IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN...

94
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN SITAAN KLAS I JAKSEL Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: APRILIA S NASUTION NIM :11150480000042 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN...

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN

NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN SITAAN KLAS I

JAKSEL

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

APRILIA S NASUTION

NIM :11150480000042

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

i

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN

NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN SITAAN KLAS I

JAKSEL

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Aprilia S Nasution

NIM 11150480000042

Pembimbing:

Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum.

NIP. 195903191979121001

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

ii

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

iii

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

iv

ABSTRAK

Aprilia S Nasution. NIM 11150480000042. IMPLEMENTASI PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TERHADAP PELAKSANAAN

PENGELOLAAN BENDA SITAAN DAN BARANG RAMPASAN

NEGARA. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2019M. Ix + 87

halaman

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan mekanisme pengelolaan benda

sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan dan

hambatan yang ditemui oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan dalam pengelolaan

benda sitaan dan barang rampasan negara.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan

pendekatan penelitian normatif-empiris. Penelitian yang dilakukan dengan

melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, dan buku-buku

yang berhubungan dengan skripsi ini. Peneliti juga meneliti mengenai

implementasi ketentuan hukum (normatif) dalam kenyataan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa mekanisme pelaksanaan pengelolaan

benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

secara mekanisme belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1983. Mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yaitu, penerimaan dan registrasi, klasifikasi dan

penempatan, pemeliharaan, mutasi, penghapusan, penggunaan benda sitaan untuk

proses peradilan, pengeluaran, pengamanan, dan pelaporan. Dalam pelaksanaan

pengelolaan benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih ditemukan

hambatan secara internal dan eksternal. Hambatan internal yaitu belum

memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jaksel, Minimnya Anggaran Rupbasan

Klas I Jaksel, dan sumber daya manusian. Hambatan eksternal yaitu banyak benda

sitaan yang disimpan di tempat lain tanpa ada laporan kepada Rupbasan Klas I

Jaksel, kepastian hukum terhadap batas waktu benda sitaan dan barang rampasan

negara, dan Rupbasan yang bersifat pasif terhadap benda sitaan dan barang

rampasan negara.

Kata Kunci : Rupbasan, Benda Sitaan, Barang Rampasan.

Pembimbing : Dr. Burhanuddin, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : 1986 sampai 2014.

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena

berkat rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1983 Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan Dan Rampasan

Negara Di Rupbasan Klas I Jaksel”. Sholawat serta salam peneliti panjatkan

kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam, yang telah membawa

umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderan ini .

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, dan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah Dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi

dalam pembuatan skripsi ini.

3. Terkhusus Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum. yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan,

motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada peneliti dalam

menyusun skripsi ini.

4. Kepala dan Staf Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam

penyelesaian karya tulisnya

Jakarta, 15 Mei 2019

Peneliti

Aprilia S Nasution

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

vi

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................. Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ............................................ Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ....................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................... 6

1. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6

2. Pembatasan Masalah ............................................................................... 7

3. Perumusan Masalah ................................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7

D. Metode Penelitian ....................................................................................... 8

E. Sistematika Penelitian ............................................................................... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENYITAAN BENDA SITAAN

DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN ......................... 14

A. Kerangka Teori ......................................................................................... 14

1. Teori Negara Hukum ............................................................................. 14

2. Teori Pengawasan .................................................................................. 16

B. Kerangka Konseptual ................................................................................ 18

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................................ 38

BAB III : PROFIL RUPBASAN KLAS I JAKSEL ....................................................... 40

A. Visi Misi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................................... 40

B. Sejarah Rupbasan Klas I Jakarta Selatan .................................................. 40

C. Struktur Organisasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................... 41

D. Klasifikasi Benda Sitaan dan Rampasan Negara di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan .......................................................................................... 43

E. Penempatan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan ................................................................................ 45

F. Data Kepegawaian Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ................................ 48

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

vii

G. Jenis Benda sitaan/Baran Yang Disimpan Di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan .......................................................................................... 50

H. Daftar Isi Perkara Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ................................. 50

BAB IV : IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27

TAHUN 1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN

BARANG SITAAN NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI

RUPBASAN KLAS I JAKSEL ...................................................................... 52

A. Implementasi Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................................................... 52

Hambatan Dalam Mengelola Benda Sitaan dan Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................................................... 73

BAB V : PENUTUP ...................................................................................................... 78

A. Kesimpulan ............................................................................................... 78

B. Rekomendasi ............................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 81

LAMPIRAN .................................................................................................................... 85

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 : Data Pegaawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Tingkat

Pendidikan dan Agama Tahun 2018 ............................................................ 48

Tabel 3. 2 : Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Pangkat/

Golongan Ruang Tahun 2018 ...................................................................... 49

Tabel 3. 3 : Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Jabatan Tahun

2018 ............................................................................................................... 49

Tabel 3. 4 : Data Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jaksel ................................................................................. 50

Tabel 3. 5 : Data Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan Klas I

Jaksel Berdasarkan Tingkat Perkara ............................................................ 50

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik

itu pidana umum maupun pidana khusus, seperti kasus korupsi seringkali

mengharuskan penyidik untuk melakukan upaya paksa dalam bentuk

penyitaan barang atau benda yang dimiliki oleh tersangka karena akan

dijadikan sebagai alat bukti sampai perkara tersebut selesai lalu diputus

hakim dan mendapatkan kekuatan hukum tetap. Dalam konteks yang

demikian dikenal istilah benda sitaan negara dan barang rampasan negara.

Benda sitaan negara menurut Pasal 1 Angka 4 Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang

Undang Hukum Acara Pidana adalah benda yang disita oleh Negara untuk

keperluan proses peradilan. Sementara itu benda rampasan negara adalah

barang bukti yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dirampas

untuk negara yang selajutnya dieksekusi dengan cara dimusnahkan,

dilelang untuk negara, diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk

dimanfaatkan dan disimpan di Rupbasan untuk barang bukti dalam

perkara lain.1

Ketentuan Pasal 45 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

menentukan bahwa benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang

untuk diedarkan, dirampas untuk dipergunakan bagi kepentingan negara

atau untuk dimusnahkan. Termasuk dalam kategori barang sitaan yang

dilarang untuk diedarkan antara lain adalah minurnan keras, narkotika,

psikotropika, senjata dan bahan , buku-buku atau gambar atau bentuk lain

barang yang masuk dalam kelompok pornografi. KUHAP mengatur

1 Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana Indonesia. (Jakarta: Gramedia. Jakarta, 2003), h. 12

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

2

adanya upaya-upaya paksa dalam penyidikan yaitu penangkapan,

penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat. Menurut

Pasal 1 Ayat (16) KUHAP dinyatakan bahwa penyitaan adalah

serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan

dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud

atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,

penuntutan, dan peradilan. Terhadap benda apa saja yang dapat dikenakan

penyitaan ditentukan dalam Pasal 39 yaitu :

Ayat (1): Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:

1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diduga diperoleh dari tindakan atau sebagai hasil dari

tindak pidana;

2. Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan

tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

3. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan

tindak pidana;

4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak

pidana;

5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak

pidana yang dilakukan.

Mengenai pengertian benda yang diperoleh dari tindak pidana

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 39 Ayat (1) huruf a KUHAP

kiranya perlu diketahui penafsiran dari Hoge Raad dalam arrest-nya

tanggal 22 Juli 1947, N.J. 1947 Nomor 482 yang mengatakan: “Yang

dimaksud dengan benda-benda yang diperoleh karena kejahatan bukan

hanya benda-benda yang secara langsung telah diperoleh karena kejahatan,

melainkan juga benda-benda yang oleh terpidana dibeli dengan uang hasil

kejahatan”.1

Yang dimaksud dengan benda lain dalam angka 5 di atas adalah

setiap benda yang secara langsung digunakan untuk melakukan tindak

pidana. Benda apa saja, maka jawabanya adalah setiap benda yang nyata-

nyata digunakan untuk mendukung tindak pidana itu, yaitu benda yang

1 Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan

Yurisprudensi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Cet. Pertama), h. 164

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

3

tidak termasuk dalam benda yang sebelumnya yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu, tetapi benda itu didapatkan seketika dilokasi dugaan

tindak pidana itu dilakukan. Misalnya ranting pohon yang digunakan

untuk memberi tanda, atau benda-benda lain yang nyata-nyata digunakan

untuk memberi tanda yang terkait dengan tindak pidana itu.2

Mengenai tempat penyimpanan benda sitaan negara sebagai barang

bukti di dalam perkara pidana, terdapat dalam Pasal 44 Ayat (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan bahwa

“Benda Sitaan Negara disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

Negara”. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) adalah

tempat benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses persidangan.

Dalam Pasal 44 Ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) dinyatakan bahwa “Penyimpanan benda sitaan

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada

pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses

peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun

juga.” Maksudnya untuk menghindari penyalahgunaan wewenang dan

jabatan. Pada masa yang lalu, banyak diantara pejabat penegak hukum

yang menguasai dan menikmati benda sitaan. Akibatnya banyak benda

sitaan yang tidak tahu kemana perginya, dan pada saat pelaksanaan

eksekusi atas benda sitaan, tidak ada lagi bekas dan jejaknya. Ada yang

beralih menjadi milik pejabat dan ada pula yang sudah hancur atau habis.

Atas alasan pengalaman tersebut, KUHAP menggariskan ketentuan yang

dapat diharapkan menjamin keselamatan benda sitaan. Upaya-upaya

penyelamatan itu telah ditetapkan sarana perangkat yang menjamin

keutuhannya berupa:

1. Sarana penyimpanan dalam Rupbasan

2 Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,

2010), h.186

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

4

2. Penanggung jawab secara fisik berada pada kepala Rupbasan

3. Penanggung jawab secara yuridis berada pada pejabat penegak

hukum sesuai dengan tingkat pemeriksaan.3

Fungsi Rupbasan sebagai upaya untuk menyelenggarakan tugas

pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengadministrasian benda sitaan dan barang

rampasan negara;

2. Melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan barang

rampasan negara;

3. Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan

4. Melakukan urusan surat-menyurat dan kearsipan.

Tujuan pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan

negara di Rupbasan berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor

E.2.UM.01.06 Tahun 1986 tanggal 17 Februari 1986 dan disempurnakan

tanggal 7 Nopember 2002 Nomor E.1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Rupbasan

adalah untuk mengelola benda sitaan negara dan barang rampasan negara,

sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh yang berkepentingan mudah dan

cepat mendapatkannya. Melakukan pemeliharaan benda sitaan negara dan

barang rampasan negara berarti merawat benda dan barang tersebut agar

tidak rusak serta tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya sejak

penerimaan sampai dengan pengeluarannya.

Menurut Pasal 44 Ayat (1) KUHAP Rupbasan adalah rumah

penyimpanan barang sitaan negara. Di dalam Rupbasan disimpan setiap

benda sitaan. Segala benda sitaan yang diperlukan sebagai barang bukti

dalam pemeriksaan tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

sidang pengadilan maupun barang yang dinyatakan dirampas berdasar

3 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2000), h. 274

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

5

putusan hakim, disimpan dalam Rupbasan. Demikian penegasan Pasal 27

Ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27/1983 Tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana. Namun Pasal 27 Ayat (2) mengatur

pengecualian, yakni dalam hal benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan

dalam Rupbasan. Cara penyimpanannya diserahkan kepada kebijaksanaan

Kepala Rupbasan. Dalam menjalankan fungsi kebijasanaan penyimpanan,

Kepala Rupbasan berpendapat kepada ketentuan Pasal 1 Ayat (5)

Peraturan Mentri Kehakiman No. M.05- UM.01.06/1983, yang memberi

petunjuk, jika benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan di Rupbasan,

Kepala Rupbasan dapat menguasakan penyimpanannya kepada instansi

atau badan maupun organisasi yang berwenang atau kegiatan usahanya

bersesuaian dengan sifat tempat penyimpanan benda sitaan yang

bersangkutan. Yang harus diperhatikan Kepala Rupbasan dalam

pemberian kuasa penyimpanan tersebut : keselamatan dan keamanan

benda sitaan dapat terjamin. Jaminan keselamatan yang menjadi faktor

pemberian kuasa penyimpanan dan melaksanakan fungsi dan tanggung

jawab secara fisik benda sitaan.4

Keberadaan benda sitaan dan rampasan Negara tersebut menjadi

suatu permasalahan tersendiri bagi aparat penegak hukum, sebab

berpotensi menimbulkan penyalahgunaan, penggelapan, kerusakan dan

hilangnya barang bukti, penyalahgunaan barang bukti yang telah disita

seperti diual oleh oknum aparat penegak hukum.

Menurut Riky Ferdianto (2017), dalam artikelnya yang berjudul

“Mengkilat Hingga Berkarat, Semua Ada di Rupbasan Jakarta Selatan”

pada wilayah hukum Kota Jakarta Selatan terdapat suatu Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara, fungsi dan Perannya belum dapat

dikatakan maksimal, dikarenakan banyaknya barang bukti di Rupbasan

4 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, ... h. 274

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

6

Klas I Jakarta selatan yang hampir jadi rongsokan.5 Karena benda yang

dititipkan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan tidak memiliki Batasan

waktu, sehingga setiap tahunnya benda-benda tersebut semakin

menumpuk. Banyak barang sitaan yang masih menunggu putusan hakim

untuk kejelasannya.6

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti

akan melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam Skripsi yang

berjudul: “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Barang Sitaan Negara dan

Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

(Rupbasan) Jakarta Selatan” (Studi Pada Rumah Penyimpanan Benda

Sitaan Negara Jakarta Selatan).

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti memberikan

identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai

berikut:

a. Banyaknya benda sitaan negara yang rusak atau hilang pada saat

pelaksanaan eksekusi benda sitaan.

b. Fungsi dan peranan Rupbasan Klas I Jakarta Selatan belum

maksimal.

c. Barang sitaan dan rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan tidak dikelola dengan baik.

5Barang Bukti di Rupbasan Nyaris Jadi Rongsokan, tempo.co.

https://fokus.tempo.co/read/1039275/barang-bukti-di-Rupbasan-nyaris-jadi-rongsokan. Diakses

pada 11 November 2018

6Mengkilat Hingga Berkarat, Semua Ada di Rupbasan Jakarta Selatan, Kumparan.

https://kumparan.com/tisiana/mengkilat-hingga-berkarat-semua-ada-di-Rupbasan-jakarta-selatan,

Diakses pada 11 November 2018

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

7

d. Banyaknya barang sitaan negara yang menumpuk di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan.

e. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan benda sitaan

dan rampasan negara saat ini di Indonesia.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan

yang dimaksud, peneliti membatasinya pada ruang lingkup penelitian

yaitu mengenai pelaksanaan pengelolaan barang sitaan dan rampasan

negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan pada tahun 2014-2018.

3. Perumusan Masalah

Dalam Pasal 30 Ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun

1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana disebutkan bahwa tanggung jawab secara fisik atas benda

sitaan ada pada Kepala Rupbasan, namun pada kenyataannya benda

sitaan dan rampasan negara banyak yang menjadi rongsokan dan tidak

dikelola dengan baik oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Menyikapi

hal ini peneliti merasa bahwa pelaksanaan pengelolaan benda sitaan

dan rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih belum

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Peneliti mempertegas permasalahan penelitian dengan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme pengelolaan barang sitaan dan rampasan

negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan?

b. Apa hambatan yang ditemui oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

dalam pengelolaan benda sitaan dan rampasan negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

8

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan barang sitaan dan

rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui hambatan yang ditemui oleh Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan dalam pengelolaan benda sitaan dan rampasan

negara.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka manfaat yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran yang dapat

digunakan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya

dan hukum acara pidana pada khususnya.

2) Dapat sebagai bahan acauan bagi penelitian yang akan datang

sesuai dengan bidang penelitian.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan pengelolaan

benda sitaan negara dan barang rampasan negara di rumah

penyimpanan benda sitaan negara.

2) Sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dalam penelitian ini.

D. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal

maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut :

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan normaif empiris. Jenis penelitian normatif

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

9

digunakan karena peneliti akan mengkaji peraturan-peraturan yang

telah ada yang mempunyai keterkaitan dengan apa yang menjadi

pokok permasalahan yang peneliti tulis yaitu tentang masalah

pengelolaan barang bukti penyitaan di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan, sedangkan empiris dapat diartikan bersifat nyata, jadi apa

yang terjadi atau kenyataan yang terjadi di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan apakah sudah sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah

ada atau tidak ,bisa dikatakan hal tersebut digunakan untuk melihat

hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum

di masyarakat dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada didalam

masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang memaparkan suatu karakteristik tertentu dari suatu

fenomena. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan

memaparkan karakteristik dari beberapa variabel dalam situasi.7

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendiskripsikan mengenai

bagaimana mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang

rampasan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)

Klas I Jakarta Selatan dan apa saja hambatan yang ditemui oleh

Rupbasan dalam mengelola benda sitaan dan barang rampasan negara

di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

3. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengambil

lokasi penelitian di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

(Rupbasan) di Jakarta Selatan. Rupbasan Jakarta Selatan dipilih oleh

peneliti dikarenakan Rupbasan Jakarta Selatan sudah cukup lama

7 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 23-24

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

10

berdiri yaitu berdiri pada tahun 2000, selain itu Rupbasan Jakarta

Selatan juga merupakan Rupbasan Klas 1 di DKI Jakarta.8

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan

dibahas. 9 Data Primer ini diperoleh dari narasumber dari Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Klas I Jakarta

Selatan yaitu Bapak Viverdi Anggoro selaku Kepala Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan dan Bapak Hendrawan Selaku Kasubsie

Pemeliharaan dan Pengelolaan di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

sumber yang telah ada, seperti : buku-buku, karya ilmiah, laporan

publikasi.10 Dipadang dari sudut kekuatan mengikatnya data

sekunder dibagi menjadi dua yaitu bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.

1) Bahan Hukum Primer yang berupa peraturan mengenai tata

cara pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan

negara di Rupbasan di jabarkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

8 Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, Kementrian Hukum dan HAM Republik

Indonesia. https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1050-Rupbasan-jaksel

9 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada:

2006), h.30.

10 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 26

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

11

2) Bahan hukum sekunder, meliputi referensi atau kepustakaan

berupa buku literatur, artikel, ataupun karya ilmiah yang

terkait dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.

5. Metode Pengumpulan Data

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Teknik kepustakaan yaitu dilakukan dengan cara mencari

dan mengumpulkan serta mempelajari bahan-bahan yang berupa

buku-buku, peraturan perundang-undangan serta dokumen

lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan benda sitaan negara

dan rampasan negara, dan Rupbasan.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-

informasi atau keterangan-keterangan.11 Metode ini dilakukan

kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan

yang akan dibahas yaitu wawancara dilakukan kepada Vivierdi

Anggoro, S.H., MSi selaku Kepala Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan dan Hendrawan, Bc.IP., S.H. selaku Kasubsi Administrasi

dan Pengelolaan Benda sitaan/ Baran Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan guna untuk mencari tahu bagaimana mekanisme

pengelolaan barang bukti penyitaan dan hambatan-hambatan

dalam mengelola benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan.

11 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),

h. 81

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

12

6. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan peneliti agar dapat memahami fakta-

fakta yang benar berlaku kemudian membahas dan menguraikan

permasalahan.dalam hal ini setelah bahan dan data diperoleh, maka

selanjutnya diperiksa kembali bahan dan data yang telah diperoleh,

kemudian diperiksa kembali bahan dan data yang diterima. Dari bahan

dan data tersebut selanjutnya dilakukan analisis terhadap penerapan

perundag-undangan yang berkaitan dengan mekanisme pengelolaan

benda sitaan negara di Rupbasan.

7. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi

kepustakaan yakni dengan melakukan pengkajian dan analisis

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

literatursertamenganalisis pendapat sarjana yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas dan penulisan ini bersifat deskriptif.

E. Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi, ada suatu sistematika tertentu yang harus

dipenuhi oleh peneliti. Skripsi yang peneliti susun ini terbagi dalam 4 bab,

dimana antara bab yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Setiap

bab terbagi lagi dalam sub bab yang membahas satu pokok bahasan

tertentu. Adapun sistemaika dan skripsi ini adalah:

BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, teori dan

konseptual, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II menyajikan kajian pustaka, pada bab ini peneliti

menguraikan tentang kerangka konseptual, kerangka teoritis, dan tinjauan

(review) kajian terdahulu.

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

13

Bab III menyajikan data penelitian, pada bab ini peneliti

menguraikan tentang Profil Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Bab IV Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan

Negara di Rupbasan Klas I Jaksel dan Hambatan-hambatan Kepala

Rupbasan Dalam Mengelola Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara,

peneliti menyajikan mekanisme pertanggung jawaban Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan terhadap benda sitaan dan barang rampasan negara dan

hambatan dalam pengelolaan benda sitaan dan rampasan negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

BAB Terakhir Kesimpulan Hasil Penelitian dan Rekomendasi, Bab

ini merupakan penutup dari penulisan hukum ini, memuat tentang

kesimpulan yang di ambil dari hasil penelitian dan memberikan

rekomendasi kepada para pihak yang terkait.

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENYITAAN BENDA SITAAN DAN

BARANG RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN

A. Kerangka Teori

Penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, hal

ini disebabkan karena adanya hubungan timbal balik antara teori

dengan kegiatan-kegiatan pengumpulan data, konstruksi data,

pengolahan data, dan analisis data.1

Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis

artinya mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan di

dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan

masalah tersebut.2

Oleh karena itu, penyusun akan menggunakan beberapa teori yang

akan menjadi landasan pada penelitian ini, yaitu :

1. Teori Negara Hukum

Untuk memahami negara hukum secara baik, terlebih

dahulu perlu diketahui tentang sejarah timbulnya pemikiran atau

cita negara hukum itu sendiri. Pemikiran tentang negara hukum itu

sebenarnya sudah tua, jauh lebih tua dari usia ilmu negara atau

ilmu kenegaraan. Cita negara hukum pertama kali dikemukakan

oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh

Aristoteles.3

Ide lahirnya konsep negara hukum Plato, berawal dari ia

melihat keadaan negaranya yang dipimpin oleh yang haus akan

harta, kekuasaan, dan gila kehormatan. Pemerintah sewenang-

1 Sumitro, Ronny Hamitjo, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1983), h. 37

2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986), h. 122

3 Azhary, Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1995), h. 19

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

15

wenang yang tidak memperhatikan penderitaan rakyatnya telah

menggugat Plato untuk menulis karya yang berjudul politeia,

berupa suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan cita-citanya,

suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan

jahat tempat keadilan dijunjung tinggi.

Dari konsep ini yang diidealisasikan oleh Plato, dapat

dicerna bahwa arti dari konsep negara hukum adalah negara yang

berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi warganya. Dalam

artian bahwa segala kewenangan dan tindakan alat perlengkapan

negara atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau

dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan

mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.4

Dalam kepustakaan Eropa dipergunakan istilah Inggrs

yaitu, rule of law atau goverment of justice untuk menyatakan

negara hukum. Kedua istilah ini tidak terselip perkataan negara

(state) melainkan syarat peraturan hukum itu dihubungkan kepada

pengertian kekuasaan (rule) atau pemerintahan (goverment).5

Menurut Prof. Dr. Wirjono Projadikoro, SH. Bahwa penggabungan

kata-kata “negara hukum”, yang berarti suatu negara yang di

dalamnya wilayahnya :

1) Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat

perlengkapan dari pemerintah dalam tindakan-tindakannya baik

terhadap para warga negara maupun dalam saling berhubungan

masing-masing tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus

memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dan

2) Semua orang dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk

pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

Berdasarkan pengertian dan dari peristilahan tersebut

bahwa istilah “negara dan hukum” yang digabungkan menjadi satu

istilah, dengan satu pengertian yang mengandung makna tersendiri

4 Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1992), h.

20

5 Azhary, Negara Hukum Indonesia, ... h. 18

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

16

dan baku. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah unsur-unsur,

elemen atau ciri-ciri yang dimiliki suatu negara yang disebut

negara hukum. Prof. Dr. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan

tiga ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni :

1) Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan,

maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang,

tindakan negara dibatasi oleh hukum, individu mempunyai hak

terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap

penguasa.

2) Azas Legalitas Setiap tindakan negara harus berdasarkan

hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati

juga oleh pemerintah atau aparatnya.

3) Pemisahan Kekuasaan Agar hak asasi betul-betul terlindungi

adalah dengan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang

membuat peraturan perundang-undangan melaksanakan dan

mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu

tangan.6

2. Teori Pengawasan

Agar pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dapat berjalan

dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku, tentu saja tidak

semudah yang rencanakan. Lebih dari itu, dalam pengelolaannya

tentu memerlukan sebuah pengawasan. Penjelasan lebih detail

mengenai pengawasan dapat dilihat dari pendapat Arifin Abdul

Rahman bahwa maksud dari pengawasan itu adalah:7

a. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan.

b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu sudah berjalan sesuai

dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

c. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta

kesulitan kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga

dapat diadakan perubahan untuk memperbaiki serta mencegah

pengulangan kegiatan yang salah.

6 Abdul Azis Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2011), h. 117-118 7 Vivtor M Situmorang dan Jusuf Juhrif, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 1994), h. 23

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

17

d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan

efisien dan apakah tidak dapat diadakan perbaikan-perbaikan

lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang benar.

Dengan pengawasan dapat diketahui sampai dimana

penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan,

penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan

datang. Jadi keseluruhan dari pengawasan adalah kegiatan

membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan

dengan apa yang di rencanakan sebelumnya, karena itu perlu

kriteria, norma, standar, dan ukuran tentang hasil yang ingin

dicapai.8

Dari pengertian pengawasan di atas, terdapat hubungan yang

erat antara pengawasan dan perencanaan, karena pengawasan

dianggap sebagai aktivitas menemukan, mengoreksi

penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dan hasil yang

dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Dalam

hubungan ini Harold Koontz dan Cyriel P. Donel berpendapat

bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang

yang sama.

Dengan demikian jelas bahwa tanpa rencana, maka

pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada

pedoman atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu. Rencana

tanpa pengawasan akan cenderung memberi peluang timbulnya

penyimpangan-penyimpangan, penyelewengan, dan kebocoran

tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu diperlukan adanya

pengawasan.9

8 Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah, (Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu, 2011), h. 56 9 Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah, ... h. 59

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

18

B. Kerangka Konseptual

Dalam pembahasan ini, akan diuraikan beberapa konsep-konsep

terkait beberapa istilah yang akan sering digunakan, sehingga dalam

hal ni peneliti mencoba untuk memberikan berbagai konseptual dalam

rangka menyederhanakan pemahaman terhadap penelitian ini berupa :

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perncanaan sudah

dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah

bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme

suatu sistem, implemetasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.10 Guntur setiawan

berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling

menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang

efektif11

2. Penyitaan

Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk

mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya

benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud

untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan

peradilan. (Pasal 1 butir 16 KUHAP). Dalam Pasal 134 Ned. Sv

juga diberikan definisi penyitaan yang lebih pendek tetapi lebih

luas pengertiannya. Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:

“Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambilalihan atau

10 Nurdin Usman, Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 70 11 Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2004) h. 39

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

19

penguasaan benda itu guna kepentingan acara pidana”. Jadi tidak

dibatasi hanya untuk pembuktian.12

a. Pengertian Penyitaan

Penyitaan berasal dari kata: sita yang dalam perkara pidana

berarti penyitaan dilakukan terhadap barang bergerak/ tidak

bergerak milik seseorang, untuk mendapatkan bukti dalam

perkara pidana.

Menurut Darwan Prints, bahwa penyitaan adalah suatu cara

yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang untuk

menguasai sementara waktu barang -barang baik yang

merupakan milik tersangka/ terdakwa maupun bukan, tetapi

berasal dari atau ada hubungannya dengan suatu tindak pidana

dan berguna untuk pembuktian.13

Yang dimaksud dengan penyitaan (beslagneming) adalah

serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau

menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak

bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan

pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan.14

Definisi ini agak panjang, tetapi terbatas pengertiannya,

karena hanya untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,

penuntutan, dan peradilan. Dalam Pasal 134 Ned. Sv. juga

diberikan definisi penyitaan yang lebih pendek tetapi lebih luas

pengertiannya. Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:

“Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambilalihan

atau penguasaan benda itu guna kepentingan acara pidana”. Jadi,

tidak dibatasi hanya untuk pembuktian.

12 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 147 13 Andi Muhammad Sofyan dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,

(Jakarta: Kencana, 2014), h. 152 14 Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, (Bandung: Angkasa Bandung, 1990), h. 101

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

20

Persamaan kedua definisi tersebut ialah pengambilan dan

penguasaan milik orang. Dengan sendirinya hal itu langsung

menyentuh dan bertentangan dengan hak asasi manusia yang

pokok, yaitu merampas penguasaan atas milik orang.15

b. Tujuan Penyitaan

Tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan pembuktian

terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka persidangan,

sebab tanpa adanya barang bukti tersebut, maka perkaranya

tidak dapat diajukan ke pengadilan. Jadi, penyitaan bertujuan

untuk digunakan sebagai barang bukti dalam penyelidikan/

penyidikan, tingkat penuntutan dan tingkat pemeriksaan

persidangan di pengadilan.16

Penyitaan itu untuk tujuan kepentingan pembuktian. Disini

terdapat kekurangan sesungguhnya penyitaan seharusnya dapat

dilakukan bukan saja untuk kepentingan pembuktian, tetapi juga

untuk benda-benda yang dapat dirampas. Hal demikian diatur

dalam Pasal 94 Ned, Sv (Hukum Acara Pidana Belanda).17

c. Bentuk dan Tata Cara Penyitaan

Tata cara penyitaan ditentukan dalan Pasal 38 sampai

dengan 46 KUHAP dan Pasal 128 sampai dengan Pasal 130

KUHAP. Dengan memperhatikan ketentuan tersebut, Undang-

undang membedakan beberapa macam bentuk tata cara

penyitaan, yaitu tata cara penyitaan biasa atau umum, tata cara

penyitaan dalam keadaan perlu dan mendesak, tata cara

penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan, serta tata cara

15 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ... h. 147-148 16 Andi Muhammad Sofyan dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, ... h.

152 17 Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Melalui Sarana Teknik dan Sarana Hukum,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986) h. 121

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

21

penyitaan tidak langsung berupa perintah penyerahan barang

yang perlu disita oleh penyidik kepada pemilik atau pemegang

benda.18

1) Tata Cara Penyitaan Biasa

Tata cara penyitaan biasa merupakan landasan dan aturan

umum penyitaan, artinya bahwa selama masih mungkin dan

tidak ada hal-hal yang luar biasa atau keadaan yang

memerlukan penyimpangan, maka prosedur inilah yang

harus ditempuh penyidik, yaitu:

a) Harus ada surat izin penyitaan dari Ketua Pengadilan

Negeri

Dalam Pasal 38 Ayat (1) KUHAP menyatakan

bahwa sebelum penyidik melakukan penyitaan, lebih

dahulu harus meminta izin dari Ketua Pengadilan

Negeri Setempat. Dalam permintaan surat izin tersebut,

penyidik harus memberi penjelasan dan alasan-alasan

pentingnya dilakukan penyitaan. Salah satu tujuan

pokok perizinan penyitaan harus ada dari Ketua

Pengailan Negeri, hal ini dalam rangka pengawasan dan

pengendalian, agar tidak terjadi penyitaan-penyitaan

yang tidak perlu atau penyitaan yang bertentangan

dengan undang-undang.

b) Memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal

(Pasal 128 KUHAP)

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh penyidik adalah

harus menunjukkan tanda pengenal jabatan kepada

orang dari mana benda itu akan disita. Hal ini perlu

agar ada kepastian bagi orang yang bersangkutan

18 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, … h. 266-269

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

22

bahwa dia benar-benar berhadapan dengan petugas

penyidik (Pasal 128 KUHAP). Dengan adanya

ketentuan ini, maka tanpa menunjukkan terlebih dahulu

tanda pengenalnya, orang yang hendak disita berhak

menolak tindakan dan pelaksanaan penyitaan.

c) Memperlihatkan Benda yang akan disita (Pasal 129

Ayat (1) KUHAP)

Penyidik harus memperlihatkan benda yang akan disita

kepada orang dari mana benda itu disita atau kepada

keluarganya. Hal ini untuk sekedar menjamin adanya

kejelasan atas benda yang akan disita. Kemudian, pada

saat penyidik memperlihatkan benda yang dimaksud

kepada orang tersebut atau keluarganya, penyidik dapat

meminta keterangan kepada mereka tentang asal-usul

benda yang akan disita.

d) Penyitaan dan meperlihatkan benda sitaan harus

disaksikan oleh Kepala desa atau Ketua Lingkungan

dengan 2 (dua) orang saksi (Pasal 129 Ayat (1)

KUHAP.

Syarat atau tata cara selanjutnya, ada kesaksian dalam

penyitaan dan memperlihatkan barang yang disita

dengan ketentuan ini, pada saat penyidik akan

melakukan penyitaan, harus membawa saksi ke tempat

pelaksanaan sita sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang

saksi pertama dan utama, ialah Kepala Desa atau Ketua

Lingkungan (Ketua RT/ RW), ditambah 2 (dua) orang

saksi lain. Kehadiran saksi tersebut ialah untuk ikut

melihat dan mempersaksikan jalannya penyitaan. Saksi

ini kemudian akan ikut menandatangani berita acara.

e) Membuat berita acara penyitaan.

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

23

Penyidik membuat Berita Acara Penyitaan yang

dibacakan oleh penyidik di hadapan atau kepada orang

dari mana benda itu akan disita atau kepada

keluarganya dan ketiga orang saksi. Jika mereka telah

dapat menerima dan menyetujui isi berita acara, barulah

penyidik memberi tanggal pada berita acara. Kemudian

sebagai tindakan akhir dari pembuatan berita acara,

penyidik, orang yang bersangkutan atau keluarganya

dan para saksi masing-masing membubuhkan tanda

tangan pada Berita Acara Penyitaan. Apabila orang

yang bersangkutan atau keluarganya tidak mau

membubuhkan tanda tangan, penyidik membuat catatan

tentang hal itu serta mencatat alasan-alasan penolakan

membubuhkan tanda tangan (Pasal 129 Ayat (3)

KUHAP).

f) Menyampaikan turunan berita acara penyitaan.

Turunan berita acara penyitaan disampaikan oleh

penyidik kepada atasannya atau dari mana benda itu

disita atau keluarganya dan Kepala Desa (Pasal 129

Ayat (4) KUHAP). Hal ini dimaksudkan agar tindakan

penyidik dalam melaksanakan wewenangnya

melakukan penyitaan benar-benar diawasi dan

terkendali.

g) Membungkus benda sitaan.

Demi untuk menjaga keselamatan benda sitaan, (Pasal

130 Ayat (1) KUHAP) telah menentukan cara-cara

pembungkusan benda sitaan yaitu:

(1) Mencatat besarnya atau jumlahnya menurut jenis

masing-masing benda sitaan. Kalau jenisnya sulit

ditentukan, sekurang-kurangnya dicatat ciri-ciri

maupun sifat khasnya;

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

24

(2) Dicatat hari dan tanggal penyitaan;

(3) Tempat dilakukan penyitaan;

(4) Identitas orang dari mana benda itu disita;

(5) Kemudian diberilah cap jabatan dan ditandatangani

oleh penyidik.

Jika benda sitaan tidak mungkin dibungkus sesuai Pasal

130 Ayat (1) di atas, dalam Pasal 130 Ayat (2)

menentukan:

(1) Penyidik memberi catatan sebagaimana dimaksud

dalam Ayat (1) di atas

(2) Catatan-catatan itu ditulis di atas label yang

ditempelkan atau dikaitkan pada benda sitaan

tersebut.

2) Tata Cara Penyitaan Dalam Keadaan Perlu dan Mendesak.

Sebagai pengecualian dari penyitaan biasa berdasar aturan

umum yang diuraikan terdahulu, Pasal 38 Ayat (2) memberi

kemungkinan untuk melakukan tindakan penyitaan tanpa

melalui tata cara yang ditentukan pada Pasal 38 Ayat (1). Hal

ini diperlukan untuk memberi kelonggaran kepada penyidik

bertindak cepat sesuai dengan keadaan yang diperlukan, yaitu

keadaan yang sangat perlu dan mendesak. Tata cara penyitaan

dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak adalah sebagai

berikut:

a) Tanpa Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri. Dalam

keadaan yang sangat perlu, harus segera bertindak,

penyidik dapat langsung melakukan penyitaan tanpa

permintaan ijin dan surat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri.

(Pasal 38 ayat (2) KUHAP);

b) Penyitaan dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak

hanya terbatas atas benda bergerak saja. (Pasal 38 Ayat (2)

KUHAP); Obyek penyitaan dalam keadaan yang sangat

perlu dan mendesak sangat dibatasi, hanya meliputi benda

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

25

bergerak saja. Barangkali alasan pembuat undang-undang

membuat pembatasan obyek penyitaan seperti ini, karena

belum ada ijin dari Ketua Pengadilan Negeri, sehingga

seolah-olah timbul pendapat penyitaan dalam keadaan yang

sangat perlu dan mendesak belum sempurna landasan

hukumnya. Lagi pula benda yang bergerak dan mudah

untuk dilenyapkan atau dilarikan tersangka. Sedang benda

yang tidak bergerak sulit dihilangkan.

c) Wajib segera melaporkan tindakan penyitaan kepada Ketua

Pengadilan Negeri setempat. (Pasal 38 Ayat (2) KUHAP).

Setelah melakukan penyitaan penyidik harus segera

melaporkan tindakan penyitaannya kepada Ketua

Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh

persetujuannya. Jika Ketua Pengadilan Negeri menolak

persetujuan yang diminta oleh penyidik, maka berarti

penyitaan tersebut tidak sah dan dengan sendirinya

penyitaan itu batal demi hukum. Benda sitaan harus segera

dikembalikan kepada keadaan semula.

Ketiga hal itulah yang khusus dalam penyitaan yang

dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak.

Selebihnya harus mengikuti tatacara yang sama dalam

penyitaan biasa yang ditentukan dalam Pasal 128, Pasal 129

dan Pasal 130 KUHAP tetap harus dipenuhi.19

Dalam hal benda yang akan disita adalah benda-benda

bergerak, maka keadaan yang sangat perlu dan mendesak itu

memang mengharuskan penyidik untuk segera bertindak.

Karena adanya kekhawatiran benda-benda yang akan disita itu,

akan hilang atau rusak, berkurang atau beruba dikarenakan

tindakan tersangka. Atau mungkin juga terjadi

19 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, ... h. 269-271

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

26

pemindahtanganan benda-benda itu kepada pihak lain,

sehingga menghambat penyitaan yang akan dilakukan.

Berbeda halnya bila benda yang akan disita itu adalah

benda yang tidak bergerak, umpamanya tanah, rumah dan

sebagainya. Terhadap benda-benda demikian kekhawatiran

untuk hilang, rusak berkurang/berubah maupun

dipindahtangankan hampir dapat dikatakan tidak ada. Dengan

perkataan lain, tindakan yang sangat perlu dan mendesak yang

menurut penyidik untuk bertindak pada saat itu juga, dirasakan

tidak ada.

Karena sifat tetapnya benda itu, kemungkinan-

kemungkinan timbulnya hal-hal yang menghambat tindakan

penyitaan, relatif kecil. Oleh karena itu KUHAP tidak

memberikan kewenangan kepada penyidik, untuk

melaksanakan penyitaan melalui prosedur yang sangat perlu

dan mendesak sebagaimana dimaksudkan Pasal 38 Ayat (2)

KUHAP.20

3) Penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan.21

Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang pada

waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera

sesudah bebarapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat

kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang

melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya

ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk

melakukan tindak pidana itu yang menunjukan bahwa ia adalah

20 H. Hamrat Hamid dan Harun M Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang

Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), h. 118 21 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, ... h. 271-272

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

27

pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan

tindak pidana itu.22

Dalam keadaan tertangkap tangan, penyidik dapat langsung

“langsung menyita suatu benda dan alat yang ternyata atau

yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak

pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang

bukti” (Pasal 40 KUHAP)

Ketentuan Pasal 40 KUHAP tersebut adalah sangat

beralasan, yang langsung memberi wewenang kepada penyidik

untuk menyita benda dan alat yang dipergunakan pada suatu

peristiwa tindak pidana tertangkap tangan. Barangkali akan

dianggap lucu jika untuk melakukan penyitaan benda alat pada

keadaan tertangkap tangan, penyidik dari tempat kejadian guna

meminta surat izin penyitaan dari ketua pengadilan negeri.

Sikap seperti itu sangat sia-sia dan tidak efektif dan efisien, dan

sangat tidak rasional serta tidak tepat menurut logika prinsip

penegakan hukum yang cepat, tepat, dan biaya ringan.

Pengertian keadaan tertangkap tangan disini, bukan terbatas

pada tersangka yang nyata-nyata nampak sedang melakukan

tindak pidana. Tetapi termasuk pengertian tertangkap tangan

atas paket atau surat dan benda-benda pos lainnya sehingga

terhadap benda-benda tersebut dapat dilakukan penyitaan

langsung oleh penyidik.23

4) Tata cara penyitaan tidak langsung.

Tata cara pelaksanaan penyitaan tidak langsung yang diatur

dalam Pasal 42 KUHAP adalah sebagai berikut:

22 Patra A M Zen dan Daniel Hutagalung, Panduan Bantuan Hukum Indonesia, (Jakarta:

Sentalisme Production, 2006), h. 418 23 Ukkap Marolop Aruan, Tata Cara Penyitaan Barang Bukti Tindak Pidana Menurut

KUHAP, Lex Crimen, III, 2 (April, 2014), h. 82

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

28

a) Seseorang yang menguasai benda yang dapat disita karena

benda itu tersangkut sebagai benda bukti dari suatu tindak

pidana, oleh karena itu perlu untuk disita. Maksud orang

yang menguasai benda yang dapat disita dan benda yang

tersangkut dengan suatu peristiwa pidana di sini, tidak

hanya terbatas hanya kepada tersangka saja tetapi meliputi

semua orang yang menguasai atau memegang benda yang

dapat disita tersebut.

b) Atas surat-surat yang ada pada seseorang yang berasal dari

tersangka atau terdakwa atau surat yang ditujukan kepada

tersangka/ terdakwa atau kepunyaan tersangka/ terdakwa

ataupun yang diperuntukkan baginya.

c) Atas benda itu merupakan alat untuk melakukan tindak

pidana.

d) Atas benda-benda yang perlu disita

e) Penyidik memerintahkan kepada orang-orang yang

menguasai atau memegang benda untuk menyerahkannya

kepada penyidik.

f) Penyidik memberikan surat tanda terima kepada orang dari

siapa benda itu diterimanya, setelah penyidik menerima

penyerahan benda dari orang yang bersangkutan.

Apabila orang yang bersangkutan tidak mau mematuhi perintah

penyidik tersebut, dari segi hukum materil penyidik dapat

menyidik atau memeriksa orang yang bersangkutan atas

pelanggaran tindak pidana Pasal 216 KUHP yaitu dengan

sengaja tidak menurut perintah atau permintaan keras yang

dilakukan menurut peraturan perundang-undangan oleh

pegawai negeri. Namun dari segi hukum formil sesuai apa yang

digariskan oleh KUHAP, penyidik harus menempuh tata cara

penyitaan bentuk biasa. Atas keingkaran tersebut menyerahkan

benda yang perlu disita tadi, penyidik minta surat izin dari

ketua pengadilan setempat untuk melakukan penyitaan dengan

upaya atau cara paksa.24

Setelah melakukan penyitaan atas benda yang tersangkut dalam

tindak pidana, maka benda tersebut harus diamankan oleh

penyidik itu dengan menempatkannya dalam suatu tempat yang

24 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, ... h. 295

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

29

khusus untuk menyimpan benda-benda sitaan negara. Dalam

Pasal 44 Ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa “Benda sitaan

disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara”

Apabila rumah tempat penyimpanan sitaan negara belum ada

maka menurut penjelasan Pasal 44 Ayat (1) KUHAP

Penyimpanan benda sitaan dapat dilakukan di Kantor

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kantor Kejaksaan

Negeri, Kantor Pengadilan Negeri, Gedung Bank Pemerintah

dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau

tetap di tempat semula benda itu disita. Maksud dan tujuan

disimpannya benda sitaan di tempat rumah penyimpanan benda

sitaan negara (Rupbasan) tercantum dalam Pasal 27 Ayat (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, yaitu untuk

menjamin keselamatan dan keamanan benda sitaan.

5) Penyitaan terhadap surat atau tulisan lain.

Adapun yang dimaksud dengan surat atau tulisan lain pada

Pasal 43 KUHAP adalah surat atau tulisan yang disimpan atau

dikuasai oleh orang tertentu, dimana orang tertentu menyimpan

atau menguasai surat itu, diwajibkan merahasiakannya oleh

undang-undang. Misalnya saja seorang notaris. Dia adalah

seorang pejabat atau orang tertentu yang menyimpan dan

menguasai akte testamen dan oleh undang-undang dia

diwajibkan untuk merahasiakan isinya. Akan tetapi harus

diingat kepada kelompok surat atau tulisan lain tidak termasuk

surat-surat atau tulisan-tulisan yang menyangkut rahasia

negara.25

d. Berakhirnya Penyitaan Benda Sitaan

25 Ukkap Marolop Aruan, “Tata Cara Penyitaan Barang Bukti Tindak Pidana Menurut

KUHAP”, ... h. 83

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

30

Suatu penyitaan berakhir menurut hukum acara pidana (Pasal 46

Ayat (1) KUHAP) apabila26, sebagai berikut :

a) Penyitaan dapat berakhir sebelum ada putusan hakim.

(1) Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan

lagi;

(2) Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup

bukti; atau tidak merupakan delik;

(3) Perkara tersebut dikesampingkan demi kepentingan umum

atau perkara tersebut ditutup demi hukum, kecuali benda

tersebut diperoleh dari suatu delik atau yang dipergunakan

untuk melakukan suatu delik.

b) Penyitaan berakhir setelah ada putusan hakim

Dalam Pasal 46 Ayat (2) KUHAP dinyatakan bahwa :

Apabila perkara sudah diputus maka benda yang dikenakan

penyitaan dikembalikan kepada orang atau mereka yang

disebut dalam putusan tersebut, kecuali kalau benda tersebut

menurut keputusan hakim dirampas untuk negara, untuk

dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat

dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan

sebagai barang bukti untuk perkara lain.

3. Benda Sitaan dan Rampasan Negara

a. Pengertian Benda Sitaan dan Rampasan Negara

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara Pada

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, menjelaskan pengertian

benda sitaan dan barang rampasan negara, yaitu:

1) Benda sitaan Negara adalah benda yang disita oleh Negara

untuk keperluan proses peradilan.

2) Barang rampasan Negara adalah benda sitaan berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap dinyatakan dirampas untuk negara.

b. Benda yang dapat disita dan dirampas oleh negara.

26 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ... h. 156-157

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

31

Menurut Pasal 39 KUHAP, barang atau benda yang dapat disita,

sebagai berikut:27

1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah (Pasal 39 Ayat (1)):

a) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil

dari tindak pidana;

b) Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan

tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

c) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan

tindak pidana;

d) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan

tindak pidana;

e) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak

pidana yang dilakukan.

2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau

karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan penyidikan,

penuntutan, dan mengadili perkara pidana, sepanjang memenuhi

ketentuan Ayat (1). (Pasal 39 Ayat (2))

Selain itu untuk delik yang tertangkap tangan berlaku ketentuan

khusus mengenai penyitaan. Disitu dipakai istilah yang lebih luas

artinya, seperti “dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita

benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah

dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang

dapat dipakai sebagai barang bukti” (Pasal 40 KUHAP)

Lebih lanjut dikatakan “dalam hal tertangkap tangan penyidik

berwenang menyita paket atau surat atau benda yang pengangkutannya

atau pengirimannya dilakukan oleh kantor pos dan telekomunikasi,

jawatan atau perusahaan telekomunikasi atau pengangkutan yang

bersangkutan, harus diberikan tanda penerimaan” (Pasal 47 KUHAP).

27 Andi Muhammad Sofyan dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, ... h.

154

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

32

Penjelasan Pasal 41 mengatakan “yang dimaksud dengan surat

termasuk surat kawat, surat teleks, dan lain sejenisnya yang

mengandung suatu berita.”

Sebagai pembatasan penyitaan surat, Pasal 43 KUHAP

menentukan bahwa “penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang

berkewajiban menurut undang-undang untuk merahasiakannya,

sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan

atas persetujuan mereka atau izin khusus ketua pengadilan negeri

setempat kecuali undang-undang menentukan lain.”28 Biasanya

penyitaan dihubungkan dengan perampasan sebagai pidana tambahan,

maka harus diperhatikan Pasal 39 KUHP yang menentukan bahwa

yang dapat dirampas ialah:

(1) Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh karena

kejahatan;

(2) Barang-barang kepunyaan terpidana yang dengan sengaja telah

dipakai untuk melakukan kejahatan.

Dari semua isi ketentuan pasal-pasal dimaksud, telah digariskan

“prinsip hukum” dalam penyitaan benda, yang memberi batasan

tentang benda yang bagaimana yang dapat diletakkan penyitaan.

Prinsip yang kami maksudkan ialah: “benda yang dapat disita menurut

undang-undang (KUHAP) hanyalah benda-benda yang ada

hubungannya dengan suatu tindak pidana.” Jika suatu benda tidak ada

kaitannya atau keterlibatannya dengan tindak pidana, terhadap benda-

benda tersebut tidak dapat diletakkan sita. Oleh karena itu penyitaan

benda yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa pidana yang

sedang diperiksa, dapat dianggap merupakan penyitaan yang

“bertentangan dengan hukum,” dan dengan sendirinya merupakan

penyitaan yang “tidak sah”. Konsekuensinya, orang yang bersangkutan

dapat meminta tuntutan ganti rugi baik kepada pra-peradilan apabila

28 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ... h. 153-154

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

33

masih dalam tingkat penyidikan dan kepada Pengadilan Negeri apabila

perkaranya sudah diperiksa di persidangan.29

4. Perbedaan Penyitaan dan Perampasan

Antara penyitaan/ pembeslahan dan perampasan terdapat

perbedaan sebagai berikut:30

a. Penyitaan adalah tindakan penyidik, sedang perampasan adalah

tindakan hakim/pengadilan;

b. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat perintah penyitaan dari

penyidik dengan izin atau persetujuan Ketua Pengadilan Negeri,

sedang perampasan dijatuhkan berdasarkan putusan pengadilan;

c. Penyitaan sebagai tindakan sementara untuk kepentingan

pembuktian pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan

sedang perampasan bersifat tetap, artinya kekuasaan orang

terhadap benda itu dicabut untuk selama-lamanya;

d. Penyitaan dapat dilakukan dari setiap pemegang benda tersebut,

sedangkan perampasan hanya dapat dilakukan terhadap benda-

benda yang merupakan milik terdakwa/terpidana;

e. Penyitaan hanya berupa tindakan, sedang perampasan merupakan

hukuman (hukuman tambahan)

5. Rupbasan

a. Pengertian, Tugas Pokok, dan Fungsi

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, atau disingkat

Rupbasan adalah tempat benda yang disita oleh negara untuk

keperluan proses peradilan. Rupbasan didirikan pada setiap ibu kota,

kabupaten atau kota, dan apabila perlu dapat dibentuk pula cabang

Rupbasan.

Menurut Pasal 44 Ayat (1) KUHAP, Rupbasan adalah Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara. Di dalam

29 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, ... h. 297 30 H. Hamrat Hamid dan Harun M Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang

Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab, ... h. 117

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

34

Rupbasan-lah disimpan setiap benda sitaan. Segala benda sitaan yang

diperlukan sebagai barang bukti dalam pemeriksaan tingkat

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

maupun barang yang dinyatakan dirampas berdasar putusan hakim,

harus disimpan dalam Rupbasan.31

Rupbasan dibawah tanggung jawab Direktorat

Permasyarakatan Kementrian Hukum dan HAM, yang sejajar dengan

rutan dan lapas. Hal tersebut merupakan pelaksanaan dari Pasal 44

Ayat (2) yang menyebutkan bahwa penyimpanan benda sitaan

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada

pada pejabat yangberwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan

dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk

dipergunakan oleh siapapun juga. 32

Dalam Pasal 28 KepMenKeh RI Nomor M.04.PR.03 Tahun

1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara menjelaskan bahwa

Rupbasan mempunyai tugas pokok yaitu melakukan penyimpanan

benda sitaan negara dan rampasan negara.

Lalu dalam Pasal 29 KepMenKeh RI Nomor M.04.PR.03

Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan

Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara menjelaskan

bahwa Rupbasan mempunyai fungsi yaitu :

1) Melakukan pengadministrasian benda sitaan dan rampasan

negara

2) Melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan

barang rampasan negara

3) Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan

4) Melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan

31 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, ... h. 299 32 Tim Pengkajian Hukum, Lembaga Penyitaan dan Pengelolaan Barang Hasil

Kejahatan, (Jakarta: Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Badan Pembinaan Hukum

Nasional, 2013)

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

35

b. Struktur Organisasi Rupbasan

Rupbasan diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelas, yaitu Rupbasan

Klas I dan Rupbasan Klas II.

1) Struktur Organisasi Rupbasan Klas I

Susunan organisasi Rupbasan Klas I, terdiri dari Kepala

Rupbasan, Subs Seksi Administrasi dan Pemeliharaan, Sub Seksi

Pengamanan dan Pengelolaan, dan Petugas Tata Usaha.

a) Kepala Rupbasan adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan.

Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas keamanan benda

sitaan dan rampasan negara di Rupbasan. Dalam Pasal 17 Ayat

(2) Permenkumham Nomor 16 Tahun 2014 dijelaskan bahwa

pengamanan terhadap benda sitaan dan rampasan negara

tersebut dilakukan dengan cara mencegah terjadinya

penjarahan dan pencurian, mencegah terjadinya perusakan,

mencegah terjadinya penukaran, dan mencegah keluarnya

benda sitaan dan rampasan negara secara ilegal.

b) Sub Seksi Administrasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas

dalam pengadministrasian, penerimaan, penyimpanan,

pemeliharaan, dan mutasi benda sitaan dan rampasan negara

yang ada di Rupbasan dari awal benda tersebut diterima di

Rupbasan sampai pada tahap pengeluaran benda tersebut dari

Rupbasan. (Pasal 32 Ayat (1) KepMenKeh M.04.PR.03 Tahun

Kepala Rupbasan

Sub Seksi Administrasi dan

Pemeliharaan

Sub Seksi

Pengamanan dan

Pengelolaan

Petugas Tata Usaha

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

36

1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan

Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)

c) Sub Seksi Pengamanan dan Pengelolaan mempunyai tugas

memelihara keamanan, serta mengurus keuangan rumah

tangga, dan kepegawaian Rupbasan. (Pasal 32 Ayat (3)

KepMenKeh M.04.PR.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan

Benda Sitaan Negara)

d) Petugas Tata Usaha mempunyai tugas dalam melakukan surat

menyurat dan kearsipan. (Pasal 32 Ayat (3) KepMenKeh

M.04.PR.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda

Sitaan Negara)

2) Struktur Organisasi Rupbasan Klas II

a) Kepala Rupbasan adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan.

Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas keamanan benda

sitaan dan rampasan negara di Rupbasan. Dalam Pasal 17 Ayat

(2) Permenkumham Nomor 16 Tahun 2014 dijelaskan bahwa

pengamanan terhadap benda sitaan dan rampasan negara

tersebut dilakukan dengan cara mencegah terjadinya

Sub Seksi

Administrasi

dan

Pemeliharaan

Kepala Rupbasan

Petugas Keamanan

Petugas Tata Usaha

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

37

penjarahan dan pencurian, mencegah terjadinya perusakan,

mencegah terjadinya penukaran, dan mencegah keluarnya

benda sitaan dan rampasan negara secara ilegal.

b) Sub Seksi Administrasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas

dalam pengadministrasian, penerimaan, penyimpanan,

pemeliharaan, dan mutasi benda sitaan dan rampasan negara

yang ada di Rupbasan dari awal benda tersebut diterima di

Rupbasan sampai pada tahap pengeluaran benda tersebut dari

Rupbasan.

c) Petugas Tata Usaha mempunyai tugas dalam melakukan surat

menyurat dan kearsipan.

d) Petugas Keamanan bertanggung jawab terhadap keamanan

Rupbasan.

c. Dasar Hukum Rupbasan

Dasar Hukum dari Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda

Sitaan dan Rampasan Negara) diatur dalam:

1) Pasal 44 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)

2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana)

3) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.

04.PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda

Sitaan Negara

4) Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER – 002/ A/ JA/ 05/

2017 Tentang Pelelangan dan Penjualan Langsung Benda

Sitaan Atau Rampasan Negara Atau Benda Sita Eksekusi

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

38

5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor

16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan

Negara dan Barang Rampasan Negara Pada Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara

6) Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-

140.PK.02.01 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan

Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang

Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

Negara.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Adapun literatur yang berkaitan dengan barang sitaan negara

adalah sebagai berikut:

1. Chaerani Nufus, Fakultas Hukum, Universitas Esa Unggul, dalam

skripsinya yang berjudul “Perlindungan Benda Sitaan Negara dan

Barang Rampasan ke Negara Dalam Proses Peradilan Pidana (Studi

Kasus Rupbasan Klas I Jakarta Barat dan Tangerang)”. Dalam

skripsinya peneliti membahas tentang perlindungan barang sitaan

negara dan barang rampasan Negara yang dilakukan di wilayah

hukum Rupbasan Klas I Jakarta Barat dan Tangerang. Hal yang

membedakan skripsi tersebut dengan penelitan yang akan diangkat

oleh peneliti adalah peneliti membahas tentang pelaksanaan

pengelolaan barang sitaan dan rampasan negara di wilayah hukum

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

2. Sandy Wuwungan, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah

Malang, dalam skripsinya yang berjudul “Pertanggung jawaban Polisi

Terhadap Barang Bukti Hasil Sitaan” dalam skripsinya tersebut

peneliti membahas tentang tanggung jawab polisi terhadap barang

bukti hasil sitaan. Peneliti mengangkat judul tersebut dikarenakan

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

39

penulis merasa banyak sekali kekurangan dalam hal tanggung jawab

terhadap benda sitaan yang dilakukan oleh polisi. Hal yang

membedakan skripsi tersebut dengan penelitian yang akan diangkat

oleh peneliti adalah peneliti membahas tentang mekanisme

pertanggung jawaban Rupbasan Klas I Jakarta Selatan terhadap benda

sitaan dan rampasan negara yang rusak dan hambatan-hambatan yang

ditemui oleh Rupbasan dalam mengelola benda sitaan dan rampasan

negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

3. Diki Handayani, dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Sistem

Informasi Benda Sitaan Negara Klas II Pangkal Pinang” dalam jurnal

ilmiahnya peneliti membahas tentang Jurnal ini membahas tentang

proses penerimaan dan pengeluaran barang yaitu prosedur penerimaan

dan pengeluaran barang yaitu prosedur penerimaan, prosedur

pengeluaran, dan prosedur pembuatan laporan.

4. Ansori Sabuan, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Pidana”.

Dalam bukunya penulis membahas tentang penyelenggaraan pidana di

Indonesia yang di dalamnya terdapat materi penyitaan.

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

40

BAB III

PROFIL RUPBASAN KLAS I JAKSEL

A. Visi Misi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

1. Visi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Terwujudnya penyimpanan, jaminan keselamatan, dan pengamanan

serta keutuhan benda sitaan negara dengan menjunjung tinggi

penegakan hukum dan hak asasi manusia.

2. Misi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Mengoptimalkan pelaksanaan dan pengelolaan benda sitaan negara

dan barang rampasan negara dalam rangka penegakan hukum dan hak

asasi manusia.

B. Sejarah Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan telah berdiri sejak tahun 2000.

Saat itu Rupbasan Klas I Jakarta Selatan sementara ditempatkan di

Gedung BHP (Balai Harta Peninggalan) lantai 3 (tiga) Kantor Wilayah

Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta.

Pada awal tahun 2004, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan menempati

bekas Gedung Walikota Jakarta Selatan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo

No. 1 Jakarta Selatan masih dengan status menempati sementara. Selama 4

(empat) tahun menempati bekas Gedung Walikota Jakarta Selatan,

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan telah menerima barang sitaan dari

Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dan Polda Metro Jaya yaitu berupa

kendaraan roda empat sebanyak 4 (empat) unit dan kendaraan roda dua

sebanyak 22 unit serta barang bukti berupa surat-surat berharga. Dari

Polda Metro Jaya, Rupbasan Jakarta Selatan menerima barang sitaan

berupa tas travel berlogo “Yayasan Purba Wisesa” sebanyak 3.864 buah.

Pada tahun 2007, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan pernah

melakukan lelang bersama dengan kantor Kejaksaan Negeri Jakarta

Selatan berupa barang bukti kendaraan roda dua. Sesuai dengan instruksi

Walikota

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

41

Jakarta Selatan bahwa gedung yang ditempati Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan akan direlokasi sehingga kantor Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

berupaya mencari dan juga mengajukan permohonan pengadaan gedung

dan lahan melalui Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM

untuk diteruskan kepada Sekretariat Jenderal menanggapi permasalahan

kantor Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yang harus segera pindah dari

bekas Gedung Walikota Jakarta Selatan. Dan atas persetujuan dari

Sekretariat Jenderal Kementrian Hukum dan HAM, Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan mendapatkan anggaran untuk sewa gedung/ kantor sebesar

Rp240.000.000,00.- (dua ratus empat puluh juta rupiah).

Pada tahun 2008, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan akhirnya dapat

menyewa rumah/ bangunan hingga saat ini. Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan saat ini berlokasi di Jalan Ampera Raya No. 6A Cilandak Timur,

Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan status sewa selama 1 (satu) tahun

terhitung tanggal 1 Oktober 2008 berdasarkan Akta Notaris No. 8 tanggal

18 September 2008 dengan luas bangunan dan lahan 1.161m2. Hingga saat

ini Rupbasan Klas I Jakarta Selatan belum mempunyai gedung sendiri.1

C. Struktur Organisasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Susunan organisasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan terdiri dari

Kepala Rupbasan, Subs Seksi Administrasi dan Pemeliharaan, Sub Seksi

Pengamanan dan Pengelolaan, dan Petugas Tata Usaha.

1. Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan adalah Vivierdi dibantu oleh

sekretaris

2. Kasubsie Administrasi dan Pemeliharaan Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan di pimpin oleh Hendrawan, Amd.I.P., S.H. Adapun Sub Seksi

Administrasi dan Pemeliharaan terdiri dari 7 (tujuh) anggota, yaitu :

a. Budi Saryono, S.Pd. sebagai pengelola benda sitaan-barang

rampasan.

1 Kanwil Kementrian Hukum dan HAM,

https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1050-Rupbasan-jaksel, Diakses pada 10 Februari

2019.

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

42

b. Mujinah, S.H. sebagai pengelola benda sitaan-barang rampasan.

c. Achmad Padilah, S.H. sebagai pengelola benda sitaan-barang

rampasan.

d. Triana, S.H. sebagai pengelola benda sitaan-barang rampasan.

e. Ari Hermawan sebagai pengelola benda sitaan-barang rampasan.

f. Okta Via P, A.Md. sebagai pengelola benda sitaan-barang

rampasan.

g. Andika Buditama sebagai pengelola benda sitaan-barang

rampasan.

Bagian Adminsistrasi dan Pemeliharaan dalam pelaksanaannya

dilakukan secara bersamaan karena merupakan satu kesatuan ketika

benda sitaan dan rampasan masuk ke Rupbasan Klas I Jakarta Selatan,

dalam hal ini mempunyai tugas yaitu, melaksanakan kegiataan

penerimaan, penelitian, penilaian, pendaftaran, dan penyimpanan

benda sitaan dan rampasan negara baik itu dari penyidik, penuntut, dan

pengadilan sesuai dengan prosedur yang berlaku oleh petugas.

Kemudian bagian pemeliharaan bertugas untuk melaksanakan

pengawasan dan pemeriksaan secara berkala terhadap benda sitaan dan

rampasan negara yang memerlukan perawatan khusus. Sedangkan

untuk pemutasian mempunyai tugas melaksanakan pemutasian baik

secara administrasi maupun secara fisik.

3. Kasubsie Pengamanan dan Pengelolaan Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan di pimpin oleh Hendrawan, Amd.I.P., S.H. Adapun Sub Seksi

Pengamanan dan Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) orang, yaitu:

a. N. Firmansyah pada bagian keuangan.

b. Dedy Junaedi pada bagian keuangan.

c. Lia Herlina Sari, S.E. pada bagian kepegawaian.

d. Rany Noor Fatimah, S.H. pada bagian kepegawaian.

e. Hari Setiawan pada bagian kepegawaian.

f. Abdul Haziz pada bagian BMN.

g. Ade Lutfi Fahmi pada bagian BMN.

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

43

h. Pada Rupam I terdiri dari Kurniawan E, S.H. dan Ahmad Fadhil.

i. Pada Rupam II terdiri dari Dudi Purnomo, S.H. dan Iprhas

Nardianto.

j. Pada Rupam III terdiri dari Arif Kurniawan, S. Sos. dan Yonidar E

Marwansyah.

k. Pada Rupam IV terdiri dari Laivan Husein dan Waluyo.

Pelaksanaan pengamanan terhadap benda sitaan dan rampasan negara

dilakukan dengan cara bergiliran.

4. Petugas Tata Usaha dalam hal ini hanya mengurusi hal-hal yang

berkaitan dengan pegawai Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, dan tidak

berkaitan langsung dengan benda sitaan dan rampasan negara. Untuk

jumlah pegawai Tata Usaha sendiri berjumlah 2 (dua) orang, yaitu Tri

Kuryastuti, S. Si. dan Richa Juniwandari, S. Pd.

Sumber : Tata Usaha Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

D. Klasifikasi Benda Sitaan dan Rampasan Negara di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor :

PAS-140.PK.02.01 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan

Kepala Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan

Vivierdi Anggoro, Bc.I.P, S. Sos., M. Si.

NIP. 19650209 199003 1 001

Kasubsie Pengamanan dan

Pengelolaan

Hendrawan, Amd.I.P., S.H.

NIP. 19700727 199403 1 002

Kasubsie Administrasi dan

Pemeliharaan

Hendrawan, Amd.I.P., S.H.

NIP. 19700727 199403 1 002

Tata Usaha

Tri Kuryastuti, S. Si.

NIP. 19810616 200501

2 001

Richa Juniwardani,

S.Pd.

NIP. 19890615 201012

2 001

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

44

Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara

di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara di jelaskan bahwa

pengklasifikasian benda sitaan dan rampasan negara dapat dibedakan

berdasarkan jenis dan sifatnya, yaitu:

1. Benda sitaan yang berkategori umum tertutup, terdiri dari bermacam-

macam benda atau barang yang peka dan sensitif terhadap debu dan

air, dan tidak merusak benda di sekitarnya. Contoh : mesin, alat

elektronik, meubelair, peralatan listrik, berbagai jenis keramik, tekstil

2. Benda sitaan yang berkategori umum terbuka, terdiri dari bermacam-

macam benda atau barang yang menurut ukurannya relatif besar dan

sifatnya tahan terhadap debu dan perubahan suhu. Contoh : Kendaraan

bermotor roda dua, roda tiga, dan roda empat, kendaraan tak bermotor

(sepeda, gerobak tarik, gerobak dorong), bahan bangunan, alat-alat

mekanik.

3. Benda sitaan yang berkategori berharga, terdiri dari bermacam-macam

benda atau barang yang menurut penilaian mempunyai nilai jual

relatif tinggi dan tidak merusak benda disekitarnya. Contoh : logam

perhiasan terdiri dari logam adi/ mulia (emas, platina, perak, logam

cair), logam bukan adi/ mulia (nikel, tembaga, alumunium, timah

putih, besi), batu permata, batu perhiasan (berlian, intan, mutiara),

benda sitaan berupa uang (uang logam, uang kertas), kertas berharga

(deposito, bilyet giro, sertifikat tanah, cek)

4. Benda sitaan yang dikategorikan berbahaya terdiri dari bermacam-

macam benda atau barang yang mempengaruhi dan atau dapat

merusak benda atau barang disekitarnya dan menganggu kesehatan

manusia. Contoh : Sediaan farmasi (obat jadi, jamu, kosmetika,

narkotika yang digunakan untuk pengobatan), bahan kimia berbahaya

(insektisida, rodentisida, desinfektan), explosive (mudah meledak),

oxidizing (penyebab kebakaran), bahan peledak (detonator, dinamite,

glatine amunisi), senjata api (senjata genggam, senjata bahu, dan

sebagainya)

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

45

5. Benda sitaan yang berkategori hewan dan tumbuhan terdiri dari

bermacam-macam hewan dan tumbuhan. Contoh : Hewan peliharaan

(kucing, anjing penjaga, anjing pelacak), sapi, kerbau, berbagai jenis

unggas, berbagai jenis ikan dan sebagainya. Contoh : Benda sitaan

berupa tumbuhan yang dilindungi berupa berbagai jenis palem,

rafflesia, orchidaciae (anggrek), dan lain-lain. Tanaman hias (berbagai

jenis bonsai, adenium, aglaonema, euphorbia, dan bunga- bungaan,

dan lain-lain. Tanaman obat (berupa kelapa sawit, kopi, tembakau,

cengkeh coklat, tebu, dan lain-lain). Tanaman pangan berupa (tanaman

padi, jagung palawija, dan lain-lain).

Klasifikasi benda sitaan yang ada Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

hanya terdiri dari benda sitaan yang berkategori umum tertutup dan umum

terbuka, karena di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan hanya mempunyai

Gudang Umum. Sehingga klasifikasi benda sitaan yang tidak bisa dikelola

oleh Rupbasan seperti benda sitaan dengan kategori berharga, berbahaya,

hewan, dan tumbuhan akan dititipkan pada intansi yang berwenang atau

yang kegiatan usaha dan operasionalnya bersesuaian dengan kategori

benda sitaan tersebut. Rupbasan Klas I Jakarta Selatan lebih banyak

menerima benda sitaan sepert kendaraan roda empat, komputer, dan

kendaraan roda dua.

E. Penempatan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan

Pada prinsipnya semua benda sitaan harus disimpan di Rupbasan

jika dilihat berdasarkan ketentuan Pasal 44 Ayat (1) yang menjelaskan

bahwa benda sitaan disimpan di dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

Negara atau disingkat dengan sebutan Rupbasan. Setiap benda sitaan harus

disimpan di Rupbasan. Siapapun tidak diperkenankan

mempergunakannya.2 Akan tetapi tidak semua benda sitaan dapat

2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, … h. 298

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

46

disimpan di Rupbasan. Kemungkinan ada benda sitaan yang tidak dapat

disimpan disimpan di Rupbasan jika ditinjau dari segi sifat dan keadaan

benda, seperti kapal laut misalnya. Dari segi keadaan tidak mungkin

disimpan di dalam Rupbasan. Atau bahan-bahan kimia dari segi sifatnya

mungkin sulit menyimpannya di Rupbasan karena memerlukan

penyimpanan khusus dan penganan ahli yang khusus. Untuk itu kepala

Rupbasan dapat memberi kuasa kepada instansi atau badan yang

berwenang atau yang kegiatan usaha dan operasionalnya berseseuaian

dengan benda sitaan tersebut. 3Berdasarkan Pasal 22 Peraturan Menteri

Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan

Benda Sitaan Dan Barang Rampasan Negara Pada Rumah Penyimpanan

Benda Sitaan Negara dijelaskan bahwa pemeliharaan benda sitaan dan

barang rampasan di Rupbasan atau tempat lain dapat dilakukan kerjasama

dengan instansi terkait dan/ atau pihak lain jika benda sitaan dan barang

rampasan membutuhkan pemeliharaan khusus.

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan banyak melakukan kerjasama

dengan instansi lain dalam melakukan penyimpanan benda sitaan negara.

Karena hingga saat ini Gedung Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih

berstatus kontrak/ menyewa Kepala Rupbasan Jakarta Selatan menyatakan

bahwa Rupbasan Klas I Jakarta Selatan banyak menitipkan benda

sitaannya di instansi lain karena belum memadainya Gedung Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan untuk menyimpan benda sitaan negara tertentu yang

membutuhkan pemeliharaan khusus. Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

hanya mempunyai Gudang Umum, yaitu Gudang Umum Terbuka dan

Gudang Umum Tertutup. Gudang Umum Terbuka adalah ruangan yang

digunakan untuk menempatkan barang sitaan dan barang rampasan yang

berkategori umum terbuka dengan ukuran/ bentuknya relative besar, tidak

mudah rusak oleh perubahan cuaca. Sedangkan Gudang Umum Tertutup

adalah ruangan/ tempat tertutup yang digunakan untuk menempatkan

3 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, … h. 301

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

47

benda sitaan dan barang rampasan yang berkatergori umum tertutup

dengan ukuran relatif kecil, peka terhadap perubahan cuaca, debu dan air

yang dapat mengakibatkan kerusakan.

Karena kurang memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan dalam meyimpan benda sitaan dan rampasan negara, mereka juga

menitipkan benda sitaan dan rampasan negara di basement lantai 2 milik

KPK di Gedung Sentra Mulia Dirjen Imigrasi Kementrian Hukum dan

HAM.

Kepala Rupbasan Klas I Jaksel juga mengatakan bahwa benda

sitaan negara juga masih banyak yang tidak diserahkan kepada Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan misal kejaksaan yang ingin menyimpan sendiri

benda sitaannya. Bahkan untuk saat ini yang masih teratur mengikuti

prosedur penyimpanan benda sitaan dan rampasan negara seperti yang

dijelaskan dalam Pasal 44 KUHAP hanyalah Lembaga KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi). Sedangkan, kepolisian dan kejaksaan untuk saat

ini sudah memiliki tempat untuk menyimpan benda sitaannya masing-

masing.

Adapun aturan yang dibuat tersendiri oleh institusi penegak hukum

dalam pengelolaan benda siataan dan barang rampasan adalah:

1. POLRI

Peraturan Kapolri Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan

Barang Bukti di Lingkungan Polri.

2. Kejaksaan

a. SEJA No. SE-010/A/JA/08/2015 tentang Kewajiban Jaksa

untuk Melelang Barang Sitaan yang Lekas Rusak atau

Memerlukan Biaya Penyimpanan Tinggi.

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

48

b. SEJA No. SE-011/A/JA/08/2015 tentang Barang Rampasan

Negara yang Akan Digunakan untuk Kepentingan

Kejaksaan

c. Surat JA No. B-079/A/U.1/05/2016 perihal Tertib

Administrasi Penyelesaian Benda Sitaan dan Barang

Rampasan yang Dititipkan di Rupbasan.4

Hal tersebut mengakibatkan terbengkalainya Rupbasan dalam

mengelola benda sitaan dan rampasan negara.

F. Data Kepegawaian Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yang beralamat di Jalan Ampera

Raya No. 6A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Petugas di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan berjumlah 26 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Data pegawai Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)

Jakarta Selatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Agama Tahun 2018.

Tabel 3. 1 : Data Pegaawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Agama

Tahun 2018

Sumber : Tata Usaha Rupbasan Jakarta Selatan

4 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan No. E1 .35.PK.03. 10 Tahun 2002

tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan

Barang Rampasan Negara di Rupbasan

Jenis Kelamin Pendidikan Agama Jumlah

SMA D3 S1 S2 Islam Katholik Protestan Hindu Budha

Laki- Laki 12 - 6 1 19 - - - - 38

Perempuan - - 7 - 7 - - - - 14

Jumlah 12 - 13 1 26 - - - - 52

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

49

Data pegawai Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)

Jakarta Selatan Berdasarkan Pangkat/ Golongan Ruang Tahun 2018

Jenis

Kelamin

Pangkat/Golongan Ruang Pejabat

Eselon

II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IVa IVa IVb V

L 2 5 3 2 - 3 1 2 1 1 - 1

P - - - - 4 2 1 - - - - -

Total 2 5 3 2 4 5 2 2 1 1 - 1

Tabel 3. 2 : Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Pangkat/ Golongan Ruang Tahun 2018

Sumber : Tata Usaha Rupbasan Jakarta Selatan

Data pegawai Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)

Jakarta Selatan Berdasarkan Jabatan Pegawai Tahun 2018

NO NAMA JABATAN/JFU JUMLAH PEGAWAI

1 Kepala Unit Pelaksana Teknis 1 Orang

2 Kasubsie Pengamanan dan Pengelolaan -

3 Kasubsie Administrasi dan Pemeliharaan 1 Orang

4 Pengadministrasi Umum 2 Orang

5 Pengelola Data Kepegawaian 3 Orang

6 Pengelola Keuangan 1 Orang

7 Bendahara Pengeluaran 1 Orang

8 Pengelola BMN 2 Orang

9 Pengelola Benda sitaan Baran 7 Orang

10 Petugas/Anggota Jaga 8 Orang

Jumlah 26 Orang

Tabel 3. 3: Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Jabatan Tahun 2018

Sumber : Tata Usaha Rupbasan Jakarta Selatan

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

50

G. Jenis Benda sitaan/Baran Yang Disimpan Di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan

Nama Benda sitaan/Baran Penyimpanan Jumlah

Kendaraan bermotor roda 4

(empat)

Gudang Terbuka 29 Unit

Kendaraan roda 2 (dua) Gudang Terbuka 7 Unit

CPU Komputer Gudang Umum -

Dokumen dan Bukti

Transaksi

Gudang Umum -

Kendaraan bermotor roda 4

(empat)

Dirjen Imigrasi 61 Unit

Kendaraan bermotor roda 2

(dua)

Dirjen Imigrasi 1 Unit

Jumlah 98 Unit

Tabel 3. 4 : Data Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan Klas I Jaksel

Sumber : Dinding Administrasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan Desember 2018

H. Daftar Isi Perkara Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

No

Nama Gudang

Isi Gudang

RBB 1 RBB 2 RBB 3 RBB 4 RBB 5 RBB 6

1 GUDANG KPK 6 4 2 7 43

2 GUDANG TERBUKA I 3 1 5

3 GUDANG TERBUKA II 8 2

4 GUDANG TERBUKA III 6 6 5

5 GUDANG BERHARGA

6 GUDANG BERBAHAYA

7 GUDANG UMUM

Jumlah Total 23 13 7 7 5 43

Tabel 3. 5 : Data Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan Klas I Jaksel

Berdasarkan Tingkat Perkara

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

51

Keterangan :

RBB 1 : Penyidik

RBB 2 : Penuntut Umum

RBB 3 : Pengadilan Negeri

RBB 4 : Pengadilan Tinggi/ Banding

RBB 5 : Mahkamah Agung/ Kasasi

RBB 6 : Barang Rampasan Negara

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

52

BAB IV

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN

NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN KLAS I JAKSEL

A. Implementasi Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Dalam mengelola benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan

sesungguhnya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP, ketentuan lebih lanjut diatur dalam

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata

Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara di Rupbasan

dan Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

Pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan masih sangat tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 yaitu, dalam Pasal 27 yang

menjelaskan bahwa di Rupbasan ditempatkan benda yang harus disimpan

untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan

termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan hakim.

Dalam Pasal 27 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 bahwa

benda sitaan disimpan di Rupbasan untuk menjamin keselamatan dan

keamanannya. Lalu dalam Pasal 30 Ayat (2) dijelaskan juga bahwa

disamping tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 Ayat (3) Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas

administrasi benda sitaan.

Tetapi dalam pengimplementasiannya Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan tidak mengelola sesuai dengan peraturan tersebut di atas. Banyak

benda sitaan yang disimpan di instansi lain padahal belum berkoordinasi

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

53

dengan Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, adanya ketidaksuaian dalam

pengadministrasian benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, dan

kurang terjaminnya keselamatan benda sitaan dari segi pemeliharaannya. Hal

tersebut terjadi semata-mata bukan karena kesalahan dari pihak Rupbasan

sendiri, melainkan karena banyaknya pejabat negara yang berwenang dalam

mengelola benda sitaan negara yang melanggar aturan-aturan yang sudah

dibuat selama ini.

Mekanisme dan implementasi pengelolaan benda sitaan dan rampasan

negara telah dijelaskan dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03

Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan

Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan

pengimplementasian peraturan tersebut oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan:

1. Penerimaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

Benda sitaan negara yang akan disimpan di Rupbasan akan diterima

oleh petugas penerimaan benda sitaan yang ditunjuk oleh Kepala

Rupbasan dan telah ditentukan jadwal kerjanya. Benda sitaan yang

diterima oleh petugas penerima benda sitaan negara wajib diperiksa

terlebih dahulu kelengkapan administrasinya. Kelengkapan administrasi

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kelengkapan administrasi benda sitaan dari instansi penyidik

1) Surat pengantar penyerahan benda sitaan dari instansi penyidik

yang ditandatangani oleh pejabat yang bertanggung jawab secara

yuridis.

2) Data benda sitaan yang diserahkan.

3) Surat izin penyitaan dari pengadilan.

4) Surat perintah penyerahan benda sitaan dari instansi penyidik.

5) Berita acara penyitaan.

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

54

b. Kelengkapan administrasi benda sitaan dari instansi penuntut umum

1) Surat pengantar penyerahan benda sitaan dari instansi penuntut

umum yang ditandatangani oleh pejabat yang bertanggung jawab

secara yuridis

2) Data benda sitaan yang diserahkan

3) Surat izin penyitaan dari pengadilan

4) Berita acara penyitaan.

5) Surat perintah penyerahan benda sitaan dari instansi penuntut

umum.

6) Surat pelimpahan perkara dari instansi penyidik kepada instansi

penuntut umum.

c. Kelengkapan administrasi benda sitaan dari instansi pengadilan

1) Surat pengantar penyerahan benda sitaan dari instansi pengadilan

yang ditandatangani oleh pejabat yang bertanggung jawab secara

yuridis.

2) Data benda sitaan yang diserahkan surat izin penyitaan dari

pengadilan.

3) Berita acara penyitaan.

4) Surat perintah penyerahan benda sitaan dari pengadilan.

5) Surat pelimpahan perkara dari instansi penuntut umum kepada

pengadilan.

Setelah melakukan pengecekan terhadap kelengkapan administrasi dari

benda sitaan, selanjutnya akan dilakukan penelitian terhadap benda sitaan

tersebut. Dalam melaksanakan penelitian, Kepala Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan membentuk tim peneliti yang terdiri dari :

a. Pejabat yang membidangi administrasi sebagai ketua.

b. Ahli peneliti yang membidangi obyek penelitian benda sitaan.

c. Petugas administrasi peneliti.

Jika Rupbasan belum memiliki tenaga ahli peneliti, maka Kepala

Rupbasan dapat berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menunjuk tenaga

ahli peneliti.

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

55

Keterlibatan pihak ketiga dalam proses penelitian terhadap benda sitaan

negara bertujuan untuk menjamin pertanggung jawaban hasil penelitian.

Dalam melakukan penelitian benda sitaan dan rampasan negara, tim

peneliti memiliki tugas :

a. Melakukan penelitian fisik benda sitaan dan rampasan negara tentang

keadaan jenis, mutu, macam, dan jumlah dengan disaksikan oleh

petugas instansi yang bertanggung jawab secara yuridis terhadap

barang tersebut di ruangan khusus.

b. Mencocokan hasil penelitian dengan kelengkapan administrasi

penyerahan barang .

c. Hasil penelitian benda sitaan dan rampasan negara dicatat ke dalam

lampiran berita acara penelitian.

d. Hasil penelitian benda sitaan dan rampasan negara dibuatkan berita

acara penelitian.

e. Tim peneliti menyerahkan berita acara penelitian dan lampiran hasil

penelitian kepada petugas penilai.

Setelah Tim peneliti membuat berita acara, maka langkah selanjutnya

adalah penilaian benda sitaan dan rampasan negara oleh petugas penilai.

Dalam melakukan penilaian terhadap benda sitaan dan rampasan negara,

Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan membentuk tim penilai benda sitaan

dan rampasan negara yang terdiri dari :

a. Pejabat yang membidangi administrasi sebagai ketua

b. Ahli penilai yang membidangi obyek penilaian benda sitaan dan

rampasan negara

c. Petugas administrasi penilai.

Apabila Rupbasan belum memiliki tenaga ahli penilai, maka Kepala

Rupbasan dapat berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menunjuk tenaga

ahli penilai. Dalam melaksanakan penilaian benda siataan dan rampasan

negara, tim penilai memiliki tugas:

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

56

a. Melakukan penilaian fisik benda sitaan berdasarkan hasil penelitian

tim peneliti

b. Melakukan penilaian fisik benda sitaan berdasarkan standar biaya

umum, mekanisme harga pasar atau dasar penilaian lainnya sesuai

dengan aturan yang berlaku.

c. Melakukan penilaian benda sitaan negara bersama pihak ketiga

dengan izin Kepala Rupbasan.

d. Hasil penilaian benda sitaan negara dicatat ke dalam lampiran berita

acara penilaian

e. Hasil penilaian benda sitaan negara dibuatkan berita acara penilaian.

f. Tim penilaian menyerahkan berita acara penilaian dan lampiran hasil

penilaian kepada pejabat yang membidangi administrasi.

Setelah melewati tahap penelitian dan penilaian, selanjutnya benda sitaan

tersebut akan di dokumentasikan oleh petugas pendokumentasian.

Pendokumentasian dilakukan dengan cara melakukan pemotretan/

pengambilan gambar fisik benda sitaan negara untuk didokumentasikan.

Dalam melakukan pendokumentasian benda sitaan negara.

Selanjutnya adalah tahap serah terima benda sitaan. Dalam melaksanakan

tahap serah terima benda sitaan, pejabat yang membidangi administrasi

bertugas :

a. Memerintahkan petugas penerima untuk membuat acara serah terima

benda sitaan.

b. Menandatangani berita acara serah terima benda sitaan bersama-sama

petugas dari instansi yang menyerahkan dan saksi para pihak serta

diketahui oleh Kepala Rupbasan.

c. Menyerahkan benda sitaan beserta dokumennya kepada petugas

registrasi untuk dicatat dalam buku register sesuai dengan tingkat perkara

benda sitaan tersebut.

Dalam penerimaan benda sitaan negara yang dinyatakan cepat rusak,

berbahaya, dan/ atau menimbulkan biaya tinggi maka Kepala Rupbasan bisa

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

57

merekomendasikan kepada instansi yang bertanggung jawab secara yuridis

untuk melelang atau memusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Tata cara pemberian rekomendasi terhadap benda sitaan dan rampasan

negara yang dinyatakan cepat rusak, berbahaya, dan/ atau menimbulkan biaya

tinggi:

a. Kepala Rupbasan memerintahkan tim peneliti/ pemeriksa untuk

melakukan penelitian dan pemeriksaan.

b. Tim peneliti/ pemeriksa melakukan melakukan penelitian dan

pemeriksaan serta membuat berita acara penelitian/ pemeriksaan dan

melaporkannya kepada Kepala Rupbasan.

c. Kepala Rupbasan merekomendasikan benda sitaan dan rampasan

tersebut kepada instansi yang bertanggung jawab secara yuridis untuk

melelang atau memusnahkan benda sitaan dan/ atau benda rampasan

negara tersebut dengan tembusan kepada :

1) Direktur Jenderal Permasyarakatan dan Direktur Bina

Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara

2) Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia

d. Pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis melakukan

pengecekan terhadap benda sitaan dan rampasan negara yang

direkomendasikan untuk dilelang atau dimusnahkan.

e. Pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis mengusulkan

rekomendasi Kepala Rupbasan kepada pengadilan untuk memperoleh

penetapan pengadilan.

f. Instansi yang bertanggung jawab secara yuridis menyampaikan surat

penetapan/ putusan pengadilan tentang benda sitaan dan rampasan

negara yang akan dilelang atau dimusnahkan kepada Kepala

Rupbasan.

Pada kenyataannya instansi seperti kepolisian, kejaksaan, dan

pengadilan seringkali tidak memberikan benda sitaan tersebut di Rupbasan

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

58

Klas I Jakarta Selatan, instansi tersebut lebih memilih menyimpan benda

sitaannya sendiri di tempatnya masing-masing. Padahal dalam Pasal 27

Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 dijelaskan bahwa di

dalam Rupbasan ditempatkan benda yang harus disimpan untuk keperluan

barang bukti dalam pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di sidang pengadilan termasuk barang yang dinyatakan

dirampas berdasarkan putusan hakim.

Rupbasan telah melakukan upaya untuk mengatasi kesenjangan ini

dengan cara mengirim surat pemberitahuan ke instansi kepolisian dan

kejaksaan, bahkan melakukan koordinasi langsung ke tempat kepolisian

maupun kejaksaan. Tetapi hingga saat ini upaya yang dilakukan oleh

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan tidak mengubah banyak hal. Hingga saat

ini instansi yang masih mematuhi aturan dalam petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis pengelolaan benda sitaan negara dan rampasan negara

hanyalah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)1

2. Registrasi Benda Sitaan Negara

Dalam Pasal 32 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan KUHAP dinyatakan bahwa disamping

tanggungjawab secara fisik atas benda sitaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30 Ayat (3) Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas

administrasi benda sitaan, yang dijelaskan lebih lanjut dalam Direktur

Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Dalam melaksanakan registrasi benda

sitaan negara, petugas registrasi memiliki tugas:

a. Menerima benda sitaan dan dokumennya

1 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

59

b. Mencatat benda sitaan negara ke dalam buku register benda sitaan

sesuai tingkat perkara:

1) Tingkat Penyidikan

2) Tingkat Penuntutan

3) Tingkat Pengadilan Negeri

4) Tingkat Pengadilan Tinggi

5) Tingkat Mahkamah Agung

c. Benda sitaan dan barang rampasan negara yang ditempatkan di

tempat penyimpanan lain di luar Rupbasan dicatat dalam buku

register khusus sesuai dengan tingkat perkara.

d. Memberi segel, kode, dan label sebelum menyerahkan benda sitaan

dan barang rampasan tersebut kepada petugas penempatan.

e. Menyerahkan buku register untuk di paraf oleh pejabat administrasi

dan di tandatangani oleh Kepala Rupbasan.

f. Menyerahkan benda sitaan dan barang rampasan negara beserta

dokumennya kepada petugas klasifikasi dan penempatan.

Tetapi dalam kenyataannya instansi kepolisian, kejaksaan, KPK,

dan Pengadilan banyak yang tidak melaksanakan peraturan tersebut sesuai

dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang telah di tentukan.

Bapak Hendrawan selaku kasubsie pemeliharaan dan pengelolaan benda

sitaan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa

bahkan banyak instansi yang meminta surat keterangan bahwa benda

sitaan itu disimpan di Rupbasan padahal dalam kenyataannya benda sitaan

yang ada dalam surat tersebut sebenarnya tidak disimpan di Rupbasan Klas

I Jakarta Selatan, melainkan disimpan di instansi yang bertanggungjawab

atas benda sitaan itu masing-masing. Lalu Kepala Rupbasan juga diminta

menandatangani surat keterangan yang sebenarnya tidak sesuai dengan

prosedur yang telah ada, karena benda sitaan tersebut pada kenyataannya

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

60

disimpan di instansi kejaksaan tetapi dalam pengadministrasiannya benda

sitaan tersebut disimpan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.2

3. Klasifikasi dan Penempatan

Dalam Pasal 30 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan KUHAP menyatakan bahwa Tanggung jawab secara

fisik atas benda sitaan tersebut ada pada Kepala Rupbasan yang dijelaskan

lebih lanjut dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun

2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang

Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

Dinyatakan bahwa Setelah benda sitaan dicatat dalam buku register

khusus, benda sitaan tersebut selanjutnya akan diklasifikasikan sesuai

dengan jenis dan sifat benda sitaan lalu ditempatkan pada Gudang sesuai

dengan kategori benda sitaan tersebut.

a. Pengklasifikasian

Pengklasifikasian benda sitaan pada Rupbasan, berdasarkan jenis dan

sifatnya, yaitu:

1) Benda sitaan yang berkategori umum tertutup, terdiri dari

bermacam-macam benda atau barang yang peka dan sensitif

terhadap debu dan air, dan tidak merusak benda di sekitarnya.

Misalnya, mesin-mesin, alat elektronik, meubelair, peralatan listrik,

berbagai jenis keramik, dan tekstil,

2) Benda sitaan yang berkategori umum terbuka, terdiri dari

bermacam-macam benda atau barang yang menurut ukurannya

relatif besar dan sifatnya tahan terhadap debu dan perubahan suhu.

Misalnya, kendaraan bermotor roda dua, roda tiga, roda empat,

kendaraan tak bermotor (sepeda, gerobak tarik, gerobak dorong),

bahan bangunan, dan alat-alat mekanik.

2 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

61

3) Benda sitaan yang berkategori berharga, terdiri dari bermacam-

macam benda atau barang yang menurut penilaian mempunyai

nilai jual yang relatif tinggi dan tidak merusak benda di sekitarnya.

Misalnya, logam perhiasan yang terdiri dari logam adi/ mulia

(emas, platina, perak, logam, cair), logam bukan adi/ mulia (nikel,

tembaga, alumunium, timah putih, besi), batu permata, batu

perhiasan (berlian, intan, Mutiara), benda sitaan berupa uang (uang

logam, uang kertas), kertas berharga (deposito, bilyet giro,

sertifikat tanah, cek).

4) Benda sitaan yang dikategorikan berbahaya terdiri dari bermacam-

macam benda atau barang yang mempengaruhi dan atau dapat

merusak benda atau barang disekitarnya dan menganggu kesehatan

manusia. Contoh : Sediaan farmasi (obat jadi, jamu, kosmetika,

narkotika yang digunakan untuk pengobatan), bahan kimia

berbahaya (insektisida, rodentisida, desinfektan), explosive (mudah

meledak), oxidizing (penyebab kebakaran), bahan peledak

(detonator, dinamit, glatine. amunisi), senjata api (senjata

genggam, senjata bahu, dan sebagainya)

5) Benda sitaan yang berkategori hewan dan tumbuhan terdiri dari

bermacam-macam hewan dan tumbuhan. Contoh : Hewan

peliharaan (kucing, anjing penjaga, anjing pelacak), sapi, kerbau,

berbagai jenis unggas, berbagai jenis ikan dan sebagainya. Contoh :

Benda sitaan berupa tumbuhan yang dilindungi berupa berbagai

jenis palem, rafflesia, orchidaciae (anggrek), dan lain-lain.

Tanaman hias (berbagai jenis bonsai, adenium, aglaonema,

euphorbia, dan bunga- bungaan, dan lain-lain. Tanaman obat

(berupa kelapa sawit, kopi, tembakau, cengkeh coklat, tebu, dan

lain-lain). Tanaman pangan berupa (tanaman padi, jagung palawija,

dan lain-lain).

Petugas klasifikasi melakukan pengklasifikasian terhadap benda

sitaan berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan tim peneliti

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

62

dilihat dari jenis dan sifat benda sitaannya. Setelah itu petugas

klasifikasi mencatat hasil dari pengklasifikasian tersebut ke dalam

daftar klasifikasi. Lalu daftar klasifikasi benda sitaan tersebut

selanjutnya ditandatangani oleh Pejabat Administrasi dan diketahui

oleh Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Selanjutnya, hasil

klasifikasi benda sitaan tersebut diserahkan kepada petugas

penempatan benda sitaan.

b. Kategori Penempatan

Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa Gudang di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih belum memadai karena

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan hanya mempunyai Gudang umum.

Gudang umum terdiri dari udang umum terbuka dan Gudang umum

tertutup. 3

Gudang umum tertutup adalah ruangan/ tempat tertutup yang

digunakan untuk menempatkan benda sitaan dan barang rampasan

negara yang berkategori umum dengan ukuran yang relatif kecil, peka

terhadap perubahan cuaca, debu, dan air yang dapat mengakibatkan

kerusakaan pada benda tersebut.

Gudang umum terbuka adalah suatu bangunan/ tempat yang

bertiang dan beratap yang digunakan untuk menempatkan benda sitaan

dan barang rampasan negara yang berkategori umum dengan ukuran

yang relatif besar, tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca.

Dalam melaksanakan penempatan benda sitaan dan barang

rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan langkah pertama

yang dilakukan setelah petugas penempatan menerima benda sitaan

yang telah diklasifikasi oleh petugas klasifikasi adalah melakukan

penempatan benda sitaan dan barang rampasan negara. Lalu benda

sitaan dan barang rampasan negara dicatat dalam buku penempatan

benda sitaan dan barang rampasan negara pada masing-masing

3 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

63

Gudang. Benda yang sudah dicatat dalam buku penempatan benda

sitaan dan barang rampasan negara ditulis juga dalam papan control

benda sitaan dan barang rampasan negara. Petugas penempatan secara

periodik harus melakukan stock opname terhadap seluruh benda sitaan

dan barang rampasan negara yang berada di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan. Hasil stock opname benda sitaan dan barang rampasan negara

ditandatangani pejabat yang membidangi administrasi dan diketahui

oleh Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Stock Opneme adalah kegiatan mendata/ menghitung kembali

jumlah fisik benda sitaan dan barang rampasan negara, sebagai internal

control Rupbasan untuk mengetahui kesesuaian antara pencatatan pada

buku register (data komputer) dengan jumlah fisik benda sitaan dan

barang rampasan yang ada di Gudang Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

4. Pemeliharaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara

Dalam Pasal 27 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan KUHAP menyatakan bahwa benda sitaan disimpan

di Rupbasan untuk menjamin keselamatan dan keamanannnya, yang

dijelaskan lebih lanjut dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-

140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan

Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan

Benda Sitaan Negara dijelaskan tentang pemeliharaan benda sitaan dan

rampasan negara di Rupbasan.

Pemeliharaan benda sitaan dan rampasan negara adalah kegiatan

memelihara benda sitaan dan rampasan negara selama benda sitaan dan

rampasan negara dititipkan di Rupbasan. Pemeliharaan dimaksudkan untuk

memelihara dan merawat fisik benda sitaan dan rampasan negara selama

disimpan di Rupbasan. Dalam memelihara benda sitaan dan rampasan

negara, benda-benda yang berada di dalam Gudang penyimpanan

dibersihkan sebanyak satu minggu sekali dan untuk benda sitaan dan

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

64

rampasan negara seperti kendaraan roda empat dan roda dua dihidupkan

untuk dipanaskan mesinnya. Jika bensin kendaraan sitaan tersebut habis

maka akan diisi oleh petugas.

a. Tugas Petugas Pemelihara :

1) Melakukan pemeliharaan fisik benda sitaan dan barang rampasan

negara secara berkala sesuai dengan standar pemeliharaan benda

sitaan dan rampasan.

2) Menginventarisir benda sitaan dan barang rampasan negara yang

memerlukan pemeliharaan khusus.

3) Dalam melakukan pemeliharaan benda sitaan dan barang

rampasan negara dapat mengikutsertakan pihak ketiga atas izin

Kepala Rupbasan.

4) Mencatat hasil pemeliharaan pada kartu pemeliharaan dan

menggantungkannya pada benda sitaan dan rampasan negara.

5) Mencatat hasil pemeliharaan ke dalam buku pemeliharaan.

6) Melaporkan hasil pemeliharaan benda sitaan dan barang

rampasan negara kepada Kepala Rupbasan melalui pejabat

administrasi.

7) Mencatat dan melaporkan kepada Kepala Rupbasan untuk

diberitahukan kepada instansi yang bertanggung jawab secara

yuridis jika terjadi kerusakan atau penyusutan benda sitaan dan

barang rampasan negara.

b. Tata Cara Pemeliharaan Rupbasan

Pemeliharaan benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan

dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara umum.

2) Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan khusus.

Dalam Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor

16 Tahun 2014 menyatakan bahwa Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan

menggunakan metode preventive maintance secara berkala sesuai waktu

yang ditentukan berdasarkan standar pemeliharaan benda sitaan dan

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

65

rampasan negara yaitu minimal 2 kali dalam seminggu. Tetapi untuk

benda sitaan tertentu yang memerlukan pemeliharaan yang segera dapat

dilaksanakan pemeliharaan secara darurat (emergency).

Tetapi pada kenyataannya kegiatan pemeliharaan di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan hanya terlaksana sebanyak seminggu sekali. Hal tersebut

tentu saja tidak sesuai dengan Pasal 27 Ayat (3) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP yang menyatakan

bahwa benda sitaan harus dijaga keselamatan dan keamanannya.

Keselamatan yang dinyatakan tersebut dimaksud agar benda sitaan tetap

seperti keadaan semula saat awal diserahkan kepada Rupbasan.

Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa hal

tersebut terjadi karena kurangnya anggaran yang diberikan oleh negara

kepada Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Jadi dari pihak Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan harus mempunyai tindakan tersendiri agar anggaran yang

diberikan oleh Kementrian Hukum dan HAM cukup untuk memelihara

benda sitaan yang jumlahnya banyak di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.4

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan

benda sitaan dan barang rampasan di Rupbasan adalah :

a. Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara di

Rupbasan dilaksanakan berdasarkan jenis dan sifat benda sitaan

dan barang rampasan itu sendiri di Gudang tempat

penyimpanannya masing-masing.

b. Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan dilaksanakan :

(1) Secara berkala : minimal dua kali seminggu

(2) Secara darurat : dilakukan segera terhadap benda sitaan tertentu

yang memerlukan perawatan/ pemeliharaan.

c. Memperhatikan secara khusus benda sitaan tertentu yang

berbahaya, berharga, dan lain-lain.

4 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

66

d. Mencatat dan melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab

secara yuridis jika terjadi kerusakan dan/ atau penyusutan terhadap

benda sitaan.

e. Mencatat dan menilai hasil-hasil dari kegiatan pemeliharaan.

f. Membuat laporan kegiatan pemeliharaan yang ditandatangani oleh

pejabat yang membidangi pemeliharaan benda sitaan.

g. Mendokumentasikan dan mengarsipkan laporan pemeliharaan.

5. Pemutasian Benda Sitaan dan Rampasan Negara

Mutasi dalam KBBI artinya pemindahan. Pemutasian benda sitaan

adalah kegiatan pemutasian benda sitaan dan rampasan negara secara

administrasi yang berkaitan dengan peralihan kewenangan yuridis benda

sitaan dan rampasan negara yang disertai dengan perubahan pencatatan

pada buku register. Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-

140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan

Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan

Benda Sitaan Negara dijelaskan tentang pemutasian.

a. Macam-macam mutasi

1) Mutasi benda sitaan dari tingkat penyidik ke tingkat penuntutan.

2) Mutasi benda sitaan dari tingkat penuntutan ke tingkat pengadilan

negeri.

3) Mutasi benda sitaan dan dari tingkat pengadilan negeri ke tingkat

pengadilan tinggi.

4) Mutasi benda sitaan dari tingkat pengadilan tinggi ke tingkat

mahkamah agung

5) Mutasi dari benda sitaan negara menjadi barang rampasan

negara.

b. Syarat Pemutasian

1) Syarat mutasi benda sitaan pada tingkat penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di pengadilan harus melampirkan:

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

67

a) Surat pelimpahan perkara sesuai tingkat penuntutan dan

pemeriksaan di sidang pengadilan

b) Berita acara pelimpahan perkara.

2) Syarat mutasi benda sitaan berdasarkan penetapan hakim harus

melampirkan:

a) Salinan penetapan hakim

b) Surat perintah eksekusi

c) Berita acara eksekusi

3) Syarat mutasi benda sitaan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap harus melampirkan :

a) Salinan putusan pengadilan.

b) Surat perintah eksekusi.

c) Berita acara eksekusi.

4) Berita acara penelitian mutasi.

5) Lampiran berita acara penelitian mutasi

6) Berita acara penilaian mutasi.

7) Lampiran berita acara penilaian mutasi.

8) Berita acara serah terima mutasi benda sitaan yang ditandatangani

oleh petugas yang menyerahkan, petugas yang menerima, saksi

yang diketahui oleh Kepala Rupbasan.

9) Dokumentasi.

Dalam melakukan pemutasian benda sitaan negara, instansi seperti

kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan tidak melakukan prosedurnya

sesuai dengan batas waktu proses pemeriksaan perkara yang sudah

ditentukan di KUHAP. Padahal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 1983 Pasal 27 Ayat (1) bahwa benda sitaan dan barang rampasan

negara disimpan dalam Rupbasan disesuaikan dengan tingkat

pemeriksaan perkara. Hal tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal 25

Ayat (1) Permenkumham Nomor 16 Tahun 2014 yang menyatakan

bahwa Jangka waktu pengelolaan Benda Sitaan di Rupbasan

disesuaikan dengan proses penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

68

dengan ketentuan perundang-undangan. Pada kenyataannya, ketiga

instansi tersebut sering melewati batas wakktu yang sudah ditentukan

oleh KUHAP. Karena ketidaksesuaian antara peraturan yang ada

dengan pengimplementasiannya, banyak benda yang terbengkalai dan

turun nilai ekonomisnya karena terlalu lama disimpan di Rupbasan Klas

I Jakarta Selatan.5

6. Penghapusan Benda Sitaan dan Rampasan Negara

Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang

Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

dijelaskan tentang penghapusan.

Penghapusan Benda Sitaan dan Rampasan Negara dilakukan karena

faktor alam yang mengakibatkan kerusakan dan/ atau penyusutan,

Kebakaran, bencana alam, keributan.

a. Syarat penghapusan

1) Rekomendasi tim peneliti yang menyatakan bahwa benda

sitaan dan/ atau barang rampasan negara mengalami

pembusukan, kerusakan, penyusutan, bencana alam,

kebakaran, dan keributan.

2) Surat usulan Kepala Rupbasan kepada pihak yang bertanggung

jawab secara yuridis perihal penghapusan benda sitaan dan

barang rampasan negara.

3) Penetapan penghapusan dari pengadilan.

4) Surat pelaksanaan penetapan/ pengeluaran benda sitaan dan/

atau barang rampasan dari instansi yang bertanggung jawab

secara yuridis.

5) Surat pelaksanaan petugas yang melaksanakan penetapan

pengadilan.

5Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

69

6) Berita acara penghapusan.

Menurut Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan dalam tahap

penghapusan benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan dalam pengimplementasiannya sudah sesusai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

KUHAP. Yang diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan dan

Petunjuk Teknis Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Benda Sitaan dan

Barang Rampasan Negara di Rupbasan.6

7. Pengeluaran benda sitaan dan rampasan negara

Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang

Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

dijelaskan tentang pengeluaran.

a. Pengeluaran Benda Sitaan Sebelum Adanya Putusan Pengadilan

Yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap

1) Macam-macam pengeluaran benda sitaan :

a) Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak

memerlukan lagi.

b) Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup

bukti atau bukan merupakan tindak pidana

c) Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan

umum atau ditutup demi hukum

2) Pengeluaran benda sitaan berdasarkan kondisi benda sitaan

a) Benda sitaan yang mudah rusak

b) Benda sitaan yang membahayakan

c) Benda sitaan yang memerlukan biaya penyimpanan yang

tinggi.

3) Syarat-syarat pengeluaran benda sitaan

6 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

70

a)

b) Berdasarkan status hukum

(1) Surat penetapan dari pengadilan.

(2) Surat pengeluaran benda sitaan dari instansi yang

bertanggung jawab secara yuridis.

(3) Surat tugas dari instansi yang bertanggung jawab secara

yuridis

(4) Daftar benda sitaan yang akan dikeluarkan.

(5) Berita acara pengeluaran.

c) Berdasarkan kondisi benda sitaan.

(1) Berita acara hasil penelitian tim peneliti

(2) Surat rekomendasi Kepala Rupbasan kepada instansi

yang bertanggung jawab secara yuridis untuk

melaksanakan lelang

(3) Surat penetapan dari pengadilan.

(4) Surat pengeluaran benda sitaan dari instansi yang

bertanggung jawab secara yuridis.

(5) Surat tugas dari instansi yang bertanggung jawab secara

yuridis

(6) Berita acara pengeluaran

b. Pengeluaran Benda Sitaan dan/ atau Barang Rampasan Sesudah

Adanya Putusan Pengadilan Yang Telah Memperoleh Kekuatan

Hukum Tetap.

1) Macam-macam Pengeluaran

a) Dikembalikan kepada yang berhak

b) Dirampas untuk negara :

(1) Dilelang

(2) Dimusnahkan

(3) Dihibahkan kepada instansi yang membutuhkan untuk

dimanfaatkan.

2) Syarat-syarat Pengeluaran

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

71

a) Salinan putusan pengadilan

b) Surat perintah pelaksanaan putusan pengadilan

c) Berita acara pelaksanaan putusan pengadilan

d) Surat tugas dari instansi yang bertanggung jawab secara

yuridis

e) Berita acara pengeluaran

Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa dalam

melakukan pengeluaraan benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

yang berlaku.7

8. Pengamanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara

Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang

Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

dijelaskan tentang pengamanan.

Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas keamanan benda sitaan

dan barang rampasan negara di Rupbasan dan dalam pelaksanaannya

dibantu oleh pejabat yang membidangi pengamanan. Maksud dari

pengamanan sendiri yaitu untuk mengamankan dan menyelamatkan

Rupbasan beserta isinya agar pelaksanaan pengelolaan benda sitaan

dan rampasan negara berjalan secara baik dan benar. Sasaran

pengamanan di Rupbasan yaitu Gedung kantor dan isinya, Gudang-

gudang yang ada di Rupbasan, benda sitaan dan barang rampasan

negara yang ada di Rupbasan. Lingkungan di sekitar Rupbasan pun

juga harus diberi pengamanan.

Pelaksanaan pengamanan dan penyelamatan di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan dilakukan dengan membagi tugas piket untuk menjaga

benda sitaan, sehingga benda sitaan lebih terjamin keamanannya.

7 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

72

Dalam pengamanan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan terdiri dari 4

(empat) regu jaga dan masing-masing regu diisi oleh 2 (dua) orang.

Tugas pengamanan dilaksanakan oleh regu pengaman secara

bergantian berdasarkan jadwal yang telah dibuat oleh Kepala Sub

Seksi Pengamanan dan Pengelolaan yaitu Bapak Hendrawan. Berikut

tugas pengamanan yang dilakukan oleh regu pengaman :

a. Mengamankan Rupbasan dari gangguan keamanan seperti

pengrusakan, pencurian, penjarahan, penukaran, dan

kebakaran.

b. Menyelamatkan Rupbasan beserta isinya pada saat dan setelah

terjadi gangguan keamanan dan gangguan bencana alam

(banjir, gempa, dll)

c. Melaksanakan administrasi pengamanan Rupbasan

d. Mengamankan proses pengelolaan benda sitaan dan barang

rampasan negara

e. Menerima tamu dan mencatat keperluannya dalam buku tamu.

f. Mengawasi dan mencatat keluar masuknya benda sitaan dan

rampasan negara

g. Melakukan langkah-langkah yang bersifat preventif aktif, yaitu

suatu tindakan pencegahan, untuk menghadapi ancaman dan

gangguan yang dapat terjadi sewaktu-waktu di dalam maupun

sekitar lingkungan Rupbasan.

h. Melaporkan kepada Kepala Rupbasan jika terjadi gangguan

keamanan, gangguan bencana alam, dan kegiatan

penyelamatan.

i. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

Kepala Rupbasan Klas 1 Jakarta Selatan mengatakan bahwa dalam

pengamanan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan sudah sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan dan

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

73

Petunjuk Teknis Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda

Sitaan Negara di Rupbasan.8

9. Pelaporan Benda Sitaan dan Rampasan Negara

Guna ketertiban administrasi, pengawasan, pemantauan dan

pengendalian tugas pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan

negara diperlukan informasi lengkap yang dikirim dengan cepat, tepat,

dan cermat. Semua kegiatan pengelolaan benda sitaan dan barang

rampasan negara dilaporkan tertulis kepada atasan secara hirearkis

pada tiap bulan, triwulan, tengah tahunan, dan tahunan

Jika terjadi peristiwa luar biasa, Kepala Rupbasan segera

melaporkannya kepada Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum

dan HAM setempat dengan tembusan Direktorat Jenderal

Permasyarakatan dan instansi yang bertanggung jawab secara yuridis.

B. Hambatan Dalam Mengelola Benda Sitaan dan Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

Dalam melaksanakan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan

negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan berdasarkan peraturan-peraturan

yang telah ada, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengalami banyak hambatan

dalam melaksanakan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara.

Berdasarkan hasil penelitian, wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

telah peneliti lakukan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, maka peneliti akan

menjelaskan hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan dalam mengelola benda sitaan dan barang rampasan negara.

Berikut hambatan-hambatan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Hambatan Internal

Hambatan internal merupakan hambatan yang timbul dari dalam Rupbasa

Klas I Jakarta Selatan sendiri, yaitu :

8 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

74

a. Belum memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Hal

ini merupakan faktor yang menghambat pengelolaan benda sitaan

dan barang rampasan negara di Rupbasan. Kepala Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan mengatakan bahwa bangunan yang kini ditempati

oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan adalah kontrakan yang disewa

pertahun kepada pemiliknya, sehingga Rupbasan Klas I Jaksel tidak

bisa membentuk gudang-gudang yang dibutuhkan dalam menyimpan

benda sitaan dan rampasan negara. Bahkan di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan hanya terdapat dua macam Gudang, yaitu gudang

umum terbuka dan gudang umum tertutup. Hal itu menghambat

Rupbasan dalam mengelola benda sitaan dan barang rampasan

negara karena Rupbasan tidak menyimpan benda-benda sitaaan

dengan klasifikasi Karena bangunan Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan ya ng tidak terlalu luas, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

bahkan harus menitipkan sebagian barang rampasannya di Gedung

Sentra Mulia Dirjen Imisgrasi Kementrian Hukum dan HAM miliki

KPK.9

b. Anggaran pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara

pertahun yang diterima Rupbasan masih sangat minim sekali. Kepala

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan menyatakan bahwa anggaran yang

diberikan oleh pemerintah untuk Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah benda sitaan

dan barang rampasan negara yang sudah menumpuk di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan. Maka dari itu, Rupbasan harus mencari cara

untuk memenuhi kebutuhan Rupbasan dalam mengelola benda sitaan

dan barang rampasan negara yaitu dengan memaksimalkan

anggaran yang di berikan pemerintah yang dilakukan dengan cara

memilah mana benda sitaan yang harus di prioritaskan dan mana

yang tidak. Kasubsie Pemeliharaan dan Pengelolaan (Bapak

9 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

75

Hendrawan) menyatakan bahwa jika Rupbasan sudah sangat

kekurangan anggaran, hal yang dilakukan adalah mengajukan

anggaran ke Permerintah. Dan jika seandainya benda sitaan titipan

KPK mengalami kerusakan, hal yang akan dilakukan Rupbasan Klas

I Jakarta Selatan adalah menginformasikannya terlebih dahulu

kepada KPK, setelah itu KPK lah yang akan memperbaiki benda

sitaan negara tersebut.10

c. Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan. Kasubie Pemeliharaan dan Pengelolaan Rupbasan

(Bapak Hendrawan) menyatakan bahwa pejabat dan petugas di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan tidak semuanya paham tentang

benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan. Sulitnya mengetahui nilai dari setiap benda sitaan

dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan

karena tidak tersedianya tenaga ahli penilai/ penaksir. Di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan juga masih kekurangan petugas peneliti benda

sitaan dan barang rampasan negara. 11

2. Hambatan eksternal

a. Benda sitaan dan barang rampasan negara banyak yang tidak

diserahkan dan disimpan di tempat lain tetapi tidak di informasikan

terlebih dahulu kepada Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Jika dilihat

dalam bentuk das sollen dan das sein dalam pengelolaan benda

sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan ini masih belum sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam das sollen, jika dilihat dari Pasal 44 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana yang menjelaskan bahwa benda sitaan disimpan dalam

10 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. 11 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

76

rumah penyimpanan benda sitaan negara. Jadi penyidik dari POLRI,

Kejaksaan maupun KPK seharusnya melaksanakan isi dari Pasal 44

Ayat (1) tersebut. Namun dalam das sein nya, banyak instansi yang

bertanggung jawab secara yuridis terhadap benda sitaan dan barang

rampasan negara yang menyimpan benda sitaannya di tempat

penyimpanan mereka sendiri tanpa melaporkan terlebih dahulu ke

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Dan itu termasuk pelanggaran

hukum oleh penegak hukum jika dilihat dari Pasal 44 Ayat (1)

KUHP.12

b. Kepastian hukum terhadap batas waktu benda sitaan dan barang

rampasan negara tidak konsisten mengikuti batas waktu proses

pemeriksaan perkara yang sesuai dengan KUHAP. Seharusnya

waktu pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat banding,

kasasi, dan peninjauan kembali sesuai dengan ketentuan yang sudah

ada di ketentuan KUHAP. Karena Rupbasan menunggu putusan

hukum yang sudah inkracht, jadi Rupbasan harus menunggu hingga

proses kasasi bahkan ada yang sampai mengajukan peninjauan

kembali. Hal tersebut menghambat faktor pengelolaan benda sitaan

dan barang rampasan negara di Rupbasan. Hal ini juga terjadi

karena lambatnya jaksa dalam mengeksekusi putusan hakim yang

berkaitan dengan benda sitaan. Hal ini mengakibatkan tertumpuknya

benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.13

c. Rupbasan bersifat pasif terhadap benda sitaan dan barang rampasan

negara. Sehingga Rupbasan tidak bisa menuntut agar kepolisian,

kejakasaan, dan KPK menyerahkan benda sitaan dan barang

rampasan yang sedang mereka tangani untuk disimpan di Rupbasan

Klas I Jakarta Selatan. Rupbasan hanya bisa menunggu benda sitaan

12 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

13 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

77

dan barang rampasan diserahkan oleh Kejaksaan, Kepolisian,

maupun KPK.14

14 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan.

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti mengenai

Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 terhadap

pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di

Rupbasan Klas I Jaksel, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara,

Rupbasan Klas I Jaksel secara mekanisme belum sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

KUHAP yang diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direktorat Jenderal

Permasyarakatan Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan

Petunjuk Teknis Pengelolaan Basan dan Baran Negara di Rupbasan.

Mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di

Rupbasan Klas I Jaksel yaitu, Pertama, penerimaan benda sitaan dan

barang rampasan negara. Kedua, dilakukan regitrasi benda sitaan

negara. Ketiga, pengklasifikasian dan penempatan benda sitaan yang

sudah dicatat di dalam buku register. Keempat, pemeliharaan benda

sitaan dan barang rampasan negara. Kelima, pemutasian benda sitaan

dan barang rampasan negara. Keenam, penghapusan benda sitaan dan

barang rampasan negara. Ketujuh, pengeluaran benda sitaan dan

barang rampasan negara.

2. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan benda sitaan

dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jaksel mencakup

hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal di Rupbasan Klas

I Jaksel yaitu belum memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jaksel,

anggaran pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara

pertahun yang diterima Rupbasan masih sangat minim sekali, dan

kurangnya SDM di Rupbasan Klas I Jaksel. Selanjutnya, Hambatan

Eksternal yang dialami oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yaitu

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

79

benda sitaan dan barang rampasan negara yang disimpan di tempat

lain tidak di informasikan terlebih dahulu kepada Rupbasan Klas I

Jaksel, kepastian hukum terhadap batas waktu benda sitaan dan barang

rampasan negara tidak konsisten mengikuti batas waktu proses

pemeriksaan perkara yang sesuai dengan KUHAP, Rupbasan bersifat

pasif terhadap benda sitaan dan barang rampasan negara.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi Peraturan

Pemerintah Nomot 27 Tahun 1983 terhadap pengelolaan benda sitaan dan

barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yang telah

dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai

berikut:

1. Mengajukan penambahan anggaran bagi Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan kepada Kementrian Hukum dan HAM agar pemeliharaan

benda sitaan dan barang rampasan negara yang disimpan di dalam

Rupbasan Klas I Jakarta tidak mengalami kerusakan, tidak turun nilai

ekonomisnya, dan supaya benda sitaan tetap terjaga seperti semula

seperti ketika benda sitaan diserahkan kepada Rupbasan Klas I Jakarta

Selatan.

2. Meningkatkan kuantitas sumber daya manusia di Rupbasan Klas I

Jakarta Selatan mengingat kurangnya sumber daya manusia dalam

mengelola benda sitaan dan barang rampasan negara yang cukup

banyak di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

3. Rupbasan Klas I Jakarta Selatan perlu diikutsertakan dalam kegiatan

pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan penelitian tentang mesin

pada kendaraan roda empat, roda dua, dan alat elektronik seperti

komputer.

4. Pemerintah harus mengalokasikan tempat yang memenuhi standar dan

memadai untuk Rupbasan Klas I Jakarta Selatan agar pelaksanaan

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

80

pengelolaan benda sitaaan dan barang rampasan berjalan dengan

maksimal.

5. Meningkatkan koordinasi dengan kepolisian, kejaksaan, KPK, dan

pengadilan terkait penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan

negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

81

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah.

Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2011.

Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006.

Aruan, Ukkap Marolop. "Tata Cara Penyitaan Barang Bukti Tindak Pidana

Menurut KUHAP". Lex Crimen

Asshidiqie, Jimly, Safa'at, dan M. Ali. Theory Hans Kelsen Tentang Hukum.

Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,

2006.

-------------. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,

2007.

Azhary. Negara Hukum Indonesia . Jakarta : UI Press, 1995.

Farida, Maria. Ilmu Perundang-undangan. Yogyakarta : Kanisius, 1998.

Hakim, Abdul Azis. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonsesia. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 2011.

Hamid, H. Hamrat dan Harun M Husein. Pembahasan Permasalahan KUHAP

Bidang Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab. Jakarta: Sinar Grafika,

1992.

Hamzah Andi. Pengusutan Perkara Melalui Sarana Teknik dan Sarana Hukum.

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

----------------. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta:

Sinar Grafika , 2002.

Juhrif, Vivtor M Situmorang dan Jusuf. Aspek Hukum Pengawasan Melekat.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

82

Kelsen, Hans. General Theory of Law and State. USA : Harvard University

Printing Office Cambridge, 2009.

Lamintang, Theo. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum

Pidana dan Yurisprudensi. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Narbuko, Cholid. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Remmenlink, Jan. Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam

Kitab Undnag-Undang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Gramedia,

2003.

Sabuan, Ansori. Hukum Acara Pidana. Bandung: Angkasa Bandung, 1990.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif . Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Sofyan, Andi Muhammad dan Abdul Asis. Hukum acara Pidana Suatu

Pengantar. Jakarta: Kencana, 2014.

Sopyan, Yayan. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah ,

2010.

Setiawan, Guntur. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta : Balai

Pustaka, 2005.

Suharjito, Didik. Pengantar Metode Penelitian. Bogor: PT Penerbit IPB Press,

2014.

Sumitro, Ronny Hamitjo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983.

Usman, Nurdin. Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta : Grasindo, 2002.

Yunas, Didi Nazmi. Konsepsi Negara Hukum. Padang: Angkasa Raya Padang,

1992.

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

83

Zen, Patra. A. M dan Daniel Hutagalung. Panduan Bantuan Hukum Indonesia.

Jakarta : Sentalisme Production, 2006.

Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2014

Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Rampasan

Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana.

Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04.PR.07 Tahun 2001 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara

Internet atau Website:

Arto, Sugi. Blog. Januari 24, 2019.

http://artonang.blogspot.com/2015/01/peraturan-pemerintah-pp.html

(Diakses pada 24 Januari 2019)

Ferdianto, Riky. Tempo.co. Oktober 20, 2018.

https://fokus.tempo.co/read/1039275/barang -bukti-di-Rupbasan-

nyarisjadi-rongsokan (diakses 11 November, 2018).

Kanwil Kementrian Hukum dan HAM,

https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1050-Rupbasan-jaksel,

(diakses 10 Februari, 2019)

Tisiana. Kumparan. November 6, 2017. https://kumparan.com/tisiana/mengkilat

hingga-berkarat-semua-ada-di Rupbasan-jakarta-selatan. (diakses 11

November, 2018).

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

84

Wawancara :

Viverdi Anggoro. Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan: Jakarta. 8 Februari 2019.

Hendrawan. Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di

Rupbasan Klas I Jakarta Selatan: Jakarta. 8 Februari 2019.

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46344... · 2019-07-29 · IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN

85

LAMPIRAN