IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·...

80
IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : Nurul Hikmah NIM : 107044102094 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H / 2011 M

Transcript of IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·...

Page 1: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA MASYARAKAT SUKU

BUGIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

Nurul Hikmah

NIM : 107044102094

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H / 2011 M

Page 2: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,
Page 3: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,
Page 4: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Juni 2011

Nurul Hikmah

107044102094

Page 5: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

i

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

HidayahNya, sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Pemberian Mahar Pada Masyarakat Suku Bugis dalam Persfektif

Hukum Islam (Studi Kasus di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilincing, Jakarta

Utara)". Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membimbing pada jalan kebenaran.

Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun tidak dapat menafikan motivasi dan

bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Drs. Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Basiq Djalil, SH., MH., Ketua Program Studi Peradilan Agama Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hj. Rosdiana, MA., Sekretaris Jurusan Peradilan Agama Fakuttas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Alimin Mesra, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing, serta memberikan

motivasi yang tak pernah henti-hentinya.

5. Kamarusdiana, SH., MH., selaku dosen Penasehat Akademik.

Page 6: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

ii

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

7. Orang tua tercinta Bapak Drs. H. Kaharuddin, SH., MH., Ibu Hj. Suhaeti dan

Nenekku Hj. Hadirah yang telah merawat dan membesarkan penulis, yang selalu

memotivasi dengan penuh keikhlasan membantu penulis baik moril maupun

materi, adik-adik tercinta Ayu Nurdianti, Wildani Fajri, Maghfirah Laila

Salsabila, Ahmad Fadlan Al Ghifari.

8. Sahabat-sahabat penulis Andini Hafizotin Nida, Yossi Febrina, Sari Eka Lestari

Putri, Ade Uswatul Jamiliyah, juga Juishimatsu dan segenap teman-teman penulis

yang selalu membantu dan memberikan motivasi.

9. Teman-teman Peradilan Agama angkatan 2007, BEC (Boarding English Course)

(Lani, Lya, Disfa, Galuh, Eny, Ana, Rohy, Aen, dll) dan kelompok KKN 2010.

Akhirnya penulis sangat menyadari bahwa karya ini masih terlamapau jauh

dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima

dengan besar hati. Penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin Yaa Robbal Alamin

Billahi taufik wal hidayah

Wallahu a’lam bish-shawwaf

Jakarta, 03 Juni 2011

Penulis

Page 7: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………......... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………….. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 9

D. Review Studi Terdahulu………………………………………. 10

E. Metode Penelitian………………………………………… 11

F. Sistematika Penulisan…………………………………………. 13

BAB II KAJIAN TEORETIS TENTANG MAHAR

A. Pengertian Mahar Menurut Hukum Islam…………………….. 15

B. Dasar Hukum Mahar………………………………………….. 17

C. Syarat dan Macam-macam Mahar……………………………. 21

D. Bentuk dan Kadar Mahar…………………………………….. 26

E. Gugurnya Mahar……………………………………………… 30

Page 8: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

iv

BAB III POTRET WILAYAH KEL. KALIBARU KEC. CILINCING

JAKARTA UTARA

A. Gambaran Lokasi Penelitian…………………………………. 34

B. Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kalibaru……………… 38

C. Prosesi Perkawinan Masyarakat Adat Bugis………………… 41

BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI PEMBERIAN

MAHAR DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Konsepsi Masyarakat Bugis Tentang Mahar…………………… 50

B. Praktik Pemberian Mahar…………………………………….... 52

C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Implementasi Pemberian

Mahar Dalam Masyarakat Suku Bugis ........................................ 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………. 62

B. Saran-saran……………………………………………………. 63

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 64

LAMPIRAN

1. Wawancara……………………………………………………. 67

2. Surat kesediaan menjadi pembimbing skripsi…………………. 73

3. Surat Observasi………………………………………………... 74

4. Surat dari Kelurahan…………………………………………... 75

Page 9: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum tradisional dan hukum modern merupakan unsur-unsur yang

menyusun tata hukum. Sistem hukum yang pluralistis pada zaman penjajahan

dengan juga demikian masih berlaku untuk Negara Indonesia. Komponen

yang penting dari pluralisme itu adalah berlakunya hukum Eropa di satu pihak

dan di lain pihak hukum yang bersesuaian dengan adat dan kebiasaan

masyarakat Indonesia.1 Hukum dan lembaga-lembaga tradisional Indonesia

merupakan bagian kehidupan sosial yang telah melembaga.

Menggolongkan aturan-aturan sebagai adat istiadat sampai menjadi

hukum apabila ditegakkan, maka hal itu akan mengaburkan suatu masalah

penting dalam proses yudisial. Kiranya perlu dicatat bahwa adat istiadat tidak

dibedakan dengan cara demikian dengan hukum yang dianggap sebagai

keputusan pengadilan di dalam ilmu hukum yang telah berkembang. Seperti

adat istiadat tingginya mas kawin yang ada di dalam suku Bugis, sedangkan

yang diketahui bahwa Syariat Islam tidak menetapkan batas minimal dan

batas maksimal mahar, namun mendorong agar memperingan mahar, tidak

terlalu tinggi demi mempermudah urusan pernikahan. Sehingga generasi

1 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung : Angkasa, 1981), h. 154

Page 10: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

2

muda tidak merasa enggan melaksanakan pernikahan karena demikian banyak

atau besar tanggungannya. Tapi mengapa di suku Bugis itu memiliki nilai

mahar yang cukup tinggi.

Menurut syara’ nikah merupakan ungkapan dari sebuah akad yang

mencakup rukun-rukun dan syarat-syarat tertentu untuk menghalalkan

hubungan suami istri.2

Fiqh telah menggariskan bahwa nikah mempunyai fungsi untuk

mengakibatkan suatu hukum yaitu kehalalan untuk berjima’, maksudnya

adalah sebuah jalan alami dan biologis untuk menyalurkan dan memuaskan

seksual dan dapat berdampak kesehatan baik jiwa, mata terpelihara ataupun

kenikmatan karena kehalalan tersebut.3

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Islam menetapkan adanya

mahar apabila terjadi suatu pernikahan, sekalipun tidak ditentukan jumlahnya

dan diserahkan sesuai persepakatan mereka, yang penting mahar tersebut

bermanfaat.

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang

menyangkut sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Dalam

suatu acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidak boleh

2 Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al Husainy, Kifayatul al-Akhyar, (Beirut : Dar

al Fikr), Jilid 2, h. 36

3 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Kairo: Daar al-Fath, 2000), Cet. Ke-1, Jilid I, h. 89

Page 11: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

3

tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak

lengkap.

Dalam nikah lebih baik ditentukan maskawinnya, meskipun masalah

ini (maskawin) dipersilakan. Ada yang berpendapat bahwa maskawin tidak

termasuk rukun nikah, berbeda dengan jual beli yang menyebutkan harga

merupakan salah satu rukunnya. Sedang yang dimaksud dalam pernikahan

adalah bersatunya suami istri, berbeda dengan jual beli, yang dimaksudkan

adalah ganti dari barang yang dijual.4

Mahar yang harus ada dalam setiap perkawinan tidak termasuk dalam

rukun, karena mahar tesebut tidak mesti disebut dalam akad perkawinan dan

tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian,

mahar itu termasuk ke dalam syarat perkawinan.5

Bagi Ulama Hanafiyah akad nikah membawa konsekuensi bahwa

suami istri berhak memiliki kesenangan (mik al mut’ah) dari istrinya, dari

ulama Malikiyah akad nikah membawa akibat pemilikan bagi suami untuk

mendapatkan kelezatan (talazuz) dari istrinya. Sedangkan bagi ulama

4 Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA,

2004), h. 143

5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 61

Page 12: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

4

Syafi’iyah akad membawa akibat suami memiliki kesempatan untuk

melakukan jima’ (bersetubuh) dengan istrinya.6

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama madzhab,

yang pada dasarnya memiliki maksud yang sama. Sebagian ulama madzhab

Hanafi mendefinisikan mahar sebagai sejumlah harta yang menjadi hak istri

karena akad pernikahan atau disebabkan terjadinya senggama dengan

sesungguhnya. Ulama lainnya mendefinisikan sebagai harta yang wajib

dibayarkan suami kepada istrinya ketika berlangsung akad nikah sebagai

imbalan dari kesediaan penyerahan diri kepada suami (senggama).7

Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib

diberikan oleh seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai

seluruh anggota badannya.8 Jika istri telah menerima maharnya, tanpa paksaan

dan tipu muslihat, lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh

diterima dan tidak disalahkan. Akan tetapi, bila istri dalam memberikan

maharnya karena malu atau takut, maka tidak halal menerimanya.

Hukum memberikan mahar itu adalah wajib dengan arti laki-laki

mengawini seorang perempuan mesti menyerahkan mahar kepada istrinya itu

6 Abdu Ar Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqh ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah, (Dar Al Fikr,

Beirut, 1969), h. 2-3

7 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan

Ahlussunnah dan Negara-Negara Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), Cet. Ke-1, h. 220-221

8 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2006), h. 85

Page 13: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

5

dan berdosa suami yang tidak menyerahkan mahar kepada istrinya.9 Mahar

terbagi menjadi dua yaitu pertama, mahar musamma adalah bila mahar tidak

disebutkan pada waktu akad, maka kewajibannya itu harus ditunaikannya

selama masa perkawinan sampai putus perkawinan dalam bentuk kematian

atau perceraian. Kedua, mahar mitsil adalah bila mahar tidak disebutkan jenis

dan jumlahnya, maka kewajibannya adalah sebesar mahar yang diterima oleh

perempuan lain dalam keluarganya.

Dan dibolehkan segera membayar mahar secara tunai, atau seluruhnya

dibayar belakangan dan boleh juga sebagiannya dibayar tunai dan

sebagiannya lagi dikredit (dibayar kemudian). Apabila maharnya sudah

ditetapkan, maka laki-laki tersebut harus membayar mahar yang telah

ditetapkan kepada istrinya.

Keharusan membayar mahar itu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.

Sunat menyebutkan mahar pada waktu akad nikah karena Nabi selalu

menyebutkannya. Kalau perempuan yang dinikahkan itu termasuk orang yang

tidak boleh mentasarrufkan (membelanjakan) hartanya karena sesuatu ‘aridh

(rintangan) seperti dungu, maka menyebut mahar pada waktu akad nikah

adalah wajib.10

9 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 85

10

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, h. 83

Page 14: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

6

Perempuan (istri) pun wajib membayar zakat maharnya itu

sebagaimana dia wajib membayar zakat uangnya yang dipiutangnya.11

Di dalam KHI, mahar ini diatur di dalam pasal 30 sampai pasal 38.

Pada pasal 30 menyatakan :12

“Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai

wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah

pihak”.

Garis hukum Pasal 30 KHI di atas, menunjukkan bahwa calon

mempelai pihak laki-laki berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah mahar

kepada calon mempelai perempuan. Namun, jumlah, bentuk dan jenisnya

diatur berdasarkan kesepakatan antara pihak mempelai laki-laki dengan pihak

mempelai wanita.13

Pasal 31 menyatakan :

“Penentuan mahar berdasarkan atas asas kesederhanaan dan

kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam”.

Dalam hadis Nabi yang artinya wahai golongan orang-orang muda,

barang siapa dari kamu mampu kawin hendaklah ia kawin, karena yang

demikian lebih menundukan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan

11

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 394

12

Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia,

(Jakarta : Gema Insani Press, 1994), h. 86-88

13

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h. 24

Page 15: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

7

dan barang siapa tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena itu untuk

meredam hawa nafsu.14

Barang siapa yang berpaling dari sunnah Rasul, maka ia tidak

termasuk dalam umat yang lurus dan memudahkan dalam ibadah. Yang

ditekankan di sini adalah seseorang berbuka agar mampu melaksanakan

puasa, seseorang tidur agar dapat bangun malam untuk melaksanakan shalat

malam, dan menikah untuk menjaga pandangan dan kemaluannya. Sehingga

orang yang tidak mengikuti sunnah Nabi, bukan termasuk golongan agama

Nabi karena keyakinan yang berlebihan (melebihi Nabi) dapat menimbulkan

kekafiran.15

Orang Bugis di Kelurahan Kalibaru adalah sebagai perantau yang

menetap. Masyarakat di Kalibaru ini tidak hanya orang Bugis saja ada juga

suku-suku lainnya yang bertempat tinggal di Kalibaru. Karena sudah banyak

suku-suku lain maka sudah ada tradsi adat yang berubah. Seperti pada

penyebutan mahar pada saat aqad, disini sudah ada perbedaan kalau orang

Bugis yang ada di Sulawesi Selatan masih menggunakan adat yang beralaku

yaitu dalam menentukan mahar dilihat dari stratifikasi sosialnya apakah

perempuan tersebut itu ada keturunan dari bangsawan atau tidak.

14

A. Hasan, terjemah Bulughul al-Maram, Ibnu Hajar al Asqalani, (Bandung : CV. Pustaka

Tamam, 1991), h.505

15 Muhammad ibn Isma’il as San’any, Subulu as-Salam syarh Bulughul al-Maram, (Beirut :

Dar al-Fikr, 1991), Cet. Ke-III, h. 213-214

Page 16: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

8

Adapun urutannnya 88 Real untuk Bangsawan Tinggi, 44 Real untuk

Bangsawan Menengah, 40 Real untuk Arung Palili, 28 Real untuk Todeceng,

20 Real To Maradeka, dan 10 Real untuk Ata (hamba). Tetapi sompa (mahar)

berdasarkan tingkatan-tingkatan tersebut tidak ada wujudnya, hanya sebagai

simbol. Sedangkan orang Bugis di Kalibaru sudah jarang ditemukan dalam

perkawinan pada saat aqad menyebutkan maharnya sesuai dengan staratifikasi

perempuan. Biasanya masyarakat Bugis di Kalibaru langsung menyebutkan

mahar apa yang akan diberikan kepada calon istrinya itu. Sesuai dengan yang

Penulis amati dari beberapa perkawinan di Kalibaru, dalam menentukan

maharnya dilihat dari keluarganya, pendidikannya dan lain sebagainya.

Apabila pendidikan si perempuan tersebut tinggi ditambah lagi ia dari

keluarga yang terhormat maka perempuan tersebut mempunyai mahar yang

tinggi.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah, jelas dan tidak meluas, maka

penulis memberikan batasan penyusunan skripsi ini pada hal-hal yang

berkaitan dengan implementasi pemberian mahar pada masyarakat suku Bugis

dilihat dari hukum Islam.

Batasan masalah dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai

berikut:

Page 17: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

9

1. Bagaimana praktek pemberian mahar dalam suku Bugis di Kalibaru?

2. Adakah jumlah mahar yang berlaku saat ini di masyarakat suku Bugis di

Kalibaru?

3. Bagaimana perspektif hukum Islam tentang pemberian mahar pada

masyarakat suku Bugis di Kalibaru?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini

adalah :

1. Untuk mengetahui praktek pemberian mahar dalam suku Bugis.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya jumlah mahar yang berlaku pada

masyarakat suku Bugis.

3. Untuk mengetahui pendapat orang Bugis tentang mahar yang ada

didaerahnya.

Maka manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah ilmu dan wawasan intelektualitas bagi mahasiswa

ataupun masyarakat yang membaca hasil penelitian ini khsusnya bagi

penulis.

2. Sebagai pengingat bahwa mahar itu penting dalam pernikahan walupun

harganya itu kecil khususnya untuk kedua belah pihak kelak.

Page 18: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

10

3. Diharapkan dapat menjadi masukaan dan sumbangan pemikiran kepada

orang-orang yang hendak menikah dalam penentuan mahar.

D. Review Studi Terdahulu

Untuk menemukan pembahasan dan penulisan skripsi ini penulis

menelaah literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis

kemukakan dalam penulisan skripsi.

1. Ismayudin bin H. Mohamed Shahid Tahun 2009, dengan judul “Kadar

Mahar Suami meninggal Sebelum Dukhul (Analisis Terhadap Pemikiran

Mazhab Maliki)”. Menjelaskan jumlah mahar suami meninggal sebelum

dukhul menurut Mazhab Maliki. Perbedaan skripsi ini dengan penulis

bahwa skripsi ini lebih menekankan pada kadar mahar suami meninggal

sebelum dukhul berdasarkan pemikiran Mazhab Maliki. Sedangkan

pembahasan penulis adalah pemberian mahar pada masyarakat Bugis

dalam perspektif hukum Islam.

2. Eva Fatimah Tahun 2004, dengan judul “Konsep Mahar Menurut Empat

Imam Mazhab”. Membahas tentang mahar menurut Imam Mazhab yaitu

Imam Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin

Hambal. Membahas tentang syarat-syarat, diwajibkannya mahar, macam-

macam mahar dan hikmah pemberian mahar. Perbedaan skripsi ini dengan

penulis bahwa skripsi ini lebih menekankan pada kajian mahar menurut

Page 19: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

11

Empat Mazhab sedangkan pembahasan penulis adalah pemberian mahar

pada masyarakat Bugis dalam perspektif hukum Islam.

3. Azwar Anas Tahun 2010. Dengan judul Honsep Mahar dalam “Counter

Legal Draft” Hukum Islam (CLD KHI), membahas tentang konsep mahar

dalam CLD KHI yang berisi tentang syarat mahar, bentu dan kadar mahar.

Perbedaan skripsi ini dengan penulis bahwa skripsi ini lebih menekankan

perspektif mahar dalam CLD KHI sedangkan pembahasan penulis adalah

pemberian mahar pada masyarakat Bugis dalam perspekti hukum Islam.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penyusun gunakan dalam pembahasan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang pemberian mahar pada masyarakat suku bugis ini

dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research). Penelitian

lapangan ini adalah penelitian yang bersumber datanya terutama diambil dari

objek penelitian (masyarakat atau komunitas sosial) secara langsung di daerah

penelitian.16

16

Yayan Sopyan, Metode Penelitian, (Jakarta, 2009), h. 28

Page 20: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

12

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik merupakan kelanjutan dari penelitian

deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan karakteristik

tertentu, tetapi juga menganalisa dan menjelaskan mengapa atau bagaimana

hal itu terjadi.17

Data-data tersebut selanjutnya dianalisis menurut perspektif

hukum Islam.

3. Metode Pengumpulan Data

Guna memperoleh data dalam penelitian ini penyusun menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Observasi, yakni mengamati langsung ke lapangan dalam hubungannya

dengan masalah yang akan diteliti untuk dianalisa dan dikumpulkan.

b. Interview (wawancara) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber utama

data.18

Dalam hal ini penyusun menggunakan wawancara terpimpin, ini

akan memberi kemudahan baik dalam mengemukakan pertanyaan maupun

dalam menganalisa untuk mengambil keputusan/kesimpulan. Di samping

itu juga menggunakan wawancara bebas, karena hal ini akan memudahkan

diperolehnya data secara mendalam. Wawancara dilakukan pada

informan, tokoh agama, dan tokoh adat masyarakat setempat.

17

Yayan Sopyan, Metode Penelitian, h. 20

18

Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, h. 186

Page 21: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

13

c. Dokumentasi yaitu yang dimaksud dengan dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data dengan cara meneliti dokumentasi-dokumentasi yang

ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

4. Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, penyusun berusaha mengklasifikasikan

untuk dianalisis sehingga kesimpulan dapat diperoleh. Analisis data ini

menggunakan metode analisis kualitatif sebagai berikut :

a. Metode induktif, yakni analisis yang bertitik tolak dari data yang khusus

kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Artinya penyusun

berusaha memaparkan praktik pemberian mahar pada masyarakat bugis,

kemudian melakukan analisis sedemikian rupa sehingga menghasilkan

kesimpulan yang umum.

b. Metode deduktif, yakni analisis yang bertitik tolak dari suatu kaedah yang

umum menuju suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Artinya ketentuan-

ketentuan umum yang ada dalam nash dijadikan sebagai pedoman untuk

menganalisis status hukum praktik pemberian mahar pada masyarakat

suku Bugis di Kel. Kalibaru.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pengkajian masalah serta menciptakan

sistemisasi penulisan skripsi ini, maka penulis membagi pokok-pokok bahasan

sebagai berikut :

Page 22: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

14

Bab pertama tentang pendahuluan yang meliputi pokok-pokok

permasalahan, yaitu Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian serta

Sistematika Penulisan.

Bab kedua tentang kajian teoretis tentang mahar. Bab ini berisikan

Pengertian Mahar Menurut Hukum Islam, Dasar Hukum Mahar, Syarat dan

Macam-macam Mahar, Bentuk dan Kadar Mahar, dan Gugurnya Mahar

Bab ketiga tentang potret wilayah Kel. Kalibaru Kec. Cilincing Jakarta

Utara. Dalam bab ini dipaparkan mengenai Gambaran Lokasi Penelitian,

Masyarakat Suku Bugis di Kel. Kalibaru, Prosesi Perkawinan Masyarakat

Suku Bugis.

Bab keempat tentang substansi dari penelitian (skripsi) ini. Dalam bab

ini dipaparkan tentang Konsepsi Masyarakat Bugis tentang Mahar, Praktik

Pemberian Mahar, Tinjauan Hukum Islam tentang Implementasi Pemberian

Mahar dalam Masyarakat Suku Bugis.

Bab kelima tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari pokok

permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, dan ditutup dengan saran-

saran.

Page 23: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

15

BAB II

KAJIAN TEORETIS TENTANG MAHAR

A. Pengertian Mahar Menurut Hukum Islam

Dalam istilah ahli fikih, di samping perkataan “mahar” juga dipakai

perkataan “shadaq”, “nihlah” dan “faridhah” dalam bahasa Indonesia

dipakai dengan perkataan maskawin.1 Makna dasar shadaq yaitu memberikan

derma (dengan sesuatu), nihlah artinya pemberian, faridhah artinya

memberikan.2

Mahar secara etimologi berasal dari bahasa Arab dan termasuk kata

benda bentuk abstrak atau masdar, yakni mahran مهرا atau kata kerja, yakni

fi’il dari امهر- يمهر- مهر , lalu dibakukan dengan kata benda mufrad, yakni مهرا,

sedangkan pemakaian katanya مهره المرأة disebut (memberikan mahar kepada

perempuan).جعل لها مهرا artinya (memberinya mahar).3

Secara terminologi, mahar ialah pemberian wajib dari calon suami

kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa

cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya. Atau, suatu pemberian

1 M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, (t.tp,

t.th), h. 36

2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 121

3 Ibrahim Madkur, Al-Mu’jam al-Wasit, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), Jilid 2, h. 889

Page 24: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

16

yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk

benda maupun jasa (memerdekakan, mengajar dan sebagainya).4

Adapun pengertian mahar dalam KHI adalah pemberian dari calon

mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang,

atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.5

Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar-nya, sebagaimana dikutip

Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa dalam Al-Qur’an, sebutan mahar

dengan lafadz al-Nihlah adalah sebuah pemberian yang ikhlas sebagai bukti

ikatan kekerabatan serta kasih sayang.6

Dalam tradisi Arab, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh,

mahar itu meskipun wajib, namun tidak mesti diserahkan waktu

berlangsungnya akad nikah, dalam arti boleh diberikan waktu akad nikah dan

boleh pula sesudah berlangsungnya akad nikah. Definisi yang diberikan oleh

ulama sejalan dengan tradisi yang berlaku waktu itu. Oleh karena itu, defnisi

tepat yang dapat mencakup dua kemungkinan itu adalah “ pemberian khusus

yang bersifat wajib berupa uang atau barang yang diserahkan mempelai laki-

4 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 84

5 Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h.

6 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010),

Cet. Ke-1, h. 79

Page 25: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

17

laki kepada mempelai perempuan ketika atau akibat dari berlangsungnya akad

nikah “.7

Menurut penulis mahar adalah harta atau pekerjaan yang diberikan

kepada perempuan oleh seorang laki-laki kepada perempuan sebagai dalam

sebuah pernikahan dengan kerelaan dan kesepakatan bersama.

B. Dasar Hukum Mahar

Hukum taklifi dari mahar itu adalah wajib, dengan arti laki-laki yang

mengawini seorang perempuan wajib menyerahkan mahar kepada istrinya itu

dan berdosa suami yang tidak menyerahkan mahar kepada istrinya.8

Ketentuan ini terdapat di beberapa ayat Al-Qur’an adalah firman Allah

dalam surat An-Nisaa’ ayat 4 :

Artinya : “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan

senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”. (QS. An-Nisaa’ : 4)

7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 85

8 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 85

Page 26: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

18

Demikian pula firman Allah dalam surat An-Nisaa’ ayat 24 :

Artinya : “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,

kecuali budak-budak yang kamu milik (Allah Telah menetapkan

hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan dihalalkan bagi

kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan

hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri

yang Telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah

kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban; dan tiadalah Mengapa bagi kamu terhadap sesuatu

yang kamu Telah saling merelakannya, sesudah menentukan

mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”. (QS. An-Nisaa’ : 24)

Berdasarkan kedua ayat diatas selain didalam Al-Qur’an, hal mahar

juga disebutkan dalam sabda Nabi SAW, diantaranya yaitu :

1. Hadis yang berasal dari Sahal bin Sa’ad al-Sa’idi

Artinya : “Telah berkata Yahya, telah berkata Waqi’ dari Sufyan dari Abi

Hazim bin Dinar dari Sahal bin Said as-Sa’idi bahwa Nabi

9 Imam Hafids Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari,

(Riyadh:Baitul Afkar Addauliyah, 1998), h. 601

Page 27: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

19

berkata:” hendaklah seseorang menikah meskipun (hanya

dengan mahar )sebuah cicin yang terbuat dari besi”(HR

Bukhari).

2. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, yang berbunyi :

Artinya : “Dari Ibnu Abbas r.a beliau berkata; tatkala mengawini

Fatimah r.a, maka Rasul bersabda kepadanya: berilah

Fatimah itu sesuatu, Ali menjawab: saya tidak mempunyai

sesuatu, beliau bertanya: mana baju besi Hutamiyyahmu?”

(HR. abu Daud dan Nasi’i dan dinilai Shahih oleh Al-Hakim)

3. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, yang berbunyi:

Artinya : “Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata telah bersabda Rasulullah

SAW, sebaik-baiknya wanita (istri adalah yang tercantik

wajahnya dan termurah maharnya”. (HR. Baihaqi).

Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib

diberikan oleh seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai

seluruh anggota badannya.

10

Muhammad Ibnu Ismail As-San’ani, Subul as-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr. t.th), Juz 3, h.

221

11 Ahmad Ibn Al-hasan Ibn Ali Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), Juz 3,

h. 13

Page 28: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

20

Mahar merupakan syarat sahnya nikah, bahkan Imam Malik

mengatakannya sebagai rukun nikah, maka hukum memberikannya adalah

wajib.

Tidak ada ketentuan hukum yang disepakati ulama tentang batas

maksimal pemberian mahar, demikian juga batas maksimalnya. Yang jelas,

meskipun sedikit mahar wajib ditunaikan. Dasarnya adalah hadis Sahl ibn

Sa’ad al-Sa’idi.

ال

· ؟:

·

ذڪ؟

·(

Artinya : Rasulullah SAW didatangi seorang perempuan, kemudian

mengatakan “Wahai Rasuullah SAW. sungguh aku telah

menyerahkan diriku kepada engkau”, maka berdirilah wanita itu

agak lama, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki dan berkata

“Wahai Rasulullah SAW. jodohkan saja dia dengan aku

sekiranya engkau kurang berkenan”. Rasulullah SAW. bersabda

“Apakah kamu mempunyai sesuatu, untuk kamu berikan

kepadanya (sebagai mahar)?”. Laki-laki itu menjawab “Saya

tidak memiliki apa-apa selain sarungku ini”. Rasul bersabda

“Kalau kamu berikan sarung itu kepadanya, tentu kamu duduk

tanpa busana, karena itu carilah sesuatu”! laki-laki itu berkata

“Aku tidak mendapati sesuatu”. Rasul bersabda (lagi) “Carilah,

walaupun sekedar cincin besi”! Maka laki-laki itu mencari,dan

tidak mendapati sesuatu. Lalu Rasul menanyakan lagi “Apakah

Page 29: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

21

kamu ada sesuatu dari Al-Qur’an?”. Maka ia menjawab “Ya,

surat ini, dan surat ini, menyebut beberapa surat”, maka

Rasulullah SAW. bersabda “Sungguh aku akan menikahkan

kamu dengannya, dengan (mahar) apa yang kamu miliki dari Al-

Qur’an”. (Riwayat Muslim)

C. Syarat dan Macam-macam Mahar

Mahar yag diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :12

1. Harta berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga walaupun

tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar, mahar sedikit tapi

bernilai tetap sah disebut mahar.

2. Barangnya suci dan bisa diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan

memberikan khamar, babi atau darah, karena semua itu haram dan tidak

berharga.

3. Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang milik

orang lain tanpa seizinnya namun tidak bermaksud untuk memilikinya

karena berniat untuk mengembalikannya kelak. Memberikan mahar

dengan barang hasil ghasab tidak sah, tetapi akadnya tetap sah.

4. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan

memberikan barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan

jenisnya.

12

M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, h. 39-

40

Page 30: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

22

Ada perbedaan pendapat tentang syarat-syarat mahar tersebut yaitu :

Golongan Malikiyah berpendapat apabila ketika akad disebutkan

mahar yang berupa barang ghasab, jika kedua mempelai megetahui kalau

mahar tersebut barang ghasab dan keduanya rasyid (pandai) maka akadnya

rusak, dan fasakh sebelum dukhul, tetapi akadnya tetap jika telah dukhul serta

wajib membayar mahar mitsil apabila keduanya masih kecil (tidak rasyid).

Sedangkan kalau yang mengetahui hanya suaminya saja, maka nikahnya sah.

Tetapi kalau pemilik benda (yang dibuat mahar) mengambil benda yang

dijadikan mahar.

Sedangkan menurut golongan Hanafiyah, akad dan tasmiyah

(penyebutan mahar) sah baik keduanya mengetahui atau tidak, bahwa benda

yang dibuat mahar adalah ghasab. Jika pemilik barang membolehkan benda

tersebut dijadikan mahar, maka benda tesebut jadi mahar, tapi jika tidak

membolehkan maka suami wajib mengganti sesuai dengan harga benda

tersebut dan tidak membayar mahar mitsil.

Dari segi dijelasnya, mahar terbagi menjadi dua yaitu :

1. Mahar Musamma

Mahar musamma adalah mahar yang disebutkan bentuk, wujud atau

nilainya secara jelas dalam akad. Inilah mahar yang umum berlaku dalam

suatu perkawinan.selanjutnya kewajiban suami untuk memenuhi selama

hidupnya atau selama berlangsungnya perkawinan. Suami wajib

Page 31: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

23

membayar tersebut yang wujud atau nilainya sesuai dengan apa yang

disebutkan dalam akad perkawinan itu.13

Ulama fikih sepakat bahwa, dalam pelaksanaannya mahar musamma

harus diberikan secara penuh apabila terjadi dukhul, hal ini didasarkan pada

Surat An- Nisaa’ ayat 20 :

Artinya : “Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang

lain, sedang kamu Telah memberikan kepada seseorang di

antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu

mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. apakah

kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang

dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata”. (QS. An-

Nisaa’ : 20)

Salah satu dari suami istri meninggal. Demikian menurut ijma’, Mahar

musamma juga wajib dibayar seluruhnya apabila suami telah bercampur

dengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab tertentu, seperti

ternyata istrinya mahram sendiri, atau dikira perawan ternyata janda, atau

hamil dari bekas suami lama. Akan tetapi, kalau istri dicerai sebelum

bercampur, hanya wajib dibayar setengahnya, berdasarkan firman Allah

SWT :

13

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 89

Page 32: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

24

Artinya : “Jika kamu menceraikan Isteri-isterimu sebelum kamu

bercampur dengan mereka, padahal Sesungguhnya kamu

sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari

mahar yang Telah kamu tentukan itu, kecuali jika Isteri-

isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang

memegang ikatan nikah, dan pema'afan kamu itu lebih dekat

kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa

yang kamu kerjakan”. (QS. Al- Baqarah : 237)

2. Mahar Mitsil

Mahar mitsil adalah mahar yang tidak disebutkan jenis dan jumlahnya

pada waktu akad, maka kewajibannya adalah membayar mahar sebesar

mahar yang diterima oleh perempuan lain dalam keluarganya.14

Ulama Hanafiyah secara spesifik memberi batasan mahar mitsil itu

dengan mahar yang pernah diterima oleh saudaranya, bibinya dan anak

saudara pamannya yang sama dan sepadan umurnya, kecantikannya,

kekayaannya, tingkat kecerdasannya, tingkat keberagamaannya, negeri

tempat tinggalnya dan masanya dengan istri yang akan menerima mahar

tersebut.

14

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 89

Page 33: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

25

Mahar mitsil diwajibkan dalam tiga kemungkinan, yaitu :

a. Dalam keadaan suami tidak ada menyebutkan sama sekali mahar atau

jumlahnya.

b. Suami menyebutkan mahar musamma, namun mahar tersebut tidak

memenuhi syarat yang ditentukan atau mahar tersebut cacat seperti

maharnya adalah minuman keras.

c. Suami ada menyebutkan mahar musamma, namun kemudian suami

istri berselisih dalam jumlah atau sifat mahar tersebut dan tidak dapat

diselesaikan.

Cara menentukan mahar mitsil ialah dengan memperhatikan mahar

pihak ashabahnya (pihak bapak permpuan). Apabila wanita itu sama

cantiknya, pandainya dan lain-lain dengan saudaranya dari pihak ashabahnya

itu, maka maharnya baru disamakan dengan mahar saudara dari pihak ashabah

itu. Jika tidak dapat diketahui mahar dari pihak ashabah itu karena belum ada

yang kawin, maka beralih kepada pihak ibunya.

Jika dari pihak ibu juga tidak ada, maka menurut al-Mawardi, saudara

ibu didahulukan daripada nenek. Kalau semua yang tersebut itu sukar

diketahui, maka lalu melihat wanita lain (di luar ikatan keluarga) seperti

perempuan Arab sesama Arabnya, perempuan merdeka dengan sesama

merdekanya dan seterusnya.15

15

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 85

Page 34: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

26

D. Bentuk dan Kadar Mahar

Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah

maksimum dari maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan

kemampuan manusia dalam memberinya. Orang yang kaya mempunyai

kemampuan untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada

calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu

memberinya.16

Pada umumnya mahar itu dalam bentuk materi, baik berupa uang atau

barang berharga lainnya. Namun syariat Islam memungkinkan mahar itu

dalam bentuk jasa melakukan sesuatu. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh

jumhur ulama. Mahar dalam bentuk jasa ini ada landasannya dalam Al-Qur’an

dan demikian pula dalam hadis Nabi.

Contoh mahar dalam bentuk jasa dalam Al-Qur’an ialah

mengembalakan kambing selama 8 tahun sebagai mahar perkawinan seorang

perempuan. Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Qashash ayat 27 :

Artinya : “Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya Aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,

16

M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, h. 40

Page 35: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

27

atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan

jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu

kebaikan) dari kamu, Maka Aku tidak hendak memberati kamu.

dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang

yang baik".(QS. Al-Qashash : 27)

Maksud dari ayat diatas adalah ada orang tua yang berkata dengan

seorang laki-laki jika kamu bekerja dengan saya maka saya akan menikahkan

kamu dengan salah satu anakku. Dengan kata lain berarti suatu pekerjaan

dapat menjadi sebuah mahar. Misalnya, mengajarkan membaca Al-Qur'an,

mengajarkan ilmu agama, bekerja dipabriknya, menggembalkan ternaknya,

dan lain sebagainya.

Banyaknya maskawin itu tidak dibatasi oleh syariat Islam, melainkan

menurut kemampuan suami beserta keridaan si istri. Suami hendaklah benar-

benar sanggup membayarnya, karena mahar itu apabila telah ditetapkan, maka

jumlahnya menjadi utang atas suami, dan wajib dibayar sebagaimana halnya

utang kepada orang lain. Kalau tidak dibayar, akan dimintai

pertanggungjawabannya. Janganlah terpedaya dengan kebiasaan bermegah-

megah dengan banyak mahar sehingga si laki-laki menerima perjanjian itu

karena utang, sedangkan dia tidak ingat akibat yang akan menimpa dirinya.17

Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah mahar ini. Sebagian

dari mereka berpendapat, bahwa mahar itu diberikan sesuai dengan

17

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994), Cet. Ke-27, h.

393-394

Page 36: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

28

kesepakatan di antara calon pengantin. Pendapat ini dikemukakan oleh Sufyan

Ats-Tsauri, Syafi’i, Ahmad dan Ishak. Sedangkan Imam Malik berpendapat

“Mahar itu tidak boleh kurang dari seperempat dinar”. Berdasarkan hadis

sebagai berikut :

Artinya : “Saya tidak pernah melihat seorang wanita dinikahkan dengan

mahar kurang dari seperempat dinar. Dan itu dalah batasan

minimal yang mewajibkan adanya potongan tangan”.

Sebagian dari penduduk Kufah berpendapat : “Bahwa mahar itu tidak

boleh kurang dari sepeluh dirham dan ini (mahar) wajib hukumnya menurut

Al-Qur’an dan As-Sunnah”.18

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa paling sedikit mahar itu adalah

sepuluh dirham. Dari apa yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dan al-

Baihaqi dari Jabir ibn Abdullah, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda :

ل قال قال عنو اهلل رضي اهلل عبد بن جابر عن سلم عليو اهلل صلى اهلل رس

عشرة دراىم دن مير ال األلياء إال يزجين لا كفؤا إال النساء ينكح ال

19(راه البييقي)

18

M. abdul Ghofar, Fiqh Wanita, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1998), Cet. Ke-1, h. 411-412

19

Al-Kamal bin al-Hammam al-Hanafi, Fathur Qadir’alal Hidayah Syarh Bidayatil Mubtadi,

(Mesir: Mathabil al-Halabi, t.th), Cet. Ke-1, Jilid II, h. 435

Page 37: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

29

Artinya : Jangan menikahkan wanita kecuali sekufu’ dan jangan

mengawinkan wanita kecuali oleh para walinya, dan tidak ada

mahar yang kurang dari sepuluh dirham.(HR. Baihaqi)

Mereka berpendapat bahwa sabda Nabi SAW., “nikahlah walaupun

hanya dengan cincin besi” adalah dalil bahwa mahar itu tidak mempunyai

batasan terendahnya. Karena, jika memang ada batas terendahnya tentu beliau

menjelaskannya.

Sebaiknya di dalam pemberian mahar, diusahakan sesuai dengan

kemampuannya, pemberian mahar tersebut baik yang didahulukan atau yang

ditangguhkan pembayarannya, hendaklah tidak melebihi mahar yang

diberikan kepada isrti-istri Rasulullah SAW dan putri-putri beliau, yaitu

sebesar antara empat ratus sampai lima ratus dirham. Bila diukur dengan

dirham yang bersih, maka mencapai kira-kira sembilan belas dinar. Ini adalah

Sunnah Rasulullah SAW. Barang siapa yang mengerjakannya, maka ia telah

mengikuti sunnah beliau di dalam pemberian mahar

Betapa besar perbedaan antara kesederhanaan Islam dalam hal

pernikahan dan persepsi perkawinan serta tradisi yang berlaku pada zaman

jahiliyah. Sehingga perkawinan tidak lagi dianggap sebagai mendatangkan

bencana bagi sang suami, sebagaimana pernah diungkapkan melalui

pernyataan berikut ini : “Tiga perkara yang memberatkan suami (karena

Page 38: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

30

pernikahan), yaitu rumah untuk sang istri, tempat berkumpul dan pesta yang

diiringi oleh musik (yang banyak sekali menuntut harta kekayaan)”.20

Apabila dalam praktik yang berlaku di sebagian masyarakat, bahwa

calon mempelai laki-laki pada saat tunangan telah memberikan sejumlah

pemberian, adalah semata-mata sebagai kebiasaan yang dianggap baik sebagai

tukon trisno atau tanda cinta calon suami kepada calon istrinya.21

E. Gugurnya Mahar

Mahar yang rusak bisa terjadi karena barang itu sendiri atau karena

sifat-sifat dari barang tersebut, seperti tidak diketahui atau sulit diserahkan.

Mahar yang rusak karena zatnya sendiri, yaitu seperti khamar yang rusak

karena sulit dimiliki atau diketahui, pada dasarnya disamakan dengan jual beli

yang mengandung lima persoalan pokok, yaitu :22

1. Barangnya tidak boleh dimiliki

2. Mahar digabungkan dengan jual beli

3. Penggabungan mahar dengan pemberian

4. Cacat pada mahar

5. Persyaratan dalam mahar

20

Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Kado Perkawinan, (Jakarta : Pustaka Azzam, 1999), Cet. Ke-

1, h.

21

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : RajaGrafindo, 2003), Cet. Ke-6, h.

103

22

M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, h. 48

Page 39: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

31

Mengenai gugurnya mahar, suami bisa terlepas dari kewajibannya

untuk membayar mahar seluruhnya apabila perceraian sebelum persetubuhan

datang dari pihak istri, misalnya istri keluar dari Islam, atau memfasakh

karena suami miskin atau cacat, atau karena perempuan tersebut setelah

dewasa menolak dinikahkan dengan suami yang dipilih oleh walinya. Bagi

istri seperti ini, hak pesangon gugur karena ia telah menolak sebelum

suaminya menerima sesuatu darinya.

Menurut ulama Hanafiyah bila mahar rusak atau hilang setelah

diterima oleh istri, maka secara hukum suami sudah menyelesaikan

kewajibannya secara sempurna dan untuk selanjutnya menjadi tanggung

jawab istri. Bila ternyata istri putus perkawinannya sebelum bergaul, maka

kewajiban suami hanya separuh dari mahar yang ditentukan. Jadi separuh

mahar yang diterima oleh istri itu menjadi hak suami. Karena mahar itu sudah

rusak atau hilang, maka yang demikian menjadi tanggungan istri.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa mahar sebelum suami istri

bergaul merupakan kewajiban bersama dalam menggati kerusakan atau

kehilangan dan sebaliknya juga merupakan hak bersama dalam pertambahan

nilai. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah suami bertanggung jawab atas

mahar yang belum diserahkan dalam bentuk tanggung jawab akad dengan arti

Page 40: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

32

bila rusak atau hilang karena kelalaian suami ia wajib menggantinya, tetapi

bila rusak atau hilang bukan karena kelalaiannya tidak wajib menggantinya.23

Ulama Hanabalah berpendapat bahwa mahar yang dinyatakan dalam

bentuk yang tertentu dan rusak sebelum diterima atau sesudahnya sudah

menjadi tanggungan istri sedangkan bila mahar itu dalam bentuk yang tidak

jelas dan hilang atau rusak sebelum diterimanya, maka menjadi tanggungan

suami.

Suatu perceraian datangnya dari pihak suami sebelum persetubuhan

dilaksanakan maka maharnya harus dibayar setengah dari jumlah yang sudah

diikrarkan, demikianlah menurut ketentuan Al-Qur’an yang disebutkan dalam

Surat Al-Baqarah ayat 237 :

Artinya : Jika kamu menceraikan Isteri-isterimu sebelum kamu bercampur

dengan mereka, padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan

maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang Telah kamu

tentukan itu, kecuali jika Isteri-isterimu itu mema'afkan atau

dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan

pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah

kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Baqarah:

237)

23

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 96-97

Page 41: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

33

Maksud dari ayat yang di atas yaiutu mantan suami hanya boleh

mengambil setengah dari mahar yang telah diserahkan, baik berupa uang

maupun barang lainnya, karena suami tidak mengharuskan mantan istrinya itu

untuk memberikan sesuatu selain yang dikehendaki istri.

Page 42: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

34

BAB III

POTRET WILAYAH KEL. KALIBARU KEC. CILINCING

JAKARTA UTARA

A. Gambar Lokasi Penelitian

Kalibaru adalah salah satu Kelurahan yang ada di Jakarta Utara, yang

memilik area seluas 251,20Ha. Kelurahan Kalibaru memiliki jumlah

penduduk sebanyak 44.726 jiwa. Jumlah Rukun Warga (RW) di Kelurahan

Kalibaru sebanyak 14 RW dan 172 Rukun Tangga (RT) dengan jumlah KK

sebanyak 16.101 KK.1

Kelurahan Kalibaru memiliki batas wilayah yaitu Sebelah Utara

berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Raya

Cilincing, Kali Banglio (Kel. Lagoa Kec. Koja, Kel. Semper Barat, Kel.

Semper Timur dan Kel. Cilincing). Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Baru

dan Jl. Rekreasi Kel. Cilincing. Sebelah Barat berbatasan dengan jembatan

/kali Kresek, Kel. Koja Kec. Koja.

Adapun kondisi demografis yaitu sebagai berikut :

a. Status/Peruntukan Pertanahan di Kelurahan Kalibaru terdiri dari Tanah

yang bersertifikat seluas 13,50 Ha, Tanah Negara seluas 233, 20 Ha,

Tanah Kering seluas 246, 20 Ha, dan Tanah Empang seluas 05, 00Ha.

1 Berdasarkan Laporan Kelurahan Kalibaru

Page 43: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

35

b. Jumlah dan Kepadatan Penduduk :

1) Jumlah Penduduk di tiap RW

Jumlah kepadatan penduduk di kelurahan Kalibaru yang dilihat

dari jumlah Kepala Keluarga (KK) yaitu KK laki-laki sebanyak

15.408 KK dan KK perempuan sebanyak 693 KK. Jumlah laki-laki

di Kelurahan Kalibaru ada 21.759 jiwa dan perempuan 22.967

jiwa. Lebih jelasnya penulis tampilkan berdasarkan tiap RW.

Table 1.12

2 Berdasarkan Laporan Kelurahan Kalibaru

NO. RW. WNI

Jumlah LK PR

1. 01 1184 2356 3540

2. 02 1167 2230 3397

3. 03 1865 2261 4126

4. 04 1881 1996 3877

5. 05 1962 1377 3339

6. 06 2025 1798 3823

7. 07 2003 2245 4248

8. 08 1099 2208 3307

9. 09 796 906 1702

10. 010 956 1045 2001

11. 011 0 0 0

12. 012 1357 1313 2670

13. 013 2839 1144 3983

14. 014 1480 931 2411

15. 015 1145 1157 2302

Jumlah 21759 22967 44726

Page 44: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

36

2) Jumlah Penduduk MenurutUmur

Table 1.23

Berdasarkan tabel di atas penduduk di Kelurahan Kalibaru

kebanyakan berumur 10 sampai 14 tahun, sekitar masih duduk di

bangku sekolah dasar dan menengah pertama.

3) Data Penduduk menurut Pendidikan

Pendidikan di Kelurahan Kalibaru penduduknya kebanyakan

berpendidikan tidak tamat sekolah. Walaupun tidak tamat sekolah

tetapi mereka tidak buta huruf dengan kata lain masih bisa

membaca dan menulis. Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:

3 Berdasarkan Laporan Kelurahan Kalibaru

NO USIA-TAHUN L P JUMLAH

1. 0 – 4 3245 1824 5069

2. 5 – 9 2306 2764 5070

3. 10 – 14 2530 2763 5293

4. 15 – 19 1334 1851 3185

5. 20 – 24 1079 1513 2592

6. 25 – 29 1205 2373 3578

7. 30 – 34 1197 1592 2789

8. 35 – 39 1975 1417 3392

9. 40 – 44 1249 1586 2835

10. 45 – 49 1874 1227 3101

11. 50 – 54 1152 1173 2325

12. 55 – 59 387 873 1260

13. 60 – 64 562 805 1367

14. 65 – 69 618 942 1560

15. 70 – 74 622 163 785

16. 75 keatas 424 101 525

JUMLAH 21759 22967 44726

Page 45: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

37

Table 1.34

4) Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk di Kelurahan Kalibaru banyak yang mata

pencahariannya itu adalah sebagai nelayan baik laki-laki maupun

perempuan, karena Kelurahan Kalibaru ini adalah daerah pesisir.

Banyak dari mereka yang memiliki tambak, beternak kerang, dan

lain sebagainya. Lebih jelasnya tentang mata pencaharian

Kelurahan Kalibaru sebagai berikut :

Table 1.45

4 Berdasarkan Laporan Kelurahan Kalibaru

5 Berdasarkan Laporan Kelurahan Kalibaru

NO PENDIDIKAN L P JUMLAH

1. Tidak Sekolah 3754 4014 7768

2. Tidak Tamat SD 6420 6573 12993

3. Tamat SD 5798 6373 12171

4. Tamat SLTP 186 180 366

5. Tamat SLTA 4720 4829 9549

6. Tamat Akademi/PT 889 993 1882

NO. NAMA

PEKERJAAN

JENIS KELAMIN Jumlah

LK PR

1. Tani - - -

2. Karyawan/PNS/TNI 134 290 424

3. Pedagang 2222 2024 4246

4. Nelayan 8667 8837 17504

5. Buruh 1846 2727 4573

6. Pensiunan 473 470 943

7. Lain-lain 1630 1776 3406

Page 46: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

38

5) Agama

Walaupun ada penduduk di Kelurahan Kalibaru beragama non

Islam tapi mayoritas penduduknya adalah penganut agama Islam.

Mereka saling menghormati satu sama lainnya walaupun berbeda

agama. Penulis rinci sebagai berikut tentang agama di Kelurahan

Kalibaru di tiap RW.

Tabel 2.16

NO

. RW

AGAMA JUMLAH

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1. 01 3249 108 32 4 5 3398

2. 02 2320 47 23 5 8 2403

3. 03 2893 103 35 10 12 3053

4. 04 2263 108 35 7 26 2439

5. 05 3111 11 35 9 28 3298

6. 06 3146 115 35 10 16 3322

7. 07 3120 113 36 7 26 3302

8. 08 3531 79 15 6 5 3636

9. 09 2953 86 30 8 26 303

10. 010 2616 59 20 7 9 2711

11. 011 - - - - - -

12. 012 3622 61 21 6 7 3717

13. 013 3529 89 30 7 15 3670

14. 014 3153 76 27 6 5 3267

15. 015 3318 60 19 5 5 3407

Jumlah 42824 1219 393 97 193 44726

B. Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kalibaru

Masyarakat Bugis adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang

mayoritas beragama Islam. Tetapi masih belum banyak orang yang tau bahwa

6 Berdasarkan Laporan Kelurahan Kalibaru

Page 47: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

39

orang-orang Bugis pada masa lalu sampai dengan masa sekarang, bahkan

mungkin sampai masa yang akan datang masih terikat dengan pola kehidupan

adat dan adat istiadatnya, terutama dalam daur hidup keseharian. Kata "Bugis"

berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.

Bagi suku-suku lain di sekitarnya, orang Bugis dikenal sebagai orang

yang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Namun

demikian di balik sifat keras tersebut orang bugis juga dikenal sebagai orang

yang ramah dan sangat menghargai orang lain serta sangat tinggi rasa

kesetiakawanannya.

Suku Bugis juga dikenal sebagai perantau sehingga tidak

mengherankan jika di beberapa tempat di kepulaan Nusantara ini, bahkan

sampai ke negeri lain terdapat perkampungan suku Bugis, contohnya saja di

Kelurahan Kalibaru ini terdapat sekumpulan orang-orang Bugis.

Hampir di seluruh pesisir pantai di pelosok nusantara akan ditemukan

komunitas orang Bugis. Mereka hadir di daerah tersebut menjadi perantau

(pasompe). Masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan

pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan

nelayan. Tapi dikarenakan di daerah Kalibaru tidak terdapat lahan untuk

bercocok tanam maka orang Bugis di Kelurahan Kalibaru ini bekerja sebagai

nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang.

Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan

Page 48: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

40

menekuni bidang pendidikan. Orang Bugis perantauan dikenal sebagai suku

yang cepat melakukan adaptasi dengan penduduk asli.

Demikian masyarakatnya dengan berbagai latar belakang pengalaman

dan pendidikan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendorong

pelaksanaan pembangunan Kelurahan Kalibaru itu sendiri. Kelurahan

Kalibaru memiliki potensi sumber daya alam serta dukungan SDM untuk

perkembangan Kelurahan Kalibaru. Oleh karena itu diperlukan pemikiran,

gagasan dan perencanaan yang tepat dalam mengorganisir potensi yang

dimiliki ke dalam suatu pengelolaan pemerintahan dan pembangunan.

Masyarakat suku Bugis yang ada di Kelurahan Kalibaru sekitar 65%

dari 44.726 jiwa di Kelurahan Kalibaru. Kebanyakan dari mereka memiliki

mata pencaharian sebagai nelayan sekitar 57% dari 17.504 jiwa yang bekerja

sebagai nelayan, baik itu laki-laki maupun perempuan. Selain orang Bugis ada

juga suku Sunda sebanyak 3%, Betawi sebanyak 5%, Madura sebanyak 8%,

Jawa sebanyak 17%, dan suku lainnya sebanyak 2%.7

Pada umumnya orang Bugis mempunyai sistem kekerabatan yang

disebut dengan assiajingeng yang mengikuti sistem bilateral, yaitu sistem

yang mengikuti lingkungan pergaulan hidup dari ayah maupun dari pihak

ibu.8 Sedangkan garis keturunannya berdasarkan ayah.

7 Hasil wawancara dengan wakil ketua Kel. Kalibaru

8 Gita, Tata Cara Perkawinan Adat Makassar, artikel diakses pada 1 Juli 2010 dari

http://jendelabugis.blogspot.com/2010/03/tata-cara-perkawinan-adat-bone.html

Page 49: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

41

Orang bugis yang tinggal di Kelurahan Kalibaru sudah menyatu

dengan adat yang lainnya sehingga melebur mengikuti suku lain yang ada di

Kelurahan Kalibaru, karena masyarakat di Kelurahan Kalibaru berbagai

macam suku seperti Sunda, Betawi, Madura, Jawa, dan lain sebagainya.

Walaupun berbeda suku mereka saling menghormati dan menghargai suku

lainnya.

C. Prosesi Perkawinan Masyarakat Adat Bugis di Kalibaru

Perkawinan bagi suku Bugis dipandang sebagai suatu yang sakral,

religious dan sangat dihargai. Tata cara perkawinan adat suku Bugis diatur

sesuai dengan adat dan agama sehingga merupakan rangkaian upacara yang

menarik, penuh tata krama dan sopan santun serta saling menghargai.

Perkawinan ideal pada masyarakat suku Bugis sama dengan

masyarakat Makassar. Bahwa seorang laki-laki maupun perempuan

diharapkan untuk mendapatkan jodohnya dalam lingkungan keluarganya baik

dari pihak ibu maupun dari pihak ayah.

Perkawinan dalam lingkungan keluarga makin mempererat hubungan

kekerabatan. Hubungan perkawinan yang paling baik dalam lingkungan

keluarga ialah yang berada dalam hubungan horizontal sebagai berikut :9

9 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Adat dan Upacara

Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan, h. 75

Page 50: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

42

1) Siala massapposiseng ialah perkawinan yang dilakukan antara sepupu

sekali. Hubungan semacam ini yang paling ideal dahulu dikalangan

bangsawan tinggi (raja-raja) untuk menjaga kemurnian darah. Perjodohan

tersebut disebut juga assialang marola (perjodohan yang sesuai).

2) Siala massappo kadua ialah perkawinan yang dilakukan antara sepupu

dua kali biasa pula disebut assialanna memeng maksudnyanya perjodohan

yang baik sangat serasi.

3) Siala massappo katellu ialah perkawinan yang dilakukan antara sepupu

tiga kali disebut ripasilorongngengi maksudnya mendekatkan kembali

kekerabatan yang agak jauh, biasa juga dalam bahasa Bugis disebut

ripadeppe mabelae.

Hubungan perkawinan yang ideal selalu dalam lingkungan kerabat

ialah hubungan yang berdasarkan karena kedudukan assikapukeng maksudnya

mempunyai hubungan sejajar karena kedudukan sosial yang setaraf tujuannya

untuk memperkokoh kedudukan dengan mempererat hubungan kekerabatan.

Perkawinan kerabat yang dalam lingkungan kerabat dapat dikatakan

sebagai hubungan yang tidak baik atau tidak ideal, yaitu perkawinan antara

paman dan kemenakan atau antara bibi dan kemenakan.10

10

Bekti Lasmini, Adat Istiadat dan Pakaian Pengantin Sulawesi Selatan, (Jakarta : Institut

Kesnian, 1981), h. 19

Page 51: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

43

Peminangan adalah suatu proses perbuatan, cara meminang atau

melamar, atau meminta seorang perempuan untuk dijadikan istri.

Peminangan merupakan suatu proses awal dari suatu rangkaian kegiatan

suatu pernikahan yang dilaksanakan secara norma, beradab, beradat dan

beragama.11

Adapun tata cara perkawinan masyarakat suku Bugis yaitu

sebagai berikut :

a. Mattiro / Paita

Yang dimaksud mattiro ini adalah seorang laki-laki yang mencari

perempuan untuk dinikahinya yang belum dikenalnya dan informasi

tersebut datangnya dari orang lain, kemudian ia datang tanpa ada yang

tahu bahwa ia ingin melihat perempuan dan begaimana keluarganya.

b. Mappese-pese

Mappese-pese atau mammanu-manu atau mabbaja laleng adalah suatu

cara untuk mengetahui sudah terikat atau tidaknya si gadis yang telah

dipilihnya dan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau tidaknya

pinangannya nanti.12

11

Andi Nurnaga, Adat istiadat Pernikahan Masyarakat Bugis, (Makassar : CV. Telaga

Zamzam, 2001), h. 18

12

Nonci, Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis, (Makassar : CV. Aksara, 2002), h. 8-9

Page 52: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

44

c. Madduta

Madduta adalah pengiriman utusan untuk mengajukan lamaran dari

seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang telah disepakti oleh

pihak keluarga laki-laki. Utusan itu harus orang yang dituakan dan

tahu seluk-beluk madduta. Ia harus pandai membawa diri agar

keluarga si gadis tidak merasa tersinggung. Tahap ini adalah

kelanjutan dari tahap petama (Mappese-pese).

d. Mappettu Ada

Mappettu Ada ialah memutuskan dan meresmikan segala hasil

pembicaraan yang telah diambil pada waktu pelamaran dilakukan yang

bahasa Bugis dinamakan “Mappasiarekkeng” seperti uang belanja,

leko, mas kawin, penentuan hari akad nikah/perkawinan dan lain

sebagainya. Di Kabupaten Bone sejak dahulu sampai sekarang

Mappetu Ada ini dilaksanakan dalam bentuk dialog antara juru bicara

pihak laki-laki dengan juru bicara pihak perempan.13

Dalam acara Mappetu Ada, dibicarakanlah berbagai hal yang

berhubungan dengan pernikahan yang meliputi :

13

Abd. Kadir Ahmad, Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat,

(Makassar : Indobis, 2006), h. 140

Page 53: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

45

1) Tanra Esso (Penentuan Hari)

Penentuan acara puncak atau hari pesta pernikahan sangat

perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti waktu-waktu

yang dianggap luang bagi keluarga pada umumnya. Jika pihak

keluarga, baik laki-laki atau perempuan berstatus petani, biasanya

mereka memilih waktu sesudah panen. Jika lamaran itu terjadi

pada saat musim tanaman padi, biasanya hari yang dipilih ialah

hari sesudah tanam padi atau sesudah panen.14

2) Doi Menre (Uang Belanja)

Sesudah menetapkan hari pernikahan (tanra esso), maka hal

yang paling penting adalah besarnya uang naik diberikan oleh

pihak laki-laki kepada pihak perempuan.15

Besarnya uang belanja ditetapkan berdasarkan kelaziman atau

kesepakatan lebih dahulu antar anggota keluarga yang

melaksanakan pernikahan.16

Selain uang belanja ada pula hadiah-hadiah yang biasa disebut

Leko atau seserahan. Leko ini diberikan pada waktu mengantar

14

Andi Nurnaga, Adat istiadat Pernikahan Masyarakat Bugis, h. 32-33

15

Asmat Riady Lamallongeng, Dinamika Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Bugis Bone,

(Makassar : Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Bone, 2007), h. 16

16

Nonci, Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis, h. 12

Page 54: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

46

pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan untuk

melaksanakan akad nikah. Biasanya Leko ini berisikan seperti

kelengkapan untuk pengantin perempuan yang terdiri dari, make

up, handuk, sepatu, dan lain sebagainya Di depan pengantin laki-

laki ada beberapa laki-laki tua yang berpakaian adat dan membawa

keris. Kemudian diikuti oleh sepasang remaja yang masing-masing

berpakaian pengantin. Lalu diikuti sekelompok bissu yang

berpakaian adat pula berjalan sambil menari mengikuti irama

gendang. Lalu di belakangnya terdiri dari dua orang laki-laki

berpakaian tapong yang membawa gendang dan gong. Kemudian

pengantin laki-laki pada barisan berikutnya dengan diapit oleh dua

orang passeppi dan satu bali botting.17

3) Sompa

Sompa atau mahar adalah pemberian pihak laki-laki kepada

perempuan yang dinikahinya, berupa uang atau benda, sebagai

salah satu syarat sahnya pernikahan. Jumlah sompa sebagaimana

yang diucapkan oleh mempelai laki-laki pada saat pernikahan

(akad nikah), menurut ketentuan adat jumlahnya bervariasi

17

Andi Nurnaga, Adat istiadat Pernikahan Masyarakat Bugis, h.51

Page 55: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

47

menurut tingkatan strata sosial atau tingkatan sosialnya

seseorang.18

Sompa yang berlaku sejak lama di daerah Bugis, dinilai dengan

mata uang lama (orang Bugis menyebutnya Rella). Bagi

bangsawan tinggi sompa atau maharnya dinyatakan dengan kati

senilai 88 Real, ditambah satu orang hamba (ata) senilai 40 Real

dan satu ekor kerbau senilai 25 Real. Sompa bagi perempuan dari

kalangan bangsawan tinggi disebut Sompa Bocco ( sompa puncak)

yang biasa mencapai 14 kati. Sedangkan bagi perempuan dari

kalangan bangsawan menengah kebawah hanya satu kati, bagi

orang baik-baik (to deceng) setengah kati, kalangan orang biasa

seperempat kati.19

Adapun tingkatan-tingkatan sompa menurut adat Bugis, adalah

sebagai berikut :

a) Bangsawan Tinggi = 88 Real

b) Bangsawan Menengah = 44 Real

c) Arung Palili = 40 Real

d) Todeceng = 28 Real

e) To Maradeka = 20 Real

18 Asmat Riady Lamallongeng, Dinamika Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Bugis Bone,

h. 16

19

Asmat Riady Lamallongeng, Dinamika Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Bugis Bone,

h. 17

Page 56: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

48

f) Hamba Sahaya (ata) = 10 Real

Orang Bugis di Kelurahan Kalibaru ada juga yang menikah dengan

suku lain maka biasanya dalam acara mappettu ada salah satu yang

dibicarakannya adalah pakaian yang akan digunakan pada waktu pesta

pernikahan. Misalkan jika pihak laki-laki dan perempuan berasal dari suku

Bugis maka pakaian yang dipakai adalah pakaian adat Bugis. Sedangkan jika

salah satu dari pihak laki-laki dan perempuan berbeda suku maka

ditentukanlah pakaian apa yang akan dikenakan pada acara pernikahan.

Adanya kompromi antara keluarga perempuan dengan laki-laki untuk

menentukan pakaian apa yang akan digunakan.

Pada dasarnya prosesi perkawinan masyarakat Bugis yang ada di

Kelurahan Kalibaru dengan masyarakat Bugis yang di Sulawesi tidak berbeda

dengan kata lain prosesinya sama, hanya saja masyarakat Bugis yang ada di

Kelurahan Kalibaru menyederhanakan tahapan-tahapan tersebut. Maksudnya

menyederhanakan disini adalah prosesi perkawinannya tidak semua

dilaksanakan seperti mattiro dengan mappese-pese dijadikan dalam satu

pelaksanaan. Hasil wawancara dari penulis dengan orang Bugis di kalibaru,

pihak laki-laki hanya datang dua kali yaitu pada waktu madduta (melamar)

dan saat mappettu ada.

Pada saat mappettu ada dibicarakanlah tanra esso. Penulis sudah

mengamati beberapa perkawinan masyarakat Bugis, ternyata orang Bugis di

Page 57: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

49

Kalibaru saat menentukan hari pernikahannya kedua belah pihak keluarga

yang akan menikah menunjuk salah seorang yang mereka percayai sebagai

orang yang tahu tentang hari-hari yang baik untuk melakasanakan pernikahan.

Biasanya orang yang ditunjuk itu sudah berumur dan orang tersebut biasanya

masih ada hubungan keluarga dengannya.

Page 58: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

50

BAB IV

ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR DALAM

PANDANGAN ISLAM

A. Konsepsi Masyarakat Bugis tentang Mahar

Mahar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pemberian

wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai

perempuan ketika dilangsungkan akad nikah.1

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada salah satu tokoh

masyarakat yang ada di Kelurahan Kalibaru memberikan pengertian mahar

yaitu suatu perintah untuk diberikan kepada mempelai perempuan, dan oleh

Agama tidak ditentukan jumlahnya.2

Mahar itu adalah nafkah awal, sebelum nafkah rutin berikutnya yang

diberikan suami kepada istri. Jadi sangat wajar bila seorang wanita meminta

mahar dalam bentuk harta yang punya nilai nominal tertentu. Misalnya uang

tunai, emas, tanah, rumah, kendaraan, saham, kontrakan atau benda berharga

lainnya.

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Inonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), Edisi 3, Cet. Ke-3, h. 696

2 Wawancara Penulis dengan tokoh masyarakat Kelurahan Kalibaru, Bapak H. Kaharuddin

Page 59: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

51

Adanya kerelaan dan kesederhanaan, dalam arti disesuaikan dengan

kemampuan si suami tidak ada paksaan jumlah tertentu. Bahkan Islam lebih

mengedepankan kesederhanaan dalam hal mahar.

Pada saat Mappettu ada akan disepakati beberapa perjanjian,

diantaranya Sompa. Sompa artinya maskawin atau mahar sebagai syarat

sahnya perkawinan. besarnya Sompa telah ditentukan menurut golongan dan

tingkatan si perempuan.

Menurut Ibu Ros salah satu warga yang bertempat tinggal di kelurahan

Kalibaru mengatakan bahwa orang Bugis sangat menjaga harga diri keluarga

mereka, contohnya saja dalam menjodohkan anak perempuannya dengan

seorang laki-laki. Beliau mengatakan bahwa mahar itu penting untuk masa

depan calon istri, menurutnya mahar itu diberikan sesuai dengan stratifikasi

perempuan tersebut, karena mahar perempuan itu mencerminkan bahwa

keluarganya itu dari kalangan yang baik.

Makanya kebanyakan orang Bugis menikah dengan orang Bugis juga

karena selain sudah mengetahui bagaimana keadaan keluarga masing-masing,

tapi agar keturunannya itu tidak terlepas dari keluarganya.

Page 60: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

52

B. Praktek Pemberian Mahar

Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai

tata kelakuan.3 Kroeber dan Klukhon (1950) mengajukan konsep kebudayaan

sebagai kupasan kritis dari definisi-definisi kebudayaan (konsesus) yang

mendekati. Definsinya adalah kebudayaan terdiri atas berbagai pola,

bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan

terutama ditirukan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara

tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya

perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi

cita-cita atau paham, dan terutama keterkaitan terhadap nilai-nilai.4

Masyarakat Bugis sebagaimana masyarakat lain di bagian dunia

lainnya, laki-laki dan perempuan mempunyai wilayah aktifitas yang berbeda.

Hubungan mereka saling melengkapi sebagai manifestasi dari perbedaan yang

mereka miliki. Perbedaan ini diharapkan dapat saling melengkapi dan bersatu

dalam satu ikatan perkawinan.

Pemberian mahar disebut dan diberikan pada waktu akad nikah yang

dibawa ketika mappenre botting5. Tetapi sebelumnya mahar tersebut sudah

3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT. Gramedia,

2008), Cet. Ke-23, h. 1

4 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT. Refika Aditama, 1998), Edisi

3, Cet. Ke-6, h. 11

5 Mappenre botting merupakan kegiatan menganta pengantin laki-laki ke rumah pengantin

perempuan untuk melaksanakan akad nikah

Page 61: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

53

dibicarakan pada saat acara mappetu ada, yang telah diputuskan jumlah mahar

yang akan diberikan pengantin perempuan. Bahkan sebelum mappetu ada

juga sudah disepakati jumlah mahar yang akan diberikan.

Sedangkan doi menre diberikan pada waktu mappetu ada, untuk

membiayai pesta perkawinan. Biasanya masyarakat suku Bugis yang ada di

Kelurahan Kalibaru akad nikah dengan pestanya dilaksanakan dalam satu

hari.

Adapun perkawinan yang telah penulis dapatkan dari hasil wawancara

dengan salah satu warga Kelurahan Kalibaru.

Wawancara dengan Siti Salmawati di kalibaru pada 16 Mei 2011. Ia

berasal dari suku Jawa yang menikah dengan laki-laki Bugis yang menikah

pada 25 Oktober 2010 di Masjid yang ada di sekitar rumahnya, mengatakan

bahwa ia diberikan mahar berupa perhiasan cincin dan gelang dengan berat 5

gram yang diberikan pada akad nikah. Sedangkan doi menre atau uang

naiknya sebesar Rp. 10.000.000 yang diberikan 1 minggu sebelum pernikahan

semuanya itu ditanggung oleh pihak laki-laki. Karena laki-laki dari suku

Bugis pada saat melamar keluarganya mengutus orang dari salah satu

keluarga laki-laki untuk datang ke rumah perempuan dengan kata lain untuk

berbicara dengan keluarga perempuan tersebut. Beliau mengatakan bahwa

Page 62: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

54

pihak laki-laki datang 2 kali, pertama datang untuk melamar si perempuan dan

membicarakan mahar, kedua menentukan waktu pernikahan.6

Bermacam-macam jumlah mahar yang diberikan oleh pengantin laki-

laki kepada mempelai perempuan, biasanya dilihat dari stratifikasi yang

ditentukan menurut golongan atau tingkatan derajat gadis yang akan dijadikan

istri.

Salah satu penyebab mahar perempuan Bugis tinggi adalah karena

anak perempuan tersebut berasal dari keturunan bangsawan. Jadi orang tua

mereka berkeinginan untuk menikahkan putrinya dengan laki-laki yang

sederjat dengan keluarga mereka. Misalkan perempuan tersebut keturunan

dari Andi maka perempuan tersebut menikah dengan laki-laki yang memiliki

keturunan dari Andi juga atau sederajatnya.7

Penulis berpendapat bahwa berdasarkan apa yang diamati yaitu

pemahaman masyarakat suku Bugis khususnya di Kelurahan Kalibaru pada

masalah pemberian mahar sudah berkembang, seperti pada waktu Ijab Kabul

dalam menyebutkan maharnya. Seperti perkawinan salah satu warga dari hasil

wawancara dengan Hj. Ros di Kalibaru pada 16 Mei 2011, mengatakan bahwa

pada waktu anaknya menikah pada 3 April 2011 dengan laki-laki dari suku

Betawi, ketika mengucapkan maharnya mempelai laki-laki hanya

6 Wawancara Penulis dengan masyarakat Kelurahan Kalibaru, Siti Salmawati

7 Wawancara Penulis dengan warga masyarakat Kelurahan Kalibaru Ibu Asih

Page 63: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

55

mengucapkan jumlah maharnya saja yaitu uang sebesar Rp.500.000 dan

cincin 5 gram tidak ada menyebutkan seperangkat alat shalat tidak seperti

perkawinan lain yang ada di Kelurahan Kalibaru, beliau mengatakan ia ingin

mengikuti adat Bugis tetapi seserahannya tetap ada seprangkat alat shalat.

Sebelumnya orang tua laki-laki datang ke rumah perempuan untuk melamar

tanpa ada orang lain. Ibu Hj. Ros mengatakan orang tua laki-laki sendiri yang

langsung melamar tanpa ada utusan dari keluarganya. Perkawinannya

mengikuti adat Bugis, tetapi ada juga tradisi Betawi seperti memberikan roti

buaya pada seserahan, menyalakan pletasan.8

Ada juga perkawinan antara orang Bugis dengan orang Bugis juga

seperti hasil wawancara penulis dengan Ibu Enni di Kalibaru pada 16 Mei

2011 yang menikah pada 31 Januari 1999 dengan laki-laki berasal dari suku

Bugis. Ibu Enni yang sekarang sudah mempunyai 4 orang anak mengatakan

bahwa pada waktu menikah beliau diberikan mahar sebuah cincin yang

beratnya 3 gram, uang sebanyak Rp. 7.777.000, dan seperangkat alat shalat.

Beliau menuturkan pada waktu calon suaminya ingin melamar yang datang ke

rumahnya hanya orang utusan dari keluarga laki-laki yang mencari tahu apa

sudah dilamar orang lain atau belum. Perkawinannya dilakukan berdasarkan

adat Bugis.9

8 Wawancara Penulis dengan masyarakat Kelurahan Kalibaru, Ibu Hj. Ros

9 Wawancara Penulis dengan masyarakat Kelurahan Kaliburu, Ibu Enni

Page 64: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

56

Rata-rata masyarakat suku Bugis di Kelurahan Kalibaru pada saat aqad

maharnya hanya disebut seperangkat alat shalat. sedangkan suku Bugis yang

ada di Sulawesi Selatan yang belum bercampur dengan adat-adat lain masih

menyebutkan maharnya dengan simbol seperti 88 Real, jika si perempuan

tersebut keturunan bangsawan. Seperti contoh sebagai berikut:

“Saudara A bin B saya menikahkan engkau atas perwalian orang tua/wali

kepada saya dengan………….dengan mahar 88 Real karena Allah” kemudian

dijawab oleh pengantin Laki-laki “Saya terima nikahnya dengan

…………..dengan mahar 88 Real karena Allah”.

88 Real tidak mempunyai nilai itu hanya sebagai simbol bahwa perempuan

tersebut adalah masih keturunan bangsawan. Tetapi sompa atau mahar 88

Real ini sudah jarang kebanyakan maharnya adalah 44 Real.

C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Implementasi Pemberian Mahar Dalam

Masyarakat Suku Bugis

Salah satu ajaran yang penting dalam Islam adalah perkawinan atau

pernikahan. Begitu pentingnya ajaran tentang perkawinan tersebut sehingga

dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat baik secara langsung atau tidak

langsung berbicara mengenai perkawinan.

Nikah artinya menghimpun atau mengumpulkan. Salah satu upaya

untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam rumah tangga sekaligus

Page 65: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

57

sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan

eksistensi manusia diatas bumi.10

Dasar hukum perkawinan berdasarkan Sabda Rasulullah Saw:

11

Artinya: Wahai generasi muda, barang siapa diantara kalian telah mampu

serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah.

Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan

pandangan mata dan memelihara kemaluan. ( HR. Muttafaqun

„Alaih)

Kenyataan bahwa manusia itu berbeda-beda tingkat ekonominya,

sangat dipahami oleh syariah Islam. Bahwa sebagian dari manusia ada yang

kaya dan sebagian besar miskin. Ada orang mempunyai harta melebihi

kebutuhan hidupnya dan sebaliknya ada juga yang tidak mampu

memenuhinya.

Sesuai dengan hadis yang berasal dari Sahal bin Sa’ad al-Sa’idi

Artinya: “Telah berkata Yahya, telah berkata Waqi‟ dari sufyan dari Abi

Hazim bin Dinar dari Sahal bin Said as-Sa‟idi bahwa nabi

10

Tim Penyusun Lembaga Adat Saoraja, Tata Cara Perkawinan Menurut Adat Bone, (Bone:

Pustaka Wanua, 2009)

11

Imam Muhyiddin Annawawi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Ma'rifah, 2007), h. 176.

12

Imam Hafids Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Riyadh:

Baitul Afkar Addauliyah, 1998), h. 601

Page 66: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

58

berkata:” hendaklah seseorang menikah meskipun (hanya dengan

mahar )sebuah cicin yang terbuat dari besi”(HR Bukhari).

Penentuan mahar dalam Islam itu tidak ada batasan minimal atau

maksimal mahar yang akan diberikan laki-laki kepada perempuan yang ingin

menikah. Jumlah tidak ada masalah, pemberian mahar itu sebagai rasa cinta

kasih seorang laki-laki kepada perempuan, dan mahar sudah ada kesepakatan

antara kedua belah pihak. Walaupun seberapa jumlah mahar yang akan

diberikan.

Islam bukanlah tujuan utama dan bukan pula sebagai pemberian harga

bagi seorang perempuan, bahkan disyari’atkan dalam Islam meringankan dan

memudahkan mahar dan tidak berlebih-lebihan dalam memberi mahar,

berdasarkan hadis Rasulullah SAW.

Artinya : “Dari Aisyah ,sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Nikah

yang paling banyak berkatnya adalah yang paling sedikit

maharnya” (HR. Ahmad bin Hanbal).

Penentuan mahar dalam masyarakat suku Bugis juga sama seperti

Islam yang sebenarnya mahar itu diberikan sesuai dengan kesepakatan dari

kedua belah pihak, tapi ada yang membedakan yaitu seperti perempuan itu

keturunan dari bangsawan yaitu maharnya 88 Rella, tapi itu hanya sebagai

Page 67: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

59

simbol verbal saja dan tidak ada wujudnya, untuk mencirikan bahwa

perempuan tersebut masih keturunan bangsawan. Selain Sompa 88 Rella

untuk ana‟ arung, ada juga Sompa tau deceng (orang baik-baik) 44 Rella,

Sompa tau sama (orang biasa) 22 Rella, Sompa ata‟ (budak) 11 Rella.

Penggunaan tingkatan sompa atau mahar, sebagai implikasi klasifikasi

masyarakat menggambarkan stratifikasi sosial calon pengantin perempuan

menurut Adat berdasarkan keturunan.

Dalam Islam pada dasarnya mahar itu diserahkan pada waktu aqad,

begitu juga pada masyarakat suku Bugis yang maharnya langsung diterima

oleh pengantin perempuan. Ada pun mahar yang dibayar secara kontan dan

dibayar dengan hutang, penjelasannya sebagai berikut :

Mahar Mu'ajjal adalah mahar yang dibayar secara kontan semuanya

sebelum suami isteri itu melakukan hubungan badan (dukhul). Umumnya

mahar ini diserahkan ketika akad nikah atau setelah akad nikah dengan catatan

keduanya belum berhubungan badan.13

Sedangkan apabila mahar tersebut dihutang atau dibayar sebagian

ketika akad dan sisanya dibayar belakangan setelah berhubungan badan atau

setelah berumah tangga, maka mahar ini disebut Mahar Muajjal (mahar yang

ditangguhkan). Mahar Muajjal diperbolehkan dengan catatan ada keridhaan

13

Aep Saepulloh Darusmanwiati, Mahar, Resepsi Dan Adab Malam Pengantin Menurut

Petunjuk Al-Qur‟an (Qatamea, 2005), h. 8

Page 68: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

60

dan izin dari calon mempelai wanita. Apabila mahar itu ditangguhkan, maka

sisa mahar yang belum dibayar menjadi hutang bagi si laki-laki dan harus

dibayar sampai kapanpun. Kedua mahar di atas sah-sah saja, hanya lebih

utama dilakukan mahar mu'ajjal, yakni dibayar ketika akad sebelum keduanya

menikmati malam pertama. Hal ini didasarkan pada dalil berikut ini:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah

kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka

hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui

tentang keimanan mereka;maka jika kamu Telah mengetahui

bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu

kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang

kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-

orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah

kepada (suami suami) mereka, mahar yang Telah mereka bayar.

dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar

kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang

pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan

hendaklah kamu minta mahar yang Telah kamu bayar; dan

hendaklah mereka meminta mahar yang Telah mereka bayar.

Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu.

dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Al-

Mumtahanah : 10)

Page 69: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

61

Ada berbagai macam bentuk mahar yang akan diberikan kepada calon

istri seperti, emas, seperangkat alat shalat, mengajarkan ilmu agama, bekerja

dipabriknya, mengajarkan Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an berdasarkan hadis

berikut :

فثد زوجتكها بما معك : عه سهم به سعد قال قال اننبي صهى اهلل عهيه وسهم

مه انقران

Artinya : “Sahl bin Sa‟di berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda (kepada laki-

laki tersebut) : sungguh telah kunikahkan kalian berdua dengan

Alquran yang ada padamu (kau hafal)”. (HR. al-Bukhari).

Masyarakat Bugis memberikan mahar berupa benda yang bermanfaat

untuk calon istrinya seperti sawah, rumah, emas, dan lain-lain. Rumah bisa

dijadikan tempat tinggal bersama, sawah dapat dijadikan sebuah usaha, dan

lain sebagainya.

Mahar atau Sompa di dalam Islam dianggap sebagai ungkapan kasih

sayang. Mahar juga merupakan isyarat atau tanda kemuliaan seorang

perempuan. Allah mensyari’atkan mahar seperti sebuah hadiah dari pihak

laki-laki kepada pihak perempuan yang dilamarnya ketika telah mencapai

kesepakatan diantara keduanya (unuk menikah). Mahar juga merupakan

bentuk pengakuan terhadap kemanusiaan dan kemuliaan manusia.

14

Abu Abdillah Muhammad bin Imail Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-

Ma’rifah. t.th), Juz. 3, h. 232

Page 70: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang terdahulu, penulis menyimpulkan beberapa

kesimpulan :

1. Pemberian mahar disebut dan diberikan pada waktu akad nikah yang

dibawa ketika mappenre botting. Tetapi sebelumnya mahar tersebut sudah

dibicarakan pada saat acara mappetu ada, yang telah diputuskan jumlah

mahar yang akan diberikan pengantin perempuan. Masyarakat suku Bugis

khususnya yang ada di Kelurahan Kalibaru sudah tidak memakai dengan

penyebutan kata Rella yang berdasarkan status sosial mempelai

perempuan menurut adat Bugis, tetapi langsung menyebutkan wujud

mahar (sompa) seperti sepetak sawah, seperangkat alat salat, ataukah satu

stel perhiasan, dan lain sebagainya sesuai kesepakatan yang akan

diberikan kepada calon istrinya pada saat ijab qabul.

2. Tidak ada batas minimal dan maksimal dalam memberikan mahar kepada

perempuan yang akan dinikahinya pada zaman sekarang. Tetapi

masyarakat dilihat dari stratifikasi yang ditentukan menurut golongan atau

tingkatan derajat gadis yang akan dijadikan istri. sebagai implikasi

klasifikasi masyarakat menggambarkan stratifikasi sosial calon pengantin

Page 71: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

63

perempuan menurut Adat berdasarkan keturunan. Stratifikasi sosial

masyarakat, khususnya masyarakat Bugis di Kelurahan Kalibaru mulai

bergeser sehingga stratifakasi sosial masyarakat tidak diukur lagi

berdasarkan keturunan, tetapi diukur dari kekayaan dan jabatan yang

disandang oleh keluarga calon mempelai perempuan.

3. Islam bukanlah tujuan utama dan bukan pula sebagai pemberian harga

bagi seorang perempuan, bahkan disyari’atkan dalam Islam meringankan

dan memudahkan mahar dan tidak berlebih-lebihan dalam memberi

mahar. Pada dasarnya hukum mahar adalah wajib dan sesuai dengan

kemampuan suami dan kesepakatan atau persetujuan isteri. Sehingga tidak

ada nash yang mengatur secara pasti tentang ukuran mahar atau jumlah

mahar. Selanjutnya pada perkembangannya memang mahar itu bisa

berbentuk materi dan bukan materi karena nabi sendiri pernah menikahkan

seseorang dengan maskawin hanya hafalan Al-Qur’an.

B. Saran-saran

1. Diharapkan bagi masyarakat suku Bugis agar di dalam suatu pernikahan

penentuan mahar tidak terlalu memberatkan pihak laki-laki.

2. Diharapkan agar Masyarakat Islam tidak terlalu melihat dari stratifikasi

sosial seseorang.

3. Diharapkan kepada laki-laki untuk memberikan mahar kepada calon

istrinya walaupun maharnya tidak besar, asalkan bermanfaat.

Page 72: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

64

DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim dan Terjemahnya. Jakarta : Departemen Agama RI.

Abdullah, Abdul Gani. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum

Indonesia. Jakarta : Gema Insani Press, 1994.

Ahmad, Abd. Kadir. Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Makassar : Indobis, 2006.

Al-Baihaqi, Ahmad Ibn Al-hasan Ibn Ali. Sunan al-Kubra. Beirut: Dar al-Fikr, t.th,

Juz 3.

Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Imail. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-

Ma’rifah, Juz. 3, t.th.

Al-Bukhari, Imam Hafids Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail. Shahih Bukhari.

Riyadh: Baitul Afkar Addauliyah. 1998.

Al-Hanafi, Al-Kamal bin al-Hammam. Fathur Qadir’alal Hidayah Syarh Bidayatil

Mubtadi. Mesir: Mathabil al-Halabi, Jilid II, t.th, Cet. Ke-1.

Al Husainy, Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad. Kifayatul Akhyar. Beirut :

Dar al Fikr. Jilid 2.

Al Istanbuli, Mahmud Mahdi. Kado Perkawinan. Jakarta : Pustaka Azzam, 1999, Cet.

Ke-1.

Al Jaziri, Abdu Ar Rahman. Kitab al Fiqh ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah. Beirut : Dar

Al Fikr. 1969.

Ali, Zainudin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Annawawi, Imam Muhyiddin. Shahih Muslim. Beirut: Darul Ma'rifah, 2007.

As San’any, Muhammad ibn Isma’il. Subulu as-Salam syarh Bulughul al-Maram.

Beirut : Dar al-Fikr, 1991. Cet. Ke-III

Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 2005.

Page 73: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

65

Darusmanwiati, Aep Saepulloh. Mahar, Resepsi Dan Adab Malam Pengantin

Menurut Petunjuk Al-Qur’an. Qatamea, 2005.

Departemen Kehakiman RI. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Adat dan Upacara

Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan.

Gita. Tata Cara Perkawinan Adat Makassar. artikel diakses pada 1 Juli 2010 dari

http://jendelabugis.blogspot.com/2010/03/tata-cara-perkawinan-adat-

bone.html

Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta : Kencana, 2006.

Ghofar, M. abdul. Fiqh Wanita. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1998, Cet. Ke-1.

Hasan, A. terjemah Bulughul Maram Ibnu Hajar al Asqalani. Bandung : CV. Pustaka

Tamam. 1991.

Idris, Abdul Fatah dan Abu Ahmadi. Fikih Islam Lengkap. Jakarta : PT. RINEKA

CIPTA, 2004.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT.

Gramedia, 2008. Cet. Ke-23.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Lamallongeng, Asmat Riady. Dinamika Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Bugis

Bone. Makassar : Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Bone, 2007.

Lasmini, Bekti. Adat Istiadat dan Pakaian Pengantin Sulawesi Selatan. Jakarta :

Institut Kesnian, 1981.

Madkur, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasit. Beirut: Dar al-Fikr, t.th, Jilid 2.

Nonci. Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis. Makassar : CV. Aksara, 2002.

Nurnaga, Andi. Adat istiadat Pernikahan Masyarakat Bugis. Makassar : CV. Telaga

Zamzam, 2001.

Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Masyarakat. Bandung : Angkasa, 1981.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004.

Page 74: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

66

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta : RajaGrafindo, 2003, Cet. ke-6.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Kairo: Daar al-Fath. Jilid I, 2000, Cet. Ke-1.

Soelaeman, M. Munanda. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Refika Aditama, 1998,

Edisi 3, Cet. Ke-6.

Sopyan, Yayan. Metode Penelitian. Jakarta, 2009.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana, 2007.

Tihami, M. A dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap.

t.tp : t.th.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Inonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, Edisi 3, 2005, Cet. Ke-3.

Tim Penyusun Lembaga Adat Saoraja. Tata Cara Perkawinan Menurut Adat Bone.

Bone: Pustaka Wanua, 2009.

Umar, Nasaruddin. Fikih Wanita Untuk Semua. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta,

2010, Cet. Ke-1.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990.

Page 75: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

67

Nama : Siti Salmawati

Umur : 22 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

1. Pertanyaan : Tahun berapa anda menikah ?

Jawab : 25 Oktober 2010

2. Pertanyaan : Suami anda berasal dari suku apa ?

Jawab : Bugis

3. Pertanyaan : Apakah anda dijodohkan ?

Jawab : Tidak, pilihan sendiri

4. Pertanyaan : Berapa jumlah mahar yang diberikan pada waktu menikah dan

berupa apa ?

Jawab : Hanya seperngkat alat Shalat, Cincin dan Gelang 5 gram

5. Pertanyaan : Berapa uang naik (uang pesta) yang diberikan ?

Jawab : Rp. 10.000.000

6. Pertanyaan : Waktu menikah menggunakan adat apa ?

Jawab : Jawa, Sunda dan Bugis

7. Pertanyaan : Apakah masih menggunakan tahapan-tahapan pernikahan adat

Bugis?

Jawab : Iya, karna suami saya orang Bugis

Page 76: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

68

8. Pertanyaan : Bagaimana anda menanggap tentang mahalnya mahar perempuan

Bugis ?

Jawab : Kalau bisa jangan terlalu menghambat pernikahan anak dengan

jumlah mahar yang mahar yang besar.

Page 77: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

69

Nama : Hj. Ros

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

1. Pertanyaan : Apakah ibu mempunyai anak perempua yang sudah menikah ?

Jawab : Iya, ada baru 2 bulan yang lalu

2. Pertanyaan : Berapa umur anak ibu sekarang ?

Jawab : 23 Tahun

3. Pertanyaan : Tahun berapa anak ibu menikah menikah ?

Jawab : 3 April 2011

4. Pertanyaan : Suami anak ibu berasal dari suku apa ?

Jawab : Betawi

5. Pertanyaan : Apakah anak ibu dijodohkan ?

Jawab : Tidak, itu pilihan anak saya sendiri

6. Pertanyaan : Berapa jumlah mahar yang diberikan anak ibu pada waktu menikah

dan berupa apa ?

Jawab : Rp. 500.000 dan cincin 5 gram

7. Pertanyaan : Berapa uang naik (uang pesta) yang diberikan ?

Jawab : Rp. 50.000.000

8. Pertanyaan : Waktu menikah anak ibu menggunakan adat apa ?

Jawab : Bugis

Page 78: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

70

9. Pertanyaan : Apakah masih menggunakan tahapan-tahapan pernikahan adat

Bugis?

Jawab : Tidak, karena pihak laki-laki tidak mengerti bagaimana adat

Bugis.

10. Pertanyaan : Bagaimana anda menanggap tentang mahalnya mahar perempuan

Bugis ?

Jawab : Sebenarnya pemberian mahar menurut orang Bugis adalah harga

diri keluarga mereka.

Page 79: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

71

Nama : Enni

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

1. Pertanyaan : Tahun berapa anda menikah ?

Jawab : 31 Januari 1999

2. Pertanyaan : Suami anda berasal dari suku apa ?

Jawab : Bugis

3. Pertanyaan : Apakah anda dijodohkan ?

Jawab : iya, saya dijodohkan

4. Pertanyaan : Berapa jumlah mahar yang diberikan pada waktu menikah dan

berupa apa ?

Jawab : Rp. 7.777.000 dan cincin 3 gram

5. Pertanyaan : Waktu menikah menggunakan adat apa ?

Jawab : Bugis

6. Pertanyaan : Apakah masih menggunakan tahapan-tahapan pernikahan adat

Bugis?

Jawab : Saya menggunakan tahapan-tahapan pernikahan adat Bugis

karena suami saya juga orang Bugis

Page 80: IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAHAR PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3622… ·  · 2013-04-23dan kelompok KKN 2010. ... mahar apabila terjadi suatu pernikahan,

72

7. Pertanyaan : Bagaimana anda menanggap tentang mahalnya mahar perempuan

Bugis ?

Jawab : Saya kurang setuju karena hal tersebut akan mempersulit laki-laki

untuk menikahi perempuan Bugis