India

26
Pusat Kebudayaan India A. Pengantar Penemuan kebudayaan di dua kota Indus yaitu Mohenjo Daro dan Harappa, merupakan asal-usul peradaban India dan membuktikan bahwa peradaban India sudah berumur sangat tua yakni 1000 tahun sebelum invasi bangsa Arya ke India. Bangsa yang mendirikan kota Mohenjo Daro dan Harappa itu adalah penduduk yang sudah ada di India sebelum datangnya bangsa Arya. Penduduk tersebut mempunyai warna kulit yang lebih gelap dari warna kulit yang lebih gelap dari warna kulit bangsa Arya dan penduduk tersebut lebih maju, lebih canggih dan secara etimologi penduduk tersebut lebih dewasa dibanding dengan bangsa Arya. Geografis India Kawasan negara India hampir mencapai luas 1.221.007 meter persegi atau hampir menyamai wilayah negara-negara Eropa tanpa Rusia. India mempunyai kedudukan yang penting dalam peta dunia. Dari segi bentuknya, India menyerupai benua Afrika, seperti sebuah segitiga yang garis-garisnya tidak beraturan, garis dasarnya di sebelah atas dan garis puncaknya di sebelah bawah. Garis dasarnya adalah pegunungan Himalaya yang tinggi yang puncaknya adalah Cape Comarin (Mount Everest). India adalah sebuah negara yang tertutup sebagaimana yang disebutkan oleh para peneliti. Kedua garis tepinya di

description

sejarah peradaban india

Transcript of India

Page 1: India

Pusat Kebudayaan India

A. Pengantar

Penemuan kebudayaan di dua kota Indus yaitu Mohenjo Daro dan Harappa,

merupakan asal-usul peradaban India dan membuktikan bahwa peradaban India sudah

berumur sangat tua yakni 1000 tahun sebelum invasi bangsa Arya ke India. Bangsa yang

mendirikan kota Mohenjo Daro dan Harappa itu adalah penduduk yang sudah ada di

India sebelum datangnya bangsa Arya. Penduduk tersebut mempunyai warna kulit yang

lebih gelap dari warna kulit yang lebih gelap dari warna kulit bangsa Arya dan penduduk

tersebut lebih maju, lebih canggih dan secara etimologi penduduk tersebut lebih dewasa

dibanding dengan bangsa Arya.

Geografis India

Kawasan negara India hampir mencapai luas 1.221.007 meter persegi atau hampir

menyamai wilayah negara-negara Eropa tanpa Rusia. India mempunyai kedudukan yang

penting dalam peta dunia. Dari segi bentuknya, India menyerupai benua Afrika, seperti

sebuah segitiga yang garis-garisnya tidak beraturan, garis dasarnya di sebelah atas dan

garis puncaknya di sebelah bawah. Garis dasarnya adalah pegunungan Himalaya yang

tinggi yang puncaknya adalah Cape Comarin (Mount Everest). India adalah sebuah

negara yang tertutup sebagaimana yang disebutkan oleh para peneliti. Kedua garis

tepinya di sebelah timur dan di sebelah barat dikelilingi oleh lautan. Sementara itu garis

datar di sebelah utara didereti oleh rangkaian pegunungan Himalaya serta pegunungan

Sulaiman, juga diapit oleh dua batang sungai besar, yaitu Sungai Indus (Sind) yang

berhulu di pegunungan Himalaya kemudian bertemu dengan sungai-sungai Punjab dan

bermuara di Teluk Arab (Teluk Parsi) dan sungai Gangga yang juga berhulu di

pegunungan Himalaya dan bermuara di Teluk Benggala setelah bertemu dengan sungai

Brahmaputra (Ahmad Shalaby, 2001: 1-3)

B. Kebudayaan Lembah Sungai Indus

Coba perhatikan peta berikut ini. Di situ ada dua buah kota, yaitu Mohenjodaro

dan Harappa. Kedua kota itu terletak di Lembah Sungai Indus. Di kedua tempat itu

Page 2: India

dijumpai salah satu peninggalan kebudayaan tertua di dunia. Kedua kota itu sekarang

masuk wilayah Pakistan.

Peta India kuno

Tentang masa purba India diketahui dari berbagai studi arkheologis yang

dilakukan oleh para sarjana barat maupun yang juga dilakukan oleh para sarjana India

sendiri. Studi tertua ialah membawa kita ke India di masa Inter glasial II, sekitar 400.000

hingga 200.000 SM, berdasarkan temuan berupa jenis perbatuan pada lapisan tanah di

kawasan India. Ungkapan mengenai sejarah manusia di kawasan itu barulah terlihat

ketika ditemukan sejumlah peninggalan purba di lembah Indus, yang membuat para ahli

menyebutkan adanya peradaban lembah Indus yang terkenal juga dengan nama

peradaban Harappa dan Mohenjodaro di sekitar 2300 SM. Letak pusat kebudayaan

lembah Indus tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan, yang menghasilkan kebudayaan

nal, dengan pantai makran hingga sisi barat delta Indus, yang menghasilkan kebudayaan

Kulli. Juga terdapat di sepanjang sungai-sungai di Rajastan serta Panjab. Yang dimaksud

dengan kebudayaan Harappa meliputi daerah Panjab, Indus dan rajastan, semuanya itu

lebih terkenal dengan nama kebudayaan-kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro.

Kebudayaan Harappa ini sangat intensipf dalam upaya penggaliannya yang meliputi tidak

hanya daerah Panjab dan Indus saja, namun sampai ke daerah Rajastan utara dan

Kathiawar di bagian barat India. Kebudayaan itu tersebar luas di kawasan lembah Indus

itu. Harappa dan Mohenjodaro berjarak lebih kurang 800 km, dan kebanyakan tempat

terletak di sepanjang aliran sungai Indus sampai ke Hyderabad sekarang, yaitu sekitar

200 km ke selatan, di Baluchistan dan Makran 300 km ke sebelah barat, dan sampai ke

utara Rupar pada sungai Sutlej di kaki bukit Simla. Dalam penggalian terbaru telah dapat

ditemukan sejumlah kota. Dalam penggalian terbaru telah dapat ditemukan sejumlah kota

kuno lain, yaitu Kot Diji (di daerah sungai Indus), Kalibbangan (di daerah Rajastan),

Rupar (di daerah Panjab), dan di kota pelabuhan Lothal (di daerah Gujarat). Namun

kedua kota yang pertamalah yang lebih penting dipandang dari segi arkhaelogi. Studi

lebih mendalam mengenai kebudayaan kuno itu telah dilakukan oleh para sarjana seperti

Sir John Marshall, yang kemudian menulis buku “Mohenjodaro and Indus Civilization”

Page 3: India

pada 1931, L.E. Machey yang menulis buku “The Indus Civilization” pada 1935, dan

penulis India sendiri N.G. Majumdar dan R.D. Banerji. Mereka adalah para pelopor

tersusunnya ilmu tentang India (Abu Su’ud, 1988: 37).

Penemuan arkhaeologis di Mohenjodaro dan harappa mula-mula terjadi pada

waktu para pekerja sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Panjab pada

pertengahan abad 19. Pada waktu itulah ditemukan benda-benda kuno yang sangat

menarik perhatian jendral Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur

Jenderal arkhaeologi di India. Setelah itu dimulailah penggalian demi penggalian secara

lebih intensif. Pada 1922 ekspedisi R.D. Banerji yang sedang bekerja di Mohenjodaro

untuk mencari stupa Budha peninggalan masa abad II tiba-tiba menemukan sebuah kota

kuno zaman prasejarah. Penggalian selanjutnya dilakukan di bawah pimpinan Sir John

Marshall, yang sedang menjabat sebagai Direktur Jenderal Arkhaeologi, dan hasilnya

sangat mengagumkan.

Kota ini baik sekali letaknya. Jalannya lebar sampai 10 m, lebar dan membujur

hingga 2 km. semacam trotoir selebar ½ m mengapit kanan kiri jalan. Jalan-jalan itu

membujur membentuk sudut siku-siku ke utara selatan dan ke timur barat. Rupa-rupanya

gedung yang berdiri di kanan-kiri jalan dibuat dari batu bata yang dilepas dengan

sebangsa semen. Aneh sekali bahwa tidak dijumpai batu-batu kali dalam bangunan. Hal

lain yang menarik ialah tidak dijumpainya hiasan pada bangunan rumah. Sementara itu

setiap rumah mempunyai pintu dan jendela yang menghadap ke jalan. Sisa-sisa rumah

menunjukkan kepada kita bahwa rumah-rumah itu mempunyai loteng dan beratap datar.

Sesuatu yang unik ialah terdapatnya di sana kamar mandi, adanya sistem pengaliran air

buangan yang baik, lengkap dengan pipa-pipa saluran terbuat dari tembikar, yang

menghubungkan selokan-selokan. Dalam kota tidak dijumpai candi-candi, sebagai

gantinya dijumpai di sana tempat mandi umum dengan ukuran 11x7 m, yang dilengkapi

bilik-bilik untuk orang mandi. Lurus ke arah selatan dari tempat mandi umum terdapat

sebuah bekas gedung yang amat besar, lebih kurang 600x300 m. Mungkin dulu sebuah

istana. Penggalian-penggalian selanjutnya mengungkapkan sebuah gambaran mengenai

adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada waktu itu. Misalnya, banyaknya

dijumpai amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlobang-lobang,

Page 4: India

barangkali digunakan sebagai kalung. Selanjutnya juga dijumpai matere yang dibuat dari

tanah liat (Abu Su’ud, 1988: 38).

Gambar Tempat Pemandian

Peradaban yang dahulu sekali dianggap mulai di daerah hulu sungai Indus 3000

tahun yang lalu.kira-kira 35 tahun yang lalu Jawatan Pemeriksaan Kebudayaan Kuno di

India telah mengadakan penggalian dekat kampung Mohenjo daro dan harappa di pinggir

sungai Indus. Di dalam penggalian-penggalian itu didapati rupa-rupa barang yang ajaib

umpamanya oerkakas-perkakas, perabot-perabot rumah. Perhiasan-perhiasan, sisa

gedung-gedung dan istana yang menunjukkan suatu keadaban yang tinggi dan menyamai

kultur di Mesir, Ur dan Kreta di zaman purbakala (T.S.G. Mulya, 1952: 13). Jauh

sebelum kedatangan bangsa Arya, di lembah Sungai Indus ada kebudayaan yang sudah

maju. Sisa kebudayaan itu ditemukan di kota Mohenjodaro dan Harappa. Dari sisa

bangunannya, kedua kota itu kelihatannya dibangun dengan perencanaan yang baik,

sesuai dengan persyaratan kesehatan, keindahan, dan pertahanan. Jalan selebar 8 meter,

membujur dari utara ke selatan. Setiap 40 meter ada jalan kecil selebar 1,5 sampai 3

meter, memotong dari arah barat ke timur sehingga membentuk blok-blok. Sepanjang

jalan besar berdiri bangunan-bangunan penting, termasuk toko-toko. Semua pintu

menghadap jalan utama. Di tepi jalan juga ada saluran pembuangan air limbah.

Tentang bangsa-bangsa asli yang mendiami negeri India di masa purbakala kita

hanya mengira saja. Yang pasti ialah bahwa bagian utara dan lembah Sungai Gangga

yang berbatas dengan pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Deccan, di masa

tertulisnya kitab-kitab suci Hindu, telah didiami oleh bangsa Arya. Bangsa itu berwarna

putih, tubuhnya besar dan kuat. Mereka berasal dari Asia Tengah dan kemudian hari

menduduki Iran, Mesopotamia dan Eropah Selatan. Sebagian dari bangsa itu pindah dari

Iran ke India melalui pegunungan Hindu Kush dan menaklukkan bangsa asli di daerah

Punjab atau negeri Lima Sungai. Mereka juga mendesak penduduk asli yaitu bangsa

Dravida ke India bagian selatan. Lambat laun bangsa Arya itu bercampur dengan bangsa

asli dari bagian India Tengah dan Selatan, ialah bangsa Dravida yang berwarna hitam.

Kebudayaan bangsa Dravida mungkin lebih tua lagi daripada kebudayaan bangsa Arya,

Page 5: India

akan tetapi sejarah bangsa asli di zaman purbakala belum dapat diselidiki dengan hasil

yang memuaskan (T.S.G. Mulya, 1952: 14). Selain itu, lembah sungai Indus atau Sindu

juga merupakan tempat kelahiran agama Hindu yang juga dibawa oleh bangsa Arya.

Nama Hindu berasal dari nama Sungai Indus atau Sindu. Kebudayaan Hindu berasal dari

bangsa Arya. Dari sungai Indus inilah diambil nama India. Perkataan Ind dan Hindu

keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya

dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu (Ahmad Shalaby, 2001: 3).

Kota Mohenjodaro daro dan Harappa memiliki peradaban yang sangat tinggi, hal

ini terbukti dari hasil penggalian, yaitu:

1. Penataan Kota

’The sites of Mohenjodaro in Sind on the lower Indus, and Harappa in the

Montgomery district in the Punjab, have been excavated and show that these early

Indians lived in well-planned brick-built cities with comfortable houses which had

bathrooms and water supplies, good drainage, much more advanced than many Indian

towns to-day…” (J.C. Powel, 1955: 7). Berdasarkan pendapat Powel, dapat kita pahami

bahwa pembangunan kota Mohenjodaro dan Harappa telah memiliki penataan tata letak

kota yang baik dan dianggap lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan India

sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada cara mereka membangun suatu pemukiman dalam

bentuk pembangunan rumah-rumah yang sudah tertata dengan rapi serta nyaman dan juga

dilengkapi dengan kamar mandi, saluran air sekaligus saluran pembuangannya.

Tahun 2300 sampai 1750 SM kota berada dalam bundaran, tumbuh subur di

belakang kubu bata yang besar yaitu empat puluh kaki tebalnya dari dasarnya. Tembok

besar tersebut melindungi benteng dari perairan dan invasi manusia. Penataan kota

semacam ini telah mendesain kedua kota itu dalam corak yang sama bahkan bata-batanya

dibakar pada ukuran yang standar sama. Di kedua kota ini juga ditemukan lumbung yang

dibuat sedemikian rupa dengan sistem vantilasi untuk mengsirkulasikan udara melalui

gudang-gudang yang berdinding tebal, sehingga lumbung-lumbung ini bisa digunakan

untuk menjaga surplus gandum. Lumbung ini dipakai untuk menyimpan hasil-hasil

pertanian dan barang-barang yang akan di kapalkan. Fasilitas yang lengkap, besar dan

mahal membuktikan kekayaan di kota Mohenjodaro dan Harappa.

Page 6: India

Di luar tembok benteng ada kota penduduk Mohenjo Daro yang lebih sederhana

yang terbagi dalam blok-blok besar untuk memisahkan kelompok pekerja dan pertanian,

dari satu keluarga ke keluarga yang lainnya. Beberapa blok tersebut terdiri dari beberapa

rumah yang kokoh yang memperlihatkan struktur multilevel. Masyarakat yang termasuk

kasta rendah yaitu masyarakat yang kehidupannya terhina hidup di luar tembok kota yang

merupakan golongan pinggiran masyarakat India. Pemerintahan kedua kota ini dipegang

oleh pusat.

2. Hasil Kebudayaan

Di Indus ditemukan barang-barang tembikar yang kebanyakan dicat hitam di

desain bersama binatang yang bermotif sama yaitu geometrik. Ditemukan juga cangkir

minum yang sangat banyak, yang membuktikan bahwa pada masa itu orang sudah

memulai kebiasaan menggunakan cangkir tanah liat, mungkin dikarenakan takut

kontaminasi atau polusi. Tukang-tukang batu di Mohenjodaro termasuk pengrajin metal

yang mahir dalam membuat peralatan yang bagus dan membuat senjata tembaga,

perunggu dan batu. Kemudian berkembang pula kebudayaan artepak yang artistik

seperti patung perunggu yang berbentuk gadis yang sedang menari, dan ditemukan juga

prasasti-prasasti yang mengandung tanda fiktografi (hiasan di atas gambar binatang) yang

merupakan tulisan pertama mengenai peradaban India. Satu prasasti yang ditemukan di

sebelah utara Mohenjodaro menggambarkan seorang tokoh yang duduk di Yogic, postur

thyllic di kelilingi seekor harimau, gajah, kerbau, dan kijang. Kesannya seperti gambaran

artistic siwa. Prasasti yang lainnya dari Mohenjo Daro menggambarkan dewa bertanduk

tiga (tiga lekukan adalah salah satu simbol Siwa) sedang berdiri di tengah pohon, tokoh

lain di luar pohon dengan posisi seperti memuja Tuhan pohon, di belakangnya ada sapi

jantan berdiri menunggu, sedangkan di bawahnya berdiri tujuh gadis yang menari,

keadaan ini menunjukkan upacara kuno musim semi.

Telah ditemukan juga tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang

bentuknya seperti gambar. Huruf-huruf tersebut sayang belum dapat dibaca, sehingga

misteri yang ada di baliknya tak terungkapkan. Barangkali tulisan itu mengungkapkan

nama para pemiliknya. Gambar-gambar yang terdapat di sana misalnya unicorn, yaitu

binatang bertanduk tunggal, harimau, gajah, badak, lembu jantan, antilop, kerbau serta

Page 7: India

sejenis buaya pemakan ikan. Akan tetapi tidak adanya gambar kuda dan lembu pada

semua piagam tadi sangat menimbulkan perhatian para penyelidik.

Benda-benda lain yang terdapat dalam daerah penggalian itu ialah bermacam-

macam periuk belangan yang telah dibuat dengan teknik tuang yang sudah tinggi. Juga di

sana terdapat lapisan pernis seperti porselin Tiongkok, selain barang-barang porselin

yang diduga sebagai gelang-gelang, patung-patung kecil dan lain-lain.

Dari hasil penggalian benda-benda kuno tersebut, dapat kita pahami bahwa

teknik menuang logam yang mereka lakukan ternyata telah tinggi. Mereka membuat

piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga maupun perunggu. Perkakas hidup lain

berupa benda tajam dibuat dengan baik pula, namun senjata tombak, ujung anak panah

ataupun pedang sangat rendah mutu buatannya. Hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa

orang-orang pendukung kebudayaan lembah sungai Indus cinta damai, atau setidak-

tidaknya tidak suka berperang. Sedang tingginya tingkat peradaban masyarakat

pendukung kebudayaan sungai Indus ditandai oleh adanya neraca dan sistem ukuran lain,

yang terdapat dalam benda-benda temuan. Di duga sudah terdapat hiburan berupa tari-

tarian yang diiringi genderang. Juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan

bertanda serta kepingan-kepingan lain.

Dari barang-barang peninggalan kuno itu pula nampaknya dapat diduga

kecenderungan jenis keyakinan hidup mereka yang mendukung kebudayaan lembah

sungai Indus itu. Obyek yang paling umum dipuja-puka orang nampaknya adalah tokoh

“Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang banyak dipuja orang di daerah

Asua kecil. Dia digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga serta pada

matere maupun jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan

bentuk tokoh bertanduk, yang berpadu dengan pohon suci pipala. Seorang Dewa yang

bermuka tiga dan bertanduk dijumpai lukisannya pada salah sebuah matere batu, dengan

sikap duduk dikelilingi oleh binatang. Tokoh ini dipersamakan dengan tokoh Siwa-

mahadewa pada zaman kemudian. Dugaan ini kemudian diperkuat oleh penemuan

gambar lingam yang merupakan lambang Siwa. Namun kita tidak dapat memastikan

apakah ujud-ijud pada matere tersebut menjadi obyek pemujaan atau tidak. Meskipun

demikian dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, yang pada zaman

kemudian merupakan tokoh nandi, hewan tunggangan Dewa Siwa membuktikan bahwa

Page 8: India

dugaan kita mungkin tidak terlampau mengada-ngada. Sayang sekali tak terdapat sebuah

materepun yang memuat tulisan yang memakai du abahasa, yang satu jenis piktograf dan

yang lain jenis bahasa lokal, hingga akibatnya tulisan piktograf tersebut belum dapat

memberi keterangan kepada kita mengenai keadaan yang sebenarnya (Abu Su’ud, 1988:

39-40).

Selain itu, terdapat juga gudang gandum, tempat peleburan logam dan tempat

pertenunan. Kebudayaan lembah sungai Indus itu berkembang dari tahun 3000 sampai

2000 SM sezaman dengan kebudayaan di Mesopotamia dan Mesir. Kebudayaan lembah

Sungai Indus mirip dengan kebudayaan Sumeria di lembah Sungai Tigris dan Eufrat.

Kelihatannya ada hubungan antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria, terutama

dalam bidang perdagangan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hall

seorang ahli Inggris, bahwa perhubungan antara negeri Dravida dengan Sumeria dan

Chaldea di Persia di zaman purbakala sudah ada. Hal ini terbukti dari macam-macam

peninggalan yang terdapat dalam penggalian-penggalian di daerah Ur. Ia berpendapat

bahwa orang Sumeria itu berasal dari India Selatan dan termasuk suatu cabang bangsa

Dravida (T.S.G. Mulya, 1952: 15)

Benda peninggalan kota Mohenjodaro

(The Ancient World, Longman: 1987)

3. Mata Pencaharian

Selama pemerintahan sargon dari Akkhad (2334-2279 SM) berlangsung

perdagangan yang aktif dan berkelanjutan dengan Sumeria. Para pedagang dari Harappa

dan Mohenjodaro berdagang bersama Sumeria yaitu antara tahun 2300-2000 SM,

keterangan ini berdasarkan prasasti yang ditemukan di Indus. Di dekat sungai harappa

terdapat lumbung-lumbung besar, ini membuktikan bahwa para pedagang Indus

mengekspor gandum ke Sumeria dan ke tempat-tempat lain.

Pada tahun 2000 SM penduduk Indus telah memintal kapas menjadi benang dan

menenunnya menjadi baju. Penggunaan kapas untuk pakaian adalah salah satu

sumbangan India bagi peradaban dunia. Pemintalan dan penenunan kapas sampai

Page 9: India

sekarang masih menjadi industri utama di India. India banyak mengekspor barang-barang

lux yang besar dan relatif besar seperti manik-manik , barang-barang dari kerang dan

tulang, sisir gading. Kemudian para pedagang Mohenjodaro mengimpor produk dari

bukit Nilgiri di India selatan dan mengadakan hubungan dengan pantai Malabar.

Selain perdagangan di Mohenjodaro dan Harappa juga mengenal pertanian.

Perkampungan pertanian di bukit baluchi telah mengenal irigasi yang canggih yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Gandum merupakan jenis padi yang utama.

Penduduk Indus juga sudah mengenal peternakan yaitu kerbau, anjing, kucing, unta,

kambing, babi, domba, gajah dan ayam. Dengan pemeliharaan unggas dapat memperkaya

makanan di Mohenjodaro dan harappa. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan

oleh J. C. Powel dalam bukunya yang berjudul A History of India “…They lived on meet

and fish, and grew wheat and barley. The buffalo, camel, elephant, and deer were known

to them and they used carts, but whether drawn by oxen or horses is not clear;

apparently the use of the horse was not known to them, and there is no sign of dogs

either. They had cooper weapons, bows and arrows, spears and axes and slings but

apparently no swords. They also used gold and silver, and ornaments of semi-precious

stones like agate and also of bone and ivory and shells……” (1955: 7).

4. Tata cara Penguburan

Tempat penemuan tanah perkuburan terdapat di harappa, di Lothal dan

kalibangan berupa pecahan tengkorak. Penemuan di harappa membuktikan bahwa

penduduk Harappa adalah campuran dari Proto Australoid dan fidik Mediterania yang

terdapatb di Semenanjung India, tingginya kira-kira 5 kaki 9 inci dan kematiannya rata-

rata 90 tahun. Pecahan-pecahan tengkorak ada yang didekorasikan dengan perhiasan

ornamen

Cara penguburan jenazah nampaknya mempunyai bermacam-macam cara

tergantung dari suku bangsa. Di Mohenjodaro misalnya, tidak adanya kuburan seolah-

olah menunjukkan adanya kebiasaan membakar jenazah, dan abu jenazahnya kemudian

ditempatkan dalam tempayan khusus. Namun adakalanya tulang-belulang yang tidak

dibakar disimpan dalam tempayan pula. Bukti-bukti menunjukkan bahwa di harappa

kebiasaan menguburkan jenazah tetap terdapat (Abu Su’ud, 1988: 39).

Page 10: India

Penemuan pekuburan yang menarik adalah pelabuhan Lothal di Gujarat karena

penemuan ini merupakan indikator yang pertama mengenai adat Hindu yang terkenal

yaitu sati. Adat Sati pada umumnya berkenaan dengan bahan kuburan dari dengan

kuburan.

Dengan ditemukannya pekuburan ini membuktikan perubahan yang praktis

mengenai pembuangan orang mati secara universal di seluruh Dunia.

C. Akhir Kebudayaan Indus.

Salah satu masalah yang menimbulkan bermacam-macam dugaan di antara para

sarjana, ialah kapan dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan jatuhnya atau runtuhnya

peradaban lembah sungai Indus itu. Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya perdaban

lembah sungai Indus tersebut harus dikaitkan dengan faktor kekeringan yang diakibatkan

oleh musim kering yang amat dahsyat serta amat lama yang dialami oleh para pendukung

kebudayaan itu. Atau mungkin hal itu terjadi oleh bencana alam berupa gempa bumi

ataupun gunung api meletus, mengingat letaknya yang di kaki gunung. Faktor wabah

penyakit yang melanda masyarakat pada waktu itu nampaknya juga sangat mungkin bila

dikaitkan dengan kemusnahan peradaban itu. Dan satu hal yang amat mungkin terjadi

ialah datangnya serangan yang datang dari luar, yang berhasil memusnahkan seluruh

hasil kebudayaan yang telah maju itu. Diduga bangsa yang melakukan penyerbuan itu

ialah bangsa Arya, sedangkan pendukung kebudayaan yang diporak-piorandakan ialah

bangsa yang berbicara bahasa Dravida. Sekitar tahun 1400 SM, bangsa Arya menyerbu

Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaibar. Bangsa Arya berasal dari dataran tinggi

Iran (Parsi). Mereka sampai di daerah Punjab atau daerah aliran lima sungai dengan

mengendarai kuda dan kereta. Bangsa Arya membawa ajaran agama Weda. Isinya

tentang pemujaan dewa-dewa yang merupakan penjelmaan kekuatan alam. Misalnya

Surya (Dewa Matahari), Soma (Dewa Bulan), Agni (Dewa Api), Indra (Dewa Hujan),

dan Yama (Dewa Maut). Untuk memuja para dewa itu, orang mengadakan upacara sesaji.

Kepercayaan bangsa Arya kemudian bercampur dengan kepercayaan bangsa Dravida.

Hasil percampuran itu dikenal sebagai agama Hindu.

Agama Hindu mengenal Dewa Trimurti sebagai dewa tertinggi. Dewa Trimurti

adalah Brahma atau pencipta alam semesta, Wisnu atau dewa pemelihara alam semesta,

Page 11: India

dan Siwa atau dewa perusak alam semesta. Kitab suci agama Hindu ada 4 yaitu Regweda,

Samaweda, Yajurweda dan Atharwaweda.

Menurut kitab Weda, segala perbuatan manusia di dunia mempunyai akibat pada

kehidupannya yang akan datang. Mereka percaya bahwa sesudah mati manusia akan

menjelma kembali sesuai dengan dharma atau perbuatannya. Kalau manusia berbuat

jahat dalam hidupnya, ia akan menjelma menjadi hewan. Selain kitab agama, ada juga

kitab yang menceritakan kepahlawanan bangsa Arya, seperti kitab Mahabrata,

Ramayana, dan Bhagawat Gita.

Menurut agama Hindu, manusia harus menjalani catur asrama, yaitu brahmacari

atau hidup sebagai murid, gerhasta atau hidup berkeluarga, wanaprastha atau hidup

bertapa di hutan, dan sanyasia atau hidup meninggalkan keduniawian sampai mencapai

moksa (surga).

Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi daripada bangsa Dravida. Untuk

menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam

masyarakat.

Ada empat kasta (catur warna) di India, yaitu

1. Kasta Brahmana (golongan pendeta, kasta tertinggi),

2. Kasta Ksatria (golongan bangsawan dan prajurit),

3. Kasta Waisya (golongan pedagang dan buruh), dan

4. Kasta Sudra (golongan petani dan buruh kasar).

Ada golongan yang paling rendah derajatnya, yaitu golongan budak yang disebut

kasta Paria atau Candala.

Agama Budha tidak mengenal kasta dan pemujaan dewa-dewa. Setiap orang

mempunyai kedudukan yang sama. Agama Budha diajarkan oleh Sidharta Gautama,

putra raja Kerajaan Kosala. Ia lahir di kota Kapilawastu pada tahun 563 SM. Sebelum

menjadi Budha, ia beberapa kali berguru kepada para brahmana. Akan tetapi, tidak ada

yang dapat memuaskan hatinya. Suatu hari, ia beristirahat di bawah pohon Bodhi di kota

Bodhgaya. Di situlah ia mencapai kesadaran diri dan memperoleh “kebenaran sejati”. Ia

kemudian disebut Buddha. Di kota Benares, Sidharta Gautama pertama kali mengajarkan

Page 12: India

ajarannya. Menurut ajaran Budha, setiap orang dapat mencapai nirwana (surga) dengan

usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Agama Buddha mengajarkan cara hidup yang baik. Hidup menurut ajaran Buddha

adalah Samsara (penderita). Samsara disebabkan oleh nafsu. Untuk membebaskan diri

dari penderitaan, manusia harus memadamkan nafsunya (keinginannya).

Ada delapan jalan untuk menahan nafsu, yaitu:

1. berpikir baik,

2. berniat baik,

3. berkata baik,

4. bertingkah laku baik,

5. makan minum yang baik,

6. berusaha yang baik,

7. perhatian yang baik, dan

8. semadi yang baik.

Penganut agama Buddha dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

ialah para sanggha (pendeta). Mereka tinggal di biara, memakai jubah kuning, dan hidup

dari meminta-minta. Kelompok kedua ialah para penganut biasa. Kitab suci agama

Buddha disebut Tripitaka (3 himpunan/keranjang), yaitu Winayapitaka, Sutrantapitaka,

dan Abhidharmapitaka.

Sekitar 600 SM ada kerajaan Magadha. Letaknya di daerah Bihar sekarang. Ibu

kotanya di Rajagerha (Rajgin), kemudian pindah ke Pataliputra (Patna). Kedua kota itu

terletak di lembah Sungai Gangga. Selain itu, muncul kota-kota yang merupakan pusat

perdagangan dan pengetahuan. Kota-kota itu dihubungkan dengan jalan kafilah yang

terbentang dari kota Tamralipti di Teluk Benggala hingga Taxila di Punjab. Pada zaman

kerajaan Magadha, datang serangan Raja Cyrus dari Persia. Ia menduduki daerah

Gandhara. Setelah itu, ada lagi serangan dari Raja Darius yang kemudian berhasil

menduduki lembah sungai Indus.

Pada tahun 321 SM, muncul Kerajaan Maurya. Rajanya bernama Candragupta. Ia

berhasil menyatukan India Utara. Candragupta berhasil merebut daerah Punjab dari

tangan bangsa Yunani yang sudah ada di situ sejak masa Iskandar Zulkarnaen. Raja

Page 13: India

Maurya yang paling terkenal adalah Asoka. Ia menguasai dua pertiga jazirah India.

Asoka berhasil menaklukkan kerajaan Kalingga di daerah Orissa sekarang. Mulanya

Raja Asoka beragama Hindu, tetapi setelah melihat penderitaan rakyat dalam perang

melawan Kalingga, ia kemudian menganut agama Buddha. Agama Buddha kemudian

menjadi agama negara. Asoka banyak mendirikan stupa (bangunan suci agama Buddha)

dan tugu batu yang berisi undang-undang Asoka. Asoka mengizinkan pendeta Buddha ke

Sri Lanka dan Asia Tenggara untuk menyebarkan agama. Dari Asia Tenggara, agama

Buddha kemudian menyebar ke Cina, Korea, dan Jepang.

Gambar peta India pada masa pemerintahan Asoka

(An Historical Atlas of the Indian Peninsula, Oxpord University Press 1959)

Setelah kerajaan Maurya, India utara kemudian diperintah oleh raja-raja Kushana.

Bangsa Kushana berasal dari daerah padang pasir di Baktria dan Oxus. Salah satu raja

Kushana yang terkenal adalah Raja Kaniska. Ia seorang penganut agama Buddha. Raja

Kaniska memperkenalkan sistem penanggalan baru, yaitu tahun Saka. Penanggalan itu

dimulai pada tahun 78. Tahun Saka digunakan juga di daerah Asia Tenggara, termasuk

Indonesia, pada zaman kuno.

Setelah Kerajaan Maurya runtuh, beberapa daerah taklukkannya kembali menjadi

kerajaan merdeka, seperti kerajaan Andhra dan Kalingga. Kerajaan Kalingga kemudian

menjalin hubungan dengan kepulauan Indonesia.

Pada tahun 712, daerah lembah Sungai Indus ditaklukkan oleh Muhammad bin al-

Qasim yang mengadakan ekspedisi ke wilayah timur. Daerah itu dikuasai oleh kerajaan

yang bercorak Islam selama tiga abad. Bangsa Turki di bawah Mahmud Ratni menguasai

India. Dua abad kemudian, Muhammad Ghor dari Afganistan membentuk kesultanan di

India dan melanjutkan penyebaran agama Islam. Kerajaan Islam menguasai India Utara

sampai ke Teluk Benggala.

Sesuai dengan yang disebutkan di dalam kitab Veda, maka bangsa yang dikalahkan

itu tidak lebih adalah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas

anggapan bahwa penduduk daerah itu adalah mereka yang tidak suka berperang, mereka

yang tidak mementingkan teknologi persenjataan yang baik, seperti terlihat pada

Page 14: India

Kualitas ujung tombak maupun peadng mereka. Bukti-bukti lain yang menguatkan

dugaan itu ialah terdapatnya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri dari anak-

anak dan wanita, yang terserak di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang

menuju tempat pemandian umum ataupun di jalanan umum. Bentuk serta sikap fisik yang

menggeliat dari mayat-mayat itu memberi pertanda akan adanya sesuatu serangan.

Apalagi kalau melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala ketika

kepala itu terlepas dari tubuh (Abu Su’ud, 1988: 40-41).

Bukti penyerbuan kota Mohenjodaro

(Ancient History, Adam & co: 1959)

Gambar reruntuhan kota Mohenjodaro

Kelangsungan kehidupan politik setelah zaman Harappa hingga masa Arya

nampaknya terganggu oleh hal-hal seperti menyusutnya penduduk yang tinggal di

kawasan lembah sungai Indus selama paroh kedua milenium II sebelum tarikh masehi.

Mungkin saja hal itu terjadi karena pendukung kebudayaan lembah Indus itu musnah

ataupun melarikan diri untuk mencari selamat ke bagian daerah lain, sementara para

penyerang tidak bermaksud melanjutkan tata pemerintahan lama. Hal itu bisa saja terjadi

karena diduga tingkat peradaban bangsa penyerang yang masih dalam tahapan

mengembara tidak mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat lembah Indus yang

relatif lebih maju atas dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.

Sejak 1500 SM peradaban Harappa dan Mohenjodaro runtuh tidak lama setelah para

pendatang Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak itu maka dimulailah

sebuah masa baru dalam perkembangan kebudayan India di bagian utara.

Tahun 1750 sebelum Masehi, peradaban Harappa mulai mengalami perubahan

baik dalam sifat manfaat maupun lingkungan kotanya. Barang-barang yang ditemukan

sebelumnya sudah lenyap dan rumah-rumah mengecil. Disebelah selatan Mohenjo-daro

Page 15: India

dekat Indus yaitu kota Chanhu-daro merupakan golongan kota yang mengalami

kehancuran peradaban Indus, yang disebut sebagai kota yang bernama Jhkar dan Jhanger.

Piggot mengemukakan bahwa penduduk asli yang mempelajari Chanhu-daro dipaksa

oleh penguasa baru untuk mengahasilkan kerajinannya. Hal ini menunjukan tradisi

kehidupan yang terpecah oleh kebudayaan kota, tidak ada lagi anggapan mengenai

benteng tembok Harappa dan Mohenjodaro sebagai benteng pelindung, jika dibanding

dengan penaklukan oleh sukun bangsa Arya.

Tahun 1700 peradaban Indus yang pernah berjaya itu berakhir, disebabkan karena

banjir akibat gerakan bumi. Perhiasan ditemukan pada tempat yang tinggi di

Mohenjodaro, alat masak ditemukan berserakan dan kepingan tiang telah terbakar,

ditemukan juga beberapa kerangka orang yang melarikan diri waktu terjadi bencana atau

waktu dibantai oleh penjajah. Harappa telah sangat hancur, kota kerajaan dengan benteng

yang sangat menakjubkan telah hilang dan lenyap secara drastis.

Page 16: India

Rangkuman:

Peradaban India telah berlangsung lama. India adalah salah satu pusat peradaban

kuno dunia. Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Babilonia. Tetapi,

peradaban India yang mendahului zaman Arya hanya baru dapat diketahui setelah

ditemukan dengan pengungkapan-pengungkapan baru dalam tingkatan kemajuan yang

pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak

masa 3.000 tahun SM, yaitu 1.500 tahun sebelum kedatangan bangsa Arya. Di negara

India sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah.

Salah satu peninggalan kebudayaan yang dianggap telah memiliki teknologi yang

canggih adalah peninggalan kota Mohenjodaro dan Harappa. Kedua kota ini memiliki

karakteristik diantaranya adalah:

1. tata kota

2. sanitasi

3. pertanian dan pengairan

4. teknologi

5. perekonomian

6. pemerintahan

7. kepercayaan

Tetapi, sejarah yang jelas mengenai India adalah berkaitan dengan zaman Arya.

Sebagaimana yang telah kita katakan bahwa India dianggap sebagai negara yang tertutup

karena dikelilingi oleh lautan dan pegunungan.

Page 17: India

Soal:

1. Uraikanlah latar belakang timbulnya peradaban Lembah Sungai Indus!

2. Deskripsikanlah kondisi kehidupan ekonomi, sosial serta budaya masyarakat

Lembah Sungai Indus!

3. Bagaimanakah sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Lembah Sungai

Indus?

4. Klasifikasikanlah hasil-hasil peninggalan kebudayaan Lembah Sungai Indus!

5. Bandingkanlah hasil kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa!

6. Mengapa Mohenjodaro dan Harappa dianggap telah memiliki teknologi yang

tinggi sehingga dikatakan sebagai suatu peradaban?

7. identifikasikanlah faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya kebudayaan

Lembah Sungai Indus!

Tugas:

Buatlah suatu analisis tentang tata letak kota dan teknologi yang digunakan pada

pembangunan kota Mohenjodaro dan Harappa. Kemudian bandingkanlah dengan tata

letak kota di daerah sekitar tempat tinggalmu!