INDISCHE PARTIJ 2

18
SEJARAH INDISCHE PARTIJ OLEH : Umi Amaliah Ilyas 106404049 Pend. IPS Terpadu

Transcript of INDISCHE PARTIJ 2

Page 1: INDISCHE PARTIJ 2

SEJARAH INDISCHE PARTIJ

OLEH :

Umi Amaliah Ilyas

106404049

Pend. IPS Terpadu

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012-2013

Page 2: INDISCHE PARTIJ 2

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang atas Berkat,Rahmat,dan Hidayah-Nya,penulis telah menyelesaikan penulisan

makalah tentang sejarah Indische Partij.

Makalah ini dapat membantu anda untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang sejarah

dan peranannya,dengan cara membaca,memahami,dan mendiskusikan bahan yang ada dalam

makalah ini.Dengan melakukan kegiatan ini anda dapat mengalami sendiri,melakukan

sendiri,dan mengonstruksikan sendiri.

Dalam pembahasan makalah ini diharapkan dapat memenuhi harapan semua

orang,yaitu anda dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan mudah-

mudahan dapat berguna bagi penulis dan orang yang membacanya.

Penulis mengucapkan terima kasih atas perannya kepada semua pihak,khususnya

penerbit,penulis lain yang naskahnya yang dikutip,dan semua teman-teman.

Akhir kata semoga makalah ini bias bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya,penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh

dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan kearah kesempurnaan.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Takalar, Januari 2012

Penulis

Page 3: INDISCHE PARTIJ 2

INDISCHE PARTIJ (25 DESEMBER 1912)

Latar Belakang

Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan

Sarekat Islam (Baca Tulisan saya sebelumnya). Organisasi ini merupakan organisasi pertama

yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan demikian Indische Partij adalah partai politik

pertama di Indonesia. Indische Partich ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada

tahun 1899. Indische Bond adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan

K. Zaalberg, seorang indo. Tujuan organisasi ini adalah untuk memperbaiki kaum Indo. Pada

masa itu kaum Indo menaruh dendam yang tak ada hingganya kepada bangsa Belanda dan

segala sesuatu yang bercorak Belanda. Hal ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi

"golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.

Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Ia insyaf bahwa

segala keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak aka nada gunanya. Sumber dari segala

kesukaran itu terletak di dalam ketergantungan, pada pemerintah kolonial. Kam Indo menderita

dan dicampakannya kedalam kubangan kesengsaraan sebagai akibat perbuatannya

Onderneming-onderneming orang Barat yang bercorak penjajahan dan berdasar kepada

perusahaan-perusahaan kolonial.

Pendirian Douwes Dekker ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond di Jakarta tanggal

12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit ptih dengan sawo matang". Ia

berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga ia tak mngkin akan memperoleh

keuntungan, jika ia hendak bertindak seorang diri. Salah sat syarat untuk mendapat

kemenangan di dalam pertentangan dengan penjajah bangsa Belanda itu, ialah

menggabungkan diri kepada bangsa Indonesia. Kita berjuang bersama-sama dengan mereka. Di

dalam perjuangan itu, terutama sekali dikehendaki kerjasama yang rapat.

Page 4: INDISCHE PARTIJ 2

Secara politik, sikap menerima saja segala sesuatunya dengan senang hati adalah sesuatu

yang salah. Karena ia akan membawa kita kepada hidup diperbawah. Di dalam perjuangan

politik hendaklah kita dengan gigih memegang teguh apa yang telah kita peroleh, sambil

mengulurkan tangan untuk merebut hak kita yang belum dimiliki.

Pendapat Douwes Dekker diatas tidak sependapat dengan pendapat Zaanberg,

pemimpin Indische Bond. Ia menerima ketergantungan pada pemerintah kolonial. Di dalam

ketergantungan itu kehendak kaum indo akan berbahagia, asal saja pemerintah dan orang-

orang Eropa lapisan atas suka menolongnya. Zaalberg bsebenarnya ingin mengekalkan

penjajahan. Sedangkan Douwes Dekker ingin menghapuskan penjajahan itu.

Untuk mewujdkan gagasan itu, maka mulai tanggal 15 September sampai dengan 3

oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda, bersama-sama dengan tim

nya. Mereka mengadakan rapat-rapat di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Semarang,

Tegal, Pekalongan dan Cirebon, kemudian diteruskan ke kota-kota di Jawa Barat. Propaganda

Douwes Dekker ini ternyata mendapat sambutan hangat dari golongan intelektual Indonesia di

Pulau Jawa.

Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung

ia mendapat sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, ia merupakan "tiga serangkai" yang

sangat ditakuti oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di

Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.

Tujuan Indische Partij

Dalam anggaran dasar indische partij (Pasal 2) dirumuskan tujuan sebagai berikut :

a. Untuk membangun patriotism semua bangsa Hindia kepada tanah air yang telah

member lapangan hidup kepadanya.

b. Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.

c. Memajukan tanah air Hindia.

Page 5: INDISCHE PARTIJ 2

d. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

Adapun saha-usaha untuk mencapai tujuan itu adalah sebagai berikut :

a. Memelihara Nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan

kebangsaan semua bangsa Hindia, meluaskan pengetahuan umum tentang

sejarah kebudayaan Hindia, menyatupadukan intelek secara bertahap kedalam

golongan-golongan bangsa yang masih hidup bersama dalam keadaan terpisah

karena ras dan ras peralihan masing-masing, menghidpkan kesadaran diri dan

kepercayaan terhadap diri sendiri.

b. Menyingkirkan kesombongan rasial dan keistimewaan ras, baik dalam bidang ke

tatanegaraan maupun dalam bidang kemasyarakatan, melawan usaha untuk

membangkitkan kebencian agama dan sektarisme yang bisa mengakibatkan

bangsa Hindia tidak mengenal satu sama lain, dan memajukan kerjasama

nasional.

c. Memperkuat tenaga bangsa Hindia dengan usaha kemajuan terus menerima dari

individu kearah aktivitas yang lebih besar dalam bidang tehnik dan kearah

penguasaan diri serta pola berfikir dalam bidang kesusilaan.

d. Penghapsan ketidaksamaan hak kaum Hindia.

e. Memperkuat daya pertahanan bangsa Hindia untuk mempertahankan tanah air

dari serangan asing, apabila perlu.

f. Mengusahakan unifikasi, perluasan, pendalaman dan Hindianisasi pengajaran,

yang di dalam semua hal harus ditujukan kepada kepentingan ekonomis Hindia,

dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan ras, seks atau kasta

dan harus dilaksanakan sampai tingkat setinggi-tingginya yang bisa di capai.

g. Memperbesar pengaruh Pro-Hindia ke dalam pemerintahan.

Page 6: INDISCHE PARTIJ 2

h. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat

yang lemah ekonominya.

Semua usaha-usaha lain yang sah dan dapat dipergunakan untuk memcapai tujuan tersebut.

Keanggotaan

Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan

tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggotaIndische Partij adalah

golongan bumiputera, golongan Indo, Cina dan Arab.

Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya

7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumiputera

adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Indische Partij Cabang antara lain adalah

Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang,

Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.

Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische

Partij lebih kecil jumlahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena adanya perasaan takut untuk

memasuki suatu perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang

berbunyi "Bahwa perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn

soal pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda".

Pasal ini merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam

mengembangkan jumlah Anggotanya.

Perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukm.

Di dalam rapat pendirian Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 ditetapkan pula

anggaran dasarnya. Kemdian anggaran dasar itu diberikan kepada pemerintah untuk

mendapatkan pengesahan untuk menjadikan Indische Partij berbadan hukum. Sikap Gubernur

Page 7: INDISCHE PARTIJ 2

jendral Idenberg terhadap Indische Partij berbeda dengan sikapnya kepada Budi Utomo dan

Sarekat Islam. Sikapnya terhadap Budi Utomo dan Sarekat Islam sangat berhati-hati, tetapi

sikapnya terhadap Indische Partij sangat tegas. Gubernur Jendral Idenberk menolak anggaran

dasar Indische Partij dengan surat keputusan tanggal 4 Maret 1913. Alas an penolakan

disebutkan "Oleh karena perkumpulan itu berdasar politik dan mengancam hendak merusak

keamanan umum, harus dilarang pendiriannya, menurut pasal 111 RR".

Di dalam rapat tanggal 5 Maret 1913 pucuk pimpinan Indische Partij memutuskan untuk

mengubah bunyi pasal 2 tentang tujuan Indische Partij. Setelah diubah bunyinya menjadi

seperti berikut :

a. Memajukan kepentingan anggota di dalam segala lapangan, baik jasmani

maupun rohani.

b. Menambah kesentosaan kehidupan rakyat di Hindia Belanda.

c. Berdaya upaya menghilangkan segala rintangan dan Undang-undang Negara

yang menghalangi terciptanya tujuan, dan

d. Minta diadakan undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang menunjang

tercapainya tujuan.

Pada tanggal 5 Maret 1913 Indische Partij memajukan lagi untuk kedua kalinya anggaran

dasar agar dapat disahkan oleh pemerintah. Dengan surat keputusan tanggal 11 Maret 1913

Gubernur Jendral menolak anggaran dasar Indische Partij yang baru. Bunyi penolakan itu adalah

sebagai berikut "Menimbang bahwa perubahan yang diadakan pada pasal 2 anggaran dasar itu,

sekali-kali tidak bermaksud merubah dasar dan jiwa organisasi itu yang sebenarnya, sebagai

diterangkan di dalam surat keputusan tanggal 4 Maret 1913 No.1 maka kenyataan itu adalah

jelas daripada keterangan ketua organisasi, atas pertanyaan Cabang Indramayu yang tertulis di

dalam notulen persidangan tanggal 25 Desember 1912 dan dilampirkan di dalam surat

permohonan pcuk pimpinan Indische Partij tanggal 16 Maret 1913. Berhubung dengan itu,

pemerintah Hindia Belanda tetap menguatkan surat keputusan tanggal 4 Maret 1913".

Page 8: INDISCHE PARTIJ 2

Walaupun kemdian pucuk pimpinan Indische Partij beraudiensi kepada Gubernur

Jendral Idenburg untuk mengulangi permohonan badan hukum itu, tetapi pemerintah Hindia

Belanda tetap pada pendiriannya.

Dengan adanya penolakan itu berarti Indische Partij menjadi parta terlarang dan hanya

berusia 6 Bulan. Meskipun usianya pendek tetapi semangat dan jiwa Indische Partij tetap

mendapatkan tempat pada para pemimpin pergerakan saat itu.

Penangkapan dan Pengasingan

Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari

jajahan Perancis pada tahun 1813. Negeri Belanda dikuasai Napoleon Bonaparte kaisar Perancis

(1805). Napoleon Bonaparte menempatkan saudaranya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda.

Melalui perang Koalisi VI (1813-1814) Rusia, Inggris, Australia, Spanyol, Prusia dan Negara-

negara Jerman dapat mengalahkan Napoleon Bonaparte dalam "Pertempuran bangsa-bangsa"

di Leipzig tahun 1813. Dengan runtuhnya kekuasaan Napoleon itu, Belanda menjadi Negara

merdeka, sesuai dengan isi perjanjian Perdamaian Paris I (1814).

Rencana perencanaan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini

menimbulkan perasaan anti pati dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk mengimbangi

niat pemerintah kolonial Belanda itu, didirikanlah di Bandung sebuah Komite yang dikenal

sebagai "Komite Boemi Poetra". Tujuan Komite itu adalah :

a. Mencabut pasal 111 RR.

b. Membentuk majelis perwakilan rakyat sejati.

c. Adanya kebebasan berpendapat di tanah jajahan.

Salah satu pemimpin Komite Boemi Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis

sebuah risalah dengan judul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya ak seorang Belanda). Di

dalam risalah itu ia menulis antara lain "…Seandainya Aku Seorang Belanda, masih belumlah

Page 9: INDISCHE PARTIJ 2

saya dapat berlaku sekehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan mengharap-harap,

semoga peringatan hari kemerdekaan itu, di pesta seramai-ramainya, tapi saya tidak akan

menyukai, jika anak-anak negeri dari tanah jajahan ini dibawa-bawa larut berpesta. Saya akan

melarang mereka turut bergembira dan bersuka ria di hari-hari keramaian itu, bahkan saya

akan meminta dip agar tempar berpesta, agar tidak ada seorang diantara anak-anak negeri

yang dapat terlihat, secara apa kita beriang-riang dalam memperingati hari kemerdekaan kita

itu.

Sejalan dengan aliran itu, bukan daja tidak adil, tapi terlebih lagi tidak patut, jika anak-

anak negeri disuruh menyumbang uang pula untuk turut membelanjai pesta itu. Jika mereka itu

telah diperhatikan dengan laku mengadakan pesta kemerdekaan untuk negeri Belanda,

sekarang orang bermaksud pula hendak mengosongkan kantong uangnya. Sesungguhnya, suatu

penghinaan lahir dan batin"

Tulisan R.M. Soewardi Soerjaningrat ini mendapat reaksi yang hebat dari pemerintah

kolonial Belanda. Terjadilah pemeriksaan-pemeriksaan yang intensif terhadap Tiga Serangkai

oleh Kejaksaan. Dengan menggunakan "Hak Luar Biasa" (Exorbitante rechten) Gubernur

Jenderal Idenburg mengeluarkan surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan

ketiga pemimpin Komite Boemi Poetra itu. Beberapa tempat ditunjuk untuk mereka. Kupang

untuk Tjipto Mangoenkoesoemo, Banda untuk R.M. Soewardi Soerjaningrat, dan Bengkulu

untuk Douwes Dekker. Disamping itu ditetapkan pula dalam surat keputusan tanggal 18

Agustus 1913 bahwa mereka bebas berangkat keluar Hindia Belanda. Mereka bertiga memilih

diasingkan di luar negeri, yaitu ke negeri Belanda. Mereka berangkat ke Negeri pengasingan

tanggal 6 September 1913. Hari keberangkatannya ini diproklamasikan sebagai "Hari Raya

Kebangsaan".

Dengan diasingkannya ketiga pimpinan tersebut, maka secara Organisatoris Indische

Partij tidak berperanan lagi di dalam pergerakan nasional Indonesia. Ternyata, pengasingan Tiga

Serangkai ke negeri Belanda berpengaruh amat kuat pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia

yang belajar disana.

Page 10: INDISCHE PARTIJ 2

Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Dr. Ernest

Francois Eugene Douwes Dekker yang kemudian dikenal sebagai Dr. Danu Dirdjo Setia Budhi,

Dr. Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat yang kemudian terkenal dengan

nama Ki Hadjar Dewantara. EFE Douwes Dekker sendiri adalah cucu dari adik d Douwes Dekker

penulis buku yang cukup terkenal “Max Haveelar” yang memuat kisah-kisah penderitaan “Saija

dan Adinda” dengan menggunakan nama samaran Multatuli.

Sedangkan Dr. Cipto adalah anak seorang guru dan pernah dianugerahi bintang jasa

“Ridder in de Orde van Oranje Nassau” oleh Ratu Wilhelmina karena keberaniannya bertugas di

Kepajen dekat kota Malang tatkala berjangkit wabah pes disana. Ia seseorang yang pantang

menyerah dalam menggapai cita-citanya dan terkenal dengan semboyannya “rawe-rawe

rantas, malang-malang putung”. Dan Suwardi Suryaningrat adalah keturunan bangsawan, cucu

dari Sri Paku Alam III. Awalnya bersekolah di STOVIA, namun tidak selesai dan karena bakat

jurnalistiknya ia bersama Douwes Dekker mengasuh majalah “De Express”.

Menurut anggaran dasarnya, Indische Partij bermaksud membangun rasa cinta dalam

setiap hati orang Hindia terhadap bangsa dan tanah airnya. Hal ini dilakukan dengan cara

menyadarkan masyarakat dengan menghidupkan kembali harga diri, rasa mampu, dan rasa

kebangsaan atau nasionalisme. Dan dalam hal ini mereka menganjurkan suatu nasionalisme

yang jauh lebih luas dari nasionalisme Boedi Oetomo. Dan cita-cita ini mereka ini

disebarluaskan melalui Harian De Express.

Mengenai siapakah yang dimaksud dengan orang Hindia itu. Indische Partij berpendapat

bahwa orang Hindia itu tidak hanya bumi putera saja, tetapi Indo-Belanda, Indo-Cina, Indo-Arab

dan orang-orang yang dilahirkan di Hindia atau yang menganggap Hindia sebagai tanah airnya.

Oleh karena itu sejarawan Ricklefs (2006) mengatakan bahwa Indische Partij yang sebagian

besar anggotanya adalah orang-orang Indo-Eropa, merupakan satu-satunya partai yang lebih

banyak berpikir dalam kerangka nasionalisme (Indonesia) daripada dalam kerangka Islam,

Marxisme ataupun ukuran-ukuran suku bangsa yang sempit.

Page 11: INDISCHE PARTIJ 2

Pada tahun 1913, ketika Belanda merayakan seratus tahun kemerdekaannya . Soewardi

Soerjaningrat menulis sebuah artikel dalam Harian De Express (edisi 19 Juli) yang berjudul “Als

ik eens Nerdelander was” (Sekiranya saya menjadi seorang Belanda). Isi tulisan tersebut kurang

lebih sebagai berikut:

“Sekiranya saya seorang Belanda, maka saya tidak akan merayakan pesta-pesta kemerdekaan di

dalam suatu negeri yang kami sendiri tidak sudi memberikan kemerdekaan negeri itu”

Akibatnya, oleh pemerintah kolonial Belanda yang waktu itu dipimpin oleh Gubernur

Jenderal A.F. van Idenburg, artikel itu dianggap menghasut dan akhirnya tiga serangkai

diasingkan ke negeri Belanda.

Selama masa pembuangan di Belanda, bersama Suwardi dan Douwes Dekker, Cipto

tetap melancarkan aksi politiknya dengan melakukan propaganda politik berdasarkan ideologi

Indische Partij. Mereka menerbitkan majalah” De Indier” yang berupaya menyadarkan

masyarakat Belanda dan Indonesia yang berada di Belanda akan situasi di tanah jajahan.

Majalah De Indier menerbitkan artikel yang menyerang kebijaksanaan Pemerintah Hindia

Belanda.

Para tokoh Indiche Partij kemudian kembali ke Hindia Belanda pada masa pemerintahan

Gubernur Jenderal J.P. Count of Limburg Stirum (1916-1921). Dr. Cipto sendiri telah kembali

pada tahun 1914 karena alasan kesehatan. Setelah kembali, Douwes Dekker bergerak di bidang

pendidikan dengan mendirikan sekolah yang diberi nama “Institut Ksatrian” yang berpusat di

Bandung. Ki Hadjar Dewantara mengikuti jejak Douwes Dekker dengan mendirikan “Taman

Siswa” di Yogyakarta. Sedangkan Dr. Cipto sendiri membuka praktek dokter di Bandung dan

sempat menjadi anggota Volksraad tahun 1918.

Kemudian Indische Partij berubah namanya menjadi “Insulinde”. Dr. Cipto menjadi

anggota pengurus pusat Insulinde untuk beberapa waktu dan melancarkan propaganda untuk

Insulinde, terutama di daerah pesisir utara pulau Jawa. Selain itu, propaganda Cipto untuk

kepentingan Insulinde dijalankan pula melalui majalah Indsulinde yaitu Goentoer Bergerak,

Page 12: INDISCHE PARTIJ 2

kemudian surat kabar berbahasa Belanda De Beweging, surat kabar Madjapahit, dan surat

kabar Pahlawan.

Akibat propaganda Dr. Cipto, jumlah anggota Insulinde pada tahun 1915 yang semula

berjumlah 1.000 orang meningkat menjadi 6.000 orang pada tahun 1917. Jumlah anggota

Insulinde mencapai puncaknya pada Oktober 1919 yang mencapai 40.000 orang. Insulinde di

bawah pengaruh kuat Cipto menjadi partai yang radikal di Hindia Belanda. Pada 9 Juni 1919

Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP)

Akan tetapi NIP rupanya tidak mendapat sambutan yang luas di masyarakat bumi putera

karena masih banyak pemuda bumi putera yang takut secara terang-terangan menyatakan

kemerdekaannya dan pihak Indo-Belanda masih ingin mempertahankan hak prerogatifnya

sebagai warga negara kelas satu. Akibatnya banyak orang-orang Indo-Belanda yang keluar dari

NIP dan membentuk partai sendiri yang sesuai dengan kepentingan mereka sendiri yaitu “Indo-

Europeesch Verbong” (IEV).

Meskipun banyak ditinggalkan oleh anggotanya, sepak terjang tiga serangkai tidaklah

surut. Kegiatan-kegiatan dalam bentuk tulisan dan propaganda yang dilakukan oleh ketiganya

memperjuangkan kemerdekaan dan nasionalisme Hindia tetap merupakan ancaman bagi

pemerintah kolonial, sehingga demikian pada tahun 1921 Nationaal-Indische Partij (NIP)

dibubarkan.

Page 13: INDISCHE PARTIJ 2

DAFTAR PUSTAKA

href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a22ad6b1&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img

src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=471&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a22ad6b1' border='0' alt='' /></a>