IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN...
Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN...
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN
1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN
NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN SITAAN KLAS I
JAKSEL
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
APRILIA S NASUTION
NIM :11150480000042
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN
1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN
NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN SITAAN KLAS I
JAKSEL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Aprilia S Nasution
NIM 11150480000042
Pembimbing:
Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum.
NIP. 195903191979121001
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
ii
iii
iv
ABSTRAK
Aprilia S Nasution. NIM 11150480000042. IMPLEMENTASI PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TERHADAP PELAKSANAAN
PENGELOLAAN BENDA SITAAN DAN BARANG RAMPASAN
NEGARA. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2019M. Ix + 87
halaman
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan mekanisme pengelolaan benda
sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan dan
hambatan yang ditemui oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan dalam pengelolaan
benda sitaan dan barang rampasan negara.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan
pendekatan penelitian normatif-empiris. Penelitian yang dilakukan dengan
melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, dan buku-buku
yang berhubungan dengan skripsi ini. Peneliti juga meneliti mengenai
implementasi ketentuan hukum (normatif) dalam kenyataan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa mekanisme pelaksanaan pengelolaan
benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
secara mekanisme belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1983. Mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yaitu, penerimaan dan registrasi, klasifikasi dan
penempatan, pemeliharaan, mutasi, penghapusan, penggunaan benda sitaan untuk
proses peradilan, pengeluaran, pengamanan, dan pelaporan. Dalam pelaksanaan
pengelolaan benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih ditemukan
hambatan secara internal dan eksternal. Hambatan internal yaitu belum
memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jaksel, Minimnya Anggaran Rupbasan
Klas I Jaksel, dan sumber daya manusian. Hambatan eksternal yaitu banyak benda
sitaan yang disimpan di tempat lain tanpa ada laporan kepada Rupbasan Klas I
Jaksel, kepastian hukum terhadap batas waktu benda sitaan dan barang rampasan
negara, dan Rupbasan yang bersifat pasif terhadap benda sitaan dan barang
rampasan negara.
Kata Kunci : Rupbasan, Benda Sitaan, Barang Rampasan.
Pembimbing : Dr. Burhanuddin, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : 1986 sampai 2014.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena
berkat rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1983 Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan Dan Rampasan
Negara Di Rupbasan Klas I Jaksel”. Sholawat serta salam peneliti panjatkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam, yang telah membawa
umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderan ini .
Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, dan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah Dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi
dalam pembuatan skripsi ini.
3. Terkhusus Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum. yang telah bersedia meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
4. Kepala dan Staf Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti
mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.
5. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam
penyelesaian karya tulisnya
Jakarta, 15 Mei 2019
Peneliti
Aprilia S Nasution
vi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ............................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ....................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................... 6
1. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
2. Pembatasan Masalah ............................................................................... 7
3. Perumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7
D. Metode Penelitian ....................................................................................... 8
E. Sistematika Penelitian ............................................................................... 12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENYITAAN BENDA SITAAN
DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN ......................... 14
A. Kerangka Teori ......................................................................................... 14
1. Teori Negara Hukum ............................................................................. 14
2. Teori Pengawasan .................................................................................. 16
B. Kerangka Konseptual ................................................................................ 18
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................................ 38
BAB III : PROFIL RUPBASAN KLAS I JAKSEL ....................................................... 40
A. Visi Misi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................................... 40
B. Sejarah Rupbasan Klas I Jakarta Selatan .................................................. 40
C. Struktur Organisasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................... 41
D. Klasifikasi Benda Sitaan dan Rampasan Negara di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan .......................................................................................... 43
E. Penempatan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan ................................................................................ 45
F. Data Kepegawaian Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ................................ 48
vii
G. Jenis Benda sitaan/Baran Yang Disimpan Di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan .......................................................................................... 50
H. Daftar Isi Perkara Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ................................. 50
BAB IV : IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27
TAHUN 1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN
BARANG SITAAN NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI
RUPBASAN KLAS I JAKSEL ...................................................................... 52
A. Implementasi Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................................................... 52
Hambatan Dalam Mengelola Benda Sitaan dan Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan ............................................................... 73
BAB V : PENUTUP ...................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ............................................................................................... 78
B. Rekomendasi ............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 81
LAMPIRAN .................................................................................................................... 85
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 : Data Pegaawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Tingkat
Pendidikan dan Agama Tahun 2018 ............................................................ 48
Tabel 3. 2 : Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Pangkat/
Golongan Ruang Tahun 2018 ...................................................................... 49
Tabel 3. 3 : Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Jabatan Tahun
2018 ............................................................................................................... 49
Tabel 3. 4 : Data Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jaksel ................................................................................. 50
Tabel 3. 5 : Data Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan Klas I
Jaksel Berdasarkan Tingkat Perkara ............................................................ 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik
itu pidana umum maupun pidana khusus, seperti kasus korupsi seringkali
mengharuskan penyidik untuk melakukan upaya paksa dalam bentuk
penyitaan barang atau benda yang dimiliki oleh tersangka karena akan
dijadikan sebagai alat bukti sampai perkara tersebut selesai lalu diputus
hakim dan mendapatkan kekuatan hukum tetap. Dalam konteks yang
demikian dikenal istilah benda sitaan negara dan barang rampasan negara.
Benda sitaan negara menurut Pasal 1 Angka 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang
Undang Hukum Acara Pidana adalah benda yang disita oleh Negara untuk
keperluan proses peradilan. Sementara itu benda rampasan negara adalah
barang bukti yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dirampas
untuk negara yang selajutnya dieksekusi dengan cara dimusnahkan,
dilelang untuk negara, diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk
dimanfaatkan dan disimpan di Rupbasan untuk barang bukti dalam
perkara lain.1
Ketentuan Pasal 45 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
menentukan bahwa benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang
untuk diedarkan, dirampas untuk dipergunakan bagi kepentingan negara
atau untuk dimusnahkan. Termasuk dalam kategori barang sitaan yang
dilarang untuk diedarkan antara lain adalah minurnan keras, narkotika,
psikotropika, senjata dan bahan , buku-buku atau gambar atau bentuk lain
barang yang masuk dalam kelompok pornografi. KUHAP mengatur
1 Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia. (Jakarta: Gramedia. Jakarta, 2003), h. 12
2
adanya upaya-upaya paksa dalam penyidikan yaitu penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat. Menurut
Pasal 1 Ayat (16) KUHAP dinyatakan bahwa penyitaan adalah
serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud
atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan, dan peradilan. Terhadap benda apa saja yang dapat dikenakan
penyitaan ditentukan dalam Pasal 39 yaitu :
Ayat (1): Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindakan atau sebagai hasil dari
tindak pidana;
2. Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
3. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana;
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak
pidana;
5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak
pidana yang dilakukan.
Mengenai pengertian benda yang diperoleh dari tindak pidana
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 39 Ayat (1) huruf a KUHAP
kiranya perlu diketahui penafsiran dari Hoge Raad dalam arrest-nya
tanggal 22 Juli 1947, N.J. 1947 Nomor 482 yang mengatakan: “Yang
dimaksud dengan benda-benda yang diperoleh karena kejahatan bukan
hanya benda-benda yang secara langsung telah diperoleh karena kejahatan,
melainkan juga benda-benda yang oleh terpidana dibeli dengan uang hasil
kejahatan”.1
Yang dimaksud dengan benda lain dalam angka 5 di atas adalah
setiap benda yang secara langsung digunakan untuk melakukan tindak
pidana. Benda apa saja, maka jawabanya adalah setiap benda yang nyata-
nyata digunakan untuk mendukung tindak pidana itu, yaitu benda yang
1 Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan
Yurisprudensi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Cet. Pertama), h. 164
3
tidak termasuk dalam benda yang sebelumnya yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu, tetapi benda itu didapatkan seketika dilokasi dugaan
tindak pidana itu dilakukan. Misalnya ranting pohon yang digunakan
untuk memberi tanda, atau benda-benda lain yang nyata-nyata digunakan
untuk memberi tanda yang terkait dengan tindak pidana itu.2
Mengenai tempat penyimpanan benda sitaan negara sebagai barang
bukti di dalam perkara pidana, terdapat dalam Pasal 44 Ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan bahwa
“Benda Sitaan Negara disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
Negara”. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) adalah
tempat benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses persidangan.
Dalam Pasal 44 Ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) dinyatakan bahwa “Penyimpanan benda sitaan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada
pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun
juga.” Maksudnya untuk menghindari penyalahgunaan wewenang dan
jabatan. Pada masa yang lalu, banyak diantara pejabat penegak hukum
yang menguasai dan menikmati benda sitaan. Akibatnya banyak benda
sitaan yang tidak tahu kemana perginya, dan pada saat pelaksanaan
eksekusi atas benda sitaan, tidak ada lagi bekas dan jejaknya. Ada yang
beralih menjadi milik pejabat dan ada pula yang sudah hancur atau habis.
Atas alasan pengalaman tersebut, KUHAP menggariskan ketentuan yang
dapat diharapkan menjamin keselamatan benda sitaan. Upaya-upaya
penyelamatan itu telah ditetapkan sarana perangkat yang menjamin
keutuhannya berupa:
1. Sarana penyimpanan dalam Rupbasan
2 Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2010), h.186
4
2. Penanggung jawab secara fisik berada pada kepala Rupbasan
3. Penanggung jawab secara yuridis berada pada pejabat penegak
hukum sesuai dengan tingkat pemeriksaan.3
Fungsi Rupbasan sebagai upaya untuk menyelenggarakan tugas
pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengadministrasian benda sitaan dan barang
rampasan negara;
2. Melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan barang
rampasan negara;
3. Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan
4. Melakukan urusan surat-menyurat dan kearsipan.
Tujuan pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan
negara di Rupbasan berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor
E.2.UM.01.06 Tahun 1986 tanggal 17 Februari 1986 dan disempurnakan
tanggal 7 Nopember 2002 Nomor E.1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Rupbasan
adalah untuk mengelola benda sitaan negara dan barang rampasan negara,
sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh yang berkepentingan mudah dan
cepat mendapatkannya. Melakukan pemeliharaan benda sitaan negara dan
barang rampasan negara berarti merawat benda dan barang tersebut agar
tidak rusak serta tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya sejak
penerimaan sampai dengan pengeluarannya.
Menurut Pasal 44 Ayat (1) KUHAP Rupbasan adalah rumah
penyimpanan barang sitaan negara. Di dalam Rupbasan disimpan setiap
benda sitaan. Segala benda sitaan yang diperlukan sebagai barang bukti
dalam pemeriksaan tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan maupun barang yang dinyatakan dirampas berdasar
3 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2000), h. 274
5
putusan hakim, disimpan dalam Rupbasan. Demikian penegasan Pasal 27
Ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27/1983 Tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Namun Pasal 27 Ayat (2) mengatur
pengecualian, yakni dalam hal benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan
dalam Rupbasan. Cara penyimpanannya diserahkan kepada kebijaksanaan
Kepala Rupbasan. Dalam menjalankan fungsi kebijasanaan penyimpanan,
Kepala Rupbasan berpendapat kepada ketentuan Pasal 1 Ayat (5)
Peraturan Mentri Kehakiman No. M.05- UM.01.06/1983, yang memberi
petunjuk, jika benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan di Rupbasan,
Kepala Rupbasan dapat menguasakan penyimpanannya kepada instansi
atau badan maupun organisasi yang berwenang atau kegiatan usahanya
bersesuaian dengan sifat tempat penyimpanan benda sitaan yang
bersangkutan. Yang harus diperhatikan Kepala Rupbasan dalam
pemberian kuasa penyimpanan tersebut : keselamatan dan keamanan
benda sitaan dapat terjamin. Jaminan keselamatan yang menjadi faktor
pemberian kuasa penyimpanan dan melaksanakan fungsi dan tanggung
jawab secara fisik benda sitaan.4
Keberadaan benda sitaan dan rampasan Negara tersebut menjadi
suatu permasalahan tersendiri bagi aparat penegak hukum, sebab
berpotensi menimbulkan penyalahgunaan, penggelapan, kerusakan dan
hilangnya barang bukti, penyalahgunaan barang bukti yang telah disita
seperti diual oleh oknum aparat penegak hukum.
Menurut Riky Ferdianto (2017), dalam artikelnya yang berjudul
“Mengkilat Hingga Berkarat, Semua Ada di Rupbasan Jakarta Selatan”
pada wilayah hukum Kota Jakarta Selatan terdapat suatu Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara, fungsi dan Perannya belum dapat
dikatakan maksimal, dikarenakan banyaknya barang bukti di Rupbasan
4 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, ... h. 274
6
Klas I Jakarta selatan yang hampir jadi rongsokan.5 Karena benda yang
dititipkan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan tidak memiliki Batasan
waktu, sehingga setiap tahunnya benda-benda tersebut semakin
menumpuk. Banyak barang sitaan yang masih menunggu putusan hakim
untuk kejelasannya.6
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti
akan melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam Skripsi yang
berjudul: “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Barang Sitaan Negara dan
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
(Rupbasan) Jakarta Selatan” (Studi Pada Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara Jakarta Selatan).
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti memberikan
identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai
berikut:
a. Banyaknya benda sitaan negara yang rusak atau hilang pada saat
pelaksanaan eksekusi benda sitaan.
b. Fungsi dan peranan Rupbasan Klas I Jakarta Selatan belum
maksimal.
c. Barang sitaan dan rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan tidak dikelola dengan baik.
5Barang Bukti di Rupbasan Nyaris Jadi Rongsokan, tempo.co.
https://fokus.tempo.co/read/1039275/barang-bukti-di-Rupbasan-nyaris-jadi-rongsokan. Diakses
pada 11 November 2018
6Mengkilat Hingga Berkarat, Semua Ada di Rupbasan Jakarta Selatan, Kumparan.
https://kumparan.com/tisiana/mengkilat-hingga-berkarat-semua-ada-di-Rupbasan-jakarta-selatan,
Diakses pada 11 November 2018
7
d. Banyaknya barang sitaan negara yang menumpuk di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan.
e. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan benda sitaan
dan rampasan negara saat ini di Indonesia.
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan
yang dimaksud, peneliti membatasinya pada ruang lingkup penelitian
yaitu mengenai pelaksanaan pengelolaan barang sitaan dan rampasan
negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan pada tahun 2014-2018.
3. Perumusan Masalah
Dalam Pasal 30 Ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana disebutkan bahwa tanggung jawab secara fisik atas benda
sitaan ada pada Kepala Rupbasan, namun pada kenyataannya benda
sitaan dan rampasan negara banyak yang menjadi rongsokan dan tidak
dikelola dengan baik oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Menyikapi
hal ini peneliti merasa bahwa pelaksanaan pengelolaan benda sitaan
dan rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih belum
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Peneliti mempertegas permasalahan penelitian dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme pengelolaan barang sitaan dan rampasan
negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan?
b. Apa hambatan yang ditemui oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
dalam pengelolaan benda sitaan dan rampasan negara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
8
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan barang sitaan dan
rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui hambatan yang ditemui oleh Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan dalam pengelolaan benda sitaan dan rampasan
negara.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka manfaat yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran yang dapat
digunakan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya
dan hukum acara pidana pada khususnya.
2) Dapat sebagai bahan acauan bagi penelitian yang akan datang
sesuai dengan bidang penelitian.
b. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan pengelolaan
benda sitaan negara dan barang rampasan negara di rumah
penyimpanan benda sitaan negara.
2) Sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam penelitian ini.
D. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal
maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan normaif empiris. Jenis penelitian normatif
9
digunakan karena peneliti akan mengkaji peraturan-peraturan yang
telah ada yang mempunyai keterkaitan dengan apa yang menjadi
pokok permasalahan yang peneliti tulis yaitu tentang masalah
pengelolaan barang bukti penyitaan di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan, sedangkan empiris dapat diartikan bersifat nyata, jadi apa
yang terjadi atau kenyataan yang terjadi di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan apakah sudah sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
ada atau tidak ,bisa dikatakan hal tersebut digunakan untuk melihat
hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum
di masyarakat dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada didalam
masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang memaparkan suatu karakteristik tertentu dari suatu
fenomena. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
memaparkan karakteristik dari beberapa variabel dalam situasi.7
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendiskripsikan mengenai
bagaimana mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang
rampasan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)
Klas I Jakarta Selatan dan apa saja hambatan yang ditemui oleh
Rupbasan dalam mengelola benda sitaan dan barang rampasan negara
di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
3. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengambil
lokasi penelitian di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
(Rupbasan) di Jakarta Selatan. Rupbasan Jakarta Selatan dipilih oleh
peneliti dikarenakan Rupbasan Jakarta Selatan sudah cukup lama
7 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 23-24
10
berdiri yaitu berdiri pada tahun 2000, selain itu Rupbasan Jakarta
Selatan juga merupakan Rupbasan Klas 1 di DKI Jakarta.8
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan
dibahas. 9 Data Primer ini diperoleh dari narasumber dari Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Klas I Jakarta
Selatan yaitu Bapak Viverdi Anggoro selaku Kepala Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan dan Bapak Hendrawan Selaku Kasubsie
Pemeliharaan dan Pengelolaan di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang telah ada, seperti : buku-buku, karya ilmiah, laporan
publikasi.10 Dipadang dari sudut kekuatan mengikatnya data
sekunder dibagi menjadi dua yaitu bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.
1) Bahan Hukum Primer yang berupa peraturan mengenai tata
cara pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan
negara di Rupbasan di jabarkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
8 Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, Kementrian Hukum dan HAM Republik
Indonesia. https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1050-Rupbasan-jaksel
9 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada:
2006), h.30.
10 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 26
11
2) Bahan hukum sekunder, meliputi referensi atau kepustakaan
berupa buku literatur, artikel, ataupun karya ilmiah yang
terkait dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.
5. Metode Pengumpulan Data
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Teknik kepustakaan yaitu dilakukan dengan cara mencari
dan mengumpulkan serta mempelajari bahan-bahan yang berupa
buku-buku, peraturan perundang-undangan serta dokumen
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan benda sitaan negara
dan rampasan negara, dan Rupbasan.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-
informasi atau keterangan-keterangan.11 Metode ini dilakukan
kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas yaitu wawancara dilakukan kepada Vivierdi
Anggoro, S.H., MSi selaku Kepala Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan dan Hendrawan, Bc.IP., S.H. selaku Kasubsi Administrasi
dan Pengelolaan Benda sitaan/ Baran Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan guna untuk mencari tahu bagaimana mekanisme
pengelolaan barang bukti penyitaan dan hambatan-hambatan
dalam mengelola benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan.
11 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
h. 81
12
6. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan peneliti agar dapat memahami fakta-
fakta yang benar berlaku kemudian membahas dan menguraikan
permasalahan.dalam hal ini setelah bahan dan data diperoleh, maka
selanjutnya diperiksa kembali bahan dan data yang telah diperoleh,
kemudian diperiksa kembali bahan dan data yang diterima. Dari bahan
dan data tersebut selanjutnya dilakukan analisis terhadap penerapan
perundag-undangan yang berkaitan dengan mekanisme pengelolaan
benda sitaan negara di Rupbasan.
7. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi
kepustakaan yakni dengan melakukan pengkajian dan analisis
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
literatursertamenganalisis pendapat sarjana yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas dan penulisan ini bersifat deskriptif.
E. Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi, ada suatu sistematika tertentu yang harus
dipenuhi oleh peneliti. Skripsi yang peneliti susun ini terbagi dalam 4 bab,
dimana antara bab yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Setiap
bab terbagi lagi dalam sub bab yang membahas satu pokok bahasan
tertentu. Adapun sistemaika dan skripsi ini adalah:
BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, teori dan
konseptual, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II menyajikan kajian pustaka, pada bab ini peneliti
menguraikan tentang kerangka konseptual, kerangka teoritis, dan tinjauan
(review) kajian terdahulu.
13
Bab III menyajikan data penelitian, pada bab ini peneliti
menguraikan tentang Profil Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
Bab IV Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan
Negara di Rupbasan Klas I Jaksel dan Hambatan-hambatan Kepala
Rupbasan Dalam Mengelola Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara,
peneliti menyajikan mekanisme pertanggung jawaban Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan terhadap benda sitaan dan barang rampasan negara dan
hambatan dalam pengelolaan benda sitaan dan rampasan negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
BAB Terakhir Kesimpulan Hasil Penelitian dan Rekomendasi, Bab
ini merupakan penutup dari penulisan hukum ini, memuat tentang
kesimpulan yang di ambil dari hasil penelitian dan memberikan
rekomendasi kepada para pihak yang terkait.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENYITAAN BENDA SITAAN DAN
BARANG RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN
A. Kerangka Teori
Penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, hal
ini disebabkan karena adanya hubungan timbal balik antara teori
dengan kegiatan-kegiatan pengumpulan data, konstruksi data,
pengolahan data, dan analisis data.1
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis
artinya mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan di
dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan
masalah tersebut.2
Oleh karena itu, penyusun akan menggunakan beberapa teori yang
akan menjadi landasan pada penelitian ini, yaitu :
1. Teori Negara Hukum
Untuk memahami negara hukum secara baik, terlebih
dahulu perlu diketahui tentang sejarah timbulnya pemikiran atau
cita negara hukum itu sendiri. Pemikiran tentang negara hukum itu
sebenarnya sudah tua, jauh lebih tua dari usia ilmu negara atau
ilmu kenegaraan. Cita negara hukum pertama kali dikemukakan
oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh
Aristoteles.3
Ide lahirnya konsep negara hukum Plato, berawal dari ia
melihat keadaan negaranya yang dipimpin oleh yang haus akan
harta, kekuasaan, dan gila kehormatan. Pemerintah sewenang-
1 Sumitro, Ronny Hamitjo, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983), h. 37
2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986), h. 122
3 Azhary, Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1995), h. 19
15
wenang yang tidak memperhatikan penderitaan rakyatnya telah
menggugat Plato untuk menulis karya yang berjudul politeia,
berupa suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan cita-citanya,
suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan
jahat tempat keadilan dijunjung tinggi.
Dari konsep ini yang diidealisasikan oleh Plato, dapat
dicerna bahwa arti dari konsep negara hukum adalah negara yang
berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi warganya. Dalam
artian bahwa segala kewenangan dan tindakan alat perlengkapan
negara atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau
dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan
mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.4
Dalam kepustakaan Eropa dipergunakan istilah Inggrs
yaitu, rule of law atau goverment of justice untuk menyatakan
negara hukum. Kedua istilah ini tidak terselip perkataan negara
(state) melainkan syarat peraturan hukum itu dihubungkan kepada
pengertian kekuasaan (rule) atau pemerintahan (goverment).5
Menurut Prof. Dr. Wirjono Projadikoro, SH. Bahwa penggabungan
kata-kata “negara hukum”, yang berarti suatu negara yang di
dalamnya wilayahnya :
1) Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat
perlengkapan dari pemerintah dalam tindakan-tindakannya baik
terhadap para warga negara maupun dalam saling berhubungan
masing-masing tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus
memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dan
2) Semua orang dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk
pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Berdasarkan pengertian dan dari peristilahan tersebut
bahwa istilah “negara dan hukum” yang digabungkan menjadi satu
istilah, dengan satu pengertian yang mengandung makna tersendiri
4 Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1992), h.
20
5 Azhary, Negara Hukum Indonesia, ... h. 18
16
dan baku. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah unsur-unsur,
elemen atau ciri-ciri yang dimiliki suatu negara yang disebut
negara hukum. Prof. Dr. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan
tiga ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni :
1) Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan,
maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang,
tindakan negara dibatasi oleh hukum, individu mempunyai hak
terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap
penguasa.
2) Azas Legalitas Setiap tindakan negara harus berdasarkan
hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati
juga oleh pemerintah atau aparatnya.
3) Pemisahan Kekuasaan Agar hak asasi betul-betul terlindungi
adalah dengan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang
membuat peraturan perundang-undangan melaksanakan dan
mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu
tangan.6
2. Teori Pengawasan
Agar pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dapat berjalan
dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku, tentu saja tidak
semudah yang rencanakan. Lebih dari itu, dalam pengelolaannya
tentu memerlukan sebuah pengawasan. Penjelasan lebih detail
mengenai pengawasan dapat dilihat dari pendapat Arifin Abdul
Rahman bahwa maksud dari pengawasan itu adalah:7
a. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan.
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu sudah berjalan sesuai
dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
c. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta
kesulitan kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga
dapat diadakan perubahan untuk memperbaiki serta mencegah
pengulangan kegiatan yang salah.
6 Abdul Azis Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2011), h. 117-118 7 Vivtor M Situmorang dan Jusuf Juhrif, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1994), h. 23
17
d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan
efisien dan apakah tidak dapat diadakan perbaikan-perbaikan
lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang benar.
Dengan pengawasan dapat diketahui sampai dimana
penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan,
penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan
datang. Jadi keseluruhan dari pengawasan adalah kegiatan
membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan
dengan apa yang di rencanakan sebelumnya, karena itu perlu
kriteria, norma, standar, dan ukuran tentang hasil yang ingin
dicapai.8
Dari pengertian pengawasan di atas, terdapat hubungan yang
erat antara pengawasan dan perencanaan, karena pengawasan
dianggap sebagai aktivitas menemukan, mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dan hasil yang
dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Dalam
hubungan ini Harold Koontz dan Cyriel P. Donel berpendapat
bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang
yang sama.
Dengan demikian jelas bahwa tanpa rencana, maka
pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada
pedoman atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu. Rencana
tanpa pengawasan akan cenderung memberi peluang timbulnya
penyimpangan-penyimpangan, penyelewengan, dan kebocoran
tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu diperlukan adanya
pengawasan.9
8 Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah, (Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu, 2011), h. 56 9 Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah, ... h. 59
18
B. Kerangka Konseptual
Dalam pembahasan ini, akan diuraikan beberapa konsep-konsep
terkait beberapa istilah yang akan sering digunakan, sehingga dalam
hal ni peneliti mencoba untuk memberikan berbagai konseptual dalam
rangka menyederhanakan pemahaman terhadap penelitian ini berupa :
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perncanaan sudah
dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme
suatu sistem, implemetasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.10 Guntur setiawan
berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif11
2. Penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya
benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan
peradilan. (Pasal 1 butir 16 KUHAP). Dalam Pasal 134 Ned. Sv
juga diberikan definisi penyitaan yang lebih pendek tetapi lebih
luas pengertiannya. Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:
“Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambilalihan atau
10 Nurdin Usman, Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 70 11 Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2004) h. 39
19
penguasaan benda itu guna kepentingan acara pidana”. Jadi tidak
dibatasi hanya untuk pembuktian.12
a. Pengertian Penyitaan
Penyitaan berasal dari kata: sita yang dalam perkara pidana
berarti penyitaan dilakukan terhadap barang bergerak/ tidak
bergerak milik seseorang, untuk mendapatkan bukti dalam
perkara pidana.
Menurut Darwan Prints, bahwa penyitaan adalah suatu cara
yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang untuk
menguasai sementara waktu barang -barang baik yang
merupakan milik tersangka/ terdakwa maupun bukan, tetapi
berasal dari atau ada hubungannya dengan suatu tindak pidana
dan berguna untuk pembuktian.13
Yang dimaksud dengan penyitaan (beslagneming) adalah
serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan.14
Definisi ini agak panjang, tetapi terbatas pengertiannya,
karena hanya untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan, dan peradilan. Dalam Pasal 134 Ned. Sv. juga
diberikan definisi penyitaan yang lebih pendek tetapi lebih luas
pengertiannya. Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:
“Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambilalihan
atau penguasaan benda itu guna kepentingan acara pidana”. Jadi,
tidak dibatasi hanya untuk pembuktian.
12 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 147 13 Andi Muhammad Sofyan dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 152 14 Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, (Bandung: Angkasa Bandung, 1990), h. 101
20
Persamaan kedua definisi tersebut ialah pengambilan dan
penguasaan milik orang. Dengan sendirinya hal itu langsung
menyentuh dan bertentangan dengan hak asasi manusia yang
pokok, yaitu merampas penguasaan atas milik orang.15
b. Tujuan Penyitaan
Tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan pembuktian
terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka persidangan,
sebab tanpa adanya barang bukti tersebut, maka perkaranya
tidak dapat diajukan ke pengadilan. Jadi, penyitaan bertujuan
untuk digunakan sebagai barang bukti dalam penyelidikan/
penyidikan, tingkat penuntutan dan tingkat pemeriksaan
persidangan di pengadilan.16
Penyitaan itu untuk tujuan kepentingan pembuktian. Disini
terdapat kekurangan sesungguhnya penyitaan seharusnya dapat
dilakukan bukan saja untuk kepentingan pembuktian, tetapi juga
untuk benda-benda yang dapat dirampas. Hal demikian diatur
dalam Pasal 94 Ned, Sv (Hukum Acara Pidana Belanda).17
c. Bentuk dan Tata Cara Penyitaan
Tata cara penyitaan ditentukan dalan Pasal 38 sampai
dengan 46 KUHAP dan Pasal 128 sampai dengan Pasal 130
KUHAP. Dengan memperhatikan ketentuan tersebut, Undang-
undang membedakan beberapa macam bentuk tata cara
penyitaan, yaitu tata cara penyitaan biasa atau umum, tata cara
penyitaan dalam keadaan perlu dan mendesak, tata cara
penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan, serta tata cara
15 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ... h. 147-148 16 Andi Muhammad Sofyan dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, ... h.
152 17 Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Melalui Sarana Teknik dan Sarana Hukum,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986) h. 121
21
penyitaan tidak langsung berupa perintah penyerahan barang
yang perlu disita oleh penyidik kepada pemilik atau pemegang
benda.18
1) Tata Cara Penyitaan Biasa
Tata cara penyitaan biasa merupakan landasan dan aturan
umum penyitaan, artinya bahwa selama masih mungkin dan
tidak ada hal-hal yang luar biasa atau keadaan yang
memerlukan penyimpangan, maka prosedur inilah yang
harus ditempuh penyidik, yaitu:
a) Harus ada surat izin penyitaan dari Ketua Pengadilan
Negeri
Dalam Pasal 38 Ayat (1) KUHAP menyatakan
bahwa sebelum penyidik melakukan penyitaan, lebih
dahulu harus meminta izin dari Ketua Pengadilan
Negeri Setempat. Dalam permintaan surat izin tersebut,
penyidik harus memberi penjelasan dan alasan-alasan
pentingnya dilakukan penyitaan. Salah satu tujuan
pokok perizinan penyitaan harus ada dari Ketua
Pengailan Negeri, hal ini dalam rangka pengawasan dan
pengendalian, agar tidak terjadi penyitaan-penyitaan
yang tidak perlu atau penyitaan yang bertentangan
dengan undang-undang.
b) Memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal
(Pasal 128 KUHAP)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh penyidik adalah
harus menunjukkan tanda pengenal jabatan kepada
orang dari mana benda itu akan disita. Hal ini perlu
agar ada kepastian bagi orang yang bersangkutan
18 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, … h. 266-269
22
bahwa dia benar-benar berhadapan dengan petugas
penyidik (Pasal 128 KUHAP). Dengan adanya
ketentuan ini, maka tanpa menunjukkan terlebih dahulu
tanda pengenalnya, orang yang hendak disita berhak
menolak tindakan dan pelaksanaan penyitaan.
c) Memperlihatkan Benda yang akan disita (Pasal 129
Ayat (1) KUHAP)
Penyidik harus memperlihatkan benda yang akan disita
kepada orang dari mana benda itu disita atau kepada
keluarganya. Hal ini untuk sekedar menjamin adanya
kejelasan atas benda yang akan disita. Kemudian, pada
saat penyidik memperlihatkan benda yang dimaksud
kepada orang tersebut atau keluarganya, penyidik dapat
meminta keterangan kepada mereka tentang asal-usul
benda yang akan disita.
d) Penyitaan dan meperlihatkan benda sitaan harus
disaksikan oleh Kepala desa atau Ketua Lingkungan
dengan 2 (dua) orang saksi (Pasal 129 Ayat (1)
KUHAP.
Syarat atau tata cara selanjutnya, ada kesaksian dalam
penyitaan dan memperlihatkan barang yang disita
dengan ketentuan ini, pada saat penyidik akan
melakukan penyitaan, harus membawa saksi ke tempat
pelaksanaan sita sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
saksi pertama dan utama, ialah Kepala Desa atau Ketua
Lingkungan (Ketua RT/ RW), ditambah 2 (dua) orang
saksi lain. Kehadiran saksi tersebut ialah untuk ikut
melihat dan mempersaksikan jalannya penyitaan. Saksi
ini kemudian akan ikut menandatangani berita acara.
e) Membuat berita acara penyitaan.
23
Penyidik membuat Berita Acara Penyitaan yang
dibacakan oleh penyidik di hadapan atau kepada orang
dari mana benda itu akan disita atau kepada
keluarganya dan ketiga orang saksi. Jika mereka telah
dapat menerima dan menyetujui isi berita acara, barulah
penyidik memberi tanggal pada berita acara. Kemudian
sebagai tindakan akhir dari pembuatan berita acara,
penyidik, orang yang bersangkutan atau keluarganya
dan para saksi masing-masing membubuhkan tanda
tangan pada Berita Acara Penyitaan. Apabila orang
yang bersangkutan atau keluarganya tidak mau
membubuhkan tanda tangan, penyidik membuat catatan
tentang hal itu serta mencatat alasan-alasan penolakan
membubuhkan tanda tangan (Pasal 129 Ayat (3)
KUHAP).
f) Menyampaikan turunan berita acara penyitaan.
Turunan berita acara penyitaan disampaikan oleh
penyidik kepada atasannya atau dari mana benda itu
disita atau keluarganya dan Kepala Desa (Pasal 129
Ayat (4) KUHAP). Hal ini dimaksudkan agar tindakan
penyidik dalam melaksanakan wewenangnya
melakukan penyitaan benar-benar diawasi dan
terkendali.
g) Membungkus benda sitaan.
Demi untuk menjaga keselamatan benda sitaan, (Pasal
130 Ayat (1) KUHAP) telah menentukan cara-cara
pembungkusan benda sitaan yaitu:
(1) Mencatat besarnya atau jumlahnya menurut jenis
masing-masing benda sitaan. Kalau jenisnya sulit
ditentukan, sekurang-kurangnya dicatat ciri-ciri
maupun sifat khasnya;
24
(2) Dicatat hari dan tanggal penyitaan;
(3) Tempat dilakukan penyitaan;
(4) Identitas orang dari mana benda itu disita;
(5) Kemudian diberilah cap jabatan dan ditandatangani
oleh penyidik.
Jika benda sitaan tidak mungkin dibungkus sesuai Pasal
130 Ayat (1) di atas, dalam Pasal 130 Ayat (2)
menentukan:
(1) Penyidik memberi catatan sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) di atas
(2) Catatan-catatan itu ditulis di atas label yang
ditempelkan atau dikaitkan pada benda sitaan
tersebut.
2) Tata Cara Penyitaan Dalam Keadaan Perlu dan Mendesak.
Sebagai pengecualian dari penyitaan biasa berdasar aturan
umum yang diuraikan terdahulu, Pasal 38 Ayat (2) memberi
kemungkinan untuk melakukan tindakan penyitaan tanpa
melalui tata cara yang ditentukan pada Pasal 38 Ayat (1). Hal
ini diperlukan untuk memberi kelonggaran kepada penyidik
bertindak cepat sesuai dengan keadaan yang diperlukan, yaitu
keadaan yang sangat perlu dan mendesak. Tata cara penyitaan
dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak adalah sebagai
berikut:
a) Tanpa Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri. Dalam
keadaan yang sangat perlu, harus segera bertindak,
penyidik dapat langsung melakukan penyitaan tanpa
permintaan ijin dan surat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri.
(Pasal 38 ayat (2) KUHAP);
b) Penyitaan dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak
hanya terbatas atas benda bergerak saja. (Pasal 38 Ayat (2)
KUHAP); Obyek penyitaan dalam keadaan yang sangat
perlu dan mendesak sangat dibatasi, hanya meliputi benda
25
bergerak saja. Barangkali alasan pembuat undang-undang
membuat pembatasan obyek penyitaan seperti ini, karena
belum ada ijin dari Ketua Pengadilan Negeri, sehingga
seolah-olah timbul pendapat penyitaan dalam keadaan yang
sangat perlu dan mendesak belum sempurna landasan
hukumnya. Lagi pula benda yang bergerak dan mudah
untuk dilenyapkan atau dilarikan tersangka. Sedang benda
yang tidak bergerak sulit dihilangkan.
c) Wajib segera melaporkan tindakan penyitaan kepada Ketua
Pengadilan Negeri setempat. (Pasal 38 Ayat (2) KUHAP).
Setelah melakukan penyitaan penyidik harus segera
melaporkan tindakan penyitaannya kepada Ketua
Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh
persetujuannya. Jika Ketua Pengadilan Negeri menolak
persetujuan yang diminta oleh penyidik, maka berarti
penyitaan tersebut tidak sah dan dengan sendirinya
penyitaan itu batal demi hukum. Benda sitaan harus segera
dikembalikan kepada keadaan semula.
Ketiga hal itulah yang khusus dalam penyitaan yang
dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak.
Selebihnya harus mengikuti tatacara yang sama dalam
penyitaan biasa yang ditentukan dalam Pasal 128, Pasal 129
dan Pasal 130 KUHAP tetap harus dipenuhi.19
Dalam hal benda yang akan disita adalah benda-benda
bergerak, maka keadaan yang sangat perlu dan mendesak itu
memang mengharuskan penyidik untuk segera bertindak.
Karena adanya kekhawatiran benda-benda yang akan disita itu,
akan hilang atau rusak, berkurang atau beruba dikarenakan
tindakan tersangka. Atau mungkin juga terjadi
19 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, ... h. 269-271
26
pemindahtanganan benda-benda itu kepada pihak lain,
sehingga menghambat penyitaan yang akan dilakukan.
Berbeda halnya bila benda yang akan disita itu adalah
benda yang tidak bergerak, umpamanya tanah, rumah dan
sebagainya. Terhadap benda-benda demikian kekhawatiran
untuk hilang, rusak berkurang/berubah maupun
dipindahtangankan hampir dapat dikatakan tidak ada. Dengan
perkataan lain, tindakan yang sangat perlu dan mendesak yang
menurut penyidik untuk bertindak pada saat itu juga, dirasakan
tidak ada.
Karena sifat tetapnya benda itu, kemungkinan-
kemungkinan timbulnya hal-hal yang menghambat tindakan
penyitaan, relatif kecil. Oleh karena itu KUHAP tidak
memberikan kewenangan kepada penyidik, untuk
melaksanakan penyitaan melalui prosedur yang sangat perlu
dan mendesak sebagaimana dimaksudkan Pasal 38 Ayat (2)
KUHAP.20
3) Penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan.21
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang pada
waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera
sesudah bebarapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang
melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukan bahwa ia adalah
20 H. Hamrat Hamid dan Harun M Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang
Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), h. 118 21 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, ... h. 271-272
27
pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan
tindak pidana itu.22
Dalam keadaan tertangkap tangan, penyidik dapat langsung
“langsung menyita suatu benda dan alat yang ternyata atau
yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang
bukti” (Pasal 40 KUHAP)
Ketentuan Pasal 40 KUHAP tersebut adalah sangat
beralasan, yang langsung memberi wewenang kepada penyidik
untuk menyita benda dan alat yang dipergunakan pada suatu
peristiwa tindak pidana tertangkap tangan. Barangkali akan
dianggap lucu jika untuk melakukan penyitaan benda alat pada
keadaan tertangkap tangan, penyidik dari tempat kejadian guna
meminta surat izin penyitaan dari ketua pengadilan negeri.
Sikap seperti itu sangat sia-sia dan tidak efektif dan efisien, dan
sangat tidak rasional serta tidak tepat menurut logika prinsip
penegakan hukum yang cepat, tepat, dan biaya ringan.
Pengertian keadaan tertangkap tangan disini, bukan terbatas
pada tersangka yang nyata-nyata nampak sedang melakukan
tindak pidana. Tetapi termasuk pengertian tertangkap tangan
atas paket atau surat dan benda-benda pos lainnya sehingga
terhadap benda-benda tersebut dapat dilakukan penyitaan
langsung oleh penyidik.23
4) Tata cara penyitaan tidak langsung.
Tata cara pelaksanaan penyitaan tidak langsung yang diatur
dalam Pasal 42 KUHAP adalah sebagai berikut:
22 Patra A M Zen dan Daniel Hutagalung, Panduan Bantuan Hukum Indonesia, (Jakarta:
Sentalisme Production, 2006), h. 418 23 Ukkap Marolop Aruan, Tata Cara Penyitaan Barang Bukti Tindak Pidana Menurut
KUHAP, Lex Crimen, III, 2 (April, 2014), h. 82
28
a) Seseorang yang menguasai benda yang dapat disita karena
benda itu tersangkut sebagai benda bukti dari suatu tindak
pidana, oleh karena itu perlu untuk disita. Maksud orang
yang menguasai benda yang dapat disita dan benda yang
tersangkut dengan suatu peristiwa pidana di sini, tidak
hanya terbatas hanya kepada tersangka saja tetapi meliputi
semua orang yang menguasai atau memegang benda yang
dapat disita tersebut.
b) Atas surat-surat yang ada pada seseorang yang berasal dari
tersangka atau terdakwa atau surat yang ditujukan kepada
tersangka/ terdakwa atau kepunyaan tersangka/ terdakwa
ataupun yang diperuntukkan baginya.
c) Atas benda itu merupakan alat untuk melakukan tindak
pidana.
d) Atas benda-benda yang perlu disita
e) Penyidik memerintahkan kepada orang-orang yang
menguasai atau memegang benda untuk menyerahkannya
kepada penyidik.
f) Penyidik memberikan surat tanda terima kepada orang dari
siapa benda itu diterimanya, setelah penyidik menerima
penyerahan benda dari orang yang bersangkutan.
Apabila orang yang bersangkutan tidak mau mematuhi perintah
penyidik tersebut, dari segi hukum materil penyidik dapat
menyidik atau memeriksa orang yang bersangkutan atas
pelanggaran tindak pidana Pasal 216 KUHP yaitu dengan
sengaja tidak menurut perintah atau permintaan keras yang
dilakukan menurut peraturan perundang-undangan oleh
pegawai negeri. Namun dari segi hukum formil sesuai apa yang
digariskan oleh KUHAP, penyidik harus menempuh tata cara
penyitaan bentuk biasa. Atas keingkaran tersebut menyerahkan
benda yang perlu disita tadi, penyidik minta surat izin dari
ketua pengadilan setempat untuk melakukan penyitaan dengan
upaya atau cara paksa.24
Setelah melakukan penyitaan atas benda yang tersangkut dalam
tindak pidana, maka benda tersebut harus diamankan oleh
penyidik itu dengan menempatkannya dalam suatu tempat yang
24 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahaan dan Penerapan KUHAP, ... h. 295
29
khusus untuk menyimpan benda-benda sitaan negara. Dalam
Pasal 44 Ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa “Benda sitaan
disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara”
Apabila rumah tempat penyimpanan sitaan negara belum ada
maka menurut penjelasan Pasal 44 Ayat (1) KUHAP
Penyimpanan benda sitaan dapat dilakukan di Kantor
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kantor Kejaksaan
Negeri, Kantor Pengadilan Negeri, Gedung Bank Pemerintah
dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau
tetap di tempat semula benda itu disita. Maksud dan tujuan
disimpannya benda sitaan di tempat rumah penyimpanan benda
sitaan negara (Rupbasan) tercantum dalam Pasal 27 Ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, yaitu untuk
menjamin keselamatan dan keamanan benda sitaan.
5) Penyitaan terhadap surat atau tulisan lain.
Adapun yang dimaksud dengan surat atau tulisan lain pada
Pasal 43 KUHAP adalah surat atau tulisan yang disimpan atau
dikuasai oleh orang tertentu, dimana orang tertentu menyimpan
atau menguasai surat itu, diwajibkan merahasiakannya oleh
undang-undang. Misalnya saja seorang notaris. Dia adalah
seorang pejabat atau orang tertentu yang menyimpan dan
menguasai akte testamen dan oleh undang-undang dia
diwajibkan untuk merahasiakan isinya. Akan tetapi harus
diingat kepada kelompok surat atau tulisan lain tidak termasuk
surat-surat atau tulisan-tulisan yang menyangkut rahasia
negara.25
d. Berakhirnya Penyitaan Benda Sitaan
25 Ukkap Marolop Aruan, “Tata Cara Penyitaan Barang Bukti Tindak Pidana Menurut
KUHAP”, ... h. 83
30
Suatu penyitaan berakhir menurut hukum acara pidana (Pasal 46
Ayat (1) KUHAP) apabila26, sebagai berikut :
a) Penyitaan dapat berakhir sebelum ada putusan hakim.
(1) Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan
lagi;
(2) Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup
bukti; atau tidak merupakan delik;
(3) Perkara tersebut dikesampingkan demi kepentingan umum
atau perkara tersebut ditutup demi hukum, kecuali benda
tersebut diperoleh dari suatu delik atau yang dipergunakan
untuk melakukan suatu delik.
b) Penyitaan berakhir setelah ada putusan hakim
Dalam Pasal 46 Ayat (2) KUHAP dinyatakan bahwa :
Apabila perkara sudah diputus maka benda yang dikenakan
penyitaan dikembalikan kepada orang atau mereka yang
disebut dalam putusan tersebut, kecuali kalau benda tersebut
menurut keputusan hakim dirampas untuk negara, untuk
dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat
dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan
sebagai barang bukti untuk perkara lain.
3. Benda Sitaan dan Rampasan Negara
a. Pengertian Benda Sitaan dan Rampasan Negara
Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara Pada
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, menjelaskan pengertian
benda sitaan dan barang rampasan negara, yaitu:
1) Benda sitaan Negara adalah benda yang disita oleh Negara
untuk keperluan proses peradilan.
2) Barang rampasan Negara adalah benda sitaan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dinyatakan dirampas untuk negara.
b. Benda yang dapat disita dan dirampas oleh negara.
26 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ... h. 156-157
31
Menurut Pasal 39 KUHAP, barang atau benda yang dapat disita,
sebagai berikut:27
1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah (Pasal 39 Ayat (1)):
a) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil
dari tindak pidana;
b) Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
c) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana;
d) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan
tindak pidana;
e) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak
pidana yang dilakukan.
2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau
karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan mengadili perkara pidana, sepanjang memenuhi
ketentuan Ayat (1). (Pasal 39 Ayat (2))
Selain itu untuk delik yang tertangkap tangan berlaku ketentuan
khusus mengenai penyitaan. Disitu dipakai istilah yang lebih luas
artinya, seperti “dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita
benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang
dapat dipakai sebagai barang bukti” (Pasal 40 KUHAP)
Lebih lanjut dikatakan “dalam hal tertangkap tangan penyidik
berwenang menyita paket atau surat atau benda yang pengangkutannya
atau pengirimannya dilakukan oleh kantor pos dan telekomunikasi,
jawatan atau perusahaan telekomunikasi atau pengangkutan yang
bersangkutan, harus diberikan tanda penerimaan” (Pasal 47 KUHAP).
27 Andi Muhammad Sofyan dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, ... h.
154
32
Penjelasan Pasal 41 mengatakan “yang dimaksud dengan surat
termasuk surat kawat, surat teleks, dan lain sejenisnya yang
mengandung suatu berita.”
Sebagai pembatasan penyitaan surat, Pasal 43 KUHAP
menentukan bahwa “penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang
berkewajiban menurut undang-undang untuk merahasiakannya,
sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan
atas persetujuan mereka atau izin khusus ketua pengadilan negeri
setempat kecuali undang-undang menentukan lain.”28 Biasanya
penyitaan dihubungkan dengan perampasan sebagai pidana tambahan,
maka harus diperhatikan Pasal 39 KUHP yang menentukan bahwa
yang dapat dirampas ialah:
(1) Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh karena
kejahatan;
(2) Barang-barang kepunyaan terpidana yang dengan sengaja telah
dipakai untuk melakukan kejahatan.
Dari semua isi ketentuan pasal-pasal dimaksud, telah digariskan
“prinsip hukum” dalam penyitaan benda, yang memberi batasan
tentang benda yang bagaimana yang dapat diletakkan penyitaan.
Prinsip yang kami maksudkan ialah: “benda yang dapat disita menurut
undang-undang (KUHAP) hanyalah benda-benda yang ada
hubungannya dengan suatu tindak pidana.” Jika suatu benda tidak ada
kaitannya atau keterlibatannya dengan tindak pidana, terhadap benda-
benda tersebut tidak dapat diletakkan sita. Oleh karena itu penyitaan
benda yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa pidana yang
sedang diperiksa, dapat dianggap merupakan penyitaan yang
“bertentangan dengan hukum,” dan dengan sendirinya merupakan
penyitaan yang “tidak sah”. Konsekuensinya, orang yang bersangkutan
dapat meminta tuntutan ganti rugi baik kepada pra-peradilan apabila
28 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ... h. 153-154
33
masih dalam tingkat penyidikan dan kepada Pengadilan Negeri apabila
perkaranya sudah diperiksa di persidangan.29
4. Perbedaan Penyitaan dan Perampasan
Antara penyitaan/ pembeslahan dan perampasan terdapat
perbedaan sebagai berikut:30
a. Penyitaan adalah tindakan penyidik, sedang perampasan adalah
tindakan hakim/pengadilan;
b. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat perintah penyitaan dari
penyidik dengan izin atau persetujuan Ketua Pengadilan Negeri,
sedang perampasan dijatuhkan berdasarkan putusan pengadilan;
c. Penyitaan sebagai tindakan sementara untuk kepentingan
pembuktian pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan
sedang perampasan bersifat tetap, artinya kekuasaan orang
terhadap benda itu dicabut untuk selama-lamanya;
d. Penyitaan dapat dilakukan dari setiap pemegang benda tersebut,
sedangkan perampasan hanya dapat dilakukan terhadap benda-
benda yang merupakan milik terdakwa/terpidana;
e. Penyitaan hanya berupa tindakan, sedang perampasan merupakan
hukuman (hukuman tambahan)
5. Rupbasan
a. Pengertian, Tugas Pokok, dan Fungsi
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, atau disingkat
Rupbasan adalah tempat benda yang disita oleh negara untuk
keperluan proses peradilan. Rupbasan didirikan pada setiap ibu kota,
kabupaten atau kota, dan apabila perlu dapat dibentuk pula cabang
Rupbasan.
Menurut Pasal 44 Ayat (1) KUHAP, Rupbasan adalah Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara. Di dalam
29 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, ... h. 297 30 H. Hamrat Hamid dan Harun M Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang
Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab, ... h. 117
34
Rupbasan-lah disimpan setiap benda sitaan. Segala benda sitaan yang
diperlukan sebagai barang bukti dalam pemeriksaan tingkat
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
maupun barang yang dinyatakan dirampas berdasar putusan hakim,
harus disimpan dalam Rupbasan.31
Rupbasan dibawah tanggung jawab Direktorat
Permasyarakatan Kementrian Hukum dan HAM, yang sejajar dengan
rutan dan lapas. Hal tersebut merupakan pelaksanaan dari Pasal 44
Ayat (2) yang menyebutkan bahwa penyimpanan benda sitaan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada
pada pejabat yangberwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan
dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk
dipergunakan oleh siapapun juga. 32
Dalam Pasal 28 KepMenKeh RI Nomor M.04.PR.03 Tahun
1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara menjelaskan bahwa
Rupbasan mempunyai tugas pokok yaitu melakukan penyimpanan
benda sitaan negara dan rampasan negara.
Lalu dalam Pasal 29 KepMenKeh RI Nomor M.04.PR.03
Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan
Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara menjelaskan
bahwa Rupbasan mempunyai fungsi yaitu :
1) Melakukan pengadministrasian benda sitaan dan rampasan
negara
2) Melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan
barang rampasan negara
3) Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan
4) Melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan
31 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, ... h. 299 32 Tim Pengkajian Hukum, Lembaga Penyitaan dan Pengelolaan Barang Hasil
Kejahatan, (Jakarta: Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Badan Pembinaan Hukum
Nasional, 2013)
35
b. Struktur Organisasi Rupbasan
Rupbasan diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelas, yaitu Rupbasan
Klas I dan Rupbasan Klas II.
1) Struktur Organisasi Rupbasan Klas I
Susunan organisasi Rupbasan Klas I, terdiri dari Kepala
Rupbasan, Subs Seksi Administrasi dan Pemeliharaan, Sub Seksi
Pengamanan dan Pengelolaan, dan Petugas Tata Usaha.
a) Kepala Rupbasan adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan.
Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas keamanan benda
sitaan dan rampasan negara di Rupbasan. Dalam Pasal 17 Ayat
(2) Permenkumham Nomor 16 Tahun 2014 dijelaskan bahwa
pengamanan terhadap benda sitaan dan rampasan negara
tersebut dilakukan dengan cara mencegah terjadinya
penjarahan dan pencurian, mencegah terjadinya perusakan,
mencegah terjadinya penukaran, dan mencegah keluarnya
benda sitaan dan rampasan negara secara ilegal.
b) Sub Seksi Administrasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas
dalam pengadministrasian, penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan, dan mutasi benda sitaan dan rampasan negara
yang ada di Rupbasan dari awal benda tersebut diterima di
Rupbasan sampai pada tahap pengeluaran benda tersebut dari
Rupbasan. (Pasal 32 Ayat (1) KepMenKeh M.04.PR.03 Tahun
Kepala Rupbasan
Sub Seksi Administrasi dan
Pemeliharaan
Sub Seksi
Pengamanan dan
Pengelolaan
Petugas Tata Usaha
36
1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan
Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)
c) Sub Seksi Pengamanan dan Pengelolaan mempunyai tugas
memelihara keamanan, serta mengurus keuangan rumah
tangga, dan kepegawaian Rupbasan. (Pasal 32 Ayat (3)
KepMenKeh M.04.PR.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara)
d) Petugas Tata Usaha mempunyai tugas dalam melakukan surat
menyurat dan kearsipan. (Pasal 32 Ayat (3) KepMenKeh
M.04.PR.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara)
2) Struktur Organisasi Rupbasan Klas II
a) Kepala Rupbasan adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan.
Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas keamanan benda
sitaan dan rampasan negara di Rupbasan. Dalam Pasal 17 Ayat
(2) Permenkumham Nomor 16 Tahun 2014 dijelaskan bahwa
pengamanan terhadap benda sitaan dan rampasan negara
tersebut dilakukan dengan cara mencegah terjadinya
Sub Seksi
Administrasi
dan
Pemeliharaan
Kepala Rupbasan
Petugas Keamanan
Petugas Tata Usaha
37
penjarahan dan pencurian, mencegah terjadinya perusakan,
mencegah terjadinya penukaran, dan mencegah keluarnya
benda sitaan dan rampasan negara secara ilegal.
b) Sub Seksi Administrasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas
dalam pengadministrasian, penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan, dan mutasi benda sitaan dan rampasan negara
yang ada di Rupbasan dari awal benda tersebut diterima di
Rupbasan sampai pada tahap pengeluaran benda tersebut dari
Rupbasan.
c) Petugas Tata Usaha mempunyai tugas dalam melakukan surat
menyurat dan kearsipan.
d) Petugas Keamanan bertanggung jawab terhadap keamanan
Rupbasan.
c. Dasar Hukum Rupbasan
Dasar Hukum dari Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan dan Rampasan Negara) diatur dalam:
1) Pasal 44 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang
Pelaksanaan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana)
3) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.
04.PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara
4) Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER – 002/ A/ JA/ 05/
2017 Tentang Pelelangan dan Penjualan Langsung Benda
Sitaan Atau Rampasan Negara Atau Benda Sita Eksekusi
38
5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor
16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan
Negara dan Barang Rampasan Negara Pada Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara
6) Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-
140.PK.02.01 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
Negara.
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Adapun literatur yang berkaitan dengan barang sitaan negara
adalah sebagai berikut:
1. Chaerani Nufus, Fakultas Hukum, Universitas Esa Unggul, dalam
skripsinya yang berjudul “Perlindungan Benda Sitaan Negara dan
Barang Rampasan ke Negara Dalam Proses Peradilan Pidana (Studi
Kasus Rupbasan Klas I Jakarta Barat dan Tangerang)”. Dalam
skripsinya peneliti membahas tentang perlindungan barang sitaan
negara dan barang rampasan Negara yang dilakukan di wilayah
hukum Rupbasan Klas I Jakarta Barat dan Tangerang. Hal yang
membedakan skripsi tersebut dengan penelitan yang akan diangkat
oleh peneliti adalah peneliti membahas tentang pelaksanaan
pengelolaan barang sitaan dan rampasan negara di wilayah hukum
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
2. Sandy Wuwungan, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah
Malang, dalam skripsinya yang berjudul “Pertanggung jawaban Polisi
Terhadap Barang Bukti Hasil Sitaan” dalam skripsinya tersebut
peneliti membahas tentang tanggung jawab polisi terhadap barang
bukti hasil sitaan. Peneliti mengangkat judul tersebut dikarenakan
39
penulis merasa banyak sekali kekurangan dalam hal tanggung jawab
terhadap benda sitaan yang dilakukan oleh polisi. Hal yang
membedakan skripsi tersebut dengan penelitian yang akan diangkat
oleh peneliti adalah peneliti membahas tentang mekanisme
pertanggung jawaban Rupbasan Klas I Jakarta Selatan terhadap benda
sitaan dan rampasan negara yang rusak dan hambatan-hambatan yang
ditemui oleh Rupbasan dalam mengelola benda sitaan dan rampasan
negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
3. Diki Handayani, dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Sistem
Informasi Benda Sitaan Negara Klas II Pangkal Pinang” dalam jurnal
ilmiahnya peneliti membahas tentang Jurnal ini membahas tentang
proses penerimaan dan pengeluaran barang yaitu prosedur penerimaan
dan pengeluaran barang yaitu prosedur penerimaan, prosedur
pengeluaran, dan prosedur pembuatan laporan.
4. Ansori Sabuan, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Pidana”.
Dalam bukunya penulis membahas tentang penyelenggaraan pidana di
Indonesia yang di dalamnya terdapat materi penyitaan.
40
BAB III
PROFIL RUPBASAN KLAS I JAKSEL
A. Visi Misi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
1. Visi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Terwujudnya penyimpanan, jaminan keselamatan, dan pengamanan
serta keutuhan benda sitaan negara dengan menjunjung tinggi
penegakan hukum dan hak asasi manusia.
2. Misi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Mengoptimalkan pelaksanaan dan pengelolaan benda sitaan negara
dan barang rampasan negara dalam rangka penegakan hukum dan hak
asasi manusia.
B. Sejarah Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan telah berdiri sejak tahun 2000.
Saat itu Rupbasan Klas I Jakarta Selatan sementara ditempatkan di
Gedung BHP (Balai Harta Peninggalan) lantai 3 (tiga) Kantor Wilayah
Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta.
Pada awal tahun 2004, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan menempati
bekas Gedung Walikota Jakarta Selatan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo
No. 1 Jakarta Selatan masih dengan status menempati sementara. Selama 4
(empat) tahun menempati bekas Gedung Walikota Jakarta Selatan,
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan telah menerima barang sitaan dari
Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dan Polda Metro Jaya yaitu berupa
kendaraan roda empat sebanyak 4 (empat) unit dan kendaraan roda dua
sebanyak 22 unit serta barang bukti berupa surat-surat berharga. Dari
Polda Metro Jaya, Rupbasan Jakarta Selatan menerima barang sitaan
berupa tas travel berlogo “Yayasan Purba Wisesa” sebanyak 3.864 buah.
Pada tahun 2007, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan pernah
melakukan lelang bersama dengan kantor Kejaksaan Negeri Jakarta
Selatan berupa barang bukti kendaraan roda dua. Sesuai dengan instruksi
Walikota
41
Jakarta Selatan bahwa gedung yang ditempati Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan akan direlokasi sehingga kantor Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
berupaya mencari dan juga mengajukan permohonan pengadaan gedung
dan lahan melalui Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM
untuk diteruskan kepada Sekretariat Jenderal menanggapi permasalahan
kantor Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yang harus segera pindah dari
bekas Gedung Walikota Jakarta Selatan. Dan atas persetujuan dari
Sekretariat Jenderal Kementrian Hukum dan HAM, Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan mendapatkan anggaran untuk sewa gedung/ kantor sebesar
Rp240.000.000,00.- (dua ratus empat puluh juta rupiah).
Pada tahun 2008, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan akhirnya dapat
menyewa rumah/ bangunan hingga saat ini. Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan saat ini berlokasi di Jalan Ampera Raya No. 6A Cilandak Timur,
Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan status sewa selama 1 (satu) tahun
terhitung tanggal 1 Oktober 2008 berdasarkan Akta Notaris No. 8 tanggal
18 September 2008 dengan luas bangunan dan lahan 1.161m2. Hingga saat
ini Rupbasan Klas I Jakarta Selatan belum mempunyai gedung sendiri.1
C. Struktur Organisasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Susunan organisasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan terdiri dari
Kepala Rupbasan, Subs Seksi Administrasi dan Pemeliharaan, Sub Seksi
Pengamanan dan Pengelolaan, dan Petugas Tata Usaha.
1. Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan adalah Vivierdi dibantu oleh
sekretaris
2. Kasubsie Administrasi dan Pemeliharaan Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan di pimpin oleh Hendrawan, Amd.I.P., S.H. Adapun Sub Seksi
Administrasi dan Pemeliharaan terdiri dari 7 (tujuh) anggota, yaitu :
a. Budi Saryono, S.Pd. sebagai pengelola benda sitaan-barang
rampasan.
1 Kanwil Kementrian Hukum dan HAM,
https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1050-Rupbasan-jaksel, Diakses pada 10 Februari
2019.
42
b. Mujinah, S.H. sebagai pengelola benda sitaan-barang rampasan.
c. Achmad Padilah, S.H. sebagai pengelola benda sitaan-barang
rampasan.
d. Triana, S.H. sebagai pengelola benda sitaan-barang rampasan.
e. Ari Hermawan sebagai pengelola benda sitaan-barang rampasan.
f. Okta Via P, A.Md. sebagai pengelola benda sitaan-barang
rampasan.
g. Andika Buditama sebagai pengelola benda sitaan-barang
rampasan.
Bagian Adminsistrasi dan Pemeliharaan dalam pelaksanaannya
dilakukan secara bersamaan karena merupakan satu kesatuan ketika
benda sitaan dan rampasan masuk ke Rupbasan Klas I Jakarta Selatan,
dalam hal ini mempunyai tugas yaitu, melaksanakan kegiataan
penerimaan, penelitian, penilaian, pendaftaran, dan penyimpanan
benda sitaan dan rampasan negara baik itu dari penyidik, penuntut, dan
pengadilan sesuai dengan prosedur yang berlaku oleh petugas.
Kemudian bagian pemeliharaan bertugas untuk melaksanakan
pengawasan dan pemeriksaan secara berkala terhadap benda sitaan dan
rampasan negara yang memerlukan perawatan khusus. Sedangkan
untuk pemutasian mempunyai tugas melaksanakan pemutasian baik
secara administrasi maupun secara fisik.
3. Kasubsie Pengamanan dan Pengelolaan Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan di pimpin oleh Hendrawan, Amd.I.P., S.H. Adapun Sub Seksi
Pengamanan dan Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) orang, yaitu:
a. N. Firmansyah pada bagian keuangan.
b. Dedy Junaedi pada bagian keuangan.
c. Lia Herlina Sari, S.E. pada bagian kepegawaian.
d. Rany Noor Fatimah, S.H. pada bagian kepegawaian.
e. Hari Setiawan pada bagian kepegawaian.
f. Abdul Haziz pada bagian BMN.
g. Ade Lutfi Fahmi pada bagian BMN.
43
h. Pada Rupam I terdiri dari Kurniawan E, S.H. dan Ahmad Fadhil.
i. Pada Rupam II terdiri dari Dudi Purnomo, S.H. dan Iprhas
Nardianto.
j. Pada Rupam III terdiri dari Arif Kurniawan, S. Sos. dan Yonidar E
Marwansyah.
k. Pada Rupam IV terdiri dari Laivan Husein dan Waluyo.
Pelaksanaan pengamanan terhadap benda sitaan dan rampasan negara
dilakukan dengan cara bergiliran.
4. Petugas Tata Usaha dalam hal ini hanya mengurusi hal-hal yang
berkaitan dengan pegawai Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, dan tidak
berkaitan langsung dengan benda sitaan dan rampasan negara. Untuk
jumlah pegawai Tata Usaha sendiri berjumlah 2 (dua) orang, yaitu Tri
Kuryastuti, S. Si. dan Richa Juniwandari, S. Pd.
Sumber : Tata Usaha Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
D. Klasifikasi Benda Sitaan dan Rampasan Negara di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan
Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor :
PAS-140.PK.02.01 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Kepala Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan
Vivierdi Anggoro, Bc.I.P, S. Sos., M. Si.
NIP. 19650209 199003 1 001
Kasubsie Pengamanan dan
Pengelolaan
Hendrawan, Amd.I.P., S.H.
NIP. 19700727 199403 1 002
Kasubsie Administrasi dan
Pemeliharaan
Hendrawan, Amd.I.P., S.H.
NIP. 19700727 199403 1 002
Tata Usaha
Tri Kuryastuti, S. Si.
NIP. 19810616 200501
2 001
Richa Juniwardani,
S.Pd.
NIP. 19890615 201012
2 001
44
Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara
di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara di jelaskan bahwa
pengklasifikasian benda sitaan dan rampasan negara dapat dibedakan
berdasarkan jenis dan sifatnya, yaitu:
1. Benda sitaan yang berkategori umum tertutup, terdiri dari bermacam-
macam benda atau barang yang peka dan sensitif terhadap debu dan
air, dan tidak merusak benda di sekitarnya. Contoh : mesin, alat
elektronik, meubelair, peralatan listrik, berbagai jenis keramik, tekstil
2. Benda sitaan yang berkategori umum terbuka, terdiri dari bermacam-
macam benda atau barang yang menurut ukurannya relatif besar dan
sifatnya tahan terhadap debu dan perubahan suhu. Contoh : Kendaraan
bermotor roda dua, roda tiga, dan roda empat, kendaraan tak bermotor
(sepeda, gerobak tarik, gerobak dorong), bahan bangunan, alat-alat
mekanik.
3. Benda sitaan yang berkategori berharga, terdiri dari bermacam-macam
benda atau barang yang menurut penilaian mempunyai nilai jual
relatif tinggi dan tidak merusak benda disekitarnya. Contoh : logam
perhiasan terdiri dari logam adi/ mulia (emas, platina, perak, logam
cair), logam bukan adi/ mulia (nikel, tembaga, alumunium, timah
putih, besi), batu permata, batu perhiasan (berlian, intan, mutiara),
benda sitaan berupa uang (uang logam, uang kertas), kertas berharga
(deposito, bilyet giro, sertifikat tanah, cek)
4. Benda sitaan yang dikategorikan berbahaya terdiri dari bermacam-
macam benda atau barang yang mempengaruhi dan atau dapat
merusak benda atau barang disekitarnya dan menganggu kesehatan
manusia. Contoh : Sediaan farmasi (obat jadi, jamu, kosmetika,
narkotika yang digunakan untuk pengobatan), bahan kimia berbahaya
(insektisida, rodentisida, desinfektan), explosive (mudah meledak),
oxidizing (penyebab kebakaran), bahan peledak (detonator, dinamite,
glatine amunisi), senjata api (senjata genggam, senjata bahu, dan
sebagainya)
45
5. Benda sitaan yang berkategori hewan dan tumbuhan terdiri dari
bermacam-macam hewan dan tumbuhan. Contoh : Hewan peliharaan
(kucing, anjing penjaga, anjing pelacak), sapi, kerbau, berbagai jenis
unggas, berbagai jenis ikan dan sebagainya. Contoh : Benda sitaan
berupa tumbuhan yang dilindungi berupa berbagai jenis palem,
rafflesia, orchidaciae (anggrek), dan lain-lain. Tanaman hias (berbagai
jenis bonsai, adenium, aglaonema, euphorbia, dan bunga- bungaan,
dan lain-lain. Tanaman obat (berupa kelapa sawit, kopi, tembakau,
cengkeh coklat, tebu, dan lain-lain). Tanaman pangan berupa (tanaman
padi, jagung palawija, dan lain-lain).
Klasifikasi benda sitaan yang ada Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
hanya terdiri dari benda sitaan yang berkategori umum tertutup dan umum
terbuka, karena di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan hanya mempunyai
Gudang Umum. Sehingga klasifikasi benda sitaan yang tidak bisa dikelola
oleh Rupbasan seperti benda sitaan dengan kategori berharga, berbahaya,
hewan, dan tumbuhan akan dititipkan pada intansi yang berwenang atau
yang kegiatan usaha dan operasionalnya bersesuaian dengan kategori
benda sitaan tersebut. Rupbasan Klas I Jakarta Selatan lebih banyak
menerima benda sitaan sepert kendaraan roda empat, komputer, dan
kendaraan roda dua.
E. Penempatan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan
Pada prinsipnya semua benda sitaan harus disimpan di Rupbasan
jika dilihat berdasarkan ketentuan Pasal 44 Ayat (1) yang menjelaskan
bahwa benda sitaan disimpan di dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
Negara atau disingkat dengan sebutan Rupbasan. Setiap benda sitaan harus
disimpan di Rupbasan. Siapapun tidak diperkenankan
mempergunakannya.2 Akan tetapi tidak semua benda sitaan dapat
2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, … h. 298
46
disimpan di Rupbasan. Kemungkinan ada benda sitaan yang tidak dapat
disimpan disimpan di Rupbasan jika ditinjau dari segi sifat dan keadaan
benda, seperti kapal laut misalnya. Dari segi keadaan tidak mungkin
disimpan di dalam Rupbasan. Atau bahan-bahan kimia dari segi sifatnya
mungkin sulit menyimpannya di Rupbasan karena memerlukan
penyimpanan khusus dan penganan ahli yang khusus. Untuk itu kepala
Rupbasan dapat memberi kuasa kepada instansi atau badan yang
berwenang atau yang kegiatan usaha dan operasionalnya berseseuaian
dengan benda sitaan tersebut. 3Berdasarkan Pasal 22 Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan
Benda Sitaan Dan Barang Rampasan Negara Pada Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara dijelaskan bahwa pemeliharaan benda sitaan dan
barang rampasan di Rupbasan atau tempat lain dapat dilakukan kerjasama
dengan instansi terkait dan/ atau pihak lain jika benda sitaan dan barang
rampasan membutuhkan pemeliharaan khusus.
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan banyak melakukan kerjasama
dengan instansi lain dalam melakukan penyimpanan benda sitaan negara.
Karena hingga saat ini Gedung Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih
berstatus kontrak/ menyewa Kepala Rupbasan Jakarta Selatan menyatakan
bahwa Rupbasan Klas I Jakarta Selatan banyak menitipkan benda
sitaannya di instansi lain karena belum memadainya Gedung Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan untuk menyimpan benda sitaan negara tertentu yang
membutuhkan pemeliharaan khusus. Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
hanya mempunyai Gudang Umum, yaitu Gudang Umum Terbuka dan
Gudang Umum Tertutup. Gudang Umum Terbuka adalah ruangan yang
digunakan untuk menempatkan barang sitaan dan barang rampasan yang
berkategori umum terbuka dengan ukuran/ bentuknya relative besar, tidak
mudah rusak oleh perubahan cuaca. Sedangkan Gudang Umum Tertutup
adalah ruangan/ tempat tertutup yang digunakan untuk menempatkan
3 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, … h. 301
47
benda sitaan dan barang rampasan yang berkatergori umum tertutup
dengan ukuran relatif kecil, peka terhadap perubahan cuaca, debu dan air
yang dapat mengakibatkan kerusakan.
Karena kurang memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan dalam meyimpan benda sitaan dan rampasan negara, mereka juga
menitipkan benda sitaan dan rampasan negara di basement lantai 2 milik
KPK di Gedung Sentra Mulia Dirjen Imigrasi Kementrian Hukum dan
HAM.
Kepala Rupbasan Klas I Jaksel juga mengatakan bahwa benda
sitaan negara juga masih banyak yang tidak diserahkan kepada Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan misal kejaksaan yang ingin menyimpan sendiri
benda sitaannya. Bahkan untuk saat ini yang masih teratur mengikuti
prosedur penyimpanan benda sitaan dan rampasan negara seperti yang
dijelaskan dalam Pasal 44 KUHAP hanyalah Lembaga KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Sedangkan, kepolisian dan kejaksaan untuk saat
ini sudah memiliki tempat untuk menyimpan benda sitaannya masing-
masing.
Adapun aturan yang dibuat tersendiri oleh institusi penegak hukum
dalam pengelolaan benda siataan dan barang rampasan adalah:
1. POLRI
Peraturan Kapolri Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan
Barang Bukti di Lingkungan Polri.
2. Kejaksaan
a. SEJA No. SE-010/A/JA/08/2015 tentang Kewajiban Jaksa
untuk Melelang Barang Sitaan yang Lekas Rusak atau
Memerlukan Biaya Penyimpanan Tinggi.
48
b. SEJA No. SE-011/A/JA/08/2015 tentang Barang Rampasan
Negara yang Akan Digunakan untuk Kepentingan
Kejaksaan
c. Surat JA No. B-079/A/U.1/05/2016 perihal Tertib
Administrasi Penyelesaian Benda Sitaan dan Barang
Rampasan yang Dititipkan di Rupbasan.4
Hal tersebut mengakibatkan terbengkalainya Rupbasan dalam
mengelola benda sitaan dan rampasan negara.
F. Data Kepegawaian Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yang beralamat di Jalan Ampera
Raya No. 6A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Petugas di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan berjumlah 26 orang, dengan perincian sebagai berikut:
Data pegawai Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)
Jakarta Selatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Agama Tahun 2018.
Tabel 3. 1 : Data Pegaawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Agama
Tahun 2018
Sumber : Tata Usaha Rupbasan Jakarta Selatan
4 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan No. E1 .35.PK.03. 10 Tahun 2002
tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan
Barang Rampasan Negara di Rupbasan
Jenis Kelamin Pendidikan Agama Jumlah
SMA D3 S1 S2 Islam Katholik Protestan Hindu Budha
Laki- Laki 12 - 6 1 19 - - - - 38
Perempuan - - 7 - 7 - - - - 14
Jumlah 12 - 13 1 26 - - - - 52
49
Data pegawai Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)
Jakarta Selatan Berdasarkan Pangkat/ Golongan Ruang Tahun 2018
Jenis
Kelamin
Pangkat/Golongan Ruang Pejabat
Eselon
II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IVa IVa IVb V
L 2 5 3 2 - 3 1 2 1 1 - 1
P - - - - 4 2 1 - - - - -
Total 2 5 3 2 4 5 2 2 1 1 - 1
Tabel 3. 2 : Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Pangkat/ Golongan Ruang Tahun 2018
Sumber : Tata Usaha Rupbasan Jakarta Selatan
Data pegawai Rupbasan (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara)
Jakarta Selatan Berdasarkan Jabatan Pegawai Tahun 2018
NO NAMA JABATAN/JFU JUMLAH PEGAWAI
1 Kepala Unit Pelaksana Teknis 1 Orang
2 Kasubsie Pengamanan dan Pengelolaan -
3 Kasubsie Administrasi dan Pemeliharaan 1 Orang
4 Pengadministrasi Umum 2 Orang
5 Pengelola Data Kepegawaian 3 Orang
6 Pengelola Keuangan 1 Orang
7 Bendahara Pengeluaran 1 Orang
8 Pengelola BMN 2 Orang
9 Pengelola Benda sitaan Baran 7 Orang
10 Petugas/Anggota Jaga 8 Orang
Jumlah 26 Orang
Tabel 3. 3: Data Pegawai Rupbasan Klas I Jaksel Berdasarkan Jabatan Tahun 2018
Sumber : Tata Usaha Rupbasan Jakarta Selatan
50
G. Jenis Benda sitaan/Baran Yang Disimpan Di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan
Nama Benda sitaan/Baran Penyimpanan Jumlah
Kendaraan bermotor roda 4
(empat)
Gudang Terbuka 29 Unit
Kendaraan roda 2 (dua) Gudang Terbuka 7 Unit
CPU Komputer Gudang Umum -
Dokumen dan Bukti
Transaksi
Gudang Umum -
Kendaraan bermotor roda 4
(empat)
Dirjen Imigrasi 61 Unit
Kendaraan bermotor roda 2
(dua)
Dirjen Imigrasi 1 Unit
Jumlah 98 Unit
Tabel 3. 4 : Data Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan Klas I Jaksel
Sumber : Dinding Administrasi Rupbasan Klas I Jakarta Selatan Desember 2018
H. Daftar Isi Perkara Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
No
Nama Gudang
Isi Gudang
RBB 1 RBB 2 RBB 3 RBB 4 RBB 5 RBB 6
1 GUDANG KPK 6 4 2 7 43
2 GUDANG TERBUKA I 3 1 5
3 GUDANG TERBUKA II 8 2
4 GUDANG TERBUKA III 6 6 5
5 GUDANG BERHARGA
6 GUDANG BERBAHAYA
7 GUDANG UMUM
Jumlah Total 23 13 7 7 5 43
Tabel 3. 5 : Data Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan Klas I Jaksel
Berdasarkan Tingkat Perkara
51
Keterangan :
RBB 1 : Penyidik
RBB 2 : Penuntut Umum
RBB 3 : Pengadilan Negeri
RBB 4 : Pengadilan Tinggi/ Banding
RBB 5 : Mahkamah Agung/ Kasasi
RBB 6 : Barang Rampasan Negara
52
BAB IV
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN
1983 TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG SITAAN
NEGARA DAN RAMPASAN NEGARA DI RUPBASAN KLAS I JAKSEL
A. Implementasi Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Dalam mengelola benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan
sesungguhnya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP, ketentuan lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara di Rupbasan
dan Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
Pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan masih sangat tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 yaitu, dalam Pasal 27 yang
menjelaskan bahwa di Rupbasan ditempatkan benda yang harus disimpan
untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan hakim.
Dalam Pasal 27 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 bahwa
benda sitaan disimpan di Rupbasan untuk menjamin keselamatan dan
keamanannya. Lalu dalam Pasal 30 Ayat (2) dijelaskan juga bahwa
disamping tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 Ayat (3) Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas
administrasi benda sitaan.
Tetapi dalam pengimplementasiannya Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan tidak mengelola sesuai dengan peraturan tersebut di atas. Banyak
benda sitaan yang disimpan di instansi lain padahal belum berkoordinasi
53
dengan Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, adanya ketidaksuaian dalam
pengadministrasian benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, dan
kurang terjaminnya keselamatan benda sitaan dari segi pemeliharaannya. Hal
tersebut terjadi semata-mata bukan karena kesalahan dari pihak Rupbasan
sendiri, melainkan karena banyaknya pejabat negara yang berwenang dalam
mengelola benda sitaan negara yang melanggar aturan-aturan yang sudah
dibuat selama ini.
Mekanisme dan implementasi pengelolaan benda sitaan dan rampasan
negara telah dijelaskan dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03
Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan
Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan
pengimplementasian peraturan tersebut oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan:
1. Penerimaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
Benda sitaan negara yang akan disimpan di Rupbasan akan diterima
oleh petugas penerimaan benda sitaan yang ditunjuk oleh Kepala
Rupbasan dan telah ditentukan jadwal kerjanya. Benda sitaan yang
diterima oleh petugas penerima benda sitaan negara wajib diperiksa
terlebih dahulu kelengkapan administrasinya. Kelengkapan administrasi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelengkapan administrasi benda sitaan dari instansi penyidik
1) Surat pengantar penyerahan benda sitaan dari instansi penyidik
yang ditandatangani oleh pejabat yang bertanggung jawab secara
yuridis.
2) Data benda sitaan yang diserahkan.
3) Surat izin penyitaan dari pengadilan.
4) Surat perintah penyerahan benda sitaan dari instansi penyidik.
5) Berita acara penyitaan.
54
b. Kelengkapan administrasi benda sitaan dari instansi penuntut umum
1) Surat pengantar penyerahan benda sitaan dari instansi penuntut
umum yang ditandatangani oleh pejabat yang bertanggung jawab
secara yuridis
2) Data benda sitaan yang diserahkan
3) Surat izin penyitaan dari pengadilan
4) Berita acara penyitaan.
5) Surat perintah penyerahan benda sitaan dari instansi penuntut
umum.
6) Surat pelimpahan perkara dari instansi penyidik kepada instansi
penuntut umum.
c. Kelengkapan administrasi benda sitaan dari instansi pengadilan
1) Surat pengantar penyerahan benda sitaan dari instansi pengadilan
yang ditandatangani oleh pejabat yang bertanggung jawab secara
yuridis.
2) Data benda sitaan yang diserahkan surat izin penyitaan dari
pengadilan.
3) Berita acara penyitaan.
4) Surat perintah penyerahan benda sitaan dari pengadilan.
5) Surat pelimpahan perkara dari instansi penuntut umum kepada
pengadilan.
Setelah melakukan pengecekan terhadap kelengkapan administrasi dari
benda sitaan, selanjutnya akan dilakukan penelitian terhadap benda sitaan
tersebut. Dalam melaksanakan penelitian, Kepala Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan membentuk tim peneliti yang terdiri dari :
a. Pejabat yang membidangi administrasi sebagai ketua.
b. Ahli peneliti yang membidangi obyek penelitian benda sitaan.
c. Petugas administrasi peneliti.
Jika Rupbasan belum memiliki tenaga ahli peneliti, maka Kepala
Rupbasan dapat berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menunjuk tenaga
ahli peneliti.
55
Keterlibatan pihak ketiga dalam proses penelitian terhadap benda sitaan
negara bertujuan untuk menjamin pertanggung jawaban hasil penelitian.
Dalam melakukan penelitian benda sitaan dan rampasan negara, tim
peneliti memiliki tugas :
a. Melakukan penelitian fisik benda sitaan dan rampasan negara tentang
keadaan jenis, mutu, macam, dan jumlah dengan disaksikan oleh
petugas instansi yang bertanggung jawab secara yuridis terhadap
barang tersebut di ruangan khusus.
b. Mencocokan hasil penelitian dengan kelengkapan administrasi
penyerahan barang .
c. Hasil penelitian benda sitaan dan rampasan negara dicatat ke dalam
lampiran berita acara penelitian.
d. Hasil penelitian benda sitaan dan rampasan negara dibuatkan berita
acara penelitian.
e. Tim peneliti menyerahkan berita acara penelitian dan lampiran hasil
penelitian kepada petugas penilai.
Setelah Tim peneliti membuat berita acara, maka langkah selanjutnya
adalah penilaian benda sitaan dan rampasan negara oleh petugas penilai.
Dalam melakukan penilaian terhadap benda sitaan dan rampasan negara,
Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan membentuk tim penilai benda sitaan
dan rampasan negara yang terdiri dari :
a. Pejabat yang membidangi administrasi sebagai ketua
b. Ahli penilai yang membidangi obyek penilaian benda sitaan dan
rampasan negara
c. Petugas administrasi penilai.
Apabila Rupbasan belum memiliki tenaga ahli penilai, maka Kepala
Rupbasan dapat berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menunjuk tenaga
ahli penilai. Dalam melaksanakan penilaian benda siataan dan rampasan
negara, tim penilai memiliki tugas:
56
a. Melakukan penilaian fisik benda sitaan berdasarkan hasil penelitian
tim peneliti
b. Melakukan penilaian fisik benda sitaan berdasarkan standar biaya
umum, mekanisme harga pasar atau dasar penilaian lainnya sesuai
dengan aturan yang berlaku.
c. Melakukan penilaian benda sitaan negara bersama pihak ketiga
dengan izin Kepala Rupbasan.
d. Hasil penilaian benda sitaan negara dicatat ke dalam lampiran berita
acara penilaian
e. Hasil penilaian benda sitaan negara dibuatkan berita acara penilaian.
f. Tim penilaian menyerahkan berita acara penilaian dan lampiran hasil
penilaian kepada pejabat yang membidangi administrasi.
Setelah melewati tahap penelitian dan penilaian, selanjutnya benda sitaan
tersebut akan di dokumentasikan oleh petugas pendokumentasian.
Pendokumentasian dilakukan dengan cara melakukan pemotretan/
pengambilan gambar fisik benda sitaan negara untuk didokumentasikan.
Dalam melakukan pendokumentasian benda sitaan negara.
Selanjutnya adalah tahap serah terima benda sitaan. Dalam melaksanakan
tahap serah terima benda sitaan, pejabat yang membidangi administrasi
bertugas :
a. Memerintahkan petugas penerima untuk membuat acara serah terima
benda sitaan.
b. Menandatangani berita acara serah terima benda sitaan bersama-sama
petugas dari instansi yang menyerahkan dan saksi para pihak serta
diketahui oleh Kepala Rupbasan.
c. Menyerahkan benda sitaan beserta dokumennya kepada petugas
registrasi untuk dicatat dalam buku register sesuai dengan tingkat perkara
benda sitaan tersebut.
Dalam penerimaan benda sitaan negara yang dinyatakan cepat rusak,
berbahaya, dan/ atau menimbulkan biaya tinggi maka Kepala Rupbasan bisa
57
merekomendasikan kepada instansi yang bertanggung jawab secara yuridis
untuk melelang atau memusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tata cara pemberian rekomendasi terhadap benda sitaan dan rampasan
negara yang dinyatakan cepat rusak, berbahaya, dan/ atau menimbulkan biaya
tinggi:
a. Kepala Rupbasan memerintahkan tim peneliti/ pemeriksa untuk
melakukan penelitian dan pemeriksaan.
b. Tim peneliti/ pemeriksa melakukan melakukan penelitian dan
pemeriksaan serta membuat berita acara penelitian/ pemeriksaan dan
melaporkannya kepada Kepala Rupbasan.
c. Kepala Rupbasan merekomendasikan benda sitaan dan rampasan
tersebut kepada instansi yang bertanggung jawab secara yuridis untuk
melelang atau memusnahkan benda sitaan dan/ atau benda rampasan
negara tersebut dengan tembusan kepada :
1) Direktur Jenderal Permasyarakatan dan Direktur Bina
Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara
2) Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia
d. Pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis melakukan
pengecekan terhadap benda sitaan dan rampasan negara yang
direkomendasikan untuk dilelang atau dimusnahkan.
e. Pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis mengusulkan
rekomendasi Kepala Rupbasan kepada pengadilan untuk memperoleh
penetapan pengadilan.
f. Instansi yang bertanggung jawab secara yuridis menyampaikan surat
penetapan/ putusan pengadilan tentang benda sitaan dan rampasan
negara yang akan dilelang atau dimusnahkan kepada Kepala
Rupbasan.
Pada kenyataannya instansi seperti kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan seringkali tidak memberikan benda sitaan tersebut di Rupbasan
58
Klas I Jakarta Selatan, instansi tersebut lebih memilih menyimpan benda
sitaannya sendiri di tempatnya masing-masing. Padahal dalam Pasal 27
Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 dijelaskan bahwa di
dalam Rupbasan ditempatkan benda yang harus disimpan untuk keperluan
barang bukti dalam pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di sidang pengadilan termasuk barang yang dinyatakan
dirampas berdasarkan putusan hakim.
Rupbasan telah melakukan upaya untuk mengatasi kesenjangan ini
dengan cara mengirim surat pemberitahuan ke instansi kepolisian dan
kejaksaan, bahkan melakukan koordinasi langsung ke tempat kepolisian
maupun kejaksaan. Tetapi hingga saat ini upaya yang dilakukan oleh
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan tidak mengubah banyak hal. Hingga saat
ini instansi yang masih mematuhi aturan dalam petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis pengelolaan benda sitaan negara dan rampasan negara
hanyalah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)1
2. Registrasi Benda Sitaan Negara
Dalam Pasal 32 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
Tentang Pelaksanaan KUHAP dinyatakan bahwa disamping
tanggungjawab secara fisik atas benda sitaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 Ayat (3) Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas
administrasi benda sitaan, yang dijelaskan lebih lanjut dalam Direktur
Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Dalam melaksanakan registrasi benda
sitaan negara, petugas registrasi memiliki tugas:
a. Menerima benda sitaan dan dokumennya
1 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
59
b. Mencatat benda sitaan negara ke dalam buku register benda sitaan
sesuai tingkat perkara:
1) Tingkat Penyidikan
2) Tingkat Penuntutan
3) Tingkat Pengadilan Negeri
4) Tingkat Pengadilan Tinggi
5) Tingkat Mahkamah Agung
c. Benda sitaan dan barang rampasan negara yang ditempatkan di
tempat penyimpanan lain di luar Rupbasan dicatat dalam buku
register khusus sesuai dengan tingkat perkara.
d. Memberi segel, kode, dan label sebelum menyerahkan benda sitaan
dan barang rampasan tersebut kepada petugas penempatan.
e. Menyerahkan buku register untuk di paraf oleh pejabat administrasi
dan di tandatangani oleh Kepala Rupbasan.
f. Menyerahkan benda sitaan dan barang rampasan negara beserta
dokumennya kepada petugas klasifikasi dan penempatan.
Tetapi dalam kenyataannya instansi kepolisian, kejaksaan, KPK,
dan Pengadilan banyak yang tidak melaksanakan peraturan tersebut sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang telah di tentukan.
Bapak Hendrawan selaku kasubsie pemeliharaan dan pengelolaan benda
sitaan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa
bahkan banyak instansi yang meminta surat keterangan bahwa benda
sitaan itu disimpan di Rupbasan padahal dalam kenyataannya benda sitaan
yang ada dalam surat tersebut sebenarnya tidak disimpan di Rupbasan Klas
I Jakarta Selatan, melainkan disimpan di instansi yang bertanggungjawab
atas benda sitaan itu masing-masing. Lalu Kepala Rupbasan juga diminta
menandatangani surat keterangan yang sebenarnya tidak sesuai dengan
prosedur yang telah ada, karena benda sitaan tersebut pada kenyataannya
60
disimpan di instansi kejaksaan tetapi dalam pengadministrasiannya benda
sitaan tersebut disimpan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.2
3. Klasifikasi dan Penempatan
Dalam Pasal 30 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
Tentang Pelaksanaan KUHAP menyatakan bahwa Tanggung jawab secara
fisik atas benda sitaan tersebut ada pada Kepala Rupbasan yang dijelaskan
lebih lanjut dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun
2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
Dinyatakan bahwa Setelah benda sitaan dicatat dalam buku register
khusus, benda sitaan tersebut selanjutnya akan diklasifikasikan sesuai
dengan jenis dan sifat benda sitaan lalu ditempatkan pada Gudang sesuai
dengan kategori benda sitaan tersebut.
a. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian benda sitaan pada Rupbasan, berdasarkan jenis dan
sifatnya, yaitu:
1) Benda sitaan yang berkategori umum tertutup, terdiri dari
bermacam-macam benda atau barang yang peka dan sensitif
terhadap debu dan air, dan tidak merusak benda di sekitarnya.
Misalnya, mesin-mesin, alat elektronik, meubelair, peralatan listrik,
berbagai jenis keramik, dan tekstil,
2) Benda sitaan yang berkategori umum terbuka, terdiri dari
bermacam-macam benda atau barang yang menurut ukurannya
relatif besar dan sifatnya tahan terhadap debu dan perubahan suhu.
Misalnya, kendaraan bermotor roda dua, roda tiga, roda empat,
kendaraan tak bermotor (sepeda, gerobak tarik, gerobak dorong),
bahan bangunan, dan alat-alat mekanik.
2 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
61
3) Benda sitaan yang berkategori berharga, terdiri dari bermacam-
macam benda atau barang yang menurut penilaian mempunyai
nilai jual yang relatif tinggi dan tidak merusak benda di sekitarnya.
Misalnya, logam perhiasan yang terdiri dari logam adi/ mulia
(emas, platina, perak, logam, cair), logam bukan adi/ mulia (nikel,
tembaga, alumunium, timah putih, besi), batu permata, batu
perhiasan (berlian, intan, Mutiara), benda sitaan berupa uang (uang
logam, uang kertas), kertas berharga (deposito, bilyet giro,
sertifikat tanah, cek).
4) Benda sitaan yang dikategorikan berbahaya terdiri dari bermacam-
macam benda atau barang yang mempengaruhi dan atau dapat
merusak benda atau barang disekitarnya dan menganggu kesehatan
manusia. Contoh : Sediaan farmasi (obat jadi, jamu, kosmetika,
narkotika yang digunakan untuk pengobatan), bahan kimia
berbahaya (insektisida, rodentisida, desinfektan), explosive (mudah
meledak), oxidizing (penyebab kebakaran), bahan peledak
(detonator, dinamit, glatine. amunisi), senjata api (senjata
genggam, senjata bahu, dan sebagainya)
5) Benda sitaan yang berkategori hewan dan tumbuhan terdiri dari
bermacam-macam hewan dan tumbuhan. Contoh : Hewan
peliharaan (kucing, anjing penjaga, anjing pelacak), sapi, kerbau,
berbagai jenis unggas, berbagai jenis ikan dan sebagainya. Contoh :
Benda sitaan berupa tumbuhan yang dilindungi berupa berbagai
jenis palem, rafflesia, orchidaciae (anggrek), dan lain-lain.
Tanaman hias (berbagai jenis bonsai, adenium, aglaonema,
euphorbia, dan bunga- bungaan, dan lain-lain. Tanaman obat
(berupa kelapa sawit, kopi, tembakau, cengkeh coklat, tebu, dan
lain-lain). Tanaman pangan berupa (tanaman padi, jagung palawija,
dan lain-lain).
Petugas klasifikasi melakukan pengklasifikasian terhadap benda
sitaan berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan tim peneliti
62
dilihat dari jenis dan sifat benda sitaannya. Setelah itu petugas
klasifikasi mencatat hasil dari pengklasifikasian tersebut ke dalam
daftar klasifikasi. Lalu daftar klasifikasi benda sitaan tersebut
selanjutnya ditandatangani oleh Pejabat Administrasi dan diketahui
oleh Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Selanjutnya, hasil
klasifikasi benda sitaan tersebut diserahkan kepada petugas
penempatan benda sitaan.
b. Kategori Penempatan
Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa Gudang di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan masih belum memadai karena
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan hanya mempunyai Gudang umum.
Gudang umum terdiri dari udang umum terbuka dan Gudang umum
tertutup. 3
Gudang umum tertutup adalah ruangan/ tempat tertutup yang
digunakan untuk menempatkan benda sitaan dan barang rampasan
negara yang berkategori umum dengan ukuran yang relatif kecil, peka
terhadap perubahan cuaca, debu, dan air yang dapat mengakibatkan
kerusakaan pada benda tersebut.
Gudang umum terbuka adalah suatu bangunan/ tempat yang
bertiang dan beratap yang digunakan untuk menempatkan benda sitaan
dan barang rampasan negara yang berkategori umum dengan ukuran
yang relatif besar, tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca.
Dalam melaksanakan penempatan benda sitaan dan barang
rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan langkah pertama
yang dilakukan setelah petugas penempatan menerima benda sitaan
yang telah diklasifikasi oleh petugas klasifikasi adalah melakukan
penempatan benda sitaan dan barang rampasan negara. Lalu benda
sitaan dan barang rampasan negara dicatat dalam buku penempatan
benda sitaan dan barang rampasan negara pada masing-masing
3 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
63
Gudang. Benda yang sudah dicatat dalam buku penempatan benda
sitaan dan barang rampasan negara ditulis juga dalam papan control
benda sitaan dan barang rampasan negara. Petugas penempatan secara
periodik harus melakukan stock opname terhadap seluruh benda sitaan
dan barang rampasan negara yang berada di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan. Hasil stock opname benda sitaan dan barang rampasan negara
ditandatangani pejabat yang membidangi administrasi dan diketahui
oleh Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
Stock Opneme adalah kegiatan mendata/ menghitung kembali
jumlah fisik benda sitaan dan barang rampasan negara, sebagai internal
control Rupbasan untuk mengetahui kesesuaian antara pencatatan pada
buku register (data komputer) dengan jumlah fisik benda sitaan dan
barang rampasan yang ada di Gudang Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
4. Pemeliharaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara
Dalam Pasal 27 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
Tentang Pelaksanaan KUHAP menyatakan bahwa benda sitaan disimpan
di Rupbasan untuk menjamin keselamatan dan keamanannnya, yang
dijelaskan lebih lanjut dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-
140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan
Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara dijelaskan tentang pemeliharaan benda sitaan dan
rampasan negara di Rupbasan.
Pemeliharaan benda sitaan dan rampasan negara adalah kegiatan
memelihara benda sitaan dan rampasan negara selama benda sitaan dan
rampasan negara dititipkan di Rupbasan. Pemeliharaan dimaksudkan untuk
memelihara dan merawat fisik benda sitaan dan rampasan negara selama
disimpan di Rupbasan. Dalam memelihara benda sitaan dan rampasan
negara, benda-benda yang berada di dalam Gudang penyimpanan
dibersihkan sebanyak satu minggu sekali dan untuk benda sitaan dan
64
rampasan negara seperti kendaraan roda empat dan roda dua dihidupkan
untuk dipanaskan mesinnya. Jika bensin kendaraan sitaan tersebut habis
maka akan diisi oleh petugas.
a. Tugas Petugas Pemelihara :
1) Melakukan pemeliharaan fisik benda sitaan dan barang rampasan
negara secara berkala sesuai dengan standar pemeliharaan benda
sitaan dan rampasan.
2) Menginventarisir benda sitaan dan barang rampasan negara yang
memerlukan pemeliharaan khusus.
3) Dalam melakukan pemeliharaan benda sitaan dan barang
rampasan negara dapat mengikutsertakan pihak ketiga atas izin
Kepala Rupbasan.
4) Mencatat hasil pemeliharaan pada kartu pemeliharaan dan
menggantungkannya pada benda sitaan dan rampasan negara.
5) Mencatat hasil pemeliharaan ke dalam buku pemeliharaan.
6) Melaporkan hasil pemeliharaan benda sitaan dan barang
rampasan negara kepada Kepala Rupbasan melalui pejabat
administrasi.
7) Mencatat dan melaporkan kepada Kepala Rupbasan untuk
diberitahukan kepada instansi yang bertanggung jawab secara
yuridis jika terjadi kerusakan atau penyusutan benda sitaan dan
barang rampasan negara.
b. Tata Cara Pemeliharaan Rupbasan
Pemeliharaan benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan
dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara umum.
2) Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan khusus.
Dalam Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor
16 Tahun 2014 menyatakan bahwa Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan
menggunakan metode preventive maintance secara berkala sesuai waktu
yang ditentukan berdasarkan standar pemeliharaan benda sitaan dan
65
rampasan negara yaitu minimal 2 kali dalam seminggu. Tetapi untuk
benda sitaan tertentu yang memerlukan pemeliharaan yang segera dapat
dilaksanakan pemeliharaan secara darurat (emergency).
Tetapi pada kenyataannya kegiatan pemeliharaan di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan hanya terlaksana sebanyak seminggu sekali. Hal tersebut
tentu saja tidak sesuai dengan Pasal 27 Ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP yang menyatakan
bahwa benda sitaan harus dijaga keselamatan dan keamanannya.
Keselamatan yang dinyatakan tersebut dimaksud agar benda sitaan tetap
seperti keadaan semula saat awal diserahkan kepada Rupbasan.
Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa hal
tersebut terjadi karena kurangnya anggaran yang diberikan oleh negara
kepada Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Jadi dari pihak Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan harus mempunyai tindakan tersendiri agar anggaran yang
diberikan oleh Kementrian Hukum dan HAM cukup untuk memelihara
benda sitaan yang jumlahnya banyak di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.4
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan
benda sitaan dan barang rampasan di Rupbasan adalah :
a. Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara di
Rupbasan dilaksanakan berdasarkan jenis dan sifat benda sitaan
dan barang rampasan itu sendiri di Gudang tempat
penyimpanannya masing-masing.
b. Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan dilaksanakan :
(1) Secara berkala : minimal dua kali seminggu
(2) Secara darurat : dilakukan segera terhadap benda sitaan tertentu
yang memerlukan perawatan/ pemeliharaan.
c. Memperhatikan secara khusus benda sitaan tertentu yang
berbahaya, berharga, dan lain-lain.
4 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
66
d. Mencatat dan melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab
secara yuridis jika terjadi kerusakan dan/ atau penyusutan terhadap
benda sitaan.
e. Mencatat dan menilai hasil-hasil dari kegiatan pemeliharaan.
f. Membuat laporan kegiatan pemeliharaan yang ditandatangani oleh
pejabat yang membidangi pemeliharaan benda sitaan.
g. Mendokumentasikan dan mengarsipkan laporan pemeliharaan.
5. Pemutasian Benda Sitaan dan Rampasan Negara
Mutasi dalam KBBI artinya pemindahan. Pemutasian benda sitaan
adalah kegiatan pemutasian benda sitaan dan rampasan negara secara
administrasi yang berkaitan dengan peralihan kewenangan yuridis benda
sitaan dan rampasan negara yang disertai dengan perubahan pencatatan
pada buku register. Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-
140.PK.02.03 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan
Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara dijelaskan tentang pemutasian.
a. Macam-macam mutasi
1) Mutasi benda sitaan dari tingkat penyidik ke tingkat penuntutan.
2) Mutasi benda sitaan dari tingkat penuntutan ke tingkat pengadilan
negeri.
3) Mutasi benda sitaan dan dari tingkat pengadilan negeri ke tingkat
pengadilan tinggi.
4) Mutasi benda sitaan dari tingkat pengadilan tinggi ke tingkat
mahkamah agung
5) Mutasi dari benda sitaan negara menjadi barang rampasan
negara.
b. Syarat Pemutasian
1) Syarat mutasi benda sitaan pada tingkat penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di pengadilan harus melampirkan:
67
a) Surat pelimpahan perkara sesuai tingkat penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan
b) Berita acara pelimpahan perkara.
2) Syarat mutasi benda sitaan berdasarkan penetapan hakim harus
melampirkan:
a) Salinan penetapan hakim
b) Surat perintah eksekusi
c) Berita acara eksekusi
3) Syarat mutasi benda sitaan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap harus melampirkan :
a) Salinan putusan pengadilan.
b) Surat perintah eksekusi.
c) Berita acara eksekusi.
4) Berita acara penelitian mutasi.
5) Lampiran berita acara penelitian mutasi
6) Berita acara penilaian mutasi.
7) Lampiran berita acara penilaian mutasi.
8) Berita acara serah terima mutasi benda sitaan yang ditandatangani
oleh petugas yang menyerahkan, petugas yang menerima, saksi
yang diketahui oleh Kepala Rupbasan.
9) Dokumentasi.
Dalam melakukan pemutasian benda sitaan negara, instansi seperti
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan tidak melakukan prosedurnya
sesuai dengan batas waktu proses pemeriksaan perkara yang sudah
ditentukan di KUHAP. Padahal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1983 Pasal 27 Ayat (1) bahwa benda sitaan dan barang rampasan
negara disimpan dalam Rupbasan disesuaikan dengan tingkat
pemeriksaan perkara. Hal tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal 25
Ayat (1) Permenkumham Nomor 16 Tahun 2014 yang menyatakan
bahwa Jangka waktu pengelolaan Benda Sitaan di Rupbasan
disesuaikan dengan proses penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai
68
dengan ketentuan perundang-undangan. Pada kenyataannya, ketiga
instansi tersebut sering melewati batas wakktu yang sudah ditentukan
oleh KUHAP. Karena ketidaksesuaian antara peraturan yang ada
dengan pengimplementasiannya, banyak benda yang terbengkalai dan
turun nilai ekonomisnya karena terlalu lama disimpan di Rupbasan Klas
I Jakarta Selatan.5
6. Penghapusan Benda Sitaan dan Rampasan Negara
Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
dijelaskan tentang penghapusan.
Penghapusan Benda Sitaan dan Rampasan Negara dilakukan karena
faktor alam yang mengakibatkan kerusakan dan/ atau penyusutan,
Kebakaran, bencana alam, keributan.
a. Syarat penghapusan
1) Rekomendasi tim peneliti yang menyatakan bahwa benda
sitaan dan/ atau barang rampasan negara mengalami
pembusukan, kerusakan, penyusutan, bencana alam,
kebakaran, dan keributan.
2) Surat usulan Kepala Rupbasan kepada pihak yang bertanggung
jawab secara yuridis perihal penghapusan benda sitaan dan
barang rampasan negara.
3) Penetapan penghapusan dari pengadilan.
4) Surat pelaksanaan penetapan/ pengeluaran benda sitaan dan/
atau barang rampasan dari instansi yang bertanggung jawab
secara yuridis.
5) Surat pelaksanaan petugas yang melaksanakan penetapan
pengadilan.
5Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
69
6) Berita acara penghapusan.
Menurut Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan dalam tahap
penghapusan benda sitaan dan rampasan negara di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan dalam pengimplementasiannya sudah sesusai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan
KUHAP. Yang diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Benda Sitaan dan
Barang Rampasan Negara di Rupbasan.6
7. Pengeluaran benda sitaan dan rampasan negara
Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
dijelaskan tentang pengeluaran.
a. Pengeluaran Benda Sitaan Sebelum Adanya Putusan Pengadilan
Yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap
1) Macam-macam pengeluaran benda sitaan :
a) Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak
memerlukan lagi.
b) Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup
bukti atau bukan merupakan tindak pidana
c) Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan
umum atau ditutup demi hukum
2) Pengeluaran benda sitaan berdasarkan kondisi benda sitaan
a) Benda sitaan yang mudah rusak
b) Benda sitaan yang membahayakan
c) Benda sitaan yang memerlukan biaya penyimpanan yang
tinggi.
3) Syarat-syarat pengeluaran benda sitaan
6 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
70
a)
b) Berdasarkan status hukum
(1) Surat penetapan dari pengadilan.
(2) Surat pengeluaran benda sitaan dari instansi yang
bertanggung jawab secara yuridis.
(3) Surat tugas dari instansi yang bertanggung jawab secara
yuridis
(4) Daftar benda sitaan yang akan dikeluarkan.
(5) Berita acara pengeluaran.
c) Berdasarkan kondisi benda sitaan.
(1) Berita acara hasil penelitian tim peneliti
(2) Surat rekomendasi Kepala Rupbasan kepada instansi
yang bertanggung jawab secara yuridis untuk
melaksanakan lelang
(3) Surat penetapan dari pengadilan.
(4) Surat pengeluaran benda sitaan dari instansi yang
bertanggung jawab secara yuridis.
(5) Surat tugas dari instansi yang bertanggung jawab secara
yuridis
(6) Berita acara pengeluaran
b. Pengeluaran Benda Sitaan dan/ atau Barang Rampasan Sesudah
Adanya Putusan Pengadilan Yang Telah Memperoleh Kekuatan
Hukum Tetap.
1) Macam-macam Pengeluaran
a) Dikembalikan kepada yang berhak
b) Dirampas untuk negara :
(1) Dilelang
(2) Dimusnahkan
(3) Dihibahkan kepada instansi yang membutuhkan untuk
dimanfaatkan.
2) Syarat-syarat Pengeluaran
71
a) Salinan putusan pengadilan
b) Surat perintah pelaksanaan putusan pengadilan
c) Berita acara pelaksanaan putusan pengadilan
d) Surat tugas dari instansi yang bertanggung jawab secara
yuridis
e) Berita acara pengeluaran
Kepala Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa dalam
melakukan pengeluaraan benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
yang berlaku.7
8. Pengamanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara
Dalam Direktur Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI Nomor PAS-140.PK.02.03 Tahun 2015
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
dijelaskan tentang pengamanan.
Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas keamanan benda sitaan
dan barang rampasan negara di Rupbasan dan dalam pelaksanaannya
dibantu oleh pejabat yang membidangi pengamanan. Maksud dari
pengamanan sendiri yaitu untuk mengamankan dan menyelamatkan
Rupbasan beserta isinya agar pelaksanaan pengelolaan benda sitaan
dan rampasan negara berjalan secara baik dan benar. Sasaran
pengamanan di Rupbasan yaitu Gedung kantor dan isinya, Gudang-
gudang yang ada di Rupbasan, benda sitaan dan barang rampasan
negara yang ada di Rupbasan. Lingkungan di sekitar Rupbasan pun
juga harus diberi pengamanan.
Pelaksanaan pengamanan dan penyelamatan di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan dilakukan dengan membagi tugas piket untuk menjaga
benda sitaan, sehingga benda sitaan lebih terjamin keamanannya.
7 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
72
Dalam pengamanan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan terdiri dari 4
(empat) regu jaga dan masing-masing regu diisi oleh 2 (dua) orang.
Tugas pengamanan dilaksanakan oleh regu pengaman secara
bergantian berdasarkan jadwal yang telah dibuat oleh Kepala Sub
Seksi Pengamanan dan Pengelolaan yaitu Bapak Hendrawan. Berikut
tugas pengamanan yang dilakukan oleh regu pengaman :
a. Mengamankan Rupbasan dari gangguan keamanan seperti
pengrusakan, pencurian, penjarahan, penukaran, dan
kebakaran.
b. Menyelamatkan Rupbasan beserta isinya pada saat dan setelah
terjadi gangguan keamanan dan gangguan bencana alam
(banjir, gempa, dll)
c. Melaksanakan administrasi pengamanan Rupbasan
d. Mengamankan proses pengelolaan benda sitaan dan barang
rampasan negara
e. Menerima tamu dan mencatat keperluannya dalam buku tamu.
f. Mengawasi dan mencatat keluar masuknya benda sitaan dan
rampasan negara
g. Melakukan langkah-langkah yang bersifat preventif aktif, yaitu
suatu tindakan pencegahan, untuk menghadapi ancaman dan
gangguan yang dapat terjadi sewaktu-waktu di dalam maupun
sekitar lingkungan Rupbasan.
h. Melaporkan kepada Kepala Rupbasan jika terjadi gangguan
keamanan, gangguan bencana alam, dan kegiatan
penyelamatan.
i. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Kepala Rupbasan Klas 1 Jakarta Selatan mengatakan bahwa dalam
pengamanan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan sudah sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan dan
73
Petunjuk Teknis Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda
Sitaan Negara di Rupbasan.8
9. Pelaporan Benda Sitaan dan Rampasan Negara
Guna ketertiban administrasi, pengawasan, pemantauan dan
pengendalian tugas pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan
negara diperlukan informasi lengkap yang dikirim dengan cepat, tepat,
dan cermat. Semua kegiatan pengelolaan benda sitaan dan barang
rampasan negara dilaporkan tertulis kepada atasan secara hirearkis
pada tiap bulan, triwulan, tengah tahunan, dan tahunan
Jika terjadi peristiwa luar biasa, Kepala Rupbasan segera
melaporkannya kepada Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum
dan HAM setempat dengan tembusan Direktorat Jenderal
Permasyarakatan dan instansi yang bertanggung jawab secara yuridis.
B. Hambatan Dalam Mengelola Benda Sitaan dan Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
Dalam melaksanakan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan
negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan berdasarkan peraturan-peraturan
yang telah ada, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan mengalami banyak hambatan
dalam melaksanakan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara.
Berdasarkan hasil penelitian, wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
telah peneliti lakukan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan, maka peneliti akan
menjelaskan hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan dalam mengelola benda sitaan dan barang rampasan negara.
Berikut hambatan-hambatan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Hambatan Internal
Hambatan internal merupakan hambatan yang timbul dari dalam Rupbasa
Klas I Jakarta Selatan sendiri, yaitu :
8 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
74
a. Belum memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Hal
ini merupakan faktor yang menghambat pengelolaan benda sitaan
dan barang rampasan negara di Rupbasan. Kepala Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan mengatakan bahwa bangunan yang kini ditempati
oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan adalah kontrakan yang disewa
pertahun kepada pemiliknya, sehingga Rupbasan Klas I Jaksel tidak
bisa membentuk gudang-gudang yang dibutuhkan dalam menyimpan
benda sitaan dan rampasan negara. Bahkan di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan hanya terdapat dua macam Gudang, yaitu gudang
umum terbuka dan gudang umum tertutup. Hal itu menghambat
Rupbasan dalam mengelola benda sitaan dan barang rampasan
negara karena Rupbasan tidak menyimpan benda-benda sitaaan
dengan klasifikasi Karena bangunan Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan ya ng tidak terlalu luas, Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
bahkan harus menitipkan sebagian barang rampasannya di Gedung
Sentra Mulia Dirjen Imisgrasi Kementrian Hukum dan HAM miliki
KPK.9
b. Anggaran pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara
pertahun yang diterima Rupbasan masih sangat minim sekali. Kepala
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan menyatakan bahwa anggaran yang
diberikan oleh pemerintah untuk Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah benda sitaan
dan barang rampasan negara yang sudah menumpuk di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan. Maka dari itu, Rupbasan harus mencari cara
untuk memenuhi kebutuhan Rupbasan dalam mengelola benda sitaan
dan barang rampasan negara yaitu dengan memaksimalkan
anggaran yang di berikan pemerintah yang dilakukan dengan cara
memilah mana benda sitaan yang harus di prioritaskan dan mana
yang tidak. Kasubsie Pemeliharaan dan Pengelolaan (Bapak
9 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
75
Hendrawan) menyatakan bahwa jika Rupbasan sudah sangat
kekurangan anggaran, hal yang dilakukan adalah mengajukan
anggaran ke Permerintah. Dan jika seandainya benda sitaan titipan
KPK mengalami kerusakan, hal yang akan dilakukan Rupbasan Klas
I Jakarta Selatan adalah menginformasikannya terlebih dahulu
kepada KPK, setelah itu KPK lah yang akan memperbaiki benda
sitaan negara tersebut.10
c. Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan. Kasubie Pemeliharaan dan Pengelolaan Rupbasan
(Bapak Hendrawan) menyatakan bahwa pejabat dan petugas di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan tidak semuanya paham tentang
benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan. Sulitnya mengetahui nilai dari setiap benda sitaan
dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan
karena tidak tersedianya tenaga ahli penilai/ penaksir. Di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan juga masih kekurangan petugas peneliti benda
sitaan dan barang rampasan negara. 11
2. Hambatan eksternal
a. Benda sitaan dan barang rampasan negara banyak yang tidak
diserahkan dan disimpan di tempat lain tetapi tidak di informasikan
terlebih dahulu kepada Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Jika dilihat
dalam bentuk das sollen dan das sein dalam pengelolaan benda
sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan ini masih belum sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam das sollen, jika dilihat dari Pasal 44 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana yang menjelaskan bahwa benda sitaan disimpan dalam
10 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. 11 Wawancara dengan Viverdi Anggoro, Bc.I.P., S.Sos., M.Si. tanggal 8 Februari 2019 di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
76
rumah penyimpanan benda sitaan negara. Jadi penyidik dari POLRI,
Kejaksaan maupun KPK seharusnya melaksanakan isi dari Pasal 44
Ayat (1) tersebut. Namun dalam das sein nya, banyak instansi yang
bertanggung jawab secara yuridis terhadap benda sitaan dan barang
rampasan negara yang menyimpan benda sitaannya di tempat
penyimpanan mereka sendiri tanpa melaporkan terlebih dahulu ke
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan. Dan itu termasuk pelanggaran
hukum oleh penegak hukum jika dilihat dari Pasal 44 Ayat (1)
KUHP.12
b. Kepastian hukum terhadap batas waktu benda sitaan dan barang
rampasan negara tidak konsisten mengikuti batas waktu proses
pemeriksaan perkara yang sesuai dengan KUHAP. Seharusnya
waktu pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat banding,
kasasi, dan peninjauan kembali sesuai dengan ketentuan yang sudah
ada di ketentuan KUHAP. Karena Rupbasan menunggu putusan
hukum yang sudah inkracht, jadi Rupbasan harus menunggu hingga
proses kasasi bahkan ada yang sampai mengajukan peninjauan
kembali. Hal tersebut menghambat faktor pengelolaan benda sitaan
dan barang rampasan negara di Rupbasan. Hal ini juga terjadi
karena lambatnya jaksa dalam mengeksekusi putusan hakim yang
berkaitan dengan benda sitaan. Hal ini mengakibatkan tertumpuknya
benda sitaan di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.13
c. Rupbasan bersifat pasif terhadap benda sitaan dan barang rampasan
negara. Sehingga Rupbasan tidak bisa menuntut agar kepolisian,
kejakasaan, dan KPK menyerahkan benda sitaan dan barang
rampasan yang sedang mereka tangani untuk disimpan di Rupbasan
Klas I Jakarta Selatan. Rupbasan hanya bisa menunggu benda sitaan
12 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
13 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
77
dan barang rampasan diserahkan oleh Kejaksaan, Kepolisian,
maupun KPK.14
14 Wawancara dengan Hendrawan, Amd.I,P., S.H. tanggal 8 Februari 2019 di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti mengenai
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 terhadap
pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di
Rupbasan Klas I Jaksel, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara,
Rupbasan Klas I Jaksel secara mekanisme belum sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan
KUHAP yang diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direktorat Jenderal
Permasyarakatan Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Pengelolaan Basan dan Baran Negara di Rupbasan.
Mekanisme pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di
Rupbasan Klas I Jaksel yaitu, Pertama, penerimaan benda sitaan dan
barang rampasan negara. Kedua, dilakukan regitrasi benda sitaan
negara. Ketiga, pengklasifikasian dan penempatan benda sitaan yang
sudah dicatat di dalam buku register. Keempat, pemeliharaan benda
sitaan dan barang rampasan negara. Kelima, pemutasian benda sitaan
dan barang rampasan negara. Keenam, penghapusan benda sitaan dan
barang rampasan negara. Ketujuh, pengeluaran benda sitaan dan
barang rampasan negara.
2. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan benda sitaan
dan barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jaksel mencakup
hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal di Rupbasan Klas
I Jaksel yaitu belum memadainya Gedung Rupbasan Klas I Jaksel,
anggaran pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara
pertahun yang diterima Rupbasan masih sangat minim sekali, dan
kurangnya SDM di Rupbasan Klas I Jaksel. Selanjutnya, Hambatan
Eksternal yang dialami oleh Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yaitu
79
benda sitaan dan barang rampasan negara yang disimpan di tempat
lain tidak di informasikan terlebih dahulu kepada Rupbasan Klas I
Jaksel, kepastian hukum terhadap batas waktu benda sitaan dan barang
rampasan negara tidak konsisten mengikuti batas waktu proses
pemeriksaan perkara yang sesuai dengan KUHAP, Rupbasan bersifat
pasif terhadap benda sitaan dan barang rampasan negara.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi Peraturan
Pemerintah Nomot 27 Tahun 1983 terhadap pengelolaan benda sitaan dan
barang rampasan negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan yang telah
dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai
berikut:
1. Mengajukan penambahan anggaran bagi Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan kepada Kementrian Hukum dan HAM agar pemeliharaan
benda sitaan dan barang rampasan negara yang disimpan di dalam
Rupbasan Klas I Jakarta tidak mengalami kerusakan, tidak turun nilai
ekonomisnya, dan supaya benda sitaan tetap terjaga seperti semula
seperti ketika benda sitaan diserahkan kepada Rupbasan Klas I Jakarta
Selatan.
2. Meningkatkan kuantitas sumber daya manusia di Rupbasan Klas I
Jakarta Selatan mengingat kurangnya sumber daya manusia dalam
mengelola benda sitaan dan barang rampasan negara yang cukup
banyak di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
3. Rupbasan Klas I Jakarta Selatan perlu diikutsertakan dalam kegiatan
pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan penelitian tentang mesin
pada kendaraan roda empat, roda dua, dan alat elektronik seperti
komputer.
4. Pemerintah harus mengalokasikan tempat yang memenuhi standar dan
memadai untuk Rupbasan Klas I Jakarta Selatan agar pelaksanaan
80
pengelolaan benda sitaaan dan barang rampasan berjalan dengan
maksimal.
5. Meningkatkan koordinasi dengan kepolisian, kejaksaan, KPK, dan
pengadilan terkait penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan
negara di Rupbasan Klas I Jakarta Selatan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2011.
Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Aruan, Ukkap Marolop. "Tata Cara Penyitaan Barang Bukti Tindak Pidana
Menurut KUHAP". Lex Crimen
Asshidiqie, Jimly, Safa'at, dan M. Ali. Theory Hans Kelsen Tentang Hukum.
Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
2006.
-------------. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,
2007.
Azhary. Negara Hukum Indonesia . Jakarta : UI Press, 1995.
Farida, Maria. Ilmu Perundang-undangan. Yogyakarta : Kanisius, 1998.
Hakim, Abdul Azis. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonsesia. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2011.
Hamid, H. Hamrat dan Harun M Husein. Pembahasan Permasalahan KUHAP
Bidang Penyidikan Dalam Bentuk Tanya Jawab. Jakarta: Sinar Grafika,
1992.
Hamzah Andi. Pengusutan Perkara Melalui Sarana Teknik dan Sarana Hukum.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.
----------------. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta:
Sinar Grafika , 2002.
Juhrif, Vivtor M Situmorang dan Jusuf. Aspek Hukum Pengawasan Melekat.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.
82
Kelsen, Hans. General Theory of Law and State. USA : Harvard University
Printing Office Cambridge, 2009.
Lamintang, Theo. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum
Pidana dan Yurisprudensi. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Narbuko, Cholid. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Remmenlink, Jan. Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam
Kitab Undnag-Undang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Gramedia,
2003.
Sabuan, Ansori. Hukum Acara Pidana. Bandung: Angkasa Bandung, 1990.
Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif . Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Sofyan, Andi Muhammad dan Abdul Asis. Hukum acara Pidana Suatu
Pengantar. Jakarta: Kencana, 2014.
Sopyan, Yayan. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah ,
2010.
Setiawan, Guntur. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta : Balai
Pustaka, 2005.
Suharjito, Didik. Pengantar Metode Penelitian. Bogor: PT Penerbit IPB Press,
2014.
Sumitro, Ronny Hamitjo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983.
Usman, Nurdin. Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta : Grasindo, 2002.
Yunas, Didi Nazmi. Konsepsi Negara Hukum. Padang: Angkasa Raya Padang,
1992.
83
Zen, Patra. A. M dan Daniel Hutagalung. Panduan Bantuan Hukum Indonesia.
Jakarta : Sentalisme Production, 2006.
Peraturan Perundang-Undangan :
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2014
Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Rampasan
Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04.PR.07 Tahun 2001 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara
Internet atau Website:
Arto, Sugi. Blog. Januari 24, 2019.
http://artonang.blogspot.com/2015/01/peraturan-pemerintah-pp.html
(Diakses pada 24 Januari 2019)
Ferdianto, Riky. Tempo.co. Oktober 20, 2018.
https://fokus.tempo.co/read/1039275/barang -bukti-di-Rupbasan-
nyarisjadi-rongsokan (diakses 11 November, 2018).
Kanwil Kementrian Hukum dan HAM,
https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1050-Rupbasan-jaksel,
(diakses 10 Februari, 2019)
Tisiana. Kumparan. November 6, 2017. https://kumparan.com/tisiana/mengkilat
hingga-berkarat-semua-ada-di Rupbasan-jakarta-selatan. (diakses 11
November, 2018).
84
Wawancara :
Viverdi Anggoro. Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan: Jakarta. 8 Februari 2019.
Hendrawan. Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rupbasan Klas I Jakarta Selatan: Jakarta. 8 Februari 2019.
85
LAMPIRAN