IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM...
i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM DI SMP NEGERI 2 BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DUROTUN NASIKAH
NIM: 111-13-166
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
(...siapa yang menanam pikiran akan menuai kata, siapa menabur perkataan
akan menuai perbuatan, siapa yang bertindak akan menuai kebiasaan, siapa
yang menabur kebiasaan akan menuai karakter, siapa yang menabur
karakter akan menuai nasib)
(Stephen R. Covey, 1999)
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT.
Karya ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Muhamad Khamamin dan Ibu Mutamimah)
yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir dan batin, mengorbankan
segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, mendoakan dan memberikan
motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.
2. Suami ku tercinta ( Bactiar Yudhi Setiawan) yang selalu mendampingi dan
memberikan dukungan, semangat dalam belajar untuk mencapai hasil yang
maksimal, selalu memberikan motivasi untuk slalu berkarya dan belajar untuk
masa depan dan mendoakan sepenuh hati, perhatian kasih sayang kepada
penulis.
3. kakak ku tersayang ( Muhammad Rouf Chanafi) yang senantiasa menjadi
motivasi dan semangat ku untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan selalu
mendoakan dan berjuang membahagiakan Bapak dan Ibu yang selalu menjadi
sumber semangat dalam langkah kami.
4. Adikku tersayang, Yunita Chaifatul Alifah yang senantiasa menjadi partner
berjuang dalam membahagiakan Bapak dan Ibu, menjadi sumber semangat
dalam segala hal.
5. Dosen pembimbing Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga serta guru-guruku semua yang telah
memberikan limpahan ilmu kepada penulis.
7. Sahabatku Riza fatmawati, Asri nariswari, Sayyidatut tasliyah, Arifatul Fitri,
Dwi supri yang selalu setia mendampingi dalam suka maupun duka hingga
penulisan ini selesai.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan
pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat
berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Progdi PAI IAIN
Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan
kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
x
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moral
maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi
tercapainya cita-cita.
7. Seluruh keluarga dan keluarga di luar keluarga yang selalu memberi
dukungan, motivasi serta iringan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
8. Kepala SMP Negeri 2 Banyubiru beserta semua Guru, karyawan, dan seluruh
siswa-siswinya yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam
penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Teriring doa semoga amal dan budi baik semua yang telah diberikan
kepada penulis menjadi catatan amal baik di sisi Allah SWT. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 26 September 2017
Penulis,
Durotun Nasikah
NIM: 111-13-166
xi
ABSTRAK
Nasikah, Durotun. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Dalam
Perspektif Islam di SMP Negeri 2 Banyubiru Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) konsep pendidikan
karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru, (2) imlementasi
pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru, (3) faktor pendukung dan
penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview/wawancara dan
dokumentasi. Subjek yang diteliti adalah kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid
kesiswaan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler,
dan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan karakter
yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah berkonsep kepada nilai
dan ajaran agama Islam, unggah-ungguh dan budaya Jawa, visi dan misi sekolah,
serta tata tertib sekolah; (2) implementasi pendidikan karakter siswa di SMP
Negeri 2 Banyubiru dilaksanakan oleh siswa dan semua warga sekolah termasuk
kepala sekolah dan guru dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter
ke dalam kegiatan belajar mengajar dan implementasi pendidikan karakter dalam
pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar (pembiasaan rutin,
kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan
keseharian di rumah dan masyarakat, dan sistem reward and punishment) serta
implementasi pendidikan karakter berbasis fikiran; (3) fakor pendukung dan
penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru
terbagi menjadi dua, yaitu faktor intern (keadaan siswa itu sendiri) dan faktor
ekstern (visi dan misi sekolah, kekuatan dari guru dan dukungan seluruh
stakeholders, kegiatan yang sudah terprogram dan budaya sekolah, prinsip
kebersamaan antar warga sekolah, jumlah siswa yang tidak terlalu banyak
sehingga mudah untuk mengontrol, sarana dan prasarana serta fasilitas yang baik,
dan lingkungan yang kondusif).
xii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................... i
LOGO IAIN ............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN KESEDIAAN PUBLIKASI .......................................................... v
MOTTO ................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
ABSTRAK ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 9
C. Tujuan Penelitian.............................................................. 10
D. Manfaat Penelitian............................................................ 10
E. Penegasan Istilah .............................................................. 11
F. Metode Penelitian ............................................................. 13
xiii
G. Sistematika Penulisan ....................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Karakter ......................................................... 20
B. Pengertian Pendidikan Karakter ...................................... 22
C. Tujuan Pendidikan Karakter ........................................... 26
D. Fungsi Pendidikan Karakter ............................................ 28
E. Nilai-Nilai Karakter ........................................................ 29
F. Implementasi Pendidikan Karakter ................................. 34
G. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Karakter ........................................................................... 40
H. Faktor Pendukung Implementasi
Pendidikan Karakter ........................................................ 42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 2
Banyubiru ......................................................................... 47
1. Profil Sekolah ............................................................. 47
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah .................................. 48
3. Data Ketenagaan dan Peserta Didik ........................... 49
4. Jumlah dan Luas Bangunan........................................ 50
5. Sarana dan Prasarana .................................................. 52
6. Kegiatan Ekstrakurikuler............................................ 55
7. Prestasi Siswa ............................................................. 56
xiv
B. Temuan Penelitian ............................................................ 58
1. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan .... 58
2. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa.................. 62
3. Faktor Pendukung Implementasi
Pendidikah Karakter Siswa ........................................ 72
BAB IV ANALISIS DATA
A. Konsep Pendidikan Karakter
yang Dikembangkan ......................................................... 76
B. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa........................ 79
C. Faktor-Faktor Pendukung Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa .............................................. 91
D. Faktor-Faktor Penghambat Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa .............................................. 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 96
B. Saran ................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Peserta Didik .................................................................. 50
Tabel 3.2 Jumlah dan Luas Bangunan ...................................................... 50
Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran ........... 52
Tabel 3.4 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain .......... 54
Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler ............................................... 55
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ................................................................ 56
Tabel 4.1 Nilai-nilai Karakter dan Indikator di dalam KBM .................... 79
Tabel 4.2 Jenis Ekstrakurikuler dan Nilai Karakter yang
Diimplementasikan ................................................................... 87
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pedoman Penelitian
Lampiran 2 : Data Informan
Lampiran 3 : Data Guru dan Karyawan
Lampiran 4 : Tata Tertib Siswa
Lampiran 5 : Rincian Jenis Pelanggaran
Lampiran 6 : Ikrar Siswa
Lampiran 7 : Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian
Lampiran 8 : Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 12 : Daftar Nilai SKK
Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana pembekalan ilmu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan moral melalui kegiatan pembelajaran
dan kegiatan lainnya yang terhubung dengan rencana pendidikan di suatu
sekolah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan dan mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu
saja, tetapi yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk
karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam
tataran etika maupun estetika serta perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter
menjadi salah satu harapan, karena karakterlah yang menjadi penopang
perilaku individu. Tanpa karakter seseorang dengan mudah melakukan suatu
apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain.
Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan
dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan.
Sebagaimana haidis riwayat At-Tirmidzi yang artinya “......orang mukmin
2
yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Dari
hadis tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter
sangat penting dalam upaya membentuk insan muslim yang berkualitas,
karena tidak akan sempurna iman seseorang tanpa adanya kebaikan
akhlaknya.
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang
terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti
berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36). Manusia
berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang
berkaitan dengan aktivitas hidupnya selalu dengan nilai-nilai kebaikan.
Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari
kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap, dan perilaku.
Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti.
Pembelajaran tentang tata krama, sopan santun, dan adat-istiadat, menjadikan
pendidikan karakter semacam ini lebih tepat menekankan kepada perilaku-
perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut kepribadian baik
atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan
kultural.
Karakter akan berkembang baik apabila seseorang tersebut dapat
membiasakan diri melakukan hal-hal baik dan didukung dari pendidikan,
keluarga maupun lingkungan masyarakatnya yang selalu memberikan contoh
3
yang baik. Dilihat dari dunia pendidikan, karakter seseorang dapat diajarkan
atau ditanamkan sejak dini dengan melalui pengintegrasian nilai-nilai
pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun budaya
atau kultur yang diciptakan di sekolah. Budaya sekolah dapat didefinisikan
sebagai keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan di dalam sekolah yang
dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara dalam waktu yang lama oleh semua
warga dalam kerja sama di sekolah (Daryanto, 2013: 18).
Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010: 20) mengemukakan bahwa
pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan
kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem
pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh anak-anak untuk
perkembangan tabiat luhur, tidak ada gunanya diadakan pendidikan. Orang
yang pandai saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya,
karena dengan kepandaiannya seseorang bisa menjadikan sesuatu menjadi
hancur dan rusak. Setidaknya pendidikan masih lebih bagus menghasilkan
orang baik walaupun kurang pandai. Tipe ini paling tidak memberikan
suasana kondusif karena seseorang itu memiliki akhlak yang baik.
Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter
SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan upaya
yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu
agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung
jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek
jasmani maupun ruhani (Maksudin, 2013: 45).
4
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara resmi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana,
sengaja, dan terarah. Mulai dari tingkat kanak-kanak (TK) sampai dengan
pendidikan tinggi (PT). Sekolah melakukan pembinaan pendidikan kepada
peserta didik yang dalam melaksanakan pendidikan (Kadir, 2012: 78-79).
Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang
strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang
baik dan kuat (Hidayatullah, 2010: 3).
pendidikan nasional berfungsi dan bertujuan membentuk karakter
(watak) peserta didik menjadi lebih baik. Oleh karena itu, upaya
mencerdaskan anak didik yang menekankan pada intelektual perlu diimbangi
dengan pembinaan karakter yang juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh
para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang
tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar
menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter juga dapat diartikan penanaman dan pengembangan
nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai dan karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang
religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Pendidikan karakter ditanamkan
5
sejak dini, sehingga nantinya akan menjadi suatu kebiasaan melakukan hal
baik sesuai dengan nilai dan norma di kehidupan mendatang. Dalam dunia
pendidikan, pendidikan karakter tersebut dapat diintegrasikan melalui proses
pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan budaya yang diciptakan di
sekolah. Walaupun pendidikan karakter termasuk dalam hidden curriculum,
tetapi pelaksanaannya secara menyeluruh di lingkungan sekolah.
Produk dari pendidikan karakter tidak bersifat permanen, akan tetapi
terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seorang yang awalnya
memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan karakternya.
Pengaruh lingkungan atau karena berbagai pengaruh lainnya menjadikan
karakter tersebut sedikit demi sedikit bisa berubah. Sekolah yang merupkan
lingkungan kedua setelah keluarga, sangat memegang pengaruh penting
dalam rangka membentuk karakter pada siswa. Karena sekolah merupakan
tempat belajar-mengajar, mendidik, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan
pada siswa-siswinya.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan.
Tanggung jawab sekolah terhadap anak didik antaranya adalah tanggung
jawab formal atau tanggung jawab sesuai dengan fungsinya, yaitu lembaga
pendidikan bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-
undang yang berlaku. Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab
berdasarkan bentuk, isi dan tujuan serta jenjang pendidikan yang
dipercayakan kepadanya oleh masyarakat, serta tanggung jawab fungsional,
6
yaitu tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam
melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya
berdasarkan kurikulum (Kadir, 2012: 79).
Seiring berkembangnya teknologi informasi saat ini, ditandai dengan
adanya arus globalisasi yang pesat, jelas sangat mempengaruhi setiap sektor
kehidupan sehingga menyebabkan krisis multidimensi, salah satunya di
bidang pendidikan sekolah menengah pertama. Dewasa ini marak sekali isu-
isu moral dikalangan remaja, khususnya siswa usia SMP/SLTA. Banyak
lulusan maupun peserta didik yang masih sekolah memiliki prestasi
cemerlang, tatapi akhlak dan moralnya tidak sesuai sebagaimana tujuan
pendidikan nasional. Kurangnya rasa sopan santun kepada orang tua, adanya
tindak kekerasan, pergaulan bebas, rendahnya sikap tenggang rasa maupun
saling menghormati dan tindakan kriminalitas di mana-mana. Perilaku-
perilaku tersebut menunjukan keberadaan nilai-nilai moral dan karakter yang
perlu dipertanyakan kembali.
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia
dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya
pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk memainkan peran dan
tanggungjawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang
baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka
dengan nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk
memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggung
jawab, jujur, peduli, dan adil serta membantu siswa untuk memahami,
7
memperhat ikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka
sendiri (Daryanto, 2013: 61).
Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah
yang bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadi-
pribadi guru yang bermoral. Dalam hal ini budaya sekolah sangat
berpengaruh terhadap karakter siswanya. Sekolah yang merupakan salah satu
tempat pembentukan karakter yang paling tepat setelah di rumah, sekolah
diamanahi para orang tua untuk mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga
diharapkan untuk mendidik dan membina perilaku mereka dengan karakter
baik dan mulia.
Penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah dimaksudkan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, keterampilan, dan
pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara
optimal, sehingga lulusan memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam
pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan pendidikan karakter
siswa adalah SMP Negri 2 Banyubiru. Banyak keunggulan di SMP Negri 2
Banyubiru dalam akademik maupun non akademik. Terbukti dengan banyak
piala penghargaan dan kejuaraan yang telah diraih siswa-siswi serta guru-
gurunya. Lembaga pendidikan tersebut banyak diminati siswa-siawi dan
orang tua. Bukan hanya masyarakat sekitar saja yang menimba ilmu di sana,
akan tetapi juga daerah-daerah lain sekitarnya.
8
Setiap pagi, tepatnya pukul 06.30 WIB para guru dan siswa sudah
berada di sekolah. Kegiatan yang dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan
belajar dimulai adalah ketika datang guru sudah berjajar dan siswa yang
datang berjabat tangan kemudian semua siswa berbaris rapi dan membacakan
ikrar siswa. Pada istirahat pertama siswa dan guru melakukan sholat dhuha
dan siang hari ketika istirahat kedua melakukan sholat dzuhur berjamaah.
Sekolah yang menjadi tempat belajar para siswanya harus dikelola
dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi sekolah yang bermutu. Sekolah
dikatakan bermutu baik apabila mampu mengemban misinya dalam rangka
mencapai tujuan kelembagaannya (Ibrahim, 2012: 13). Dari pernyaataan di
atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP negri 2 Banyubiru
karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah bermutu
baik yang menerapkan pendidikan karakter, dan judul yang penulis teliti
adalah IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP
NEGERI 2 BANYUBIRU TAHUN 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru tahun 2017?
2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017?
9
3. Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017?
4. Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negri 2 Banyubiru tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah adalah untuk
mengetahui:
1. Konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017.
2. Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Negeri 2
Banyubiru tahun 2017.
3. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP
Negeri 2 Banyubiru tahun 2017.
4. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP
Negeri 2 Banyubiru tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta untuk
mengembangkan pengetahuan dan keilmuan dalam implementasi
pendidikan karakter, sehingga dari hasil penelitian ini mendapatkan
informasi dan referensi khususnya dalam implementasi pendidikan
karakter siswa.
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran siswa
tentang pentingnya penanaman karakter agar dapat berupaya menjadi
insan yang berkualitas.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan agar guru selalu menjadi suri
tauladan yang baik bagi peserta didik dengan mengajarkan pendidikan
karakter yang diintegrasikan melalui mata pelajaran, ekstrakurikuler
maupun penciptaan budaya sekolah yang baik.
c. Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
menanamkan pendidikan karakter pada anaknya saat di rumah.
d. Bagi Pembaca
Dapat memberi gambaran tentang bagaimana implementasi
pendidikan karakter yang dilakukan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota
Salatiga serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata implementasi bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam
Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70)
11
mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang
saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin
dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman,
2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan
norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,
implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek
berikutnya yaitu kurikulum.
2. Karakter
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal
yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral
seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36).
3. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
12
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Sedangkakan dam konteks kajian P3 mendefinisikan pendidikan karakter
dalam setting sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini mengadung makna:
a. pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan
pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;
b. diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara
utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki
potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan;
c. penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga) (Dharma, 2012: 24-25).
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian
lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan deskriptif kualitatif. Metode diskriptif adalah penelitian untuk
membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi di lapangan yang diteliti (Suryabrata,
2003: 75). Desain deskriptif ini digunakan untuk menjawab permasalahan
tentang fenomena yang ada, dengan pola syrvey, case-stydy, causal
comparative, corelational, dan developmental (Kasiram, 2008: 53).
13
Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan
yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang
dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada di
lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain
manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan dokumen yang dapat
digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi
penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas akademika di
sekolah.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMP Negeri 2
Banyubiru. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan
pada bulan juli 2017 sampai dengan selesai.
4. Sumber Data
Menurut Lofland dan Kofland dalam Moleong (2009: 157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya.
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
14
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber
data yang diperoleh dengan cara mengamati dan mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi
secara langsung tentang konsep pendidikan karakter yang
dikembangkan, implementasi pendidikan karakter siswa SMP Negeri
2 Banyubiru serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun
sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan
kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kemuridan, guru PAI, guru
PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, siswa, serta
pengamatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan
dari dokomentasi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk
memperkuat hasil temuan dan sebagai pelengkap informasi yang telah
terkumpul melalui wawancara dan pengamatan. Sumber lainnya yang
terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan,
sampai dokumen-doukumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik integrative (penyajian data
secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau
mengaitkan data yang terbaru dan telah ada sehingga tidak ada yang
15
berdiri sendiri atau terpisah-pisah) secara relevan dengan fokus, maka
teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi:
a. Metode Observasi
Menurut Indriantoro dan Supomo dalam Ruslan (2010: 34),
observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati
pola perilaku subyek (orang), obyek (benda-benda), atau kejadian yang
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-
individu yang diteliti.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan,
yaitu peneliti hanya sebagai penonton tidak sebagai pemain, tujuannya
untuk memperoleh gambaran umum, konsep pendidikan karakter yang
dikembangkan, implementasi pendidikan karakter, faktor pendukung
serta fakror penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru Tahun 2017.
b. Metode Interview
Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2010: 317). Metode ini ditujukan untuk memperoleh data tentang
konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi
pendidikan karakter siswa, faktor pendukung, dan faktor penghambat
implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negri 2 Banyubiru.
c. Metode Dokumentasi
16
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Dokumen dalam metode ini
berupa keadaan geografis sekolah, foto kegiatan belajar di sekolah, foto
kegiatan ekstrakurikuler, struktur organisasi dan prestasi yang diperoleh
SMP Negri 2 Banyubiru. Metode ini diperlukan sebagai metode bantu
dalam mengumpulkan data tentang implementasi pendidikan karakter di
SMP Negri 2 Banyubiru.
6. Analisis Data
Analisis data dalam deskriptif kualitatif adalah memberikan
predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya (Arikunto, 1995: 353). Penelitian ini menggunakan analisis
data kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau
menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis tersebut selanjutnya dilengkapi
dengan data pendukung kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2010: 335).
Data yang terkumpul begitu banyak dan terdiri dari catatan
lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, serta dokumen berupa soft file
dan hard file. Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan dan menyusun
data, kemudian dianalisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-
data tersebut.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
metode triangulasi data, yaitu teknik pengumpulan data dengan
17
menggabungkan berbagai teknik pengumpulan dan sumber data yang ada
(Sugiyono, 2010: 330).
8. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahapan ini ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu
menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian
(Moleong, 2009: 127).
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini peneliti harus memahami latar penelitian dan persiapan
diri, memasuki lapangan, berperan serta dalam mengumpulkan data
(Kasiram, 2010: 287).
c. Tahap Analisis Data
Menurut Patton dalam Kasiram (2010: 288) tahap analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
18
G. Sistematika Penulisan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian
pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahasan
tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya,
sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN.
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok
pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok
tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang pengertian karakter, pendidikan
karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan
karakter, nilai-nilai karakter, implementasi pendidikan
karakter, faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter,
serta kunci sukses pendidikan karakter di sekolah.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab III ini penulis akan mengemukakan tentang
gambaran umum SMP Negeri 2 Banyubiru seperti letak
geografis, profil sekolah, visi dan misi sekolah, struktur
19
organisasi sekolah, data guru dan siswa, tata tertib sekolah,
konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru, implementasi pendidikan karakter
yang dilaksanakan di SMP Islam Negeri 2 Banyubiru,
faktor pendukung dan faktor penghambat imlementasi
pendidikan karakter di SMP Negri 2 Banyubiru serta data-
data yang diperoleh dari penelitian.
BAB IV: ANALISIS DATA
Dalam bab ini memuat tentang gagasan peneliti, keterkaitan
antara pola-pola, kategori-kategori, dan dimensi-dimensi,
posisi temuan/teori di SMP Islam Negeri 2 Banyubiru
terhadap teori-teori, serta penafsiran dan penjelasan dari
temuan/teori yang diungkap dari lapangan.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan
sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-
saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi
yang berkepentingan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Karakter
20
Istilah “character” berasal dari bahasa Yunani charassein yang
berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas,
memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian tersebut diartikan sebagai
tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa
karakter adalah perilaku yang bersifat individual (Daryanto, 2013: 63-64).
Watak sebagai sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak
seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi
internal), yang setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, watak sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat,
lingkungan pergaulan, dan lain-lain (Adisusilo, 2012: 77).
Winnie yang juga dipahami oleh Ratna Megawangi, menyampaikan
bahwa istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
(menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua
pengertian tantang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seorang
bertingkah laku. Apabila sesorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus,
tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya
dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter
apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral (Muslich, 2011: 71).
Sejalan dengan pendapat tersebut Dirjen Pendidikan Agama Islam,
Kementerian Agama Republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa
karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang
21
melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik,
dalam arti khusus ciri-ciri membedakan antara satu individu dengan yang
lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku
individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian
individu (Mulyasa, 2012: 4).
Muslich (2011: 84) menjelaskan bahwa karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
Dari berbagai penjelasan yang telah dikemukakan beberapa ahli di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan nilai-nilai, sikap,
pikiran, perilaku, watak, akhlak yang melekat pada diri seseorang sejak lahir
dan memiliki perbedaan peserta didik satu dengan lainnya. Karakter yang
dimiliki oleh seseorang dapat terlihat dari tingkah laku atau cara bertindak di
kehidupan sehari-harinya. Dari mengetahui keseharian orang tersebut maka
akan diketahui bagaimana karakter atau watak yang dimiliki orang tersebut,
dan baik buruknya karakter seseorang tergantung pada pola kebiasaan nilai
yang dipilih dalam kehidupannya. Thomas Lickona dalam Masnur Muslich
(2011: 75) mengemukakakan bahwa karakter yang baik itu mencakup 3
komponen, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling
(perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral).
22
Lebih lanjut dijelaskan Lickona, bahwa moral knowing terdiri dari
enam hal, yaitu: (1) moral awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral
values (mengetahui nilai-nilai moral), (3) perspective taking, (4) moral
reasoning, (5) decision making, dan (6) self knowledge. Moral feeling adalah
aspek lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber
energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral.
Terdapat enem hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu
dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni (1)
conscience (nurani), (2) self estem (percaya diri), (3) empahaty (merasakan
penderitaan orang lain), (4) loving the good (mencintai kebenaran), (5) self
control (mampu mengontrol diri), dan (6) humility (kerendahan hati). Moral
action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan
menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari
dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong
seseorang dalam perbuatan yang baik (action morally) maka harus dilihat tiga
aspek lain dari karakter (Muslich, 2011: 75).
B. Pengertian Pendidikan Karakter
Seperti disampaikan di atas bahwa pendidikan adalah proses
internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga
membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Jadi pendidikan merupakan
sarana strategis dalam pembentukan karakter.
Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan
23
berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah
afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah
psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku
(Damayanti, 2014: 9).
Winton dalam Muchlas (2012: 43) menjelaskan secara sederhana
bahwa pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru
dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter
adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya.
Pendidikan karakter menurut Prof. Darmiyati Zucdi (2009: 76) adalah
sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti
atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-
nilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta
didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang
berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Pengertian pendidikan karakter menurut ahli pendidikan karakter,
Thomas Lickona menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian sesorang melalui pendidikan budi pekerti,
yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku
yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras, dan sebagainya. Sedangkan menurut Elkind dan Sweet, pendidikan
karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia,
peduli dan inti atas nilai-nilai/susila. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
24
pendidikan karkter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak
peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara guru
berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya (Narwati, 2011: 15).
Senada dengan pendapat di atas, Muslich (2011: 75-76) menegaskan
bahwa untuk dapat memahami pendidikan karakter itu sendiri, perlu
memahami struktur antropologis manusia. Stuktur antropologis manusia
terdiri atas jasad, ruh serta akal, sehingga pendidikan karakter menurut
Muslich harus mencakup semua struktur antropologis manusia, atau dengan
kata lain pendidikan karakter harus mencakup pada komponen kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
T. Ramli juga mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan
akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik
bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
besumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda (Narwati, 2011: 16).
25
Pengertian-pengertian menurut para ahli di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan
secara sadar dan sungguh-sungguh kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta
rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat pula
dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik
berperilaku sebagai insan kamil.
Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan
kamil. Penanaman pendidikan karakter akan efektif jika tidak hanya
diterapkan pada siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah, dan tenaga non
pendidik di sekolah (Samani, 2012: 45-46).
C. Tujuan Pendidikan Karakter
26
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban
terhadap beragam persoalan bangsa. Persoalan yang muncul diidentifikasikan
bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menginternalisasikan nilai-nilai
moral terhadap peserta didik. Penguatan pendidikan karakter dalam konteks
sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis yang sedang melanda di
bangsa ini. Keterpurukan bangsa Indonesia dari segi karakter yang kemudian
dimunculkan pendidikan karakter untuk memperbaiki karakter luhur
bangsanya tidak lain memiliki tujuan yang baik.
Munurut Muslich (2011: 81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan kseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat.
Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara
27
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik tingkat SMP mampu secara
mandiri meningkatlan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Daryanto, 2013: 45).
Zubaedi (2012: 18), menjelaskan tujuan dari diadakannya pendidikan
karakter menjadi 5:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pesrta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut tinjauan Islam adalah
agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang
lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan
mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Karakter
28
seseorang dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-Qur‟an (Fathurrohman, 2013: 98).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, beroleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan Pancasila.
D. Fungsi Pendidikan Karakter
Zubaedi (2013: 18), mengungkapkan fungsi utama pendidikan
karakter sesuai Kebijakan Nasional Karakter Bangsa, yaitu:
1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi
peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik
sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik
diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra
budaya bangsa.
2. Fungsi perbaikan dan penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju,
mandiri dan sejahtera.
3. Fungsi penyaring
29
Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budya
dan karakter bangsa yang bermartabat.
Ketiga fungsi ini dilakukan melalui, (1) pengukuhan Pancasila sebagai
falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional
UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4) penguatan nilai-
nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan (5)
penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam konteks global.
Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan
yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya
luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat
manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang
cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa
lain dalam suatu harmoni (Kemendiknas, 2011: 3).
E. Nilai-nilai Karakter
Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditanamkan,
ditumbuhkan dan dikembangkan kepada peserta didik. Menurut Gunawan
(2012: 31) nilai adalah rujukan untuk bertindak, nilai merupakan standar
untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik
dilakukan. Selanjutnya Richard Eyre dan Linda (dalam Gunawan, 2012: 31)
menyebutkan bahwa nilai yang benar dan universal adalah nilai yang
menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi
30
yang menjalankan maupun bagi orang lain. Nilai-nilai yang dikembangkan
tersebut tidak lepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem
nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berfikir tentang tata
nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat.
Lickona (2015: 74), menegaskan bahwa sikap hormat dan tanggung
jawab adalah dua nilai karakter dasar yang harus diajarkan di sekolah.
Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah
kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong,
peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai
khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab
ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung
jawab.
Menurut Dr. Sukamto (dalam Muslich, 2011: 79) nilai-nilai yang
perlu diajarkan pada anak mencakup:
1. Kejujuran
2. Loyalitas dan dapat diandalkan
3. Hormat
4. Cinta
5. Ketidak egoisan dan sensitifitas
6. Baik hati dan pertemanan
7. Keberanian
8. Kedamaian
9. Mandiri dan potensial
31
10. Disiplin diri dan moderasi
11. Kesetiaan dan kemurnian dan
12. Keadilan dan kasih sayang.
Kemendiknas (dalam Gunawan, 2012: 33-35) melansir bahwa
berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum,
etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah mengelompokkan nilai
karakter menjadi lima, yaitu:
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
Nilai ini berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya. Nilai
ini lebih lanjut diuraikan oleh Samani (2012: 47), nilai karakter dalam
hubungannya dengan Tuhan antaranya adalah berdisiplin, beriman,
bertakwa, berpikir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas diri, pemaaf,
pemurah, dan pengabdian.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur, merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
b. Bertanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
di lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
32
c. Gaya hidup sehat, merupakan segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Disiplin, adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh dalam berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras, merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri, merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri
terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha, merupakan sikap dan perilaku yang mandiri dan
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yaitu berfikir dan
melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri, suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
33
k. Cinta Ilmu, cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, merupakan sikap
tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/ hak
diri sendiri dan orang lain serta tugas/ kewajiban diri sendiri serta
orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial, yaitu sikap menurut dan taat terhadap
aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, yaitu sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun, yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
34
5. Nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
a. Nasionalis, yaitu cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman, yaitu sikap memberikan respek/ hormat
terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat,
budaya, suku, dan agama.
Nilai-nilai yang disebutkan di atas merupakan nilai-nilai yang
mendasari program sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam
menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki karakter yang baik.
Kepala sekolah beserta stakeholders harus saling mendukung dalam
menerapkan pendidikan karakter, mengingat pendidikan karakter tidak
sepenuhnya dituangkan dalam mata pelajaran khusus (hidden curriculum)
namun terintegrasi secara sistematis dengan menitikberatkan pada nilai-nilai
pendidikan karakter yang telah diterapkan.
F. Implementasi Pendidikan Karakter
Implementasi atau penerapan merupakan suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Implementasi pendidikan karakter
merupakan kegiatan inti dari pendidikan karakter.
35
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010)
(dalam Zubaedi, 2011: 193), secara psikologis dan sosial kultural
pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh
potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam konteks
interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam:
olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (inntelectual
development), olahraga dan kinestetik (physical and kinestetic development),
dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development) yang secara
diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut:
OLAH PIKIR
(Cerdas)
OLAH HATI
(Jujur, bertanggung jawab)
OLAHRAGA (KINESTETIK)
(Bersih, sehat, menarik)
OLAH RASA dan KARSA
(Peduli dan Kreatif)
Umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan,
penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan
kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan
dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain
menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama,
penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat
penting, dan turut membentuk karakter peserta didik. Penciptaan lingkungan
36
yang kondusif dapat dilakukan melalui berbagai variasi metode sebagai
berikut: (1) penugasan, (2) pembiasaan, (3) pelatihan, (4) pembelajaran, (5)
pengarahan, dan (6) keteladanan (Mulyasa, 2012: 9).
Menurut Daryanto (2013: 75), implementasi pendidikan karakter
dalam KTSP adalah dengan:
1. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter
peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti
pendekatan belajar lontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berbasis masalah, pembelajaran berbasis kerja, ICARE (Intoduction,
Connection, Application, Reflection, Extencion) dapat digunakan untuk
pendidikan karakter.
2. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajaR
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat
dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara
hari Senin, upaca besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan,
piket kelas,sholat jamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa
sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam
apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
b. Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
spontan pada saat itu juga. Misalnya, mengumpulkan sumbangan
37
ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk
masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan, merupakan perilaku sikap guru, tenaga kependidikan
dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-
tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik lain. Misalnya, nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih
awal dibanding peserta didik).
d. Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung
terlaksananya pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan
pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau
dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam
kelas.
e. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler.
Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler
yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat
pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya
manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan di sekolah.
f. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Dalam kegiatan ini
sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter
yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan
masyarakat. Sekolah dapat membuat angket berkenaan nilai yang
dikembangkan di sekolah, dengan responden keluarga dan
lingkungan terdekat anak/siswa.
38
Selain hal di atas, implementasi pendidikan karakter juga dapat
mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan
penanaman nilai budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif.
Hal ini dapat dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses
berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang
dilakukan secara individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan
hasil belajar. Adapun strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat
dilakukan, misalnya:
1. Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari seluruh siswa diminta
untuk membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama
kurang lebih 5 menit.
2. Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran di mulai dapat dilakukan
berbagai kegiatan paling lama 30 menit, misalnya berceramah dan
kegiatan bersih lingkungan di hari Jum‟at/ Sabtu.
3. Pelaksanaan kegiatan bersama di siang hari selama 30-60 menit.
4. Kegiatan-kegiatan lain di luar pengembangan diri, yang dilakukan setelah
jam pelajaran selesai (Daryanto, 2013: 75-76).
Damayanti (2014: 57) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan
dalam implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1. Berkelanjutan, berkelanjutan adalah proses implementasi nilai-nilai
karakter yang merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal
peserta didik masuk sampai selesai dari satuan pendidikan.
39
2. Integrasi, integrasi atau penyatuan dalam pendidikan karakter merupakan
langkah awal untul implementasi pendidikan karakter kepada peserta
didik. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan
belajar mengajar, setiap kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah.
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan. Artinya, materi nilai karakter
bukanlah bahan ajar biasa, atau sering disebut dengan hidden curriculum.
4. Proses pendidikan karakter dilakukan dengan penekanan agar peserta
didik semua aktif dan menyenangkan.
Lickona (dalam Muslich, 2011: 129) menemukan sebelas prinsip agar
pendidikan karakter dapat berjalan efektif. Kesebelas prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya
sebagai fondasi karakter yang baik.
2. Definisikan „karakter‟ secara komprehensif yang mencakup pikiran,
perasaan, dan perilaku.
3. Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam
pengembangan karakter.
4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.
5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan
membantu siswa untuk berhasil.
7. Usahakan mendorong motivasi diri siswa.
40
8. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang
berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk
mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa.
9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan
jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya
pembangunan karakter.
11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidikan
karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
G. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter
siswa di sekolah. Dalam hal ini Gunawan (2012: 19-22) menjelaskan tentang
faktor-faktoe yang mempengaruhi pembentukan karakter. Faktor tersebut
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini,
diantaranya adalah:
a. Insting atau Naluri
Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang dilahirkan
oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak
lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh naluri
pada diri seseorang sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri
dapat menjerumuskan manusia kepada kehinaan, tetapi dapat juga
41
mengangkat kepada derajat yang mulia, jika disalurkan kepada hal
yang baik dengan tuntunan kebenaran.
b. Adat atau Kebiasaan (Habit)
Sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat dengan
kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang
sehingga mudah untuk dikerjakan. Dan hendaknya manusia
memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan baik sehingga
menjadi kebiasaan dan terbentuklah karakter yang baik pula.
c. Kehendak/ Kemauan (Iradah)
Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah
kehendak atau kemauan yang keras. Itulah yang menggerakkan dan
merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-
sungguh untuk berperilaku, sebab dari kehendak itulah akan
menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan, ide
dan keyakinan akan pasif tiada gunanya.
d. Suara Batin
Suara bantin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk
dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk
melakukan hal yang baik.
e. Keturunan
Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam, yaitu sifat
jasmaniyah (kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat syaraf orang
tua dapat diwariskan kepada anaknya) dan sifat ruhaniyah (naluri).
42
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern atau faktor yang bersifat dari luar adalah:
a. Pendidikan
Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
karakter, akhlak, dan etika seseorang. Sehinggga baik buruknya
karakter seseorang dipengaruhi oleh pendidikian, baik formal maupun
non formal.
b. Lingkungan
Dalam hidup manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya
atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia harus bergaul
dan dan dalam pergaulan itusaling mempengaruhi pikiran, sifat dan
tingkah laku. Manusia yang hidup di lingkungan yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat membentuk karakternya
menjadi baik, begitu pula sebaliknya.
H. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter
Mulyasa (2012: 14), mengungkapkan bahwa ada 8 jurus yang perlu
diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah, yaitu:
1. Memahami Hakikat Pendidikan Karakter
Hal ini sangat penting karena pendidikan karakter bergerak dari
kesadaran (awarenes), pemahaman (understanding), kepedulian
(concern), dan komitmen (commitmen), menuju tindakan (doing atau
acting). Oleh karene itu, keberhasilan pendidikan karakter di sekolah
sangat bergantung pada ada tidaknya kesadaran, pemahaman, kepedulian,
43
dan komitmen dari semua warga sekolah terhadap penyelenggaraan
pendidikan karakter. Kalpatric mengemukakan bahwa salah satu
penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah
memiliki pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding)
disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukannya (moral doing).
Oleh karena itu, pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui
berbagai tindakan praktik dalam proses pembelajaran, jangan terlalu
teoritis, dan jangan banyak membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi
hanya terbatas di dalam kelas.
2. Sosialisasikan dengan Tepat
Sosialisasi dilaksanakan agar seluruh warga sekolah mengenal dan
memahami visi dam misi sekolah, serta pendidikan karakter yang akan
diimplementasikan. Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala
sekolah apabila yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup
memahami. Namun, jika belum bisa mengundang kepada yang ahli, baik
dari kalangan pemerintah, akademisi, maupun dari kalangan penulis atau
pengamat pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan
komite sekolah, bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, untuk
mendapat masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi
pendidikan karakter.
3. Ciptakan Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, dipadukan
dengan optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah,
44
kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta
didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan semangat
belajar. Sebaliknya, iklim yang kurang menyenangkan akan
menimbulkan kejenuhan.
Jika tidak ditunjang oleh lingkungan yang kondusif, upaya
pendidikan karakter di sekolah akan seperti membuat „istana di tepi
pantai‟. Di sekolah, kepala sekolah, guru, beserta tenaga kependidikan
lainnya dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantik, tetapi
ketika anak keluar dari lingkungan sekolah, ombak besar
meluluhlantahkan istana yang telah dibangun tersebut. Oleh karena itu,
perlu pendekatan yang komprehensif dari sekolah, keluarga, dan
masyarakat dalam mengembangkan karakter peserta didik yang kuat,
baik, dan positif secara konsisten.
4. Dukung dengan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Memadai
Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam
mendukung suksesnya implementasi pendidikan karakter antara lain,
laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga
pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya.
5. Tumbuhkan Disiplin Peserta Didik
Dalam rangka mensukseskan implementasi pendidikan karakter,
guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama
disiplin diri. Disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu
menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem
45
disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati
segala peraturan yang ditetapkan.
6. Pilih Kepala Sekolah yang Amanah
Kepala sekolah yang amanah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Kepala sekolah yang amanah dengan
kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu
mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
7. Wujudkan Guru yang Dapat Digugu dan Ditiru
Pendidikan karakter yang menekankan pada aspek sikap, nilai, dan
watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai dari
gurunya. Dalam hal ini, bagaimana setiap lembaga pendidikan, baik
formal maupun non formal dapat mewujudkan guru yang dapat digugu
dan ditiru.
Untuk menyukseskan implementsi pendidikan karakter di sekolah
perlu mengubah paradigma guru, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi
kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar serta yang mampu
membimbing peserta didik dengan pendekatan pendidikan karakter.
46
8. Libatkan Seluruh Warga Sekolah
Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sangat ditentukan oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam melibatkan seluruh warga sekolah.
Dalam hal ini seluruh warga sekolah harus terlibat dalam pembelajaran,
diskusi, dan rasa memiliki dalam upaya pendidikan karakter.
47
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Banyubiru
1. Profil Sekolah
Berdasarkan dokumentasi dalam bentuk soft file dari tenaga
kependidikan SMP Islam Negeri 2 Banyubiru, pada hari Kamis, 26 juli
2017 diperoleh data tentang profil SMP Negeri 2 Banyubiru. SMP Negeri
2 Banyubiru yang ada di Jl.Brantas Desa kebumen Kec.Banyubiru
merupakan salah satu Sekolah Umum Negeri di Banyubiru yang berdiri
sejak tahun 1996 sampai sekarang dan telah terakreditasi A sejak tahun
2016. Terletak di Jalan Brantas, Kelurahan Kebumen, Kecamatan
Banyubiru, dengan luas bangunan 1052 m2
dan memiliki tiga lantai. Dan
sekolah ini sudah memiliki NIS/NPSN dengan nomor
NIS/NPSN201032207106 dan nomor NSS 20320285.
Kepala SMP Negeri 2 Banyubiru bernama Sri Mulyati, S.Pd ,
Sarjan yang beralamat di Ambarawa Kabupaten Semarang. Ibu Mulyati
menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 2 Banyubiru Desa
Kebumen baru selama 5 tahun sampai sekarang, dengan masa kerja
menjadi guru sebelumnya.
48
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visip
. “ UTAMA DALAM IMAN DAN TAQWA, MAJU DALAM ILMU
DAN TERAMPIL DALAM KARYA “.
b. Misi
1) Mewujudkan nilai –nilai agama dan budaya bagi bekal hidup
peserta didik.
2) Mewujudkan pengembangan kurikulum.
3) Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran yang ideal
baik intra dan ekstrakurikurer.
4) Mewujudkan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan dinamis.
5) Mewujudkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang
profesional dalam prestasi akademik dan non akademik
6) Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan.
7) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan
berwawasan kedepan.
8) Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis.
9) Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan,
10) Mewujudkan sistem penilian yang berkelanjutan.
11) Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, aman dan
nyaman.
12) Mewujudkan peserta didik yang memiliki kepedulian lingkungan.
49
c. Tujuan
1) Terpenuhinya nilai-nilai agama bagi peserta didik.
2) Terpenuhinya fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan
berwawasan kedepan.
3) Terpenuhinya Standar Nasional, sarana kegiatan keagamaan,
kesenian, olahraga, dan keterampilan.
4) Terpenuhinya Standar Nasional, sarana pengembangan minat dan
bakat.
5) Terpenuhinya sarana perpustakaan dan laboratorium sesuai
Standar Nasional Kependidikan.
3. Data Ketenagaan dan Peserta Didik
a. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah seluruh personil sekolah ada 44 orang, terdiri guru 25
orang, karyawan tata usaha 5 orang, tenaga kebersihan 3 orang, tenaga
keamanan 2 orang, pengurus perpustakaan 2 orang. Dari sejumlah
guru, semuanya sudah berstrata 1 dan 5 diantaranya sudah strata 2.
Untuk tenaga kependidikan sebagian besar sudah berstrata 1 tetapi ada
juga yang hanya lulusan SLTA. Untuk data selengkapnya terlampir
(Sumber: Dokumentasi, 28 juli 2017).
50
b. Data Peserta Didik
Jumlah peserta didik di SMP negri 2 Banyubiru pada tahun 2017
siswa laki-laki 209 siswa perempuan 258 , dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 3.1
D
a
f
t
a
r
Peserta Didik
(Dokumentasi, 20 Februari 2017)
4. Jumlah dan Luas Bangunan
No Kelas
Jumlah Jumlah Siswa
Kelas L P Jumlah
1 VII 5 70 80 150
2 VIII 5 68 91 159
3 IX 5 71 87 158
Jumlah 15 209 258 467
51
Berdasarkan dokumentasi pada hari jum‟at, 28 juli 2017 diperoleh
data tentang jumlah dan luas banguan di SMP Negri 2 Banyubiru, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah dan Luas Bangunan
N0
Ruang Jumlah
Luas
( M2) Keterangan
1 R. Teori/Kelas 12 448 @ 56
2 Perpustakaan 1 77
3 Lab IPA 1 56
4 Lab Bahasa - 63
Lab Computer 1 63
6 R. Ketrampilan
7 R.Media ( Audio Visual) 1
8 R.BK 1 20
9 R.Ibadah/Musholla 1 120
10 R.Kepala Sekolah 1 35
11 R.Guru 2 86
12 R. Tata Usaha 1 63
13 KM/WC Kepsek
52
14 KM/WC Guru/Pegawai -
15 KM/WC Peserta Didik 9 12.48 @1.56
16 R.UKS 1 20
17 Studio Musik 1 42
18 Aula 1 112
20 Gudang Olahraga -
21 Gudang Umum 1 25
22 (Lapangan Olahraga) 1 400
23 (Tempat Parkir) -
24 (Green House) -
25 (Taman Sekolah) 1
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan mendukung proses
pembelajaran dan pendukung kegiatan lainnya di SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran
No.
A. MEJA Jumlah Ket
1. Meja Kepala
Sekolah/guru
35
2. Meja Belajar Murid 435
53
3. Meja Perpustakaan 10
4. Meja Kursi tamu 3
5. Meja Yayasan -
B. KURSI
1. Kursi Kepala
Sekolah/Guru
1
2. Kursi belajar murid 435
3. Kursi perpustakaan 10
4. Kursi Yayasan -
5. Kursi Lab Bahasa 10
6. Kursi TU
8
C. ALMARI
1. Almari kelas 15
2. Almari Kepala
Sekolah
3
3. Almari TataUsaha /
Arsip
17
4. Almari Perpustakaan
Almari Buku
10
5. Almari Guru 12
.6. Almari Yayasan -
54
7. Almari Piala 2
8. Almari Mushalla 1
9. Almari Etalase 2
10 Almari Lab 1
(Dolumentasi, 20 Februari 2017)
Tabel 3.4
Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain
No. Jenis Sarana Prasarana Jumlah Ket
1. Komputer 1 set
(CPU+Monitor)
17
2. TV 3
3. VCD Player 2
4. Camera Digital 2
5. Sound System 2 Sheet
6. Drum Band 1 Sheet
7. Tape Besar 1
8. Tape Kecil/Radio Tape 1
9. Orgen/Key Board 1
10. Rebana 1 Sheet
55
11. OHP 2
12. Laptop 40
13. Printers 5
14. Meja Tenis -
15. Ring Basket 1 Sheet
16. Gawang Mini 1
17. Seragam Drum B. 1 Sheet
18. Loss Speaker 1
19. Mega Phone 2
20. Speaker Aktif 1
21. Pesawat Telp. 2
22. Mesin Facsimile 1
23. Tenda Pramuka 15
24. Papan Tulis White Board 12
25. LCD Proyektor 9
26. Drum Musik 1 Sheet
27. AC 8
(Dokumentasi,20 Februari 2017)
6. Kegiatan Ekstrakurikuler
56
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah
untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal yang
lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada, antara lain:
Tabel 3.5
Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler
No Jenis Ekstrakurikuler Hari Pelaksanaan Keterangan
1 Pramuka Jum‟at Wajib
2 Mengaji Jum‟at Wajib
4 OSN FISIKA Selasa Pilihan
5 OSN matematika Selasa Pilihan
6 Tilawah Rabu Pilihan
7 Kaligrafi Rabu Pilihan
8 PMR Sabtu Pilihan
9 Rebana Jum‟at Pilihan
10 Paskibra Sabtu Pilihan
11 Bola volly Kamis Pilihan
(Dokumentasi, 29 Juli 2017)
7. Prestasi Siswa-siswi SMP Negri 2 Banyubiru
57
Banyak sekali prestasi-prestasi siswa yang diperoleh siswa SMP
Negeri 2 Banyubiru selama kurun waktu tiga tahun, hal ini membuktikan
bahwa siswa-siswi SMP Negeri 2 Banyubiru tidak unggul dalam karakter
saja tetapi juga unggul dalam bidang akademik/ prestasi. Berikut adalah
rinciannya yang disajikan dalam tabel.
Tabel 3.6
Daftar Prestasi Siswa
DAFTAR PRESTASI SISWA
SMP NEGERI 2 BANYUBIRU
TAHUN 2016
No. Nama Kls
Jenis
Lomba Tahun
Tingkat
Perin
gkat
Ka
bu
pat
en
Pro
vin
si
Na
sio
nal
1
Yunita Cha
Alifa
8 Lomba
Tilawah
2016 V Juara
I
2
Nirmala Novy
Ardiana
8 Lomba
Batik
Jumputan
2016 V Juara
I
3
Muhammad
Ridwan
8 Osa
Matematika
2015 V Juara
I
4 Ma'ruf Nugroho
8 Lomba Mtq
Tilawah
Putra
2016 V Juara
III
5 Yoga riyanto
8 Lomba Mtq
Tilawah
2015 V Juara
III
6 Nadia A
8 Osa
FISIKA
2016 V Juara
II
7 Talita widiani Lomba Seni 2015 V Juara
58
Tari III
8
Aini Rini Yara
Fadillah
Lomba 1
Juz Tilawah
Putri
2016 V Juara
2
9
Aini Rini Yara
Fadillah
Lomba 1
Juz Tilawah
Putra
2016 V Juara
3
10
Aisyah Tiara
Rahmadhani
7 Lomba
Kaligrafi
putri
2016 V Juara
I
11
Muhammad
Rizki
7 Tilawah
2016 V Juara
II
12
Dicky Irvan
Naufal 9
Lomba
BolaVolly
2016 V Juara
II
13
Maulana Habibi 9 E Lomba
Kaligrafi
2016 V Juara
I
14
Rizky Nugroh Lomba
tilawah
2015 V Juara
I11
15 Muris kelas 9,
9 E Lomba
Paskibra
2016 V Juara
III
16
Murid Kelas 8,
Rebana ,
Lomba
Rebana
2016 V Juara
II
B. Temuan Penelitian
Di bawah ini akan dijabarkan mengenai pendidikan karakter siswa
di SMP Negeri 2 Banyubiru mulai dari konsep yang dikembangkan,
implementasi pendidikan karakter yang dilaksanakan, dan fakor pendukung
59
serta faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2
Banyubiru.
1. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2
Banyubiru
Terkait dengan konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di
SMP Negeri 2 Banyubiru, A sebagai Kepala Sekolah menuturkan:
“Konsep pendidikan yang kami kembangkan dalam
pelaksanaan pendidikan karakter disini itu bermuara kepada
ahlaqul karimah, sesuai dengan visi dan misi di sekolah kita mbak.
Nanti bisa dibaca untuk visi dan misinya. Yang jelas, kami selalu
menekankan kepada anak-anak bahwa pentingnya pendidikan
karakter untuk menempuh kehidupan ke depan. Kami selalu
menerapkan dengan pembiasaan-pembiasaan seperti senyum, salam
dan sapa kepada siapapun saat bertemu. Mbak sendiri juga sudah
melihat kan pembiasaan-pembiasaan yang diimplemantasikan
disini” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan A, pukul
10.00 di ruang Kepala Sekolah).
Sedangkan E sebagai Guru PKN menyampaikan pendapat yang
hampir sama, sebagai berikut:
“Pertama, konsep pelaksanaan pendidikan karakter di sini
berkonsep dari visi misi sekolah umum , kedua dari panggilan hati
bahwa mengajar itu adalah ibadah, dan yang ketiga adalah bahwa
guru adalah motivator yang harus mengajar dengan baik, jika guru
memberi motivasi dengan baik maka hasilnyapun akan baik juga”
(Sumber: Wawancara, KAMIS, 27 Juli 2017 dengan Guru PKN E,
pukul 13.00 WIB di Ruang Tamu)
P selaku Wali kelas VII A mengungkapkan bahwa konsep
pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negri 2 Banyubiru
bermuara kepada umum dan tetapi berbau keislaman sangat ditekankan
yang bertujuan membentuk akhlak yang mulia. Data ini diperoleh dari P
melaui wawancara singkat, beliau menjelaskan bahwa:
60
“Untuk pengembangan karakternya, dasarnya jelas dari
tuntutan agama islam, dan cita-cita kami dalam penerapan
pendidikan karakter adalah untuk membentuk generasi yang
berakhlaqul karimah. Selain itu juga berkonsep kepada unggah-
ungguh dalam masyarakat sekitar yang selalu menerapkan
kesopanan dan santun dalam bersikap maupun bertuturkata kepada
siapapun, semua ada unggah-ungguhnya mbak” (Sumber:
Wawancara dengan P, pada hari Kamis, 27 July 2017 di Ruang
Tamu pukul 09.00 WIB).
Sedangkan J selaku wali kelas 8 E menuturkan pendapat bahwa
konsep pendidikan karakter yang dikembangkan dalam
pengimplementasian pendidikian karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru sebagai berikut:
“Ya tentunya saya berusaha supaya anak saya itu ketika
keluar dari sini ada karakter positif yang ditonjolkan, makanya
pada saat pembelajaran tambahan motivasi dan keislaman selalu
saya sisipkan, meskipun hanya waktu yang sebentar. Pokoknya
pendidikan karakter yang saya terapkan berkonsep kepada iman
dan taqwa” (Sumber: Wawancara, Jum‟at 28 Juli 2017 dengan J,
pukul 09.00 WIB di ruang guru).
YA selaku Kabid Kurikulum yang bertugas mengatur dan memenej
seluruh kurikulum di SMP Negri 2 Banyubiru, yang berkenaan dengan
penenaman pendidikan karakter siswa, YA menjelaskan:
“Kalau konsep pendidikan karakter di sini itu adalah untuk
membentuk karakter siswa, mengarahkan penanaman karakter
secara menyeluruh, baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal
tersebut bertujuan untuk membentuk siswa sebagai insan kamil.
Metodenya dengan memberikan keteladanan dan pembiasaan
dalam proses pembelajaran ” (Sumber: Wawancara, Jum‟at 28 juli
2017 dengan YA, pukul 14.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).
61
Sedangkan menurut X selaku Guru PAI yang merupakan guru yang
sangat brperan dalam pembentukan karakter siswa-siswinya, karena PAI
merupakan mata pelajaran moral yang banyak memuat dan mengajarkan
banyak tentang afektif atau sikap pada siawa menjelakan:
“Dalam pembelajaran PAI, terus terang banyak sekali nilai-
nilai religius yang diajarkan ke anak, itu semua diterapkan
berdasarkan ajaran-ajaran agama islam, yang di sandarkan kepada
sesuatu yang diakui kebenarannya, yaitu Al-Qur‟an. Didalam
Pembelajaran PAI sangat berperan penting dalan Pendidikan
Karakter ini juga berpengaruh pada pemikiran siswa yang positif
dan memiliki sifat kepribadian yang baik dan insan yang mulia.”
(Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 juli 2017 dengan X, pukul 08.30
WIB di Ruang Tamu).
Pendapat yang hampir sama juga dijelaskan beberapa narasumber
berkaitan tentang konsep yang dikembangkan dalam implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru, adapun pendapat-
pendapat tersebut adalah :
“Yang menjadi ciri khas di SMP Negeri 2 Banyubiru itu
adalah adanya muatan positif yang selalu dikaitkan dengan
pembelajaran. SMP ini umum tetepi keislaman yang ditekankan
pada siswa lebih banyak karena ini juga memnbentuk karaktek
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru. (Sumber: Wawancara, Jum‟at,
28 Juli 2017 dengan N , pukul 12.10 WIB di Ruang Guru).
“Dalam ekstrakurikuler jelas yang menjadi dasar
implementasi karakter adalah kedisiplinan yang di terapkan ke
dalam proses pelaksanaan selama kegiatan itu berlangsung. Karena
menurut saya kedisiplinan merupakan nilai utama dalam
pendidikan karakter, baru kemudian nilai-nilai karakter yang lain
bisa muncul dengan otomatis” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27
Juli 2017 dengan G, pukul 15.0 WIB di Ruang Guru).
“Kalau itu ya mungkin dari afektif mbak, lebih kepada sikap.
Jadi sekolah itu tujuannya bukan hanya membuat anak pintar saja
akan tetapi agar lebih baik sikapnya. Kalau hanya pandai saja tanpa
62
diimbangi dengan sikap yang baik, maka itu belum disebut siswa
yang baik dan belum sesuai dengan tujuan atau visi misi di Al-
Azhar” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017, pukul 09.20
WIB di Ruang Guru).
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti
menemukan beberapa konsep yang dikembangkan dalam implementasi
pendidikan karakter siswa di SMP Negri 2 Banyubiru, terlihat bahwa di
SMP Negeri 2 Banyubiru ini pelaksanaan pendidikan karakter berkonsep
kepada ahlak mulia, penegakan aturan di sekolah, nilai dan norma agama,
unggah-ungguh budaya jawa dan sesuai dengan visi misi yang ada.
Konsep pendidikan karakter yang didasarkan kepada akhlak mulia
terlihat dari segala aktifitas dan pembiasaan siswa yang selalu menerapkan
nilai kejujuran, sopan santun, amanah, kebersihan lingkungan, dan adab-
adab yang dilakukan. Adab bertemu guru, adab menuntut ilmu, adab
bertemu tamu dan masih banyak lagi.
Pengembangan konsep karakter di SMP Negri 2 Banubiru
bermuara kepada nilai dan norma agama, ini artinya nilai dan norma
agama menjadi nilai utama dan tertinggi yang harus diterapkan. Karena
jika siswa, guru dan semua warga sekolah menerapkan nilai dan norma
agama insyaa allah tidak ada siswa yang melanggar norma dan hukum.
Karena jelas bahwa di dalam agama islam telah dijelaskan bahwa akhlak
seorang muslim itu sempurna, dengan dibekali akal fikiran yang
diharapkan mampu digunakan untuk berfikir dan bertindak dan diharapkan
mampu untuk membedakan mana perbuatan yang haq dan perbuatan yang
63
bathil. Dalam Al-Qur‟an pun juga jelas, bahwa Rasulullah SAW diutus di
muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru
Tahun 2017
Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru, diperoleh dari keterangan beberapa narasumber sebagai
berikut.
Selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Banyubiru, A menegaskan
implementasi pensisikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru melalui
kegiatan rutin atau pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan kepada siswa
mulai datang di sekolah sampai siswa pulang, A menjelaskan:
“Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 2
Banyubiru diwujudkan dalam pembiasaan sehari-hari siswa dan
semua warga sekolah mulai dari pagi sampai pulang sekolah dan
juga ada jam tambahan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Yang
terkait dengan nilai-nilai karakter dilaksanakan secara integratif
oleh semua lini sekolah, tidak hanya guru PAI atau PKN saja.
Kalau pelaksanaan program harian kan otomatis penanaman
karakter itu melekat kepada tata tertib sekolah, mulai dari
kehadiran siswa tepat waktu, ikrar, sopan santun, senyum salam
sapa, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas di rumah,
sholat dhuha, serta sholat dzuhur berjamaah. Banyak sekali
pembiasaan-pembiasaan yang dapat menanamkan nilai-nilai
karakter. Misalnya nilai karakter kesopanan bisa terlihat setiap kali
bertemu siswa dan guru kami selalu menekankan dan mewajibkan
untuk senyum, salam, dan sapa. Dan masih banyak lagi kegiatan-
kegiatan yang dapat menanamkan pembiasaan karakter baik
sehingga melahirkan siswa-siswa yang berakhlaqul karimah”
(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan A, pukul 08.10
WIB di Ruang Kepala Sekolah).
64
YA sebagai kabid kurikulum juga menjelaskan hal yang hampir
sama, bahwa ada banyak sekali strategi atau cara yang dilakukan sekolah
dan guru dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru, diantaranya melalui program harian yang memang sudah
menjadi program wajib di sekolah seperti bersalaman, membaca ikar,
sholat dhuha,sholat dzuhur berjamaah, dan masih banyak lagi. YA
menjelaskan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2
Banyubiru sebagai berikut:
“Yang jelas kalau ranahnya kurikulum pendidikan karakter
,yang dimunculkan itu pertama dilewatkan dengan program harian,
pembiasaan. Njenengan juga tahu sendiri to program pembiasaan
mulai dari pagi sudah terlihat pendidikan karakter yang kita
implementasikan dalam pembiasaan, mulai dari bersalaman, ikrar, ,
sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, itu. Banyak pokoknya
mbak. Belum lagi kalau yang mingguan itu ada upacara bendera
hari senin, sholat dhuha berjamaah, membaca asmaul husna,
kultum pada hari jum‟at. Yang satu bulan sekali ya insidental
sesuai penjadwalannya. Misal penanaman nilai karakter
nasionalisme ada peringatan hari besar nasional seperti 17 Agustus,
Hardiknas, dan lain sebagainya. Terus kalau untuk PHBI ada
peringatan 1 muharram, isro‟ miraj, maulid nabi. Biasanya diisi
dengan pengajian dan kadangkala diselipkan lomba-lomba. Kalau
kaitannya dengan pendidikan karakter jenis lombanya juga
menumbuhkan karakter anak, disiplin itu. Seperti adzan, kaligrafi,
kultum, hafalan Al-Qur‟an dan lain-lain” (Sumber: Wawancara,
jum‟at, 28 julii 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid
Kurikulum).
Observasi yang dilakukan peneliti selama kurang lebih satu minggu
juga menemukan beberapa kegiatan siswa yang dilakukan mulai datang
sampai siswa pulang, bahwa seluruh siswa dan guru selalu menerapkan
senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu, pembiasaan-pembiasaan
kesehaian yang sangat mendukung proses pembentukan karakter siswa
65
mulai dari datang tepat waktu kemudian bersalaman dengan bapak/ibu
guru di depan gerbang sekolah, ikrar, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut dijelaskan YA mengenai strategi implementasi
pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru, YA mejelaskan:
“Strateginya ya upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan
pembiasaan itulah, anak itukan sebetulnya butuh pengulangan,
pendidikan karakter itu butuh sebuah pengulangan dan terus
menerus. kemudian kegiatan pembiasaan berkenaan dengan
karakter itu porsinya banyak, dengan harapan, ketika pembiasaan
itu lama-lama akan tertanam, jika sudah tertanam maka akan
keluar. Anak-anak jika sudah terbiasa, tertanam dan akan keluar
lewat aplikasi perilaku mereka sesuai dengan pembiasaan yang
diajarkan disekolah, dimana sekolah swasta yang terpenting adalah
pelayanan. Karena sekolah itu adl tempat utk mengubah sikap, dari
belum bisa menjadi bisa, dari belum disiplin menjadi disiplin. Dan
mengajar itu yang terpenting memahami dulu karakter anak. Jika
guru sudah memahami karakter anak mau melangkah seperti apa
itu mudah. Anak-anak sekolah di sini tujuan utamanya bukan nilai,
tapi kan orang tua menitipkan di sini anaknya disini agar anaknya
bisa ngaji, karakternya baik dsb. Jadi sebagai guru utamanya adalah
pelayanan, jika mau mengasuh anaknya orang harus faham dulu
karakter anaknya. Beda karakter beda penangannya” (Sumber:
Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di
Ruang Kabid Kurikulum).
Sedangkan J selaku wali kelas 8 mengungkapkan bahwa tugas wali
kelas, selain menjadi guru mapel tetapi juga berperan sebagai pendidik
yang bertugas pembimbing kepada siswa-siswinya menuju gerbang
kesuksesan, bukan hanya mentransfer ilmu pengatahuan saja namun juga
sebagai faktor penting dalam pembentukan karakter siswa. J
mengungkapkan:
“Kalau tugas mengajar itu pasti, tapi untuk menanamkan
pendidikan karakter ya biasanya membuat aturan dulu membuat
kesepakatan awal, kalo anak begini sanksinya begini. Misalnya jika
66
anak-anak mengeluarkan kata-kata tidak sepantasnya, maksudnya
tidak sopan atau mengejek temannya, maka saya pakai penghapus
diusapkan sebagai pertanda bahwa oo kalo begini itu tidak boleh,
paling seperti itu. Terus membuat kesepakatan lagi kalau nanti
misalnya anak mau izin ke kamar mandi harus bagaimana, paling
seperti itu untuk menanamkan karakter anak. Kalau sebagai wali
kelas ya ini yang kadang-kadang berat juga. Karena setiap kali
masuk pelajaran di kelas saya sendiri langsung peran ganda, selain
menjadi guru mapel saya juga sebagai wali kelas. Biasanya
mengambil beberapa menit dulu untuk memotivasi dan pembinaan.
Ya sebisa mungkin terus mengingatkan, mengarahkan anak, dan
yang penting itu tidak jueh. Meskipun ada waktu khusus, setiap
hari sabtu tapi biasanya terbentur dengan jadwal lain. Akhirnya
sebagai inisiatif wali kelas selalu mengambil jam mengajar itu
sendiri”(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017, pukul 09.20
WIB di ruang tamu).
Guru BK selain sebagai guru mata pelajaran juga sbagai guru yang
bertugas membimbing dan membina siswa baik yang bermasalah maupun
yang tidak. K sebagai guru BK di SMP Negeri 2 Banyubiru juga
mengungkapkan bahwa menjadi guru BK itu susah-susah gampang, karena
tugas guru BK di sini lumayan berat. K menuturkan:
“Ya, jadi BK itu kan bukan pembelajaran tapi
pembimbingan, pembinaan. Pembimbingan kepada murid yang
bermasalah, bermasalah pribadi, sosial, maupun sekolah. Di
sekolah ketika saya masuk ke kelas selain menyampaikan materi,
diawal pasti sudah saya sampaikan. Banyak hal yang saya
sampaikan mengenai pendidikan karakter, baik yang di sekolah
maupun di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar, Dari awal
saya masuk di kelas ketika melihat karakter yang tidak diharapkan,
langsung kita tegur baiknya seperti ini. Anak yang berkarakter
kurang baik itu, biasanya ada riwayat yang melatar belakanginya,
jadi saya sebagai guru BK selalu mengcrosscek riwayat anak
tersebut seperti apa. Mencari riwayat entah di rumah dan di sekolah
lama. Karena tugas seorang guru tidak hanya tanggung jawab
terhadap akademisnya saja, tapi justru ke karakternya itu. Kalau
akademis itu anak bisa mempelajarinya di rumah, sedangkan
karakter itu harus diterapkan di manapun (Sumber: Wawancara,
Jum‟at, 28 juli 2017 dengan K, pukul 09.45 WIB di Ruang Tamu).
67
Keterangan hampir sama diutarakan guru PAI sekaligus wali kelas,
yang menjelaskan bahwa implementasi pendidikan karakter khususnya
dalam mata pelajaran PAI Mereka menjelaskan:
“Ya kalau dalam pembelajaran PAI itu adalah pembelajarn
yang banyak menekankan kepada religius dan menyangkut
pendidikan moral atau karakter, pembiasaan kepada sikap-sikap
yang baik sesuai dengan ajaran keagamaan. Jadi konsep pendidikan
karakter yang diimplementasikan di sini ya sesuai dengan ajaran
islam yang menyangkut norma dan moralitas. Yang merupakan
norma tertinggi, kalau siswa dan guru bertindak dan berperilaku
sesuai dengan norma agama insyaa allah kita terhindar dari
pelanggaran hukum”(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017,
pukul 14.20 WIB di Ruang Guru).
“Salah satunya kalau dalam pembelajaran itu berdoa sebelum
KBM, disiplin. Pendidikan karakter di RPP pun sudah tertuang di
situ, ada beberapa sikap ada religius, tanggung jawab, disiplin
kemudian pembiasaan-pembiasaan yang terus dilakukan agar anak
menjadi lebih baik. Kita realisasikan dalam pembelajaran, jadi
include. Misalnya tugas-tugas, kita mengambil karakter disiplin,
berarti dia mengumpulkan tugas tepat waktu apa tidak. Kalau
dalam praktek-praktek di PAI seperti sholat, wudhu anak tanggung
jawab tidak dalam pelaksanaannya. Kalau sebagai wali kelas, untuk
pembinaan, pengarahan kita ada waktu khusus paling beberapa
menit sekali, paling melihat presensi, disiplin tidak. Yang kedua
piket, anak-anak sudah melaksanakan tugasnya apa belum.
Memotivasi agar anak selalu berkarakter baik. Sebagai wali kelas
saya juga tidak bisa bekerja sendiri, saya selalu menenyakan
kepada temannya si anak yang bermasalah dan selalu koordinasi
dengan guru mapel lain dan guru BK, bahkan orang tua” (Sumber:
Wawancara, Jum‟at, 28 Juli 2017 dengan X, pukul 10.30 WIB di
koridor sekolah).
Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan di luar jam
sekolah menurut G dalam pendapatnya, sangat berpengaruh besar terhadap
pembentukan karakter siswa. Hal ini karena dalam kegiatan
ekstrakurikuler, siswa memang benar-benar memilih sendiri jenis
68
ekstrakurikuler sehingga mereka dapat mengeksplor kegemaran mereka
sesuai bakat. G mengungkapkan:
“Kemudian dalam kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya sangat
berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak, menurut
saya kalau mereka jujur dari hati mereka yang paling dalam. Itu
karena mungkin di ekstra mereka memilih sendiri, interestnya kan
di situ. Misalnya ada anak yang suka vocal grup karena memang
suka nyanyi, di situ anak sangat senang. Suka tampil, seneng
karena terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ,
akhirnya dia berani tampil jadi dia lebih percaya diri dibandingkan
sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler, tanpa paksaan”
(Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 Juli 2017 dengan X, pukul 07.30
WIB di ruang tamu).
J selaku wali kelas 8 menerangkan tentang bagaimana
implementasi pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswa, baik saat
di kelas maupun di luar kelas, J menjelaskan:
“Pendidikan karakter saya dimulai dari pembiasaan ketika
awal pembelajaran saya membiasakan anak untuk berdoa,
membaca basmalah tujuannya adalah mengingat Allah. Jadi ketika
belajar Allah selalu bersama mereka insyaa allah semua akan diberi
kelancaran dan ilmu yang saya sampaikan bisa bermanfaat, yang
kedua adalah mengecek kerapian kelas berarti mengecek
kedisiplinan anak terlebih dahulu. Sebelum pembelajaran kelas
harus bersih dan nyaman. Ketiga, pada saat KBM sya
membiasakan anak utk jujur dan bertanggung jawab. Biasanya saya
melihat di agenda pelajaran saya, dan saya bertanya apakan ada
PR? Dan anak menjawab jujur, iya ada. Kemudian saya bertanya
lagi apakah sudah dikerjakan?, itu termasuk nilai karakter tanggung
jawab. Kemudian ketika pembelajaran saya juga menerapkan
keaktifan bertanya dan menghargai pendapat orang lain. Disitu
saya tidak membenarkan dan menyalahkan, biarkan anak-anak
yang mengkritisi terlebih dahulu (Sumber: Wawancara, Kamis, 27
juli 2017 dengan TM, pukul 11.00 WIB di Koridor Sekolah).
Lebih lanjut diungkapkan H mengenai perannya sebagai wali kelas
dalam mewujudkan pendidikan karakter. H menuturkan bahwa:
69
“Terus peran saya selaku wali kelas, setiap saya masuk kelas
setiap itu pula saya melakukan pembinaan meskipun durasinya
hanya 5 sampai 10 menit. Nanti kalau sekiranya ada hal yang
penting saya akan masuk kelas untuk melakukan pembinaan. Dan
juga pembinaan di luar kelas itu juga saya lakukan untuk anak-anak
tertentu. Sebagai contoh pembinaan di luar kelas, misalkan ada
laporan anak, baik dari anak yang bermasalah itu sendiri maupun
dari teman-temannya nanti akan saya panggil, akan saya ajak
sharing. Jadi saya terbiasa menekankan kepada anak-anak bahwa
wali kelas memanggil anak itu bukan karena ada masalah atau
pelanggaran tetapi butuh komunikasi supaya tidak terjadi
misskomunikasi” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017
dengan H, pukul 12.10 WIB di ruang guru).
Dari hasil pengamatan peneliti hari Jum‟at, 28 Juli 2017 pukul
06.30 WIB terlihat bahwa pada pukul 06.30 WIB guru-guru sudah berdiri
di gerbang SMP Negeri 2 Banyubiru menyambut dan menyalami siswa
yang berangkat. Beberapa guru tersebut memeriksa siswa-siswi mulai dari
rambut bagi yang laki-laki, kuku dan kerapian seragam. Saat itu ada
beberapa siswa yang kukunya panjang, kemudian disuruh untuk
memotong kukunya di gerbang sebelum diperbolehkan masuk. Siswa-
siswi berangkat ke sekolah ada yang di antar orang tuanya dan ada pula
yang naik kendaraan umum kemudian berjalan kaki sampai di sekolah.
Siswa-siswi di sini tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri.
Khusus hari jum‟at pukul 06.50 siswa dan guru sudah siap rapi
melakasanakan senam pagi, kemudian melaksanakan sholat dhuha ,
kemudian dilanjutkan membaca asmaul husna, kemudian ditutup dengan
memberikan infaq.
Setelah bel masuk sekolah berbunyi, siswa-siswi masuk ke dalam
kelas. Sebelum KBM dimulai siswa dan guru masing-masing kelas
70
melakukan tadarus selama 10-15 menit. Saat KBM dimulai, ada salah
seorang siswa yang memimpin doa, dan pada KBM PKN terlihat bahwa
guru sebelum memulai materi selalu memberikan motivasi-motivasi
kepada siswanya dan diselingi dengan nasihat-nasihat yang penuh dengan
kasih sayang. Strategi yang digunakan guru dalam pengimplementasikan
pendidikan karakter, selalu menanmkan ketegasan, dan kedisiplinan. Tidak
lembek dalam memberi penjelasan. Guru memberikan kebebasan kepada
siswa untuk berkomunikasi dengan teman yang lain, dan bebas
berpendapat selama pendapat itu tidak menyimpang dari pelajaran, KBM
pun dilaksanakan di perpustakaan, yang tujuannya adalah agar siswa tidak
tegang dan ada pergantian suasana agar lebih menyenangkan.
3. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP
Negeri 2 Banyubiru
Menurut A, faktor yang mendukung implementasi pendidikan
karakter di SMP Negri 2 Banyubiru sangat beragam, bisa faktor dari dalam
atau intern dan faktor dari luar atau ekstern. A mengungkapkan:
“Pendukung implementasi pendidikan karakter di SMP Negri
2 Banyubiru sangatlah banyak, beberapa diantaranya antara lain:
lokasi yang strategis dan lingkungan sekolah yang kondusif
sehingga tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan,
siswa yang tidak terlalu banyak membuat mudah dalam
mengkondisikan, kekuatan guru dan stakeholders dalam membuat
kedekatan dengan siswa, kedisiplinan sekolah, serta kesadaran
siswa dan guru itu sendiri” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli
2017 dengan A, pukul 08.10 WIB di ruang Kepala Sekolah).
Sedangkan menurut YA mengungkapkan bahwa faktor pendorong
yang paling utama adalah lingkungan. YA munuturkan:
71
“Kalau faktor pendorong, lingkungan to. Lingkungannya kan
ini sama, agamanya sama, secara otomatis kan terdukung”
(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan YA, pukul
14.00 WIB di ruang Kabid Kurikulum).
X selaku wali kelas 8 sekaligus Guru PAI menjelaskan mengenai
faktor-faktor pendorong dalam suksesnya implemenasi pendidikan
akarakter ada beberapa. X menyebutkan faktor-faktor tersebut antaranya:
“Faktor pendukung antaranya ialah visi dan misi sekolah
yang dibentuk untuk mendukung pendidikan karakter untuk
mewujudkan ahlaqul karimah, kemudian lingkungan sekolah yang
sudah semua islam, tidak tercampur dengan yang lain sehingga
tidak menimbulkan pro kontra” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27
Juli 2017 dengan X, pukul 14.20 WIB di ruang guru).
Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa narasumber, bahwa
pendidikan karakter sangat dekat hubungannya dengan lingkungan, baik
lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi pendidikan karakter yang
dilakukan. Pendapat mereka mengenai faktor-faktor pendukung
implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
“Karakter anak itu biasanya dipengaruhi oleh lingkungan
kok, jika anak bergaul dengan lingkungan baik, maka anak tersebut
akan menjadi baik” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 juli 2017
dengan S, pukul 09.10 WIB di ruang guru)
Sedangkan menurut K, selaku guru K di SMP Negeri 2 Banyubiru,
yang dalam kesehariannya bertugas memberikan bimbingan kepada siswa-
siswa di sana, K menyebutkan:
“Faktor yang mendukung, adanya kerja sama dengan guru-
guru yang lain. Ketika satu guru menyampaikan/menasihati siswa
mungkin masih cuek, tapi kalo semua guru yang mengingatkan,
72
mungkin akan lebih mendengarkan” (Sumber: Wawancara, Jum‟at,
28 Juli 2017 dengan K, pukul 09.40 WIB di Ruang Tamu)
Selaku wali kelas, S juga menegaskan bahwa faktor-faktor
pendukung implementasi pendidikan karakter dipengaruhi oleh anak itu
sendiri. S menuturkan:
“Yang pertama memang karakter anak mudah dikontrol, dan
tidak membutuhkan penanganan lebih, kedua adalah ketegasan
yang selalu saya tanamkan dimana saat anak-anak bisa mengikuti
perintah saya, maka saya akan membimbing mereka menuju
gerbang kesuksesan. Yang penting adalah konsisten kepada
komitmen” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 Juli 2017 dengan S,
pukul 12.10 WIB di Ruang Guru).
Hasil pengamatan peneliti pada hari Rabu, 28 Juli pukul 06.30-
selesai terlihat bahwa letak sekolah di pinggir jalan dan dikelilingi sawah-
sawah yang hijau, di lingkungan sekolah terdapat poster-poster dan slogan-
slogan yang disusun unik di dinding-dinding sekolah. Lingkungan sekolah
yang bersih, rapi dan tidak bising membuat KBM menjadi nyaman. ada
rak sepatu di dalam kelas untuk meletakkan sendal siswa. Terdapat juga
perpustakaan yang di dalamnya lengkap dengan buku-buku
Terdapat juga lapangan untuk sepak bola/futsal dan volly yang
lumayan luas di sekolah. Ada juga masjid yang biasa digunakan untuk
beribadah sholat oleh siswa, guru, karyawan, dan orang yang mampir
sholat. Dan yang tidak kalah penting, semua guru-guru dan karyawan serta
73
siswa-siswi yang ramah dan murah senyum yang memudahkan peneliti
dalam melaksanakan penelitian di SMP Negri 2 Banyubiru.
4. Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru
Hambatan yang dialami sekolah dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter kepada siswa-siswinya banyak macamnya, ada
hambatan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri atau disebut
dengan faktor intern dan ada juga yang berasal dri luar atau disebut faktor
ekstern. A juga merasakan hal yang sama, bahwa dalam implementasi
pendidikan karakter terhadap siswanya, di antaranya menurut Kepala
Sekolah adalah:
“Sebenarnya kan tanggung jawab pendidikan karakter bukan
hanya pada sekolah saja, tetapi pada orang tua. Di sini yang berat
itu justru di lingkungan luar sekolah, ketika di sekolah kita sudah
mengkondidikan dengan baik namun kita sangat sulit mengontrol
perilaku siswa ketika sudah tidak di sekolah. Kemudian, faktor lain
adalah perbedaan budaya di rumah dengan di sekolah. Jika di
rumah siswa diwajibkan berjilbab, tapi dirumah terkadang ada
orang tua yang tidak memakai jilbab” (Sumber: Wawancara,
Kamis, 27 Juli dengan A, pukul 08.10 WIB di ruang kepala
sekolah).
Sedangkan menirut YA selaku Kabid Kurukulum juga menegaskan
bahwa faktor-faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter
yang adalah pengaruh dari lingkungan, terutama lingkungan di luar
sekolah. YA mengungkapkan:
“Kalau untuk faktor penghambatnya sendiri ya anak itu
sendiri, kalau secara psikologi masih labil, masih ingin mencari jati
diri dan ingin mencoba sesuatu yang baru terutama yang negatif-
74
negatif” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan YA,
pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).
S juga menyampaikan pendapat tentang penghambat yang
dirasakan dalam implementasi pendidikan karakter kepada siswanya,
faktor utamanya adalah dari siswa itu sendiri. S mengungkapkan:
“Faktor penghambatnya nek dari siswa, biasa mbak kalo yang
namanya siswa kan usianya masih labil. Jadi pendidikan karakter
belum dilaksanakan, kadang masih memberontak, masih
melakukan dengan paksaan dan belum sepenuh hati. Yang
terpenting kita tidak boleh bosan dalam mengingatkan, karena
memang pendidikan karakter membutuhkan proses yang tidak
sebentar, perlu diulang terus” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli
dengan S, pukul 14.20 WIB di ruang guru).
Hal senada diungkapkan J selaku wali kelas, bahwa dalam
implementasi pendidikan karakter tidak selamanya berjalan dengan lancar
sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa faktor yang menghambat
implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru
berpendapat bahwa:
“Namanya anak-anak jiwa bermainnya masih menonjol, jadi
dia cenderung lebih mudah terbawa lingkungan yang lain. Jika
bergaul dengan lingkungan yang tidak baik maka akan tidak baik
pula karakter anak tersebut” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 Juli
2017 dengan J, pukul 12.10 WIB di Ruang Guru).
Beberapa narasumber juga berpendapat yang hampir sama dengan
pendapat-pendapat di atas, bahwa pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang membutuhkan proses yang tidak sebentar, dan ketlatenan
guru dalam mendidik dan membimbing. Faktor lingkungan, faktor dalam
diri siswa itu sendiri yang belum sesuai dengan harapan sekolah
75
merupakan hambatan yang dialami oleh para guru di SMP Negeri 2
Banyubiru, beberapa pendapat diungkapkan:
“Kalau yang menghambat, kadang pengaruh lingkungan itu
tadi. Kalau menurut saya siswa usia SMP itu, guru dan orang tua
nomor sekian, dibandingkan teman. Pertemanan itu nomor satu.
Guru dan orang tua mau bilang apa, contohlah kalo bilang belajar,
gak bole main. Tapi kalo temen bilang ayo bolos, ya anak tersebut
ngikut temannya. Anak usia ini kan takut gak punya temen, takut
dicim, jadi faktor utama adalah teman” (Sumber: Wawancara,
Kamis, 27 Juli, pukul 09.45 WIB di Ruang Tamu).
“Ya namanya anak-anak kan berbeda-beda mbak, masih
susah untuk dikondisikan. Karakternya berbeda membuat susah
untuk mengaturnya” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari
2017 dengan G, pukul 11.00 WIB di koridor sekolah).
Siswa SMP Negri 2 Banyubiru juga mengungkapkan faktor yang
menghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga adalah faktor dari anak itu sendiri, karena sebenarnya di
sekolah bapak dan ibu guru telah mengajarkan banyak kebaikan, tetapi
anak itu sendirilah yang memang melakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja melanggar peraturan, E mengungkapkan:
“Ada beberapa siswa yang belum manut dengan peraturan
mbak. Seperti masih ada yang datang terlambat, masih sering
melanggar peraturan karena masih menyepelekan. Soalnya biarpun
berkali-kali dihukum tapi masih mengulang kesalahan yang sama”
(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan E, pukul 12.45
WIB di ruang kelas 9).
Hasil penelitian oleh peneliti selama satu minggu, mulai pagi
hingga siswa pulang terlihat bahwa memang masih ada beberapa siswa
yang belum menaati peraturan sekolah dan masih susah untuk diatur. Ada
juga siswa yang masih keluar masuk kelas pada saat jam pelajaran dan
menganggu siswa yang lain.
76
Meskipun dengan berbagai strategi secara maksimal dan ternyata
hasilnya belum sesuai dengan harapan, tetapi bapak dan ibu guru di SMP
Negeri 2 Banyubiru tidak menyerah dan berdiam diri begitu saja. Mereka
akan selalu berusaha dengan maksimal agar pendidikan karakter berjalan
dengan baik dan sesuai dengan harapan.
77
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017
Konsep merupakan dasar, tujuan, cita-cita atau harapan dalam rangka
mewujudkan suatu pelaksanaan. Dengan adanya konsep maka pelaksanaan
akan mudah dilakukan.
Pendidikan karakter menurut Zucdi (2009: 76) adalah sebuah proses
pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti atau akhlak
mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-
Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya
menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter
sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Selaras dengan hal tersebut, konsep yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah dengan berkonsep
kepada nilai dan norma agama, ini artinya nilai dan norma agama menjadi
nilai utama dan tertinggi yang harus diterapkan. Karena jika siswa, guru dan
semua warga sekolah menerapkan nilai dan norma agama insyaa allah tidak
ada siswa yang melanggar norma dan hukum. Karena jelas bahwa di dalam
agama islam telah dijelaskan bahwa akhlak seorang muslim itu sempurna,
dengan dibekali akal fikiran yang diharapkan mampu digunakan untuk
berfikir dan bertindak dan diharapkan mampu untuk membedakan mana
perbuatan yang haq dan perbuatan yang bathil. Dalam hadits pun juga jelas,
bahwa Rasulullah SAW diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak
78
manusia. Misalnya nilai religius, diimplementasikan dalam kegiatan berdoa
sebelum dan sesudah KBM, pembiasaan tadarus, sholat dhuha, sholat dzuhur
berjamaah, dan lain sebagainya.
Konsep pendidikan karakter di sekolah ini juga berdasarkan unggah-
ungguh dan budaya jawa, yang di dalamnya memuat banyak peraturan,
norma, adat serta kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat atau
masyarakat jawa. Dalam hal ini misalnya, mencium telapak tangan guru atau
orang yang lebih tua ketika bersalaman, menundukkan badan dan meminta
izin ketika lewat di depan guru, selalu ramah saat bertemu guru atau orang
lain, tidak hanya sebatas di sekolah saja akan tetapi ketika mereka melihat
guru di luar sekolah mereka juga melakukan hal yang sama seperti saat di
dalam sekolah.
Di sini tugas guru selain menjadi fasisilitator dalam menyalurkan ilmu
pengetahuan, guru juga berperan penting dalam memberi contoh, mengajak
dan membimbing siswa kepada suatu perbuatan yang baik.
Munurut Muslich (2011: 81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada
79
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan kseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat.
Sesuai dengan pendapat di atas, di SMP Negeri 2 Banyubiru yang
mempunyai visi membangun generasi yang berkualitas, beriman dan
bertaqwa itu merupakan konsep dan tujuan dari implementasi pendidikan
karakter siswa di sana. Jadi konsep pendidikan karaker yang dikembangkan
di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah untuk mendidik karakter siswa secara
menyeluruh, baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal tersebut bertujuan
untuk membentuk siswa sebagai insan kamil.
Selain kepada hal-hal di atas, konsep pendidikan karakter yang
dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah dengan berdasarkan tata
tertib atau peraturan yang ada di sekolah. Tata tertib dan peraturan sekolah
sangat membantu dalam implementasi pendidikan karaker siswa. Dengan
adanya tata tertib yang ada, diharapkan semua siswa dan guru dapat menaati
dan melaksanakan tata tertib tersebut, sehingga pendidikan karakter bisa
berjalan dan terlaksana dengan baik.
B. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Negri 2 Banyubiru
Tahun 2017
Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana
menjadi sebuah tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif
80
dan efisien. Dalam implementasi pendidikan karakter merupakan kegiatan inti
dari pendudidikan karakter.
Implementasi pendidikan karakter dalam KTSP dilakukan dengan
mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan pemblajaran,
pengembangan budaya sekolah dan pusat belajar (kegiatan rutin, kegiatan
spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat), serta penambahan alokasi waktu
pembelajaran (Daryanto, 2013: 75-76).
Selaras dengan pendapat di atas, implementasi pendidikan karakter
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Pembelajaran
Dilihat dari penjabaran nilai-nilai karakter yang sering ditanamkan
guru dalam KBM, di SMP Negeri 2 Banyubiru telah mengintegrasikan
nilai-nilai karakter ke dalam KBM. Hal ini terlihat dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi terkait dengan penanaman nilai-nilai
karakter yang ditanamkan guru.
Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan guru dalam KBM
diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Nilai-nilai Karakter dan Indikatornya di dalam KBM
No Nilai Karakter Indikator
1 Religius 1. Berdoa sebelum dan sesudah KBM
81
2 Disiplin 1. Membiasakan untuk masuk kelas tepat
waktu
2. Membiasakan menaati peraturan kelas
3. Membiasakan mengumpulkan tugas tepat
waktu
3 Jujur 1. Tidak mencontek ketika ulangan
4 Peduli
Lingkungan
1. Pembiasaan potong rambut, kuku, rapi
dalam berpakaian, dan kebersihan badan
2. Menjaga kebersihan kelas
3. Merapikan tata letak meja, kursi dan
benda-benda kelas
4. Tersedianya tempat sampah
5 Tanggung
Jawab
1. Melaksanakan tugas piket sesuai jadwal
2. Meleksanakan tugas dari guru
6 Kreatif 1. Menciptakan situasi belajar yang bisa
menumbuhkan daya fikir dan bertindak
secara kreatif
2. Menggunakan metode pembelajaran yang
kreatif dn tidak membosankan
3. Pemberian tugas yang menantang sehingga
memunculkan karya dan ide kreatif siswa
7 Demokratis 1. Mengambil keputsan dalam kontrak belajar
82
atau komitmen kelas secara bersamaan
antara guru dengan siswa
8 Cinta Tanah Air 1. Memajang foto presiden dan wakil
presiden
2. Memajang foto pahlawan-pahlawan
nasional
3. Memasang peta indonesia
9 Toleransi 1. Guru memberikan pelayanan yang sama
kepada seluruh siswa tanpa membedakan
2. Bekerja dalam kelompok yang berbeda
10 Kesopanan 1. Tindak tanduk antara murid dengan guru
11 Rasa Ingi Tahu 1. Menciptakan suasana kelas yang
mengundang keingintahuan siswa
2. Mengimplementasikan model-model
pembelajaran yang aktif dan kreatif
12 Menghargai
Prestasi
1. Memberikan reward kepada siswa yang
berprestasi
2. Menciptakan suasana pembelajaran untuk
memotivasi siswa berprestasi
13 Komunikatif 1. memberikan komunikasi yang santun dan
Memberikan motivasi.
14 Gemar
membaca
Memberikan kebiasaan dengan tanpapaksaan
untuk menambah wawasan siswa.
83
b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Implementasi pendidikan karakter melalui pengembangan budaya
sekolah dilakukan dengan:
1) Pembiasaan Rutin
Karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa tidak akan terbentuk
dengan tiba-tiba tetapi perlu proses yang lama dan pembiasaan yang
kontinyu. Oleh karena itu perlu upaya pembiasaan perwujudan nilai-
nilai dalam kehidupan sehari-hari (Damayanti, 2014: 63). Begitu juga
implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru
juga dilaksanakan secara rutin agar nilai-nilai karakter melekat dalam
diri siswa. Pembiasaan rutin di sekolah ini meliputi:
a) Kegiatan Harian:
(1) Mushafakhah: kegiatan berjabat tangan dengan guru-guru di
gerbang ketika siswa berangkat sekolah dan juga pemeriksaan
ketertiban serta kelengkapan atribut siswa. (Disiplin, Tanggung
Jawab).
(2) Pembacaan ikrar siswa yang diselipkan dengan menyanyikan
lagu Indonesia Raya, hafalan Al-Qur‟an dan pengumuman-
pengumuman. (Religius, Disiplin, Tanggung Jawab, Cinta
Tanah Air).
(3) Sholat Dhuha: dilaksanakan oleh guru dan siswa saat pada
jamistirahat pertama. (Religius).
84
(4) Sholat Dzuhur Berjamaah: dilaksanakan oleh seluruh warga
SMP Negri 2 Banyubiru di masjid diisi dengan kultum, dzikir
dan doa. (Religius, Disiplin, Tanggung Jawab)
(5) Pembiasaan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu. (Sopan
Santun, Toleransi).
b) Kegiatan Mingguan:
(1) Upacara hari Senin: dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah di
halaman sekolah. Petugas upacara bergilir setiap minggunya.
(Disiplin, Tanggung Jawab. Semangat Kebangsaan Dan
Nasionalisme, Cinta Tanah Air).
(2) Jum‟at pagi penuh berkah: dilaksanakan setiap Jum‟at pukul
06.50 WIB-07.30 WIB oleh seluruh warga sekolah di Koridor
Sekolah. Kegiatan ini diisi dengan senam SKJ, bersih2-bersih
lingkungan setelah itu masuk kelas pembacaan asmaul husna,
membaca surat-surat pilihan serta diakhiri dengan kultum.
Petugasnya bergilir. (Religius, Disiplin, Tanggung Jawabkreatif,
Komunikatif).
(3) Infaq Jum‟at: dilaksanakan oleh petugas OSIS dengan
membawa kotak infaq dan keliling kelas. (Religius, Dermawan)
(4) Sabtu Perwalian: dilaksanakan pada hari sabtu pagi. Wali kelas
memasuki kelas yang dibimbingnya masing-masing, dan
mengadakan pembinaan, musyawarah terkait keadaan siswa dan
85
kelas serta masalah-masalah seputar kelasnya. (Demokratis,
Komunikatif. Tanggung Jawab, Kreatif).
c) Kegiatan Incidental
Kegiatan incidental merupakan kegiatan yang dilakukan pada
saat-saat tertentu, sesuai dengan penjadwalan. Dalam hal ini di SMP
Negeri 2 Banyubiru melakukan kegiatan incidental sebagai berikut:
(1) MABIT: dilaksanakanpada akhir semester gasal olehkelas VII
dan VIII. (Religius, disipli, tanggung jawab, kreatif).
(2) Upacara Peringatan Hari Besar Nasional: Upacara dilaksanakan
seperti upacara Hardiknas, Hari Guru, HUT RI, dan lain-lain.
(Disiplin, semangat kebangsaan dan Nasionalisme, Cinta Tanah
Air).
(3) Peringatan Hari Besar Islam: Kegiatan seperti pengajian dalam
rangka Isra‟ Miraj, Maulid Nabi, Idul Qurban, dan lain-lain.
Biasanya juga diisi dengan berbagai lomba-lomba yang
menunjang kreatifitas anak seperti lomba kaligrafi, hafalan juz
30, dan lain-lain. (Religius, Peduli Sosial, Kreatif, Toleransi).
2) Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa yang harus
dikoreksi pada saat itu juga. Misalnya, ada siswa yang membuang
86
sampah sembarangan, berteriak-teriak sehingga menganggu pihak
yang lain, berbicara dan berlaku tidak sopan, dan lain sebagainya.
Ada juga kegiatan spontan lain yang dilaksanakan di SMP Negeri 2
Banyubiru. Misalnya mengunjungi teman yang sedang tertimpa
musibah sakit ataupun keluarganya yang meninggal. Memberikan
sebagian hartanya untuk disumbangkan kepada yang terkena musibah
tersebut. Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan
rasa kepedulian siswa terhadap sesama.
3) Keteladanan
Aktualisasi nilai-nilai yang telah ditanamkan pada siswa perlu
didukung oleh lingkungan yang memberikan keteladanan (Damayanti,
2014: 62). Dalam hal ini guru sebagai pemimpin (pendidik) harus bisa
digugu dan ditiru, harus memberikan teladan atau contoh yang baik
bagi siswanya, baik itu dalam bertutur kata, berbuat maupun
berpenampilan.
Dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21 Allah berfirman
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah Swt
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.”
Selaras dengan hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan di SMP
Negeri 2 Banyubiru telah menerapkan keteladanan bagi siswa, seperti
berpakaian rapi, bersikap ramah (senyum, salam, sapa), berbahasa
yang baik, disiplin, memuji kebaikan dan keberhasilan siswa,
87
mengikuti sholat dhuha dan sholat dzuhur berjamaah dan kegiatan-
kegiatan lainnya.
Tujuannya adalah agar siswa mudah dalam menerima dan meniru
perilaku yang baik yang dilakukan guru sehingga lama-kelamaan
karakter dapat terbentuk dengan sendirinya. Seorang guru adalah orang
yang perkataan dan perbuatannya dipatuhi dan dianut itu sudah
sepantasnya memiliki karakter sempurna dalam menjalani aktivitasnya.
Maka, apabila perkataan dan perbuatan guru tidak memiliki karakter
baik, maka kita tidak bisa membayangkan apa jadinya karakter
siswanya.
4) Pengkondisian
Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter. Dalam rangka mendukung
implementasi pendidikan karakter siswa maka sekolah harus
dikondisikan dengan baik. Lingkungan sekolah harus mencerminkan
kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang
diinginkan.
Selaras dengan hal tersebut, semua warga di SMP Negeri 2
Banyubiru telah berusaha mengkondisikan sekolah dengan baik.
Misalnya toilet yang selalu bersih, tempat sampah ada di berbagai
tempat dan disendirikan antara sampah organik dan anorganik, sekolah
terlihat rapi dan alat belajar diletakkan terartur, slogan-slogan di
88
dinding sekolah dan di halaman sekolah, dan suasana lingkungan yang
tidak bising.
5) Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengembangkan bakat minat siswa dan juga bertujuan untuk
membentuk karakter siswa. Karena dalam kegiatan ekstrakurikuler
siswa dapat memilih sendiri jenis ekstrakurikuler yang disukai sesuai
dengan bakat dan minat siswa.
Selaras dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
di SMP Negeri 2 Banyubiru dilaksanakan sebagai sarana untuk
membentuk dan mengembangkan nilai-nilai karakter anak. Kegiatan
ekstrakurikuler tersebut, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jenis Ekstrakurikuler dan Nilai Karakter yang Diimplementasikan
No Jenis Ekstrakurikuler Nilai Karakter
1 Pramuka Cinta damai, Disiplin,
Toleransi, Kerja Keras, Kreatif,
Mandiri
2 Mengaji Religius
3 ASBD (Al-Azhar Seni Bela
Diri)
Disiplin, Mandiri, Kerja Keras
4 Futsal Kerja keras
89
5 PMR Disiplin
6 Rebana Kreatif
Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler sangat besar pengaruhnya
dalam pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Karena
kegiatan ekstrakurikuler diikuti siswa berdasarkan bakat dan minat
siswa itu sendiri tanpa adanya paksaan. Misalnya ada anak yang suka
vocal grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang.
Suka tampil, seneng karena terbiasa latihan bareng, kemudian dia
menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia lebih percaya
diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler karena
tidak ada paksaan.
6) Kegiatan Keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat merupakan
kegiatan yang dilakukan sekolah agar dapat mengupayakan terciptanya
keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan
pembiasaan di rumah dan masyarakat (Daryanto, 2013: 76).
Hal ini selaras dengan kegiatan yang dilakukan di SMP Negeri 2
Banyubiru. Sekolah selalu menjalin hubungan baik dengan orang
tua/wali murid, sekolah membuat buku penghubung antara sekolah
dengan orang tua/wali muid, agar orang tua tahu kondisi anajnya di
sekolah, dan sekolah juga tahu kondisi siswa saat di rumah. Sekolah
juga selalu memberikan informasi kepada orang tua/ wali murid
90
dengan cara mengadakan pertemuan rutin setiap tahunnya, agar tujuan
pendidikan di sekolah sinkron dan mendapat dukungan dari orang tua.
Selain itu ada juga home visit dan tahajud misscalled sebagai bentuk
dan upaya implementasi pendidikan karakter di luar sekolah.
7) Reward and Punishment
Agar perilaku siswa sesuai dengan tata nilai dan norma yang
ditanamkan perlu dilakukan konfirmasi antara nilai yang dipahami dan
perilaku yang dimunculkan. Apabila siswa melakukan yang sesuai
keininginan perlu diberikan penghargaan atau reward, agar siswa
semangat untuk menjadi lebih baik. Sedangkan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan perilaku terhadap tata tertib dan norma perlu
dilakukn upaya pencegahan dengan memberikan hukumn atau
punishment yang sepadan dan bersifat pedagogis pada siswa
(Damayanti, 2014: 64).
Sesuai hal tersebut, pihak sekolah juga melaksanakan metode itu
dalam membentuk karakter siswa. Hal ini dilakukan melalui berbagai
cara, diantaranya pemberian hadiah berupa barang kepada siswa yang
berprestasi, kepada siswa yang hasil karyanya bagus. Tetapi terkadang
reward tidak selamanya diwujudkan dengan barang. Ada juga guru
yang memberikan nilai plus dan sekedar tepuk tangan kepada siswa
yang nilainya terbaik sebagai cara untuk memberikan reward atau
penghargaan. Kemudian untuk yang melanggar tata tertib seperti
91
datang terlambat, tidak mematuhi peraturan sekolah maka siswa
mendapatkan poin pelanggaran.
Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru,
selain dilakukan dengan dua hal di atas, ada juga implementasi pendidikan
karakter berbasis pikiran. Implementasi pendidikan karakter berbasis pikiran
diwujudkan dengan adanya pembacaaan ikrar guru dan siswa sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai ada juga dengan motivasi-motivasi dan
nasihat bapak serta ibu guru yang selalu ditanamkan kepada siswa. Karena
dengan perkataan yang diucapkan kepada siswa, kemudian siswa merekam
perkataan dan masuk ke dalam pikiran mereka dan tertanam ke pikiran
mereka. Suatu hal yang sudah tertanam ke dalam pikiran maka akan
berpengaruh dalam pengucapan atau bertutur kata, dan perkataan akan
berpengaruh terhadap perbuatan yang dilakukan. Perbuatan yang dilakukan
akan berpengaruh pula kepada kebiasaan, dan kebiasaan yang dilakukan
secara terus menerus akan menghasilkan karakter. Dan dengan karakter yang
ditaburkan maka akan menuai nasibnya.
Tidak hanya siswa saja yang melaksanakan pendidikan karakter di
SMP Negeri 2 Banyubiru, akan tetapi semua guru juga menerapkan
pendidikan karakter. Implementasi pendidikan karakter untuk guru dan kepala
sekolah di SMP Negeri 2 Banyubiru hampir sama dengan apa yang dilakukan
siswa-siswinya, dengan pembiasaan-pembiasan seperti senyum, salam dan
sapa setiap bertemu dengan siswa dan bapak ibu guru lainnya, melaksanakan
ikrar guru, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah. Dan tidak lupa hal yang
92
paling penting dilakukan oleh kepala sekolah dan guru adalah dengan selalu
memberikan teladan yang baik untuk siswa-siswinya, baik dalam perkataan,
penampilan dan perbuatan.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa implementasi pendidikan karakter
siswa diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan
kegiatan kegitan di luar sekolah. Implementasi pendidikan karakter di SMP
Negeri 2 Banyubiru tidak hanya dilakukan oleh siswanya saja, akan tetapi
oleh kepala sekolah dan guru-guru. Strategi yang digunakan adalah dengan
pembiasaan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan
ekrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan di msyarakat, serta melalui
sistem reward and punishment. Dengan strategi di atas maka diharapkan
akan terbentuk karakter yang kuat yang melekat dalam diri siswa sebagai
bekal untuk melanjutkan kehidupan setelah lulus baik di sekolah maupun di
lingkungan rumah dan masyarakat.
C. Faktor-faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru Tahun 2017
Dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru, tidak lepas dari faktor-faktor yang mendukung imlementasi
pendidikan karakter, Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai segi,
baik guru, siswa-siswi, fasilitas, maupun lingkungan sekitarnya. Menurut
Gunawan (2012:19) menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi karakter manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, para
93
ahli menggolongkannya ke dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.
Hampir sama dengan pendapat di atas, bahwa setiap proses
implementasi pendidikan karakter baik dalam kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan di luar pembelajaran tidaklah lepas dari faktor-faktor yang
mendukung keberhasilan implementasi pendidikan karakter siswa di SMP
Negeri 2 Banyubiru. Adapun faktor pendukung tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Intern
Faktor interen merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu
itu sendiri. Dalam hal ini faktor yang mendukung implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah kesadaran
siswa tersebut. Mekipun ada sebagian siswa yang belum menyadari
atau belum ikhlas melakukan perintah dan menaati tata tertib, tetapi
ada juga siswa yang dengan kesadaran dirinya dan tanpa paksaan
sudah bisa melakukan atau menerapkan pendidikan karakter.
b. Faktor Ekstern
Faktor eksteren atau faktor yang mendukung terlaksananya
pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru antara lain:
1) Visi dan misi sekolah serta tata tertib sekolah yang menjadi acuan
dalam implementasi pendidikan karakter.
94
2) Dari data yang ditemukan bahwa kekuatan dari guru dan seluruh
stake holders sekolah sangat mendukung implementasi pendidikan
karakter.
3) Kegiatan yang sudah terprogram dan budaya sekolah yang
notabennya sekolah islam, guru dan siswanya semua islam, yang
tida pernah sepi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan membuat
mudah dalam implementasi pendidikan karakter.
4) Prinsip kebersamaan, kerja sama dan kekeluargaan yang terus
dijaga serta kedekatan antara guru dengan siswa membuat nyaman
dalam pengimplentasian pendidikan karakter.
5) Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak membuat mudah untuk
mengawasi dan mengontrolnya.
6) Sarana dan prasarana atau fasilitas sekolah yang baik dan lengkap
7) Lingkungan yang kondusif sehingga nyaman dan mudah dalam
implementasi pendidikan karakter.
Faktor-faktor di atas tentunya dapat membantu dan mempermudah
guru maupun siswa dan semua warga sekolah dalam implementasi
pendidikan karakter siswa, baik itu di dalam KBM, budaya sekolah
maupun kegiatan ekstrakurikuler. Dengan adanya pendukung-
pendukung tersebut, diharapkan semua warga sekolah lebih semangat
dalam menjalankan tugas sesuai kewajibannya masing-masing.
D. Faktor-faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru
95
Berdasarkan hasil penelitian baik melalui observasi dan wawancara,
ada beberapa hambatan yang dihadapi sekolah dalam implementasi
pendidikan karakter siswanya. Hambatan yang dialami sekolah sangat
beragam. Ada faktor dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern) siswa itu
sendiri, diantaranya adalah:
a. Faktor Intern
Gunawan (2012: 19-21) mengungkapkan bahwa faktor penghambat
pembentukan karakter siswa dari dalam atau faktor intern dipengaruhi
oleh insting atau naluri, adat atau kebiasaan, kehendak atau kemauan,
suara batin atau suara hati, dan keturunan.
Hampir sama dengan pendapat Gunawan, faktor penghambat dari
dalam (intern) yang dialami siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru antara lain:
1) Keadaan siswa itu sendiri, siswa usia SMP itu kalau secara psikologi
masih labil, masih ingin mencari jati diri dan ingin mencoba sesuatu
yang baru terutama yang negatif-negatif. Solusinya adalah dengan
terus mengingatkan dan membimbing, karena pendidikan karakter itu
tidak serta merta berhasil sesuai dengan keinginan, tetapi
membutuhkan proses dan waktu yang lama.
2) Keberagaman karakter siswa dan beberapa siswa yang sulit diatur
serta keterbatasan guru dalam mengawasi perilaku siswa, sehingga
membuat sulit untuk mengimplementasikan pendidikan karakter pada
siswa.
b. Faktor Ekstern
96
1) Lingkungan bergaul di luar sekolah, perbedaan kebudayaan di
rumah dan di sekolah. Jika di sekolah siswa memang sudah
diajarkan karakter-karakter baik, belum tentu saat di rumah siswa
melaksanakan hal tersebut. Terkadang masih ada orang tua di
rumah yang belum mendukung pendidikan karakter dan tujuan
pendidikan sekolah. Jadi tujuan pendidikan di sekolah belum satu
sinergis dengan budaya yang dilakukan di rumah.
2) Terbatasnya kontrol sekolah seteleh siswa pulang sekolah. Dalam
hal ini pihak sekolah tidak dapat memantau kegiatan anak di luar
sekolah secara intens, untuk menjembatani antara pihak sekolah
dengan orang tua maka diperlukan buku penghubung agar semua
bisa mengetahui, dan bisa menjalin komunikasi serta koordinasi
yang baik antara pihak sekolah, siswa dan orang tua.
3) Pengaruh media, seperti televisi, handphone, internet, facebook,
instagram, twetter, dan lain sebagainya yang didalamnya
mengandung unsur positif maupun negatif. Informasi yang tidak
terbendung melalui medsos, jika siswa tidak pandai dalam
menggunakannya maka akan berdampak buruk bagi siswa.
Solusinya, pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua/ wali
murid untuk selalu mengontrol dan membimbing, mengawasi dan
mendampingi putera-puterinya di rumah agar tidak menggunakan
medsos mereka secara salah dan berlebihan.
97
Dengan diketahuinya faktor-faktor penghambat dalam
implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru,
diharapkan pihak sekolah mampu menemukan solusi agar implementasi
pendidikan karakter berjalan lebih baik lagi.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
dapat mengambil kesimpula:
1. konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2
Banyubiru adalah dengan berkonsep kepada nilai dan ajaran agama
Islam, unggah-ungguh dan budaya Jawa, visi dan misi sekolah, serta
tata tertib sekolah.
2. Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru
dilakukan dengan implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan
belajar mengajar dan dengan pengembangan budaya sekolah dan
pusat kegiatan belajar (pembiasaan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat, serta sistem reward and
punishment) serta implementasi pendidikan karakte berbasis fikiran
yang diwujudkan dengan pembacaan ikrar, pemberian nasihat serta
motivasi kepada siswa. Bukan hanya siswa saja yang
mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah, akan tetapi
semua warga sekolah seperti kepala sekolah dan semua guru.
99
3. Faktor yang mendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari
dalam diri siswa tersebut dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu
kesadaran siswa itu sendiri dalam melaksanakan atau menerapkan
karakter pada dirinya. Sedangkan faktor dali luar diantaranya adalah
visi dan misi sekolah, kekuatan dari guru, kegiatan yang sudah
terprogram, prinsip kebersamaan, kerj sama, kekeluargaan dari semua
anggota atau warga sekolah seperti siswa, guru, yayasan, dan orang
tua, jumlah siswa yang sedikit sehingga mudah untuk mengontrol,
sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah yang memadai, serta
lingkungan sekolah yang kondusif.
4. Faktor yang menjadi penghambat implementasi pendidikan karakter
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru Salatiga, juga meliputi faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi adalah
keadaan siswa itu sendiri, serta keberagaman karakter siswa sehingga
sulit untuk diatur. Faktor ekstern yang mempengaruhi adalah antara
lainlingkungan bergaul, perbedaan budaya sekolah dengan budaya di
rumah, kurangnya kontrol dari guru dan orang tua, serta pengaruh
media sosial.
B. Saran
1. Untuk para siswa diharapkan terus semangat dalam belajar di
sekolah, dikarenakan pendidikan di sekolah bukan saja
100
mendapatkan ilmu pengetahuan, akan tetapi dapat memperbaiki
karakter pada diri siswa.
2. Untuk bapak, ibu guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam
sekolah dapat disisipi oleh karakter-karakter yang sudah di
sampaikan oleh diknas, tidak hanya disampaikan dalam bentuk
materi saja, akan tetapi dalam prakteknya di sekolah.
3. Untuk orang tua wali siswa, agar dapat berkoordinasi pada
sekolahan, guna menyambung pendidikan yang terdapat di
sekolahan, sehingga sekolah dalam mendidik anak tidak sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan
VCT Sebagai Inovasi Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bafadal, Ibrahim. 2012. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari
Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Damyanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah:
Teori dan Praktik Internalisasi Nilai. Yogyakarta: Araska.
Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media.
Fathurrohman, Pupuh. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Refika Aditama.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi.
Bandung: Alfabeta.
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Kadir, Abdul. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang:
UIN-Maliki Press.
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional.
Kesuma, Dharma dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lickona, Thomas. 2015. Educating For Character: Mendidik untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Moleong, Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muin, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan Ilmu &Pembentukan Karakter Bangsa.
Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Ruslan, Rusadi. 2010. Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Samani, Muchlas & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai
Target. Yogyakarta: UNY Press.
http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-
para.html, diakses pada hari minggu 5 Agustus 2017, pukul 19.00 WIB.
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PEDOMAN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi
Penelitian yang dilakukan ini akan mengamati (observation)
mengenai Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru,
yang di antaranya meliputi:
1. Melakukan pengamatan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di kelas.
2. Melakukan pengamatan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan
dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
3. Melakukan pengamatan pada penerapan pembiasaan/keseharian di
lingkungan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan
karakter.
Pedoman Observasi Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017
No Aspek yang Diamati Ya Tidak Ket
A Kegiatan Belajar Mengajar (KMB)
1 Membiasakan diri mengawali dan mengakhiri KBM
dengan berdoa
2 Guru dapat mengintegrasukan pendidikan karakter
kedalam mata pelajaran
3 Strategi yang digunakan guru terkait implementasi
pendidikan karakter mudah dipahami
4 Guru menyampaikan materi secara komunikatif
sehingga peserta didik lebih termotivasi
7 Kematangan peserta didik dalam mengikuti KBM
terlihat dari konsentrasi peserta didik di dalam kelas
8 Peserta didik dapat memahami pengintegrasian
nilai-nilai pendidikan karakter di tiap materi
pelajaran
9 Peserta didik dapat saling membantu pada saat
temannya kesulitan menerima materi pelajaran
10 Peserta didik menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam kehidupan sehari-hari
B Kegiatan Ekstrakurukuler
1 Membiasakan diri untuk mengawali dan mengakhiri
kegiatan dengan berdoa
2 Guru menyampaikan materi kegiatan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter
pada peserta didik
3 Strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi dapat dengan mudah dipahami peserta didik
4 Guru dapat memberikan contoh dalam
melaksanakan pendidikan karakter tersebut dalam
kegiatan
5 Peserta didik mampu menguasai materi kegiatan
dengan baik
6 Peserta didik menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter dari kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
7 Kematangan peserta didik dilihat dari konsentrasi
dalam mengikuti kegiatan
8 Peserta didik saling membantu temannya
9 Antar peserta didik saling menghormati dan
menghargai satu sama lain
10 Sportivitas dan semangat terjalin antar peserta didik
C Budaya Sekolah
1 Perilaku kepala sekolah dan guru dapat memberikan
contoh yang berkaitan dengan pendidikan karakter
terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan
sekolah
2 Antar warga sekolah saling menghormati dan
menghargai satu sama lain
3 Memberikan salam dan menyapa saat berpapasan
4 Saling membantu apabila ada teman yang
mengalami kesulitan
5 Antar warga sekolah dapat menerapkan nilai-nilai
pendidikan karakter di lingkungan sekolah
6 Saling menjaga kebersihan lingkungan sekolah
7 Pembiasaan/kegiatan rutin yang dilakukan siswa
yang berkaitan dengan pendidikan karakter
a. Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
d. Tahunan
e. Incidental
B. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan peneliti untuk mengungkap data-data
antara lain sebagai berikut :
1. Melalui arsip tertulis:
a. Profil SMP Negeri 2 Banyubiru
b. Visi dan misi SMP Negeri 2 Banyubiru
c. Keadaan guru dan siswa SMP Negeri 2 Banyubiru
d. Sarana dan prasarana SMP Negeri 2 Banyubiru
e. Jumlah dan kondisi bangunan SMP Negeri 2 Banyubiru
f. Ikrar siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru
g. Tata tertib SMP Negeri 2 Banyubiru
h. Data tentang prestasi siswa SMP Negeri 2 Banyubiru
2. Foto
a. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas.
b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
c. Budaya sekolah yang tercermin di lingkungan sekolah
d. Kegiatan/program unggulan sekolah terkait dengan pendidikan
karakter.
C. Pedoman Wawancara
1. Kepala SMP Negeri 2 Banyubiru, Kabid Kurikulum, Guru PAI, Guru
PKn, Guru BK, Pengampu Ekstrakurikuler dan Wali Kelas
a. Identitas Responden
1) Nama :
2) Jenis Kelamin :
3) Jabatan :
4) Usia :
5) Pendidikan terakhir :
6) Alamat :
b. Pertanyaan Peneliti
1) Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di
SMP Negeri 2 Banyubiru saat ini?
2) Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017?
3) Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
4) Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
2. Peserta Didik SMP Negeri 2 Banyubiru
a. Identitas Responden
1) Nama :
2) Jenis Kelamin :
3) Usia :
4) Kelas :
5) Alamat :
b. Pertanyaan Penelitian
1) Sikap-sikap baik apa yang diajarkan bapak/ibu guru di sekolah?
2) Apa kalian senang dengan sikap-sikap baik yang diajarkan di
sekolah?
3) Apa masih ada teman-teman kalian yang melanggar peraturan?
4) Bagaimana kesan kamu sekolah di SMP Negeri 2 Banyubiru
dengan banyak peraturan yang harus dilaksanakan?
HASIL WAWANCARA
A. Wawancara dengan Kepala Sekolah (A) pada hari Kamis, 27 Juli 2017
di Ruang Kepala Sekolah Pukul 08.10 WIB
P: Bagaimana konsep Pendidikan Karakter yang dikembagkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru tahun 2017?
N: “Konsep pendidikan yang kami kembangkan dalam pelaksanaan
pendidikan karakter disini itu bermuara kepada ahlaqul karimah, sesuai
dengan visi dan misi di sekolah kita mbak. Nanti bisa dibaca untuk visi
dan misinya. Yang jelas, kami selalu menekankan kepada anak-anak
bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk menempuh kehidupan ke
depan. Kami selalu menerapkan dengan pembiasaan-pembiasaan seperti
senyum, salam dan sapa kepada siapapun saat bertemu. Mbak sendiri
juga sudah melihat kan pembiasaan-pembiasaan yang
diimplemantasikan disini” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017
dengan A, pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah).
P: Nilai-nilai karakter apa saja yang diterapkan dalam implementasi
Pendidikan Karakter di sekolah ini?
N: Nilai karakter yang diterapkan disini sangat banyak. Nilai karakter
diterapkan sejak pagi sampai siswa pulang sekolah, misalnya nilai
kedisiplinan tampak saat siswa datang ke sekolah sebelum bel tanda
masuk berbunyi, kemudian nilai kesopanan tampak ketika siswa-siswi
menerapkan senyum, salam, dan sapa ketika bertemu dengan siapapun,
selanjunya nilai tanggung jawab, kesetiaan dan masih banyak lagi
Mbak.. itu nanti bisa diamati sendiri.
P: Bagaimana implementasi Pendidikan Karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru?
N: “Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru
diwujudkan dalam pembiasaan sehari-hari siswa dan semua warga
sekolah mulai dari pagi sampai pulang sekolah dan juga ada jam
tambahan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Yang terkait dengan nilai-nilai
karakter dilaksanakan secara integratif oleh semua lini sekolah, tidak
hanya guru PAI atau PKN saja. Kalau pelaksanaan program harian kan
otomatis penanaman karakter itu melekat kepada tata tertib sekolah,
mulai dari kehadiran siswa tepat waktu, ikrar, sopan santun, senyum
salam sapa, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas di rumah,
sholat dhuha, serta sholat dzuhur berjamaah. Banyak sekali pembiasaan-
pembiasaan yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter. Misalnya nilai
karakter kesopanan bisa terlihat setiap kali bertemu siswa dan guru kami
selalu menekankan dan mewajibkan untuk senyum, salam, dan sapa.
Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dapat menanamkan
pembiasaan karakter baik sehingga melahirkan siswa-siswa yang
berakhlaqul karimah” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017
dengan A, pukul 08.10 WIB di Ruang Kepala Sekolah).
P: Apakah sejauh ini implementasi Pendidikan Karakter sudah berhasil
diterapkan?
N: Kalau berhasil 100% itu belum, karena Pendidikan Karakter merupakan
proses yang lama,kami sebagai pendidik harus lebih berusaha lagi.
P: Faktor apa saja yang mendukung keberhasilan implementasi pendidikan
karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: “Pendukung implementasi pendidikan karakter di SMP Negri 2
Banyubiru sangatlah banyak, beberapa diantaranya antara lain: lokasi
yang strategis dan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga tercipta
suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, siswa yang tidak
terlalu banyak membuat mudah dalam mengkondisikan, kekuatan guru
dan stakeholders dalam membuat kedekatan dengan siswa,
kedisiplinan sekolah, serta kesadaran siswa dan guru itu sendiri”
(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan A, pukul 08.10
WIB di ruang Kepala Sekolah).
P: Apa saja faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Sebenarnya kan tanggung jawab pendidikan karakter bukan hanya pada
sekolah saja, tetapi pada orang tua. Di sini yang berat itu justru di
lingkungan luar sekolah, ketika di sekolah kita sudah mengkondidikan
dengan baik namun kita sangat sulit mengontrol perilaku siswa ketika
sudah tidak di sekolah.
B. Wawancara dengan Kabid Kurikulum (YA) pada hari Kamis, 23
Februari 2017 di Ruang Kabid Kurikulum pada Pukul 13.15 WIB
P: Bagaimana konsep Pendidikan Karakter yang dikembagkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru tahun 2017?
N: Kalau konsep pendidikan karakter di sini itu adalah untuk membentuk
karakter siswa, mengarahkan penanaman karakter secara menyeluruh,
baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal tersebut bertujuan untuk
membentuk siswa sebagai insan kamil. Metodenya dengan memberikan
keteladanan dan pembiasaan.
P: Bagaimana implementasi Pendidikan Karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru?
N:Yang jelas kalau ranahnya kurikulum pendidikan karakter ,yang
dimunculkan itu pertama dilewatkan dengan program harian,
pembiasaan. Njenengan juga tahu sendiri to program pembiasaan mulai
dari pagi sudah terlihat pendidikan karakter yang kita implementasikan
dalam pembiasaan, mulai dari bersalaman, ikrar, sholat dhuha, sholat
dzuhur berjamaah, itu. Belum lagi kalau yang mingguan itu ada upacara
bendera hari senin, sholat dhuha berjamaah, membaca asmaul husna,
kultum dan infaq pada hari jum‟at. Yang satu bulan sekali ya insidental
sesuai penjadwalannya. Misal penanaman nilai karakter nasionalisme
ada peringatan hari besar nasional seperti 17 Agustus, Hardiknas, dan
lain sebagainya. Terus kalau untuk PHBI ada peringatan 1 muharram,
isro‟ miraj, maulid nabi.
P: Apa saja faktor pendukung dalam keberhasilan implementasi pendidikan
karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Kalau faktor pendorong ya lingkungan, lingkungan juga bisa sebagai
pendorong positif tetapi juga ada negatif.
P: Apa saja faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter
siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Kalau untuk faktor penghambatnya sendiri ya anak itu sendiri, kalau
secara psikologi masih labil, masih ingin mencari jati diri dan ingin
mencoba sesuatu yang baru terutama yang negatif-negatif.
C. Wawancara dengan Guru PKn (E) pada hari Kamis, 27 juli 2017 di
ruang tamu pukul 13.00 WIB
P: Dalam pembelajaran PKn, apakah bapak menerapkan pendidikan
karakter?
N: Iya, contohnya karakter itu satu, sebelum KBM berdoa dahulu, menulis
hamdalah pada buku tugas setelah mengerjakan, itu kan karakter
keagamaan to.
P: Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru?
N: “Pertama, konsep pelaksanaan pendidikan karakter di sini berkonsep
dari visi misi sekolah umum , kedua dari panggilan hati bahwa mengajar
itu adalah ibadah, dan yang ketiga adalah bahwa guru adalah motivator
yang harus mengajar dengan baik, jika guru memberi motivasi dengan
baik maka hasilnyapun akan baik juga”.
P: Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Yang pertama memang karakter anak mudah dikontrol, dan tidak
membutuhkan penanganan lebih, kedua adalah ketegasan yang selalu
saya tanamkan dimana saat anak-anak bisa mengikuti perintah saya,
maka saya akan membimbing mereka menuju gerbang kesuksesan.
Yang penting adalah konsisten kepada komitmen”
P: Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Faktor penghambatnya nek dari siswa, biasa mbak kalo yang namanya
siswa kan usianya masih labil. Jadi pendidikan karakter belum
dilaksanakan, kadang masih memberontak, masih melakukan dengan
paksaan dan belum sepenuh hati. Yang terpenting kita tidak boleh bosan
dalam mengingatkan, karena memang pendidikan karakter
membutuhkan proses yang tidak sebentar, perlu diulang terus”
D. Wawancara dengan guru PAI (X) pada hari Jum’at, 28 Juli 2017 di
Ruang Tamu pukul 08.30 WIB
P: Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru?
N: “Dalam pembelajaran PAI, terus terang banyak sekali nilai-nilai religius
yang diajarkan ke anak, itu semua diterapkan berdasarkan ajaran-ajaran
agama islam, yang di sandarkan kepada sesuatu yang diakui
kebenarannya, yaitu Al-Qur‟an. Didalam Pembelajaran PAI sangat
berperan penting dalan Pendidikan Karakter ini juga berpengaruh pada
pemikiran siswa yang positif dan memiliki sifat kepribadian yang baik
dan insan yang mulia.”
P: Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru ?
N: Salah satunya kalau dalam pembelajaran itu berdoa sebelum KBM,
disiplin. Pendidikan karakter di RPP pun sudah tertuang di situ, ada
beberapa sikap ada religius, tanggung jawab, disiplin kemudian
pembiasaan-pembiasaan yang terus dilakukan agar anak menjadi lebih
baik. Kita realisasikan dalam pembelajaran, jadi include. Misalnya
tugas-tugas, kita mengambil karakter disiplin, berarti dia mengumpulkan
tugas tepat waktu apa tidak. Kalau dalam praktek-praktek di PAI seperti
sholat, wudhu anak tanggung jawab tidak dalam pelaksanaannya. Kalau
sebagai wali kelas, untuk pembinaan, pengarahan kita ada waktu khusus
paling beberapa menit sekali, paling melihat presensi, disiplin tidak.
Yang kedua piket, anak-anak sudah melaksanakan tugasnya apa belum.
Memotivasi agar anak selalu berkarakter baik. Sebagai wali kelas saya
juga tidak bisa bekerja sendiri, saya selalu menanyakan kepada
temannya si anak yang bermasalah dan selalu koordinasi dengan guru
mapel lain dan guru BK, bahkan orang tua.
P: Apa faktor-faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: “Faktor pendukung antaranya ialah visi dan misi sekolah yang dibentuk
untuk mendukung pendidikan karakter untuk mewujudkan ahlaqul
karimah, kemudian lingkungan sekolah yang sudah semua islam, tidak
tercampur dengan yang lain sehingga tidak menimbulkan pro kontra”
P: Apa saja faktor-faktor yang menghambat implementasi pendidikan
karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Karena karakter anak-anak itu dia bekerja apabila kita perintah, jadi
tanggung jawabnya baru beberapa persen, walaupun ada yang sudah
sadar dan ada yang belum. Jadi harus ditunjuk dulu baru berangkat,
harus diingatkan dulu, misalnya piket ada yang sudah sadar tapi ada
yang memang sengaja tidak mengerjakan, nunggu di peringatkan dulu
baru berangkat.
E. Wawancara dengan guru BK (RS) pada hari Jum’at, 24 Februari 2017
di Ruang Tamu pukul 09.45 WIB
P: Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru?
N: Ketika masuk di kelas sebagai guru BK, dari awal masuk di ikrar
sampai jam berakhir, ketika melihat anak yang karakternya tidak sesuai
dengan nilai moral ya langsung kita tegur, tidak usah menunggu, jadi
spontan.
P: Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017?
N: Ya, jadi BK itu kan bukan pembelajaran tapi pembimbingan,
pembinaan. Pembimbingan kepada murid yang bermasalah, bermasalah
pribadi, sosial, maupun sekolah. Di sekolah ketika saya masuk ke kelas
selain menyampaikan materi, diawal pasti sudah saya sampaikan.
Banyak hal yang saya sampaikan mengenai pendidikan karakter, baik
yang di sekolah maupun di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar.
Apalagi sekolah ini yang notabennya anak-anak menengah ke atas yang
pergaulannya sangat luas, jadi pendidikan karakter sangat penting
disampaikan. Dari awal saya masuk di kelas ketika melihat karakter
yang tidak diharapkan, langsung kita tegur baiknya seperti ini. Anak
yang berkarakter kurang baik itu, biasanya ada riwayat yang melatar
belakanginya, jadi saya sebagai guru BK selalu mengcrosscek riwayat
anak tersebut seperti apa. Mencari riwayat entah di rumah dan di
sekolah lama. Karena tugas seorang guru tidak hanya tanggung jawab
terhadap akademisnya saja, tapi justru ke karakternya itu. Kalau
akademis itu anak bisa mempelajarinya di rumah, sedangkan karakter
itu harus diterapkan di manapun.
P: Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Faktor yang mendukung, adanya kerja sama dengan guru-guru yang
lain. Ketika satu guru menyampaikan/menasihati siswa mungkin masih
cuek, tapi kalo semua guru yang mengingatkan, mungkin akan lebih
mendengarkan.
P: Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Kalau yang menghambat, kadang pengaruh lingkungan itu tadi. Kalau
menurut saya siswa usia SMP itu, guru dan orang tua nomor sekian,
dibandingkan teman. Pertemanan itu nomor satu. Guru dan orang tua
mau bilang apa, contohlah kalo bilang belajar, gak boleh main. Tapi
kalo temen bilang ayo bolos, ya anak tersebut ngikut temannya. Anak
usia ini kan takut gak punya temen, takut dicim, jadi faktor utama
adalah teman.
F. Wawancara dengan wali kelas VII E (J) pada hari Jum,at , 28 Juli
2017 di Ruang Guru pukul 09.00 WIB
P: Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru?
N: “Untuk pengembangan karakternya, dasarnya jelas dari tuntutan agama
islam, dan cita-cita kami dalam penerapan pendidikan karakter adalah
untuk membentuk generasi yang berakhlaqul karimah. Selain itu juga
berkonsep kepada unggah-ungguh dalam masyarakat sekitar yang selalu
menerapkan kesopanan dan santun dalam bersikap maupun bertuturkata
kepada siapapun, semua ada unggah-ungguhnya
P: Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017?
N: Ya kita kalau anak tertib, disiplin kita nilai dengan baik. Sebelumnya
sudah saya umumkan dahulu ketika awal pertemuan, jadi anak sudah tau
aturan mainnya dalam mapel yang saya ajarkan, kemudian jika ada yang
belum bisa maka saya akan terus melakukan bimbingan, meskipun
diluar jam pelajaran. Bukannya membeda mbedakan pelayanan anak,
tetapi kalau yang seperti itu memang lebih saya perhatikan agar bisa
sama dengan yang lain.
P: Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Faktor pendukungnya adalah keluarga, orang tua, dan lingkuangan
tempat bermain anak itu. Jika lingkungannya baik dan selalu
menanamkan karaker yang baik tentu saja anak tersebut juga akan baik
dan sebaliknya.
P: Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: lingkungan karena lingkungan bisa berdampak baik atau positif
G. Wawancara dengan wali kelas VII A (P) pada hari Kamis, 27 Juli 2017
di Ruang Tamu pukul 09.00 WIB
P: Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP
Negeri 2 Banyubiru?
N: Untuk pengembangan karakternya, dasarnya jelas dari tuntutan agama
islam, dan cita-cita kami dalam penerapan pendidikan karakter adalah
untuk membentuk generasi yang berakhlaqul karimah. Selain itu juga
berkonsep kepada unggah-ungguh dalam masyarakat sekitar yang selalu
menerapkan kesopanan dan santun dalam bersikap maupun bertuturkata
kepada siapapun.
P: Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2
Banyubiru tahun 2017?
N: Dengan membiasakan kedisiplinan siswa untuk melaksanakan tugas,
dan saya tidak bisa melaksanakan sendiri dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Kalo pembimbing dari dalam hanya bertugas
mengabsen dan mengkondisikan anak-anak, sedangkan guru
ekstrakurikuler dari luar hanya melaksanakan saja sesuai dengan
ketentuan. Strategi dalam pelaksanaanya ya dengan memberikan sanksi
kepada anak yang melanggar, misalnya ada anak yang membolos
ekstrakurikuler esoknya kita panggil kemudian kita beri teguran, kedua
dengan memberi sanksi seperti PBB atau latihan fisik agar anak jera dan
menjadi disiplin lagi.
P: Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa ?
N: Faktor pendukung itu ya adanya dukungan dan kerja sama dengan guru-
guru yang lin. Jadi kita semacam team yang mempunyai tugas masing-
masing.
P: Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di
SMP Negeri 2 Banyubiru?
N: Penghambatnya adalah, ketika guru dari luar yang mengajar kan belum
mengetahui atau belum faham dengan karakter siswanya. Jadi kan
sebaiknya kalau kita mengajar itu cara menyampaikannya harus
menggunakan cara sesuai dengan keadaan siswanya
LAMPIRAN 2
DATA INFORMAN
NO NAMA JABATAN KODE
1 Sri Mulyati, S.Pd. Kepala Sekolah A
2 Dyah Harjanti S, S.Pd Kabid Kurikulum S
3 Nur Mualifah, S.Pd Kabid Kemuridan G
4 Ita Mulyati, S.Pd. Guru PKn E
5 Tri Hartiningsih,S. Pd. Guru BK K
6 Arina Rahmandasari, S.Pd. Wali Kelas VII A J
7 Muh Mawardi Wali Kelas VIII B O
9 Budiyati, S.Pd.
Wali Kelas VIII E H
13 Ali Nugroho, S.Ag Guru PAI X
14 Drs. Edy Umar Guru PAI W
17 Ayuk marini Siswa AM
18 Diana Sari Siswa DS
LAMPIRAN 3
DATA GURU DAN KARYAWAN
No.
Nama
NUPTK
NIK Jabatan
1 2 3 4
1 SRI MULYATI
197702252000122001 Kepala Sekolah
2 Drs. FX.HARYANTO
Wakil Kepala Sekolah
3 MARDIONO , M.Pd
Guru Mapel
4 ITA MULYATI, S.Pd.
7 Guru Mapel
5 ASIH LUTVIATI, S.Pd.
Guru Mapel
6
NUR MUALIFAH ,
S.Pd.
Guru Mapel
7 BUDIYANTI S.Pd.
Guru Mapel
8
ARINA
RAHMANDASARI,
S.Pd.
Guru Mapel
9
TRI HARTININGSIH,
S.Pd.
Guru Mapel
10
NANIK ARYANTI,
S.Pd.
Guru Mapel
11 R.DONI W, S.Pd.
Guru Mapel
12 ISMANGIL, S.Pd.
Guru Mapel
13
MISKIATUN NAFIAH,
S.Pd.
Guru Mapel
14 Dra. A. S NOOR SS
Guru Mapel
15 SUMIYATI, S.Pd.
Guru Mapel
16
DYAH HARJANTI S,
S.Pd. Guru Mapel
17 SRI WIDODO, S.Pd.
Guru Mapel
18 RUBINAH , S.Pd.
Guru Mapel
19
NURSIH
PARDIYANTI, S.Pd. Guru Mapel
20 Drs.EDY UMAR
Guru Mapel
21 ALI NUGROHO, S.Ag.
Guru Mapel
22 WALYATI, S.Pd.
Guru Mapel
DAFTAR KARYAWAN
No.
Nama
NUPTK
TUGAS
YANG
NIK
DI AMPU
1 ENDANG SUSILOWATI, S. E
Ka Tata
Usaha
2 RINA HARTANTI, S.E
Bendahara
Sekolah
4 SUBARDI
Keamanan
6 NUR ROHMAN
Kebersihan
10
DEWI
KUSUMANINGRUM,S.HUM Operator Sek
Ka. Lab
Komp
LAMPIRAN 4
TATA TERTIB SISWA
SMP NEGERI 2 BANYUBIRU
1. Perilaku
Siswa wajib santun dan saling hormat-menghormati.
Siswa tidak boleh menyalahgunakan uang sekolah, uang kas dan
sebagainya.
Siswa tidak diperkenankan mengambil hak milik orang lain.
Semua siswa wajib ikut menjaga dan memelihara sarana dan
prasarana sekolah.
Siswa tidak diperkenankan mengganggu teman / orang lain dengan
sengaja / tidak sengaja sehingga menyebabkan cidera / cacat
fisik / mental.
Tidak boleh mencontek / memberi jawaban kepada orang lain saat
Ulangan Harian, Ulangan Umum Bersama, serta Ujian Akhir
Nasional baik lisan maupun tertulis.
Siswa tidak diperkenankan memalsu tanda tangan Orang tua, Guru
dan Kepala Sekolah.
Siswa tidak boleh bermusuhan atau berkelahi, baik dengan sesama
kawan di Perguruan SMP Negeri 2 Banyubiru ataupun dengan
siswa luar.
Siswa tidak diperkenankan melakukan pemerasan terhadap orang
lain atau terlibat dalam perjudian.
Siswa tidak boleh membawa / mempergunakan benda-benda
seperti :
a. Senjata api, senjata tajam, rokok, miras, narkoba dan zat
adiktif, benda / barang lainnya yang dapat membahayakan jiwa.
b. Majalah, komik, VCD porno, kartu remi, atau barang yang
tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
Siswa tidak boleh membawa kendaraan bermotor.
Saat kegiatan belajar, HP, pager dan sejenisnya harus dimatikan.
Siswa tidak diperkenankan pindah tempat duduk tanpa seizin guru
/ wali kelas.
Siswa tidak diperkenankan membuat keributan di dalam kelas dan
mengganggu kelas lainnya pada saat pelajaran berlangsung.
2. Kerajinan
Semua siswa telah hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai.
Tanda masuk sekolah dimulai pukul 06.50 WIB.
Siswa tertib dan khidmat dalam melaksanakan ikrar, do‟a awal dan
akhir pelajaran.
Apabila tidak masuk sekolah :
Semua bentuk ijin keluar harus sepengetahuan Wali Kelas, Guru
Piket dan Guru yang bersangkutan.
Ijin pulang karena urusan yang sangat mendesak harus ada surat
keterangan dari orang tua.
Siswa tidak diijinkan pulang sebelum waktunya / tidak ikut
pelajaran tanpa ijin.
Siswa mengikuti upacara bendera / upacara hari besar nasional.
Siswa wajib memiliki buku catatan pelajaran.
Siswa wajib aktif mengikuti ekstra kurikuler wajib dan satu ekstra
kurikuler pilihan.
Siswa wajib mengikuti sholat dhuha dan sholat wajib secara
berjama‟ah.
3. Kerapian
Siswa wajib mengenakan seragam sesuai ketentuan sebagai
berikut :
Baju dimasukkan
a. Senin : biru-putih berdasi
b. Selasa : biru-putih
c. Rabu : Batik biru
d. Kamis : Batik biru
e. Jumat : Pramuka/ olahraga
f. Sabtu : Pramuka
Dengan sepatu hitam dan kaos kaki putih (berlogo SMP Negeri
2 Banyubiru) dan memakai ikat pinggang hitam ( setiap hari ).
Siswa wajib berpenampilan bersih, rapi, sopan dan Islami
dengan ketentuan :
a. Baju tidak boleh ketat dan harus dimasukan kecuali busana
muslim.
b. Siswa putrid setiap hari Jum‟at wajib berjilbab di dalam / luar
kelas.
Siswa dilarang mengecat rambut.
Siswa wajib mengenakan kaos dalam.
Siswa putra dilarang berambut panjang / gundul, mamakai
anting, gelang.
Siswa putri dilarang berpakaian tidak sopan, memakai make up
dan perhiasan secara berlebihan.
Siswa putri dilarang potong rfambut pendek menyerupai anak
putra.
Siswa tidak diperkenankan memakai topi kecuali topi sekolah /
pramuka.
Semua siswa dilarang memanjangkan kuku.
4. Sanksi –sanksi :
Peringatan secara lisan.
Peringatan secara tertulis.
Dipanggil Orang tua / walinya.
Dipulangkan.
Dikeluarkan dari sekolah.
Penutup.
Peraturan Tat Tertib Siswa ini dibuat, sebagai salah satu usaha untuk
menciptakan suasana yang tertib dan teratur di lingkungan sekolah.
Semoga Allah SWT, Yang Maha Mengatur senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita sekalian.
Amin ya Rabal ‟alamin.
Banyubiru, 27 juli 2017
Kepala SMP Negeri 2 ,
SRI MULYATI, S.Pd.
LAMPIRAN 5
RINCIAN JENIS PELANGGARAN PESERTA DIDIK
SMP ISLAM NEGERI 2 BANYUBIRU
NO.
UNSUR
YANG
DINILAI
PENILAIAN JENIS
PELANGGARAN
NILAI
PELANGGARAN
1.
PERILAKU
1. Membawa, mengedarkan,
dan mengkonsumsi obat
bius (narkoba) dan
minuman keras (miras).
2. Mencemarkan nama baik
sekolah, guru, karyawan,
dan kepala sekolah.
3. Memukuli teman
(berkelahi)
4. Mencuri di sekolah atau
luar sekolah.
5. Mencelakakan / menyakiti
teman.
6. Membawa senjata tajam di
sekolah.
140
100
100
75
75
50
30
25
25
7. Membawa gambar porno,
majalah porno / alat
kontrasepsi di sekolah.
8. Membawa kartu
permainan : remi,
ceki/bermain di sekolah.
9. Merusak lingkungan /
corat-coret alat-alat
sekolah.
10. Pemalsuan, penipuan /
penyalahgunaan surat izin,
tanda tangan orang tua,
dan dokumen sekolah.
11. Membawa / mengendarai
sepeda motor ke sekolah
selama jam pelajaran.
12. Berbicara tidak sopan /
tidak senonoh / jorok
terhadap guru dan
karyawan, serta teman.
13. Membawa rokok /
merokok di sekolah.
14. Mempengaruhi teman di
sekolah berakibat
pelanggaran tata tertib.
15. Menimbulkan kegaduhan
di dalam / di luar kelas
pada waktu jam pelajaran /
istirahat dan pada waktu
upacara.
16. Berambut gondrong /
25
25
25
20
10
10
10
5
panjang bagi siswa putra.
17. Makan makanan atau
minuman saat mengikuti
pelajaran.
NO.
UNSUR YANG
DINILAI
PENILAIAN JENIS PELANGGARAN
NILAI
PELANGGA
RAN
2.
KERAJINAN
DAN KERAPIAN
1. Tidak melaksanakan sholat dhuha /
dhuhur / jum‟at secara berjamaah.
2. Tidak mengikuti kegiatan MABIT.
3. Membolos atau meninggalkan jam
pelajaran.
4. Tidak mengikuti upacara pengibaran
bendera.
5. Tidak memakai seragam yang sesuai
dengan ketentuan sekolah.
6. Tidak memakai bedge Al-Azhar.
7. Memakai topi bebas di sekolah.
8. Tidak memakai sepatu hitam dan
berkaos kaki putih pada hari Senin –
Kamis.
9. Tidak memakai ikat pinggang hitam.
10. Tidak memakai seragam olahraga
saat pelajaran Penjaskes.
11. Tidak melaksanakan tugas tertentu
yang diberikan sekolah.
12. Terlambat masuk sekolah.
13. Memanjangkan kuku.
14. Keluar dari halaman sekolah tanpa
minta izin.
15. Tidak memakai sepatu saat KBM.
16. Membawa HP saat KBM.
25
25
20
15
15
10
10
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Keterangan Tindakan :
1. Peringatan tertulis bila mencapai angka 25
2. Panggilan I untuk orang tua bila mencapai angka 50
3. Panggilan II untuk orang tua bila mencapai angka 75
4. Panggilan III untuk orang tua bila mencapai nilai angka 150 atau siswa
dikembalikan ke orang tua.
5. Butir II dan III, si pelanggar absent ke kantor selama satu minggu.
6. Apabila orang tua dipanggil tidak hadir, siswa tidak boleh mengikuti
pelajaran sampai orang tua hadir.
Banyubiru, 15 Maret 2008
Kepala SMP Negeri 2 ,
SRI MULYATI, S.Pd.
NIK. 1977002252000122001
LAMPIRAN 6
IKRAR SISWA
LAMPIRAN 7
GAMBAR DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
1. Gerbang Masuk SMP Negeri 2 Banyubiru
2. Guru-guru dan Karyawan SMP Negri 2 Banyubiru
3. Upacara Hari Senin SMP Negeri 2 Banyubiru
4. Ekstrakurikuler Pramuka SMP Negeri 2 Banyubiru
5. Sholat Dzuhur Berjama’ah
6. Wawancara Guru BK Bpk Muh. Mawardi
7. Wawancara Kepsek Ibu Sri Mulyani
8. Wawancara Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Durotun Nasikah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang/ 25 Agustus 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Dsn. Gilang rt 3 b rw 1 Desa Tegaron kec.
Banyubiru Kab. Semarang
5. Riwayat Pendidikan :
a. SD N 2 Tegaron : 2000-2006
b. SMP N 2 Banyubiru : 2006-2009
c. SMK PGRI 1 Salatiga : 2009-2012
d. IAIN Salatiga : 2013-2017
6. Motto : Terus belajar, berjuang dan bertaqwa.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, Agustus
Penulis,
DUROTUN NASIKAH
NIM: 11113166