Imunologi; hipersensitifitas

12
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt.

description

imunologi, hipersensitifitas tipeI (reaksi anafilaksis), tipe II reaksi sitotoksik), tipe III (reaksi kompleks imun), tipe IV (hipersentifitas tipe lambat)

Transcript of Imunologi; hipersensitifitas

Page 1: Imunologi; hipersensitifitas

HIPERSENSITIFITASLisa Andina, S.farm, Apt.

Page 2: Imunologi; hipersensitifitas

Pengertian Hipersentifitas adalah suatu respon

antigenik yang berlebihan yang terjadi pada individu yang sebelumnya telah mengalami suatu sensitisasi dengan antigen

Paparan kedua suatu Ag dapat menimbulkan respon imun sekunder yang berlebihan .

Page 3: Imunologi; hipersensitifitas

Berdasarkan mekanisme reaksi imunologik yang terjadi, Gell dan Coomb membagi reaksi hipersensitifitas menjadi 4 golongan, yaitu:1. Tipe I (reaksi anafilaktik)2. Tipe II (reaksi sitotoksik)3. Tipe III (reaksi kompleks imun)4. Tipe IV (reaksi tipe lambat)

Page 4: Imunologi; hipersensitifitas

Hipersensitifitas Tipe I (Reaksi Anafilaktik)

Terjadi dalam waktu cepat (2-30 menit) setelah paparan kedua.

Reaksi dapat terjadi bila:› Jumlah Ag yg masuk cukup banyak› Status imunologik humoral/seluler meningkat

Faktor penting reaksi anafilaktik adalah IgE.

Umumnya reaksi anafilaktik bersifat sistemik sehingga menyebabkan syok dan depresi pernafasan yg dpt berakibat fatal.

Reaksi anafilaktik juga dapat bersifat reaksi lokal termasuk reaksi alergi seperti asma dan kemerahan pada kulit.

Page 5: Imunologi; hipersensitifitas

Mekanisme reaksi tipe I

Page 6: Imunologi; hipersensitifitas

Sel mast dan basofil mempunyai sekitar 500.000 situs tempat menempelnya IgE

Apabila IgE yang melekat pada sel mastosit terpapar dengan alergen yang spesifik, maka akan diikat oleh IgE sedemikian sehingga alergen tersebut membentuk jembatan atau crosslinking di antara kedua molekul IgE >> degranulasi sel mastosit dan basofil

Lepasnya mediator kimiawi: histamin, heparin, eosinophil cemotactic factor, leukotrin, prostaglandin

Akibatnya: › Vasodilatasi› Peningkatan permeabilitas vaskular› Penyempitan saluran bronkus› Edema pada mukosa› Hipersekresi lendir

Page 7: Imunologi; hipersensitifitas

Hipersensitifitas Tipe II (Reaksi Sitotoksik)

Umumnya terjadi akibat aktifasi sitem komplemen setelah mendapat rangsangan kompleks antigen-antibodi

Kompleks antigen-antibodi pada permukaan sel sasaran akan dihancurkan komplemen, makrofag, limfosit T-sitotoksik dan sel NK

Beberapa contoh reaksi hipersensitivitas II:› Reaksi yang terjadi pada transfusi darah

Apabila golongan darah tidak sesuai pada saat transfusi, misalnya gol. B di transfusikan pada gol. A, maka antigen yg terdapat pd permukaan sel darah gol B akan bereaksi dengan anti-B pada serum penerima.

Reaksi ini akan mengaktifasi komplemen, sehingga menyebabkan hemolisis sel darah merah donor ketika masuk ke dalam tubuh penerima donor.

› Reaksi penolakan jaringan transplantasi Terjadi apabila penerima sebelumnya pernah terpapar antigen jaringan

transplantasi tersebut atau karena sistem imun mengenali jaringan transplantasi tersebut sebagai nonself.

Page 8: Imunologi; hipersensitifitas

› Anemia hemolitik akibat obat Molekul obat dapat berfungsi sebagai hapten,

karena molekulnya terlalu kecil untuk bersifat sebagai antigenik

Tetapi apabila obat dapat menempel pada sel trombosit maka kompleks ini akan bersifat sebagai antigen yang dapat merangsang pembentukan antibodi

Contohnya : obat sedormid dapat mengikat sel trombosit,

merangsang antibodi dan mengaktifkan komplemen sehingga dapat melisiskan trombosit dan menyebabkan trombositopenik pupura

Kloramfenikol dapat mengikat sel darah putih menyebabkan agranulositosis

Fenasetin, kina, sulfonamid, klorpromazin dapat mengikat sel darah merah dan meyebabkan anemia hemolitik

Page 9: Imunologi; hipersensitifitas

› Reaksi hemolitik pada bayi baru lahir akibat faktor rhesus Penyakit yang berhubungan dengan reaksi hemolitik akibat faktor

rhesus disebut hemolytic disease of the newborn (HDNB) Terjadi apabila wanita dengan Rh- menikah dengan pria Rh+,

maka kemungkinan 50% bayinya akan Rh+ Jika bayi yang dilahirkan mempunyai Rh+, maka ibu yang Rh-

akan terpapar antigen Rh pada waktu melahirkan bayinya melalui darah plasenta

Sebagian sel darah merah bayi masuk ke sirkulasi darah ibu Di dalam tubuh ibunya akan terbentuk antibodi terhadap Rh+

(IgG) Pada kehamilan berikutnya, jika janin Rh+ maka pada saat

dilahirkan , antibodi terhadap Rh+ akan masuk ke dalam janin dan merusak sel darah merah janin

Pada saat dalam kandungan, sirkulasi ibunya dapat menetralkan racun dan produk disintegrasi darah janin

Pada saat dilahirkan darah janin tdk lagi mendapatkan perlindungan >> anemia berat dan jaundice

HDNB dapat dicegah dengan imunisasi pasif yang mengandung anti-Rh pada ibu Rh- , diharapkan jika antibodi Rh dan darah janin Rh+ memasuki darah ibu tidak memproduksi anti-Rh

Jika HDNB tdk dapat dicegah, maka dilakukan transfusi darah untuk menyelamatkan bayi

Page 10: Imunologi; hipersensitifitas

Hipersensitifitas Tipe III(Reaksi kompleks imun)

Reaksi yang melibatkan antibodi terhadap antigen yang larut dan bersirkulasi dalam serum

Berbeda dengan reaksi hipersentifitas II yang ditujukan kepada antigen yang berada pada sel atau permukaan sel

Kompleks antigen dan antibodi tersebut mengendap pada jaringan tertentu

Pembentkan kompleks ini akan mengakibatkan inflamasi Apabila kompleks tersebut mengendap, maka terjadi aktifasi

komplemen Aktifasi komplemen tersebut tidak hanya menghancurkan

kompleks antigen-antibodi, tetapi juga merusak jaringan di sekitarnya.

Contoh:› Glomerulonefritis

Page 11: Imunologi; hipersensitifitas

Hipersensitifitas Tipe IV (Reaksi tipe lambat)

Reaksi hipersensitifitas tipe IV atau tipe lambat merupakan reaksi yang melibatkan respon imun selular khususnya oleh sel T

Reaksi ini terjadi akibat paparan antigen asing, khususnya pada jaringan tubuh yang ditangkap oleh sel fagosit yaitu makrofag yang kemudian disajika ke pada sel T dengan determinan antigenik

Page 12: Imunologi; hipersensitifitas

Perbedaan reaksi hipersensitifitas tipe I, II, III & IV

Karakteristik

Reaksi tipe I Reaksi tipe II

Reaksi tipe III

Reaksi tipe IV

Jenis antibodi IgE IgG, IgM IgG, IgM Tidak ada

Jenis antigen Eksogen Permukaan sel

Antigen larut organ dan jaringan

Waktu respon 15-30 menit Menit-jam 3-8 jam 48-72 jam

Keadaan fisik Kemerahan, panas dan bengkak

Lisis dan nekrosis

Eritema, nekrosis, edema

eritema, dan indurasi

Diperantarai oleh

Antibodi Antibodi Antibodi Sel T

Histologi Sel basofil dan eosinofil

Antibodi dan komplemen

Komplemen dan neutrofil

Monosit dan limfosit

Contoh reaksi Alergi, asma,demam

Erythroblastosis fetalis, goodpasture’s nephritis

SLE, farmer’s lung disease

Tes tuberkulin poison ivy, granuloma