IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI
NEGERI SIPIL (PNS) DI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
UBAY MULYAWAN
NIM 6661112322
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2015
NamaNIM
LEMBAR PENGESAHAN
: UBAYMT,LYAWAN:6661112322
Judul skripsi : TMPLEMENTAST PERATURAN PEMERTNTAH NoMoR53 TAIIUN 2O1O TENTAI\IG I}ISPLIN PEGAWAI I\IEGERISIPIL (pNS) I]r BN)Ar{ LTNGKUNGAII HIDITP DAERAHKOTA SERAI\IG
Telah Diuji di Hadapan Dewan PengujiAgushrs 2015 dan dinyatakan LULUS.
KetuaPenguji
Listyaningsih. M.SiNrP. I 97603292A$ r2200t
Anggota:
Titi Stiawati. M.SiNrP. 19701 1252005012001
Anggota:
Yeni Widyastuti. M.SiNIP. 197602102005012003
Sidang Slaipsi di Serang, tanggal 27
Serang, Septeffier 2Ci5
Mengetahui,
l
12001
PERI\TYATAAN ORISINALITA S
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
Nim
:UBAYMULYAWAN
: 6661 112322
Tempat tanggal lahir : Serang 25 Maret 7994
Program Studi : Ilmu Administasi Negara
Menvatakan skripsi yine berjudul "IMPLEMENTASI PERATURANPEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2O1O TENTANG DISIPLIN PEGAWAINEGERI SIPL (PNS) DI BADAN LINGKIJNGAN HIDUP DAERAH KOTASERANC/'. Adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupunyang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi initerbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
2015
Nama
NIM
Judul Slaipsi
LEMBAR PERSETUJUAI\I
: UBAYMULYAWAN
: 6661,112322
: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 53 TAHUN 2O1O TENTANG DISIPLIN
PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI BADAN
LINGKUNGAN HIDI]P DAERAH KOTA SERANG
Serang, Agustus 2015
Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan
Menyetujui,
IImu Politikyasa
NIP. 197602102005012003
Pembimbing II
NIP. 1 9760 1062006042007
Mengetahui
"-s
Tunjuk Satu Arah, Singkirkan yang Menghalagi
. . . . . . . . .
Abstract
Ubay Mulyawan, 666111232. Thesis.2015.The implementation of Government Environment Board Agency. 0f regulation no. 53 / 2010 about discipline of civil servants in (environmental board the area) of a Serang Regency .Public Administration Department Factury of Social & Political Seience. Sultan Ageng Tirtayasa University. Ist Aduisor : Yeni Widyastuti , M.Si .2nd Aduisor: Rini Handayani , M.si .
Password: Civil Servent, Disipline Implementation The establishment of PP no. 53 / 2010 on discipline of civil servants because of Public demand of the improving performance of civil servants and services, along with the implementation of reformation in bureaucracy.Civil servant discipline regulation aimed to make civil servants discipline but in fact a civil servant of BLHD Serang city have not fulfilled regulations discipline. The purpose of this research is to the implementation and influence factor that blated with the implementation the informant of this research are his head deprtement of BKD, also the public..Data is collected through interviews, observation, documentation and the study of literature available as well as using a technique according to Miles dan Hamberrman data analysis.The theory usel for this resserch is a model of Van Meter and Van Horn (Agustino 2008). The resoult shoel that the implementation of GOvermernment regulation 53 / 2010 not optimal because some factor that are less bugeting & lock of socialiecation. Recommendation are there should be a special buget to support and a comprehensive socialisation of civil servent.
ABSTRAK
Ubay Mulyawan, 6661112322. 2015 skripsi. Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. Program Studi. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Yeni Widyastuti, M.Si. Dosen Pembimbing II: Rini Handayani, M.Si.
Kata Kunci: Disiplin, Pegawai Negeri Sipil
Ditetapkannya PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil karena adanya tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kinerja dan pelayanan PNS seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi. Peraturan Disiplin PNS bertujuan agar PNS Disiplin namun pada kenyataanya PNS di BLHD Kota Serang belum memenuhi peraturan disiplin. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui penerapan aturan tersebut dan factor-faktor yang mempengaruhi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen Penelitian ini yaitu peneliti sendiri sedangkan sumber penelitiannya adalah PNS di BLHD Kota Serang, Kepala BKD Kota Serang dan Masyarakat umum di Sekitar BLHD Kota Serang. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan serta menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Hamberrman. Uji keabsahan data triangulasi dan member check. Peneliti ini meneliti tentang implementasi maka peneliti menggunakan teori implementasi model Van Meter Dan Van Horn (Agustino 2008). Berdasarkan hasil penelitian Implementasi Peraturan Pemerinth No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS belum optimal karena masih kurangnya dukungan dana, serta sosialisasi terhadap semua PNS. Rekomendasi yang diberikan yaitu diadakan anggaran khusus guna meningkatkan disiplin PNS,dan menyeluruhnya sosialisasi terhadap PNS.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah Setiap Warga Negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat
yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Undang-undang No. 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
yang selanjutnya disingkat menjadi ASN, ASN adalah profesi bagi Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang
bekerja pada instansi pemerintah.
Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri
sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian
kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan. Guna terciptanya disiplin didalam PNS terdapat peraturan
2
pemerintah untuk mengatur hal itu, yang semula adalah PP No. 30 Tahun 1980
tentang Disiplin PNS dan yang kini telah di amandemen menjadi PP. no 53 tahun
2010 Tentang Disiplin PNS, butuh waktu 30 (tiga puluh) tahun guna
mengamandemen UU tentang disiplin PNS ini.
Salah satu latar belakang ditetapkannya PP No. 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negri Sipil sebagai pengganti dari PP No. 30 Tahun 1980
tentang disiplin Pegawai Negri Sipil karena adanya tuntutan masyarakat terhadap
peningkatan kinerja dan pelayanan PNS seiring dengan pelaksanaan reformasi
birokrasi. Selain PP No. 53 tahun 2010, Badan Kepegawaian Negara (BKN) juga
sudah menyiapkan pengganti dari PP No. 10 tahun 1979 tentang penilaian
pelaksanaan pekerjaan PNS yang selama ini dikenal dengan DP3 yaitu PP No 46
tahun 2014.
Penilaian PNS yang semula DP3 diganti dengan kontrak kinerja yang
dibuat dalam bentuk Sasaran Kerja Pegawai (SKP), yang didalamnya memuat
prestasi kerja dengan prosentase penilaian sebesar 60% dan perilaku kerja 40%.
Dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja, ada 4 aspek yang harus
dipertimbangkan, yaitu: kualitas, kuantitas, biaya dan waktu. seorang pegawai
bisa saja memiliki penilaian kinerja > 100% karena ada penilaian sendiri terhadap
tugas tambahan yaitu 10% dan kreativitas sebesar 30% selama kreativitas itu
berhubungan dengan tugas pokoknya. (Sumber: Peraturan Pemerintah No.46
Tahun 2011 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai).
Apabila didalam penyelesaian penegakan disiplin PNS terdapat sengketa,
maka terdapat tempat guna menyelesaikan sengketa pelanggaran disiplin PNS,
3
setelah menunggu lebih dari 11 tahun sejak diberlakukannya UU No. 43 Tahun
1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, akhirnya peraturan pemerintah tentang
Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) dapat ditetapkan melalui PP No. 24
Tahun 2011 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) ini merupakan
amanat pasal 35 ayat (2) UU No.43 tahun 1999 yang memerintahkan pengaturan
lebih lanjut mengenai (Bapek) melalui peraturan pemerintah.
Dalam kurun waktu 11 tahun tersebut praktis pengaturan secara khusus
mengenai (Bapek) masih mengacu pada peraturan lama yaitu Keputusan Presiden
No. 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian, sebagaimana
telah diubah dengan keputusan Presiden No. 71 Tahun 1998 tentang perubahan
atas Keputusan Presiden No.67 tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan
Kepegawaian (Bapek). Dengan ditetapkannya PP No.24 tahun 2011 ini, maka
Keppres No.67 tahun 1980 sebagaimana telah diubah dengan Keppres No.71
tahun 1998 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan pemerintah tentang (Bapek) penting untuk diketahui oleh setiap
PNS, karena ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penyelesaian
sengketa di bidang kepegawaian sebagaimana tertuang dalam pasal 35 ayat (2)
UU No. 43 tahun 1999 yang menyatakan bahwa “sengketa kepegawaian sebagai
akibat pelanggaran terhadap peraturan disiplin pegawai negeri sipil diselesaikan
melalui upaya banding administratif kepada badan pertimbangan kepegawaian.”
berdasarkan pasal 35 tersebut dapat ditarik beberapa unsur penting yang
mendasari peran BAPEK dalam penyelesaian sengketa kepegawaian, yaitu:
4
1. Bahwa sengketa kepegawaian yang dapat diselesaikan melalui (Bapek)
terbatas pada lingkup sengketa mengenai pelanggaran peraturan
disiplin pegawai yang diatur dalam PP No.53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS. sedangkan terhadap sengketa kepegawaian diluar dari
apa yang diatur dalam PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS
diselesaikan melalui jalur peradilan tata usaha negara (pasal 35 ayat (1)
uu no 43 tahun 1999).
2. Bahwa penyelesaian sengketa melalui (Bapek) merupakan banding
administratif. pengertian banding administratif adalah upaya
administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap
hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat atas
permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
PNS yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum,
kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian (pasal 1 angka 8 PP No.53
tahun 2010). Berdasarkan pengertian tersebut, banding administratif
hanya dapat diajukan apabila seorang PNS dijatuhi hukuman disiplin
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS tidak atas permintaan
sendiri; atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang
dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, dengan
demikian, tidak semua hukuman disiplin dapat diajukan banding
administratif. Terhadap hukuman disiplin diluar dari kedua hal diatas,
dapat mengajukan upaya administratif melalui mekanisme
5
“keberatan”. ketentuan mengenai upaya administratif dengan keberatan
diatur dalam pasal 34 PP No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
Sebelum ditetapkanya PP No.53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS, terleih
dahulu sudah ada yang mengatur kedisiplinan PNS ini, yaitu PP No 30 tahun
1980 tentang Disiplin PNS, dibutuhkanya waktu sekitar 30 tahun untuk
memperbaharui peraturan mengenai disiplin PNS ini, ada beberapa Latar belakang
sehingga munculnya PP No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS ini. Adapun
latar belakang munculnya PP No.53 tahun 2010 tentang disiplin PNS sebagai
berikut :
a. Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kinerja dan pelayanan PNS seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi.
b. Penyesuaian kewenangan bagi pejabat yang berhak menjatuhkan hukuman disiplin seiring dengan adanya otonomi daerah.
c. Penjatuhan hukuman disiplin yang sama terhadap jenis pelanggaran disiplin yang sama dengan mengkaitkan antara kewajiban dan larangan yang dilanggar dengan tingkat dan jenis hukuman yang dijatuhkan.
d. Mempertegas pendelegasian kewenangan secara berjenjang kepada setiap pejabat struktural untuk dapat menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.
e. Menumbuhkan keberanian kepada setiap pemegang jabatan struktural untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai dilingkungannya.
PNS sebagai aparatur negara mempunyai posisi sangat strategis dan
peranan menentukan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Sebagai aparatur negara, PNS berkewajiban menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan dengan penuh kesetiaan dan ketaatan didalam
menjalankan tugasnya. Untuk itu, PNS sebagai pelaksana di dalam melaksanakan
6
tugas kedinasan. Pemberian tugas kedinasan kepada PNS pada dasarnya
merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang, dengan harapan bahwa
tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, setiap PNS
wajib melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
PNS digaji dibebankan oleh belanja pegawai Anggaran Pemerintah
Belanja Negara (APBN), untuk belanja pegawai ini tidak sedikit yang di
anggarkan oleh pemerintah, dalam rapat Pembahasan RUU tentang APBN
TA.2015 anggaran kenaikan gaji pokok PNS/POLRI rata rata 6 persen, sebesar
Rp.4,103 triliun, dan upah makan PNS dan uang lauk-pauk TNI/POLRI masing-
masing Rp.5.000 sebesar Rp.2,572 Triliun (Kompas.com;2014 diakses senin 02
Februari 2015 jam 20.37 wib).
Dengan demikian, uang yang dikeluarkan oleh Negara untuk belanja
pegawai (PNS) harus berbanding lurus dengan kinerja yang baik, setidaknya PNS
dapat dengan baik melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai (PNS) serta
melaksanakan tugas tambahan yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.
hPNS didalam melaksanakan tugasnya memiliki kewajiban yang harus
dilaksanakan, adapun kewajiban PNS adalah sebagai berikut :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah
b. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan golongan atau diri sendiri serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain,
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil,
7
d. Mengangkat dan mentaati Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji jabatan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,
e. Menyimpan rahasia Negara atau rahasia Jabatan dengan sebaik-baiknya.
f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum,
g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab. Viii).Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara,
h. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kehormatan dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil.
i. Segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal-hal yang akan membahayakan tau merugikan Negara/Pemerintah, terutama dibidang keamanan, keuangan dan material,
j. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik, k. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat, l. Bersikap dan bertindak tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap
bawahannya, m. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya, n. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap
bawahannya, o. Mendorong bawahanya untuk meningkatkan prestasi kerjanya, p. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
karirnya, q. Mentaati ketentuan Peraturan Perundang-undangan tentang
Perpajakan, r. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan
santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan terhadap atasan,
s. Hormat Menghormati antara sesama warga Negara yang memeluk agama / kepercayaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, ataupun yang berlainan,
t. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyrakat, u. Mentaati segala peraturan Perundang-undangan dan peraturan
Kedinasan yang berlaku, v. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang, w. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap
laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.
Kedisiplinan merupakan landasan atau sebuah dasar guna menjadikan
PNS yang profesional di dalam menjalankan tugasnya, karena dengan adanya
8
kesadaran Pegawai Negri SIpil terhadap kedisiplinan professional akan muncul
bersamaan denganya. Disiplin menurut pasal 1 ayat 1 PP No. 53 Tahun 2010
tentang Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan
dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
Sementara itu, pasal 1 ayat 3 PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap
ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau
melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam
maupun diluar jam kerja. Sudah menjadi rahasia umum PNS di negara ini
menjadi sorotan dalam masalah disiplin. Masyarakat banyak menyaksikan di
televisi bagaimana PNS ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
karena meninggalkan tempat tugas dan berada di pusat perbelanjaan tanpa izin
atau sepengetahuan atasanya.
Perilaku-perilaku PNS yang tidak sesuai dengan PP No. 53 tahun 2010
tentang kedisiplinan PNS masih saja kerap dijumpai, seperti halnya Peselingkuhan
yang dilakukan PNS Kota Batu Malang, ini terbukti dengan meningkatnya angka
perceraian di PNS yang diakibatkan perselingkuhan PNS Kota Batu Malang,
kasus perselingkuhan ini terjadi antara PNS atau antara PNS dengan non PNS,
menurut Inspektorat Kota Batu Syarief Choirul Tartila mengatakan fenomena
perceraian di kalangan PNS ini tentu memprihatinkan karena perselingkuhan itu
terkategori sebagai pelanggaran berat, karena PNS yang bersangkutan dianggap
9
tidak mampu menjunjung kehormatan dan nama baik institusi (surabayapagi.com
;2010 diakses 02 Februari 2015 jam 22.53 wib).
Seperti halnya di Kota Batu Malang, tidak jauh berbeda dengan apa yang
terjadi di Denpasar Bali, setiap seminggu sekali tepatnya hari Jumat para PNS di
Bali, melaksanakan senam bersama di lapangan terbuka sebut saja di Lapangan
Renon, Denpasar atau di lapangan Debes Kabupaten Tabanan. Senam yang
dimulai sekira pukul 06.00 Wita hingga 07.00 Wita dengan kostum olahraga, para
pegawai jajaran dan lingkungan pemda dapat berkumpul bersama. kesempatan itu
justru dijadikan alasan sementara pegawai yang terlibat affair dengan rekan
sekerja hingga atasannya, baik sekadar janjian makan hingga berkencan untuk
leluasa keluyuran untuk kencan, karena biasanya setelah senam pagi, benar benar
waktu bebas bahkan para pegawai bisa tidak lagi kembali ke kantor masing-
masing atau langsung pulang. Sementara ada yang memanfaatkan sisa waktu
sampai pukul 12.00 Wita untuk mengatur jadwal kencan, Ini biasanya dilakukan
dengan teman kerja dan Penginapan Hotel sering dijadikan tempat untuk bertemu
psangan yang berselingkuh (okezone.com ;2010 diakses 02 Februari 2015 jam
22.55 wib).
Perselingkuhan di kalangan PNS pun terjadi di Kabupaten Pandeglang
Banten, Seorang pemilik (pengawas pendidikan) di Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang, Banten, Berinisial MR (50) dan knum HI (33) dilaporkan
berbuat mesum di hotel oleh pihak keluarga dari istri MR ke Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kabupaten Pendeglang, Sekretari BKD Kabupaten Pandeglang, H.
Syamsudin mengakui adanya lapoan perselingkuhan kedua oknum pendidik itu.
10
Kita sudah menyerahkan kepada keluarga pelapor (dari istri MR), untuk
melaporkan hal itu ke Dinas Pendidikan dan Inspektorat Kabupaten Pandeglang,
untuk dibuatkan Berita Acara Pemerikaan (BAP), kalau memang dari hasil BAP
itu terbukti maka BKD akan mengambil tindakan dan sanksi yang tegas.
(reaksiolnile.com ;2014 diakses 02 Februari 2015 jam 21.24 wib).
PNS di Pemerintahan Provinsi Banten didapatkan Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten Suyadi Wiraatmadja,oleh
Panwaslu Banten dinyatakan tidak netral,lantaran membeli kaos sebanyak 1.000
buah dengan harga Rp 5.500.000 untuk pasangan calon incumbent gubernur
Banten, Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno.Bahkan untuk membeli kaos
tersebut,menggunakan dana dari APBD. Bukti yang didapatkan dari. Bukti yang
didapatkan bahwa PNS di Provinsi Banten telah melakukan melanggar
kedisiplinan PNS sesuai dengan PP No. 53 tahun 2010 tentng disiplin PNS adalah
Bawaslu mendapatkan kuitansi pembayaran, dan tanda pengiriman kaos
bergambar Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno atas nama Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Banten. "Dari bukti tersebut, kaos diduga dibayar
menggunakan dana BPBD) Banten. Dengan demikian Suyadi melanggar disiplin
PNS yang diatur PP. No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS pasal 1 ayat 1, 2, 3
pasal 3 ayat 7 pasal 4 ayat 15 huruf c dan d. (republika.co.id ;2011 diakses 02
Februari 2015 jam 22.57 wib).
Sebagaimana dihimpun dalam jurnal Listyaningsih ( Kajian Peningkatan
Disiplin Aparatur Pemerintah Provinsi Banten; 2012) netralitas pegawai negeri
sipil dalam aktivitas politik, kepartaian, dan kepemiluan juga merupakan hal yang
11
dilarang kendati pegawai negeri sipil masih dapat menyalurkan hak politiknya
dalam pemilihan umum. Larangan ini dilakukan tentu dengan maksud agar
pemerintahan dan pelayanan publik dapat terus berjalan dengan stabil tanpa
terkotak-kotak oleh pilihan politiknya masing-masing. Namun demikian, karena
pada saat yang sama hak politik PNS tetap diberikan, maka potensi terjadinya
penyimpangan masih sangat mungkin terjadi, sehingga sejumlah rambu-rambu
ditetapkan guna mengatur perilaku mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan
oleh pegawai negeri sipil, yaitu antara lain: menjadi pelaksana kampanye, menjadi
peserta kampanye, mengambil keputusan yang menguntungkan salah satu
kontestan Pemilu/Pemilukada, memanfaatkan fasilitas negara dan jabatannya
untuk keuntungan salah satu kontestan, dan lain-lain. Berikut ini adalah hasil
temuan lapangan terkait dengan dimensi netralitas PNS khususnya dalam
Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden.
Sumber : Listyaningsih ,2012 . Kajian Peningkatan Disiplin Aparatur Pemerintah Provinsi Banten. Jurnal Adminsitrasi Publik, 1- 15
12
Di Provinsi Banten tingkat netralitas keseluruhannya menunjukkan rata-
rata skor yang cenderung menunjukkan gejala tidak netral (semakin kecil skor,
semakin tidak netral) walaupun keseluruhannya masih dalam kategori relatif baik.
Kerentanan yang umumnya terjadi terkait persoalan netralitas PNS dalam
Pemilukada ini terletak pada PNS yang berkampanye (baik langsung dan terang-
terangan maupun tak langsung dan tidak terbuka) dengan skor terrendah yakni
2,79; diikuti dengan PNS yang memanfaatkan fasilitas negara untuk
menguntungkan calon kepala daerah yang didukungnya, dengan skotr 2,80;
diikuti indikator keberpihakan aktif dengan skor 2,84; serta indikator bersikap dan
mengambil keputusan yang menguntungkan calon tertentu dengan skor 2,88.
Pegawai Negeri Sipil yang terdapat di Pemerintahan Kota Serang masih
dapat dijumpai pegawai yang tidak masuk kerja atau berada di lokasi yang tidak
semestinya disaat waktu jam kerja pegawai. Seperti halnya yang telah dikutip dari
Koran harian Radar Banten (25 Nov 2013) “ Karena keluyuran pada jam kerja
itulah sedikitnya 16 orang PNS (sebagian besar berasal dari Kota Serang) pada
Rabu, 25 November lalu terkena razia petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP) dan tim Gerakan Budaya Dispilin (GBD) dari Badan Kepegawaian dan Diklat
Kota Cilegon.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
bahwa dalam pelaksanaannya masih ditemukan permasalahan-permasalahan yang
terkait dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang hal yang berkaitan
dengan Kewajiban dan Larangan Pegawai Neegri Sipil sebagaimana terdapat
dalam PP No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
13
Pertama, penerapan kedisiplinan PNS yang sesuai dengan PP No. 53
Tahun 2010 tentang Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang belum maksimal, menurut kewajiban PNS yang tertera dalam Peraturan
Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negeri Sipil dalam pasal 3
no 1 dan 2 bahwa mengucapkan sumpah/ janji PNS serta mengucapkan sumpah/
janji jabatan yang sebagaimana yang didalam sumpah/ janji PNS dan jabatan itu
terdapat didalamnya, namun didalam rutinitas kinerja PNS masih belum sesuai
dengan sumpah yang telah diucapkan, didalam sumpah tersebut terdapat bahwa
siap bersedia pengutamaan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi
pegawai ini sejalan dengan dari pasal 3 no 7 bahwa PNS mempunyai kewajiban
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi sendiri,
seorangan , dan atau / golongan, seperti didalam jam kerja masih didapatkan
pegawai yang keluar kantor untuk kepentingan pribadi (Sumber: Wawancara
dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum Kepagawaian, Senin, 19
November 2014).
Kedua, pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang masih didapati belum sepenuhnya melakukan tindakannya yang sesuai
dengan kewajiban PNS, seperti halnya keluar dan masuk kerja tidak sesuai
dengan waktu yang seharusnya masuk jam 07.30 WIB dan pulang 16.00 WIB
namun pada kenyataanya berdasarkan absen elektronik pegawai tidak memenuhi
waktu yang sudah ditentukan, melakukan perselingkuhan atau mempunyai
pasangan lain selain istri yang syah menurut Peraturan Pemerintah nomor 45
14
Tahun 1990 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
dan ini terkategori sebagai pelanggaran berat dan melakukan perceraian tanpa
sepengetahuan atasan atau pejabat Pembina Kepegawaian dengan demikian ini
tergolong pelanggaran disiplin berat sesuai Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun
1990 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
dengan demikian PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dan
pegawai yang melakukan pelanggaran disipin ini diberikan sanksi berupa
penurunan pangkat dan golongan yang semula Penata III/c diturnkan menjadi
Penata Muda TkI III/b dengan demikian belum sepenuhnya menjalankan
kewajiban PNS sebagaimana tertera didalam pasal tiga ayat 3 dan 4 Peraturan
Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang dispilin PNS bawa kewajiban PNS yaitu
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang –undang Negara Republik
Indonesia tahun 1945, Negara kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah.
(Sumber: Wawancara dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum
Kepagawaian, Senin, 19 November 2014).
Ketiga, melaksanan tugas kedinasan dengan penuh rasa tanggung jawab
merupakan hal yang harus terdapat di dalam diri Pegawai Negeri Sipil sehingga
didalam melaksanakan kewajiban atas tanggung jawab pekerjaan jabatan yang di
miliki dilaksanakan dengan baik dan sejalur dengan pasal 3 ayat 5 ialah
melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab namun pegawai yang terdapat di
Badan Lingungan Hidup Daerah Kota Serang ialah belum sepenuhnya ada di diri
pegawai yaitu seperti halnya didalam menjakankan tugas kedinasan yang
15
diberikan oleh kepada pimpinan belum dilaksanakan dengan baik, apabila diberi
tugas untuk menghadiri acara atau rapat apabila acara telah selesai dan masih
dalam jam kerja pegawai yang diberikan tugas tidak kembali ke kantor melainkan
pulang atau mendatangi tempat lain yang tidak ada hubunganya dengan dinas.
(Sumber: Wawancara dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum
Kepagawaian, Senin, 19 November 2014).
Keempat, pegawai Negeri Sipil didalam bekerja haruslah menjunjung
tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS serta mengutamakan
kepentingan Negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan
sebagaimana tertera di dalam peraturan pemerintah No 53 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 ayat 6 dan 7 bahwa menjunjug tinggi kehormatan
Negara, pemerintah, dan martabat PNS dan mengutamakan kepentingan Negara
daripada kepentingan sendiri, seorangan, dan/ atau golongan merupakan
kewajiban dari setiap PNS namun pegawai yang ada di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang masih kerap dijumpai pegawai yang mengekesampingkan
pekerjaan dan tanggnung jawab yang dimiliki dan melaksanakan kegiatan lain
disaat waktu kerja, seperti halnya bermain game dan membuka media sosial pada
waktu jam kerja (Sumber: Wawancara dengan Sekretaris Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang, H. Bunyamin, SE , Rabu 24, November 2014).
Kelima, masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja merupakan
kewajiban dari setiap PNS, sebagaimana dalam Peraturan pemerintah No 53 tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3 ayat 11, namun pegawai di
16
Badan Lingkunga Hidup Daerah Kota Serang masih belum mengindahkan
peraturan tersebut berdasarkan absensi secara manual, namun dikarenakan absensi
masih menggunakan manual maka absen pun dilakukan sekaligus di akhir bulan,
dengan kehadiran aktif dari pegawai dalam masuk kerja maka ini berakibat
terhadap sasaran kinerja pegawai yang telah ditetapkan sebagaimana terdapat
dalam Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil pasal 3 ayat 12 tidak sesuai dengan apa yang telah dibuat sebelumnya.
(Sumber: Wawancara dengan Drs. H. Mahfud Kepala Sub Bagian Umum
Kepagawaian, Senin, 19 November 2014).
Menurut salah satu masyarakat yang bertempat di sekitar Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota serang mengatakan bahwa terdapat pegawai yang
pulang kerja namun belum waktunya pulang kerja ini dikarenakan kurangnya
penekanan dari jabatan tertinggi ke pegawai dibawahnya. (Sumber: Wawancara
dengan Awan Anhara,SE Senin, 19 November 2014).
Keenam, untuk menunjang kegiatan dinas Pejabat di Badan Lingkungan
Hidup daerah Kota Serang diberikan Fasilitas kendaraan namun didalam
pemeliharaan maupun penggunaannya yang kurang baik seperti memberikan
wewenang kepada tenaga magang utuk mengendarai padahal seharusnya ialah
yang mengendarai kendaraan tersebut ialah kepada yang ahlinya sehingga
penggunaanya dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan Peraturan pemerintah
No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3 ayat 13 yaitu
menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya, ini termasuk kedalam Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang
17
Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 4 ayat 1 yaitu menyalah gunakan wewenang
yang diberikan untuk mengurus fasilitas negara namun memberikanya kepada
yang kurang memiliki keahlian. (Sumber: Wawancara dengan Awan Anhara,SE
Senin, 19 November 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian peneliti adalah
mengenai “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Badan Lingkungan Hidup
Derah Kota Serang”.
1.2 Identifikasai Masalah
Identifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Belum adanya kesesuaian ucapan sumpah/ janji jabatan PNS di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.
2. PNS di Badan Lingkungan Hidup DaerahKota Serang Belum sepenuhnya
menjalanjakan kewajiban PNS sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53
Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.
3. Masih kurangnya pengabdian, kesadaran,dan rasa tanggung jawab pegawai
didalam melaksanakan tugas sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53
Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.
4. PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sebagian
melakukan kegiatan diluar pekerjaan .
18
5. Kehadiran Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang belum sepenuhnya mentaati ketemtuan jam kerja sebagaimana
Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri
Sipil.
6. Pemeliharaan barang milik Negara belum dilakukan dengan baik
sebagaimana kewajiban PNS didalam Peraturan pemerintah No 53 tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil .
7. Kurangnya ketegasan sanksi yang diberikan oleh pimpinan terhadap
pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
8. Tidak adanya penghargaan kepada pegawai Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang yang berprestasi.
1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang ada di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang yang mengenai Implementasi PP No. 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negri Sipil peneliti tertarik untuk meneliti masalah tentang
Kewajiban Pegawai Negri Sipil, Sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan
Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil yang ada di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. Waktu dari dilakukanya penelitian
ini adalah September 2014 sampai dengan Februari 2015 yang berlokasi di Badan
19
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, Jalan Letnan Jidun No. 05 Kepandean -
Serang.
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Impelementasi PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
Implementasi PP 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ?
1.5 Tujuan Peneitian
Dalam sebuah penelitian, peneliti harus menentukan tujuan yang ingin
dicapai sebab tanpa adanya tujuan yang jelas maka seorang peneliti akan
mengalami kesulitan. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan akan
hendak dicapai peneliti adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
2. Untuk mengetahui faktor yang mendukug dan menghambat Implementasi
Peraturan Pemerintah 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
20
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin penulis harapkan dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis terkait dengan kontribusi tertentu dalam
penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu
pengetahuan dunia akademis.
1. Memperbanyak khazanah Ilmu Pengetahuan dalam dunia akademis
khususnya Ilmu Administrasi Negara.
2. Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia
akademis khususnya teori mengenai kebijakan publik, serta
mengembangkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan khususnya
ilmu kebijakan publik yang didalamnya terdapat implementasi
kebijakan.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan
dalam penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian.
1. Memberikan informasi atau masukan terhadap Pemerintah Kota
Serang dalam melaksanakan penerapan PP No. 53 Tahun 2010 tentang
disiplin Pegawai Negri sipil di BLHD Kota serang ini dapat dijadikan
evaluasi kedepanya.
2. Sistematika mengenai implementasi ini dapat dijadikan sebagai
informasi tambahan sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran
serta alternatif lain untuk mengetahui bagaimana hambatan mengenai
21
Implementasi dari PP No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negri Sipil makan ini dapat menjadi bahan perbaikan mengenai
kedisiplina di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
3. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
mendalam mengenai bidang ilmu sosial terutama mengenai ke
Disiplinan Kepegawaian.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara
deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga ke masalah yang
paling spesifik, yang relevan dengan judul skripsi. Materi dari
uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada
sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman
pribadi, dan intuisi logis.
2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan
dengan tema/topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.
3. Pembatasan Masalah
22
Pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah-
masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah yang akan
diteliti. Pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk
pertanyaan atau pernyataan.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah memilih dan menetapkan
masalah yang paling penting berkaitan dengan judul penelitian.
Kalimat yang biasa dipakai dalam pembatasan masalah ini adalah
kalimat pertanyaan. Perumusan masalah adalah mendefinisikan
permasalahan yag telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep
dan definisi operasional.
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang
ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah
yang telah dirumuskan.
6. Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari temuan
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Deskripsi Teori
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan
dengan permasalahan penelitian, kemudian menyusunnya secara
23
teratur dan rapi. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-
konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian yang jelas,
dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan
sehingga memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas
masalah yang telah dirumuskan.
2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari
berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal
Penelitian.
3. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan
kepada pembaca mengapa peneliti mempunyai anggapan seperti
yang dinyatakan dalam hipotesis. Biasanya untuk memperjelas
maksud peneliti, kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah
bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti. Bagan tersebut
disebut juga dengan nama paradigma atau model penelitian.
4. Asumsi Dasar
Asumsi dasar adalah jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diteliti.
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan mengenai pendekatan penelitian
yang digunakan. Metode penelitian dengan menggunakan
pendekatan tertentu antara lain dapat berbentuk: ex post facto,
exsperiment, survey, descriptitive, case study, action research, dan
sebagainya.
2. Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi
kajian penelitian yang akan dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan.
Menjelaskan tempat penelitian, serta alasan memilihnya.
4. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang
konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat
peneliti berdasarkan Kerangka Teori yang digunakan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau
variabel penelitian dalam rincian yang terukur (indikator
penelitian). Dalam penelitian kualitatif tidak perlu dijabarkan
25
menjadi indikator maupun sub indikator, tetapi cukup
menjabarkan fenomena yang akan diamati.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses
penyusunan dan jenis alat penggumpulan data yang digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah
peneliti itu sendiri.
6. Informan Penelitian
Informan Penelitian dan atau key informan, menjelaskan
tentang pihak-pihak mana saja yang yang dipilih secara langsung
untuk pengumpulan data-data penelitian.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menjelaskan bagaimana peneliti
bisa mendapatkan data saat melakukan penelitian. Dalam
pengumpulan data kualitatif, melalui observasi, wawancara, studi
literatur dan studi dokumentasi.
8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data menjelaskan tentang teknik analisa
beserta rasionalisasinya. Teknik analisis data harus disesuaikan
dengan sifat data yang diteliti. Analisis data dilakukan melalui
pengkodean dan pengkodingan data (berdasarkan kategori data),
interpretasi data, penulisan hasil laporan dan keabsahan data.
26
9. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data menjelaskan tentang derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang
dilaporkan oleh peneliti.
10. Jadwal Penelitian
Menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta tahapan
penelitian yang akan dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam
bentuk tabel.
BAB IV HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan lokasi penelitian secara jelas, struktur
organisasi dari instansi tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal
lain yang terkait dengan objek penelitian.
2. Deskripsi Data
Menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dioleh dari
data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang
relevan.
3. Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis
data. Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan
keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan
penelitiannya. Keterbatasan tersebut kemudian dapat dijadikan
rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang
27
menjadi objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu
pengetahuan.
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara
singkat, jelas dan mudah dipahami.
2. Saran-saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
28
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Landasan Teori
Landasan teori ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas pertanyaan
dalam rumusan masalah sebelumnya. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut
perlu membedah kembali tentang beberapa konsep yang telah diklarifikasikan
oleh penulis. Dalam penelitian ini, peneliti mengklarifikasikan teori ke dalam
beberapa teori yakni, Teori Kebijakan Publik, Teori Implementasi Kebijakan
Publik, Teori Kinerja dan Teori Disiplin. Kemudian penjelasan mengenai Definisi
Aparatur Sipil Negara dan Deskripsi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup.
2.1.1 Kebijakan Publik
Secara etimologis istilah kebijakan pubik terdiri dari dua suku
kata yaitu kebijakan dan publik. Setiap kata memiliki pengertiannya
masing-masing. Kata kebijakan atau policy dalam bukunya
Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:138): diartikan
dengan beberapa makna, diantaranya adalah pimpinan dan cara
bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan
kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (KUBI) kebijakan diartikan sebagai berikut:
29
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Landasan Teori
Landasan teori ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas pertanyaan
dalam rumusan masalah sebelumnya. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut
perlu membedah kembali tentang beberapa konsep yang telah diklarifikasikan
oleh penulis. Dalam penelitian ini, peneliti mengklarifikasikan teori ke dalam
beberapa teori yakni, Teori Kebijakan Publik, Teori Implementasi Kebijakan
Publik, Teori Kinerja dan Teori Disiplin. Kemudian penjelasan mengenai Definisi
Aparatur Sipil Negara dan Deskripsi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup.
2.1.1 Kebijakan Publik
Secara etimologis istilah kebijakan pubik terdiri dari dua suku
kata yaitu kebijakan dan publik. Setiap kata memiliki pengertiannya
masing-masing. Kata kebijakan atau policy dalam bukunya
Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:138): diartikan
dengan beberapa makna, diantaranya adalah pimpinan dan cara
bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan
kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (KUBI) kebijakan diartikan sebagai berikut:
29
“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (pemerintah, organisasi dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran". Makna kebijakan dalam Bahasa Inggris modern (Wicaksono,
2006:53) adalah : "a coursef action or plan, a set of political purposes
as opposed to administration" (Seperangkat aksi atau rencana yang
mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna administrasi).
Berbeda dengan pandangan Dunn dalam bukunya Pengantar
Analisis Kebijakan Publik (2003:51), beliau mendefinisikan kata
kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau
kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata
dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan
pur (Kota).
Hogwood dan Gunn dalam buku Policy Analysis for the Real
World yang diterbitkan tahun 1984 dan telah direvisi pada tahun 1990,
(Wicaksono, 2006:53) menyebutkan sepuluh penggunaan istilah
kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya:
1. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of activity). Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan ketertiban.
2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs). Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.
30
3. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal). Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.
4. Sebagai keputusan pemerintah (as decisions of government). Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.
5. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization). Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.
6. Sebagai sebuah program (as a programe). Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.
7. Sebagai output (as output). Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.
8. Sebagai hasil (as outcome). Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agricultural dari program reformasi agararia.
9. Sebagai teori atau model (as a theory or model). Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industry akan berkembang.
10. Sebagai sebuah proses (as a process) Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.
Sedangkan Istilah "publik" dalam buku Poerwadarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:771): Kamus Umum Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai orang banyak, sekalian orang atau
umum. Sedangkan dalam istilah sehari-hari di Indonesia, kata publik
lebih dipahami sebagai "negara" atau umum." Hal ini dapat dilihat
dalam menterjemahkan istilah-istilah public goods sebagai barang
31
barang umum, public transportation sebagai kendaraan umum atau
public administration sebagai administrasi negara.
Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali disamakan pula
dengan istilah Koinon atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata
common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya
public seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi
aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi
oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan
bersama.
W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh Massey dalam
bukunya Managing Public Sector : A Comparative Analysis of the
United Kingdom and the United State (Wicaksono, 2006:30)
berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10 ciri yang membedakan
dengan sektor swasta, diantaranya adalah:
1. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih ambigu,
2. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya,
3. Sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat beragam,
4. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan peluang dan kapasitas,
5. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas keegagalan pasar,
6. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki signifikasi simbolik,
7. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas,
8. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merspon isu-isu keadilan dan kejujuran,
9. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan
32
10. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.
Selain memaparkan definisi kebijakan secara etimologis
terdapat beberapa definisi kebijakan publik menurut para ahli yaitu
Kebijakan publik menurut para ahli diantaranya:
Berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan
publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy,
yang dipahami oleh Nugroho (2004:3) sebagai :
“Suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi”. Definisi lain mengenai kebijakan publik di tawarkan Dye
(Wicaksono, 2006:64) mengatakan bahwa Public policy is whats
government do, why they do it, and what different it make (Kebijakan
publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa
mereka melakukan dan apa perbedaan yang dihasilkan). Dalam
bukunya yang lain, Understanding Public Policy (Wicaksono, 2006:63)
beliau menyebutkan bahwa (public policy is whatever governments
choose to do or not to do). (kebijakan publik adalah apapun yang dipilih
oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan).
Lain halnya dengan Laswell (Nugroho, 2004:4) salah seorang
pakar kebijakan yang telah mendirikan think-tank awal di Amerika
yang dikenal dengan nama American Policy Commission
33
mendefinisikan “Public policy is a projected program of goals, values
and practices.” (kebijakan publik sebagai suatu program yang
diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan
praktek-praktek tertentu).
Definisi lain dari Anderson dalam Agustino (2008:7)
memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik sebagai berikut:
“Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” Sedangkan WI Jenkins (Wahab, 1997:4) mengatakan bahwa
kebijakan sebagai,
”(A set interrelation decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of those actors to achieve). (“Serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari pada aktor tersebu). Easton dalam Nugroho (2004:4) mendefiniskan kebijakan
publik sebagai “pengaruh (impact) dari aktifitas pemerintah.”
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar kebijakan
mengenai pengertian kebijakan publik, dan kesemuanya tidak ada yang
keliru dan saling melengkapi. Berbagai pandangan para ahli dalam
mendefinisikan kebijakan publik membuktikan bahwa kebijakan publik
34
tidak bisa dimaknai secara seragam. Masing-masing dari para ahli itu
memiliki perspektif dan penekanan yang berbeda-beda. Namun
demikian, kebijakan publik secara umum dimaknai sebagai,
“Serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi
pada tujuan tertentu demi seluruh kepentingan masyarakat.” Dengan
mengikuti paham bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan
yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan
tertentu demi kepentingan seluruh rakyat, maka dengan demikian
kepentingan rakyat adalah keseluruhan yang utuh dari paduaan dan
kristalisasi pendapat-pendapat, keinginan-keinginan dan tuntutan-
tuntutan dari rakyat.
Setidaknya dari berbagai pandangan di atas dapat di simpulkan
beberapa elemen penting dalam kebijakan publik yaitu:
1. kebijakan publik dalam bentuk perdananya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah.
2. kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.
3. kebijakan publik baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.
4. kebijakan publik harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh warga masyarakat. (Sumber:Nugroho 2004) Caiden dalam buku Thoha, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu
Administrasi Negara (2003:74-85) menjelaskan beberapa lingkup studi
kebijakan publik meliputi hal-hal sebagai berikut :
35
1. Adanya partisipasi masyarakat (public participation).
Ruang lingkup kebijakan publik yang pertama adalah
membangkitkan adanya partisipasi masyarakat untuk bersama-
sama memikirkan cara-cara untuk mengatasi persoalan-persoalan
masyarakat. Tanpa adanya partisipasi masyarakat maka kebijakan
publik kurang bermakna. Dalam masyarakat yang tradisional,
pemerintah dan urusan-urusan politik menjadi tanggung jawab elit,
masyarakat pada umumnya tidak tahu apa yang dikerjakan oleh
pemerintah. Akan tetapi dalam masyarakat modern, demokratis dan
yang kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, maka partisipasi dari
masyarakat sangat penting dalam urusan-urusan pemerintahan
termasuk di dalamnya urusan kebijakan publik. Itulah sebabnya
partisipasi merupakan kajian ruang lingkup kajian dalam kebijakan
publik.
2. Adanya kerangka kerja kebijakan (policy framework).
Kerangka kerja disini dimaksudkan untuk memberikan batas kajian
yang dilakukan. Faktor-faktor yang membentuk kerangka kerja
kebijakan didalamnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan yang akan dicapai?
2. Bagaimana dan apakah nilai-nilai yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan publik?
3. Apakah sumber-sumber yang mendukung kebijakan tersedia dan dapat dimanfaatkan?
4. Siapakah pelaku-pelaku yang terlibat, dan apakah mereka mampu mau melaksanakannya?
36
5. Bagaimana faktor lingkungan yang mempengaruhi kebijakan yang akan dibiuat, mendukung, menolak atau pasif?
6. Bagaimanakah strategi yang harus dijalankan dalam membuat, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan publik?
7. Banyak lagi yang dapat dimasukkan kedalam kerangka kerja ini, seperti faktor waktu atau lainnya.
Kerangka kerja ini merupakan suatu checklist yang memberikan
dasar untuk menguji secara empiris, membangun kerangka teori
dan memperlakukan masa berlakunya.
3. Adanya strategi- strategi kebijakan (policy strategies).
Sesungguhnya kebijakan yang terbaik adalah kebijakan yang
berlandaskan akan strategi yang tepat yang pemecahannya
berkaitan dengan wilayah persoalannya dan sama sekali tidak
menghilangkan struktur kekuasaan dan instrument-instrumen
inovatif yang ada untuk pelaksanaan kebijakan publik.
4. Adanya kejelasan tentang kepentingan masyarakat (public interst).
Public interest merupakan suatu objek kepentingan yang setiap
orang merasa memberikan andil bersama-sama dengan orang lain
dalam suatu negara untuk menentukan kepentingan bersama yang
didasarkan atas pemikiran rasional dan adanya saling bertukar
pikiran antara orang yang satu dengan yang lainnya.
5. Adanya pelembagaan lebih lanjut dari kemampuan kebijakan
publik.
Pelembagaan disini adalah diadakannya suatu lembaga riset yang
independen tentang kebijakan publik untuk menggali implikasi
jangka panjang dari policy dengan menggambarkan pernyataan
37
gambar masa depan, membuat unit baru pembuat kebijakan,
merancang kembali organisasi yang menangani program, penilaian
dan evaluasi dari kebijakan yang telah ada dan lain dan sebagainya.
6. Adanya isi kebijakan dan evaluasi.
Isi kebijakan mengamati tentang pelaku-pelaku kebijakan,
hubungan-hubungan di antara mereka, strategi kebijakan dan hasil
yang dapat mempengaruhi sistem sosial dan tujuan yang akan
dicapai (Thoha, 2005:73-85). Ada beberapa tahapan dalam proses
kebijakan publik. Dari beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga tahapan kebijakan publik yaitu:
1. Perumusan kebijakan
2. Implementasi kebijakan
3. Evaluasi kebijakan
2.1.2 Implementasi Kebijakan
kebijakan publik dibuat tentu berdasarkan kebutuhan publik
dan di impelemtasikan guna memenuhi kebutuhan publik agar didalam
kehidupan suatu Negara berjalan dengan baik dan kebijakan pubik
merupakan keputusan politik yag digunakan oleh pembuat kebijakan
untuk mengatur dari berjalanya suatu Negara.
Menurut James Anderson dalam Agustino (2012;7) memberikan
pengertian atas definisi kebijakan public dalam bukunya Public polcy
making, sebagai berikut :“ serangkaian kegiatan yang mempunyai
maksud tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
38
aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan permasalahan
suatu hal yang diperhatikan.
Apabila melihat pendapat mengenai kebijakan publik diatas
dapat diartikan bahwa kebijakan publik dibuat berdasarkan tujuan yang
jelas guna menjadikan permasalahan terselesaikan dengan adanya
kebijakan yang dibuat, dan kebijakan dibuat oleh aktor yang
mempunyai wewenang guna membuat sebuah kebijakan.
Dalam kaitanya dengan kebijakan publikterdapat karakteristik-
karakteristik utam dari suatu definisi kebijakan publik yaitu Agustino
(2012;8):
a. Pada umumnya kebijakan publik perhatianya ditunjukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau acak.
b. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Misalnya, seuatu kebijakan tidak hanya meliputi keputusa untuk mengeluarkan peraturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnya yang berhubunngan dengan penerapan dan pelaksanaanya.
c. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Jika legislative mengeluarkan suatu regulasi yang mengharuskan pera pengusaha membayar tidak kurang dari upah minimum yang telah ditetapkan tetapi tidak ada yeng dikerjakan untuk melaksanakan hukum tersebut, maka akibatnya tidak terjadi peruahan dalam prilaku ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan public dalam contoh ini sungguh –sungguh merupakan suatu pengupah yang tidak diatur perundang-undangan. Ini artinya kebijakan publik pun memperhatikan apa yang keudian akan atau dapat terjadi setelah kebijakan itu diimplementasikan.
d. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupu negative, secara posotif, kebijakan melibatkan beberaa tindakan pemerintah yag jelas dalam menangani suatu permasalahan;
39
secara negative, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.
e. Kebijakan publik paling tidak secara positif didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.
Dari beberapa karakteristik mengenai kebijakan publik diatas
dapat kita anaisis bahwa kebijakan publik dibuat didasarkan karena
mempunyai maksud atau tujuan tertentu didalam membuat sebuah
kebijakan, dan kebijakan public mengandung makna bukan hanya
membuat sebuah kebijakan akan tetapi sampai kepada penerapan dan
pelaksanaan dari kebijakan.
Penerapan atau pelaksanaan dari kebijakan publik biasa disebut
dengan implementasi kebijakan publik. Apabila kita berbicara
mengenai Impleimentasi Kebijakan Publik maka yang ada dalam
pikiran kita adalah bagaimana pelaksanaan dari sesuatu kebijakan yang
sengaja dibuat untuk mengatur kebutuhan publik yang telah dibuat,
apakah pelaksanaan dari kebijakan yang telah dibuat itu sudah sesuai
dengan kebijakan yang telah dibuat ataupun sebaliknya, apabila
kebijakan yang telah dibuat sudah sesuai dengan tujuan dari kebijakan
tersebut maka kebijakan tersebut sudah berjalan dengan baik, dan
apabila didapati kekurangan dari pelaksanaan kebijakan tersebut atau
tidak sesuai dari tujuan yang dibuat, maka evaluasi dari kebijakan
tersebut harus dilakukan guna mengetahui kekurangan atauhal perlu di
buat dari sebuah kebijakan.
40
Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat
peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut.
Misalnya dari sebuah undang-undang muncul sejumlah Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah,
menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk
di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu
saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut,
dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan kurang.
Untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini terdapat beberapa
pendapat didalam implementasi kebijakan publik agar tujuan didalam
pelaksanaan kebijakan tercapai. Dari beberapa definisi implementasi
kebijakan publik dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
dapat didefinisikan sebagai proses dari kebijakan yang telah di sahkan
sebelumnya, dengan tujuan menccapai yang dimaksud dan guna
mengaasi masalah yang terjadi dimana kebijakan tersebut telah
digariskan dalam sebuah bentuk peraturan keputusan.
Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam
sejarah perembangan sutdi implementasi kebijakan yaitu pendekatan
top down dan botton up. Dalam bahasa Lester dan Stewar (2000) istilah
itu dinamakan”The command and control approach (pendekatan
control dan komando, yang mirip dengan top down approach) dan The
41
market approach (pendekatan pasara, yang mirip dengan bottom up
approach) “ (Agustino,2006:140)
Dua Model pendekatan implementasi kebijakan ini terdii dari :
1. Pendekatan top Down Dalam pendekatan top Down, implementasi kebijakan yang dilakukan tersentrlisir dan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingka terpusat, dan keputusanya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pebuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level bawahnya. Jadi inti pendekatan top down ialah administrator level atas merupakan pembuat kebijakan dan level bawahanya merupakan pelaksana dari sebuah kebijakan.
2. Pendekatan Bottom Up dalam pendekatan Bottom Up memandang bahwa implementasi keijakan tidak dirumuskan oleh lembaga yang tersentralisir dari pusat, akan tetapi berpangkal dari keputusan-keputusann yang dittapkan pada level warga atau masyarakat yag merasakan sendiri persoalan dan permasalahan yang dialami oleh masyarakat tersebut, jadi inti dari pendekatan Bottom Up adalah pengimplementasian kebijakan dimana fomulasi kebijakan berada ditingkat bawah, sehingga mereka dapat lebih memahami dan mampu menganalisis kebijakan-kebijakan apa yang cocok dan sumberdaya yang tersedia di daerahnya, system sosiokontraproduktif, yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan itu sendiri (Agustino, 2006 :140-156)
Implementasi model Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier, model implementasi yang ditawarkan mereka disebut dengan
A Framework for Polcy Implementation Analysis. Kedua ahli
kebijakan ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi
kebijakan public adalah kemampuanya dalam mengidentifikasikan
variable-vaiabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal
42
pada keseluruhan proses implementasi. Dan variabel yang dimaksud
dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori besar, yaitu :
1. Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan digarap meliputi :
a. Kesukaran-kesukaran Teknis. Tercapai atau tidaknya tujuan suat kebijakan akan tergantung pada sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan untuk mengembangkan indicator-indikator pengukur prestasi kerja yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi masalah.
b. Keberagaman Prilaku yang Diatur. Semakin beragam prilaku yang diatur maka asumsinya semakin beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas, Dengan demikian semakin besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat pada pelaksana (administrator atau birokrat) di lapangan.
c. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang prilakunya akan di ubah (melalui implemenasi kebijakan), maka semakin besar peuang untuk memmobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan denganya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.
d. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Prilaku yang Dikehendaki. Semakin besar jumlah perubahan prilaku yang dikehendaki oleh kebijaka, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil. Artinya ada sejumlah masalah yang jauh lebih dapat kita kehendaki bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang dikehendaki tidaklah terlalu besar.
2. Kemampuan Kebijakan Mensruktur Proses Implementasi
Secara Tepat Para pembuat kebijakan mendayagunakan
wewenang yang dimiliki untuk menstruktur proses implementasi
secara tepat melalui beberapa cara :
a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai. Semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-petunjuk yang cermat dan disusun secara jelas skala prioritas/ urutan kepentingan bagi para pejabat pelaksana dan actor lainya, maka semakin besar
43
pula kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan petunjuk tersebut.
b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan. Menurut suatu teori kausalis yang menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan.
c. Ketetapan alokasi sumberdana. Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat diperlukan agar terbuka paluang untuk mencapai tujuan formal.
d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lambaga-lembaga atau instansi pelaksana. Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan perundangan yang baik ialah kemapuanya untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana. Ketika kemapuan untuk mematupadukan dinas, badan dan lembaga alpa dilaksanakan, maka koordinasi antar instansi yang bertujuan mempermudah jalanya implementasi kebijakan justru akan membuyarkan tujuan dari kebijakan yang telah ditetapkan.
e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana. Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan, memperkecil jumlah titik-titik veto, dan intensif yang memadai bagi kepatuhan kelompok sasaran, suatu undang-undang harus pula dapat mempengaruhi lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan cara menggariskan secara formal aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksa.
f. Kesepakatan para pe jabat terhadap tujuan yang termaktub dakam undang-undang. Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang disyaratkan demi tercapainya tujuan. Hal ini sangat signifikan halnya, oleh karena, top down polcy bukanlah perkara yang mudah untuk diimplankan pada para pejabat pelaksana di varibel local.
g. Akses formal pihak-pihak luar. Faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sejauh mana peulang-peluang yang terbuka bagi partsipasi para actor diluar badan pelaksana dapat mendukung tujuan resmi. Ini masudnya agar control pada para pejabat pelaksanaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya.
44
3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang
mempengaruhi Implementasi.
a. Kondisi social-ekonomi dan teknologi. Perbedaan waktu dan perbedaan diantara wilayah-wilayah hukum pemerintah dalam hal kondisisosial, ekonomi, dan teknologi sangat siginfikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan yang digariskan dalam suatu undang-undang. Karena itu, ekstrnal faktor juga menjadi hal penting untuk diperhatikan guna keberhasilah suatu upaya pengejewantahan suatu kebijakan public.
b. Dukungan Publik. Hakekat perhatian public yang bersifat sesaat menimbulkan kesukaran-kesukaran tertentu, karena untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat dibutuhkan adanya sentuhan dukungan dari warga. Karena itu, mekanisme partisipasi public sangat penting artinya dalam proses pelaksanaan kebijakan public dilapangan.
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan publik akan sangat berhasil apabila di tingkat masyarakat, warga memiliki sumber-sumber dan sikap-sikap masyarakat yang kons=dusif terhadap kebijakan yang ditawarkan kepada mereka. Ada semacam locus genius (kearifan local) yang dimiliki oleh warga yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan implementasi kebijakan public. Dan, hal tersebut sangat mempengaruhi oleh sikap dan sumber yang dimiliki oeh warga masyarakat.
d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana. Kesepakatan para pejabat instansi merupakan fungsi dari kemampuan undang-undang untuk kelembagaan pengaruhnya pada badan-badan pelaksana melalui penyeleksian institusi-institusi dan pejabat-pejabat terasnya. Selain itu pula, kemampuan berinteraksi antarlembaga atau individu didalam lembaga untuk mensukseskan implementasi kebijakan menjadi hal indikasi penting keberhasilan kinerja kebijakan publik. (Agustino, 2012:144-148)
45
Model Pendekatan A Framework for Implemantation Analysis (Daeniel Mazmanian and Paul Sabatier (Agustino, 2012 :144-148)
Menurut Teori Proses Implementasi Kebijakan menurut Van
Meter dan Horn yang dikutip oleh Budi Winarno, faktor-faktor yang
mendukung implementasi kebijakan yaitu:
a. Ukuran-ukuran dan tujuan kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika-dan-hanya- jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realitas dengn sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau jujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlaluutopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak
Mudah-mudhan masalah dikendalikan 1. Dukungan teori dan Teknologi
2. Keragaman prilaku kelompok sasaran 3. Tingkat perubahan prilaku yang dikehendaki
Kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi
1. Kejelasan dan konsistensi tujuan 2. Dipergunakanya teori kausal 3. Ketepatan alokasi sumberdana 4. Keterpaduan heirarki antar
lembaga pelaksana 5. Aturan pelaksanaan dari lembaga
pelaksana 6. Perekrutan pejabat pelaksana 7. Ketrbukaan kepada pihak luar
Variabel diluar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi 1. Kondisi sosio-ekonomi dan
teknologi 2. Dukungan public 3. Sikap dan sumberdaya dari
monsituen 4. Dukungan pejabat yang lebih
tinggi 5. Komitmen dan kualitas
kepemimpinan dari pejabat pelaksana
Tahapan dalam Proses Implementasi Kebijakan
Output kebijakan dari lembaga pelaksana
Kepatuhan target untuk mematuhi Output kebijakan
Hasil Nyata Output kebijakan
Diterimanya hasil tersebut
Revisi Undang-undang
46
sulit memang merealisasikan kebijakan public hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
b. Sumber daya Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan manfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik, Tetapi ketika kpmpetensi dan kapabilitas dar sumber-sumberdaya itu nihil maka kinerja kebijakan public sangat sulit untuk diharapkan.
c. Karakteristik Agem Pelaksana Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan public. Hal ini sangat penting karena kinerja imlementasi kebijakan (publik) sangan banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serata cocok dengan paa agen pelaksananya.
d. Sikap/Kecenderungan (Dispisition) para pelaksana Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan public.
e. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan public. Semakin baik koordinasi komunikasi diantar pihak-pihak yang terlibat dalam suat pross implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil utuk terjadi, Dan, begitu pula sebaliknya.
f. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Sejauh mana lingkungan ekternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. (Agustino, 2012 :150).
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan
dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan
dan harus di laksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di
lingkungannya.
47
2.1.3 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik
Dalam rangka menjalankan implementasi kebijakan publik, maka
diperlukan model implementasi yang dapat digunakan untuk melihat
sejauhmana implementasi berjalan. Ada beberapa model yang dikembangkan
oleh para pakar kebijakan publik, yakni:
1. Model Mazmanian dan Sabatier
Model Mazmanian dan Sabatier adalah model yang disusun
atas dasar proses implementasi kebijaksanaan. Model implementasi
yang ditawarkan mereka disebut A Framework for Policy
Implementation Analysis. Kedua ahli kebijakan ini berpendapat
bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah
kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan
proses implementasi (Agustino, 2008:145).
Variabel yang dimaksud dalam tahapan implementasi
kebijakan adalah tiga variabel bebas yang dapat berpengaruh, yakni
mudah atau tidak mudahnya masalah dikendalikan, kemampuan
kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi, dan
variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses
implementasi.
Adapun yang menjadi indikator dari variabel mudah atau
tidak mudahnya masalah kebijakan adalah terdiri dari:
1. Kesukaran-kesukaran teknis keragaman perilaku kelompok sasaran.
48
2. Presentase kelompok sasaran dibandingkan jumlah penduduk. 3. Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.
Sedangkan pada variabel kemampuan kebijakan,
indikatornya dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kejelasan dan konsistensi tujuan. 2. Digunakannya teori kausal yang memadai. 3. Ketetapan alokasi sumber dana. 4. Keterpaduan hierarki dalam dan di antara lembaga pelaksana. 5. Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana. 6. Rekruitmen pejabat pelaksana. 7. Akses formal pihak luar.
Kemudian variabel di luar kebijakan indikatornya adalah: 1. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi. 2. Dukungan publik. 3. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok. 4. Dukungan dari pejabat atasan. 5. Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat
pelaksana.
2. Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn
Model ini merupakan model implementasi yang paling
klasik. Penggunaan model tersebut yang dirumuskan oleh Meter
dan Horn disebut dengan A Model of The Policy Implementation.
Artinya dalam proses implementasi, sebuah abstraksi atau
performansi suatu implementasi kebijakan yang ada secara sengaja
dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik
yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.
Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan
berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor, dan
kinerja kebijakan publik. Dikemukakan bahwa jalan yang
menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja
49
dipisahkan oleh sejumlah variabel-variabel yang saling berkaitan
(Ali, Alam, 2012:110). Beberapa variabel yang dimasukan sebagai
variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel :
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan. 2. Sumber daya. 3. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. 4. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor. 5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. 6. Kecenderungan dari pelaksana/implementor.
Gambar 2.4
Model Implementasi Meter dan Horn ( Sumber: Agustino, 2008:142)
3. Model George C. Edward III
Model implementasi yang dikembangkan oleh Edward III
disebut dengan Direct and Impact on Implementation dalam buku
KEBIJAKAN
PUBLIK
KINERJA KEBIJAKAN
PUBLIK
Standar dan Tujuan
Sumber
Daya
Aktivitas Implementasi dan
komunikasi Antarorganisasi
Karakteristik dari agen pelaksana
Kondisi ekonomi, sosial dan politik
Kecenderungandari pelaksana
50
Winarno (2007:144), ada empat variabel yang sangat menentukan
keberhasilan implementasi, yaitu :
1. Komunikasi. 2. Sumberdaya. 3. Disposisi. 4. Struktur Birokrasi.
Gambar 2.5
Model Direct and Indirect of Implementation ( Sumber: Winarno, 2007: 144)
Proses ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi
dari suatu kebijakan yang pada dasarnya dilakukan untuk meraih
kinerja implentasi kebijakan publik yang tinggi, yang berlangsung
dala hubungan berbagai variabel. Model ini mengumpamakan
implementasi kebijakan berjalan secara linier dari komunikasi,
sumber daya politik yang tersediadan pelaksanaan implementasi
kebijakan. Di dalam model implementasi ini, ada empat isu pokok
yang harus diperhatikan agar implementasi kebijakan berjalan
efektif, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur
birokrasi.
Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi
Implementasi
Struktur Birokrasi
51
Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan
dikomunikasikan pada organisasi atau publik dan sikap serta
tanggapan dari para pihak yang terlibat. Sumber daya berkenaan
dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber
daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecapakan pelaksana
kebijakan publik untuk carry out kebijaan secara efektif.
Disposisi berkenaan dengan kesediaan dari para
implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut. Kecapakan
saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen untuk
melaksanakan kebijakan. Sedangkan struktur birokrasi berkenaan
dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi
penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangannya
adalah bagaimana agat tidak terjadi bureaucratic fragmentation
karena struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh
dari efektif (Nugroho, 2012: 693).
4. Model Merilee S. Grindle
Model implementasi lainnya yaitu model dari Grindle.
Model ini menjelaskan bahwa implementasi kebijakan ditentukan
oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya
adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka
implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan
oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan
tersebut mencakup :
52
1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan. 2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan. 3. Derajat perubahan yang diinginkan. 4. Kedudukan pembuat kebijakan. 5. (siapa) pelaksana program. 6. Sumber daya yang dikerahkan.
Sementara itu, konteks implementasinya adalah :
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat. 2. Karakteristik lembaga dan penguasa. 3. Kepatuhan dan daya tanggap.
5. Model Hogwood dan Gunn
Model yang dikembangkan oleh Hogwood dan Gunn
(Dalam Ali, Alam, 2012:109) menjelaskan bahwa dalam
mengimplementasikan kebijaksanaan negara secara sempurna
diperlukan beberapa syarat seperti :
1. Hal yang akan menimbulkan gangguan/ kendala yang serius. 2. Untuk pelaksana program tersedia waktu dan sumber-sumber
yang cukup memadai. 3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar
tersedia 4. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh
suatu hubungan kausalitas yang andal. 5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata
rantai penghubung. 6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil. 7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. 8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang
tepat. 9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna. 10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat
menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
53
2.1.4 Definisi Kinerja Pegawai
Istilah Kinerja merupakan terjemahan dari performance
yang sering diartikan sebagai penampilan, untuk kerja atau
prestasi. Dalam kamus Illustrated Oxford Dictionary (dalam
keban, 2008 ;209) istilah ini mengartikan bahwa kinerja yang
terdapat dalam pegawai itu bergantung pada hasil dari apa yang
dilakukan oleh pegawai Pada dasarnya seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya diharapkan untuk
menunjukkan suatu performance yang terbaik yang bisa
ditunjukkan oleh pegawai tersebut, selain itu performance yang
ditunjukan oleh seorang pegawai tentu saja dipengaruhi oleh
berbagai fakor yang penting artinya bagi peningkatan hasil kerja
yang menjadi tujuan dari organisasi atau instansi dimana pegawai
tersebut bekerja.
Performance atau kinerja ini perlu diukur oleh pimpinan
agar dapat diketahui sampai sejauh mana perkembangan kinerja
dari seorang pegawai pada khususnya dan organisasi pada
umumnya, sehingga Performance dari pegawai dapat dipantau
perkembangannya didalam bekerja oleh pimpinan atau Top
Leader.
Suatu kinerja merupakan suatu istilah yang secara umum
digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan dari suatu
organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah
54
standart seperti biaya masa lalu atau yang diproyeksikan dengan
dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akunstabilitas suatu
manajemen. Kinerja sendiri mengacu pada kadar pencapaian tugas
yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja
merefleksikan seberapa karyawan memenuhi persyaratan sebuah
pekerjaan. Akan tetapi sering disalah tafsirkan sebagai upaya yang
menceminkan energi yang dikeluarkan, dimana kinerja diukur dari
segi hasil.
Penulis dapat diambil suatu garis besar, bahwa kinerja
(performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas yang
membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan
seberapa baik karyawan untuk memenuhi persyaratan sebuah
pekerjaan. Akan tetapi sering disalahtafsirkan sebagai upaya yang
mencerminkan energi yang dikeluarkan, dimana kinerja diukur dari
segi hasil.
Mungkin kesalahan yang paling serius yang dilakukan pada
saat memutuskan apa yang akan dievaluasi adalah dengan
menganggap bahwa kinerja itu unidimensional yang menerangkan
bahwa semua individu adalah pelaksana baik, pelaksana buruk,
atau diantara keduanya. Sebuah skalapun tidak dapat
menggambarkan secara memadai segala keseluruhan kinerja semua
karyawan. Banyak dari dimensi kerja yang tidak berhubungan satu
55
sama lainnya. Seorang akan mungkin sangat tinggi kinerjanya pada
satu dimensi, akan tetapi rendah pada dimensi yang lain.
Terdapatnya pegawai yang kinerjanya kurang disatu
dimensi ini disebabkan karena penempatan pejabat didalam
menempati jabatan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
dan kelampuan yang dimikiki dalam menduduki jabatan tersebut,
sehingga didalam pelaksanaan atau menjalankan tugas pokok dan
fungsi dari jabatan yang diduduki mengalami kendala.
Dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah sebagai seluruh
hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus
selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah
sama dengan jumlah atau rata - rata kinerja pada fungsi pekerjaan
yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut
akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja
individu.
2.1.5 Disiplin Kerja
Analisis dan diskusi motivasi kerja dalam manajemen
organisasi terutama memfokuskan guna mendapatkan perilaku dan
prestasi yang diinginkan. Kadangkala pimpinan dihadapkan pada
prestsasi dan perilaku yang tidak diharapkan. Meskipun artinya
tidak menyenangkan hukum dan ukuran tindak disiplin digunakan
untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dan prestasi
56
yang buruk. Penegakan hukuman masih dianggap sebagai cara
yang efektif dan efesien untuk mengubah perilaku. Dalam
organisasi publik contoh perilaku yang mendapat hukuman antara
lain korupsi, penyalahgunaan kewenangan, absensi, memperlambat
jam kerja dan memalsukan biaya.
Hukuman adalah konsekuensi yang kurang menyenangkan
untuk suatu respons perilaku tertentu atau penghilangan suatu
bentuk penguat yang diinginkan karena respons perilaku tertentu
(Gibson, Ivancevich & Donnelly, 1997:322). Hukuman adalah
peristiwa penentangan atau menghilangkan peristiwa positif diikuti
tanggapan untuk menurunkan frekuensi respon. Terdapat hubungan
atau kesatuan antara respon yang didefinisikan dan konsekuensi
tindakan yang menentang atau situmulus (seperti: pengurangan
pembayaran bagi yang absen, mendapatkan peringatan karena
prestasi kerja yang buruk dan sebagainya).
Disiplin adalah penggunaan beberapa bentuk hukuman atau
sanksi jika pegawai menyimpang dari aturan. Tidak semua ukuran
disiplin berubah menjadi hukuman. Misalnya, absensi yang
dilakukan secara sering mengakibatkan seorang pegawai diskors
selama tiga hari dari pekerjaan. Jika orang yang dikenai hal ini
tidak menyenangi pekerjaannya dan lebih suka tinggal di rumah
maka ia tidak merasa dihukum.
57
Disiplin menurut Muchdarsyah (dalam Sulistyani,
2004:324) dapat disarikan dalam beberapa pengertian sebagai
berikut:
1. kata disiplin dilihat dari segi terminologi berasal dari kata latin “discipline” yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata “discipulus” yaitu orang yang belajar). Jadi secara etimologis terdapat hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (dalam bahasa Inggris yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran).
2. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efesiensi.
3. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
4. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai perilaku yang dikendalikan (control behavior)
Dalam peraturan pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 1980
Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam Pasal 3
(tiga) dinyatakan bahwa PNS dilarang untuk melakukan hal-hal
sebagi berikut:
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil.
b. Menyalahgunakan wewenang c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
Negara asing d. Menyalahgunakan barang-barang uang, atau surat-surat
berharga milik Negara e. Memiliki, menjual,membeli, mengendalikan, menyewakan
atau meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik Negara secara tidah sah
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, temen sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara .
58
g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun diluar lingkungan kerjanya
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat di duga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai negeri sipil yang bersangkutan
i. Memasuki tempat- tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya. k. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.
l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang
diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain
n. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi pemerintah
o. Memiliki saham/ modal dalam perusahaan yang kegiatan usahnya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya,
p. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatannya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan
q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagin yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang mengaku jabatan eselon I
r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi,golongan atau pihak lain.
Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam
perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok ataupun
masyarakat yang berupa ketaatan (obsedience) terhdap peraturan
59
yang ditetapkan pemerintah (etik), norma dan kaidah yang berlaku
dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Disiplin dapat pula
diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan falsafah bangsa dan Negara.
Dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola
tingkah laku dan ciri-ciri sebagi berikut:
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
2. Adanya perilaku yang dikendalikan 3. Adanya ketaatan (obsedience) 4. Disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan,
waktu, kenikmatan dan lain-lain.
Bacal (2005:164) mengatakan disiplin adalah proses yang
digunakan untuk menghadpi masalah-masalah kinerja. Proses ini
melibatkan pemimpin dalam mengidentifikasikan dan
mengkomunikasikan masalah-masalah kinerja kepada karyawan.
Para pemimpin juga terlibat dalam mengidentifikasikan masalah-
masalah kinerja kepada pegawai. Para pemimpin juga terlibat
dalam mengidentifikasikan, mengkomunikasikan serta
menjatuhkan konsekuensi- konsekuensi bila masalah kinerja itu
tidak teratasi. Pada tahapan awal proses ini mirip dengan proses
manajemen kinerja.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja adalah perilaku individu yang mencerminkan
sikap mental untuk mentaati peraturan, norma atau etik, yang telah
60
ditetapkan dalam organisasi. Perilaku disiplin merupakan perilaku
yang dikendalikan artinya perilaku yang penuh dengan kesadaran
oleh individu yang memerlukan pengorbanan baik perasaan, waktu
ataupun kesenangan yang lainnya. Disiplin merupakan salah satu
sarana untuk mencapai produktivitas kerja pegawai dalam
birokrasi, terutama dengan pengembangan sumberdaya aparat
birokrasi. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kedisiplinan antara lain adalah komitmen dan ketaatan kepada
peraturan, pengendalian, tepat waktu, serta keteraturan dan
kecermatan dalam bekerja.
2.1.6 Aparatur Sipil Negara (ASN)
ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi
tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN
61
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan. Pegawai ASN terdiri atas :
a. PNS, yang merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional;
b. PPPK, merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang
c. Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara. d. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan Instansi Pemerintah.
Pegawai ASN memeliki fungsi sebagai pegawai Negri Sipil
berfungsi sebagai:
a. pelaksana kebijakan publik. b. pelayanan publik dan
c. perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai ASN merupakan pegawai yang diamanatkan oleh
Undang-undang No. 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
selain sebagai peaksana dari sebuah kebijakan dan pelayan publik
namun pegawai ASN pun harus sebagai perekat dan pemersatu
bangsa. Pegawai ASN bertugas:
a.melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b.memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Pegawai ASN mempunyai keajiban melaksanakan kebijakan public yang teah ada sesuai dengan tugas pejabat ditempatkan, namun profsional dan kualitas kerja harus dimilki oleh pegawai ASN.
62
Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Berdasarkan peran yang ada didalam pegawai ASN yaitu
sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas dari pelaksana
kebijakan dan pelayanan publik sesuai dengan tupoksi jabatan atau
tempat kerja yang di tempati maka pegawai ASN didorong harus
memiliki integritas yang tinggi dalam mnejalankan tugasnya.
Jabatan ASN terdiri atas:
a. Jabatan Administrasi b. Jabatan Fungsional; da c. Jabatan Pimpinan Tinggi; d. Jabatan Administrasi terdiri atas:
Jabatan administrator Bertanggung jawab memimpin
pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan. Jabatan pengawas Bertanggung
jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
pejabat pelaksana
Jabatan pelaksana Bertanggung jawab melaksanakan
kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan
63
fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan
fungsional keahlian terdiri atas:
a. ahli utama; b.ahli madya; c.ahli muda; dan d.ahli pertama.
Jabatan fungsional keterampilan terdiri atas:
a. penyelia; b.mahir;
c.terampil; dan; d.pemula
Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas:
a. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama; b. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan; c.Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.
UU No. 05 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
didalamnya terapat pegawai Negri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), diantara keduanya
terdapat persamaan dan perbedaan didalam hak dan kewajibannya,
berikut ini hak dan kewajiban antara PNS dan PPPK :PNS berhak
memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas; b.cuti;Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
perlindungan. PPPK berhak memperoleh:
a.gaji dan tunjangan; b.cuti; c.perlindungan; dan
d.pengembangan kompetensi
64
Kewajiban Pegawai ASN:
a.Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c.Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang; d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g.Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
UU No. 05 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
terdapat dua status pegawai didalamnya yaitu adanya Pegawai
Negri Sipil (PNS) dan adanya Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja atau disebut (PPPK) dari dua status pegawai ini
tidak terdapat perbedaan yang yang banyak, didalam Pegawai
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) bias menduduki
Jabatan Struktural pada Umumnya sepeti yang diduki oleh Pegawai
Negri Sipil (PNS) namun ada hak yang berbeda dari keduanya,
yaitu apabila di pegawai yang berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS)
berhak untuk mendapatkan tunjangan pension sedangkan didalam
Pegawai yang berstatus Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian
kerja (PPPK) tidak berhak menerimanya.
65
2.2 Penelitian Terdahulu
Temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan
hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam sebuah
penelitian. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan
bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan
Lingkungan Hidup Daerah. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini,
akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu berupa tesis dan jurnal yang
pernah peneliti baca diantaranya:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rachmad Hidayat, Adam Idris
dan Masjaya (2014), Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten
Beran. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian tersebut, diketahui
bahwa Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Beran telah dilaksanakan
dengan cukup baik. Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Beran jauh
lebih baik apabila Kebijakan tersebut diterapkan dengan sungguh- sungguh Pada
para PNS yang ada di Kantor Kementrian Agama. Kemudian, tujuan penelitian
tersebut adalah untuk mengetahui Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten
66
Beran. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah mengenai
teori Implementasi Kebijakan menurut Edward III, George C (edited). 1984. Public
Policy Implementing, dan Pengukuran (Wahab, 1991:117), serta metode yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rachmad Hidayat, Adam Idris
dan Masjaya (2014) dengan peneliti ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti memfokuskan pada Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang, sedangkan Rachmad Hidayat, Adam Idris dan Masjaya
memfokuskan penelitiannya pada Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementrian Agama.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tri Eka Sari
tahun 2011 dalam skripsinya berjudul “Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pada Kejaksaan Negeri
Padang. Dalam penelitian tersebut, menunjukkan bahwa Peraturan Pemerintah
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada kedisiplinan
pegawai berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah
tercantum pada PP No.53 Tahun 2010. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam
penelitian tersebut yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif, diperoleh hasil
penelitian bahwa Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil di Kejaksaan Negeri Padang, menunjukkan bahwa keaktifan
Pegawai Negeri Sipil untuk disiplin cukup besar, hal ini terlihat dari kepedulian
pegawai negeri sipil terhadap pekerjaan dan sifat pertanggung jawaban terhadap
67
Bangsa dan Negara. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Melalui kedisiplinan pegawai negeri sipil di Kejaksaan Negeri Padang.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Tri Eka Sari ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada Implementasi
Program Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan hidup Daerah Kota Serang, sedangkan
Tri Eka Sari memfokuskan penelitiannya pada Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pada Kejaksaan
Negeri Padang.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran peneliti dalam penelitian dan
sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan dari
implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup yang ada di Kota
Serang, maka dalam penelitian ini dibuatkanlah kerangka berpikir. Sehingga
dengan adanya kerangka berpikir ini, baik peneliti maupun pembaca dari
penelitian ini mudah memahami dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian.
Penelitian ini diawali dengan melihat permasalahan-permasalahan yang
terdapat pada latar belakang masalah yaitu:
68
1. Penerapan kedisiplinan PNS yang sesuai dengan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang belum maksimal.
2. Kurangnya kesadaran PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah kota Serang didalam menjalankan PP 53 tahun 2010 tentang kedisiplinan PNS.
3. Kurangnya Kontrol masyarakat terhadap Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
4. Kurang tegasnya penegakan Hukum pada para PNS yang tidak Disiplin
Didalam penelitian ini meliat adanya kesesuaian permasalahan
Implementasi Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 Tentang Disiplin PNS
dengan menggunakan model implementasi kebijakan Donald Van Meter dan Carl
Van Horn , yaitu Model ini merupakan model implementasi yang paling klasik.
Penggunaan model tersebut yang dirumuskan oleh Meter dan Horn disebut
dengan A Model of The Policy Implementation. Artinya dalam proses
implementasi, sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan
yang ada secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan
publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.
Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara
linear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik.
Dikemukakan bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan
prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel-variabel yang saling berkaitan
(Ali, Alam, 2012:110). Beberapa variabel yang dimasukan sebagai variabel yang
mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel :
Ukuran dan Tujuan Kebijakan. Sumber daya. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. Kecenderungan dari pelaksana/implementor.
69
Dari enam pilar penilaian dari implementasi kebijakan tersebut dianggap
cocok untuk menjawab permasalahan-permasalahan terhadap pelaksanaan atau
implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang,
serta diharapkan dengan adanya hal itu ke Disiplinan para Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang ada di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat berjalan
dengan baik dan tujuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang tercapai. untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini:
70
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Masalah 1. Belum adanya kesesuaian ucapan sumpah/ janji jabatan PNS di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.
2. PNS di Badan Lingkungan Hidup DaerahKota Serang Belum sepenuhnya menjalanjakan kewajiban PNS sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.
3. Masih kurangnya pengabdian, kesadaran,dan rasa tanggung jawab pegawai didalam melaksanakan tugas sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disipin Pegawai Negri Sipil.
4. PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sebagian melakukan kegiatan diluar pekerjaan .
5. Kehadiran Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang belum sepenuhnya mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.
6. Pemeliharaan barang milik Negara belum dilakukan dengan baik sebagaimana kewajiban PNS didalam Peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.
7. Kurangnya ketegasan sanksi yang diberikan oleh pimpinan terhadap pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih kurang.
8. Tidak adanya penghargaan kepada pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang yang berprestasi.
(Sumber: Peneliti, 2015)
Meningkatnya Kedisiplinan PNS di BLHD Kota Serang yang sesuai PP. No. 53 Tahun 2010
Teori Implementasi Donald Van Meter dan Carl Van Horn (Agustino : 2008 )
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan. 2. Sumber daya. 3. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. 4. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor. 5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. 6. Kecenderungan dari pelaksana/implementor.
Terciptanya Kinerja yang baik Pegawai Negeri SIpil di Badan Lingkungan Hidup Daerah kota Serang.
71
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan telaah
pustaka dan deksripsi teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, peneliti
mengajukan asumsi dasar sebagai berikut: Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang belum berjalan dengan baik.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk menemukan bagaimana hasil penelitian tentang Implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, dengan berbagai
indikator di dalamnya, serta unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai
dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian, maka
digunakanlah metode penelitian.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) metode Penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) mengemukakan
bahwa,
“Metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.
73
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,
menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi
lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-kata, kalimat
untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan
mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat
mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang terjadi sebenarnya di lapangan.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menentapkan fokus.
Spradley dalam Sugiyono (2012:208) menyatakan bahwa “A focused refer to a
single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya adalah bahwa
fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari
situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih didasarkan pada
tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih
luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan untuk
menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus penelitian yang
diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum. Dari penjelajahan
umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih
pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk dapat memahami secara
74
lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian. Oleh
karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus penelitian mengenai
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang. mengambil lokus wilayah di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri terdiri
dari 3 sub bagian dan 9 bidang yaitu Sub.Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan,
dan Sub Bagian Program Evaluasi Dan Pelaporan. Sedangkan untuk bidang,
Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, Bidang Konservasi Dan Lingkungan
Hidup, Bidang Pengendalian Sumber Pencemar, Bidang Konservasi Sumber Daya
Alam, Bidang Penataan Lingkungan Hidup, Bidang Pengendalian Media
Lingkungan, bidang perncanaan dan pengkajian dampak lingkungan, bidang
perencanaan lingkungan hidup, bidang pengkajian dampak lingkungan. yang
memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) 24 dan Tenaga Kerja Sukarela(TKS)
21 total keseluruhan Pegawai yang ada di Dinas Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang adalah 45 dengan luas wilayah kantor Dinas Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang. (Sumber: Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang, 10 januari 2015).
75
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang karena sebagai salah satu instansi pemerintah di provinsi
banten yang memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat , ternyata di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota masih ditemukan para Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang masih malas bekerja atau keluyuran di pas jam kerja
berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota, hingga tahun 2014
ada 10 (sepuluh) sampai 15 (lima belas) PNS yang malas-malas ataupun
keluyuran pada saat jam kerja. (Sumber: Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang,10 januari 2015).
Seharusnya para Pegwai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang adalah sebagai contoh positif bagi para tenaga kerja
sukarela (TKS) khususnya, umumnya bagi masyarakat. Namun malah sebaliknya
justru masih ditemukannya para Pegwai Negeri Sipil (PNS) yang tidak disiplin,
keluyuran ataupun malas-malasan pada saat jam kerja. Hal ini yang kemudian
menarik untuk dikaji oleh peneliti.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah Implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
Konsep Implementasi Kebijakan merupakan hal yang sangat penting
dalam melaksanakan kebijakan yang telah dirumuskan. Implementasi
76
Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat dioperasionalkan
dalam bentuk program, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang. yang diperuntukkan bagi para Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang malas bekerja atau yang keluyuran di saat jam kerja.
Adapun definisi mengenai implementasi kebijakan dari beberapa
ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan suatu aktivitas atau kegiatan, yang pada akhirnya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan
itu sendiri.
3.4.2 Definisi Operasional
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan
diamati dalam penelitian ini adalah mengenai Implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. Beberapa hal
penting mengenai fenomena yang akan diamati tersebut akan peneliti nilai
dengan pijakan teori Implementasi Kebijakan Merilee S, Grindle.
Menurut Merilee S, Grindle (Agustino, 2012 :154-156), ada dua
pilar penilaian dari implementasi suatu kebijakan yaitu:
1. Isi Kebijakan ( Contant of Police) Terdiri dari beberapa Indikator
a. Kepentingan yang terpengaruhi oleh keijakan b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.
77
c. Drajat perubahan yang diinginkan. d. Kedudukan pembuat kebijakan. e. pelaksana program f. Sumber daya yang diserahkan.
2. Sementara itu kontkes Kebijakan (Context of policy) adalah :
a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. b. Karakteristik lembaga dan penguasa. c. Kepatuhan dan daya tangga
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses
pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam
penelitian disebut juga instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa pada
dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur
fenomena alam atau sosial yang diamati. Dalam penelitian mengenai
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
yang menjadi instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Menurut Nasution
dalam Sugiyono (2012:224) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengupulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan dapat menafsirkannya.
78
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan akan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang jsutru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti. Sejalan dengan pendapat Moleong (2007:9), bahwa peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini
dilakukan karena hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau
objek lainnya, dan manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-
kenyataan di lapangan. Hanya manusia sebagai instrument pulalah yang dapat
menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi
hal yang demikian, tentunya dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Teknik yang digunakan untuk menentukan
informan dalam penelitian kualitatif ini yaitu dengan jalan peneliti memasuki
situasi sosial tertentu, melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang
yang dipandang mengetahui tentang situasi sosial tertentu (Prastowo, 2011:197).
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
Purposive, yaitu informan yang secara sengaja dipilih oleh peneliti, karena
dianggap memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat memperkaya data penelitian
(Irawan, 2006:17).
79
Menurut Patton dalam Denzin (2009: 290), alasan logis di balik teknik
Purposive dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang
dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information). Walaupun
demikian dalam pelaksanaan penelitian di lapangan nanti, tidak menutup
kemungkinan peneliti juga akan menggunakan teknik Snowball, yaitu jumlah
informan akan bertambah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. penggunaan
teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang ada di lapangan.
Untuk lebih jelasnya, informan penelitian mengenai Implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. di klasifikasikan pada tabel 3.1
berikut:
80
Tabel 3.1
Daftar Informan
Kategori Informan
Kode Informan
Informan Keterangan
Penanggung Jawab
I1 Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Key informan
I2 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang
Key informan
I3 Sekretaris Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Key informan
I4 Kepala Sub Bagian Umum Kepagawaian BLHD Kota Serang
Key informan
I5 Kepala Bidang Konservasi dan SDA BLHD Kota Serang
Key informan
I6 Kepala Bidang pengendalian dampak lingkungan BLHD Kota Serang
Key informan
I7
Kepala Bidang Perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup BLHD Kota Serang
Key informan
I8 Kasubag PEP BLHD Kota Serang Key informan
I9 Kasubag Keuangan BLHD Kota Serang
Key informan
Pendamping I10
Kasubid Pengendalian media lingkungan BLHD Kota Serang
Secondary informan
I11
Kasubid Pengendalian sumber pencemar BLHD Kota Serang
Secondary informan
I12
Kasubid Perencanaan Lingungan Hidup BLHD Kota Serang
Secondary informan
I13 Kasubid Pengkajian dampak
lingkungan hidup BLHD Kota
Secondary informan
81
Serang
I14
Kasubid Konservasi dan sumber daya alam BLHD Kota Serang
Secondary informan
I15
Kasubid penataan lingkungan Hidup BLHD Kota Serang
Secondary informan
I16
Pelaksana/Staff di Sub Bagia Umum dan Kepegawaian Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
I17
Pelaksana/Staff di Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
I18
Pelaksana/Staff di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
I19
Pelaksana/Staff di Bidang Perencanaan dan pengkajian Dampak Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
I20
TKS Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
Masyrakat Umum I21
Masyarakat sekitar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
I22 Tokoh Pemuda Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Secondary informan
(Sumber: Peneliti, 2015)
82
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi dinamakan
“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat,
(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara strategis.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan responden, tetapi
dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau informan.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian karena bertujuan untuk memperoleh data agar dapat dianalisis. Adapun
teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi (pengamatan) diartikan sebagai pengamatan dan
pencacatan secata sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek
penelitian (Prastowo, 2011:22). Pengamatan dapat diklasifikasikan atas
pengamatan melalui cara berperan serta (partisipan) dan yang tidak
berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan tanpa peran serta
pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadaan pengamatan
saja. Sedangkan pengamatan berperan serta melakukan dua peranan
sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi
dari kelompok yang diamati (Moleong, 2007:176).
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan melalui tidak
berperan serta (non partisipan) karena dalam penelitian ini peneliti tidak
terlibat untuk membantu Badan Lingkungan Hidup Kota Serang dalam
83
menjalankan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang. Peneliti hanya melakukan pengamatan saja untuk
mengetahui kondisi dari objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa
pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi
dan ide dengan Tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna
dalam suatu topik tertentu (Prastowo, 2011:212). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara tidak
struktur.
Wawancara tidak struktur adalah wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
(Basrowi, Suwandi, 2008:130). Pertanyaan yang diajukan interviewer
dapat menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan wawancara
pada penelitian ini, peneliti hanya menanyakan secara garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Hal ini dimaksudkan agar proses
wawancara berlangsung secara alami dan mendalam seperti yang
diharapkan dalam penelitian kualitatif.
Agar lebih mudah peneliti dalam melakukan wawancara, maka
pertanyaan yang diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan. Dimana
dimensi pertanyaan tersebut sesuai dengan garis besar permasalahan yang
84
akan ditanyakan, dengan mengacu kepada teori Merilee S, Grindle yaitu
dua pilar penilaian implementasi kebijakan yaitu isi kebijakan dan kontek
kebijakan. Seperti yang tertera pada tabel 3.2 erikut:
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
No Dimensi Uraian Pernyataan Informan 1 Ukuran Dan
Tujuan Kebijakan
1. Apa tujuan dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tetang disiplin pegawai negri sipil?
I1,I2,I3,I4,I5,I6, I10
2. Apa standar dari keberhasilan peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disipin PNS ?
I1,I2,I3,I4,I5,I6, I10
2
Sumber Daya
3. Bagaimana kesiapan PNS di BLHD Kota Serang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negri sipil?
I1,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I12,I13,I14,I15,I16
,,I17,I1I I8,I19
4. Bagaimna sarana dan prasaran yang ada dalam menunjang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I10
5. Bagaimana dana dan anggaran dalam menunjang dari Implementasi PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang ?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I10, I11, I12
3
Karakteristik Agen Pelaksana
6. Apasaja Peran dari para Stake holder dalam PP No 53 tentang disiplin PNS ?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I2,I13,I14,I15,I16,I17,I18,I19
7. Sejauh ini bagaimana Pelaksanaan dari PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1,I2,I4,I5,I6, I10
8. Bagaimana bentuk dan mekanisme Sanksi yang diberikan terhadap pegawai
I1,I2, I3,I4,I5,I6, I10
85
(Sumber: Peneliti, 2015)
yang belum mentati sesuai dengan PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang ?
4
Sikap/Kecendrungan (Disposisi)
Para Implementor Pelaksana
9. Bagaimana pemahaman para Pegawai terkait PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS ?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8
,I9,I10,I11,12,I13,I14,I15,I16,I17,118,I19,I20
10. Bagaimana respon peawai BLHD Kota Serang (mendukung/menolak) dan apa bentuk dukungan yang dilakukan dalam implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1,I2,I3,I4,I6, I10
11. Apasaja fasilitas dan yang diberikan guna menunjang Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS ?
I1,I2,I6,I10,I13,I14,I1
5 I16, I17,I18
5
Komunikasi Antar Organisasi
Dan Aktivitas Pelaksana
12. Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang ?
I1,I2,I5, I6,I10
13. Bagaimana Sosialisasi yang dilakukan dalam memberikan pemahaman kepada pegawai mengenai bagaiman PP No. 53 Tentang disiplin PNS ?
I1,I2, I3, I6,I10, I11,I12,I13,I14,I15,I16
,I17,I18,I19
6
Lingkungan Ekonomi, Sosial
Dan Politik
14. Bagaimana Kondisi Ekonomi dari Pegawai BLHD Kota Serang ?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,
I10,I11,I12,I13,I14,I15
,I16,I17,I18,I19, I20,I21, I22 I23
15. Bagaimana kondisi sosial dari Pegawai Negri Sipil di BLHD Kota Serang?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I2,I13,I14,I
15,I16,I17,I18,I19, I20,I21, I22, I23
16. Bagaimana kondisi Politik di kawasan Pemerintahan
Kota serang Kota Serang maupun pemerintahan di Provinsi Banten ?
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I2,I13,I14,I
15,I16,I 17,I18,I19, I20,I21, I22 I23
86
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, khususnya dalam melakukan wawancara adalah:
1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data
2. Handphone Camera: untuk memotret kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
keabsahan penelitian.
3. Handphone recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan
atau pembicaraan. Penggunaan alat ini dalam wawancara perlu
memberi tahu informan apakah diperbolehkan atau tidak.
c. Studi Literatur
Dalam studi literatur dan kepustakaan peneliti melakukan
pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik
buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan.
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan (Basrowi, Suwandi, 2008:158).
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun
faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data.
Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi informasi
87
yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang diteliti.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun
analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:73),
analisis data kualitatif adalah:
“Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang ke semua itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda (terhadap suatu fenomena) yang membantu anda untuk mempresentasikan penemuan anda kepada orang lain”. Data yang diperoleh selama penelitian yang didapat dari berbagai sumber
kemudian dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus hingga datanya jenuh.
Pada akhirnya data yang terkumpul tersebut menjadi sebuah kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain ketika mempelajari hasil
penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, proses analisis data yang digunakan adalah analisis
data kualitatif model interaktif dari Miles dan Humberman (2009:20). Kegiatan
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang terjalin
merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang
disebut analisis. Aktivitas dalam analisis dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
88
Gambar 3.3
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (Sumber: Miles dan Humberrman (2009: 20)
Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Koleksi Data (Data Collection)
Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang
penting untuk dilakukan, karena hanya dengan mendapatkan data yang
tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti
mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan.
Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Sehingga
akan lebih mudah untuk mendapatkan strategi dan prosedur yang akan
digunakan dalam mencari data di lapangan.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
Data Reduction
Data Collection Data
Display
Conclutions Drawing/
Verification
89
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Data yang
diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya kembali
bila diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-
kode pada aspek tertentu. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-
benar mencari data yang benar-benar valid. Ketika peneliti
menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan di cek ulang
dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui (Basrowi,
Suwandi, 2008:209).
3. Penyajian Data (Data Display)
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah
penyajian data. Penyajian data yang paling sering dilakukan pada data
kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada
beberapa bentuk penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks,
jaringan dan bagan. Penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam
bentuk teks naratif. Dengan adanya penyajian data, maka akan
90
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi (Conclutions Drawing/ Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan
penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Oleh karena itu
kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
3.8 Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah
derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Adapun dalam menguji validitas data, peneliti menggunakan dua cara
yakni:
91
1. Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiyono, 2012:241). Terdapat beberapa macam
triangulasi diantaranya :
a. Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber yang berbeda dengan teknik yang berbeda.
b. Triangulasi Teknik yaitu mengecek data yang diperoleh kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi Waktu yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang berbeda.
Dalam penelitian ini, proses check dan recheck data yang dilakukan oleh
peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik.
2. Member Check
Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid,
maka semakin dipercaya.
92
3.7 Jadwal Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang”, waktu penelitian yang dilakukan kurang
lebih empat belas bulan (14) bulan. Penelitian ini dimulai pada bulan November
tahun 2014 dan berakhir bulan Oktober 2015 berdasarkan tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.4
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan
Tahun 2014 2015
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1. Observasi Awal
2. Pengurusan Perizinan
3. Tahap Penyusunan Proposal
4. Seminar Proposal
5. Revisi Proposal
6. Reduksi Data
7. Penyusunan laporan akhir
8. Sidang Skripsi
9. Revisi Skripsi
(Sumber: Peneliti, 2015)
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang lebih menekankan kepada pengelolaan Lingkungan
Hidup Di kota Serang, yang merupakan upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya alam dan
lingkungan hidup perlu lebih mengutamakan ditingkatkan. Koordinasi dan
jalinan kerjasama antara pemangku kepentingan terus dikembangkan secara
berkelanjutan untuk menghindari konflik dalam kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam (pertambangan, kehutanan) dan lingkungan.
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang merupakan unit kerja
di Lingkungan kota Serang yang mempunyai tugas membantu Walikota
Serang dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi, dekosentransi, dan
tugas pembantuan dibidang lingkungan hidup dalam penyelenggaraan tugas
tersebut.
94
1. Struktur Organisasi
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) yang sebelumnya
statusnya adalah Kantor Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2008,pada saat ini statusnya di tingkatkan menjadi
BLHD berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2011. Sedangkan
Tupoksi diatur pada Peraturan Walikota Nomor 18 tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2008 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Serang.
Adapun yang terkait dengan uraian tugas dari Badan Lingkungan
Hidup Kota Serang adalah:
a. Kepala Badan
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah
dibidang perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan,
pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan serata konservasi
dan penataan lingkungan hidup berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
b. Sekretariat
1) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah.
2) Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan perencanaan dan program, pengelolaan keuangan, urusan umum dan kepegawaian.
95
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretariat mempunyai fungsi: a) Penyelenggaraan penyusunan perencanaan dan program; b) Penyelenggaraan pengelolaan administrasi perkantoran,
administrasi keuangan dan administrasi kepegawaian; c) Penyelenggaraan urusan umum dan perlengkapan,
keprotokolan dan hubungan masyarakat; d) Penyelenggaraan penatausahaan, ketatalaksanaan, kearsipan
dan perpustakaan; e) Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi
dan pelaporan pelaksanaan kegiatan unit kerja; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c. Sub Bagian Umum dan kepegawaian
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah.
2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian.
3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi: a) Penyusunan rencana kegiatan urusan umum dan
pengelolaan administrasi kepegawaian; b) Penyelenggaraan urusan umum dan pengelolaan
administrasi kepegawwaian; c) Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan urusan
umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
d. Sub Bagian Keuangan
1) Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah.
2) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:
96
a) Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan administrasi
keuangan Badan; b) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan Badan; c) Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi dalam pengelolaan
administrasi keuangan Badan; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
e. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan
1) Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah.
2) Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan kegiatan Badan.
3) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi: a) Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Badan; b) Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran serta
dokumen pelaksanaan anggaran; c) Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan bidang
program dan pelaporan; d) Pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan dinas; e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
f. Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup
1) Bidang Perencanaan dan pengkajian Dampak Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah
2) Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.
97
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup mempunyai fungsi: a) Penyusunan rencana kegiatan bidang perencanaan dan
pengkajian dampak lingkungan hidup; b) Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan dan
pengkajian dampak lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang perencanaan dan
pengkajian dampak lingkungan hidup; d) Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang
perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup; e) Pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
bidang perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup;
f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
g. Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup
1) Sub Bidang Perencanaan Lingkungan hidup dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan.
2) Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang perencanaan
lingkungan hidup; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang
perencanaan lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang perencanaan lingkungan
hidup; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi
bidang perencanaan lingkungan hidup; e) Evaluasi dan pelaporan bidang perencanaan lingkungan
hidup; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
98
h. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup
1) Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.
2) Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang pengkajian dampak
lingkungan hidup; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang
pengkajian dampak lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang pengkajian dampak
lingkungan hidup; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi
bidang pengkajian dampak lingkungan hidup; e) Evaluasi dan pelaporan bidang pengkajian dampak
lingkungan hidup; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
i. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
1) Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah.
2) Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang pengendalian dampak
lingkungan; b) Perumusan kebijakna teknis bidang pengendalian dampak
lingkungan;
c) Penyelenggaraan kegiatan bidang pengendalian dampak lingkungan;
99
d) Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang pengendalian dampak lingkungan;
e) Pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan bidang pengendalian dampak lingkungan;
f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
j. Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar
1) Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.
2) Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis Sub Bidang Pengendalian Pengendalian Sumber Pencemar.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar mempunyai fungsi :
a) Penyusunan rencana kegiatan sub bidang pengendalian sumber pencemar;
b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis sub bidang pengendalian sumber pencemar;
c) Penyelenggaraan kegiatan bidang pengendalian media lingkungan;
d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang pengendalian media lingkungan;
e) Evaluasi dan pelaporan bidang pengendalian media lingkungan;
f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan dengan tugas dan fungsinya.
k. Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup
1) Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Lingkungan Hidup Daerah.
2) Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang konservasi dan penataan lingkungan hidup.
100
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan bidang konservasi sumber
daya alam; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang
konservasi sumber daya alam; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang konservasi sumber daya
alam; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi
bidang konservasi sumber daya alam; e) Evaluasi dan pelaporan bidang konservasi sumber daya
alam; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
l. Sub Bidang Penataan lingkungan Hidup
1) Sub Bidang Penataan Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup.
2) Sub Bidang Penataan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis sub bidang penataan lingkungan hidup.
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub Bbidang Penataan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :
a) Penyusunan rencana kegiatan bidang penataan lingkungan
hidup; b) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang
penataan lingkungan hidup; c) Penyelenggaraan kegiatan bidang penataan lingkungan
hidup; d) Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan faslitasi
bidang penataan lingkungan hidup; e) Evaluasi dan pelaporan bidang penataan lingkungan hidup; f) Pelaksanaantugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) Kota Serang menjadi unit kerja dilingkungan
101
Pemerintah Kota Serang yang merupakan unsur pelaksana tugas Walikota
di bidang lingkungan hidup yang dipimpin oleh seorang kepala. Susunan
organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Serang
sebagaimana berikut:
a. Kepala Badan Lingkungan HidupSekretaris BLHD Kota Serang b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Sub Bagian Keuangan d. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan e. Bidang Perencanaan dan Pengkajian dampak Lingkungan Hidup f. Sub Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup g. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup h. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan i. Sub Bidang Pengendalian Sumber Pencemar j. Sub Bidang Pengendalian Media Lingkungan k. Bidang konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup l. Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, m. Sub Bidang Penataan Lingkungan Hidup.
2. Susunan Kepegawaian Dan Perlengkapan
Dalam menjalankan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup
Daerah, perlu didukung oleh keberadaaan sarana dan prasarana, baik itu
berupa sumber daya manusia (kepegawaian), maupun sarana dan prasarana
(perlengkapan operasional).
Pegawai adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu badan
tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan
usaha. sementara pengertian dari Pegawai negeri adalah unsur aparatur
negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, negara dan
pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
102
Pegawai tentunya merupakan modal pokok dalam suatu organisasi
karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-
tugas yang ada dalam organisasi tersebut. Ketersediaan aparatur yang
berkualitas dalam pengelolaan suatu organisasi atau lembaga merupakan
hal yang sangat diperlukan. Baik buruknya organisasi ditentukan oleh
Sumber Daya Aparatur yang ada didalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sebagai salah
satu perangkat kerja pemerintah Kota Serang didukung oleh sejumlah
personil atau pegawai yang mengemban tugas dan fungsi sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Serang No18 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Serang Nomor : 10 Tahun 2008.
Tabel 4.1 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA SERANG
Sumber : Perda No. 18 Tahun 2011
103
Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi lembaga Teknis Daerah
Kota Serang. Peraturan Walikota Serang Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok
dan Fungsi lembaga Teknis Daerah Kota Serang.
Pada tahun 2012 susunan kepegawaian Badan lingkungan hidup
Daerah kota Serang menjadi badan lingkungan hidup daerah kota serang
Jumlah pegawai seluruhnya sebanyak 24 orang yang terdiri dari 24 orang
Pegawai negeri Sipil (PNS), dengan kualifikasi pendidikan sebagai
berikut : Master 5 orang, Sarjana Teknik 5 orang, Sarjana Ekonomi 4
orang, Sarjana Pendidikan 3 orang, Sarjana Sosial 1 orang, Sarjana
Psikologi 1 orang, Pertanian 2 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
orang, dan Diploma III 2.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian
yang telah diolah dari data mentah, dengan menggunakan teknik analisis data
yang relevan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang menghasilkan data baik berupa kata kata maupun
tindakan. Data kualitatif diperoleh melalui observai partisipasi posif, wawancara
mendalam, kajian pustaka, serta studi dokumentasi yang sesuai dengan focus
penelitian. Data-data kualitatif tersebut perlu dianalisis saat sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
104
Berikutnya untuk mempertajam analisis data, peneliti menggunakan
dimensi penilaian yang mengacu padateori yang dikemukakan oleh Donald Van
Metter dan Van Horn (Ali, Alam, 2012:110) diantaranya yaitu: Ukuran dan tujuan
kebijkan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecendrungan para
pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivita pelaksana, serta lingkungan
ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisis
yang dikemukakan oleh Miles dan Hamberrman (2009:20). Tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti serta membantu mempresentasikannya kepada
orang lain. Sepertiyang dijelaskan padabab sebelumnya yaitu padabab 3
(metodologi penelitian), Miles dan Hamberrman menjelaskan ada beberapa
langkah penting yang perlu dilakukan dalam menganalisis data, di antaranya
Koleksi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data mentah baik
melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka, serta studi dokumentasi,
tanpa adanya intervensi dari pikiran peneliti atau dengan kata lain data yang
bersifat apa adanya (verbatim). Langkah ke dua yaitu transkip data dengan cara
merubah catatan penelitian ke bentuk tertulis. Kemudian pembuatan koding yaitu
membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip, yang bertujuan untuk
menemukan hal-hal penting atau kata kunci dan selanjutnya diberikan kode.
105
Adapun dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan
beberapa kode sebagai berikut:
1. Kode Q menunjukan item pertanyaan 2. Kode A menunjukan item jawaban 3. Kode I1-I10 menunjukan informan Penanggung Jawab 4. Kode I11- I20 menunjukan informan pendamping 5. Kode I21-22 menunjukan informan dari pihak masyarakat
Setelah itu adalah kategorisasi data, peneliti mulai menyederhanakan data
dan mengikat kata-kata kunci dalam suatubesaran yang disebut kategori.
Kemudian peneliti dapat mengambil kesimpulan walaupun maih bersifat
sementara, sampai pada langkah berikutnya peneliti melakukan proses check and
recheck (triangulasi) antara sumber data yang satu dengan sumber data lainnya.
Langkah terakhir dalah penyimpulan akhir, dengan catatan bahwa data penelitian
tersebut sudah jenuh dan disetiap penambahan data hanya akan memunculkan
ketumpangtindihan.
4.2.2 Daftar Nama Informan
Dalam penelitian yang berjudul implementasi Peraturan Pemerintah No 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang. Seperti yang sudah peneliti kemukakan pada BAB III, dalam
pemilihan informannya peneliti menggunakan teknik porposive sampling (sampel
bertujuan). Informan dalam penelitian ini adalah para stakholder dalam
Implementasi Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
106
Negri Sipil di Badan Lingkungan hidup Daerah Kota Serang baik dari pihak
pemerintah, maupun masyarakat .
Mengenai informan penelitian, peneliti membagi informan menjadi dua
yaitu key informan yang merupakan pihak yang memiliki kewenangan secara
langsung dalam implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, sedangkan
secondary informan adalah informan yang tidak terlibat secara langsung namun
memiliki pengetahuan atau informasi terkait implementasi Peraturan Pemerintah
No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Kodefikasi Informan Penelitian
No Kode Nama Keterangan 1 I1 Drs. H. Hafidi, ZA, MM -Kepala BLHD Kota Seang 2 I2 Yoyo Wicaksono -Kepala BKD Kota Serang 3 I3 H. Bunyamin, SE -Sekretaris BLHD Kota Serang 4 I4 Sukanta, S.Sos, M.Si -Kasubag Umum dan Kepegawaian
BLHD Kota Serang 5 I5 M. Agus Herry H, S.Psi -Kabid Konservasi dan SDA BLHD
Kota Serang 6 I6 Dra. Hj. Wiwi Widowati,
M.Si -Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
7 I7 Herunajaya, S.Pd, M.Si -Kabid Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup
8 I8 H. Bunyamin, SE -Sekretaris BLHD Kota Serang 9 I9 Supriyantoro, S.Pd -Kasubag PEP BLHD Kota Serang 10 I10 Ilham Amrullah, S.Si,
MM -Kasubag Keuangan BLHD Kota Serang
11 I11 Hendra Yoga Pranatha -Kasubid Pengendalian media lingkungan BLHD Kota Serang
12 I12 Yulia Hidayat, ST -Kasubid Pengendalian Sumber Pencemar BLHD Kota Serang
13 I13 Nurmainah, M.Si -Kasubid Perencanaan Lingkungan Hidup BLHD Kota Serang
107
14 I14 Komarudin, ST -Kasubid Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup BLHD Kota Serang
15 I15 Ningsih, SE -Kasubid Konservasi dan SDA BLHD Kota Serang
16 I16 Ma’mur, SP -Kasubid Penataan Lingkungan Hidup BLHD Kota Serang
17 I17 Gumilar Suparlan -Pelaksana/Staff Sub Bagian Umum dan Kepegawian di BLHD Kota Serang
18 I18 Lina Herlina, SE -Pelaksana/Staff Bidang Konservasi dan Penataan Lingkungan Hidup di BLHD Kota Serang
19 I19 Novi Purwanto, ST -Pelaksana/Staff di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
20 I20 Hafiz Rahman, ST -Pelaksana/Staff di Bidang Perencanaan dan pengkajian Dampak Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
21 I21 Samsul Hidayat, SE -TKS Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
21
I22
Suharno
-Tokoh Masyarakat sekitar BLHD Kota Serang
22 I22 Awan Anhara, SE -Tokoh Pemuda Lingkungan BLHD Kota Serang
Sumber: Peneliti 2015
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian kali ini peneliti akan menguraikan pembahasan hasil
penelitian dengan didasari data yang peneliti proleh melalui hasil observasi,
wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan mengenai Implementasi
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Dispilin Pegawai Negri Sipil
(PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang yang meliputi beberapa
variabel, diantaranya adalah sebagai berikut:
108
1. Ukuran dan tujuan Kebijakan
Suatu tolak ukur dari suksesnya sebuah kebijakan di impelentasikan
adalah dari tujuan dan bagaimana kebijakan itu dilahirkan, dengan itu kinerja
dari implementasi kebijakan dapat diukur melalui tujuan dari kebijakan yang
telah ada, sebuah kebijakan dapat dikatakan berjalan dengan baik ialah
apabila antara tujuan dan implementasi kebijakan telah sesuai .
Dari dimensi ukuran dan tujuan kebijakan ini, peneliti menilai
beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu: Apa tujuan dari
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin pegawai Negri
Sipil, dan apa standar dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin pegawai Negri Sipil ini peneliti pertanyaan kepada I1
yang mengatakan bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin pegawai Negeri Sipil sebagaimana dalam wawancara
yang dikatakan oleh I1:
“Pegawai Sebagai Abdi dan pelayan masyarakat serta memberikan pelayanan dan contoh bagi masyarakat merupakan tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010, pegawai dituntut untuk profesional dan tanggung jawab didalam bekerja” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)
Kemudian I1 mengatakan bahwa standar keberhasilan dari
implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I1 :
“ Standarisasi dan ukuran dari berhasilnya peraturan pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Dispilin Pegawai Negeri Sipil ini ialah tugas-
109
tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan Perarturan Walikota Serang No 47 Tahun 2013 tentang tugas pokok dan fungsi, dan ini dapat dilihat dari Sasaran Kinerja Pegawai sebagainana Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2011 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai ”(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)
Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelaskan bahwa
tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 Tentang Dispilin Pegawi
Negri Sipil, yang nantinya akan berdampak terhadap kinerja yang dihasilkan
dari displin tersebut, berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2:
“Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar semua Pegawai Negeri Sipil Disiplin Sehingga ini akan berbanding lurus dengan kinerja yang maksimal”. (Senin, 25 Mei 2015, pukul 10.00, di Kantor BKD Kota Serang)
Kemudian I2 mengatakan bahwa standar keberhasilan dari
implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I2 :
“ Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin ”( Senin, 25 Mei 2015, pukul 10.00, di Kantor BKD Kota Serang)
Sementara itu I3 menjelaskan bawa tujuan dari Peraturan Pemerintah
No 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah untuk sebagai
pedoman kedisiplinan pegawai didalam bekerja, berikut pernyataan dari I3:
“Pegawai di dalam bekerja haruslah mempunyai dasar atau pedoman di dalam bekerja begitu pula dalam hal disiplin, Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil
110
ini merupakan dasar pegawai di dalam melakukan tindakan .” (Jumat, 22 Mei 2015, pukul 11.00 WIB, di BLHD Kota Serang) Kemudian I3 mengetakan bahwa standar keberhasilan dari
implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I3 :
“ Kalau standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah adanya kesadaran tinggi bagi Pegawai Negri Sipil karena didalam peraturan disiplin ini ada hukuman bagi Pegawai Negri Sipil yang melanggar, bahkan bisa sampai pemecatan tergantung dari berat atau tidaknya pelanggran yang dilakukan pegawai Negri Sipil ”( Jumat, 22 Mei 2015, pukul 10.00, di BLHD Kota Serang)
Sementara itu I4 menjelaskan bahwa tujuan Peraturan Pemerintah No
53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil adalah agar didalam
menjalankan tugas selesai dengan baik, dengan demikian diharapkan tugas
pokok dan fungsinya dilaksanakan dengan tanggung jawab, berikut
pemaparan dari I4:
“Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ialah agar PNS menjadi disiplin sehingga didalam melaksanakan tugas pukok dan fungsinya dengan baik karena di dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini terdapat sanksi untuk pegawai yang tidak mentaati disiplin” (jumat 22 Mei 2015, pukul 14.00, di BLHD Kota Serang) Kemudian I4 mengetakan bahwa standar keberhasilan dari
implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil (PNS) adalah sebagaimana yang dikatakan oleh I4 :
111
“ Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut ”( Jumat, 22 Mei 2015, pukul 14.00, di BLHD Kota Serang)
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka
hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada oleh
narasumber sebagai berikut :
Pertma, Tujuan dari Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah agar Pegawai Negeri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang disiplin, dan
hal ini telah menjadi dasar bagi Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Darah Kota Serang untuk bekerja sebagaimana
Tugas Pokok dan Fungsinya masing masing jabatan yang dimiliki
pegawai.
Kedua, Standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang adalah seluruh pegawai menyadarinya bahwa
sebagai Pegawai Negeri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk
disiplin, dengan demikina Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang telah
di buat di awal tahun sebagai dasar menjalankan tugas selama satu
tahun dapat dilaksanakan sesuai sebagai mana target yang dibuat
antara Pegawai Negeri Sipil dan atasan langsungnya.
112
2. Sumber Daya
Keberhasilan proses Implementassi kebijakan sangat tergantung
dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia
merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu
keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan
proses implementas i menurut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas sesuai pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah
ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan dan kapabilitas dari sumber
daya–sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit
untuk dijalankan.
Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain
yang perlu diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya financial dan sumber
daya waktu. Karena mau tidak mau ketika sumberdaya manusia yang
kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui
anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk
merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.
Demikian pula halnya dengan sumberdaya waktu. Saat sumberdaya
manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi
terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun
dapat menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.Karena
itu sumberdaya yang diminta dan dimaksudkan oleh Van meter Van Horn
adalah ketiga bentuk sumberdaya tersebut.
113
Pertama, Sumber daya Manusia, dalam hal ini menjadi pelaksana
dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil adalah Pegawi Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang. Namun di dalam pelaksanan Peraturan Pemerintah
No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini Satuan Kerja
Perangkat Daerah perlu adanya koordinasi dengan Badan Kepegawaian
Daerah dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang.
Mengenai sumber daya dalam Implementasi Peraturan Pemerintah
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, berikut wawancara pada I1:
“Pegawai Negeri Sipil di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang tentunya merupakan sumber daya mengenai Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini, mengenai kesiapan pegawai perlu di tigkatkan lagi karena ketntuan masuk kerja 07.30 WIB ada toleransi sampai 08.00 WIB, dan apel rutin pagi hari dilaksanakan tepat pukul 08.00 WIB, apabila terdapat pegawai yang sering tidak mengikuti apel rutin pagi hari, maka akan di tegur (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)
Dari kutipan wawancara diatas dapat dilihat bahwa kesiapan
Pegawai Negeri Sipil di dalam mengamalkan Peraturan Pemerintah No.
53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini masih cukup
baik namun perlu di tingkatkan kembali supaya di dalam
implementasinya sesuai dengan aturan yang ada.
Selanjutnya I1 juga menjelaskan bahwa terdapat sara dan prasarana
guna menunjang pegawai dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
114
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang, berikut pernyataan dari I1 :
“Guna mendukung pelaksanaan peraturan pemerintah mengenai tersebut di kami sudah ada absen secara elektronik yang dengan ini kehadiran pegawai sesuai dengan waktu kehadiranya, di BLHD juga sendiri telah memfasilitasi kendaraan dinas secara bertahap sesuai dengan tanggung jawabnya, dengan ini diharapkan ada timbul motivasi dan berpengaruh baik terhadap kinerja” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)
Dari kutipan wawancara diatas dapat dilihat bahwa di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang telah ada absensi secara
elektronik yang dengan ini diharapkan berpengaruh terhadap disiplin
pegawai karena dengan absen ini waktu hadir pegawai sesuai dengan saat
pegawai itu hadir, dan terdapat fasilitas kendaran oprasional yang
diberikan kepada pegawai namun dilihat dari beban kerja.
Dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini yang menangani masalah
kepegawaian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam hal ini Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ialah Kepala Sub Bagian umum
dan Kepegawaian Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, berikut
pernyataan dari I4 mengenai kesiapan dari pegawai Negri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dari peraturan Pemerintah No 53
Tahun 2010 Tentang Disipli Pegawai Negri Sipil:
115
“Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup baik namun belum menjalankan sepenuhnya dari Peraturan Pemerinah tersebut, apabila dikatakan dalam bentuk persen yaitu belum mencapai 90% pegawai di dalam mentaati Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, maka perlu upaya kedepan untuk meningkatkanya supaya pegawai betul betul siap dan mengamalkan peraturan tentang disiplin ini, karena sebagai PNS telah mempunyai Nomor Induk Pegawai yang itu merupakan tanggung jawab sebagai pegawai” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)
Senada dengan apa yang disampaikan oleh I4, I3 juga
meyampaikan bahwa kesiapan Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang perlu adanya peningkatan guna kedepanya,
berikut pernyataan yang dikemukan oleh I3:
“ Mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang kesiapan mengenai disiplin sudah cukup baik, tanggung jawab dan kesadaran juga ada, namun perlu di tingkatkan lagi ketepatan didalam menjalankan kewajibanya,dikita sudah ada apel pagi namun didalam pelaksanaanya belum keseluruhan dari pegawai hadir dalam apel ini masih di dapati beberapa yang tidak hadir, ini yang harus di perbaiki ” (Senin, 25 Mei 2015 Pukul 10.00, BLHD Kota Serang)
Untuk lebih jelanya mengenai aspek sumberdaya manusia dalam
implementasi Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Derah Kota Serang dari
jumlah pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
116
Tabel 4.4 Daftar Nama Pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
No Nama Pangkat/Golongan Jabatan 1 Drs. H. Hafidi, ZA,
MM Pembina Utama
Muda (IV/C) -Kepala Badan
2 H. Bunyamin, SE Pembina (IV/A) -Sekretaris 3 Supriantoro, S.Pd Penata Tk I (III/D) -Kasubag Program
Evaluasi dan Pelaporan
4 Ilham Amrullah, S.Si, MM
Penata Muda Tk I (III/B)
-Kasubag Keuangan
5 Sukanta, S.Sos, M.Si Penata Tk I (III/D) -Kasubag Umum dan kepegawaian
6 Lina Herlina, SE Penata muda (III/A) -Pelaksana 7 Rita Puspitasari Penata muda Tk I
(II/B) -Pelaksana
8 Bayu Karyanto, S.Sos Penata muda TK I (III/B)
-Pelaksana
9 Gumilar Suparlan Pengatur muda (II/A)
-Pelaksana
10 Herunajaya, S.Pd, M.Si Pembina (IV/A) -Kepala Bidang Perencanaan Dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup
11 Nurmainah, Se, M.Si Penata Tk I (III/D) -Kasubid Perencanaan Lingkungan Hidup
12 Komarudin ST Penata Tk I (III/D) -Kasubid Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup
13 Hafiz Rahman, ST Penata muda (III/A) - Pelaksana 14 Putriawanti, SP Penata muda (III/A) -pelaksana 15 Anita Viliana, ST, M.
Pd Penata muda Tk I
(III/B) -Pelaksana
16 Dra. Hj. Wiwi Widowati, M.Si
Pembina (IV/A) -Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan
17 Yulia Hidayat, ST, M.Si
Penata Tk I (III/D) -Kasubid Pengendalian Sumber Pencemar
18
Hendra Yoga Pranatha
Penata (III/c)
-Kasubid Pengendalian Media Lingkungan
19 Novi Purwanto, ST Penata muda (III/A) -Pelaksana 20 Yustina Eko Setiyarini,
SKM Pengatur TK I
(II/D) -Pelaksana
117
21 M. Agus Herry H, S.Psi Penata Tk I (III/D) -Kepala Bidang Konservasi dan Penataan Lingungan Hidup
22 Ma’mur, SP Penata Tk I (III/D) -Kasubid Penataan Lingkungan Hidup
23 Ningsih, SE Penata Tk I (III/D) -Kasubid Konservasi dan SDA
24 Hj. Tri Sumarni, SE, MM, KES
Penata Tk I (III/D) -Kepala UPT LAB
25 Rany Herawati, SE Penata muda (III/A) -Kepala UPT LAB Sumber: BLHD Kota Serang 2015
Berdasarkan data pegawai Badan Lingkungan Hidup Daeah Kota
Serang terdapapat jabatan dari masing-masing pegawai, tergantung dari
pegawa di tempatkan, ada tugas pokok da fungsi dari masing masing
pejabat sebagaimana Peraturan Walikota Serang No. 47 Tahun 2013
Rentang Tugas Pokok dan Fungsi, ini sebagai dasar pegawai dalam
bekerja.
Mengenai aspek sumber daya manusia ini peneliti pertanyakan
kepada I5 yang merupakan Kepala Bidang Konservasi dan Sumber Daya
Alam, pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang terdapat tiga
Bidang yang dipimpin oleh eselon 3 (tiga) dan memiliki jabatan Kepala
Bidang yang membawahi eselon 4 (empat) atau Kasubid dibawahnya,
yang menjelaskan bahwa kesiapan Pegawai Negri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang belum siap sepenuhnya. Berikut
pernyataan menurut I5:
“Masalah kedisiplinan pegawai, menurut saya masih kurang walaupun sebetulnya hampir setiap rapat rutin mingguan, mengenai kedisiplinan ini selalu disinggung mengenai disiplin ini, karena kami
118
untuk siap sepenuhnya hadir dikantor itu hampir jarang karena ada sebagian dari tugas kami itu kelapangan,khusus di Bidang kami pun ada perhatian khusus mengenai disiplin ini, dalam rapat kecil di bidang kami selalu saya sampaikan untuk meningkatkan disiplin” (Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)
Dari kutipan wawancara diatas, bahwa ada upaya yang dilakukan
mengenai disiplin Pegawai ini, terdapat apat rutin bulanan yang dilakukan
dan selalu dibahas tentang disiplin, namun pegwai berasumsi bahwa ada
pekerjaan yang diharuskan tidak di kantor melainkan harus keluar kantor,
maka apabila didapati pegawai tidak ada di tempat kerja pegawai ada di
tempat lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh I5, I6 pun menuturkan
bagaimana kedisiplinan di Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak
Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, dan I6
merupakan sebagai Kepala Bidangnya, yang membawahi 2 (dua) Kasubid
yaitu Kepala Sub Bidang Perencanaan Ligkungan Hidup dan Kepala Sub
Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup.
“Pada bidang saya pada umumnya telah mengetahui dan siap menjalankan disiplin, karena Sebagai Pegawai Negri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk bekerja dengan baik ya salah satunya dengan disiplin” (Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)
Berangkat dari hasil wawancara di atas peneliti menganalisis
bahwa indikator dari aspek sumber daya manusia mengenai kedisiplinan
sebagaimana Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
119
Pegawai Negri Sipil sudah cukup memahami dan menjalankan
sebagaimana peraturan yang ada, dan kesadaran sebagai Pegawai Negri
Sipil telah ada dalam diri pegawai namun dalam hal ini perlu ditingkatkan
lagi untuk kedepanya supaya dari bekerja secara disiplin dan
mengamalkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil dengan sepenuhnya dan akan berpengaruh terhadap
kinerja yang maksimal.
Kedua sumber daya financial untuk biaya dalam bagaimana untuk
Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang,
berikut pernyataan dari I1:
“Untuk biaya mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ini tentunya bersumber dari APBD Kota Serang, melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, melaluin sosialisasi, dan perwakian dari SKPD se Kota Serang dan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang disiplin PNS.” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 10 .00, BLHD Kota Serang)
Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelakan
bahwa biaya dari Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, berikut yang disampaikan oleh I5:
“ Ya tentu ada,dalam bentuk sosialiasi disiplin PNS, perwkilan Pegawai diundang untuk menghadiri kegiataan tersebut dan ini biasanya dihadiri oleh Kasubag Umum dan Kepegawaian yang nantinya setelah dilakukan sosialisasi mengenai disiplin ini diharapkan menularkan ilmu yang didapat kepada rekan-rekan di kantornya, dan cara sosialisasi ini dilaksanakan pada tahun hanya dilakukan di ruang rapat pemkot sendiri, yang semula tahun sebelumnya sosialisai ini dilakukan bias di luar daerah daram waktu
120
setidaknya 3 (tiga) hari, agar pegawai melekat benar bagaimana disiplin PNS dan ada sosialiasai berbentuk fisual, agar PNS bias mengingatkan bahwa sebagai PNS mempunyai kewajiban dan larangan sebagaimana PP 53 Tahun 2010, ” (Selasa, 26 Mei 2015 Pukul 13.00, BKD Kota Serang)
Untuk lebih jelasnya kita lihat Sosialisasi Peraturan Pemerintah No.
53 Tahun 2010 Tentang Disipli Pegawai Negri Sipil terkait larangan dan
kewajiban sebagai abdi negara:
Gambar 4. 5 Sosialisasi Hak dan Kewajiban PNS
Berdasarkan wawancara diatas mengenai sumber daya financial
implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
ialah bersumber dari APBD Kota Serang, kegiatan ini dilakukan dalam
121
bentuk sosialisasi kepada pegawai mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil
ini dan di hadiri perwakilan SKPD.
Ketiga, sarana dan prasaran dalam Implementasi Peraturan
Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawi Negeri Sipil di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah ada upaya untuk itu,
namun penggunaanya yang belum maksimal, berikut merupakan
pernyataan I4:
“Sebenarnya sarana dan prasarana agar bagaimana Pegawai Negeri disipin itu sudah ada, Alhamdulillah sekarang kita sudah menggunakan absen secara elektronik, jalas ini real datang dan pulangnya pegawai, namun hasil dari absen elektronik belum dijadikan acun untuk penindakan indisipliner atau terhadap naik pangkat ataupun jabatan” Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)
I4 juga menjelaskan bawa sarana dan prasarana yang telah ada
dalam hal ini absen secara elektronik masih dapat dijumpai pegawai yang
lupa untuk absen, padahal pegawai telah datang sesuai waktunya, berikut
merupakan penjelasan dari I4:
“ Walaupun sudah ada absen secar elektronik, namun kadang masih ada pegawai yang lupa untuk absen elektronik, maka hal ini kami siasati dengan memasang tulisan pengingat bagi pegawi yang lupa absen” Senin, 25 Mei 2015 Pukul 09.00, BLHD Kota Serang)
122
Gambar 4.6
Absen Elektronik di BLHD Kota Serang
Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelaskan bahwa
mekanisme pemberian sangksi sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang telah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku,
berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2:
“Badan Lingkunagan Hidup Daerah Kota Serang ada tindakan disiplin berat yang dilakukan selama dua tahun belakangan ini, dan telah menempuh prosedur sebagaimana peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, BLHD telah menyampaikan penindakan yang telah dilakukan secara internal dan kami menerima laporannya utuk membuat tim guna menjatuhkan sangksi disiplin.
Sebagaimana wawancara diatas, I5 yang merupakan kepala bidang
konservasi dan SDA pernah menemui pegawai yang sebagai Kepala Sub
Bidang melanggar sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
123
Tentang Disipin pegawai Negri Sipil ini, berikut pernyataan yang
disampaikan oleh I5 :
“Pegawai yang melanggar aturan disiplin Pegaawi Negeri Sipil pernah ada di bidang saya, teguran secra lisan telah saya lakukan secara terus menerus namun pegawi yang bersangkutan tetap saja tidak masuk kerja, lalu saya layangkan teguran 1 (satu) sampai dengan teguran yang 3 (tiga) namun tetap saja tidak ada peruubahan, dan akhirnya dibentuknya tim oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang guna melakukan pemeriksaan kepada yang bersangkuan, dan akhirnya dijatuhi hukuman yaitu pembebasan dari jabatan’
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana dalam Peraturan Pemerinta
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingkungn Hidup Daerah Kota Serang meliputi Satuan Kerja Perangkat
daerah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang akan terlibat
implementasian kebijkan publik .
Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan
(public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan
publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tindakan manusia
secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik
keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.
Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku
dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang diturunkan
tidak sekeras dan tidak setegas pada gambar yang pertama.Selain itu
124
cakupan atau luas wilayah Implementasi kebijakan perlu juga diperhatikan
manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan
Implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang
dilibatkan.
Dalam dimensi karakteristik peneliti menilai bebrapa aspek yang
terkandung di dalamnya, yaitu karakteristik agen pelaksana, standar
oprasional ytem dan sanksi.
Pertama, karakteristik agen pelaksana Peraturan Pemerintah
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam hal ini
pihak-pihak yang terlibat yaitu antara lain Pegawai Negri SIpil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang. SKPD di Kota Serang yang
terkait dalam Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang:
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dan Badan Kepegawian
Daearh Kota Serang dalam hal ini kaitanyanya yaitu Pembina
Kepegawaian di Kota Serang.
Peran atau karekteristk dari para agen pelaksana Implementasi
Pertaturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil di Badan Lingkugan Hidup Daearh Kota Serang yaitu
melibatkan berbagai pihak baik itu dari dinas terkait, berikut pernyataan
dari I1 terkait peran dinas terkait Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010
125
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daeah
Kota Serang:
“Dalam pembinaan pegwai secara langung diserahkan oleh atasananya masing masing kalau kabid membina kasubidnya dan kasubid membawahi pelaksana dibawahnya dan seterusnya, dan perkembanganya di pantau oleh Badan Kepegwaian Daeah melalui kasubag Umum dan Kepegawaian disini ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) Menurut I5 mengenai bagaimana Pelaksanaan dari PP No 53
tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang sebagai berikut
wawancaranya:
“Pelaksanaan PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku, bawahan saya contohnya pernah ditindak jatuhi hukuman disiplin sebagainama Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.” ”.(Senin, 24 Mei 2015 Pukul 14.00 BLHD Kota Serang) Dari kutipan wawancara diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa
Pelaksanaan Peraturan Pemerinah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku, dan penjatuhan
hukuman dilakukan sesuai dengan bagaimana kesalahan yang dilakukan
bertentangan dengan peraturan disiplin.
Sementara I2 menjelaskan bahwa perannya dalam sebagai
Kordinator dari Implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang, berikut pernyataan dari I2:
126
“Peran Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang merupakan sebagai penampung dari laporan laporan menganai disiplin dalam hal ini, kita menerima lapran dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bagaimana perkembangan pegawai didalam melaksanakan disiplin, tiap akhir bulan kami menerima hasil rekapan absen pegawai di Kota Serang, dengan dasar itu kami bias melihat bagaiaman kedisiplinan Pegawai di Kota Serang, karena yang lebih mengetahui bagaiman pegawai itu ialah SKPD itu sendiri” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) Mengenai bagaimana pelaksanaan dari PP No 53 tentang disiplin
PNS di BLHD Kota Serang telah dilakukan sebgaimana mestinya, dan
telah melalui prosedur sebagaimana mestinya untuk menangani apabila
ada pegawai yang tidak mentaati peraturan disiplin Pegawai Negri Sipil,
berikut wawancara yang dilakukan oleh I1:
“Apabila ada pegawai yang melanggar dari peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, dilihat dahulu bagaimana tingkat pelanggaranya, yang selanjutnya dilakukan penagananya sesuai aturan yang ada. ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) I1 menjelaskan bagaimana bentuk dan mekanisme Sanksi yang
diberikan terhadap pegawai yang belum mentati sesuai dengan PP No 53
tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang, berikut hasil
wawancara yang dilakukan oleh I1 :
“Apabila ada pegawai yang tidak mentaati peratuan disiplin sebagaimana aturan yang ada pertama teguran secara lisan oleh atasan langsung pegawai, apabila pegawai tidak mengindahkan teguran tersebut selanjutnya dilayangkan surat teguran secara tertulis kepada yang bersangkutan, secara bertahap yaitu teguran 1, 2, dan 3, selanjutnya ada pernyataan tidak tertulis yang dilayangkan oleh atasan langsungnya, apabila tahap ini tidak
127
berdampak baik, selanjutnya dilaporkan kepada Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang selanjutnya ditangani dan dipelajari untuk penjatuhan hukumannya,setelah itu dibuat tim guna melakukan pemeriksaan dan selanjutnya dijathi hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pegwai yang bersangutan” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang)
Adapun bentuk sanksi yang di berikan terhadap pegawai yang tidak
mentaati Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
dan telah ditindak sebagaimana aturan yang ada sebagai berikut :
Gambar 4.8 Sanksi Kepada Pegawai yang telah melanggar Aturan Disiplin
Pegawai Negri Sipil
4. Sikap dan kecenderungan (disposition) para pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan
sangat banyak mempengaruhi keberhasian atau tidaknya kinerja
Implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena
128
kebiakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi Pegawai Negri Sipil
yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.
Tetapi kebijakan yang akan implementor pelaksanaan kebijakan adalah
kabijakan “dari atas” (top-down) yang sangat mungkin para pengambil
keputusan tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh)
kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang pegawai ingin selesaikan.
Dalam dimensi penilaian mengenai disposisi para pelaksana
terdapat dua elemen penting yang perlu diperhatikan karena sangat
berpengaruh terhadap kinerja implementaii kebijakan, yakni kognisi
(pemahaman) serta respon (dukungan/persetujuan) agen pelaksana.
Pertama, kognisi (pemahaman) masih banyak yang belum
memahami mengenai apa itu Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil seutuhnya. Berikut pernyataan yang
disampaikan oleh I14:
“Kalau melihat kenyataanya si memang ada sebagian yang sudah melakukan kedisiplinan dan ada sebagian juga yang masih perlu meningkatan kedisiplinan maka ujungnya mungkin berpulang kepada diri masing masing, bagaimana mendefinisikan definisi kerja itu sendiri, dan sebetulnya sebagai Pegawai Negri Sipil harus bisa membaca dan kedepanya memahaminya, namun masih ada pegawai yang belum membaca PP tersebut seperti apa” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 13.00 BLHD Kota Serang) Senada dengan yang diutarakan oleh, berikut pernyataan dari I14,
I15 mengajelaskan bahwa Pemahaman dari pegawai masih kurang
menjalankan sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
129
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, berikut pernyataan yang
disampaikan oleh I14:
“Menurut saya belum mencapai setengahnya dengan adanya peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, yang mengetahui dari PP tentang DIsiplin PNS paling pegawai yang lama-lama saja namun untuk pegawai yang baru itu belum tau, maka perlu di tingkatkan misalnya dengan memberikan salinan dari PP tersebut ini merupakan upaya guna menigkatkan agar pegawai paham bagaimana PP tersebut” ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 14.00 BLHD Kota Serang)
Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukan oleh I14, I5 yang
merupakan Kasubag Umum dan Kepegawain Badan lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang bahwa masih perlu adanya upanya guna memberikan
pemahaman seutuhnya dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang, berikut pemparan yang disampaikan oleh I5 :
“Pemahaman yang dimiliki oleh pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih dirasa kurang apabila di presentasikan dalam persen belum mencapai 90 %, dengan ini masih dirasa perlu adanya upaya guna memberikan pemahaman khususnya mengenai disiplin secara menyeuruh” ”.(Senin, 24 Mei 2015 Pukul 10.00 BLHD Kota Serang)
Berdasaran hasil wawancara denga narasumber mengenai
pemahaman dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini masih kurang dipahami secara
mendalam bagaimana peraturan mengenai disiplin Pegawai Negri Sipil ini,
dikarenakan kekurang pedulianya pegawai untuk membaca dan memahami
130
hak dan kewajibanya sebagai Pegawai Negri Sipil, maka diperlukanya
kegiatan khusus mengenai hal ini.
Kedua, respon para pelaksana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil yang dalam hal ini Pegawai
Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daearah Kota Serang itu sendiri,
berikut pernyataan dari I13 sebagai Kasuid Pengkajian Dampak
Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang:
“Apabila seseorang diangkat menjadi pegawai Negri Sipil ada istilah yang dinamakan PRAJABATAN ,di dalam prajab itu dikenalkan bagaiaman kewajiaban dan haknya sebagai PNS maka harusnya terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang disiplin ini harus menjalankanya tetapi setelah pegawai resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil kedisiplinan agak dikesampingkan ”.(Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 13.00 BLHD Kota Serang)
Senda dengan yang diutarakan oleh I13, 10 pun menuturkan bahwa
seharusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil mau tidak mau harus merespon
baik mengenai disiplin ini, karena sebagai Pegawai Negeri Sipil itu
merupakan pengabdian, berikut pemaparan yang disampaikan oleh I10
mengenai bagaimana respon Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang mengenai Peratuan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang disiplin Pegawai Negri Sipil :
“Sebagai Pegawai Negri Sipil itu siap tidak siap harus melaksanakan kita sebagai Pegawai Negeri Sipil, karena kita sebagai Pegawai Negri Sipil itukan bekerja untuk bagaimana
131
kenyamanan bagi masyarakat sesuai tupoksinya, dan untuk menerapkan kedisiplinan itu tergantung bagaimana daerah utuk menerapkannya dalam hal ini BLHD nya” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 15.00 BLHD Kota Serang) Berdasaran hasil wawancara dengan narasumber mengenai respon
dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini sebetulnya Pegwai Ngeri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang telah menyadari mereka sebagai
Pegawai Negri Sipil haruslah mentaati aturan yang ada .
Selanjutnya I1 juga menjelaskan bagaimana fasilitas dan yang
diberikan guna menunjang Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang
disiplin Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:
“ Dikami fasilitas yang diberikan kepada pegaai diberikan berjenjang sesuai dengan jabatan dan beban kerjanya secara bertahap, untuk eselon dua dan tiga telah terpenuhi kendaraan dinas berupa mobil, dan tunuk eselon 4 sedang diupayakan untuk kendaraan roda dua dengan ini diharuskan pegawai disiplin dalam bekerja karena tidak ada lagi alsan untuk tidak disiplin, malu dong diberikan fasilitas oleh negara namun kerjanya males malesan” (Jumat, 22 Mei 2015 Pukul 11.00 BLHD Kota Serang) I8 pun menuturkan bagaimana upaya fasiitas yang diberikan guna
memberikan kenyamanan pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang didalam bekerja, berikut hasil wawancara
dengan I8 sebagai Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang :
132
“ Usulan fasilitas yang berikan oleh pemerintah daerah guna pegawai ini direspon baik, dikami untuk tahun 2015 kemarin mengusulkan kendaraan dinas roda empat (mobil) mengusulkan 3 unit, ini untuk memenuhi pejabat eselon dua dan tiga yang ada, karena didalam peraturanya kendaraan roda 4 (mobil) diberikan untuk eselon 2 dan 3, dan untuk di anggaran perubahan 2015 ini BLHD mengusulkan kendaraan dinas roda 2 (motor) guna memenuhi eselon 4, dan ini berikan secara bertahap” (Senin, 01 Juni 2015 Pukul 10.00 BLHD Kota Serang)
Berikutnya mengenai fasilitas yang diberikan kepada
Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang, peneliti mewancarai I8 yang merupakan Kasubag
Keuangan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang,
berikut hasil wawancara dengan I8 :
“Dipemerintahan Kota Serang ada yang namanya tunjangan pegawai yang diberikan berdasarkan jabatan yang dimiliki, ini dicairkan setiap akhir bukan sekali dan berdasarkan absen pegawai, fasilitas yang digunakan untuk mengontrol absen ini Alhamdulillah sudah menggunakan absen elektronik yang semula menggunakan absen manual, dengan fasilitas absen elektronik ini diharapkan motivasi pegawai didalam menjalankan disiplin meningkat” (Senin, 01 Juni 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang) Berdasarkan wawancara dengan narasumber mengenai bagaimana
fasilitas yang diberikan dan digunakan guna menunjang Implementasi
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang disiplin Pegawai Negri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah kota Serang sudah terbilang
cukup, karena di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ada
fasilitas kendaraan dinas yang diberikan berdasarkan beban kerja dan ada
absen elektronik yang digunakan untuk mengontrol kehadiran Pegawai di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
133
5. Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktivitas Pelaksana
merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan
publik. Semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-
kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.
Dari dimensi ini, peneliti membaginya ke dalam aspek penilaian, yaitu
koordinasi dan sosialisasi.
Pertama koordinasi, sejauh ini koordinasi yang dilakukan oleh
pihak terkait dari Implementasi Praturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang, hal ini dikemukakan oleh I1, beliau menjelaskan:
“Koordinasi yang dilakukan mengenai kedisiplinan yang pertama adalah koordinnasi di BLHD sendiri dalam artian atasan langsung yang mengontrol bagaimana pejabat atau pegawai dibawahnya, selanjutnya koordinasi yang dilakukan ialah dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, sebagai relasi kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kota Serang mengenai kepegawaian, dan apabila ada pegawai yang tidak mentaati peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini maka didalam mengambil tindakan atau penjatuhan sanksi kami berkordinasi dengan BKD” (Senin, 22 mei 2015 Pukul 10.00 BLHD Kota Serang)
Senada dengan apa yang dipaparkan oleh I1, I2 yang merupakan
dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang menjelaskan bahwa badan
Kepegawaian Daerah merupaka mitra kerja Satuan Kerja Perangkat
134
Daerah di Kota Serang dalam hal Kepegawaian, berikut hasil wawancara
dengan I 2 :
“Badan Kepegawian Daerah Kota Serang dalam kedisiplinan merupakan sebagai mitra kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Serang dalam hal ini BLHD pun didalamnya mengenai kedisiplinan, salah satu yang dilakukan ialah seluruh Bsen Pegawai Negri Sipil di Pemerintahan Kota Serang tiap bulanya di setorkan kepada Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang guna mengecek bagaimana tingkat kedisiplinanya, dan apabila ada pegawai yang tidak disiplin sebagaimana aturan makan dicek apakah sudah dilakukan penindakan pada SKPD pegawai tersebut apabila sudah dan tidak ada perubahan kearah yang baik maka Badan Kepegawaian Darah Kota Serang akan menindaknya ssebagaimana Peraturan Pemerintah no, 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil. (Rabu, 26 Mei 2015 Pukul 09.00 BKD Kota Serang)
Kedua , sosilisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, berikut pemaparan I1 :
“sering kami lakukan sosialisasi mengenai disiplin pegawai ini setiap rapat internal mingguan tidak bosan-bosan sering saya singgung, bahkan setiap akhir bulan, absen elektronik itu diambil datanya dan dibacakan di forum rapat internal kami guna mengetahui pegawai mana yang bagus dan mana yang perlu dibina“(Senin, 22 Mei 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang)
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai bagaimana
koordinasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin Pegawai Negri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ialah kepada Badan
Kepegawaian Daerah Kota Serang telah dilakukan sebagaimana
terkandung di dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil.
135
Begitu halnya sosialisasi yang dilakun oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang, Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang pun
melakukan sosilisi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah, berikut hasil
wawancara kepada narasumber I2 :
“Sosialisasi yang kami lakukan kepada Satuan Perangkat Kerja Daerah di Kota Serang terus dilakukan hal ini bertujuan agar pegawai disiplin, biasanya kami mengundang utusan yang membidangi kepegawaian yaitu Kapala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada SKPD guna menghadiri sosilisasi disiplin ini, yang diharapkan sepulang dari acara sosialisasi yang kami lakukan utusan SKPD ini memberitahu atau menularkan bagaimana kedisiplinan itu kepada pegawai dikantornya masing masing (Rabu, 26 Mei 2015 Pukul 09.00 BKD Kota Serang)
Berdarkan hasil wawancara diatas mengenai sosialiasai dari
Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Darah Kota Serang maupun Badan
Kepegawaian Daerah Kota Serang sebagai partner kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang ada di Kota Serang, peneliti menilai bahwa
sosialisasi yang dilakukan yang dilakukan sudah cukup baik, walaupun
memang masih dirasa kurang karena belum menyeluruhnya dilakukan
sosialisasi.
6. Lingkungan Eksternal
Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial,
ekonomi serta politik dari tempat kebijakan tersebut dijalankan. Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahi bahwa
lingkungan eksternal yang menjadi faktor determinan dalam keberhasilan
136
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dari
pegawai di Badan Lingkugan Hidup Daerah Kota Serang dan pengaruhnya
terhadap disiplin Pegawai Negri Sipil sebagaimana yang tertuang didalam
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negri
Sipil, peneliti melakukan wawancara dengan I15 Sebagai berikut :
“Sebetulnya si banyak sekali seseorang itu bisa disiplin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, kalau pegawai itu kondisinya nyaman, baik itu kondisi ekonomi, social dari kondisi politik di lingkungan kerja maka akan berpengaruh terhadap disiplin” (Rabu, 06 Mei 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang)
I3 pun menuturkan bagaimana kondisi ekonomi, sosial, dan politik
terhadap kedisiplinan sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang, berikut wawancara dengan I3 :
“Kondisi kenyamanan dalam bekerja itu sanyat berpengaruh, pegawai akan merasa nyaman bekerja apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan bekerja baik, dikami ada pegawai yang tidak disiplin dan telah dijatuhi sangksi itu karena tidak masuk kerja dikarenakan mempunyai banyak hutang dan istri sehingga banyak orang yang nyeri, dan tentu ini mengganggu kenyamanan didaam bekerja” (Rabu, 03 Juni 2015 Pukul 09.00 BLHD Kota Serang)
137
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Kebijakan mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai negeri Sipil, dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai negeri Sipil ini
di bertjujuan agar seluruh Pegawai Negeri Sipil disiplin, begitu pula
halnya dengan Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang.
Pembahasan penelitian merupkan isi dari hasil analisis data dan
fakta yang peneliti dapatkan dilpangan serta dis\esuaikan dengan teori
yang digunakan, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
implementasi kebijakan publik menurut Donald Van Metterdan Carl Van
Horn (1975) dalam Agustino (2008) mengenai dasar-dasar kebijakan
publik. Teori tersebut digunakan untuk mengukur sejauhmana
keberhasilan implementasi kebijakan publik melalui beberapa dimensi
penilaian, diantaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya,
karakteristik agen pelaksana, disposisi agen pelaksana, komunikasi antar
organisassi serta lingkungan eksternal.
1. Ukuran Dan Tujuan Kebijakan
Adapun pembahasan yang telah peneliti paparkan mengenai
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
138
negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, yakni
sebagai berikut:
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh
maka hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada
oleh narasumber sebagai berikut :
Pertma, Tujuan dari Peraturan Pemerinta No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah agar Pegawai Negeri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang disiplin, dan
hal ini telah menjadi dasar bagi Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Darah Kota Serang untuk bekerja sebagaimana
Tugas Pokok dan Fungsinya masing masing jabatan yang dimiliki
pegawai.
Kedua, Standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang adalah seluruh pegawai menyadarinya bahwa
sebagai Pegawai Negeri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk
disiplin, dengan demikina Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang telah
di buat di awal tahun sebagai dasar menjalankan tugas selama satu
tahun dapat dilaksanakan sesuai sebagai mana target yang dibuat
antara Pegawai Negeri Sipil dan atasan langsungnya.
Adapun atas dimensi pada dimensi Ukuran dan Tujuan
Kebijakan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Badan
139
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat dilihat dalam bentuk
tabel di bawah ini :
Tabel 4.3
Hasil Penilaian Atas Dimensi Ukuran Dan Tujuan Kebjakan
Kriteria penilaian Hasil penilaian Kategori
Kejelasan 1. Tujuan dari Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah jelas dipahami oleh para Pegawai Negeri Sipil di BLHD Kota Serang
2. Standar dari Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil sudah jelas dipahami oleh Pegawai Negeri Sipil di BLHD Kota Serang
- Baik
- Baik
Sumber: peneliti 2015
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas, peneliti menganalisis
bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar Pegawai Negri Sipil Disiplin dan
didalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang sudah
diberikan kepada Pegawai sesuai jabatan yang dimiliki sehingga ini sebagai
acuan dari baik atau tidaknya pegawai didalam bekerja.
Selanjutnya standar dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah kesadaran dan tanggung jawab
Pegawai Negri Sipil sebagai Pegawai Negri sipil yang mempunya kewajiban
140
menjalankan tugas dengan baik, dan dengan kesadaran yang baik yang
dimiliki oleh Pegawai Negri Sipil akan berdampak terhadap kinerja yang
maksimal dan didalam melaksanakan tugasnya sesuai denggan apa yang telah
di rencanakan sebelumnya karena dimasa ini terdapat Peraturan Pemerintah
No 46 Tahun 2010 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai yang dimana Pegawai
Negri Sipil di awal tahun membuat rencana kerja untuk periode satu tahun
sebagai bahan dasar penilaian Pegawai Negri Sipil.
2. Sumber Daya
Sumber daya manusia adalah faktor pertama dan utama dalam
mendukung keberhasilan dalam implementasi kebijakan pengembangan
KEK Tanjung Lesung, karena manusia adalah faktor penggerak laju
implementasi suatu kebijakan. Sebagimana yang diungkapkan oleh
Agustino (2008:142) bahwa tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses
implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkaulitas
sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan yang ditetapkan
secara politik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber daya
itu nihil, maka kinerja kebijakan publik akan sulit untuk diharapkan
Mengacu pada data yang diperoleh mengenai sumber daya waktu,
peneliti menyimpulkan bahwa implementasi Peraturan – Pemerintah No.
53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup bagus terlihat dari
adanya kesadaran dari pegawai dan adanya upaya untuk menjadi Pegawai
Negri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang lebih baik.
141
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maupun
data yang didapati maka hasil penilaian atas dimensi Sumberdaya adalah
sebagai berikut :
Pertama, Apabila dilihat dari kesiapan Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang terhadap Peraturan Pemeintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah sudah baik, Pegawai
negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah
menjalankanya sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, ini tidak terlepas dari peran pimpinan
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang yang menjadikan
pertemuan rutin rapat mingguan sebagai tempat untuk mengevaluasi kinerja
Pegawainya, termasuk kedalam disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lignkungan Hidup Daerah Kota Serang, agar kedepanya ada penigkatan kea
rah yang lebih baik.
Kedua, Dukungan dana guna menunjang dari Implementasi Peraturan
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah
bersumber dari Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD) Kota Serang,
melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, dengan menundang pejabat
yang menangani kepegawaian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
di Kota Serang,dengan demikian dukungan dana terhadap Impelentasi
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih kurang, karena
belum ada dana khusus untuk Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
142
dalam memberikan pemahaman Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini, karena dana yang dimiliki Badan
Kepegawaian Daerah Kota Serang hanyalah perwakilan dari SKPD di Kota
Serang.
Ketiga, Sarana dan Prasarana yang ada Pada Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang ialah telah ada absensi secara elektronik dan ini
merupakan hasil dari pengadaan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang,
dengan ini kehadiran dari Pegawi Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang terekam oleh absen elektronik tersebut sehingga
kehadiran dan pulang dari pegawawai itu real sebagaimana pegawai tersebut
datang dan pulang.
Adapun atas dimensi pada dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Atas Dimensi Sumberdaya
Karakteristik penilaian Hasil penilaian Kategori Dukungan sumber daya manusia
kesiapan PNS di BLHD Kota Serang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negri sipil
- Baik
Dukungan dana Dana dan anggaran dalam menunjang dari Implementasi PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang
- belum baik
143
Dukungan sarana dan prasarana
sarana dan prasaran yang ada dalam menunjang dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang
- Baik
Sumber: peneliti 2015
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana dalam Peraturan Pemerinta
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingkungn Hidup Daerah Kota Serang meliputi Satuan Kerja Perangkat
daerah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang akan terlibat
implementasian kebijkan publik .
Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan
(public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan
publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tindakan manusia
secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik
keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.
Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku
dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang diturunkan
tidak sekeras dan tidak setegas pada gambar yang pertama.Selain itu
cakupan atau luas wilayah Implementasi kebijakan perlu juga diperhatikan
144
manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan
Implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang
dilibatkan.
Dalam dimensi karakteristik peneliti menilai bebrapa aspek yang
terkandung di dalamnya, yaitu karakteristik agen pelaksana, standar
oprasional yitem dan sanksi
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka
hasil penilaian atas dimensi Karakteristik Agen Pelaksana adalah sebagai
berikut :
Pertama, Implemetasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang sudah sesuai dengan sebagaimana ketentuan peraturan yang
berlaku, dan didalam menjatuhkan hukuman dilakukan sebagaimana
kesalahan yang dilakukan oleh pegawai, didalam penjatuhan hukuman telah
melibatkan stake holder terkait Ipmlementasi Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 yaitu adanya teguran peran dari atasan langsung dan pimpinan
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang serta adanya campur
tangan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang selaku pembina
kepegawaian pada Satuan Kerja Prangkat Daerah (SKPD) di Kota Serang.
Kedua, Bentuk dan mekanisme penjatuhan sanksi yang diberikan
terhadap pegawai yang belum mentaati sebagaimana Peraturan Pemerintah
No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri di Badan Lingkungan
145
Hidup Daerah Kota Serang telah dilaksanakan sebagaimana aturan yang ada
yaitu adanya teguran secara tertulis dari atasan langsung secara bertahap
kepada pegawai yang tidak mentaati aturan disiplin yang berlaku. Adapun
atas dimensi pada dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan Peraturan
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Atas Dimensi Karakteristik Agen Pelaksana
Dimensi penilia Hasil penilaian Kategori
Karakteristik agen pelaksana
1. Peran dari Stake holder dalam PP No 53 tentang disiplin PNS
2. Pelaksanaan dari PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang
- Baik
- Baik
Standar oprating system
1. Bentuk dan mekanisme Sanksi yang diberikan terhadap pegawai yang belum mentaati sesuai dengan PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang
- Baik
Sumber: peneliti 2015
4. Sikap dan kecenderungan (disposition) para pelaksana
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka
hasil penilaian atas dimensi Sikap (Disposition) Para Pelaksana adalah
sebagai berikut :
146
Pertama, Pemahaman Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Darah Kota Serang terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil masih kurang dipahami secara
mendalam, ini bias terjadi karena kurang pedulianya pegawai untuk membaca
dan memahami bagaimana hak dan kewajiban serta sanksi sanksi sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Kedua, Respen Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disipin Pegawai Negeri Sipil sudah cukup baik, karena pegawai
telah menyadari sebagai Pegawai Negeri Sipil merupakan tanggung jawab
dan harus mentaati aturan yang ada mengenai Pegawai Negeri Sipil dalam hal
ini Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
Ketiga, Fasilitas yang diberikan guna menunjang dari Peraturan
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah terbilang cukup,
fasilitas kendaraan dinas yang diberikan berdasarkan beban kerja, dan di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang menggunakan absen
elektronik yang merupakan sebagai alat mengontrol kehadiran Pegawai
Negeri Sipil Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
Adapun atas dimensi pada dimensi Sikap (Disposition) Para
Pelaksana dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :
147
Tabel 4.10
Hasil Penilaian Atas Dimensi Sikap (Disposition) Para Pelaksana Dimensi penilia Hasil penilaian Kategori Pemahaman pemahaman para
Pegawai terkait PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS
- Belum Baik
Respon respon peawai BLHD
Kota Serang terhadap PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS
- Baik
Fasilitas fasilitas dan yang
diberikan guna menunjang Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS
- Baik
Sumber: Peneliti 2015
5. komunikasi antar organisasi
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka
hasil penilaian atas dimensi komunikasi antar organisasi adalah sebagai
berikut :
Pertama, koordinasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Darah Kota Serang dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah melakukan
sebagaimana yang terdapat aturan disiplin yang ada yaitu adanya
koordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Serang
mengenai bagaimana Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
148
Kedua, Sosialiasai yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang maupun Badan Kepegawai Daerah (BKD) sebagai
relasi dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil peneliti menilai sosialisasi sudah
dilakukan masih dirasa kurang, karena belum menyuluruhnya sosialiasi
yang dilakukan kepada Pegawai Negeri Sipil.
Adapun atas dimensi Komunikasi Antar Organisasi dan AKtifitas
dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 4.11 Hasil Penilaian Atas Dimensi Komunikasi Antar Organiasi Dan
Aktivitas Pelaksana
Karakteristik Penilaian Hasil penilaian Kategori Koordinasi 1. Koordinasi antar
Pegawai BLHD dengan atasan langsung Pegawai Negri Sipil BLHD
2. Koordinasi antar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang
- Baik
- Baik
Sosialisasi 1. Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil di BLHD Kota Serang
2. Tidak ada tindak lanjut setelah sosialisasi selesai dilakukan
- Belum Baik - Belum Baik
Sumber: Peneliti 2015
149
6. Lingkungan Eksternal
Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka
hasil penilaian atas dimensi lingkungan eksternal adalah sebagai berikut :
Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun Politik dari pegwai dan
Lingkungan di sekitar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
berpengaruh terhadap disiplin sebagaimana Peraturan Pemerintah No.
53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, karena
kenyamanan dalam bekerja sangatal diperlukan sehingga kedisiplinan
akan ada pada Pegawai Negeri Sipil khususnya di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang.
Adapun atas dimensi Lingkungan Eksternal dapat dilihat dalam
bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Atas Dimensi Lingkungan Eksternal
Karateristik penilaian Hasil penilaian Kategori
Lingungan sosial 1. Mempengaruhi disiplin Pegawai BLHD Kota Serang
- Tidak Baik
Lingkungan ekonomi 2. Mempengaruhi disiplin Pegawai BLHD Kota Serang
- Tidak Baik
Lingkungan politik 3. Mempengaruhi disiplin Pegawai BLHD Kota Serang
- Tidak Baik
Sumber: Peneliti 2015
150
Dari uraian pembahasan dan tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun Politik dari pegwai dan Lingkungan
di sekitar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang berpengaruh terhadap
disiplin sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negri Sipil, karena kenyamanan dalam bekerja sangatal diperlukan
sehingga kedisiplinan akan ada pada Pegawai Negeri Sipil khususnya di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang.
153
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Berdasrkan analisis dan temuan-temuan di lapangan yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang belum optimal, hal ini dikarnakan beberapa faktor sebagai berikut :
1. Tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
ialah agar Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota
Serang Disiplin supaya didalam menjalankan tugas pokok dan fungsi yang
dimiliki masing masing pejabat. Standar dari Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang ialah kesadaran dan tanggung jawab sebagai
Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kewajiban menjalankan tugas
dengan baik.
2. Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
apabila dilihat dari dimensi sumber daya ada tiga poin yaitu Dukungan
Sumber daya Manusianya, Dukungan Sarana dan Prasarananya, dan
154
dukungan dana, di Badan Lingkungan Hidup daerah Kota Serang apabila
dilihat dari sumber daya manusianya itu sendiri sudah baik ini bias terlihat
dari bagaimana kesiapan dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Darah Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang DIsiplin Pegawai Negeri Sipil ini, berbeda halnya apabila
dilihat dari Finansial dari Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang masih belum baik karena didalam anggaran
guna sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disipin
Pegawai Negeri Sipil ini terfokus pada Badan Kepegawaian Daerah Kota
Serang, yang didalam pelaksanaan sosialisainya hanya mengundang
perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
3. Agen Pelaksasana Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Badan lingkungan Hidup
Daerah Kota Serang ialah Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang namun didalam pembinan disiplin dari
Pegawai Negeri Sipil di Serahkan kepada Atasan Langsung Pegawai
Negeri Sipil, dan apabila terdapat pegawai yang tidak mentaati Peratran
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tantang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
maka atasan langsung telah melakukan tindakan sebagaimana prosedur
yaitu teguran secara lisan kepada pegawai yang bersangkutan dan apabila
belum ada perubahan dari pegawai maka dikeluarkanya surat teguran
155
tertulis secara bertahap yaitu teguran 1,2 dan 3, selanjutnya apabila hal ini
tetap tidak diindahkan oleh yang bersangkutan maka Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang
selaku Pembina Kegawaian Pegawai Negeri Sipil di Kota Serang
membuat tim untuk menjatuhkan hukuman bagi pegawai yang tidak
mentati Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
4. Pemahaman dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingungan Hidup Daerah
Kota Serang mengenai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil masih kurang, dikarenakan kurang
pedulinya pegawai utuk membaca dan memahami bagai mana hak dan
kewajibanya sebagai Pegwai Negeri Sipil.
5. Koordinasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang
dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang sebagai relasi dari
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Serang (SKPD) yang ada di Kota
Serang mengenai kepegawaian telah dilakukan dengan baik .
6. Lingkungan Eksternal dari Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang sangat berpengaruh terhadap Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun Politik dari pegwai
berpengaruh terhadap disiplin sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.
156
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, peneliti mengajukan saran-saran yang dapat
membantu pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dalam hal
Kedisiplinan sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil, saran yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Kesadaran dan tanggung jawab Sebagai Pegawai Negeri Sipil harus
ditanamkan kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kota Serang agar tujuan dari Peraturan Pemerinth No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dapat berjalan dengan
baik .
2. Kesiapan dari sumber daya manusia, yaitu pegawai Negeri Sipil di Badan
Lingukngan Hidup Daerah Kota Serang harus terus di tingkatkan karena
barisan terdepan dari baik atau tidaknya Disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang itu tergantung dari
Pegwainya. Keisapan Finansial/ dana pun harus diprioritaskan pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu sendiri yang dalam hal ini
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, karena seluruh Pegawai
Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang berhak
mendapatkan pendalaman bagaimana Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini melalui Sosialisasi yang
dianggarkan oleh APBD Kota Serang.
157
3. Pencegahan tindakan secara prepentif perlu dilakukan dalam hal ini atasan
langsung kepada bawahanya, agar masalah yang dimiliki oleh Pegawai
Negeri Sipil yang berdampak terhadap disiplin dari Pegawai Negeri Sipil
di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat diketahui
sebelumnya dan dapat dipecahkan sehingga kesalahan atau tindakan
indisipliner yang dilakukan oleh pegawai tidak akan terjadi.
4. Kepedulain dari Pegawai Negeri Sipil terhadap Peraturan Perturan
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Harus di tingkatkan dengan cara diberikan acara khusus untuk mengetahui
bagaimana kandungan yang terdapat didalamnya.
5. Koordinasi antar Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dan
Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang harus berjalan dengan baik, agar
perkembangan disiplin pegawai selalu terpantau.
6. Kepedulian antara atasan dan bawahan harus bagus, karena apabila ada
masalah yang menyangkut masalah eksternal atau diluar Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang dapat di pecahkan secara
bersama, agar terwujudnya kenyamanan dalam bekerja.
;
fstyar-.'Szv' \="g \4",-.J \9>'4r\6\ rzrira\r
Qc^s."rtrrescar Q{2f'ct-' Lr-^^o'-', SI)1^t<
\Afv,an2\c'azz^'r"' (c4r"5^ SsSra'r-'9r" ' \\^^ '
Un"a--' -j--*' s\'rr't \4?8t'>e2' \Ji^r\^^'\ \-^)''t:n L^rrafevl' !-'
\Drc.,q(^\ \Oo'o"L'"tt'\ \Ut"'-r
>1prA"/\ *^V>? xu6r "qt^t\ \' ,
W..^I</..n{P'
- NDaa S!BA-L'3't*..\"n-" L:\'adca-'rt:n
>-* St5 \(-z'$/tr Qt^^^t<a'- 9^"'?*\i
1rf2 ** S-\^,c9x;'Vz\AG'\i \r"^t J.-^^ },.)trz^ -.- \^4\l !'J {t'}-'}"tc
""- \;Gz- V'"-i '
\S.^r.t9rtr."*'r \)$>"'ltarr \-trJ
y.>.)rah \s."n?rl!a*\4\ $"(
Serang, ..2015
Member chekMEMBERCHECK
Hari/TanggalWaktuTemptNamalnformanUsiaPeke{aan/Jabatan
:
:\: $-\'^--t'an-q:: (1*{-
-'&,]]ic
Surat Pernyataan Informan
SIJRAT PERNYATAAN
Bertardatangan di bawah ini:
Nama
Pekerjaan/Jabafan
,N\t\xYz hrF'A
: Ubay Mulyauan
:Mahasiswa
Ivlembemarkan telah dilakukm proses wa,urnsara rmttrk keperluan penelitian yangdilakukan oleh nama yang disebu*an dibawah ini:
Nama
Pekerjaan
Saya tidak keberdan apobila mma&mikian, semoga dapt digunakanpenelitian
saya dicantumkan dalam penelitian ini,ttrrtuk keperluan keabsahan data dalam
**^
IIrMember chek
$
!fi.:.r:i#;r+s" -
Semng ,.2015
\
1
I
?,
Member chekMEMBERCHECK
Hari/Tanggal : $,*^:*, CL\'( \sc^: e.'tsWaktu :
Tempat ' 'q\es9Namalnforman . d;;t, S.qs.\N.Tt'
(W*.ol,**.^A
. (e{e,n\,D^1 (e}r{\4,$\'^\h N,^brocz.. Rt\r.S&,- !r^V.l \P'2'a1r R\\, V*i C'* Y-(<
\rssno.'- b.^t R\t't.
- <(t sng&ztr (\\,
- ("*\-li^ Ssa*rGzqa^' c)B % \trlx-t'
\et=.&\- rro qS I \aer'''- \"erflr-"6'-'qr
LJ <S \c.s$-ro.-,a.
c (Sf ta'^q \Nrnh)---€^ f&+'^"r$+.
e ("SS"r.- (.'-'ua tEra--l,e- \^"\,./-
\s.e,NYrD@\<- \Lqu.^. (sr-l .
Sd^nq6,- \so!rdi!- (<-\$^fo,\ .
- \>= ftra**rr/.a.(F QruKx^^.r^'\A (^^-r- )-'^' *b -.nla'
t("vi5i\,^
I
q Str>"C,
Slt\.aa\?,
1? sr(
g@\t-" , \Sc^R)"\A^ )qs\r>E \5\&c '
rtto:.cnr.*$\9. S,,zr$e\*YY\ .
\[\^{EGF A"*- \}s\*,.}+ tts"ro".ntSt<*Kf
t
x
r
f,.
'Jt[.;r:
Saang .". ... i.!,r! !....?015
r
I
ll
{"
Surat Pernyataan Informan
SI]RAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bawah ini:
Nama
Peke{aarlJabatan :
Nama
Pekerjaan
s\<D"rut ), s. scs . wt.St
KaSSSq5 \!.sr^i^. \ KGPr$> '-',!t\
Membenarkan telah dilakukan proses wawanoara untuk keperluan penelitian yangdilak'kan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
: UbayMulyaunan
: Matrasiswa
Saya tidak keberatan apabila namademikian, semoga dapat digunakanpenelitian.
saya dicantumkan dalam penelitian ini,untuk keperluan keabsahan data dalam
Serang ..2015
IIt-
Member chek
Surat Pernyataan Informan
SI.]RAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bawah ini:
Nama
Pekerjaan/Jabafian
S\Li'\zt
Membenarkantelah dilahftan pros€s wawancara utruk keperluan penelitian yang
dilalokan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
: \srr>
' ($l
Nama
Pekerjaan
: Ubay Mulyauan
: lvlahasiswa
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam pcnelitian ini,
demikian, s€moga dapat diguakan rurtuk keperluan keabsahan daa dalam
penelitian
Serang ,2015
Member chek
Member chekMEMBER CHECK
Hari/TanggalWaktuTempatNama InformanUsiaPekerjaan/Jabaran
$p<rrrtr, ffi' \c\r^ 2-or5$.oobu+sl\rr.e- gslpr,*l, I t
Qq-rl
/ S!".r€,-' Q''grann -' \\c-'J lt$" \ 9\2.{
a^c., >t\Le S\,"{ \O?c.}) S:rn , \C-t*a-
YzA+S€- \[\r^]s.\*f3\ \$o i&^ \\\, \'*fU
\a\rel \e,..r(\.drfi^.- S>^cf*"- \l^b >4
}z)\"*-. R\lt r k-cnc't't+ zAs'a^ tg't'O,:tt'
R^ rAr"a*aa Se*o
Rt \r.cS.+Yk r5ncrr+n
\e*,5 (z&alr.a"\-
\11.\,\z&e \"\ \^1
\Fxe."rr\-a' >.-)a^r1
\+^.S \t'"";z-tQ.ae2lrr.r^' $e2c+' Lt^tl
\3'c/.- B"*-- A5r*)
<"-)
Lr
I
1
t
7 G;-.;wIiI
..f j
.',J
,;feQ#.r!' - .:ffiffiF+s
g
WsraA,a"' q4pns\,\^a-', f.*^A. 6 Q*zu^^'"
q$+q \4$e' 4 q.tl- erfi-e \'it+'
br^. '\ro*' \'se'^Gs'$/\ <t^"'t- \qA&t
Qtrt .
_l,]'trjx
,{
ltI
tIt
B
;
€
G So)^rzn-'5*' tseaoo.u $sf? (e ",.rrz' ry7? , !*M >-^'
1't'(-
;6/.uv q^$,1
-$nl7*a ><\n/z( \v<kA^< qA^'
a(,,r"c;9 b^^''^o^"4a
- g.^"^..^r"r'^ \<'\r',era{ 1fl"rn--Lr'
-
* $\69 , TV^e' K'&'it'-\lt^-r
G l."a/-*, Ceq \r)zr."{ ,\9a^ \"6{1"^
pr'r 3
,!a
Serang, .2015
,t
} {#
dJ
;
?'SI,JRAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bawah ini:
Nama :
PekerjaanlJabatan :
Membenarkan telah dilakukan pros€s wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
Surat Pernyataan Informan
Nama
Pekerjaan
: Ubay Mulyawan
:Mahasiswa
Saya tidak keberatan apabila nama
demikian, semoga dapat digunakanpenelitian.
saya dicantumkan dalam penelitian ini,untuk keperluan keabsahan data dalam
Serang, ... .....2015
Member clrek
!
Member chekMEMBERCEECK
Hari/TanggalWaktuTempatNamalnformanUsiaPekerjaan/Jabatan
\\ertbcz Y R
qts1 gttrrv
^\Fa.r \)$ra* \F\z^! . Br.,r,g \r}14 9-V
\)u"c^'7 \"r'9 -
e fr **>.'\{ qa^D >"r-\\r, >? -e/\oA.4 S"** dWglf't^^'b '
l
f
Serang,
f
1,
Surat Pernyataan Informan
SURAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bawah ini:
Nama :fa.*t^-1..r'"\orD 'S't>Pekerjaan/Jabatan :
Membenarkan telah dilakukan proses wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilalrukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
Nama
Pekerjaan
Saya tidakdemikian,penelitian.
: Ubay Mulyawan
: Mahasiswa
keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini,semoga dapat digunakan untuk keperluan keabsahan data dalam
Serang .... ... .....2015
I
Member chek
I
,-t
Surat Pernyataan Informan
SURATPERNYATAAN
Bertandatangaa di baumh ini:
Nama :/-t.sc^'l*\e"O . S'1>
Pekerjaan/Jabatan :
Membenarkan telah dilahkan pros6 lrawancam untuk penelitian yang
dilakukan oleh uama yang disebutkan dibwatr ini:
Nama
Pekerjaan
: Ubayhftrlyawan
: Mahasiswa
Saya tidak keberatan apnbila nffna oaya dicantumkan dalam penelitian ini,demikian, semo$ dapat digunakm untuk keperltm ke&saban dam dalampenelitian
lv{ember chek
;
l:
l
Member chekMEMBERCHECK
Hari/TanggalWaktuTempatNama InforrranUsiaPekerjaan/Jabatan
9.,9.^"1-^4s,^>
\Se^$g!lft^' qe - \st^' \*\!te'
\@,$, fu \<.*,t'2l- '\ro^'
L*q^. >^>^/'^Al \ d4*Y' t.l->txt^' Qslf '
.Osdr.r*-', \us?r%A \<^^^'\Y S^"2'
tsNl4-\ \DJ"^. Y> gcb' \+$^'el
(<c:<u- [5reE^,!-, \9.$AA \N
\i-Js"&, \^- W) , F^'""Ztz
A.^- ?r\a{'rc'a-\ \*-*' q\Nl t2
$l@an"Ar\- 2^^r.l'^'-t' \'or^$nclrtrz-' \vr^-'
\-' \e,f..t '>>P S.-O* t6^"?
\t\o/AF ! aSn'z'r'Q^' t55 >"J \@q.,\6-
<]r{ -6^-: q\r}9 \"\"*. $nz1ze'."u't{ '
f
1,
Surat Pernyataan Informan
SURAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bawah ini:
Nama :fa.*t^-1..r'"\orD 'S't>Pekerjaan/Jabatan :
Membenarkan telah dilakukan proses wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilalrukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
Nama
Pekerjaan
Saya tidakdemikian,penelitian.
: Ubay Mulyawan
: Mahasiswa
keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini,semoga dapat digunakan untuk keperluan keabsahan data dalam
Serang .... ... .....2015
I
Member chek
;
Member chekMEMBER CHECK
HarilTanggal :
f"ffi iq'*, 6Y 9*")Nama Infonnan
'PsS ' \\. \\>(.>, zb
'\r'\$\Usia :
Pekerjaan/Jabatan , t<.f=1.* $tr+l \4r"- I^)
e.,^,'l.{ga4.
- S\,,- V> qJM"'2*^ L.:rn-r}- brz\P'^'.'
*-k v"b \a^^e"-q^^-
- qt\t {er'e>pl c-a^ots ,6 {.La- +n'af,*fa-aS'lr;
go:rrsecs\++. (elr--\t"'Gr\A CFAI1s.. t.O.-,l\^' 1:"'0 '
Jf . Ux\*r"\st Lb- qcrezAth^\ X k'co)
-j2l\^4, I
- ft-olae^^*(,li \$d^'\iP- \gre,f -\D-? \D >J\"t"-6
lQN ,JF^ #9,J z\u)e\'F\ W A?) toe'nla'
56 . f,;/.^svq \*rflr {r-2, > Y*l6''
- A$.I,"-r 1l {<^"- a$ \q"}eq' \-'(+l Vsa' ; t*' ct')sP' !*r\''r *,,^-'
-- \>r/t"r'.\
\ . DraPm,iDr"
2.
r. l
" I \P"'-, !Pto,,*$o.4'
1/-4 \( q? '
- \c/,/-1 f",1'/V {'L'\^ 1.?o \v/t-\'->,.. Q' V^"4 rn".
i
I
Surat Pernyataan Informan
SURAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bamah ini:
Nama ' Nt J
Pekerjaan/Jabatan : \4zneir} Ksr^&Ala-Q'' b SsN '
Membenarkan telah dilakukan proses wawancara untuk keperluan penelitian yangdilal$kan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
Nama
Pekerjaan
: Ubay Mulyawan
: Mahasiswa
Saya tidak keberatan apabila rama saya dicantumkan dalam penelitian ini,demikian, semoga dapat digunakan untuk keperluan keabsahan data dalampenelitian.
Member chek
I
Member chekMEMBERCHECK
Hari/TanggalWaktuTempatNama InforuranUsiaPekerjaar/Jabatan
$.^nfnN, a-{' v*'^' 2,.syq-
$.96qis:x, V^"-$.QF,
<D^rfE.
- $,<,r.,v.rn :ra"{ S€Stcrc'lr"-.a+a .
S.\"-rstz.L Xr^",*, ls."ro.-At<.,
Vc.>:tO t\^t\r,.t4
- qJqxt @?' <3d4.' \r-^^" <rre,4'
- $r4.,&rr.Ocrlt11,g12 .
V\"4
1y"r@--y.,t
----I
?.eerc,-' .\r:5 \$,.Ia{5ED,r D\.".l,. \9*{tt^"1
\c,c.r.ax l't>z !r \ID"€r (DAu r \=att-^-'
S/2"^* \'ft^^ \'lva^' S-*r-- 1'qlx4t
SegD* \a"c-vl \tc''^-s"J' ffe"*r^t \c'412'v*^'
\^5 \cr-g-Zfrr'-. \1-\{ 9*. \+>"\6\"rl^- \<!a,+a- , W g.A* Sz^*s'^{#- k2ts5
9?^"4; \.r^e,^ dtc.5ntcr^- \+< )+q'"-. 5"\aCanr.n\2- \x \Pr^s\*C \tt\ fs\s*
\rvma*- A,tc\aAs4a f$'cza' a> \o''- -
\^ld^t^-'-
)
Surat Pernyataan Informan
ST]RAT PERNYATAAN
Bertandatangan di bawah ini:
Nama : OC(vu,t t( , grrr.&(
Pekerjaan/Jabatan : karvG} ftngit<an r, tcsj^Johaoo^ pecarrqi
Membenarkan t€lah dilakukan proses lvarvancara rmtuk keperluan penelitian yangdilakukan oleh nama yang disebutkan dibawah ini:
t
I
I
i
l
1
l
l
l
I
;
i
:
i
I
I
i
t
I
I
I
l-
Nama
Pekerjaan
: Ubay Mulyawan
:Mahasiswa
Saya tidak keberatan apabila narna
demikian, semoga dapat digunakanpenelitian.
saya dicantumkan dalam penelitian ini,untuk keperluan keabsahan data dalam
Serang, ..2015
, trvr. lw!-\r... ... ... .'. ..,
KODING DATA
Kode Rincian Kategori 1. Pegawai Negeri Sipil ialah PNS sebagai abdi Negara dan pelayan bagi
masyarakat haruslah memberikan pelayanan dan contoh baik kepada
masyarakat.
2. Agar Semua PNS Disiplin
3. Agar disiplin didalam bekerja sehingga berbanding lurus dengan kinerja
4. Sebagai dasar atau pedoman didalam melaksanakan disiplin
5. Agar PNS disiplin dalam bekerja
6. Pegawai Negeri Sipil di BLHD Kota Serang adalah tujuanya dengan demikian akan berdampak pada kinerja yang baik
7. Pegawai Disiplin
8. Kinerja Lebih baik
9. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal
10. Tolak ukur dari eraturan ini ialah semua pegawai disiplin
11. Mentaati masuk dan keluar jam kerja
12. Belum sepenuhnya menjalankan disiplin
13. Belum memahami apa peraturan disiplin PNS seutuhnya
14. Tanggung jawab dan kesadaran dari PNS sudah ada namun belum
paham makna disiplin sebagaimana aturan disiplin
15. Telah mematuhi dan perlu adanya penigkatan
16. Adanyaa absen elektonik
17. Telah memenuhi aturan disiplin namun perlu adanya peninhkatan
18. Masih didapati pegawai yang tidak disiplin
19. PEserta apel rutin pagi tiap hari sedikit
20. Belum menjalankan aturan disiplin
21. Masih didapati pegawai yang tidak disiplin
22. Adanya fasilitas absen elektronik
23. Absen elektronik digunakan sebagai kontrok kehadiran pegawai
24. Absen elektronik digunakan sebagai dasar pemberian tunjangan
25. Kadang pegawai lupa absen
26. Kadang pegawai lupa absen elektronik
27. Biaya bersumber pada APBD Kota Serang
28. Sosialisasi dilakukan secara bertahap
29. Tingkat keberhasilanya dari pegawai memetuhi aturan disiplin
30. Belum disiplin secara maksimal sebagaimana peraturan disiplin
31. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana aturan
32. Pembinaan pegawai dilakukan secara berjenjang
33. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana mekanisme dalam atuan
disiplin PNS
34. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana mekanisme dalam atuan disiplin PNS
35. Penidakan sudah dilakukan sebagai mana mekanisme dalam atuan disiplin PNS
36. Diberikan teguran secara bertahap
37. Kesadaran pegawai untuk memahami Peraturan disiplin masih kurang
38. Ada sebagian yang masih belum memahami
39. Didalam PRAJABATAN sudah dilakukan sosialisasi bagaimana aturan
disiplin PNS
40. Fasilitas diberikan
41. Ada fasilitas diberikan berdasarkan beban kerja dan jabatan
42. Fasilitas akan diberikan secara bertahap
43. Tunjangan PNS di BLHD Kota Serang berdasarkan rekapan absen
44. Adanya koordinasi antara dinas terkait
45. BKD merupaka partner kerja didalam urusan kepegawaian
46. Sosialisasi dilakukan dengan cara perwakilan SKPD
47. Sosialisasi dilakukan oleh BKD
48. Kenymanan kondisi ekonomi berimplik pada kedisiplina pegawai
49. Kenymanan kondisi politik berimplik pada kedisiplina pegawai
50. Kenymanan kondisi sosial berimplik pada kedisiplina pegawai
Transkip Data
TRANSKIP DATA DAN KODING
Keterangan
Q : Pertanyaan A : Jawaban I : Infoman
Q/I A KODING
Q Apa tujuan dari peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tetang disiplin pegawai negri sipil?
I1.1
Tujuan dari Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah PNS sebagai abdi Negara dan pelayan bagi masyarakat haruslah memberikan pelayanan dan contoh baik kepada masyarakat.
(1)
I1.2
Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar semua Pegawai Negeri Sipil Disiplin Sehingga ini akan berbanding lurus dengan kinerja yang maksimal
(2)
I1.3 Agar Pegawai Negeri Sipil disiplin didalam bekerja merupakan tujuan dari adanya aturan ini (3)
I1.4
Pegawai di dalam bekerja haruslah mempunyai dasar atau pedoman di dalam bekerja begitu pula dalam hal disiplin, Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil ini merupakan dasar pegawai di dalam melakukan tindakan .
(4)
I1.5 Agar Pegawai Negeri Sipil disiplin didalam bekerja merupakan tujuan dari adanya aturan ini (5)
I1.6
Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ialah agar semua Pegawai Negeri Sipil Disiplin Sehingga ini akan berbanding lurus dengan kinerja yang maksimal
(6)
I1.10 Agar Pegawai Negeri Sipil disiplin didalam bekerja merupakan tujuan dari adanya aturan ini (7)
Q2 Apa standar dari keberhasilan peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?
I1.1
Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin
(8)
I1.3 Kalau standar keberhasilan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah adanya kesadaran tinggi bagi Pegawai Negri Sipil karena didalam peraturan disiplin ini
(9)
ada hukuman bagi Pegawai Negri Sipil yang melanggar, bahkan bisa sampai pemecatan tergantung dari berat atau tidaknya pelanggran yang dilakukan pegawai Negri Sipil
I1.4
Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut
(10)
I1.5
Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ialah agar PNS menjadi disiplin sehingga didalam melaksanakan tugas pukok dan fungsinya dengan baik karena di dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini terdapat sanksi untuk pegawai yang tidak mentaati disiplin
(11)
I1.6
Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut
(12)
I1.7
Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin
(13)
I1.8
Tujuan dari Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Ialah agar PNS menjadi disiplin sehingga didalam melaksanakan tugas pukok dan fungsinya dengan baik karena di dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini terdapat sanksi untuk pegawai yang tidak mentaati disiplin
(25)
I1.9
Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini ialah tentunya semua Pegawai Negeri Sipil dispilin dan mentaati peraturan yang berlaku mengenai disiplin
(14)
I1.10
Tingkat keberhasian dari Peratuan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini bias diliat dari kehadiran Pegawai negri Sipil, dalam hal ini PNS di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang, di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sendiri tingkat kehadiran dari pegawai belum memenuhi dari peraturan pemerintah Tersebut
(15)
Q3 Bagaimana kesiapan PNS di BLHD Kota Serang dari peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil?
I1.1
Pegawai Negeri Sipil di Badan lingkungan Hidup Daerah Kota Serang tentunya merupakan sumber daya mengenai Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 ini, mengenai kesiapan pegawai perlu di tigkatkan lagi karena ketntuan masuk kerja 07.30 WIB ada toleransi sampai 08.00 WIB, dan apel rutin pagi hari dilaksanakan tepat pukul 08.00 WIB, apabila terdapat pegawai yang sering tidak mengikuti apel rutin pagi hari, maka akan di tegur
(16)
I1.6
Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup baik namun belum menjalankan sepenuhnya dari Peraturan Pemerinah tersebut, apabila dikatakan dalam bentuk persen yaitu belum mencapai 90% pegawai di dalam mentaati Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, maka perlu upaya kedepan untuk meningkatkanya supaya pegawai betul betul siap dan mengamalkan peraturan tentang disiplin ini, karena sebagai PNS telah mempunyai Nomor Induk Pegawai yang itu merupakan tanggung jawab sebagai pegawai
(17)
I1.7
Mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang kesiapan mengenai disiplin sudah cukup baik, tanggung jawab dan kesadaran juga ada, namun perlu di tingkatkan lagi ketepatan didalam menjalankan kewajibanya,dikita sudah ada apel pagi namun didalam pelaksanaanya belum keseluruhan dari pegawai hadir dalam apel ini masih di dapati beberapa yang tidak hadir, ini yang harus di perbaiki
(18)
I1.8
Pada bidang saya pada umumnya telah mengetahui dan siap menjalankan disiplin, karena Sebagai Pegawai Negri Sipil mempunyai tanggung jawab untuk bekerja dengan baik ya salah satunya dengan disiplin
(19)
Q4 Bagaimana sarana dan prasarana yang ada dalam menunjang dari peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD?
I1.1 (20)
I1.2
Guna mendukung pelaksanaan peraturan pemerintah mengenai tersebut di kami sudah ada absen secara elektronik yang dengan ini kehadiran pegawai sesuai dengan waktu kehadiranya, di BLHD juga sendiri telah memfasilitasi kendaraan dinas secara bertahap sesuai dengan tanggung jawabnya, dengan ini diharapkan ada
(21)
timbul motivasi dan berpengaruh baik terhadap kinerja
I1.3
Pegawai Negeri Sipil di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang sudah cukup baik namun belum menjalankan sepenuhnya dari Peraturan Pemerinah tersebut, apabila dikatakan dalam bentuk persen yaitu belum mencapai 90% pegawai di dalam mentaati Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, maka perlu upaya kedepan untuk meningkatkanya supaya pegawai betul betul siap dan mengamalkan peraturan tentang disiplin ini, karena sebagai PNS telah mempunyai Nomor Induk Pegawai yang itu merupakan tanggung jawab sebagai pegawai
(22)
I1.4
Sebenarnya sarana dan prasarana agar bagaimana Pegawai Negeri disipin itu sudah ada, Alhamdulillah sekarang kita sudah menggunakan absen secara elektronik, jalas ini real datang dan pulangnya pegawai, namun hasil dari absen elektronik belum dijadikan acun untuk penindakan indisipliner atau terhadap naik pangkat ataupun jabatan
(23)
I1.5
Walaupun sudah ada absen secar elektronik, namun kadang masih ada pegawai yang lupa untuk absen elektronik, maka hal ini kami siasati dengan memasang tulisan pengingat bagi pegawi yang lupa absen
(24)
Q5 Bagaimana dana dan anggaran dalam menunjang dari implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1.1
Untuk biaya mengenai kedisiplinan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang ini tentunya bersumber dari APBD Kota Serang, melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, melaluin sosialisasi, dan perwakian dari SKPD se Kota Serang dan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang disiplin PNS
(25)
I1.2
Ya tentu ada,dalam bentuk sosialiasi disiplin PNS, perwkilan Pegawai diundang untuk menghadiri kegiataan tersebut dan ini biasanya dihadiri oleh Kasubag Umum dan Kepegawaian yang nantinya setelah dilakukan sosialisasi mengenai disiplin ini diharapkan menularkan ilmu yang didapat kepada rekan-rekan di kantornya, dan cara sosialisasi ini dilaksanakan pada tahun hanya dilakukan di ruang rapat pemkot sendiri, yang semula tahun sebelumnya sosialisai ini dilakukan bias di luar daerah daram waktu setidaknya 3 (tiga) hari, agar pegawai melekat benar bagaimana disiplin PNS dan ada sosialiasai berbentuk fisual, agar PNS bias mengingatkan bahwa sebagai PNS mempunyai kewajiban dan larangan sebagaimana PP 53
(26)
Tahun 2010
Q6 Apa saja peran dari para stake holder dalam PP no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?
I1.1
Badan Lingkunagan Hidup Daerah Kota Serang ada tindakan disiplin berat yang dilakukan selama dua tahun belakangan ini, dan telah menempuh prosedur sebagaimana peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, BLHD telah menyampaikan penindakan yang telah dilakukan secara internal dan kami menerima laporannya utuk membuat tim guna menjatuhkan sangksi disiplin.
(27)
I1.3
Pegawai yang melanggar aturan disiplin Pegaawi Negeri Sipil pernah ada di bidang saya, teguran secra lisan telah saya lakukan secara terus menerus namun pegawi yang bersangkutan tetap saja tidak masuk kerja, lalu saya layangkan teguran 1 (satu) sampai dengan teguran yang 3 (tiga) namun tetap saja tidak ada peruubahan, dan akhirnya dibentuknya tim oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang guna melakukan pemeriksaan kepada yang bersangkuan, dan akhirnya dijatuhi hukuman yaitu pembebasan dari jabatan
(28)
Q7 Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1.1
Dalam pembinaan pegwai secara langung diserahkan oleh atasananya masing masing kalau kabid membina kasubidnya dan kasubid membawahi pelaksana dibawahnya dan seterusnya, dan perkembanganya di pantau oleh Badan Kepegwaian Daeah melalui kasubag Umum dan Kepegawaian disini
(29)
I1.2
Pelaksanaan PP No 53 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku, bawahan saya contohnya pernah ditindak jatuhi hukuman disiplin sebagainama Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil
(30)
Q8
Bagaimana bentuk dan mekanisme sanksi yang diberikan terhadap pegawai yang belum mentaati sesuai dengan PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1.1
Peran Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang merupakan sebagai penampung dari laporan laporan menganai disiplin dalam hal ini, kita menerima lapran dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bagaimana perkembangan pegawai didalam melaksanakan disiplin, tiap akhir bulan kami menerima hasil rekapan absen pegawai di Kota
(31)
Serang, dengan dasar itu kami bias melihat bagaiaman kedisiplinan Pegawai di Kota Serang, karena yang lebih mengetahui bagaiman pegawai itu ialah SKPD itu sendiri
I1.2
Apabila ada pegawai yang melanggar dari peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil ini, dilihat dahulu bagaimana tingkat pelanggaranya, yang selanjutnya dilakukan penagananya sesuai aturan yang ada
(32)
I1.3
Apabila ada pegawai yang tidak mentaati peratuan disiplin sebagaimana aturan yang ada pertama teguran secara lisan oleh atasan langsung pegawai, apabila pegawai tidak mengindahkan teguran tersebut selanjutnya dilayangkan surat teguran secara tertulis kepada yang bersangkutan, secara bertahap yaitu teguran 1, 2, dan 3, selanjutnya ada pernyataan tidak tertulis yang dilayangkan oleh atasan langsungnya, apabila tahap ini tidak berdampak baik, selanjutnya dilaporkan kepada Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang yang selanjutnya ditangani dan dipelajari untuk penjatuhan hukumannya,setelah itu dibuat tim guna melakukan pemeriksaan dan selanjutnya dijathi hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pegwai yang bersangutan
(33)
Q9 Bagaimana pemahaman para pegawai terkait PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?
I1.1
Kalau melihat kenyataanya si memang ada sebagian yang sudah melakukan kedisiplinan dan ada sebagian juga yang masih perlu meningkatan kedisiplinan maka ujungnya mungkin berpulang kepada diri masing masing, bagaimana mendefinisikan definisi kerja itu sendiri, dan sebetulnya sebagai Pegawai Negri Sipil harus bisa membaca dan kedepanya memahaminya, namun masih ada pegawai yang belum membaca PP tersebut seperti apa
(34)
I1.2
Menurut saya belum mencapai setengahnya dengan adanya peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, yang mengetahui dari PP tentang DIsiplin PNS paling pegawai yang lama-lama saja namun untuk pegawai yang baru itu belum tau, maka perlu di tingkatkan misalnya dengan memberikan salinan dari PP tersebut ini merupakan upaya guna menigkatkan agar pegawai paham bagaimana PP tersebut
(35)
I1.3
Pemahaman yang dimiliki oleh pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Serang masih dirasa kurang apabila di presentasikan dalam persen belum mencapai 90 %, dengan ini masih dirasa perlu adanya
(36)
upaya guna memberikan pemahaman khususnya mengenai disiplin secara menyeuruh
Q10
Bagaimana respon pegawai BLHD Kota Serang (mendukung/menolak) dan apa bentuk dukungan yang dilakukam dalam implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1.1
Apabila seseorang diangkat menjadi pegawai Negri Sipil ada istilah yang dinamakan PRAJABATAN ,di dalam prajab itu dikenalkan bagaiaman kewajiaban dan haknya sebagai PNS maka harusnya terhadap Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang disiplin ini harus menjalankanya tetapi setelah pegawai resmi menjadi
(37)
I1.2
Sebagai Pegawai Negri Sipil itu siap tidak siap harus melaksanakan kita sebagai Pegawai Negeri Sipil, karena kita sebagai Pegawai Negri Sipil itukan bekerja untuk bagaimana kenyamanan bagi masyarakat sesuai tupoksinya, dan untuk menerapkan kedisiplinan itu tergantung bagaimana daerah utuk menerapkannya dalam hal ini BLHD nya
(38)
Q11 Apa saja fasilitas dan yang diberikan guna menunjang implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?
I1.1
Dikami fasilitas yang diberikan kepada pegaai diberikan berjenjang sesuai dengan jabatan dan beban kerjanya secara bertahap, untuk eselon dua dan tiga telah terpenuhi kendaraan dinas berupa mobil, dan tunuk eselon 4 sedang diupayakan untuk kendaraan roda dua dengan ini diharuskan pegawai disiplin dalam bekerja karena tidak ada lagi alsan untuk tidak disiplin, malu dong diberikan fasilitas oleh negara namun kerjanya males malesan
(39)
I1.2
Usulan fasilitas yang berikan oleh pemerintah daerah guna pegawai ini direspon baik, dikami untuk tahun 2015 kemarin mengusulkan kendaraan dinas roda empat (mobil) mengusulkan 3 unit, ini untuk memenuhi pejabat eselon dua dan tiga yang ada, karena didalam peraturanya kendaraan roda 4 (mobil) diberikan untuk eselon 2 dan 3, dan untuk di anggaran perubahan 2015 ini BLHD mengusulkan kendaraan dinas roda 2 (motor) guna memenuhi eselon 4, dan ini berikan secara bertahap
(40)
I1.3
Dipemerintahan Kota Serang ada yang namanya tunjangan pegawai yang diberikan berdasarkan jabatan yang dimiliki, ini dicairkan setiap akhir bukan sekali dan berdasarkan absen pegawai, fasilitas yang digunakan untuk mengontrol absen ini Alhamdulillah sudah menggunakan absen
(41)
elektronik yang semula menggunakan absen manual, dengan fasilitas absen elektronik ini diharapkan motivasi pegawai didalam menjalankan disiplin meningkat
Q12 Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS di BLHD Kota Serang?
I1.1
Koordinasi yang dilakukan mengenai kedisiplinan yang pertama adalah koordinnasi di BLHD sendiri dalam artian atasan langsung yang mengontrol bagaimana pejabat atau pegawai dibawahnya, selanjutnya koordinasi yang dilakukan ialah dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang, sebagai relasi kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kota Serang mengenai kepegawaian, dan apabila ada pegawai yang tidak mentaati peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini maka didalam mengambil tindakan atau penjatuhan sanksi kami berkordinasi dengan BKD
(42)
I1.2
Badan Kepegawian Daerah Kota Serang dalam kedisiplinan merupakan sebagai mitra kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Serang dalam hal ini BLHD pun didalamnya mengenai kedisiplinan, salah satu yang dilakukan ialah seluruh Bsen Pegawai Negri Sipil di Pemerintahan Kota Serang tiap bulanya di setorkan kepada Badan Kepegwaian Daerah Kota Serang guna mengecek bagaimana tingkat kedisiplinanya, dan apabila ada pegawai yang tidak disiplin sebagaimana aturan makan dicek apakah sudah dilakukan penindakan pada SKPD pegawai tersebut apabila sudah dan tidak ada perubahan kearah yang baik maka Badan Kepegawaian Darah Kota Serang akan menindaknya ssebagaimana Peraturan Pemerintah no, 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil
(43)
Q13 Bagaimana sosialisasi yang dilakukan dalam memberikan pemahaman kepada pegawai mengenai PP No 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS?
I1.1
sering kami lakukan sosialisasi mengenai disiplin pegawai ini setiap rapat internal mingguan tidak bosan-bosan sering saya singgung, bahkan setiap akhir bulan, absen elektronik itu diambil datanya dan dibacakan di forum rapat internal kami guna mengetahui pegawai mana yang bagus dan mana yang perlu dibina
(44)
I1.2
Sosialisasi yang kami lakukan kepada Satuan Perangkat Kerja Daerah di Kota Serang terus dilakukan hal ini bertujuan agar pegawai disiplin, biasanya kami mengundang utusan yang membidangi kepegawaian yaitu
(45)
Kapala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada SKPD guna menghadiri sosilisasi disiplin ini, yang diharapkan sepulang dari acara sosialisasi yang kami lakukan utusan SKPD ini memberitahu atau menularkan bagaimana kedisiplinan itu kepada pegawai dikantornya masing masing
Q14 Bagaimana kondisi ekonomi dari pegawai BLHD Kota Serang?
I1.1
Sebetulnya si banyak sekali seseorang itu bisa disiplin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, kalau pegawai itu kondisinya nyaman, baik itu kondisi ekonomi, social dari kondisi politik di lingkungan kerja maka akan berpengaruh terhadap disiplin
(46)
Q15 Bagaimana kondisi sosial dari pegawai negeri sipil di BLHD Kota Serang?
I1.1
Kondisi kenyamanan dalam bekerja itu sanyat berpengaruh, pegawai akan merasa nyaman bekerja apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan bekerja baik, dikami ada pegawai yang tidak disiplin dan telah dijatuhi sangksi itu karena tidak masuk kerja dikarenakan mempunyai banyak hutang dan istri sehingga banyak orang yang nyeri, dan tentu ini mengganggu kenyamanan didaam bekerja
(47)
Q16 Bagaimana kondisi politik di kawasan pemerintah Kota Serang maupun pemerintahan di Provinsi Banten?
I1.3
Kondisi kenyamanan dalam bekerja itu sanyat berpengaruh, pegawai akan merasa nyaman bekerja apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan bekerja baik, dikami ada pegawai yang tidak disiplin dan telah dijatuhi sangksi itu karena tidak masuk kerja dikarenakan mempunyai banyak hutang dan istri sehingga banyak orang yang nyeri, dan tentu ini mengganggu kenyamanan didaam bekerja
(48)
Membaca
\4enimbang
KEPU.TUSAN WALIKOTA SERANGNOMOR : 900/Kep .2rs.1_BKD/Xr / 2ot3
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SERANG
: 1. Laporan dari dari Kepara Badan Linokrnnan$;,,nr.rimorsoorr4g.a--d:i3"tilrJg,t1",1'3fi ffi lljr#;:ltindak ranjut pembinaan F"g1ryg, r,l"g",i-dipir atas ttami upiaS.Sos Ntp. 19650910 199J03 I OZ,l;
-----" -,2. Laporan Hasir p"meriksran ya.ng dirakukan oreh Tim penangananperangsaran Disiprin resawa i r,r:!9{ siii'ii' r_iigr, nsan pemerintahKota Serang_Tatiql nn6gr;n z6n n.iio"r",iian Surat Keputusan
H;JI'ja, i:o nn Nomoi-s'.Kep r e-s-KlJi;d'r s paaa tanssar 22
: a i?XffiffSiflrJ,Ti, ffiTii*:1an
tersebut ,.,s_ldap gpi: s.sos
l:IJgillx*;ff ::["kr;-:iii*i:11[,5:t6H:lii.eTH[Tb' bahwa perbuatan tersebut
r:ryp{(.a1 oerglogaran terhadapketentuan pasat 3, ,nG f+21slje2,izl,[g],itr[(1s) oan 1tz1peraturan pemerintah r.r"o*o,. si 'rbnri n"'i6to tentang Disiprinpegawai Negeri sipir; vv I qr rur t ev I
c' bahwa untuk menegakkan disiprin, perru mdnjatuhkan hukumaniltil"' vans setimpa"r o"rgr"'plrrngiur; oiliprn yans dirakukan
d' bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daramhuruf a, huruf p, drn h;r;i ., p-"ly T;;;rrpk;; Keputusan tentansPenjatuhan Hukuman oiriprin' iembebasan dari Jabatan.1' y;ffiq-J#,ang Nomor B rahun 1ez4 io. Undans-undans Nomor 43
'r5niii,3iiln:;t?Jllt'n Nomor s3 rahun 2o1o tentans Disiprin
3' Peraturan Keoara Badan Kepegawaian N_egara Nomor 21 Tahun2010 tentano Kd;il;'E5lrr,r.naan pEotirrn pemerintahanNomor s3 Ta[un zor o i"nirniEiriplin pegawai Negeri sipir.
Mengingat
G
MEMUTUSKANMenetapkan :
KESATU : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa Pembebasan da6Jabatan, kepada::
NamaNIPPangkatJabatanUnit Kerja
WBadan Lingkungan HiOup Daerah Kota Serang
Karena yang bersangkutan terah r:Efq!:n perbuatan yang meranggarketentuan Pasat 3,_l1gf" q)r(s),(6),fiis[11;r;iiil o"n (17) peraturanPemerintah Nomor s3 Tah un' io\ o i#i#;6i,ripii,\'i"gawai Neseri sipir.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Keputusan ini disampaikan iepada yang bersangkutan untuk diraksanakansebagaimanamestinya. e --'
KEDUA
KETIGA
Tembusan Keputusan inidisampaikan kepada :
l.Kepala Badan Kepegawaian Negara;2-Bidang lnformasi Kepegawaian Eadan Kepegawaian Negara diJakarta;3.Direktur Jenderal AlgOlran Oepartem"n X",lrng;u4.Kantor Regionat ltt Balan Xepeigawaian Negai.]-"'5'Kepala Dinas pengerotaan rdua"ngan Daera-h Kota serang;Clnspektur Kota Serang;
-.'.e--' err r\vrq I
(/Kepala Badan Lggfuisan Hidup Daerah Kota Serang; . rS.Pembuat daftar gaji. sr ' I \vrq vsrqr
Ditetapkan di: SerangPada tan-ggal : Og ilopenber zOL:
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEEMPAT
KELIMA
Diterima tanggal
Badan Lingkuhga-n-Hidup Daerah Kota Serang
Karena yang bfrsangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuanPasal 10, angkb (2) dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentangDisiplin Pegawai Negeri Sipit
KEDUA Terhitung nrular tanggal 1 bulan Desember tahun 2014 pangkat Saudara ILHAMAMRULLAH SSi MM NIP 19820823 2OO9O2 1 003 diturunkan dari pangkatPenata golongan rLlang lll/c menjadi pangkat Penata Muda Tingkat I golonganruang lllib dan terhrtung mulai tanggal 1 bulan Desember tahun 2017 pangkatnyadikembalikan pada pangkat semula.
KETIGA Terhitung mulai tanggal 1 bulan Desenrber tahun 2014 se ar akibatpglgkl_lersebut gali pokok Saudara
!EdtturunkandariRp267B900(DuaJu[aEnamRatusTffiDelapan Ribu Senrbilan Ratus Rupiah) nrenjadi Rp 2.570 200 (Dua juta
-Ratus Tujuh Puluh RibLr Dua Ratus RLrpraht dan terhrtr-rng rrrulai tanggal 1
Desember tahun 2017 gaji pokoknya crrkernbatrkan pada gili pokok ser,ruta
Apabila tidak ada keberatan rttaka Keputr.rsan rnr nrular berlaku pacla harr kelimabelas terhittrng ntr.rlat tanggal Pegawar Negerr Siprl yang bersangkLrtan rnenerimakeputusan inr
' Keputusan lnl cltsartrpatkan kepacla yitnU Sersangkutan untLtk (l iaksanakansebagaimana nrestrnya
Drtetapkan di Serang
Padatanggal 1,8 Nove'ntber 2014
uhLima
bulan
Tembusan Keputusan ini disam{aikan kepada .
I Kepala Badan Kepegawaian Negara,2.Bidang lnformasi Kepegawaiin Badan Kepegawaian Negara di Jakarta;3. Direktur Jenderal Anggaran Qepartemen Keuangan;4.Kantor Regional lll Badan Kefegawaian Negaral5.Kepala Dinas Pengelolaan Kluangan Daerah Kota Serang;6. lnspektur Kota Serang;T.Kepala BLHD Kota Serano: I
Menjatuhkao ,Iukuman disiplin berupa Penurunan Pangkat Setingkat LebihRendah Selamir 3 (Tiga) Tahun, kepada :
I
Nama :
NIP ;
Pangkat :
Unit Kerja :
Penata , lll/c
ut
Membaca
Menimbang
Mengingat
KEPUTUSAN WALIKOTA SERANGNOMOR Fj()o,/licp. 2 I r,_1.;i, lr,\ [/:o I 4
DENGAN RAHMAT TUTIAN YANG IV1AHA ESA
WALIKOTA SERANG
Laporan crarr darr sdr yaya. rrrriyarrr Spd pada tarrggar 2; o.ober 2014tentang trnciakan perkawrnan trnp, rlrn pelabat y"ng ;J;"nangLaporan Hasir pemeriksaan yang drrakukan oreh Trnr penangananPelanggaran Drsrprrn pegawai ruLg"ii Sipir di Lingkungan pemerintah Kotaserang berdasarkan. Surat iupriu..n witi*oia serang Nomor800/Kep 106-Huk/2014 pada i".gs;i;; Aprit 2014
33?*i,il,"ii,J, ? 3:, I f:ff ,,1::::.,u,..up:1, sa ud a ra I L HAM AM R u L LA H,Li I ; #[, H,
" ] 111.9 !:"gtr-'i
"ffi . i; # ",,i " #i [: I HyriT]
pemerintah dan martabat pNS: kehormatan Negara,
b' bahwa'perbuatan^tersebut merupakan peranggaran terhadap ketentuanPasal 1Q, angka (2) dan rql p"r"ilr"n pemeriliah-Nomor 53 Tahun 2010tentang Disiptin pegawai frf"gun Sipif ;rt
c bahwa qntuk menegakkan disiprin,,.pgll, menjatuhkan hukuman disiprinyang setimpat dengan petanggaran oi.iptin y;;;,;i;k-kan nya;
d' bahwa bgrdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daram huruf a,huruf b,rdan huruf " p"rrr-*iletapkan K;prt;;;tentang penjatuhan
!,ffiilrfl'siplin Penl*rrn irigr.rt s"tirbr,rl"ieorr Renoah Setama
,l'" Y:-11rn i,rdans
Nomor 5 Tahun 2014 tentans Aparatur sipit Nesara;z' F'eraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2o1o tentang DisiprinPegawai Negeri Sipit;
3' Peraturan Kepara prgSn Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 20.10tentang r(etentuan petatsanaan"durutrr"n pEmerintarran Nomcr s: rarrun2010 tentgng Disiptin p"g;ri,\egeri Sipit
PEMERINTAH KOTA SERANG
BADAN LINGKTINGAN HIDUP DAERAHJalan Letnan Jidun No. 5 ( Ex Gedung tripartit Telp.(0254) 221764
SERANG - BANTEN
: s00l9l0-BLHD/ 20t3 Serang, 7 Maret 2013
: Tegwan ke 3Yth. Sdr. fr tf*ubid Konservasi SDA
SERANG
Menindaklanjuti surat Teguran ke 2 (Dua) dan berdasarkan hasilevaluasi selama
ini disampaikan kepada Sdr. (n Kasubid Konservasi SDA saudara belum
melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksinya serta tidak mentaati aturan Disiplin dan
Kinerja PNS sesuai dengan PP Nomor 58 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin PNS.
Berkenaan dengan hal tersebut saudara harus memenuhi untuk hadir dan
melaksanakan tugas sesuai dengan PP dimaksud.
Demikian atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
PLH Kepla Bada tinghmgan Hidup Daeratr
lcoru\gr"e
-EiBunvamin. SE._-NrP. 19610421 19801I I
Tembusan:l. Yth. Kepala BKD Kota Serang2. Yth. Inspektorat Kota Serang3. Yth. Kabid Penataan dan Konservasi SDA BLHD Kor.a Serang
NomorLampiranPrihal
\
.: (
KEMENTERIAN RTSET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKATI TINGGIUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
F'AKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKProgram Studi: l. Ilmu Administasi Negara
2. Ilmu Komrurikasi3. Itnu Pemerintahan
Jalm Raya Jak*a KM.4 Phone (025a) 28m30 Ext 228, Fax. A254ABI.245 Pakupatan Serang Bantenurl: http:/fuww.fisip-untirtaac.id" F-mail: [email protected]
Nomol b0( ruN.43.6.upotzorsLampiran : -
Perihal : Perrnohonan Ijin Mencari Data
21 Mei 2015
Kepada Yth.BKD Kota Serang
diTempat
Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakarurya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi I.g* Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kam! VanS bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan,
Nams :IJbay MulyawanNIM :6661112322
Semester :8Mata Kuliah: SkipsiJudul :Implementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
pegawai Negri sipil (PNS) di Badan Lingkungan Hidup Daerah KotaSerang
Data :Wawancara Terkait hnplementasi Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010diperlukan Tentang_Dsip_lin pegawai Negn Sipil (PNS) di Badan Lingkungan UiA,rp
Daerah Kota Serang
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan marrasiswa tersebut.
Demikian surat ini - kupi sampaikan. Atas perhatian dan keg'asamanya, kami !.
mengucapkan terima kasih.
tJ!
iKetuaProgram StudiAdminishasi Negara
252005012001
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 53 TAHUN 2010
TENTANG
DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
keadaan;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
30 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, perlu mengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
MEMUTUSKAN: . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 - MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PEGAWAI
NEGERI SIPIL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan
Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan dan/atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau
dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah PNS Pusat dan PNS Daerah.
3. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan,
atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban
dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar
jam kerja.
4. Hukuman disiplin adalah hukuman yang
dijatuhkan kepada PNS karena melanggar
peraturan disiplin PNS.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi, dan Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota
adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur wewenang
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
PNS.
6. Upaya . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
6. Upaya administratif adalah prosedur yang dapat
ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap
hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya
berupa keberatan atau banding administratif.
7. Keberatan adalah upaya administratif yang dapat
ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap
hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat
yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat
yang berwenang menghukum.
8. Banding administratif adalah upaya administratif
yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas
terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS
yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang
menghukum, kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
Pasal 2
Ketentuan Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi
calon PNS.
BAB II
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 3
Setiap PNS wajib:
1. mengucapkan sumpah/janji PNS;
2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. setia . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Pemerintah;
4. menaati segala ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab;
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,
dan martabat PNS;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya
atau menurut perintah harus dirahasiakan;
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara;
10. melaporkan dengan segera kepada atasannya
apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil;
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik
negara dengan sebaik-baiknya;
14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat;
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang.
Bagian Kedua . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 4
Setiap PNS dilarang:
1. menyalahgunakan wewenang;
2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan orang lain;
3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja
untuk negara lain dan/atau lembaga atau
organisasi internasional;
4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,
atau lembaga swadaya masyarakat asing;
5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,
menyewakan, atau meminjamkan barang-barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam
maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak
lain, yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara;
7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu
kepada siapapun baik secara langsung atau tidak
langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan;
8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja
dari siapapun juga yang berhubungan dengan
jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. melakukan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang
dilayani;
11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan
menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan
mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan
menggunakan fasilitas negara;
13. memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14. memberikan dukungan kepada calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
memberikan surat dukungan disertai foto kopi
Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan
Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
15. memberikan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
15. memberikan dukungan kepada calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk
mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan
jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
BAB III
HUKUMAN DISIPLIN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi
hukuman disiplin.
Pasal 6 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 - Pasal 6
Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang
melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
Bagian Kedua
Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin
Pasal 7
(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan
c. hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 3 (tiga) tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah;
c. pembebasan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 - c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
PNS.
Bagian Ketiga
Pelanggaran dan Jenis Hukuman
Paragraf 1
Pelanggaran Terhadap Kewajiban
Pasal 8
Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap
kewajiban:
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja;
2. menaati segala peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja;
4. menjunjung . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,
dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja;
5. mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya
atau menurut perintah harus dirahasiakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
8. melaporkan dengan segera kepada atasannya
apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau
pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja;
9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11
berupa:
a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) hari
kerja;
b. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam)
sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja; dan
c. pernyataan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima
belas) hari kerja;
10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik
negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15,
apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak
sengaja;
13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran
dilakukan dengan tidak sengaja; dan
14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja.
Pasal 9
Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap
kewajiban:
1. mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, apabila
pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;
2. mengucapkan. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
2. mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, apabila
pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif
bagi instansi yang bersangkutan;
4. menaati segala peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4,
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi
yang bersangkutan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan;
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
instansi yang bersangkutan;
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya
atau menurut perintah harus dirahasiakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
instansi yang bersangkutan;
9. bekerja . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi
yang bersangkutan;
10. melaporkan dengan segera kepada atasannya
apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11
berupa:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas)
sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu)
sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja;
dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26
(dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari kerja;
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12,
apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun
hanya mencapai 25% (dua puluh lima persen)
sampai dengan 50% (lima puluh persen);
13. menggunakan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik
negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15,
apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;
16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran
dilakukan dengan sengaja; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan.
Pasal 10
Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap
kewajiban:
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada pemerintah dan/atau negara;
2. menaati . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
2. menaati segala ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif
pada pemerintah dan/atau negara;
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada pemerintah dan/atau negara;
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada pemerintah dan/atau negara;
5. mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya
atau menurut perintah harus dirahasiakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
8. melaporkan dengan segera kepada atasannya
apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah dan/atau
negara; 9. masuk . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11
berupa:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31
(tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh
lima) hari kerja;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah bagi PNS yang
menduduki jabatan struktural atau fungsional
tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai
dengan 40 (empat puluh) hari kerja;
c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang
menduduki jabatan struktural atau fungsional
tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai
dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau
lebih;
10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12,
apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada
akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima
persen);
11. menggunakan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 - 11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik
negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah
dan/atau negara;
12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah dan/atau
negara.
Paragraf 2
Pelanggaran Terhadap Larangan
Pasal 11
Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap
larangan:
1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,
menyewakan, atau meminjamkan barang-barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara, secara tidak sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun
di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka
6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
3. bertindak . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9,
apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak
sengaja;
4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja.
Pasal 12
Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap
larangan:
1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,
menyewakan, atau meminjamkan barang-barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara secara tidak sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
instansi yang bersangkutan;
2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun
di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka
6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
instansi yang bersangkutan;
3. bertindak . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9,
apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;
4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi
instansi;
6. memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai
pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye
dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS, sebagai peserta kampanye dengan
mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan huruf
c;
7. memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden dengan cara mengadakan
kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta
pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 13 huruf b;
8. memberikan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
8. memberikan dukungan kepada calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu
Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14;
dan
9. memberikan dukungan kepada calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara terlibat
dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan
huruf d.
Pasal 13
Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap
larangan:
1. menyalahgunakan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 1;
2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 angka 2;
3. tanpa . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja
untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi
internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 3;
4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,
atau lembaga swadaya masyarakat asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4;
5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,
menyewakan, atau meminjamkan barang-barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara secara tidak sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun
di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka
6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu
kepada siapapun baik secara langsung atau tidak
langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 angka 7;
8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja
dari siapapun juga yang berhubungan dengan
jabatan dan/atau pekerjaannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 8;
9. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menghalangi . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
11. memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara sebagai peserta
kampanye dengan menggunakan fasilitas negara,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12
huruf d;
12. memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden dengan cara membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama
masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 13 huruf a; dan
13. memberikan dukungan kepada calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara
menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan
dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama
masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.
Pasal 14
Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan
menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 angka 9, Pasal 9 angka 11, dan Pasal 10
angka 9 dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir
tahun berjalan.
Bagian Keempat . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
Bagian Keempat
Pejabat yang Berwenang Menghukum
Pasal 15
(1) Presiden menetapkan penjatuhan hukuman disiplin
bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon
I dan jabatan lain yang pengangkatan dan
pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden
untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e.
(2) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian.
Pasal 16
(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon I di lingkungannya
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;
2. fungsional tertentu jenjang Utama di
lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e di lingkungannya
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,
dan huruf e;
4. struktural . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
4. struktural eselon II dan fungsional
tertentu jenjang Madya dan Penyelia di
lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4);
5. struktural eselon II di lingkungan instansi
vertikal dan pejabat yang setara yang
berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4);
6. fungsional umum golongan ruang IV/a
sampai dengan golongan ruang IV/c di
lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf
d, dan huruf e;
7. struktural eselon III ke bawah, fungsional
tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke
bawah di lingkungannya untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4);
dan
8. fungsional umum golongan ruang III/d ke
bawah di lingkungannya untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4)
huruf a, huruf d, dan huruf e.
b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang
menduduki jabatan:
1. struktural eselon I untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2);
2. fungsional . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat
(4) huruf b dan huruf c;
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
4. struktural eselon II ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Madya dan
Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon I untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
huruf a;
2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf
c;
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) huruf a;
4. struktural eselon II dan fungsional
tertentu jenjang Madya untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf
a, huruf b, dan huruf c;
5. fungsional . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
5. fungsional umum golongan ruang IV/a
sampai dengan golongan ruang IV/c untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat
(4) huruf a;
6. struktural eselon III ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf
a, huruf b, dan huruf c; dan
7. fungsional umum golongan ruang III/d ke
bawah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf c dan ayat (4) huruf a;
d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi
induknya yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon I untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a;
2. struktural eselon II ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Utama ke
bawah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan
huruf e; dan
3. fungsional umum golongan ruang IV/e ke
bawah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan
huruf e;
e. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi
induknya yang menduduki jabatan struktural
eselon II ke bawah, jabatan fungsional tertentu
jenjang Utama ke bawah, dan jabatan
fungsional umum golongan ruang IV/e ke
bawah, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
huruf d dan huruf e;
f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan
pada Perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan
g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan
pada negara lain atau badan internasional,
atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,
dan huruf e.
(2) Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon II, fungsional tertentu
jenjang Madya, dan fungsional umum
golongan ruang IV/a sampai dengan
golongan ruang IV/c di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2); dan
2. struktural eselon III, fungsional tertentu
jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional
umum golongan ruang III/b sampai
dengan III/d di lingkungannya, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a
dan huruf b;
b. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon II, jabatan fungsional tertentu
jenjang Madya, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang IV/a sampai dengan golongan
ruang IV/c untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon III,
jabatan fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang III/b sampai dengan golongan
ruang III/d untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(3) Pejabat struktural eselon II dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon III, fungsional tertentu
jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional
umum golongan ruang III/c dan golongan
ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
2. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;
b. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon III, jabatan fungsional
tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang III/c
dan golongan ruang III/d untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2); dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon IV,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama
dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan
fungsional umum golongan ruang II/c sampai
dengan golongan ruang III/b untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.
(4) Pejabat struktural eselon II yang atasan
langsungnya:
a. Pejabat Pembina Kepegawaian; dan
b. Pejabat struktural eselon I yang bukan Pejabat
Pembina Kepegawaian,
selain menetapkan penjatuhan hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga
berwenang menetapkan penjatuhan hukuman
disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural eselon IV ke bawah, jabatan fungsional
tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan jabatan fungsional umum golongan ruang III/d
ke bawah di lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf c.
(5) Pejabat . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
(5) Pejabat struktural eselon III dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2); dan
2. struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,
dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf a dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon IV, jabatan fungsional
tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana
Lanjutan, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang II/c sampai dengan golongan
ruang III/b untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon V,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana
dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional
umum golongan ruang II/a dan golongan ruang
II/b untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(6) Pejabat . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
(6) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,
dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2); dan
2. fungsional umum golongan ruang I/a
sampai dengan golongan ruang I/d untuk
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf
b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon V, jabatan fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2); dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan fungsional umum
golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d untuk hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(7) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan fungsional
umum golongan ruang I/a sampai dengan
golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
b. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
fungsional umum golongan ruang I/a sampai
dengan golongan ruang I/d untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2).
Pasal 17
Kepala Perwakilan Republik Indonesia menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang
dipekerjakan atau diperbantukan pada Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
dan ayat (4) huruf b dan huruf c.
Pasal 18
(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS Daerah Provinsi yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon I di lingkungannya
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;
2. fungsional tertentu jenjang Utama di
lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e di lingkungannya
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,
dan huruf e;
4. struktural . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
4. struktural eselon II dan fungsional
tertentu jenjang Madya dan Penyelia di
lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4);
5. fungsional umum golongan ruang IV/a
sampai dengan golongan ruang IV/c di
lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf
d, dan huruf e;
6. struktural eselon III ke bawah, fungsional
tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke
bawah di lingkungannya untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4);
dan
7. fungsional umum golongan ruang III/d ke
bawah di lingkungannya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4)
huruf a, huruf d, dan huruf e;
b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang
menduduki jabatan:
1. struktural eselon I untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2);
2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat
(4) huruf b dan huruf c;
3. fungsional . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
4. struktural eselon II ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Madya dan
Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon I, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
huruf a;
2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf
c;
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) huruf a;
4. struktural eselon II dan fungsional
tertentu jenjang Madya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf
a, huruf b, dan huruf c;
5. fungsional umum golongan ruang IV/a
sampai dengan golongan ruang IV/c,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a;
6. struktural . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
6. struktural eselon III ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf
a, huruf b, dan huruf c; dan
7. fungsional umum golongan ruang III/d ke
bawah, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf c dan ayat (4) huruf a;
d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi
induknya yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon I, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a;
2. struktural eselon II ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Utama ke
bawah, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan
huruf e; dan
3. fungsional umum golongan ruang IV/e ke
bawah, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan
huruf e;
e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi
induknya yang menduduki jabatan struktural
eselon II ke bawah, jabatan fungsional tertentu
jenjang Utama ke bawah, dan jabatan
fungsional umum golongan ruang IV/e ke
bawah, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
huruf d dan huruf e;
f. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -
f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan
pada Perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan
g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan
pada negara lain atau badan internasional,
atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,
dan huruf e.
(2) Pejabat struktural eselon I menetapkan penjatuhan
hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon II, fungsional tertentu
jenjang Madya, dan fungsional umum
golongan ruang IV/a sampai dengan
golongan ruang IV/c di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2); dan
2. struktural eselon III, fungsional tertentu
jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional
umum golongan ruang III/b sampai
dengan III/d di lingkungannya, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a
dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon II, jabatan fungsional tertentu
jenjang Madya, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang IV/a sampai dengan golongan
ruang IV/c, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
dan
c. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon III,
jabatan fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang III/b sampai dengan golongan
ruang III/d, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(3) Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan
hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon III, fungsional tertentu
jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional
umum golongan ruang III/c dan golongan
ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
2. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon III, jabatan fungsional
tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang III/c
dan golongan ruang III/d, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
c. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon IV,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama
dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan
fungsional umum golongan ruang II/c sampai
dengan golongan ruang III/b, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.
(4) Pejabat struktural eselon III menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2); dan
2. struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,
dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf a dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon IV, jabatan fungsional
tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana
Lanjutan, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang II/c sampai dengan golongan
ruang III/b, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
dan
c. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon V,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana
dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional
umum golongan ruang II/a dan golongan ruang
II/b, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(5) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,
dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2); dan
2. fungsional umum golongan ruang I/a
sampai dengan golongan ruang I/d, untuk
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf
b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya, yang menduduki jabatan
struktural eselon V, jabatan fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2); dan
c. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan fungsional umum
golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(6) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan fungsional
umum golongan ruang I/a sampai dengan
golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
fungsional umum golongan ruang I/a sampai
dengan golongan ruang I/d, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2).
Pasal 19
Gubernur selaku wakil Pemerintah menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS Daerah Kabupaten/Kota dan PNS Daerah
Kabupaten/Kota yang dipekerjakan atau
diperbantukan pada Kabupaten/Kota lain dalam
satu provinsi yang menduduki jabatan Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(4) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e; dan
b. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
b. PNS Daerah Kabupaten/Kota dari provinsi lain yang
dipekerjakan atau diperbantukan pada
Kabupaten/Kota di provinsinya yang menduduki
jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c.
Pasal 20
(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
Kabupaten/Kota menetapkan penjatuhan hukuman
disiplin bagi:
a. PNS Daerah Kabupaten/Kota yang menduduki
jabatan:
1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
huruf a;
2. fungsional tertentu jenjang Utama di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) huruf a, huruf d, dan huruf e;
4. struktural eselon II dan fungsional
tertentu jenjang Madya dan Penyelia di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);
5. fungsional . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -
5. fungsional umum golongan ruang IV/a
sampai dengan golongan ruang IV/c di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf
d, dan huruf e;
6. struktural eselon III ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia ke bawah di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4); dan
7. fungsional umum golongan ruang III/d ke
bawah di lingkungannya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf
a, huruf d, dan huruf e;
b. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang
menduduki jabatan:
1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat
(4) huruf b dan huruf c;
3. fungsional umum golongan ruang IV/d
dan golongan ruang IV/e, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
4. struktural eselon II ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Madya dan
Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan
huruf c;
c. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan:
1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) huruf a;
2. fungsional tertentu jenjang Utama, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf
c;
3. fungsional umum golongan ruang IV/a
sampai dengan golongan ruang IV/e,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a;
4. struktural eselon II dan fungsional
tertentu jenjang Madya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) huruf a, huruf b, dan huruf c;
5. struktural eselon III ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia ke bawah, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf
b, dan huruf c; dan
6. fungsional umum golongan ruang III/c
dan golongan ruang III/d, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf
a;
d. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -
d. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi
induknya yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon II ke bawah dan
fungsional tertentu jenjang Utama ke
bawah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan
huruf e; dan
2. fungsional umum golongan ruang IV/e ke
bawah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan
huruf e;
e. PNS yang diperbantukan ke luar instansi
induknya yang menduduki jabatan struktural
eselon II ke bawah dan jabatan fungsional
tertentu jenjang Utama ke bawah serta jabatan
fungsional umum golongan IV/e ke bawah,
untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan
huruf e;
f. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan
pada Perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e; dan
g. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan
pada negara lain atau badan internasional,
atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d,
dan huruf e.
(2) Sekretaris . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -
(2) Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon II di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2);
2. struktural eselon III, fungsional tertentu
jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional
umum golongan ruang III/c dan golongan
ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
3. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon III, jabatan fungsional
tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang III/c
dan golongan ruang III/d, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon IV,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama
dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan
fungsional umum golongan ruang II/c sampai
dengan golongan ruang III/b, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.
(3) Pejabat . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -
(3) Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan
hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon III, fungsional tertentu
jenjang Muda dan Penyelia, dan fungsional
umum golongan ruang III/c dan golongan
ruang III/d di lingkungannya, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
2. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon III, jabatan fungsional
tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang III/c
dan golongan ruang III/d, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon IV,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pertama
dan Pelaksana Lanjutan, dan jabatan
fungsional umum golongan ruang II/c sampai
dengan golongan ruang III/b, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b.
(4) Pejabat . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -
(4) Pejabat struktural eselon III menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon IV, fungsional tertentu
jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan,
dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b di
lingkungannya, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2); dan
2. struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,
dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf a dan huruf b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon IV, jabatan fungsional
tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana
Lanjutan, dan jabatan fungsional umum
golongan ruang II/c sampai dengan golongan
ruang III/b, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan struktural eselon V,
jabatan fungsional tertentu jenjang Pelaksana
dan Pelaksana Pemula, dan jabatan fungsional
umum golongan ruang II/a dan golongan ruang
II/b, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(5) Pejabat . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
(5) Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang
setara menetapkan penjatuhan hukuman disiplin
bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan:
1. struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula,
dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya,
untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2); dan
2. fungsional umum golongan ruang I/a
sampai dengan golongan ruang I/d, untuk
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf
b;
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
struktural eselon V, fungsional tertentu
jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan
jabatan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b, untuk jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2); dan
c. PNS yang diperbantukan di lingkungannya
yang menduduki jabatan fungsional umum
golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d, untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a dan huruf b.
(6) Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara
menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
a. PNS yang menduduki jabatan fungsional
umum golongan ruang I/a sampai dengan
golongan ruang I/d di lingkungannya, untuk
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2); dan b. PNS . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
lingkungannya yang menduduki jabatan
fungsional umum golongan ruang I/a sampai
dengan golongan ruang I/d, untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2).
Pasal 21
(1) Pejabat yang berwenang menghukum wajib
menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin.
(2) Apabila Pejabat yang berwenang menghukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut
dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.
(3) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sama dengan jenis hukuman disiplin yang
seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin.
(4) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga
menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin.
Pasal 22
Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang
menghukum, maka kewenangan menjatuhkan hukuman
disiplin menjadi kewenangan pejabat yang lebih tinggi.
Bagian Kelima . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
Bagian Kelima
Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan, dan
Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 23
(1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk
dilakukan pemeriksaan.
(2) Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.
(3) Apabila pada tanggal yang seharusnya yang
bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka
dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang
bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.
(4) Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) PNS yang bersangkutan
tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang
menghukum menjatuhkan hukuman disiplin
berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada
tanpa dilakukan pemeriksaan.
Pasal 24
(1) Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap
atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu
PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan
dalam bentuk berita acara pemeriksaan.
(3) Apabila . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 - (3) Apabila menurut hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kewenangan untuk
menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS
tersebut merupakan kewenangan:
a. atasan langsung yang bersangkutan maka
atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan
hukuman disiplin;
b. pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung
tersebut wajib melaporkan secara hierarki
disertai berita acara pemeriksaan.
Pasal 25
(1) Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman
hukumannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dan ayat (4) dapat dibentuk Tim Pemeriksa.
(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan,
dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang
ditunjuk.
(3) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau
pejabat lain yang ditunjuk.
Pasal 26
Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa
atau pejabat yang berwenang menghukum dapat
meminta keterangan dari orang lain.
Pasal 27 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 52 - Pasal 27
(1) Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang
diduga melakukan pelanggaran disiplin dan
kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin
tingkat berat, dapat dibebaskan sementara dari
tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang
bersangkutan diperiksa.
(2) Pembebasan sementara dari tugas jabatannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman
disiplin.
(3) PNS yang dibebaskan sementara dari tugas
jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak ada, maka pembebasan
sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat
yang lebih tinggi.
Pasal 28
(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2) harus ditandatangani oleh
pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa.
(2) Dalam hal PNS yang diperiksa tidak bersedia
menandatangani berita acara pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berita acara
pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai dasar
untuk menjatuhkan hukuman disiplin.
(3) PNS yang diperiksa berhak mendapat foto kopi
berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 29 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 - Pasal 29
(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 pejabat yang
berwenang menghukum menjatuhkan hukuman
disiplin.
(2) Dalam keputusan hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disebutkan
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang
bersangkutan.
Pasal 30
(1) PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata
melakukan beberapa pelanggaran disiplin,
terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis
hukuman disiplin yang terberat setelah
mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.
(2) PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin
kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang
sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman
disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin
terakhir yang pernah dijatuhkan.
(3) PNS tidak dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali
atau lebih untuk satu pelanggaran disiplin.
(4) Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau
diperbantukan di lingkungannya akan dijatuhi
hukuman disiplin yang bukan menjadi
kewenangannya, Pimpinan instansi atau Kepala
Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman
disiplin kepada pejabat pembina kepegawaian
instansi induknya disertai berita acara
pemeriksaan.
Pasal 31 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 - Pasal 31
(1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan
dengan keputusan pejabat yang berwenang
menghukum.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang
berwenang menghukum atau pejabat lain yang
ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta
tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi
terkait.
(3) Penyampaian keputusan hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
keputusan ditetapkan.
(4) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin
tidak hadir pada saat penyampaian keputusan
hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang
bersangkutan.
BAB IV
UPAYA ADMINISTRATIF
Pasal 32
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding
administratif.
Pasal 33
Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:
a. Presiden;
b. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf
b, dan huruf c;
c. Gubernur . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 55 -
c. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;
d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; dan
e. Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2),
tidak dapat diajukan upaya administratif.
Pasal 34
(1) Hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 yaitu jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b yang
dijatuhkan oleh:
a. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang
setara ke bawah;
b. Sekretaris Daerah/Pejabat struktural eselon II
Kabupaten/Kota ke bawah/Pejabat yang setara
ke bawah;
c. Pejabat struktural eselon II ke bawah di
lingkungan instansi vertikal dan unit dengan
sebutan lain yang atasan langsungnya Pejabat
struktural eselon I yang bukan Pejabat
Pembina Kepegawaian; dan
d. Pejabat struktural eselon II ke bawah di
lingkungan instansi vertikal dan Kantor
Perwakilan Provinsi dan unit setara dengan
sebutan lain yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian.
(2) Hukuman . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 56 -
(2) Hukuman disiplin yang dapat diajukan banding
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 yaitu hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:
a. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e; dan
b. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e.
Pasal 35
(1) Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
ayat (1), diajukan secara tertulis kepada atasan
pejabat yang berwenang menghukum dengan
memuat alasan keberatan dan tembusannya
disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menghukum.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari,
terhitung mulai tanggal yang bersangkutan
menerima keputusan hukuman disiplin.
Pasal 36
(1) Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), harus
memberikan tanggapan atas keberatan yang
diajukan oleh PNS yang bersangkutan.
(2) Tanggapan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -
(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis kepada atasan Pejabat
yang berwenang menghukum, dalam jangka waktu
6 (enam) hari kerja terhitung mulai tanggal yang
bersangkutan menerima tembusan surat keberatan.
(3) Atasan pejabat yang berwenang menghukum wajib
mengambil keputusan atas keberatan yang diajukan
oleh PNS yang bersangkutan dalam jangka waktu
21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung mulai
tanggal yang bersangkutan menerima surat
keberatan.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) pejabat yang berwenang menghukum
tidak memberikan tanggapan atas keberatan maka
atasan pejabat yang berwenang menghukum
mengambil keputusan berdasarkan data yang ada.
(5) Atasan pejabat yang berwenang menghukum dapat
memanggil dan/atau meminta keterangan dari
pejabat yang berwenang menghukum, PNS yang
dijatuhi hukuman disiplin, dan/atau pihak lain
yang dianggap perlu.
Pasal 37
(1) Atasan Pejabat yang berwenang menghukum dapat
memperkuat, memperingan, memperberat, atau
membatalkan hukuman disiplin yang dijatuhkan
oleh pejabat yang berwenang menghukum.
(2) Penguatan, peringanan, pemberatan, atau
pembatalan hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Atasan Pejabat yang berwenang
menghukum.
(3) Keputusan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -
(3) Keputusan Atasan Pejabat yang berwenang
menghukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat final dan mengikat.
(4) Apabila dalam waktu lebih 21 (dua puluh satu) hari
kerja Atasan Pejabat yang berwenang menghukum
tidak mengambil keputusan atas keberatan maka
keputusan pejabat yang berwenang menghukum
batal demi hukum.
Pasal 38
(1) PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2), dapat
mengajukan banding administratif kepada Badan
Pertimbangan Kepegawaian.
(2) Ketentuan mengenai banding administratif diatur
lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
Pasal 39
(1) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin:
a. mengajukan banding administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 maka
gajinya tetap dibayarkan sepanjang yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas;
b. tidak mengajukan banding administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 maka
pembayaran gajinya dihentikan terhitung mulai
bulan berikutnya sejak hari ke 15 (lima belas)
keputusan hukuman disiplin diterima.
(2) Penentuan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 - (2) Penentuan dapat atau tidaknya PNS melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
menjadi kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian
dengan mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan kerja.
Pasal 40
(1) PNS yang meninggal dunia sebelum ada keputusan
atas upaya administratif, diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS dan diberikan hak-hak
kepegawaiannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) PNS yang mencapai batas usia pensiun sebelum ada
keputusan atas:
a. keberatan, dianggap telah selesai menjalani
hukuman disiplin dan diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS serta diberikan hak-hak
kepegawaiannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. banding administratif, dihentikan pembayaran
gajinya sampai dengan ditetapkannya
keputusan banding administratif.
(3) Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) huruf b meninggal dunia,
diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-
hak kepegawaiannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
(1) PNS yang mengajukan keberatan kepada atasan
Pejabat yang berwenang menghukum atau banding
administratif kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian, tidak diberikan kenaikan pangkat
dan/atau kenaikan gaji berkala sampai dengan
ditetapkannya keputusan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
(2) Apabila . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -
(2) Apabila keputusan pejabat yang berwenang
menghukum dibatalkan maka PNS yang
bersangkutan dapat dipertimbangkan kenaikan
pangkat dan/atau kenaikan gaji berkala sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
PNS yang sedang dalam proses pemeriksaan karena
diduga melakukan pelanggaran disiplin atau sedang
mengajukan upaya administratif tidak dapat disetujui
untuk pindah instansi.
BAB V
BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN
DAN PENDOKUMENTASIAN
KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN
Bagian Kesatu
Berlakunya Hukuman Disiplin
Pasal 43
Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:
a. Presiden;
b. Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf
b, dan huruf c;
c. Gubernur . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
c. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c;
d. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; dan
e. Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2),
mulai berlaku sejak tanggal keputusan ditetapkan.
Pasal 44
(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat
selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,
apabila tidak diajukan keberatan maka mulai
berlaku pada hari ke 15 (lima belas) setelah
keputusan hukuman disiplin diterima.
(2) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat
selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,
apabila diajukan keberatan maka mulai berlaku
pada tanggal ditetapkannya keputusan atas
keberatan.
Pasal 45
(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku wakil
pemerintah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf
d dan huruf e, apabila tidak diajukan banding
administratif maka mulai berlaku pada hari ke 15
(lima belas) setelah keputusan hukuman disiplin
diterima.
(2) Hukuman . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -
(2) Hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku wakil
pemerintah untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf
d dan huruf e, apabila diajukan banding
administratif maka mulai berlaku pada tanggal
ditetapkannya keputusan banding administratif.
Pasal 46
Apabila PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir
pada waktu penyampaian keputusan hukuman disiplin
maka hukuman disiplin berlaku pada hari ke 15 (lima
belas) sejak tanggal yang ditentukan untuk penyampaian
keputusan hukuman disiplin.
Bagian Kedua
Pendokumentasian Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 47
(1) Keputusan hukuman disiplin wajib
didokumentasikan oleh pejabat pengelola
kepegawaian di instansi yang bersangkutan.
(2) Dokumen keputusan hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai salah satu bahan penilaian dalam
pembinaan PNS yang bersangkutan.
BAB VI . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 63 -
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 48
(1) Hukuman disiplin yang telah dijatuhkan sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan sedang
dijalani oleh PNS yang bersangkutan dinyatakan
tetap berlaku.
(2) Keberatan yang diajukan kepada atasan pejabat
yang berwenang menghukum atau banding
administratif kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini diselesaikan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin PNS beserta peraturan
pelaksanaannya.
(3) Apabila terjadi pelanggaran disiplin dan telah
dilakukan pemeriksaan sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah ini maka hasil pemeriksaan
tetap berlaku dan proses selanjutnya berlaku
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
(4) Apabila terjadi pelanggaran disiplin sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan belum
dilakukan pemeriksaan maka berlaku ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur
lebih lanjut oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.
Pasal 50 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 64 -
Pasal 50
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. Ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3149) sebagaimana telah
dua kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 141),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980
Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3176), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
3. Ketentuan pelaksanaan mengenai disiplin PNS yang
ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diubah berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 51
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .6 Juni 2010.......
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 74
Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
Wisnu Setiawan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 53 TAHUN 2010
TENTANG
DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
I. UMUM
Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan
bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka
PNS sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk setia kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah, bersikap
disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan
tugas.
Untuk menumbuhkan sikap disiplin PNS, pasal 30 Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
mengamanatkan ditetapkannya peraturan pemerintah mengenai
disiplin PNS. Selama ini ketentuan mengenai disiplin PNS telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Namun demikian peraturan pemerintah
tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan,
karena tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini.
Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral
tersebut, mutlak diperlukan peraturan disiplin PNS yang dapat
dijadikan pedoman dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat
menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas
serta dapat mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem
karier dan sistem prestasi kerja.
Peraturan . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS ini antara lain
memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat
dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran.
Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina PNS yang
telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai
sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri
pada masa yang akan datang.
Dalam Peraturan Pemerintah ini secara tegas disebutkan jenis
hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran
disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat yang
berwenang menghukum serta memberikan kepastian dalam
menjatuhkan hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan
kewenangan bagi pejabat yang berwenang menghukum telah
ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Penjatuhan hukuman berupa jenis hukuman disiplin ringan,
sedang, atau berat sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang
dilakukan oleh PNS yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan
latar belakang dan dampak dari pelanggaran yang dilakukan.
Kewenangan untuk menetapkan keputusan pemberhentian bagi
PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dilakukan berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
Selain hal tersebut di atas, bagi PNS yang dijatuhi hukuman
disiplin diberikan hak untuk membela diri melalui upaya administratif,
sehingga dapat dihindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam
penjatuhan hukuman disiplin.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
Pasal 3
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Pemerintah” adalah setiap PNS di samping taat juga
berkewajiban melaksanakan ketentuan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kebijakan
negara dan Pemerintah serta tidak mempermasalahkan
dan/atau menentang Pancasila, dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”
adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.
Angka 5
Yang dimaksud dengan “tugas kedinasan” adalah tugas yang
diberikan oleh atasan yang berwenang dan berhubungan
dengan:
a. perintah kedinasan;
b. peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian
atau peraturan yang berkaitan dengan kepegawaian;
c. peraturan kedinasan;
d. tata tertib di lingkungan kantor; atau
e. standar prosedur kerja (Standar Operating Procedure atau
SOP).
Angka 6 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Yang dimaksud dengan “menurut sifatnya” dan “menurut
perintah” adalah didasarkan pada peraturan perundang-
undangan, perintah kedinasan, dan/atau kepatutan.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Yang dimaksud dengan kewajiban untuk “masuk kerja dan
menaati ketentuan jam kerja” adalah setiap PNS wajib
datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan
jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena
dinas. Apabila berhalangan hadir wajib memberitahukan
kepada pejabat yang berwenang.
Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung
secara kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam
sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.
Angka 12
Yang dimaksud dengan “sasaran kerja pegawai” adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang
pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara
pegawai dengan atasan pegawai.
Angka 13 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Yang dimaksud dengan “memberikan pelayanan sebaik-
baiknya kepada masyarakat” adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Yang dimaksud dengan “memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengembangkan karier” adalah memberi
kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan
kemampuan dalam rangka pengembangan karier, antara lain
memberi kesempatan mengikuti rapat, seminar, diklat, dan
pendidikan formal lanjutan.
Angka 17
Cukup jelas.
Pasal 4
Angka 1
Yang dimaksud dengan “menyalahgunakan wewenang”
adalah menggunakan kewenangannya untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan
pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak sesuai
dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut.
Angka 2
Contoh:
Seorang PNS yang tidak memiliki wewenang di bidang
perizinan membantu mengurus perizinan bagi orang lain
dengan memperoleh imbalan.
Angka 3 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Yang dimaksud dengan “memiliki, menjual, membeli,
menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara secara tidak sah” adalah
perbuatan yang dilakukan tidak atas dasar ketentuan
termasuk tata cara maupun kualifikasi barang, dokumen,
atau benda lain yang dapat dipindahtangankan.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan struktural
dan jabatan fungsional tertentu.
Angka 8
PNS dilarang menerima hadiah, padahal diketahui dan patut
diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya.
Angka 9
Yang dimaksud dengan “bertindak sewenang-wenang” adalah
setiap tindakan atasan kepada bawahan yang tidak sesuai
dengan peraturan kedinasan seperti tidak memberikan tugas
atau pekerjaan kepada bawahan, atau memberikan nilai
hasil pekerjaan (Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai) tidak
berdasarkan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan.
Angka 10 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Yang dimaksud dengan “menghalangi berjalannya tugas
kedinasan” adalah perbuatan yang mengakibatkan tugas
kedinasan menjadi tidak lancar atau tidak mencapai hasil
yang harus dipenuhi.
Contoh:
PNS yang tidak memberikan dukungan dalam hal diperlukan
koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi dalam tugas
kedinasan.
Angka 12
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
PNS sebagai peserta kampanye hadir untuk mendengar,
menyimak visi, misi, dan program yang ditawarkan
peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau
PNS.
Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut partai”
adalah dengan menggunakan dan/atau memanfaatkan
pakaian, kendaraan, atau media lain yang bergambar
partai politik dan/atau calon anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan/atau calon Presiden/Wakil Presiden
dalam masa kampanye.
Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut PNS”
adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam
dinas, kendaraan dinas, dan lain-lain.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
Huruf d
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Huruf a
Yang dimaksud dengan “terlibat dalam kegiatan
kampanye” adalah seperti PNS bertindak sebagai
pelaksana kampanye, petugas kampanye/tim sukses,
tenaga ahli, penyandang dana, pencari dana, dan lain-
lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
PNS yang melanggar ketentuan disiplin PNS dijatuhi hukuman
disiplin dan apabila perbuatan tersebut terdapat unsur pidana
maka terhadap PNS tersebut tidak tertutup kemungkinan dapat
dikenakan hukuman pidana.
Pasal 7 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan
dan disampaikan secara lisan oleh pejabat yang
berwenang menghukum kepada PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin.
Apabila seorang atasan menegur bawahannya tetapi
tidak dinyatakan secara tegas sebagai hukuman
disiplin, bukan hukuman disiplin.
Huruf b
Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis
dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat
yang berwenang menghukum kepada PNS yang
melakukan pelanggaran.
Huruf c
Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas
secara tertulis dinyatakan dan disampaikan secara
tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum
kepada PNS yang melakukan pelanggaran.
Ayat (3)
Huruf a
Masa penundaan kenaikan gaji berkala tersebut
dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat
lebih rendah dengan memperhatikan jabatan yang
lowong dan persyaratan jabatan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan
struktural dan fungsional tertentu.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 8
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Yang dimaksud dengan “tanpa alasan yang sah” adalah
bahwa alasan ketidakhadirannya tidak dapat diterima akal
sehat.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Jenis hukuman disiplin terhadap pelanggaran ketentuan ini
mengacu antara lain pada peraturan perundang-undangan
tentang pelayanan publik.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Pasal 9
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 9.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
Angka 14
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Cukup jelas.
Angka 17
Cukup jelas.
Pasal 10
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
Angka 9
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 9.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.
Angka 13
Cukup jelas.
Pasal 11
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11
Angka 5
Cukup jelas.
Pasal 12
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Pasal 13
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Lihat penjelasan Pasal 8 angka 11.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Yang dimaksud dengan “dihitung secara kumulatif sampai
dengan akhir tahun berjalan” adalah bahwa pelanggaran yang
dilakukan dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun yang bersangkutan.
Contoh: . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
Contoh:
Seorang PNS dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret
2011 tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari maka yang
bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran lisan.
Selanjutnya, pada bulan Mei sampai dengan Juli 2011 yang
bersangkutan tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari, sehingga
jumlahnya menjadi 7 (tujuh) hari. Dalam hal demikian, maka
yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran
tertulis.
Selanjutnya, pada bulan September sampai dengan bulan
Nopember 2011 yang bersangkutan tidak masuk kerja selama 5
(lima) hari, sehingga jumlahnya menjadi 12 (dua belas) hari.
Dalam hal demikian, maka yang bersangkutan dijatuhi hukuman
disiplin berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.
Pasal 15
Ayat (1)
Pejabat struktural eselon I yang diturunkan jabatannya
menjadi pejabat struktural eselon II maka untuk
pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ditetapkan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).
Yang dimaksud dengan “jabatan lain yang pengangkatan dan
pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden” antara lain
Panitera Mahkamah Agung dan Panitera Mahkamah
Konstitusi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “pejabat struktural eselon
II” antara lain adalah:
a. Pejabat struktural eselon II di lingkungan
Direktorat Jenderal atau Badan atau
Sekretariat Jenderal, seperti Direktur, Kepala
Pusat, Kepala Biro;
b. Pejabat struktural eselon II di lingkungan
instansi vertikal yang atasan langsungnya
Pejabat struktural eselon I yang Bukan Pejabat
Pembina Kepegawaian, seperti Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
c. Pejabat struktural eselon II b di lingkungan Unit Pelaksana Teknis, seperti Kepala Balai
Besar.
Angka 5
Yang dimaksud dengan “pejabat struktural eselon
II” adalah Pejabat struktural eselon II di
lingkungan instansi vertikal dan Kepala Kantor
Perwakilan Provinsi atau Kepala unit setara
dengan sebutan lain yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian, seperti Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa
Keuangan, Kepala Kantor Regional Badan
Kepegawaian Negara, dan Kepala Kejaksaan
Tinggi.
Angka 6 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS
yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit
kerja tertentu, antara lain Rektor dan Dekan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS
yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit
kerja tertentu, antara lain Ketua Pengadilan Tinggi.
Ayat (4) . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
Ayat (4)
Lihat penjelasan ayat (1) angka 4 dan angka 5.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS
yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit
kerja tertentu, antara lain Ketua Pengadilan Negeri, Direktur
Akademi.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS
yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit
kerja tertentu, antara lain Kepala Sekolah Menengah Atas,
Kepala Sekolah Menengah Pertama.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan “pejabat yang setara” adalah PNS
yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit
kerja tertentu, antara lain Kepala Sekolah Dasar, Kepala
Taman Kanak-Kanak.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Angka 1
Jabatan struktural eselon I di Provinsi adalah
jabatan Sekretaris Daerah Provinsi.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (6).
Ayat (6)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (7).
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Jabatan struktural eselon II antara lain adalah
Kepala Dinas di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
Angka 7
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Angka 1
Jabatan struktural eselon II adalah Asisten di
lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (6).
Ayat (6)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (7).
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan penjatuhan hukuman disiplin oleh atasan kepada
pejabat yang seharusnya menghukum berlaku juga bagi
atasan dari atasan secara berjenjang.
Penjatuhan hukuman disiplin oleh atasan kepada pejabat
yang tidak menjatuhkan hukuman disiplin, dilakukan
setelah mendengar keterangannya, dan tidak perlu
dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 22 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
Pasal 22
Yang dimaksud dengan “tidak terdapat pejabat yang berwenang
menghukum” adalah terdapat satuan organisasi yang pejabatnya
lowong, antara lain karena berhalangan tetap, atau tidak terdapat
dalam struktur organisasi.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Dalam menentukan tanggal pemeriksaan berikutnya harus
pula diperhatikan waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan surat panggilan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Tujuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini,
adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan
benar atau tidak melakukan pelanggaran disiplin, serta
untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong atau
menyebabkan ia melakukan pelanggaran disiplin.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan obyektif,
sehingga dengan demikian pejabat yang berwenang
menghukum dapat mempertimbangkan dengan seadil-
adilnya tentang jenis hukuman disiplin yang akan
dijatuhkan.
Ayat (2) . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pemeriksaan secara tertutup”
adalah pemeriksaan hanya dihadiri oleh PNS yang diduga
melakukan pelanggaran disiplin dan pemeriksa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Tim Pemeriksa bersifat temporer (Ad Hoc).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Pembebasan sementara dari tugas jabatannya dimaksudkan
untuk kelancaran pemeriksaan dan pelaksanaan tugas-
tugasnya.
Selama PNS yang bersangkutan dibebaskan sementara dari
tugas jabatannya, diangkat pejabat pelaksana harian.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “secara tertutup” adalah bahwa
penyampaian surat keputusan hanya diketahui PNS yang
bersangkutan dan pejabat yang menyampaikan keputusan
serta pejabat lain yang terkait, dengan ketentuan bahwa
pejabat terkait dimaksud jabatan dan pangkatnya tidak
boleh lebih rendah dari PNS yang bersangkutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
Pasal 34
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (1) angka 4 huruf b dan
huruf c.
Huruf d
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (1) angka 5.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “final dan mengikat” adalah
terhadap keputusan penguatan, peringanan, pemberatan,
atau pembatalan hukuman disiplin tidak dapat diajukan
keberatan dan wajib dilaksanakan.
Ayat (4) . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Dalam hal PNS yang bersangkutan sebelumnya dijatuhkan
hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan
hormat maka keputusan pemberhentiannya ditinjau kembali
oleh pejabat yang berwenang menjadi pemberhentian dengan
hormat.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “keputusan yang dibatalkan” adalah
bahwa berdasarkan keputusan atasan pejabat yang
berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan
Kepegawaian, PNS yang bersangkutan dinyatakan tidak
bersalah.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5135
UBAY MULYAWAN Tlpn : 081288325956
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Jenis kelamin Tempat, tanggal lahir Kewarganegaraan Status perkawinan Tinggi, berat badan Kesehatan Agama Pendidikan terakhir Alamat lengkap Telepon, HP E-mail
: Ubay Mulyawan : Laki-Laki : Serang, 25 Maret 1994 : Indonesia : Belum Menikah : 163 cm, 65 kg : Sangat Baik : Islam : SMA
: Jl. Raya Jakarta Km.06 Rt/Rw. 001/001 Kp/Ds Kalodran Kec. Walantaka Kota Serang 42182 BANTEN : 081288325956 : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal 1999 – 2005 : SD Negeri JAMI 2005 – 2008 : SMP N 2 CIRUAS 2008 – 2011 : MAN 2 SERANG 2011 – 2015 : UNTIRTA SERANG
Serang, Agustus 2015
Top Related