IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

303
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA SERANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: UBAY MULYAWAN NIM 6661112322 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2015

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI

NEGERI SIPIL (PNS) DI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

UBAY MULYAWAN

NIM 6661112322

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2015

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

NamaNIM

LEMBAR PENGESAHAN

: UBAYMT,LYAWAN:6661112322

Judul skripsi : TMPLEMENTAST PERATURAN PEMERTNTAH NoMoR53 TAIIUN 2O1O TENTAI\IG I}ISPLIN PEGAWAI I\IEGERISIPIL (pNS) I]r BN)Ar{ LTNGKUNGAII HIDITP DAERAHKOTA SERAI\IG

Telah Diuji di Hadapan Dewan PengujiAgushrs 2015 dan dinyatakan LULUS.

KetuaPenguji

Listyaningsih. M.SiNrP. I 97603292A$ r2200t

Anggota:

Titi Stiawati. M.SiNrP. 19701 1252005012001

Anggota:

Yeni Widyastuti. M.SiNIP. 197602102005012003

Sidang Slaipsi di Serang, tanggal 27

Serang, Septeffier 2Ci5

Mengetahui,

l

12001

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PERI\TYATAAN ORISINALITA S

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

Nim

:UBAYMULYAWAN

: 6661 112322

Tempat tanggal lahir : Serang 25 Maret 7994

Program Studi : Ilmu Administasi Negara

Menvatakan skripsi yine berjudul "IMPLEMENTASI PERATURANPEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2O1O TENTANG DISIPLIN PEGAWAINEGERI SIPL (PNS) DI BADAN LINGKIJNGAN HIDUP DAERAH KOTASERANC/'. Adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupunyang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi initerbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

2015

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Nama

NIM

Judul Slaipsi

LEMBAR PERSETUJUAI\I

: UBAYMULYAWAN

: 6661,112322

: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 53 TAHUN 2O1O TENTANG DISIPLIN

PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI BADAN

LINGKUNGAN HIDI]P DAERAH KOTA SERANG

Serang, Agustus 2015

Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan

Menyetujui,

IImu Politikyasa

NIP. 197602102005012003

Pembimbing II

NIP. 1 9760 1062006042007

Mengetahui

"-s

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Tunjuk Satu Arah, Singkirkan yang Menghalagi

. . . . . . . . .

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Abstract

Ubay Mulyawan, 666111232. Thesis.2015.The implementation of Government Environment Board Agency. 0f regulation no. 53 / 2010 about discipline of civil servants in (environmental board the area) of a Serang Regency .Public Administration Department Factury of Social & Political Seience. Sultan Ageng Tirtayasa University. Ist Aduisor : Yeni Widyastuti , M.Si .2nd Aduisor: Rini Handayani , M.si .

Password: Civil Servent, Disipline Implementation The establishment of PP no. 53 / 2010 on discipline of civil servants because of Public demand of the improving performance of civil servants and services, along with the implementation of reformation in bureaucracy.Civil servant discipline regulation aimed to make civil servants discipline but in fact a civil servant of BLHD Serang city have not fulfilled regulations discipline. The purpose of this research is to the implementation and influence factor that blated with the implementation the informant of this research are his head deprtement of BKD, also the public..Data is collected through interviews, observation, documentation and the study of literature available as well as using a technique according to Miles dan Hamberrman data analysis.The theory usel for this resserch is a model of Van Meter and Van Horn (Agustino 2008). The resoult shoel that the implementation of GOvermernment regulation 53 / 2010 not optimal because some factor that are less bugeting & lock of socialiecation. Recommendation are there should be a special buget to support and a comprehensive socialisation of civil servent.

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

ABSTRAK

Ubay Mulyawan, 6661112322. 2015 skripsi. Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. Program Studi. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Yeni Widyastuti, M.Si. Dosen Pembimbing II: Rini Handayani, M.Si.

Kata Kunci: Disiplin, Pegawai Negeri Sipil

Ditetapkannya PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil karena adanya tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kinerja dan pelayanan PNS seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi. Peraturan Disiplin PNS bertujuan agar PNS Disiplin namun pada kenyataanya PNS di BLHD Kota Serang belum memenuhi peraturan disiplin. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui penerapan aturan tersebut dan factor-faktor yang mempengaruhi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen Penelitian ini yaitu peneliti sendiri sedangkan sumber penelitiannya adalah PNS di BLHD Kota Serang, Kepala BKD Kota Serang dan Masyarakat umum di Sekitar BLHD Kota Serang. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan serta menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Hamberrman. Uji keabsahan data triangulasi dan member check. Peneliti ini meneliti tentang implementasi maka peneliti menggunakan teori implementasi model Van Meter Dan Van Horn (Agustino 2008). Berdasarkan hasil penelitian Implementasi Peraturan Pemerinth No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS belum optimal karena masih kurangnya dukungan dana, serta sosialisasi terhadap semua PNS. Rekomendasi yang diberikan yaitu diadakan anggaran khusus guna meningkatkan disiplin PNS,dan menyeluruhnya sosialisasi terhadap PNS.

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah Setiap Warga Negara Republik

Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat

yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi

tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Undang-undang No. 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

yang selanjutnya disingkat menjadi ASN, ASN adalah profesi bagi Pegawai

Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang

bekerja pada instansi pemerintah.

Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri

sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat

pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau

diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang

memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh

pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian

kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas

pemerintahan. Guna terciptanya disiplin didalam PNS terdapat peraturan

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

2

pemerintah untuk mengatur hal itu, yang semula adalah PP No. 30 Tahun 1980

tentang Disiplin PNS dan yang kini telah di amandemen menjadi PP. no 53 tahun

2010 Tentang Disiplin PNS, butuh waktu 30 (tiga puluh) tahun guna

mengamandemen UU tentang disiplin PNS ini.

Salah satu latar belakang ditetapkannya PP No. 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negri Sipil sebagai pengganti dari PP No. 30 Tahun 1980

tentang disiplin Pegawai Negri Sipil karena adanya tuntutan masyarakat terhadap

peningkatan kinerja dan pelayanan PNS seiring dengan pelaksanaan reformasi

birokrasi. Selain PP No. 53 tahun 2010, Badan Kepegawaian Negara (BKN) juga

sudah menyiapkan pengganti dari PP No. 10 tahun 1979 tentang penilaian

pelaksanaan pekerjaan PNS yang selama ini dikenal dengan DP3 yaitu PP No 46

tahun 2014.

Penilaian PNS yang semula DP3 diganti dengan kontrak kinerja yang

dibuat dalam bentuk Sasaran Kerja Pegawai (SKP), yang didalamnya memuat

prestasi kerja dengan prosentase penilaian sebesar 60% dan perilaku kerja 40%.

Dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja, ada 4 aspek yang harus

dipertimbangkan, yaitu: kualitas, kuantitas, biaya dan waktu. seorang pegawai

bisa saja memiliki penilaian kinerja > 100% karena ada penilaian sendiri terhadap

tugas tambahan yaitu 10% dan kreativitas sebesar 30% selama kreativitas itu

berhubungan dengan tugas pokoknya. (Sumber: Peraturan Pemerintah No.46

Tahun 2011 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai).

Apabila didalam penyelesaian penegakan disiplin PNS terdapat sengketa,

maka terdapat tempat guna menyelesaikan sengketa pelanggaran disiplin PNS,

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

3

setelah menunggu lebih dari 11 tahun sejak diberlakukannya UU No. 43 Tahun

1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, akhirnya peraturan pemerintah tentang

Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) dapat ditetapkan melalui PP No. 24

Tahun 2011 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) ini merupakan

amanat pasal 35 ayat (2) UU No.43 tahun 1999 yang memerintahkan pengaturan

lebih lanjut mengenai (Bapek) melalui peraturan pemerintah.

Dalam kurun waktu 11 tahun tersebut praktis pengaturan secara khusus

mengenai (Bapek) masih mengacu pada peraturan lama yaitu Keputusan Presiden

No. 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian, sebagaimana

telah diubah dengan keputusan Presiden No. 71 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Keputusan Presiden No.67 tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan

Kepegawaian (Bapek). Dengan ditetapkannya PP No.24 tahun 2011 ini, maka

Keppres No.67 tahun 1980 sebagaimana telah diubah dengan Keppres No.71

tahun 1998 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan pemerintah tentang (Bapek) penting untuk diketahui oleh setiap

PNS, karena ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penyelesaian

sengketa di bidang kepegawaian sebagaimana tertuang dalam pasal 35 ayat (2)

UU No. 43 tahun 1999 yang menyatakan bahwa “sengketa kepegawaian sebagai

akibat pelanggaran terhadap peraturan disiplin pegawai negeri sipil diselesaikan

melalui upaya banding administratif kepada badan pertimbangan kepegawaian.”

berdasarkan pasal 35 tersebut dapat ditarik beberapa unsur penting yang

mendasari peran BAPEK dalam penyelesaian sengketa kepegawaian, yaitu:

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

4

1. Bahwa sengketa kepegawaian yang dapat diselesaikan melalui (Bapek)

terbatas pada lingkup sengketa mengenai pelanggaran peraturan

disiplin pegawai yang diatur dalam PP No.53 Tahun 2010 tentang

Disiplin PNS. sedangkan terhadap sengketa kepegawaian diluar dari

apa yang diatur dalam PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS

diselesaikan melalui jalur peradilan tata usaha negara (pasal 35 ayat (1)

uu no 43 tahun 1999).

2. Bahwa penyelesaian sengketa melalui (Bapek) merupakan banding

administratif. pengertian banding administratif adalah upaya

administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap

hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat atas

permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai

PNS yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum,

kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian (pasal 1 angka 8 PP No.53

tahun 2010). Berdasarkan pengertian tersebut, banding administratif

hanya dapat diajukan apabila seorang PNS dijatuhi hukuman disiplin

pemberhentian dengan hormat sebagai PNS tidak atas permintaan

sendiri; atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang

dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, dengan

demikian, tidak semua hukuman disiplin dapat diajukan banding

administratif. Terhadap hukuman disiplin diluar dari kedua hal diatas,

dapat mengajukan upaya administratif melalui mekanisme

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

5

“keberatan”. ketentuan mengenai upaya administratif dengan keberatan

diatur dalam pasal 34 PP No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

Sebelum ditetapkanya PP No.53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS, terleih

dahulu sudah ada yang mengatur kedisiplinan PNS ini, yaitu PP No 30 tahun

1980 tentang Disiplin PNS, dibutuhkanya waktu sekitar 30 tahun untuk

memperbaharui peraturan mengenai disiplin PNS ini, ada beberapa Latar belakang

sehingga munculnya PP No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS ini. Adapun

latar belakang munculnya PP No.53 tahun 2010 tentang disiplin PNS sebagai

berikut :

a. Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kinerja dan pelayanan PNS seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi.

b. Penyesuaian kewenangan bagi pejabat yang berhak menjatuhkan hukuman disiplin seiring dengan adanya otonomi daerah.

c. Penjatuhan hukuman disiplin yang sama terhadap jenis pelanggaran disiplin yang sama dengan mengkaitkan antara kewajiban dan larangan yang dilanggar dengan tingkat dan jenis hukuman yang dijatuhkan.

d. Mempertegas pendelegasian kewenangan secara berjenjang kepada setiap pejabat struktural untuk dapat menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.

e. Menumbuhkan keberanian kepada setiap pemegang jabatan struktural untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai dilingkungannya.

PNS sebagai aparatur negara mempunyai posisi sangat strategis dan

peranan menentukan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.

Sebagai aparatur negara, PNS berkewajiban menyelenggarakan tugas

pemerintahan dan pembangunan dengan penuh kesetiaan dan ketaatan didalam

menjalankan tugasnya. Untuk itu, PNS sebagai pelaksana di dalam melaksanakan

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

6

tugas kedinasan. Pemberian tugas kedinasan kepada PNS pada dasarnya

merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang, dengan harapan bahwa

tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, setiap PNS

wajib melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan penuh tanggung jawab.

PNS digaji dibebankan oleh belanja pegawai Anggaran Pemerintah

Belanja Negara (APBN), untuk belanja pegawai ini tidak sedikit yang di

anggarkan oleh pemerintah, dalam rapat Pembahasan RUU tentang APBN

TA.2015 anggaran kenaikan gaji pokok PNS/POLRI rata rata 6 persen, sebesar

Rp.4,103 triliun, dan upah makan PNS dan uang lauk-pauk TNI/POLRI masing-

masing Rp.5.000 sebesar Rp.2,572 Triliun (Kompas.com;2014 diakses senin 02

Februari 2015 jam 20.37 wib).

Dengan demikian, uang yang dikeluarkan oleh Negara untuk belanja

pegawai (PNS) harus berbanding lurus dengan kinerja yang baik, setidaknya PNS

dapat dengan baik melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai (PNS) serta

melaksanakan tugas tambahan yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.

hPNS didalam melaksanakan tugasnya memiliki kewajiban yang harus

dilaksanakan, adapun kewajiban PNS adalah sebagai berikut :

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah

b. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan golongan atau diri sendiri serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain,

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil,

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

7

d. Mengangkat dan mentaati Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji jabatan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,

e. Menyimpan rahasia Negara atau rahasia Jabatan dengan sebaik-baiknya.

f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum,

g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab. Viii).Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara,

h. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kehormatan dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil.

i. Segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal-hal yang akan membahayakan tau merugikan Negara/Pemerintah, terutama dibidang keamanan, keuangan dan material,

j. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik, k. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat, l. Bersikap dan bertindak tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap

bawahannya, m. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya, n. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap

bawahannya, o. Mendorong bawahanya untuk meningkatkan prestasi kerjanya, p. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan

karirnya, q. Mentaati ketentuan Peraturan Perundang-undangan tentang

Perpajakan, r. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan

santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan terhadap atasan,

s. Hormat Menghormati antara sesama warga Negara yang memeluk agama / kepercayaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, ataupun yang berlainan,

t. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyrakat, u. Mentaati segala peraturan Perundang-undangan dan peraturan

Kedinasan yang berlaku, v. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang, w. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap

laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.

Kedisiplinan merupakan landasan atau sebuah dasar guna menjadikan

PNS yang profesional di dalam menjalankan tugasnya, karena dengan adanya

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

8

kesadaran Pegawai Negri SIpil terhadap kedisiplinan professional akan muncul

bersamaan denganya. Disiplin menurut pasal 1 ayat 1 PP No. 53 Tahun 2010

tentang Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan

dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi

hukuman disiplin.

Sementara itu, pasal 1 ayat 3 PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap

ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau

melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam

maupun diluar jam kerja. Sudah menjadi rahasia umum PNS di negara ini

menjadi sorotan dalam masalah disiplin. Masyarakat banyak menyaksikan di

televisi bagaimana PNS ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

karena meninggalkan tempat tugas dan berada di pusat perbelanjaan tanpa izin

atau sepengetahuan atasanya.

Perilaku-perilaku PNS yang tidak sesuai dengan PP No. 53 tahun 2010

tentang kedisiplinan PNS masih saja kerap dijumpai, seperti halnya Peselingkuhan

yang dilakukan PNS Kota Batu Malang, ini terbukti dengan meningkatnya angka

perceraian di PNS yang diakibatkan perselingkuhan PNS Kota Batu Malang,

kasus perselingkuhan ini terjadi antara PNS atau antara PNS dengan non PNS,

menurut Inspektorat Kota Batu Syarief Choirul Tartila mengatakan fenomena

perceraian di kalangan PNS ini tentu memprihatinkan karena perselingkuhan itu

terkategori sebagai pelanggaran berat, karena PNS yang bersangkutan dianggap

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

9

tidak mampu menjunjung kehormatan dan nama baik institusi (surabayapagi.com

;2010 diakses 02 Februari 2015 jam 22.53 wib).

Seperti halnya di Kota Batu Malang, tidak jauh berbeda dengan apa yang

terjadi di Denpasar Bali, setiap seminggu sekali tepatnya hari Jumat para PNS di

Bali, melaksanakan senam bersama di lapangan terbuka sebut saja di Lapangan

Renon, Denpasar atau di lapangan Debes Kabupaten Tabanan. Senam yang

dimulai sekira pukul 06.00 Wita hingga 07.00 Wita dengan kostum olahraga, para

pegawai jajaran dan lingkungan pemda dapat berkumpul bersama. kesempatan itu

justru dijadikan alasan sementara pegawai yang terlibat affair dengan rekan

sekerja hingga atasannya, baik sekadar janjian makan hingga berkencan untuk

leluasa keluyuran untuk kencan, karena biasanya setelah senam pagi, benar benar

waktu bebas bahkan para pegawai bisa tidak lagi kembali ke kantor masing-

masing atau langsung pulang. Sementara ada yang memanfaatkan sisa waktu

sampai pukul 12.00 Wita untuk mengatur jadwal kencan, Ini biasanya dilakukan

dengan teman kerja dan Penginapan Hotel sering dijadikan tempat untuk bertemu

psangan yang berselingkuh (okezone.com ;2010 diakses 02 Februari 2015 jam

22.55 wib).

Perselingkuhan di kalangan PNS pun terjadi di Kabupaten Pandeglang

Banten, Seorang pemilik (pengawas pendidikan) di Kecamatan Mandalawangi

Kabupaten Pandeglang, Banten, Berinisial MR (50) dan knum HI (33) dilaporkan

berbuat mesum di hotel oleh pihak keluarga dari istri MR ke Badan Kepegawaian

Daerah (BKD) Kabupaten Pendeglang, Sekretari BKD Kabupaten Pandeglang, H.

Syamsudin mengakui adanya lapoan perselingkuhan kedua oknum pendidik itu.

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

10

Kita sudah menyerahkan kepada keluarga pelapor (dari istri MR), untuk

melaporkan hal itu ke Dinas Pendidikan dan Inspektorat Kabupaten Pandeglang,

untuk dibuatkan Berita Acara Pemerikaan (BAP), kalau memang dari hasil BAP

itu terbukti maka BKD akan mengambil tindakan dan sanksi yang tegas.

(reaksiolnile.com ;2014 diakses 02 Februari 2015 jam 21.24 wib).

PNS di Pemerintahan Provinsi Banten didapatkan Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten Suyadi Wiraatmadja,oleh

Panwaslu Banten dinyatakan tidak netral,lantaran membeli kaos sebanyak 1.000

buah dengan harga Rp 5.500.000 untuk pasangan calon incumbent gubernur

Banten, Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno.Bahkan untuk membeli kaos

tersebut,menggunakan dana dari APBD. Bukti yang didapatkan dari. Bukti yang

didapatkan bahwa PNS di Provinsi Banten telah melakukan melanggar

kedisiplinan PNS sesuai dengan PP No. 53 tahun 2010 tentng disiplin PNS adalah

Bawaslu mendapatkan kuitansi pembayaran, dan tanda pengiriman kaos

bergambar Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno atas nama Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Banten. "Dari bukti tersebut, kaos diduga dibayar

menggunakan dana BPBD) Banten. Dengan demikian Suyadi melanggar disiplin

PNS yang diatur PP. No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS pasal 1 ayat 1, 2, 3

pasal 3 ayat 7 pasal 4 ayat 15 huruf c dan d. (republika.co.id ;2011 diakses 02

Februari 2015 jam 22.57 wib).

Sebagaimana dihimpun dalam jurnal Listyaningsih ( Kajian Peningkatan

Disiplin Aparatur Pemerintah Provinsi Banten; 2012) netralitas pegawai negeri

sipil dalam aktivitas politik, kepartaian, dan kepemiluan juga merupakan hal yang

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

11

dilarang kendati pegawai negeri sipil masih dapat menyalurkan hak politiknya

dalam pemilihan umum. Larangan ini dilakukan tentu dengan maksud agar

pemerintahan dan pelayanan publik dapat terus berjalan dengan stabil tanpa

terkotak-kotak oleh pilihan politiknya masing-masing. Namun demikian, karena

pada saat yang sama hak politik PNS tetap diberikan, maka potensi terjadinya

penyimpangan masih sangat mungkin terjadi, sehingga sejumlah rambu-rambu

ditetapkan guna mengatur perilaku mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan

oleh pegawai negeri sipil, yaitu antara lain: menjadi pelaksana kampanye, menjadi

peserta kampanye, mengambil keputusan yang menguntungkan salah satu

kontestan Pemilu/Pemilukada, memanfaatkan fasilitas negara dan jabatannya

untuk keuntungan salah satu kontestan, dan lain-lain. Berikut ini adalah hasil

temuan lapangan terkait dengan dimensi netralitas PNS khususnya dalam

Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden.

Sumber : Listyaningsih ,2012 . Kajian Peningkatan Disiplin Aparatur Pemerintah Provinsi Banten. Jurnal Adminsitrasi Publik, 1- 15

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

12

Di Provinsi Banten tingkat netralitas keseluruhannya menunjukkan rata-

rata skor yang cenderung menunjukkan gejala tidak netral (semakin kecil skor,

semakin tidak netral) walaupun keseluruhannya masih dalam kategori relatif baik.

Kerentanan yang umumnya terjadi terkait persoalan netralitas PNS dalam

Pemilukada ini terletak pada PNS yang berkampanye (baik langsung dan terang-

terangan maupun tak langsung dan tidak terbuka) dengan skor terrendah yakni

2,79; diikuti dengan PNS yang memanfaatkan fasilitas negara untuk

menguntungkan calon kepala daerah yang didukungnya, dengan skotr 2,80;

diikuti indikator keberpihakan aktif dengan skor 2,84; serta indikator bersikap dan

mengambil keputusan yang menguntungkan calon tertentu dengan skor 2,88.

Pegawai Negeri Sipil yang terdapat di Pemerintahan Kota Serang masih

dapat dijumpai pegawai yang tidak masuk kerja atau berada di lokasi yang tidak

semestinya disaat waktu jam kerja pegawai. Seperti halnya yang telah dikutip dari

Koran harian Radar Banten (25 Nov 2013) “ Karena keluyuran pada jam kerja

itulah sedikitnya 16 orang PNS (sebagian besar berasal dari Kota Serang) pada

Rabu, 25 November lalu terkena razia petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

PP) dan tim Gerakan Budaya Dispilin (GBD) dari Badan Kepegawaian dan Diklat

Kota Cilegon.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

bahwa dalam pelaksanaannya masih ditemukan permasalahan-permasalahan yang

terkait dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang hal yang berkaitan

dengan Kewajiban dan Larangan Pegawai Neegri Sipil sebagaimana terdapat

dalam PP No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

13

Pertama, penerapan kedisiplinan PNS yang sesuai dengan PP No. 53

Tahun 2010 tentang Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang belum maksimal, menurut kewajiban PNS yang tertera dalam Peraturan

Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negeri Sipil dalam pasal 3

no 1 dan 2 bahwa mengucapkan sumpah/ janji PNS serta mengucapkan sumpah/

janji jabatan yang sebagaimana yang didalam sumpah/ janji PNS dan jabatan itu

terdapat didalamnya, namun didalam rutinitas kinerja PNS masih belum sesuai

dengan sumpah yang telah diucapkan, didalam sumpah tersebut terdapat bahwa

siap bersedia pengutamaan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi

pegawai ini sejalan dengan dari pasal 3 no 7 bahwa PNS mempunyai kewajiban

mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi sendiri,

seorangan , dan atau / golongan, seperti didalam jam kerja masih didapatkan

pegawai yang keluar kantor untuk kepentingan pribadi (Sumber: Wawancara

dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum Kepagawaian, Senin, 19

November 2014).

Kedua, pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang masih didapati belum sepenuhnya melakukan tindakannya yang sesuai

dengan kewajiban PNS, seperti halnya keluar dan masuk kerja tidak sesuai

dengan waktu yang seharusnya masuk jam 07.30 WIB dan pulang 16.00 WIB

namun pada kenyataanya berdasarkan absen elektronik pegawai tidak memenuhi

waktu yang sudah ditentukan, melakukan perselingkuhan atau mempunyai

pasangan lain selain istri yang syah menurut Peraturan Pemerintah nomor 45

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

14

Tahun 1990 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil

dan ini terkategori sebagai pelanggaran berat dan melakukan perceraian tanpa

sepengetahuan atasan atau pejabat Pembina Kepegawaian dengan demikian ini

tergolong pelanggaran disiplin berat sesuai Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun

1990 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

dengan demikian PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dan

pegawai yang melakukan pelanggaran disipin ini diberikan sanksi berupa

penurunan pangkat dan golongan yang semula Penata III/c diturnkan menjadi

Penata Muda TkI III/b dengan demikian belum sepenuhnya menjalankan

kewajiban PNS sebagaimana tertera didalam pasal tiga ayat 3 dan 4 Peraturan

Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang dispilin PNS bawa kewajiban PNS yaitu

setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang –undang Negara Republik

Indonesia tahun 1945, Negara kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah.

(Sumber: Wawancara dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum

Kepagawaian, Senin, 19 November 2014).

Ketiga, melaksanan tugas kedinasan dengan penuh rasa tanggung jawab

merupakan hal yang harus terdapat di dalam diri Pegawai Negeri Sipil sehingga

didalam melaksanakan kewajiban atas tanggung jawab pekerjaan jabatan yang di

miliki dilaksanakan dengan baik dan sejalur dengan pasal 3 ayat 5 ialah

melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab namun pegawai yang terdapat di

Badan Lingungan Hidup Daerah Kota Serang ialah belum sepenuhnya ada di diri

pegawai yaitu seperti halnya didalam menjakankan tugas kedinasan yang

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

15

diberikan oleh kepada pimpinan belum dilaksanakan dengan baik, apabila diberi

tugas untuk menghadiri acara atau rapat apabila acara telah selesai dan masih

dalam jam kerja pegawai yang diberikan tugas tidak kembali ke kantor melainkan

pulang atau mendatangi tempat lain yang tidak ada hubunganya dengan dinas.

(Sumber: Wawancara dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum

Kepagawaian, Senin, 19 November 2014).

Keempat, pegawai Negeri Sipil didalam bekerja haruslah menjunjung

tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS serta mengutamakan

kepentingan Negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana tertera di dalam peraturan pemerintah No 53 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 ayat 6 dan 7 bahwa menjunjug tinggi kehormatan

Negara, pemerintah, dan martabat PNS dan mengutamakan kepentingan Negara

daripada kepentingan sendiri, seorangan, dan/ atau golongan merupakan

kewajiban dari setiap PNS namun pegawai yang ada di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang masih kerap dijumpai pegawai yang mengekesampingkan

pekerjaan dan tanggnung jawab yang dimiliki dan melaksanakan kegiatan lain

disaat waktu kerja, seperti halnya bermain game dan membuka media sosial pada

waktu jam kerja (Sumber: Wawancara dengan Sekretaris Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang, H. Bunyamin, SE , Rabu 24, November 2014).

Kelima, masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja merupakan

kewajiban dari setiap PNS, sebagaimana dalam Peraturan pemerintah No 53 tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3 ayat 11, namun pegawai di

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

16

Badan Lingkunga Hidup Daerah Kota Serang masih belum mengindahkan

peraturan tersebut berdasarkan absensi secara manual, namun dikarenakan absensi

masih menggunakan manual maka absen pun dilakukan sekaligus di akhir bulan,

dengan kehadiran aktif dari pegawai dalam masuk kerja maka ini berakibat

terhadap sasaran kinerja pegawai yang telah ditetapkan sebagaimana terdapat

dalam Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil pasal 3 ayat 12 tidak sesuai dengan apa yang telah dibuat sebelumnya.

(Sumber: Wawancara dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum

Kepagawaian, Senin, 19 November 2014).

Menurut salah satu masyarakat yang bertempat di sekitar Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota serang mengatakan bahwa terdapat pegawai yang

pulang kerja namun belum waktunya pulang kerja ini dikarenakan kurangnya

penekanan dari jabatan tertinggi ke pegawai dibawahnya. (Sumber: Wawancara

dengan Awan Anhara,SE Senin, 19 November 2014).

Keenam, untuk menunjang kegiatan dinas Pejabat di Badan Lingkungan

Hidup daerah Kota Serang diberikan Fasilitas kendaraan namun didalam

pemeliharaan maupun penggunaannya yang kurang baik seperti memberikan

wewenang kepada tenaga magang utuk mengendarai padahal seharusnya ialah

yang mengendarai kendaraan tersebut ialah kepada yang ahlinya sehingga

penggunaanya dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan Peraturan pemerintah

No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3 ayat 13 yaitu

menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-

baiknya, ini termasuk kedalam Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

17

Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 4 ayat 1 yaitu menyalah gunakan wewenang

yang diberikan untuk mengurus fasilitas negara namun memberikanya kepada

yang kurang memiliki keahlian. (Sumber: Wawancara dengan Awan Anhara,SE

Senin, 19 November 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian peneliti adalah

mengenai “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Badan Lingkungan Hidup

Derah Kota Serang”.

1.2 Identifikasai Masalah

Identifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Belum adanya kesesuaian ucapan sumpah/ janji jabatan PNS di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.

2. PNS di Badan Lingkungan Hidup DaerahKota Serang Belum sepenuhnya

menjalanjakan kewajiban PNS sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53

Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.

3. Masih kurangnya pengabdian, kesadaran,dan rasa tanggung jawab pegawai

didalam melaksanakan tugas sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53

Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.

4. PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sebagian

melakukan kegiatan diluar pekerjaan .

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

18

5. Kehadiran Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang belum sepenuhnya mentaati ketemtuan jam kerja sebagaimana

Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri

Sipil.

6. Pemeliharaan barang milik Negara belum dilakukan dengan baik

sebagaimana kewajiban PNS didalam Peraturan pemerintah No 53 tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil .

7. Kurangnya ketegasan sanksi yang diberikan oleh pimpinan terhadap

pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

8. Tidak adanya penghargaan kepada pegawai Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang yang berprestasi.

1.3 Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang ada di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang yang mengenai Implementasi PP No. 53 Tahun 2010 Tentang

Disiplin Pegawai Negri Sipil peneliti tertarik untuk meneliti masalah tentang

Kewajiban Pegawai Negri Sipil, Sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan

Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil yang ada di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. Waktu dari dilakukanya penelitian

ini adalah September 2014 sampai dengan Februari 2015 yang berlokasi di Badan

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

19

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, Jalan Letnan Jidun No. 05 Kepandean -

Serang.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Impelementasi PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

Implementasi PP 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ?

1.5 Tujuan Peneitian

Dalam sebuah penelitian, peneliti harus menentukan tujuan yang ingin

dicapai sebab tanpa adanya tujuan yang jelas maka seorang peneliti akan

mengalami kesulitan. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan akan

hendak dicapai peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

2. Untuk mengetahui faktor yang mendukug dan menghambat Implementasi

Peraturan Pemerintah 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

20

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin penulis harapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis terkait dengan kontribusi tertentu dalam

penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu

pengetahuan dunia akademis.

1. Memperbanyak khazanah Ilmu Pengetahuan dalam dunia akademis

khususnya Ilmu Administrasi Negara.

2. Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia

akademis khususnya teori mengenai kebijakan publik, serta

mengembangkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan khususnya

ilmu kebijakan publik yang didalamnya terdapat implementasi

kebijakan.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan

dalam penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian.

1. Memberikan informasi atau masukan terhadap Pemerintah Kota

Serang dalam melaksanakan penerapan PP No. 53 Tahun 2010 tentang

disiplin Pegawai Negri sipil di BLHD Kota serang ini dapat dijadikan

evaluasi kedepanya.

2. Sistematika mengenai implementasi ini dapat dijadikan sebagai

informasi tambahan sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran

serta alternatif lain untuk mengetahui bagaimana hambatan mengenai

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

21

Implementasi dari PP No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negri Sipil makan ini dapat menjadi bahan perbaikan mengenai

kedisiplina di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

3. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun

mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih

mendalam mengenai bidang ilmu sosial terutama mengenai ke

Disiplinan Kepegawaian.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan

kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara

deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga ke masalah yang

paling spesifik, yang relevan dengan judul skripsi. Materi dari

uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada

sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman

pribadi, dan intuisi logis.

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan

dengan tema/topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.

3. Pembatasan Masalah

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

22

Pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah-

masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah yang akan

diteliti. Pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk

pertanyaan atau pernyataan.

4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah memilih dan menetapkan

masalah yang paling penting berkaitan dengan judul penelitian.

Kalimat yang biasa dipakai dalam pembatasan masalah ini adalah

kalimat pertanyaan. Perumusan masalah adalah mendefinisikan

permasalahan yag telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep

dan definisi operasional.

5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang

ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah

yang telah dirumuskan.

6. Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari temuan

penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan

dengan permasalahan penelitian, kemudian menyusunnya secara

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

23

teratur dan rapi. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-

konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian yang jelas,

dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan

sehingga memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas

masalah yang telah dirumuskan.

2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari

berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal

Penelitian.

3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti

sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan

kepada pembaca mengapa peneliti mempunyai anggapan seperti

yang dinyatakan dalam hipotesis. Biasanya untuk memperjelas

maksud peneliti, kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah

bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti. Bagan tersebut

disebut juga dengan nama paradigma atau model penelitian.

4. Asumsi Dasar

Asumsi dasar adalah jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diteliti.

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan mengenai pendekatan penelitian

yang digunakan. Metode penelitian dengan menggunakan

pendekatan tertentu antara lain dapat berbentuk: ex post facto,

exsperiment, survey, descriptitive, case study, action research, dan

sebagainya.

2. Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi

kajian penelitian yang akan dilakukan.

3. Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan.

Menjelaskan tempat penelitian, serta alasan memilihnya.

4. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang

konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat

peneliti berdasarkan Kerangka Teori yang digunakan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau

variabel penelitian dalam rincian yang terukur (indikator

penelitian). Dalam penelitian kualitatif tidak perlu dijabarkan

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

25

menjadi indikator maupun sub indikator, tetapi cukup

menjabarkan fenomena yang akan diamati.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses

penyusunan dan jenis alat penggumpulan data yang digunakan

dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah

peneliti itu sendiri.

6. Informan Penelitian

Informan Penelitian dan atau key informan, menjelaskan

tentang pihak-pihak mana saja yang yang dipilih secara langsung

untuk pengumpulan data-data penelitian.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjelaskan bagaimana peneliti

bisa mendapatkan data saat melakukan penelitian. Dalam

pengumpulan data kualitatif, melalui observasi, wawancara, studi

literatur dan studi dokumentasi.

8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data menjelaskan tentang teknik analisa

beserta rasionalisasinya. Teknik analisis data harus disesuaikan

dengan sifat data yang diteliti. Analisis data dilakukan melalui

pengkodean dan pengkodingan data (berdasarkan kategori data),

interpretasi data, penulisan hasil laporan dan keabsahan data.

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

26

9. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data menjelaskan tentang derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang

dilaporkan oleh peneliti.

10. Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta tahapan

penelitian yang akan dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam

bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan lokasi penelitian secara jelas, struktur

organisasi dari instansi tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal

lain yang terkait dengan objek penelitian.

2. Deskripsi Data

Menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dioleh dari

data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang

relevan.

3. Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis

data. Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan

keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan

penelitiannya. Keterbatasan tersebut kemudian dapat dijadikan

rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

27

menjadi objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu

pengetahuan.

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara

singkat, jelas dan mudah dipahami.

2. Saran-saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

28

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Landasan Teori

Landasan teori ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas pertanyaan

dalam rumusan masalah sebelumnya. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut

perlu membedah kembali tentang beberapa konsep yang telah diklarifikasikan

oleh penulis. Dalam penelitian ini, peneliti mengklarifikasikan teori ke dalam

beberapa teori yakni, Teori Kebijakan Publik, Teori Implementasi Kebijakan

Publik, Teori Kinerja dan Teori Disiplin. Kemudian penjelasan mengenai Definisi

Aparatur Sipil Negara dan Deskripsi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup.

2.1.1 Kebijakan Publik

Secara etimologis istilah kebijakan pubik terdiri dari dua suku

kata yaitu kebijakan dan publik. Setiap kata memiliki pengertiannya

masing-masing. Kata kebijakan atau policy dalam bukunya

Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:138): diartikan

dengan beberapa makna, diantaranya adalah pimpinan dan cara

bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan

kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia (KUBI) kebijakan diartikan sebagai berikut:

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

29

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Landasan Teori

Landasan teori ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas pertanyaan

dalam rumusan masalah sebelumnya. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut

perlu membedah kembali tentang beberapa konsep yang telah diklarifikasikan

oleh penulis. Dalam penelitian ini, peneliti mengklarifikasikan teori ke dalam

beberapa teori yakni, Teori Kebijakan Publik, Teori Implementasi Kebijakan

Publik, Teori Kinerja dan Teori Disiplin. Kemudian penjelasan mengenai Definisi

Aparatur Sipil Negara dan Deskripsi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup.

2.1.1 Kebijakan Publik

Secara etimologis istilah kebijakan pubik terdiri dari dua suku

kata yaitu kebijakan dan publik. Setiap kata memiliki pengertiannya

masing-masing. Kata kebijakan atau policy dalam bukunya

Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:138): diartikan

dengan beberapa makna, diantaranya adalah pimpinan dan cara

bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan

kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia (KUBI) kebijakan diartikan sebagai berikut:

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

29

“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (pemerintah, organisasi dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran". Makna kebijakan dalam Bahasa Inggris modern (Wicaksono,

2006:53) adalah : "a coursef action or plan, a set of political purposes

as opposed to administration" (Seperangkat aksi atau rencana yang

mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna administrasi).

Berbeda dengan pandangan Dunn dalam bukunya Pengantar

Analisis Kebijakan Publik (2003:51), beliau mendefinisikan kata

kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau

kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata

dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan

pur (Kota).

Hogwood dan Gunn dalam buku Policy Analysis for the Real

World yang diterbitkan tahun 1984 dan telah direvisi pada tahun 1990,

(Wicaksono, 2006:53) menyebutkan sepuluh penggunaan istilah

kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya:

1. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of activity). Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan ketertiban.

2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs). Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

30

3. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal). Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

4. Sebagai keputusan pemerintah (as decisions of government). Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.

5. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization). Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.

6. Sebagai sebuah program (as a programe). Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.

7. Sebagai output (as output). Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

8. Sebagai hasil (as outcome). Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agricultural dari program reformasi agararia.

9. Sebagai teori atau model (as a theory or model). Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industry akan berkembang.

10. Sebagai sebuah proses (as a process) Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.

Sedangkan Istilah "publik" dalam buku Poerwadarminta,

Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:771): Kamus Umum Bahasa

Indonesia didefinisikan sebagai orang banyak, sekalian orang atau

umum. Sedangkan dalam istilah sehari-hari di Indonesia, kata publik

lebih dipahami sebagai "negara" atau umum." Hal ini dapat dilihat

dalam menterjemahkan istilah-istilah public goods sebagai barang

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

31

barang umum, public transportation sebagai kendaraan umum atau

public administration sebagai administrasi negara.

Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali disamakan pula

dengan istilah Koinon atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata

common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya

public seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi

aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi

oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan

bersama.

W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh Massey dalam

bukunya Managing Public Sector : A Comparative Analysis of the

United Kingdom and the United State (Wicaksono, 2006:30)

berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10 ciri yang membedakan

dengan sektor swasta, diantaranya adalah:

1. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih ambigu,

2. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya,

3. Sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat beragam,

4. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan peluang dan kapasitas,

5. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas keegagalan pasar,

6. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki signifikasi simbolik,

7. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas,

8. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merspon isu-isu keadilan dan kejujuran,

9. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

32

10. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.

Selain memaparkan definisi kebijakan secara etimologis

terdapat beberapa definisi kebijakan publik menurut para ahli yaitu

Kebijakan publik menurut para ahli diantaranya:

Berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan

publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy,

yang dipahami oleh Nugroho (2004:3) sebagai :

“Suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi”. Definisi lain mengenai kebijakan publik di tawarkan Dye

(Wicaksono, 2006:64) mengatakan bahwa Public policy is whats

government do, why they do it, and what different it make (Kebijakan

publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa

mereka melakukan dan apa perbedaan yang dihasilkan). Dalam

bukunya yang lain, Understanding Public Policy (Wicaksono, 2006:63)

beliau menyebutkan bahwa (public policy is whatever governments

choose to do or not to do). (kebijakan publik adalah apapun yang dipilih

oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan).

Lain halnya dengan Laswell (Nugroho, 2004:4) salah seorang

pakar kebijakan yang telah mendirikan think-tank awal di Amerika

yang dikenal dengan nama American Policy Commission

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

33

mendefinisikan “Public policy is a projected program of goals, values

and practices.” (kebijakan publik sebagai suatu program yang

diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan

praktek-praktek tertentu).

Definisi lain dari Anderson dalam Agustino (2008:7)

memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik sebagai berikut:

“Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” Sedangkan WI Jenkins (Wahab, 1997:4) mengatakan bahwa

kebijakan sebagai,

”(A set interrelation decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of those actors to achieve). (“Serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari pada aktor tersebu). Easton dalam Nugroho (2004:4) mendefiniskan kebijakan

publik sebagai “pengaruh (impact) dari aktifitas pemerintah.”

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar kebijakan

mengenai pengertian kebijakan publik, dan kesemuanya tidak ada yang

keliru dan saling melengkapi. Berbagai pandangan para ahli dalam

mendefinisikan kebijakan publik membuktikan bahwa kebijakan publik

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

34

tidak bisa dimaknai secara seragam. Masing-masing dari para ahli itu

memiliki perspektif dan penekanan yang berbeda-beda. Namun

demikian, kebijakan publik secara umum dimaknai sebagai,

“Serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi

pada tujuan tertentu demi seluruh kepentingan masyarakat.” Dengan

mengikuti paham bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan

yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh

pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan

tertentu demi kepentingan seluruh rakyat, maka dengan demikian

kepentingan rakyat adalah keseluruhan yang utuh dari paduaan dan

kristalisasi pendapat-pendapat, keinginan-keinginan dan tuntutan-

tuntutan dari rakyat.

Setidaknya dari berbagai pandangan di atas dapat di simpulkan

beberapa elemen penting dalam kebijakan publik yaitu:

1. kebijakan publik dalam bentuk perdananya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah.

2. kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.

3. kebijakan publik baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.

4. kebijakan publik harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh warga masyarakat. (Sumber:Nugroho 2004) Caiden dalam buku Thoha, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu

Administrasi Negara (2003:74-85) menjelaskan beberapa lingkup studi

kebijakan publik meliputi hal-hal sebagai berikut :

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

35

1. Adanya partisipasi masyarakat (public participation).

Ruang lingkup kebijakan publik yang pertama adalah

membangkitkan adanya partisipasi masyarakat untuk bersama-

sama memikirkan cara-cara untuk mengatasi persoalan-persoalan

masyarakat. Tanpa adanya partisipasi masyarakat maka kebijakan

publik kurang bermakna. Dalam masyarakat yang tradisional,

pemerintah dan urusan-urusan politik menjadi tanggung jawab elit,

masyarakat pada umumnya tidak tahu apa yang dikerjakan oleh

pemerintah. Akan tetapi dalam masyarakat modern, demokratis dan

yang kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, maka partisipasi dari

masyarakat sangat penting dalam urusan-urusan pemerintahan

termasuk di dalamnya urusan kebijakan publik. Itulah sebabnya

partisipasi merupakan kajian ruang lingkup kajian dalam kebijakan

publik.

2. Adanya kerangka kerja kebijakan (policy framework).

Kerangka kerja disini dimaksudkan untuk memberikan batas kajian

yang dilakukan. Faktor-faktor yang membentuk kerangka kerja

kebijakan didalamnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan yang akan dicapai?

2. Bagaimana dan apakah nilai-nilai yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan publik?

3. Apakah sumber-sumber yang mendukung kebijakan tersedia dan dapat dimanfaatkan?

4. Siapakah pelaku-pelaku yang terlibat, dan apakah mereka mampu mau melaksanakannya?

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

36

5. Bagaimana faktor lingkungan yang mempengaruhi kebijakan yang akan dibiuat, mendukung, menolak atau pasif?

6. Bagaimanakah strategi yang harus dijalankan dalam membuat, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan publik?

7. Banyak lagi yang dapat dimasukkan kedalam kerangka kerja ini, seperti faktor waktu atau lainnya.

Kerangka kerja ini merupakan suatu checklist yang memberikan

dasar untuk menguji secara empiris, membangun kerangka teori

dan memperlakukan masa berlakunya.

3. Adanya strategi- strategi kebijakan (policy strategies).

Sesungguhnya kebijakan yang terbaik adalah kebijakan yang

berlandaskan akan strategi yang tepat yang pemecahannya

berkaitan dengan wilayah persoalannya dan sama sekali tidak

menghilangkan struktur kekuasaan dan instrument-instrumen

inovatif yang ada untuk pelaksanaan kebijakan publik.

4. Adanya kejelasan tentang kepentingan masyarakat (public interst).

Public interest merupakan suatu objek kepentingan yang setiap

orang merasa memberikan andil bersama-sama dengan orang lain

dalam suatu negara untuk menentukan kepentingan bersama yang

didasarkan atas pemikiran rasional dan adanya saling bertukar

pikiran antara orang yang satu dengan yang lainnya.

5. Adanya pelembagaan lebih lanjut dari kemampuan kebijakan

publik.

Pelembagaan disini adalah diadakannya suatu lembaga riset yang

independen tentang kebijakan publik untuk menggali implikasi

jangka panjang dari policy dengan menggambarkan pernyataan

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

37

gambar masa depan, membuat unit baru pembuat kebijakan,

merancang kembali organisasi yang menangani program, penilaian

dan evaluasi dari kebijakan yang telah ada dan lain dan sebagainya.

6. Adanya isi kebijakan dan evaluasi.

Isi kebijakan mengamati tentang pelaku-pelaku kebijakan,

hubungan-hubungan di antara mereka, strategi kebijakan dan hasil

yang dapat mempengaruhi sistem sosial dan tujuan yang akan

dicapai (Thoha, 2005:73-85). Ada beberapa tahapan dalam proses

kebijakan publik. Dari beberapa pendapat para ahli dapat

disimpulkan bahwa terdapat tiga tahapan kebijakan publik yaitu:

1. Perumusan kebijakan

2. Implementasi kebijakan

3. Evaluasi kebijakan

2.1.2 Implementasi Kebijakan

kebijakan publik dibuat tentu berdasarkan kebutuhan publik

dan di impelemtasikan guna memenuhi kebutuhan publik agar didalam

kehidupan suatu Negara berjalan dengan baik dan kebijakan pubik

merupakan keputusan politik yag digunakan oleh pembuat kebijakan

untuk mengatur dari berjalanya suatu Negara.

Menurut James Anderson dalam Agustino (2012;7) memberikan

pengertian atas definisi kebijakan public dalam bukunya Public polcy

making, sebagai berikut :“ serangkaian kegiatan yang mempunyai

maksud tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

38

aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan permasalahan

suatu hal yang diperhatikan.

Apabila melihat pendapat mengenai kebijakan publik diatas

dapat diartikan bahwa kebijakan publik dibuat berdasarkan tujuan yang

jelas guna menjadikan permasalahan terselesaikan dengan adanya

kebijakan yang dibuat, dan kebijakan dibuat oleh aktor yang

mempunyai wewenang guna membuat sebuah kebijakan.

Dalam kaitanya dengan kebijakan publikterdapat karakteristik-

karakteristik utam dari suatu definisi kebijakan publik yaitu Agustino

(2012;8):

a. Pada umumnya kebijakan publik perhatianya ditunjukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau acak.

b. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Misalnya, seuatu kebijakan tidak hanya meliputi keputusa untuk mengeluarkan peraturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnya yang berhubunngan dengan penerapan dan pelaksanaanya.

c. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Jika legislative mengeluarkan suatu regulasi yang mengharuskan pera pengusaha membayar tidak kurang dari upah minimum yang telah ditetapkan tetapi tidak ada yeng dikerjakan untuk melaksanakan hukum tersebut, maka akibatnya tidak terjadi peruahan dalam prilaku ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan public dalam contoh ini sungguh –sungguh merupakan suatu pengupah yang tidak diatur perundang-undangan. Ini artinya kebijakan publik pun memperhatikan apa yang keudian akan atau dapat terjadi setelah kebijakan itu diimplementasikan.

d. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupu negative, secara posotif, kebijakan melibatkan beberaa tindakan pemerintah yag jelas dalam menangani suatu permasalahan;

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

39

secara negative, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.

e. Kebijakan publik paling tidak secara positif didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

Dari beberapa karakteristik mengenai kebijakan publik diatas

dapat kita anaisis bahwa kebijakan publik dibuat didasarkan karena

mempunyai maksud atau tujuan tertentu didalam membuat sebuah

kebijakan, dan kebijakan public mengandung makna bukan hanya

membuat sebuah kebijakan akan tetapi sampai kepada penerapan dan

pelaksanaan dari kebijakan.

Penerapan atau pelaksanaan dari kebijakan publik biasa disebut

dengan implementasi kebijakan publik. Apabila kita berbicara

mengenai Impleimentasi Kebijakan Publik maka yang ada dalam

pikiran kita adalah bagaimana pelaksanaan dari sesuatu kebijakan yang

sengaja dibuat untuk mengatur kebutuhan publik yang telah dibuat,

apakah pelaksanaan dari kebijakan yang telah dibuat itu sudah sesuai

dengan kebijakan yang telah dibuat ataupun sebaliknya, apabila

kebijakan yang telah dibuat sudah sesuai dengan tujuan dari kebijakan

tersebut maka kebijakan tersebut sudah berjalan dengan baik, dan

apabila didapati kekurangan dari pelaksanaan kebijakan tersebut atau

tidak sesuai dari tujuan yang dibuat, maka evaluasi dari kebijakan

tersebut harus dilakukan guna mengetahui kekurangan atauhal perlu di

buat dari sebuah kebijakan.

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

40

Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat

peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut.

Misalnya dari sebuah undang-undang muncul sejumlah Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah,

menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk

di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu

saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut,

dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan kurang.

Untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini terdapat beberapa

pendapat didalam implementasi kebijakan publik agar tujuan didalam

pelaksanaan kebijakan tercapai. Dari beberapa definisi implementasi

kebijakan publik dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

dapat didefinisikan sebagai proses dari kebijakan yang telah di sahkan

sebelumnya, dengan tujuan menccapai yang dimaksud dan guna

mengaasi masalah yang terjadi dimana kebijakan tersebut telah

digariskan dalam sebuah bentuk peraturan keputusan.

Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam

sejarah perembangan sutdi implementasi kebijakan yaitu pendekatan

top down dan botton up. Dalam bahasa Lester dan Stewar (2000) istilah

itu dinamakan”The command and control approach (pendekatan

control dan komando, yang mirip dengan top down approach) dan The

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

41

market approach (pendekatan pasara, yang mirip dengan bottom up

approach) “ (Agustino,2006:140)

Dua Model pendekatan implementasi kebijakan ini terdii dari :

1. Pendekatan top Down Dalam pendekatan top Down, implementasi kebijakan yang dilakukan tersentrlisir dan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingka terpusat, dan keputusanya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pebuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level bawahnya. Jadi inti pendekatan top down ialah administrator level atas merupakan pembuat kebijakan dan level bawahanya merupakan pelaksana dari sebuah kebijakan.

2. Pendekatan Bottom Up dalam pendekatan Bottom Up memandang bahwa implementasi keijakan tidak dirumuskan oleh lembaga yang tersentralisir dari pusat, akan tetapi berpangkal dari keputusan-keputusann yang dittapkan pada level warga atau masyarakat yag merasakan sendiri persoalan dan permasalahan yang dialami oleh masyarakat tersebut, jadi inti dari pendekatan Bottom Up adalah pengimplementasian kebijakan dimana fomulasi kebijakan berada ditingkat bawah, sehingga mereka dapat lebih memahami dan mampu menganalisis kebijakan-kebijakan apa yang cocok dan sumberdaya yang tersedia di daerahnya, system sosiokontraproduktif, yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan itu sendiri (Agustino, 2006 :140-156)

Implementasi model Daniel A. Mazmanian dan Paul A.

Sabatier, model implementasi yang ditawarkan mereka disebut dengan

A Framework for Polcy Implementation Analysis. Kedua ahli

kebijakan ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi

kebijakan public adalah kemampuanya dalam mengidentifikasikan

variable-vaiabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

42

pada keseluruhan proses implementasi. Dan variabel yang dimaksud

dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori besar, yaitu :

1. Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan digarap meliputi :

a. Kesukaran-kesukaran Teknis. Tercapai atau tidaknya tujuan suat kebijakan akan tergantung pada sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan untuk mengembangkan indicator-indikator pengukur prestasi kerja yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi masalah.

b. Keberagaman Prilaku yang Diatur. Semakin beragam prilaku yang diatur maka asumsinya semakin beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas, Dengan demikian semakin besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat pada pelaksana (administrator atau birokrat) di lapangan.

c. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang prilakunya akan di ubah (melalui implemenasi kebijakan), maka semakin besar peuang untuk memmobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan denganya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.

d. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Prilaku yang Dikehendaki. Semakin besar jumlah perubahan prilaku yang dikehendaki oleh kebijaka, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil. Artinya ada sejumlah masalah yang jauh lebih dapat kita kehendaki bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang dikehendaki tidaklah terlalu besar.

2. Kemampuan Kebijakan Mensruktur Proses Implementasi

Secara Tepat Para pembuat kebijakan mendayagunakan

wewenang yang dimiliki untuk menstruktur proses implementasi

secara tepat melalui beberapa cara :

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai. Semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-petunjuk yang cermat dan disusun secara jelas skala prioritas/ urutan kepentingan bagi para pejabat pelaksana dan actor lainya, maka semakin besar

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

43

pula kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan petunjuk tersebut.

b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan. Menurut suatu teori kausalis yang menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan.

c. Ketetapan alokasi sumberdana. Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat diperlukan agar terbuka paluang untuk mencapai tujuan formal.

d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lambaga-lembaga atau instansi pelaksana. Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan perundangan yang baik ialah kemapuanya untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana. Ketika kemapuan untuk mematupadukan dinas, badan dan lembaga alpa dilaksanakan, maka koordinasi antar instansi yang bertujuan mempermudah jalanya implementasi kebijakan justru akan membuyarkan tujuan dari kebijakan yang telah ditetapkan.

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana. Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan, memperkecil jumlah titik-titik veto, dan intensif yang memadai bagi kepatuhan kelompok sasaran, suatu undang-undang harus pula dapat mempengaruhi lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan cara menggariskan secara formal aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksa.

f. Kesepakatan para pe jabat terhadap tujuan yang termaktub dakam undang-undang. Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang disyaratkan demi tercapainya tujuan. Hal ini sangat signifikan halnya, oleh karena, top down polcy bukanlah perkara yang mudah untuk diimplankan pada para pejabat pelaksana di varibel local.

g. Akses formal pihak-pihak luar. Faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sejauh mana peulang-peluang yang terbuka bagi partsipasi para actor diluar badan pelaksana dapat mendukung tujuan resmi. Ini masudnya agar control pada para pejabat pelaksanaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

44

3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang

mempengaruhi Implementasi.

a. Kondisi social-ekonomi dan teknologi. Perbedaan waktu dan perbedaan diantara wilayah-wilayah hukum pemerintah dalam hal kondisisosial, ekonomi, dan teknologi sangat siginfikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan yang digariskan dalam suatu undang-undang. Karena itu, ekstrnal faktor juga menjadi hal penting untuk diperhatikan guna keberhasilah suatu upaya pengejewantahan suatu kebijakan public.

b. Dukungan Publik. Hakekat perhatian public yang bersifat sesaat menimbulkan kesukaran-kesukaran tertentu, karena untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat dibutuhkan adanya sentuhan dukungan dari warga. Karena itu, mekanisme partisipasi public sangat penting artinya dalam proses pelaksanaan kebijakan public dilapangan.

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan publik akan sangat berhasil apabila di tingkat masyarakat, warga memiliki sumber-sumber dan sikap-sikap masyarakat yang kons=dusif terhadap kebijakan yang ditawarkan kepada mereka. Ada semacam locus genius (kearifan local) yang dimiliki oleh warga yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan implementasi kebijakan public. Dan, hal tersebut sangat mempengaruhi oleh sikap dan sumber yang dimiliki oeh warga masyarakat.

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana. Kesepakatan para pejabat instansi merupakan fungsi dari kemampuan undang-undang untuk kelembagaan pengaruhnya pada badan-badan pelaksana melalui penyeleksian institusi-institusi dan pejabat-pejabat terasnya. Selain itu pula, kemampuan berinteraksi antarlembaga atau individu didalam lembaga untuk mensukseskan implementasi kebijakan menjadi hal indikasi penting keberhasilan kinerja kebijakan publik. (Agustino, 2012:144-148)

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

45

Model Pendekatan A Framework for Implemantation Analysis (Daeniel Mazmanian and Paul Sabatier (Agustino, 2012 :144-148)

Menurut Teori Proses Implementasi Kebijakan menurut Van

Meter dan Horn yang dikutip oleh Budi Winarno, faktor-faktor yang

mendukung implementasi kebijakan yaitu:

a. Ukuran-ukuran dan tujuan kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika-dan-hanya- jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realitas dengn sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau jujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlaluutopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak

Mudah-mudhan masalah dikendalikan 1. Dukungan teori dan Teknologi

2. Keragaman prilaku kelompok sasaran 3. Tingkat perubahan prilaku yang dikehendaki

Kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi

1. Kejelasan dan konsistensi tujuan 2. Dipergunakanya teori kausal 3. Ketepatan alokasi sumberdana 4. Keterpaduan heirarki antar

lembaga pelaksana 5. Aturan pelaksanaan dari lembaga

pelaksana 6. Perekrutan pejabat pelaksana 7. Ketrbukaan kepada pihak luar

Variabel diluar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi 1. Kondisi sosio-ekonomi dan

teknologi 2. Dukungan public 3. Sikap dan sumberdaya dari

monsituen 4. Dukungan pejabat yang lebih

tinggi 5. Komitmen dan kualitas

kepemimpinan dari pejabat pelaksana

Tahapan dalam Proses Implementasi Kebijakan

Output kebijakan dari lembaga pelaksana

Kepatuhan target untuk mematuhi Output kebijakan

Hasil Nyata Output kebijakan

Diterimanya hasil tersebut

Revisi Undang-undang

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

46

sulit memang merealisasikan kebijakan public hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

b. Sumber daya Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan manfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik, Tetapi ketika kpmpetensi dan kapabilitas dar sumber-sumberdaya itu nihil maka kinerja kebijakan public sangat sulit untuk diharapkan.

c. Karakteristik Agem Pelaksana Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan public. Hal ini sangat penting karena kinerja imlementasi kebijakan (publik) sangan banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serata cocok dengan paa agen pelaksananya.

d. Sikap/Kecenderungan (Dispisition) para pelaksana Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan public.

e. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan public. Semakin baik koordinasi komunikasi diantar pihak-pihak yang terlibat dalam suat pross implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil utuk terjadi, Dan, begitu pula sebaliknya.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Sejauh mana lingkungan ekternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. (Agustino, 2012 :150).

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan

dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan

dan harus di laksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di

lingkungannya.

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

47

2.1.3 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Dalam rangka menjalankan implementasi kebijakan publik, maka

diperlukan model implementasi yang dapat digunakan untuk melihat

sejauhmana implementasi berjalan. Ada beberapa model yang dikembangkan

oleh para pakar kebijakan publik, yakni:

1. Model Mazmanian dan Sabatier

Model Mazmanian dan Sabatier adalah model yang disusun

atas dasar proses implementasi kebijaksanaan. Model implementasi

yang ditawarkan mereka disebut A Framework for Policy

Implementation Analysis. Kedua ahli kebijakan ini berpendapat

bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah

kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang

mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan

proses implementasi (Agustino, 2008:145).

Variabel yang dimaksud dalam tahapan implementasi

kebijakan adalah tiga variabel bebas yang dapat berpengaruh, yakni

mudah atau tidak mudahnya masalah dikendalikan, kemampuan

kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi, dan

variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses

implementasi.

Adapun yang menjadi indikator dari variabel mudah atau

tidak mudahnya masalah kebijakan adalah terdiri dari:

1. Kesukaran-kesukaran teknis keragaman perilaku kelompok sasaran.

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

48

2. Presentase kelompok sasaran dibandingkan jumlah penduduk. 3. Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.

Sedangkan pada variabel kemampuan kebijakan,

indikatornya dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Kejelasan dan konsistensi tujuan. 2. Digunakannya teori kausal yang memadai. 3. Ketetapan alokasi sumber dana. 4. Keterpaduan hierarki dalam dan di antara lembaga pelaksana. 5. Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana. 6. Rekruitmen pejabat pelaksana. 7. Akses formal pihak luar.

Kemudian variabel di luar kebijakan indikatornya adalah: 1. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi. 2. Dukungan publik. 3. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok. 4. Dukungan dari pejabat atasan. 5. Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat

pelaksana.

2. Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn

Model ini merupakan model implementasi yang paling

klasik. Penggunaan model tersebut yang dirumuskan oleh Meter

dan Horn disebut dengan A Model of The Policy Implementation.

Artinya dalam proses implementasi, sebuah abstraksi atau

performansi suatu implementasi kebijakan yang ada secara sengaja

dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik

yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan

berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor, dan

kinerja kebijakan publik. Dikemukakan bahwa jalan yang

menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

49

dipisahkan oleh sejumlah variabel-variabel yang saling berkaitan

(Ali, Alam, 2012:110). Beberapa variabel yang dimasukan sebagai

variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel :

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan. 2. Sumber daya. 3. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. 4. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor. 5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. 6. Kecenderungan dari pelaksana/implementor.

Gambar 2.4

Model Implementasi Meter dan Horn ( Sumber: Agustino, 2008:142)

3. Model George C. Edward III

Model implementasi yang dikembangkan oleh Edward III

disebut dengan Direct and Impact on Implementation dalam buku

KEBIJAKAN

PUBLIK

KINERJA KEBIJAKAN

PUBLIK

Standar dan Tujuan

Sumber

Daya

Aktivitas Implementasi dan

komunikasi Antarorganisasi

Karakteristik dari agen pelaksana

Kondisi ekonomi, sosial dan politik

Kecenderungandari pelaksana

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

50

Winarno (2007:144), ada empat variabel yang sangat menentukan

keberhasilan implementasi, yaitu :

1. Komunikasi. 2. Sumberdaya. 3. Disposisi. 4. Struktur Birokrasi.

Gambar 2.5

Model Direct and Indirect of Implementation ( Sumber: Winarno, 2007: 144)

Proses ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi

dari suatu kebijakan yang pada dasarnya dilakukan untuk meraih

kinerja implentasi kebijakan publik yang tinggi, yang berlangsung

dala hubungan berbagai variabel. Model ini mengumpamakan

implementasi kebijakan berjalan secara linier dari komunikasi,

sumber daya politik yang tersediadan pelaksanaan implementasi

kebijakan. Di dalam model implementasi ini, ada empat isu pokok

yang harus diperhatikan agar implementasi kebijakan berjalan

efektif, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur

birokrasi.

Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Implementasi

Struktur Birokrasi

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

51

Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan

dikomunikasikan pada organisasi atau publik dan sikap serta

tanggapan dari para pihak yang terlibat. Sumber daya berkenaan

dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber

daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecapakan pelaksana

kebijakan publik untuk carry out kebijaan secara efektif.

Disposisi berkenaan dengan kesediaan dari para

implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut. Kecapakan

saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen untuk

melaksanakan kebijakan. Sedangkan struktur birokrasi berkenaan

dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi

penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangannya

adalah bagaimana agat tidak terjadi bureaucratic fragmentation

karena struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh

dari efektif (Nugroho, 2012: 693).

4. Model Merilee S. Grindle

Model implementasi lainnya yaitu model dari Grindle.

Model ini menjelaskan bahwa implementasi kebijakan ditentukan

oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya

adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka

implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan

oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan

tersebut mencakup :

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

52

1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan. 2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan. 3. Derajat perubahan yang diinginkan. 4. Kedudukan pembuat kebijakan. 5. (siapa) pelaksana program. 6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat. 2. Karakteristik lembaga dan penguasa. 3. Kepatuhan dan daya tanggap.

5. Model Hogwood dan Gunn

Model yang dikembangkan oleh Hogwood dan Gunn

(Dalam Ali, Alam, 2012:109) menjelaskan bahwa dalam

mengimplementasikan kebijaksanaan negara secara sempurna

diperlukan beberapa syarat seperti :

1. Hal yang akan menimbulkan gangguan/ kendala yang serius. 2. Untuk pelaksana program tersedia waktu dan sumber-sumber

yang cukup memadai. 3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

tersedia 4. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh

suatu hubungan kausalitas yang andal. 5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata

rantai penghubung. 6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil. 7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. 8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang

tepat. 9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna. 10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat

menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

53

2.1.4 Definisi Kinerja Pegawai

Istilah Kinerja merupakan terjemahan dari performance

yang sering diartikan sebagai penampilan, untuk kerja atau

prestasi. Dalam kamus Illustrated Oxford Dictionary (dalam

keban, 2008 ;209) istilah ini mengartikan bahwa kinerja yang

terdapat dalam pegawai itu bergantung pada hasil dari apa yang

dilakukan oleh pegawai Pada dasarnya seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya diharapkan untuk

menunjukkan suatu performance yang terbaik yang bisa

ditunjukkan oleh pegawai tersebut, selain itu performance yang

ditunjukan oleh seorang pegawai tentu saja dipengaruhi oleh

berbagai fakor yang penting artinya bagi peningkatan hasil kerja

yang menjadi tujuan dari organisasi atau instansi dimana pegawai

tersebut bekerja.

Performance atau kinerja ini perlu diukur oleh pimpinan

agar dapat diketahui sampai sejauh mana perkembangan kinerja

dari seorang pegawai pada khususnya dan organisasi pada

umumnya, sehingga Performance dari pegawai dapat dipantau

perkembangannya didalam bekerja oleh pimpinan atau Top

Leader.

Suatu kinerja merupakan suatu istilah yang secara umum

digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan dari suatu

organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

54

standart seperti biaya masa lalu atau yang diproyeksikan dengan

dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akunstabilitas suatu

manajemen. Kinerja sendiri mengacu pada kadar pencapaian tugas

yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja

merefleksikan seberapa karyawan memenuhi persyaratan sebuah

pekerjaan. Akan tetapi sering disalah tafsirkan sebagai upaya yang

menceminkan energi yang dikeluarkan, dimana kinerja diukur dari

segi hasil.

Penulis dapat diambil suatu garis besar, bahwa kinerja

(performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas yang

membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan

seberapa baik karyawan untuk memenuhi persyaratan sebuah

pekerjaan. Akan tetapi sering disalahtafsirkan sebagai upaya yang

mencerminkan energi yang dikeluarkan, dimana kinerja diukur dari

segi hasil.

Mungkin kesalahan yang paling serius yang dilakukan pada

saat memutuskan apa yang akan dievaluasi adalah dengan

menganggap bahwa kinerja itu unidimensional yang menerangkan

bahwa semua individu adalah pelaksana baik, pelaksana buruk,

atau diantara keduanya. Sebuah skalapun tidak dapat

menggambarkan secara memadai segala keseluruhan kinerja semua

karyawan. Banyak dari dimensi kerja yang tidak berhubungan satu

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

55

sama lainnya. Seorang akan mungkin sangat tinggi kinerjanya pada

satu dimensi, akan tetapi rendah pada dimensi yang lain.

Terdapatnya pegawai yang kinerjanya kurang disatu

dimensi ini disebabkan karena penempatan pejabat didalam

menempati jabatan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan

dan kelampuan yang dimikiki dalam menduduki jabatan tersebut,

sehingga didalam pelaksanaan atau menjalankan tugas pokok dan

fungsi dari jabatan yang diduduki mengalami kendala.

Dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah sebagai seluruh

hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus

selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah

sama dengan jumlah atau rata - rata kinerja pada fungsi pekerjaan

yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut

akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja

individu.

2.1.5 Disiplin Kerja

Analisis dan diskusi motivasi kerja dalam manajemen

organisasi terutama memfokuskan guna mendapatkan perilaku dan

prestasi yang diinginkan. Kadangkala pimpinan dihadapkan pada

prestsasi dan perilaku yang tidak diharapkan. Meskipun artinya

tidak menyenangkan hukum dan ukuran tindak disiplin digunakan

untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dan prestasi

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

56

yang buruk. Penegakan hukuman masih dianggap sebagai cara

yang efektif dan efesien untuk mengubah perilaku. Dalam

organisasi publik contoh perilaku yang mendapat hukuman antara

lain korupsi, penyalahgunaan kewenangan, absensi, memperlambat

jam kerja dan memalsukan biaya.

Hukuman adalah konsekuensi yang kurang menyenangkan

untuk suatu respons perilaku tertentu atau penghilangan suatu

bentuk penguat yang diinginkan karena respons perilaku tertentu

(Gibson, Ivancevich & Donnelly, 1997:322). Hukuman adalah

peristiwa penentangan atau menghilangkan peristiwa positif diikuti

tanggapan untuk menurunkan frekuensi respon. Terdapat hubungan

atau kesatuan antara respon yang didefinisikan dan konsekuensi

tindakan yang menentang atau situmulus (seperti: pengurangan

pembayaran bagi yang absen, mendapatkan peringatan karena

prestasi kerja yang buruk dan sebagainya).

Disiplin adalah penggunaan beberapa bentuk hukuman atau

sanksi jika pegawai menyimpang dari aturan. Tidak semua ukuran

disiplin berubah menjadi hukuman. Misalnya, absensi yang

dilakukan secara sering mengakibatkan seorang pegawai diskors

selama tiga hari dari pekerjaan. Jika orang yang dikenai hal ini

tidak menyenangi pekerjaannya dan lebih suka tinggal di rumah

maka ia tidak merasa dihukum.

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

57

Disiplin menurut Muchdarsyah (dalam Sulistyani,

2004:324) dapat disarikan dalam beberapa pengertian sebagai

berikut:

1. kata disiplin dilihat dari segi terminologi berasal dari kata latin “discipline” yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata “discipulus” yaitu orang yang belajar). Jadi secara etimologis terdapat hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (dalam bahasa Inggris yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran).

2. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efesiensi.

3. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

4. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai perilaku yang dikendalikan (control behavior)

Dalam peraturan pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 1980

Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam Pasal 3

(tiga) dinyatakan bahwa PNS dilarang untuk melakukan hal-hal

sebagi berikut:

a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil.

b. Menyalahgunakan wewenang c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk

Negara asing d. Menyalahgunakan barang-barang uang, atau surat-surat

berharga milik Negara e. Memiliki, menjual,membeli, mengendalikan, menyewakan

atau meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik Negara secara tidah sah

f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, temen sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara .

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

58

g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun diluar lingkungan kerjanya

h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat di duga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai negeri sipil yang bersangkutan

i. Memasuki tempat- tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan

j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya. k. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.

l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang

diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain

n. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi pemerintah

o. Memiliki saham/ modal dalam perusahaan yang kegiatan usahnya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya,

p. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatannya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan

q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagin yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang mengaku jabatan eselon I

r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi,golongan atau pihak lain.

Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam

perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok ataupun

masyarakat yang berupa ketaatan (obsedience) terhdap peraturan

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

59

yang ditetapkan pemerintah (etik), norma dan kaidah yang berlaku

dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Disiplin dapat pula

diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu

yang bertentangan dengan falsafah bangsa dan Negara.

Dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola

tingkah laku dan ciri-ciri sebagi berikut:

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

2. Adanya perilaku yang dikendalikan 3. Adanya ketaatan (obsedience) 4. Disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan,

waktu, kenikmatan dan lain-lain.

Bacal (2005:164) mengatakan disiplin adalah proses yang

digunakan untuk menghadpi masalah-masalah kinerja. Proses ini

melibatkan pemimpin dalam mengidentifikasikan dan

mengkomunikasikan masalah-masalah kinerja kepada karyawan.

Para pemimpin juga terlibat dalam mengidentifikasikan masalah-

masalah kinerja kepada pegawai. Para pemimpin juga terlibat

dalam mengidentifikasikan, mengkomunikasikan serta

menjatuhkan konsekuensi- konsekuensi bila masalah kinerja itu

tidak teratasi. Pada tahapan awal proses ini mirip dengan proses

manajemen kinerja.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa disiplin kerja adalah perilaku individu yang mencerminkan

sikap mental untuk mentaati peraturan, norma atau etik, yang telah

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

60

ditetapkan dalam organisasi. Perilaku disiplin merupakan perilaku

yang dikendalikan artinya perilaku yang penuh dengan kesadaran

oleh individu yang memerlukan pengorbanan baik perasaan, waktu

ataupun kesenangan yang lainnya. Disiplin merupakan salah satu

sarana untuk mencapai produktivitas kerja pegawai dalam

birokrasi, terutama dengan pengembangan sumberdaya aparat

birokrasi. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kedisiplinan antara lain adalah komitmen dan ketaatan kepada

peraturan, pengendalian, tepat waktu, serta keteraturan dan

kecermatan dalam bekerja.

2.1.6 Aparatur Sipil Negara (ASN)

ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi

pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah

pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian

kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi

tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia

yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

61

secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki

jabatan pemerintahan. Pegawai ASN terdiri atas :

a. PNS, yang merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional;

b. PPPK, merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang

c. Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara. d. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh

pimpinan Instansi Pemerintah.

Pegawai ASN memeliki fungsi sebagai pegawai Negri Sipil

berfungsi sebagai:

a. pelaksana kebijakan publik. b. pelayanan publik dan

c. perekat dan pemersatu bangsa.

Pegawai ASN merupakan pegawai yang diamanatkan oleh

Undang-undang No. 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

selain sebagai peaksana dari sebuah kebijakan dan pelayan publik

namun pegawai ASN pun harus sebagai perekat dan pemersatu

bangsa. Pegawai ASN bertugas:

a.melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;

c. mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Pegawai ASN mempunyai keajiban melaksanakan kebijakan public yang teah ada sesuai dengan tugas pejabat ditempatkan, namun profsional dan kualitas kerja harus dimilki oleh pegawai ASN.

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

62

Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan

pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan

pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,

serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Berdasarkan peran yang ada didalam pegawai ASN yaitu

sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas dari pelaksana

kebijakan dan pelayanan publik sesuai dengan tupoksi jabatan atau

tempat kerja yang di tempati maka pegawai ASN didorong harus

memiliki integritas yang tinggi dalam mnejalankan tugasnya.

Jabatan ASN terdiri atas:

a. Jabatan Administrasi b. Jabatan Fungsional; da c. Jabatan Pimpinan Tinggi; d. Jabatan Administrasi terdiri atas:

Jabatan administrator Bertanggung jawab memimpin

pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi

pemerintahan dan pembangunan. Jabatan pengawas Bertanggung

jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh

pejabat pelaksana

Jabatan pelaksana Bertanggung jawab melaksanakan

kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan

pembangunan. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

63

fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan

fungsional keahlian terdiri atas:

a. ahli utama; b.ahli madya; c.ahli muda; dan d.ahli pertama.

Jabatan fungsional keterampilan terdiri atas:

a. penyelia; b.mahir;

c.terampil; dan; d.pemula

Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas:

a. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama; b. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan; c.Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.

UU No. 05 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

didalamnya terapat pegawai Negri Sipil (PNS) dan Pegawai

Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), diantara keduanya

terdapat persamaan dan perbedaan didalam hak dan kewajibannya,

berikut ini hak dan kewajiban antara PNS dan PPPK :PNS berhak

memperoleh:

a. gaji, tunjangan, dan fasilitas; b.cuti;Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

perlindungan. PPPK berhak memperoleh:

a.gaji dan tunjangan; b.cuti; c.perlindungan; dan

d.pengembangan kompetensi

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

64

Kewajiban Pegawai ASN:

a.Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;

b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c.Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat

pemerintah yang berwenang; d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh

pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,

perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

g.Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

UU No. 05 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

terdapat dua status pegawai didalamnya yaitu adanya Pegawai

Negri Sipil (PNS) dan adanya Pegawai Pemerintah dengan

Perjanjian Kerja atau disebut (PPPK) dari dua status pegawai ini

tidak terdapat perbedaan yang yang banyak, didalam Pegawai

Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) bias menduduki

Jabatan Struktural pada Umumnya sepeti yang diduki oleh Pegawai

Negri Sipil (PNS) namun ada hak yang berbeda dari keduanya,

yaitu apabila di pegawai yang berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS)

berhak untuk mendapatkan tunjangan pension sedangkan didalam

Pegawai yang berstatus Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian

kerja (PPPK) tidak berhak menerimanya.

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

65

2.2 Penelitian Terdahulu

Temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan

hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam sebuah

penelitian. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan

bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan

yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian

terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan

Lingkungan Hidup Daerah. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini,

akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu berupa tesis dan jurnal yang

pernah peneliti baca diantaranya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rachmad Hidayat, Adam Idris

dan Masjaya (2014), Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten

Beran. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian tersebut, diketahui

bahwa Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Beran telah dilaksanakan

dengan cukup baik. Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Beran jauh

lebih baik apabila Kebijakan tersebut diterapkan dengan sungguh- sungguh Pada

para PNS yang ada di Kantor Kementrian Agama. Kemudian, tujuan penelitian

tersebut adalah untuk mengetahui Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

66

Beran. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah mengenai

teori Implementasi Kebijakan menurut Edward III, George C (edited). 1984. Public

Policy Implementing, dan Pengukuran (Wahab, 1991:117), serta metode yang

digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rachmad Hidayat, Adam Idris

dan Masjaya (2014) dengan peneliti ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti memfokuskan pada Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang, sedangkan Rachmad Hidayat, Adam Idris dan Masjaya

memfokuskan penelitiannya pada Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tri Eka Sari

tahun 2011 dalam skripsinya berjudul “Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pada Kejaksaan Negeri

Padang. Dalam penelitian tersebut, menunjukkan bahwa Peraturan Pemerintah

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada kedisiplinan

pegawai berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah

tercantum pada PP No.53 Tahun 2010. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam

penelitian tersebut yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif, diperoleh hasil

penelitian bahwa Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil di Kejaksaan Negeri Padang, menunjukkan bahwa keaktifan

Pegawai Negeri Sipil untuk disiplin cukup besar, hal ini terlihat dari kepedulian

pegawai negeri sipil terhadap pekerjaan dan sifat pertanggung jawaban terhadap

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

67

Bangsa dan Negara. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Melalui kedisiplinan pegawai negeri sipil di Kejaksaan Negeri Padang.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Tri Eka Sari ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada Implementasi

Program Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan hidup Daerah Kota Serang, sedangkan

Tri Eka Sari memfokuskan penelitiannya pada Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pada Kejaksaan

Negeri Padang.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran peneliti dalam penelitian dan

sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan dari

implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup yang ada di Kota

Serang, maka dalam penelitian ini dibuatkanlah kerangka berpikir. Sehingga

dengan adanya kerangka berpikir ini, baik peneliti maupun pembaca dari

penelitian ini mudah memahami dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian.

Penelitian ini diawali dengan melihat permasalahan-permasalahan yang

terdapat pada latar belakang masalah yaitu:

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

68

1. Penerapan kedisiplinan PNS yang sesuai dengan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang belum maksimal.

2. Kurangnya kesadaran PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah kota Serang didalam menjalankan PP 53 tahun 2010 tentang kedisiplinan PNS.

3. Kurangnya Kontrol masyarakat terhadap Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

4. Kurang tegasnya penegakan Hukum pada para PNS yang tidak Disiplin

Didalam penelitian ini meliat adanya kesesuaian permasalahan

Implementasi Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 Tentang Disiplin PNS

dengan menggunakan model implementasi kebijakan Donald Van Meter dan Carl

Van Horn , yaitu Model ini merupakan model implementasi yang paling klasik.

Penggunaan model tersebut yang dirumuskan oleh Meter dan Horn disebut

dengan A Model of The Policy Implementation. Artinya dalam proses

implementasi, sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan

yang ada secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan

publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara

linear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik.

Dikemukakan bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan

prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel-variabel yang saling berkaitan

(Ali, Alam, 2012:110). Beberapa variabel yang dimasukan sebagai variabel yang

mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel :

Ukuran dan Tujuan Kebijakan. Sumber daya. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. Kecenderungan dari pelaksana/implementor.

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

69

Dari enam pilar penilaian dari implementasi kebijakan tersebut dianggap

cocok untuk menjawab permasalahan-permasalahan terhadap pelaksanaan atau

implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang,

serta diharapkan dengan adanya hal itu ke Disiplinan para Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang ada di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat berjalan

dengan baik dan tujuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang tercapai. untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini:

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

70

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Masalah 1. Belum adanya kesesuaian ucapan sumpah/ janji jabatan PNS di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.

2. PNS di Badan Lingkungan Hidup DaerahKota Serang Belum sepenuhnya menjalanjakan kewajiban PNS sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.

3. Masih kurangnya pengabdian, kesadaran,dan rasa tanggung jawab pegawai didalam melaksanakan tugas sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.

4. PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sebagian melakukan kegiatan diluar pekerjaan .

5. Kehadiran Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang belum sepenuhnya mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.

6. Pemeliharaan barang milik Negara belum dilakukan dengan baik sebagaimana kewajiban PNS didalam Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.

7. Kurangnya ketegasan sanksi yang diberikan oleh pimpinan terhadap pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih kurang.

8. Tidak adanya penghargaan kepada pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang yang berprestasi.

(Sumber: Peneliti, 2015)

Meningkatnya Kedisiplinan PNS di BLHD Kota Serang yang sesuai PP. No. 53 Tahun 2010

Teori Implementasi Donald Van Meter dan Carl Van Horn (Agustino : 2008 )

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan. 2. Sumber daya. 3. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. 4. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor. 5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. 6. Kecenderungan dari pelaksana/implementor.

Terciptanya Kinerja yang baik Pegawai Negeri SIpil di Badan Lingkungan Hidup Daerah kota Serang.

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

71

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan telaah

pustaka dan deksripsi teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi.

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, peneliti

mengajukan asumsi dasar sebagai berikut: Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang belum berjalan dengan baik.

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

72

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Untuk menemukan bagaimana hasil penelitian tentang Implementasi

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, dengan berbagai

indikator di dalamnya, serta unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai

dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian, maka

digunakanlah metode penelitian.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) metode Penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) mengemukakan

bahwa,

“Metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

73

Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human

instrument, yaitu peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti

harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,

menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi

lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-kata, kalimat

untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan

mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat

mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang terjadi sebenarnya di lapangan.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menentapkan fokus.

Spradley dalam Sugiyono (2012:208) menyatakan bahwa “A focused refer to a

single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya adalah bahwa

fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari

situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih didasarkan pada

tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).

Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih

luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan untuk

menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus penelitian yang

diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum. Dari penjelajahan

umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih

pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk dapat memahami secara

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

74

lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian. Oleh

karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus penelitian mengenai

Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang. mengambil lokus wilayah di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri terdiri

dari 3 sub bagian dan 9 bidang yaitu Sub.Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan,

dan Sub Bagian Program Evaluasi Dan Pelaporan. Sedangkan untuk bidang,

Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, Bidang Konservasi Dan Lingkungan

Hidup, Bidang Pengendalian Sumber Pencemar, Bidang Konservasi Sumber Daya

Alam, Bidang Penataan Lingkungan Hidup, Bidang Pengendalian Media

Lingkungan, bidang perncanaan dan pengkajian dampak lingkungan, bidang

perencanaan lingkungan hidup, bidang pengkajian dampak lingkungan. yang

memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) 24 dan Tenaga Kerja Sukarela(TKS)

21 total keseluruhan Pegawai yang ada di Dinas Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang adalah 45 dengan luas wilayah kantor Dinas Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang. (Sumber: Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang, 10 januari 2015).

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

75

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang karena sebagai salah satu instansi pemerintah di provinsi

banten yang memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat , ternyata di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota masih ditemukan para Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang masih malas bekerja atau keluyuran di pas jam kerja

berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota, hingga tahun 2014

ada 10 (sepuluh) sampai 15 (lima belas) PNS yang malas-malas ataupun

keluyuran pada saat jam kerja. (Sumber: Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang,10 januari 2015).

Seharusnya para Pegwai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang adalah sebagai contoh positif bagi para tenaga kerja

sukarela (TKS) khususnya, umumnya bagi masyarakat. Namun malah sebaliknya

justru masih ditemukannya para Pegwai Negeri Sipil (PNS) yang tidak disiplin,

keluyuran ataupun malas-malasan pada saat jam kerja. Hal ini yang kemudian

menarik untuk dikaji oleh peneliti.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah Implementasi

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Konsep Implementasi Kebijakan merupakan hal yang sangat penting

dalam melaksanakan kebijakan yang telah dirumuskan. Implementasi

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

76

Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat dioperasionalkan

dalam bentuk program, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang. yang diperuntukkan bagi para Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang malas bekerja atau yang keluyuran di saat jam kerja.

Adapun definisi mengenai implementasi kebijakan dari beberapa

ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan

merupakan suatu aktivitas atau kegiatan, yang pada akhirnya akan

mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan

itu sendiri.

3.4.2 Definisi Operasional

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan

diamati dalam penelitian ini adalah mengenai Implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

(PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. Beberapa hal

penting mengenai fenomena yang akan diamati tersebut akan peneliti nilai

dengan pijakan teori Implementasi Kebijakan Merilee S, Grindle.

Menurut Merilee S, Grindle (Agustino, 2012 :154-156), ada dua

pilar penilaian dari implementasi suatu kebijakan yaitu:

1. Isi Kebijakan ( Contant of Police) Terdiri dari beberapa Indikator

a. Kepentingan yang terpengaruhi oleh keijakan b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

77

c. Drajat perubahan yang diinginkan. d. Kedudukan pembuat kebijakan. e. pelaksana program f. Sumber daya yang diserahkan.

2. Sementara itu kontkes Kebijakan (Context of policy) adalah :

a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. b. Karakteristik lembaga dan penguasa. c. Kepatuhan dan daya tangga

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses

pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam

penelitian disebut juga instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa pada

dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur

fenomena alam atau sosial yang diamati. Dalam penelitian mengenai

Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

yang menjadi instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Menurut Nasution

dalam Sugiyono (2012:224) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk

penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengupulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan dapat menafsirkannya.

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

78

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan akan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang jsutru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti. Sejalan dengan pendapat Moleong (2007:9), bahwa peneliti sendiri atau

dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini

dilakukan karena hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau

objek lainnya, dan manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-

kenyataan di lapangan. Hanya manusia sebagai instrument pulalah yang dapat

menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi

hal yang demikian, tentunya dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang

diperlukan selama proses penelitian. Teknik yang digunakan untuk menentukan

informan dalam penelitian kualitatif ini yaitu dengan jalan peneliti memasuki

situasi sosial tertentu, melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang

yang dipandang mengetahui tentang situasi sosial tertentu (Prastowo, 2011:197).

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

Purposive, yaitu informan yang secara sengaja dipilih oleh peneliti, karena

dianggap memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat memperkaya data penelitian

(Irawan, 2006:17).

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

79

Menurut Patton dalam Denzin (2009: 290), alasan logis di balik teknik

Purposive dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang

dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information). Walaupun

demikian dalam pelaksanaan penelitian di lapangan nanti, tidak menutup

kemungkinan peneliti juga akan menggunakan teknik Snowball, yaitu jumlah

informan akan bertambah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. penggunaan

teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang ada di lapangan.

Untuk lebih jelasnya, informan penelitian mengenai Implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS)

di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. di klasifikasikan pada tabel 3.1

berikut:

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

80

Tabel 3.1

Daftar Informan

Kategori Informan

Kode Informan

Informan Keterangan

Penanggung Jawab

I1 Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Key informan

I2 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang

Key informan

I3 Sekretaris Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Key informan

I4 Kepala Sub Bagian Umum Kepagawaian BLHD Kota Serang

Key informan

I5 Kepala Bidang Konservasi dan SDA BLHD Kota Serang

Key informan

I6 Kepala Bidang pengendalian dampak lingkungan BLHD Kota Serang

Key informan

I7

Kepala Bidang Perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup BLHD Kota Serang

Key informan

I8 Kasubag PEP BLHD Kota Serang Key informan

I9 Kasubag Keuangan BLHD Kota Serang

Key informan

Pendamping I10

Kasubid Pengendalian media lingkungan BLHD Kota Serang

Secondary informan

I11

Kasubid Pengendalian sumber pencemar BLHD Kota Serang

Secondary informan

I12

Kasubid Perencanaan Lingungan Hidup BLHD Kota Serang

Secondary informan

I13 Kasubid Pengkajian dampak

lingkungan hidup BLHD Kota

Secondary informan

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

81

Serang

I14

Kasubid Konservasi dan sumber daya alam BLHD Kota Serang

Secondary informan

I15

Kasubid penataan lingkungan Hidup BLHD Kota Serang

Secondary informan

I16

Pelaksana/Staff di Sub Bagia Umum dan Kepegawaian Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

I17

Pelaksana/Staff di Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

I18

Pelaksana/Staff di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

I19

Pelaksana/Staff di Bidang Perencanaan dan pengkajian Dampak Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

I20

TKS Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

Masyrakat Umum I21

Masyarakat sekitar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

I22 Tokoh Pemuda Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Secondary informan

(Sumber: Peneliti, 2015)

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

82

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi dinamakan

“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat,

(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara strategis.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan responden, tetapi

dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau informan.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian karena bertujuan untuk memperoleh data agar dapat dianalisis. Adapun

teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi (pengamatan) diartikan sebagai pengamatan dan

pencacatan secata sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek

penelitian (Prastowo, 2011:22). Pengamatan dapat diklasifikasikan atas

pengamatan melalui cara berperan serta (partisipan) dan yang tidak

berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan tanpa peran serta

pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadaan pengamatan

saja. Sedangkan pengamatan berperan serta melakukan dua peranan

sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi

dari kelompok yang diamati (Moleong, 2007:176).

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan melalui tidak

berperan serta (non partisipan) karena dalam penelitian ini peneliti tidak

terlibat untuk membantu Badan Lingkungan Hidup Kota Serang dalam

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

83

menjalankan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang. Peneliti hanya melakukan pengamatan saja untuk

mengetahui kondisi dari objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa

pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi

dan ide dengan Tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna

dalam suatu topik tertentu (Prastowo, 2011:212). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara tidak

struktur.

Wawancara tidak struktur adalah wawancara yang dilakukan oleh

peneliti dengan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

(Basrowi, Suwandi, 2008:130). Pertanyaan yang diajukan interviewer

dapat menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan wawancara

pada penelitian ini, peneliti hanya menanyakan secara garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Hal ini dimaksudkan agar proses

wawancara berlangsung secara alami dan mendalam seperti yang

diharapkan dalam penelitian kualitatif.

Agar lebih mudah peneliti dalam melakukan wawancara, maka

pertanyaan yang diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan. Dimana

dimensi pertanyaan tersebut sesuai dengan garis besar permasalahan yang

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

84

akan ditanyakan, dengan mengacu kepada teori Merilee S, Grindle yaitu

dua pilar penilaian implementasi kebijakan yaitu isi kebijakan dan kontek

kebijakan. Seperti yang tertera pada tabel 3.2 erikut:

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

No Dimensi Uraian Pernyataan Informan 1 Ukuran Dan

Tujuan Kebijakan

1. Apa tujuan dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tetang disiplin pegawai negri sipil?

I1,I2,I3,I4,I5,I6, I10

2. Apa standar dari keberhasilan peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disipin PNS ?

I1,I2,I3,I4,I5,I6, I10

2

Sumber Daya

3. Bagaimana kesiapan PNS di BLHD Kota Serang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negri sipil?

I1,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I12,I13,I14,I15,I16

,,I17,I1I I8,I19

4. Bagaimna sarana dan prasaran yang ada dalam menunjang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I10

5. Bagaimana dana dan anggaran dalam menunjang dari Implementasi PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang ?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I10, I11, I12

3

Karakteristik Agen Pelaksana

6. Apasaja Peran dari para Stake holder dalam PP No 53 tentang disiplin PNS ?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I2,I13,I14,I15,I16,I17,I18,I19

7. Sejauh ini bagaimana Pelaksanaan dari PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1,I2,I4,I5,I6, I10

8. Bagaimana bentuk dan mekanisme Sanksi yang diberikan terhadap pegawai

I1,I2, I3,I4,I5,I6, I10

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

85

(Sumber: Peneliti, 2015)

yang belum mentati sesuai dengan PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang ?

4

Sikap/Kecendrungan (Disposisi)

Para Implementor Pelaksana

9. Bagaimana pemahaman para Pegawai terkait PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS ?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8

,I9,I10,I11,12,I13,I14,I15,I16,I17,118,I19,I20

10. Bagaimana respon peawai BLHD Kota Serang (mendukung/menolak) dan apa bentuk dukungan yang dilakukan dalam implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1,I2,I3,I4,I6, I10

11. Apasaja fasilitas dan yang diberikan guna menunjang Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS ?

I1,I2,I6,I10,I13,I14,I1

5 I16, I17,I18

5

Komunikasi Antar Organisasi

Dan Aktivitas Pelaksana

12. Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang ?

I1,I2,I5, I6,I10

13. Bagaimana Sosialisasi yang dilakukan dalam memberikan pemahaman kepada pegawai mengenai bagaiman PP No. 53 Tentang disiplin PNS ?

I1,I2, I3, I6,I10, I11,I12,I13,I14,I15,I16

,I17,I18,I19

6

Lingkungan Ekonomi, Sosial

Dan Politik

14. Bagaimana Kondisi Ekonomi dari Pegawai BLHD Kota Serang ?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,

I10,I11,I12,I13,I14,I15

,I16,I17,I18,I19, I20,I21, I22 I23

15. Bagaimana kondisi sosial dari Pegawai Negri Sipil di BLHD Kota Serang?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I2,I13,I14,I

15,I16,I17,I18,I19, I20,I21, I22, I23

16. Bagaimana kondisi Politik di kawasan Pemerintahan

Kota serang Kota Serang maupun pemerintahan di Provinsi Banten ?

I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I2,I13,I14,I

15,I16,I 17,I18,I19, I20,I21, I22 I23

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

86

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini, khususnya dalam melakukan wawancara adalah:

1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data

2. Handphone Camera: untuk memotret kegiatan yang berkaitan

dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

keabsahan penelitian.

3. Handphone recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan

atau pembicaraan. Penggunaan alat ini dalam wawancara perlu

memberi tahu informan apakah diperbolehkan atau tidak.

c. Studi Literatur

Dalam studi literatur dan kepustakaan peneliti melakukan

pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik

buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan.

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

berdasarkan perkiraan (Basrowi, Suwandi, 2008:158).

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun

faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data.

Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi informasi

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

87

yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang diteliti.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun

analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:73),

analisis data kualitatif adalah:

“Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang ke semua itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda (terhadap suatu fenomena) yang membantu anda untuk mempresentasikan penemuan anda kepada orang lain”. Data yang diperoleh selama penelitian yang didapat dari berbagai sumber

kemudian dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus hingga datanya jenuh.

Pada akhirnya data yang terkumpul tersebut menjadi sebuah kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain ketika mempelajari hasil

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini, proses analisis data yang digunakan adalah analisis

data kualitatif model interaktif dari Miles dan Humberman (2009:20). Kegiatan

analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang terjalin

merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah

pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang

disebut analisis. Aktivitas dalam analisis dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

88

Gambar 3.3

Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (Sumber: Miles dan Humberrman (2009: 20)

Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Koleksi Data (Data Collection)

Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang

penting untuk dilakukan, karena hanya dengan mendapatkan data yang

tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti

mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan.

Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Sehingga

akan lebih mudah untuk mendapatkan strategi dan prosedur yang akan

digunakan dalam mencari data di lapangan.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan,

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

Data Reduction

Data Collection Data

Display

Conclutions Drawing/

Verification

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

89

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Data yang

diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya kembali

bila diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-

kode pada aspek tertentu. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-

benar mencari data yang benar-benar valid. Ketika peneliti

menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan di cek ulang

dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui (Basrowi,

Suwandi, 2008:209).

3. Penyajian Data (Data Display)

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah

penyajian data. Penyajian data yang paling sering dilakukan pada data

kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada

beberapa bentuk penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks,

jaringan dan bagan. Penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam

bentuk teks naratif. Dengan adanya penyajian data, maka akan

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

90

mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi (Conclutions Drawing/ Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan

penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Oleh karena itu

kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

3.8 Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Adapun dalam menguji validitas data, peneliti menggunakan dua cara

yakni:

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

91

1. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiyono, 2012:241). Terdapat beberapa macam

triangulasi diantaranya :

a. Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber yang berbeda dengan teknik yang berbeda.

b. Triangulasi Teknik yaitu mengecek data yang diperoleh kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang berbeda.

Dalam penelitian ini, proses check dan recheck data yang dilakukan oleh

peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik.

2. Member Check

Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya

adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid,

maka semakin dipercaya.

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

92

3.7 Jadwal Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang”, waktu penelitian yang dilakukan kurang

lebih empat belas bulan (14) bulan. Penelitian ini dimulai pada bulan November

tahun 2014 dan berakhir bulan Oktober 2015 berdasarkan tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.4

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan

Tahun 2014 2015

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

1. Observasi Awal

2. Pengurusan Perizinan

3. Tahap Penyusunan Proposal

4. Seminar Proposal

5. Revisi Proposal

6. Reduksi Data

7. Penyusunan laporan akhir

8. Sidang Skripsi

9. Revisi Skripsi

(Sumber: Peneliti, 2015)

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

93

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang lebih menekankan kepada pengelolaan Lingkungan

Hidup Di kota Serang, yang merupakan upaya terpadu untuk melestarikan

fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian

lingkungan hidup.

Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya alam dan

lingkungan hidup perlu lebih mengutamakan ditingkatkan. Koordinasi dan

jalinan kerjasama antara pemangku kepentingan terus dikembangkan secara

berkelanjutan untuk menghindari konflik dalam kegiatan pemanfaatan sumber

daya alam (pertambangan, kehutanan) dan lingkungan.

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang merupakan unit kerja

di Lingkungan kota Serang yang mempunyai tugas membantu Walikota

Serang dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi, dekosentransi, dan

tugas pembantuan dibidang lingkungan hidup dalam penyelenggaraan tugas

tersebut.

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

94

1. Struktur Organisasi

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) yang sebelumnya

statusnya adalah Kantor Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 10 Tahun 2008,pada saat ini statusnya di tingkatkan menjadi

BLHD berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2011. Sedangkan

Tupoksi diatur pada Peraturan Walikota Nomor 18 tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2008 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Serang.

Adapun yang terkait dengan uraian tugas dari Badan Lingkungan

Hidup Kota Serang adalah:

a. Kepala Badan

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah

dibidang perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan,

pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan serata konservasi

dan penataan lingkungan hidup berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan.

b. Sekretariat

1) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah.

2) Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan perencanaan dan program, pengelolaan keuangan, urusan umum dan kepegawaian.

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

95

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretariat mempunyai fungsi: a) Penyelenggaraan penyusunan perencanaan dan program; b) Penyelenggaraan pengelolaan administrasi perkantoran,

administrasi keuangan dan administrasi kepegawaian; c) Penyelenggaraan urusan umum dan perlengkapan,

keprotokolan dan hubungan masyarakat; d) Penyelenggaraan penatausahaan, ketatalaksanaan, kearsipan

dan perpustakaan; e) Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi

dan pelaporan pelaksanaan kegiatan unit kerja; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Sub Bagian Umum dan kepegawaian

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah.

2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian.

3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi: a) Penyusunan rencana kegiatan urusan umum dan

pengelolaan administrasi kepegawaian; b) Penyelenggaraan urusan umum dan pengelolaan

administrasi kepegawwaian; c) Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan urusan

umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

d. Sub Bagian Keuangan

1) Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah.

2) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

96

a) Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan administrasi

keuangan Badan; b) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan Badan; c) Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi dalam pengelolaan

administrasi keuangan Badan; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

e. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan

1) Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah.

2) Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan kegiatan Badan.

3) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi: a) Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Badan; b) Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran serta

dokumen pelaksanaan anggaran; c) Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan bidang

program dan pelaporan; d) Pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan dinas; e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

f. Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup

1) Bidang Perencanaan dan pengkajian Dampak Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah

2) Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.

Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

97

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup mempunyai fungsi: a) Penyusunan rencana kegiatan bidang perencanaan dan

pengkajian dampak lingkungan hidup; b) Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan dan

pengkajian dampak lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang perencanaan dan

pengkajian dampak lingkungan hidup; d) Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang

perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup; e) Pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan

bidang perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup;

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

g. Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup

1) Sub Bidang Perencanaan Lingkungan hidup dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan.

2) Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup.

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang perencanaan

lingkungan hidup; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang

perencanaan lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang perencanaan lingkungan

hidup; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi

bidang perencanaan lingkungan hidup; e) Evaluasi dan pelaporan bidang perencanaan lingkungan

hidup; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

98

h. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup

1) Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.

2) Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang pengkajian dampak

lingkungan hidup; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang

pengkajian dampak lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang pengkajian dampak

lingkungan hidup; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi

bidang pengkajian dampak lingkungan hidup; e) Evaluasi dan pelaporan bidang pengkajian dampak

lingkungan hidup; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

i. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

1) Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah.

2) Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang pengendalian dampak

lingkungan; b) Perumusan kebijakna teknis bidang pengendalian dampak

lingkungan;

c) Penyelenggaraan kegiatan bidang pengendalian dampak lingkungan;

Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

99

d) Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang pengendalian dampak lingkungan;

e) Pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan bidang pengendalian dampak lingkungan;

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

j. Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar

1) Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.

2) Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis Sub Bidang Pengendalian Pengendalian Sumber Pencemar.

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar mempunyai fungsi :

a) Penyusunan rencana kegiatan sub bidang pengendalian sumber pencemar;

b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis sub bidang pengendalian sumber pencemar;

c) Penyelenggaraan kegiatan bidang pengendalian media lingkungan;

d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang pengendalian media lingkungan;

e) Evaluasi dan pelaporan bidang pengendalian media lingkungan;

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan dengan tugas dan fungsinya.

k. Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup

1) Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Lingkungan Hidup Daerah.

2) Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang konservasi dan penataan lingkungan hidup.

Page 108: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

100

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang konservasi sumber

daya alam; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang

konservasi sumber daya alam; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang konservasi sumber daya

alam; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi

bidang konservasi sumber daya alam; e) Evaluasi dan pelaporan bidang konservasi sumber daya

alam; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

l. Sub Bidang Penataan lingkungan Hidup

1) Sub Bidang Penataan Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup.

2) Sub Bidang Penataan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis sub bidang penataan lingkungan hidup.

3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bbidang Penataan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :

a) Penyusunan rencana kegiatan bidang penataan lingkungan

hidup; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang

penataan lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang penataan lingkungan

hidup; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan faslitasi

bidang penataan lingkungan hidup; e) Evaluasi dan pelaporan bidang penataan lingkungan hidup; f) Pelaksanaantugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Badan Lingkungan

Hidup Daerah (BLHD) Kota Serang menjadi unit kerja dilingkungan

Page 109: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

101

Pemerintah Kota Serang yang merupakan unsur pelaksana tugas Walikota

di bidang lingkungan hidup yang dipimpin oleh seorang kepala. Susunan

organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Serang

sebagaimana berikut:

a. Kepala Badan Lingkungan HidupSekretaris BLHD Kota Serang b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Sub Bagian Keuangan d. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan e. Bidang Perencanaan dan Pengkajian dampak Lingkungan Hidup f. Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup g. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup h. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan i. Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar j. Sub Bidang Pengendalian Media Lingkungan k. Bidang konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup l. Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, m. Sub Bidang Penataan Lingkungan Hidup.

2. Susunan Kepegawaian Dan Perlengkapan

Dalam menjalankan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup

Daerah, perlu didukung oleh keberadaaan sarana dan prasarana, baik itu

berupa sumber daya manusia (kepegawaian), maupun sarana dan prasarana

(perlengkapan operasional).

Pegawai adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu badan

tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan

usaha. sementara pengertian dari Pegawai negeri adalah unsur aparatur

negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan

ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, negara dan

pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Page 110: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

102

Pegawai tentunya merupakan modal pokok dalam suatu organisasi

karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya

tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-

tugas yang ada dalam organisasi tersebut. Ketersediaan aparatur yang

berkualitas dalam pengelolaan suatu organisasi atau lembaga merupakan

hal yang sangat diperlukan. Baik buruknya organisasi ditentukan oleh

Sumber Daya Aparatur yang ada didalam menjalankan tugas dan

fungsinya. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sebagai salah

satu perangkat kerja pemerintah Kota Serang didukung oleh sejumlah

personil atau pegawai yang mengemban tugas dan fungsi sebagaimana

tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Serang No18 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Serang Nomor : 10 Tahun 2008.

Tabel 4.1 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

KOTA SERANG

Sumber : Perda No. 18 Tahun 2011

Page 111: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

103

Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi lembaga Teknis Daerah

Kota Serang. Peraturan Walikota Serang Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok

dan Fungsi lembaga Teknis Daerah Kota Serang.

Pada tahun 2012 susunan kepegawaian Badan lingkungan hidup

Daerah kota Serang menjadi badan lingkungan hidup daerah kota serang

Jumlah pegawai seluruhnya sebanyak 24 orang yang terdiri dari 24 orang

Pegawai negeri Sipil (PNS), dengan kualifikasi pendidikan sebagai

berikut : Master 5 orang, Sarjana Teknik 5 orang, Sarjana Ekonomi 4

orang, Sarjana Pendidikan 3 orang, Sarjana Sosial 1 orang, Sarjana

Psikologi 1 orang, Pertanian 2 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 1

orang, dan Diploma III 2.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian

yang telah diolah dari data mentah, dengan menggunakan teknik analisis data

yang relevan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif yang menghasilkan data baik berupa kata kata maupun

tindakan. Data kualitatif diperoleh melalui observai partisipasi posif, wawancara

mendalam, kajian pustaka, serta studi dokumentasi yang sesuai dengan focus

penelitian. Data-data kualitatif tersebut perlu dianalisis saat sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Page 112: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

104

Berikutnya untuk mempertajam analisis data, peneliti menggunakan

dimensi penilaian yang mengacu padateori yang dikemukakan oleh Donald Van

Metter dan Van Horn (Ali, Alam, 2012:110) diantaranya yaitu: Ukuran dan tujuan

kebijkan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecendrungan para

pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivita pelaksana, serta lingkungan

ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisis

yang dikemukakan oleh Miles dan Hamberrman (2009:20). Tujuannya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti serta membantu mempresentasikannya kepada

orang lain. Sepertiyang dijelaskan padabab sebelumnya yaitu padabab 3

(metodologi penelitian), Miles dan Hamberrman menjelaskan ada beberapa

langkah penting yang perlu dilakukan dalam menganalisis data, di antaranya

Koleksi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data mentah baik

melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka, serta studi dokumentasi,

tanpa adanya intervensi dari pikiran peneliti atau dengan kata lain data yang

bersifat apa adanya (verbatim). Langkah ke dua yaitu transkip data dengan cara

merubah catatan penelitian ke bentuk tertulis. Kemudian pembuatan koding yaitu

membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip, yang bertujuan untuk

menemukan hal-hal penting atau kata kunci dan selanjutnya diberikan kode.

Page 113: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

105

Adapun dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan

beberapa kode sebagai berikut:

1. Kode Q menunjukan item pertanyaan 2. Kode A menunjukan item jawaban 3. Kode I1-I10 menunjukan informan Penanggung Jawab 4. Kode I11- I20 menunjukan informan pendamping 5. Kode I21-22 menunjukan informan dari pihak masyarakat

Setelah itu adalah kategorisasi data, peneliti mulai menyederhanakan data

dan mengikat kata-kata kunci dalam suatubesaran yang disebut kategori.

Kemudian peneliti dapat mengambil kesimpulan walaupun maih bersifat

sementara, sampai pada langkah berikutnya peneliti melakukan proses check and

recheck (triangulasi) antara sumber data yang satu dengan sumber data lainnya.

Langkah terakhir dalah penyimpulan akhir, dengan catatan bahwa data penelitian

tersebut sudah jenuh dan disetiap penambahan data hanya akan memunculkan

ketumpangtindihan.

4.2.2 Daftar Nama Informan

Dalam penelitian yang berjudul implementasi Peraturan Pemerintah No 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang. Seperti yang sudah peneliti kemukakan pada BAB III, dalam

pemilihan informannya peneliti menggunakan teknik porposive sampling (sampel

bertujuan). Informan dalam penelitian ini adalah para stakholder dalam

Implementasi Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Page 114: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

106

Negri Sipil di Badan Lingkungan hidup Daerah Kota Serang baik dari pihak

pemerintah, maupun masyarakat .

Mengenai informan penelitian, peneliti membagi informan menjadi dua

yaitu key informan yang merupakan pihak yang memiliki kewenangan secara

langsung dalam implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang

Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, sedangkan

secondary informan adalah informan yang tidak terlibat secara langsung namun

memiliki pengetahuan atau informasi terkait implementasi Peraturan Pemerintah

No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2

Kodefikasi Informan Penelitian

No Kode Nama Keterangan 1 I1 Drs. H. Hafidi, ZA, MM -Kepala BLHD Kota Seang 2 I2 Yoyo Wicaksono -Kepala BKD Kota Serang 3 I3 H. Bunyamin, SE -Sekretaris BLHD Kota Serang 4 I4 Sukanta, S.Sos, M.Si -Kasubag Umum dan Kepegawaian

BLHD Kota Serang 5 I5 M. Agus Herry H, S.Psi -Kabid Konservasi dan SDA BLHD

Kota Serang 6 I6 Dra. Hj. Wiwi Widowati,

M.Si -Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

7 I7 Herunajaya, S.Pd, M.Si -Kabid Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup

8 I8 H. Bunyamin, SE -Sekretaris BLHD Kota Serang 9 I9 Supriyantoro, S.Pd -Kasubag PEP BLHD Kota Serang 10 I10 Ilham Amrullah, S.Si,

MM -Kasubag Keuangan BLHD Kota Serang

11 I11 Hendra Yoga Pranatha -Kasubid Pengendalian media lingkungan BLHD Kota Serang

12 I12 Yulia Hidayat, ST -Kasubid Pengendalian Sumber Pencemar BLHD Kota Serang

13 I13 Nurmainah, M.Si -Kasubid Perencanaan Lingkungan Hidup BLHD Kota Serang

Page 115: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

107

14 I14 Komarudin, ST -Kasubid Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup BLHD Kota Serang

15 I15 Ningsih, SE -Kasubid Konservasi dan SDA BLHD Kota Serang

16 I16 Ma’mur, SP -Kasubid Penataan Lingkungan Hidup BLHD Kota Serang

17 I17 Gumilar Suparlan -Pelaksana/Staff Sub Bagian Umum dan Kepegawian di BLHD Kota Serang

18 I18 Lina Herlina, SE -Pelaksana/Staff Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup di BLHD Kota Serang

19 I19 Novi Purwanto, ST -Pelaksana/Staff di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

20 I20 Hafiz Rahman, ST -Pelaksana/Staff di Bidang Perencanaan dan pengkajian Dampak Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

21 I21 Samsul Hidayat, SE -TKS Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

21

I22

Suharno

-Tokoh Masyarakat sekitar BLHD Kota Serang

22 I22 Awan Anhara, SE -Tokoh Pemuda Lingkungan BLHD Kota Serang

Sumber: Peneliti 2015

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian kali ini peneliti akan menguraikan pembahasan hasil

penelitian dengan didasari data yang peneliti proleh melalui hasil observasi,

wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan mengenai Implementasi

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Dispilin Pegawai Negri Sipil

(PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang yang meliputi beberapa

variabel, diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 116: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

108

1. Ukuran dan tujuan Kebijakan

Suatu tolak ukur dari suksesnya sebuah kebijakan di impelentasikan

adalah dari tujuan dan bagaimana kebijakan itu dilahirkan, dengan itu kinerja

dari implementasi kebijakan dapat diukur melalui tujuan dari kebijakan yang

telah ada, sebuah kebijakan dapat dikatakan berjalan dengan baik ialah

apabila antara tujuan dan implementasi kebijakan telah sesuai .

Dari dimensi ukuran dan tujuan kebijakan ini, peneliti menilai

beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu: Apa tujuan dari

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin pegawai Negri

Sipil, dan apa standar dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin pegawai Negri Sipil ini peneliti pertanyaan kepada I1

yang mengatakan bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin pegawai Negeri Sipil sebagaimana dalam wawancara

yang dikatakan oleh I1:

“Pegawai Sebagai Abdi dan pelayan masyarakat serta memberikan pelayanan dan contoh bagi masyarakat merupakan tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010, pegawai dituntut untuk profesional dan tanggung jawab didalam bekerja” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)

Kemudian I1 mengatakan bahwa standar keberhasilan dari

implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I1 :

“ Standarisasi dan ukuran dari berhasilnya peraturan pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Dispilin Pegawai Negeri Sipil ini ialah tugas-

Page 117: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

109

tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan Perarturan Walikota Serang No 47 Tahun 2013 tentang tugas pokok dan fungsi, dan ini dapat dilihat dari Sasaran Kinerja Pegawai sebagainana Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2011 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai ”(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)

Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelaskan bahwa

tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 Tentang Dispilin Pegawi

Negri Sipil, yang nantinya akan berdampak terhadap kinerja yang dihasilkan

dari displin tersebut, berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2:

“Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar semua Pegawai Negeri Sipil Disiplin Sehingga ini akan berbanding lurus dengan kinerja yang maksimal”. (Senin, 25 Mei 2015, pukul 10.00, di Kantor BKD Kota Serang)

Kemudian I2 mengatakan bahwa standar keberhasilan dari

implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I2 :

“ Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin ”( Senin, 25 Mei 2015, pukul 10.00, di Kantor BKD Kota Serang)

Sementara itu I3 menjelaskan bawa tujuan dari Peraturan Pemerintah

No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah untuk sebagai

pedoman kedisiplinan pegawai didalam bekerja, berikut pernyataan dari I3:

“Pegawai di dalam bekerja haruslah mempunyai dasar atau pedoman di dalam bekerja begitu pula dalam hal disiplin, Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil

Page 118: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

110

ini merupakan dasar pegawai di dalam melakukan tindakan .” (Jumat, 22 Mei 2015, pukul 11.00 WIB, di BLHD Kota Serang) Kemudian I3 mengetakan bahwa standar keberhasilan dari

implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I3 :

“ Kalau standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah adanya kesadaran tinggi bagi Pegawai Negri Sipil karena didalam peraturan disiplin ini ada hukuman bagi Pegawai Negri Sipil yang melanggar, bahkan bisa sampai pemecatan tergantung dari berat atau tidaknya pelanggran yang dilakukan pegawai Negri Sipil ”( Jumat, 22 Mei 2015, pukul 10.00, di BLHD Kota Serang)

Sementara itu I4 menjelaskan bahwa tujuan Peraturan Pemerintah No

53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil adalah agar didalam

menjalankan tugas selesai dengan baik, dengan demikian diharapkan tugas

pokok dan fungsinya dilaksanakan dengan tanggung jawab, berikut

pemaparan dari I4:

“Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ialah agar PNS menjadi disiplin sehingga didalam melaksanakan tugas pukok dan fungsinya dengan baik karena di dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini terdapat sanksi untuk pegawai yang tidak mentaati disiplin” (jumat 22 Mei 2015, pukul 14.00, di BLHD Kota Serang) Kemudian I4 mengetakan bahwa standar keberhasilan dari

implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I4 :

Page 119: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

111

“ Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut ”( Jumat, 22 Mei 2015, pukul 14.00, di BLHD Kota Serang)

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka

hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada oleh

narasumber sebagai berikut :

Pertma, Tujuan dari Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah agar Pegawai Negeri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang disiplin, dan

hal ini telah menjadi dasar bagi Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Darah Kota Serang untuk bekerja sebagaimana

Tugas Pokok dan Fungsinya masing masing jabatan yang dimiliki

pegawai.

Kedua, Standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang adalah seluruh pegawai menyadarinya bahwa

sebagai Pegawai Negeri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk

disiplin, dengan demikina Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang telah

di buat di awal tahun sebagai dasar menjalankan tugas selama satu

tahun dapat dilaksanakan sesuai sebagai mana target yang dibuat

antara Pegawai Negeri Sipil dan atasan langsungnya.

Page 120: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

112

2. Sumber Daya

Keberhasilan proses Implementassi kebijakan sangat tergantung

dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan

proses implementas i menurut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan dan kapabilitas dari sumber

daya–sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit

untuk dijalankan.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain

yang perlu diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya financial dan sumber

daya waktu. Karena mau tidak mau ketika sumberdaya manusia yang

kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui

anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk

merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.

Demikian pula halnya dengan sumberdaya waktu. Saat sumberdaya

manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi

terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun

dapat menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.Karena

itu sumberdaya yang diminta dan dimaksudkan oleh Van meter Van Horn

adalah ketiga bentuk sumberdaya tersebut.

Page 121: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

113

Pertama, Sumber daya Manusia, dalam hal ini menjadi pelaksana

dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil adalah Pegawi Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang. Namun di dalam pelaksanan Peraturan Pemerintah

No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini Satuan Kerja

Perangkat Daerah perlu adanya koordinasi dengan Badan Kepegawaian

Daerah dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang.

Mengenai sumber daya dalam Implementasi Peraturan Pemerintah

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, berikut wawancara pada I1:

“Pegawai Negeri Sipil di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang tentunya merupakan sumber daya mengenai Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini, mengenai kesiapan pegawai perlu di tigkatkan lagi karena ketntuan masuk kerja 07.30 WIB ada toleransi sampai 08.00 WIB, dan apel rutin pagi hari dilaksanakan tepat pukul 08.00 WIB, apabila terdapat pegawai yang sering tidak mengikuti apel rutin pagi hari, maka akan di tegur (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)

Dari kutipan wawancara diatas dapat dilihat bahwa kesiapan

Pegawai Negeri Sipil di dalam mengamalkan Peraturan Pemerintah No.

53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini masih cukup

baik namun perlu di tingkatkan kembali supaya di dalam

implementasinya sesuai dengan aturan yang ada.

Selanjutnya I1 juga menjelaskan bahwa terdapat sara dan prasarana

guna menunjang pegawai dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Page 122: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

114

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang, berikut pernyataan dari I1 :

“Guna mendukung pelaksanaan peraturan pemerintah mengenai tersebut di kami sudah ada absen secara elektronik yang dengan ini kehadiran pegawai sesuai dengan waktu kehadiranya, di BLHD juga sendiri telah memfasilitasi kendaraan dinas secara bertahap sesuai dengan tanggung jawabnya, dengan ini diharapkan ada timbul motivasi dan berpengaruh baik terhadap kinerja” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)

Dari kutipan wawancara diatas dapat dilihat bahwa di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang telah ada absensi secara

elektronik yang dengan ini diharapkan berpengaruh terhadap disiplin

pegawai karena dengan absen ini waktu hadir pegawai sesuai dengan saat

pegawai itu hadir, dan terdapat fasilitas kendaran oprasional yang

diberikan kepada pegawai namun dilihat dari beban kerja.

Dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini yang menangani masalah

kepegawaian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam hal ini Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ialah Kepala Sub Bagian umum

dan Kepegawaian Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, berikut

pernyataan dari I4 mengenai kesiapan dari pegawai Negri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dari peraturan Pemerintah No 53

Tahun 2010 Tentang Disipli Pegawai Negri Sipil:

Page 123: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

115

“Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup baik namun belum menjalankan sepenuhnya dari Peraturan Pemerinah tersebut, apabila dikatakan dalam bentuk persen yaitu belum mencapai 90% pegawai di dalam mentaati Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, maka perlu upaya kedepan untuk meningkatkanya supaya pegawai betul betul siap dan mengamalkan peraturan tentang disiplin ini, karena sebagai PNS telah mempunyai Nomor Induk Pegawai yang itu merupakan tanggung jawab sebagai pegawai” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)

Senada dengan apa yang disampaikan oleh I4, I3 juga

meyampaikan bahwa kesiapan Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang perlu adanya peningkatan guna kedepanya,

berikut pernyataan yang dikemukan oleh I3:

“ Mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang kesiapan mengenai disiplin sudah cukup baik, tanggung jawab dan kesadaran juga ada, namun perlu di tingkatkan lagi ketepatan didalam menjalankan kewajibanya,dikita sudah ada apel pagi namun didalam pelaksanaanya belum keseluruhan dari pegawai hadir dalam apel ini masih di dapati beberapa yang tidak hadir, ini yang harus di perbaiki ” (Senin, 25 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)

Untuk lebih jelanya mengenai aspek sumberdaya manusia dalam

implementasi Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Derah Kota Serang dari

jumlah pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Page 124: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

116

Tabel 4.4 Daftar Nama Pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

No Nama Pangkat/Golongan Jabatan 1 Drs. H. Hafidi, ZA,

MM Pembina Utama

Muda (IV/C) -Kepala Badan

2 H. Bunyamin, SE Pembina (IV/A) -Sekretaris 3 Supriantoro, S.Pd Penata Tk I (III/D) -Kasubag Program

Evaluasi dan Pelaporan

4 Ilham Amrullah, S.Si, MM

Penata Muda Tk I (III/B)

-Kasubag Keuangan

5 Sukanta, S.Sos, M.Si Penata Tk I (III/D) -Kasubag Umum dan kepegawaian

6 Lina Herlina, SE Penata muda (III/A) -Pelaksana 7 Rita Puspitasari Penata muda Tk I

(II/B) -Pelaksana

8 Bayu Karyanto, S.Sos Penata muda TK I (III/B)

-Pelaksana

9 Gumilar Suparlan Pengatur muda (II/A)

-Pelaksana

10 Herunajaya, S.Pd, M.Si Pembina (IV/A) -Kepala Bidang Perencanaan Dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup

11 Nurmainah, Se, M.Si Penata Tk I (III/D) -Kasubid Perencanaan Lingkungan Hidup

12 Komarudin ST Penata Tk I (III/D) -Kasubid Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup

13 Hafiz Rahman, ST Penata muda (III/A) - Pelaksana 14 Putriawanti, SP Penata muda (III/A) -pelaksana 15 Anita Viliana, ST, M.

Pd Penata muda Tk I

(III/B) -Pelaksana

16 Dra. Hj. Wiwi Widowati, M.Si

Pembina (IV/A) -Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan

17 Yulia Hidayat, ST, M.Si

Penata Tk I (III/D) -Kasubid Pengendalian Sumber Pencemar

18

Hendra Yoga Pranatha

Penata (III/c)

-Kasubid Pengendalian Media Lingkungan

19 Novi Purwanto, ST Penata muda (III/A) -Pelaksana 20 Yustina Eko Setiyarini,

SKM Pengatur TK I

(II/D) -Pelaksana

Page 125: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

117

21 M. Agus Herry H, S.Psi Penata Tk I (III/D) -Kepala Bidang Konservasi dan Penataan Lingungan Hidup

22 Ma’mur, SP Penata Tk I (III/D) -Kasubid Penataan Lingkungan Hidup

23 Ningsih, SE Penata Tk I (III/D) -Kasubid Konservasi dan SDA

24 Hj. Tri Sumarni, SE, MM, KES

Penata Tk I (III/D) -Kepala UPT LAB

25 Rany Herawati, SE Penata muda (III/A) -Kepala UPT LAB Sumber: BLHD Kota Serang 2015

Berdasarkan data pegawai Badan Lingkungan Hidup Daeah Kota

Serang terdapapat jabatan dari masing-masing pegawai, tergantung dari

pegawa di tempatkan, ada tugas pokok da fungsi dari masing masing

pejabat sebagaimana Peraturan Walikota Serang No. 47 Tahun 2013

Rentang Tugas Pokok dan Fungsi, ini sebagai dasar pegawai dalam

bekerja.

Mengenai aspek sumber daya manusia ini peneliti pertanyakan

kepada I5 yang merupakan Kepala Bidang Konservasi dan Sumber Daya

Alam, pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang terdapat tiga

Bidang yang dipimpin oleh eselon 3 (tiga) dan memiliki jabatan Kepala

Bidang yang membawahi eselon 4 (empat) atau Kasubid dibawahnya,

yang menjelaskan bahwa kesiapan Pegawai Negri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang belum siap sepenuhnya. Berikut

pernyataan menurut I5:

“Masalah kedisiplinan pegawai, menurut saya masih kurang walaupun sebetulnya hampir setiap rapat rutin mingguan, mengenai kedisiplinan ini selalu disinggung mengenai disiplin ini, karena kami

Page 126: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

118

untuk siap sepenuhnya hadir dikantor itu hampir jarang karena ada sebagian dari tugas kami itu kelapangan,khusus di Bidang kami pun ada perhatian khusus mengenai disiplin ini, dalam rapat kecil di bidang kami selalu saya sampaikan untuk meningkatkan disiplin” (Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)

Dari kutipan wawancara diatas, bahwa ada upaya yang dilakukan

mengenai disiplin Pegawai ini, terdapat apat rutin bulanan yang dilakukan

dan selalu dibahas tentang disiplin, namun pegwai berasumsi bahwa ada

pekerjaan yang diharuskan tidak di kantor melainkan harus keluar kantor,

maka apabila didapati pegawai tidak ada di tempat kerja pegawai ada di

tempat lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh I5, I6 pun menuturkan

bagaimana kedisiplinan di Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak

Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, dan I6

merupakan sebagai Kepala Bidangnya, yang membawahi 2 (dua) Kasubid

yaitu Kepala Sub Bidang Perencanaan Ligkungan Hidup dan Kepala Sub

Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.

“Pada bidang saya pada umumnya telah mengetahui dan siap menjalankan disiplin, karena Sebagai Pegawai Negri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk bekerja dengan baik ya salah satunya dengan disiplin” (Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)

Berangkat dari hasil wawancara di atas peneliti menganalisis

bahwa indikator dari aspek sumber daya manusia mengenai kedisiplinan

sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Page 127: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

119

Pegawai Negri Sipil sudah cukup memahami dan menjalankan

sebagaimana peraturan yang ada, dan kesadaran sebagai Pegawai Negri

Sipil telah ada dalam diri pegawai namun dalam hal ini perlu ditingkatkan

lagi untuk kedepanya supaya dari bekerja secara disiplin dan

mengamalkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil dengan sepenuhnya dan akan berpengaruh terhadap

kinerja yang maksimal.

Kedua sumber daya financial untuk biaya dalam bagaimana untuk

Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang,

berikut pernyataan dari I1:

“Untuk biaya mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ini tentunya bersumber dari APBD Kota Serang, melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, melaluin sosialisasi, dan perwakian dari SKPD se Kota Serang dan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang disiplin PNS.” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10 .00, BLHD Kota Serang)

Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelakan

bahwa biaya dari Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, berikut yang disampaikan oleh I5:

“ Ya tentu ada,dalam bentuk sosialiasi disiplin PNS, perwkilan Pegawai diundang untuk menghadiri kegiataan tersebut dan ini biasanya dihadiri oleh Kasubag Umum dan Kepegawaian yang nantinya setelah dilakukan sosialisasi mengenai disiplin ini diharapkan menularkan ilmu yang didapat kepada rekan-rekan di kantornya, dan cara sosialisasi ini dilaksanakan pada tahun hanya dilakukan di ruang rapat pemkot sendiri, yang semula tahun sebelumnya sosialisai ini dilakukan bias di luar daerah daram waktu

Page 128: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

120

setidaknya 3 (tiga) hari, agar pegawai melekat benar bagaimana disiplin PNS dan ada sosialiasai berbentuk fisual, agar PNS bias mengingatkan bahwa sebagai PNS mempunyai kewajiban dan larangan sebagaimana PP 53 Tahun 2010, ” (Selasa, 26 Mei 2015 Pukul 13.00, BKD Kota Serang)

Untuk lebih jelasnya kita lihat Sosialisasi Peraturan Pemerintah No.

53 Tahun 2010 Tentang Disipli Pegawai Negri Sipil terkait larangan dan

kewajiban sebagai abdi negara:

Gambar 4. 5 Sosialisasi Hak dan Kewajiban PNS

Berdasarkan wawancara diatas mengenai sumber daya financial

implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

ialah bersumber dari APBD Kota Serang, kegiatan ini dilakukan dalam

Page 129: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

121

bentuk sosialisasi kepada pegawai mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil

ini dan di hadiri perwakilan SKPD.

Ketiga, sarana dan prasaran dalam Implementasi Peraturan

Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawi Negeri Sipil di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah ada upaya untuk itu,

namun penggunaanya yang belum maksimal, berikut merupakan

pernyataan I4:

“Sebenarnya sarana dan prasarana agar bagaimana Pegawai Negeri disipin itu sudah ada, Alhamdulillah sekarang kita sudah menggunakan absen secara elektronik, jalas ini real datang dan pulangnya pegawai, namun hasil dari absen elektronik belum dijadikan acun untuk penindakan indisipliner atau terhadap naik pangkat ataupun jabatan” Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)

I4 juga menjelaskan bawa sarana dan prasarana yang telah ada

dalam hal ini absen secara elektronik masih dapat dijumpai pegawai yang

lupa untuk absen, padahal pegawai telah datang sesuai waktunya, berikut

merupakan penjelasan dari I4:

“ Walaupun sudah ada absen secar elektronik, namun kadang masih ada pegawai yang lupa untuk absen elektronik, maka hal ini kami siasati dengan memasang tulisan pengingat bagi pegawi yang lupa absen” Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)

Page 130: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

122

Gambar 4.6

Absen Elektronik di BLHD Kota Serang

Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelaskan bahwa

mekanisme pemberian sangksi sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang telah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku,

berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2:

“Badan Lingkunagan Hidup Daerah Kota Serang ada tindakan disiplin berat yang dilakukan selama dua tahun belakangan ini, dan telah menempuh prosedur sebagaimana peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, BLHD telah menyampaikan penindakan yang telah dilakukan secara internal dan kami menerima laporannya utuk membuat tim guna menjatuhkan sangksi disiplin.

Sebagaimana wawancara diatas, I5 yang merupakan kepala bidang

konservasi dan SDA pernah menemui pegawai yang sebagai Kepala Sub

Bidang melanggar sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Page 131: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

123

Tentang Disipin pegawai Negri Sipil ini, berikut pernyataan yang

disampaikan oleh I5 :

“Pegawai yang melanggar aturan disiplin Pegaawi Negeri Sipil pernah ada di bidang saya, teguran secra lisan telah saya lakukan secara terus menerus namun pegawi yang bersangkutan tetap saja tidak masuk kerja, lalu saya layangkan teguran 1 (satu) sampai dengan teguran yang 3 (tiga) namun tetap saja tidak ada peruubahan, dan akhirnya dibentuknya tim oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang guna melakukan pemeriksaan kepada yang bersangkuan, dan akhirnya dijatuhi hukuman yaitu pembebasan dari jabatan’

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana dalam Peraturan Pemerinta

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingkungn Hidup Daerah Kota Serang meliputi Satuan Kerja Perangkat

daerah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang akan terlibat

implementasian kebijkan publik .

Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan

(public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan

publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tindakan manusia

secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik

keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.

Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku

dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang diturunkan

tidak sekeras dan tidak setegas pada gambar yang pertama.Selain itu

Page 132: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

124

cakupan atau luas wilayah Implementasi kebijakan perlu juga diperhatikan

manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan

Implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang

dilibatkan.

Dalam dimensi karakteristik peneliti menilai bebrapa aspek yang

terkandung di dalamnya, yaitu karakteristik agen pelaksana, standar

oprasional ytem dan sanksi.

Pertama, karakteristik agen pelaksana Peraturan Pemerintah

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam hal ini

pihak-pihak yang terlibat yaitu antara lain Pegawai Negri SIpil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. SKPD di Kota Serang yang

terkait dalam Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang:

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dan Badan Kepegawian

Daearh Kota Serang dalam hal ini kaitanyanya yaitu Pembina

Kepegawaian di Kota Serang.

Peran atau karekteristk dari para agen pelaksana Implementasi

Pertaturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil di Badan Lingkugan Hidup Daearh Kota Serang yaitu

melibatkan berbagai pihak baik itu dari dinas terkait, berikut pernyataan

dari I1 terkait peran dinas terkait Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010

Page 133: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

125

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daeah

Kota Serang:

“Dalam pembinaan pegwai secara langung diserahkan oleh atasananya masing masing kalau kabid membina kasubidnya dan kasubid membawahi pelaksana dibawahnya dan seterusnya, dan perkembanganya di pantau oleh Badan Kepegwaian Daeah melalui kasubag Umum dan Kepegawaian disini ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) Menurut I5 mengenai bagaimana Pelaksanaan dari PP No 53

tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang sebagai berikut

wawancaranya:

“Pelaksanaan PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku, bawahan saya contohnya pernah ditindak jatuhi hukuman disiplin sebagainama Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.” ”.(Senin, 24 Mei 2015 Pukul 14.00 BLHD Kota Serang) Dari kutipan wawancara diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa

Pelaksanaan Peraturan Pemerinah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku, dan penjatuhan

hukuman dilakukan sesuai dengan bagaimana kesalahan yang dilakukan

bertentangan dengan peraturan disiplin.

Sementara I2 menjelaskan bahwa perannya dalam sebagai

Kordinator dari Implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang, berikut pernyataan dari I2:

Page 134: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

126

“Peran Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang merupakan sebagai penampung dari laporan laporan menganai disiplin dalam hal ini, kita menerima lapran dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bagaimana perkembangan pegawai didalam melaksanakan disiplin, tiap akhir bulan kami menerima hasil rekapan absen pegawai di Kota Serang, dengan dasar itu kami bias melihat bagaiaman kedisiplinan Pegawai di Kota Serang, karena yang lebih mengetahui bagaiman pegawai itu ialah SKPD itu sendiri” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) Mengenai bagaimana pelaksanaan dari PP No 53 tentang disiplin

PNS di BLHD Kota Serang telah dilakukan sebgaimana mestinya, dan

telah melalui prosedur sebagaimana mestinya untuk menangani apabila

ada pegawai yang tidak mentaati peraturan disiplin Pegawai Negri Sipil,

berikut wawancara yang dilakukan oleh I1:

“Apabila ada pegawai yang melanggar dari peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, dilihat dahulu bagaimana tingkat pelanggaranya, yang selanjutnya dilakukan penagananya sesuai aturan yang ada. ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) I1 menjelaskan bagaimana bentuk dan mekanisme Sanksi yang

diberikan terhadap pegawai yang belum mentati sesuai dengan PP No 53

tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang, berikut hasil

wawancara yang dilakukan oleh I1 :

“Apabila ada pegawai yang tidak mentaati peratuan disiplin sebagaimana aturan yang ada pertama teguran secara lisan oleh atasan langsung pegawai, apabila pegawai tidak mengindahkan teguran tersebut selanjutnya dilayangkan surat teguran secara tertulis kepada yang bersangkutan, secara bertahap yaitu teguran 1, 2, dan 3, selanjutnya ada pernyataan tidak tertulis yang dilayangkan oleh atasan langsungnya, apabila tahap ini tidak

Page 135: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

127

berdampak baik, selanjutnya dilaporkan kepada Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang selanjutnya ditangani dan dipelajari untuk penjatuhan hukumannya,setelah itu dibuat tim guna melakukan pemeriksaan dan selanjutnya dijathi hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pegwai yang bersangutan” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang)

Adapun bentuk sanksi yang di berikan terhadap pegawai yang tidak

mentaati Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

dan telah ditindak sebagaimana aturan yang ada sebagai berikut :

Gambar 4.8 Sanksi Kepada Pegawai yang telah melanggar Aturan Disiplin

Pegawai Negri Sipil

4. Sikap dan kecenderungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan

sangat banyak mempengaruhi keberhasian atau tidaknya kinerja

Implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena

Page 136: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

128

kebiakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi Pegawai Negri Sipil

yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

Tetapi kebijakan yang akan implementor pelaksanaan kebijakan adalah

kabijakan “dari atas” (top-down) yang sangat mungkin para pengambil

keputusan tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh)

kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang pegawai ingin selesaikan.

Dalam dimensi penilaian mengenai disposisi para pelaksana

terdapat dua elemen penting yang perlu diperhatikan karena sangat

berpengaruh terhadap kinerja implementaii kebijakan, yakni kognisi

(pemahaman) serta respon (dukungan/persetujuan) agen pelaksana.

Pertama, kognisi (pemahaman) masih banyak yang belum

memahami mengenai apa itu Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil seutuhnya. Berikut pernyataan yang

disampaikan oleh I14:

“Kalau melihat kenyataanya si memang ada sebagian yang sudah melakukan kedisiplinan dan ada sebagian juga yang masih perlu meningkatan kedisiplinan maka ujungnya mungkin berpulang kepada diri masing masing, bagaimana mendefinisikan definisi kerja itu sendiri, dan sebetulnya sebagai Pegawai Negri Sipil harus bisa membaca dan kedepanya memahaminya, namun masih ada pegawai yang belum membaca PP tersebut seperti apa” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 13.00 BLHD Kota Serang) Senada dengan yang diutarakan oleh, berikut pernyataan dari I14,

I15 mengajelaskan bahwa Pemahaman dari pegawai masih kurang

menjalankan sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Page 137: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

129

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, berikut pernyataan yang

disampaikan oleh I14:

“Menurut saya belum mencapai setengahnya dengan adanya peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, yang mengetahui dari PP tentang DIsiplin PNS paling pegawai yang lama-lama saja namun untuk pegawai yang baru itu belum tau, maka perlu di tingkatkan misalnya dengan memberikan salinan dari PP tersebut ini merupakan upaya guna menigkatkan agar pegawai paham bagaimana PP tersebut” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 14.00 BLHD Kota Serang)

Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukan oleh I14, I5 yang

merupakan Kasubag Umum dan Kepegawain Badan lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang bahwa masih perlu adanya upanya guna memberikan

pemahaman seutuhnya dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang, berikut pemparan yang disampaikan oleh I5 :

“Pemahaman yang dimiliki oleh pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih dirasa kurang apabila di presentasikan dalam persen belum mencapai 90 %, dengan ini masih dirasa perlu adanya upaya guna memberikan pemahaman khususnya mengenai disiplin secara menyeuruh” ”.(Senin, 24 Mei 2015 Pukul 10.00 BLHD Kota Serang)

Berdasaran hasil wawancara denga narasumber mengenai

pemahaman dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini masih kurang dipahami secara

mendalam bagaimana peraturan mengenai disiplin Pegawai Negri Sipil ini,

dikarenakan kekurang pedulianya pegawai untuk membaca dan memahami

Page 138: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

130

hak dan kewajibanya sebagai Pegawai Negri Sipil, maka diperlukanya

kegiatan khusus mengenai hal ini.

Kedua, respon para pelaksana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil yang dalam hal ini Pegawai

Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daearah Kota Serang itu sendiri,

berikut pernyataan dari I13 sebagai Kasuid Pengkajian Dampak

Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang:

“Apabila seseorang diangkat menjadi pegawai Negri Sipil ada istilah yang dinamakan PRAJABATAN ,di dalam prajab itu dikenalkan bagaiaman kewajiaban dan haknya sebagai PNS maka harusnya terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang disiplin ini harus menjalankanya tetapi setelah pegawai resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil kedisiplinan agak dikesampingkan ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 13.00 BLHD Kota Serang)

Senda dengan yang diutarakan oleh I13, 10 pun menuturkan bahwa

seharusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil mau tidak mau harus merespon

baik mengenai disiplin ini, karena sebagai Pegawai Negeri Sipil itu

merupakan pengabdian, berikut pemaparan yang disampaikan oleh I10

mengenai bagaimana respon Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang mengenai Peratuan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang disiplin Pegawai Negri Sipil :

“Sebagai Pegawai Negri Sipil itu siap tidak siap harus melaksanakan kita sebagai Pegawai Negeri Sipil, karena kita sebagai Pegawai Negri Sipil itukan bekerja untuk bagaimana

Page 139: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

131

kenyamanan bagi masyarakat sesuai tupoksinya, dan untuk menerapkan kedisiplinan itu tergantung bagaimana daerah utuk menerapkannya dalam hal ini BLHD nya” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 15.00 BLHD Kota Serang) Berdasaran hasil wawancara dengan narasumber mengenai respon

dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 Tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini sebetulnya Pegwai Ngeri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang telah menyadari mereka sebagai

Pegawai Negri Sipil haruslah mentaati aturan yang ada .

Selanjutnya I1 juga menjelaskan bagaimana fasilitas dan yang

diberikan guna menunjang Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang

disiplin Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:

“ Dikami fasilitas yang diberikan kepada pegaai diberikan berjenjang sesuai dengan jabatan dan beban kerjanya secara bertahap, untuk eselon dua dan tiga telah terpenuhi kendaraan dinas berupa mobil, dan tunuk eselon 4 sedang diupayakan untuk kendaraan roda dua dengan ini diharuskan pegawai disiplin dalam bekerja karena tidak ada lagi alsan untuk tidak disiplin, malu dong diberikan fasilitas oleh negara namun kerjanya males malesan” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) I8 pun menuturkan bagaimana upaya fasiitas yang diberikan guna

memberikan kenyamanan pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang didalam bekerja, berikut hasil wawancara

dengan I8 sebagai Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang :

Page 140: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

132

“ Usulan fasilitas yang berikan oleh pemerintah daerah guna pegawai ini direspon baik, dikami untuk tahun 2015 kemarin mengusulkan kendaraan dinas roda empat (mobil) mengusulkan 3 unit, ini untuk memenuhi pejabat eselon dua dan tiga yang ada, karena didalam peraturanya kendaraan roda 4 (mobil) diberikan untuk eselon 2 dan 3, dan untuk di anggaran perubahan 2015 ini BLHD mengusulkan kendaraan dinas roda 2 (motor) guna memenuhi eselon 4, dan ini berikan secara bertahap” (Senin, 01 Juni 2015 Pukul 10.00 BLHD Kota Serang)

Berikutnya mengenai fasilitas yang diberikan kepada

Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang, peneliti mewancarai I8 yang merupakan Kasubag

Keuangan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang,

berikut hasil wawancara dengan I8 :

“Dipemerintahan Kota Serang ada yang namanya tunjangan pegawai yang diberikan berdasarkan jabatan yang dimiliki, ini dicairkan setiap akhir bukan sekali dan berdasarkan absen pegawai, fasilitas yang digunakan untuk mengontrol absen ini Alhamdulillah sudah menggunakan absen elektronik yang semula menggunakan absen manual, dengan fasilitas absen elektronik ini diharapkan motivasi pegawai didalam menjalankan disiplin meningkat” (Senin, 01 Juni 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang) Berdasarkan wawancara dengan narasumber mengenai bagaimana

fasilitas yang diberikan dan digunakan guna menunjang Implementasi

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang disiplin Pegawai Negri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah kota Serang sudah terbilang

cukup, karena di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ada

fasilitas kendaraan dinas yang diberikan berdasarkan beban kerja dan ada

absen elektronik yang digunakan untuk mengontrol kehadiran Pegawai di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Page 141: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

133

5. Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktivitas Pelaksana

merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan

publik. Semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.

Dari dimensi ini, peneliti membaginya ke dalam aspek penilaian, yaitu

koordinasi dan sosialisasi.

Pertama koordinasi, sejauh ini koordinasi yang dilakukan oleh

pihak terkait dari Implementasi Praturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang, hal ini dikemukakan oleh I1, beliau menjelaskan:

“Koordinasi yang dilakukan mengenai kedisiplinan yang pertama adalah koordinnasi di BLHD sendiri dalam artian atasan langsung yang mengontrol bagaimana pejabat atau pegawai dibawahnya, selanjutnya koordinasi yang dilakukan ialah dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, sebagai relasi kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kota Serang mengenai kepegawaian, dan apabila ada pegawai yang tidak mentaati peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini maka didalam mengambil tindakan atau penjatuhan sanksi kami berkordinasi dengan BKD” (Senin, 22 mei 2015 Pukul 10.00 BLHD Kota Serang)

Senada dengan apa yang dipaparkan oleh I1, I2 yang merupakan

dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang menjelaskan bahwa badan

Kepegawaian Daerah merupaka mitra kerja Satuan Kerja Perangkat

Page 142: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

134

Daerah di Kota Serang dalam hal Kepegawaian, berikut hasil wawancara

dengan I 2 :

“Badan Kepegawian Daerah Kota Serang dalam kedisiplinan merupakan sebagai mitra kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Serang dalam hal ini BLHD pun didalamnya mengenai kedisiplinan, salah satu yang dilakukan ialah seluruh Bsen Pegawai Negri Sipil di Pemerintahan Kota Serang tiap bulanya di setorkan kepada Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang guna mengecek bagaimana tingkat kedisiplinanya, dan apabila ada pegawai yang tidak disiplin sebagaimana aturan makan dicek apakah sudah dilakukan penindakan pada SKPD pegawai tersebut apabila sudah dan tidak ada perubahan kearah yang baik maka Badan Kepegawaian Darah Kota Serang akan menindaknya ssebagaimana Peraturan Pemerintah no, 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil. (Rabu, 26 Mei 2015 Pukul 09.00 BKD Kota Serang)

Kedua , sosilisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, berikut pemaparan I1 :

“sering kami lakukan sosialisasi mengenai disiplin pegawai ini setiap rapat internal mingguan tidak bosan-bosan sering saya singgung, bahkan setiap akhir bulan, absen elektronik itu diambil datanya dan dibacakan di forum rapat internal kami guna mengetahui pegawai mana yang bagus dan mana yang perlu dibina“(Senin, 22 Mei 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai bagaimana

koordinasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin Pegawai Negri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ialah kepada Badan

Kepegawaian Daerah Kota Serang telah dilakukan sebagaimana

terkandung di dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil.

Page 143: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

135

Begitu halnya sosialisasi yang dilakun oleh Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang, Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang pun

melakukan sosilisi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah, berikut hasil

wawancara kepada narasumber I2 :

“Sosialisasi yang kami lakukan kepada Satuan Perangkat Kerja Daerah di Kota Serang terus dilakukan hal ini bertujuan agar pegawai disiplin, biasanya kami mengundang utusan yang membidangi kepegawaian yaitu Kapala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada SKPD guna menghadiri sosilisasi disiplin ini, yang diharapkan sepulang dari acara sosialisasi yang kami lakukan utusan SKPD ini memberitahu atau menularkan bagaimana kedisiplinan itu kepada pegawai dikantornya masing masing (Rabu, 26 Mei 2015 Pukul 09.00 BKD Kota Serang)

Berdarkan hasil wawancara diatas mengenai sosialiasai dari

Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil yang

dilakukan Badan Lingkungan Hidup Darah Kota Serang maupun Badan

Kepegawaian Daerah Kota Serang sebagai partner kerja Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang ada di Kota Serang, peneliti menilai bahwa

sosialisasi yang dilakukan yang dilakukan sudah cukup baik, walaupun

memang masih dirasa kurang karena belum menyeluruhnya dilakukan

sosialisasi.

6. Lingkungan Eksternal

Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial,

ekonomi serta politik dari tempat kebijakan tersebut dijalankan. Berdasarkan

hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahi bahwa

lingkungan eksternal yang menjadi faktor determinan dalam keberhasilan

Page 144: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

136

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dari

pegawai di Badan Lingkugan Hidup Daerah Kota Serang dan pengaruhnya

terhadap disiplin Pegawai Negri Sipil sebagaimana yang tertuang didalam

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negri

Sipil, peneliti melakukan wawancara dengan I15 Sebagai berikut :

“Sebetulnya si banyak sekali seseorang itu bisa disiplin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, kalau pegawai itu kondisinya nyaman, baik itu kondisi ekonomi, social dari kondisi politik di lingkungan kerja maka akan berpengaruh terhadap disiplin” (Rabu, 06 Mei 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang)

I3 pun menuturkan bagaimana kondisi ekonomi, sosial, dan politik

terhadap kedisiplinan sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang, berikut wawancara dengan I3 :

“Kondisi kenyamanan dalam bekerja itu sanyat berpengaruh, pegawai akan merasa nyaman bekerja apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan bekerja baik, dikami ada pegawai yang tidak disiplin dan telah dijatuhi sangksi itu karena tidak masuk kerja dikarenakan mempunyai banyak hutang dan istri sehingga banyak orang yang nyeri, dan tentu ini mengganggu kenyamanan didaam bekerja” (Rabu, 03 Juni 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang)

Page 145: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

137

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Kebijakan mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai negeri Sipil, dengan ditetapkannya Peraturan

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai negeri Sipil ini

di bertjujuan agar seluruh Pegawai Negeri Sipil disiplin, begitu pula

halnya dengan Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang.

Pembahasan penelitian merupkan isi dari hasil analisis data dan

fakta yang peneliti dapatkan dilpangan serta dis\esuaikan dengan teori

yang digunakan, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori

implementasi kebijakan publik menurut Donald Van Metterdan Carl Van

Horn (1975) dalam Agustino (2008) mengenai dasar-dasar kebijakan

publik. Teori tersebut digunakan untuk mengukur sejauhmana

keberhasilan implementasi kebijakan publik melalui beberapa dimensi

penilaian, diantaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya,

karakteristik agen pelaksana, disposisi agen pelaksana, komunikasi antar

organisassi serta lingkungan eksternal.

1. Ukuran Dan Tujuan Kebijakan

Adapun pembahasan yang telah peneliti paparkan mengenai

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Page 146: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

138

negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, yakni

sebagai berikut:

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh

maka hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada

oleh narasumber sebagai berikut :

Pertma, Tujuan dari Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah agar Pegawai Negeri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang disiplin, dan

hal ini telah menjadi dasar bagi Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Darah Kota Serang untuk bekerja sebagaimana

Tugas Pokok dan Fungsinya masing masing jabatan yang dimiliki

pegawai.

Kedua, Standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang adalah seluruh pegawai menyadarinya bahwa

sebagai Pegawai Negeri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk

disiplin, dengan demikina Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang telah

di buat di awal tahun sebagai dasar menjalankan tugas selama satu

tahun dapat dilaksanakan sesuai sebagai mana target yang dibuat

antara Pegawai Negeri Sipil dan atasan langsungnya.

Adapun atas dimensi pada dimensi Ukuran dan Tujuan

Kebijakan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Badan

Page 147: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

139

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat dilihat dalam bentuk

tabel di bawah ini :

Tabel 4.3

Hasil Penilaian Atas Dimensi Ukuran Dan Tujuan Kebjakan

Kriteria penilaian Hasil penilaian Kategori

Kejelasan 1. Tujuan dari Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah jelas dipahami oleh para Pegawai Negeri Sipil di BLHD Kota Serang

2. Standar dari Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil sudah jelas dipahami oleh Pegawai Negeri Sipil di BLHD Kota Serang

- Baik

- Baik

Sumber: peneliti 2015

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas, peneliti menganalisis

bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang

Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar Pegawai Negri Sipil Disiplin dan

didalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang sudah

diberikan kepada Pegawai sesuai jabatan yang dimiliki sehingga ini sebagai

acuan dari baik atau tidaknya pegawai didalam bekerja.

Selanjutnya standar dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah kesadaran dan tanggung jawab

Pegawai Negri Sipil sebagai Pegawai Negri sipil yang mempunya kewajiban

Page 148: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

140

menjalankan tugas dengan baik, dan dengan kesadaran yang baik yang

dimiliki oleh Pegawai Negri Sipil akan berdampak terhadap kinerja yang

maksimal dan didalam melaksanakan tugasnya sesuai denggan apa yang telah

di rencanakan sebelumnya karena dimasa ini terdapat Peraturan Pemerintah

No 46 Tahun 2010 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai yang dimana Pegawai

Negri Sipil di awal tahun membuat rencana kerja untuk periode satu tahun

sebagai bahan dasar penilaian Pegawai Negri Sipil.

2. Sumber Daya

Sumber daya manusia adalah faktor pertama dan utama dalam

mendukung keberhasilan dalam implementasi kebijakan pengembangan

KEK Tanjung Lesung, karena manusia adalah faktor penggerak laju

implementasi suatu kebijakan. Sebagimana yang diungkapkan oleh

Agustino (2008:142) bahwa tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses

implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkaulitas

sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan yang ditetapkan

secara politik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber daya

itu nihil, maka kinerja kebijakan publik akan sulit untuk diharapkan

Mengacu pada data yang diperoleh mengenai sumber daya waktu,

peneliti menyimpulkan bahwa implementasi Peraturan – Pemerintah No.

53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup bagus terlihat dari

adanya kesadaran dari pegawai dan adanya upaya untuk menjadi Pegawai

Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang lebih baik.

Page 149: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

141

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maupun

data yang didapati maka hasil penilaian atas dimensi Sumberdaya adalah

sebagai berikut :

Pertama, Apabila dilihat dari kesiapan Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang terhadap Peraturan Pemeintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah sudah baik, Pegawai

negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah

menjalankanya sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, ini tidak terlepas dari peran pimpinan

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang yang menjadikan

pertemuan rutin rapat mingguan sebagai tempat untuk mengevaluasi kinerja

Pegawainya, termasuk kedalam disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lignkungan Hidup Daerah Kota Serang, agar kedepanya ada penigkatan kea

rah yang lebih baik.

Kedua, Dukungan dana guna menunjang dari Implementasi Peraturan

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah

bersumber dari Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD) Kota Serang,

melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, dengan menundang pejabat

yang menangani kepegawaian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

di Kota Serang,dengan demikian dukungan dana terhadap Impelentasi

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih kurang, karena

belum ada dana khusus untuk Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

Page 150: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

142

dalam memberikan pemahaman Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini, karena dana yang dimiliki Badan

Kepegawaian Daerah Kota Serang hanyalah perwakilan dari SKPD di Kota

Serang.

Ketiga, Sarana dan Prasarana yang ada Pada Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang ialah telah ada absensi secara elektronik dan ini

merupakan hasil dari pengadaan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang,

dengan ini kehadiran dari Pegawi Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang terekam oleh absen elektronik tersebut sehingga

kehadiran dan pulang dari pegawawai itu real sebagaimana pegawai tersebut

datang dan pulang.

Adapun atas dimensi pada dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Atas Dimensi Sumberdaya

Karakteristik penilaian Hasil penilaian Kategori Dukungan sumber daya manusia

kesiapan PNS di BLHD Kota Serang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negri sipil

- Baik

Dukungan dana Dana dan anggaran dalam menunjang dari Implementasi PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang

- belum baik

Page 151: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

143

Dukungan sarana dan prasarana

sarana dan prasaran yang ada dalam menunjang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang

- Baik

Sumber: peneliti 2015

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana dalam Peraturan Pemerinta

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingkungn Hidup Daerah Kota Serang meliputi Satuan Kerja Perangkat

daerah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang akan terlibat

implementasian kebijkan publik .

Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan

(public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan

publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tindakan manusia

secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik

keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.

Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku

dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang diturunkan

tidak sekeras dan tidak setegas pada gambar yang pertama.Selain itu

cakupan atau luas wilayah Implementasi kebijakan perlu juga diperhatikan

Page 152: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

144

manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan

Implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang

dilibatkan.

Dalam dimensi karakteristik peneliti menilai bebrapa aspek yang

terkandung di dalamnya, yaitu karakteristik agen pelaksana, standar

oprasional yitem dan sanksi

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka

hasil penilaian atas dimensi Karakteristik Agen Pelaksana adalah sebagai

berikut :

Pertama, Implemetasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang sudah sesuai dengan sebagaimana ketentuan peraturan yang

berlaku, dan didalam menjatuhkan hukuman dilakukan sebagaimana

kesalahan yang dilakukan oleh pegawai, didalam penjatuhan hukuman telah

melibatkan stake holder terkait Ipmlementasi Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 yaitu adanya teguran peran dari atasan langsung dan pimpinan

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang serta adanya campur

tangan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang selaku pembina

kepegawaian pada Satuan Kerja Prangkat Daerah (SKPD) di Kota Serang.

Kedua, Bentuk dan mekanisme penjatuhan sanksi yang diberikan

terhadap pegawai yang belum mentaati sebagaimana Peraturan Pemerintah

No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri di Badan Lingkungan

Page 153: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

145

Hidup Daerah Kota Serang telah dilaksanakan sebagaimana aturan yang ada

yaitu adanya teguran secara tertulis dari atasan langsung secara bertahap

kepada pegawai yang tidak mentaati aturan disiplin yang berlaku. Adapun

atas dimensi pada dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan Peraturan

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Atas Dimensi Karakteristik Agen Pelaksana

Dimensi penilia Hasil penilaian Kategori

Karakteristik agen pelaksana

1. Peran dari Stake holder dalam PP No 53 tentang disiplin PNS

2. Pelaksanaan dari PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang

- Baik

- Baik

Standar oprating system

1. Bentuk dan mekanisme Sanksi yang diberikan terhadap pegawai yang belum mentaati sesuai dengan PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang

- Baik

Sumber: peneliti 2015

4. Sikap dan kecenderungan (disposition) para pelaksana

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka

hasil penilaian atas dimensi Sikap (Disposition) Para Pelaksana adalah

sebagai berikut :

Page 154: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

146

Pertama, Pemahaman Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Darah Kota Serang terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil masih kurang dipahami secara

mendalam, ini bias terjadi karena kurang pedulianya pegawai untuk membaca

dan memahami bagaimana hak dan kewajiban serta sanksi sanksi sebagai

Pegawai Negeri Sipil.

Kedua, Respen Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disipin Pegawai Negeri Sipil sudah cukup baik, karena pegawai

telah menyadari sebagai Pegawai Negeri Sipil merupakan tanggung jawab

dan harus mentaati aturan yang ada mengenai Pegawai Negeri Sipil dalam hal

ini Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

Ketiga, Fasilitas yang diberikan guna menunjang dari Peraturan

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah terbilang cukup,

fasilitas kendaraan dinas yang diberikan berdasarkan beban kerja, dan di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang menggunakan absen

elektronik yang merupakan sebagai alat mengontrol kehadiran Pegawai

Negeri Sipil Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Adapun atas dimensi pada dimensi Sikap (Disposition) Para

Pelaksana dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :

Page 155: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

147

Tabel 4.10

Hasil Penilaian Atas Dimensi Sikap (Disposition) Para Pelaksana Dimensi penilia Hasil penilaian Kategori Pemahaman pemahaman para

Pegawai terkait PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS

- Belum Baik

Respon respon peawai BLHD

Kota Serang terhadap PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS

- Baik

Fasilitas fasilitas dan yang

diberikan guna menunjang Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS

- Baik

Sumber: Peneliti 2015

5. komunikasi antar organisasi

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka

hasil penilaian atas dimensi komunikasi antar organisasi adalah sebagai

berikut :

Pertama, koordinasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup

Darah Kota Serang dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah melakukan

sebagaimana yang terdapat aturan disiplin yang ada yaitu adanya

koordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Serang

mengenai bagaimana Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Page 156: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

148

Kedua, Sosialiasai yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang maupun Badan Kepegawai Daerah (BKD) sebagai

relasi dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil peneliti menilai sosialisasi sudah

dilakukan masih dirasa kurang, karena belum menyuluruhnya sosialiasi

yang dilakukan kepada Pegawai Negeri Sipil.

Adapun atas dimensi Komunikasi Antar Organisasi dan AKtifitas

dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 4.11 Hasil Penilaian Atas Dimensi Komunikasi Antar Organiasi Dan

Aktivitas Pelaksana

Karakteristik Penilaian Hasil penilaian Kategori Koordinasi 1. Koordinasi antar

Pegawai BLHD dengan atasan langsung Pegawai Negri Sipil BLHD

2. Koordinasi antar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang

- Baik

- Baik

Sosialisasi 1. Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di BLHD Kota Serang

2. Tidak ada tindak lanjut setelah sosialisasi selesai dilakukan

- Belum Baik - Belum Baik

Sumber: Peneliti 2015

Page 157: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

149

6. Lingkungan Eksternal

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka

hasil penilaian atas dimensi lingkungan eksternal adalah sebagai berikut :

Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun Politik dari pegwai dan

Lingkungan di sekitar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

berpengaruh terhadap disiplin sebagaimana Peraturan Pemerintah No.

53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, karena

kenyamanan dalam bekerja sangatal diperlukan sehingga kedisiplinan

akan ada pada Pegawai Negeri Sipil khususnya di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang.

Adapun atas dimensi Lingkungan Eksternal dapat dilihat dalam

bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Atas Dimensi Lingkungan Eksternal

Karateristik penilaian Hasil penilaian Kategori

Lingungan sosial 1. Mempengaruhi disiplin Pegawai BLHD Kota Serang

- Tidak Baik

Lingkungan ekonomi 2. Mempengaruhi disiplin Pegawai BLHD Kota Serang

- Tidak Baik

Lingkungan politik 3. Mempengaruhi disiplin Pegawai BLHD Kota Serang

- Tidak Baik

Sumber: Peneliti 2015

Page 158: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

150

Dari uraian pembahasan dan tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun Politik dari pegwai dan Lingkungan

di sekitar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang berpengaruh terhadap

disiplin sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negri Sipil, karena kenyamanan dalam bekerja sangatal diperlukan

sehingga kedisiplinan akan ada pada Pegawai Negeri Sipil khususnya di Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.

Page 159: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

153

BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

Berdasrkan analisis dan temuan-temuan di lapangan yang diperoleh, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Serang belum optimal, hal ini dikarnakan beberapa faktor sebagai berikut :

1. Tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

ialah agar Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Serang Disiplin supaya didalam menjalankan tugas pokok dan fungsi yang

dimiliki masing masing pejabat. Standar dari Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang ialah kesadaran dan tanggung jawab sebagai

Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kewajiban menjalankan tugas

dengan baik.

2. Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

apabila dilihat dari dimensi sumber daya ada tiga poin yaitu Dukungan

Sumber daya Manusianya, Dukungan Sarana dan Prasarananya, dan

Page 160: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

154

dukungan dana, di Badan Lingkungan Hidup daerah Kota Serang apabila

dilihat dari sumber daya manusianya itu sendiri sudah baik ini bias terlihat

dari bagaimana kesiapan dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Darah Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang DIsiplin Pegawai Negeri Sipil ini, berbeda halnya apabila

dilihat dari Finansial dari Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang masih belum baik karena didalam anggaran

guna sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disipin

Pegawai Negeri Sipil ini terfokus pada Badan Kepegawaian Daerah Kota

Serang, yang didalam pelaksanaan sosialisainya hanya mengundang

perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

3. Agen Pelaksasana Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan lingkungan Hidup

Daerah Kota Serang ialah Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang namun didalam pembinan disiplin dari

Pegawai Negeri Sipil di Serahkan kepada Atasan Langsung Pegawai

Negeri Sipil, dan apabila terdapat pegawai yang tidak mentaati Peratran

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tantang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

maka atasan langsung telah melakukan tindakan sebagaimana prosedur

yaitu teguran secara lisan kepada pegawai yang bersangkutan dan apabila

belum ada perubahan dari pegawai maka dikeluarkanya surat teguran

Page 161: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

155

tertulis secara bertahap yaitu teguran 1,2 dan 3, selanjutnya apabila hal ini

tetap tidak diindahkan oleh yang bersangkutan maka Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang

selaku Pembina Kegawaian Pegawai Negeri Sipil di Kota Serang

membuat tim untuk menjatuhkan hukuman bagi pegawai yang tidak

mentati Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil.

4. Pemahaman dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingungan Hidup Daerah

Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil masih kurang, dikarenakan kurang

pedulinya pegawai utuk membaca dan memahami bagai mana hak dan

kewajibanya sebagai Pegwai Negeri Sipil.

5. Koordinasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang

dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang sebagai relasi dari

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Serang (SKPD) yang ada di Kota

Serang mengenai kepegawaian telah dilakukan dengan baik .

6. Lingkungan Eksternal dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang sangat berpengaruh terhadap Disiplin Pegawai

Negeri Sipil, Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun Politik dari pegwai

berpengaruh terhadap disiplin sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.

Page 162: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

156

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, peneliti mengajukan saran-saran yang dapat

membantu pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dalam hal

Kedisiplinan sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil, saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Kesadaran dan tanggung jawab Sebagai Pegawai Negeri Sipil harus

ditanamkan kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kota Serang agar tujuan dari Peraturan Pemerinth No. 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dapat berjalan dengan

baik .

2. Kesiapan dari sumber daya manusia, yaitu pegawai Negeri Sipil di Badan

Lingukngan Hidup Daerah Kota Serang harus terus di tingkatkan karena

barisan terdepan dari baik atau tidaknya Disiplin Pegawai Negeri Sipil di

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang itu tergantung dari

Pegwainya. Keisapan Finansial/ dana pun harus diprioritaskan pada

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu sendiri yang dalam hal ini

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, karena seluruh Pegawai

Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang berhak

mendapatkan pendalaman bagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini melalui Sosialisasi yang

dianggarkan oleh APBD Kota Serang.

Page 163: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

157

3. Pencegahan tindakan secara prepentif perlu dilakukan dalam hal ini atasan

langsung kepada bawahanya, agar masalah yang dimiliki oleh Pegawai

Negeri Sipil yang berdampak terhadap disiplin dari Pegawai Negeri Sipil

di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat diketahui

sebelumnya dan dapat dipecahkan sehingga kesalahan atau tindakan

indisipliner yang dilakukan oleh pegawai tidak akan terjadi.

4. Kepedulain dari Pegawai Negeri Sipil terhadap Peraturan Perturan

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Harus di tingkatkan dengan cara diberikan acara khusus untuk mengetahui

bagaimana kandungan yang terdapat didalamnya.

5. Koordinasi antar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dan

Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang harus berjalan dengan baik, agar

perkembangan disiplin pegawai selalu terpantau.

6. Kepedulian antara atasan dan bawahan harus bagus, karena apabila ada

masalah yang menyangkut masalah eksternal atau diluar Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat di pecahkan secara

bersama, agar terwujudnya kenyamanan dalam bekerja.

Page 164: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

;

fstyar-.'Szv' \="g \4",-.J \9>'4r\6\ rzrira\r

Qc^s."rtrrescar Q{2f'ct-' Lr-^^o'-', SI)1^t<

\Afv,an2\c'azz^'r"' (c4r"5^ SsSra'r-'9r" ' \\^^ '

Un"a--' -j--*' s\'rr't \4?8t'>e2' \Ji^r\^^'\ \-^)''t:n L^rrafevl' !-'

\Drc.,q(^\ \Oo'o"L'"tt'\ \Ut"'-r

>1prA"/\ *^V>? xu6r "qt^t\ \' ,

W..^I</..n{P'

- NDaa S!BA-L'3't*..\"n-" L:\'adca-'rt:n

>-* St5 \(-z'$/tr Qt^^^t<a'- 9^"'?*\i

1rf2 ** S-\^,c9x;'Vz\AG'\i \r"^t J.-^^ },.)trz^ -.- \^4\l !'J {t'}-'}"tc

""- \;Gz- V'"-i '

\S.^r.t9rtr."*'r \)$>"'ltarr \-trJ

y.>.)rah \s."n?rl!a*\4\ $"(

Serang, ..2015

Page 165: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Member chekMEMBERCHECK

Hari/TanggalWaktuTemptNamalnformanUsiaPeke{aan/Jabatan

:

:\: $-\'^--t'an-q:: (1*{-

Page 166: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

-'&,]]ic

Surat Pernyataan Informan

SIJRAT PERNYATAAN

Bertardatangan di bawah ini:

Nama

Pekerjaan/Jabafan

,N\t\xYz hrF'A

: Ubay Mulyauan

:Mahasiswa

Ivlembemarkan telah dilakukm proses wa,urnsara rmttrk keperluan penelitian yangdilakukan oleh nama yang disebu*an dibawah ini:

Nama

Pekerjaan

Saya tidak keberdan apobila mma&mikian, semoga dapt digunakanpenelitian

saya dicantumkan dalam penelitian ini,ttrrtuk keperluan keabsahan data dalam

**^

IIrMember chek

Page 167: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

$

!fi.:.r:i#;r+s" -

Semng ,.2015

Page 168: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

\

1

I

?,

Member chekMEMBERCHECK

Hari/Tanggal : $,*^:*, CL\'( \sc^: e.'tsWaktu :

Tempat ' 'q\es9Namalnforman . d;;t, S.qs.\N.Tt'

(W*.ol,**.^A

. (e{e,n\,D^1 (e}r{\4,$\'^\h N,^brocz.. Rt\r.S&,- !r^V.l \P'2'a1r R\\, V*i C'* Y-(<

\rssno.'- b.^t R\t't.

- <(t sng&ztr (\\,

- ("*\-li^ Ssa*rGzqa^' c)B % \trlx-t'

\et=.&\- rro qS I \aer'''- \"erflr-"6'-'qr

LJ <S \c.s$-ro.-,a.

c (Sf ta'^q \Nrnh)---€^ f&+'^"r$+.

e ("SS"r.- (.'-'ua tEra--l,e- \^"\,./-

\s.e,NYrD@\<- \Lqu.^. (sr-l .

Sd^nq6,- \so!rdi!- (<-\$^fo,\ .

- \>= ftra**rr/.a.(F QruKx^^.r^'\A (^^-r- )-'^' *b -.nla'

t("vi5i\,^

I

q Str>"C,

Slt\.aa\?,

1? sr(

g@\t-" , \Sc^R)"\A^ )qs\r>E \5\&c '

rtto:.cnr.*$\9. S,,zr$e\*YY\ .

\[\^{EGF A"*- \}s\*,.}+ tts"ro".ntSt<*Kf

Page 169: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

t

x

r

f,.

'Jt[.;r:

Saang .". ... i.!,r! !....?015

r

I

ll

Page 170: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

{"

Surat Pernyataan Informan

SI]RAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bawah ini:

Nama

Peke{aarlJabatan :

Nama

Pekerjaan

s\<D"rut ), s. scs . wt.St

KaSSSq5 \!.sr^i^. \ KGPr$> '-',!t\

Membenarkan telah dilakukan proses wawanoara untuk keperluan penelitian yangdilak'kan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

: UbayMulyaunan

: Matrasiswa

Saya tidak keberatan apabila namademikian, semoga dapat digunakanpenelitian.

saya dicantumkan dalam penelitian ini,untuk keperluan keabsahan data dalam

Serang ..2015

IIt-

Member chek

Page 171: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Surat Pernyataan Informan

SI.]RAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bawah ini:

Nama

Pekerjaan/Jabafian

S\Li'\zt

Membenarkantelah dilahftan pros€s wawancara utruk keperluan penelitian yang

dilalokan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

: \srr>

' ($l

Nama

Pekerjaan

: Ubay Mulyauan

: lvlahasiswa

Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam pcnelitian ini,

demikian, s€moga dapat diguakan rurtuk keperluan keabsahan daa dalam

penelitian

Serang ,2015

Member chek

Page 172: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Member chekMEMBER CHECK

Hari/TanggalWaktuTempatNama InformanUsiaPekerjaan/Jabaran

$p<rrrtr, ffi' \c\r^ 2-or5$.oobu+sl\rr.e- gslpr,*l, I t

Qq-rl

/ S!".r€,-' Q''grann -' \\c-'J lt$" \ 9\2.{

a^c., >t\Le S\,"{ \O?c.}) S:rn , \C-t*a-

YzA+S€- \[\r^]s.\*f3\ \$o i&^ \\\, \'*fU

\a\rel \e,..r(\.drfi^.- S>^cf*"- \l^b >4

}z)\"*-. R\lt r k-cnc't't+ zAs'a^ tg't'O,:tt'

R^ rAr"a*aa Se*o

Rt \r.cS.+Yk r5ncrr+n

\e*,5 (z&alr.a"\-

\11.\,\z&e \"\ \^1

\Fxe."rr\-a' >.-)a^r1

\+^.S \t'"";z-tQ.ae2lrr.r^' $e2c+' Lt^tl

\3'c/.- B"*-- A5r*)

<"-)

Lr

Page 173: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

I

1

t

7 G;-.;wIiI

..f j

.',J

,;feQ#.r!' - .:ffiffiF+s

g

WsraA,a"' q4pns\,\^a-', f.*^A. 6 Q*zu^^'"

q$+q \4$e' 4 q.tl- erfi-e \'it+'

br^. '\ro*' \'se'^Gs'$/\ <t^"'t- \qA&t

Qtrt .

Page 174: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

_l,]'trjx

,{

ltI

tIt

B

;

G So)^rzn-'5*' tseaoo.u $sf? (e ",.rrz' ry7? , !*M >-^'

1't'(-

;6/.uv q^$,1

-$nl7*a ><\n/z( \v<kA^< qA^'

a(,,r"c;9 b^^''^o^"4a

- g.^"^..^r"r'^ \<'\r',era{ 1fl"rn--Lr'

-

* $\69 , TV^e' K'&'it'-\lt^-r

G l."a/-*, Ceq \r)zr."{ ,\9a^ \"6{1"^

Page 175: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

pr'r 3

,!a

Serang, .2015

,t

} {#

Page 176: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

dJ

;

?'SI,JRAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bawah ini:

Nama :

PekerjaanlJabatan :

Membenarkan telah dilakukan pros€s wawancara untuk keperluan penelitian yang

dilakukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

Surat Pernyataan Informan

Nama

Pekerjaan

: Ubay Mulyawan

:Mahasiswa

Saya tidak keberatan apabila nama

demikian, semoga dapat digunakanpenelitian.

saya dicantumkan dalam penelitian ini,untuk keperluan keabsahan data dalam

Serang, ... .....2015

Member clrek

Page 177: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

!

Member chekMEMBERCEECK

Hari/TanggalWaktuTempatNamalnformanUsiaPekerjaan/Jabatan

\\ertbcz Y R

qts1 gttrrv

^\Fa.r \)$ra* \F\z^! . Br.,r,g \r}14 9-V

\)u"c^'7 \"r'9 -

e fr **>.'\{ qa^D >"r-\\r, >? -e/\oA.4 S"** dWglf't^^'b '

Page 178: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

l

f

Serang,

Page 179: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

f

1,

Surat Pernyataan Informan

SURAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bawah ini:

Nama :fa.*t^-1..r'"\orD 'S't>Pekerjaan/Jabatan :

Membenarkan telah dilakukan proses wawancara untuk keperluan penelitian yang

dilalrukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

Nama

Pekerjaan

Saya tidakdemikian,penelitian.

: Ubay Mulyawan

: Mahasiswa

keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini,semoga dapat digunakan untuk keperluan keabsahan data dalam

Serang .... ... .....2015

I

Member chek

Page 180: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

I

,-t

Surat Pernyataan Informan

SURATPERNYATAAN

Bertandatangaa di baumh ini:

Nama :/-t.sc^'l*\e"O . S'1>

Pekerjaan/Jabatan :

Membenarkan telah dilahkan pros6 lrawancam untuk penelitian yang

dilakukan oleh uama yang disebutkan dibwatr ini:

Nama

Pekerjaan

: Ubayhftrlyawan

: Mahasiswa

Saya tidak keberatan apnbila nffna oaya dicantumkan dalam penelitian ini,demikian, semo$ dapat digunakm untuk keperltm ke&saban dam dalampenelitian

lv{ember chek

Page 181: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

;

l:

l

Member chekMEMBERCHECK

Hari/TanggalWaktuTempatNama InforrranUsiaPekerjaan/Jabatan

9.,9.^"1-^4s,^>

\Se^$g!lft^' qe - \st^' \*\!te'

\@,$, fu \<.*,t'2l- '\ro^'

L*q^. >^>^/'^Al \ d4*Y' t.l->txt^' Qslf '

.Osdr.r*-', \us?r%A \<^^^'\Y S^"2'

tsNl4-\ \DJ"^. Y> gcb' \+$^'el

(<c:<u- [5reE^,!-, \9.$AA \N

\i-Js"&, \^- W) , F^'""Ztz

A.^- ?r\a{'rc'a-\ \*-*' q\Nl t2

$l@an"Ar\- 2^^r.l'^'-t' \'or^$nclrtrz-' \vr^-'

\-' \e,f..t '>>P S.-O* t6^"?

\t\o/AF ! aSn'z'r'Q^' t55 >"J \@q.,\6-

<]r{ -6^-: q\r}9 \"\"*. $nz1ze'."u't{ '

Page 182: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

f

1,

Surat Pernyataan Informan

SURAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bawah ini:

Nama :fa.*t^-1..r'"\orD 'S't>Pekerjaan/Jabatan :

Membenarkan telah dilakukan proses wawancara untuk keperluan penelitian yang

dilalrukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

Nama

Pekerjaan

Saya tidakdemikian,penelitian.

: Ubay Mulyawan

: Mahasiswa

keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini,semoga dapat digunakan untuk keperluan keabsahan data dalam

Serang .... ... .....2015

I

Member chek

Page 183: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

;

Member chekMEMBER CHECK

HarilTanggal :

f"ffi iq'*, 6Y 9*")Nama Infonnan

'PsS ' \\. \\>(.>, zb

'\r'\$\Usia :

Pekerjaan/Jabatan , t<.f=1.* $tr+l \4r"- I^)

e.,^,'l.{ga4.

- S\,,- V> qJM"'2*^ L.:rn-r}- brz\P'^'.'

*-k v"b \a^^e"-q^^-

- qt\t {er'e>pl c-a^ots ,6 {.La- +n'af,*fa-aS'lr;

go:rrsecs\++. (elr--\t"'Gr\A CFAI1s.. t.O.-,l\^' 1:"'0 '

Jf . Ux\*r"\st Lb- qcrezAth^\ X k'co)

-j2l\^4, I

- ft-olae^^*(,li \$d^'\iP- \gre,f -\D-? \D >J\"t"-6

lQN ,JF^ #9,J z\u)e\'F\ W A?) toe'nla'

56 . f,;/.^svq \*rflr {r-2, > Y*l6''

- A$.I,"-r 1l {<^"- a$ \q"}eq' \-'(+l Vsa' ; t*' ct')sP' !*r\''r *,,^-'

-- \>r/t"r'.\

\ . DraPm,iDr"

2.

r. l

" I \P"'-, !Pto,,*$o.4'

1/-4 \( q? '

- \c/,/-1 f",1'/V {'L'\^ 1.?o \v/t-\'->,.. Q' V^"4 rn".

Page 184: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …
Page 185: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

i

I

Surat Pernyataan Informan

SURAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bamah ini:

Nama ' Nt J

Pekerjaan/Jabatan : \4zneir} Ksr^&Ala-Q'' b SsN '

Membenarkan telah dilakukan proses wawancara untuk keperluan penelitian yangdilal$kan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

Nama

Pekerjaan

: Ubay Mulyawan

: Mahasiswa

Saya tidak keberatan apabila rama saya dicantumkan dalam penelitian ini,demikian, semoga dapat digunakan untuk keperluan keabsahan data dalampenelitian.

Member chek

Page 186: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

I

Member chekMEMBERCHECK

Hari/TanggalWaktuTempatNama InforuranUsiaPekerjaar/Jabatan

$.^nfnN, a-{' v*'^' 2,.syq-

$.96qis:x, V^"-$.QF,

<D^rfE.

- $,<,r.,v.rn :ra"{ S€Stcrc'lr"-.a+a .

S.\"-rstz.L Xr^",*, ls."ro.-At<.,

Vc.>:tO t\^t\r,.t4

- qJqxt @?' <3d4.' \r-^^" <rre,4'

- $r4.,&rr.Ocrlt11,g12 .

V\"4

1y"r@--y.,t

Page 187: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

----I

?.eerc,-' .\r:5 \$,.Ia{5ED,r D\.".l,. \9*{tt^"1

\c,c.r.ax l't>z !r \ID"€r (DAu r \=att-^-'

S/2"^* \'ft^^ \'lva^' S-*r-- 1'qlx4t

SegD* \a"c-vl \tc''^-s"J' ffe"*r^t \c'412'v*^'

\^5 \cr-g-Zfrr'-. \1-\{ 9*. \+>"\6\"rl^- \<!a,+a- , W g.A* Sz^*s'^{#- k2ts5

9?^"4; \.r^e,^ dtc.5ntcr^- \+< )+q'"-. 5"\aCanr.n\2- \x \Pr^s\*C \tt\ fs\s*

\rvma*- A,tc\aAs4a f$'cza' a> \o''- -

\^ld^t^-'-

)

Page 188: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Surat Pernyataan Informan

ST]RAT PERNYATAAN

Bertandatangan di bawah ini:

Nama : OC(vu,t t( , grrr.&(

Pekerjaan/Jabatan : karvG} ftngit<an r, tcsj^Johaoo^ pecarrqi

Membenarkan t€lah dilakukan proses lvarvancara rmtuk keperluan penelitian yangdilakukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:

t

I

I

i

l

1

l

l

l

I

;

i

:

i

I

I

i

t

I

I

I

l-

Nama

Pekerjaan

: Ubay Mulyawan

:Mahasiswa

Saya tidak keberatan apabila narna

demikian, semoga dapat digunakanpenelitian.

saya dicantumkan dalam penelitian ini,untuk keperluan keabsahan data dalam

Serang, ..2015

, trvr. lw!-\r... ... ... .'. ..,

Page 189: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

KODING DATA

Kode Rincian Kategori 1. Pegawai Negeri Sipil ialah PNS sebagai abdi Negara dan pelayan bagi

masyarakat haruslah memberikan pelayanan dan contoh baik kepada

masyarakat.

2. Agar Semua PNS Disiplin

3. Agar disiplin didalam bekerja sehingga berbanding lurus dengan kinerja

4. Sebagai dasar atau pedoman didalam melaksanakan disiplin

5. Agar PNS disiplin dalam bekerja

6. Pegawai Negeri Sipil di BLHD Kota Serang adalah tujuanya dengan demikian akan berdampak pada kinerja yang baik

7. Pegawai Disiplin

8. Kinerja Lebih baik

9. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal

10. Tolak ukur dari eraturan ini ialah semua pegawai disiplin

11. Mentaati masuk dan keluar jam kerja

12. Belum sepenuhnya menjalankan disiplin

13. Belum memahami apa peraturan disiplin PNS seutuhnya

14. Tanggung jawab dan kesadaran dari PNS sudah ada namun belum

paham makna disiplin sebagaimana aturan disiplin

15. Telah mematuhi dan perlu adanya penigkatan

16. Adanyaa absen elektonik

17. Telah memenuhi aturan disiplin namun perlu adanya peninhkatan

18. Masih didapati pegawai yang tidak disiplin

Page 190: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

19. PEserta apel rutin pagi tiap hari sedikit

20. Belum menjalankan aturan disiplin

21. Masih didapati pegawai yang tidak disiplin

22. Adanya fasilitas absen elektronik

23. Absen elektronik digunakan sebagai kontrok kehadiran pegawai

24. Absen elektronik digunakan sebagai dasar pemberian tunjangan

25. Kadang pegawai lupa absen

26. Kadang pegawai lupa absen elektronik

27. Biaya bersumber pada APBD Kota Serang

28. Sosialisasi dilakukan secara bertahap

29. Tingkat keberhasilanya dari pegawai memetuhi aturan disiplin

30. Belum disiplin secara maksimal sebagaimana peraturan disiplin

31. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana aturan

32. Pembinaan pegawai dilakukan secara berjenjang

33. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana mekanisme dalam atuan

disiplin PNS

34. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana mekanisme dalam atuan disiplin PNS

35. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana mekanisme dalam atuan disiplin PNS

36. Diberikan teguran secara bertahap

37. Kesadaran pegawai untuk memahami Peraturan disiplin masih kurang

38. Ada sebagian yang masih belum memahami

39. Didalam PRAJABATAN sudah dilakukan sosialisasi bagaimana aturan

disiplin PNS

40. Fasilitas diberikan

41. Ada fasilitas diberikan berdasarkan beban kerja dan jabatan

Page 191: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

42. Fasilitas akan diberikan secara bertahap

43. Tunjangan PNS di BLHD Kota Serang berdasarkan rekapan absen

44. Adanya koordinasi antara dinas terkait

45. BKD merupaka partner kerja didalam urusan kepegawaian

46. Sosialisasi dilakukan dengan cara perwakilan SKPD

47. Sosialisasi dilakukan oleh BKD

48. Kenymanan kondisi ekonomi berimplik pada kedisiplina pegawai

49. Kenymanan kondisi politik berimplik pada kedisiplina pegawai

50. Kenymanan kondisi sosial berimplik pada kedisiplina pegawai

Page 192: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Transkip Data

TRANSKIP DATA DAN KODING

Page 193: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Keterangan

Q : Pertanyaan A : Jawaban I : Infoman

Q/I A KODING

Q Apa tujuan dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tetang disiplin pegawai negri sipil?

I1.1

Tujuan dari Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah PNS sebagai abdi Negara dan pelayan bagi masyarakat haruslah memberikan pelayanan dan contoh baik kepada masyarakat.

(1)

I1.2

Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar semua Pegawai Negeri Sipil Disiplin Sehingga ini akan berbanding lurus dengan kinerja yang maksimal

(2)

I1.3 Agar Pegawai Negeri Sipil disiplin didalam bekerja merupakan tujuan dari adanya aturan ini (3)

I1.4

Pegawai di dalam bekerja haruslah mempunyai dasar atau pedoman di dalam bekerja begitu pula dalam hal disiplin, Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil ini merupakan dasar pegawai di dalam melakukan tindakan .

(4)

I1.5 Agar Pegawai Negeri Sipil disiplin didalam bekerja merupakan tujuan dari adanya aturan ini (5)

I1.6

Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar semua Pegawai Negeri Sipil Disiplin Sehingga ini akan berbanding lurus dengan kinerja yang maksimal

(6)

I1.10 Agar Pegawai Negeri Sipil disiplin didalam bekerja merupakan tujuan dari adanya aturan ini (7)

Q2 Apa standar dari keberhasilan peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?

I1.1

Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin

(8)

I1.3 Kalau standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah adanya kesadaran tinggi bagi Pegawai Negri Sipil karena didalam peraturan disiplin ini

(9)

Page 194: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

ada hukuman bagi Pegawai Negri Sipil yang melanggar, bahkan bisa sampai pemecatan tergantung dari berat atau tidaknya pelanggran yang dilakukan pegawai Negri Sipil

I1.4

Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut

(10)

I1.5

Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ialah agar PNS menjadi disiplin sehingga didalam melaksanakan tugas pukok dan fungsinya dengan baik karena di dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini terdapat sanksi untuk pegawai yang tidak mentaati disiplin

(11)

I1.6

Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut

(12)

I1.7

Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin

(13)

I1.8

Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ialah agar PNS menjadi disiplin sehingga didalam melaksanakan tugas pukok dan fungsinya dengan baik karena di dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini terdapat sanksi untuk pegawai yang tidak mentaati disiplin

(25)

I1.9

Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin

(14)

I1.10

Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut

(15)

Page 195: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Q3 Bagaimana kesiapan PNS di BLHD Kota Serang dari peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil?

I1.1

Pegawai Negeri Sipil di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang tentunya merupakan sumber daya mengenai Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini, mengenai kesiapan pegawai perlu di tigkatkan lagi karena ketntuan masuk kerja 07.30 WIB ada toleransi sampai 08.00 WIB, dan apel rutin pagi hari dilaksanakan tepat pukul 08.00 WIB, apabila terdapat pegawai yang sering tidak mengikuti apel rutin pagi hari, maka akan di tegur

(16)

I1.6

Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup baik namun belum menjalankan sepenuhnya dari Peraturan Pemerinah tersebut, apabila dikatakan dalam bentuk persen yaitu belum mencapai 90% pegawai di dalam mentaati Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, maka perlu upaya kedepan untuk meningkatkanya supaya pegawai betul betul siap dan mengamalkan peraturan tentang disiplin ini, karena sebagai PNS telah mempunyai Nomor Induk Pegawai yang itu merupakan tanggung jawab sebagai pegawai

(17)

I1.7

Mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang kesiapan mengenai disiplin sudah cukup baik, tanggung jawab dan kesadaran juga ada, namun perlu di tingkatkan lagi ketepatan didalam menjalankan kewajibanya,dikita sudah ada apel pagi namun didalam pelaksanaanya belum keseluruhan dari pegawai hadir dalam apel ini masih di dapati beberapa yang tidak hadir, ini yang harus di perbaiki

(18)

I1.8

Pada bidang saya pada umumnya telah mengetahui dan siap menjalankan disiplin, karena Sebagai Pegawai Negri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk bekerja dengan baik ya salah satunya dengan disiplin

(19)

Q4 Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam menunjang dari peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD?

I1.1 (20)

I1.2

Guna mendukung pelaksanaan peraturan pemerintah mengenai tersebut di kami sudah ada absen secara elektronik yang dengan ini kehadiran pegawai sesuai dengan waktu kehadiranya, di BLHD juga sendiri telah memfasilitasi kendaraan dinas secara bertahap sesuai dengan tanggung jawabnya, dengan ini diharapkan ada

(21)

Page 196: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

timbul motivasi dan berpengaruh baik terhadap kinerja

I1.3

Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup baik namun belum menjalankan sepenuhnya dari Peraturan Pemerinah tersebut, apabila dikatakan dalam bentuk persen yaitu belum mencapai 90% pegawai di dalam mentaati Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, maka perlu upaya kedepan untuk meningkatkanya supaya pegawai betul betul siap dan mengamalkan peraturan tentang disiplin ini, karena sebagai PNS telah mempunyai Nomor Induk Pegawai yang itu merupakan tanggung jawab sebagai pegawai

(22)

I1.4

Sebenarnya sarana dan prasarana agar bagaimana Pegawai Negeri disipin itu sudah ada, Alhamdulillah sekarang kita sudah menggunakan absen secara elektronik, jalas ini real datang dan pulangnya pegawai, namun hasil dari absen elektronik belum dijadikan acun untuk penindakan indisipliner atau terhadap naik pangkat ataupun jabatan

(23)

I1.5

Walaupun sudah ada absen secar elektronik, namun kadang masih ada pegawai yang lupa untuk absen elektronik, maka hal ini kami siasati dengan memasang tulisan pengingat bagi pegawi yang lupa absen

(24)

Q5 Bagaimana dana dan anggaran dalam menunjang dari implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1.1

Untuk biaya mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ini tentunya bersumber dari APBD Kota Serang, melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, melaluin sosialisasi, dan perwakian dari SKPD se Kota Serang dan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang disiplin PNS

(25)

I1.2

Ya tentu ada,dalam bentuk sosialiasi disiplin PNS, perwkilan Pegawai diundang untuk menghadiri kegiataan tersebut dan ini biasanya dihadiri oleh Kasubag Umum dan Kepegawaian yang nantinya setelah dilakukan sosialisasi mengenai disiplin ini diharapkan menularkan ilmu yang didapat kepada rekan-rekan di kantornya, dan cara sosialisasi ini dilaksanakan pada tahun hanya dilakukan di ruang rapat pemkot sendiri, yang semula tahun sebelumnya sosialisai ini dilakukan bias di luar daerah daram waktu setidaknya 3 (tiga) hari, agar pegawai melekat benar bagaimana disiplin PNS dan ada sosialiasai berbentuk fisual, agar PNS bias mengingatkan bahwa sebagai PNS mempunyai kewajiban dan larangan sebagaimana PP 53

(26)

Page 197: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Tahun 2010

Q6 Apa saja peran dari para stake holder dalam PP no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?

I1.1

Badan Lingkunagan Hidup Daerah Kota Serang ada tindakan disiplin berat yang dilakukan selama dua tahun belakangan ini, dan telah menempuh prosedur sebagaimana peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, BLHD telah menyampaikan penindakan yang telah dilakukan secara internal dan kami menerima laporannya utuk membuat tim guna menjatuhkan sangksi disiplin.

(27)

I1.3

Pegawai yang melanggar aturan disiplin Pegaawi Negeri Sipil pernah ada di bidang saya, teguran secra lisan telah saya lakukan secara terus menerus namun pegawi yang bersangkutan tetap saja tidak masuk kerja, lalu saya layangkan teguran 1 (satu) sampai dengan teguran yang 3 (tiga) namun tetap saja tidak ada peruubahan, dan akhirnya dibentuknya tim oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang guna melakukan pemeriksaan kepada yang bersangkuan, dan akhirnya dijatuhi hukuman yaitu pembebasan dari jabatan

(28)

Q7 Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1.1

Dalam pembinaan pegwai secara langung diserahkan oleh atasananya masing masing kalau kabid membina kasubidnya dan kasubid membawahi pelaksana dibawahnya dan seterusnya, dan perkembanganya di pantau oleh Badan Kepegwaian Daeah melalui kasubag Umum dan Kepegawaian disini

(29)

I1.2

Pelaksanaan PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku, bawahan saya contohnya pernah ditindak jatuhi hukuman disiplin sebagainama Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil

(30)

Q8

Bagaimana bentuk dan mekanisme sanksi yang diberikan terhadap pegawai yang belum mentaati sesuai dengan PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1.1

Peran Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang merupakan sebagai penampung dari laporan laporan menganai disiplin dalam hal ini, kita menerima lapran dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bagaimana perkembangan pegawai didalam melaksanakan disiplin, tiap akhir bulan kami menerima hasil rekapan absen pegawai di Kota

(31)

Page 198: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Serang, dengan dasar itu kami bias melihat bagaiaman kedisiplinan Pegawai di Kota Serang, karena yang lebih mengetahui bagaiman pegawai itu ialah SKPD itu sendiri

I1.2

Apabila ada pegawai yang melanggar dari peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, dilihat dahulu bagaimana tingkat pelanggaranya, yang selanjutnya dilakukan penagananya sesuai aturan yang ada

(32)

I1.3

Apabila ada pegawai yang tidak mentaati peratuan disiplin sebagaimana aturan yang ada pertama teguran secara lisan oleh atasan langsung pegawai, apabila pegawai tidak mengindahkan teguran tersebut selanjutnya dilayangkan surat teguran secara tertulis kepada yang bersangkutan, secara bertahap yaitu teguran 1, 2, dan 3, selanjutnya ada pernyataan tidak tertulis yang dilayangkan oleh atasan langsungnya, apabila tahap ini tidak berdampak baik, selanjutnya dilaporkan kepada Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang selanjutnya ditangani dan dipelajari untuk penjatuhan hukumannya,setelah itu dibuat tim guna melakukan pemeriksaan dan selanjutnya dijathi hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pegwai yang bersangutan

(33)

Q9 Bagaimana pemahaman para pegawai terkait PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?

I1.1

Kalau melihat kenyataanya si memang ada sebagian yang sudah melakukan kedisiplinan dan ada sebagian juga yang masih perlu meningkatan kedisiplinan maka ujungnya mungkin berpulang kepada diri masing masing, bagaimana mendefinisikan definisi kerja itu sendiri, dan sebetulnya sebagai Pegawai Negri Sipil harus bisa membaca dan kedepanya memahaminya, namun masih ada pegawai yang belum membaca PP tersebut seperti apa

(34)

I1.2

Menurut saya belum mencapai setengahnya dengan adanya peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, yang mengetahui dari PP tentang DIsiplin PNS paling pegawai yang lama-lama saja namun untuk pegawai yang baru itu belum tau, maka perlu di tingkatkan misalnya dengan memberikan salinan dari PP tersebut ini merupakan upaya guna menigkatkan agar pegawai paham bagaimana PP tersebut

(35)

I1.3

Pemahaman yang dimiliki oleh pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih dirasa kurang apabila di presentasikan dalam persen belum mencapai 90 %, dengan ini masih dirasa perlu adanya

(36)

Page 199: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

upaya guna memberikan pemahaman khususnya mengenai disiplin secara menyeuruh

Q10

Bagaimana respon pegawai BLHD Kota Serang (mendukung/menolak) dan apa bentuk dukungan yang dilakukam dalam implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1.1

Apabila seseorang diangkat menjadi pegawai Negri Sipil ada istilah yang dinamakan PRAJABATAN ,di dalam prajab itu dikenalkan bagaiaman kewajiaban dan haknya sebagai PNS maka harusnya terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang disiplin ini harus menjalankanya tetapi setelah pegawai resmi menjadi

(37)

I1.2

Sebagai Pegawai Negri Sipil itu siap tidak siap harus melaksanakan kita sebagai Pegawai Negeri Sipil, karena kita sebagai Pegawai Negri Sipil itukan bekerja untuk bagaimana kenyamanan bagi masyarakat sesuai tupoksinya, dan untuk menerapkan kedisiplinan itu tergantung bagaimana daerah utuk menerapkannya dalam hal ini BLHD nya

(38)

Q11 Apa saja fasilitas dan yang diberikan guna menunjang implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?

I1.1

Dikami fasilitas yang diberikan kepada pegaai diberikan berjenjang sesuai dengan jabatan dan beban kerjanya secara bertahap, untuk eselon dua dan tiga telah terpenuhi kendaraan dinas berupa mobil, dan tunuk eselon 4 sedang diupayakan untuk kendaraan roda dua dengan ini diharuskan pegawai disiplin dalam bekerja karena tidak ada lagi alsan untuk tidak disiplin, malu dong diberikan fasilitas oleh negara namun kerjanya males malesan

(39)

I1.2

Usulan fasilitas yang berikan oleh pemerintah daerah guna pegawai ini direspon baik, dikami untuk tahun 2015 kemarin mengusulkan kendaraan dinas roda empat (mobil) mengusulkan 3 unit, ini untuk memenuhi pejabat eselon dua dan tiga yang ada, karena didalam peraturanya kendaraan roda 4 (mobil) diberikan untuk eselon 2 dan 3, dan untuk di anggaran perubahan 2015 ini BLHD mengusulkan kendaraan dinas roda 2 (motor) guna memenuhi eselon 4, dan ini berikan secara bertahap

(40)

I1.3

Dipemerintahan Kota Serang ada yang namanya tunjangan pegawai yang diberikan berdasarkan jabatan yang dimiliki, ini dicairkan setiap akhir bukan sekali dan berdasarkan absen pegawai, fasilitas yang digunakan untuk mengontrol absen ini Alhamdulillah sudah menggunakan absen

(41)

Page 200: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

elektronik yang semula menggunakan absen manual, dengan fasilitas absen elektronik ini diharapkan motivasi pegawai didalam menjalankan disiplin meningkat

Q12 Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?

I1.1

Koordinasi yang dilakukan mengenai kedisiplinan yang pertama adalah koordinnasi di BLHD sendiri dalam artian atasan langsung yang mengontrol bagaimana pejabat atau pegawai dibawahnya, selanjutnya koordinasi yang dilakukan ialah dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, sebagai relasi kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kota Serang mengenai kepegawaian, dan apabila ada pegawai yang tidak mentaati peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini maka didalam mengambil tindakan atau penjatuhan sanksi kami berkordinasi dengan BKD

(42)

I1.2

Badan Kepegawian Daerah Kota Serang dalam kedisiplinan merupakan sebagai mitra kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Serang dalam hal ini BLHD pun didalamnya mengenai kedisiplinan, salah satu yang dilakukan ialah seluruh Bsen Pegawai Negri Sipil di Pemerintahan Kota Serang tiap bulanya di setorkan kepada Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang guna mengecek bagaimana tingkat kedisiplinanya, dan apabila ada pegawai yang tidak disiplin sebagaimana aturan makan dicek apakah sudah dilakukan penindakan pada SKPD pegawai tersebut apabila sudah dan tidak ada perubahan kearah yang baik maka Badan Kepegawaian Darah Kota Serang akan menindaknya ssebagaimana Peraturan Pemerintah no, 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil

(43)

Q13 Bagaimana sosialisasi yang dilakukan dalam memberikan pemahaman kepada pegawai mengenai PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?

I1.1

sering kami lakukan sosialisasi mengenai disiplin pegawai ini setiap rapat internal mingguan tidak bosan-bosan sering saya singgung, bahkan setiap akhir bulan, absen elektronik itu diambil datanya dan dibacakan di forum rapat internal kami guna mengetahui pegawai mana yang bagus dan mana yang perlu dibina

(44)

I1.2

Sosialisasi yang kami lakukan kepada Satuan Perangkat Kerja Daerah di Kota Serang terus dilakukan hal ini bertujuan agar pegawai disiplin, biasanya kami mengundang utusan yang membidangi kepegawaian yaitu

(45)

Page 201: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Kapala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada SKPD guna menghadiri sosilisasi disiplin ini, yang diharapkan sepulang dari acara sosialisasi yang kami lakukan utusan SKPD ini memberitahu atau menularkan bagaimana kedisiplinan itu kepada pegawai dikantornya masing masing

Q14 Bagaimana kondisi ekonomi dari pegawai BLHD Kota Serang?

I1.1

Sebetulnya si banyak sekali seseorang itu bisa disiplin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, kalau pegawai itu kondisinya nyaman, baik itu kondisi ekonomi, social dari kondisi politik di lingkungan kerja maka akan berpengaruh terhadap disiplin

(46)

Q15 Bagaimana kondisi sosial dari pegawai negeri sipil di BLHD Kota Serang?

I1.1

Kondisi kenyamanan dalam bekerja itu sanyat berpengaruh, pegawai akan merasa nyaman bekerja apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan bekerja baik, dikami ada pegawai yang tidak disiplin dan telah dijatuhi sangksi itu karena tidak masuk kerja dikarenakan mempunyai banyak hutang dan istri sehingga banyak orang yang nyeri, dan tentu ini mengganggu kenyamanan didaam bekerja

(47)

Q16 Bagaimana kondisi politik di kawasan pemerintah Kota Serang maupun pemerintahan di Provinsi Banten?

I1.3

Kondisi kenyamanan dalam bekerja itu sanyat berpengaruh, pegawai akan merasa nyaman bekerja apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan bekerja baik, dikami ada pegawai yang tidak disiplin dan telah dijatuhi sangksi itu karena tidak masuk kerja dikarenakan mempunyai banyak hutang dan istri sehingga banyak orang yang nyeri, dan tentu ini mengganggu kenyamanan didaam bekerja

(48)

Page 202: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

Membaca

\4enimbang

KEPU.TUSAN WALIKOTA SERANGNOMOR : 900/Kep .2rs.1_BKD/Xr / 2ot3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SERANG

: 1. Laporan dari dari Kepara Badan Linokrnnan$;,,nr.rimorsoorr4g.a--d:i3"tilrJg,t1",1'3fi ffi lljr#;:ltindak ranjut pembinaan F"g1ryg, r,l"g",i-dipir atas ttami upiaS.Sos Ntp. 19650910 199J03 I OZ,l;

-----" -,2. Laporan Hasir p"meriksran ya.ng dirakukan oreh Tim penangananperangsaran Disiprin resawa i r,r:!9{ siii'ii' r_iigr, nsan pemerintahKota Serang_Tatiql nn6gr;n z6n n.iio"r",iian Surat Keputusan

H;JI'ja, i:o nn Nomoi-s'.Kep r e-s-KlJi;d'r s paaa tanssar 22

: a i?XffiffSiflrJ,Ti, ffiTii*:1an

tersebut ,.,s_ldap gpi: s.sos

l:IJgillx*;ff ::["kr;-:iii*i:11[,5:t6H:lii.eTH[Tb' bahwa perbuatan tersebut

r:ryp{(.a1 oerglogaran terhadapketentuan pasat 3, ,nG f+21slje2,izl,[g],itr[(1s) oan 1tz1peraturan pemerintah r.r"o*o,. si 'rbnri n"'i6to tentang Disiprinpegawai Negeri sipir; vv I qr rur t ev I

c' bahwa untuk menegakkan disiprin, perru mdnjatuhkan hukumaniltil"' vans setimpa"r o"rgr"'plrrngiur; oiliprn yans dirakukan

d' bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daramhuruf a, huruf p, drn h;r;i ., p-"ly T;;;rrpk;; Keputusan tentansPenjatuhan Hukuman oiriprin' iembebasan dari Jabatan.1' y;ffiq-J#,ang Nomor B rahun 1ez4 io. Undans-undans Nomor 43

'r5niii,3iiln:;t?Jllt'n Nomor s3 rahun 2o1o tentans Disiprin

3' Peraturan Keoara Badan Kepegawaian N_egara Nomor 21 Tahun2010 tentano Kd;il;'E5lrr,r.naan pEotirrn pemerintahanNomor s3 Ta[un zor o i"nirniEiriplin pegawai Negeri sipir.

Mengingat

Page 203: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

G

MEMUTUSKANMenetapkan :

KESATU : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa Pembebasan da6Jabatan, kepada::

NamaNIPPangkatJabatanUnit Kerja

WBadan Lingkungan HiOup Daerah Kota Serang

Karena yang bersangkutan terah r:Efq!:n perbuatan yang meranggarketentuan Pasat 3,_l1gf" q)r(s),(6),fiis[11;r;iiil o"n (17) peraturanPemerintah Nomor s3 Tah un' io\ o i#i#;6i,ripii,\'i"gawai Neseri sipir.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Keputusan ini disampaikan iepada yang bersangkutan untuk diraksanakansebagaimanamestinya. e --'

KEDUA

KETIGA

Tembusan Keputusan inidisampaikan kepada :

l.Kepala Badan Kepegawaian Negara;2-Bidang lnformasi Kepegawaian Eadan Kepegawaian Negara diJakarta;3.Direktur Jenderal AlgOlran Oepartem"n X",lrng;u4.Kantor Regionat ltt Balan Xepeigawaian Negai.]-"'5'Kepala Dinas pengerotaan rdua"ngan Daera-h Kota serang;Clnspektur Kota Serang;

-.'.e--' err r\vrq I

(/Kepala Badan Lggfuisan Hidup Daerah Kota Serang; . rS.Pembuat daftar gaji. sr ' I \vrq vsrqr

Ditetapkan di: SerangPada tan-ggal : Og ilopenber zOL:

Page 204: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

MEMUTUSKAN

Menetapkan

KESATU

KEEMPAT

KELIMA

Diterima tanggal

Badan Lingkuhga-n-Hidup Daerah Kota Serang

Karena yang bfrsangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuanPasal 10, angkb (2) dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentangDisiplin Pegawai Negeri Sipit

KEDUA Terhitung nrular tanggal 1 bulan Desember tahun 2014 pangkat Saudara ILHAMAMRULLAH SSi MM NIP 19820823 2OO9O2 1 003 diturunkan dari pangkatPenata golongan rLlang lll/c menjadi pangkat Penata Muda Tingkat I golonganruang lllib dan terhrtung mulai tanggal 1 bulan Desember tahun 2017 pangkatnyadikembalikan pada pangkat semula.

KETIGA Terhitung mulai tanggal 1 bulan Desenrber tahun 2014 se ar akibatpglgkl_lersebut gali pokok Saudara

!EdtturunkandariRp267B900(DuaJu[aEnamRatusTffiDelapan Ribu Senrbilan Ratus Rupiah) nrenjadi Rp 2.570 200 (Dua juta

-Ratus Tujuh Puluh RibLr Dua Ratus RLrpraht dan terhrtr-rng rrrulai tanggal 1

Desember tahun 2017 gaji pokoknya crrkernbatrkan pada gili pokok ser,ruta

Apabila tidak ada keberatan rttaka Keputr.rsan rnr nrular berlaku pacla harr kelimabelas terhittrng ntr.rlat tanggal Pegawar Negerr Siprl yang bersangkLrtan rnenerimakeputusan inr

' Keputusan lnl cltsartrpatkan kepacla yitnU Sersangkutan untLtk (l iaksanakansebagaimana nrestrnya

Drtetapkan di Serang

Padatanggal 1,8 Nove'ntber 2014

uhLima

bulan

Tembusan Keputusan ini disam{aikan kepada .

I Kepala Badan Kepegawaian Negara,2.Bidang lnformasi Kepegawaiin Badan Kepegawaian Negara di Jakarta;3. Direktur Jenderal Anggaran Qepartemen Keuangan;4.Kantor Regional lll Badan Kefegawaian Negaral5.Kepala Dinas Pengelolaan Kluangan Daerah Kota Serang;6. lnspektur Kota Serang;T.Kepala BLHD Kota Serano: I

Menjatuhkao ,Iukuman disiplin berupa Penurunan Pangkat Setingkat LebihRendah Selamir 3 (Tiga) Tahun, kepada :

I

Nama :

NIP ;

Pangkat :

Unit Kerja :

Penata , lll/c

Page 205: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

ut

Membaca

Menimbang

Mengingat

KEPUTUSAN WALIKOTA SERANGNOMOR Fj()o,/licp. 2 I r,_1.;i, lr,\ [/:o I 4

DENGAN RAHMAT TUTIAN YANG IV1AHA ESA

WALIKOTA SERANG

Laporan crarr darr sdr yaya. rrrriyarrr Spd pada tarrggar 2; o.ober 2014tentang trnciakan perkawrnan trnp, rlrn pelabat y"ng ;J;"nangLaporan Hasir pemeriksaan yang drrakukan oreh Trnr penangananPelanggaran Drsrprrn pegawai ruLg"ii Sipir di Lingkungan pemerintah Kotaserang berdasarkan. Surat iupriu..n witi*oia serang Nomor800/Kep 106-Huk/2014 pada i".gs;i;; Aprit 2014

33?*i,il,"ii,J, ? 3:, I f:ff ,,1::::.,u,..up:1, sa ud a ra I L HAM AM R u L LA H,Li I ; #[, H,

" ] 111.9 !:"gtr-'i

"ffi . i; # ",,i " #i [: I HyriT]

pemerintah dan martabat pNS: kehormatan Negara,

b' bahwa'perbuatan^tersebut merupakan peranggaran terhadap ketentuanPasal 1Q, angka (2) dan rql p"r"ilr"n pemeriliah-Nomor 53 Tahun 2010tentang Disiptin pegawai frf"gun Sipif ;rt

c bahwa qntuk menegakkan disiprin,,.pgll, menjatuhkan hukuman disiprinyang setimpat dengan petanggaran oi.iptin y;;;,;i;k-kan nya;

d' bahwa bgrdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daram huruf a,huruf b,rdan huruf " p"rrr-*iletapkan K;prt;;;tentang penjatuhan

!,ffiilrfl'siplin Penl*rrn irigr.rt s"tirbr,rl"ieorr Renoah Setama

,l'" Y:-11rn i,rdans

Nomor 5 Tahun 2014 tentans Aparatur sipit Nesara;z' F'eraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2o1o tentang DisiprinPegawai Negeri Sipit;

3' Peraturan Kepara prgSn Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 20.10tentang r(etentuan petatsanaan"durutrr"n pEmerintarran Nomcr s: rarrun2010 tentgng Disiptin p"g;ri,\egeri Sipit

Page 206: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PEMERINTAH KOTA SERANG

BADAN LINGKTINGAN HIDUP DAERAHJalan Letnan Jidun No. 5 ( Ex Gedung tripartit Telp.(0254) 221764

SERANG - BANTEN

: s00l9l0-BLHD/ 20t3 Serang, 7 Maret 2013

: Tegwan ke 3Yth. Sdr. fr tf*ubid Konservasi SDA

SERANG

Menindaklanjuti surat Teguran ke 2 (Dua) dan berdasarkan hasilevaluasi selama

ini disampaikan kepada Sdr. (n Kasubid Konservasi SDA saudara belum

melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksinya serta tidak mentaati aturan Disiplin dan

Kinerja PNS sesuai dengan PP Nomor 58 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin PNS.

Berkenaan dengan hal tersebut saudara harus memenuhi untuk hadir dan

melaksanakan tugas sesuai dengan PP dimaksud.

Demikian atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.

PLH Kepla Bada tinghmgan Hidup Daeratr

lcoru\gr"e

-EiBunvamin. SE._-NrP. 19610421 19801I I

Tembusan:l. Yth. Kepala BKD Kota Serang2. Yth. Inspektorat Kota Serang3. Yth. Kabid Penataan dan Konservasi SDA BLHD Kor.a Serang

NomorLampiranPrihal

\

.: (

Page 207: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

KEMENTERIAN RTSET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKATI TINGGIUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

F'AKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKProgram Studi: l. Ilmu Administasi Negara

2. Ilmu Komrurikasi3. Itnu Pemerintahan

Jalm Raya Jak*a KM.4 Phone (025a) 28m30 Ext 228, Fax. A254ABI.245 Pakupatan Serang Bantenurl: http:/fuww.fisip-untirtaac.id" F-mail: [email protected]

Nomol b0( ruN.43.6.upotzorsLampiran : -

Perihal : Perrnohonan Ijin Mencari Data

21 Mei 2015

Kepada Yth.BKD Kota Serang

diTempat

Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakarurya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi I.g* Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kam! VanS bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan,

Nams :IJbay MulyawanNIM :6661112322

Semester :8Mata Kuliah: SkipsiJudul :Implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

pegawai Negri sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah KotaSerang

Data :Wawancara Terkait hnplementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010diperlukan Tentang_Dsip_lin pegawai Negn Sipil (PNS) di Badan Lingkungan UiA,rp

Daerah Kota Serang

Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan marrasiswa tersebut.

Demikian surat ini - kupi sampaikan. Atas perhatian dan keg'asamanya, kami !.

mengucapkan terima kasih.

tJ!

iKetuaProgram StudiAdminishasi Negara

252005012001

Page 208: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 53 TAHUN 2010

TENTANG

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah

tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

keadaan;

b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

30 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, perlu mengganti

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

MEMUTUSKAN: . . .

Page 209: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 2 - MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PEGAWAI

NEGERI SIPIL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan

Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan dan/atau

peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau

dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS

adalah PNS Pusat dan PNS Daerah.

3. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan,

atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban

dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin

PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar

jam kerja.

4. Hukuman disiplin adalah hukuman yang

dijatuhkan kepada PNS karena melanggar

peraturan disiplin PNS.

5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat

Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi, dan Pejabat

Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota

adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur wewenang

pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian

PNS.

6. Upaya . . .

Page 210: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

6. Upaya administratif adalah prosedur yang dapat

ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap

hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya

berupa keberatan atau banding administratif.

7. Keberatan adalah upaya administratif yang dapat

ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap

hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat

yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat

yang berwenang menghukum.

8. Banding administratif adalah upaya administratif

yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas

terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian

dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau

pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang

menghukum, kepada Badan Pertimbangan

Kepegawaian.

Pasal 2

Ketentuan Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi

calon PNS.

BAB II

KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Bagian Kesatu

Kewajiban

Pasal 3

Setiap PNS wajib:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS;

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

3. setia . . .

Page 211: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah;

4. menaati segala ketentuan peraturan perundang-

undangan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,

dan martabat PNS;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan;

9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara;

10. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil;

11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat;

15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier; dan

17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang.

Bagian Kedua . . .

Page 212: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Bagian Kedua

Larangan

Pasal 4

Setiap PNS dilarang:

1. menyalahgunakan wewenang;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan

pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan

kewenangan orang lain;

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja

untuk negara lain dan/atau lembaga atau

organisasi internasional;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,

atau lembaga swadaya masyarakat asing;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam

maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan

untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak

lain, yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu

kepada siapapun baik secara langsung atau tidak

langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat

dalam jabatan;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja

dari siapapun juga yang berhubungan dengan

jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10. melakukan . . .

Page 213: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang

dilayani;

11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan

menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan

mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan

menggunakan fasilitas negara;

13. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang

menguntungkan atau merugikan salah satu

pasangan calon selama masa kampanye;

dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang

menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian

barang kepada PNS dalam lingkungan unit

kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14. memberikan dukungan kepada calon anggota

Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara

memberikan surat dukungan disertai foto kopi

Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan

Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-

undangan; dan

15. memberikan . . .

Page 214: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

15. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk

mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan

jabatan dalam kegiatan kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang

menguntungkan atau merugikan salah satu

pasangan calon selama masa kampanye;

dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang

menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian

barang kepada PNS dalam lingkungan unit

kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

BAB III

HUKUMAN DISIPLIN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi

hukuman disiplin.

Pasal 6 . . .

Page 215: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 8 - Pasal 6

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang

melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman

disiplin.

Bagian Kedua

Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin

Pasal 7

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang; dan

c. hukuman disiplin berat.

(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1

(satu) tahun;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)

tahun; dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 1 (satu) tahun.

(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 3 (tiga) tahun;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan

setingkat lebih rendah;

c. pembebasan . . .

Page 216: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 9 - c. pembebasan dari jabatan;

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri sebagai PNS; dan

e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai

PNS.

Bagian Ketiga

Pelanggaran dan Jenis Hukuman

Paragraf 1

Pelanggaran Terhadap Kewajiban

Pasal 8

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

kewajiban:

1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

2. menaati segala peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

4. menjunjung . . .

Page 217: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,

dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

5. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

8. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja;

9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11

berupa:

a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja

tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) hari

kerja;

b. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk

kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam)

sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja; dan

c. pernyataan . . .

Page 218: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS

yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah

selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima

belas) hari kerja;

10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;

11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15,

apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak

sengaja;

13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran

dilakukan dengan tidak sengaja; dan

14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja.

Pasal 9

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

kewajiban:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, apabila

pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;

2. mengucapkan. . .

Page 219: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, apabila

pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif

bagi instansi yang bersangkutan;

4. menaati segala peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4,

apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi

yang bersangkutan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak

negatif bagi instansi yang bersangkutan;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,

dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif bagi instansi yang bersangkutan;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

9. bekerja . . .

Page 220: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,

apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi

yang bersangkutan;

10. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang

bersangkutan;

11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11

berupa:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1

(satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja

tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas)

sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)

tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa

alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu)

sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja;

dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak

masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26

(dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga

puluh) hari kerja;

12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12,

apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun

hanya mencapai 25% (dua puluh lima persen)

sampai dengan 50% (lima puluh persen);

13. menggunakan . . .

Page 221: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang

bersangkutan;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15,

apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran

dilakukan dengan sengaja; dan

17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang

bersangkutan.

Pasal 10

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

kewajiban:

1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

2. menaati . . .

Page 222: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

2. menaati segala ketentuan peraturan perundang-

undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif

pada pemerintah dan/atau negara;

3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,

dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

5. mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya

atau menurut perintah harus dirahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan

bersemangat untuk kepentingan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

8. melaporkan dengan segera kepada atasannya

apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau

Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau

negara; 9. masuk . . .

Page 223: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11

berupa:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah

selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak

masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31

(tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh

lima) hari kerja;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan

setingkat lebih rendah bagi PNS yang

menduduki jabatan struktural atau fungsional

tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan

yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai

dengan 40 (empat puluh) hari kerja;

c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang

menduduki jabatan struktural atau fungsional

tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan

yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai

dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri atau pemberhentian tidak

dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang

tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah

selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau

lebih;

10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12,

apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada

akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima

persen);

11. menggunakan . . .

Page 224: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 17 - 11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah

dan/atau negara;

12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh

pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau

negara.

Paragraf 2

Pelanggaran Terhadap Larangan

Pasal 11

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

larangan:

1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara, secara tidak sah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun

di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

3. bertindak . . .

Page 225: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9,

apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak

sengaja;

4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja.

Pasal 12

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

larangan:

1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun

di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada

instansi yang bersangkutan;

3. bertindak . . .

Page 226: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9,

apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,

apabila pelanggaran berdampak negatif bagi

instansi;

6. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai

pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye

dengan menggunakan atribut partai atau atribut

PNS, sebagai peserta kampanye dengan

mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan huruf

c;

7. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden dengan cara mengadakan

kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan

terhadap pasangan calon yang menjadi peserta

pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa

kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,

seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam

lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 13 huruf b;

8. memberikan . . .

Page 227: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

8. memberikan dukungan kepada calon anggota

Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara

memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu

Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda

Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14;

dan

9. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara terlibat

dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta

mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang

menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,

ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang

kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,

anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan

huruf d.

Pasal 13

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap

larangan:

1. menyalahgunakan wewenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 1;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan

pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan

kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 angka 2;

3. tanpa . . .

Page 228: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja

untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi

internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 3;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,

atau lembaga swadaya masyarakat asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang

baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun

di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu

kepada siapapun baik secara langsung atau tidak

langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat

dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 angka 7;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja

dari siapapun juga yang berhubungan dengan

jabatan dan/atau pekerjaannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 8;

9. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan

suatu tindakan yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani

sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

10. menghalangi . . .

Page 229: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

11. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara sebagai peserta

kampanye dengan menggunakan fasilitas negara,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12

huruf d;

12. memberikan dukungan kepada calon

Presiden/Wakil Presiden dengan cara membuat

keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan

atau merugikan salah satu pasangan calon selama

masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 13 huruf a; dan

13. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara

menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan

dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat

keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan

atau merugikan salah satu pasangan calon selama

masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.

Pasal 14

Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan

menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 angka 9, Pasal 9 angka 11, dan Pasal 10

angka 9 dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir

tahun berjalan.

Bagian Keempat . . .

Page 230: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Bagian Keempat

Pejabat yang Berwenang Menghukum

Pasal 15

(1) Presiden menetapkan penjatuhan hukuman disiplin

bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon

I dan jabatan lain yang pengangkatan dan

pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden

untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b, huruf c,

huruf d, dan huruf e.

(2) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan

usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pasal 16

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e;

4. struktural . . .

Page 231: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya dan Penyelia di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4);

5. struktural eselon II di lingkungan instansi

vertikal dan pejabat yang setara yang

berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Pejabat Pembina Kepegawaian

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4);

6. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

d, dan huruf e;

7. struktural eselon III ke bawah, fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke

bawah di lingkungannya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4);

dan

8. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah di lingkungannya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4)

huruf a, huruf d, dan huruf e.

b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang

menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2);

2. fungsional . . .

Page 232: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(4) huruf b dan huruf c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

4. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Madya dan

Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf

c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c;

5. fungsional . . .

Page 233: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat

(4) huruf a;

6. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c; dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf c dan ayat (4) huruf a;

d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a;

2. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Utama ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e; dan

3. fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e;

e. PNS . . .

Page 234: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan struktural

eselon II ke bawah, jabatan fungsional tertentu

jenjang Utama ke bawah, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)

huruf d dan huruf e;

f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan

g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada negara lain atau badan internasional,

atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e.

(2) Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II, fungsional tertentu

jenjang Madya, dan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan

golongan ruang IV/c di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

2. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/b sampai

dengan III/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a

dan huruf b;

b. PNS . . .

Page 235: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon II, jabatan fungsional tertentu

jenjang Madya, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan golongan

ruang IV/c untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon III,

jabatan fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang III/b sampai dengan golongan

ruang III/d untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(3) Pejabat struktural eselon II dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS . . .

Page 236: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(4) Pejabat struktural eselon II yang atasan

langsungnya:

a. Pejabat Pembina Kepegawaian; dan

b. Pejabat struktural eselon I yang bukan Pejabat

Pembina Kepegawaian,

selain menetapkan penjatuhan hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga

berwenang menetapkan penjatuhan hukuman

disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan

struktural eselon IV ke bawah, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan jabatan fungsional umum golongan ruang III/d

ke bawah di lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf c.

(5) Pejabat . . .

Page 237: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

(5) Pejabat struktural eselon III dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon IV, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana

Lanjutan, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang II/c sampai dengan golongan

ruang III/b untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon V,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana

dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional

umum golongan ruang II/a dan golongan ruang

II/b untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(6) Pejabat . . .

Page 238: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

(6) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. fungsional umum golongan ruang I/a

sampai dengan golongan ruang I/d untuk

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf

b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon V, jabatan fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan fungsional umum

golongan ruang I/a sampai dengan golongan

ruang I/d untuk hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(7) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan fungsional

umum golongan ruang I/a sampai dengan

golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

b. PNS . . .

Page 239: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

fungsional umum golongan ruang I/a sampai

dengan golongan ruang I/d untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2).

Pasal 17

Kepala Perwakilan Republik Indonesia menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang

dipekerjakan atau diperbantukan pada Perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

dan ayat (4) huruf b dan huruf c.

Pasal 18

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS Daerah Provinsi yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e di lingkungannya

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e;

4. struktural . . .

Page 240: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya dan Penyelia di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4);

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

d, dan huruf e;

6. struktural eselon III ke bawah, fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke

bawah di lingkungannya untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4);

dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4)

huruf a, huruf d, dan huruf e;

b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang

menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2);

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(4) huruf b dan huruf c;

3. fungsional . . .

Page 241: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

4. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Madya dan

Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf

c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c;

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a;

6. struktural . . .

Page 242: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

6. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf

a, huruf b, dan huruf c; dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf c dan ayat (4) huruf a;

d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a;

2. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Utama ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e; dan

3. fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e;

e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan struktural

eselon II ke bawah, jabatan fungsional tertentu

jenjang Utama ke bawah, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)

huruf d dan huruf e;

f. PNS . . .

Page 243: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 36 -

f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan

g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada negara lain atau badan internasional,

atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e.

(2) Pejabat struktural eselon I menetapkan penjatuhan

hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II, fungsional tertentu

jenjang Madya, dan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan

golongan ruang IV/c di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/b sampai

dengan III/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a

dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon II, jabatan fungsional tertentu

jenjang Madya, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang IV/a sampai dengan golongan

ruang IV/c, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS . . .

Page 244: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 37 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon III,

jabatan fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang III/b sampai dengan golongan

ruang III/d, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(3) Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan

hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

c. PNS . . .

Page 245: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 38 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(4) Pejabat struktural eselon III menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon IV, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana

Lanjutan, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang II/c sampai dengan golongan

ruang III/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS . . .

Page 246: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 39 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon V,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana

dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional

umum golongan ruang II/a dan golongan ruang

II/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(5) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. fungsional umum golongan ruang I/a

sampai dengan golongan ruang I/d, untuk

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf

b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya, yang menduduki jabatan

struktural eselon V, jabatan fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS . . .

Page 247: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan fungsional umum

golongan ruang I/a sampai dengan golongan

ruang I/d, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(6) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan fungsional

umum golongan ruang I/a sampai dengan

golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

fungsional umum golongan ruang I/a sampai

dengan golongan ruang I/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2).

Pasal 19

Gubernur selaku wakil Pemerintah menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS Daerah Kabupaten/Kota dan PNS Daerah

Kabupaten/Kota yang dipekerjakan atau

diperbantukan pada Kabupaten/Kota lain dalam

satu provinsi yang menduduki jabatan Sekretaris

Daerah Kabupaten/Kota, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(4) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e; dan

b. PNS . . .

Page 248: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 41 -

b. PNS Daerah Kabupaten/Kota dari provinsi lain yang

dipekerjakan atau diperbantukan pada

Kabupaten/Kota di provinsinya yang menduduki

jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c.

Pasal 20

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah

Kabupaten/Kota menetapkan penjatuhan hukuman

disiplin bagi:

a. PNS Daerah Kabupaten/Kota yang menduduki

jabatan:

1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a, huruf d, dan huruf e;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya dan Penyelia di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

5. fungsional . . .

Page 249: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 42 -

5. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

d, dan huruf e;

6. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4); dan

7. fungsional umum golongan ruang III/d ke

bawah di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a, huruf d, dan huruf e;

b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang

menduduki jabatan:

1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(4) huruf b dan huruf c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d

dan golongan ruang IV/e, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

4. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Madya dan

Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan

huruf c;

c. PNS . . .

Page 250: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 43 -

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan:

1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a;

2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf

c;

3. fungsional umum golongan ruang IV/a

sampai dengan golongan ruang IV/e,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;

4. struktural eselon II dan fungsional

tertentu jenjang Madya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) huruf a, huruf b, dan huruf c;

5. struktural eselon III ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Muda dan

Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf

b, dan huruf c; dan

6. fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf

a;

d. PNS . . .

Page 251: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 44 -

d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II ke bawah dan

fungsional tertentu jenjang Utama ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e; dan

2. fungsional umum golongan ruang IV/e ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan

huruf e;

e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi

induknya yang menduduki jabatan struktural

eselon II ke bawah dan jabatan fungsional

tertentu jenjang Utama ke bawah serta jabatan

fungsional umum golongan IV/e ke bawah,

untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan

huruf e;

f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan

g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan

pada negara lain atau badan internasional,

atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,

dan huruf e.

(2) Sekretaris . . .

Page 252: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 45 -

(2) Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon II di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2);

2. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

3. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(3) Pejabat . . .

Page 253: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 46 -

(3) Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan

hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon III, fungsional tertentu

jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional

umum golongan ruang III/c dan golongan

ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon III, jabatan fungsional

tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang III/c

dan golongan ruang III/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon IV,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama

dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan

fungsional umum golongan ruang II/c sampai

dengan golongan ruang III/b, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.

(4) Pejabat . . .

Page 254: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 47 -

(4) Pejabat struktural eselon III menetapkan

penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon IV, fungsional tertentu

jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,

dan fungsional umum golongan ruang II/c

sampai dengan golongan ruang III/b di

lingkungannya, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2); dan

2. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(3) huruf a dan huruf b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon IV, jabatan fungsional

tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana

Lanjutan, dan jabatan fungsional umum

golongan ruang II/c sampai dengan golongan

ruang III/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan struktural eselon V,

jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana

dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional

umum golongan ruang II/a dan golongan ruang

II/b, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(5) Pejabat . . .

Page 255: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 48 -

(5) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang

setara menetapkan penjatuhan hukuman disiplin

bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,

dan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b di lingkungannya,

untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(2); dan

2. fungsional umum golongan ruang I/a

sampai dengan golongan ruang I/d, untuk

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf

b;

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

struktural eselon V, fungsional tertentu

jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan

jabatan fungsional umum golongan ruang II/a

dan golongan ruang II/b, untuk jenis hukuman

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2); dan

c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya

yang menduduki jabatan fungsional umum

golongan ruang I/a sampai dengan golongan

ruang I/d, untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf a dan huruf b.

(6) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara

menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan fungsional

umum golongan ruang I/a sampai dengan

golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2); dan b. PNS . . .

Page 256: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 49 -

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di

lingkungannya yang menduduki jabatan

fungsional umum golongan ruang I/a sampai

dengan golongan ruang I/d, untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2).

Pasal 21

(1) Pejabat yang berwenang menghukum wajib

menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin.

(2) Apabila Pejabat yang berwenang menghukum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut

dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.

(3) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) sama dengan jenis hukuman disiplin yang

seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin.

(4) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga

menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang

melakukan pelanggaran disiplin.

Pasal 22

Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang

menghukum, maka kewenangan menjatuhkan hukuman

disiplin menjadi kewenangan pejabat yang lebih tinggi.

Bagian Kelima . . .

Page 257: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 50 -

Bagian Kelima

Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan, dan

Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin

Pasal 23

(1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin

dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk

dilakukan pemeriksaan.

(2) Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan

pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat 7

(tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.

(3) Apabila pada tanggal yang seharusnya yang

bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka

dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7

(tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang

bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.

(4) Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) PNS yang bersangkutan

tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang

menghukum menjatuhkan hukuman disiplin

berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada

tanpa dilakukan pemeriksaan.

Pasal 24

(1) Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap

atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu

PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan

dalam bentuk berita acara pemeriksaan.

(3) Apabila . . .

Page 258: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 51 - (3) Apabila menurut hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) kewenangan untuk

menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS

tersebut merupakan kewenangan:

a. atasan langsung yang bersangkutan maka

atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan

hukuman disiplin;

b. pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung

tersebut wajib melaporkan secara hierarki

disertai berita acara pemeriksaan.

Pasal 25

(1) Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman

hukumannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (3) dan ayat (4) dapat dibentuk Tim Pemeriksa.

(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan,

dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang

ditunjuk.

(3) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau

pejabat lain yang ditunjuk.

Pasal 26

Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa

atau pejabat yang berwenang menghukum dapat

meminta keterangan dari orang lain.

Pasal 27 . . .

Page 259: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 52 - Pasal 27

(1) Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang

diduga melakukan pelanggaran disiplin dan

kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin

tingkat berat, dapat dibebaskan sementara dari

tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang

bersangkutan diperiksa.

(2) Pembebasan sementara dari tugas jabatannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku

sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman

disiplin.

(3) PNS yang dibebaskan sementara dari tugas

jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak ada, maka pembebasan

sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat

yang lebih tinggi.

Pasal 28

(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 24 ayat (2) harus ditandatangani oleh

pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa.

(2) Dalam hal PNS yang diperiksa tidak bersedia

menandatangani berita acara pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berita acara

pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai dasar

untuk menjatuhkan hukuman disiplin.

(3) PNS yang diperiksa berhak mendapat foto kopi

berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

Pasal 29 . . .

Page 260: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 53 - Pasal 29

(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 pejabat yang

berwenang menghukum menjatuhkan hukuman

disiplin.

(2) Dalam keputusan hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus disebutkan

pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang

bersangkutan.

Pasal 30

(1) PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata

melakukan beberapa pelanggaran disiplin,

terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis

hukuman disiplin yang terberat setelah

mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.

(2) PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin

kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang

sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman

disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin

terakhir yang pernah dijatuhkan.

(3) PNS tidak dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali

atau lebih untuk satu pelanggaran disiplin.

(4) Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau

diperbantukan di lingkungannya akan dijatuhi

hukuman disiplin yang bukan menjadi

kewenangannya, Pimpinan instansi atau Kepala

Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman

disiplin kepada pejabat pembina kepegawaian

instansi induknya disertai berita acara

pemeriksaan.

Pasal 31 . . .

Page 261: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 54 - Pasal 31

(1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan

dengan keputusan pejabat yang berwenang

menghukum.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang

berwenang menghukum atau pejabat lain yang

ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta

tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi

terkait.

(3) Penyampaian keputusan hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak

keputusan ditetapkan.

(4) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin

tidak hadir pada saat penyampaian keputusan

hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang

bersangkutan.

BAB IV

UPAYA ADMINISTRATIF

Pasal 32

Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding

administratif.

Pasal 33

Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

a. Presiden;

b. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf

b, dan huruf c;

c. Gubernur . . .

Page 262: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 55 -

c. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; dan

e. Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2),

tidak dapat diajukan upaya administratif.

Pasal 34

(1) Hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 yaitu jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b yang

dijatuhkan oleh:

a. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang

setara ke bawah;

b. Sekretaris Daerah/Pejabat struktural eselon II

Kabupaten/Kota ke bawah/Pejabat yang setara

ke bawah;

c. Pejabat struktural eselon II ke bawah di

lingkungan instansi vertikal dan unit dengan

sebutan lain yang atasan langsungnya Pejabat

struktural eselon I yang bukan Pejabat

Pembina Kepegawaian; dan

d. Pejabat struktural eselon II ke bawah di

lingkungan instansi vertikal dan Kantor

Perwakilan Provinsi dan unit setara dengan

sebutan lain yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian.

(2) Hukuman . . .

Page 263: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 56 -

(2) Hukuman disiplin yang dapat diajukan banding

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

32 yaitu hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

a. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e; dan

b. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e.

Pasal 35

(1) Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

ayat (1), diajukan secara tertulis kepada atasan

pejabat yang berwenang menghukum dengan

memuat alasan keberatan dan tembusannya

disampaikan kepada pejabat yang berwenang

menghukum.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari,

terhitung mulai tanggal yang bersangkutan

menerima keputusan hukuman disiplin.

Pasal 36

(1) Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), harus

memberikan tanggapan atas keberatan yang

diajukan oleh PNS yang bersangkutan.

(2) Tanggapan . . .

Page 264: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 57 -

(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertulis kepada atasan Pejabat

yang berwenang menghukum, dalam jangka waktu

6 (enam) hari kerja terhitung mulai tanggal yang

bersangkutan menerima tembusan surat keberatan.

(3) Atasan pejabat yang berwenang menghukum wajib

mengambil keputusan atas keberatan yang diajukan

oleh PNS yang bersangkutan dalam jangka waktu

21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung mulai

tanggal yang bersangkutan menerima surat

keberatan.

(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) pejabat yang berwenang menghukum

tidak memberikan tanggapan atas keberatan maka

atasan pejabat yang berwenang menghukum

mengambil keputusan berdasarkan data yang ada.

(5) Atasan pejabat yang berwenang menghukum dapat

memanggil dan/atau meminta keterangan dari

pejabat yang berwenang menghukum, PNS yang

dijatuhi hukuman disiplin, dan/atau pihak lain

yang dianggap perlu.

Pasal 37

(1) Atasan Pejabat yang berwenang menghukum dapat

memperkuat, memperingan, memperberat, atau

membatalkan hukuman disiplin yang dijatuhkan

oleh pejabat yang berwenang menghukum.

(2) Penguatan, peringanan, pemberatan, atau

pembatalan hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

keputusan Atasan Pejabat yang berwenang

menghukum.

(3) Keputusan . . .

Page 265: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 58 -

(3) Keputusan Atasan Pejabat yang berwenang

menghukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

bersifat final dan mengikat.

(4) Apabila dalam waktu lebih 21 (dua puluh satu) hari

kerja Atasan Pejabat yang berwenang menghukum

tidak mengambil keputusan atas keberatan maka

keputusan pejabat yang berwenang menghukum

batal demi hukum.

Pasal 38

(1) PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2), dapat

mengajukan banding administratif kepada Badan

Pertimbangan Kepegawaian.

(2) Ketentuan mengenai banding administratif diatur

lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang Badan Pertimbangan

Kepegawaian.

Pasal 39

(1) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin:

a. mengajukan banding administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 maka

gajinya tetap dibayarkan sepanjang yang

bersangkutan tetap melaksanakan tugas;

b. tidak mengajukan banding administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 maka

pembayaran gajinya dihentikan terhitung mulai

bulan berikutnya sejak hari ke 15 (lima belas)

keputusan hukuman disiplin diterima.

(2) Penentuan . . .

Page 266: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 59 - (2) Penentuan dapat atau tidaknya PNS melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

menjadi kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian

dengan mempertimbangkan dampak terhadap

lingkungan kerja.

Pasal 40

(1) PNS yang meninggal dunia sebelum ada keputusan

atas upaya administratif, diberhentikan dengan

hormat sebagai PNS dan diberikan hak-hak

kepegawaiannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) PNS yang mencapai batas usia pensiun sebelum ada

keputusan atas:

a. keberatan, dianggap telah selesai menjalani

hukuman disiplin dan diberhentikan dengan

hormat sebagai PNS serta diberikan hak-hak

kepegawaiannya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. banding administratif, dihentikan pembayaran

gajinya sampai dengan ditetapkannya

keputusan banding administratif.

(3) Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) huruf b meninggal dunia,

diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-

hak kepegawaiannya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 41

(1) PNS yang mengajukan keberatan kepada atasan

Pejabat yang berwenang menghukum atau banding

administratif kepada Badan Pertimbangan

Kepegawaian, tidak diberikan kenaikan pangkat

dan/atau kenaikan gaji berkala sampai dengan

ditetapkannya keputusan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap.

(2) Apabila . . .

Page 267: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 60 -

(2) Apabila keputusan pejabat yang berwenang

menghukum dibatalkan maka PNS yang

bersangkutan dapat dipertimbangkan kenaikan

pangkat dan/atau kenaikan gaji berkala sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 42

PNS yang sedang dalam proses pemeriksaan karena

diduga melakukan pelanggaran disiplin atau sedang

mengajukan upaya administratif tidak dapat disetujui

untuk pindah instansi.

BAB V

BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN

DAN PENDOKUMENTASIAN

KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN

Bagian Kesatu

Berlakunya Hukuman Disiplin

Pasal 43

Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

a. Presiden;

b. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf

b, dan huruf c;

c. Gubernur . . .

Page 268: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 61 -

c. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;

d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; dan

e. Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2),

mulai berlaku sejak tanggal keputusan ditetapkan.

Pasal 44

(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat

selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,

apabila tidak diajukan keberatan maka mulai

berlaku pada hari ke 15 (lima belas) setelah

keputusan hukuman disiplin diterima.

(2) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat

selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,

apabila diajukan keberatan maka mulai berlaku

pada tanggal ditetapkannya keputusan atas

keberatan.

Pasal 45

(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat

Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku wakil

pemerintah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf

d dan huruf e, apabila tidak diajukan banding

administratif maka mulai berlaku pada hari ke 15

(lima belas) setelah keputusan hukuman disiplin

diterima.

(2) Hukuman . . .

Page 269: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 62 -

(2) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat

Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku wakil

pemerintah untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf

d dan huruf e, apabila diajukan banding

administratif maka mulai berlaku pada tanggal

ditetapkannya keputusan banding administratif.

Pasal 46

Apabila PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir

pada waktu penyampaian keputusan hukuman disiplin

maka hukuman disiplin berlaku pada hari ke 15 (lima

belas) sejak tanggal yang ditentukan untuk penyampaian

keputusan hukuman disiplin.

Bagian Kedua

Pendokumentasian Keputusan Hukuman Disiplin

Pasal 47

(1) Keputusan hukuman disiplin wajib

didokumentasikan oleh pejabat pengelola

kepegawaian di instansi yang bersangkutan.

(2) Dokumen keputusan hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan

sebagai salah satu bahan penilaian dalam

pembinaan PNS yang bersangkutan.

BAB VI . . .

Page 270: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 63 -

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

(1) Hukuman disiplin yang telah dijatuhkan sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan sedang

dijalani oleh PNS yang bersangkutan dinyatakan

tetap berlaku.

(2) Keberatan yang diajukan kepada atasan pejabat

yang berwenang menghukum atau banding

administratif kepada Badan Pertimbangan

Kepegawaian sebelum berlakunya Peraturan

Pemerintah ini diselesaikan sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin PNS beserta peraturan

pelaksanaannya.

(3) Apabila terjadi pelanggaran disiplin dan telah

dilakukan pemeriksaan sebelum berlakunya

Peraturan Pemerintah ini maka hasil pemeriksaan

tetap berlaku dan proses selanjutnya berlaku

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

(4) Apabila terjadi pelanggaran disiplin sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan belum

dilakukan pemeriksaan maka berlaku ketentuan

dalam Peraturan Pemerintah ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur

lebih lanjut oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Pasal 50 . . .

Page 271: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 64 -

Pasal 50

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:

1. Ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri

Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3149) sebagaimana telah

dua kali diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 141),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980

Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3176), dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

3. Ketentuan pelaksanaan mengenai disiplin PNS yang

ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan belum diubah berdasarkan

Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 51

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar . . .

Page 272: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 65 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal .6 Juni 2010.......

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 6 Juni 2010

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 74

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan

Page 273: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 53 TAHUN 2010

TENTANG

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. UMUM

Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan

bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan

prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka

PNS sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk setia kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah, bersikap

disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan

tugas.

Untuk menumbuhkan sikap disiplin PNS, pasal 30 Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

mengamanatkan ditetapkannya peraturan pemerintah mengenai

disiplin PNS. Selama ini ketentuan mengenai disiplin PNS telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Namun demikian peraturan pemerintah

tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan,

karena tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini.

Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral

tersebut, mutlak diperlukan peraturan disiplin PNS yang dapat

dijadikan pedoman dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat

menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas

serta dapat mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem

karier dan sistem prestasi kerja.

Peraturan . . .

Page 274: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS ini antara lain

memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat

dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran.

Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina PNS yang

telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai

sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri

pada masa yang akan datang.

Dalam Peraturan Pemerintah ini secara tegas disebutkan jenis

hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran

disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat yang

berwenang menghukum serta memberikan kepastian dalam

menjatuhkan hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan

kewenangan bagi pejabat yang berwenang menghukum telah

ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Penjatuhan hukuman berupa jenis hukuman disiplin ringan,

sedang, atau berat sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang

dilakukan oleh PNS yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan

latar belakang dan dampak dari pelanggaran yang dilakukan.

Kewenangan untuk menetapkan keputusan pemberhentian bagi

PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dilakukan berdasarkan

Peraturan Pemerintah ini.

Selain hal tersebut di atas, bagi PNS yang dijatuhi hukuman

disiplin diberikan hak untuk membela diri melalui upaya administratif,

sehingga dapat dihindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam

penjatuhan hukuman disiplin.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3 . . .

Page 275: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Pasal 3

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Yang dimaksud dengan “setia dan taat sepenuhnya kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

Pemerintah” adalah setiap PNS di samping taat juga

berkewajiban melaksanakan ketentuan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kebijakan

negara dan Pemerintah serta tidak mempermasalahkan

dan/atau menentang Pancasila, dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Angka 4

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”

adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “tugas kedinasan” adalah tugas yang

diberikan oleh atasan yang berwenang dan berhubungan

dengan:

a. perintah kedinasan;

b. peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian

atau peraturan yang berkaitan dengan kepegawaian;

c. peraturan kedinasan;

d. tata tertib di lingkungan kantor; atau

e. standar prosedur kerja (Standar Operating Procedure atau

SOP).

Angka 6 . . .

Page 276: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Yang dimaksud dengan “menurut sifatnya” dan “menurut

perintah” adalah didasarkan pada peraturan perundang-

undangan, perintah kedinasan, dan/atau kepatutan.

Angka 9

Cukup jelas.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Yang dimaksud dengan kewajiban untuk “masuk kerja dan

menaati ketentuan jam kerja” adalah setiap PNS wajib

datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan

jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena

dinas. Apabila berhalangan hadir wajib memberitahukan

kepada pejabat yang berwenang.

Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung

secara kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam

sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.

Angka 12

Yang dimaksud dengan “sasaran kerja pegawai” adalah

rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang

pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara

pegawai dengan atasan pegawai.

Angka 13 . . .

Page 277: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Yang dimaksud dengan “memberikan pelayanan sebaik-

baiknya kepada masyarakat” adalah memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah,

terjangkau, dan terukur, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Angka 15

Cukup jelas.

Angka 16

Yang dimaksud dengan “memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk mengembangkan karier” adalah memberi

kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan

kemampuan dalam rangka pengembangan karier, antara lain

memberi kesempatan mengikuti rapat, seminar, diklat, dan

pendidikan formal lanjutan.

Angka 17

Cukup jelas.

Pasal 4

Angka 1

Yang dimaksud dengan “menyalahgunakan wewenang”

adalah menggunakan kewenangannya untuk melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan

pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak sesuai

dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut.

Angka 2

Contoh:

Seorang PNS yang tidak memiliki wewenang di bidang

perizinan membantu mengurus perizinan bagi orang lain

dengan memperoleh imbalan.

Angka 3 . . .

Page 278: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “memiliki, menjual, membeli,

menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-

barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau

surat berharga milik negara secara tidak sah” adalah

perbuatan yang dilakukan tidak atas dasar ketentuan

termasuk tata cara maupun kualifikasi barang, dokumen,

atau benda lain yang dapat dipindahtangankan.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan struktural

dan jabatan fungsional tertentu.

Angka 8

PNS dilarang menerima hadiah, padahal diketahui dan patut

diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau

disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya.

Angka 9

Yang dimaksud dengan “bertindak sewenang-wenang” adalah

setiap tindakan atasan kepada bawahan yang tidak sesuai

dengan peraturan kedinasan seperti tidak memberikan tugas

atau pekerjaan kepada bawahan, atau memberikan nilai

hasil pekerjaan (Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai) tidak

berdasarkan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan.

Angka 10 . . .

Page 279: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Yang dimaksud dengan “menghalangi berjalannya tugas

kedinasan” adalah perbuatan yang mengakibatkan tugas

kedinasan menjadi tidak lancar atau tidak mencapai hasil

yang harus dipenuhi.

Contoh:

PNS yang tidak memberikan dukungan dalam hal diperlukan

koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi dalam tugas

kedinasan.

Angka 12

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

PNS sebagai peserta kampanye hadir untuk mendengar,

menyimak visi, misi, dan program yang ditawarkan

peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau

PNS.

Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut partai”

adalah dengan menggunakan dan/atau memanfaatkan

pakaian, kendaraan, atau media lain yang bergambar

partai politik dan/atau calon anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, dan/atau calon Presiden/Wakil Presiden

dalam masa kampanye.

Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut PNS”

adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam

dinas, kendaraan dinas, dan lain-lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d . . .

Page 280: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Huruf d

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Cukup jelas.

Angka 15

Huruf a

Yang dimaksud dengan “terlibat dalam kegiatan

kampanye” adalah seperti PNS bertindak sebagai

pelaksana kampanye, petugas kampanye/tim sukses,

tenaga ahli, penyandang dana, pencari dana, dan lain-

lain.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

PNS yang melanggar ketentuan disiplin PNS dijatuhi hukuman

disiplin dan apabila perbuatan tersebut terdapat unsur pidana

maka terhadap PNS tersebut tidak tertutup kemungkinan dapat

dikenakan hukuman pidana.

Pasal 7 . . .

Page 281: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan

dan disampaikan secara lisan oleh pejabat yang

berwenang menghukum kepada PNS yang melakukan

pelanggaran disiplin.

Apabila seorang atasan menegur bawahannya tetapi

tidak dinyatakan secara tegas sebagai hukuman

disiplin, bukan hukuman disiplin.

Huruf b

Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis

dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat

yang berwenang menghukum kepada PNS yang

melakukan pelanggaran.

Huruf c

Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas

secara tertulis dinyatakan dan disampaikan secara

tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum

kepada PNS yang melakukan pelanggaran.

Ayat (3)

Huruf a

Masa penundaan kenaikan gaji berkala tersebut

dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 282: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Ayat (4)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat

lebih rendah dengan memperhatikan jabatan yang

lowong dan persyaratan jabatan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan

struktural dan fungsional tertentu.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 8

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6 . . .

Page 283: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Yang dimaksud dengan “tanpa alasan yang sah” adalah

bahwa alasan ketidakhadirannya tidak dapat diterima akal

sehat.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Jenis hukuman disiplin terhadap pelanggaran ketentuan ini

mengacu antara lain pada peraturan perundang-undangan

tentang pelayanan publik.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Cukup jelas.

Pasal 9

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 . . .

Page 284: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Cukup jelas.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 9.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14 . . .

Page 285: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Angka 14

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 15

Cukup jelas.

Angka 16

Cukup jelas.

Angka 17

Cukup jelas.

Pasal 10

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9 . . .

Page 286: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Angka 9

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 9.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Cukup jelas.

Angka 12

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 13

Cukup jelas.

Pasal 11

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11

Angka 5

Cukup jelas.

Pasal 12

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 . . .

Page 287: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Cukup jelas.

Pasal 13

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5 . . .

Page 288: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Cukup jelas.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Yang dimaksud dengan “dihitung secara kumulatif sampai

dengan akhir tahun berjalan” adalah bahwa pelanggaran yang

dilakukan dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun yang bersangkutan.

Contoh: . . .

Page 289: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Contoh:

Seorang PNS dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret

2011 tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari maka yang

bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran lisan.

Selanjutnya, pada bulan Mei sampai dengan Juli 2011 yang

bersangkutan tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari, sehingga

jumlahnya menjadi 7 (tujuh) hari. Dalam hal demikian, maka

yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran

tertulis.

Selanjutnya, pada bulan September sampai dengan bulan

Nopember 2011 yang bersangkutan tidak masuk kerja selama 5

(lima) hari, sehingga jumlahnya menjadi 12 (dua belas) hari.

Dalam hal demikian, maka yang bersangkutan dijatuhi hukuman

disiplin berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.

Pasal 15

Ayat (1)

Pejabat struktural eselon I yang diturunkan jabatannya

menjadi pejabat struktural eselon II maka untuk

pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ditetapkan

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).

Yang dimaksud dengan “jabatan lain yang pengangkatan dan

pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden” antara lain

Panitera Mahkamah Agung dan Panitera Mahkamah

Konstitusi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 . . .

Page 290: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Yang dimaksud dengan “pejabat struktural eselon

II” antara lain adalah:

a. Pejabat struktural eselon II di lingkungan

Direktorat Jenderal atau Badan atau

Sekretariat Jenderal, seperti Direktur, Kepala

Pusat, Kepala Biro;

b. Pejabat struktural eselon II di lingkungan

instansi vertikal yang atasan langsungnya

Pejabat struktural eselon I yang Bukan Pejabat

Pembina Kepegawaian, seperti Kepala Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai;

c. Pejabat struktural eselon II b di lingkungan Unit Pelaksana Teknis, seperti Kepala Balai

Besar.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “pejabat struktural eselon

II” adalah Pejabat struktural eselon II di

lingkungan instansi vertikal dan Kepala Kantor

Perwakilan Provinsi atau Kepala unit setara

dengan sebutan lain yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian, seperti Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa

Keuangan, Kepala Kantor Regional Badan

Kepegawaian Negara, dan Kepala Kejaksaan

Tinggi.

Angka 6 . . .

Page 291: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Rektor dan Dekan.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Ketua Pengadilan Tinggi.

Ayat (4) . . .

Page 292: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Ayat (4)

Lihat penjelasan ayat (1) angka 4 dan angka 5.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Ketua Pengadilan Negeri, Direktur

Akademi.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Kepala Sekolah Menengah Atas,

Kepala Sekolah Menengah Pertama.

Ayat (7)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS

yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit

kerja tertentu, antara lain Kepala Sekolah Dasar, Kepala

Taman Kanak-Kanak.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Jabatan struktural eselon I di Provinsi adalah

jabatan Sekretaris Daerah Provinsi.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4 . . .

Page 293: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 294: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (6).

Ayat (6)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (7).

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Jabatan struktural eselon II antara lain adalah

Kepala Dinas di lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7 . . .

Page 295: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Angka 7

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Angka 1

Jabatan struktural eselon II adalah Asisten di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c . . .

Page 296: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (6).

Ayat (6)

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (7).

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Ketentuan penjatuhan hukuman disiplin oleh atasan kepada

pejabat yang seharusnya menghukum berlaku juga bagi

atasan dari atasan secara berjenjang.

Penjatuhan hukuman disiplin oleh atasan kepada pejabat

yang tidak menjatuhkan hukuman disiplin, dilakukan

setelah mendengar keterangannya, dan tidak perlu

dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 22 . . .

Page 297: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Pasal 22

Yang dimaksud dengan “tidak terdapat pejabat yang berwenang

menghukum” adalah terdapat satuan organisasi yang pejabatnya

lowong, antara lain karena berhalangan tetap, atau tidak terdapat

dalam struktur organisasi.

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Dalam menentukan tanggal pemeriksaan berikutnya harus

pula diperhatikan waktu yang diperlukan untuk

menyampaikan surat panggilan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Tujuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini,

adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan

benar atau tidak melakukan pelanggaran disiplin, serta

untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong atau

menyebabkan ia melakukan pelanggaran disiplin.

Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan obyektif,

sehingga dengan demikian pejabat yang berwenang

menghukum dapat mempertimbangkan dengan seadil-

adilnya tentang jenis hukuman disiplin yang akan

dijatuhkan.

Ayat (2) . . .

Page 298: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pemeriksaan secara tertutup”

adalah pemeriksaan hanya dihadiri oleh PNS yang diduga

melakukan pelanggaran disiplin dan pemeriksa.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 25

Ayat (1)

Tim Pemeriksa bersifat temporer (Ad Hoc).

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Pembebasan sementara dari tugas jabatannya dimaksudkan

untuk kelancaran pemeriksaan dan pelaksanaan tugas-

tugasnya.

Selama PNS yang bersangkutan dibebaskan sementara dari

tugas jabatannya, diangkat pejabat pelaksana harian.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 299: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “secara tertutup” adalah bahwa

penyampaian surat keputusan hanya diketahui PNS yang

bersangkutan dan pejabat yang menyampaikan keputusan

serta pejabat lain yang terkait, dengan ketentuan bahwa

pejabat terkait dimaksud jabatan dan pangkatnya tidak

boleh lebih rendah dari PNS yang bersangkutan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34 . . .

Page 300: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

Pasal 34

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (1) angka 4 huruf b dan

huruf c.

Huruf d

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (1) angka 5.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “final dan mengikat” adalah

terhadap keputusan penguatan, peringanan, pemberatan,

atau pembatalan hukuman disiplin tidak dapat diajukan

keberatan dan wajib dilaksanakan.

Ayat (4) . . .

Page 301: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Dalam hal PNS yang bersangkutan sebelumnya dijatuhkan

hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan

hormat maka keputusan pemberhentiannya ditinjau kembali

oleh pejabat yang berwenang menjadi pemberhentian dengan

hormat.

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “keputusan yang dibatalkan” adalah

bahwa berdasarkan keputusan atasan pejabat yang

berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan

Kepegawaian, PNS yang bersangkutan dinyatakan tidak

bersalah.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43 . . .

Page 302: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5135

Page 303: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN …

UBAY MULYAWAN Tlpn : 081288325956

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Jenis kelamin Tempat, tanggal lahir Kewarganegaraan Status perkawinan Tinggi, berat badan Kesehatan Agama Pendidikan terakhir Alamat lengkap Telepon, HP E-mail

: Ubay Mulyawan : Laki-Laki : Serang, 25 Maret 1994 : Indonesia : Belum Menikah : 163 cm, 65 kg : Sangat Baik : Islam : SMA

: Jl. Raya Jakarta Km.06 Rt/Rw. 001/001 Kp/Ds Kalodran Kec. Walantaka Kota Serang 42182 BANTEN : 081288325956 : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal 1999 – 2005 : SD Negeri JAMI 2005 – 2008 : SMP N 2 CIRUAS 2008 – 2011 : MAN 2 SERANG 2011 – 2015 : UNTIRTA SERANG

Serang, Agustus 2015