Indikator Penyebab Kerusuhan

15
Indikator Penyebab Kerusuhan. Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru- hara/kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu. Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat. Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan- tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas ataumerdeka yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan segala permasalahannya. Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah

Transcript of Indikator Penyebab Kerusuhan

Page 1: Indikator Penyebab Kerusuhan

Indikator Penyebab Kerusuhan.

Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan atau perang atau

keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun

organisasi tertentu. Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat

keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini,

merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta munculya

gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan.

Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa. Permasalahan

ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan

keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk

menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.

Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat digambarkan sebagai

penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan

dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan

dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai politik

baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih

luas ataumerdeka yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan

benturan antar etnik dengan segala permasalahannya. Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi

karena perlakuan yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah

yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga daerah tersebut mampu

menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi.Sebelumnya Selain

itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat

terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit maupun pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi

sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme sempit dari

kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal ini menunjukkan bahwa para elit politik secara sadar maupun

tidak sadar telah memprovokasi masyarakat. Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar masyarakat Indonesia

sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk bertindak yang

menjurus ke arah terjadinya kerusuhan maupun konflik antar kelompok atau golongan. Kebijakan

Penanggulangan. Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah sebagai

berikut :

1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.

2. Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu dan

membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.

Page 2: Indikator Penyebab Kerusuhan

3. Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan

persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan

dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.

Indonesia Tidak Lepas dari ATHG

Ancaman Dalam dan Luar Negeri

Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia dengan adadnya tekad bersama-

sama menggalang kesatuan dan kecintaan bangsa. Berbagai pemberontakan PKI, RMS (Republik Maluku Selatan),

PRRI Permesta dan juga gerakan sparatis di Timor- Timur yang pernah menyatakan dirinya berintegrasi dengan

Indonesia, meskipun akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya kembali daerah tersebut. Ancaman

sparatis dawasa ini ditunjukan dengan banyaknya wilayah atau propinsi di Indonesia yang menginginkan dirinya

merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh, Riau, Irian Jaya, dan beberapa daerah lain begitu pila beberapa aksi

provokasi yang mengganggu kestabilan kehidupan sampai terjadinya berbagai kerusuhan yang diwarnai nuansa

etnis dan agama dan gangguan dari luar adalah gangguan dari negara lain yang ingin menguasai pulau-pulau kecil

yang masih berada di didalam wilayah NKRI namun dekat dengan wilayah negara lain. Bangsa Indonesia telah

berusaha menghadapi semua ini dengan semangat persatuan dan keutuhan, meskipun demikian gangguan dan

ancaman akan terus ada selama perjalanan bangsa, maka diperlukan kondisi dinamis bangsa yang dapat

mengantisipasi keadaan apapun terjadi dinegara ini..

Tantangan Bangsa, Dewasa ini Indonesia berada di tengah era baru, yang dinamakan era reformasi. Kondisi

bangsa kita di era reformasi ini, antara lain ditandai dengan beberapa fenomena yang mengemuka sebagai

tantangan. Apabila diidentifikasi maka secara umum dapat dicatat berbagai fenomena berikut:

Pertama, di bidang ekonomi, kondisinya masih belum pulih. Tingkat pengangguran tinggi. Kemiskinan cenderung

naik. Tingkat investasi masih belum optimal. Pertumbuhan ekonomi cenderung lambat. Daya saing kita cenderung

melemah. Singkat kata, dunia ekonomi kita belum sepenuhnya membaik.

Kedua, di bidang politik sudah ada perkembangan-perkembangan signifikan dan penting: demokratisasi politik

telah berjalan. Namun demikian, kita masih menjumpai adanya beberapa kelemahan dalam sistem kepolitikan

nasional kita: misalnya, di satu sisi sistem pemerintahan kita menganut sistem presidensial, tetapi di sisi lain

kenyataannya terdapat banyak partai politik yang cenderung mengarah pada praktik sistem parlementer. Terkait

dengan ini pula, kita juga merasakan kepemimpinan secara nasional belum sepenuhnya efektif dalam mengejar

ketertinggalan-ketertinggalan yang ada, dan mempercepat gerak-laju pembangunan.

Ketiga, di bidang hukum, upaya reformasi terus dilakukan termasuk dalam pemberantasan korupsi, tetapi masih

banyak catatan tersisa, bahwa praktik-praktik dunia hukum kita masih belum mengarah pada penguatan

kepastianhukum. Masih banyak yang perlu dibenahi dalam rangka penguatan pembangunan di bidang hukum di

era reformasi saat ini.

Page 3: Indikator Penyebab Kerusuhan

Keempat, Di bidang kebudayaan, kita melihat kecenderungan-kecenderungan yang menjauhkan kita darihakikat

jati diri bangsa Indonesia. Kelima, di bidang sosial-kemasyarakatan, kita juga masih menyaksikan berbagai

problem yang kompleks: dari bencana alam yang datang bertubi-tubi, ancaman penyakit HIV/AIDS dan flu

burung, hingga masih adanya potensi konflik horisontal yang mengancam masa depan integrasi Indonesia.

B. Bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan terhadap Ketahanan Nasional

Tantangan adalah suatu hal/upaya yang bersifat/bertujuan menggugah kemampuan. Ancaman adalah suatu

hal/upaya yang bersifat/bertujuan mengubah dan merombak kebijaksanaan yang dilandaskan secara konsepsional.

Hambatan adalah suatu hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional yang berasal

dari dalam. Gangguan adalah hambatan yang berasal dari luar.

Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia dengan adadnya tekad bersama-

sama menggalang kesatuan dan kecintaan bangsa. Berbagai pemberontakan PKI, RMS (Republik Maluku Selatan),

PRRI Permesta dan juga gerakan sparatis di Timor- Timur yang pernah menyatakan dirinya berintegrasi dengan

Indonesia, meskipun akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya kembali daerah tersebut. Ancaman

sparatis dewasa ini ditunjukan dengan banyaknya wilayah atau propinsi di Indonesia yang menginginkan dirinya

merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh, Riau, Irian Jaya, dan beberapa daerah lain begitu pula beberapa aksi

provokasi yang mengganggu kestabilan kehidupan sampai terjadinya berbagai kerusuhan yang diwarnai nuansa

etnis dan agama dan gangguan dari luar adalah gangguan dari negara lain yang ingin menguasai pulau-pulau kecil

yang masih berada di di dalam wilayah NKRI namun dekat dengan wilayah negara lain. Bangsa Indonesia telah

berusaha menghadapi semua ini dengan semangat persatuan dan keutuhan, meskipun demikian gangguan dan

ancaman akan terus ada selama perjalanan bangsa, maka diperlukan kondisi dinamis bangsa yang dapat

mengantisipasi keadaan apapun terjadi di negara ini.

1. Ancaman dari dalam

Contohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia. Meskipun

tokoh-tokoh LSM banyak yang menyatakan hal ini sebagai sesuatu yang mengada-ada, pada kenyataannya potensi

ancaman yang dihadapi negara Republik Indonesia tampaknya akan lebih banyak muncul dari dalam negeri, antara

lain dalam bentuk:

a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan

akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat

b. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pada

gilirannya dapat menyebabkan huru-hara/kerusuhan massa

c. upaya penggantian ideologi Panca Sila dengan ideologi lain yang ekstrim atau yang tidak sesuai dengan jiwa

dan semangat perjuangan bangsa Indonesia

d. potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan pendapat dalam masalah politik, maupun akibat

masalah SARA

e. akar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional

Page 4: Indikator Penyebab Kerusuhan

2. Ancama dari luar negeri

Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari

darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri. Tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral

dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno

atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang

pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman dari luar lainnya adalah dalam bentuk

“penjarahan” sumber daya alam Indonesia melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada

gilirannya dapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang baik yang dilakukan secara

“legal” maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah terkait sehingga meyebabkan kerugian

bagi negara.

Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan Ketahanan Nasional melalui berbagai cara,

antara lain:

a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing

yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia

b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar

penghafalan) sejarah perjuangan bangsa.

c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional serta terciptanya suatu pemerintahan

yang bersih dan berwibawa (legitimate, bebas KKN, dan konsisten melaksanakan peraturan/undang-undang).

d. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan semangat juang untuk

membela negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan Panca Sila sebagai ideologi negara dan UUD 1945

sebagai landasan berbangsa dan bernegara.

e. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun

kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur kekuatan TNI, tentu saja dapat menggunakan

unsur Rakyat Terlatih (Ratih) sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta.

Dengan doktrin Ketahanan Nasional itu, diharapkan bangsa Indonesia mampu mengidentifikasi berbagai masalah

nasional termasuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhadap keamanan negara guna menentukan

langkah atau tindakan untuk menghadapinya.

Sedangkan Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) :

a. Ancaman di dalam negeri, Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari

masyarakat indonesia.

b. Ancama dari luar negeri. Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan

imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri.

Kerusuhan akibat ekonomi

Page 5: Indikator Penyebab Kerusuhan

Ibarat penyakit yang sudah sembuh, kini kembali kambuh dan kronis. Pertikaian antar kelompok di Ambon,

Maluku, pada Ahad, 11 September 2011 kembali pecah. Informasi yang simapng siur menjadi penyebab kerusuhan

tersebut.

Sebagai bagian dari anak bangsa yang meyakini bahwa Indonesia adalah rumah kita bersama, Rumah Ekonomi

Rakyat (RER) menghimbau agar kita– semua elemen bangsa – merawat perbedaan, menjaga kedamaian, menolak

segala bentuk tindakan intoleransi, dan menghormati hak-hak setiap warga negara.

“Kami prihatin, keragaman yang menjadi keniscayaan ontologis bangsa ini masih juga belum bisa dipahami secara

utuh, baik oleh para pemangku pemerintahan maupun kalangan sebagian masyarakat”, kata Taufik Amrullah di

Jakarta Senin (12/9/2011)

Realitas kekerasan yang terjadi, kata Taufik, cermin ketidaksanggupan negara dalam mengelola kemajemukan

yang terhampar, serta ketidaksiapan masyarakat dalam menerima perbedaan. Karena berbeda, rasa keamanan itu

terenggut, ketakutan itu menghantui sebagian masyarakat.

“Kerusuhan di Ambon harusnya menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, dalam menjaga keutuhan

NKRI. Ketidakadilan ekonomi harus menjadi perhatian semua pihak termasuk pemerintah”, ujarnya.

Pengalaman membuktikan, kata Taufik,  kerusuhan yang terjadi di wilayah Indonesia disebabkan oleh faktor

ekonomi bukan perbedaan SARA.

“Ketimpangan ekonomi ini terlihat jelas dari sikap pemerintah yang ’cuek’ terhadap rakyatnya di daerah.

Pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah”, kata Taufik

Taufik Menghimbau kepada semua pihak untuk bersikap tenang, selesaikan segala permasalahan yang ada dengan

melibatkan semua pihak. Tokoh agama dan Masyarakat harus bersatu padu melawan segala bentuk kekerasan.

“Meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi atas berita-berita yang belum pasti kebenarannya”,

ujar Taufik

Rumah Ekonomi Rakyat meminta kepada pemerintah untuk segera meredam semua potensi konflik yang ada di

Ambon, khususnya, dan di wilayah-wilayah lain di Indonesia pada umumnya.

“Pemerintah harus lebih memperhatikan ekonomi rakyat di daerah. Pusatkan pembangunan di daerah, serta

libatkan masyarakat banyak serta mengedepankan pendekatan pemberdayaan, kemitraan, dialog dan pelayanan

terhadap warga dalam pembangunan ekonomi”, demikian Taufik Amrullah.[ian]

Kerusuhan SDA

Konflik sumber daya alam terjadi bukan melulu karena benturan kepentingan para pihak dalam praktik di

lapangan, melainkan dipicu oleh kebijakan negara yang memang belum mengakomodir secara serius klaim

pengelolaan sumber daya alam secara adat atau tradisional oleh berbagai komunitas lokal yang hingga kini

masih mewarisi tradisi penguasaan lahan secara turun temurun baik individual maupun komunal. Pola

penguasaan dan pemilikan ini memang tidak sama dengan standar hukum pertanahan formal yang didasarkan

Page 6: Indikator Penyebab Kerusuhan

atas sertifikat kepemilikan, akibatnya terjadi benturan serius hukum positif dengan hukum

adat/turuntemurun/tradisional masyarakat dalam mengelola hutan tanah.

Sikap pemerintah terhadap keberadaan pola pengelolaan adat terhadap sumber daya alam, bahkan semakin jauh

meninggalkan realita yang masih hidup di masyarakat di berbagai pelosok negeri ini. Cerminan ini terlihat jelas

dalam struktur arahan pemanfaatan ruang dari tingkat nasional hingga kabupaten yang berorientasi pertumbuhan

ekonomi dengan cara mengalokasikan ruang-ruang untuk kepentingan investasi berbasis sumber daya alam skala

luas dan monokultur, seperti perkebunan sawit dan hutan tanaman industri sebagai bahan baku industri bubur

kertas dan kertas.

Industri perkebunan dan kehutanan inilah yang ketika menjalankan operasi di lapangan akan berhadapan

langsung dengan masyarakat yang masih memegang teguh warisan pola penguasaan dan pemilikan sumber daya

alam secara adat/turun-temurun/tradisional. Jadi dunia bisnis pada dasarnya juga menjadi korban kebijakan,

yang dalam praktiknya juga menjadikan celah-celah buruknya sistem perundangan sebagai cara-cara

menaklukkan masyarakat yang menuntut haknya.

Contoh :

1. Konflik di Industri Kehutanan (Hutan Tanaman Industri)

Hutan Tanaman Industri mulai berkembang di Riau hampir bersamaan dengan Perkebunan, sebagai

bentuk ekspansi setelah industri ini terlebih dahulu eksis di Sumatera utara (PT. Inti Indo Rayon).

Dalam praktek penguasaan sumber daya alam, Hutan Tanaman Industri relatif lebih besar mendapat

resistensi dari masyarakat dibanding perkebunan, karena merupakan komoditi yang tidak memiliki

pasar yang bebas seperti kelapa sawit dan masa panennya 6-7 tahun sekali. Makanya untuk mengatasi

resistensi masyarakat, industri ini cendrung memperkuat program sosialnya melalui Corporate social

Responsibility (CSR). Walaupun pada kenyataannya program CSR yang ada tetap saja belum efektif

meredam konflik dengan masyarakat sekitarnya. Di beberapa daerah konflik yang mendapat

perlawanan masyarakat cukup kuat, industri ini mencoba menyelesaikan konflik dengan cara

membangunkan kebun sawit atau karet untuk masyarakat korban, dan menawarkan skema kerja sama

dalam bentuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR).

Secara umum industri ini karena tingginya resistensi masyarakat, relatif lebih memiliki beragam

alternatif penyelesaian konflik dibandingkan perkebunan kelapa sawit. Namun tetap saja tuntutan

masyarakat korban terhadap lahan mereka yang dikuasai perusahaan terjadi dimana-mana. Dalam

beberapa kasus menyebabkan bentrok fisik seperti yang terjadi baru-baru ini antara masyarakat Dusun

Suluk Bungkal Desa Beringin Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dengan Kepolisian Daerah

Riau yang membantu PT. Arara Abadi mengamankan lahannya dari okupasi masyarakat (Serikat Tani

Riau).

Selama tahun 2008 Scale Up mencatat sedikitnya ada 24 konflik antara masyarakat dengan sektor

Kehutanan di Riau, dengan lahan konflik seluas 85.771 hektar. Konflik-konlfik yang ada merupakan

Page 7: Indikator Penyebab Kerusuhan

konflik berkepanjangan yang terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya, tapi belum mendapatkan

penyelesaian yang memadai.

Secara umum industri ini karena tingginya resistensi masyarakat, relatif lebih memiliki beragam

alternatif penyelesaian konflik dibandingkan perkebunan kelapa sawit. Namun tetap saja tuntutan

masyarakat korban terhadap lahan mereka yang dikuasai perusahaan terjadi dimana-mana. Dalam

beberapa kasus menyebabkan bentrok fisik seperti yang terjadi baru-baru ini antara masyarakat Dusun

Suluk Bungkal Desa Beringin Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dengan Kepolisian Daerah

Riau yang membantu PT. Arara Abadi mengamankan lahannya dari okupasi masyarakat (Serikat Tani

Riau).

Selama tahun 2008 Scale Up mencatat sedikitnya ada 24 konflik antara masyarakat dengan sektor

Kehutanan di Riau, dengan lahan konflik seluas 85.771 hektar. Konflik-konlfik yang ada merupakan

konflik berkepanjangan yang terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya, tapi belum mendapatkan

penyelesaian yang memadai. Secara umum industri ini karena tingginya resistensi masyarakat, relatif lebih

memiliki beragam

alternatif penyelesaian konflik dibandingkan perkebunan kelapa sawit. Namun tetap saja tuntutan

masyarakat korban terhadap lahan mereka yang dikuasai perusahaan terjadi dimana-mana. Dalam

beberapa kasus menyebabkan bentrok fisik seperti yang terjadi baru-baru ini antara masyarakat Dusun

Suluk Bungkal Desa Beringin Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dengan Kepolisian Daerah

Riau yang membantu PT. Arara Abadi mengamankan lahannya dari okupasi masyarakat (Serikat Tani

Riau).

Selama tahun 2008 Scale Up mencatat sedikitnya ada 24 konflik antara masyarakat dengan sektor

Kehutanan di Riau, dengan lahan konflik seluas 85.771 hektar. Konflik-konlfik yang ada merupakan

konflik berkepanjangan yang terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya, tapi belum mendapatkan

penyelesaian yang memadai. Secara umum industri ini karena tingginya resistensi masyarakat, relatif lebih

memiliki beragam

alternatif penyelesaian konflik dibandingkan perkebunan kelapa sawit. Namun tetap saja tuntutan

masyarakat korban terhadap lahan mereka yang dikuasai perusahaan terjadi dimana-mana. Dalam

beberapa kasus menyebabkan bentrok fisik seperti yang terjadi baru-baru ini antara masyarakat Dusun

Suluk Bungkal Desa Beringin Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dengan Kepolisian Daerah

Riau yang membantu PT. Arara Abadi mengamankan lahannya dari okupasi masyarakat (Serikat Tani

Riau).

Selama tahun 2008 Scale Up mencatat sedikitnya ada 24 konflik antara masyarakat dengan sektor

Kehutanan di Riau, dengan lahan konflik seluas 85.771 hektar. Konflik-konlfik yang ada merupakan

konflik berkepanjangan yang terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya, tapi belum mendapatkan

Page 8: Indikator Penyebab Kerusuhan

penyelesaian yang memadai.

Korupsi Menurut Bahasa

Istilah korupsi dalam bahasa Indonesia adalah penyelewengan atau penggelapan uang/dana (negara) atau

perusahaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok (orang lain). Koruptif yaitu bersifat korupsi. Koruptor yaitu

orang yang melakukan penyelewengan (menggelapkan uang) yang dipercayakannya kepadanya; dapat disogok

(melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).

Sebab-sebab Korupsi

Istilah korupsi saat ini sudah mendunia. Hampir semua negara mengecam tindakan korupsi. Karena praktek

korupsi dibenci setiap orang beragama. Orang yang korup tidak memiliki hati nurani, karena nikmat Allah SWT

berupa jabatan, kekuasaan, dan kekayaan yang diberikan Allah SWT tidak mereka syukuri dengan membantu

(ta’awun) untuk meringankan beban rakyat, terutama kaum dhuafa. Justru mereka memungkarinya dengan

kebijakan korup, kolusi, dan nepotisme.

Korupsi sama dengan mencuri dan memakan harta atau hak orang lain atau lembaga yang dilakukan dengan cara

batil melawan hukum Allah SWT maupun hukum negara. Kenapa terjadi? Sebabnya antara lain :

Pertama, karena ia miskin, gaji/upah/honor atau penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan hidup primer bagi

keluarganya sehari-hari/bulan, dan kesempatan itu ada baginya.

Kedua, karena orang itu berpenghasilan cukup, bahkan berlebih, tetapi memiliki kesempatan dan situasi

mendukung untuk melakukan tindak korupsi.

Ketiga, mungkin karena tindak korupsi itu sudah menjadi kebiasaannya, atau sudah membudaya, malahan ia

gelisah hidupnya bila tidak melakukan korupsi, karena lingkungannya sangat mendukung untuk itu.

Keempat, bisa juga tindak korupsi itu sesuatu yang terpaksa dan ikut-ikutan karena sistem yang terjadi, seolah-olah

semua setuju, termasuk isteri dan keluarganya, memberi dorongan selagi ada kesempatan memperkaya diri dan

keluarga.

Terorisme adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan

manusia yang melanggar hukum pidana (Amerika atau negara bagian Amerika), yang jelas dimaksudkan untuk: a.

mengintimidasi penduduk sipil. b. memengaruhi kebijakan pemerintah. c. memengaruhi penyelenggaraan negara

dengan cara penculikan atau pembunuhan .

Page 9: Indikator Penyebab Kerusuhan

Muladi memberi catatan atas definisi ini, bahwa hakekat perbuatan Terorisme mengandung perbuatan kekerasan

atau ancaman kekerasan yang berkarakter politik. Bentuk perbuatan bisa berupa perompakan, pembajakan maupun

penyanderaan. Pelaku dapat merupakan individu, kelompok, atau negara. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah

munculnya rasa takut, pemerasan, perubahan radikal politik, tuntutan Hak Asasi Manusia, dan kebebasan dasar

untuk pihak yang tidak bersalah serta kepuasan tuntutan politik lain[5].

Menurut Webster’s New World College Dictionary (1996), definisi Terorisme adalah “the use of force or

threats to demoralize, intimidate, and subjugate[6].” Doktrin membedakan Terorisme kedalam dua macam definisi,

yaitu definisi tindakan teroris (terrorism act) dan pelaku terorisme (terrorism actor). Disepakati oleh kebanyakan

ahli bahwa tindakan yang tergolong kedalam tindakan Terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki

elemen[7]:

1. kekerasan

2. tujuan politik

3. teror/intended audience.

” Kegiatan Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan demikian

dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya perbuatan teror digunakan apabila tidak ada

jalan lain yang dapat ditempuh untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis

untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan masyarakat terhadap

kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror[2].

Terorisme tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana saja dan

terhadap siapa saja. Dan yang lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar

perbuatan teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih sebagai psy-war