Indonesian Architects & Architecture · 2017-03-13 · Sejarah April 1959 Menteri PU RI ... buruk...
Transcript of Indonesian Architects & Architecture · 2017-03-13 · Sejarah April 1959 Menteri PU RI ... buruk...
Profesi Arsitek di Indonesia
Sejarah
April 1959
Menteri PU RI
Konferensi Nasional
Gabungan Perusahaan Perencanaan & Pelaksanaan
Nasional (GAPERNAS)
Para Arsitek tidak puas!
kedudukan perencanaan dan perancangan
tidaklah sama dan tidak juga setara
dengan pelaksanaan
IAI
Ars. Friedrich Silaban
Ars. Mohammad Soesilo
Ars. Lim Bwan Tjie
ditambah 18 orang arsitek muda yang
dipimpin
Ir. Soehartono Soesilo
17 September 1959
di Dago Theehuis Bandung
Dokumen pendirian IAI:
"Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang
Sehat"
IAI IKATAN ARSITEK INDONESIA INSTITUTE OF ARCHITECTS OF INDONESIA
Menudju dunia arsitektur Indonesia jang sehat
Sudah mendjadi umum di Indonesia seorang pemborong merangkap perentjana pula. Seorang pemesan dalam hal ini seluruh pekerdjaannja kepada arsitek anemer tersebut.
Pengawasan dan djaminan mutu rentjana dan penggunaan bahan2 sukar diadakan dalam keadaan demikian. Ini merupakan kebiasaan jang kurang sehat.
Seorang arsitek murni ialah seorang penasehat dan orang kepertjajaan pemesan. Arsiteklah wadjib untuk mengawasi agar pelaksanaan rentjananja dilakukan sebaik2-nja. Disamping memiliki pengetahuan vak teknis jang sempurna seorang arsitek harus memiliki pula sifat2 integritet, jaitu sikap menolak segala kemungkinan penjuapan.
Aspek2 ideel ini merupakan bagian jang tak dapat dipisahkan dari pribadi seorang arsitek. Pemisahaan antara perentjanaan dan pelaksanaan harus mendjadi sjarat mutlak apabila kita ingin mentjapai arsitek Indonesia jang sehat dan berkewibawaan.
Pendidikan Arsitektur di Indonesia untuk pertama kali telah dimulai pada Fakultas Teknik Bandung pada tahun 1950 dan pada tahun 1958 insinjur arsitek jang pertama di Indonesia telah lulus.
Pada pendidikan inilah selain aspek2 vak teknis, terutama aspek2 ideellah sangat dipertahankan guna membina seorang tjalon arsitek jang kelak dapat diharapkan mendjadi seorang tokoh pemimpin jang djudjur, jang bukan hanja akan memperoleh kepertjajaan dari pihak pemesan akan tetapi djuga dengan pihak2 lain dengan siapa akan mempunjai hubungan dalam mendjalankan pekerdjaannja.
Selainnja Insinjur arsitek lulusan Bandung ini telah berpraktek pula arsitek2 jang telah berpendidikan luar negeri atau beladjar sendiri (autodidact), jang merupakan tokoh2 pelopor suatu arsitektur jang murni di Indonesia, walaupun djumlah mereka masih ketjil.
Terdorong oleh kejakinan bahwa persatuan jang erat semua arsitek murni ini dapat mempertinggi mutu arsitektur di Indonesia dan menghapuskan segala kebiasaan jang buruk jang sekarang masih berlaku di lapangan pembangunan di Indonesia, maka pada tanggal 17 September 1959 didirikanlah Ikatan Arsitek Indonesia (Institute of Architect of lndonesia) disingkat IAI, di Bandung.
Maksud tudjuan IAI a.l. ialah:1. mempertinggi nilai arsitektur2. kerdjasama dengan badan2 dengan badan
jang bersifat kulturil3. kerdjasama dengan badan2 dengan badan
jang ada hubungannja dengan lapangan pembangunan
4. berusaha ke arah hubungan2 jang baik dan adil antara masjarakat seluruhnja ataupun bagian2 dari masjarakat tersendiri jang bertindak sebagai pemesan disatu pihak dan para arsitek dilain pihak
5. mempererat persatuan antara para arsitek 6. memperhatikan dan melindungi
kepentingan2 kewadjiban2 dan hak2 para arsitek
7. memelihara rasa tanggung djawab para arsitek dalam melakukan tugasnja.
IAI akan merupakan lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur di Indonesia. Setiap anggauta diharuskan memakai sebutan IAI di belakang namanja didalam melakukan djabatannja sebagai arsitek.
Dalam menentukan siapakah jang dapat diterima mendjadi anggauta IAI Badan Pengurus akan didampingi oleh Dewan Arsitek.
Sebagai anggauta biasa dapat diterima mereka jang melakukan pekerdjaan arsitek dan memenuhi sjarat2 yang berikut:- beridjazah suatu pendidikan arsitek jang
diakui oleh Dewan Arsitek - tidak beridjazah pendidikan arsitek, tetapi
mempunyai keahlian serta ketjakapan sebagai arsitek jang diakui oleh Dewan Arsitek.
Permintaan untuk diterima sebagai anggauta harus disampaikan kepada Pengurus dengan surat tertjatat dan diusulkan oleh sekurang-kurangnya dua orang anggauta.
Para anggauta IAI ini memegang teguh sjarat-sjarat sebagai termuat dalam buku Kode Kehormatan IAI.
Maka demikianlah dengan terbentuknja IAI tersebut langkah pertama kearah penertiban dan penjehatan dunia arsitektur Indonesia telah diadakan. Pendaftaran semua arsitek murni di Indonesia adalah suatu sjarat mutlak jang diperlukan untuk memberi djaminan kepada gelar arsitek murni.
Semoga IAl mendjadi lambang dan pengertian dari pengabdian kepada kebenaran, kedjujuran dan tjita2 arsitektonis jang luhur di Indonesia.
Badan Pengurus IAI 1959-1961
Ketua : Ir. Soehartono, IAI Wk Ketua : Ir. Herman Soetrisno, IAI Sekretaris : Ir. Goenawan, IAI Bendahara : Ir. Tan Sioe An, IAI Anggauta : Ir. Hidajat Natakusumah, IAI
(Karena harus menunaikan tugas Wadjib militer, kemudian diganti dengan Ir. Achmad Noe'man, IAI)
Dewan Arsitek IAI 1959-1961
1. Ars. F. Silaban, IAI 2. Ars. M. Soesilo, IAI 3. Ars. Liem Bwan Tjie, IAI 4. Ir. Kwee Hin Goan, IAI 5. Ir. Azhar, IAI6. Ir. Sidharta, IAI 7. Ir. A. R. Dendeng, IAI
Alamat B. P. IAI : Djl. Merdeka 54, Bandung
IAI
Ars. Friedrich Silaban
Ars. Mohammad Soesilo
Ars. Lim Bwan Tjie
ditambah 18 orang arsitek muda yang
dipimpin
Ir. Soehartono Soesilo
17 September 1959
di Dago Theehuis Bandung
Dokumen pendirian IAI:
"Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang
Sehat"
Posisi dan peranan arsitek
dalam persaingan global
Global
Lokal
Arsitek
Indonesia
Kota
Bandung
Jawa
Profesi Arsitek
Kursi sampai Kota
Bangunan, Ruang Dalam, Ruang Luar Antar Bangunan
Perancangan
Perencanaan
Desain
Profesi Teregulasi
Menghadapi Persaingan
Global, Regional, Nasional
Niat
Sikap
Tahu
Paham
Pahami lokalitas
Pahami fenomena global
(Lakukan) pilihan peran
"Tips & tricks supaya tetap eksis dan karyanya tetap bernilai jual“
Practice oriented Business
Business oriented Practice
Architecture Business
Business in Architecture
UU Arsitek
Penyesuaian sistem Pendidikan Tinggi Arsitektur
bila UU Arsitek terbit tahun ini
dan sekolah arsitektur menjadi wajib 5 tahun
(Disyaratkan oleh UU Arsitek)
Tentang IAI
Tentang Dewan Arsitek Indonesia
Tentang SKA
Tentang SIBP IPTB
Tentang UUJK, UUBG, UU Arsitek UU Keinsinyuran
Tentang peran pemerintah
Negara, Pemerintah RI, PemProv, PemKot
RUU ARSITEK
I. KETENTUAN UMUM
II. ASAS DAN TUJUAN
Asas
Tujuan
III. LAYANAN PRAKTIK ARSITEK
Jasa Profesional
Lingkup Layanan
Layanan BersamaProfesi Lain
Standar Kinerja
SanksiAdministrasi
IV. PERSYARATAN ARSITEK
Persyaratan(STRA)
Registrasi
LisensiPengembanganKeprofesianBerkelanjutan
V. ARSITEK ASING
VI. HAK DAN KEWAJIBAN
Hak dan KewajibanArsitekHak dan KewajibanPengguna JasaArsitekVII. ORGANISASI
PROFESI
VIII. PEMBINAAN ARSITEK
IX. KETENTUAN PERALIHAN
X. KETENTUAN PENUTUP
RUU ARSITEK
I. KETENTUAN UMUM
II. ASAS DAN TUJUAN
Asas
Tujuan
III. LAYANAN PRAKTIK ARSITEK
Jasa Profesional
Lingkup LayananLayananBersama ProfesiLainStandar Kinerja
IV. PERSYARATAN ARSITEK
Persyaratan(STRA)Registrasi
Lisensi
PengembanganKeprofesianBerkelanjutan
V. ARSITEK ASING
VI. HAK DAN KEWAJIBAN
Hak danKewajibanArsitekHak danKewajibanPengguna JasaArsitekVII.
KELEMBAGAAN ARSITEK
Dewan ArsitekIndonesiaOrganisasiProfesi
VIII. PEMBINAAN ARSITEK
IX. KETENTUAN PIDANA
X. KETENTUAN PERALIHAN
XI. KETENTUAN PENUTUP
USULAN DPR-RI DIM PEMERINTAH
Persyaratan Arsitek
PENDIDIKAN TINGGI ARSITEKTURS1 ARS (4 THN) + PPAR (1 THN)
NONPENDIDIKAN TINGGI ARSITEKTUR
MAGANG(2 THN)
REKOGNISIPEMBELAJARAN LAMPAU
UJIANKOMPETENSI
STRA(SURAT TANDA REGISTRASI
ARSITEK)
ARSITEK
DEWAN ARSITEKINDONESIA
ARSITEKASING
SERTIFIKAT/LISENSIORIGIN COUNTRY
LISENSI PRAKTIK(IPTB)
PEMERINTAHPROPINSI
PENGEMBANGANKEPROFESIAN
BERKELANJUTAN(PKB/CPD)
IKATAN ARSITEK INDONESIA(IAI)
( - )
( + )
KOLABORASI
VALIDASI
HER REGISTRASI
MENTOR DAN LOGBOOK
MENGELOLAVALIDASI
PENGALAMAN PRAKTIK ARSITEK
(MIN 10 THN)
PENANGGUNG JAWAB PRAKTIK ARSITEK
INFORMASI DAN KOORDINASI
Profession
Professions are particular types of occupations.
The concepts of profession and professional
have come to be used to identify almost: - any occupation
(“his profession is window cleaner”),
- any task performed with dilligence and excellence
(“he does his job like a professional”),
- an endeavor performed for compensation
(“she is a professional –as opposed to an amateur- ice
skater”)
Mengaku (to profess) di depan publik memiliki:
keahlian (skill),
keilmuan (learning),
kepakaran (expertise),
yang ditawarkan sebagai jasa
untuk kepentingan orang lain
dan kebaikan masyarakat.
Profession
An occupation, especially one requiring advanced
education
and special training (the law, architecture, medicine, the
Church)
(Reader’s Dictionary)
A vocation based on long, specialized intellectual training
that enables a particular service to be rendered.
Professions generally represent a high degree of creative
thought
and are thus distinguished from vocations calling
for technical skill alone
(The American Peoples Encyclopedia)
helping professions – facilitating professions
Criteria to Define Profession
1. University-level education in a special area of knowledge that is
central to the profession being discussed;
2. Internship and supervised entry-level performance in order to
master application of that knowledge in practice;
3. Knowledge and practices that require the unique exercise of
learned judgment for each new situation (rather than applied
technical knowledge);
4. Establishment of disciplinary identity and uniqueness of the
professional group through the establishment of professional
organizations, journals, systems of education, and standards for
licensing;
5. Autonomy, earned by the profession and recognized and granted by
society through state licensing, in defining and mastering the
knowledge and practice of the profession, resulting in self-policing
with regard to the standards of practice and ethical conduct;
6. Having the knowledge and expertise necessary for the well-being of
persons in society.
(Wasserman, Ethics ……, 2000, p. 70)
ProvinsiPenduduk Keperluan
2010 Arsitek
Aceh 4.494.410 112
Sumatera Utara 12.982.204 325
Sumatera Barat 4.846.909 121
Riau 5.538.367 138
Jambi 3.092.265 77
Sumatera Selatan 7.450.394 186
Bengkulu 1.715.518 43
Lampung 7.608.405 190
Kepulauan Bangka Belitung 1.223.296 31
Kepulauan Riau 1.679.163 42
DKI Jakarta 9.607.787 240
Jawa Barat 43.053.732 1.076
Jawa Tengah 32.382.657 810
DI Yogyakarta 3.457.491 86
Jawa Timur 37.476.757 937
Banten 10.632.166 266
Bali 3.890.757 97
Nusa Tenggara Barat 4.500.212 113
Nusa Tenggara Timur 4.683.827 117
Kalimantan Barat 4.395.983 110
Kalimantan Tengah 2.212.089 55
Kalimantan Selatan 3.626.616 91
Kalimantan Timur 3.553.143 89
Sulawesi Utara 2.270.596 57
Sulawesi Tengah 2.635.009 66
Sulawesi Selatan 8.034.776 201
Sulawesi Tenggara 2.232.586 56
Gorontalo 1.040.164 26
Sulawesi Barat 158.651 4
Maluku 1.533.506 38
Maluku Utara 1.038.087 26
Papua Barat 760.422 19
Papua 2.833.381 71
INDONESIA237.641.326 5.941
Rasio Arsitek – Populasi Penduduk
di INDONESIA
1 : 40.000
Jasa Layanan Desain Arsitektur dalam
Perekonomian Global dan Regional
Volume dan Potensi Perdagangan Global
dalam Jasa Arsitektur
1. Ekskalasi Masalah dan Kecenderungan-kecenderungan
2. Evolusi Praktik Arsitek
3. Volume Perdagangan Jasa Arsitektur
4. Jasa Arsitektur: Fenomena Eksportir & Importir Arsitek
5. Macam-macam Situasi Munculnya Sebuah Layanan
Arsitektur
6. Berapa Banyak Intra-Layanan Perdagangan Bisa Kita
Cermati ?
7. Perubahan-perubahan Pola Perdagangan / Bisnis
dalam Jasa Arsitektur
dan kepastian hukumnya
Jasa Layanan Desain Arsitektur dalam
Perekonomian Global dan Regional
Perdagangan Global
dalam Jasa Arsitektur
1. Peraturan Pembatasan
2. Kekuatan Pengendali
3. Menentukan Bentuk Praktek Asing
4. Sumber Informasi untuk Pendaftaran Arsitektur Nasional
5. Otoritas Penerbit Lisensi Profesional untuk Arsitek
6. Persyaratan Peraturan untuk Arsitek Kerja di Negara
Asing
dan kepastian hukumnya
Pengaturan Lisensi Profesional Lintas Negara
Munculnya Perjanjian Saling Pengakuan
( Mutual Recognition Agreements / Agreements )
dan Instrumen Praktek Internasional Arsitektur
Contoh Kasus:
1. Seorang Arsitek Asing Teregistrasi memohon Izin untuk mengerjakan Proyek
di Republik Rakyat Cina
2. Seorang Arsitek Asing Teregistrasi memohon Lisensi di Jepang
3. Seorang Arsitek Teregistrasi di Inggris memohon registrasi di Negara lain
Anggota dari Masyarakat Ekonomi Eropa
4. Seorang Arsitek Teregistrasi di Negara APEC mengajukan Registrasi di
Amerika Serikat
5. Seorang Arsitek Teregistrasi di India mengajukan Registrasi di Amerika
Serikat
Bagaimana pajaknya?
Bagaimana PII (Professional Indemnity Insurance) nya?
Bagaimana standar fee nya?
It will soon be easier for architects here to internationalise their businesses and practise overseas, under changes to the law approved in Parliament yesterday.
The Architects (Amendment) Bill will enable any architect registered with the Board of Architects here to ply their trade in a "participating overseas jurisdiction", Minister for National Development Lawrence Wong told the House.
The new law will allow the Board of Architects to form arrangements with its foreign counterparts.
These will recognise the more than 1,500 architects registered in Singapore and allow them to practise in those foreign countries.
Likewise, the board here would also have to recognise foreign architects registered in those jurisdictions, which also makes it easier for them to work here.
Mr Wong told the House that with globalisation, it is more likely that architects here will practise in foreign countries.
"Many of our locally registered architects are well recognised for their skills and professionalism, and many of them are expanding their business overseas," he said, adding that the amendments to the Bill were timely, and would "enable our architects to operate more effectively in a globalised world".
At present, Singapore has mutual recognition arrangements with countries such as Australia and New Zealand, and ASEAN member countries.
"Many of our locally registered architects are well recognised for their skills and professionalism, and many of them are expanding their business overseas," he said, adding that the amendments to the Bill were timely, and would "enable our architects to operate more effectively in a globalised world".
At present, Singapore has mutual recognition arrangements with countries such as Australia and New Zealand, and ASEAN member countries.
These were signed by governments, but the changes will allow the Board of Architects to make these arrangements.
They will also open up more opportunities for Singapore-registered architects to find work abroad, Mr Wong said.
The two MPs who spoke on the Bill - Mr Louis Ng (Nee Soon GRC), and Nominated MP K. Thanaletchimi - asked how the Government would ensure that overseas architects meet local standards.
Mr Ng said training and exposure for architects from less developed countries may not be adequate to familiarise them with standards and codes here, pointing out that the standard of architectural practice could be affected.
He asked how the profession here could be protected.
In response, Mr Wong said foreign architects recognised in their countries would have to pass an examination set by the board here, to ensure they have knowledge of local practice laws, rules and regulations.
Architects said the changes were timely. Ms Wo Mei Lan, director of Liu and Wo Architects, said: "This is very useful for us. We are very developed and advanced in the region, and this opens up jobs abroad.“
Other notable changes in the law included the raising of the maximum penalty for errant architects from $10,000 to $50,000.