Implikasi Ilmu Pengetahuan

5

Click here to load reader

Transcript of Implikasi Ilmu Pengetahuan

Page 1: Implikasi Ilmu Pengetahuan

Implikasi Penguasaan Ilmu

Oleh Handi Agus H.

Mahasiswa adalah salah satu kelompok siswa/ pelajar yang sedang menuntut

ilmu di tingkat lembaga pendidikan tertinggi, yakni perguruan tinggi. Dalam

realitanya, ada beberapa predikat yang disematkan dalam diri mahasiswa, predikat

tersebut ialah agent of change (agen perubahan), iron stock, social control, dan

guardian value. Dan predikat itu semestinya tidak hanya sekedar sebuah kebanggan

diri saja, namun juga harus bisa terimplementasikan. Baik itu cakupannya yang

kecil, seperti kelurahan atau desa, atau yang lebih besar cakupannya, yakni tingkat

nasional atau Negara.

Namun di zaman globalisasi seperti sekarang ini, predikat tersebut tidak lebih

dari sekedar predikat saja. Karena jarang sekali ditemukan sosok mahasiswa yang

bisa mengemban amanah yang maha berat nan mulia ini. Sikap acuh tak acuh atau

apatis sudah menjadi realita yang menjamur dimana-mana. Sikap yang kurang

memperdulikan orang lain lebih banyak ditemukan daripada suatu sikap peduli

terhadap sesama. Dan masih banyak lagi sikap yang tidak mencerminkan predikat-

predikat sebagai mahasiswa.

Sebagai kaum intelektual, tentunya mahasiswa mempunyai banyak sekali

ilmu pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya. Namun ternyata, banyaknya

kuantitas ilmu pengetahuan itu tidak dibarengi dengan tindakan yang nyata, sebagai

implikasi dari ilmu pengetahuannya. Tidak jarang, ilmu tersebut hanya digunakan

dalam usahanya untuk mencapai kepentingan pribadinya, bukan kepentingan umum

yang menjadi prioritasnya.

Sekarang mahasiswa lebih concern dengan les-les peningkatan diri,

mengerjakan tugas-tugas kuliah, kuliah kos tugas, nonton pertunjukkan musik dan

lain sebagainya. Semua contoh kegiatan tersebut hanyalah mencerminkan

Page 2: Implikasi Ilmu Pengetahuan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Hal tersebut memang boleh dan wajar

untuk kita lakukan, namun alangkah lebih baiknya hal tersebut juga diimbangi

dengan kegiatan-kegiatan yang mampu memecahkan persoalan-persoalan social,

seperti kenapa mesti harus ada kenaikan BBM, kenapa banyak terjadi huru-hara di

daerah-daerah, bagaimana meningkatkan wawasan ataupun kesadaran masyarakat

akan penting pendidikan dan lain macam kegiatan kesosialan lainnya. Bukankah

suatu tindakan yang sangat mulia ketika kita lebih mengedapankan sisi kehumanisan

dari sisi individualis.

....

Artinya: “Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas

diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan”. (Q. S. Al

Hasyr: 9)

Sebetulnya hal itu tidak akan pernah terjadi ketika seorang mahasiswa

tersebut sudah benar-benar memahami hakikat dan konsekuensi dari ilmu

pengetahuan. Hakikat dari ilmu pengetahuan ialah bahwa suatu ilmu pengetahuan

digunakan sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai bentuk

penghambaan diri menuju kesempurnaan dirinya. Ilmu pengetahuan itu

berkonsekuensi untuk dijalankan atau dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa ada pengecualian sedikit pun, dengan catatan bahwa ilmu yang diterapkan itu

ialah ilmu yang bermanfaat dan positif, dan bukan untuk suatu hal yang dapat

mengundang kerusakan.

Artinya “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) Amat besar

Page 3: Implikasi Ilmu Pengetahuan

kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang

tidak kamu kerjakan (3). (Q. S. Ash Shaff: 2-3)

Ketika hakikat dan konsekuensi dari ilmu pengetahuan tersebut benar-benar

dihayati dan dipahami, maka tidak ada alasan sedikitpun untuk berkata tidak akan hal

tersebut. Karena ini merupakan suatu tindakan yang memang positif yang langsung

berkaitan secara transedental kepada Tuhan, yang memang akan diberikan suatu

upah atau pun imbalan yang sungguh berharga dibandingkan dengan sesuatu apapun

itu, yakni apa yang disebut itu dengan pahala. Di dalam Islam dijelaskan bahwa tidak

ada sesuatu pun yang sia-sia, semua pasti aka nada balasan atau imbalannya

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat

dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya (7).

Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar

dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula

(8). (Q. S. Al Zalzalah; 7-8)

Jadi ketika seorang mahasiswa itu disibukkan dengan kepentingan pribadi dan

kurang mengedapankan kepentingan bersama, bersikap acuh tak acuh dan apatis,

apakah ia layak digelari predikat-predikat tersebut??? Tentunya ini hanya bisa

dijawab oleh diri kita masing-masing.

* Mahasiswa aktif Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Aktif

di organisasi kemahasiswaan, antara lain HME FPTK UPI, HMI PTK

UPI, dan ESTETIKA UPI. Diselesaikan pada tanggal 10 Juli 2012.