PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

download PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH  .pdf

of 10

Transcript of PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    1/24

     

    PERATURAN BANK INDONESIA

    NOMOR: 10/18/PBI/2008

    TENTANG

    RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH

    DAN UNIT USAHA SYARIAH.

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

    GUBERNUR BANK INDONESIA,

    Menimbang: a. bahwa untuk menghindari risiko kerugian, Bank Syariah dan Unit

    Usaha Syariah berkewajiban menjaga kualitas pembiayaannya;

    b.  bahwa salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha

    nasabah pembiayaan, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat

    melakukan restrukturisasi pembiayaan atas nasabah yang memiliki

    prospek usaha dan/atau kemampuan membayar;

    c. 

    bahwa restrukturisasi pembiayaan harus memperhatikan prinsip

    syariah dan prinsip kehati-hatian;

    d.  bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

    huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu diatur kembali ketentuan

    mengenai Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit

    Usaha Syariah dalam Peraturan Bank Indonesia.

    Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867);

    2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

    (Lembaran ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    2/24

     

    -2-

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

    Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3843)

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

    2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG RESTRUKTURISASI

    PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA

    SYARIAH.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

    1.  Bank adalah Bank Syariah dan Unit Usaha syariah.

    2.  Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

    berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

    Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana

    dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

    Perbankan Syariah.

    3.  Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank

    Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

    pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

    21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

    4. Bank ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    3/24

     

    -3-

    4. 

    Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang selanjutnya disebut BPRS

    adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

    dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-

    Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

    5.  Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja

    dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

    kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

    berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari

    suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan

    kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

    induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

    6. 

    Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

    dengan itu berupa:

    a. 

    transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;b.  transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah  atau sewa beli

    dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik ;

    c.  transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam  dan

    istishna’;

    d.  transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

    e. 

    transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

    multijasa

    berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah

    dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

    dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

    setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan

    atau bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

    Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

    7. Restrukturisasi ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    4/24

     

    -4-

    7. 

    Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank

    dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan

    kewajibannya, antara lain melalui:

    a.  Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

    pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

    b.  Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

    atau seluruh persyaratan Pembiayaan, antara lain perubahan

     jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau

    pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban

    nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank;

    c. 

    Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

    Pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning,

    antara lain meliputi: 

    1) 

    penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;2)  konversi akad Pembiayaan;

    3)  konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah

    berjangka waktu menengah;

    4)  konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara

    pada perusahaan nasabah.

    8. 

    Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah adalah surat

    bukti investasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim

    diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal berjangka waktu

    3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan menggunakan akad

    mudharabah atau musyarakah . 

    9.  Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal BUS atau

    UUS, antara lain berupa pembelian saham dan/atau konversi

    Pembiayaan menjadi saham dalam perusahaan nasabah untuk

    mengatasi ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    5/24

     

    -5-

    mengatasi kegagalan penyaluran dana dan/atau piutang dalam jangka

    waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

    Indonesia yang berlaku.

    Pasal 2

    (1) Bank dapat melaksanakan Restrukturisasi Pembiayaan dengan

    menerapkan prinsip kehati-hatian.

    (2) Bank wajib menjaga dan mengambil langkah-langkah agar kualitas

    Pembiayaan setelah direstrukturisasi dalam keadaan Lancar.

    BAB II

    RESTRUKTURISASI

    Pasal 3Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dengan tujuan

    untuk menghindari:

    a.  penurunan penggolongan kualitas Pembiayaan;

    b.  pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA) yang lebih besar;

    atau

    c. 

    penghentian pengakuan pendapatan margin atau ujrah secara akrual.

    Pasal 4

    Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan atas dasar

    permohonan secara tertulis dari nasabah.

    Pasal 5 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    6/24

     

    -6-

    Pasal 5

    (1) 

    Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah

    yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

    a.  nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

    b.  nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu

    memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.

    (2) Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk

    Pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

    (3) Restrukturisasi Pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan

    bukti-bukti yang memadai serta terdokumentasi dengan baik.

    Pasal 6

    (1) Restrukturisasi Pembiayaan dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga)

    kali dalam jangka waktu akad Pembiayaan awal.(2) Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan paling

    cepat 6 (enam) bulan setelah Restrukturisasi Pembiayaan

    sebelumnya.

    Pasal 7

    Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang memiliki beberapa

    fasilitas Pembiayaan dari Bank, dapat dilakukan terhadap masing-masing

    Pembiayaan.

    BAB III ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    7/24

     

    -7-

    BAB III

    PERLAKUAN AKUNTANSI

    Pasal 8

    Dalam pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan, Bank wajib

    menerapkan perlakuan akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar

    Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

    Indonesia yang berlaku.

    BAB IV

    PRINSIP SYARIAH

    Pasal 9

    Restrukturisasi Pembiayaan dilaksanakan dengan memperhatikan fatwaMajelis Ulama Indonesia yang berlaku.

    BAB V

    KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

    Pasal 10

    (1) 

    Bank wajib memiliki kebijakan dan Standard Operating Procedure 

    tertulis mengenai Restrukturisasi Pembiayaan.

    (2) Kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) wajib disetujui oleh Komisaris.

    (3) Standard Operating Procedure  Restrukturisasi Pembiayaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dikinikan dan disetujui

    oleh Direksi dan Dewan Pengawas Syariah.

    (4) Pelaksanaan ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    8/24

     

    -8-

    (4) 

    Pelaksanaan kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan wajib diawasi

    secara aktif oleh Komisaris.

    (5) 

    Kebijakan dan Standard Operating Procedure  Restrukturisasi

    Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih

    lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

    BAB VI

    PENETAPAN KUALITAS PEMBIAYAAN

    Pasal 11

    (1) Kualitas Pembiayaan setelah dilakukan restrukturisasi ditetapkan

    sebagai berikut:

    a. 

    paling tinggi Kurang Lancar untuk Pembiayaan yang sebelum

    dilakukan restrukturisasi tergolong Diragukan atau Macet;

    b. 

    kualitas Pembiayaan tidak berubah untuk Pembiayaan yang

    sebelum dilakukan restrukturisasi tergolong Kurang Lancar.

    (2) Kualitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:

    a.  menjadi Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan selama 3 (tiga)

    kali periode pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi

    hasil/  fee / ujrah  secara berturut-turut sesuai dengan perjanjian

    Restrukturisasi Pembiayaan; ataub.

     

    menjadi sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum dilakukan

    Restrukturisasi Pembiayaan atau menjadi lebih buruk, jika

    nasabah tidak memenuhi kriteria dan/atau syarat-syarat dalam

    perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan dan/atau pelaksanaan

    Restrukturisasi Pembiayaan tidak didukung dengan analisis dan

    dokumentasi yang memadai;

    (3) Dalam ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    9/24

     

    -9-

    (3) 

    Dalam hal periode pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi

    hasil/  fee / ujrah  kurang dari 1 (satu) bulan, peningkatan kualitas

    menjadi Lancar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat

    dilakukan paling cepat dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak dilakukan

    Restrukturisasi Pembiayaan;

    (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

    berlaku juga untuk Restrukturisasi Pembiayaan yang kedua dan

    ketiga.

    Pasal 12

    Pembiayaan yang direstrukturisasi lebih dari 3 (tiga) kali, digolongkan

    Macet sampai dengan Pembiayaan lunas.

    Pasal 13

    Pembiayaan yang direstrukturisasi dengan pemberian tenggang waktu

    pembayaran (grace period) ditetapkan memiliki kualitas sebagai berikut:

    a.  selama grace period , kualitas mengikuti kualitas Pembiayaan

    sebelum dilakukan restrukturisasi; dan

    b.  setelah grace period berakhir , kualitas Pembiayaan mengikuti

    penetapan kualitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

    Pasal 14

    (1) 

    Untuk BUS dan UUS, kualitas Pembiayaan yang telah

    direstrukturisasi wajib dinilai berdasarkan prospek usaha, kinerja

    ( performance) nasabah dan/atau kemampuan membayar, sesuai

    dengan penggolongan nasabah, setelah 1 (satu) tahun sejak penetapan

    kualitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1);

    (2) Untuk ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    10/24

     

    -10-

    (2) 

    Untuk BPRS, kualitas Pembiayaan yang telah direstrukturisasi wajib

    dinilai berdasarkan ketepatan dan/atau kemampuan membayar

    kewajiban nasabah.

    BAB VII

    TATACARA RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

    Pasal 15

    (1) Pembiayaan dalam bentuk piutang murabahah atau piutang istishna’ 

    dapat direstrukturisasi dengan cara:

    a.  penjadualan kembali (rescheduling);

    b.  persyaratan kembali (reconditioning); dan

    c. 

    penataan kembali (restructuring). 

    (2) 

    Pembiayaan dalam bentuk piutang qardh  dapat direstrukturisasi

    dengan cara:

    a.  penjadualan kembali (rescheduling); dan

    b.  persyaratan kembali (reconditioning).

    (3) Pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah  dapat

    direstrukturisasi dengan cara:

    a.  penjadualan kembali (rescheduling);

    b. 

    persyaratan kembali (reconditioning); dan

    c. 

    penataan kembali (restructuring). 

    (4) 

    Pembiayaan dalam bentuk ijarah  atau ijarah muntahiyyah bittamlik  

    dapat direstrukturisasi dengan cara:

    a. 

    penjadualan kembali (rescheduling);

    b.  persyaratan kembali (reconditioning); dan

    c.  penataan kembali (restructuring). 

    (5) Pembiayaan ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    11/24

     

    -11-

    (5) 

    Pembiayaan multijasa  dalam bentuk ijarah  dapat direstrukturisasi

    dengan cara:

    a. 

    penjadualan kembali (rescheduling); dan

    b.  persyaratan kembali (reconditioning).

    (6) Pembiayaan dalam bentuk piutang salam dapat direstrukturisasi

    dengan cara:

    a.  penjadualan kembali (rescheduling);

    b.  persyaratan kembali (reconditioning); dan

    c.  penataan kembali (restructuring). 

    (7) 

    Tata cara Restrukturisasi Pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam

    Surat Edaran Bank Indonesia.

    Pasal 16

    Restrukturisasi Pembiayaan dengan cara penataan kembali

    (restructuring)  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dalam bentuk

    konversi Pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu

    Menengah dan Penyertaan Modal Sementara tidak berlaku bagi BPRS.

    Pasal 17

    (1) Bank wajib melepaskan Penyertaan Modal Sementara apabila:

    a. 

    telah sampai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun; ataub.  perusahaan nasabah tempat Penyertaan Modal Sementara telah

    memperoleh laba kumulatif.

    (2) 

    Bank wajib menghapus buku Penyertaan Modal Sementara apabila

    telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun.

    BAB VIII ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    12/24

     

    -12-

    BAB VIII

    LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

    Pasal 18

    Bank wajib melaporkan Restrukturisasi Pembiayaan kepada Bank

    Indonesia.

    Pasal 19

    Pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 18 bagi BUS dan UUS mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

    yang mengatur mengenai Laporan Berkala Bank Umum.

    Pasal 20

    (1) 

    Laporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalamPasal 18, untuk BPRS wajib disampaikan setiap bulan paling lambat

    tanggal 14 pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

    (2) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan laporan apabila BPRS

    menyampaikan laporan melampaui batas waktu sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) sampai dengan tanggal 21 pada bulan

    berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

    (3) 

    BPRS dinyatakan tidak menyampaikan laporan apabila BPRS belum

    menyampaikan laporan sampai dengan batas waktu sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2).

    (4) Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian laporan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) jatuh pada hari Sabtu, Minggu

    atau hari libur maka laporan disampaikan pada hari kerja berikutnya.

    (5) Pelaporan ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    13/24

     

    -13-

    (5) 

    Pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

    BAB IX

    SANKSI

    Pasal 21

    Bank yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana diatur

    dalam Pasal 4, Pasal 5 ayat (3), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 ayat (1) sampai

    dengan ayat (4), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18 dikenakan sanksi

    administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) Undang–

    Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

    Pasal 22(1) BPRS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi berupa denda uang sebesar

    Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan dan paling

    banyak seluruhnya sebesar Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah).

    (2) BPRS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 20 ayat (3) dikenakan sanksi berupa denda uang sebesar

    paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

    Pasal 23

    Pengenaan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan Pasal 12,

    tidak mengurangi pengenaan sanksi dalam ketentuan Bank Indonesia

    mengenai Laporan Bulanan Bank Umum Syariah dan Laporan Bulanan

    Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

    Pasal 24 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    14/24

     

    -14-

    Pasal 24

    Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) tidak

    mengurangi kewajiban Bank untuk menyampaikan Laporan

    Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

    BAB X

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 25

    Restrukturisasi Pembiayaan yang telah dilakukan Bank sebelum

    berlakunya ketentuan ini tidak dihitung sebagai Restrukturisasi

    Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia

    ini.

    BAB XI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 26

    Dengan dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia ini maka:

    a. 

    Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR

    tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit;

    b. 

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni

    2000 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

    Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang

    Restrukturisasi Kredit;

    c.  Pasal 47 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5

    Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang

    Melaksanakan ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    15/24

     

    -15-

    Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah;

    d. 

    Pasal 46 dan Pasal 46A Peraturan Bank Indonesia Nomor

    9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan

    Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas

    Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

    Berdasarkan Prinsip Syariah;

    e.  Pasal 23 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/24/PBI/2006 tanggal 5

    Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank

    Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

    dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 27

    Ketentuan pelaksanaan tentang Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana

    diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini akan diatur lebih lanjutdengan Surat Edaran Bank Indonesia.

    Pasal 28 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    16/24

     

    -16-

    Pasal 28

    Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran

    Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta

    Tanggal 25 September 2008

    GUBERNUR BANK INDONESIA,

    BOEDIONO

    undangkan di Jakarta

    Pada tanggal l 25 Sep. 08

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    ANDI MATTALATTA

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 138......... 

    DPbS

    Diundangkan di Jakarta

    Pada tanggal 25 September 2008

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA

    ANDI MATTALATTA

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    17/24

     

    -17-

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    18/24

     

    PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN BANK INDONESIA

    NOMOR 10/18/PBI/2008

    TENTANG

    RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH

    DAN UNIT USAHA SYARIAH

    I. UMUM

    Dalam rangka memelihara kesinambungan usahanya, Bank harus mengelola

    risiko kredit dari aktivitas Pembiayaan (credit risk ), sehingga dapat meminimalkan

    potensi kerugian yang akan terjadi. Penurunan kegiatan usaha dan/atau kemampuan

    pembayaran nasabah dapat mempengaruhi kelancaran pemenuhan kewajiban

    nasabah yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko kredit bagi Bank.Untuk menurunkan risiko kredit dalam aktivitas Pembiayaan, Bank dapat

    melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah

    pembiayaan. Langkah-langkah tersebut antara lain dengan melakukan

    Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang masih memiliki prospek usaha

    dan/atau kemampuan membayar.

    Kebutuhan dan penggunaan dana nasabah pada prinsipnya berbeda-beda

    sehingga Bank menyediakan fasilitas Pembiayaan kepada nasabah dalam beragam

    akad yang sesuai dengan prinsip syariah. Masing-masing akad Pembiayaan

    memiliki karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan Bank dalam

    pengelolaan Pembiayaan.

    Pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan pada Bank selain memperhatikan

    prinsip syariah juga harus memenuhi prinsip kehati-hatian. Ketentuan

    Restrukturisasi Pembiayaan yang berlaku saat ini belum sepenuhnya memenuhi

    kebutuhan ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    19/24

     

    -2-

    kebutuhan Bank. Oleh karena itu, diperlukan suatu ketentuan khusus yang

    mengatur tentang pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1

    Angka 1 sampai dengan angka 9

    Cukup Jelas.

    Pasal 2

    Cukup jelas.

    Pasal 3

    Cukup jelas.

    Pasal 4

    Cukup jelas.

    Pasal 5

    Ayat (1)

    Restrukturisasi Pembiayaan untuk nasabah Pembiayaan non produktif

    antara lain didasarkan pada ada tidaknya sumber pembayaran angsuran

    yang jelas dari nasabah setelah dilakukan restrukturisasi.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Yang dimaksud dengan “bukti-bukti yang memadai” antara lain adalah

    adanya laporan keuangan nasabah yang menunjukkan perbaikan

    kinerja ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    20/24

     

    -3-

    kinerja perusahaan, adanya kontrak kerja yang diperoleh nasabah atau

    adanya sumber pembayaran lain yang jelas.

    Pasal 6

    Ayat (1)

    Pembatasan frekuensi restrukturisasi dimaksudkan agar Bank tidak

    melakukan restrukturisasi dalam rangka menghindari penurunan

    penggolongan kualitas Pembiayaan.

    Yang dimaksud dengan “jangka waktu akad Pembiayaan awal” adalah

     jangka waktu yang disepakati oleh Bank dan nasabah dalam akad

    Pembiayaan sebelum dilakukan restrukturisasi.

    Contoh :

    Bank dan nasabah pada tanggal 1 September 2008 melakukan akad

    Pembiayaan dengan jangka waktu selama 3 (tiga) tahun. Pada tanggal1 September 2009, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan

    pertama dengan cara memperpanjang jangka waktu menjadi 5 (lima)

    tahun. Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan

    paling lambat pada tanggal 1 September 2011.

    Ayat (2)

    Contoh :

    Berdasarkan contoh pada ayat (1), Restukturisasi Pembiayaan kedua

    paling cepat dilakukan pada tanggal 1 Maret 2010 dan apabila

    dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan ketiga maka Restrukturisasi

    Pembiayaan paling cepat dilakukan pada tanggal 1 September 2010.

    Pasal 7

    Cukup jelas.

    Pasal 8 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    21/24

     

    -4-

    Pasal 8

    Cukup Jelas.

    Pasal 9

    Yang dimaksud dengan “fatwa Majelis Ulama Indonesia” adalah fatwa yang

    dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

    Pasal 10

    Ayat (1)

    Kebijakan dan Standard Operating Procedure 

    Restrukturisasi

    Pembiayaan merupakan bagian dari kebijakan manajemen risiko Bank

    sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Pokok-pokok yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara

    lain satuan kerja atau petugas khusus Restrukturisasi Pembiayaan,

    limit wewenang memutus Restrukturisasi Pembiayaan, dan sistem

    informasi manajemen Restrukturisasi Pembiayaan.

    Pasal 11

    Cukup jelas.

    Pasal 12 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    22/24

     

    -5-

    Pasal 12

    Cukup jelas.

    Pasal 13

    Yang dimaksud dengan “grace period ” adalah masa tenggang yang diberikan

    Bank kepada nasabah untuk tidak melakukan pembayaran angsuran pokok

    dan margin untuk akad Murabahah atau Istishna’ atau angsuran Ijarah untuk

    akad Ijarah dan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik.

    Pasal 14

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan “penggolongan nasabah” adalah

    pengelompokkan nasabah yang didasarkan pada:

    a. 

    besar kecilnya jumlah penyediaan dana yang diberikan oleh Bankkepada nasabah,

    b.  Usaha Kecil dan Menengah dengan mempertimbangkan Sistem

    Pengendalian Risiko, Kondisi Tingkat Kesehatan dan Rasio

    Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Bank.

    Ayat (2)

    Kualitas Pembiayaan bagi BPRS dinilai berdasarkan ketepatan

    dan/atau kemampuan membayar kewajiban nasabah.

    Pasal 15

    Cukup Jelas.

    Pasal 16

    Cukup jelas.

    Pasal 17 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    23/24

     

    -6-

    Pasal 17

    Pelepasan Penyertaan Modal Sementara pada prinsipnya harus segera

    dilakukan walaupun belum mencapai 5 (lima) tahun.

    Pasal 18

    Cukup Jelas.

    Pasal 19

    Cukup Jelas.

    Pasal 20

    Ayat (1)

    Cukup Jelas.

    Ayat (2)Cukup Jelas.

    Ayat (3)

    Cukup Jelas.

    Ayat (4)

    Cukup Jelas.

    Ayat (5)

    Hal-hal yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara lain

    format laporan dan tata cara pelaporan.

    Pasal 21

    Cukup Jelas.

    Pasal 22 ...

  • 8/20/2019 PBI-nomor-10-18-pbi-2008 tentang RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH .pdf

    24/24

     

    -7-

    Pasal 22

    Cukup Jelas.

    Pasal 23

    Cukup Jelas.

    Pasal 24

    Cukup Jelas.

    Pasal 25

    Cukup jelas.

    Pasal 26

    Cukup jelas.

    Pasal 27

    Cukup jelas.

    Pasal 28

    Cukup jelas.

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4898