IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS (SCIENCE,...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS (SCIENCE,...
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT,
TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS
KELAS IV DI MI Al-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL
TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana
dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Disusun Oleh :
Oleh:
Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM: 073911019
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM : 073911019
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 19 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM : 073911019
iii
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang,19 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011
Nama : Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM : 073911019
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing I,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd.
NIP. 19570202 199203 200
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 19 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011
Nama : Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM : 073911019
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing II,
H. Fakhrur Rozi, M.Ag
NIP. 19691220 199503 1 001
vi
ABSTRAK
Judul : Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam
Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011
Penulis : Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM : 073911019
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan penerapan pendekatan SETS
(Science, Environment,Technology, and Society) pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal.
Kajiannya dilatarbelakangi oleh keinginan meningkatkan kualitas pendidikan dengan
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan cara pendidik
melakukan eksplorasi mengenai pendekatan, strategi, maupun metode baru. Dalam
pemilihan mengenai semua itu harus disesuaikan dengan setiap komponen-
komponen pembelajarannya, agar tujuan yang hendak dicapai berhasil dengan baik.
Pendekatan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pendekatan SETS
(Science, Environment,Technology, and Society). Pendekatan ini bisa digunakan
dalam materi ilmu pengetahuan, akan tetapi dalam kenyataannya pendidik tertarik
untuk menerapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena mata
pelajaran tersebut selain mencakup materi yang terlalu global pembahasannya, juga
dirasa membosankan dan materinya relatif cenderung memusatkan pada penghafalan.
Dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan salingtemas ini,
pendidik menggunakan metode diskusi untuk memacu (merangsang) dan memicu
(menumbuhkan) semangat belajar karena di dalamnya terdapat proses interaksi
yang akan menumbuhkan pengetahuan baru setelah adanya pertukaran ide ataupun
pengalaman peserta didik mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Tidak hanya itu
saja pada pertemuan berikutnya pendidik mengajak peserta didik untuk memperkuat
pemahaman mereka melalui pengamatan langsung ke objek-objek yang berhubungan
dengan materi pokok yang dipelajari. Dari semangat belajar dan penguatan mengenai
pemahaman peserta didik tersebut diharapkan hasil dari pembelajaran akan
meningkat.
Di dalam skripsi ini hanya dibatasi pada pembelajaran mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial (IPS) kelas IV dalam bab yang berjudul “Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan Transportasi”. Dalam pembelajarannya pendidik memulai dari
konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-
hari peserta didik, karena mengingat subjek kegiatan belajar masih pada jenjang
pendidikan dasar, agar mereka lebih mudah memahami keterkaitan antar unsur yang
ada di dalam konsep SETS dan juga metode observasi (pengamatan langsung).
vii
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor:
0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten
agar sesuai teks Arabnya.
{t ط a ا
{z ظ b ب
‘ ع t ت
gh غ |s ث
f ف j ج
q ق {h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م |z ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
’ ء sy ش
y ي {s ص
{d ض
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang َاْو = au
i> = I panjang َاْي = a
u> = u panjang
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan
kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya Illahi kepada umat manusia sehingga dapat
mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dengan moral dan
bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih
terutama penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
2. H. Fakhrur Rozi, M.Ag dan Amin Farih, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
3. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag, selaku dosen wali studi yang telah banyak berjasa
memberikan motivasi, bimbingan untuk penulis selama masa studi.
4. Dr. Hj. Sukasih, M.Pd dan Fakhrur Rozi, M.Ag, selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan,
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Muhammad Taftazani selaku Kepala Sekolah dan Ahmad Mabrur, S.Ag selaku
guru kelas IV MI Al- Islam Kauman Sukorejo Kendal yang telah memberikan
ijin dan bantuan terhadap pelaksanaan penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang rela ikhlas mendo’akan dan merestui penulis selama
menuntut ilmu sehingga memudahkan dalam menjalaninya, serta telah
memberikan materi yang tiada henti tanpa mengharap balasan.
ix
8. Adik-adikku (Andik Susianto dan Shofi Yuddien) yang saya sayangi kalianlah
yang selalu memberikan banyak inspirasi dan membuat saya terus tanpa henti
untuk berusaha menjadi uswah kalian, kalianlah yang saya banggakan, semoga
kalian menjadi anak yang sholeh sehingga kelak mampu menjadi generasi bangsa
yang berguna bagi keluarga, agama, negara dan bangsa.
9. Mas Haqi yang selalu memberikan semangat, motivasi dan kesediaanya untuk
selalu menemani penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-temanku PGMI angkatan 2007 yang selalu memberi motivasi, membantu
serta berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi.
11. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Dengan iringan do’a, semoga segala bantuannya menjadi amal shaleh dan
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan
skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 19 Desember 2011
Penulis
Nita Idmeiawati S.
NIM: 073911019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
TRANSLITERASI .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
BAB II : PENGETAHUAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT,
TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS
A. Kajian Pustaka ................................................................................ 9
B. Kerangka Teoritik .......................................................................... 12
1. Ilmu Pengetahuan (Science) ...................................................... 12
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan ............................................... 12
b. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan .................................................. 15
c. Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan .............................................. 18
2. Ilmu Pengetahuan Sosial ........................................................... 20
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................... 20
b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .................. 23
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ................................ 24
xi
3. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) 26
a. Pengertian SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) .................................................................................. 26
b. Ciri atau Karakteristik Pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) .................................... 30
c. Hakikat dan Tujuan Pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) ........................................................ 32
4. Tinjauan Materi .......................................................................... 32
a. Pengertian Teknologi ........................................................... 33
b. Perkembangan Teknologi Produksi ..................................... 33
c. Perkembangan Teknologi Komunikasi ................................ 34
d. Perkembangan Teknologi Transportasi ............................... 36
5. Penerapan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society) dalam pembelajaran .............................................. 37
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 41
C. Sumber Penelitian ............................................................................ 42
D. Fokus Penelitian ............................................................................... 42
E. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 43
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 45
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI
PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY,
AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MI
AL-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL TAHUN 2011
A. Tinjauan Umum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ................ 46
1. Sejarah singkat MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal .......... 46
2. Keadaan Pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ..... 47
3. Keadaan Peserta Didik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 49
xii
4. Keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Kendal ...................................................................................... 50
5. Struktur Organisasi MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ... 51
6. Kegiatan Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ...... 51
B. Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ................................................. 52
1. Persiapan ................................................................................... 52
2. Materi dan Pelaksanaan ............................................................. 54
3. Materi ...................................................................................... 54
4. Pelaksanaan ............................................................................... 56
5. Alat dan Bahan Pembelajaran .................................................. 77
6. Evaluasi .................................................................................... 77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................. 81
C. Penutup ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum KTSP. “KTSP merupakan
singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah,
sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik”.1 Pencanangan
KTSP ini yaitu sebagai pemenuhan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang RI
Nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan
Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 23, dan 24 tahun 2006.2 Kurikulum
ini menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya
pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus
pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di
sekolah (di dalam kelas maupun di luar kelas).3 Prinsip dari kurikulum ini antara lain
adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungan, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan KTSP.
Salah satu faktornya adalah metode ceramah masih dioptimalisasikan dalam proses
pembelajaran. Keadaan tersebut akan berdampak negatif bagi kedua pihak baik
pendidik maupun peserta didik, yaitu selain menjadi beban bagi pendidik karena ia
berkedudukan sebagai sumber dan pemasok ilmu pengetahuan, pendidik juga tidak
akan kreatif melakukan inovasi dalam menggunakan metode pembelajaran.
Sedangkan dampak bagi peserta didik antara lain adalah mereka bersifat pasif,
1E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 8.
2Khaeruddin, et. al., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di
Madrasah, (Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), hlm. 5
3Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), hlm. 2.
2
karena mereka beraktifitas hanya mendengarkan saja akibatnya adalah dalam
kegiatan pembelajaran akan terasa jenuh dan membosankan. Sehingga dengan
keadaan tersebut keberhasilan pendidik dalam mentransfer ilmu pengetahuan tidak
akan optimal.
Sisi lain kemajuan sains dan teknologi semakin berkembang yang
menimbulkan dampak kepada lingkungan serta masyarakat. Dengan keadaan ini
pendidik tidak sadar dituntut untuk mengubah cara pembelajaran yang pasif
tersebut ke pembelajaran yang aktif, tanggap dan bermakna bagi diri peserta didik
maupun lingkungan masyarakat di sekelilingnya. Maka perlu pendekatan untuk
mengubah keadaan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
Kata SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dapat
dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masayarakat,
merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai
implementasi agar peserta didik mempunyai kemampuan berfikir tingkat
tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan
konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan
sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains ataupun non sains.4
Program SETS ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta
didik untuk memahami hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat
secara utuh. Adapun hakikat dari pendekatan ini dalam pendidikan adalah
merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh
pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang
mempelajarinya benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS.
Mengenai hal tersebut pendidikan SETS ditujukan untuk membantu siswa
mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat
mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Selain itu
pendekatan ini juga bertujuan agar siswa mengetahui cara menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul akibat berkembangnya masalah yang berkaitan dengan
4Pristiadi Utomo, “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS”, dalam http://
ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/, diakses14 Juni 2011
3
masyarakat.5 Jadi fokus pengajaran SETS haruslah mengenai bagaimana cara
membuat peserta didik agar dapat melakukan penyelidikan, berarti memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan
yang telah mereka peroleh agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya baik mengenai kekayaan bumi
maupun isu-isu sosial serta isu-isu global.
Pendekatan ini bisa digunakan dalam materi ilmu pengetahuan, akan tetapi
Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik mata pelajaran IPS kelas IV di MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, diketahui bahwa pendidik lebih tertarik
menerapkan pendekatan SETS dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
karena mata pelajaran tersebut selain mencakup materi yang terlalu global
pembahasannya, juga dirasa membosankan dan materinya relatif cenderung
memusatkan pada penghafalan. Akan tetapi dalam penerapannya disesuaikan dengan
materi ajar yang akan disampaikan agar peserta didik memahami penggunaan
pendekatan SETS dan pembelajarannya serta materi yang diajarkan.6
Sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara.7 Akan tetapi pada jenjang
pendidikan dasar, ruang lingkup mata pelajaran ini dibatasi sampai pada gejala dan
masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan
masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada lingkungan sekitar peserta didik
MI/SD.8
Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah sebagai disiplin operasional yang efektif
dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, dalam situasi global saat
ini dapat memainkan peranan yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan
5Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka),
2008, hlm. 9.24.
6Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Mabrur S.Ag, selaku pendidik mata pelajaran IPS
Kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011 di kantor
7Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Ciputat Press), hlm. 27.
8IrfanTamwifi, et.al.,Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009),hlm. 11.
4
data keberadaanya, dalam mengajarkan ilmu-ilmu pendidikan sosial didominasi oleh
proses belajar mengajar dengan buku teks. Tidaklah salah jika dikatakan bahwa
pelajaran yang diberikan sepintas, dengan sedikit atau tidak ada signifikan sama
sekali dengan apa yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya di masyarakat.9
Setelah kita memahami secara mendalam ternyata pendidikan di Indonesia ini
cenderung pasif. Dengan adanya keadaan tersebut pendidik sebenarnya tidak sadar
dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan eksplorasi dan
terobosan-terobosan mengenai pendekatan maupun metode baru. Berbagai
pendekatan banyak ditawarkan untuk meningkatkan hasil belajar diantaranya adalah
pendekatan SETS tersebut. Penerapan pendekatan ini di kota-kota besar cukup
berjalan dengan baik, maka para pendidik di MI Kauman Sukorejo Kendal ingin
meningkatkan kualitas peserta didik dengan ikut aktif menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan ini khususnya dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Adanya latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang penerapan mengenai pendekatan SETS, untuk
mengkaji lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul : “Implementasi Pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran
IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011”
Untuk memudahkan pemahaman serta menghindari kesalahpahaman tentang
judul penelitian ini, maka peneliti perlu menegaskan berbagai istilah, yaitu sebagai
berikut:
1. Implementasi
Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan10
, sedangkan penerapan
sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah salah satu proses menerapkan
(hal mempraktikkan).11
Hal ini merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi
kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun pengertian lain dari kata penerapan ini
9Arnie Fajar, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm.
32.
10Adi Gunawan, Kamus Praktis; Ilmiah Populer, (Surabaya: Kartika), hlm. 178.
11Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2005), hlm. 1180.
5
adalah kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan suatu ide, teori, konsep,
prinsip, atau informasi ke dalam situasi yang baru.
Jadi pengertian implementasi di sini merupakan suatu proses penerapan ide,
konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan
sikap.12
Dalam pengertian ini penulis memfokuskan istilah penerapan pada pendekatan
pembelajaran yaitu pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society).
2. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007)
memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik
dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum.
Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat
bersumber dari pendekatan tertentu.13
Pendekatan dalam penelitian ini difokuskan pada suatu pendekatan
pembelajaran yaitu pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,and
Society). Sebagaimana sudah dijelaskan di atas pendekatan ini adalah suatu
pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Pendekatan SETS didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan
teknologi dalam konteks pengalaman manusia.
3. IPS
Pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social
studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies.
Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian IPS dapat
diartikan dengan “menelaah atau mengkaji tentang masyarakat”. Dalam mengkaji
masyarakat, pendidik dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial seperti
12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2005), hlm. 93.
13Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 6.
6
kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik
pemerintah, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.14
Menurut Moeljono Cokrodikardjo, IPS adalah perwujudan dari suatu
pendekatan interdispliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi,
ekonomi,, ilmu politik, dan ekologi manusia yang diformulasikan untuk tujuan
intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Sedangkan menurut pendapat S. Nasution yang juga dikutip oleh Irfan
Tamwili, dkk. mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau
paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian
kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang
terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan
psikologi sosial.15
Di dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD/MI), materi yang dibahas
adalah semua cabang dari ilmu sosial tersebut akan tetapi dikemas dalam lingkup
yang sederhana mengingat penyesuaian dengan jenjang pendidikan dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi inti permasalahan
dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society) pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Kendal tahun 2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan penerapan pendekatan SETS (Science, Environment,
14
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), hlm. 9.
15Irfan Tamwifi,et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 10.
7
Technology, and Society) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal tahun 2011.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori sesuai dengan judul dan
tema skripsi, utamanya masalah penerapan pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011.
2. Secara Praktis
a. Bagi pendidik
1) Meningkatkan kemampuan pendidik untuk memecahkan permasalahan yang
muncul dari peserta didik.
2) Membantu memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan serta
pemahaman peserta didik mengenai pelajaran yang sedang dipelajari.
3) Dapat meningkatkan pemahaman pendidik terhadap pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society).
4) Dapat meningkatkan minat pendidik untuk menggunakan pendekatan
maupun metode yang sesuai dengan keadaan peserta didik, mata pelajaran
dan materi yang akan dipelajari.
b. Bagi peserta didik
1) Adanya peningkatan dalam pemahaman serta hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
2) Motivasi dan minat peserta didik terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dapat meningkat.
c. Bagi sekolah
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi sekolah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian
bersama untuk rujukan pembelajaran di MI Al-Islam Kauman Sukorejo.
8
2) Mendapatkan panduan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society).
d. Bagi peneliti
1) Memberikan wawasan baru kepada peneliti tentang pendekatan salingtemas.
2) Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society), sekaligus sebagai contoh yang dapat dilaksanakan dan
dikembangkan kelak di lapangan.
3) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru Madrasah Ibtidaiyah (MI)
yang siap melaksanakan berbagai pendekatan serta model pembelajaran di
lapangan.
9
BAB II
PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT,
TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan informasi dasar rujukan yang digunakan dalam
penelitian ini, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi plagiat dan pengulangan dalam
penelitian. Berdasarkan survei yang dilakukan ada beberapa penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian yang berjudul “Implementasi Pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS”
tersebut adalah:
1. Efektivitas Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society)
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Pokok Sistem Koloid di MA
NU Limpung Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2008/2009, oleh Mariyana
(03104191), Jurusan Kimia, Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo.
Dalam skripsi ini menjelaskan bahwasanya ada perbedaan hasil belajar
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pembelajaran kimia
materi pokok sistem koloid. Perbedaan tersebut terbukti bahwa kelompok
eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih baik
dari pada kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran tanpa pendekatan
SETS. Hal ini terbukti dari nilai akhir rata-rata pada kelas eksperimen sebesar
7,28 sedangkan akhir rata-rata kelas pada kelas kontrol sebesar 6,33. Ini berarti
bahwa pembelajaran dengan pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, Society) pada materi pokok sistem koloid efektif bagi siswa kelas
XI IPA di MA NU Limpung Kabupaten Batang. 1
2. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society)dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem
1Mariyana, “Efektifitas Pendekatan SETS (Science, Environment, Technologi, Society) terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Pokok Sistem Koloid di MA NU Limpung Kabupaten
Batang Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. (Semarang:
Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009)
10
Ekskresi pada Manusia Kelas XI di SMA Nasima Semarang Tahun Ajaran
2009/2010, oleh Jamal Saputra (053811283), Jurusan Biologi, Fakultas Tarbiyah,
IAIN Walisongo.
Penelitian ini membahas adanya peningkatan hasil belajar pada materi
pelajaran biologi materi pokok ekskresi pada manusia ini dengan pendekatan
SETS, di dalamnya berisi tentang hasil penelitian yang menyebutkan signifikan
terhadap hasil belajar siswa. Persentase keberhasilan penerapan pendekatan
SETS sebagai pendekatan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di
SMA Nasima Semarang ditunjukkan dengan adanya perubahan kemampuan hasil
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu kesiapan dan keaktifan
pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya peningkatan nilai skor
tes akhir dari masing-masing siklus.
Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang dipresentasikan. Persentase
peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I dan II yaitu dari 60 ke 92 di
atas rata-rata yang ditentukan yaitu 65. Dan nilai individu tertinggi pada siklus
I dari 80 meningkat menjadi 95, dan terendah dari siklus I dari 60 naik menjadi
70 pada siklus II. Sedangkan peningkatan tes akhir dari siklus I ke siklus II dapat
dilihat dari nilai rata-rata yaitu 72,4 meningkat menjadi 80,2. Siswa yang tuntas
belajar pada siklus I sebanyak 13 orang dan pada siklus II meningkat menjadi 23
orang. Peningkatan tersebut sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 74.2
Peneliti menggunakan beberapa skripsi tersebut sebagai rujukan untuk
penelitian ini, walaupun sebenarnya mata pelajaran dan jenis penelitian yang dipakai
tidak relevan dengan judul peneliti, akan tetapi dalam pembahasan skripsi tersebut
memberikan gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan SETS
(Science, Environment, Technology, and Society) yaitu mengenai teorinya.
2Jamal Saputra, “Pendekatan SETS (Science, Environment, Technologi, Society) dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem Ekskresi pada Manusia
Kelas XI di SMA Nasima Semarang Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo. (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010)
11
Sedangkan buku-buku yang dijadikan referensi untuk penelitian ini, antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Filsafat Ilmu Pengetahuan; Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan,
yang ditulis oleh Suparlan Suhartono.
Pendekatan SETS adalah pendekatan yang melibatkan unsur sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dalam pengertian yang sempit sains
diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif. Dan seiring dengan perkembangan jaman maka akan berkembang
pula dan bersifat global karena ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya, salah
satunya adalah sosial.
Peneliti menggunakan referensi ini karena di dalamnya menjelaskan
mengenai ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya memberi pandangan yang
mendukung bahwasanya pendekatan yang peneliti angkat tidak hanya relevan
untuk mata pelajaran IPA akan tetapi juga relevan untuk mata pelajaran IPS.
2. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakikat Ilmu, yang
ditulis oleh Jujun S. Suriasumantri.
Dalam buku ini menjelaskan tentang pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) serta perbedaan antara keduanya.
Sehingga dengan penjelasan tersebut peneliti bisa memaparkan khususnya
tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
3. Buku mengenai materi SETS, adalah sebagai berikut:
a. Dalam buku Nono Sutarno yang berjudul Materi Pokok Materi dan
Pembelajaran IPA SD memang menjelaskan tentang model-model
pembelajaran IPA, akan tetapi bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan
dalam penelitian ini. Karena di dalamnya juga menjelaskan tentang
pendekatan yang peneliti angkat, yaitu pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society). Pembahasan yang dipaparkan dalam
buku ini adalah mengenai pendekatan tersebut seperti mengenai karakteristik
dan penerapannya dalam pembelajaran.
12
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh Isah Cahyani.
Peneliti menggunakan buku ini menjadi salah satu referensi dari
skripsi, karena di dalamnya menjelaskan tentang teori yang berhubungan
dengan pendekatan salingtemas, yaitu mengenai pengertian dan ruang lingkup
pembelajaran salingtemas.
B. Kerangka Teoritik
1. Ilmu Pengetahuan (Science)
a. Pengertian ilmu pengetahuan
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang
berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui.3 Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate
Dictionary yang dikutip oleh Suparlan Suhartono menjelaskan istilah
science, berarti (1) possession of knowledge as distinguished from
ignorance or misunderstanding; knowledge attain through study or
practice, (2) a department of systematized knowledge as an object of study
(the science of theology), (3) knowledge covering general truths or the
operation of general laws esp. As obtained and tested through scientific
method; such knowledge concerned with the physical world and its
phenomena (natural science); (4) a system or method based or purporting
to be based on scientific principle.4
Ilmu pengetahuan, berarti (1) penyimpangan ilmu pengetahuan terletak
pada ketidakpedulian atau ketidaktahuan; ilmu pengetahuan itu didapatkan dari
studi atau praktik yang dilakukan secara terus-menerus, (2) bagian dari sistem
pengetahuan sebagai sebuah objek studi (teologi ilmu pengetahuan), (3)
pengetahuan yang mencakup kebenaran umum atau pengambilan hukum umum
sebagai perolehan dan percobaan yang terus-menerus dengan menggunakan
metode ilmu pengetahuan seperti pengetahuan mengenai fisis dan fenomena
(ilmu pengetahuan alam), (4) sebuah sistem atau metode dasar atau yang berarti
dasar pada prinsip ilmu pengetahuan ilmiah.
3A. Fuad Hisan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 108.
4Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005), hlm. 84.
13
Dari penjelasan Webster tersebut, dapat ditarik simpulan bahwasanya
science, di dalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis,
sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek
studi yang lebih bersifat fisis (natural). Dan dapat dipahami bahwa ilmu
pengetahuan adalah sebagai ilmu yang mempunyai cakupan sempit dan khusus
dalam arti metodis, sistematis, dan ilmiah.5
Adapun menurut Bahm definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling
tidak enam macam komponen, yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode
(method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects).
1) Masalah (Problem)
Masalah bisa diartikan dengan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukkan
bahwa suatu masalah bersifat scientific, yaitu communicability, the scientific
attitude, dan the scientific method.
a) Communicability berarti masalah adalah sesuatu yang dikomunikasikan.
b) The scientific attitude paling tidak memenuhi karakteristik curiosity (rasa
ingin tahu), speculativeness (yang penuh arti/memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapat), willing to be objective (kemauan untuk
objektif), willingness to suspend judgment, dan tentatively.
c) The scientific method berarti masalah harus dapat diuji (testable).
2) Sikap (Attitude)
Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain:
a) Curiosity berarti adanya rasa ingin tahu tentang bagaimana sesuatu itu ada,
bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana sesuatu dihubungkan dengan
sesuatu yang lain.
b) Speculativeness, scientist harus mempunyai usaha dan hasrat untuk
mencoba memecahkan masalah, melalui hipotesis-hipotesis yang diusulkan.
5Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, hlm. 84-85.
14
c) Willingness to be objective, hasrat dan usaha untuk bersikap dan bertindak
objektif (sesuai dengan fakta), merupakan hal yang penting bagi seorang
scientist.6
Yang dimaksud dengan kemauan untuk bersikap objektif, yaitu
kemauan untuk mengikuti keingintahuan ilmiah kemanapun arahnya,
kemauan untuk dipandu oleh pengalaman dan nalar, kemauan untuk dirubah
oleh objek, kemauan untuk salah (tidak takut salah), dan kemauan untuk
konsisten/istiqomah.7
d) Willingness to suspend judgment, ini berarti bahwa seseorang scientist
dituntut untuk bertindak sabar dalam mengadakan observasi, dan bersikap
bijaksana dalam menemukan kebijakan berdasarkan bukti-bukti yang telah
dikumpulkan karena apa yang diketemukan masih serba tentatif. 8
e) Keterbukaan.9 Artinya mau menerima masukan baik positif maupun
negatif.
3) Metode (Method)10
Kata metode berasal dari kata Yunani: “Meta” = jalan; “hodos” =
melalui; “meta+hodos” = sepanjang jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan atau “cara bekerja” menurut aturan-aturan
atas dasar objeknya.11
Menurut S. Suhartono, metode ini berarti cara
bagaimana proses mengetahui.12
Dan menurut Senn yang dikutip oleh Jujun,
6A. Fuad Hisan, Filsafat Ilmu, hlm. 110-111.
7Mahfud Junaedi, Fundamental Structure of Scientific Knowledge (Struktur Fundamental Ilmu
Pengetahuan), Makalah disajikan dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu, Semarang, 2010, hlm. 3.
8A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 111.
9Mahfud Junaedi, Fundamental Structure of Scientific Knowledge (Struktur Fundamental Ilmu
Pengetahuan), Makalah disajikan dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu, Semarang, 2010, hlm. 3.
10A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 111.
11A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 97.
12Suparlan Suhartono,Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, hlm. 51.
15
metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis.13
Jadi ilmu pengetahuan ini akan muncul karena diawali dengan adanya
masalah, proses berfikir yang selanjutnya diikuti dengan tindakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Sedangkan berkenaan dengan sifat metode
scientific, para scientist tidak selalu memiliki ide yang (pasti) yang dapat
ditunjukkan sebagai sesuatu yang absolut atau mutlak, karena penggunaan
metode tersebut disesuaikan dengan masalah yang ada.
4) Aktivitas (Activity)
Science adalah aktivitas, yang dilakukan oleh seseorang. Ilmu
pengetahuan tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian
aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat
rasional, kognitif, dan teleologis.
5) Kesimpulan (Conclusions)
Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil
pemecahan masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan
pembenaran dari sikap, metode, dan aktivitas.
6) Beberapa Pengaruh (Effect)
Sebagian dari apa yang dihasilkan melalui science pada gilirannya
memberi berbagai pengaruh. Pertimbangannya dibatasi oleh dua penekanan,
yaitu pertama, pengaruh ilmu terhadap teknologi dan industri, melalui apa yang
disebut dengan applied science (ilmu terapan), dan kedua, pengaruh ilmu
terhadap alam, masyarakat serta membudayakannya menjadi berbagai macam
nilai. 14
b. Ciri-ciri ilmu pengetahuan
Ciri pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu
penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban.
13
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: CV. Muliasari,
1996), hlm.119
14A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 112.
16
Dalam hal ini memang ilmu muncul dari adanya problema dan harus dari
problema, tetapi masalah itu telah diketahuinya sebagai suatu persoalan yang
tidak terselesaikan dalam pengetahuan sehari-harinya.
Di samping itu, setiap ilmu dapat memecahkan masalah sehingga
mencapai suatu kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir yang
abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap jawaban dalam masalah ilmu telah
berupa kebenaran harus dapat diuji oleh orang lain. Pengujiannya baik dengan
pembenaran atau penyangkalan. Hal lain juga bahwa setiap masalah dalam ilmu
pengetahuan harus dapat dijawab dengan cara penelaahan atau penelitian
keilmuan yang seksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan.
Dengan menilik persoalan keilmuan pada dasarnya masalah yang
terkandung dalam ilmu adalah selalu harus merupakan suatu problema yang telah
diketahuinya atau ingin diketahuinya, kemudian agar dapat diperoleh kejelasan
tentunya dengan mempergunakan metode yang relevan untuk mencapai
kebenaran yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.
Menurut Van Melsen ada delapan ciri yang menandai ilmu, yaitu sebagai
berikut:
1) Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan
yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian
(metode) maupun harus susunan logis.
2) Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuwan.
3) Universalitas ilmu pengetahuan.
4) Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak
didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
5) Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah
yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat
dikomunikasikan.
6) Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah
sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan baru dan
menimbulkan problem baru lagi.
7) Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi
setiap peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8) Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan
kebertautan antara teori dan praktik.15
15
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 114-115.
17
Sedangkan menurut Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag yang dikutip
oleh Burhanudin Salam, mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu:
1) Bahwa ilmu itu rasional
2) Bahwa ilmu itu bersifat empiris
3) Bahwa ilmu itu bersifat umum.
4) Bahwa ilmu itu bersifat komulatif.16
Ilmu dikatakan rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses
berpikir dengan menggunakan akal, atau hasil berpikir secara rasional.
Ilmu bersifat empiris, artinya pernyataan dari ilmu harus bisa dibuktikan
kebenarannya. Jadi hal ini ilmu bukan merupakan sesuatu yang direkayasa
dengan kemauan manusia tanpa melihat objek yang diteliti dan metode untuk
memperolehnya.
Ilmu itu bersifat umum, berarti bahwasanya ilmu itu masih mengandung
hal yang bersifat luas, maka perlu diadakan pembagian ilmu menurut objek yang
diteliti agar lebih spesifik.
Dan ilmu itu bersifat akumulatif, artinya bahwa hasil daripada ilmu yang
telah lalu dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal-hal yang
baru. Jadi dengan ini perkembangan ilmu akan berjalan seiring dengan kemajuan
cara berpikir manusia, jaman dan teknologi yang mendukung untuk proses
pengembangan tersebut.
Di sisi lain demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara
yang ilmiah. Sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan, apabila dipenuhi syarat-
syarat yang intinya adalah:
1) Ilmu harus mempunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak
diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan
objeknya.
2) Ilmu harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran
yang objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
16
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 24.
18
3) Ilmu harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman.
Objeknya dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur.
4) Ilmu harus bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan
oleh ilmu tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan itu berlaku
umum.
Disamping itu yang perlu disadari bahwasanya ilmu itu bukan hal yang
statis, melainkan bergerak secara dinamis sesuai dengan pengembangan yang
diusahakan oleh manusia dalam mengungkap dalam tabir alam semesta ini.
Usaha pengembangan tersebut mempunyai arti juga bahwa kebenaran yang telah
diungkap oleh ilmu tertentu adalah kebenaran yang masih terbuka untuk diuji. 17
Sedangkan menurut The Liang Gie yang dikutip oleh A. Fuad Ihsan,
ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok yaitu:
1) Empiris. Ciri ini menekankan bahwa setiap pernyataan harus dapat
dibuktikan, artinya bahwa pengetahuan itu diperoleh berdasarkan
pengamatan dan percobaan.
2) Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3) Objektif, berarti bahwasanya pengetahuan itu bebas dari prasangka
perseorangan dan kesukaan pribadi.18
Maksudnya adalah mengesampingkan
unsur pribadi yaitu dengan mengutamakan pemikiran logika, netral dalam
arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian.19
4) Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian-bagian itu.
5) Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.20
17
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 115-116.
18A. Fuad Hisan, Filsafat Ilmu, hlm. 113
19Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, hlm. 11.
20A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) , hlm. 113.
19
c. Jenis-jenis ilmu pengetahuan
Menurut Randall yang dikutip oleh Burhanuddin S. , mengemukakan
bahwa ada dua jenis ilmu (science) yang mencakup:
1) Formal science, yang meliputi matematika dan logika formal.
2) Empirical science (ilmu pengetahuan empiris), yang mencakup dua cabang
ilmu, yaitu:
a) Physical science, lebih dikenal dengan ilmu pengetahuan alam, seperti:
kimia, biologi dan fisika.
b) Social science, sering disebut dengan ilmu pengetahuan sosial, seperti:
sosiologi, psikologi, antropologi, psikologi sosial, dan sebagainya. 21
Formal science adalah ilmu pengetahuan yang tidak tergantung pada
pengalaman dan tidak berhubungan dengan gejala-gejala alam. Dan pengertian
formal menunjukkan, bahwa para ahli di bidang formal science, menitikberatkan
pada kerangka atau bentuk-bentuk pernyataan atau pemikiran, atau pada materi
apa yang dibicarakan. Formal science tidak menaruh perhatian pada pengalaman
empiris, juga tidak pada intuisi, melainkan pada hubungan-hubungan logis
matematis. Karakteristik ilmu pengetahuan ini adalah deduktif hipotesis,
maksudnya adalah ilmu tersebut berasal dugaan sementara (hipotesis) yang
berawal dari teori yang bersifat umum ditarik fakta-fakta tertentu yang bersifat
khusus.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya objek ilmu
formal bersifat abstrak, dapat berupa angka-angka, konsep, ide, yang berada
dalam pemikiran manusia.
Sebaliknya, bahwasanya empiris science merupakan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan aspek-aspek pengalaman namun pengalaman ini
bukan hanya sekedar pengalaman biasa akan tetapi pengalaman yang
metodologis (melalui proses dan cara-cara tertentu). Selain itu ilmu empiris
berhubungan dengan hal-hal atau sifat-sifat yang abstrak. Sifat-sifat abstrak ini
21
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, hlm. 6.
20
diperlukan dalam rangka merumuskan hipotesis, membuat sesuatu generalisasi
atau hukum-hukum.22
Cakupan ilmu ini adalah physical science dan social science, akan tetapi
dalam pembahasan skripsi penulis membatasi hanya tentang social science (Ilmu
Pengetahuan Sosial).
Memang mengenai materi ajar IPS sudah disesuaikan dengan tingkat
jenjang pendidikan. Dalam kaitan ini pendidikan dasar seperti MI/SD materi ajar
dipelajari adalah materi dasar. Walaupun sudah disederhanakan pembahasannya,
peserta didik khususnya masih mengalami kesulitan. Maka dengan adanya sebab
tersebut, pendidik dituntut untuk menggunakan pendekatan maupun metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, agar peserta
didik mudah memahaminya.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Dalam kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa istilah
yang kadang-kadang sering diartikan secara tumpang-tindih antara yang satu
dengan yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah ilmu-ilmu sosial, studi sosial dan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Meskipun pada masing-masing istilah itu sama-
sama terdapat kata-kata “sosial” tetapi dalam pengertian dan maknanya ada
perbedaan.
Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu sosial itu tekanannya
kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan
sosial. Tentang ilmu sosial, sebagaimana yang dikutip Safruddin Nurdin yaitu
mengenai penjelasan Achmad Sanusi “ilmu sosial terdiri atas disiplin-disiplin
ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada
tingkat perguruan tinggi”.23
22
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, hlm. 6-7.
23Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Ciputat Press,2005), hlm. 21.
21
Dari penjelasan tersebut maka dapat dipahami bahwasanya ilmu sosial
secara khusus dipelajari dan dikembangkan di tingkat pendidikan tinggi.
Garapan dari ilmu sosial sebenarnya sangat luas dan bersifat akademis-teoritis,
sehingga untuk mendalaminya memerlukan perhatian yang sungguh. Selain
daripada itu pembinaan perhatian tersebut harus dilakukan bersinambungan
mulai dari tingkat terendah yaitu mulai dari sekolah dasar bahkan mungkin
sebelumnya sampai pada tingkat yang lebih tinggi.24
Mengenai studi sosial (social studies), istilah ini mulai dikenal di
Amerika Serikat sekitar tahun 1913. Studi sosial merupakan suatu studi yang
mengkaji dan menelaah gejala-gejala serta masalah-masalah sosial yang
berhubungan dengan perkembangan dan struktur kehidupan manusia.25
Jadi
studi sosial ini lebih bersifat praktis, yang memberikan kemampuan kepada
peserta didik dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan
sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial ini juga
mempersiapkan peserta didik untuk mampu memecahkan masalah sosial dan
memiliki keyakinan akan kehidupan yang akan datang. Dan sudah menjadi
gejala umum bahwasanya social studies adalah program studi yang dirumuskan
dan dikemas untuk disajikan di tingkat sekolah dasar dan menengah bukan untuk
perguruan tinggi.26
Maka dapat dipahami bahwa antara ilmu sosial dan studi sosial
mempunyai perbedaan yaitu jika ilmu sosial hanya diajarkan di Perguruan
Tinggi, dan lebih menitikberatkan kepada teori dan konsep keilmuanya.
Sedangkan studi sosial diajarkan dan dipelajari sejak dari pendidikan dasar, serta
lebih menitikberatkan pada masalah-masalah yang dapat dibahas dengan
meninjau berbagai sudut yang ada hubungannya satu sama lain.
24
Sardjiyo, et.al., Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas terbuka, 2008), hlm.1. 22-1.23.
25Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 19.
26Sapriya, et.al., Konsep Dasar IPS, (Bandung: Upi Press, 2006), hlm. 4.
22
Sedangkan mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), istilah ini secara
resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia
untuk pengertian studi sosial (social studies), seperti di Amerika Serikat.27
IPS seperti halnya IPA, matematika, Bahasa Indonesia merupakan
bidang studi. Dengan demikian, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang
dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah
kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada
kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi
ditelaah, dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan
pemecahannya.
Disamping itu rumusan tentang pengertian telah banyak dikemukakan
oleh para ahli IPS. Telah dipaparkan sedikit di atas, bahwasanya di sekolah-
sekolah Amerika pengajaran IPS lebih dikenal dengan social studies. Jadi, istilah
IPS merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan
dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”, dan mengkaji tentang
masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari
berbagai perspektif sosial, seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang
disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.28
Menurut pendapat S. Nasution yang juga dikutip oleh Irfan Tamwili,
dkk. : IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata
pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikolog
sosial.29
Di sini maksudnya adalah IPS dan pembelajarannya yang dilaksanakan
baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan
pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari,
27
Sardjiyo, Pendidikan IPS di SD, hlm. 1.21.
28Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), hlm. 9.
29Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 10.
23
menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan
keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing.
Di dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD/MI), materi yang dibahas
adalah semua cabang dari ilmu sosial tersebut akan tetapi dikemas dalam
lingkup yang sederhana mengingat penyesuaian dengan jenjang pendidikan
dasar.
Dalam penyempurnaan/penyesuaian kurikulum 1994 (suplemen GBPP)
mata pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar/MI (1999) dijelaskan bahwa “Ilmu
pengetahuan sosial(IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial
yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, dan tata negara ”. Khusus untuk IPS yang diajarkan di SD (1999)
terdiri atas dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan
kajian pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi,
dan tata negara. Dan sejarah, yang bahan kajiannya meliputi perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.30
b. Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan
manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan
dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik untuk memenuhi materi,
budaya, dan kejiwaannya, memanfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan
bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya
dalam rangka mempertahankan kebutuhan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS
mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem, kehidupan manusia di permukaan
bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian
luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS
pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan
perguruan tinggi.
30
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 23.
24
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi
sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan
sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di
lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.31
Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh Sardjiyo dkk. menyebutkan
bahwasanya ruang lingkup mata pelajaran IPS SD/MI meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Manusia, tempat dan lingkungan.
2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
3) Sistem sosial dan budaya.
4) Perilaku ekonomi dan sosial.32
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan IPS biasanya terlalu umum dan kurang memberi arah bagi proses
belajar dan mengajar. Jadi, karena tujuan itu sangat umum, maka ada jurang
antara tujuan dan isi pelajaran sehingga keeratan hubungan antara isi, proses
belajar, dan tujuan sukar untuk dikembangkan. Akibat penyajian pelajaran yang
kurang mendapat bimbingan dari tujuan, maka proses belajarnya sangat
ditentukan oleh buku. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan pengajaran kurang
mengenai sasarannya. Dilihat dari perencanaan kurikulum, apabila tujuan tidak
jelas, maka sulitlah bagi pendidik untuk mengembangkan suatu program
pendidikan. Karena itu, perlu adanya suatu cara bagaimana menjabarkan tujuan
yang sifatnya umum itu menjadi tujuan operasional. Maksudnya ialah agar setiap
rumusan itu bisa diikuti maksud dari setiap rumusan tersebut, sehingga
memudahkan bagi penyusunan teknik mengajar dan evaluasinya.33
Sama halnya dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS
bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan
nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis
31
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 1.11.
32Sardjiyo et.al., Pendidikan IPS di SD , hlm.1.29.
33Muhammad Numan Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 259-262.
25
dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara
praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap
setiap studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan
kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau
tujuan pembelajaran. Adapun tujuan dari pembelajaran IPS sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal berikut:
1) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupan masyarakat;
2) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat;
3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta
berbagai keahlian;
4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif,
dan keterampilan dalam lingkungan hidup yang menjadi bagian
kehidupannya yang tidak terpisahkan; dan
5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,
perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.34
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwasanya pembelajaran IPS
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta
didik sebagai individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar
nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik.
Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di
berbagai lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman, dan bobot yang
disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.
Kemudian dalam berbagai buku social studies, sering dijumpai bahwa
para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkannya pada usaha
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik.35
Tanpa disadari bahwasanya mata pelajaran IPS ini juga dapat
mengcounter berbagai masalah sosial yang timbul oleh perkembangan sains dan
34
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 12.
35Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 24.
26
teknologi. IPS dapat dijadikan sebagai media dalam memberikan pemahaman
tentang sains dan teknologi dalam kehidupan manusia. Peran IPS di sini
bukanlah untuk mencetak para ilmuwan atau penghasil teknologi, melainkan
lebih menitikberatkan pada berfikir bagaimana menghadapi dampak sosial dari
perkembangan dan penerapan sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar
masyarakat khususnya pada tingkat persekolahan dapat menerima berbagai hasil
sains dan teknologi dengan disertai pemahaman yang cukup, sehingga pada
akhirnya dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak sosial
bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat sendiri.
3. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
a. Pengertian SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
Pendekatan SETS memiliki kepanjangan sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa setelah menggunakan
pendekatan ini siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu cara
terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga dapat
diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki.
Urutan ringkasan pendekatan ini membawa pesan bahwa untuk menggunakan
sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada
lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini
menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif memiliki kepedulian
terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan (manusia).36
Jadi, pendidikan SETS ini bukan pendidikan di angan-angan atau di atas
kertas saja, melainkan pendidikan SETS benar-benar membahas sesuatu yang
nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan
keluarnya. Dengan kata lain pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan
mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Ini
36
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), hlm. 9.24.
27
berarti bahwa peserta didik dalam pembelajarannya selain mempelajari teori
tentang sains (ilmu pengetahuan) mereka juga menengok kehidupan nyata
mereka yang berhubungan dengan teori yang dipelajari, sehingga akan
berdampak positif dalam pemahaman peserta didik.
Maka dari penjelasan di atas, hasil pembelajaran ini diharapkan mampu
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan
kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga
siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.37
“Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah
konstruktivisme, behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive”.38
Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah “mengonstruk”
pengetahuan.39
Di sini berarti belajar akan bermakna apabila peserta didik belajar
mengkonstruksikan (membangun) pengetahuan, sikap, atau ketrampilannya
sendiri.
Sebagaimana di dalam buku yang ditulis oleh Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni bahwa “konstruktivisme itu memahami hakikat belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba
memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya”.40
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan merupakan kumpulan
fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Oleh
karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang mengundang atau
merangsang perkembangan otak/kognitif peserta didik. Jadi Teori
konstruktivisme yang landasan dasarnya schema. Teori schema memandang
bahwa proses pembelajaran sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri
37
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Islam Departemen Agama RI, 2009), hlm.100.
38Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.35.
39Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 85.
40Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran , (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), hlm. 115-116.
28
peserta didik dengan cara mengaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah
ada. Hasil belajar merupakan hasil dari pengorganisasian struktur kognitif yang
baru, yaitu integrasi antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru. Jadi,
struktur kognitif yang baru nantinya menjadi dasar pada kegiatan belajar
berikutnya. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta didik
sendiri. Maka peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,
menyusun konsep dan memberi makna sesuatu yang dipelajarinya.41
Kegiatan ini
terlihat dalam pembelajaran dengan menggunakan SETS, peserta didik dituntut
untuk bisa menghubungkaitkan antara unsur-unsur SETS. Ini bisa diawali dengan
menggunakan contoh yang mereka alami sendiri atau yang mereka pahami
mengenai kehidupan sehari-hari mereka.
Dengan adanya pemahaman itu mereka bisa mengkonstruk (membangun)
pengetahuan yang baru, salah satunya adalah melalui interaksi, baik dengan
pendidik maupun antar peserta didik. Sebagaimana pendapat Slavin yang dikutip
oleh Trianto, konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pemahaman dan
interaksi mereka.42
Maka dengan penjelasan tersebut tidak salah apabila teori
social cognitive ini juga berperan dalam penerapan pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology,and Society).
Teori ini menjelaskan bahwasanya keterlibatan dengan orang lain
membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman.
Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme
penting untuk pengembangan pemikiran peserta didik.43
Jadi dukungan teori social cognitive adalah interaksi sosial dalam diskusi
kelompok sehingga peserta didik saling bekerjasama. Dari kegiatan ini mereka
41
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta), hlm. 77-78.
42Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 74.
43Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM,, hlm. 55.
29
akan menciptakan lingkungan belajar yang positif serta melakukan keterampilan
berfikir sehingga terjadinya perkembangan berpikir.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya banyak manfaat
bagi peserta didik setelah melakukan kerjasama. Sesungguhnya sikap tersebut
telah dianjurkan oleh Allah SWT, karena kerja sama merupakan kebutuhan yang
sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup, yaitu dalam Surat al-Maidah
ayat 2:
.... ....
“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran...” (Q.S. al-Maidah/5: 2).44
Selain itu teori yang menjadi landasan pendekatan SETS adalah cognitive
development, atau sering diartikan dengan perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan
bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks dan
ini memungkinkan kemampuannya meningkat.45
Oleh karena itu, proses belajar
peserta didik akan mengikuti perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya.
Dalam kenyataannya perkembangan kognitif tersebut juga perlu adanya
dukungan dari lingkungan yang berupa pengalaman ataupun interaksi sosial agar
perkembangan tersebut menjadi maksimal. Sebagaimana pendapat Vygotsky,
bahwasanya ia percaya interaksi sosial dengan orang lain memacu
pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual
pelajar.46
44
Menteri Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995),
hlm. 156.
45Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008), hlm. 69.
46Sugianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 154.
30
Teori yang terakhir yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah teori
behaviorisme. Menurut teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-
pengalaman belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi
karena adanya stimulan dan respons yang dapat diamati. Seseorang dianggap
telah belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Behaviorisme menekankan pada tingkah laku yang objektif, empiris (nyata),
konkret dan dapat diamati (observable). Maka teori ini tidak heran kalau lebih
menekankan hasil belajar.
Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang terpenting adalah para
guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran
harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar
agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat
diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur.47
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) menggunakan beberapa teori yang saling mendukung, sehingga terjadi
keberhasilan dalam proses maupun hasil pembelajarannya.
Dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS
(Science, Environment, Technology, and Society) ini, maka pendidik
menggunakan metode diskusi untuk memacu (merangsang) dan memicu
(menumbuhkan) semangat belajar karena di dalamnya terdapat proses interaksi
yang akan menumbuhkan pengetahuan baru setelah adanya pertukaran ide
ataupun pengalaman peserta didik mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dari
semangat belajar tersebut diharapkan hasil dari pembelajaran akan meningkat.
Dan untuk menambah pemahaman peserta didik, pada pertemuan kedua
pendidik menggunakan metode pengamatan langsung mengenai objek-objek
47
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008), hlm. 66-67.
31
yang berhubungan dengan materi pokok, seperti di pabrik, pasar, WarNet, Bank
BRI, dan sebagainya.
b. Ciri atau karakteristik dari pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society)
Sejumlah ciri atau karakteristik dari pendekatan salingtemas adalah
sebagai berikut:
1) Tetap memberi pengajaran sains.
2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk
teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3) Murid dibawa untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat
yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke bentuk
teknologi.
4) Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains
yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang
mempengaruhi berbagai keterkaitan antara unsur tersebut.
5) Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari
pada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk
teknologi.
6) Dalam konteks konstruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang
SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal
tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang
bersangkutan.48
Jadi dari ciri dan karakteristik di atas menjelaskan bahwasanya, pendidikan
SETS harus dapat membuat peserta didik memahami hakekat dari “Sains-
Lingkungan-Teknologi-Masyarakat” sebagai satu kesatuan. Maksudnya adalah
peserta didik harus selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara elemen-elemen
dalam SETS. Pendidikan SETS tidak hanya memperhatikan sains, teknologi,
masyarakat tetapi juga dampak positif/negatif yang diakibatkan oleh sains dan
teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan masyarakat itu sendiri.
Untuk lebih jelasnya, keterkaitan keempat unsur SETS dapat dilihat pada gambar
berikut:
48
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.29-9.30.
32
Society
Gambar 1. Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan SETS49
Dari gambar di atas terlihat bahwa keseluruhan keempat unsur SETS
tersebut akan selalu menyatu dan tak terpisahkan dalam pembelajaran. Dan
kurang pada tempatnya jika pembahasan SETS hanya sebatas elemen per elemen
yang terpisah satu sama lain. Apabila hal itu dilakukan sama artinya dengan
memfokuskan pada salah satu unsur dari pendekatan ini.
c. Hakikat dan tujuan pendekatan Pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society)
Hakikat dan tujuan pembelajaran SETS adalah agar melalui pembelajaran
ini dapat membuat siswa mengerti unsur-unsur utama SETS serta keterkaitan
antar unsur-unsur tersebut pada saat mempelajari sains. Dengan kata lain,
diperlukan pemikiran yang kritis untuk belajar setiap elemen dari pendekatan ini
dengan memperhatikan berbagai keterhubungan antara unsur-unsurnya.
Pendekatan ini juga bertujuan untuk membantu siswa mengetahui sains,
perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi
lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. Selain itu pendekatan
ini juga bertujuan agar siswa mengetahui cara menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul akibat berkembangnya masalah yang berkaitan dengan masyarakat.50
49
Pristiadi Utomo, “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS”, dalam http://
ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/, diakses 14 Juni 2011
50Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.24.
Science
Environment Tecnology
33
Jadi, agar peserta didik lebih memahami unsur-unsur yang dimaksud
dalam pembelajaran SETS mereka harus dibimbing oleh pendidik dengan diawali
konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan
sehari-hari peserta didik. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah
menangkap apa yang dijelaskan oleh pendidik, dan tujuan dari pembelajaran
SETS ini akan tercapai.
4. Tinjauan Materi
Adapun materi ajar yang dijadikan sebagai objek penelitian kelas IV semester
II adalah sebagaimana dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
sebagai berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/
kota dan provinsi
2.3 Mengenal perkembangan
teknologi, produksi, komunikasi,
dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya.51
Materi ini dijelaskan dalam Bab yang berjudul “Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan Transportasi”, adapun penjabaran materinya adalah sebagai
berikut:
a. Pengertian Teknologi
Teknologi ada hubungannya dengan kata “teknik”. Kata teknik artinya
cara atau metode. Teknologi di sini berarti keseluruhan sarana atau alat yang
digunakan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan
manusia.52
Pengertian lain dari teknologi adalah kemampuan teknik yang
berlandaskan ilmu pengetahuan untuk membuat dan menggunakan sesuatu.
Teknologi diciptakan manusia dengan tujuan untuk mempermudah dan
51
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD,
MI dan SDLB, (Jakarta, 2006), hlm. 583.
52Tantya Hisnu P. dan Winardi, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk SD/MI kelas 4, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008), hlm. 170.
34
membantu manusia.53
Ada bermacam-macam teknologi yang diciptakan oleh
manusia, diantaranya adalah teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.
b. Perkembangan Teknologi Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau
jasa.54
Kegiatan ini dilakukan untuk membuat barang-barang yang dikonsumsi
oleh manusia, yaitu dari bahan baku yang diolah melalui proses sehingga
dihasilkan barang jadi yang siap untuk dikonsumsi. Tidak hanya itu saja, ada juga
produksi yang menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh manusia.
Seiring dengan bertambahnya kemajuan jaman dan ilmu pengetahuan,
teknologi pun muncul sehingga mempermudahkan manusia dalam melakukan
proses produksi. Dalam kaitannya dengan hal ini manusia berusaha untuk selalu
mengembangkan peralatan untuk membuat barang. Oleh karena itu, kita
mengenal ada dua macam teknologi produksi, yaitu:
1) Teknologi produksi sederhana
Pemanfaatan sumber daya alam untuk menghasilkan barang-barang
kebutuhan sudah dilaksanakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu. Namun
masyarakat tradisional menggunakan teknologi produksi yang sangat
sederhana. Pada zaman dahulu masyarakat hanya menggunakan peralatan
sederhana yang didukung oleh tenaga otot. Contohnya adalah para petani
pada zaman dahulu mengolah tanah dengan menggunakan bajak yang ditarik
oleh kerbau atau sapi dan juga didukung oleh tenaga manusia sendiri.
2) Teknologi produksi modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia
untuk menciptakan alat-alat produksi yang menggunakan mesin modern,
misalnya: traktor untuk membajak sawah.55
53
Sigit P., et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI, (Solo: CV. Sindunata), hlm. 59.
54Ahmad Zuber dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, (Solo:
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 157.
55Muh. Arif, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Depag RI, 2009), hlm. 242-243.
35
c. Perkembangan Teknologi Komunikasi
Dalam topik ini yang dimaksud adalah komunikasi antar manusia.
Komunikasi bisa diartikan sebagai kegiatan berinteraksi untuk mendapatkan
informasi, berita, pesan, kemauan atau ide tertentu.
Berdasarkan bentuknya, komunikasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan isyarat. Komunikasi lisan adalah
komunikasi yang umum dilakukan manusia. Komunikasi lisan dilakukan tanpa
peralatan kecuali alat ucap manusia itu sendiri. Bentuk komunikasi lisan antara
lain bercakap-cakap, ceramah, menelepon, bertanya, dan diskusi.
Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan secara tidak
langsung, namun melalui alat perantara, yaitu tulisan. Komunikasi tulisan
dilakukan apabila kita hendak berhubungan dengan orang lain di tempat yang
berlainan dan tidak memungkinkan untuk bertatap muka secara langsung.
Sedangkan komunikasi isyarat adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa
isyarat dalam bentuk gerakan tubuh atau kebiasaan-kebiasaan tertentu.56
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia
berusaha untuk menciptakan alat yang bisa untuk memudahkan mereka untuk
melakukan komunikasi. Kedudukan teknologi komunikasi ini erat kaitannya
dengan alat dan media komunikasi. Dalam perkembangannya, teknologi
komunikasi semakin menunjukkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Berdasarkan sifatnya dikenal dua macam teknologi komunikasi, yaitu:
1) Teknologi komunikasi tradisional adalah teknologi komunikasi pada masa
lalu yang bersifat sederhana, baik bentuk maupun wujudnya. Cara
penggunaannya pun sederhana dan mudah dilakukan, misalnya kentungan
dan bedug dengan cara dipukul.57
Adapun contoh yang lain adalah telik sandi,
kurir, dan tali pohon.58
56
Dwi Tyas Utami et.al., Pengetahuan Sosial SD untuk Kelas IV, (Jakarta: Erlangga, 2004),
hlm. 45-46.
57Ahmad Zuber dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, hlm. 162-
163.
58Tantya Hisnu P. dan Winardi, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk SD/MI kelas 4, hlm. 176-177.
36
2) Teknologi komunikasi modern, dengan bentuk dan fungsi yang beragam.
Untuk memperlancar hubungan antara dua pihak atau lebih, maka diperlukan
suatu alat atau sarana yang disebut dengan media komunikasi. Media
komunikasi pada masa kini dapat dibedakan menjadi media cetak dan media
elektronik.
Media cetak merupakan sarana media massa yang dicetak dan
diterbitkan secara berkala. Berbagai contoh media cetak yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari antara lain surat kabar, majalah, buku, pamflet,
brosur, poster, spanduk, serta alat cetak jarak jauh seperti telegraf dan
faksimile. Sedangkan yang dimaksud dengan media elektronik adalah sarana
media massa yang mempergunakan elektronik modern. Media elektronik
menampilkan bentuk komunikasi melalui tulisan, gambar, dan suara (audio
visual). Beberapa contoh media elektronik antara lain adalah telepon, televisi,
radio, dll.59
d. Perkembangan Teknologi Transportasi.
Transportasi adalah pengangkutan barang atau orang dari satu tempat ke
tempat yang lain. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan alat
angkutan untuk membawa barang dan orang. Sedangkan teknologi transportasi
adalah teknologi yang berkaitan dengan kendaraan. Seperti halnya teknologi
produksi dan teknologi komunikasi, teknologi transportasi juga mengalami
perkembangan, yaitu:
1) Teknologi transportasi pada masyarakat tradisional.
Masyarakat tradisional membuat alat transportasi yang sederhana
untuk mengangkut penumpang atau barang dari suatu tempat menuju tempat
menuju tempat yang lain. Mereka belum bisa membuat mesin modern. Oleh
karena itu alat transportasi yang dibuat hanya menggunakan tenaga otot atau
dengan bantuan tenaga angin saja. Itulah sebabnya masyarakat tradisional
belum mengenal alat transportasi udara. Yang dikenal hanyalah alat
transportasi darat dan air. Itupun hanya menggunakan teknologi seadanya.
59
Ahmad Zuber dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, hlm. 163-
164.
37
Alat-alat transportasi darat yang dikenal adalah tandu, kuda, dokar, gerobak,
dan kereta. Sedangkan alat transportasi air yang dikenal adalah rakit dan
perahu.
2) Teknologi transportasi pada masyarakat modern.
Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mendukung pembuatan transportasi dengan menerapkan
teknologi modern. Dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
pula masyarakat berhasil menciptakan berbagai macam alat transportasi.
Alat-alat tersebut digerakkan dengan tenaga mesin. Alat transportasi darat
yang berhasil diciptakan untuk membantu manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya adalah bis, truk, kereta api, mobil, dan kendaraan motor
lainnya. Untuk mendukung alat transportasi darat pemerintah membangun
jalan-jalan raya, jembatan, dan terminal. Sedangkan contoh dari transportasi
air adalah kapal ferry dan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut barang
ratusan ton. Untuk mendukung transportasi laut pemerintah membangun
pelabuhan-pelabuhan.
Untuk keperluan transportasi udara masyarakat modern telah berhasil
menciptakan, antara lain adalah pesawat terbang, helikopter, dll.
Pengangkutan dengan menggunakan transportasi udara jauh lebih cepat
dibandingkan dengan menggunakan alat transportasi darat dan air jenis
apapun. Untuk mendukung transportasi udara pemerintah membangun bandar
udara.60
C. Penerapan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) dalam Pembelajaran
Di dalam pembelajaran menggunakan pendekatan SETS murid diminta
menghubungkan antara unsur-unsurnya. Yang dimaksud adalah murid
menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda yang
berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain di dalamnya, sehingga
60
Muh. Arif, Ilmu Pengetahuan Sosial, hlm. 252-253.
38
kemungkinan murid memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan
konsep tersebut dengan unsur lain di dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan atau
kekurangannya.61
Dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, maka pendidik sains serta
peserta didik yang menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk
keterkaitan sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya dikaitkan dengan unsur lain
dalam SETS. Oleh karena seperti yang diungkapkan di atas, bahwa masing-masing
unsur itu saling terkait, maka dalam pembelajaran sains seharusnya pendidik dan
peserta didik dapat mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau
kemungkinan fakta yang dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan atau
pembelajaran konsep sains yang dihadapi sesuai dengan tujuan pengajaran dan pada
saat memungkinkan peserta didik mengembangkan diri (mengenai pengetahuannya
tersebut) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.
Jangan hanya memberi perhatian lebih terhadap sains tanpa memperhatikan
konteks SETS. Tidak menutup kemungkinan bahwa arah kegiatan sains yang mereka
lakukan itu sepenuhnya memfokuskan pada entitas sains itu sendiri (dengan
kemungkinan gerak ke arah teknologi) tanpa memikirkan dampaknya pada
masyarakat ataupun lingkungan. Akan tetapi apabila ketekunan mereka di bidang
sains tersebut selalu dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS secara terintegratif dan
bertanggung jawab, maka kesejahteraan kehidupan di muka bumi itulah yang dapat
kita diperoleh.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini memiliki makna
pengajaran sains dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS, yakni lingkungan,
teknologi, dan masyarakat. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena
keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut. Demikian pula
kepentingan masyarakat sendiri juga dibatasi oleh kemampuan sains serta teknologi
dan sumber daya yang ada di lingkungan. Yang terpenting, kondisi lingkungan
sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat akan kepentingannya, adanya teknologi
61
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.30.
39
yang akan menjaga atau menghancurkannya, serta keberadaan sains yang
memerlukan eksistensinya.
Di dalam pembelajaran SETS, tidak hanya memperhatikan isu yang ada di
masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan mengkaitkannya dengan unsur lain,
akan tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan
lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian
lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi.
Maka di dalam kegiatan pengajaran topik yang merupakan pokok bahasan
yang paling aktual dan sesuai dengan subjek yang dipelajari haruslah merupakan
pilihan utama bagi pendidik. Topik-topik terpilih dapat merupakan bahasan konsep
sains yang berkaitan dengan teknologi dan lingkungan sesuai dengan topik sains
yang perlu diajarkan.
Dengan adanya latar belakang tersebut, di dalam skripsi ini peneliti hanya
membatasi pada pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) kelas
IV dalam Bab yang berjudul “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pengajaran dengan menggunakan pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society) ini pendidik dapat memulai
dari konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan
sehari-hari peserta didik, mengingat subjek kegiatan belajar masih pada jenjang
pendidikan dasar, agar mereka lebih mudah memahami keterkaitan antar unsur yang
ada di dalam konsep SETS.
Dalam penerapannya pendidik menggunakan beberapa metode pembelajaran,
seperti metode ceramah, diskusi, pengamatan langsung, tanya jawab, dan penugasan.
Pelaksanaannya dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, pendidik
menggunakan metode ceramah, dengan maksud menjelaskan konsep SETS dengan
mengaitkan dengan contoh-contoh yang ada di sekitar kehidupan peserta didik. Ini
bertujuan agar peserta didik lebih mudah memahami keterkaitan antar elemen dari
konsep SETS tersebut.
Setelah metode ceramah digunakan pendidik menggunakan metode diskusi,
dengan membagi peserta didik menjadi 5 kelompok, yang masing-masing kelompok
terdiri dari 8 anggota. Dalam kegiatan diskusi ini peserta didik harus dengan senang
40
hati menerima penetapan yang telah ditentukan oleh pendidik mengenai pembagian
kelompok. Mereka tidak boleh membeda-bedakan teman dengan kata lain bahwa
harus menganggap setiap dari mereka adalah teman. Dengan tujuan agar kegiatan
diskusi dapat berjalan dengan baik tanpa adanya rasa diskriminasi. Dan apabila
masih merasa bingung dengan pembagian kelompok yang telah dijelaskan oleh
pendidik, maka peserta didik jangan merasa segan untuk bertanya. Sebagaimana
telah dikemukakan oleh Muhammad Syakir bahwa:
Duduklah di tempat yang telah ditentukan oleh gurumu, jangan duduk di
tempat lain. Bila salah seorang teman kamu hendak menempati tempat
dudukmu, janganlah kamu bertengkar atau mengganggunya, tetapi
kemukakanlah kepada gurumu agar beliau memberi tempat duduk tertentu62
.
Pada kegiatan diskusi yang akan dilakukan setiap kelompok diberi tema diskusi
yang berbeda dengan tugas mengaitkan konsep SETS dengan contoh di sekitar
kehidupan peserta didik yang disesuaikan dengan tema masing-masing. Dalam
pelaksanaannya pendidik menggunakan media kertas HVS, yang digunakan untuk
mencatat hasil diskusi dan sumber materi tambahan untuk memperlancar proses
diskusi. Setelah kegiatan diskusi selesai, perwakilan dari setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Apabila hasil dari diskusinya
kurang baik, maka kelompok lain diperbolehkan untuk menyempurkan dengan
memberi masukan yang bersifat membangun.
Pada pertemuan kedua, pendidik menggunakan metode observasi (pengamatan
langsung). Ini dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami materi yang telah
dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Yaitu dengan cara pendidik mengajak
peserta didik untuk observasi ke tempat-tempat yang terdapat berbagai teknologi
62
Muhammad Syakir, Pelajaran Dasar tentang akhlak: Washaya Al-Abaa’ Lil Abnaa’,
(Surabaya: Al-Miftah, 2001), hlm. 29.
41
yang sesuai dengan materi pokok. Tempat-tempat tersebut seperti pasar, pabrik,
Bank BRI, dan sebagainya. Dalam proses pengamatan tersebut pendidik memberi
penjelasan dengan mengaitkan fakta dengan konsep yang terdapat dalam SETS.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata, penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.1 Dalam kaitannya dengan hal ini maka penelitian kualitatif ini
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang
diamati tersebut. Dan beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada simpulan.
Sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif, di mana penelitian ini
berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan
sifat-sifat populasi tertentu.2 Dalam hal ini mengenai ruang lingkup pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) pada mata pelajaran IPS yang ada di MI Al-Islam Kauman Sukorejo.
Dalam pendekatan kualitatif di sini peneliti mencoba mendeskripsikan
mengenai pelaksanaan pendekatan tersebut dengan memaparkan keadaan objek yang
diteliti sebagaimana adanya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
yang beralamat di Jln. Kauman 01 Sukorejo Kendal. Peneliti memilih tempat di
sekolah ini karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah terbaik di Kendal.
1Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), hlm. 60.
2Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006), hlm.14.
42
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung kira-kira selama dua bulan mulai dari
tanggal 21 Maret – 1 Juni 2011.
C. Sumber Penelitian
Adapun data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah:
1. Primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari individu-individu yang
diselidiki.3 Berarti di sini yang dimaksud adalah sumber-sumber data yang
secara langsung didapatkan di lokasi atau objek penelitian. Data primer tersebut
meliputi: sejarah tentang berdiri MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, data
pendidik, peserta didik, serta penerapan pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS kelas IV.
2. Sekunder, yaitu data yang ada dalam pustaka-pustaka.4 sumber data ini diperoleh
dari kegiatan mengumpulkan data melalui penelusuran terhadap buku-buku dan
lain-lain yang berkaitan dengan penelitian, yaitu mengenai teori tentang
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dan
penerapannya dalam pembelajaran.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian. Penetapan fokus penelitian merupakan tahap yang sangat
menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena “suatu penelitian kualitatif
tidak dimulai dari sesuatu yang kosong tetapi dilakukan berdasarkan persepsi
seseorang terhadap masalah”,5
Jadi fokus dari penelitian itu pada dasarnya adalah sumber pokok dari masalah
penelitian itu sendiri.6
3Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm.23.
4Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, hlm.23.
5Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 92.
6Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 386.
43
Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS yang ada di MI Al-Islam Kauman
Sukorejo.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode pengamatan Langsung/Observasi
“Metode observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
individu atau kelompok secara langsung”.7
Jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi berperan serta
(participant observation), yaitu sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Sehingga dengan melakukan
observasi partisipan ini, maka yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.8
Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung mengenai proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan hal-hal
yang berkaitan dengannya yaitu mengenai pendidik, peserta didik, materi yang
diajarkan, alokasi waktu yang dibutuhkan, metode yang digunakan, media serta alat
pembelajarannya. Maka dengan kegiatan observasi ini akan diperoleh data yang
dapat mendukung dalam penelitian.
2. Metode Wawancara/Interview
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
langsung, berupa interview secara mendalam terhadap informan. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
7Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 149.
8Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 204.
44
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9
Dalam wawancara diharapkan terjadi hubungan yang baik antara pewawancara
dengan responden sehingga tidak timbul kecurigaan dan dapat menghasilkan data
yang lebih lengkap. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan alat
pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara, yaitu instrument yang
berbentuk pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan dan responden
di tempat penelitian. Dalam hal ini yang diwawancarai adalah:
a. Kepala Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo.
b. Waka Kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo
c. Pendidik mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Metode ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui apakah
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,and Society) memang
diterapkan dalam pembelajaran di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, khususnya
pada mata pelajaran IPS kelas IV.
3. Metode Dokumentasi
“Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, dan sebagainya”.10
Metode ini digunakan untuk melengkapi data-data dalam penelitian. Metode ini
digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi tertulis dari
informan yang berhubungan dengan penelitian. Data yang didapatkan tersebut dapat
pula untuk memperkuat dalam lapangan saat wawancara dan observasi.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk daftar nama peserta
didik, guru, dan arsip-arsip lain yang berhubungan dengan penelitian, serta foto yang
menggambarkan tentang proses pembelajaran di kelas IV pada pembahasan mata
9Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 186.
10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2006), hlm. 158.
45
pelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society).
F. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka peneliti memulai
dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai macam sumber
yaitu melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi dengan melakukan reduksi
data. Reduksi data di sini adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna.
Analisis data ini bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam memberikan interpretasi data yang
diperoleh, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi pada saat sekarang.11
“Metode ini bertujuan membuat deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki”.12
11
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru,
1989), hlm. 64.
12Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hlm. 54.
46
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI
PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND
SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MI AL-ISLAM
KAUMAN SUKOREJO KENDAL TAHUN 2011
A. Tinjauan Umum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
1. Sejarah Singkat MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
MI Al-Islam merupakan sekolah dasar yang bernuansa Islam yang didirikan
oleh yayasan MASUMI yang awalnya dinamai Madrasah Wajib Belajar (MWB)
yaitu sekolah setingkat Sekolah Rakyat (SR) dan peresmian berdirinya sekolah ini
berdasarkan hasil keputusan bersama antara masyarakat sekitar dan pengurus pada
tahun 1963. Dan seiring dengan perkembangan pendidikan maka sekolah yang
awalnya bernama Madrasah Wajib Belajar ini berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Al-Islam sebagaimana disesuaikan dengan lembaga yang mengelolanya yaitu
berbasis Islam. Perubahan nama sekolah ini di bawah naungan Yayasan Islam (Solo)
pada tahun 1964, saat itu Madrasah ini telah berstatus terdaftar sampai tahun 1995.
Dengan adanya bertambahnya zaman dan kerja keras pengelola, pendidik serta
dukungan dari masyarakat Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam ini mengalami perubahan
status yang semakin baik sebagaimana faktanya dari tahun 1995-2001 dari awalnya
berstatus terdaftar menjadi berstatus diakui, kemudian mendapatkan status
disamakan dari tahun 2001-2006 dan akhirnya dari tahun 2006 sampai sekarang telah
berstatus terakreditasi B.1
Adapun letak geografis MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal adalah berada
di tengah kecamatan Sukorejo yang merupakan tempat strategis dengan alamat yaitu
Jln. Kauman 01, kode pos 51363, Tlp. (0294) 451358.2 Sedangkan keberadaan MI Al
1Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Taftazani selaku kepala sekolah MI Al-Islam
Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Rabu tanggal 1 Juni 2011 di ruang Kepala Sekolah.
2Data dokumentasi MI Al Islam Kauman Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Jumat
tanggal 1 April 2011.
47
Islam Kauman Sukorejo Kendal ini dipisah oleh Masjid Besar Sukorejo dengan
batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Barat : permukiman penduduk lebih tepatnya
adalah desa Kauman
b. Sebelah Timur : pertokoan
c. Sebelah Selatan : pertokoan dan pasar Sukorejo
d. Sebelah Utara : bunderan Sukorejo
2. Keadaan Pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Keberhasilan tujuan pendidikan di MI Al-Islam tidak terlepas dari dukungan
dari para pendidik. Karena pendidik merupakan salah satu komponen pembelajaran
yang sangat penting. Di jenjang pendidikan dasar ini kedudukan pendidik tidak lain
juga sebagai wali kelas khususnya kelas bawah pada sekolah dasar, yaitu kelas 1, 2,
dan 3. Adapun tugas dari wali kelas dan pendidik adalah sebagai berikut:
a. Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan sebagai berikut:
1) Pengelolaan kelas
2) Menyelenggarakan administrasi kelas, meliputi:
a) Denah tempat duduk peserta didik
b) Papan absensi kelas
c) Daftar pelajaran kelas
d) Buku absensi siswa
e) Daftar piket kelas
f) Tata tertib kelas
3) Penyusunan pembuatan struktur bulanan peserta didik
4) Pengisian daftar kumpulan nilai peserta didik
5) Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik
6) Pencatatan mutasi peserta didik
7) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar
8) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.3
3Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Jumat 8 April 2011.
48
b. Pendidik bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secar efektif dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab seorang pendidik, meliputi:
1) Membuat perangkat program pengajaran
2) Melaksanakan program pembelajaran
3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan
umum, ujian akhir.
4) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
5) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
6) Mengisi daftar nilai peserta didik
7) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar peserta didik
8) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.4
Sebagaimana telah dijelaskan sekilas di atas bahwasanya di jenjang pendidikan
dasar baik SD maupun MI sebagaimana halnya di MI Al-Islam mempunyai ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lain yaitu adanya wali kelas
atau sering disebut dengan guru kelas khususnya kelas bawah pada sekolah dasar
yaitu kelas 1, 2, dan 3, yang mempunyai tugas mengajarkan semua mata pelajaran di
kelas yang ia tanggungjawabi. Jadi Guru kelas mempunyai dua tugas yaitu selain
menjadi wali kelas juga menjadi pendidik semua mata pelajaran.
Adapun penjelasan mengenai pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
4Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Jumat 8 April 2011.
49
Tabel 4.1
Tenaga Pendidik MI Al-Islam Tahun 2011-20125
No Nama L/P Jabatan Pendidikan
Terakhir
Tahun
Bekerja
1 M. Taftazani L Kepala
Sekolah
D2 27-12-85
2 Siti Sudarini P Guru PGA 30-7-84
3 Tarmuji L Guru SI 21-7-97
4 Ahmad Mabrur L Guru SI 1-3-01
5 Kholida Fitriani P Guru SI 23-9-02
6 Imam Badrudin L Guru SI 5-10-02
7 Ahmad Nawawi L Guru S1 1-8-03
8 Susapto L Guru SI 19-7-04
9 Nur Hidayah P Guru D2 5-4-06
10 Nazula Arifani P Guru SMA 1-7-06
11 Ani Faizah P Guru D2 17-7-06
12 Dwi Anggoro P. L Guru Sm3 30-8-07
13 Sri Rahayu P Guru D2 1-8-08
14 Bakhrudin L Guru D2 1-1-10
15 Kirno ,S.Ag L Guru SI 1-7-00
3. Keadaan Peserta Didik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk
mengembangkan potensi kemampuan untuk mencapai tujuan belajar. Mengenai
jumlah peserta didik, di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini dari awal berdiri
hingga sekarang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena MI Al-Islam
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas anak didiknya. MI Al-Islam bertekad
untuk memberikan pelayanan maksimal melalui tenaga pendidik yang profesional
dalam mendidik anak didiknya dengan penuh kesabaran, ramah, lugas, berwibawa,
menguasai materi, dan memiliki kesiapan dalam menyampaikan materi serta
didukung dengan kurikulum yang dipersiapkan dengan baik. Selain itu MI Al-Islam
juga dilengkapi sarana dan prasarana yang sangat menunjang kegiatan belajar
mengajar, sehingga menjadi tempat proses belajar mengajar yang baik, kondusif dan
menyenangkan bagi anak didiknya.6
5Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
6Hasil wawancara dengan Bapak Kirno selaku kepala Waka kurikulum MI Al-Islam Kauman
Sukorejo Kendal, pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 di kantor.
50
Berdasarkan dokumentasi data peserta didik yang melakukan pendidikan di MI
Al-Islam ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah peserta didik tahun 2011-20127
No Kelas Jumlah
1 I 54
2 II 62
3 III 56
4 IV 60
5 V 65
6 VI 54
Jumlah 351
4. Keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan di MI Al-Islam
merupakan salah satu aspek yang mempunyai peran yang sangat penting untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam perkembangannya, MI Al-Islam
mempunyai beberapa sarana dan prasarana yang selalu diusahakan dengan baik.
MI Al-Islam sendiri berada di antara masjid agung Sukorejo, yang mana kelas
rendah (I, II, III) berada di sebelah kanan masjid agung Sukorejo dan kelas tinggi
(IV, V, VI) berada di sebelah kiri masjid agung Sukorejo. Dan mengenai
bangunan/ruang dan perlengkapan MI dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Keadaan Bangunan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal8
No. Keterangan Jumlah Keadaan
1 Unit/Gedung 2 buah Cukup baik
2 Ruang kelas 11 Buah Cukup Baik
3 Ruang KS 1 Buah Baik
4 Ruang Guru 1 Buah Baik
5 Ruang Administrasi 1 Buah Cukup Baik
6 Kamar Mandi/WC 4 Buah Baik
7 Halaman Bermain 1 Buah Cukup Baik
8 Tempat Parkir 1 Buah Cukup Baik
7Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
8Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
51
Tabel 4.4
Keadaan Perlengkapan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal9
No. Keterangan Jumlah Keadaan
1 Meja Murid 1 Anak 60 Buah Cukup Baik
2 Meja Murid 2 Anak 149 Buah Cukup Baik
3 Bangku Murid 1 Anak 257 Buah Cukup Baik
4 Bangku Murid 2 Anak 40 Buah Cukup Baik
5 Meja/Kursi Tamu 1 Set Baik
Sedangkan mengenai alat peraga pembelajaran diletakkan di ruang guru, agar
perawatan dan keamanan lebih terjamin.
5. Struktur Organisasi Sekolah
Untuk menciptakan ketertiban dan kelancaran dalam mengelola sekolah, maka
perlu dibentuk organisasi sekolah. Pembentukan organisasi tersebut adalah langkah
awal dalam pencapaian tujuan yang mengenai visi dari sekolah. Sebagaimana halnya
di sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini untuk mencapai tujuan yang
diharapkan juga membentuk suatu organisasi, adapun susunannya dapat dilihat pada
lampiran 4.
6. Kegiatan Sekolah
Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal menyelenggarakan
pembelajaran seperti halnya di sekolah dasar yang lain, akan tetapi di sini ada
penambahan pendidikan keagamaan yang lebih mendalam. Ini terbukti bahwa
sebelum memulai pelajaran peserta didik diberi waktu untuk bertadarus bersama, dan
juga seringnya diajarkan bagaimana tata cara melakukan shalat dhuha bersama-sama,
selain itu juga keteraturan mengikuti shalat dzuhur secara berjamaah. Adanya
dukungan fasilitas masjid yang berada di antara sekolah MI Al-Islam ini kegiatan ini
bisa lancar dilaksanakan. Kegiatan sekolah yang di berikan kepada peserta didik
selain pada jam pelajaran adalah kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu
bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok peserta didik. Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler antara satu sekolah dengan sekolah yang lain bisa saling berbeda,
9Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
52
yaitu karena variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan pendidik, peserta didik,
dan kemampuan sekolah. Adapun kegiatan sekolah yang diselenggarakan di MI Al-
Islam Kauman Sukorejo Kendal adalah Baca Tulis al-Quran (BTQ), bahasa Inggris,
bahasa daerah, marching band &drum band, lukis, qiro’ati, dan karate.10
B. Implementasi Pendekatan Salingtemas pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di
MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
1. Persiapan
Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan terlebih dahulu maka tujuan
dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Demikian pula dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan salingtemas di kelas
IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pendidik di sana melakukan beberapa
persiapan. Diantaranya yaitu persiapan pribadi dan persiapan teknis. Hal ini penting,
karena tanpa persiapan pembelajaran dengan pendekatan salingtemas ataupun
pendekatan-pendekatan lainnya tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Dengan kata lain tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan maksimal. Itulah
sebabnya seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam merencanakan
pengajaran.
Persiapan pribadi ini berkaitan dengan persiapan yang mutlak dimiliki oleh
pendidik. Persiapan ini meliputi persiapan fisik, mental dan penguasaan dalam materi
yang akan diajarkan serta penguasaan dalam teori pendekatan salingtemas yang
kemudian pendidik harus mampu mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan
konsep salingtemas agar peserta didik bisa paham dengan penjelasan pendidik
tersebut.
Persiapan teknis yang dilakukan pendidik MI Al-Islam kauman Sukorejo
Kendal khususnya kelas IV seperti keadministrasian (administrasi program tahunan,
program semester, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), absen kelas,
daftar perkembangan peserta didik mengenai hasil belajar (raport)) merupakan
keharusan jika dihadapkan pada target pencapaian tujuan pembelajaran.
10
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Taftazani selaku kepala sekolah MI Al-Islam
Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 di kantor MI Al-Islam..
53
Sebelum pendidik melakukan persiapan teknis tersebut ia melakukan analisis
materi pelajaran. Karena tidak lain fungsi dari analisis materi pelajaran itu adalah
acuan untuk menyusun program pengajaran, yaitu program tahunan, program
semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan
menganalisis ini pendidik meneliti isi dari Standar Isi (SI) yang meliputi Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian mengkaji materi dan
menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. Analisis materi pelajaran
ini merupakan salah satu bagian dari rencana kegiatan belajar-mengajar yang
berhubungan erat dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya.
Kegiatan penyusunan analisis materi pelajaran ini berupa penjabaran dan
penyesuaian isi dari Standar Isi (SI). langkah-langkahnya adalah menjabarkan
kurikulum dan menyesuaikan kurikulum, adapun penjelasannya yaitu sebagai
berikut:
a. Menjabarkan kurikulum
Yaitu menguraikan bahan pelajaran, menguraikan tema/konsep pokok bahasan
yang mengacu pada tujuan pembelajaran.
b. Menyesuaikan kurikulum
Yaitu menyesuaikan pembelajaran dalam kurikulum nasional dengan keadaan
setempat agar proses belajar dan hasil belajar dapat dicapai secara efektif dan
efisien, sesuai dengan tujuan. Kegiatan penyesuaian kurikulum mencakup
pemilihan pendekatan maupun metode, pemilihan sarana pembelajaran dan
pendistribusian waktu belajar-mengajar.11
Mengenai program tahunan, di dalamnya memuat alokasi waktu untuk setiap
pokok bahasan dalam satu tahun pelajaran. Dalam penyusunan program semester
pendidik menyesuaikan dari program tahunan yang telah ada. Program semester ini
memuat alokasi waktu setiap bahasan setiap semester.12
Dalam menyusun program
semester dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
11
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Wawasan Baru, Beberapa Metode
Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 24-25
12Hasil wawancara dengan Bapak Kirno selaku waka kurikulum MI Al-Islam Kauman
Sukorejo Kendal pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011.
54
a. Menghitung hari dan jam efektif selama satu semester.
b. Mencatat mata pelajaran yang akan diajarkan selama satu semester.
c. Membagi alokasi waktu yang tersedia selama satu semester.13
Sedangkan yang dimaksud dengan silabus adalah salah satu bagian dari
program pembelajaran yang memuat satuan bahasan untuk disajikan dalam beberapa
kali pertemuan. Sehubungan dengan penyusunan silabus, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah karakteristik dan kemampuan awal peserta didik, Tujuan
Instruksional Khusus (TIK), bahan pelajaran, metode mengajar, sarana/alat
pendidikan, dan strategi evaluasi.14
Sedangkan mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
penjabaran secara detail dari silabus yang telah ditentukan sebelumya. Dengan
adanya RPP ini pendidik memiliki pedoman dan sebagai acuan untuk melaksanakan
KBM agar terarah dan berjalan efisien dan efektif.
2. Materi dan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IV
a. Materi
Berdasarkan data dalam bab sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan salingtemas ini digunakan pada sub bab 3 yaitu lebih tepatnya adalah
materi pokok yang berjudul “perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi”
Di dalam materi pokok ini terdapat penjelasan yang dijabarkan melalui
beberapa judul, seperti:
1) Perkembangan teknologi produksi
2) Perkembangan teknologi komunikasi
3) Perkembangan teknologi transportasi
Setiap judul di atas masing-masing menjelaskan tentang perkembangannya
sejak zaman dahulu atau sering disebut dengan teknologi sederhana dan
13
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Wawasan Baru, Beberapa Metode
Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, hlm. 25.
14Hasil wawancara dengan Bapak Kirno selaku waka kurikulum MI Al-Islam Kauman
Sukorejo Kendal pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011.
55
perkembangannya pada zaman sekarang atau bisa disebut dengan teknologi
modern serta contoh-contoh dari teknologi tersebut.
Untuk menyampaikan materi tersebut pendidik dituntut untuk menyesuaikan
dengan kenyataan dalam lingkungan yang ada di sekitar peserta didik agar
pemahaman mereka bisa optimal. Tujuan ini akan terwujud apabila pendidik tepat
dalam memilih pendekatan maupun metode pembelajarannya.
Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menjelaskan materi tentang
teknologi dan perkembangannya adalah dengan pendekatan SETS. Akan tetapi
karena peserta didik masih dalam taraf pendidikan dasar maka pendidik dalam
menjelaskan materi tersebut diharuskan dengan menggunakan bahasa yang
sederhana serta dihubungkan dengan konsep SETS. Tidak hanya itu saja, pendidik
juga harus memperhatikan mengenai kesesuaian antara materi ajarnya mengenai
teknologi, perkembangan serta penggunaannya dalam kehidupan bermasyarakat
dan dampak yang didapat dari pemakaian teknologi tersebut. Berarti tidak heran
apabila penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan SETS merupakan
pilihan yang tepat oleh pendidik, karena dalam konsep SETS terdapat unsur sains,
teknologi, masyarakat dan lingkungan.
Di dalam pembahasannya tema yang berisi teori disebut dengan konsep
sains, macam-macam dari teknologi adalah bentuk aplikasi dari konsep
perkembangan sains, sedangkan manfaat dari teknologi bagi kehidupan manusia
dapat dijelaskan melalui konsep SETS yaitu unsur masyarakat, sedangkan unsur
dari lingkungan yang terdapat pada konsep SETS pendidik dapat dijabarkan
khususnya melalui dampak negatif yang bersifat sosial maupun alami dari
penggunaan teknologi tersebut. Dengan penjelasan melalui pendekatan SETS,
serta metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, maka banyak manfaat
yang didapat, yaitu sebagai berikut:
1) Untuk pendidik yang tidak terlalu menguasai metode ceramah, ia bisa
menjelaskan melalui point-point yang sederhana sehingga walaupun
penjelasannya sedikit akan tetapi pemahaman siswa bisa optimal. Pemberian
contoh ini juga harus disesuaikan dengan kehidupan yang ada di sekitar
peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
56
pendekatan SETS bisa melalui metode diskusi kelompok, sehingga dengan
keadaan itu juga bisa memberikan titik aman bagi pendidik yang tidak begitu
memiliki ketrampilan berceramah.
2) Dengan adanya penggunaan pendekatan melalui konsep SETS ini, efisien
waktu yang dibutuhkan untuk menjelaskan pokok materi “perkembangan
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi” akan didapat. Karena
penjelasan cenderung menyebutkan point-pointnya saja. Pendalamannya bisa
terlaksana ketika pemahaman peserta didik menyebutkan contoh dari masing-
masing unsur SETS yang dihubungkan dengan materi yang sedang dipelajari.
3) Kerjasama dan keakraban akan terjalin karena adanya diskusi kelompok.
Seperti dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwasanya hasil
pembelajaran SETS ini diharapkan peserta didik mampu memberikan bekal
kemampuan dasar dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi,
anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) Kelas IV.
Pelaksanaan ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama
Tujuan dari pembelajaran ini adalah peserta didik dapat menjelaskan
makna teknologi serta perkembangannya dalam produksi, komunikasi, dan
transportasi. Serta siswa mampu menyebutkan macam-macam dari teknologi
tersebut dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya bagi masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut maka pendidik harus
merencanakan pelaksanaan dari pembelajaran tersebut. Dalam menggambarkan
tahap-tahap yang dilakukan oleh pendidik pada saat menjelaskan materi pokok
yang berjudul ”perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi”, peneliti memaparkan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sebagai berikut:
57
No. Langkah-langkah Pengorganisasian
Siswa Waktu
1 Kegiatan awal (12 menit)
a. Pendidik memulai proses
pembelajaran dengan salam dan
berdo’a bersama serta presensi
b. Pendidik mengkondisikan peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi yang diharapkan
d. Pemberian motivasi dengan
menyanyikan lagu “kereta api” secara
bersama-sama
k
k
k
k
5 menit
2 menit
2 menit
3 menit
2 Kegiatan inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Pendidik menggali pengetahuan
awal yang dimiliki oleh peserta
didik
2) Peserta didik menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh pendidik
b. Elaborasi
1) Pendidik menjelaskan secara
singkat tentang konsep SETS
dengan menggunakan salah satu
contoh yang terdapat dalam sub
materi pokok
2) Pendidik membagi peserta didik
menjadi 5 kelompok yang masing-
masing terdiri dari 6 anggota, dan
membagikan bahan materi
tambahan serta kertas HVS pada
tiap-tiap kelompok
3) Memberikan tema bagi tiap-tiap
kelompok untuk didiskusikan, dan
memberikan waktu untuk
berdiskusi
4) Menyuruh perwakilan dari tiap
kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas secara bergantian
c. Konfirmasi
1) Pembahasan hasil diskusi
2) Pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
bertanya mengenai materi
pembahasan yang belum dipahami
k
k
k
k
g
i
k
k
3 menit
2 menit
6 menit
5 menit
20 menit
5 menit
5 menit
3 menit
58
3) memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk rajin belajar
k 1 menit
3 Kegiatan akhir (8 menit)
a. Pendidik menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
b. Pemberian tugas di rumah
c. Mengakhiri pelajaran dengan
membaca do’a bersama kemudian
guru memberikan salam penutup
k
i
k
5 menit
1 menit
2 menit
Keterangan : i ; individual, g ; group, k ; klasikal15
Dari pemaparan sekilas tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tersebut di atas peneliti akan menjelaskan secara mendalam tentang
proses pembelajarannya melalui beberapa tahap yaitu:
a) Pendahuluan
Setiap pendidik ketika memasuki ke kelas. Maka pada saat itu pula ia
menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah
manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu peserta didik
dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung. Ini berarti
bahwa pendidik mempunyai harus kemampuan menyusun rencana kegiatan
dalam proses pembelajaran dengan baik. Yang termasuk di dalam nya
adalah ketepatan ia memilih pendekatan ataupun metode pengajaran, media
yang akan digunakan untuk membantu proses pembelajaran, ketepatan
dalam menentukan evaluasi sebagai alat pengukur tingkat keberhasilan
kegiatan belajar peserta didik, dsb..
Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi sedemikian rupa, sehingga proses interaksi
edukatif dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dalam hal ini adalah
identik dengan usaha pengkondisian kelas.
Dengan adanya permasalahan yang telah dijabarkan di atas maka
pendidik berusaha untuk menyelesaikannya dengan cara yang sebagaimana
seharusnya dilakukan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas IV pendidik
15
Hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran materi pokok Perkembangan Teknologi
Produksi, Komunikasi dan Transportasi kelas IV, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011
59
telah merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan dari
pendidikan ini dapat tercapai sebagaimana tertulis pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di atas. Tahap pertama dari pelaksanaan
pembelajaran adalah tahap pendahuluan, adapun runtutan dari
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Sebelum pendidik menjelaskan tentang materi pokok “perkembangan
teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi”, ia mengkondisikan kelas
sehingga nantinya proses belajar mengajar bisa nyaman. Telah dijelaskan
diatas bahwa pengkondisian kelas merupakan masalah yang kompleks.
Pengkondisian kelas adalah ketrampilan gru menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan
dalam proses interaksi edukatif.16
Maka pendidik harus memperhatikan
masalah ini, agar pengajaran bisa berjalan secara efektif serta tujuan dari
pembelajaran akan tercapai dengan baik.
Kemudian kegiatan selanjutnya yaitu berdoa. Berdo’a adalah adat
yang merupakan suatu yang diwajibkan dalam memulai kegiatan. Kegiatan
dalam hal ini adalah pembelajaran, maka kegiatan ini dilakukan setiap ingin
memulai pelajaran. Sebelum pendidik memulai menjelaskan inti materi ajar,
ia menjelaskan sekilas tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
disertai menyebutkan materi pokok yang akan dipelajari. Selain itu
motivasi juga hal yang penting bagi peserta didik. Motivasi adalah keadaan
internal yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Mengenai
motivasi belajar telah kita ketahui bahwasanya terdapat 2 macam, yaitu
motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah motivasi hal dan keadaan yang datang dari luar
16
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 144.
60
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar.17
Mengenai motivasi yang berasal dari luar maka pendidik berusaha
memberikan dengan cara peserta didik menyanyikan lagu “naik kereta api”
yang mana lagu ini selain sebagai alat menumbuhkan motivasi peserta didik
juga sesuai dengan materi yang akan dipelajari yaitu teknologi, lebih
tepatnya adalah contoh dari teknologi transportasi darat. Adapun lirik lagu
kereta api adalah sebagai berikut:
Naik kereta api, tut tut tuuuuut...
Siapa hendak turut...?
Ke Bandung, Surabaya...
Bolehkah naik dengan percuma...?
Ayo temanku lekas naik! Kretaku tak berhenti lama...
Sebelum menyanyikan lagu ini pendidik menyuruh peserta didik
berdiri di tempat masing-masing dengan menampakkan wajah ceria dan
tangan siap untuk ditepuk. Kemudian dengan panduan pendidik lagu
tersebut dinyanyikan dengan penuh keceriaan sambil menepuk tangan.
Untuk menambah suasana ceria pendidik menyuruh tiap-tiap baris tempat
duduk untuk bernyanyi secara bergantian.
Melalui tahap pembelajaran pemberian motivasi ini dengan otomatis
motivasi intrinsik pada diri peserta didik akan muncul. Memang dalam
kenyataannya pada jenjang pendidikan dasar pemberian motivasi oleh
pendidik perlu dilakukan karena dapat merangsang motivasi pada diri
peserta didik. Setelah pemberian motivasi melalui menyanyi bersama seperti
di atas peserta didik akhirnya mempunyai motivasi sehingga terlihat suasana
belajar di kelas IV ini menjadi penuh keakraban dan keceriaan.
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 136.
61
b) Kegiatan inti
Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan ini terdiri atas 3
tahap yaitu eksplorasi, Elaborasi, dan konfirmasi. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Pada tahap eksplorasi pendidik memulai dengan memberi gambaran
tentang materi yang akan dijelaskan pendidik, yaitu dengan cara
memberikan scaffolding tentang contoh-contoh teknologi yang ada di
sekitar kehidupan peserta didik. Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
bermanfaat bagi peserta didik untuk merangsang pemikiran (kognitif)
peserta didik sehingga pemahaman untuk mempelajari materi yang
selanjutnya bisa optimal dan juga dijadikan sebagai alat evaluasi untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta didik.18
Tahap yang kedua adalah Elaborasi. Pada tahap ini pendidik memulai
dengan menjelaskan secara singkat tentang konsep SETS dengan
menggambarkannya di papan tulis, seperti gambar sebagai berikut:
Masyarakat (society)
Dari gambar di atas pendidik menjelaskan keterkaitannya, untuk
mempermudah pemahaman peserta didik, ia menggunakan contoh dari
kegiatan produksi, sebagaimana berikut:
18
Hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran materi pokok Perkembangan Teknologi
Produksi, Komunikasi dan Transportasi kelas IV, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011
Sains (science)
Lingkungan
(environment)
Teknologi
(technologi)
62
Produksi tekstil di masyarakat
Sains : produksi tekstil
Teknologi : pabrik
Masyarakat : memenuhi kebutuhan primer masyarakat yaitu berkenaan
dengan sandang, memajukan kesejahteraan masyarakat, dan
pertambahan pendapatan masyarakat
Lingkungan : dampak bagi kehidupan sosial adalah adanya kesenjangan
yang merugikan pihak yang hanya mampu membuat barang-
barang dengan sederhana dan juga banyaknya pengangguran,
sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah asap
(pencemaran udara yang bisa menimbulkan lapisan ozon
semakin menipis), limbah air (pencemaran air yang
menyebabkan ikan/hewan air mati)
Dari point-point di atas bisa dijelaskan bahwa tema yang diajarkan
adalah tentang produksi tekstil, jadi konsep sains itu adalah produksi tekstil,
dari adanya konsep itu maka manusia berusaha untuk menciptakan alat atau
tempat yang bertujuan memperlancar kegiatan produksi, yaitu salah satunya
adalah menciptakan pabrik. Pabrik mempunyai peran penting dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat salah satunya adalah dengan adanya
pabrik maka bisa mempercepat proses membuat barang, serta menghemat
pekerja karena sudah tersedianya mesin-mesin pengganti tenaga manusia.
Semakin lancar proses produksi maka semakin banyak barang yang
Produksi tekstil (konsep
sains)
Produksi tekstil
di
lingkungan
Produksi tekstil
dalam teknologi
63
dihasilkan, maka dengan keadaan tersebut pendapatan pemilik pabrik akan
bertambah. Dengan adanya barang yang dihasilkan maka kebutuhan
sandang masyarakat pada umumnya akan terpenuhi, sehingga kesejahteraan
masyarakat akan terwujud.
Dari pemanfaatan pabrik ini pasti ada dampak bagi kehidupan
bermasyarakat (sosial) dan lingkungan alam sekitar. Adapun dampak bagi
kehidupan sosial adalah banyaknya pengangguran, ini dikarenakan adanya
minimnya penggunaan tenaga pekerja yang mana semua kegiatan produksi
sebagian besar telah diganti dengan tenaga mesin-mesin yang canggih.
Dampak yang lain adalah adanya kesenjangan sosial antara pemilik pabrik
dengan penduduk rata-rata yang tidak mempunyai modal untuk
meningkatkan produksinya, ini bisa terlihat dari perbedaan tingkat
pendapatan masyarakat.
Sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah dari proses produksi
menggunakan tenaga mesin pada faktanya memberi dampak negatif bagi
alam seperti, pencemaran udara yaitu disebabkan oleh asap yang dihasilkan
sehingga adanya asap yang tanpa menggunakan filter akan mengganggu
keadaan ozon mengakibatkan menipisnya lapisan ini. Selain itu limbah air
yang dihasilkan menyebabkan pencemaran air yang berdampak negatif bagi
kebersihan air yang ada di sekitar pabrik bahkan ikan atau hewan yang
hidup di dalamnya akan mati dan punah.
Setelah penjelasan mengenai konsep melalui tema produksi langkah
selanjutnya adalah pendidik menggunakan metode diskusi. Dalam kegiatan
ini pendidik membagi peserta didik menjadi 5 kelompok, yang masing-
masing terdiri dari 8 orang anggota. Pembagian ini dilakukan dengan cara
berhitung. Yang mana peserta didik yang mendapatkan nomor yang sama
berarti sekelompok. Dalam penempatan duduk setiap kelompok diatur oleh
pendidik. Setelah masing-masing mendapatkan posisi, mereka disuruh
menata kursi mereka saling berhadapan dengan teman sekelompok, dengan
meja di tengah-tengah mereka yang berfungsi sebagai alas untuk menulis
dan agar diskusi dapat berjalan lebih efektif.
64
Ketika masing-masing kelompok sudah tertata rapi mengenai tempat
duduknya, mereka disuruh oleh pendidik mempersiapkan alat tulis serta
buku atau referensi yang telah mereka miliki. Kemudian pendidik
membagikan tambahan bahan materi yang berupa fotokopi buku panduan
belajar mengenai materi pokok yang sedang dipelajari serta kertas HVS
untuk menulis hasil diskusi nantinya.
Kegiatan selanjutnya adalah memberikan tema untuk berdiskusi
kepada tiap-tiap kelompok. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
a) Kelompok I mendapatkan tema diskusi yang berjudul “jual beli”
b) Kelompok II mendapatkan tema diskusi yang berjudul “komunikasi”
c) Kelompok III mendapatkan tema diskusi yang berjudul “transportasi
darat”
d) Kelompok IV mendapatkan tema diskusi yang berjudul “transportasi
laut”
e) Kelompok V mendapatkan tema diskusi yang berjudul “transportasi
udara”
Adapun anggota setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 7.
Setelah pembagian telah selesai, pendidik menyuruh masing-masing
kelompok menunjuk salah satu dari anggota peserta diskusi menjadi wakil
dari kelompok mereka. Perwakilan dari tiap-tiap kelompok ini nantinya
yang bertugas untuk menjelaskan hasil diskusi.
Dengan adanya pembagian tema tersebut, maka masing-masing
kelompok disuruh untuk berdiskusi, dengan mengerjakan seperti apa yang
dikerjakan oleh pendidik di papan tulis yaitu hanya menulis point-pointnya
saja, sedangkan penjelasan lebih lanjut nanti pada penjelasan di depan kelas.
Pemberian waktu untuk berdiskusi adalah 30 menit.
Pada saat peserta didik melakukan langkah pembelajaran ini mereka
untuk mendapatkan ide tentang contoh dari tiap-tiap konsep salingtemas ini
adalah dengan cara berdiskusi antar anggota sekelompok, dan membuka
buku pegangan, LKS, atau bahan materi yang telah diberikan oleh mereka.
65
Kegiatan berdiskusi ini tergolong sudah baik, karena mereka saling
menuangkan ide untuk menyelesaikan tugas berdiskusi mereka.
Tahap yang terakhir dari kegiatan inti adalah konfirmasi. Setelah
waktu yang disediakan habis, maka langkah selanjutnya adalah pendidik
menyusuh perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk membacakan serta
menjelaskan hasil diskusi mereka di depan kelas secara bergantian. Dalam
kegiatan ini bagi peserta didik yang malu menjelaskan hasil diskusinya
sendirian pendidik memperbolehkan anak tersebut mengajak salah satu
teman diskusinya untuk menemaninya di depan kelas.19
Adapun hasil diskusi dari tiap-tipa kelompok adalah sebagai berikut:
(a) Kelompok I
Kelompok ini sesuai pembagian tadi adalah mendapat tema yang
berjudul jual beli, hasil diskusinya adalah sebagai berikut:
Jual beli di masyarakat
Sains : jual beli
Teknolog : dahulu (uang), sekarang (ATM, rekening bank),
kendaraan
Masyarakat : mempermudah proses jual beli, tidak membutuhkan
waktu yang lama.
19
Hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok Perkembangan
Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi kelas IV, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011
Jual beli (konsep sains)
Jual beli di
lingkungan
Jual beli dalam
Teknologi
66
Lingkungan : dalam bidang sosial yaitu rawanya tindak kejahatan
(pembobolan ATM), kurangnya jalinan silaturahmi
antara penjual dan pembeli.20
Dari hasil diskusi tersebut di atas, temannya adalah jual beli. Jadi
jual beli di sini adalah sebagai konsep sains. Dari konsep sains tersebut,
manusia menciptakan berbagai teknologi yang dapat membantu dan
memperlancar proses jual beli, pada jaman dahulu jual beli lebih
dikenal dengan barter atau bisa diartikan kegiatan tukar-menukar
barang. Kegiatan ini lamban laun seiring dengan perkembangan
teknologi mengalami perkembangan maka diciptakan uang. Sebagai
pengganti kegiatan pertukaran barang. Kegiatan jual beli dengan
menggunakan uang lebih mudah dari pada kegiatan barter. Jaman
sekarang dalam sekeliling kehidupan manusia banyak didirikan bank-
bank, yang menyediakan fasilitas rekening ataupun ATM.
Dengan perkembangan teknologi ini maka memberi manfaat bagi
masyarakat, antara lain adalah lebih mempermudah kegiatan jual-beli.
Dengan adanya jasa yang diberikan oleh bank, maka dapat
dimanfaatkan oleh penjual maupun pembeli sehingga kegiatan jual beli
mereka tidak perlu membutuhkan waktu yang lama. Manfaat lain dari
jasa bank adalah dapat mengurangi/meminimalisir biaya ongkos
mengenai transportnya.
Dampak dari perkembangan teknologi dalam kegiatan jual beli ini
identik dengan dampak bagi kehidupan sosial. Adapun dampaknya
adalah rawannya tindak kejahatan. Banyak orang ingin mendapatkan
sesuatu melalui jalan pintas yang menyebabkan hasrat untuk mengambil
uang dengan cara membobol. Dampak yang lain adalah dari mudahnya
kegiatan jual beli yang dilakukan secara tidak langsung akan terjadi
kurangnya jalinan silaturahmi antara penjual dan pembeli.
20
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok I kelas IV MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
67
(b) Kelompok II
Komunikasi di masyarakat
1)
Sains : Komunikasi
Teknologi : Teknologi komunikasi sederhana seperti kentongan,
teknik sandi (mata-mata), kurir, tali pohon, dll.
Sedangkan teknologi komunikasi modern seperti
surat, telegram, telepon, HT (Handy Talkie), pager
(radio panggil), radio, televisi, media cetak, internet.
Masyarakat : Mempermudah cara berkomunikasi, menciptakan
lahan pekerjaan, bertambahnya pendapatan bagi
masyarakat.
Lingkungan : Dampak bagi lingkungan sosial, yaitu prestasi belajar
siswa menurun, terjadinya kesenjangan sosial,
pengaruh negatif bagi siapa saja. Sedangkan dampak
bagi lingkungan alam yaitu keterbatasan barang- barang
tambang.21
Hasil diskusi di atas dapat dijelaskan bahwa konsep dari sains itu
adalah komunikasi, sedangkan bentuk dari hasil pemikiran manusia
mempermudah kegiatan komunikasi adalah penciptaan alat-alat
teknologi seperti kentongan, telik sandi (mata-mata), kurir, tali pohon
21
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok II kelas IV MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
Komunikasi (konsep
sains)
Komunikasi di
lingkungan
Komunikasi
dalamTeknologi
68
dan lain-lain. Pemakaian yang sederhana dan juga cara pembuatannya
sehingga alat-alat tersebut disebut dengan teknologi sederhana. Seiring
dengan perkembangan pemikiran, teknologi dan jaman, manusia
menciptakan alat-alat komunikasi yang lebih modern atau sering
disebut dengan teknologi komunikasi modern, contohnya adalah surat,
telegram, telepon, HT (Handy Talkie), pager (radio panggil), televisi,
media cetak, internet, dan lain-lain.
Dengan adanya alat-alat komunikasi tersebut, maka masyarakat
akan terpenuhi kebutuhannya dalam hal komunikasi. Manfaat bagi
masyarakat antara lain mempermudah cara berkomunikasi. Dengan
adanya perkembangan pemikiran tersebut maka manusia berusaha
menciptakan yang lebih sehingga banyak pabrik-pabrik yang didirikan
untuk membuat alat-alat tersebut. Dengan adanya keadaan ini maka
menciptakan lahan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Dari usaha
tersebut pemilik pabrik alat komunikasi ini akan mendapatkan
penambahan pendapatan. Dengan merebaknya penggunaan alat-alat
komunikasi modern seperti di atas maka penggunaan alat komunikasi
yang telah dicontohkan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan serta berita-berita yang sedang aktual.
Adapun dampak dari terciptanya alat-alat teknologi modern ini
bagi lingkungan sosial adalah prestasi belajar peserta didik akan
menurun, ini diakibatkan banyaknya peserta didik lebih suka menonton
TV, dan melakukan permainan di internet, tidak hanya itu saja pengaruh
negatif terjadi pada semua golongan ini disebabkan karena penyajian di
dunia internet terlalu merusak moral. Sedangkan dampak bagi
lingkungan alam adalah apabila permintaan alat-lat komunikasi yang
terbuat dari barang-barang tambang semakin meningkat, maka
menyebabkan naiknya pengkonsumsian barang-barang tambang sebagai
bahan baku alat-alat tersebut, seperti aluminium, tembaga, besi, dan
lain-lain. Dengan keadaan tersebut akhirnya menyebabkan keterbatasan
bahan-bahan tersebut di alam, semakin meningkat.
69
(c) Kelompok III
Transportasi darat di masyarakat
2)
Sains : Transportasi darat
Teknolog : Teknologi transportasi darat sederhana yaitu gerobak,
kereta kuda, sedangkan teknologi modernnya yaitu
sepeda motor, bajaj, mobil, truk, kereta api
Masyarakat : mempermudah proses transportasi, menghemat waktu
dan biaya transportasi
Lingkungan : Dampak bagi lingkungan sosial yaitu kemacetan lalu
lintas semakin meningkat, sedangkan dampak bagi
lingkungan alam adalah polusi udara, alat pernapasan
terganggu.22
Dari hasil diskusi kelompok III ini dapat dijelaskan bahwa konsep
sains adalah transportasi darat. Manusia dalam kehidupannya
melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan untuk
mencapai tempat yang diinginkan ia melakukan perjalanan. Agar
kegiatan tersebut tidak merasa kelelahan maka manusia membutuhkan
alat transportasi untuk memudahkan pencapaian tempat yang dituju.
Melalui perkembangan pemikiran manusia menciptakan alat-alat
transportasi seperti yang disebutkan di atas. Ada alat teknologi
22
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok III kelas IV MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
Transportasi darat
(konsep sains)
Tranportasi darat
di lingkungan
Transportasi
darat dalam
Teknologi
70
transportasi sederhana seperti gerobak kereta kuda sedangkan teknologi
transportasi darat modern adalah sepeda motor, bajaj, mobil, truk, dan
kereta api.
Semua alat-alat tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan
bermasyarakat karena dengan bantuan transportasi darat mempercepat
pencapaian tempat yang ingin dituju atau dengan kata lain
mempermudah proses transportasi, dan juga menghemat waktu.
Manfaat lain adalah memotivasi anggota masyarakat untuk berusaha
menciptakan teknologi yang lebih canggih.
Adapun dampak bagi kehidupan sosial adalah kemacetan lalu
lintas semakin meningkat. Sedangkan dampak bagi lingkungan alam
adalah asap yang dihasilkan dari kendaraan tersebut menyebabkan
polusi udara, alat pernapasan terganggu. Dan juga dengan adanya
peningkatan masyarakat yang menggunakan kendaraan maka akan
terjadi juga peningkatan konsumsi bahan bakar, sehingga keterbatasan
bahan mentah minyak semakin meningkat pula.
(d) Kelompok IV
Transportasi air di masyarakat
3)
4)
Sains : Transportasi air
Teknologi : Teknologi sederhana seperti rakit, gethek, sedangkan
teknologi modern seperti kapal barang, kapal
Transportasi air
(konsep sains)
Tranportasi air di
lingkungan
Transportasi air
dalamTeknologi
71
penumpang, kapal tanker, kapal perang, kapal tunda,
kapal ikan, kapal riset dll.
Masyarakat : Mempermudah menjangkau satu pulau ke pulau yang
lainnya, menghemat waktu.
Lingkungan : Dampak bagi lingkungan sosial adalah rawannya
tindakan asusila dan kejahatan, sedangkan dampak
bagi lingkungan alam yaitu keterbatasan bahan mentah
minyak akan meningkat, pencemaran air.23
Kelompok IV berdiskusi tentang transportasi air, jadi konsep
sainsnya adalah tema tersebut yaitu transportasi air. Telah kita ketahui
bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau yang mana
antara daratan yang satu dengan yang lain ada yang terpisah karena
digenangi air.
Dengan keadaan tersebut manusia berusaha untuk memecahkan
permasalahan ini dengan cara berusaha menciptakan alat transportasi di
air. Maka pada awalnya manusia dahulu menciptakan alat transportasi
air dengan menggunakan bahan baku bambu, yaitu rakit dan gethek.
Alat-alat tersebut hanya sepintas dapat digunakan di sungai atau danau,
akan tetapi untuk mengarungi laut atau samudra alat tersebut tidak
layak dipakai, karena adanya resiko yang sangat berat apabila
memakainya. Semakin lama kebutuhan manusia semakin berkembang
maka mereka perlu alat taransportasi air yang bisa digunakan untk
membantu manusia mencapai pulau yang lain. Maka dengan adanya
pemikiran, masyarakat mampu menciptakan alat-alat transportasi di air
yang lebih canggih yaitu seperti kapal penumpang, kapal barang, kapal
tangker, kapal perang, kapal tunda, kapal ikan, kapal riset dll.
Dengan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwasanya alat-alat
tersebut membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Manfaat lain yang didapat selain mempermudah masyarakat
23
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok IV kelas IV MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
72
menjangkau satu pulau ke pulau yang lain adalah dengan adanya
transportasi tersebut dapat menghemat waktu, memberi keamanan
kepada penumpang dan barang-barang yang dibawa. Dan memberi
peluang kepada masyarakat untuk menciptakan pendidikan yang
berhubungan dengan teknisi kelautan.
(e) Kelompok V
Transportasi udara di masyarakat
5)
6)
Sains : Transportasi udara
Teknologi : Balon udara, kapal udara, helikopter, pesawat udara
Masyarakat : Mempercepat perpindahan tempat yang satu ke tempat
yang lain
Lingkungan : Dampak bagi lingkungan alam adalah bahan mentah
minyak semakin habis.24
Dari hasil diskusi kelompok V di atas maka dapat di jelaskan
bahwa yang menjadi konsep sains adalah transportasi udara. Telah
diketahui bahwa masyarakat dahulu belum bisa membuat transportasi
udara dikarenakan pemikiran mereka masih sangat sederhana. Melihat
kenyataan mengenai transportasi darat maupun air yang mereka buat
adalah menggunakan alat yang sederhana. Dengan adanya pertambahan
pemikiran manusia berusaha untuk memecahkan permasalahan ini
24
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok V kelas IV MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
Transportasi udara
(konsep sains)
Tranportasi udara
di lingkungan
Transportasi
udara dalam
teknologi
73
dengan berbagai percobaan ilmiah. Dengan berbagai tahap mereka
lakukan sehingga mereka berhasil menciptakan berbagai penemuan
canggih diantaranya adalah balon udara, kapal udara, helikopter,
pesawat udara, roket dan lain-lain. Yang semuanya itu dapat digunakan
oleh masyarakat sebagai alat transportasi udara. Adapun manfaat alat-
alat tersebut bagi kehidupan masyarakat selain mempercepat
perpindahan tempat yang satu ke tempat yang lain adalah memberikan
pengalaman perjalanan yang baru. Perpindahan dengan menggunakan
alat transportasi udara lebih cepat daripada menggunakan alat
transportasi darat maupun air. Transportasi udara ini sangat bermanfaat
untuk mencapai tempat-tempat yang tidak mungkin atau sulit dicapai
dengan menggunakan transportasi darat maupun air.
Setelah pembahasan hasil diskusi selesai maka selanjutnya pendidik
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai materi pembahasan yang belum mereka mengerti. Pendidik
memberikan kesempatan ini agar pemahaman peserta didik akan lebih
berhasil. Dan juga berfungsi sebagai alat ukur apakah pelaksanaan yang
telah dilakukan berhasil atau tidak. Yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian motivasi agar peserta didik lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran
c) Kegiatan akhir
Setelah peserta didik maupun pendidik telah melalui tahap
pelaksanaan maka tahap yang terakhir adalah kegiatan penutup. Kegiatan
penutup adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengakhiri
pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini terdiri atas
beberapa tahap kegiatan yaitu pendidik menyimpulkan materi yang baru
dipelajari. Ini dilakukan agar peserta didik mengerti bahwa pokok
pembahasan atau intisari dari apa yang telah dipelajari. Dalam tahap
pelaksanaan kegiatan penutup pendidik juga memberikan evaluasi yaitu
dengan memberikan beberapa soal. Karena waktu yang tersedia masih
74
sedikit maka soal-soal tersebut dilanjutkan untuk dikerjakan di rumah
sebagai tugas rumah agar peserta didik termotivasi untuk belajar di rumah.
Biasanya peserta didik pada jenjang pendidikan dasar, mereka cenderung
lebih suka bermain dari pada belajar. Dengan adanya pemberian soal atau
sering dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah ini mereka termotivasi untuk
belajar dan mengerjakannya. Sebagai pendidik yang baik maka akan selalu
memberi motivasi kepada anak didiknya agar hasil belajar yang didapatkan
mereka baik. Kegiatan yang terakhir adalah menutup pelajaran dengan berdoa
bersama kemudian pendidik memberikan salam penutup sebagai tanda
berakhirnya tatap muka pada mata pelajaran ini.
2) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua
a) Pendahuluan
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan yang kedua ini hampir
sama dengan dengan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan
pertama. Ini dikarenakan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai
adalah sama. Yang membedakan adalah metode yang digunakan dalam
pembelajarannya. Pada pertemuan pertama metode yang digunakan adalah
diskusi kelompok, dan presentasi. Akan tetapi pada pertemuan kedua
adalah metode observasi. Ini dilakukan agar peserta didik lebih memahami
materi pokok yang diajarkan yang dikaitkan dengan konsep SETS.
Sebelum pendidik memulai pelajaran, ia memberi salam. Yang
kemudian dilakukan pengkondisian kelas sebelum melakukan kegiatan
berdo’a. Serta dilakukan kegiatan presentasi untuk mengetahui kehadiran
peserta didik.
Kegiatan selanjutnya adalah pendidik menjelaskan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Dan pemberian motivasi kepada peserta
didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Kegaiatan inti ini terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu sebagai
berikut:
75
Yang pertama adalah tahap eksplorasi. Pada tahap kegiatan ini
pendidik memberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
telah diajarkan yaitu mengenai materi pokok “perkembangan Teknologi,
Komunikasi, dan Transportasi”. Ini bertujuan agar pendidik mengetahui
hal-hal yang belum dipahami oleh peserta didik pada pertemuan yang lalu.
Tahap yang kedua adalah elaburasi. Kegiatan ini pendidik memulai
dengan menjelaskan kembali secara singkat tentang konsep SETS yang
dihubungkan dengan contoh “jual beli” dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang pernah dijadikan bahan diskusi pada pertemuan yang
lalu. Ini dilakukan agar peserta didik mendapat perhatian kembali dan lebih
memahami konsep dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
SETS.
Kegiatan selanjutnya adalah pendidik menjelaskan pembelajaran yang
akan dilakukan. Yaitu pendidik menjelaskan bahwa kegiatan yang akan
dilakukan adalah observasi (pengamatan langsung) ke tempat-tempat yang
berhubungan dengan materi pokok. Sebelum kegiatan observasi dilakukan
pendidik menyuruh peserta didik menyiapkan peralatan yang diperlukan.
Karena jenjang pendidikan masih dalam tingkatan dasar maka pendidik
tidak membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan tugas
kelompok yang berbeda, karena mereka masih perlu panduan dari pendidik.
Setelah mereka siap untuk melakukan kegiatan selanjutnya, pendidik
Kemudian menyuruh peserta didik mengikuti pendidik dalam proses
pengamatan secara langsung.
Dalam kegiatan pengamatan ini, pendidik didukung dengan letak
geografis sekolah yang dekat dengan tempat-tempat yang berhubungan
dengan materi pokok yang dipelajari. Ini memberikan kemudahan bagi
proses pembelajaran. Pendidik memulai dengan memimpin peserta didik
menuju ke pasar dan terminal. Letak kedua tempat ini berdekatan dan tidak
jauh dengan sekolah. Pendidik memilih kedua tempat tersebut karena di
sana terdapat kegiatan jual-beli, dan peserta didik bisa mengamati alat
komunikasi seperti hand phone yang digunakan sebagai pemelancar
76
kegiatan jual beli dan macam-macam alat transportasi darat yang ada.
Dalam kegiatan pengamatan pendidik harus bisa mengkondisikan dan
memperhatikan peserta didik agar mereka memahami penjelasan yang
diberikan. Dalam kegiatan menjelaskan pendidik harus mampu mengaitkan
konsep SETS dengan kenyataan yang dapat diamati, sehingga mereka lebih
memahami pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS.
Tempat yang selanjutnya dijadikan sebagai objek pengamatan adalah
WarNet dan Bank BRI ini. Tempat-tempat ini adalah berkaitan dengan alat
komunikasi dan jual beli sebagaiman yang telah dijadikan sebagai bahan
diskusi pada pertemuan yang lalu.
Karena waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pengamatan telah
habis maka pendidik menyuruh peserta didik kembali ke ruang kelas untuk
melakukan kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan selanjutnya adalah tahap konfirmasi. Yaitu diawali dengan
pembahasan hasil pengamatan oleh pendidik. Ini merupakan kegiatan
memberi penguatan tentang teori dan kenyataan yang ada di sekitar
kehidupan peserta didik. Untuk sub materi yang belum ditemukan di objek-
objek yang telah diamati seperti produksi, transportasi laut dan darat.
Pendidik menggunakan buku yang terdapat gambar mengenai contoh-
contoh dari sub materi tersebut. Dengan gambar-gambar tersebut peserta
didik dapat memahami walaupun tidak dapat melihat secara langsung.
Kemudian pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami atau kurang
dipahami. Dan memberkan motivasi kembali agar peserta didik rajin
belajar dan aktif dalam pembelajaran.
c) Kegiatan akhir
Kegiatan akhir ini pendidik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari yang dilanjutkan dengan memberikan tugas, dengan memberikan
beberapa pertanyaan sebagaimana yang ada di LKS halaman 80, yang
terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Peserta didik dalam
kegiatan evaluasi ini dikondisikan agar pelaksanaannya lancar.
77
Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal-soal yang telah
diberikan mereka disuruh mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja
pendidik. Kegiatan yang selanjutnya adalah mengakhiri pelajaran dengan
membaca do’a bersama kemudian pendidik memberikan salam penutup.25
3. Alat dan Bahan Pembelajaran.
Alat pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat atau media yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan SETS pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi
dan transportasi pada pertemuan pertama adalah kertas HVS (digunakan untuk
menulis hasil diskusi kelompok), kapur tulis, dan papan tulis. Sedangkan pada
pembelajaran yang kedua tidak ada alat khusus yang digunakan karena metode yang
digunakan adalah observasi. Akan tetapi peserta didik disuruh untuk membawa
perlengkapan yang diperlukan oleh masing-masing dari mereka. Sedangkan bahan
atau sumber pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua didapat dari buku
paket IPS untuk SD/MI kelas IV, buku-buku yang relevan untuk pembelajaran ini
dan Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV. Yang kesemuanya itu adalah alat yang
menunjang dalam proses pembelajaran pada materi pokok ini.
4. Evaluasi
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran
perlu dilakukan usaha, tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil belajar. Penilaian
hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal
penguasaan materi yang telah dipelajari. Dalam hal kegiatan mengevaluasi ini
pendidik ingin mengetahui tingkat pemahaman peserta didik tentang materi yang
baru saja dipelajari. Adapun penilaian yang dilakukan adalah melalui beberapa tahap,
yaitu
a. Tes awal, yaitu dilakukan pada saat pendidik hendak memasuki materi yang akan
dipelajari. Evaluasi ini berisi tentang pertanyaan mengenai pengetahuan awal
25
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok V kelas IV MI
Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 8 April 2011.
78
peserta didik sebelum mereka mempelajari materi pokok perkembangan teknologi
produksi, komunikasi dan transportasi.
b. Tes akhir yaitu meliputi 2 tahap yaitu melalui 2 kegiatan evaluasi, seperti sebagai
berikut:
1) Evaluasi formatif, yaitu penilaian yang dilakukan pendidik setelah satu pokok
bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik. Penilaian formatif disebut
dengan istilah penilaian pada akhir satuan pelajaran. Penilaian ini berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian SKKD yang telah ditentukan
dalam setiap satuan pelajaran.
Dalam kegiatan mengevaluasi hasil belajar peserta didik pada materi
pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi sama
dengan kegiatan mengevaluasi tentang materi pokok yang lain. Dalam
pemberian soal-soal pendidik menggunakan soal-soal yang ada di Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang telah dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Soal-soal tersebut dikerjakan setelah materi pokok selesai dipelajari oleh
peserta didik.
Contoh instrumen yang diberikan kepada peserta didik adalah:
1. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi disebut ...
a. teknologi produksi
b. teknologi komunikasi
c. teknologi konsumsi
d. teknologi transportasi
2. Berikut ini ciri usaha produksi yang menggunakan teknologi modern,
yaitu ....
a. memakai peralatan sederhana
b. menggunakan peralatan mesin
c. banyak menggunakan tenaga manusia
d. tidak menimbulkan polusi
3. Teknologi yang tidak menimbulkan polusi disebut ...
a. teknologi ramah lingkungan
b. teknologi tepat guna
79
c. teknologi nuklir
d. teknologi lingkungan hidup
4. Berikut ini industri yang masih menggunakan teknologi tradisional, yaitu .
a. pabrik tekstil
b. usaha pembuatan genteng
c. pabrik pembuatan kertas
d. pabrik pembuatan minuman kaleng
5. Perkembangan teknologi sejalan dengan perkembangan ...
a. Iptek
b. mistik
c. takhayul
d. mitos masyarakat
2) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif, adalah penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik
setelah jangka waktu tertentu. Evaluasi ini dilakukan pada akhir semester,
penilaian ini berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan
peserta didik yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai
rapor atau nilai semester.
Pemberian soal-soal materi pokok perkembangan teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi ini digabung dengan materi pokok lain. Jadi
dalam melakukan evaluasi ini peserta didik tidak hanya mengerjakan soal-
soal yang berhubungan dengan materi pokok perkembangan teknologi
produksi, komunikasi dan transportasi saja akan tetapi soal-soal mengenai
materi pokok yang lain.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan dari pelaksanaan
penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada
Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011,
yaitu:
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) pada materi pokok perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Kendal ini berjalan dengan cukup baik dari kegiatan pendahuluan sampai dengan
kegiatan penutup. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode
ceramah, diskusi, observasi (pengamatan secara langsung), tanya jawab, serta
penugasan. Di mana metode ceramah digunakan pendidik untuk menjelaskan konsep
SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dan penjabarannya melalui
salah satu tema dari materi ajar. Sedangkan metode diskusi digunakan agar peserta
didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka mencoba untuk belajar
mengungkapkan pendapat mereka dan menyelesaikan pekerjaan yang telah
diamanatkan. Jadi peserta didik tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan
pendidik. Dan pada pertemuan kedua pendidik menggunakan metode observasi
(pengamatan langsung) mengenai tempat-tempat yang berhubungan dengan materi
pokok yang dipelajari agar memperkuat pemahaman peserta didik. Adapun alat atau
bahan pembelajaranya seperti halnya pendidik mengajarkan materi yang lain yaitu
dengan buku panduan dan LKS, serta HVS yang digunakan sebagai alat mencatat
hasil dari kegiatan berdiskusi. Dalam hal kegiatan mengevaluasi hasil belajar
pendidik menggunakan beberapa tahap penilaian, yaitu tes awal, yang bertujuan
untuk mengetahui pengetahuan awal sebelum materi diajarkan, dan tes akhir yang
terdiri dari dua tahap evaluasi yaitu evaluasi formatif, adalah penilaian yang
dilakukan pendidik setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik.
81
Dan evaluasi sumatif, yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik setelah
jangka waktu tertentu.
B. Kritik dan Saran
Setelah meneliti tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society)pada materi pokok
perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi, maka peneliti
mencoba memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi pendidik mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya:
1. Pendidik agar selalu menggunakan pendekatan, strategi, model atau metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dipelajari, karakteristik peserta
didik, kemampuan mereka, dll.
2. Kepada pendidik di MI Al-Islam khususnya pendidik mata pelajaran IPS, dalam
menjelaskan materi dengan menggunakan konsep SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) agar lebih mendalam lagi agar pemahaman peserta
didik mengenai konsep tersebut menjadi lebih baik, yaitu dengan bahasa yang
lebih dimengerti oleh peserta didik.
3. Pendidik perlu memberikan contoh yang bervariasi dalam menjelaskan konsep
SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
4. Pendidik perlu melakukan pendekatan kepada peserta didik agar lebih aktif
mengungkapkan pendapat sehingga mereka mampu melakukan komunikasi.
5. Pendidik perlu memberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi agar ketuntasan
hasil diskusi akan menjadi optimal.
C. Penutup
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
dengan rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
82
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya. Amin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
.
Arif, Muh. , Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Depag RI, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
2006.
Bahri Djamarah, Sayiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Depag RI, Al-quran dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2005
Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Guanawan, Adi, Kamus Praktis; Ilmiah Populer, Surabaya: Kartika.
Gunefendi, Sahri, Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1997.
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Hisnu P. , Tantya dan Winardi, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk SD/MI kelas 4,Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008.
Ihsan, A. Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.
Junaedi, Mahfud, Fundamental Structure of Scientific Knowledge (Struktur Fundamental
Ilmu Pengetahuan), Makalah Disajikan dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu, Semarang,
2010.
Maleong, Lexy J. , metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Rosda Karya, 2002.
Mudhofir, Teknologi Instruksional, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999.
Mulyasa, E.,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2005.
__________,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2006
.
Nazir, Moh., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.
Numan Sumantri, Muhammad, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT. Ciputat Press,2005.
Purwanto, Ngalim,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta: Remaja
Rosdakarya,1984.
Rachman, Maman, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, Semarang: IKIP Semarang
Press, 1999.
Syakir, Muhammad, Pelajaran Dasar tentang Akhlak: Washaya Al-Abnaa’, Surabaya: Al-
Miftah
S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar populer, Jakarta: CV. Muliasari,
1996.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Bandung: Upi Press, 2006.
Sardjiyo, dkk., Pendidikan IPS di SD, Jakarta: Universitas terbuka, 2008.
Sigit P. Dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI, Solo: CV. Sindunata.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru,
1989.
Sugianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Suhartono, Suparlan, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Wawasan Baru, Beberapa Metode
Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2009.
Sutarno, Nono, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, Jakarta: Universitas Terbuka
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Tamwifi, Irfan, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, Surabaya: Amanah Pustaka, 2009.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2005.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Trianto,Model-modelpembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007.
Utomo, Pristiadi, “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS”, dalam
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/,
diakses 14 Juni 2011
Warsito, Bambang, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Wijono, Djono, Filsafat dan Etika Penelitian Sosial dan Kesehatan; Pengantar Penelitian,
Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga.
Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, Solo: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hubungan Timbal Balik Unsur-unsur Pendidikan SETS, 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Wawancara (Interview)
Lampiran 2 Pedoman Wawancara (Interview)
Lampiran 3 Struktur Organisasi Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Kendal
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Pertemuan
Pertama
Lampiran 5 Pedoman Observasi untuk Pendidik
Lampiran 6 Pedomann Observasi untuk Peneliti
Lampiran 7 Pembagian Kelompok Rencana
Lampiran 8 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Pertemuan Kedua
Lampiran 9 Pedoman Observasi untuk Pendidik
Lamoiran 10 Pedomann Observasi untuk Peneliti
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tenaga Pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun
2011-2012, .49
Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Tahun 2011-2012, 50
Tabel 4.3 Keadaan Bangunan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, 50
Tabel 4.4 Keadaan Perlengkapan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, 51
Lampiran 1
DAFTAR WAWANCARA (INTERVIEW)
No. Hari/Tanggal Instrument Materi Wawancara Tempat
1. Rabu,
1 Desember
2010
Wawancara pra-riset Kepala Sekolah
- sekilas tentang
psikolog peserta
didik MI Al-Islam
Kauman Sukorejo
Kendal
Rumah
Bapak Zani
(kepala
sekolah MI
Al-Islam
Kauman
Sukorejo
Kendal)
2. Jumat,
17 Desember
2010
Wawancara pra-riset Kepala Sekolah
- sekilas tentang
pembelajaran di
MI Al-Islam
Kauman Sukorejo
Kendal
Kantor MI
Al-Islam
Kauman
Sukorejo
Kendal
3. Senin,
21 Maret 2011
Wawancara riset Kepala sekolah
dan Waka
Kurikulum
- kegiatan
pembelajaran di
MI Al-Islam
Kauman Sukorejo
Kendal
Kantor MI
Al-Islam
Kauman
Sukorejo
Kendal
4. Selasa,
29 Maret 2011
Wawancara Riset Pendidik yang
mengampu mata
pelajaran IPS kelas
IV
Kantor MI
Al-Islam
Kauman
Sukorejo
- pembelajaran mata
pelajaran IPS kelas
IV MI Al-Islam
Kauman Sukorejo
Kendal
Kendal
5. Rabu,
1 Juni 2011
Wawancara riset Kepala Sekolah
- sejarah berdirinya
sekolah dan
keadaan sekolah
MI Al-Islam
Kauman Sukorejo
Kendal
Ruang
kepala
sekolah MI
Al-Islam
Kauman
Sukorejo
Kendal
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW)
Instrumen pengumpulan data melalui wawancara (interview) tentang
“Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman
Sukorejo Kendal Tahun 2011”
A. Pokok wawancara dengan kepala sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Kendal
1. Wawancara pra-riset
a. Bagaimana keadaan psikolog peserta didik pada saat kegiatan belajar di
sekolah?
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi psikolog peserta didik?
c. Bagaimana cara pendidik mengatasi keadaan psikolog yang beraneka
ragam pada diri peserta didik?
d. Bagaimana pembelajaran di MI Al-Islam Kauman?
2. Wawancara riset
a. Bagaimana pengajaran di MI Al-Islam Kauman?
b. Apa kurikulum yang dipakai di MI Al-Islam Kauman?
c. Bagaimana keadaan pendidik dan peserta didik yang ada di MI Al-
Islam Kauman?
d. Bagaimana sejarah berdirinya MI Al-Islam Kauman?
B. Pokok wawancara dengan waka kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo
Kendal
1. Bagaimana pembelajaran yang ada di MI Al-Islam, khususnya kelas IV?
2. Media apa saja yang sering digunakan untuk memperlancar proses
pembelajaran di MI Al-Islam Kauman?
3. Apa saja pendekatan, strategi, model dan metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran di MI Al-Islam Kauman?
C. Pokok wawancara dengan pendidik mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Islam
Kauman Sukorejo Kendal
1. Pembelajaran mata pelajaran IPS
a. Materi apa yang dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society), khususnya
pada mata pelajaran IPS?
b. Apa saja metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society), khususnya pada mata pelajaran IPS?
c. Dalam setiap pembelajaran IPS, media apa saja yang dimanfaatkan
untuk alat penunjang dalam proses belajar mengajarnya?
d. Bagaimana alokasi waktu pelajaran di MI Al-Islam, khususnya untuk
mata pelajaran IPS?
e. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
pada mata pelajaran IPS kelas IV ?
2. Efektivitas Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) dalam pembelajaran IPS di kelas IV MI Al-Islam Kauman
Sukorejo Kendal
a. Bagaimana persiapan dalam menerapkan pendekatan SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS di
kelas IV?
b. Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran IPS dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society) di kelas IV?
c. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
pada mata pelajaran IPS kelas IV ?
Lampiran 3
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
MI AL-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL
Kepala Sekolah
Muhammad Taftazani Nara Sumber Komite
Guru Kelas I
Kholida F.
Nur HIdayah
Guru Kelas III
Imam B.
Ani Faiyah
Guru Kelas II
Sri Wahyuni
Siti Sundarini
Guru Kelas IV
Nazula Arifani
Susapto
Guru Kelas VI
Ahmad Hanafi
Tarmudi
Guru Kelas V
Ahmad Mabrur
Kirno, S.Ag
Kurikulum
Kirno, S.Ag
Sapras
Ahmad Mabrur
Kesiswaan
Kholida
Fitriyani
Humas
Susapto
Perpustakaan
Siti Sundarini
TU/Bendahara
Tarmuji
Siswa / Siswi
Masyarakat
Penjaskes
Dwi Anggoro P.
Keterangan:
: Garis Koordinasi
: Garis Komando
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas : IV/ II
Alokasi Waktu : 2X35 menit
Pertemuan : Pertama
Standar Kompetensi : 2.1 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota,
dan provinsi
Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi,
transportasi serta pengalaman menggunakannya
Indikator :2.3.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian teknologi
2.3.2 Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh dari
teknologi yang ada di lingkungan sekitar
2.3.3 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi
produksi
2.3.4 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi
komunikasi
2.3.5 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi
transportasi
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik dapat menjelaskan
makna teknologi serta perkembangannya dalam produksi, komunikasi, dan
transportasi. Serta siswa mampu menyebutkan macam-macam dari teknologi
tersebut dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya bagi masyarakat.
B. Materi Ajar
Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, diskusi kelompok, presentasi, dan tanya jawab.
D. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Langkah-langkah Pengorganisasian
Siswa Waktu
1 Kegiatan awal (12 menit)
a. Guru memulai proses pembelajaran dengan
salam dan berdo’a bersama serta presensi
b. Guru mengkondisikan siswa untuk
mengikuti pembelajaran
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang diharapkan
d. Pemberian motivasi dengan menyanyikan
lagu“kereta api” secara bersama-sama
k
k
k
k
5 menit
2 menit
2 menit
3 menit
2 Kegiatan inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru menggali pengetahuan awal yang
dimiliki oleh siswa
2) Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru
b. Elaburasi
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang
konsep SETS dengan menggunakan
salah satu contoh yang terdapat dalam
sub materi pokok
2) Guru membagi siswa menjadi 5
kelompok yang masing-masing terdiri
dari 8 anggota, dan membagikan bahan
k
k
k
k
3 menit
2 menit
6 menit
5 menit
materi tambahan serta kertas HVS pada
tiap-tiap kelompok
3) Memberikan tema bagi tiap-tiap
kelompok untuk didiskusikan, dan
memberikan waktu untuk berdiskusi
4) Menyuruh perwakilan dari tiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas secara bergantian
c. Konfirmasi
1) Pembahasan hasil diskusi
2) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi
pembahasan yang belum dipahami
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk rajin belajar
g
i
k
k
k
20 menit
5 menit
5 menit
3 menit
1 menit
3 Kegiatan akhir (8 menit)
a. Guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
b. Pemberian tugas
c. Mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a
bersama kemudian guru memberikan salam
penutup
k
i
k
5 menit
1 menit
2 menit
Keterangan : i ; individual, p ; berpasangan, g ; group, k ; klasikal
E. Sumber/Media Pembelajaran
- Buku paket IPS untuk SD/ MI kelas IV
- Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV
- HVS
F. Penilaian
1. Prosedur tes
a. Tes awal
b. Tes akhir
2. Jenis tes
a. Tes awal : Lisan
b. Tes akhir : Tertulis
3. Alat tes
a. Tes awal
1. Apa yang kalian ketahui tentang teknologi ?
2. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi ?
3. Apa yang kalian tahu mengenai kegiatan produksi?
4. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi produksi?
5. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi transportasi darat?
b. Tes akhir
- Tugas rumah (LKS halaman 74-75)
Sukorejo, 1 April 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas
(Muhammad Taftazani) (Ahmad Mabrur, S.Ag)
Lampiran 5
PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENDIDIK
Nama Sekolah : MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : IV/II
Pertemuan : Pertama
Nama Pendidik : Ahmad Mabrur S.Ag
No. Yang Diamati Keterangan
Ya Tidak
1. Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan pendekatan SETS
a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran
b. Pendidik mempersiapkan kertas HVS dan materi ajar
c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a
d. Pendidik melakukan presensi
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi
yang diharapkan
f. Pendidik memberikan motivasi
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
pendekatan SETS
a. Pendidik menjelaskan konsep SETS yang dihubungkan
dengan contoh dari salah satu sub bab materi ajar
b. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok
c. Pendidik membagikan kertas HVS dan bahan ajar kepada
tiap-tiap kelompok
d. Pendidik memberikan tema diskusi pada tiap-tiap
kelompok
e. Pendidik memberikan waktu kepada peserta didik untuk
berdiskusi
f. Pendidik menyuruh perwakilan kelompok untuk
berpresentasi hasil diskusinya
g. Pembahasan hasil diskusi
h. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya
i. Memberikan motivasi
3. Kegiatan penutup
a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari
b. Pendidik memberikan tugas di rumah
c. Berdoa bersama
Lampiran 6
PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENELITI
Nama Sekolah : MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : IV/II
Pertemuan : Pertama
Nama Peneliti : Nita Idmeiawati Setyaningsih
No. Yang Diamati Keterangan
Ya Tidak
1. Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan pendekatan SETS
a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran
b. Pendidik mempersiapkan kertas HVS dan materi ajar
c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a
d. Pendidik melakukan presensi
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi
yang diharapkan
f. Pendidik memberikan motivasi
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
pendekatan SETS
a. Pendidik menjelaskan konsep SETS yang dihubungkan
dengan contoh dari salah satu sub bab materi ajar
b. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok
c. Pendidik membagikan kertas HVS dan bahan ajar kepada
tiap-tiap kelompok
d. Pendidik memberikan tema diskusi pada tiap-tiap
kelompok
e. Pendidik memberikan waktu kepada peserta didik untuk
berdiskusi
f. Pendidik menyuruh perwakilan kelompok untuk
berpresentasi hasil diskusinya
g. Pembahasan hasil diskusi
h. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya
i. Memberikan motivasi
3. Kegiatan penutup
a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari
b. Pendidik memberikan tugas di rumah
c. Berdoa bersama
Lampiran 7
Pembagian Kelompok
Kelompok Nama Siswa
1 1. Faqih Rosyid Ridho
2. Isna Ade Salsabila
3. Azizatul karimah
4. Putri Iga FN
5. Alfin Firmansyah
6. Baharudin
7. Putri Windy Velana
8. Afrian Frizky Alanda
2 1. Fitri Aisyah
2. Intan Sari Saputri
3. Ericco Irfanda
4. Afifudin Candra K
5. Annisa Mei Danty
6. Nabila Juni Arti
7. Fahrur Rozy
8. Ahmad Hanif Wildan
3 1. Aufa Abdullah A.
2. Kharisma Maulida W.
3. Aprilia Devi Safitri
4. Mega Oktaviani
5. Sandy Dwi Aksara
6. Triwidiastuti
7. Afandi Wijayanto
8. Novan Arifudin
4 1. Deden Iqbal Widodo
2. Agus Prasetyo
3. Luthfiya Ardywati
4. Rian Firmansyah
5. Lahtifa Ardywati
6. Nur Rizky Mukti U.
7. Arina Ardiani
8. Miftahul Fikri Aditya
5 1. Pandu Atisar R.
2. Alma rosiyani
3. SalMA Ramadhani S
4. Zufar Abdillah A
5. Nazla Aidha BZ.
6. Dwiki Agung D
7. Bagustri M.
8. Alif Rachman Hakim
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas : IV/ II
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Pertemuan : Kedua
Standar Kompetensi : 2.1 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota,
dan provinsi
Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, transportasi serta pengalaman
menggunakannya
Indikator : 2.3.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian teknologi
2.3.2 Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh dari
teknologi yang ada di lingkungan sekitar
2.3.3 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi
produksi
2.3.4 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi
komunikasi
2.3.5 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi
transportasi
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik dapat menjelaskan
makna teknologi serta perkembangannya dalam produksi, komunikasi, dan
transportasi. Serta siswa mampu menyebutkan macam-macam dari teknologi
tersebut dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya bagi masyarakat.
B. Materi Ajar
Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi
C. Metode Pembelajaran
Metode observasi (pengamatan secara langsung), tanya jawab, penugasan.
D. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Langkah-langkah Pengorganisasian
Siswa Waktu
1 Kegiatan awal (10 menit)
a. Guru memulai proses pembelajaran dengan
salam dan berdo’a bersama serta presensi
b. Guru mengkondisikan siswa untuk
mengikuti pembelajaran
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang diharapkan
d. Pemberian motivasi untuk bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran
k
k
k
k
5 menit
2 menit
1 menit
2 menit
2 Kegiatan inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru menggali pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa
2) Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru
b. Elaburasi
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang
materi tentang materi pokok “Teknologi
Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”
2) Guru menjelaskan proses pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan
kepada siswa
3) Guru menyuruh siswa untuk menyiapkan
k
k
k
k
k
2 menit
2 menit
5 menit
2 menit
1 menit
alat tulis yang diperlukan dalam kegiatan
pengamatan yang akan dilaksanakan
4) Siswa diajak ke tempat-tempat yang
berhubungan dengan materi pokok yang
sedang dipelajari
5) Ketika pengamatan berlangsung guru
memberikan pengarahan dan penjelasan
yang cukup agar siswa lebih memahami
tentang konsep SETS
6) Guru menyuruh siswa untuk kembali ke
kelas untuk mengikuti pembelajaran
selanjutnya
c. Konfirmasi
1) Pembahasan hasil observasi
2) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi
pembahasan yang belum dipahami
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk rajin belajar
k
k
k
k
k
30 menit
3 menit
2 menit
2 menit
1 menit
3 Kegiatan akhir (10 menit)
a. Guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
b. Pemberian evaluasi
c. Mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a
bersama kemudian guru memberikan salam
penutup
k
i
k
1 menit
7 menit
2 menit
Keterangan : i ; individual, k ; klasikal
E. Sumber/Media Pembelajaran
- Buku paket IPS untuk SD/ MI kelas IV
- Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV
F. Penilaian
1. Prosedur tes
a. Tes awal
b. Tes akhir
2. Jenis tes
a. Tes awal : Lisan
b. Tes akhir : Tertulis
3. Alat tes
a. Tes awal
1. Apa yang kalian ketahui tentang teknologi ?
2. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi ?
3. Apa yang kalian tahu mengenai kegiatan produksi?
4. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi produksi?
5. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi transportasi darat?
b. Tes akhir
- (LKS halaman 80)
Sukorejo, 8 April 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas
(Muhammad Taftazani) (Ahmad Mabrur, S.Ag)
Lampiran 9
PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENDIDIK
Nama Sekolah : MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : IV/II
Pertemuan : Kedua
Nama Pendidik : Ahmad Mabrur, S.Ag
No. Yang Diamati Keterangan
Ya Tidak
1. Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan pendekatan SETS
a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran
b. Pendidik mempersiapkan materi ajar
c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a
d. Pendidik melakukan presensi
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi
yang diharapkan
f. Pendidik memberikan motivasi
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
pendekatan SETS
a. Pendidik menjelaskan secara singkat tentang materi
pokok “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi”
b. Pendidik menjelaskan proses pembelajaran yang akan
dilakukan kepada peserta didik
c. Pendidik menyuruh peserta didik untuk menyiapkan alat
tulis yang diperlukan dalam kegiatan pengamatan yang
akan dilaksanakan
d. Peserta didik diajak ke tempat-tempat yang berhubungan
dengan materi pokok yang sedang dipelajari
e. Ketika pengamatan berlangsung pendidik memberikan
pengarahan dan penjelasan yang cukup agar peserta didik
lebih memahami tentang konsep SETS
f. Pembahasan hasil pengamatan
g. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya
h. Memberikan motivasi
3. Kegiatan penutup
a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari
b. Pendidik memberikan evaluasi
c. Berdoa bersama
Lampiran 10
PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENELITI
Nama Sekolah : MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : IV/II
Pertemuan : Kedua
Nama Peneliti : Nita Idmeiawati Setyaningsih
No. Yang Diamati Keterangan
Ya Tidak
1. Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan pendekatan SETS
a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran
b. Pendidik mempersiapkan materi ajar
c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a
d. Pendidik melakukan presensi
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi
yang diharapkan
f. Pendidik memberikan motivasi
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
pendekatan SETS
a. Pendidik menjelaskan secara singkat tentang materi
pokok “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi”
b. Pendidik menjelaskan proses pembelajaran yang akan
dilakukan kepada peserta didik
c. Pendidik menyuruh peserta didik untuk menyiapkan alat
tulis yang diperlukan dalam kegiatan pengamatan yang
akan dilaksanakan
d. Peserta didik diajak ke tempat-tempat yang berhubungan
dengan materi pokok yang sedang dipelajari
e. Ketika pengamatan berlangsung pendidik memberikan
pengarahan dan penjelasan yang cukup agar peserta didik
lebih memahami tentang konsep SETS
f. Pembahasan hasil pengamatan
g. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya
h. Memberikan motivasi
3. Kegiatan penutup
a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari
b. Pendidik memberikan evaluasi
c. Berdoa bersama
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas diri
1. Nama Lengkap : Nita Idmeiawati Setyaningsih
2. Tempat dan Tgl. Lahir : Temanggung, 15 Mei 1988
3. NIM : 073911019
4. Alamat Rumah : Ds. Pagersari RT 04 RW 01 Kec. Patean Kab.
Kendal, kode pos 51364.
HP : 081901906939
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. TK ABA Pagersari, lulus tahun 1994
b. MIM Pagersari, lulus tahun 2000
c. MTs 02 Patean, lulus tahun 2003
d. SMA MIPHA Parakan, lulus tahun 2007
e. Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah, Prodi PGMI
2. Pendidikan Non-Formal
a. Kursus Komputer
b. Pondok Modern Assalaam
c. KMD
3. Prestasi Akademik
-
4. Karya Ilmiah
-
Semarang, 19 Desember 2011
Nita Idmeiawati S.
NIM : 073911019