Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia

4
Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia Bangsa Indonesia berhak marah, kemarahan Bangsa ini makin menjadi setelah Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang merasa Australia tak merasa bersalah dan melanggar hukum terkait penyadapan tersebut. Apalagi menurut pejabat Australia, penyadapan adalah hal yang lumrah oleh negara lain. Indonesia makin diremehkan dengan pernyataan yang tak ada nilainya tersebut. Dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 20 November 2013 lalu di Istana Kepresidenan di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan tentang tiga hal yang akan di tempuh pemerintah Indonesia sambil menunggu apa yang akan disampaikan oleh Pemerintah Australia tentang kasus penyadapan yang dilakukan oleh pihak Australia. Yang pertama adalah Indonesia tetap menunggu penjelasan dan pertanggungjawaban Australia atas kasus penyadapan itu, yang kedua Presiden SBY minta dihentikan dulu latihan-latihan bersama antara tentara Indonesia dan Australia, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara maupun yang sifatnya gabungan. Presiden SBY juga minta dihentikan sementara yang disebut dengan coordinated military operation. Dan yang terakhir adalah Indonesia berpendapat dan akan meminta untuk keberlanjutan kerja sama di masa depan, maka diperlukan semacam protokol, code of conduct, dan sekaligus guiding principles menyangkut kerja sama dan kemitraan di berbagai bidang, termasuk latihan-latihan bersama tentara Indonesia-Australia, kerja sama dalam menghadapi ancaman people smuggling, serta kerja sama pertukaran intelijen dan informasi. Dari pidato kenegaraan tersebut, sangat jelas bahwa Presiden SBY menghentikan sementara kerjasama militer dengan Australia. Sikap itu menyusul terkuaknya penyadapan Australia kepada Yudhoyono beserta jajarannya. Skandal penyadapan terbuka ke publik setelah The Guardian dan kelompok Fairfax Media melansirnya berdasarkan

description

Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia

Transcript of Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia

Page 1: Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia

Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan AustraliaBangsa Indonesia berhak marah, kemarahan Bangsa ini makin menjadi setelah Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang merasa Australia tak merasa bersalah dan melanggar hukum terkait penyadapan tersebut. Apalagi menurut pejabat Australia, penyadapan adalah hal yang lumrah oleh negara lain. Indonesia makin diremehkan dengan pernyataan yang tak ada nilainya tersebut.

Dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 20 November 2013 lalu di Istana Kepresidenan di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan tentang tiga hal yang akan di tempuh pemerintah Indonesia sambil menunggu apa yang akan disampaikan oleh Pemerintah Australia tentang kasus penyadapan yang dilakukan oleh pihak Australia.

Yang pertama adalah Indonesia tetap menunggu penjelasan dan pertanggungjawaban Australia atas kasus penyadapan itu, yang kedua Presiden SBY minta dihentikan dulu latihan-latihan bersama antara tentara Indonesia dan Australia, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara maupun yang sifatnya gabungan. Presiden SBY juga minta dihentikan sementara yang disebut dengan coordinated military operation. Dan yang terakhir adalah Indonesia berpendapat dan akan meminta untuk keberlanjutan kerja sama di masa depan, maka diperlukan semacam protokol, code of conduct, dan sekaligus guiding principles menyangkut kerja sama dan kemitraan di berbagai bidang, termasuk latihan-latihan bersama tentara Indonesia-Australia, kerja sama dalam menghadapi ancaman people smuggling, serta kerja sama pertukaran intelijen dan informasi.

Dari pidato kenegaraan tersebut, sangat jelas bahwa Presiden SBY menghentikan sementara kerjasama militer dengan Australia. Sikap itu menyusul terkuaknya penyadapan Australia kepada Yudhoyono beserta jajarannya. Skandal penyadapan terbuka ke publik setelah The Guardian dan kelompok Fairfax Media melansirnya berdasarkan dokumen bocoran eks analis Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden.

Selain menyadap petinggi di Negara Indonesia, situs harian The Australian menuliskan bahwa pemerintah Australia juga menyadap satelit Palapa milik Indonesia. Pihak yang diduga menyadap adalah Australian Signals Directorate (ASD), salah satu direktorat di Kementerian Pertahanan Australia yang bertanggung jawab atas signals intelligence (SIGNIT).

Informasi mengenai penyadapan satelit ini diungkap Des Ball, professor dari Australian National University's Strategic and Defence Studies Centre. Dalam artikel itu, Satelit Palapa disebut-sebut sebagai sasaran kunci penyadapan yang dilakukan Australia. Sebelum isu penyadapan satelit Palapa, beredar juga informasi bahwa komunikasi Indonesia ternyata selama ini disadap Singapore Telecom (SingTel), sebuah operator telekomunikasi milik Pemerintah Singapura.

Page 2: Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia

Australia Akan Memiliki Dampak Serius di Bidang PertahananMantan Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer mengatakan sangat menyayangkan penyadapan yang dilakukan negaranya terhadap presiden dan pejabat tinggi Indonesia. Menurut dia, hal ini sangat merugikan Australia. "Ini situasi yang mengejutkan di mana Australia akan membayar harga yang sangat mahal," katanya. Hal ini, katanya, sangat merusak hubungan baik dua negara bertetangga itu.

Berita penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia menjadi pembicaraan hangat di Negeri Kanguru itu. Hampir seluruh media besar menuliskannya di halaman depan. Terungkapnnya penyadapan Australia atas Indonesia berasal dari dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden. Dalam dokumen yang juga diperoleh oleh harian Australia, Sydney Morning Herald, ia mengungkapkan ada beberapa file penyadapan para pejabat Indonesia, termasuk percakapan pribadi ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, ada satu file yang berisi seluruh percakapan SBY selama 15 hari pada bulan November 2009.

Komentar seputar pembekuan kerjasama pertahanan pun ramai dibicarakan di negeri Kangguru ini, seorang analis Australia sebut pembekuan membahayakan penghentian kerjasama di bidang penangkalan aksi teror dan operasi perbatasan antara Australia dengan Indonesia, dikhawatirkan akan akan memiliki dampak yang serius bagi bidang pertahanan Negeri Kanguru.

Para ahli memperingatkan penghentian sementara kerjasama antara Polisi Federal Australiadengan Indonesia dapat memukul mundur semua kemajuan yang pernah dicapai di bidangpertahanan. Harian Sydney Morning Herald (SMH), pada 22 November 2013 lalu telah melansir pernyataan seorang sumber di bidang keamanan yang menyebut penghentian kerjasama dapat membahayakan Australia. "Hal itu dapat membahayakan seluruh inisiatif mengenai penyelundupan manusia yang pernah disepakati oleh kedua negara," ujar sumber itu.

Sedangkan Kepala Polisi Federal Australia (AFP), Tony Negus enggan berkomentar soal dampak yang dirasakan oleh AFP setelah adanya penghentian kerjasama dengan Indonesia. "Kami tetap membina sebuah hubungan yang baik dengan Polri. Reputasi dan hubungan kami dengan Polri tetap baik saat ini, jadi kami berharap tetap bisa meneruskan kerjasama itu," ungkap Negus. Pernyataan itu muncul ketika anggota tentara elite militer Australia, resimen SAS bersiap pulang setelah latihan bersama penyelamatan sandera dan pembajakan dengan Kopassus Indonesia dibatalkan.

Selain itu, sebuah rencana untuk menyerahkan sembilan pesawat Hercules C-130H gelombang pertama dari Australia ke Indonesia juga ditunda. Acara tersebut sedianya diadakan tanggal 26 November 2013 lalu. Belum diketahui apakah Pesawat Hercules itu berniat untuk dihibahkan Negeri Kanguru atau ditawarkan untuk dijual ke Indonesia.

Sementara Juru Bicara Menteri Keamanan David Johnston, menyayangkan adanya pembatalanbeberapa latihan militer. Namun, dia menyebut Australia akan menggunakan pendekatan jangkapanjang untuk menjalin kerjasama di bidang pertahanan dengan Indonesia. Mantan polisi anti teror, Nick O'Brien yang pernah bekerja sama dengan polisi satuan khusus Inggris, kecewa apabila kerjasama di antara satuan pengamanan akan dihentikan sementara. Pasalnya, kolaborasi

Page 3: Indonesia Tak Rugi Setop Gandeng Militer Dengan Australia

polisi Australia dan Indonesia dalam membekuk para pelaku aksi teror merupakan kisah sukses yang terkenal. "Sangat disayangkan apabila kerjasama tersebut harus hilang. Namun, kehilangan justru dirasakan lebih besar oleh warga Australia," kata O'Brien.