indo BAB II

29
6 Kanker juga dapat diartikan sebagai kelainan genetik yang merupakan akibat dari peristiwa-peristiwa mutasi yang akan mengubah fungsi normal suatu sel sehingga sel tersebut menjadi : 1. Immortal, yaitu sel yang mampu melakukan pembelahan sel secara tak terbatas. 2. Independen atau mandiri, yaitu sel yang keluar dari kontrol-kontrol selular normal yang membatasi pertumbuhan dan pembelahan. 3. Invasitif, yaitu sel yang menyebar ke jaringan- jaringan lain yang dikenal dengan istilah metastasi. Kanker dipelajari secara khusus, ilmu yang mempelajari mengenai kanker disebut onkologi.Onkologi adalah perubahan sel-sel normal menjadi sel abnormal yang dicirikan dengan proliferasi seluler yang tak terkontrol.Neoplasma dikenal sebagai populasi sel-sel yang berpotensi menjadi sel kanker yang tumbuh secara lepas kendali, neoplasma yang terbatas ditempat asalnya

Transcript of indo BAB II

24

Kanker juga dapat diartikan sebagai kelainan genetik yang merupakan akibat dari peristiwa-peristiwa mutasi yang akan mengubah fungsi normal suatu sel sehingga sel tersebut menjadi :1. Immortal, yaitu sel yang mampu melakukan pembelahan sel secara tak terbatas.2. Independen atau mandiri, yaitu sel yang keluar dari kontrol-kontrol selular normal yang membatasi pertumbuhan dan pembelahan.3. Invasitif, yaitu sel yang menyebar ke jaringan-jaringan lain yang dikenal dengan istilah metastasi.Kanker dipelajari secara khusus, ilmu yang mempelajari mengenai kanker disebut onkologi.Onkologi adalah perubahan sel-sel normal menjadi sel abnormal yang dicirikan dengan proliferasi seluler yang tak terkontrol.Neoplasma dikenal sebagai populasi sel-sel yang berpotensi menjadi sel kanker yang tumbuh secara lepas kendali, neoplasma yang terbatas ditempat asalnya dan tak memiliki kecenderungan untuk tumbuh kembali setelah dihilangkan dengan operasi disebut neoplasma jinak sedangkan jika neoplasma tersebut bermetastasi dari tempat asalanya maka neoplasma dikatakan ganas (maglinant).Sejumlah mutasi onkogenik bisa diwariskan dari keluarga atau diinduksi dari paparan lingkungan yang mengandung bahan karsinogenik.Karsinogenik adalah agen baik itu zat, radiasi pengionisasi, dan virus-virus tertentu yang dapat mendorong terjadinya kerusakan DNA yang berdampak pada perubahan sel-sel normal menjadi abnormal.Contoh agen-agen karsinogen diantaranya :Tabel 1 Agen KarsinogenikNo.AgenKarsinogenikSumberKemungkinanJenis kanker

1.UltravioletA,BSinar matahariMelanoma/kanker kulit

2.NitrosaminAditif natrium nitrit pada sosis dan kornet (pewarna merah daging), sate/BBQ, juga terdapat pada tembakauKanker

3.Benzo(a)pirenRokokKanker paru-paru

4.Rhodamin BPewarna kertas tetapi ditambahkan pada makanan, minuman, kosmetika (warna merah)Kanker kulit

5.AflatoksinDiproduksi oleh kapang Aspergillus flavus selama penyimpanan biji-bijian, kacang-kacangan dan mentega kacangKanker

6.Virus hepatitisLingkunganKanker hati

7.HPVLingkungan khususnya melalui hubungan seksualKanker serviks

Karsinogenik dapat menyebabkan ketidakstabilan genomik atau gangguan pada proses metabolisme seluler.Karsinogen mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker dengan merubah metabolisme seluler atau merusak DNA langsung didalam sel sehingga menggangu proses bioligis dan menginduksi pembelahan sel secara tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan terjadinya pembentukan kanker.Sela yang mengalami perubahan atau kerusakan DNA yang parah akan masuk pada program kematian sel (apoptosis), tetapi jika jalur program kematian sel ini rusak maka sel yang yang rusak akan terus membelah dan berubah menjadi sel kanker.Setelah karsinogen masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan melakukan upaya-upaya untuk menghilangkannya yang disebut proses biotransformasi.Tujuan dari reaksi ini adalah membuat karsinogen menjadi lebih larut air sehingga bisa dikeluarkan dari tubuh.Tetapi, reaksi ini juga bisa merubah suatu senyawa karsinogen yang sebenarnya tidak terlalu toksik menjadi senyawa baru yang lebih toksik yang berakibat pada kerusakan DNA atau mutasi gen.Terdapat dua tipe mutasi berbeda yang bisa mengarah pada pertumbuhan kanker.Tipe mutasi pertama loss of function dalam gen tumor supresor, fungsi gen ini adalah untuk menekan pembelahan dan pertumbuhan sel, jika gen tumor supresor tidak aktif maka sel akan terus membelah tanpa adanya kontrol.Tipe mutasi kedua gain of function atau tipe pemerolehan, pembelahan dan pertumbuhan sel dikendalikan oleh banyak gen, jika gen-gen tersebut tidak teraktivasi secara benar dapat mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkendali.Gen yang menyebabkan kanker disebut onkogen, sedangkan gen selular yang bersesuaian dengan onkogen dinamakan protoonkogen.Onkogen dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori berdasarkan sifat priteinnya :1. Reseptor sel yang berubah2. Protein-G berubah3. Hormon peptide yang berubah4. Protein kinase yang berubah5. Protein regulatoris DNA yang berubah.Sebagian gen tersebut dibawa oleh virus-virus onkogenik (v-onkogen) contohnya HPV.

Konsep onkegen berasala dari penemuan susunan gen virus tersebut berubah (transformasi) menjadi ganas.Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa susunan (sekuen) DNA di dalam sel ganas menunjukan homologi dengan DNA virus, sedangkan penelitian lain dengan metode gene transfer meyakinkan bahwa sekuen DNA yang terkait memberikan kontribusi untuk perkembangan sel ganas.Onkogen yang akan bersesuaian dengan protoonkogen mengakibatkan keganasan yang tidak dapat dikontrol akibat perubahan struktural dalam gen.Mutasi protoonkogen relatif sering terjadi namun untuk perubahan ke arah keganasan dapat dicegah dengan bantuan gen tumor supresor yang berperan menginduksi terhentinya siklus sel atau mendorong terjadinya apoptosis atau nekrosis.Apabila fungsi-fungsi gen tersebut hilang maka sel tersebut menjadi rentan terhadap transformasi ganas.Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 150 jenis onkogen yang berperan dalam transformasi sel, walaupun mekanismenya belum seluruhnya lengkap.

2.2 Pengertian Kanker ServiksKanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim.

Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan sedang (Gastout et al, 1996).Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki resiko kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%. Dinyatakan pula bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks pada infeksi HPV-16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan (Bosch et al, 2002). Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16 yang dibuktikan pada sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan HPV-16. Contoh gambar Rahim yang normal dan yang memiliki kanker serviks.

Gambar 1Selain itu, didapatkan pula bahwa respon imun pada HPV-18 dapat meningkatkan virulensi virus dimana mekanismenya belum jelas. HPV-16 berhubungan dengan skuamous cell carcinoma serviks sedangkan HPV-18 berhubungan dengan adenocarcinoma serviks. Prognosis dari adenocarcinoma kanker serviks lebih buruk dibandingkan squamous cell carcinoma. Peran infeksi HPV sebagai faktor risiko mayor kanker serviks telah mendekati kesepakatan, tanpa mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur, paritas, aktivitas seksual dini/prilaku seksual, dan meroko, pil kontrasepsi, genetik, infeksi virus lain dan beberapa infeksi kronis lain pada serviks seperti klamidia trakomatis dan HSV-2. (Hacker, 2000)

2.3 Penyebab Kanker ServiksSecara umum kanker terjadi karena mutasi sel normal menjadi sel yang tidak normal. Sel yang normal akan tumbuh dan melipatgandakan secara teratur. Akan tetapi sel kanker tumbuh dan melipatgandakan diri secara tidak terkontrol dan sel tersebut tidak mati. Akumulasi dari sel tersebut akan menjadi besar dan disebut dengan tumor. Sel kanker menyerang jaringan tubuh terdekat dan dapat memecah dari sumbernya untuk menyebar ke manapun di bagian tubuh.Ada dua tipe umum kanker serviks :2.3.1 Squamous cell carcinomas terdapat pada bagian bawah serviks. Tipe ini menjadi penyebab sekitar 80 sampai 90 persen kanker serviks.2.3.2 Adenocarcinomas terjadi pada bagian atas serviks. Tipe ini menjadi penyebab 10 sampai 20 persen kanker serviks.

Apa yang menjadi penyebab sel squamos atau sel glandular menjadi tidak normal dan berkembang menjadi kanker tidak jelas. Tetapi virus HPV memainkan peran dalam hal ini. Bukti menunjukkan bahwa virus HPV ditemukan pada semua kasus kanker serviks. Tetapi di sisi lain banyak pula wanita yang memiliki virus HPV tidak pernah mengalami kanker serviks. Ini berarti ada kemungkinan faktor lain juga memainkan peran, seperti genetik, lingkungan atau gaya hidup.

2.4 Faktor Resiko Kanker ServiksFaktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :

2.4.1 Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.2.4.2 Usia pertama kali menikah2.4.3 Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi2.4.4 Penggunaan antiseptik2.4.5 Wanita merokok2.4.6 Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia2.4.7 Paritas (jumlah kelahiran)2.4.8 Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama 2.4.9 Sistem tubuh yang lemah

2.5 Gejala Kanker ServiksGejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.(Dalimartha, 2004)Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual. (Wiknjosastro, 1997)

2.6 Pencegahan Kanker ServiksSebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :

2.6.1 Menghindari berbagai faktor risiko yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.

2.6.2 Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).

2.6.3 Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.

2.6.4 Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim.

2.6.5 Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.

2.7 Pengobatan Kanker ServiksTerapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi (Wiknjosastro, 1997).

2.7.1 Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.

2.7.2 Terapi penyinaran (radioterapi) Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi. (Gale & Charette, 2000)

2.7.3 Kemoterapi Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain lain. (Prayetni, 1997).

2.8 Bagaimana Cara Mendiagnosa Kanker ServiksWalaupun Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel abnormal pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan tanpa menimbulkan rasa sakit.Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision Procedure (LEEP), cone biopsies dan punch biposies.

2.9 Penentuan Stadium dan Serta Pengobatan Kanker ServiksThe Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) mengklasifikasikan kanker serviks berdasarkan hasil scan menjadi CIN I hingga III, di mana CIN III merupakan penyebab awal kanker serviks. Di atas CIN III berarti sel-sel yang ada telah berubah menjadi kanker, dan akan ditentukan sebagai stadium 0 (dimana kanker masih terisolasi pada area kulit) hingga 4B (dimana telah terjadi penyebaran pada organ tubuh lain).Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur bedah konservatif untuk wanita yang ingin mempertahankan kesuburan mereka, sementara yang lain dianjurkan untuk mengangkat seluruh organ uterus dan serviks (trachelectomy). Setelah prosedur pembedahan, umumnya direkomendasikan untuk menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum melakukan program kehamilan. Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar getah bening disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan mengangkat beberapa kelenjar getah bening dari sekitar uterus untuk bahan evaluasi patologi.Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila kanker telah sepenuhnya diangkat melalui trachelectomy. Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk tetap melakukan pencegahan secara aktif dan melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk melakukan skrining Pap smear.Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi radikal (pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah bening. Terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat diberikan setelah prosedur pembedahan guna mengurangi resiko kembalinya kanker. Tumor usia dini berukuran besar dapat diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi dahulu. Histerektomi dapat dilakukan kemudian untuk mengendalikan kanker secara lokal dengan lebih baik.Tumor berstadium lanjut (stadium 2B hingga 4B) harus dirawat dengan terapi kemo-radiasi.2.10 Seberapa Besar Tingkat Keselamatan Dari Kanker Serviks ?Dengan pengobatan, tingkat keselamatan 5 tahun untuk kanker serviks pada tahap dini adalah 92 persen, 80 hingga 90 persen untuk kanker stadium 1, dan 50 hingga 65 persen untuk stadium 2. Hanya 25 hingga 35 persen utuk wanita yang berada pada stadium 3 dan 15 persen untuk mereka dengan kanker stadium 4, yang berhasil bertahan hidup setelah 5 tahun. Karena itu, skrining dan deteksi dini untuk kanker serviks sangatlah penting.