implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

92
IMPLEMENTASI PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/21/PBI/2003 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Lilix Maya Harini E1104164 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Transcript of implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

Page 1: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

IMPLEMENTASI PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/21/PBI/2003 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH DI

BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Lilix Maya Harini

E1104164

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Page 2: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

IMPLEMENTASI PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/21/PBI/2003 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH DI

BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun oleh : LILIX MAYA HARINI

E1104164

Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing

Hernawan Hadi, SH., MH NIP. 131 571 620

Page 3: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

iii

PENGESAHAN PENGUJI

IMPLEMENTASI PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/21/PBI/2003 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH DI

BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun oleh :

LILIX MAYA HARINI E1104164

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada : Hari : Rabu Tanggal : 4 Juni 2008

TIM PENGUJI 1. Munawar Kholil, S.H., M.Hum. : Ketua

2. Tuhana, S.H.,M.Si. : Sekretaris 3. Hernawan Hadi, S.H.,M.Hum. : Anggota

MENGETAHUI Dekan,

MOH. JAMIN, S.H., M.Hum. NIP. 131 570 154

Page 4: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

iv

PERSEMBAHAN

Ibu dan Bapakku tercinta, yang senantiasa memberikan do’a dan kasih

sayangnya serta kepercayaan yang telah diberikan.

Kakakku, Feris Sanjaya.

Adikku tercinta, Ririn Iswanty terima kasih do’anya.

Civitas Akademika

Fakultas Hukum Non Reguler UNS

Page 5: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

v

MOTTO

Jangan Takut Bercita-Cita Tinggi Karena Kita Mempunyai Kesempatan Yang

Sama Untuk Meraihnya

(un title)

It Has Been Said That Something As Smeel As The Flutter Of A Butterfly’s

Wing Can Utimately Cause A Typhoon Halfway Around The World

(Chaos Theory)

Barang siapa yang melewati jalan dengan tujuan mencari ilmu, maka

ALLAH SWT memudahkan baginya jalan menuju ke Surga

(H.R.Ar-Timidzi)

Page 6: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

vi

KATA PENGANTAR

Bismillshirrahmanirrahim

assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum

(Skripsi) ini dengan lancar. Shalawat serta salam kepada uswah hasanah Kita,

Nabi Muhammad SAW.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala

bimbingan, bantuan dan doa yang diberikan kepada penulis baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam rangka penyelesaian Penulisan Skripsi ini, terutama

kepada :

1. Yang terhormat H. Moh. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Hernawan Hadi, S.H, M.H. selaku Pembimbing Penulisan Skripsi

yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Adnan, S.H,M.H. selaku Pembimbing Akademik

penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS.

5. Bapak Dandung Handogo selaku Branch Manager Bank Tabungan Negara

Cabang Surakarta yang telah memberikan data dan informasi kepada

penulis selama mengadakan penelitian.

6. Ibu Tuty Lestari selaku General Branch Administration yang telah

memberikan keterangan dan bantuan kepada penulis.

7. Ibu Sri Haryanti selaku Customer Service atas bantuan yang diberikan

demi kelancaran skripsi penulis.

8. Bapak Rusman dan Ibu Suratmi tercinta yang selalu mendukung,

mendoakan dan memberikan kasih sayang padaku. Aku bangga jadi

anakmu, selamanya.

9. Kakakku, Feris Sanjaya dan Kakak iparku, Dian Kartika, adikku Ririn.

Page 7: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................... ii

Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii

Halaman Motto .................................................................................................. iv

Halaman Persembahan....................................................................................... v

Kata Pengantar ................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................ vii

Daftar Lampiran................................................................................................. ix

Abstrak ............................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

E. Metode Penelitian ............................................................................ 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ......................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 14

A. Kerangka Teori ................................................................................ 14

a. Tinjauan tentang Bank ......................................................... 14

b. Tinjauan tentang Bank Indonesia......................................... 21

c. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang .............................. 23

d. Tinjauan tentang Prinsip Mengenal Nasabah....................... 31

B. Kerangka Pemikiran......................................................................... 41

Page 8: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

viii

BAB III PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH BANK

TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA ............................ 43

A. Gambaran Umum tentang BTN Cabang Surakarta.......................... 43

a. Pendirian BTN ..................................................................... 43

b. Sejarah Singkat berdirinya BTN Cabang Surakarta ............ 44

c. Lokasi................................................................................... 45

d. Bentuk Badan Hukum dan Kerahasiaan Bank..................... 45

e. Struktur Organisasi .............................................................. 45

f. Visi dan Misi BTN............................................................... 51

B. Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah di BTN Cabang Surakarta 52

a. Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi nasabah ................. 52

b. Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan................................. 53

c. Kebijakan Manajemen Resiko ............................................. 54

d. Kebijakan Pengorganisasian ................................................ 55

C. Prosedur Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.............................. 56

a. Prosedur Penerimaan Nasabah............................................. 56

b. Prosedur Identifikasi dan Verifikasi .................................... 65

c. Prosedur Persetujuan Penerimaan Calon Nasabah............... 69

d. Pemantauan Rekening dan Transaksi Nasabah.................... 69

D. Kendala-Kendala yang timbul dalam Pelaksanaan Prinsip

mengenal nasabah di BTN cabang Surakarta dan solusi-solusi

yang telah dilakukan ........................................................................ 74

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 79

A. Kesimpulan ...................................................................................... 79

B. Saran................................................................................................. 80

Page 9: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

ix

Daftar Lampiran

Lampiran I Surat ijin Penelitian dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Nomor 757/H27.1.11/PP/2008

Lampiran II Surat Persetujuan Ijin dari Bank Tabungan Negara Kantor cabang

Solo Nomor 220/Slo.III/Opr.Gba/III/2008

Lampiran III Formulir Pembukaan rekening nasabah perorangan dan nasabah

lembaga

Lampiran IV Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Gubernur Bank Indonesia.

Lampiran V Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Gubernur Bank Indonesia.

Page 10: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

x

ABSTRAK LILIX MAYA HARINI. E1104164. IMPLEMENTASI PERTURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/21/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA. Penulisan Hukum (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta dan hambatan yang ada dalam penerapan prinsip mengenal nasabah di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta. Penulisan Hukum ini termasuk dalam penulisan hukum empiris dengan menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa wawancara dengan Pejabat Bank BTN Cabang Surakarta yaitu General Branch Manager dan Bagian Customer Service, sumber data sekunder berupa dokumen peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini sumber data yang digunakan adalah Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 serta bahan-bahan kepustakaan lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui pengumpulan data primer yaitu dengan wawancara dan data sekunder dengan pengumpulan data dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berupa buku-buku yang menyangkut tentang Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah. Teknik analisis data dengan model analisis Kualitatif. Perbankan Indonesia sebagai pemegang jasa dalam bidang keuangan menjadi sorotan sebagai tempat pencucian uang bagi pengusaha-pengusaha nakal yang ingin mencuci uangnya karena lemahnya perangkat peraturan yang ada. Upaya yang dilakukan dalam mencegah terjadinya pencucian uang dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan dalam pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Penerapan prinsip mengenal nasabah di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 terbukti dengan dikeluarkannya Formulir Pembukaan Rekening Nasabah baik nasabah perorangan maupun untuk nasabah lembaga, yang bertujuan untuk mengidentifikasi calon nasabah. Terdapat tiga kendala terkait dengan penerapan prinsip mengenal nasabah, yaitu: tidak lengkapnya pengisian data oleh nasabah yang tertuang dalam formulir, Tersinggungnya nasabah ketika ditanya kebenaran data oleh petugas. Belum maksimalnya kinerja Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah. Sebagai solusi dari kendala-kendala tersebut adalah Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta memberikan petunjuk teknis dengan meningkatkan pelatihan yang bertujuan agar kinerja karyawan lebih produktif dengan tingkat kehati-hatian yang maksimal serta memberikan sanksi kepada setiap karyawan yang tidak disiplin.

Page 11: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini semua negara sudah menyadari betapa pentingnya peran

bank sebagai urat nadi perekonomian. Di dalam kehidupan masyarakat, bank

mempunyai peran yang sangat penting baik pada bidang bisnis maupun

investasi. Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai tugas sebagai lembaga

intermediasi dan memperlancar transaksi pembayaran. Fungsi tersebut

dijalankan bank dengan tunduk pada undang-undang perbankan yaitu Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 yang telah di ubah dengan Undang-Undang No. 10

Tahun 1998, selanjutnya disebut undang-undang perbankan. Berdasarkan

Pasal 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan

bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan

penyalur dana masyarakat, dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

juga disebut bahwa perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak.

Sebagaimana diatur dalam undang-undang yang dimaksud dengan

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat

dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan bagian lembaga dari keuangan

yang memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak

yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang

membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Pihak yang kelebihan dana

dapat menyimpan dalam bentuk rekening giro, tabungan ataupun deposito

berjangka sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, bagi pihak yang

kekurangan dana dapat mengajukan pinjaman.

Page 12: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xii

Bank juga memberikan pelayanaan dalam lalu lintas sistem

pembayaran, dengan adanya bank maka berbagai cara pembayaran yang

diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan

lebih lancar. Masyarakat dapat melakukan berbagai pembayaran melalui bank,

baik secara tunai maupun non tunai, seperti cek, giro, transfer, kliring. Oleh

karena itu salah satu kebijakan perbankan adalah dimaksudkan untuk menjaga

keamanan dan kelancaran lalu lintas pembayaran tersebut. Apabila suatu

sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat maka fungsi bank sebagai

lembaga intermediasi tidak akan berfungsi dengan optimal serta dalam lalu

lintas pembayaran tidak aman dan lancar dapat dipastikan bahwa kegiatan

perekonomian akan mengalami berbagai hambatan dan memerlukan biaya

yang lebih tinggi. Selain itu, sistem perbankan yang tidak sehat juga akan

menghambat efektivitas kebijakan moneter. Maka dapat disimpulkan

pentingnya pengaturan dan pengawasan bank sebagai upaya menciptakan dan

memelihara kesehatan sistem perbankan.

Menurut Pasal 2 Undang-Uundang No. 10 Tahun 1998 tentang

perbankan menyebutkan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan

usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-

hatian. Sedangkan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No.10 Tahun 1998

menyebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai

dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen,

likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan

usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-

hatian.

Di dalam menjaga serta memelihara prinsip kehati-hatian tersebut

salah satu upaya dengan cara yaitu menerapkan prinsip mengenal nasabah.

Menurut Munir Fuady, prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang

diterapkan bank untuk mengetahui sejauh mungkin identitas nasabah serta

memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk kegiatan pelaporan transaksi

mencurigakan, yang meliputi nasabah biasa (face to face customer) maupun

nasabah bank tanpa berhadapan secara fisik (non face to face customer).

Page 13: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xiii

Salah satu langkah Bank Indonesia dalam mengimplementasikan

prinsip mengenal nasabah tersebut adalah dengan dikeluarkannya Peraturan

Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia No. 5/21/PBI/2003 tentang penerapan prinsip

mengenal nasabah. Penerbitan Peraturan Bank Indonesia tersebut merupakan

salah satu upaya untuk meningkatkan peraturan perbankan (prudential

regulation) oleh bank Indonesia selaku pemegang otoritas moneter dalam

usahanya untuk menjalankan prinsip kehati-hatian dan berlaku bagi semua

bank termasuk bank asing yang berada di Indonesia.

Pencucian uang menurut PPATK dan Bank Indonesia sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 mengenai Tindak Pidana Pencucian

Uang adalah menempatkan harta kekayan yang diketahuinya atau patut diduga

merupakan hasil dari tindak pidana ke dalam penyedia jasa keuangan dengan

maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan

sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah, dan harta yang

diperoleh dari tindak pidana yaitu yang diperoleh dari kejahatan korupsi,

penyuapan, penyelundupan barang, tenaga kerja dan imigran, perbankan,

narkotika, psikotropika, perdagangan budak, anak dan wanita, perdagangan

senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan dan penipuan.

Konsekuensi logis dari definisi tersebut adalah penyaring/filter

pencucian uang ada pada penyedia jasa keuangan yang menunjuk petugas

khusus atau membentuk unit yang dinamakan Unit Kerja Penerapan Prinsip

Pengenalan Nasabah dan wajib dilaksanakan untuk mengetahui identitas

nasabah, memantau kegiatan transaksi dan pelaporan transaksi.

Pihak bank harus semaksimal mungkin dalam mengawasi kegiatan

nasabahnya dalam menggunakan jasa bank. Karena pada dasaranya

pengawasan itu dilakukan oleh bank termasuk juga untuk mengawasi secara

pasti siapa nasabah dan apa tujuan serta bagaimana penggunaan produk bank

oleh nasabah tersebut, sehingga pada akhirnya dapat diperkirakan apakah

aktivitas dari nasabah yang bersangkutan merupakan transaksi yang normal

ataukah tidak. Karena hal itu merupakan bagian dari prinsip mengenal nasabah

Page 14: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xiv

sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001

tentang penerapan prinsip mengenal nasabah.

Praktek tindak pidana pencucian uang telah terjadi sejak tahun 1930,

dimana pada saat itu sedang maraknya bisnis perjudian, penjualan senjata

illegal dan juga obat-obatan terlarang. Sehingga praktek pencucian uang pun

menjadi marak dilakukan oleh pengusaha-pengusaha besar yang terlibat dalam

bisnis haram. Hal ini dilakukan untuk dapat menjadikan uang penghasilannya

yang berasal dari uang haram tersebut menjadi uang yang terlihat bersih.

Indonesia kini menjadi sorotan utama sebagai surga pencucian uang,

hal ini ditandai masuknya Indonesia dalam golongan negara-negara yang tidak

bekerjasama dalam pemberantasan praktek tindak pidana pencucian uang,

dengan masuknya Indonesia dalam negara-negara tersebut maka akan

berdampak negatife terhadap kepercayaan dari negara lain di dunia terutama

pada negara maju yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam hal

ini Perbankan Indonesia sebagai pemegang jasa dalam bidang keuangan

menjadi sorotan sebagai tempat pencucian uang bagi pengusaha-pengusaha

nakal yang ingin mencuci uangnya, jasa perbankan menjadi tempat yang

paling dituju karena lemahnya perangkat peraturan yang ada, dan juga adanya

dilematis bagi pihak perbankan dalam mengusut asal uang tersebut karena

dilain sisi pencucian uang dapat meningkatkan modal perbankan itu sendiri,

maka dari itu dibutuhkan peran Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas di

bidang perbankan untuk dapat menciptakan suatu peraturan yang dapat

mencegah terjadinya praktek pencucian uang dalam sistem perbankan di

Indonesia.

Prinsip mengenal nasabah merupakan sarana yang paling efektif bagi

lembaga perbankan untuk menanggulangi praktek money laundering yang

banyak dilakukan dalam bidang perbankan. Prinsip mengenal nasabah yang

kurang sempurna, baik dalam mengidentifikasikan nasabah, pemantauan

rekening nasabah maupun pemantauan transaksi nasabah dapat mengakibatkan

bank-bank harus berhadapan dengan resiko perbankan yang terkait dengan

penilaian masyarakat, nasabah dapat mengakibatkan bank-bank harus

Page 15: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xv

berhadapan dengan resiko perbankan yang terkait dengan penilaian

masyarakat, nasabah atau mitra transaksi bank yang bersangkutan, yaitu resiko

reputasi, operasional serta hukum. Penyedia jasa keuangan harus melaporkan

transaksi yang mencurigakan dan transaksi tunai diatas nominal sekian, agar

dapat ditindak lanjuti oleh PPATK. Bila tidak ada unit yang menangani hal

tersebut dan tidak melaporkan transaksi yang terjadi akan diberi punishment

denda ratusan juta hingga berupa dilakukan fit dan profer test kepada direksi

dan pembekuan usaha (www.btn.co.id/properti_artikel).

Upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan mengeluarkan

peraturan mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah merupakan langkah

yang positif untuk mendukung pemberlakuan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2002 mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

Oleh karena itu penulis membuat penulisan hukum dengan judul

“IMPLEMENTASI PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

5/21/PBI/2003 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH DI BANK

BTN”. Penulis akan meneliti mengenai pelaksanaan Prinsip Mengenal

Nasabah (know your customer principles) di Bank BTN Cabang Surakarta dan

kendala-kendala yang dihadapi beserta solusi yang telah dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan secara jelas,

maka dalam penelitian penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan prinsip mengenal nasabah yang dilakukan BTN

Cabang Surakarta dalam perspektif Peraturan Bank Indonesia No.

5/21/PBI/2003?

2. Kendala apa saja yang dihadapi BTN Cabang Surakarta dalam penerapan

prinsip mengenal nasabah dan bagaimana alternatif solusinya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan permasalahan, maka penulis memiliki

beberapa tujuan, sebagai berikut :

Page 16: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xvi

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip mengenal nasabah di BTN

Cabang Surakarta.

b. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi BTN Cabang Surakarta

dalam penerapan prinsip mengenal nasabah dan alternatif solusinya.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan

praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.

b. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi dunia

perbankan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data

sebagai bahan penyusun skripsi guna melengkapi persyaratan untuk

mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum Perdata

terutama dalam hal pelaksanaan prinsip mengenal nasabah.

c. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan bahan masukan berupa kajian yuridis yang

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk lebih

menyempurnakan dalam pelaksanaan prinsip mengenal nasabah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang

terkait dengan masalah yang diteliti.

Page 17: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xvii

E. METODE PENELITIAN

Istilah metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang berarti

“jalan ke”, namun demikian menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan

kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian.

2. Suatu tehnik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto,2005:5).

Penelitian merupakan suatu kajian ilmiah yang berusaha untuk

memecahkan masalah secara sistematis dengan menggunakan metode dan

tehnik tertentu, menurut Soerjono Soekanto Penelitian hukum merupakan

suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala

hukum tertentu dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto,2005:43).

Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan,

menentukan dan menganalisa suatu masalah, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian empiris atau sosiologis

yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti langsung ke

lapangan, dengan meneliti langsung ke lapangan maka akan diperoleh data

yang faktual dan nyata. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk

mendeskripsikan dan menggambarkan pelaksanaan prinsip mengenal

nasabah. Penelitian ini mengambil lokasi di Bank BTN cabang Surakarta.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum deskriptif. Penelitian

deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian

deskriptif adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar

dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam

kerangka menyusun teori baru (Soerjono Soekanto,2005:10).

Page 18: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xviii

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi Bank BTN cabang

Surakarta. Penulis memilih lokasi ini karena pertimbangan jarak,

keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer merupakan data atau fakta atau keterangan yang

diperoleh secara langsung dari sumber pertama atau melalui penelitian

lapangan dengan wawancara terhadap responden dalam penelitian

yaitu dengan Pejabat Bank BTN Cabang Surakarta pada bagian

Customer Service dan General Branch Administrasi.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data atau fakta atau keterangan

yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan tetapi diperoleh

melalui bahan-bahan pustaka seperti buku-buku, literatur, peraturan

perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

5. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah dalam penelitian ini adalah

sumber tempat data diperoleh. Berdasarkan jenis datanya maka yang

menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dapat

memberikan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan permasalah yang akan diteliti yang diperoleh dengan

Tanya jawab atau wawancara. Sumber data primer yang digunakan

penulis adalah di lapangan atau tempat penelitain yang memberi

informasi secara langsung yaitu Pejabat BTN Cabang Surakarta pada

bagian Customer Service dan General Branch Administrasi.

b. Sumber data sekunder

(1) Bahan hukum primer

Page 19: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xix

Yaitu sumber bahan atau materi hukum yang mempunyai

kedudukan mengikat secara yuridis yaitu bisa berupa

norma/kaedah dasar atau peraturan perundang-undangan dan

lain-lain. Dalam hal ini yang menjadi bahan primer antara lain:

a) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang.

b) Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang

penerapan prinsip mengenal nasabah.

c) Peraturan Bank Indonesia No. 3/23/PBI/2001 tentang

perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.

3/10/PBI/2001 tentang penerapan prinsip mengenal

nasabah.

d) Peraturan Bank Indonesia No. 5/21/PBI/2003 tentang

perubahan kedua atas PBI No.3/10/PBI/2001 tentang

penerapan prinsip mengenal nasabah.

e) Surat Edaran Bank Indonesia kepada semua bank umum

di Indonesia No. 3/29/DPNP tentang standard penerapan

prinsip mengenal nasabah.

f) Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/32/DPNP tentang

perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No.

3/29/DPNP tentang standar penerapan prinsip mengenal

nasabah.

(2) Bahan hukum sekunder

Yaitu hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian,

artikel koran serta bahan hukum lain yang berkaitan dengan

pokok bahasan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian

sebagai berikut:

Page 20: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xx

a. Untuk data primer digunakan teknik

Wawancara / Interview

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya-jawab dengan

pihak yang berkepentingan dengan cara bertanya langsung dengan

Pejabat BTN Cabang Surakarta pada bagian Customer Service dan

General Branch Administrasi. Wawancara dilaksanakan secara

terstruktur.

b.Untuk data sekunder digunakan teknik pengumpulan data dengan

mengumpulkan bahan-bahan yang berupa buku-buku, dokumen-

dokumen atau bahan pustaka lainnya yang ada hubungannya dengan

obyek yang diteliti yakni yang menyangkut tentang Pelaksanaan Prinsip

Mengenal Nasabah.

7. Tehnik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap selanjutnya untuk mengolah hasil

penelitian menjadi suatu laporan Teknik analisis data yang digunakan

adalah kualitatif interaktif mengalir yaitu data yang telah terkumpul harus

dipisah-pisahkan atau dipilih menurut kategori masing-masing dan

kemudian ditafsirkan dalam usaha mencari jawaban masalah penelitian.

Dalam proses ini akan diadakan editing, yaitu kegiatan memeriksa

atau meneliti data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah sudah

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan. Selanjutnya dalam

editing dilakukan pembetulan data yang keliru, menambahkan data yang

kurang melengkapi data yang belum lengkap.

Proses analisis data ini menggunakan tiga komponen yang terdiri

dari reduksi data, sajian data,dan kemudian penarikan kesimpulan yang

aktifitasnya berbentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai

proses siklus antara tahap-tahap tersebut (HB.Sutopo,2002:96). Untuk

lebih jelasnya dapat diperhatikan skema analisis interaktif sebagai berikut:

Page 21: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxi

Bagan 1 : Skema Model Analisis Interaktif

Keterangan sebagai berikut :

a) Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat

fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari

catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-

terus menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.

b) Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset

dapat dilaksanakan.

c) Menarik Kesimpulan

Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi

berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-

pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti

menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002:37).

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan

Page 22: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxii

Dengan model analisis ini maka peneliti harus bergerak

diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data,

selanjutnya bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan

penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitian. Aktivitas yang

dilakukan dengan proses itu komponen-komponen tersebut akan

didapat yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan permasalahan

yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan

disajikan secara deskriptif, yaitu dengan jalan apa adanya sesuai

dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh. Setelah semua

data dikumpulkan, kemudian penulis ambil kesimpulan dan langkah

tersebut tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga

membuat siklus (HB.Sutopo, 2002:13).

F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Sistematika penulisan hukum yang penulis gunakan dalam penelitian

hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat hal-hal yang mendasari dan melatarbelakangi

penulisan hukum ini. Maka pada bab ini akan dibahas mengenai tinjaun

umum tentang bank, pengertian bank, fungsi dan peran bank, jenis

bank, usaha atau kegiatan bank, pengertian hukum perbankan, dasar

hukum Bank Indonesia, tugas dan wewenang Bank Indonesia, pokok-

pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, pengertian

prinsip mengenal nasabah, dasar hukum prinsip mengenal nasabah,

obyek pemberlakuan prinsip mengenal nasabah, kewajiban bank dalam

rangka penerapan prinsip mengenal nasabah, data yang diperlukan

dalam rangka mengenal nasabah, pengertian nasabah.

Page 23: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxiii

BAB II: PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis mencoba untuk menyajikan pembahasan berupa

jawaban dalam perumusan masalah, yaitu:

a. Untuk mengetahui tentang bagaimana penerapan prinsip mengenal

nasabah oleh Bank BTN cabang Surakarta.

b. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh bank BTN

Cabang Surakarta dalam penerapan prinsip mengenal nasabah serta

alternatif solusinya.

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran penulis atas

pembahasan permasalahan tersebut dalam bab-bab sebelumnya.

Page 24: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxiv

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

a. Tinjauan tentang Bank

1) Pengertian Bank

Istilah “bank” berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti

bence yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman

pertengahan pihak banker Italy yang memberikan pinjaman-pinjaman

melakukan usahanya tersebut dengan duduk dibangku-bangku di

halaman pasar (Abdurrachman, A., 1991:80).

Arti bank yang lain adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya dengan cara memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang.

Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan (yang selanjutnya akan disebut Undang-Undang

Perbankan), menyatakan bahwa bank adalah badan yang menghimpun

dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2) Fungsi Bank

Fungsi perbankan dapat dilihat dalam Pasal 3 Undang-Undang

Perbankan yang menyatakan bahwa, Fungsi utama perbankan

Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai intermediary bagi

perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds)

dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of

funds).

14

Page 25: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxv

3) Macam-macam Bank

a) Dilihat dari bidang usahanya menurut dalam Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu:

(1) Bank Umum: Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

(2) Bank Perkreditan Rakyat: Bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

b) Dilihat dari segi operasionalnya, yaitu:

(1) Bank Devisa: Bank yang memperoleh surat penunjukan dari

Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta

asing.

(2) Bank Non Devisa: Bank yang tidak dapat melakukan usaha di

bidang transaksi valuta asing.

c) Dilihat dari kepemilikannya, yaitu :

(1) Bank Milik Pemerintah (Negara): Modal bank yang

bersangkutan berasal dari pemerintah.

(2) Bank Milik Swasta:

(a) Swasta Nasional: Modal bank ini dimiliki oleh orang atau

pun badan hukum Indonesia.

(b) Swasta Asing: Modal bank tersebut dimiliki oleh warga

negara asing dan atau badan hukum asing. Dalam hal ini ada

kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari negara

asal bank yang bersangkutan.

(3) Bank Campuran: Bank umum yang didirikan bersama oleh satu

atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan

didirikan oleh warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum

Page 26: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxvi

Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara

Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di

luar negeri.

4) Usaha Bank

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan memberikan

aturan mengenai usaha bank ,yaitu :

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan; berupa

giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b) Memberikan kredit.

c) Menerbitkan surat pengakuan utang.

d) Membeli, menjual, atau meminjam atas resiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

(1) Surat-surat wesel, termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank

yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan

dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

(2) Surat pengakuan utang badan kertas dagang lainnya yang masa

berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam

perdagangan surat-surat dimaksud;

(3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

(4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

(5) Obligasi;

(6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

(7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

dengan 1 (satu) tahun.

e) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah.

f) Menempatkan dana, meminjam dana dari atau meminjamkan dana

kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana

Page 27: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxvii

telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana

lainnya.

g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan

melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan atau surat

berharga.

i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak.

j) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya

dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kredit dan kegiatan wali

amanat.

l) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain

berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

m) Melakukan kegiatan yang lazim dilakukan oleh bank, sepanjang

tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan menyebutkan bahwa selain melakukan usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6, bank umum dapat pula:

a) Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

b) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan

lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,

perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan

penyimpangan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia;

c) Melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip

Page 28: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxviii

syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan

memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

d) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun

sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana

pensiun yang berlaku.

5) Pengertian Hukum Perbankan

Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah

sebagai kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga

keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan

eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain

(Chataramarrasjid,2005:39).

Hukum perbankan adalah keseluruhan norma-norma tertulis

maupun norma-norma tidak tertulis yang mengatur tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

melaksanakan kegiatan usahanya (Chatamarrasjid,2005:39).

6) Pengertian Nasabah

Secara harfiah, dalam Kamus Hukum, kata “nasabah” memiliki

arti sebagai orang yang biasa berhubungan dengan bank dalam hal

keuangan atau orang yang menjadi langganan bank dalam hal

keuangan (Sudarsono, 2002 : 294).

Pengertian nasabah ini diatur juga dalam Pasal 1 angka 16

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang

menyatakan bahwa “nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa

bank”.

Pengertian Nasabah menurut Pasal 1 ayat (3) Peraturan Bank

Indonesia No.5/21/PBI/2003 tentang penerapan prinsip mengenal

nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.

Nasabah dalam perbankan ada dua macam, yaitu : nasabah

penyimpan (deposan) dan nasabah kredit. Dalam Pasal 1 angka 17

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan

Page 29: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxix

bahwa “nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan

dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku”.

Sedangkan dalam Undang-Undang perbankan tersebut tidak diberikan

definisi tentang nasabah kredit.

Mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari,

penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu

permohonan kredit dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4

(empat) P dan Formula 5 (lima) C, yakni:

Formula empat P adalah sebagai berikut:

1) Personality

Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap

mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai

riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan

masyarakat, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk menentukan

persetujuan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit.

2) Purpose

Selain mengenai kepribadian (personality) dari pemohon

kredit, bank juga harus mencari data tentang tujuan atau

penggunaan kredit tersebut sesuai line of business kredit bank yang

bersangkutan.

3) Prospect

Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat

dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh

pemohon kredit.

4) Payment

Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui

dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk

melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang

ditentukan.

Mengenai Formula lima C adalah sebagai berikut:

Page 30: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxx

1) Character

Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan

sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini

dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan

kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban

dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank

melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-

usaha yang sejenis.

2) Capacity

Dalam hal ini adalah kemapuan calon nasabah debitur untuk

mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa

depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan

memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu

melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang

telah ditentukan.

3) Capital

Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan

penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit yang

lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan

oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada

dapat berjalan secara efektif.

4) Collateral

Adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang

merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin

terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur di kemudian hari,

misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu

melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya.

5) Condition of Economy

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi

secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu

Page 31: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxi

memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang

mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.

Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada

dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur

berpedoman kepada 2 (dua) prinsip, yaitu:

1) Prinsip kepercayaan

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur

selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai

kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi

nasabah debitur sesuai dengan peruntukannya dan terutama sekali

bank percaya nasabah yang bersangkutan mampu melunasi utang

kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2) Prinsip kehati-hatian (prudential principle)

Bank dalam menjalankan usahanya, termasuk pemberian kredit

kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan

prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam

bentuk penerapan secara konsisten berrdasarkan iktikad baik

terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan

yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang

bersangkutan.

b. Tinjauan tentang Bank Indonesia

1) Dasar Hukum Bank Indonesia

Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank,

Bank Indonesia mengacu kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 Juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia.

2) Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mempunyai tugas:

a) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

b) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

c) Mengatur dan mengawasi bank.

Page 32: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxii

3) Berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral berwenang:

a) Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan

perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.

b) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan

usaha tertentu dari bank, termasuk memberikan dan mencabut izin

usaha bank, memberikan izin pembukaan, penutupan dan

pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas

kepemilikan dan kepengurusan bank, memberikan izin kepada

bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu.

c) Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak

langsung melalui penyampaian laporan, keterangan oleh bank serta

hasil pemerikasaan terhadap bank, secara berkala ataupun setiap

waktu jika diperlukan.

d) Menugaskan kepada pihak lain untuk dan atas nama Bank

Indonesia dalam melaksanakan pemeriksaan. Pihak lain yang

melaksanakan pemeriksaan wajib merahasiakan keterangan dan

data yang diperoleh.

e) Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau

seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank

Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan

tindakan pidana di bidang perbankan.

f) Melakukan tindakan tertentu sebagai akibat dari penilaian Bank

Indonesia terhadap suatu bank atas kegiatan yang dapat

membahayakan usaha bank tersebut dan atau sistem perbankan

secara keseluruhan.

g) Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan

sektor jasa keuangan yang independent, dan dibentuk dengan

undang-undang.

Page 33: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxiii

h) Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar-bank.

Sistem informasi dapat dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia dan

atau oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.

i) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

4) Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat

antara lain:

b) Ruang lingkup pembinaan dan pengawasan

c) Kriteria penilaian tingkat kesehatan

d) Prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan

e) Pedoman pemberian informasi kepada nasabah.

c. Tinjauan tentang Hukum Tindak Pidana P encucian Uang

1) Sejarah dan pengertian umum pencucian uang

Dalam sejarah hukum bisnis munculnya istilah pencucian uang

(Money laundering) ini dimulai di negara Amerika Serikat sejak tahun

1930 (Mahmoeddin, H.As, 197:291). Kala itu, para mafia di negara

Paman Sam tersebut dalam rangka memutihkan uangnya banyak

membeli perusahaan-perusahaan. Yang banyak dibeli dengan uang

”panas” ini ialah perusahaan pencucian pakaian (launromats) yang

kala itu sangat terkenal, sedangkan uang yang diputihkan berasal dari

kejahatan seperti penjualan minuman keras secara ilegal, uang hasil

perjudian dan uang hasil pelacuran. Akan tetapi, kemudian (tahun

1980-an) ternyata kegiatan pencucian uang ini semakin marak, dengan

maraknya kegiatan haram seperti perdagangan obat bius yang

dilakukan antar negara. Oleh karena itu kemudian muncul istilah narco

dollar atau drug money, suatu istilah yang digunakan terhadap uang

yang berasal dari hasil perdagangan narkotika (Munir Fuady,

2001:154). Perkembangan selanjutnya metode pencucian uang ini

dilakukan dengan menggunakan institusi perbankan atau pihak

Page 34: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxiv

perantara finansial lainnya. Hingga pada saat ini institusi perbankan

menjadi tempat yang paling dituju bagi para pelaku kejahatan

pencucian uang untuk mencuci uangnya.

Kegiatan pencucian uang (money laundering) merupakan

kejahatan kerah putih (white collar crime) di bidang perbankan.

Banyak negara yang masih ragu nuntuk membasmi pencucian uang ini

secara optimal atau hanya membiarkan saja kegiatan ini berlangsung

sampai pada batas-batas tertentu. Hal ini disebabkan kegiatan

pencucian uang ini melibatkan uang dalam jumlah yang besar,

sehingga dapat membuat bank-bank yang mentolerir kegiatan ini dapat

berkibar-kibar usahanya. Salah satu bank yang hidup dengan

memanfaatkan pencucian uang ialah Bank of Creditand Commerce

International (BBCI) yang kemudian dalam pertengahan tahun 1991

terpaksa ditutup karena kegiatannya yang mentolerir pelaksanaan

kegiatan pencucian.

Dalam bahasa Indonesia istilah money laundering ini sering

juga diterjemahkan dengan istilah ”pemutih uang” atau ”pencucian

uang” namun istilah pencucian uang lebih dapat mendekati arti

sebenarnya dari istilah money laundering maka dari itu dalam undang-

undang digunakan istilah pencucian uang. Hal ini adalah terjemahan

yang wajar mengingat kata ”launder” dalam bahasa inggris yang

berarti ”mencuci” dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sehari-hari

dikenal kata ”laundry” yang berarti cucian. Uang yang dicuci atau

diputihkan tersebut ialah uang dari hasil kejahatan, misalnya uang hasil

jual beli narkoba atau hasil korupsi, sehingga diharapkan setelah

pemutihan atau pencucian uang tersebut, uang tadi tidak terdeksi lagi

sebagai uang hasil kejahatan telah menjadi uang yang bersih. Untuk

itu, yang utama dilakukan dalam kegiatan pencucian uang ini ialah

menghilangkan atau menghapuskan jejak dan asal-usul uang tersebut

(Munir Fuady, 2001: 148). Dengan proses kegiatan pencucian uang ini,

uang yang semula merupakan uang haram (dirty money) diproses

Page 35: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxv

sehingga menghasilkan uang bersih (clean money) atau uang halal

(legitimate money).

Dengan demikian, kegiatan pencucian uang dapat diartikan

sebagai: ”The process of hiding or disguising assets which are the

products or the result of a criminal activity for the purpose of

reintroducing them to a legal economic system” (IBA, 1998:9)

Berarti suatu proses penyembunyian atau penyamaran dengan

aset yang mana aset tersebut merupakan hasil dari kegiatan kriminal

dengan tujuan agar aset tersebut diperkenalkan kembali sebagai aset

dalam suatu sistem ekonomi yang sah.

M.Giovanoli dari Bank for International Settlement (BIS)

mengartikan pencucian uang sebagai suatu proses dengan mana aset-

aset pelaku, terutama aset tunai yang diperoleh dari suatu tindak

pidana, dimanipulasikan sedemikian rupa sehingga aset-aset tersebut

seolah-olah berasal dari sumber yang sah.

Pengertian pencucian uang yang diberikan oleh J. Koers,

seorang penuntut umun dari Belanda, ialah sebagai suatu cara untuk

mengedarkan uang hasil kejahatan ke dalam suatu peredaran uang

yang sah dengan menutup-nutupi asal usul uang tersebut (YHPB,

vol.3,1998:5).

Pengertian lain terhadap pencucian uang ialah sebagai suatu

usaha investasi atau transaksi uang yang berasal dari kejahatan yang

terorganisir, transaksi tidak sah di bidang narkotika, dan sumber-

sumber tidak sah lainnya, dengan tujuan agar uang tersebut berjalan

melalui saluran-saluran yang sah, sehingga sumber aslinya tidak dapt

dilacak kembali. Jadi merupakan penghapusan jejak jika ada yang

menelusuri sumber asal uang yang tidak sah tersebut.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, pengertian pencucian uang

ialah uang yang berasal dari:

a) Korupsi yang berupa penyuapan

Page 36: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxvi

b) Penyelundupan barang

c) Penyelundupan tenaga kerja

d) Penyelundupan imigran

e) Perdagangan senjata gelap

f) Penculikan

g) Pencurian

h) Penggelapan

i) Penipuan

j) Tindak pidana yang berkaitan dengan perbankan

k) Tindak pidana yang berkaitan dengan narkoba

l) Tindak pidana yang berkaitan dengan psikotropika

m) Terorisme

n) Perdagangan budak, wanita dan anak.

Kegiatan pencucian uang secara universal dewasa ini telah

digolongkan sebagai suatu tindak pidana. Bahkan, karena modus

operendinya yang umumnya bersifat lintas negara, maka pencucian

uang telah dianggap sebagai tindak pidana internasional. Karena itu,

kejahatan pencucian uang ini diatur pula secara internasional. Seperti

terlihat dalam Pasal 3 ayat (1) dari United Nations Againts Illicit

Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substance yang

memberikan pengertian istilah pencucian uang secara komprehensif

yang berbunyi sebagai berikut:

”pencucian uang berarti setiap tindakan yang dilakukan dengan

sengaja dalam hal-hal sebagai berikut:

a) Konversi atau pengalihan barang, yang diketahui bahwa barang

tersebut berasal dari suatu kegiatan kriminal atau ikut berpartisipasi

terhadap kegiatan tersebut, dengan tujuan untuk menyembunyikan

sifat melawan hukum dari barang tersebut ataupun membantu

sesesorang yang terlibat sebagai perantara dalam kegiatan tersebut

untuk menghilangkan konsekuensi hukum dari kegiatan tersebut.

Page 37: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxvii

b) Menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, sumbernya, lokasi,

pengalihan, pergerakan, hak-hak yang berkenaan dengan

kepemilikan atau barang-barang, dimana yang bersangkutan

mengetahui bahwa barang tersebut berasal dari kegiatan kriminal,

atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

c) Perolehan, penguasaan atau pemanfaatan dari barang-barang,

dimana pada waktu menerimanya, yang bersangkutan mengetahui

bahwa barang tersebut berasal dari tindakan kriminal atau ikut

berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

d) Segala tindakan partisipasi dalam kegiatan untuk melaksanakan,

percobaan untuk melaksanakan, membantu, bersekongkol,

memfasilitasi, memberikan nasihat terhadap tindakan-tindakan

tersebut diatas (Munir Fuady,2001:150)”.

Pencucian uang merupakan suatu tindak pidana dimana

sejumlah uang yang diperoleh dari kegiatan kejahatan dimasukkan ke

dalam sarana-sarana seperti institusi perbankan, untuk menghasilkan

uang yang bersih dan dianggap halal sebagai bentuk penghasilan dari

institusi perbankan atau bisnis perumahan yang dilakukannya. Dengan

demikian sangat sulit untuk menyelidiki dari mana sumber dari uang

haram tersebut karena uang itu telah melalui proses yang cukup

panjang sehingga menghasilkan uang yang telah bersih.

2) Ruang lingkup pencucian uang

Dengan kondisi dana langka, uang panas hasil kejahatan bisa

sangat menggiurkan, apakah bagi sebuah negara miskin atau lembaga

keuangan yang menghadapi malasah likuiditas. Maka secara sengaja

atau tidak mereka menyediakan diri untuk menjadikan sebagai tempat

pencucian uang, padahal akibat negatifnya sangat serius. Tidak hanya

dari sudut moral dan etika berusaha, tapi juga dampaknya dapat

mengacaukan kinerja lembaga keuangan dan bahkan merusak sistem

politik dan ekonomi suatu negara.

Page 38: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxviii

Kegiatan yang mendukung terjadinya pencucian uang ialah:

a) Uang hasil dari perdagangan obat bius/narkotika.

b) Manipulasi pajak.

c) Uang hasil kolusi yang dilakukan pejabat pemerintah tertentu

ketika melakukan manipulasi dalam hal pembelian suatu keperluan

pemerintah.

d) Uang hasil kolusi antara pejabat pemerintah dengan pengusaha

dalam menangani suatu proyek.

e) Uang hasil usaha tidak sah berupa monopoli yang dilakukan oleh

pejabat negara atau kroni-kroninya.

f) Uang hasil pungutan liar yang dilakukan oleh pejabat negara.

g) Uang hasil sitaan milik negara (Mahmoeddin,H.As, 1997:291).

3) Tahapan proses pencucian uang

Dalam proses melakukan kegiatan pencucian uang, dilakukan 5

(lima) kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Merahasiakan sumber uang kotor tersebut.

b. Merahasiakan siapa pemilik sebenarnya dari uang tersebut.

c. Mengubah bentuk dana sehingga mudah untuk di bawa kemana-

mana.

d. Kemanapun dan dalam wujud apapun uang tersebut beredar dapat

terus dipantau dengan mudah oleh pemilik kekayaan.

e. Merahasiakan proses pencucian uang sehingga sulit dilacak oleh

aparat yang berwenang (Munir Fuady, 2005:166).

Dengan demikian, jika dilihat secara keseluruhan, ada 2 (dua)

tingkat kejahatan dalam kegiatan pencucian uang, yaitu:

a. Kejahatan yang menghasilkan uang itu sendiri. Misalnya

perdagangan obat bius, korupsi dan sebagainya,

b. Kejahatan pemutihan uang, yakni uang hasil kejahatan itu diproses

pemutihannya, dimana terhadap pemrosesan ini sungguhpun secara

formal kelihatannya legal, tetapi secara material dianggap illegal

(Munir Fuady, 2005:153).

Page 39: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xxxix

Dalam memproses uang haram tersebut juga melewati tahapan-

tahapan tertentu yang dilakukan dengan tiga tahap yaitu:

a. Tahap Penempatan Dana (The Placement)

Maksudnya ialah konversi dari uang tunai yang diperoleh dari

kejahatan atau perbutan melawan hukum ke dalam pelbagai aset

seperti deposito bank, real estate atau saham-saham (disini bank,

real estate dan perusahaan bertindak selaku laundry). Dalam proses

ini uang hasil kejahatan ditempatkan dan dikonsolidasikan dalam

bentuk dan tempat yang sulit untuk dilacak oleh sistem

pengawasan petugas hukum.

b. Tahap Pelapisan

Yang dimaksud dengan tahap ini ialah tahapan membuat transaksi-

transaksi financial yang kompleks dan rumit serta berlapis-lapis

yang dilindungi oleh pelbagai bentuk anonimitas dan rahasia

profesional. Pada tahap ini uang haram dipindah-pindahkan dari

satu rekening ke rekening lainnya di dalam negeri ataupun melalui

transaksi antar negara. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini antara lain:

1) Pembelian saham di bursa efek.

2) Transfer uang ke Negara dengan menggunakan deposito yang

ada di bank

3) Membeli properti tertentu

4) Membeli valuta asing.

5) Melakukan transaksi derivatif dan lain-lain.

c. Tahap Integrasi (The Integration)

Tahap ini berupa tipu muslihat guna memberikan legitimasi

terhadap uang hasil kejahatan. Hal ini mencakup perbuatan-

perbuatan dalam rangka mendayagunakan uang deposito di bank

untuk mendukung pinjaman guna kepentingan operasional

kejahatan. Oleh karena itu, pada tahap ini uang tersebut sudah

benar-benar bersih dan sulit dilacak asal-muasalnya dengan

Page 40: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xl

demikian, jika dalam proses-proses sebelumnya uang tersebut

dibenamkan dan dicuci, maka pada tahap integrasi ini dapat

dikatakan bahwa uang yang telah dicuci tersebut dikeringkan

kembali sehingga menjadi uang yang kering dan bersih seperti

halnya uang-uang yang lainnya.

4) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana

pencucian uang, dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dibentuk PPATK. Dalam

melaksanakan fungsinya PPATK mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi

informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan Undang-

undang ini;

b. Memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang

dibuat oleh Penyedia Jasa Keuangan;

c. Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi

Keuangan Mencurigakan;

d. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang

berwenang tentang informasi yang diperoleh oleh PPATK

sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini;

e. Mengeluarkan pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa

Keuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam

Undang-undang ini atau dengan peraturan perundang-

undangan lain, dan membantu dalam mendeteksi perilaku

nasabah yang mencurigakan;

f. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai

upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang;

g. Melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi

tindak pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan

Kejaksaan;

Page 41: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xli

Dalam melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai

wewenang:

a. Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan;

b. Meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau

penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah

dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum;

c. Melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai

kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

undang ini dan terhadap pedoman pelaporan mengenai

transaksi keuangan;

d. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai

transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai.

d. Tinjauan tentang Prinsip Mengenal Nasabah

1) Pengertian prinsip mengenal nasabah

Upaya yang dilakukan dalam mencegah terjadinya tindak

pidana pencucian uang dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan

dalam pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/21/PBI/2003 tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Pengertian prinsip

mengenal nasabah dalam PBI Nomor 3/10/PBI/2001 yaitu adalah

prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas nasabah,

memantau kegiatan transaksi, termasuk pelaporan transaksi yang

mencurigakan. Menurut Munir Fuady, prinsip mengenal nasabah

adalah prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui sejauh mungkin

identitas nasabah serta memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk

kegiatan pelaporan transaksi mencurigakan, yang meliputi nasabah

biasa (face to face coutumer), maupun nasabah bank tanpa berhadapan

secara fisik (non face to face costumer), seperti nasabah yang

melakukan transaksi melalui telepon, surat-menyurat, dan electronic

banking.

Page 42: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xlii

Beberapa contoh transaksi yang dapat dikategorigakan sebagai

transaksi yang mencurigakan:

a) Transaksi yang mencurigakan dengan menggunakan pola transaksi

tunai

(1) Penyetoran tunai dalam jumlah besar yang tidak lazim oleh

perorangan atau perusahaan yang memiliki kegiatan usaha

tertentu dan penyetoran tersebut biasanya dilakukan dengan

menggunakan cek atau instrumen non-tunai lainnya;

(2) Peningkatan penyetoran tunai yang sangat material pada

rekening perorangan atau perusahaan tanpa disertai penjelasan

yang memadai, khususnya apabila setoran tunai tersebut

langsung ditransfer ke tujuan yang tidak mempunyai

hubungan atau keterkaitan dengan perorangan atau

perusahaan tersebut;

(3) Penyetoran tunai dengan menggunakan beberapa slip setoran

dalam jumlah kecil sehingga total penyetoran tunai tersebut

mempunyai jumlah sangat besar;

(4) Penggunaan rekening perusahaan yang lazimnya dilakukan

dengan menggunakan cek atau instrumen non-tunai lainnya

namun dilakukan secara tunai;

(5) Pembayaran atau penyetoran dalam bentuk tunai untuk

penyelesaian tagihan wesel, transfer atau instrumen pasar

uang lainnya;

(6) Peningkatan kegiatan transaksi tunai dalam jumlah yang

sangat besar untuk ukuran suatu kantor bank;

(7) Penyetoran tunai yang didalamnya selalu terdapat uang palsu;

(8) Transfer dalam jumlah besar dari atau ke negara lain dengan

instruksi untuk dilakukan pembayaran tunai;

(9) Penyetoran tunai dalam jumlah besar melelui rekening titipan

setelah jam kerja kas untuk menghindari hubungan langsung

dengan petugas bank;

Page 43: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xliii

b) Transaksi mencurigakan dengan menggunakan rekening bank

(1) Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain yang

tidak sesuai dengan jenis kegiatan usaha nasabah;

(2) Penyetoran tunai dalam jumlah kecil ke dalam beberapa

rekening yang dimiliki nasabah pada bank sehingga total

penyetoran tersebut mempunyai jumlah sangat besar;

(3) Penyetoran dan atau penarikan dalam jumlah besar dari

rekening perorangan atau perusahaan yang tidak sesuai atau

tidak terkait dengan usaha nasabah;

(4) Pemberian informasi yang sulit dibuktikan atau memerlukan

biaya yang sangat besar bagi bank untuk melakukan

pembuktian;

(5) Pembayaran dari rekening nasabah yang dilakukan setelah

adanya penyetoran tunai kepada rekening dimaksud pada hari

yang sama atau hari sebelumnya;

(6) Penarikan dalam jumlah besar dari rekening nasabah yang

semula tidak aktif atau dari rekening nasabah yang menerima

setoran dalam jumlah besar dari luar negeri;

(7) Penggunaan petugas teller yang berbeda oleh nasabah yang

secara bersamaan untuk melakukan transaksi tuinai dalam

jumlah besar atau transaksi mata uang asing;

(8) Pihak yang mewakili perusahaan selalu menghindar untuk

berhubungan dengan petugas bank;

(9) Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai atau negotiable

instruments oleh suatu perusahaan dengan menggunakan

rekening klien perusahaan, khususnya apabila penyetoran

tersebut langsung ditransfer di antara rekening klien lainnya;

(10) Penolakan oleh nasabah untuk menyediakan tambahan

dokumen atau informasi penting, yang apabila diberikan

memungkinkan nasabah menjadi layak untuk memeperoleh

fasilitas pemberian kredit atau jasa perbankan lainnya;

Page 44: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xliv

(11) Penolakan nasabah ternadap fasilitas perbankan yang lazim

diberikan, seperti penolakan untuk diberikan tingkat bunga

yang lebih tinggi terhadap jumlah saldo tertentu;

(12) Penyetoran untuk untrung rekening yang sana oleh banyak

pihak tanpa penjelasan yang memadai;

c) Transaksi mencurigakan melalui transaksi yang berkaitan dengan

investasi

(1) Pembelian surat berharga untuk disimpan di bank sebagai

kustodian yang seharusnya tidak layak apabila memperhatikan

reputasi atau kemempuan finansial nasabah;

(2) Transaksi pinjaman dengan jaminan dana yang diblokir (back

to back deposit/loan transaction) antara bank dengan anak

perusahaan, perusahaan afisiliasi, atau institusi perbankan di

negara lain yang dikenal sebagai negara tempat lalu-lintas

perdagangan narkotika;

(3) Permintaan nasabah untuk jasa pengelolaan investasi dengan

sumber dana investasi yang tidak jelas sumbernya atau tidak

konsisten dengan reputasi atau kemampuan finansial nasabah;

(4) Transaksi dengan pihak lawan (counterparty) yang tidak

dikenal atau sifat, jumlah dan frekuensi transaksi yang tidak

lazim;

(5) Investor yang diperkenalkan oleh bank di negara lain,

perusahaan afiliasi, atau investor lain dari negara yang

diketahui umum sebagai tempat produksi atau perdagangan

narkotika;

d) Transaksi mencurigakan melalui aktivitas bank di luar negeri

(1) Pengenalan nasabah oleh kantor cabang di luar negeri,

perusahaan afiliasi atau bank lain yang berada di negara yang

diketahui sebagai tempat produksi atau perdagangan

narkotika;

Page 45: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xlv

(2) Penggunaan Letter of Credits dan instruments perdagangan

internasional lain untuk memindahkan dana antar negara

dimana transaksi perdagangan tersebut tidak sejalan dengan

kegiatan usaha nasabah;

(3) Penerimaan atau pengiriman transfer oleh nasabah dalam

jumlah besar ataudari negara yang diketahui merupakan

negara yang terkait dengan produksi, proses, dan atau

pemasaran obat terlarang atau kegiatan terorisme;

(4) Penghimpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai

dengan karakteristik perputaran usaha nasabah yang kemudian

di transfer ke negara lain;

(5) Transfer secara elektronis oleh nasabah tanpa disertai

penjelasan yang memadai atau tidak dengan menggunakan

rekening;

(6) Permintaan travellers cheques, wesel dalam mata uang asing,

atau negotiable instrument lainnya dengan frekuensi tinggi;

(7) Pembayaran dengan menggunakan travellers cheques atau

wesel dalam mata uang asing khususnya yang diterbitkan oleh

negara lain dengan frekuensi tinggi.

e) Transaksi mencurigakan yang melibatkan karyawan bank dan atau

agen

(1) Peningkatan kekayaan karyawan dan agen bank dalam jumlah

besar tanpa disertai penjelasan yang memadai;

(2) Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi

dengan informasi yang memadai mengenai penerima akhir

(ultimate beneficiary).

f) Transaksi mencurigakan melalui transaksi pinjam meminjam

(1) Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga;

(2) Permintaan fasilitas pinjaman dengan anggunan yang asal

usulnya dari aset yang dianggunkan tidak jelas atau tidak

sesuai dengan reputasi dan kemampuan finansial nasabah;

Page 46: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xlvi

(3) Permintaan nasabah kepada bank untuk memberikan fasilitas

pembiayaan dimana porsi dana sendiri nasabah dalam fasilitas

dimaksud tidak jelas asal usulnya, khususnya apabila terkait

dengan property (Munir Fuady.2001:212).

2) Dasar hukum prinsip mengenal nasabah:

a) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang.

b) Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang penerapan

prinsip mengenal nasabah.

c) Peraturan Bank Indonesia No. 3/23/PBI/2001 tentang perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang

penerapan prinsip mengenal nasabah.

d) Peraturan Bank Indonesia No. 5/21/PBI/2003 tentang perubahan

kedua atas PBI No.3/10/PBI/2001 tentang penerapan prinsip

mengenal nasabah.

e) Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/32/DPNP tentang perubahan

atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/29/DPNP tentang standar

penerapan prinsip mengenal nasabah.

3) Obyek pemberlakuan prinsip mengenal nasabah

Pelaksanaan prinsip mengenal nasabah ini diberikan kepada

nasabah yang akan bertransaksi dengan pihak bank, yaitu:

a) Nasabah perorangan

b) Nasabah perusahaan yang mencakup:

(1) Berbadan hukum :

(2) Perusahaan yang tergolong usaha kecil.

(3) Lembaga pemerintahan, internasional dan perwakilan negara

asing.

(4) Bank.

c) Badan lainnya:

(1) Partai politik

Page 47: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xlvii

(2) Lembaga swadaya masyarakat

(3) Yayasan

(4) Organisasi lainnya.

4) Kewajiban bank untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah

Menurut Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001

juncto Peraturan Bank Indonesia No. 5/21/PBI/2003, dalam rangka

mendukung pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah, bank

mempunyai beberapa kewajiban, yaitu:

a) Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah

b) Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasikan

nasabah

c) Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening

dan transaksi nasabah

d) Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen resiko yang

berkaitan dengan peneran prinsip mengenal nasabah

e) Direksi bank wajib bertanggung jawab atas penerapan prinsip

mengenal nasabah

f) Membentuk unit kerja khusus dan atau menunjuk pejabat bank

yang bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah,

yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Kepatuhan

g) Memiliki system informasi yang dapat mengidentifikasi,

menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif

mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah

bank.

Beberapa kewajiban di atas, dilakukan dengan menerapkan

beberapa hal, yaitu:

a) Menyusun kebijakan dan prosedur penerapan prinsip mengenal

nasabah yang dituangkan dalam pedoman pelaksanaan penerapan

prinsip mengenal nasabah dengan mengacu kepada pedoman

standar penerapan prinsip mengenal nasabah yang ditetapkan

dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Page 48: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xlviii

b) Menetapkan dan menyampaikan pedoman dan pelaksanaan

penerapan prinsip mengenal nasabah kepada bank Indonesia

selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak diberlakukannya Peraturan

Bank Indonesia tersebut.

c) Setiap perubahan terhadap pedoman pelaksanaan penerapan prinsip

mengenal nasabah wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia

selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak ditetapkannya

perubahan tersebut.

d) Bank wajib menerapkan kebijakan mengenal nasabah bagi nasabah

baru sejak ditetapkannya pedoman tersebut oleh bank.

e) Menerapkan prinsip mengenal nasabah bagi nasabah yang sudah

ada, termasuk pengkinian database nasabah, selambat-lambatnya 6

(enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia.

f) Melaksanakan program pelatihan kepada karyawan bank mengenai

penerapan prinsip mengenal nasabah selambat-lambatnya 2 (dua)

bulan sejak diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia.

g) Menerapkan sistem informasi yang dapat mengidentifikasi,

menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara efektif

mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah

bank, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya

Peraturan Bank Indonesia.

5) Data yang diperlukan dalam rangka mengenal nasabah

Dalam rangka menegakkan prinsip mengenal nasabah, bank

di Indonesia di wajibkan untuk memperoleh data tertentu. Apabila data

tersebut tidak diberikan oleh nasabah, maka bank dilarang

berhubungan dengan nasabah yang bersangkutan. Data yang

diperlukan dan hal-hal yang dilakukan oleh bank dalam rangka

mengenal nasabah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Data informatif.

b) Dokumen pendukung terhadap informatif.

Page 49: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xlix

c) Jika telah menggunakan media elektronik, melakukan pertemuan

tatap muka sekurang-kuarangnya pada saat pembukaan rekening.

d) Jika diperlukan, melakukan wawancara dengan nasabah untuk

meneliti keabsahan dan kebenaran dokumen (Munir

Fuady.2001:208).

Mengenai data informatif yang diperlukan dan wajib

diketahui oleh bank harus dibuktikan dengan dokumen-dokumen

pendukungnya. Di samping itu, bank wajib pula meneliti kebenaran

dokumen pendukung identitas calon nasabah sesuai dengan Pasal 4

Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Juncto Peraturan

Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003. Data informatif tersebut

adalah:

a) Identitas calon nasabah

b) Maksud dan tujuan hubungan uisaha yang akan dilakukan calon

nasabah dengan bank

c) Informasi lain yang memungkinkan bank untuk mengetahui profil

calon nasabah

d) Identitas pihak lain dalam hal calon nasabah bertindak untuk dan

atas nama pihak lain.

Sementara itu dalam Pasal 5 yang dimaksud dengan

dokumen pendukung adalah:

a) Bagi nasabah perorangan :

(1) Identitas nasabah yang memuat :

(a) Nama;

(b) Alamat tinggal tetap;

(c) Tempat dan tanggal lahir;

(d) Kewarganegaraan;

(2) Keterangan mengenai pekerjaan;

(3) Spesimen tanda tangan, dan

(4) Keterangan mengenai sumber dana dan tujuan penggunaan dana.

b) Bagi nasabah perusahaan:

Page 50: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

l

(1) Perusahaan yang tergolong Usaha kecil, sekurang-kurangnya

terdiri dari:

(a) Akta pendirian/anggaran dasar bagi perusahaan yang

bentuknya diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

(b) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang;

(c) Nama, specimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak

yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan

atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha

dengan bank;

(d) Keterangan sumber dana dan tujuan penggunaan dana.

(2) Perusahaan yang tidak tergolong usaha kecil, sekurang-

kurangnya terdiri dari:

(a) Akta pendirian/anggaran dasar bagi perusahaan yang

bentuknya diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

(b) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang;

(c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi nasabah yang

diwajibkan untuk memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan

yang berlaku;

(d) Laporan keuangan dari perusahaan atau deskripsi kegiatan

usaha perusahaan;

(e) Struktur manajemen perusahaan;

(f) Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili

perusahaan;

(g) Nama, specimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak

yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan

atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha

dengan bank;

(h) Keterangan sumber dana dan tujuan penggunaan dana.

Page 51: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

li

c) Nasabah berupa lembaga pemerintah, lembaga internasional, dan

perwakilan negara asing sekurang-kurangnya berupa nama,

spesimen tanda tangan dan surat penunjukan bagi pihak-pihak yang

berwenang mewakili lembaga dalam melakukan hubungan usaha

dengan bank.

d) Nasabah berupa bank, terdiri dari dokumen-dokumen yang lazim

dalam melakukan transaksi antar bank, antara lain:

(1) Akta pendirian/anggaran dasar bank;

(2) Izin usaha dari instansi yang berwenang;

(3) Nama, spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak

yang ditunjuk mempunyai wewenang untuk dan atas nama bank

yang melakukan hubungan usaha dengan bank.

B. Kerangka Pemikiran

Fungsi bank yaitu menghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank

juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran, oleh

karena itu salah satu kebijakan perbankan adalah dimaksudkan untuk

menjaga keamanan dan kelancaran lalu lintas pembayaran tersebut. Apabila

suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat maka fungsi bank

sebagai lembaga intermediasi tidak akan berfungsi dengan optimal serta

dalam lalu lintas pembayaran tidak aman dan lancar dapat dipastikan bahwa

perekonomian akan mengalami berbagai hambatan dan memerlukan biaya

lebih tinggi. Maka dapat disimpulkan pentingnya pengaturan dan

pengawasan bank sebagai upaya menciptakan dan memelihara kesehatan

sistem perbankan. Prinsip mengenal nasabah merupakan suatu instrumen

pencegahan agar sistem perbankan menjadi sehat.

Perbankan Indonesia sebagai pemegang jasa dalam bidang keuangan

menjadi sorotan sebagai tempat pencucian uang bagi pengusaha-pengusaha

nakal yang ingin mencuci uangnya karena lemahnya perangkat peraturan yang

ada. Upaya yang dilakukan dalam mencegah terjadinya pencucian uang

dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Page 52: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lii

Pidana Pencucian Uang dan dalam pelaksanaannya diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.

Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini

dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini:

Bagan II : Kerangka Pemikiran

Money Laundering

Fungsi Bank

Pelaksanaan

PBI No. 5/21/PBI/2003

Sehat

Pengawasan

Tidak sehat

Hambatan?

UU NO. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Page 53: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

liii

BAB III

PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH

BANK TABUNGAN NEGARA

A. Gambaran umum tentang BTN Cabang Surakarta

1. Pendirian Bank Tabungan Negara

Pada tanggal 16 Oktober 1897, pemerintah Hindia Belanda melalui

Koninklijk Besluit No. 27 mendirikan popstspaarbank yang bertujuan

mendidik masyarakat agar gemar menabung, yang kemudian berjalan

lancar dan berkembang hingga tercatat pada tahun 1939 telah memiliki 4

cabang, yaitu Jakarta, Medan Surabaya dan Makasar. Pada tahun 1940

kegiatannya terganggu karena adanya penyerbuan Jerman atas Netherland

yang mengakibatkan terjadinya penarikan tabungan besar-besaran dalam

waktu yang singkat. Namun demikian keadaan keuangan Postspaarkbank

pulih kembali pada tahun 1941. Pada tahun 1942, Belanda menyerah tanpa

syarat pada Jepang yang berakibat kegiatan Postpaarkbank dibekukan oleh

Pemerintahan Jepang dan kemudian pemerintah Jepang mendirikan sebuah

Bank bernama tyokin kyoku. Tetapi usaha pemerintah Jepang ini tidak

berjalan sukses karena dilakukan dengan paksaan.

Sejalan dengan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945

Darmosoetanto berinisiatif untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin

Kyoku dari pemerintah Jepang ke Pemerintah Republik Indonesia dan

terjadilah penggantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos yang dipimpin

oleh Darmosoetanto sebagai direktur yang pertama. Kegiatan Kantor

Tabungan Pos tidak berlangsung lama akibat adanya agresi Belanda

(Desember 1946). Kantor Tabungan Pos dibuka lagi pada tahun 1949,

namanya diganti menjadi Bank Tabungan Pos RI dan lembaga ini

bernaung dibawah Kementrian Perhubungan.

Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950, tetapi yang

paling substantif bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya Undang-

Undang Darurat No. 9 Tahun 1950 yang mengubah nama Postspaarkbank

Page 54: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

liv

In Indonesia berdasarkan staatsblat No. 295 Tahun 1941 menjadi Bank

Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian dari Kementrian

Perhubungan ke Kementrian Keuangan dibawah menteri Urusan Bank

Sentral. Walaupun dengan undang-undang darurat tersebut masih bernama

Bank Tabungan Pos tetapi pada tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan

sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank

Tabungan Pos menurut Undang-Undang Darurat dikukuhkan dengan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1953 tanggal 18 Desember 1953.

Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara

didasarkan pada PERPU No. 4 Tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang

kemudian dikuatkan dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1964 tanggal

25 Mei 1964.

Tugas utama saat pendirian Postspaarkbank (1897) sampai dengan

Bank Tabungan Negara (1968) adalah menghimpun dana dari masyarakat

dari tabungan, tetapi sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah

tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR. Penyaluran KPR pertama

kalinya dilakukan pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah 10

Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.

2. Sejarah singkat berdirinya Bank Tabungan Negara Kantor Cabang

Surakarta.

Kantor Cabang Surakarta merupakan perpanjangan dari kantor

pusat, dimana kantor cabang Surakarta pertama kali berdiri pada tahun

1990 yang merupakan pemekaran dari BTN kantor cabang Yogyakarta.

Pertimbangan pembukaan kantor cabang Surakarta karena dinilai

mempunyai potensi yang baik dalam pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun

1990 BTN kantror cabang Surakarta mengalami perpindahan sebanyak 3

kali.

Pertama kalinya BTN kancab Surakarta terletak di Jalan Slamet

Riyadi Nomor 228, kemudian pada tahun 1993, pindah ke Ruko Beteng

Plasa Blok A11-12 Jalan Kapten Mulyadi. Akhirnya pada tahun 1997

Page 55: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lv

BTN kancab Surakarta pindah ke gedung milik sendiri yaitu di Jalan

Slamet Riyadi 282 Surakarta yang dipakai melaksanakan aktivitas

perkantorannya sampai sekarang.

3. Lokasi

BTN cabang Surakarta terletak di Jalan Slamet Riyadi Nomor 282

Surakarta, Jawa Tengah.

4. Bentuk Badan Hukum dan Kerahasiaan Bank

Bentuk hukum BTN adalah Bank milik negara ditetapkan dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1968 tanggal 19 Desenber 1968,

kemudian mengalami perubahan pada tahun 1992 yaitu dengan

dikeluarkannya peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1992 tanggal 29

April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 bentuk hukum BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan.

Sejak itu nama BTN menjadi PT. BANK TABUNGAN NEGARA

(PERSERO) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan

insependent, Price Waterhouse Coopers, pemerintah melalui Menteri

BUMN dalam surat Nomor S-554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002

memutuskan BTN sebagai Bank Umum dengan fokus bisnis pembiayaan

perumahan tanpa subsidi.

Kerahasiaan BTN adalah berupa pasiva Bank. Seperti misalnya

tabungan, deposito, kredit dan lain-lain. Bank harus menjaga kerahasiaan

tersebut demi menjaga kepercayaan nasabah pada bank. Karena

kepercayaan nasabah pada pihak bank adalah faktor paling utama dalam

kemajuan bank.

5. Struktur Organisasi

Suatu kantor cabang (cabang Surakarta), dipimpin oleh Branch

Manager. Dibawahnya terdapat empat sub bagian yaitu Accounting &

Control, Operation, Retail Service, Collection Work Out. Yang setiap

bagian tersebut mempunyai bagian-bagian lagi. Yang selengkapnya akan

dijelaskan pada gambar berikut:

Page 56: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lvi

Tugas dan tanggung jawab pemegang jabatan:

a. Branch Manager atau Kepala Cabang

Misi: mencapai tingkat pemberian laba yang optimal

Tanggung jawab :

1) Bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah

2) Bertanggung jawab atas pelaksanaan orientasi sesuai batas

kewenangan

3) Bertanggung jawab atas pengelolaan resiko bisnis

Branch Manager

Ritel Service Spv. CWO Acc & Control

Reporting

Internal Control

Operation

GBA

Trans Processing

FAO & DEO

Loan admin & Dok

Outsourching Pengasung Driver Satpam Penjaga malam

PT. BKP Opertor Tehnisi Satpam gedung

Loan Service Interview Analisis

CS

Teller Service Head Teller Teller

Selling Officer

Chash Room

LEGAL

Kolektif

LAO

Page 57: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lvii

4) Bertanggung jawab atas kebenaran laporan cheklist kepatuhan dan

manejemen resiko

5) Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas yang menyangkut MTSI

di kantor cabang termasuk password cadangan

6) Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang

menyangkut operasional bank baik ketentuan intern maupun

ekstern

7) Bertanggung jawab atas Branch Security Officer kantor cabang

8) Bertanggung jawab atas terselenggaranya Good Corporate

Govermance

9) Bertanggung jawab atas opening dan closing branch

10) Bertanggung jawab atas operasional cabang secara keseluruhan

11) Bertanggung jawab atas penetapan target dana,kredit, feebased,

dan penetapan anggaran cabang secara keseluruhan

12) Bertanggung jawab atas pencapaian target dan peningkatan

penggunaan fitur produk

13) Bertanggung jawab atas peningkatan peran bisnis yang berorientasi

kepada profit yang optimal

14) Bertanggung jawab atas pemenuhan kompetensi dari pegawai yang

dibawahi

15) Bertanggung jawab atas melakukan perencanaan, bimbingan dan

pembinaan serta penilaian kepada pegawai yang dibawahi

16) Bertanggung jawab atas layanan penyelesaian pengaduan nasabah

b. Accounting and Control

Terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:

1) Financial Reporting Staff

Tanggung jawab:

a) Bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan untuk

pihak ekstern

Page 58: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lviii

b) bertanggung jawab atas pemantauan laporan keuangan baik

pihak intern maupun ekstern

c) bertanggung jawab atas berlangsungnya proses dan analisa

laporan kinerja kantor cabang

2) Internal control

Tanggung jawab:

a) Bertanggung jawab atas pemerikasaan kebenaran atas alur

transaksi operasional bank telah sesuai dengan aturan yang

berlaku

b) Bertanggung jawab dalam mengkoordinir tindak lanjut hasil

pemeriksaan ekstern maupun intern

c) Bertanggung jawab atas kebenaran data-data pada laporan

keuangan

c. Operation

Tanggung jawab Kepala bagian Operation:

1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang

menyangkut operasional bank baik ekstern maupun intern

2) Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas operasional dan

administrasi

3) Bertanggung jawab atas penerimaan pendelegasian opening/closing

Branch

4) Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas Opersional Bank Office

(Operation)

5) Bertanggung jawab atas kesuksesan proses kliring di kantor cabang

pembantu

6) Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas yang menyangkut MTSI

di kancapem

7) Bertanggung jawab terhadap pembinaan, pengembangan dan

penilaian pegawai di unit operation

Bagian operation dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu:

Page 59: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lix

1) General Branch Administration

Terdiri dari:

a) Logistik

b) SDM

Bertanggung jawab:

a) Administrasi Kepegawaian

b) Pengelolaan Logistik

c) Menjaga Keamanan

d) Mengelola Anggaran Cabang

e) Kesekretariatan

2) Transaction Processing

Terdiri dari:

a) Clearing

b) Processing

Yang mempunyai tanggung jawab:

a) Melakukan proses transaksi operasional non tunai

b) Melakukan transaksi lanjutan dari unit kerja lain

3) Loan Administrasi

Bertanggung jawab atas:

a) On the spot (OTS)

b) Apprais

c) Laporan pemeriksaan akhir

d) Dokumentasi kredit

e) Administrasi kredit umum

4) Outsourcing

Terdiri dari

a) Security/satpam

b) Supir

c) Office Boy

Page 60: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lx

c. Ritel Service

Dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu:

1) Loan Service

Terdiri dari :

a) Interview

b) Analisis

Bertanggung jawab:

a) Memberikan pelayanan kepada nasabah

b) Memproses pengajuan kredit

c) Menganalisa permohonan kredit

d) Menyelenggarakan realisasi kredit

e) Memproses pelunasan kredit

f) Menganalisis permohonan kredit KPR/non-KPR

2) Customer Service

Bertanggung jawab:

a) Memberikan pelayanan tabungan loket cabang

b) Memberikan pelayanan tabungan kantor pos

c) Melayani proses pembukuan rekening rupiah dan valas

d) Melayani nasabah lainnya

e) Administrasi transaksi loket cabang

f) Melaksanakan penjualan keluar

3) Teller Service

Bertanggung jawab:

a) Melayani setoran tunai angsuran kredit kepemilikan rumah

cabang sendiri dan cabang lain

b) Melayani tabungan dan penarikan uang tunai

c) Melayani setoran dan pembayaran deposito

d) Mengelola proses kas cabang

e) Melayani kebutuhan nasabah lainnya

f) Menerima transaksi penyempitan uang tunai

g) Melakukan penjualan dana keluar

Page 61: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxi

h) Memelihara rekening saldo

4) Selling Officer

Bertugas melakukan fungsi sebagai petugas Selling.

5) Cash Room

Bertugas melakukan fungsi pengelolaan kas cabang.

d. CWO (Collection Work Out)

Bertanggung jawab:

1) Memastikan penerapan prinsip mengenal nasabah di kantor cabang

2) Memastikan pencapaian sasaran dan rencana tindakan di unit kerja

loan collection and work out

3) Melakukan perencanaan dan penetapan strategi serta kebijakan

pembinaan, penyelamatan serta penyelesaian kredit

4) Melakukan pembinaan, penyelamatan dan penyelesaian kredit baik

kredit ritel maupun restrukturisasi kredit umum

5) Melakukan perencanaan, bimbingan serta penilaian kinerja secara

objektif petugas penagihan dan penyelamatan kredit

6) Membina hubungan dengan pihak luar, seperti Pengadilan Negeri,

KP2LN, Notaris, Developer, atau instansi yang lain terkait dengan

pembinaan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit

7) Memastikan bahwa semua langkah penyelesaian kredit bermasalah

sesuai dengan ketentuan bank serta bebas dari permasalahan

hukum yang merugikan.

8) Mengelola anggaran yang terkait dengan pembinaan dan

penyelamatan kredit secra efektif dan efisien

9) Memastikan dan memeriksa akurasi laporan-laporan yang terkait

pembinaan dan penyelamatan kredit

6. Visi dan Misi Bank Tabungan Negara

Visi

Menjadi Bank yang terkemuka dalam pembiayaan rumah dan

mengutamakan kepuasan nasabah.

Page 62: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxii

Misi

a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan rumah dan industri

yang terkait, serta menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya.

b. Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan profesional dan memiliki integritas yang tinggi.

c. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi berkelanjutan

sesuai dengan kebutuhan nasabah.

d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip

kehati-hatian dan Good Corporate Government untuk meningkatkan

Shareholder Value.

e. Memperdulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.

B. Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Priciples)

di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan dengan disertai dokumen-

dokumen yang mendukung penelitian, maka penulis akan menguraikan

mengenai pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer

Principles) di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta.

Pelaksanaan prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer

Principles) di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta dilihat dari segi:

1. Kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah

Dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah Bank Tabungan

Negara telah membuat kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah,

yaitu dengan mengeluarkan suatu formulir pengenalan nasabah yang

disebut Formulir Pembukaan Rekening.

BTN melakukan permintaan sekurang-kurangnya mengenai

informasi/profil nasabah dan dokumen pendukungnya, serta meneliti

kebenaran bukti identitas dan dokumen pendukung calon nasabah dalam

menerima calon nasabah. Apabila diperlukan, bank dapat mengadakan

pertemuan dan wawancara dengan calon nasabah yang dilakukan

sekurang-kurangnya pada saat pembukaan rekening untuk memperoleh

Page 63: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxiii

keyakinan atas kebenaran informasi, bukti-bukti pendukung calon

nasabah, dan tujuan dilakukannya transaksi nasabah.

Bank berhak menolak untuk membuka rekening dan atau

melaksanakan transaksi dengan calon nasabah, jika :

a. Tidak memenuhi ketentuan dalam prosedur penerimaan nasabah

dan prosedur identifikasi dan verifikasi nasabah.

b. Diketahui menggunakan identitas dan atau memberikan informasi

yang tidak benar.

c. Berbentuk Sheel banks (bank yang tidak mempunyai pengelolaan,

pengurus, kantor bank dan tidak memperoleh ijin di negara tempat

bank tersebut didirikan, serta tidak berafiliasi dengan kelompok

usaha jasa keuangan yang menjadi subjek pengawasan

terkonsolidasi yang efektif) atau dengan bank yang mengijinkan

rekeningnya digunakan Sheel banks.

Namun sejauh ini dalam Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta

belum pernah menolak calon nasabah (Hasil wawancara dengan Sri

Haryanti, 17 Maret 2008: Bagian Customer Service BTN Cabang

Surakarta).

2. Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan.

Pelaksanaan pemantauan transaksi BTN Cabang Surakarta

dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/21/PBI/2003

Pemantauan transaksi nasabah di Bank Tabungan Negara Cabang

Surakarta meliputi:

1) BTN Cabang Surakarta telah menatausahakan dokumen-dokumen

dalam jangka 5 (lima) tahun sejak nasabah menutup rekening pada

bank.

2) BTN telah melakukan pengkinian data dalam hal terdapat

perubahan terhadap dokumen-dokumen.

Pengkinian data dilakukan oleh BTN dengan menugaskan petugas

khusus yang bertugas untukmelakukan pengkinian terhadap

dokumen-dokumen nasabah.

Page 64: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxiv

Pengkinian data dilakukan oleh BTN dengan menugaskan petugas

khusus yang bertugas untuk melakukan pengkinian terhadap

dokumen-dokumen nasabah. Pengkinian data yang dilakukan oleh

pihak bank dimaksudkan supaya data nasabah dapat senantiasa

dipantau.

3) BTN telah memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi,

menganalisis, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif

mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah

bank.

Sistem informasi yang dimiliki oleh BTN saat ini sudah memadai

untuk melakukan identifikasi, analisis, pemantauan, dan

penyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik

transaksi yang dilakukan oleh nasabah bank. Sistem informasi

BTN menggunakan layanan jasa internet yang dapat diakses setiap

saat dengan website di www.btn.co.id.

4) BTN telah memelihara dan profil nasabah dengan cara menjaga

kerahasiaannya agar tidak diketahui oleh pihak luar bank.

5) Pelaporan transaksi yang mencurigakan kepada Bank Indonesia

bersifat rahasia dan tidak diberitahukan kepada nasabah yang

bersangkutan, agar nasabah yang bersangkutan dapat dengan

mudah diketahui data-datanya untuk kemudian ditindaklanjuti.

Namun sampai saat ini pihak BTN Cabang Surakarta belum pernah

menjumpai jenis transaksi mencurigakan, sehingga pihaknya

belum pernah melakukan pelaporan ke Bank Indonesia.

3. Kebijakan Manajemen Resiko

Kebijakan dan prosedur manajemen resiko sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (2) dilakukan dalam hal:

1) Pengawasan oleh Pengurus bank, yang meliputi:

a) Dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi

pelaksanaan prinsip mengenal nasabah yang dilakukan oleh

pihak bank;

Page 65: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxv

b) Direksi bank bertanggung jawab atas penerapan prinsip

mengenal nasabah;

c) Pengawasan atas penerapan prinsip mengenal nasabah tersebut

dilakukan oleh Direksi melalui Direktur Kepatuhan.

2) Pendelegasian wewenang

Direksi wajib untuk melakukan pendelegasian dalam hal:

a) Kewenangan persetujuan penerimaan nasabah;

b) Kewenangan khusus yang berkaitan dengan penerimaan dan

pemantauan terhadap high risk customer, countries, bussines.

3) Sistem pengawasan intern,

BTN mempunyai pengendalian intern yang dapat memastikan

bahwa penerapan prinsip mengenal nasabah oleh unit kerja

penerapan prinsip mengenal nasabah sesuai dengan kebijakan

prosedur yang telah ditetapkan.

4) Pelatihan karyawan

Untuk menjamin agar karyawan selalu memperoleh pengetahuan

dan informasi yang terkini, bank memberikan pelatihan secara

berkala yang ditentukan oleh BTN Pusat dan dilakukan di Kantor

BTN Pusat (Hasil wawancara dengan Tuty Lestari, 17 Maret 2008:

General Branch Administrasi BTN Cabang Surakarta).

4. Kebijakan Pengorganisasian

Untuk mendukung pelaksanaan prinsip mengenal nasabah, Bank

Tabungan Negara Cabang Surakarta telah membentuk Unit Kerja

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (UKPN).

1) Tugas UKPN, antara lain :

a) Memastikan adanya pengembangan sistem identifikasi nasabah dan

transaksi keuangan;

b) Memantau pengkinian profil nasabah dan pofil transaksinya

termasuk identifikasi dan pemantauan nasabah yang dianggap

mempunyai resiko tinggi;

Page 66: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxvi

c) Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan

kebijakan prinsip mengenal nasabah oleh unit kerja terkait;

d) Menerima dan melakukan analisis terhadap laporan transaksi

mencurigakan yang disampaikan oleh unit kerja terkait;

e) Menyusun laporan transaksi mencurigakan untuk disampaikan

kepada PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan);

f) Memantau, menganalisis dan merekomendasikan kebutuhan

training prinsip mengenal nasabah bagi para pejabat dan staf bank.

2) Tugas Direktur Kepatuhan

a) Memantau pelaksanaan tugas UKPN;

b) Melaporkan transaksi mencurigakan yang telah disusun oleh

UKPN kepada PPATK

C. Prosedur Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

Dalam menerapkan kebijakan dan prosedur prinsip mengenal nasabah

di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta, pada prinsipnya merujuk pada

ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003

tentang Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer Principles) :

1. Prosedur penerimaan nasabah

Dalam menerapkan prosedur penerimaan nasabah BTN Cabang

Surakarta menggunakan Formulir Pembukaan Rekening Nasabah yang

sudah dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan Bank

Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang

ketentuan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah. Formulir

Pembukaan Rekening Nasabah mencakup :

a. Nasabah perorangan

1) Pengisian formulir standart sekurang-kurangnya memuat

informasi:

a) Nama, tempat dan tanggal lahir, alamat serta kewarganegaraan

yang dibuktikan dengan KTP, SIM, atau paspor dan dilengkapi

Page 67: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxvii

dengan informasi mengenai alamat tinggal tetap apabila

berbeda dengan yang tertera dalam dokumen. Khusus WNA

selain paspor dibuktikan dengan Kartu Izin Menetap Sementara

atau Kartu Izin Tinggal Tetap.

b) Alamat dan nomor telepon tempat bekerja yang dilengkapi

dengan keterangan mengenai kegiatan usaha

perusahaan/instansi tempat bekerja.

c) Keterangan mengenai pekerjaan/jabatan dan penghasilan calon

nasabah. Dalam hal calon nasabah tidak memiliki pekerjaan

maka data yang diperlukan adalah seumber pendapatan.

d) Keterangan mengenai sumber dan tujuan penggunaan dana.

e) Spesimen tanda tangan.

2) Apabila diperlukan petugas teller dapat meminta informasi lain

antara lain berupa rekening telepon, rekening listrik dan identitas

pemberi kerja dari calon nasabah.

3) Khusus untuk calon nasabah yang melakukan pembukaan rekening

melalui telepon, surat menyurat atau electronic banking maka

petugas bank wajib melakukan pertemuan dengan calon nasabah

sebelum pembukaan rekening tersebut disetujui.

4) Persyaratan pada angka (1), (2), (3) di atas berlaku pula untuk:

calon nasabah yang melakukan pembukaan joint account;dan

calon nasabah selaku perantara atau pemegang kuasa dari

pihak lain (beneficial owner).

Apabila calon nasabah perorangan merupakan perantara atau

pemegang kuasa dari pihak lain yang merupakan beneficial owner

maka petugas front liner wajib meminta informasi berkaitan dengan

beneficial owner berupa:

1) Bagi beneficial owner perorangan:

a) informasi yang relevan sebgaimana halnya prosedur

penerimaan nasabah perorangan;

Page 68: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxviii

b) hubungan hukum seperti bukti penugasan, surat kuasa atau

kewenangan bertindak sebgai perantara;

c) pernyataan dari calon nasabah bahwa telah dilakukan penelitian

terhadap kebenaran identitas maupun sumber dana dari

beneficial owner perorangan;

2) Bagi beneficial owner perusahaan:

a) informasi yang relevan sebagaimana halnya prosedur

penerimaan nasabah perusahaan kecuali Lembaga Pemerintah,

Lembaga Internasional dan Perwakilan Negara Asing;

b) hubungan hukum seperti bukti penugasan, surat kuasa, atau

kewenangan bertindak sebagai perantara;

c) Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili

perusahaan;

d) dokumen identitas pemegang saham pengendalian perusahaan;

e) Pernyataan dari calon nasabah bahwa telah dilakukan penelitian

terhadap kebenaran identitas maupun sumber dana dari

beneficial owner perusahaan.

b. Nasabah lembaga

1) Badan Hukum

a) Perusahaan yang tergolong usaha kecil

(1) Pengisian formulir standar yang ditetapkan oleh bank

sekurang-kurangnya memuat informasi tentang:

(a) Status hukum dari usaha dimaksud yang dibuktikan

dengan Akta Pendirian dan Anggaran Dasar;

(b) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang

berwenang yang dibuktikan antara lain dengan SIUP,

SITU;

(c) Nama, spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-

pihak yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama

perusahaan.

Page 69: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxix

Sedangkan kuasa untuk bertindak atas nama

perusahaan dibuktikan dengan surat kuasa dari Devisi

sesuai kewenangan berdasarkan Anggaran Dasar dan

atau hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);

(d) Alamat perusahaan, nomor telepon dan atau nomor

facsimile;

(e) Keterangan mengenai sumber dan tujuan penggunaan

dana;

(f) Nagara asal dalam hal perusahaan dimaksud berbentuk

badan hukum asing.

(2) Apabila diperlukan, petugas bank dapat meminta dokumen

lain misalnya laporan keuangan calon nasabah atau

keterangan mengenai pelanggan utamanya.

(3) Petugas bank wajib meminta informasi kepada calon

nasabah mengenai hubungannya dengan pihak lain.

(4) Persyaratan dokumen tersebut di atas berlaku juga untuk

pembukaan joint account dan pembukaan rekening oleh

pihak lain yang bertindak sebagai perantara dan atau kuasa

pihak lain (beneficial owner).

Apabila calon nasabah perusahaan merupakan perantara yang

menerima kuasa dari beneficial owner maka petugas bank wajib

meminta tambahan informasi berkaitan dengan beneficial owner

berupa:

(1) Bagi beneficial owner perorangan:

(a) Informasi yang relevan sebagaimana halnya prosedur

penerimaan nasabah perorangan;

(b) Hubungan hukum seperti bukti penugasan, surat kuasa

atau kewenangan bertindak sebagai perantara;

(c) Pernyataan dari calon nasabah bahwa telah dilakukan

penelitian terhadap kebenaran identitas maupun sumber

dana dari beneficial owner perorangan.

Page 70: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxx

(2) Bagi beneficial owner perusahaan:

(a) Informasi yang relevan sebagaimana halnya prosedur

penerimaan nasabah perusahaan kecuali lebaga

pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan

nagara asing;

(b) Hubungan hukum seperti bukti penugasan, surat kuasa

atau kewenangan bertindak sebagai perantara;

(c) Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili

perusahaan;

(d) Dokumen identitas pemegamg saham pengendali

perusahaan;

(e) Bukti pemberian kuasa pada calon nasabah termasuk

pembukaan rekening;

(f) Pernyataan dari calon nasabah bahwa telah dilakukan

penelitian terhadap kebenaran identitas maupun sumber

dana dari beneficial owner perusahaan.

b) Perusahaan yang tidak tergolong usaha kecil

(1) Pengisian formulir standar sekurang-kurangnya memuat

informasi tentang:

(a) Status hukum dari usaha dimaksud yang dibuktikan

dengan akte pendirian dan anggaran dasar;

(b) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang

berwenang yang dibuktikan antara lain dengan SIUP,

SITU;

(c) Nama, spesimen tanda tangan dan kuasa kepada

pihak-pihak yang ditunjuk bertindak untuk dan atas

nama perusahaan. Sedangkan kuasa untuk bertindak

atas nama perusahaan dibuktikan dengan surat kuasa

dari Direksi dan atau hasil RUPS;

(d) Alamat perusahaan, nomor telepon dan atau nomor

facsimile;

Page 71: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxi

(e) Negara asal, dalam hal perusahaan dimaksud

berbentuk badan hukum asing.

(2) Persetujuan oleh Pejabat Bank Tabungan Negara yang

berwenang termasuk pejabat khusus yang menangani

nasabah perusahaan yang dianggap mempunyai bidang

usaha resiko tinggi atau yang dimiliki oleh

penyelenggara negara.

(3) NPWP bagi nasabah yang diwajibkan untuk memiliki

NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila

pad saat mengajukan permohonan untuk menjadi

nasabah belum memiliki NPWP maka yang bersangkutan

dapat menyampaikanfotokopi permohonan NPWP.

Segera setelah nasabah memperoleh NPWP, bank wajib

meminta NPWP tersebut kepada nasabah.

(4) Dalam hal calon nasabah tidak wajib memiliki NWPW

maka calon nasabah wajib membuat pernyataan bahwa

yang bersangkutan merupakan pihak yang tidak wajib

memiliki NPWP.

(5) Laporan keuangan dari perusahaan atau deskripsi

kegiatan usah perusahaan. Deskripsi kegiatan usaha

perusahaan mencakup informasi mengenai bidang usaha,

profil pelanggan, alamat temnpat kegiatan usaha dan

nomor telepon perusahaan.

(6) Struktur manajemen perusahaan.

(7) Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili

perusahaan, misalnya KTP, Paspor, atau SIM.

(8) Nama, spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-

pihak yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama

perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan

bank. Sedangkan kuasa untuk bertindak atas nama

Page 72: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxii

perusahaan dibuktikan dengan surat kuasa dari Direksi

dan atau hasil RUPS;

(9) Keterangan mengenai sumber dan tujuan penggunaan

dana. Dalam hal ini calon nasabah dapat diminta mengisi

formulir pembukaan rekening atau transaksi yang antara

lain mencantumkan keterangan mengani sumber dana

dan tujuan penggunaan dana atau membuat surat

pernyataan.

(10) Petugas bank wajib meminta informasi kepada calon

nasabah mengenai hubungannya dengan pihak lain.

(11) Persyaratan dokumen tersebut di atas berlaku juga untuk

pembukaan joint account dan pembukaan rekening oleh

pihak lain yang bertindak sebagai perantara dan atau

kuasa pihak lain (beneficial owner).

Apabila calon nasabah perusahaan merupakan perantara

yang menerima kuasa dari beneficial owner maka petugas bank

wajib meminta tambahan informasi berkaitan dengan beneficial

owner berupa:

(1) Bagi beneficial owner perorangan:

(a) Informasi yang relevan sebagaimana halnya prosedur

penerimaan nasabah perorangan;

(b) Hubungan hukum seperti bukti penugasan, surat kuasa

atau kewenangan bertindak sebagai perantara;

(c) Pernyataan dari calon nasabah bahwa telah dilakukan

penelitian terhadap kebenaran identitas maupun sumber

dana dari beneficial owner perorangan.

(2) Bagi beneficial owner perusahaan:

(a) Informasi yang relevan sebagaimana halnya prosedur

penerimaan nasabah perusahaan kecuali lebaga

Page 73: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxiii

pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan

nagara asing;

(b) Hubungan hukum seperti bukti penugasan, surat kuasa

atau kewenangan bertindak sebagai perantara;

(c) Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili

perusahaa;

(d) Dokumen identitas pemegamg saham pengendali

perusahaan;

(e) Bukti pemberian kuasa pada calon nasabah termasuk

pembukaan rekening;

(f) Pernyataan dari calon nasabah bahwa telah dilakukan

penelitian terhadap kebenaran identitas maupun sumber

dana dari beneficial owner perusahaan.

(3) Lembaga pemerintah, Lembaga Internasional dan

Perwakilan Negara Asing.

Pengisian formulir standar sekurang-kurangnya memuat

informasi tentang;

(a) Nama, spesimen tanda tangan yang harus dibuktikan

dengan identitas berupa KTP, paspor atau SIM.

(b) Surat penunjukan bagi pihak-pihak yang berwenang

mewakili lambaga dalam melakukan hubungan usaha

dengan baik.

(c) Apabila diperlukan, petugas bank dapat meminta data

lain berupa keterangan mengenai asal negara lembaga

dimaksud dan keterangan mengenai sumber dan tujuan

penggunaan dana.

(4) Bank.

Pengisian formulir standar sekurang-kurangnya memuat

informasi tentang;

(a) akte pendirian atau anggaran dasar bank atau

dokumen lain yang sejenis;

Page 74: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxiv

(b) izin usaha dari instansi yang berwenang atau

dokumen lain yang sejenins;

(c) Nama, spesimen tanda tangan dan kuasa kepada

pihak-pihak yang ditunjuk bertindak untuk dan atas

nama bank.

(d) Alamat Usaha.

(5) Badan Lainnya.

(a) Yang dimaksud dengan badan lainnyan misalnya

partai politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM),

yayasan, atau organisasi lainnya.

(b) Pengisian formulir standar yang ditetapkan oleh

bank sekurang-kurangnya mencakup tentang:

(i) Izin usaha atau izin lainnya atau akte/dokumen

pendirian atau pengesahan dari instansi yang

berwenang;

(ii) Pihak yang ditunjuk bertindak untuk dan atas

nama partai atau organisasi dimaksud. Khusus

nama dan spesimen tanda tangan harus

dibuktikan dengan identiras KTP, SIM.

Sedangkan kuasa untuk bertindak atas nama

partai atau organisasi atau pengurus yang sah;

(iii)Alamat badan lain dimaksud;

(iv) Keterangan mengenai sumber dan tujuan

penggunaan dana;

(v) NPWP (bila ada).

(c) Apabila diperlukan, petugas bank dapat meminta

informasi lain berupa keterangan mengenai bidang

kegiatan, laporan keuangan, struktur manajemen dan

identitas pengurus yang berwenang memiliki badan

dimaksud.

Page 75: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxv

Setiap calon nasabah yang akan melakukan transaksi melalui BTN

harus mempunyai rekening di BTN. Jika calon nasabah tidak mempunyai

rekening di BTN, maka calon nasabah diwajibkan membuka rekening di

BTN terlebih dahulu. Hal ini merupakan kebijakan yang diberlakukan oleh

BTN. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan agar setiap orang atau

badan hukum yang akan menggunakan jasa BTN dapat diketahui

informasi datanya dengan benar dan lengkap.

Setiap calon nasabah yang akan membuka rekening dan atau

melakukan transaksi di BTN akan dikabulkan, namun apabila dalam

perjalanan dikemudian hari ternyata didapati bukti bahwa nasabah telah

melakukan transaksi tidak wajar atau mencurigakan, maka pihak BTN

dapat menutup rekening, penghentian dan atau pembatalan transaksi yang

akan dilakukan. Transaksi yang tidak wajar atau yang mencurigakan ini

akan dilaporkan ke Unit Kerja Penerapan Prinsip mengenal nasabah yang

terdapat di BTN Pusat untuk dilaporkan ke PPATK.

2. Prosedur Identifikasi dan Verifikasi

Bank Tabungan Negara melakukan identifikasi dan verifikasi

berdasarkan calon nasabah yang terdapat dalam Formulir Pembukaan

Rekening Nasabah. Prosedur identifikasi dan verifikasi ini diterapkan

terhadap nasabah perorangan maupun nasabah perusahaan. Baik nasabah

debitur maupun nasabah kreditur. Pihak bank dalam menyetujui nasabah

kredit juga mempertimbangkan beberapa ketentuan yang tercantum dalam

asas 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of Economic,

Collateral. Dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam

mengidentifikasi, calon nasabah perlu diteliti bagaimana Character apakah

calon nasabah kredit layak untuk menerima kredit. Karakter pemohon

kredit dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi

nasabah dan bank-bank lain tentang perilaku, kejujuran, pergaulan, dan

ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi. Prosedur identifikasi dan

verifikasi tersebut meliputi:

Page 76: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxvi

a. Nasabah Perorangan

1) Bank meneliti kebenaran dokumen dan mengidentifikasi adanya

kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan.

Tindakan penelitian dan identifikasi ini biasanya dilakukan pada

tahap “proses” dan “diperiksa”. Apabila dokumen calon nasabah

lolos dalam kedua tahp ini, maka dokumen akan disetujui dan

selanjutnya rekening dapat dibuka dan atau transaksi dilakukan.

2) Bank menatatausahakan fotokopi dokumen setelah dilakukan

pencocokan dengan dokumen asli yang sah.

Dokumen yang sudah cocok tersebut oleh pihak bank disimpan

sebagai data bank.

3) Bank melakukan pertemuan dengan calon nasabah sebelum

pembukaan rekening tersebut disetujui bagi calon nasabah yang

menggunakan media elektronis, telepon dan surat-menyurat.

Pertemuan bank dengan calon nasabah biasanya dilakukan melalui

petugas khusus atau pihak yang lain mewakili bank menyakinkan

identitas calon nasabah dan menilai kewajaran informasi yang

diberikan oleh calon nasabah.

4) Bank melakukan pengecekan silang untuk memastikan adanya

konsistensi dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon

nasabah.

BTN mempunyai petugas khusus yang bertugas untuk melakukan

pengecekan silang. Bagi Nasabah dari Warga Negara Asing

pengecekan silang selalu diterapkan dengan mendatangi tempat

tinggal dan tempat kerja calon nasabah guna mendapatkan informasi

yang akurat (Hasil wawancara dengan Sri Haryanti, 17 Maret 2008:

Bagian Customer Service BTN Cabang Surakarta).

5) Bank melakukan verifikasi yang lebih ketat terhadap calon nasabah

yang berasal dari negara yang diklasifikasikan sebagai high risk

countries atau negara yang belum/tidak menerapkan ketentuan

Prinsip Mengenal Nasabah.

Page 77: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxvii

Sampai saat ini BTN belum pernah menerima calon nasabah yang

berasal dari high risk countries atau negara yang belum/tidak

menerapkan ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah. Namun BTN

tetap melakukan verifikasi yang ketat kepada setiap nasabah yang

berasal dari luar negeri.

6) Bank melakukan verifikasi yang lebih ketat terhadap calon nasabah

high risk business yaitu buidang usaha ynag potensial digunakan

sebagai sarana pencucian uang.

7) Bank melakukan verifikasi yang lebih ketat terhadap calon nasabah

yang dianggap mempunyai resiko tinggi termasuk penyelenggara

negara.

Yang dimaksud dengan Penyelenggara negara disini adalah orang-

orang atau pejabat-pejabat negara yang menjalankan fungsi

legislatif, eksekutif, atau yuidikatif dan pejabat lain yang fungsi dan

tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggara negara sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat

calon nasabah dari Penyelenggara Negara yang mempunyai resiko

tinggi. Penyelenggara Negara dapat saja dicurigai telah melakukan

tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi memang sangat dekat

dengan para penyelenggara negara. Penyelenggara nagara ini

dimungkinkan akan melakukan tindak pencucian uang (money

laundering) atas uang hasil kejahatan, yaitu tindak pidana korupsi.

b. Nasabah Perusahaan

1) Bank meneliti kebenaran dokumen dan mengidentifikasi adanya

kemungkinan hal-hal yang tidak wajar.

Setiap calon nasabah perusahaan diwajibkan untuk mengisi

Formulir Pembukaan Rekening Nasabah Lembaga. Di dalam

formulir tersebut terdapat kolom akta pendirian perusahaan dan

legalitas usaha. Kolom ini benar-benar diteliti kebenarannya apakah

perusahaan itu benar-benar ada atau hanya fiktif belaka.

Dimungkinkan pelaku tindak pidana akan melakukan pencucian

Page 78: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxviii

uang atas uang hasil kejahatannya pada bank dengan menggunakan

perusahaan fiktif yang didirikannya. Hal ini dilakukan oleh para

pelaku tindak pidana dengan tujuan kalau ia menyetor uang dalam

jumlah yang besar tidak akan dicurigai. Bank juga akan meneliti dan

mengidentifikasikan mengenai sumber dana dan tujuan penggunaan.

Ketidakwajaran akan ditemui, apabila sumber dana yang ada tidak

seimbang dengan jumlah penyetoran yang dilakukan. Selain hal-hal

tersebut diatas penggunaan dana juga akan diteliti kebenarannya.

2) Bank menatausahakan fotokopi dokumen setelah dilakukan

pencocokan dengan dokumen asli yang sah.

3) Bank melakukan pertemuan dengan calon nasabah sebelum

pembukaan rekening tersebut disetujui bagi calon nasabah yang

menggunakan media elektronis, telepon, dan surat-menyurat.

Pertemuan bank dengan calon nasabah dilakukan melalui petugas

khusus. Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menyakinkan

identitas calon nasabah dan menilai kewajaran informasi yang

diberikan oleh calon nasabah.

4) Bank melakukan pengecekan silang untuk memastikan adanya

konsistensi dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon

nasabah.

5) Bank melakukan verifikasi yang lebih ketat terhadap calon nasabah

yang berasal dari negara yang diklasifikasikan sebagai higi risk

countries atau negara yang belum/tidak menerapkan ketentuan

Prinsip Mengenal Nasabah.

6) Bank melakukan verifikasi yang lebih ketat terhadap calon nasabah

high risk business yaitu bidang usaha yang potensial digunakan

sebagai sarana pencucian uang.

7) Bank melakukan verifikasi yang lebih ketat terhadap calon nasabah

yang dianggap mempunyai resiko tinggi.

Calon nasabah perusahaan yang dianggap mempunyai resiko tinggi

ini misalnya sheel company dan trust company.

Page 79: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxix

8) Bank mempertimbangkan kewajaran informasi berkaitan dengan

bidang usaha perusahaan, laporan keuangan, deskripsi kegiatan

usaha, profil transaksi, omset usaha, dan lokasi perusahaan.

Jika dari informasi-informasi yang didapat dari calon nasabah

ternyata ditemukan ketidakwajaran, maka bank akan mencurigai

perusahaan tersebut melakukan transaksi yang tidak wajar atau

mencurigakan.

3. Prosedur Persetujuan penerimaan calon nasabah

a. Persetujuan pembukaan rekening dilakukan oleh wakil setelah

meyakinkan kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen calon

nasabah.

b. Persetujuan terhadap penerimaan calon nasabah yang tergolong dalam

high risk countries, high risk business,dan high risk customer

diberikan oleh pejabat BTN yang memiliki kewenangan satu tingkat

lebih tinggi dari pejabat yang berwenang dalam memberikan

persetujuan penerimaan non high risk customer.

4. Pemantauan Rekening dan Transaksi Nasabah.

Dalam proses dokumentasi profil nasabah, pemantauan dan

pelaporan transaksi nasabah dilakukan sesuai dengan PBI No.

5/21/PBI/2003.

a. Prosedur Pemantauan dan Pelaporan

1) Prosedur Dokumentasi Profil Nasabah

a) Data base profil nasabah mencakup sekurang-kurangnya data

identitas, pekerjaan/bidang usaha, jumlah penghasilan, rekening

yang dimiliki, aktivitas transaksi normal dan tujuan pembukaan

rekening.

b) Penyimpanan data dilakukan dengan menggunakan media

penyimpanan data sesuai dengan kebutuhan bank dan dapat

diakses setiap saat oleh unit kerja terkait.

Page 80: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxx

c) Data base tersebut wajib dikinikan bila terdapat informasi baru

mengenai data nasabah. Pengkinian tersebut dimaaksudkan

untuk membantu melakukan analisis dan penelusuran transaksi

secara individual untuk keperluan intern bank dan Bank

Indonesia.

d) Bank Tabungan Negara memelihara dokumen/data yang terkait

dengan identitas nasabah sekurang-kurangnya selama 5 (lima)

tahun sejak penutupan rekening nasabah.

2) Prosedur Pemantauan Rekening dan Identifikasi Transaksi

a) BTN Cabang Surakarta membuat sistem pemantauan yang dapat

dilakukan baik secara manual ataupun otomatis agar petugas

bank dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan.

Sistem pemantauan secara manual dilakukan dengan adanya

data-data nasabah yang ditatausahakan secara baik dan teratur

oleh pihak bank dan secara berkala petugas bank akan

mendatangi nasabah. Data-data tersebut dapat dipantau setiap

saat pada waktu dibutuhkan, sedangkan sistem pemantauan

secara otomatis dapat dilakukan dengan menggunakan layanan

jasa internet yang tersedia.

b) Dalam melakukan tugas operasional sehari-hari, setiap petugas

BTN wajib melakukan pemantauan dan pelaporan kegiatan yang

mencurigakan untuk dievaluasi lebih lanjut.

c) Pimpinan unit kerja atau petugas yang ditunjuk bertanggung

jawab untuk menangani nasabah yang dianggap mempunyai

resiko tinggi, termasuk penyelenggara negara dan atau transaksi-

transaksi yang dapat diktegorikan sebagai transaksi keuangan

mencurigakan, mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Pemantauan rekening

Meliputi pemantauan terhadap mutasi rekening secara

periodik untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya

mutasi yang tidak sesuai dengan profil nasabah. Khusus

Page 81: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxi

terhadap rekening nasabah yang mempunyai resiko tinggi

diperlukan pemantauan yang lebih intensif.

2) Pemantauan transaksi

Meliputi pemantauan terhadap setiap transaksi baik tunai

maupun non tunai pada saat transaksi tersebut dilakukan,

untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya transaksi yang

tidak sesuai dengan profil nasabah.

3) Pemantauan transaksi untuk walk-in customer

Meliputi pemantauan terhadap transaksi yang dilakukan

oleh walk-in customer dengan nilai lebih dari Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per transaksi atau

setara dengan itu untuk mengidentifikasi kemungkinan

adanya transaksi yang mencurigakan.

Walk-in customer adalah nasabah yang menggunakan jasa

suatu bank tanpa memiliki rekening di bank tersebut.

Namun pihak BTN tidak melakukan pemantauan ini karena

setiap calon nasabah yang akan melakukan transaksi

melalui BTN wajib mempunyai rekening agar apabila

dikemudian hari diketemukan ketidakwajaran sehingga

bank dapat melakukan pelacakan dengan melalui data-data

yang ada.

d) Evaluasi hasil pemantauan rekening dan transaksi

1) Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta melakukan

evaluasi terhadap hasil pemantauan rekening transaksi

nasabah untuk memastikan ada tidaknya transaksi

mencurigakan yang tidak dapat dijelaskan oleh nasabah

secara menyakinkan serta melaporkan temuan tersebut

kepada PPATK melalui UKPN di Kantor BTN Pusat.

2) Dalam rangka memastikan transaksi yang mencurigakan,

UKPN atau pejabat yang ditunjuk dapat melakukan analisis

Page 82: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxii

terhadap berbagai laporan berkala yang dibuat oleh unit

kerja pelapor.

e) Tindak lanjut pemantauan rekening dan transaksi keuangan

nasabah

Bank Tabungan Negara melaporkan transaksi keuangan nasabah

yang mencurigakan secara kasus per kasus paling lambat 3 (tiga)

hari setelah transaksi dimaksud diketahui sebagai transaksi yang

mencurigakan (suspicious transaction) dengan mekanisme

sebagai berikut:

(1)Unit kerja BTN harus melaporkan transaksi yang

mencurigakan ke UKPN BTN paling lambat 1 (satu) hari

kerja setelah transaksi dimaksud diketahui sebagai transaksi

yang mencurigakan (suspicious transaction).

(2) KPN BTN harus menganalisa laporan transaksi keuangan

mencurigakan dari unit kerja pelapor dan melaporkannya ke

PPATK paling lambat 2(dua) hari kerja berikutnya.

f) Dokumentasi hasil pemantauan evaluasi rekening dan transaksi

BTN wajib menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi

rekening dan transaksi nasabah, baik yang dilaporkan maupun

yang tidak dilaporkan kepada PPATK.

3) Prosedur identifikasi transaksi yang mencurigakan

a) Suatu transaksi dikategorikan mencurigakan (suspicious

transaction) apabila sekurang-kurangnya memenuhi salah satu

unsur sebagai berikut:

(1) Transaksi keuangan tersebut menyimpang dari profil,

karakteristik atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang

bersangkutan.

(2) Transaksi keuangan oleh nasabah patut diduga dilakukan

dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang

bersangkutan yang wajib dilakukan oleh bank sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002

Page 83: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxiii

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003, atau

(3) Transaksi keuangan dilakukan atau batal dilakukan dengan

menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil

tindak pidana.

Dengan demikian faktor utama untuk menentukan transaksi

yang mencurigakan adalah dengan menilai kewajaran dan

kelaziman transaksi yang dilakukan nasabah.

b) BTN mendokumentasikan dan melakukan pengkinian jenis,

indikator (red flagh) dan contoh dari transaksi keuangan

mencurigakan yang mungkin timbul di masing-masing unit

kerja.

c) Prosedur identifikasi transaksi keuangan yang mencurigakan

dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang

berlaku.

(1) BTN Cabang Surakarta akan melaporkan transaksi keuangan

yang mencurigakan baik untuk kepentingan internal maupun

untuk kepentingan pelapor kepada Bank Indonesia.

(2) Tindakan pelaporan dilakukan dengan menggunakan lporan

yang dibuat oleh Unit Kerja Penerapan Prinsip Mengenal

Nasabah (UKPN).

(3) Penyusunan pelaporan transaksi keuangan yang

mencurigakan akan dilaporkan oleh UKPN dan disampaikan

kepada Bank Indonesia oleh Direktur Kepatuhan BTN.

(4) BTN melakukan pelaporan transaksi yang mencurigakan

kepada Bank Indonesia menggunakan format sebagaimana

ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/21/PBI/2003 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah.

Page 84: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxiv

D. Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan prinsip mengenal

nasabah di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta dan solusi-solusi

yang telah dilakukan.

Meskipun Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 Juncto

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang penerapan prinsip

mengenal nasabah (Know Your Customer Principles), sudah mulai disahkan

dan dilaksanakan sejak tahun 2003, akan tetapi sampai sekarang dalam

implementasinya masih saja banyak mengalami kendala-kendala baik itu

dalam pihak BTN sendiri ataupun dari nasabah bank tersebut. Beberapa solusi

yang telah dilakukan oleh BTN Cabang Surakarta mengalami beberapa

kendala. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam melaksanakan prinsip

mengenal nasabah (Know Your Customer Principles):

1. Tidak lengkapnya pengisian data oleh nasabah yang tertuang dalam

formulir.

Dalam praktek di lapangan, pihak Bank Tabungan Negara Cabang

Surakarta menemui beberapa calon nasabah yang tidak tahu menahu

mengenai prinsip mengenal nasabah. Sebagaian besar masyarakat tidak

mengetahui adanya peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia termasuk peraturan-peraturan Bank Indonesia yang

diberlakukan bagi dunia perbankan. Padahal prinsip mengenal nasabah

salah satu produk peraturan di bidang perbankan.

Ketidaktahuan masyarakat mengenai prinsip mengenal nasabah

(know your customer principles) ini mengakibatkan calon nasabah

menolak atau tidak mau mengisi data yang tercantum di Formulir

Pembukaan Rekening Nasabah yang diajukan oleh petugas Bank

Tabungan Negara.

Untuk mengatasi kendala tersebut pihak BTN Cabang Surakarta

memberikan petunjuk maupun tuntunan yang lebih kepada para nasabah

dalam melakukan pengisian formulir Pembukaan Rekening maupun

formulir transaksi yang dilakukan.

Page 85: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxv

Bank Indonesia selaku bank pembina telah mengeluarkan

peraturan-peraturan. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia

sebagaian besar mengatur urusan intern bank yang dibina saja tanpa

melibatkan nasabah bank. Namun Peraturan Bank Indonesia Nomor

3/23/PBI/2001 Juncto Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003

tentang penerapan prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer

Principles) ini merupakan peraturan Bank Indonesia yang melibatkan

nasabah.

Nasabah dalam Bank Tabungan Negara Meliputi Nasabah

perorangan dan nasabah lembaga. Banyak nasabah dari lembaga yang

berbadan hukum dapat memahami atau mengetahui hukum yang berlaku.

Tetapi tidak semua nasabah perorangan termasuk golongan orang-orang

yang tahu hukum, beberapa diantara mereka masih buta akan hukum

apalagi hukum yang ada di bidang perbankan. Prinsip mengenal nasabah

(Know Your Customer Principles) ini merupakan salah satu produk

hukum perbankan.

Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer Principles) ini

diwujudkan dalam bentuk formulir data nasabah yang wajib diisi oleh

setiap calon nasabah baik nasabah perorangan maupun nasabah lembaga.

BTN Cabang Surakarta dalam membuat Formulir Pembukaan Rekening

Nasabah telah merujuk ketentuan yang ada dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 tentang penerapan prinsip mengenal

nasabah. Namun sebagian besar nasabah perorangan yang tidak tahu-

menahu tentang prinsip mengenal nasabah ini, biasanya akan menolak atau

tidak mengisi formulir data nasabah yang diberikan pihak bank dengan

lengkap. Penolakan tersebut dikarenakan calon nasabah tidak tahu-menahu

mengenai prinsip mengenal nasabah. Padahal pada asasnya hukum yang

sudah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia berlaku

untuk semua warga negara Indonesia tanpa memperdulikan mereka tahu

atau tidak mengenai peraturan tersebut. Meskipun Prinsip mengenal

nasabah (Know Your Customer Principles) ini sudah diundangkan dalam

Page 86: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxvi

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 111 DPNP,

akan tetapi sebagian besar dari calon nasabah tidak mengerti mengapa

mereka diwajibkan untuk mengisi formulir data nasabah sebagai wujud

pemberlakuan Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer

Principles). Mereka juga tidak memahami fungsi dari pengisian formulir

data nasabah tersebut. Penolakan ini biasanya terjadi pada saat calon

nasabah akan membuka rekening suatu bank, karena pada saat itulah calon

nasabah akan diberi formulir pembukaan rekening yang wajib diisi oleh

calon nasabah.

Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer Principles) ini

merupakan Peraturan Bank Indonesia yang tidak tergolong baru, karena

peraturan ini sudah berlaku sejak tanggal 18 Juni 2001 yaitu Peraturan

Bank Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 dan untuk menyesuaikan Undang-

Undang tindak pidana Pencucian Uang maka pada tanggal 17 Oktober

2003 peraturan tersebut telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/21/PBI/2003. Namun masih banyak nasabah yang tidak tahu-

menahu mengenai peraturan ini. Hal ini adalah salah satu kendala yang

dihadapi oleh pihak BTN. Setiap kendala yang muncul dapat dicarikan

solusinya. Dalam hal ini solusi yang telah dilakukan oleh BTN Cabang

Surakarta, yaitu pihak bank menunjuk satu petugas untuk memberikan

sosialisasi mengenai Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer

Principles) kepada calon nasabah. Di BTN yang diberi kewenangan untuk

menerapkan prinsip ini adalah di bagian Customer Service. Sosialisasi

yang dilakukan oleh Customer Service ini dimaksudkan supaya calon

nasabah mengerti dan memahami Prinsip mengenal nasabah (Know Your

Customer Principles) tersebut.

Solusi yang telah dilakukan BTN sudah baik, akan tetapi solusi

tersebut akan lebih efektif jika nasabahnya sadar akan pentingnya mengisi

Formulir Pembukaan Rekening dengan lengkap.

Page 87: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxvii

2. Tersinggungnya nasabah ketika ditanya kebenaran data oleh petugas.

Ada beberapa calon nasabah yang dengan sengaja tidak mengisi

Formulir Pembukaan Rekening Nasabah dengan sebenar-benarnya dengan

alasan bahwa data-data tersebut merupakan rahasia pribadi calon nasabah.

Data-data yang biasanya dianggap rahasia oleh calon nasabah yaitu, data

mengenai penghasilan, tujuan penggunaan dana, dan sumber dana.

Untuk mengatasi kendala tersebut pihak Bank Tabungan Negara

Cabang Surakarta lebih berhati-hati dan lebih sopan dalam menanyakan

kebenaran data kepada nasabah supaya nasabah tidak tersinggung. Pada

dasarnya banyak orang yang tidak mau jika rahasianya diketahui oleh

pihak lain. Begitu pun dengan nasabah yang diberi kewajiban untuk

mengisi data dengan sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya. Banyak

nasabah yang tidak mengisi atau tidak lengkapnya mengisi Formulir

Pembukaan Rekening Nasabah karena merasa keberatan, meskipun ada

jaminan rahasianya akan dijaga dengan sebaik-baiknya oleh pihak bank.

Data setiap calon nasabah yang dianggap sebagai data rahasia,

yaitu informasi mengenai besarnya gaji di tiap bulannya, tujuan

penggunaan dana, sumber dana. Calon nasabah biasanya keberatan untuk

mengisi informasi-informasi tersebut. BTN Cabang Surakarta mempunyai

kebijakan bahwa setiap calon nasabah yang tidak mengisi Formulir

Pembukaan Rekening Nasabah dengan sebenar-benarnya dan selengkap-

lengkapnya maka, calon nasabah tersebut tidak akan dibukakan rekening

atau transaksi tidak akan dijalankan. Namun disatu sisi calon nasabah

mempunyai kebutuhan untuk dibukakan rekening atau dijalankannya

transaksi dan di sisi lain calon nasabah harus menjaga kerahasiaan data

pribadinya. Oleh karena tuntutan kebutuhan inilah, mau tidak mau calon

nasabah harus mengisi Formulir Pembukaan Rekening yang diajukan oleh

pihak bank.

Untuk mengatasi kendala ini, pihak BTN Cabang Surakarta telah

melakukan solusi cukup strategis untuk mengatasinya. Solusi untuk

mengatasi kendala tersebut antara lain:

Page 88: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxviii

a. Petugas bank yaitu dibagian Customer Service lebih berhati-hati dan

lebih sopan dalam menanyakan kebenaran data nasabah supaya tidak

tersinggung. Petugas bank tersebut menjelaskan arti pentingnya data-

data yang diisikan dalam Formulir Pembukaan Rekening Nasabah.

b. Petugas bank tidak akan membukakan rekening bagi calon nasabah

yang tidak mengisi data-data yang sebenar-benarnya.

3. Belum maksimalnya kinerja Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta

dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah karena nasabah masih sulit

untuk mengisi formulir pembukaan rekening maupun formulir transaksi

yang akan dilakukan.

Untuk mengatasi kendala tersebut BTN Cabang Surakarta

memberikan sanksi tegas terhadap kurang disiplinnya kinerja karyawan

bank yang tidak menjalankan kewajibannya secara maksimal dalam

menerapkan prinsip mengenal nasabah.

Kendala ini timbul karena adanya tambahan pekerjaan yang harus

diselesaikan oleh petugas bank. Tambahan tugas tersebut yaitu bahwa

setiap transaksi yang terjadi pada hari itu harus dilaporkan ke BTN Pusat

pada hari itu juga. Untuk mengatasi kendala tersebut, BTN Cabang

Surakarta telah melakukan tindakan:

a. Karyawan berusaha menyelesaikan menyelesaikan tugas dengan tidak

menunda-nunda pekerjaan yang ada.

b. Memberikan sanksi tegas terhadap kurang disiplinnya kinerja

karsyawan bank yang tidak menjalankan kewajibannya secara

maksimal dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah.

Solusi yang telah diambil oleh BTN Cabang Surakarta sudah

memadai untuk mengatasi kendala dalam bidang administrasi. Namun

penyelesaian terhadap kendala ini akan lebih maksimal, apabila ditambah

dengan beberapa solusi lagi yang berupa: Mengadakan pelatihan unutk

meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia.

Page 89: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

lxxxix

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana

diuraikan dalam bab terdahulu maka dapat disimpulkan:

1. Perbankan Indonesia sebagai pemegang jasa dalam bidang keuangan

menjadi sorotan sebagai tempat pencucian uang bagi pengusaha-

pengusaha nakal yang ingin mencuci uangnya karena lemahnya perangkat

peraturan yang ada. Upaya yang dilakukan dalam mencegah terjadinya

pencucian uang dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan dalam pelaksanaannya

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang

Prinsip Mengenal Nasabah. Penerapan prinsip mengenal nasabah di Bank

Tabungan Negara Cabang Surakarta didasarkan pada Peraturan Bank

Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 terbukti dengan dikeluarkannya Formulir

Pembukaan Rekening Nasabah baik nasabah perorangan maupun untuk

nasabah lembaga, yang bertujuan untuk mengidentifikasi calon nasabah.

2. Penerapan Prinsip mengenal nasabah di Bank Tabungan Negara Cabang

Surakarta didasarkan atau telah sesuai pada kebijakan dan prosedur yang

terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003

tentang penerapan prinsip mengenal nasabah, terbukti dengan

dikeluarkannya Formulir Pembukaan Rekening Nasabah baik untuk

nasabah perorangan ataupun untuk nasabah lembaga yang bertujuan untuk

mengidentifikasi calon nasabah.

3. Terdapat tiga kendala terkait dengan penerapan prinsip mengenal nasabah

di Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta, yaitu:

a. Tidak lengkapnya pengisian data oleh nasabah yang tertuang dalam

formulir.

b. Tersinggungnya nasabah ketika ditanya kebenaran data oleh petugas.

Page 90: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xc

c. Belum maksimalnya kinerja Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta

dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah.

Sebagai solusi dari kendala-kendala tersebut adalah Bank Tabungan

Negara Cabang Surakarta memberikan petunjuk teknis dengan

meningkatkan pelatihan yang bertujuan agar kinerja karyawan lebih

produktif dengan tingkat kehati-hatian yang maksimal serta memberikan

sanksi kepada setiap karyawan yang tidak disiplin.

B. Saran

Berdasarkan atas uraian dan deskripsi yang telah dijabarkan di atas, yaitu

mengenai implementasi Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003

tentang penerapan prinsip mengenal nasabah di Bank Tabungan Negara

Cabang Surakarta, maka saran yang bisa diberikan penulis dalam hal ini,

antara lain:

1. Perlu dilakukan sosialisasi tentang penerapan prinsip mengenal nasabah

baik dikalangan karyawan bank sendiri maupun nasabah dengan tujuan

agar mereka memahami dengan benar serta menerapkannya secara baik.

2. Memberikan pelatihan dan pendidikan yang intensif bagi karyawan bank,

agar mereka benar-benar mampu, menguasai serta menerapkan prinsip

mengenal nasabah sesuai yang diharapkan.

Page 91: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xci

DAFTAR PUSTAKA

Munir Fuady. 2003. Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti.

Munir Fuady. 2001. Hukum Perbankan Modern Buku Kedua. Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti.

Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Suseno, Piter Abdullah. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia.

Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank

Indonesia.

____________. 2004. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia Sebuah

Pengantar. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan

Bank Indonesia.

Try Widiyono. 2006. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di

Indonesia. Bogor : Ghalia Indonesia.

Widjanarto. 1994. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta :

Pusaka Utama Grafiti.

Abdulkadir Muhammad. 2000. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Chatamarrasjid. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta. Prenada

Media Group.

HB Sutopo, 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif (dasar-dasar Praktis dan

Teoritis). Surakarta : Pusat Penelitian Surakarta.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang Penerapan Prinsip

Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles).

Page 92: implementasi peraturan bank indonesia nomor 5/21/pbi/2003 ...

xcii

Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/25/PBI/2001 Tentang Perubahan Atas PBI

Nomor 3/10/PBI/2001.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 Tentang Perubahan Kedua Atas

PBI Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal

Nasabah (Know Your Customer Principles).

Edy Junaedi. http://www.btn.co.id/properti_artikel.asp (12 Desember 2007 pukul

13.01).