Industri Casava

24
· \ Peluang Pengembangan Industri Berbasis Casava Dj LIma] i l\1angu1l\Yidjaja Departemell 'feknologi Indllstri Pertanian Fakultas Teknologi Pertal1 iall lnsitut Pertanian Bogor 2003

description

penjelasan proses pengolahan casava

Transcript of Industri Casava

Page 1: Industri Casava

· \

Peluang Pengembangan Industri Berbasis Casava

Dj LIma] i l\1angu1l\Yidjaja

Departemell 'feknologi Indllstri Pertanian Fakultas Teknologi Pertal1 iall

lnsitut Pertanian Bogor 2003

Page 2: Industri Casava

y

PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS CASSA VA

Djumali Mangunwidjaja

Laboratorium Bioindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fateta, Institut Pertanian Bogor. Kampus Darmaga, PO BOX 220 Bogor

([email protected]/ [email protected]!!)

RINGKASAN

Singkong atau cassava di Indonesia merupakan tanaman pangan penting kedua

setelah padi. Dibeberapa daerah bahkan cassava digunakan sebagai bahan pangan

utama. Beragam produk pangan dari ubi cassava dihasilkan oleh berbagai daerah

dan etnis. Meskipun demikian, sebagai bahan baku industri, pendayagunaan cassava

masih sangat terbatas, berupa produk tapioka (pati cassava) atau gaplek untuk pakan

temak. Produk lebih hilir yang dikembangkan secara industripun terbatas pada gula

cair (maltodekstrin, glukosa, fruktosa) dan/atau as am sitrat. Untuk menuju ke negara

industri atau agroindustri, cassava mempunyai peluang dan sangat potensial untuk

didayagunakan menjadi produk produk bernilai ekonomi tinggi. Berdasarkan produk

dan pengolahan, kita dapat membuat skenario pengembangan industri cassava

generasi pertama (pati dan gaplek), kedua, ketiga dan seterusnya. Beragam produk

industri : pangan atau pakan berprotein tinggi, beragam pemanis berkalori rendah

yang dapat digunakan untuk pangan atau minuman penyehat, pati termodifikasi,

biodeterjen, bahan pelarut sampai bioplastik. Dengan pengembangan agroindustri

berbasis cassava, maka akan terjadi jembatan antara agroindustri dan indutri lain

(kimia, farmasi, kosmetika dIl) sehingga peranan agroindustri sebagai penopang

pembangunan Indonesia yang kaya hasil pertanian, akan menjadi kenyataan.

Makalah disampaikan pada Forum Temu Pengusaha Cassava Nasional - Direktorat

lendral Aneka Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan, Deperindag, Bandarlampung,

22 Agustus 2003

Page 3: Industri Casava

PENDAHULUAN

Cassava (Manihot utilissima POHL) atau ubi kayu, populer pula dengan sebutan

singkong, telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh manusia. Tanaman yang

diduga berasal dari Brasil ini, 3000 tahun yang lalu telah dibudidayakan dan diolah

sebagai bahan pangan oleh suku bangsa Inca, di Meksiko dan Amerika Tengah.

Suku Indian di Brasil diduga yang pertama kali memperkenalkan cara pengambilan

pati dari umbi cassava, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pangan dan

ramuan sesaji untuk upacara pemujaan dewa mereka. Bahan tepung berwarna putih

yang kini kita kenaI sebgai tepung tapioka, mereka sebut farinha. Mereka

mendahului teknik ekstraksi pati gandum yang dikenalkan oleh bangsa Yunani 500

tahun kemudian.

Sebagai sumber pati, di dunia cassava menempati urutan keempat setelah jagung,

kentang, dan gandum yang masing-masing memberi kontribusi terhadap produksi

pati dunia sebesar 70, 20, 5, dan 4 persen. Sesuai dengan persyaratan tumbuh

tanaman itu, maka pad a perkembangannya tanaman jagung mendominasi sebagai

sumber pati untuk kawasan Amerika Utara, Meksiko, sebaliknya Eropa banyak

mengusahakan dari tanaman kentang. Sedangkan padi dan cassava berkembang di

Amerika Latin, Afrika dan Asia Timur.

Oi Indonesia, cassava terse bar di berbagai kawasan dengan pusat perkembangan di

Jawa dan Lampung yang meliputi 85 persen cassava nasional sebagai daerah

penghasiJ cassava di pulau an tara Jain Jawa Timur (Jember, Kediri, Madiun), Jawa

Tengah (Banyumas, Yogyakarta, Wonogiri) dan Jawa Barat (Bogor, Tasikmalaya).

Oaerah penghasil Jainnya adaJah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat dan

Timur

.Oi beberapa daerah, cassava merupakan tanaman penting dan digunakan oleh

penduduk setempat sebagai bahan makanan setelah padi dan jagung. Sebagai bahan

pangan, pada umumnya umbi cassava dioJah terlebih dahuJu menjadi gaplek, yaitu

dengan mengupas kulitnya dan dipotong, selanjutnya dikeringkan dibawah sinar

matahari. Dari gapJek ini dapat diolah menjadi beragam makanan, antara lain gatot,

2

Page 4: Industri Casava

tiwul, nasi singkong. Selain itu umbi cassava juga dapat diolah menjadi berbagai

penganan dengan cara langsung merebus atau menggoreng. Keripik singkong

merupakan salah satu olahan umbi singkong yang cukup populer dan merupakan

produk industri rumah tangga khas Lampung. Daerah-daerah lain juga mempunyai

produk yang berasal dari pengoJahan umbi cassava ini - dan menjadi ciri khas

daerah itu, antara lain ; gethuk trio-Mage lang (Jawa Tengah), gethuk goreng

(Purbalingga-Jawa Tengah), peuyeum-Ciamis (Jawa Barat). Upaya setiap daerah

untuk mengenalkan dan memproduksi bahan pangan khas dari cassava dengan

berbagai kreatifitas dan modifikasinya, selayaknya dapat didorong oleh pemerintah

daerah, sekaligus untuk mengembangkan usaha kecil atau rumah tangga di bidang

pengolahan hasil pertanian.

Sebagai bahan industri, umbi cassav3juga diolah menjadi gaplek dan taplOka, gaplek

dapat berbentuk glondongan, irisan (slices), chip, kubus, tepung atau pellet. Berbagai

inovasi teknologi telah dilakukan oleh berbagai lembaga dan/atau daerah untuk

mengangkat cassava sebagai produk 'bernilai'. Beberapa contoh diantaranya adalah :

Unibraw, Malang menjadikan cassava sebagai produk unggulan untuk penelitian dan

pengembangannya, dan merancang sebuah toko serbaguna yang menjual semua

produk dari cassava, di daerah Gn Kidul, pihak swasta telah berinisiatif mendirikan

pabrik tiwul instant, yang penelitiannya diawali oleh UGM, sedangkan Tim Peneliti

Unej, lember memperkenalkan produk baru berupa cassavajlake.

Ekspor gaplek ke negara Eropa terutama berbentuk pellet, disebabkan beberapa

pertimbangan ; menghemat ruangan, Jebih mudah dilakukan pengujian mutu, mutu

relatif homogen, penanganan secara bulk dan pengemasannya dapat dilakukan oleh

industri pakan ternak modern dan dengan sistem komputerisasi.

Dalam perkembangan industri berbasis cassava di Indonesia, gaplek dan tapioka

barangkali dapat disebut industri cassava generasi pertama, yang secara historis telah

lama diusahakan dan berkemba'1g, baik berupa industri rakyat dengan peralatan

sederhana maupun industri besar yang dilengkapi dengan mesin-mesin modern.

Sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional yang pada intinya menuju ke

arah industri berbasis sumber daya alam (natural resources based industrialisation),

3

Page 5: Industri Casava

cassava menjadi salah satu hasil pertanian Indonesia yang penting, dan

dibudidayakan oleh sebagian besar petani, seperti halnya hasil pertanian lain

mempunyai arti penting dan strategis untuk dikembangkan sebagai produk industri.

Produk agroindustri cassava ini dengan penerapan teknologi yang tepat dan layak,

diharapkan dapat menjadi prod uk generasi kedua, ketiga, yang mempunyai nilai

tam bah (added-value) tinggi dan menjadi bahan baku untuk industri lain (kimia,

kosmetika, farrnasi/kedokteran)-Gambar 1 (Lihat juga Pohon Industri Singkong­

Lampiran).

Dalam makalah ini dicoba untuk dibuat senarai dan deskripsi singkat industri

berbasis cassava generasi kedua dan ketiga yang punya prospek untuk

dikembangkan di Indonesia.

INDUSTRI TAPIOKA : DARI PENGOLAHAN TRADISIONAL SAMPAI

MODERN

Industri tapioka di Indonesia berpusat di Jawa dan Lampung, dengan beragam

dad skala usaha rumah tangga dengan peralatan sangat sederhana, dan kapasitas

hanya puluhan kilogram cassava sampai industri besar dengan mesin-peralatan

modem, dengan kapasitas oJah mencapai pu\uhan, bahkan ratusan ton perhari.

Prinsip pengolahan cassava menjadi tapioka tak bebeda, yaitu penghancuran sel umbi

(pemarutan), diikuti ekstraksi pati dari parutan, pati dipisahkan dari larutan (slurry)

dan selanjutnya dikeringkan.

Pada industri rumah tangga, cassava yang diterima dari petani setelah

dibersihkan, dikupas, dicuci dan dilakukan pemarutan. Pengupasan dan pencucian

diIakukan secara manual oleh tenaga kerja. Pemarutan dilakukan pada alat pemarut

yang digerakkan motor (l0-16 HP), hasil parutan disadng melalui penyaring kain,

dan diaIirkan ke bak pengendapan. Pada industri yang Jebih besar (industri kecil)

pengendapan dilakukan pada jalur-jalur pengendapan (panjang 50 cm dan dalam 30

cm), dengan kemiringan. Setelah 12 jam (semalam) tepung pati yang mengendap

dikumpulkan dan dikeringkan di bawah terik matahari. Tepung tapioka kering

umumnya masih berupa bongkahan kasar, untuk itu perlu dilakukan penggilingan.

Pada pengolahan tapioka secara rumah tangga dan kecil ini dihasilkan dua limbah

4

Page 6: Industri Casava

padat, yang pertama onggok dan ampas dan serat hasH pengendapan pati yang

disebut elot. Elot dikeringkan dikenal sebagai tepung asia dan dijual sebagai bahan

bantu kerupuk, obat nyamuk atau lainnya. Onggok dapat dijual sebagai bahan pakan

ternak atau dibuang sebagai limbah padat.

Rendemen perolehan tapioka pada industri rumah tangga dan kecil ini berkisar antara

15-20 %. Pada industri besar, pencucian dan pembersihan dilakukan dalam bak yang

dilengkapi dengan pisau putar, selanjutnya dengan conveyor diangkut ke mesin

pemarut. HasH parutan dialirkan ke unit penyaringan - yang memisahkan slurry dan

am pas (onggok). Pati dalam slurry (suspensi pati) dipisahkan dengan cara

pemusingan (sentrifugasi); yang selanjutnya dilakukan pengeringan. Pati kering

diangkut ke pemisah siklon, untuk memisahkan partikel pati berdasarkan

besarlkecilnya. Pati kasar akan turun ke bawah, ke unit pengemasan. Rendemen pati

pada industri besar ini berkisar .17 - 22... %.

Problem yang dihadapi oleh industri tapioka, antara lain meliputi beberapa butir :

pasokan bahan baku berupa cassava, sangat tergantung pada musim dan jenis

cassava yang ditanam petani,

kekurangan jumlah pasokan, mengharuskan pabrik menunggu beberapa hari

untuk mulai melakukan pengolahan, selama waktu tunggu ini terjadi penurunan

mutu cassava (penurunan rendemen),

penggunaan air selama pengolahan yang relatif sangat banyak,

penggunaan bahan kimia (untuk membantu pengendapan pati), kadang-kadang

menyisakan residu dalam pati yang secara standard mutu (ekspor) tidak

diperkenankan,

kehilangan (loss) pati pada beberapa lini proses, antara lain meliputi keluaran

(outlet) dari mesin pencuci, mesin pemarut, onggok, etot dan siklon,

peningkatan efisiensi proses dapat dilakukan dengan melakukan pendaur-ulangan

air pencuci dan pengekstrak, serta recovery pati dari keluaran-keluaran terjadi

kehilangan,

selain itu pola kemitraan antara pabrik dan petani cassava yang saling

menguntungkan perlu diterapkan.

5

Page 7: Industri Casava

RAGAM INDUSTRI • PANGAN: pengasam, pengemulsi

flavouring, pangan sintetis berprotein tinggi, pemanis, stabilizer

• MINUMAN: pemanis rendah kalori • PETERNAKAN/PERIKANAN:

pakan berprotein tinggi. susu sintetis untuk pedet, prebiotik

• AGRIKIMIAbioferlilizer, bioinsektdida

• KIMIA: biosurfaktan, biodeterjen, poliol, enzim, pOlimer (membran)

• KOSMETIKA: pelembab, pembentuk, pengemulsi, stabilizer

• FARMASI/KEDOKTERAN: pangan/minuman sehat, cairan infus, formulasi obat, encapsulating agent, vitamin.

• TEKSTI L : surface agent • KERTAS/KEMASAN: coating,

corrugated board, Bioplastik

• ENERGI: bioetanol, butanol

Industri berbasis cassava

Generasi kedua, ketiga, dst

Umbi Cassava

TAPIOKA

GAPLEK

Industri berbasis cassava Generasi Pertama

, f-

Gambar 1. Pengembangan Industri Berbasis Cassava

6

Page 8: Industri Casava

PRODUK OLAHAN CASSAVA INDUSTRI GENERASI KEDUA : DARI

PAPROTI, GULA SAMPAI PATI TERMODIFlKASI.

PAPROTI, pakan berprotein tinggi

Paproti adalah singkatan (dari Penulis) untuk Pakan Berprotein Tinggi untuk

membedakan dengan pakan (yang diolah secara) konvensional. Pakan konvensional

yang bah an bakunya antara lain umbi cassava masuk generasi pertama diolah

secara pencampuran (fonnulasi) dengan bahan lain, sebagai sumber protein, mineral

dan vitamin. Pakan konvensional ini dapat berupa pellet, yang juga merupakan

komoditas ekspor. Sayang bah an pencampur pakan ini berupa kedelai dan

bungkilnya harus diimport.

Adanya pakan yang murah, mudah pengolahannya dan bermutu (gizi) tinggi

merupakan peluang pasar yang menjanjikan. Paproti jawabannya!

Pengolahan Paproti berprinsip pada proses fermentasi padat dari bahan baku cassava

untuk menghasilkan PST (protein sel tunggal, SCP : single cell protein). Prosesnya

mudah, karena merupakan modifikasi dari proses pembuatan tempe (Gambar 2).

Urn bi cassava bersih Bahan inokulum

PEMASAKAN

PENYIAPAN INOKULUM Sumber protein PENYIAPAN MEDIA Sumber serat --tI> '-------.-------'

Mineral ...--- INOKULUMFERMENTASI

PEMBENTUKAN PRODlIK

PAPROTI

Gambar 2. Diagram proses produksi pakan berprotein tinggi

7

Page 9: Industri Casava

Dengan proses pengolahan dasar untuk Paproti, proses dapat dikembangkan untuk

produksi pakan ternak jenis lain. Paproti dengan kandungan 20 % ditujukan untuk

ransum pakan unggas (10 - 20 %). Pakan untuk ternak ruminansia dan ikan dapat

diproses dengan modifikasi proses tersebut.

PAKAROTI , pangan dari kapang berprotein tinggi

Kalau produk Paroti ditujukan untuk pakan ternak, maka Pakaroti ditujukan untuk

pangan. Secara garis besar tahapan proses pembuatan Pakaroti adalah sarna dengan

Paroti, yaitu proses untuk menghasilkan PST. Perbedaann keduanya, tentusaja

susunan medianya dan mikroba yang digunakan untuk bioproses. Pada pakaroti ini,

mengadopsi proses pembuatan mikoprotein, digunakan kapang Fusarium. Di

Inggris, produk mikoprotein ini telah diijinkan untuk di produksi dan dinyatakan

aman untuk konsumsi manusia.

Selain kadar protein yang tinggi, kelebihan pakaroti adalah struktur yang berserat,

sehingga dapat dikembangkan menjadi prod uk yang memiliki struktur dan tekstur

seperti daging. Oleh karen a itu, pakaroti dapat dimodifikasikan menjadi daging

sintetis. Perbandingan nilai gizi pakaroti dan steak dari daging sapi disajikan pada

Tabell.

TabeI 1. Komosisi kimiawi pakaroti dibandingkan steak daging sapi

Kandungan kimiawi 1-:=----.

Protein

Pakaroti/mikoprotein

47

Steak daging sapi

68

Lemak 14 30

Serat terce rna 25 Sedikit

Karbohidrat 10 0

Abu 3 2

Asam ribonukleat I sedikit

I

8

Page 10: Industri Casava

Beragam gula dari cassava

lndustri pang an , minuman dan farmasi memerlukan beragam jenis gula - bukan

sekedar sebagai pemanis. Banyak fungsi lain seperti: penstabil, penahan air,

pembentuk emulsi, pelapis dan pengikat, cairan infus - dapat dilakukan oleh gula

yang diolah dari patL Gula jenis ini, hampir 90 % lebih kebutuhan dalam negeri

masih diimpor. Perkembangan industri pangan dan farmasi yang pesat sepuluh tahun

tcrakhir, tentu saja merupakan peluang yang baik untuk industri gula ini.

Pati tapioka dan pati lainnya - secara kimia tersusun atas amilosa dan amilopek1in

yang unit penyusun terkecilnya (monomer) adalah glukosa. Secara hidrolisis dan

proses kimia lain pati ini dapat diubah menjadi gula dan senyawa lebih sederhana.

Sebagai ukuran berapa kandungan gula sederhana (dekstrosa) yang menyusun

produk pecahan pati digunakan DE (dextrose - equivGlent). Produk~produk tersebut :

dekstrin, maItodekstrin, high maltose :;yrups, glucose syrups, high fructose syrups,

dextrose. Pabrik gula cair (HFS, High Fructose Syrups) di Indonesia pertama kali

didirikan pada paruh tahun 1970-an di Pasuruan, Jawa Timur. Sayang pabrik ini tak

lama beroperasi - tutup, konon katanya terjadi masalah manajemen. Beberapa pabrik

HFS antara lain empat buah di Jawa Barat (masing-masing dua buah di Bogor,

sebuah di Subang, sebuah di TasikmaJaya ) dan dua buah Lampung. Pad a tahun

2003 didirikan pabrik gulacair, maltodekstrin dan glukosa di Cilegon, Jawa Barat,

berbahan baku jagung yang diharapkan akan memulai produksi pada tahun 2004.

Pengolahan Gula dari Pati

Prinsip pengolahan pati (apasaja) menjadi gula pada intinya adalah proses

pemecahan secara kimiawi, hidrolisis polimer pati menjadi monomer (penyusun)

nya, yaitu glukosa. Proses ini sudah lama dikenal, sekitar tahun 1940-an, yang

dimawali dengan proses hidrolisis asam. Sampai dengan tahun 1960-an berkembang

menjadi proses asam-enzim, yang terdiri atas proses likuifaksi (asam) dan

sakarifikasi (enzim amiloglukosidase, AMG). Proses ini berkembang dengan

modifikasi enzim-enzim, sampai tahun 1970-an : likuifaksi (enzim, amilase),

dekstrinasi (enzim, beta amiJase) dan sakarifikasi (AMG) . Pada tahun 1970-1975

9

Page 11: Industri Casava

digunakan enzim amilase tahan panas (tennostabil) pad a likuifaksi dan dektrinisasi.

Perkembangan selanjutnya, banyak dilakukan terhadap jenis proses hidrolisis

enzimatik ini, antara lain batch menjadi continuous process, dad system enzim bebas

ke enzim imobil, serta penggunaan enzim hasil modifikasi rekayasa genetika.

Pada pengolahan gula cair menggunakan bahan baku pati cassava atau tapioka, pati

disiapkan dalam bentuk slurry dalam tangki penyiapan atau penampungan.

Dad tanki penampungan, larutan pati dialirkan ke tangki penyagaan (buffering tank)

untuk mengatur pH dan kandungan mineral dengan penambahan larutan penyangga

(buffer) terdiri atas NaOH, Na2C03 dan CaCh, selanjutnya dilakukan Iikuifaksi

secara bertingkat dengan pencampuran enzim amilase. Pertama, larutan pati dialirkan

kedalam flash jet cooker (I IO°C) dicampur dengan suspensi enzim. Selanjutnya

campuran ini dialirkan kedalam bak penampungan (retention tank) dan didiamkan

selama 2-2,5 jam, dan kolom likuifaksi (15-20 menit). Dengan melaJui pemisah

(separator), yang berfungsi melakukan pemisahan partikel padatan dan cair ,

dikeluarkan hasil likuifaksi berupa dekstrin (nilai DE sekitar 60).

Proses selanjutnya adaJah sakarifikasi, menggunakan enzim AMG pada tangki

sakarifikasi selama 40 - 48 jam, pada suhu 60oC, dan diperoleh cairan gula dengan

DE 36-42. Cairan gula ini seJanjutnya dilakukan penyaringan melalui penyaring

karbon aktif, untuk menghilangkan warna (pemucatan) kemudian cairan jernih

dilakukan pemisahan mineral dalam kolom penukar ion (ion exchanger) secara seri

berturut-turut : kation, anion, kation masing-masing selama ] - 2 jam. Dari kolom ini

dihasilkan sirup dengan konsentrasi gula 25 30 % (DE 93- 95). Untuk

menghasilkan sirup dengan konsentrasi gula 78- 82%, sirup ini dilakukan penguapan

(evaporasi) dalam triple effect evaporator. Selanjutnya sirup glukosa ditampung

dalam tangki penampungan. Sirup glukosa menjadi bahan baku untuk produk gula

dan turunannya (Lihat uraian pada paragraph berikutnya).

Untuk pengolahan sirup glukosa menjadi fruktosa, maka sirup encer yang dihasilkan

dari kolom penukar ion, dialirkan kedalam tangki penyangga, untuk buffering

dengan penambahan Na2C03, dan MgS04.7 H20. Selanjutnya larutan dialirkan

10

Page 12: Industri Casava

kedalam tangki atau kolom isomerisasi, dengan penambahan larutan enzim

isomerase. Selama proses isomerasasi, glukosa diubah menjadi fruktosa. Selanjutnya

campuran glukosa dan fruktosa ini dipucatkan, melalui kolom atau penyaring karbon

aktif, dan penghilangan mineral dalam kolom atau tangki penukar ion. secara seri

(Iihat uraian sebelumnya). Tahap terakhir adalah pemekatan dalam multiple effect

evaporator, schingga diperoleh sirup fruktosa dengan kadar bah an kering 7] % dan

gula (campuran) :92-95%. Sirup ini disebut HFCS 42. Selain HFCS 42,

diperdagangan dikenal juga HFCS 55 (kandungan fruktosa 55%) dan HFCS 80

(kandungan truktosa 80%).

HFCS 55 dihasillkan dengan pencampuran HFCS 42 dan HFCS 80. Yang terakhir ini

diperoleh dengan cara pemisahan secara kromatografi. Glukosa dan gula lain yang

dihasilkan pad a proses pembuatan HFCS, dialirkan kembali (recycling) ke prosl;;s

awal isomerisasi. Deskripsi lebih lanjut mengenai gula cair tersebut diuraikan pada

paragraph berikut . Sifat fisik dan kimiawi sirup fruktosa jagung tersebut disajikan

pada Tabel 2.

Tabel2. Ciri- ciri sirup fruktosa

Ciri HFCS 42 HFCS 55 HFCS 90

Padatan (%) 7] 77 80

PH 3-4 3-4 3-4

Kemanisan 90 - 100 100-110 120 - 160

(glukosa 100)

Fruktosa, % bahan kering 42 55 80

Glukosa,% bahan kering 52 41 8

Oligosakarida,% bahankering 6 4 2

Viskositas (cp 37,8%) 75 150 520

Abu (%) 0,03 0,03 0,03

11

Page 13: Industri Casava

Dekstrin

Produk ini dapat diproses secara sederhana dengan melakukan pemanasan suspensi

pati, dengan penambahan asam. Dekstrin ban yak digunakan pada industri kertas

untuk bahan pelapis (adesif) dan pengkilap.

Maltodekstrin (DE =10 - 20).

DiperoJeh dengan proses likuifikasi suspensi pati pada suhu 95 - 105°C, pada pH

6,0 - 6,5 selama 2 3 jam dengan penambahan enzim a - amiJase. MD ini tingkat

kemanisannya kurang, mudah dicerna, sifat elektronlitik rendah. MD cocok

digunakan untuk makanan bayi, pangan diabetik (tak meningkatkan kadar guJa

penderita diabetes), campuran kreamer, kopi/teh instan, minuman olah raga,

pembentuk tekstur (krim, saus, salad), chewing-gum, pengganti Jemak.

High Maltose Syrups (DE = 20 - 45).

DihasiJkan dengan proses likuifikasi yang dilanjutkan dengan sakarifikasi. Untuk

meningkatkan perolehan maltosa, digunakan enzim f3 - ami lase dan pulunase.

Sakarifikasi dilakukan pada suhu 55 - 60°C selama 40 48 jam. Sifat sirup maltosa

sarna dengan sirup glukosa, tetapi lebih tinggi viskositasnya dan lebih rendah

higroskopis, tingkat kemanisan 30 - 40 % sukrosa.

Glucose Syrups (DE = 68 - 98).

Glukosa (atau dekstrosa) dan sirup glukosa dengan DE tinggi banyak digunakan

untuk perbaikan sifat fisik dan kimia prod uk (pangan dan non pangan), pengawetjam

dan jeli. GJukosa kristal sangat penting fungsinya dalam bidang medis/farmasi dan

dietetik. Di bidang medis digunakan sebagai Jarutan infus. Oleh karena D-gJukosa

secara kimia dan biokimiawi (fermentasi), maka gula ini merupakan bahan baku

yang penting untuk bioindustri, antara Jain untuk produksi sorbitol dan mannitol

(i'eduksi, hidrogenasi), asam gJukoronat (oksidasi), vitamin C, asam amino

(fermentasi), isoglukosa (enzimatik), bioplastik (kimia atau fermentasi). Oleh karena

itu produk-produk tersebut dipilah sebagai produk industri_berbasis jagung

generasi ketiga (lihat uraian). Sirup gJukosa diproduksi melalui tahapan proses

Iikuifikasi dan sakarifikasi. Sakarifikasi dimuJai saat hasiJ Iikuifikasi mencapai DE =

12

Page 14: Industri Casava

15 20, dengan penambahan enzim AMG (amiloglukosidase), pada suhu 60 °e, pH

3,8 - 4,5. Waktu yang digunakan untuk mencapai DE optimal (97 - 98) berkisar

an tara 48 -72 jam.

Proses pembuatan sirup glukosa dapat juga merupakan satu kesatuan proses untuk

memproduksi HFS (high fructose syrups) dengan melanjutkan ke satu tahapan proses

berikutnya yaitu isomerisasi (lihat highfructose syrups - pada paragrafberikut).

High Fructose Syrups (DE = 97).

Isomerisasi glukosa merupakan tahapan akhir dari proses konversi pati menjadi

fruktosa. Isomerisasi dilakukan dengan enzim isomerase. Sirup glukosa (45 % bobot

kering) pad a pH 7 5 dan adanya kofaktor Mg2+ disterilkan, kemudian dipanaskan

pad a suhu suhu 60 °e dan dialirkan pada reaktor kolom yang berisi enzim

(imobilisasi). Proses berlangsung selama 100 200 jam. Selepas isomerisasi

dilakukan filtrasi dan penjernihan (menggunakan karbon aktif), dan penghilangan

mineral (demineralisasi) melalui penukar ion (ion exchanger) kemudian evaporasi

sampai diperoleh kadar padatan kering antara 70 72 %.

Prod uk yang dihasilkan adalah HFS dengan kandungan fruktosa 42 % atau disingkat

HFS 42. Penerapan teknik kromatografi, di awal tahun 1980-an memungkinkan

dihasilkan HFS 90 disebut juga UHFS (ultra high fructose syrups). Banyak negara

menggunakan HFS dengan kandungan 55 % fruktosa. HFS 55 ini dapat dihasilkan

dengan pencampuran HFS 42 dan HFS 90.

HFS55

Sirup ini banyak digunakan sebagai pemanis dan pembentuk (forming agents) pada

marmalade, jam, buah kaleng, jus buah dan produk-produk susu. Oleh karena tingkat

kemanisan fruktosa adalah 1,2 - 1,8 kali sukrosa, dengan kalori lebih rendah, gula ini

ban yak digunakan untuk pemanis rendah kalori dan am an untuk penderita diabetes.

Selain itu fruktosa ditambahakn ke dalam bahan pangan untuk memperbaiki rasa,

warna, konsistensi serta ketahanan produk. Diagram aIir proses produksi HGS dan

HFS (terpadu dengan minyak jagung) dari pati jagung dapat dilihat pada Gambar

2.

13

Page 15: Industri Casava

Siklodekstrin (cyclodextrins, CD).

Sesuai dengan namanya CD adalah merupakan polimer (dekstrin) yang tersusun

oleh molekul glukosa, secara meJingkar. Bentuk molekul yang tersusun oleh CD

menyerupai kue donat, dengan cincin luar bersifat hidrofobik, dan bagian dalam

rongga bersifat polar (hidrofilik). CD banyak digunakan sebagai bah an pengikat dan

penstabil serta antioksidan pada industri farmasi, pangan, kosmetika dan parfum. CD

merupakan penurun kolesterol sehingga banyak digunakan untuk bahan dietik. CD

juga berfungsi dalam industri medis untuk proteksi suatu gugus fungsional dari obat.

CD dapat diproduksi secara fermentasi atau enzimatik dengan bahan dasar pati.

Secara fermentasi, pengubahan dilakukan oleh bakteri yang menghasilkan enzim

CGTase (cyc/o-glycosy/ transferase) secara aerobik, pada suhu 45°C selama 24 - 48

jam. Pad a proses enzimatik, pengubahan dikatalisis dengan enzim CGTase pada suhu

40 - 45°C selama 48-72 jam.

Pati

1 I I

Hidrolisis asam/enzim I I Likuifikasi I I I

I I I Sakarifika!;i 1Maltodekstrin I Hidrolisat pati 1 1I I I Sirup glukosa 1I SiruD maltosa 1 I Siklodekstrin I I

r D-alukosa

r

I Isomerisasi I f Sirup fruktosa 42 % I

I SiruD fruktosa 55 % dan 90 % 1 I

l

I

I

I Hirirnruma!; i I I Hidrogenasi I I Hidrogenasi l r HidrogenaSil1 Dekstrinasi

Maltilol Lycasin Mannitol Sorbit I I Polidekstrosa

14

Gambar 3. Konversi Pati Menjadi Gula dan Turunannya

Page 16: Industri Casava

Pati termodifikasi (Modified Starch}

Modifikasi pati dapat dilakukan secara fisik (dengan pemanasan) atau secara

kimiawi. Dengan modifikasi tersebut sifat-sifat fisik dan kimia pati berubah sesuai

dengan kegunaan yang diinginkan. Pati termodifikasi ban yak digunakan untuk bahan

pelapis, dan permukaan industri kertas dan tekstil. Selain itu beberapa jenis

digunakan untuk pengikat (makanan bayi, salad) dan pengisi (saus).

Tabel 3 berikut menyajikan beberapa contoh pati termodifikasi dan proses

pembuatannya.

Tabel3. Pati termodifikasi dan prinsip proses pembuatannya

Jenis Proses

Pregelatinized starch Pemanasan secara ekstrusi (250°C) bertekanan tinggi

selama 10- 60 deti'"

Biodegradable plastic Pemanasan kering --.. pembentukan struktur amorf,

dilanjutkan dengan ekstrusi pada 140 - 170°C dengan

penambahan pembentuk plastik (gliserol, sorbitol) dan

pembentuk tekstur (oksida silikon/titan)

Oxydized starch Oksidasi alkalis dengan NaOCI

Anionic starch Reaksi alkalis dengan karboksimetil-Na

Cationic starch Reaksi substitusi dengan gugus amino tersier atau amonium

kuartemer

Cross-linked starch Pengikatan silang (retikulasi) gugus hidroksil pada pati,

dalam suasana alkalis dengan pereaksi fungsional :

turunan chloroepoxyde

turunan fosfat = Na-trimetafosfat, JosJat oxychlorat

asam dianhidrida = asetat, asetat - sitrat

turunan aldehida = formol

Asam sitrat dari Iimbah indGstri tapiolrn

Seperti diuraikan pada pengolahan tapioka, limbah pad at utama dari proses ini

antara lain adaJah onggok hasil dari pemerasan bubur patL Onggok ini pada

umumnya didaurulang, ke lini pemerasan atau dicampur dengan bubur singkong,

untuk kemudian di ekstraksi patL Onggok hasil pemerasan terakhir dapat

15

Page 17: Industri Casava

didayagunakan untuk pakan atau campuran pakan yang berfungsi sebagai sumber

serat. Selain itu dapat didayagunakan untuk bahan baku asam sitrat. Produksi asam

sitrat dari onggok dilakukan dengan bioproses, fermentasi sistem padat. Asam sitrat

banyak digunakan pada industri pangan (sebagai pengasam), kosmetika dan farmasi,

serta industri kim ia sebagai bahan baku platik, jenis alkil resin.

Secara garis besar proses produksi asam sitrat secara fermentasi pad at, tidak jauh

berbeda dengan proses yang dikembangkan untuk protein sel tunggal (paroti

maupun pakaroti). Onggok disterilkan kemudian dicampur dengan sumber protein,

vitamin dan mineral. Setelah itu diinokulasi dengan kapang galur Aspergillus niger,

dalam suatu fermentor baki (untuk proses sinambung, continuous process) atau

fermentor rak (untuk proses curah, batch process) selanjutnya diinkubasi pada suhu

28 -30 oC, dengan kelembaban 40 - 60%, selama 2- 4 hari tergantung galumya.

Asam yang terbentuk diekstraksi menggunakan larutan kapur tohor (CaOH2) yang

akan diendapkan sebagai kalsium sitrat. Garam kalsium sitrat ini dicampur dengan

asam sulfat, untuk melepas kembali asam sitratnya, yang selanjutnya dilakukan

penghilangan wama (penyaring karbon aktif), pemekatan, pengkristalan dan

pengeringan.

PRODUK CASSAVA GENERASI KETIGA : DARI HEALTH FOODS,

BUT ANOL, SAMPAI POLIOL

Terminologi generasi ketiga bukan semata pengembanga produk yang relatif baru,

tetapijuga proses yang diterapkan bukan lagi dari bahan dasar pati (cassava) an sich,

melainkan pada produk hilir pati, terutama gula (glukosa, fruktosa, maltosa).

Hea/tlr/oods (HF), Pangan penyebat

Jenis pangan dan minuman penyehat ini berkembang secara pesat pada dasawarsa

terakhir ini, baik di pasar global maupun domestik. Faktor pendorong utama adalah

tuntutan kebugaran dan kesehatan tetap prima, di tengah dinamika kerja dan hidup

yang semakin kompleks. Ciri-ciri HF ini antara lain: rendah kalori, mengandung

antioksidan, menurunkan kolesterol serta kandungan bioaktif tertentu. Tentu saja

16

Page 18: Industri Casava

tidak semuanya dapat diramu dalam satu produk HF. Satu atau dua ciri HF dapat

dikemas dalam produk turunan pati ini. Komponen HF antara lain berasal dari polyol

dan turunannya. Pangsa pasar HF cukup prospektif dan menjanjikan.

Bahan pelarut non konvensional, Butanol.

Butanol merupakan salah satu sumber energi selai alkohol (etanol) yang dapat

diproses melalui fermentasi anaerobik pati atau glukosa. Apabila pati dipilih sebagai

baha dasar, maka fennentasi dilakukan dengan biakan campuran yaitu kapang

(Aspergillus sp.) atau bakteri (Bacillus sp.) dan bakteri pembentuk aseton-butanol­

etanol (ABE). Sebaliknya apabila dipilih glukosa maka fermentasi dilakukan secara

anaerobik, dengan bakteri penghasil ABE, antara lain galur Clostridium butylicum ..

Pululan dan xantan bahan bioplastik

Selain secara fisiko-kimiawi, pengembangan polimer !!ntuk bioplastik dari pati

tapioka dapat dilakukan secara bioproses, dengan fermentasi aerobik. Fermentasi

dengan bantuan kapang Aerobasidium pullulans pada substrat pati selama 48 72

jam akan dihasilkan polimer yang disebut pululan. Sedangkan fermentasi dengan

bakteri Xanthomonas campetris pada substrat pati, pH 7,0 pada suhu 28-30°C selama

3-5 hari akan dihasilkan Xanthan. Kedua biopolimer tersebut dapat diolah lebih

lanjut menjadi bioplastik.

Poliol Poliol (polyols) adalah turunan gula (monosakarida) yang dipero\eh secara

hidrogenasi (reduksi). Secara industri umumnya poliol diproduksi dengan proses

hidrogenasi katalitik pada suhu tinggi . Secara alami senyawa poliol dapat ditemukan

pada buah-buahan dan bahan nabati. Poliol pada umumnya banyak digunakan pada

formula pangan dietiklsehat atau pemanis rendah kalori. Beberapa sifat khas poliol :

daya kemanisan dan nilai kalorinya lebih rendah dibandingkan sukrosa (Iihat tabel4)

Sesuai dengan gula sebagai bahan dasarnya, maka dikenal dan telah diperdagangkan

secara meluas : sorbitol (glukosa), mannitol (mannosa), maltilol (maltosa), reduksi

dapat berlangsung secara kimiawi ataupun biokonversi, enzimatik. Pada paragraf

berikut disajikan deskripsi singkat beberapa poliol penting.

17

Page 19: Industri Casava

Sorbitol. Dalam industri pangan digunakan sebagai pengganti gula invert, nilai

kemanisan setengah dari nilai sukrosa, efek penghambat pembentukan kristal sukrosa

dan glukosa. Sorbitol dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembentukan poli­

ester, dengan mereaksikannya dengan asam lemak. Poliester ini dikenal sebagai

lemak berkalori rendah dan cocok untuk tujuan diet.

Mannitol. Diperoleh dari reduksi mannosa bersifat kurang higroskopis digunakan

sebagai gula diabetik, serta pengganti lemak (fat replacer/substitutes).

Maltilo!. Juga banyak digunakan sebagai pemanis rendah kalori dan gula diabetik,

salah satu penyusun "Minuman Penyehat"yang penting.

Campuran Poliol Untuk memperoleh sifat fisiologis tertentu, antara lain tingkat

kemanisan yang rer.dah (30- 60%) dan nilai kalori rendah (25-50% nilai kalori

glukosa atau sorbitol) , dilakukan pencampuran poliol, antara lain SLMTL

(sorbitol/maltitol), SLlML (sorbitol/mannitol).

XHitol dapat diperoJeh dari proses hidrogenasi kimiawi (katalitik) atau fermentasi

xilosa. Secara fermentasi microbial, perolehan xilitol dapat mencapai 48% dari gula

awal. Xilosa dihasilkan dari hidrolisis hemiselulosa, yang pada cassava banyak

terdapat di bagian kulit dan bagian batang

Xilitol banyak digunakan untuk minuman diabetik dan bahan baku industri farmasi.

(Lihat uraian pad a paragraph Pemanfaatan hasil samping dan limbah cassava).

18

Page 20: Industri Casava

Tabel 4 Sifat Penting Poliol

Ciri Sukr08a Maltilol

Lactito

1 Sorbitol

Man nit

01 Xilitol

180ma)

t

Derajat kemanisan

larutan (Larutan 10 1,0 0,9 0,3 0,5 0,5 1,0 0,5

%)

Higroskopis + - + - +

• Kelarutan

• gil 00 ml

(25 0q, • 210 150 235 22 185 33

Panas Pelarutan (Jig) I -17 -80 -50 -112 -121 -155 -38

I Nilai Energi (k~1 g •

17 12 8,5 17 17 17 8,5

PEMANFAATAN HASIL SAMPING DAN LIMBAH CASSAVA

Pada paragraph ini secara selintas akan diuraikan mengenai pengolahan hasil

samping dan Iimbah cassava lain berupa onngok, kulit dan/atau bagian batang

tanaman ubikayu . Onggok secara ekplisit pada paragraf sebelumnya dapat

didayagunakan untuk substrat pembuatan asam sitrat secara fermentasi padat Ketiga

lim bah itu secara kimiawi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu selulosa,

hemiselulosa dan lignin sebagai perekat. Oleh karena itu bahan tersebut (dan bahan

serupa) disebut limbah lignoselulosik. Ketiga bahan penyusun lignoselulosa,

masing-masing dapat didayagunakan dengan melalui proses fisik, mekanik ,

kimiawi dan/atau bioproses menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Oleh karena itu, apapun produk yang ingin dihasilkan dari Iimbah tersebut , tahapan

awal proses berupa pemisahan ketiga komponen tersebut, berupa delignifikasi­

penghilangan lignin. Lignin pada struktur lignoselulosik berfungsi sebagai perekat,

sehingga dengan pelepasan lignin, selulosa dan hemiselulosa dapat dipisahkan

19

Page 21: Industri Casava

dengan mudah. Delignifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metoda,

antara lain: (a) fisik-mekanik, dengan pencacahan dan pemanasan bertekanan, (b)

fisiko-kimiawi, pemanasan dalam larutan asam atau soda, (c) biokimiawi,

penggunaan mikroba, misalnya kapang untuk perombakan lignin.

Turunan lignin

Lignin yang diperoleh dari delignifikasi bukan merupakan limbah atau bah an

buangan, melainkan dapat didayagunakan menjadi produk berharga. Dengan reaksi

sulfonasi, dari lignin dapat dihasilkan sulfonated alkali lignin dan sulfite

lignosulfonates. Kedua bahan terse but dapat digunakan sebagai bahan pengambil

minyak pada pengeboran minyak (drilling fluid additives) , dan pengganti deterjen

sintetik Lignosulfonat dapat juga digunakarl sebagai penyetabil aspal, pendispersi,

yang mempunyai nilai ekonomi menarik. Dalam batas tertentu, misalnya permintaan

pasar, lignin dapat diproses menjadi vanillin, dengan pemanasan bertekanan (900

1400 kPa) selama Y2 - 1jam, dalam kondisi alkalis (Na2C03).

XHosa dan xilitol dari hemiselulosa

Hemiselulosa, sebagi polimer tersusun sebagian besar atas xilosa dan pentosa.

Dengan cara hidrolisis (asam atau enzimatik) hemiselulosa akan dihasilkan gula

xilosa, yang apabila dilanjutkan dengan hidrogenasi (katalitik) diperoJeh xilitol.

Kedua produk tersebut dapat digunakan sebagai pemanis untuk diabetik (lihat

paragraph sebelumnya).

Selulosa dan turunannya

Dari bahan dasar selulosa dapat didayagunakan lebih lanjut menjadi produk produk

yang mempunyai nilai ekonomi dan komersial penting. Produk produk dan proses

kimiawinya tersebut antaralain : CMC, karboksi metil selulosa, metil dan etil

selulosa (eterifikasi), selulosa nitrat, selulosa asetat, selulosa propionat, s;:!lulosa

asetat-butirat (esterifikasi). Produk selulosa tersebut banyak digunakan sebagai

pengental (pangan, kosmetika, farmasi), pelapis, bahan penahan (protektif) pada

kertas dan tekstil , plastik, dan bahkan ..... bahan peledak (selulosa nitrat ).

20

Page 22: Industri Casava

• Bahan plastik- resin termoplastik dan rayon dapat diperoleh dari selulosa, antara lain

: selofan, busa selulosa dan rayon.

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS CASSA VA

Uraian terdahulu memberikan gambaran singkat produk-produk potensial yang dapat

dihasilkan dan diproduksi dari pengolahan cassava dan.atau turunannya. Untuk

pengembangannya pada skala industri, tentu saja kaidah umum , rules of the thomb

dalam kajian pengembangan industri berlaku.

Tahapan pengembangan industri meliputi (a) sebelum kegiatan investasi, (b) fasa

investasi, (c) operasional. Fasa kegiatan sebelum investasi sangat penting artinya

untuk menjawab bahwa industri yang bakal dikembangkan akan menguntungkan.

Pada kegiatan ini dilakukan kegiatan rinci meliputi (a) identifikasi peluang

investment, (b) pemilihan awal atau kajian pra-kelayakan, (c) formulasi proyek atau

studi kelayakan tekno-ekonomis, dan (d) tahapan evaluasi dan keputusan.

Apabila pada kegiatan pra-investasi iini diperoleh hasil layak baik secara finansial

dan teknis serta kriteria lain, maka fasa pengembangan dilanjutkan kepada investasi

yang meliputi, (a) kontrak dan negosiasi, (b) perancangan proyek, (c) konstruksi, dan

(d) percobaan operasi (start up).

Berdasarkan evaluasi pada tahapan start up, yang dinilai secara teknis berkaitan

dengan operasional pabrik, spesifikasi mutu pabrik yang dihasilkan maka operasi

pabrik sesungguhnya pad a kapasitas yang ditetapkan berIangsung.

Hal-hal yang harus di analisis pada tahapan kajian peluang adalah :

I. Sumber bahan baku, dalam hal ini adalah ketersediaan cassava

2. Pola pertanian yang ada sebagai pendukung agroindustri berbasis cassava

3. Kebutuhan konsumen atas produk yang mau dikembangkan

4. Jumlah impor prod uk serupa

21

Page 23: Industri Casava

sangat penting artinya perancangan yang matang dan tidak hanya sesaat, mengenai

pengembangan sumberdaya manusia., tidak saja jumlah yang diperlukan, tetapi lebih

penting adalah jenis dan tingkatan mutu serta spesifikasi dan kompetensi yang

diperlukan.

Perubahan dan peningkatan permintaan pasar akan menuntut pula peningkatan

ketersedian bahan baku, baik secara kuantitas maupin kualitas. Hal ini merupakan

titik kritis pada perancangan agroindustri. Seperti telah kita ketahui , produk atau

komoditas pertanian berlainan dengan bahan non pertanian, tak dapat secara

mendadak dilakukan peningkatan mutu atau jumlah. Selain hal itu berkaitan dengan

penyediaan lahan produksi juga faktor iklim, tanah, dan prasarana lain juga

berkaitan. Pada umumnya perusahaan agroindustri tidak mempunyai lahan sendiri

yang luas, sebaigian besar lahan untuk penyediaan atau produksi bahan baku adalah

berasal dari pemilikan petani atau pekebun

Disinilah sebenarnya salah satu persoalan mendasar dari pengembangan agroindustri

di Indonesia. Pengembangan industri hilir yang begitu cepat, yang didorong pula

oleh adanya asosiasi-asosiasi perusahaan agroindustri hilir dan/atau eksportir yang

kadang-kadang cenderung bersifat kartel, maka masalah agroindustri akan kian lebih

serius lagi. Apalagi produksi pertanian yang dipakai sebagai bahan baku dihasilkan

oleh jutaan petani kecil yang relatif sulit unruk membuat asosiasi produsen. Hal

seperti ini membuat adanya gap (kesenjangan) antara permintaan dan penawaran

yang semakin besar sehingga bisnis produk agroindustri menjadi lebih berat

menanggung be ban resiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) yang relatif tinggi

bila keterkaitan agroindustri di hilir dan di hulu tidak diperhatikan. Untuk itulah

maka perlu dilakukan dan dikembangkan program kemitraan antara pengusaha dan

petani dan antara industri hulu dan hilir yang saling menguntungkan.

Berbagaijenis atau pola kemitraan ini telah banyak dilakukan atau diterapkan, tetapi

sebagian besar pada kenyataannya petani atau pekebun at au masyarakat pemasok

bahan baku agroindustri, selalu dirugikan dengan kadang-kadang oleh aturan yang

dibikin sepihak oleh perusahaan atau pengolah. Dalam kasus agroindustri cassava,

25

Page 24: Industri Casava

penerapan angka rafraksi misalnya, yaitu pemotongan harga ubi cassava yang

diterima perusahaan berdasarkan rendemen pati cassava hampir pemasok cassava

tak dapat melakukan complain atas ketidak akuratan teknik penentuan angka

tersebut. Demikian pula misalnya terjadinya problem penurunan kualitas cassava

sebagai akibat perubahan musim mendadak atau yang lain, risiko tetap ditanggung

oleh pemasok (petani, pekebun).

Sesungguhnya, dengan diterapkan kemitraan yang saling menguntungkan kedua

belah pihak, justru pengembangan agroindustri akan dapat ditingkatkan. Dan

tuntutan ketersediaan bahan baku, baik jumlah, mutu dan harga akan senantiasa

dapat dipenuhi.

RUJUKAN

Anonim, 1998. Pohon Industri singkong. Leaflet. L1PI

Linden, G dan Lorient, D. 1994. Biochimie agroindustrielle. Valorisation

alimentaire de la production agricole. Masson, Paris.

Mangunwidjaja, D. 1993. Pengembangan teknologi untuk agroindustrLMakalah

disampaikan pada Temu Kelompok Pakar Teknologi, Dikti, Depdikbud.

Cisarua, Maret

Mangunwidjaja, D dan Suryani, A. 1994. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Mangunwidjaja, D. Romli M, Fauzi, AM dan Indrasti, NS. 1997. Cleaner Production

Assesment For Tapioka Manufacturing. Lampung, Indonesia. CDSAP-IPB.

Bogor

Tjokroadikoesoemo, PS 1986. HFS dan Industri Ubi kayu lainya. PT. Gramedia.

Jakarta

Tjiptadi, W dan Nasution, M.Z. 1981. Pengolahan Umbi Ketela Pohon, Jurusan

Teknologi Industri Pertanian, Fateta-IPB.

Uhlig, H. 1998. Enzymes in The Starch and Sugar Industries. Didalam H. UrIig (edI.

Industrial Enzymes and their Application. John Wiley & Sons, Inc, New

York.

UNIDO, 1980. Manual for the Preparation of Industrial Feasibility Studies United

Nations

26