imunisasi

download imunisasi

of 12

description

imunisasi

Transcript of imunisasi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak meninggal karena berbagai penyakit seperti; diptheria, pertusis, tetanus, polio, hepatitis dan campak, yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukan vaksin ke dalam tubuh manusia. Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit, namun telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara sengaja dimasukan ke dalam tubuh anak dengan tujuan merangsang timbulnya zat antipenyakit tertentu pada pada anak.Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Meskipun telah diperoleh kemajuan dalam pemberian imunisasi kepada anak, ternyata pada tahun 2008 terdapat hampir 24 juta anak-hampir 20% dari bayi lahir setiap tahunnya di seluruh dunia yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap seperti; BCG, DPT, Polio, dan Hepatitis B.Di Indonesia program imunisasi memiliki tujuan menurunkan angka kejadian penyakit dan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Secara spesifik program imunisasi di Indonesia memiliki target cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa atau kelurahan pada tahun 2010. Meskipun hampir seluruh daerah di Indonesia diwajibkan untuk mengikuti Imunisasi, namun masih ada beberapa daerah yang masih sangat kurang untuk mengikuti imunisasi. Sehingga banyak menimbulkan kematian akibat tidak mengikuti imunisasi.Salah satu kabupaten dengan angka kematian anak balita(AKABA) tertinggi di Indonesia ada dikabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, di mana pada tahun 2011 diperkirakan AKABA sebesar 122 per 1000 kelahiran hidup. Daerah Indonesia Timur merupakan daerah degan kematian anak dan balita yang cukup tertinggi terutama bagi masyarakat didaerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan.Petugas kesehatan seperti perawat sangat perlu memperhatikan keamanan dalam memberikan vaksin pada saat imunisasi dengan cara misalnya; Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak imunisasi, Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang diharapkan. Baca dengan teliti informasi dengan produk (vaksin) yang akan diberikan jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan pada orangtua. Melakukan tanya jawab dengan orangtua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi. Tinjau kembali apakah indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan; periksa tanggal kadaluwarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukkan adanya kerusakan. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) Berikan vaksin dengan teknik yang benar.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui definisi imunisasib. Mengetahui tujuan imunisasic. Mengetahui syarat-syarat imunisasid. Mengetahui jenis-jenis kekebalan imunitase. Mengetahui jenis-jenis vaksin, manfaat dan efek sampingf. Mengetahui teknik pemberian imunisasi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DefinisiSuatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi dasar: Pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi lanjutan: Imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan (DepKes RI, 2006).Imunisasi adalah suatu cara untuk menigkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan cara memberikan vaksin (Noor Rocmah P, dkk, 2008).Imunisasi adalah reaksi antara antigen dan antibodi-antibodi yang dalam ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai antigen) (Riyadi, 2009).Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit, namun telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan merangsang timbulnya zat antipenyakit tertentu pada orang-orang tersebut(Achmadi, 2006).Vaksin adalah kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan sehingga aman dan berguna untuk membentuk kekebalan tubuh seseorang (Noor Rocmah P, dkk, 2008).

2.2 Tujuan Imunisasia. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. (Ranuh dkk, 2001). b. memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu Polio, Campak< pertusis, TBC dan Hepatitis B. (Depkes, 2000).

2.3 Syarat-syarat Imunisasia. ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh memperoleh imunisasi yanitu: anak sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunosupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu membentuk zat anti yang cukup banyak. (Huliana, 2003). b. Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi denagn melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor tch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed concent kepada orangtua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yangdapat timbul setelah pemberian imunisasi.

2.4 Jenis jenis kekebalan imunitasAda dua jenis klasifikasi imunitas, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan terpapar oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi, maupun sel memori. Kekebalan aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus sitem imunitas yang menghasilkan antibodi dan kekebalan seluler yang bertahan lebih lama dibanding kekebalan pasif (Depkes,2000).Sedangkan imunisasi pasif, dilakukan dengan memberikan imunoglobin yang berasal dari plasma donor. Pemberian imunisasi pasif hanya memberikan kekebalan sementara karena imunoglobin yang diberikan akan dimetaboliskan oleh tubuh. Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibodi akan berkurang setelah beberapa minggu atau bulan (Depkes, 2000).Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan imunoglobulin yang lain seperti IgM, IgA, IgE, IgD memiliki waktu paruh yang lebih pendek. Oleh karena itu, imunisasi yang rutin diberikan pada anak adalah imunisasi aktif yaitu vaksinasi.

2.5 Jenis-jenis vaksin dan manfaat dan efek samping

2.2.1VaksinWajibBeberapa jenis vaksin yang sering diberikan pada anak yang baru lahir menurut UNICEF Indonesia (2010) sebagai berikut:UmurVaksin

0-7 hariHepatitis B

1 bulanBCG, Polio-1

2 bulanDPT/HB-1, Polio-2

3 bulanDPT/HB-2, Polio-3

4 bulanDPT/HB-3, Polio-4

6 bulanCampak

a. BCG(Bacillus Calmette Guerrin):untuk mencegah penyakit TBCVaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang dilemahkan, diberikan secara intrakutan dengan dosis 0,005 ml pada insertio muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (mislanya penderita leukimia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang. Penderita infeksi HIV. Reaksi yang mungki terjadi: I. Reaksi lokal: 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang terba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelumbung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila akan diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux (tuberkulosis). II. Reaksi regional: pemnesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Komplikasi yang mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) ditempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfademis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membentuk dalam waktu 2-6 bulan.

b. DPT-HB: untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis(Batuk rejan/batuk seratus hari) Tetanus dan Hepatitis BImunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tengkorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada sal;uran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengkung pertusis. Berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan dan minum. Pertusis juga dapat menimbulakan kompliaksi yang serius seperti pneumonia kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan kekauan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bntuk suntikan, yang disuntikan pada otot paha secara subcutan dalam imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III) selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml. DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan seperti demam ringan atau nyeri ditempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis didalam vaksin. Pada vaksin dari 1% penyuntikan DPT menyebabkan komplikasi sebagai berikut: 1) Demam tinggi (lebih dari 40,5o Celcius)2) Kejang3) Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengala mi kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarga)4) Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika anak mempunyai riwayat kejang, pemberian imunisasi yang boleh diberikan adalah DT yang hanya dapat diperoleh di puskesmas (kombinasi toksoid difteria dan tetanus DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhdap pemberian vaksin pertusis. (Ranuh dkk, 2005). 1-2 hari setelah mendapat suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri ditempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih menggerak-gerakan lengan maupun tulang tungkai yang bersangkutan.

c. Polio : untuk mencegah penyakit polioImunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhdap penyakit poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau tungksi. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali. Vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio: 1) Diare2) Gangguan kekbalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)3) Kehamilan Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua dipelukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai tingkat yang tertinggi.

d. Campak untuk mencegah penyakit campakImunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin diuntikan secara subkutan sebanyak 0,5ml. Jika terjadi wabah campak, dan ada bayi yang belum berusisa 9 bulan maka imunisasi campak boleh diberikan. Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai berikut:1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 celcius2) Gangguan sistem kekebalan3) Pemakaian obat imunosupresan4) Alergi terhadap protein telur5) Hipersensitivitas terhadap kenamisisn dan ertitromisisn6) Wanita hamilEfek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivita dan gejala katarak serta ensefalitis. 5 imunisasi HB(hepatitis B)Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB II. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksi di suntik pada otot pada paha secara subcutan dalam dengan dosis 0,5 ml.Pemberian imnisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Efek samping dari vaksin HB adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

e. Tetanus Toxoid(TT) untuk mencegah penyakit TetanusOrang tua dan petugas kesehatan harus mengikuti jadwal imunisasi yang diberikan. Jika anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun, maka sangat penting untuk anak tersebut untuk segera melengkapinya.Jenis jenis vaksin, cara pemberian, dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi (Petunjuk Program Imunisasi di Indonesia, Depkes 2000, hlm. 40) sebagai berikut.VaksinDosisCara PemberianPemberian ImunisasiSelang Waktu PemberianUmur PemberianKeterangan

BCG0,05 ccIntrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan1 kali0-11 bulan

DPT0,5 ccIntramuskular3 kali4 minggu2-11 bulan

Polio2 tetesDiteteskan ke mulut4 kali4 minggu0-11 bulan

Campak0,5 ccSubkutan, biasanya di lengan kiri atas1 kali4 minggu9-11 bulan

Hepatitis B0,5 ccIntramuskular pada paha bagian luar3 kali4 minggu0-11 bulanUntuk bayi yang lahir di rumah sakit atau puskesmas, hepatitis B, BGC, dan Polio dapat diberikan segera.

TT0,5 ccIntramuskular dalam biasanya di muskulus deltoideus

2.2.3 VaksinTambahana. MMRM= MeaslesM= MumpsR= Rubela

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak jerman dan disuntikan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang di sertai nyeri. Gondonangan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak jerman (rubula) menyebabkan deman ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar geteh bening leher. Rubela juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.Dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 thn.

b. HibImunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh haemopilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Samapai saat ini, imunisasi Hib belum tergolong imunisasi wajib, mengigat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenza merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda. Penyakit ini sangat berbahaya karena sering kali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius. Misalny kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di indonesia yaitu Act Hib dan Pedvax.c. TifoidImunisasi tifoid diberikan untuk kekebalan terhadap demam tifoit. Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3-5 tahun. Oleh karena itu di ulang kembali. Imnisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangakan bentuk suntikan diberikan 1 kali. Pada imunisasi ini tidak ada efek samping. d. Hepatitis APenyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada rang yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempuyai prevalansi tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.

2.6 Teknik Pemberian Imunisasi2.6.1 BCGImunisasi BCG diberikan pada anak usia kurang dari 2 bulan. Dosis untuk bayi baru lahir sebesar 0,05 ml dan unutk anak 0,10 ml. Vaksin BCG diberikan secara subkutan didaerah lengan kanan atas dekat insersio M.deltoideus. apabila BCG diberikan dengan usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin diberikan apabila uji tuberkulin negatif (Ranuh & Soedarmo, 2008).

2.6.2 Hepatitis BImunisasi pertama diberikan segera setelah lahir. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara suntukan suntikan 2 dan 3. Pada anak vaksin diberikan secara intramuskular di daerah pangkal lengan atas (M.deltoideus), sedangkan pada bayi didaerah paha (Ranuh & Soedarmo, 2008).2.6.3 PolioPolio-0 diberikan saat bayi lahir. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali, interval antara 2 imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. Dosis OPV diberikan 2 tetes secara per-oral, sedangkan dosis IPV dalam kemasan 0,5 ml secara intramuskular (Ranuh & Soedarmo, 2008).2.6.4 DTPImunisasi DTP primer diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-8 minggu. Dosis DTwP atau DT adalah 0,5 ml. Vaksin ini diberikan secara intramuskular. Vaksin DTP dapat diberikan kombinasi dengan vaksin yang lain yaitu DTwP/HepB, DtaP/Hib, DtaP/IPV, DTP/Hib/IPV sesuai jadwal (Ranuh&Soedarmo, 2008).2.6.5 CampakImunisasi pertama diberikan pada usia 9 bulan dalam dosisi 0,5 ml sevara subkutan. Dosis baku minimal untuk vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup emberian 20TCID50 mungkin sudah memberikan hasil yang baik (Ranuh &Soedarmo, 2008).

BAB IIIGAMBAR

CampakDifteri

PertusisPolio

TBCPertusis11