disusun sesuia dengan keinginan pemesan.

    Biasanya masakan yang disajikan bukan masakan yang disajikan sehari-hari,

    konsumen tidak membatasi biaya yang diperlukan.

  • 36

    b. Menu pilihan, adalah jenis menu yang menyajikan pilihan jenis masakan

    sehingga konsumen dapat memilih makanan sesuai dengan seleranya.

    c. Menu standar adalah susunan menu yang digunakan untuk penyelenggaraan

    makanan dengan jangka waktu cukup panjang antara 7 hari atau sampai 10

    hari. Biasanya pilahan jenis makanan tidak jauh beda dengan menu makanan

    keluarga sehari-hari.

    2. Menyusun daftar berbagai macam masakan yang akan digunakan dalam

    penyusunan menu tersebut, dapat menggunakan acuan dari buku resep makanan.

    Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan

    Langkah selanjutnya setelah menyusun menu adalah perhitungan jumlah dan

    jenis bahan makanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan menu tersebut. Hal

    yang diperlukan adalah resep baku masing-masing jenis makanan dan porsi baku

    makanan untuk setiap orang.

    1. Resep baku masakan

    Resep masakan adalah suatu formula yang menerangkan secara rinci jenis bahan,

    jenis bumbu dan bahan penyedap, tata cara mengolah dan memasak suatu

    masakan sehingga diperoleh cita rasa yang diinginkan. Hal yang perlu

    diperhatikan dalam mempraktiekkkan resep masakan adalah ukuran bahan dan

    terminologi cara memasak.. Ukuran bahan sebaiknya dihindari penggunaan dalam

    ukuran sendok, mangkuk, cangkir dan sebagainya. Untuk memperoleh cita rasa

    yang khas, maka kita harus menggunakan cara memasak yang khas pula. Contoh

    terminologi memasak adalah menanak, mengukus, mengetim, membakar,

    mengasap dan sebagainya.

    2. Porsi baku Makanan

    Dalam makanan Indonesia porsi makanan belum dianggap sebagai suatu hal yang

    penting. Hal tersebut kemungkinan erat hubungannya dengan pola makanan

    masyarakat Indonesia yang masih bertumpu pada nasi sebagai makanan utama,

    sedangkan lauk-pauk sebagai pembangkit selera makan sehingga dapa

  • 37

    menghabiskan nasi yang cukup banyak. Di Eropa, porsi utnuk masing-masing

    jenis makanan sudah dibakukan. Belum adanya patokan baku porsi makanan di

    Indonesia akan menyukarkan bagi penyelenggara usaha jasa boga secara

    profesional,terutama dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan bagi

    penyelenggara makanan.

    Sebagai pedoman untuk memetapkan porsi baku makanan Indonesia dapat

    digunakan angka patokan kecukupan makanan yang diajurkan yang disusun oleh

    Departemen Kesehatan. Angka tersebut disusun berdasarkan kecukupan gizi hyang

    dianjurkan untuk rata-rata orang Indonesia. Tabel berikut adalah angka kecukupan

    makanan untuk rata-rata orang Indonesia :

    Nama Bahan Makanan Berat bahan yang dapat dimakanBeras 350 gramDaging 100 gram Telur 50 gramTempe dan tahu + 100 gramKacang-kacangan + 25 gramSayuran 200gramBuah-buahan 150 gramGula Pasir 25 gramMinyak goreng 25 gram

    + 100 gram tempe atau tahu dapat diganti dengan 50 gram daging sapi atau ikan

    segar. 25 gram kacang-kacangan dapat diganti dengan 25 gram daging sapi atau

    ikan segar.

    Angka kecukupan makanan yang dianjurkan adalah kecukupan makan untuk

    satu hari. Pembagian porsi makanan sehari-hari untuk makan pagi, makan siang dan

    makan malam yang lazim digunakan adalah 1/5 bagian untuk makan pagi, 2/5 bagian

    untuk makan siang dan 2/5 bagian untuk makan malam. Dengan pembagian seperti

    itu penyediaan zat gizi dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

  • 38

    Pembakuan Bumbu Dasar Makanan

    Berbagai jenis masakan yang sering digunakan dalam menu makanan

    Indonesia dimasak dengan bumbu yang berbeda-beda sehingga mempunyai rasa dan

    aroma yang khas. Akan tetapi ada beberpa jenis bumbu yang digunakan untuk

    sejumlah jenis masakan, misalkan bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar,

    gula dan garam dalam jumlah yang sama. Bumbu-bumbu tersebut sering kita sebut

    sebagai bumbu dasar.

    Penggunaan bumbu dasar tersebut jumlahnya dapat dibakukan. Pembakuan

    jenis bumbu dasar tersebut akan memudahkan menghitung kebutuhan bahan bagi

    penyelenggara makanan. Dengan adanya pembakuan diharapkan rasa dan aroma

    dapat terjamin.

    Jenis dan jumlah masing-masing jenis bahan makanan yang diperlukan dalam

    penyelenggaraan makanan dapat dihitung setelah

    1. Menu makanan yanga akan disajikan telah ditentukan

    2. Penentuan resep baku

    3. Penentuan prosi baku makanan

    4. Penentuan bumbu dasar masakan

  • 39

    BAB VIIIPENGADAAN, PEMILIHAN DAN PENYIMPANAN

    BAHAN MAKANAN

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara pengadaan bahan makanan

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara- cara pengadaan bahan makanan2. Mahasiswa dapat menjelaskan proses pelelangan penyediaan bahan makanan

    1. Pengadaan Bahan MakananPengadaan bahan makanan diperlukan dalam penyelenggaraan makanan

    institusi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu :

    a. dengan membeli sendiri

    b. melalui pemasok bahan makanan, biasanya dipilih melalui pelelangan

    Pelelangan untuk memilih pemasok bahan makanan bagi institusi dapat

    dilakukan dengan 3 bentuk, yaitu :

    a. Pelelangan umum, yaitu yang terbuka untuk semua pemasok bahan makanan.

    Kelemahannya adalah bonafiditas pemasok sering kurang diketahui

    b. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang diikuti oleh rekanan calon

    pemasok tertentu yang sudah diteliti oleh pihak yang berwenang.

    c. Pelelangan dengan perbandingan penawaran, yaitu beberapa calon pemasok

    yang sudah diprakualifikasi dan sudah terdaftar sebagai rekanan pemerintah

    diminta mengajukan penawaran harga.

    Proses pelelangan biasanya memakan waktu yang cukup lama (5-6 minggu),

    sesuai dengan urutan kegiatan pelelangan yaitu :

    a. Pengumuman pelelangan melalui media massa

    b. Pemberian penjelasan pelelangan tentang berbagai persyaratan yang

    diperlukan, jenis, mutu dan bahan makanan yang diperlukan, dan sebagainya.

    35

  • 40

    c. Pembukaan dan penelitian penawaran yang disampaikan oleh para calon

    pemasok

    d. Pengajuan calon pemenang pelelangan setelah berkas penawaran diteliti oleh

    panitia lelalng

    e. Penetapan rekanan pemenang lelang melalui Surat Keputusan Pimpinan

    Institusi sebagai pemasok bahan makanan untuk periode tertentu

    f. Pengumuman pemenang yang sudah ditetapkan sebagai pemasok secara luas

    g. Pembuatan kontrak kerja yang dilakukan secara bersama antara pihak

    pemasok dan institusi.

    Sesuai dengan isi kontak kerja, pemasok berkewajiban menyediakan bahan

    makanan yang diperlukan institusi itu. Pihak institusi akan menyampaikan Daftar

    Pesanan Bahan Makanan kepada pemasok.

    2. Penyerahan Bahan MakananBahan Makanan yang diserahkan oleh pemasok harus diperiksa guna

    mengetahui apakah jumlah dan kualitas bahan makanan yang diserahkan sesuai

    dengan ketentuan kontrak kerja atau tidak. Biasanya penerimaan bahan makanan

    dilakukan oleh Tim Penerima Bahan Makanan yang ditunjuk oleh Pimpinan

    Institusi.

    Tanggung jawab tim penerima bahan makanan adalah :

    a. Meneliti apakah bahan makanan yang diserahkan oleh pemasok sesuai dengan

    ketentuan dalam kontak kerja

    b. Mencocokkan jumlah dan jenis bahan makanan yang diserahkan

    c. Mengambil keputusan menerima atau tidak bahan makanan yang diserahkan

    pemasok

    Penerimaan bahan makanan dari pemasok dapat dilakukan melalui :

    a. Penerima bahan makanan memperoleh satu lembar tembusan Daftar Pesanan

    Bahan Makanan yang dibuat oleh institusi. Disana terdapat rincian jenis,

  • 41

    jumlah serta spesifikasi bahan makanan. Tim penerima harus mencocokkan

    apakah sudah sesuai atau belum dengan ketentuan.

    b. Tim penerima bahan makanan sebelumnya tidak mengetahui jenis, jumlah dan

    spesifikasi bahana makanan yang dipesan isntitusi. Sehingga tim penerima

    harus mencatat dan kemudian mencocokkan dengan Daftar Pesanan Bahan

    Makanan yang dibuat oleh institusi.

    Penerimaan bahan makanan biasanya dipusatkan di ruangan yang cukup besar

    dengan peralatan yang cukup seperti timbangan dan peti kemas (container) guna

    menampung bahan makanan.

    3. Penyimpanan Bahan MakananBahan makanan yang telah diterima ada yang langsung digunakan, ada yang

    harus disimpan terlebih dahulu sebagai stok. Bahan makanan yang segera

    digunakan, dikirim ke tempat penyiapan atau pengolahan. Sedang bahan makanan

    yang disimpan, biasanya dalam jumlah banyak, harus dicatat dalam buku atau

    kartu stok pada waktu penerimaan dan pengeluaran.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan makanan kering

    adalah:

    a. Bahan makanan harus dipisah menurut jenisnya

    b. Bahan makanan yang sudah lama diterima diletakkan di sebelah atas atau

    bagian depan, sehingga dapat digunakan lebih dahulu dan tidak terlalu lama

    disimpan.

    c. Bahan makanan diletakkan di atas rak-rak penyimpanan.

    d. Ruang penyimpanan bahan makanan harus selalu dalam keadaan kering

    e. Gudang penyimpanan bahan makanan harus bebas dari segala jenis serangga

    f. Pada waktu tertentu gudang harus dibuka untuk memungkinkan pertukaran

    udara sehingga ruangan tidak pengap.

  • 42

    Bahan makanan segar lebih cepat rusak daripada bahan makanan kering, oleh

    karena itu, bahan makanan segar memerlukan cara penyimpanan yang baik,

    misalnya disimpan dalam ruangan yang dilengkapi dengan alat pendingin. Berikut

    perkiraan suhu paling baik utnuk penyimpanan berbagai jenis bahan makanan

    1. Daging, ikan dan sebagainya Suhu 0oC

    2. Susu, telur dan sejenisnya Suhu 1,7oC

    3. Sayur mayur dan huah-buahan Suhu 5oC sp -10oC

  • 43

    BAB IXDISTRIBUSI DAN PENYAJIAN MAKANAN

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara distribusi makanan

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara distribusi makanan dan

    persyaratannya2. Mahasiswa dapat menjelaskan tata cara penyajian makanan agar menarik

    konsumen

    Distribusi dan penyajian makanan yang telah dimasak adalah kegiatan terakhir

    dalam proses penyelenggaraan makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

    adalah

    1. Makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada konsumen tepat pada

    waktunya, jangan terlalu awal atau terlambat.

    2. Makanan yang disajikan haru sesuai dengan jumlah atau porsi yang telah

    ditentukan

    3. Kondisi makanan yang disajikan juga harus sesuai, dalam hal ini yang perlu

    diperhatikan adalah temperatur makanan

    Untuk memungkinkan temperatur makanan dapat diterima konsumen dalam

    keadaan yang sesuai digunakan alat pembawa barang (conveyor) yang dilengkapi

    dengan alat pengatur suhu makanan. Alat tersebut telah banyak digunakan di rumah-

    rumah sakit modern sehingga makanan dapat diterima orang sakit dalam temperatur

    yang sesuai.

    Pada penyelenggara makanan komersial, penyedia makanan yang harus

    dimakan dalam keadaan hangat biasanya digunakan alat pemanas sehingga waktu

    dibagikan tetap dalam keadaan hangat. Demikian juga untuk makanan dingin,

    makanan disimpan dalam lemari pendingin. Kesulitan yang sering dihadapi adalah

    penyediaan alat yang dimasuk tidak memungkinkan di bangsal perawatan.

    39

  • 44

    Pendistribusian makanan di rumah sakit biasanya digunakan cara

    1. Cara Sentralisasi,

    makanan dimasak di satu tempat (dapur) kemudian dibagikan sesuai

    dengan porsi masing-masing dan dihidangkan dengan piring (plato) sesuai

    dengan porsi yang telah ditentukan. Plato yang sudah berisi makanan diletakkan

    di atas rak-rak dalam kereta makan dan diangkut ke ruangan perawatan untuk

    dibagikan kepada pasien Kereta makan (food conveyor) untuk membawa piring-

    piring tersebut sebaiknya terbuat dari logam antikarat dan biasanya dilengkapi

    dengan alat pemanas atau pendingin. Cara ini baik, tetapi memrlukan biaya yang

    cukup mahal.

    2. Cara Desentralisasi.

    Makanan dimasak di dapur sentral, kemudian dalam jumlah banyak

    dikirim ke bangsal-bangsal. Di bangsal tersebut makanan dibagi menurut porsi

    masing-masing pasien dengan menggunakan piring (plato)

    Masing-masing cara pendistribusian mempunyai kebaikan dan kelemahan.

    Kebaikan cara sentralisasi adalah makanan dapat langsung diterima konsumen dan

    tidak memerlukan banyak tenaga. Kelemahan cara sentralisasi adalah sering porsi

    makanan tidak sesuai yang ada kalanya terlalu banyak sehingga mengakibatkan

    banyak makanan tersisa dan tidak dapat dimakan lagi. Kebaikan cara desentralisasi

    adalah porsi makanan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Adapun kelemahan cara

    desentralisasi adalah banyak memerlukan tenaga dan peralatan.

    Pada usaha jasa boga, distribusi makanan lebih banyak menggunakan cara

    desentralisasi, makanan yang sudah masak dibawa ke tempat penyajian dalam jumlah

    banyak.

    Beberapa cara penyajian makanan adalah

    1. Penyajian makanan di atas meja makan

    Biasanya konsumen duduk mengelilingi meja dan porsi makanan

    disediakan sesuai dengan jumlah orang/kursi yang ada disekitar meja. Makana

  • 45

    dapat disajikan terpisah-pisah menurut porsi masing-masing tetapi dapat juga

    dalam bentuk porsi untuk dua orang atau lebih.

    Cara ini biasa digunakan dalam penyelenggaraan makanan di asrama,

    panti asuhan dan di jamuan makan.

    2. Penyajian makanan dengan cara prasmanan

    Makanan disajikan kepada konsumen di suatu tempat khusus dalam

    jumlah banyak. Makanan ditata letaknya sedemikian rupa, pada ujung meja

    biasanya ditempatkan nasi diikuti dengan penempatan berbagai macam lauk-

    pauk, sayur-mayur, dan hidangan penutup. Konsumen memilih sendiri

    makanan yang disenangi dan besar porsi makanan yang dikehendaki.

    Hotel-hotel berbintang juga ada yang menggunakan cara ini, mereka

    menyediakan ruang makan khusus. Dengan membayar tariff makanan yang

    telah ditetapkan, konsumen dapat menikmati semua makanan yang terhidang

    sepuas-puasnya

    3. Penyajian makanan dengan cara kafetaria

    Penyajian dengan cara ini, memungkinkan konsumen mengambil dan

    memilih sendiri makanan yang disukainya. Berbeda dengan cara prasmanan,

    ruang penyajian cara kafetaria dibuat dan diatur secara khusus sehingga waktu

    konsumen mengambil makanan harus mengikuti urutan tertentu yang dimulai

    dari pengambilan alat-alat makan kemudian baru mengambil makanan yang

    dimulai dari nasi, lauk-pauk, sayur dan hidangan penutup. Setelah mengambil

    makanan harus melalui kasir tempat pembayaran makanan yang diambil.

    Cara ini praktis diterapkan untuk melayani konsumen yang jumlahnya

    banyak sedangkan waktu yang tersedia untuk makan terbatas, seperti di pusat-

    pusat industri atau di perusahaan-perusahaan.

    Penyajian cara kafetaria ini, memerlukan banyak perlengkapan yang

    sebagian diantaranya harus dapat bekerja secara otomatis yang harganya

    mahal. Sehingga sebelum memutuskan menggunakan cara ini, perlu

  • 46

    dipertimbangkan beberapa aspek , yaitu :

    a. Perkiraan jumlah konsumen yang harus dilayani

    b. Kapasitas tempat duduk di ruang makan

    c. Perkiraan lama waktu yang diperlukan konsumen untuk makan

    d. Perkiraan lama waktu yang diperlukan setiap konsumen untuk mengambil

    makanan sampai selesai membayar

    e. Perkiraan jumlah konsumen yang dapat tertampung di tempat antrean.

    Aspek tersebut akan menetukan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan

    untuk memberikan layanan makanan secara efisien.

    4. Penyajian makanan melalui kemasan

    Penyajian dengan cara ini mulai terkenal di masyarakat. Dengan cara

    ini, makanan dimasukkan atau dikemas semuanya dalam satu tempat,

    biasanya digunakan kotak karton sebagai pengemas. Cara ini sangat cocok

    digunakan dalam pelayanan makanan untuk wisatawan dalam perjalanan.

    Makanan yang dikemas berupa makanan lengkap atau dapat juga makanan

    selingan.

    Makanan kemasan juga sering disajikan di tempat pertemuan dan

    tempat lainnya. Kelemahan cara ini adalah makanan dapat cepat menjadi basi.

  • 47

    BAB X

    KERUSAKAN MAKANAN

    Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab kerusakan makanan

    Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena mikroorganisme2. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena pengaruh enzim3. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena pengaruh zat kimia4. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena perlakuan fisik5. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena perlakuan mekanik6. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena penyebab biologis

    Kerusakan makanan diartikan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada

    makanan atau bahan makanan yang menyebabkan makanan atau bahan makanan itu

    tidak layak lagi dimakan oleh manusia. Kerusakan makanan sering identik dengan

    adanya aktivitas mikroorganisme, kerusakan bahan makanan dapat juga terjadi karena

    penyebab yang lain. Bahwa dapat juga gabungan dari beberapa penyebab kerusakan.

    1. Kerusakan makanan akibat mikroorganisme

    Kelompok mikroorganisme yang biasa menyebabkan kerusakan makanan adalah

    a. Bakteri, bakteri perusak makanan dapat membuat spora pada makanan.

    Jenisnya Pseudomonas dan Lactobacillaceae. Kerusakan oleh Pseudomonas

    contohnya timbulnya bau yang kurang sedap pada daging atau yang telur

    b. Jamur, meskipun jamur ada yang dapat menyebabkan kerusakan makanan

    namum ada jenis jamur yang justru sangat bermanfaat untuk membuat

    makanan tradisional seperti tempe, kecap dan lain-lain. Makanan yang

    berjamur biasanya pada permukaannya akan tampak kecoklatan atau

    keputihan karena diselebungi oleh jamur.

    43

  • 48

    c. Khamir, keistimewaan dari khamir adalah dapat tumbuh dimana jamur dan

    bakteri tidak bisa tumbuh.

    2. Kerusakan makanan karena pengaruh enzim

    Enzim secara alami ada pada bahan makanan, walaupun bahan makanan telah

    dipanen namun aktivitas enzim yang ada pada bahan masih tetap berlangsung.

    Sebagai contoh adalah pemasakan buah setelah buah dipanen, apabila buah

    dibiarkan terlalu lama dan tidak segera diolah atau dikonsumsi makan buah

    menjadi tidak enak, terlalu masak bahkan berbau busuk. Daging yang terlalu lama

    disimpan juga akan menjadi rusak karena proses autolisis, daging menjadi

    berlendir dan bahkan mengeluarkan bau tidak sedap.

    3. Kerusakan makanan karena pengaruh zat kimia

    Reaksi kimia yang terjadi pada makanan menyebabkan kerusakan makanan.

    Sebagai contoh minyak goreng akan menjadi rudak karena proses pemanasan.

    Juga reaksi antara senyawa kimia bahan pembungkus makanan dengan makanan

    yang dibungkus.

    4. Kerusakan makanan karena perlakuan fisik

    Kerusakan karena perlakuan fisik biasanya disebabkan karena kesalahan dalam

    proses penyimpanan. Suhu yang lembab menyebabkan bahan makanan seperti

    tepung dan gula menjadi menggumpal dan bahkan menjadi keras sehingga

    kemungkinan menjadi tidak layak untuk diolah karena menyebabkan cita rasa

    makanan menjadi tidak enak.

    5. Kerusakan makanan karena penyebab mekanik

    Kerusakan makanan karena penyebab mekanik lebih sering disebabkan karena

    proses pengangkutan. Benturan, bantingan atau tertindih menyebabkan bahan

  • 49

    makanan menjadi rusak. Penanganan pasca panen yang kurang baik juga

    menyebabkan kersakan bahan makanan.

    6. Kerusakan makanan karena penyebab biologis

    Kerusakan yang lebih disebabkan karena berbagai jenis serangga atau binatang

    penggerek. Serangga sering membawa kuman atau bakteri yang menyebabkan

    makanan menjadi rusak. Kebersihan lingkungan yang tidak terjaga menyebabkan

    serangga menjadi berkembang biak dengan pesat.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Penerbit Bhratara. Jakarta

    Raharjo, Sri. 1999. Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan Bagian Pengelolaan Keamanan Pangan Dalam Usaha Jasa Boga. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

    Subroto, F.Y. Djoko. 2003. Food&Beverage and Table Setting. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jakarta.

    Tim. 2005. Makalah Seminar : Keamanan Pangan Untuk Menunjang Bisnis Boga dan Pariwisata. Tanggal 13 September 2005 Hotel Arjuna Plaza Jogjakarta. Kelompok Pemerhati Keamanan Mikrobiologis Produk Pangan (PKPMPP).