IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM PEMBELAJARAN AL...
Transcript of IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM PEMBELAJARAN AL...
IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM PEMBELAJARAN
AL-QUR’AN DI SDIT DAROJAATUL‘ULUUM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Elmiani Rahmah Hayati
NIM. 11150110000092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM PEMBELAJARAN AL-
QUR’AN DI SDIT DAROJAATUL ‘ULUUM
TAHUN AJARAN 2019/2020
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Elmiani Rahmah Hayati
NIM. 11150110000092
Dibawah Bimbingan
Dr. Abdul Ghofur, MA
19681208 199703 1003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Implementasi Metode Ummi Dalam Pembelajaran al-Qur’an
di SDIT Darojaatul ‘Uluum disusun oleh Elmiani Rahmah Hayati, NIM.
11150110000092, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 24 September 2019
Yang mengesahkan,
Dr. Abdul Ghofur, MA
19681208 199703 1003
i
ABSTRAK
Elmiani Rahmah Hayati (NIM. 11150110000092). Implementasi Metode
Ummi dalam Pembelajaran al-Qur’an di SDIT Darojaatul ‘Uluum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode Ummi
dalam pembelajaran al-Qur’an di SDIT Darojaatul ‘Uluum, unsur-unsur utama
dari metode Ummi, dan cara mengatasi kelemahan serta mengembangkan
kelebihan dari penerapan metode Ummi di SDIT tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2019.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan menggunakan observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
data, triangulasi data terbagi menjadi tiga tahap yaitu triangulasi teknik, waktu,
dan sumber. Analisis data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Ummi
dalam pembelajaran al-Qur’an di SDIT Darojaatul ‘Uluum sudah berjalan dengan
baik dan sesuai dengan sistem yang diajukan oleh Ummi Foundation baik itu
materi pembelajaran, target pencapaian, maupun tahapan pembelajaran. Ada 7
tahapan pembelajaran yang harus dilalui yaitu pembukaan, apresepsi, penanaman
konsep, pemahaman konsep, latihan, evaluasi, dan penutup. Pembelajaran al-
Qur’an dilaksanakan di hari Senin sampai dengan Jum’at dengan durasi waktu 60
menit. Proses pembelajaran adalah dengan menggunakan metode klasikal,
pertama guru membaca materi yang ada di alat peraga, setalah itu membaca buku
jilid pada halaman yang sudah ditentukan, guru mencontohkan bacaan terlebih
dahulu kemudian membaca bersama-sama dengan anak-anak, setelah di rasa
cukup maka anak-anak satu per satu membaca dan yang lainnya menyimak
bacaan. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi adalah 40
pertemuan, dan bisa lebih cepat dari target yang telah ditentukan. Unsur-unsur
utama dari metode Ummi adalah 3 kekuatan Ummi yaitu metode, sistem, dan guru
yang bermutu, selain itu ada 10 pillar mutu Ummi, dan 7 program dasar Ummi.
Setiap metode pasti memiliki kekurang dan kelebihan dalam penerepannya dalam
suatu lembaga, untuk mengatasi kekurangan penerepan metode Ummi maka yang
dilakukan oleh SDIT Darojaatul ‘Uluum adalah mengadakan supervisi internal
maupun eksternal, mengadakan evaluasi guru al-Qur’an seminggu sekali, dan
bekerja sama dengan orang tua murid melalui grup Whatsapp serta mengadakan
program home visit.
Kata Kunci: Metode Ummi, Pembelajaran al-Qur’an.
ii
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama, saya panjatkan puji dan syukur kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, serta
kekuatan dari-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Juga tidak lupa shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammmad Shallallah ‘Alayhi wa Sallam beserta keluarga dan para
pengikutnya.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan, hambatan, dan kesulitan
dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang
terkasih. Segala kendala yang saya alami dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari arahan dan bimbingan guru-guru, keluarga, dan teman-teman sekalian. Untuk
itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan yang maha Esa, Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk setiap pertolongan
dan nikmat yang telah diberikan.
2. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Lubis, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Dr. Abdul Ghofur, MA, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
6. Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd, selaku Dosen Penasihat Akademik,
yang telah meluangkan waktu, memberikan tenaga dan fikirannya untuk
membimbing dari awal perkuliahan hingga akhir masa perkuliahan.
7. Mamah, Papah, Teh Fiki, dan Ade Hani yang selalu mendukung, memberi
kasih sayang yang sangat luar biasa, memberi motivasi dan mendoakan, serta
selalu memberi bantuan baik moril maupun materil. Karena do’a dan
dukungan mereka saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf untuk
iii
segala kekurangan, mohon maaf untuk segala kesalahan. Terima kasih telah
menjadi support system saya.
8. Mrs. Dian Santri, seseorang yang telah memberikan saya ilmu yang luar
biasa. Terima kasih untuk setiap do’a dan bimbingannya. Semoga apa yang
telah diberikan menjadi ladang pahala dan amal jariyah untuk Mrs. Dian.
9. Bapak Ulil Amri M.Pd, selaku Kepala Sekolah SDIT Darojaatul ‘Uluum,
yang telah mengizinkan saya dan membantu dalam penelitian ini, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Ustadz Syam Hariyadi, S.Pd.I, selaku koordinator al-Qur’an di SDIT
Darojaatul ‘Uluum yang memberikan bimbingan, dan telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
11. Guru-guru al-Qur’an SDIT Darojaatul ‘Uluum yang telah membantu saya
dalam melaksanakan penelitian ini, terima kasih telah bersedia menjadi
responden, terima kasih atas ilmu yang diberikan.
12. Mrs. Anggi Restiana Palupi, S.Pd, seseorang yang sangat memotivasi saya.
Terima kasih untuk segala pelajaran hidup dan pengalaman yang telah
diberikan kepada saya. Terima kasih telah mendengar keluh kesah saya, dan
selalu memotivasi saya untuk bangkit menggapai apa yang saya impikan.
13. Indini Rahmawati dan Rahmi Fathiyas Syah, terima kasih telah menjadi
teman berkeluh kesah, membagi kebahagiaan. Sukses terus untuk Kaka Ami
dan The Dini. Semoga Allah selalu meridhoi segala langkah yang kalian
ambil.
14. Tunjung Magenta dan Husnul Khotimah, dua sahabat yang selalu
memberikan motivasi dan inspirasi yang sangat membangun. Terima kasih
sudah menjadi bagian dari cerita hidup saya, terima kasih telah menjadi
pundak untuk bersandar dan menumpahkan seluruh keluh kesah. Sukses
untuk kalian.
15. Tika, Rozi, Irshon, yang selalu bersedia mendengar keluh kesah saya,
memotivasi saya di saat saya sedang jatuh untuk bisa bangkit lagi. Terima
kasih sudah memberikan pelajaran dan menjadi bagian cerita hidup saya.
iv
16. Teman-teman HMI PAI, yang telah menjadi keluarga saya, yang memberikan
saya banyak pengalaman dalam berorganisasi. Terima kasih telah menjadi
wadah saya dalam belajar berorganisasi.
17. Teman-teman TEAM, Nisa, Ainu, Tika, Nada, Anna, Leli, Aul, Yuda, Amri,
Alif, Fadil, Hume, Rifqi, Tapleng, Romi. Terima kasih telah mewarnai suka
duka selama masa perkuliahan, terima kasih atas segala canda tawa dan
segala kisah yang telah kita lalui.
18. Keluarga KOLONI 065 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima
kasih telah menjadi bagian cerita hidup saya, terimakasih telah mengajarkan
arti sebuah kebersamaan.
19. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas C (APACHE)
2015 yang telah menemani saya dari awal perkuliahan hingga saat ini dan
selalu memberikan dukungan kepada saya. Terima kasih untuk semua kisah
yang kita lalui selama ini.
20. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015.
Skripsi ini telah disusun secara maksimal. Terlepas dari itu, penulis
menyadari bahwa masih ada kekurangan baik itu dari sistematika penulisan
maupan penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
kritik dan saran dari semua pihak yang membaca untuk kebaikan di masa
mendatang. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan
kalian.
Akhir kata,semoga skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat
bagi penulis dan pembaca.
Depok, 20 September 2019
Penulis
Elmiani Rahmah Hayati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................... 9
A. Pembelajaran Al-Qur’an ........................................................................... 9
1. Pengertian .......................................................................................... 9
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Membaca al-Qur’an ........................ 14
3. Komponen Pembelajaran al-Qur’an ................................................ 19
4. Keutamaan Membaca al-Qur’an ..................................................... 32
5. Adab Membaca Al-Qur’an .............................................................. 34
6. Faktor yang mempengaruhi kemampuan Membaca al-Qur’an ....... 36
B. Metode Pembelajaran al-Qur’an ............................................................. 49
C. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 51
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 51
B. Metode Penelitian ................................................................................... 51
C. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 52
D. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................. 56
E. Analisis Data ........................................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 59
vi
A. Gambaran Umum SDIT Darojaatul ‘Uluum........................................... 59
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 65
C. Pembahasan 89
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 92
A. Kesimpulan ............................................................................................. 92
B. Implikasi ................................................................................................. 93
C. Saran ....................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran 10
Tabel 2.2 Komponen Pengelolaan Pembelajaran 23
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi 53
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawanara 54
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Dokumentasi 56
Tabel 4.1 Data Pendidikdan dan Tenaga Kependidikan 61
Tabel 4.2 Data Peserta Didik Tahun Ajaran 2019/2020 64
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana 65
Tabel 4.4 Persamaan dan perbedaan Metode Pembelajaran al-Qur’an yang ada di
Indonesia dengan Metode Ummi 89
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan Pembukaan Pembelajaran 72
Gambar 4.2 Kegiatan Apresepsi 72
Gambar 4.3 Kegiatan Penanaman Konsep 73
Gambar 4.4 Kegiatan Pemahaman Konsep 73
Gambar 4.5 Kegiatan Latihan atau Keterampilan 74
Gambar 4.6 Kegiatan Evaluasi 74
Gambar 4.7 Kegiatan Penutup 75
Gambar 4.8 Kegiatan Evaluasi dan Pembinaan Internal Guru al-Qur’an 89
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kode Narasumber
Lampiran 2: Hasil Wawancara
Lampiran 3: Hasil Observasi
Lampiran 4: Tata Cara Pengajaran al-Qur’an
Lampiran 5: Lembar Uji Referensi
Lampiran6: Biodata Penulis
2
Sebagai akibat dari kekurangan ini, para pelajar tidak memiliki bekal yang
memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negatif akibat
globalisasi yang menerpa kehidupan.4
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber dalam
ajaran agama Islam, yang menjadi panduan hidup umat manusia, yang
mengatur segala urusan hidup manusia, untuk mencapai kejayaan di dunia
dan keselamatan di akhirat. Al-Qur’an adalah mu’jizat Nabi Muhammad
Shallallah ‘Alayhi wa Sallam, yang paling mulia.
Setiap mu’min yakin bahwa membaca al-Quran adalah suatu ibadah
yang mulia. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi umat Islam, baik
dikala sedih maupun bahagia. Selain mendapat pahala, membacanya juga
menjadi obat penenang jiwa, dan penawar rasa gelisah di hati. Bukan hanya
membacanya yang dijanjikan oleh Allah akan mendapat pahala,
mendengarkan orang yang membaca al-Qur’an pun akan mendapatkan
pahala. Satu ayat yang dilantunkan saja mendapat pahala yang luar biasa.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang mayoritas memeluk
agama Islam, salah atu negara muslim terbesar di dunia. Tentunya hal ini
memberikan perhatian yang lebih terhadap al-Qur’an yang menjadi pedoman
hidup mereka. Sejauh mana pemahaman dan perhatian mereka terhadap al-
Qur’an. Bahwasannya al-Qur’an merupakan mukjizat bukan hanya dijadikan
simpanan, seharusnya lebih dari itu. Nilai-nilai yang terkandung di dalam al-
Qur’an sebaiknya dipelajari.5
Al-Qur’an adalah kitab suci yang tidak ada duanya. Di dalamnya
memuat segala aspek kehidupan yang tidak mungkin dibuat oleh seseorang
hebat, dan sepandai apapun orang tersebut. Al-Qur’an memuat nilai-nilai
pendidikan yang tinggi, karena itu al-Qur’an menjadi kitab rujukan dalam
dunia pendidikan yang dapat digunakan sepanjang masa.6
4Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), h.20 5 Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.
76 6 Ahsanul Fuadi dan Eli Susanti, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Lukman,
Belajea: Jurnal Pendidikan Islam Vol.2 No.2, 2017, p-ISSN 2548-3390;e-ISSN 2548-3404, h. 2
3
Mengingat pentingnya al-Qur’an dalam hidup kita, karena al-Qur’an
adalah petunjuk hidup kita, maka memberikan pembelajaran mengenai al-
Qur’an kepada anak-anak sejak usia dini itu sangat penting. Menanamkan
nilai-nilai yang terdapat dalamal-Qur’an kepada anak-anak, agar mereka
dapat tumbuh dengan dilandasi pedoman hidup mereka. Seperti sebuah hadis
yang berbunyi : م القرآن و عل مه خي ركم من ت عل
Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Qur’an dan
mengajarakannya (HR. Bukhori).
Menurut Hadiśdi atas siapa yang belajar al-Qur’an kemudian ia
mengajarkannya lagi kepada orang lain, maka ia adalah manusia terbaik.Ada
beberapa aturan dalam membaca al-Qur’an, seperti mempelajari Ilmu Tajwid,
Ilmu Gharaibul Qur’an, Makharijul Huruf, dan lain sebagainya. Kita harus
mempelajari ilmu-ilmu tersebut agar dapat membaca al-Qur’an dengan
kaidah yang benar. Aturan lainnya adalah membaca al-Qur’an dengan tartil.
Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Muzzamil ayat 4:
رآن ت رتيلا أوزدعليه ورتل الق
atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil : 4)7
Kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah yang telah ditentukan merupakan dasar bagi dirinya untuk
mengajarkannya kepada orang lain. Apabila kita membaca al-Qur’an tidak
menggunakan kaidah ilmu tajwid dalam pelafalan huruf maupun panjang-
pendeknya maka dapat merubah arti kalimat tersebut. Oleh karena itu,
mempelajari Ilmu Tajwid itu hukumnya adalah fardu kifayah.
Materi pembelajaran al-Qur’an meliputi pembelajaran membaca al-
Qur’an dengan tajiwid sifat dan makhraj nya serta terjemah dan tafsirnya.
Pembelajaran al-Qur’an juga memuat ilmu-ilmu yang dikaji dari al-Qur’an
7Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h. 574.
4
baik umum maupun agama. Guru pengajar al-Qur’an adalah sebaik-baik guru
dan santri yang mempelajari al-Qur’an adalah sebaik-baik santri di jagat raya
ini. Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-Qur’an adalah materi pokok
dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik.8
Pada awal perkembangan pendidikan Islam di Indonesia al-Qur’an
diajarkan melalui masjid-masjid atau mushalla. Di Aceh dikenal dengan
Meunasah. Kemudian pembelajaran al-Qur’an diajarkan di lembaga
pendidikan Islam seperti Pesantren ataupun Madrasah. Pada perkembangan
selanjutnnya muncul Taman Anak-Anak al-Qur’an (TKA) atau Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPA) dikalangan masyarakat.
Setelah berkembanganya TKA atau TPA menjadi tempat
pembelajaran al-Qur’an, sekitar tahun 2000 semangat pembelajaran al-Qur’an
mulai terlihat dalam institusi pendidikan formal. Sekolah-sekolah swasta
Islam atau madrasah mulai menerapkan pembelajaran al-Qur’an seperti
membaca, menulis, dan menghafal al-Qur’an.9
Melihat keadaan zaman yang semakin berkembang dan kondisi anak-
anak yang semakin menjauh dari al-Qur’an dengan sikap mereka yang lebih
tertarik pada game dan gadget. Padahal di usia mereka adalah usia yang
sangat baik untuk belajar. Para orang tua semakin sadar akan pentingnya al-
Qur’an bagi anak-anak mereka. Para orang tua mulai memasukkan anak-anak
mereka ke sekolah yang menyediakan program al-Qur’an.10
Sekolah-sekolah Islam mulai dari tingkatan dasar hingga menengah
kini hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan program unggulan
bagi siswa-siswi mereka agar dapat membaca al-Quran dengan tartil dan
sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.
8Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012), cet.
2, h.13. 9Sigi Purwaka dan Sukiman, Efektivitas Pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidayah
Negeri Yogyakarta II dan Sekolah Dasa Islam Terpadu Al-Khairat Yogyakarta (Studi Komparasi
Metode Iqra’ dan Metode Ummi), Jurnal pendidikan Agama Islam, Vol. XIV, No.2, DOI :
10.14421/jpai.2017.142-07, Desember 2017, h.281. 10
Misbakhudin, dkk, Penerapan Media Pembelajaran Metode Ummi Berbasis Android
Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Al-Qur’an, Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia
(JPPI), Vol.3, 2018, h.2
5
Tentunya untuk merealisasikan program unggulan yang dibuat oleh
sekolah diperlukan sistem pembelajaran al-Qur’an yang baik dengan
menggunakan berbagai thariqah (metode) pembelajaran al-Qur’an. Karena
dengan penggunaan thariqah yang tepat maka tujuan pembelajaran pun akan
tercapai.
Dalam bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata,
yaitu al-thariqah, manhaj, dan al-washilah. Al-thariqah berarti jalan, manhaj
berarti sistem, dan al-wasilah berarti perantara atau mediator. Dari ketiga kata
tersebut yang dekat dengan arti metode adalah al-thariqah.11
Metode Ummi merupakan thariqah pembelajaran al-Qur’an yang di
populerkan oleh Masruri dan A. Yusuf M.S. Metode Ummi merupakan
metode pembelajaran yang dikembangkan dari metode Qira’ati.12
Sebagian
besar orang ketika memulai belajar membaca al-Qur’an dikenalkan dengan
metode Iqra yang di populerkan oleh KH. As’ad Humam. Metode Ummi
sama dengan metode Iqra dalam pembelajarannya. Sama-sama mengenalkan
huruf hijaiyah, tajwid, gharaibul Qur’an, dan lain sebagainya. Namun
perbedaannya adalah jika metode Iqra ini dapat diajarkan oleh siapa saja,
sedangkan metode Ummi hanya dapat diajarkan oleh guru yang
bersertifikasi.13
Sebelum penerepan metode Ummi di SDIT Darojaatul ‘Uluum
kondisi pembelajaran al-Qur’annya kurang stabil. Karena ketidak samaan
guru dalam mengajar yang berdampak pada hasil pencapaian membaca al-
Qur’an murid yang berbeda pula.14
Dari sekian banyak Thariqah
pembelajaran al-Qur’an, SDIT tersebut memilih untuk menngunakan metode
Ummi.
Sebagai thariqah baru yang hadir di tengah-tengah masyarakat dengan
banyaknya thariqah lain yang sudah ada, metode Ummi mengambil posisi
sebagai mitra terbaik sekolah atau lembaga pendidikan dalam menjamin
11
Abuddin Nata, Op.Cit, h.144 12
Ibid, h.282 13
Dian Santri, wawancara, 07 Januari 2018 14
Hasil Observasi dan wawancara dengan Ustad SH selaku koordiantor al-Qur’an
6
kualitas baca al-Qur’an siswa-siswinya. Diperkuat dengan perbedaan bahwa
metode Ummi adalah metode mudah, cepat, namun berkualitas.15
SDIT Darajaatul ‘Uluum yang terletak di daerah Depok ini adalah
salah satu Sekolah Dasar Islam yang menggunakan metode Ummi dalam
pembelajaran al-Qur’an. SDIT Darajaatul ‘Uluum ini memiliki program
unggulan dalam pelajaran al-Qur’annya. Selain itu sekolah ini sudah meraih
beberapa prestasi dalam bidang al-Qur’an.
Menurut Hanifah Shirta seorang murid yang pernah bersekolah di
SDIT Darojaatul ‘Uluum ini mengatakan bahwa belajar al-Qur’an dengan
metode Ummi ini sangat menyenangkan, lebih mudah memahami tajwid dan
lebih mudah menghafal al-Qur’an. Karena dalam pembelajaran al-Qur’an
dengan menggunakan metode Ummi ini selalu diawali dengan doa dan
membaca al-Qur’an pun dengan tartil dan nada yang sederhana sehingga
mudah dipahami.16
Dari fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait metode Ummi di SDIT Darojaatul Uluum dengan judul
penelitian “Implementasi Metode Ummi dalam Pembelajaran al-Qur‟an
di SDIT Darojaatul „Uluum”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini
dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat anak-anak usia SD dalam belajar membaca al-Qur’an.
2. Kurang maksimalnya pembelajaran Pendidikan Islam (al-Quran) di
sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini,
penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan masalah, yaitu:
15
Ummi Foundation, 10 Mei 2017,https://ummifoundation.org/tentang, diakses pada 01
Januari 2018 pukul 12.09 WIB. 16
Wawancara pribadi dengan Hanifah Shirta, 20 Desember 2018.
7
1. Implementasi Metode Ummi dalam Pembelajaran al-Qur’an di SDIT
Darojaatul ‘Uluum, yakni penerapan pembelajaran membaca atau
melafalkan al-Qur’an dengan menggunakan salah satu metode
pembelajaran al-Qur’an yang dipopulerkan oleh Masruri dan A. Yusuf
M.S dengan menggunakan pendekatan Ibu di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Darojaatul ‘Uluum yang terletak di daerah Depok.
2. Unsur utama pembelajaran al-Qur’an dengan metode Ummi, yaknihal-hal
penting yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka ada permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut adalah:
1. Bagaimana Implementasi Metode Ummi di SDIT Darojaatul ‘Uluum?
2. Apa unsur-unsur utama dalam pembelajaran al-Qur’an metode Ummi?
3. Apa kelebihn dan kekurangan dari penggunaan metode Ummi di SDIT
Darojaatul ‘Uluum?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui Implementasi Metode Ummi dalam Pembelajaran
al-Qur’an di SDIT Darojaatul ‘Uluum.
b. Untuk mengetahui unsur utama dalam pembelajaran al-Qur’an metode
Ummi.
c. Untuk mengetahui cara mengatasi kekurangan dan mengembangkan
kelebihan dalam penerapan metode Ummi di SDIT Darojaatul
‘Uluum.
8
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khazanah
keilmuan khususnya dalam metode pembelajaran al-Qur’an untuk guru,
masyarakat, serta lembaga terkait.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan memberikan ilmu pengetahuan yang
baru kepada peneliti, serta dapat memberikan pengalaman dan
pembelajaran mengenai metode Ummi kepada peneliti untuk masa
yang akan datang.
2) Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran al-
Qur’an.
3) Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan ilmu
kepada masyarakat mengenai metode pembelajaran khususnya metode
Ummi.
4) Bagi Peneliti Lain
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam
penelitian yang dilakukan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Al-Qur’an
1. Pengertian
Penggunaan kata pembelajaran dalam dunia pendidikan masih
tergolong baru, kata ini mulai terkenal semenjak adanya Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut Undang-undang
SISDIKNAS No.20 tahun 2003 pembelajaran diartikan sebagai proses
interaksi antara guru, murid, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar.1
Menurut Abudin Nata pembelajaran adalah sebuah usaha untuk
mempengaruhi jiwa, kecerdasan, dan spiritual seseorang agar dapat belajar
dengan kemauannya sendiri.2
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu sistem yang tersusun
atas berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut
meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen
tersebut harus diperhatikan oleh guru untuk menentukan model-model
pembelajaran yang tepat.3
Pembelajaran menurut Gagne adalah serangkaian aktifitas yang
sengaja diciptakan untuk memudahkan proses pembelajaran. Definisi lain
mengenai pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L. Smith dan Tillman
J. Ragan bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian
informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian
tujuan yang spesifik.
Selain itu pembelajaran dapat diartikan sebagai perpaduan dua
aktivitas yang berbeda yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah aktivitas
1 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), h.19 2 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana,
2009), h.85 3 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.11.
10
yang dominan mengacu kepada siswa, sementara mengajar secara
instruksional dilakukan oleh guru.4
Menurut Abdul Majid pembelajaran merupakan kegiatan terencana
yang mengkondisikan seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan
bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan
tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua,
bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan
melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran
merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan
oleh guru dalam mengondisikan seseorang untuk belajar.5
Pembelajaran erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar.
Ketiga unsur ini yaitu belajar, mengajar, dan pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dalam istilah pendidikan. Paparan di atas menggambarkan
bahwa belajar merupakan proses internal siswa, dan pembelajaran
merupakan kondisi eksternal siswa dalam proses belajar. Dapat kita lihat
perbedaan belajar, mengajar, dan pembelajaran.
Tabel 2.1: Perbedaan Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran
Konsep Sudut Pandang
Belajar Peserta didik
Mengajar Pendidik/Pengajar
Pembelajaran
Interaksi antara peserta didik,
pendidik, dan media/sumber
belajar
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen
tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen
4Ahmad Susanto,Opcit, h.18
5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.5
11
pembelajaran tersebut harus di perhatikan oleh guru dalam memilih dan
menetukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.6
Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam, selain itu al-Qur‟an
merupakan sumber hukum Islam yang paling utama. Di dalamnya terdapat
berbagai pedoman hidup manusia. Segala urusan manusia sudah ditulis di
dalamnya.
Secara etimologi al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab
yang berarti sesuatu yang dibaca ( ). Yang berarti dianjurkan
kepada umat manusia khususnya umat muslim untuk membaca al-Qur‟an
bukan hanya menjadi pajangan rumah.7 Bukan hanya untuk dibaca, tetapi
juga untuk diamalkan.
Menurut Ahsin. W. Al-Hafidz al-Qur‟an ialah Kalamullah yang
bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallah
„Alayhi wa Sallam, melalui perantara Malaikat Jibril, kemudian
diriwayatkan kepada umatnya dengan mutawatir. Membacanya adalah
ibadah, dan kebenarannya tidak dapat diragukan.8
Kebenaran dan keterpeliharaan al-Qur‟an sangat terbukti. Dalam
beberapa ayat al-Qur‟an Allah Subhanahu wa Ta‟ala memberikan
penegasan terkait kebeneran dan keterpeliharaan al-Qur‟an.
Menurut Manna‟al-Qathan, al-Qur‟an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam., dan
membacanya adalah ibadah. Sementara itu Abdul Wahhab Khallaf
memberikan pengertian al-Qur‟an secara lebih lengkap bahwa al-Qur‟an
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala., yang diturunkan kepada
Rasulullah Shallallah „Alayhi wa Sallam., yaitu Muhammad bin Abdullah
6Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.1
7Abdul Majid Khon, Praktikum Qira‟at Keanehan Bacaan al-Qur‟an Qira‟at Ashim dari
Hafash, (Jakarta : Amzah,2013), h.1 8 Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1994), h.1
12
melalui perantara malaikat Jibril dengan menggunakan lafal bahasa Arab.
Al-Qur‟an diturunkan agar dapat menjadi hujjah, sebagai petunjuk bagi
umat manusia dan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Al-Qur‟an terhimpun dalam satu mushaf yang diawali dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.9
Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam untuk semua manusia dari mulai
diutusnya Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam menjadi Rasul
sampai dengan manusia terakhir. al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi
seluruh manusia.10
Zakiyah Darajat mengatakan bahwa membaca al-Qur‟an adalah
ilmu yang memiliki nilai seni. Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam sebagai
mukjizat, dan membacanya bernilai ibadah. Berbeda dengan kitab lainnya,
al-Qur‟an memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya11
:
a. Al-Qur‟an ialah Kalamullah yang dibukukan, kemurniaan dan
pemeliharaannya dijamin oleh Allah.
b. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pikiran.
c. Al-Qur‟an mengandung ajaran yang bersifat menyeluruh, berlaku
pada segala tempat dan situasi, dan menjadi pedoman hidup
sepanjang zaman.
d. Al-Qur‟an merupakan mukjizat Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi
wa Sallam yang tidak dapat ditandingi, baik dari segi isi, bahasa
maupun keabadian berlakunya.
e. Keaslian dan kemurnian al-Qur‟an terjamin.
9 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.172 10
Samsul Ulum, Opcit, h.3 11
Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2008), cet.ke-4, h.89-90.
13
f. Ajaran yang dikandung oleh al-Qur‟an meliputi seluruh aspek
kehidupan.
g. Membaca al-Qur‟an bernilai ibadah
h. Kebenaran al-Qur‟an bersifat mutlak.
Keistimewaan tersebut membuat pelajaran al-Qur‟an menempati
suatu tersendiri yang dipelajari secara khusus. Mengingat pentingnya al-
Qur‟an dalam kehidupan kita maka kita sebagai umat muslim harus
memahami makna yang terkandung dalam al-Qur‟an. Kemudian membaca
al-Qur‟an harus baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Tujuan mempelajari al-Qur‟an tidak lain adalah untuk
meningkatkan kualitas diri manusia dalam semua aspeknya baik akidah,
ibadah, akhlak, spiritual, sosial, pemikiran maupun jasmani secara
menyeluruh dan seimbang sehingga seorang manusia dapat menjalankan
fungsinya sebagai khalifah fil ard dan menjadi hamba Allah yang baik.12
Dalam kitab Ta‟limul Muta‟allim dijelaskan bahwa dengan
membaca al-Qur‟an seseorang dapat belajar dan menghafal pelajaran
dengan mudah.13
Untuk itu membaca al-Qur‟an adalah dasar yang harus
bisa kita kuasai untuk bekal kehidupan kita.
Dari penjelasan di atas mengenai pengertian pembelajaran dan al-
Qur‟an dapat didefinisikan bahwa pembelajaran al-Qur‟an adalah proses
interikasi antara guru, murid, dan sumber belajar tentang kemampuan
membaca atau melafalkan al-Qur‟an sesuai kaidah ilmu tajwid,
kemampuan memahami makna kata dalam al-Qur‟an, dan mengakaji ayat-
ayat al-Qur‟an.
Dalam penelitian ini pembelajaran al-Qur‟an yang dimaksud
adalah pembelajaran membaca atau melafalkan al-Qur‟an sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid.
12
Ibrahim Eldeeb, Be a Living Qur‟an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat Al-Qur‟an
dalam Kehidupan Sehari-hari, Terj. dari Masyru‟uk al-Khash ma‟a al-Qur‟an oleh Faruq Zaini,
(Jakarta: Lentera Hati, 2009), h.142. 13
Az-Zarnuji, Ta‟limul Muta‟allim Pentingnya Adab sebelum Ilmu, Terj. dari Ta‟limul
Muta‟allim fi Thariq At-Ta‟allum, oleh Abdurrahman Azzam, ( Solo, PT. Aqwam Media
Profetika, 2019), h.149
14
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Membaca al-Qur’an
Pembelajaran membaca al-Qur‟an lebih kepada keterampilan.
Pembiasaan peserta didik untuk mengulang memperbanyak pelatihan dan
pembiasaan. Pembelajaran membaca al-Qur‟an tidak sama seperti
pembelajaran yang lainnya, karena dalam pembelajaran membaca al-
Qur‟an peserta didik belajar huruf-huruf yang mereka tidak ketahui
maknanya yang apabila salah pelafalan atau penyebutan maka salah pula
arti suatu kata atau kalimat14
. Ruang lingkup pembelajaran membaca al-
Qur‟an adalah ilmu tajwid.
Ilmu tajwid adalah teori untuk membaca al-Qur‟an dengan baik dan
benar sehingga dapat terjaga atau terhindar dari kesalahan pengucapan
atau pelafalan al-Qur‟an dalam bahasa Arab. Allah berfirman :
“Dan (al-Qur‟an)ini adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (QS.
An-Nahl:103).
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah supaya dapat membaca
ayat-ayat al-Qur‟an secara benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang sesuai.
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah dan membaca al-
Qur‟an dengan ilmu tajwid adalah fardu „ain.15
Pokok pelajaran ilmu
tajwid meliputi:
a. Makharijul Huruf
Makharijul huruf menurut bahasa adalah makharij ( )
berasal dari kata kharaja yang berarti “keluar”. Asal kata tersebut
kemudian dijadikan bentuk isim makan (yang menunjukkan tempat)
14
Zakiyah Daradjat, Op.Cit, h.91 15
Abdul Hanan Sa‟id, Miftahut Tajwid, (Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011), h.2-3
15
sehinggamenjadi makhraj yang artinya “tempat keluar”. Sedangkan
makharij bentuk jamak dari makhraj.16
Maka yang dimaksud dengan Makharijul Huruf adalah tempat-
tempat keluarnya huruf. Huruf yang dimaksud adalah huruf-huruf
hijaiyah. Huruf hijaiyah berjumlah 29 dimulai dari alif ( ) dan diakhiri
huruf ya‟ ( ). Secara ringkas tempat keluarnya huruf atau makharijul
huruf terdapat di 5 tempat yaitu :
1) : Rongga Mulut
2) : Tenggorokan
3) : Lidah
4) : Dua Bibir
5) : Pangkal Hidung17
b. Shifat al-Huruf
Sifat menurut bahasa adalah sesuatu yang melekat pada sesuatu
yang lain. Maka dapat didefinisikan bahwa sifat-sifat huruf hijaiyah
selalu dikaitkan dengan makhrajnya. Sifat dan makhraj huruf saling
berkaitan, karena makhraj huruf tidak akan terlihat jika sifat hurufnya
tidak dikeluarkan dengan benar.
c. Hukum Nun Sukun atau Tanwin
Hukum nun sukun atau tanwin dibagi 5, yaitu:Idzhar Halqi,
Idģam bi Gunnah, Idģam bila Gunnah, Iqlab, Ikhfa Haqiqi.
16
Supriyadi Ahmad, dkk, Modul Praktikum Qira‟at al-Qur‟an,(Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2007), h.19 17
Abdul Hanan Sa‟id, Op.Cit, h.35
16
d. Gunnah (Hukum Nun dan Mim bertasydid)
Gunnah dalam arti bahasa berarti berdengung. Sedangkan
menurut istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan
mendengungkan suara yag keluar dari pangkal hidung. Hurufnya ada
dua yaitu nun bertasydid dan mim bertasydid.
e. Hukum Mim Sukun
Hukum Mim Sukun dibagi tiga, yaitu: Idzhar Syafawi, Idgham
Mitsli, dan Ikhfa Syafawi.
f. Macam-macam Idģam
Idģam adalah memasukan huruf pertama ke dalam huruf yang
kedua. Idģam dibagi menjadi tiga, yaitu: Idģam Mutamatsilain, Idģam
Mutaqaribain, Idģam Mutajanisain.
g. Hukum Lafadz Allah
Hukum Lafadz Allah dibagi dua, yaitu: dibaca Tafkhim (jika
didahului harakat fathah atau đamah), dan dibaca Tarqiq (jika
didahului harakat kasrah).
h. Qalqalah
Qalqalah adalah pantulan suara tambahan yang muncul ketika
mengucapkan huruf ( ). Qalqalah dibagi dua yaitu:
qalqalah suģra dan qalqalah kubra.
17
i. Idzhar Wajib
Idzhar wajib ialah nun sukun bertemu huruf ( ) atau ( ) dalam
satu kalimat. Di al-Qur‟an hanya ada empat, yaitu:
j. Hukum Ra
Hukum Ra dibagi dua, yaitu: tafkhim dan tarqiq. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1) Ra yang dibaca tafkhim:
Ra kasrah – Ra kasrah tanwin
Ra đamah – Ra đamah tanwin
Ra sukun didahului harakat fathah atau đamah
Ra sukun didahului hamzah waşal
Ra sukun didahului harakat kasrah bertemu huruf isti‟la‟
Ra hidup didahului huruf mati selain Ya yang sebelumnya ada
harakat fathah dibaca waqaf
2) Ra yang dibaca tarqiq:
Ra kasrah-Ra kasrah tanwin
Ra sukun didahului harakat kasrah
Ra hidup didahului Ya sukun dibaca waqaf
Ra hidup didahului huruf mati selain Ya yang sebelumnya ada
kasrah dibaca waqaf.
k. Hukum Lam Ta‟rif
Hukum Lam Ta‟rif dibagi dua, yaitu: IdzharQamariah dan
Idģam syamsiah, dengan penejelasan sebagai berikut:
18
1) Idzhar Qamariah ialah Al bertemu huruf Qamariah. Huruf
Qamariah jumlahnya ada empat belas, yaitu:
2) Idģam syamsiah ialah Al bertemu huruf Syamsiah. Huruf Syamsiah
jumlahnya ada empat belas, yaitu:
l. Macam-macam Mad (Mad Thabi‟Idan Mad Far‟i)
1) Mad Thabi‟i ialah fathah diikuti alif, kasrah diikuti Ya sukun,
đamah diikuti wawu sukun, panjangnya 2 harakat.
2) Mad Far‟i dibagi menjadi tiga belas, yaitu:
a) Mad wajid muttaşil
b) Mad jaiz munfaşil
c) Mad „aridl Lissukun
d) Mad „iwadl
e) Mad şilah
f) Mad badal
g) Mad tamkin
h) Mad lin
i) Mad lazim muśaqal kalimi
j) Mad lazim muśaqal harfi
k) Mad lazim mukhaffaf kalimi
l) Mad lazim mukhaffaf harfi
m) Mad farq
m. Al-Waqf (Berhenti)
Al-Waqf berasal dari bahasa Arab yang artinya berhenti. Dalam
konteks ilmu tajwid dalam pembelajaran al-Qur‟an yang dimaksud
19
dengan al-waqf adalah berhenti di akhir atau di tengah ayat al-Qur‟an
disertai nafas.
Ada 4 macam waqaf yang mungkin dapat dilakukan seseorang
dalam membaca al-Qur‟an, yakni:
1) Tâm (sempurna)
Maksudnya adalah berhenti pada ayat yang sudah sempurna
artinya. Ayat berikutnya tidak ada hubungannya dengan ayat
sebelumnya baik secara lafazh maupun makna.
2) Kâfi (Cukup)
Maksudnya berhenti pada ayat yang sudah sempurna artinya. Ayat
berikutnya tidak ada hubungan dari segi lafazh, akan tetapi masih
ada hubungan dari segi makna.
3) Hasan (Baik)
Maksudnya adalah berhenti pada ayat yang sudah sempurna, tetapi
lafazh maupun maknanya masih berhubungan dengan ayat
berikutnya.
4) Qabȋh (Buruk)
Maksudnya berhenti pada ayat yang belum sempurna artinya
sehingga ayat tersebut belum bisa dipahami atau bahkan berakibat
terhadap perubahan makna.18
3. Komponen Pembelajaran al-Qur’an
Berdasarkan pengertian pembelajaran al-Qur‟an di atas dapat kita
lihat bahwa pembelajaran memiliki komponen yang saling berhubungan
dan tidak dapat dipisahkan, begitupun dengan pembelajaran al-Qur‟an.
Berikut beberapa komponen pembelajaran al-Qur‟an:
a. Guru
Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 menjelaskan bahwa
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
18
Supriyadi Ahmad, dkk. Op.Cit, h.34-82
20
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.19
Abuddin Nata menjelaskan bahwa guru adalah seorang
pendidik, kata guru dalam bahasa Arab dapat disebut ustadz,
mudarris, mua‟llim, dan mu‟addib. Beliau pun menjelaskan apabila
kita mengikuti petunjuk al-Qur‟an maka dapat kita temukan informasi,
bahwa yang menjadi pendidik (guru) secara garis besarnya ada empat,
yaitu:
1) Allah Subhanahu wa Ta‟ala,sebagai Tuhan yang Maha Esa yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menciptakan alam
semesta dan memiliki pengetahuan yang sangat luas (al-„alim).
2) Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam, sebagai utusan
Allah (Rasulullah) yang diturunkan wahyu berupa al-Qur‟an dan
ditugaskan oleh Allah untuk berdakwah serta membina dan
menyempurnakan akhlak manusia.
3) Orang tua, sebagai pendidik dan pengajar utama bagi anak-
anaknya.
4) Orang lain, yang dimaksud orang lain di sini adalah guru yang
memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah.20
Selain empat hal di atas riwayat lain menyebutkan bahwa
malaikat Jibril adalah seorang guru. Hal tersebut dapat kita lihat dari
hadis riwayat Muslim yang menjelaskan tentang Iman, Islam, dan
Ihsan, serta tanda-tanda hari kiamat. Ketika itu Rasulullah sedang
duduk bersama para sahabat, kemudian datang seorang lelaki yang
berpakaian putih dan berambut hitam. Para sahabat tidak ada yang
mengetahui dari mana lelaki itu datang. Lelaki itu menanyakan
tentang Iman, Islam, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Setelah
menanyakan hal tersebut lelaki itu pergi, lalu Nabi menanyakan
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
2016, h.2, (sumberdaya.ristekdikti.go.id), diakses pada 22 Maret 2019 pukul 09.43 WIB. 20
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h.113-
119.
21
kepada sahabat siapa lelaki tersebut?sahabat tidak ada yang
mengetahui. Nabi pun memberitahu bahwa lelaki itu adalah Malaikat
Jibril yang datang untuk mengajarkan tentang agama. Hadis tersebut
berbunyi21
:
Dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005 dijelaskan ketika
seorang guru melaksanakan tugas keprofesionalan, guru memiliki
kewajiban sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran, melaksankan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
21
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), h. 47
22
3) Bertindak objektif dan tidak deskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik
dalam pembelajaran.
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.22
Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan, karena guru
memegang peranan penting dalam proses pembelajaran,di mana
proses pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Peran guru dalam pembelajaran meliputi banyak hal, di
antaranya sebagai berikut:
a) Guru sebagai sumber belajar.
b) Guru sebagai pengelola kelas dan pembelajaran
c) Guru sebagai fasilitator atau mediator
d) Guru sebagai pembimbing
e) Guru sebagai motivator
f) Guru sebagai demonstrator
g) Guru sebagai evaluator23
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam Undang-Undang
no. 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa guru memiliki kewajiban dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
mengevaluasi pembelajaran. Untuk itu Abdul Majid merincikan
komponen kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran. Berikut
rinciannya24
:
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
2016, h.10-11, (sumberdaya.ristekdikti.go.id), diakses pada 30 Maret 2019 pukul 06.01 WIB 23
Yudhi Munadi dan Farida Hamid, “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan,” Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h.3, tidak dipublikasikan. 24
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (
Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), H.7
23
Tabel 2.2: Komponen Pengelolaan Pembelajaran
Kompetensi Indikator
1. Menyusun rencana
pembelajaran
1. Mendeskripsikan tujuan
pembelajaran
2. Menentukan materi
3. Mengorganisir materi
4. Menentukan metode
pembelajaran
5. Menentukan sumber belajar
atau media belajar
6. Menyusun perangkat
penilaian
7. Menentukan teknik
penilaian
8. Mengalokasikan waktu
2. Pelaksanaan pembelajaran
1. Mampu membuka pelajaran
2. Mampu menyajikan materi
3. Mampu menggunakan
metode pembelajaran
4. Mampu menggunakan alat
peraga
5. Mampu menggunakan
bahasa yang komunikatif
6. Mampu memotivasi siswa
7. Mampu mengorganisasi
kegiatan
8. Mampu berinteraksi dengan
siswa
9. Mampu menyimpulkan
24
pembelajaran
10. Mampu melaksanakan
penilian
11. Mampu menggunakan
waktu
b. Murid
H.M. Arifin mengatakan bahwa murid adalah manusia yang
sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan
menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal yakni
fitrahnya.25
Dalam bahasa Arab peserta didik dikenal dengan istilah murid
dan tilmidz yang biasanya digunakan pada tingkatan SD (sekolah
dasar), sementara untuk tingkatan SMP, SMA, dan perguruan tinggi
menggunakan istilah thalib al-ilmi.26
Murid merupakan salah satu komponen pembelajaran, di
samping komponen lainnya seperti guru, tujuan, materi pelajaran, dan
komponen lainnya. Guru yang mampu memahami keberadaan murid
secara cermat berdasarkan tinjauan; psikologi, filsafat, budaya, adalah
guru yang efektif. Guru yang mampu mengenal murid akan lebih
mudah menyusun program pembelajaran. Setiap murid memiliki
karakteristiknya masing-masing dan guru dituntut untuk profesional
dalam menangani keberagaman seperti ini.27
Memahami keberagaman murid memberikan dampak yang
begitu besar pada keunikan bahan ajar dan sistem pembelajaran yang
dikembangkan dan diimplementasikan. Oleh karena itu, menganalisis
karakteristik umum peserta didik adalah langkah strategis dalam
25
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 109 26
Abuddin Nata,Op.Cit h.131-132 27
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), h. 159.
25
mendesain pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan
masing-masing murid.28
Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Abuddin Nata mencari
ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah. Maka dari itu, hendaknya seorang murid memperhatikan
beberapa hal berikut:
1) Memuliakan guru dan bersikap rendah hati
2) Merasa satu bangunan dengan murid yang lain, sehingga dapat
saling menyayangi dan saling tolong menolong.
3) Menjauhkan diri dari mempelajari suatu mazhab yang dapat
menimbulkan kekacauan pemikiran.
4) Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat saja,
melainkan berbagai ilmu dan berupaya bersungguh-sungguh
sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut.29
Murid adalah seseorang yang sedang mencari ilmu. Dikatan
dalam kitab Ta‟limul Muta‟llim bahwa seorang murid harus betah dan
sabar dalam mencari ilmu. Seorang murid juga harus menahan hawa
nafsunya dari hal-hal yang tidak penting bagi dirinya dalam mencari
ilmu. Di dalam kitab Ta‟limul Muta‟llim dituliskan perkataan Ali bin
Thalib mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang murid
dalam mencari ilmu, yaitu:
Kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam
perkara. Akan aku kabarkan kepadamu semuanya dengan jelas.
Kecerdasan, ketamakan, kesabaran, dan bekal (harta), arahan guru,
dan waktu yang panjang.
28
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan Dengan
Kurikulum 2013, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.Ke-2, h.123. 29
Abuddin Nata, Op.Cit, h.215.
26
Keridhoan seorang guru adalah hal penting yang harus di
dapatkan oleh seorang murid. Maka dari itu seorang murid hendaklah
mengormati gurunya, menjauhi kemarahannya, melaksanakan
perintahnya selama bukan perintah untuk melakukan kemaksiatan.
Beberapa cara menghormati guru diantaranya adalah; tidak
berjalan di depannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak
memotong pembicaran kecuali sudah mendapat izin darinya, serta
memperhatikan waktu. Maka dari itu seorang murid hendaklah
memperhatikan penjelasan guru, mematuhi segala ucapan dan aturan
yang diberikan agar ilmu yang di dapat bermanfaat. Imam Az-Zarnuji
mengatakan bahwa seorang murid tidak akan mendapatkan
kesuksesan dan tidak bermanfaat ilmunya, kecuali dengan
menghormati ilmu dan gurunya.30
c. Tujuan
Tujuan merupakan dasar untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran, dan menjadi landasan untuk menentukan materi,
strategi, media, dan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian prilaku
yang dilakukan siswa adalah prilaku dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Sama halnya dengan pembelajaran yang lainnya,
pembelajaran al-Qur‟an pun membutuhkan tujuan untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk memudahkan dalam menentukan perumusan tujuan
pembelajaran dapat dilakukan dengan memilah menjadi empat
komponen, yaitu ABCD, dengan penjelasan sebagi berikut:
1) A (Audience): Sasaran siapa saja yang belajar, dirumuskan secara
spesifik agar jelas untuk siapa tujuan belajar itu diarahkab.
Contohnya: Siswa SD kelas 6, siswa SMA semester 1, dan lain
sebagainya.
30
Az-Zarnuji, Ta‟limul Muta‟allim Pentingnya Adab sebelum Ilmu, Terj. dari Ta‟limul
Muta‟allim fi Thariq At-Ta‟allum, oleh Abdurrahman Azzam, ( Solo, PT. Aqwam Media
Profetika, 2019), h.61-69
27
2) B (Behaviour): Perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan siswa
setelah proses pembelajaran. Rumusan perilaku ini mencakup
kata kerja aktif yang memerlukan objek. Contohnya:
Menyebutkan nama-nama malaikat.
3) C (Condition): Keadaan yang harus dipenuhi oleh siswa.
Contohnya: Tanpa membaca kamus, dengan benar, dan lain
sebaginya.
4) D (Degree): batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang
harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan.
Contohnya: Paling sedikit tiga buah, minimal 80% , dan lain
sebagainya.31
Setiap tujuan hendaknya memberi manfaat, keuntungan, dan
nilai-nilai-nilai dari apa yang dilakukan. Tujuan pendidikan juga harus
memiliki nilai-nilai yang sangat penting. Nilai-nilai tujuan dalam
pendidikan di antaranya:
a) Mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dalam proses
pembelajaran.
b) Memberikan motivasi kepada guru dan siswa.
c) Memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka
memilih dan menentukan Thariqah pembelajaran.
d) Memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan
digunakan.
e) Menentukan alat-alat teknik penilaian terhadap hasil belajar
siswa.32
d. Materi
Materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum,
yaitu berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik atau sub
topik dan rinciannya. Secara umum isi kurikulum itu dapat dibagi
31
Cepi Riyana, Modul 6 Komponen-Komponen Pembelajaran, 2012, h.9-10,
(http://file.upi.edu), diakses pada 23 Maret 2019 pukul 20.31 WIB. 32
Ramayulis, Op.Cit. h.121-122
28
menjadi tiga unsur utama, yaitu logika, etika, dan estetika. Namun jika
membaginya berdasarkan taksonomi Bloom, bahan pembelajaran itu
berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik.33
Materi atau bahan ajar menurut Abdul Majid dalam bukunya
adalah bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebuah bahan ajar paling tidak
mencakup antara lain34
:
1) Petunjuk belajar
2) Kompetensi yang akan dicapai
3) Informasi pendukung
4) Latihan-latihan
5) Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja (LK)
6) Evaluasi
Adapun materi atau bahan ajar dalam pembelajaran al-Qur‟an
adalah sebagai berikut:
1) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai
dengan Ya.
2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat
huruf yang dibicarakan dalam ilmu Makharij al- Huruf.
3) Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda
panjang (maad), tanwin, dan sebagainya.
4) Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf
mutlak, waqaf jawaz, dan sebagainya.
5) Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan
bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu
Nagham.
6) Adabut Tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-
Qur‟an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.35
33
Cepi Riyana, Ibid, h.13 34
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.ke-3, h.173-174. 35
Zakiah Daradjat, Loc.Cit
29
e. Metode Pembelajaran
Dalam bahasa Arab metode disebut Thariqoh yang memiliki arti
langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah
diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan
sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima materi ajar
dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.36
Metode Pengajaran atau pendidikan adalah suatu cara yang
digunakan pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran,
keterampilan, atau sikap tertentu agar pembelajaran berlangsung
efektif, dan tujuannya tercapai dengan baik.
Dalam pemilihan metode harus memperhatikan tujuan
pembelajaran, serta kebutuhan dan usia siswa.37
Kedua hal itu perlu
diperhatikan karena tidak semua metode cocok digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
f. Media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab,
media adalah perantara ( ) atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan.38
Menurut Oemar Hamalik media pendidikan adalah suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan di sekolah, karena itu
menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru
profesional. Bidang ini memiliki fungsi yang sangat luas dan memiliki
nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah.39
36
Ramayulis, Op.Cit, h.264 37
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, Praktik, (Jakarta: Kencana,
2015), h.142-143 38
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.3 39
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h.1
30
Sementara menurut Ramayulis media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat menumbuhkan perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untk mencapai
tujuan.40
Menurut Abu Bakar Muhammad yang dikutip oleh Ramayulis
dalam bukunya menjelaskan bahwa ada beberapa kegunaan media
pembelajaran, di antaranya:
1) Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi
pelajaran yang sulit.
2) Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran
lebih hidup dan menarik.
3) Menggerakan anak untuk bekerja dan naluri kecintaan belajar.
4) Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat,
memperhatikan, dan memikirkan suatu pelajaran.
5) Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan), mempertajam indera,
melatih, dan memperhalus perasaan dan cepat belajar.41
Media dikatakan baik apabila bersifat komunikatif, efektif, dan
efisien. Komunikatif artinya media tersebut mudah dipahamioleh
siswa. Efektif artinya berguna dalam penyampaian pesan atau
penyampain materi kepada siswa pada saat pembelajaran. sedangkan
efisien maksudnya adalah berguna dari sisi penggunaannya, waktu,
dan tempat pemakaiannya. Media itu harus jelas, untuk itu guru
dituntut untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
pembelajaran termasuk media pembelajaran.42
Dalam pembelajaran al-Qur‟an juga tentu dibutuhkan media
pembelajaran. Media pembelajaran yang dibutuhkan dalam
40
Ramayulis, Op.Cit, h.213 41
Ramayulis, Ibid, h.225 42
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
h.206
31
pembelajaran al-Qur‟an dapat berupa alat peraga, media audio,
maupun media visual.
g. Evaluasi
Evaluasi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah imtihan yang
berarti ujian atau khattaman yang berarti cara menilai hasil akhir dari
sebuah proses.43
Menurut Muhibbin Syah evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut44
:
1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya.
3) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar.
4) Untuk mengetahui usaha peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan kecerdasan yang dimilikinya untuk belajar.
5) Untuk mengetahui efektivitas dan keberhasilan metode mengajar
yang telah digunakan dalam proses pembelajaran.
Evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk mengukur
tingkat keberhasilan peserta didik. Dalam Islam evaluasi pembelajaran
sangat diperhatikan. Dapat kita pahami dari ayat al-Qur‟an berikut45
:
43
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010),
h.307 44
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet.
Ke-15, h. 139-140. 45
Abuddin Nata, Op.Cit, h.309.
32
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu Allah
berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika
kamu memang orang-orang yang benar”. Mereka menjawab:
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami”. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah:
31-32).46
Evaluasi dalam proses pembelajaran biasanya terdapat dalam
kegiatan penutup pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah
komponen penting dalam pembelajaran, karena dilakukannya evaluasi
adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pemaham siswa
terhadap materi yang diajarkan. Berikut bentuk-bentuk evaluasi47
:
a) Melakukan tanya jawab
b) Meminta siswa menunjukkan hasil belajarnya
c) Meminta salah seorang siswa untuk mengaplikasikan hasil
belajarnya.
Pada pembelajaran al-Qur‟an dapat pula melakukan evaluasi
seperti di atas.
4. Keutamaan Membaca al-Qur’an
Membaca al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang utama, yang
mempunyai berbagai macam keutamaan dibanding dengan membaca
bacaan yang lainnya. Banyak sekali keistimewaan bagi orang yang
menyibukkan dirinya dengan al-Qur‟an. Berikut beberapa keutamaan
dalam membaca al-Qur‟an48
:
a. Menjadi manusia terbaik
Orang yang membaca al-Qur‟an adalah manusia yang terbaik dan
manusia yang paling utama. Tidak ada manusia yang terbaik selain
dia yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur‟an.
46
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h.6 47
Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017, h.75 48
Abdul Majid Khon, Opcit, h.55-59
33
Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Qur‟an dan
mengajarakannya (HR. Bukhori).
b. Mendapat kenikmatan tersendiri
Membaca al-Qur‟an adalah kenikmatan yang sangat luar biasa.
Tidak akan bosan sepanjang malamdan siang.
c. Derajat yang Tinggi
Seorang mukmin yang belajar al-Qur‟an dan mengamalkannya
adalah mukmin sejati bahagia lahir dan bati. Orang tersebut akan
mendapat derajat yang tinggi baik di sisi Allah maupun di sisi
manusia.
d. Bersama para Malaikat
Orang yang membaca al-Qur‟an dengan fasih dan
mengamalkannya akan bersama para malaikat yang mulia
derajatnya. Seperti Hadis Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa
Sallam:
Orang yang mahir membaca al-Qur‟an kedudukannya bersama para
malaikat yang suci dan taat, sedang orang yang susah bacannya dan
berat lisannya mendapat dua pahala (HR. Muslim).
Orang yang mebaca al-Qur‟an dengan tajwid sederajat dengan
para malaikat. Artinya orang tersebut dekat dengan Allah seperti
malaikat.
e. Syafa‟at al-Qur‟an
Al-Qur‟an memberikan syafa‟at bagi para pembacanya dengan
benar dan baik serta memperhatikan adab-adabnya. Selain itu
memahami, merenungkan, dan mempelajari makna-maknanya. Al-
Qur‟an akan memberi syafa‟at (pertolongan) bagi para pembacanya
34
di akhirat nanti. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah dari
Rasulullah Shallallah „Alayhi wa Sallam bersabda:
Bacalah al-Qur‟an maka sesungguhnya ia akan datang besok hari
kiamat memberi syafa‟at bagi yang membacanya. (HR. Muslim).
5. Adab Membaca Al-Qur’an
Banyak adab membaca al-Qur‟an yang disebutkan oleh para ulama
di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Berguru secara musyâfahah. Seorang murid berguru dengan
seseorang yang ahli dalam bidang al-Qur‟an secara langsung. Hal ini
dilakukan karena guru dan murid melihat secara langsung gerakan
bibir masing-masing pada saat membaca al-Qur‟an. Demikin Nabi
belajar dengan malaikat Jibril secara musyâfahah pada setiap turun
ayat. Dalam al-Qur‟an Allah berfirman:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur‟an
karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas
tanggugan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaanya itu. sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah penjelasannya. (Qs. al-Qiyamah: 16-19)49
b. Niat membaca dengan ikhlas. Seseorang yang membaca al-Qur‟an
hendaknya berniat yang baik, yaitu beribadah kepada Allah untuk
mencari Ridha Allah.
49
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h.577
35
c. Dalam keadaan bersuci, yaitu bersuci dari hadas kecil maupun hadas
besar, dan dari segala macam bentuk najis. Allah berfirman dalam
al-Qur‟an:
Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS. al-Wâqi‟ah: 79-80)50
.
d. Tempat yang pantas dan suci.
e. Menghadap kiblat dan berpakaian sopan.
f. Bersiwak (Gosok gigi). Sebelum membaca al-Qur‟an dianjurkan
bersiwak atau gosok gigi terlebih dahulu, agar harum bau mulutnya
dan bersih dari sisa makanan.
g. Membaca ta‟awwudz. Disunahkan untuk membaca ta‟awwudz
sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an:
Apabila kamu membaca al-Qur‟an hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS. An-Nahl:
98)51
h. Membaca al-Qur‟an dengan tartil. Artinya mebaca al-Qur‟an dengan
perlahan-lahan, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai kaidah
ilmu Tajwid. Dalam al-Qur‟an Allah berfirman:
atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan
perlahan-lahan. (QS. al-Muzammil : 4)52
50
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h.537
51
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h.278
36
i. Merenungkan makna al-Qur‟an
j. Khusyû‟ dan khudû‟. Maksudnya adalah merendahkan hati dan
seluruh anggota tubuh kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
k. Memperindah suara
l. Menyaringkan suara
m. Tidak dipotong dengan pembicaraan lain.53
6. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca al-Qur’an
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi seseorang mampu
membaca al-Qur‟an dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang seperti rohani
dan jasmaninya.
1) Faktor fisiologis atau kondisi umum jasmani seseorang.
Seseorang yang memiliki keterbatasan jasmani lebih lambat
dibanding dengan seseorang yang memiliki kesempurnaan
jasmani. Namun tidak menutup kemungkinan seseorang yang
tidak sempurna jasmaninya memiliki kemampuan membaca al-
Qur‟an yang sama dengan seseorang yang memiliki
kesempurnaan jasmani.
2) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis dapat berupa minat siswa, bakat siswa,
motivasi siswa, sikap siswa, dan tingkat kecerdasan yang dimiliki
oleh siswa.
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan sosial
52
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h. 574. 53
Abdul Majid Khon, Op.Cit, h.35-45
37
Lingkungan sosial yang dimaksud adalah teman, guru, orang tua,
masyarakat yang dapat mempengaruhi semangat seseorang untuk
belajar. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
adalah guru dan orang tua.
2) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan nonsial dapat berupa rumah, sekolah, kelas, masjid,
dan lain sebagainya. Sebagai contoh ruang kelas yang panas
dapat membuat seseorang tidak dapat belajar dengan nyaman.54
B. Metode Pembelajaran al-Qur’an
Metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang ditempuh oleh
seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Dengan
menggunakan metode pembelajaran maka seorang guru dapat dengan mudah
menyampikan materi pembelajaran kepada murid untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan.
1. Syarat-Syarat Metode yang Baik
Menurut Lukmanul Hakiim metode pembelajaran yang baik adalah
metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai
dengan materi pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk
memahami pelajaran, serta dapat membagi alokasi waktu pembelajaran
dengan pembagian sebagai berikut55
:
a. 5-10% untuk kegiatan pendahuluan
b. 70-80% untuk kegiatan inti
c. 10-15% untuk kegiatan penutup
Dalam kitab Ta‟limul Muta‟allim dijelaskan bahwa cara belajar
yang baik adalah dengan melakukan pengulangan. Seorang murid dalam
belajar hendaknya memahami kemudian mengulang pelajaran tersebut.
54
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h.129-135 55
Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
h.170
38
Sebaiknya seorang murid melakukan pengulangan dengan metode
pengulangan sebagai berikut56
:
a. Pelajaran kemarin diulang 5 kali
b. Pelajaran dua hari yang lalu diulang 4 kali
c. Pelajaran sebelumnya diulang 3 kali
d. Pelajaran sebelumnya diulang 2 kali
e. Pelajaran sebelumnya diulangi 1 kali.
Sementara dalam buku Psikologi Pendidikan dalam Prespektif
Islam dijelaskan bagaimana metode pembelajaran menurut al-Qur‟an.
Berikut penjelasannya57
:
a. Pembiasaan
Pada masa awal perkembangan seperti anak-anak maka metode
pembelajaran yang paling tepat digunakan adalah metode pembiasaan.
Dalam hal ini seorang pendidik baik itu guru atau orang tua dapat
memberikan perintah, akhlak, etika, yang konsisten sehingga dapat
diikuti oleh anak dengan pengulangan, sehingga anak terbiasa
melakukan apa yang diajarkan.
Contoh pengulangan terbanyak di dalam al-Qur‟an terdapat di QS.
Ar-Rahman yang berbunyi “Fabi ayyi ala irobbikuma tukazibaan”.
Ayat ini bermaksud mengajarkan kita untuk bersyukur, mengingat
nikmat Allah untuk dilakukan berulang kali.
b. Bimbingan
Bimbingan adalah proses pematangan materi yang diberikan
melalui pembiasaan. Bimbingan berbeda dengan pembiasaan,
perbedaannya lebih ditekankan pada proses dan intensitas pemberian
materi. Pada pengulangan pemberian materi bisa di mana saja dan
kapan saja, namun pada bimbingan membutuhkan arahan yang
intensif yang dilakukan terhadap pembiasaan.
56
Az-Zarnuji, Op.Cit, h.118 57
Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), h.89-91
39
Seperti kisah lukmanul hakim yang membimbing anaknya supaya
menjadi anak yang sholeh yang memiliki budi pekerti dan berakhlakul
karimah.
c. Teladan
Pada fase ini seorang guru dituntut menjadi contoh untuk
muridnya. Suatu cara bagi seorang guru untuk mengaplikasikan
ilmunya supaya tidak hanya menjadi goresaan tinta tetapi juga dapat
dicontoh oleh murid. seperti halnya Rasulullah yang menjadi suri
tauladan bagi sahabatnya bahkan untuk umat Muslim sepanjang masa.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran al-Qur’an
Di Indonesia metode pembelajaran al-Qur‟an sudah mulai
berkembang. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat untuk belajar
membaca al-Qur‟an semakin meningkat. Tugas guru saat ini adalah
memilih metode yang tepat agar peserta didik dapat belajar membaca al-
Qur‟an dengan mudah. Berikut beberapa metode pembelajaran:
a. Metode al-Baghdadi
Metode al-Bahgdadi berasal dari Iraq, tepatnya kota Baghdad,
maka metode ini disebut metode al-Baghdadi. Metode ini dikenal
dengan metode “alif, ba,ta” atau metode “eja”. Tidak diketahui siapa
pendirinya, namun metode ini sudah berkembang di tanah air kurang
lebih selama satu abad. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun
privat.
Dalam metode ini terdapat beberapa tahapan pembelajaran yang
telah ditentukan agar peserta didik dapat membaca al-Qur‟an dengan
baik dan benar. Tahapan yang harus dilalui adalah sebagai berikut:
1) Tahap pengenalan huruf hijaiyah
2) Tahap pengenalan huruf dengan harakat
3) Tahap pengenalan huruf sambung
40
4) Tahap pengenalan juz „amma.58
b. Metode al-Barqy
Metode al Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca al
Qur‟an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhajir Sulton pada tahun 1965.
Muhajir membukukan metode ini pada tahun 1978, dengan judul “Cara
Cepat Mempelajari Bacaan al Qur‟an al Barqy”.59
Metode ini dikenal dengan metode “Anti Lupa”. Metode al-Barqy
menyesuaikan dengan bahasa yang sesuai dengan pelafalan tingkat
anak-anak karena lebih menekankan kepada pendekatan gestald
psychology yang bersifat Struktural Analitik Sintetik (SAS) yang lebih
menekankan bagaimana menggunakan struktur kata atau kalimat yang
tidak mengikuti bunyi mati (sukun), contohnya: a-da-ra-ja, ma-ha-ka-
ya, ka-ta-wa-na, sa-mala-ba. Metode al-Barqy berusaha menggunakan
metode yang dikhususkan kepada anak-anak agar tidak berasa asing
dengan bahasa yang sesuai dengan perkembangan mereka.
Adapun fase yang harus dilalui dalam metode al-Barqy adalah
sebagai berikut:
1) Fase analitik, yaitu guru memberikan contoh bacaan yang berupa
kata-kata lembaga dan santri mengikutinya sampai hafal,
dilanjutkan dengan pemenggalan kata lembaga dan terakhir
evaluasi yaitu dengan cara guru menunjukkan huruf secara acak
dan santri membacanya.
2) Fase sintetik. Pada fase ini satu huruf (suku) digabung dengan
huruf yang lain, hingga terbentuk suatu bacaan.
3) Fase penulisan, yaitu santri menebali tulisan yang berupa titik-titik.
58
Yuanda Kusuma, “Model-Model Perkembangan Pembelajaran BTQ di TPQ/TPA di
Indonesia”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.5, 2018, h.48 (http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/jpai/). Diakses tanggal 25 Juni 2019 pukul 11.00. 59
Abdul Gafur, Kajian Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an dalam Perspektif
Multiple Intelligences, Jurnal Madrasah, Vol.5, 2012, h.36, (). Diakses tanggal 25 Juni 2019 pukul
11.15.
41
4) Fase pengenalan bunyi a-i-u, yaitu pengenalan pada tanda baca
fathah, kasroh dan dhommah.
5) Fase pemindahan, yaitu pengenalan terhadap bacaan atau bunyi
arab yang sulit, maka didekatkan pada bunyi-bunyi Indonesia yang
berdekatan
6) Fase pengenalam mad, yaitu mengenalkan santri pada
bacaanbacaan panjang.
7) Fase penganalan tanda sukun, yaitu mengenalkan bacaan-bacaan
yang bersukun.
8) Fase pegenalan tanda syaddah yaitu mengenalkan bacaan-bacaan
yang bersyaddah (bunyi dobel)
9) Fase pengenalan huruf asli yaitu mengenalkan huruf asli (tanpa
harokat)
10) Fase pengenalan pada huruf yang tidak dibaca, yaitu mengenalkan
santri huruf yang tidak terdapat tanda saksi (harokat) atau tidak
dibaca, Fase pengenalan huruf yang musykil, yaitu mengenalkan
huruf yang biasa dijumpai di al-Qur‟an.
11) Fase pengenalan menyambung, yaitu mengenalkan santri pada
huruf-huruf yang disambung diawal, ditengah dan di akhir.
12) Fase pengenalan tanda waqof, yaitu mengenalkan pada tanda-tanda
baca seperti yang sering ditemui di al-Qur'an.60
c. Metode Jibril
Metode Jibril adalah metode menirukan, maksudnya adalah santri
menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat
teacher-centris, posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat
informasi dalam proses pembelajaran.
Adapun kelebihan dari metode jibril adalah sebagai berikut:
1) Metode jibril bersifat fleksibel, kondisional dan mudah diterapkan
oleh guru.
60
Yuanda Kusuma, Op.Cit, h.49
42
2) Menekankan sifat pro-aktif pada santri
3) Dapat diterapkan oleh semua kalangan, baik anak-anak, remaja,
maupun orang dewasa.
Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut:
1) Guru tidak memiliki syahadah
2) Guru kurang memahami peserta didiknya terutama dalam ilmu
jiwa anak sehingga pelajaran terasa membosankan.
3) Waktu belajar sangat singkat.
4) Santri tidak diuji sebelum mengikuti pembelajaran qira‟ah sab‟ah
atau tidak ada penyaringan yang ketat sehingga kemampuan para
santri dalam satu kelas tidak sama.61
d. Metode Qiraati
Metode Qira‟ati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada
tahun 1963. Penyusunan metode Qira‟ati ini membutuhkan penelitian,
pengamatan, dan uji coba selama bertahun-tahun sehingga metode
Qira‟ati ini mempunyai gerak yang dinamis sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan sehingga anak dapat membaca al-Qur‟an dengan
mudah.
Target yng harus dicapai santri dengan menggunakan metode
Qira‟ati adalah mampu membaca al-Qur‟an dengan bacaan tartil sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid dalam batas waktu kurang lebih 2 tahun.
Prinsip yang ditekankan dalam metode ini adalah “Lancar, Cepat,
dan Benar”. Setiap kenaikan jilid dilakukan oleh koordinator TPQ atau
sekolah bukan oleh wali kelas. Dalam proses pembelajaran metode
Qira‟ati menggunakan alat peraga untuk mempermudah pembelajaran.
Selain itu metode Qira‟ati menstandarisasi guru dengan syahadah.
Bagi guruyang ingin mengajar Qira‟ati maka ia harus memiliki
syahadah.
61
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Qur‟an di SD
Islam Terpadu A-Ridho Palembang, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.2, Iss 2, Pp 179-197,
2017, (e-resources.perpusnas.go.id). Diakses pada 28 Juni 2019 pukul 23.03.
43
Untuk mempermudah proses pembelajaran maka metode Qira‟ati
membuat pedoaman pengujian evaluasi belajar tahap akhir pengajaran
al-Qur‟an (EBTAQ), menyusun silabus pembelajaran untuk berbagai
jenjang dan kelas, serta menentukan standar penilaian Qira‟ati.
Adapun jenis pembelajaran yang diterapkan oleh metode Qira‟ati
adalah sebagai berikut:
1) Klasikal Individual:
a) Diterapkan untuk anak-anak mulai usia Pra-TK
b) Pengelompokan kelas berdasarkan jilid Qira‟ati yang sama
c) 1 kelas terdiri dari 10-15 siswa
d) 10-15 menit pertama diterapkan model klasikal, selanjutnya
individual.
e) Klasikal baca simak.62
e. Metode Tilawati
Metode Tilawati dibentuk oleh para aktivis yang berkecimpung
dalam TPA/TPQ. Mereka terdorong untuk merancang metode
pembelajaran al-Quran yang mudah dipelajari. Mereka adalah Drs.
Hasan Sadzili, Drs. HM. Thohir Al-Aly, M.Ag, KH. Mansur Masyhud,
dan Drs. H. Ali Muaffa.63
Metode tilawati merupakan metode belajar membaca al-Qur‟an
yang disampaikan secara seimbang antara pembiasaan yang dilakukan
melalui pendekatan klasikal dan kebenaran membaca melalui
pendekatan individual dengan teknik baca simak. Untuk memperoleh
hasil yang maksimal maka ditetapkanlah target pembelajaran sebagai
berikut:
62
Lembaga Qira‟ati Pusat, Metode Pembelajaran Qira‟ati, t.t, (www.qira‟atipusat.or.id).
Diakses tanggal 30 Juni 2019 pukul 11.33 WIB. 63
Subhan Adi Santoso, Implementasi Metode Iqra‟ dan Metode Tilawati dalam
Pembelajaran al-Qur‟an di Madrasah Diniyah al-Falah odung Bangkalan, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol.4, 2018, (ejournal.kopertais4.or.id). Diakses pada 30 Juni 2019.
44
1) Target Kualitas
a) Tartil membaca al-Qur‟an. Stelah menyelesaikan seluruh paket
pembelajaran santri diharapkan mampu membaca al-Qur‟an
secara tartil dan menguasai lagu rost tiga nada.
b) Khatam al-Qur‟an 30 juz. Santri dinyatakan selesai jika sudah
khatam al-Qur‟an 30 juz dengan tadarus dan lulus munaqasyah.
c) Memiliki pengetahuan dasar-dasar agama, ketuntasan belajar
siswa dilengkapi dengan pengetahuan agama di antaranya:
hafal surat pendek, hafal bacaan shalat, hafal ayat-ayat pilihan,
hafal do‟a-do‟a harian, memahami pelajaran fiqh, sejarah,
akhlak, dan lain sebagainya.
2) Target Waktu
Waktu yang ditempuh untuk menuntaskan materi adalah tiga tahun,
dibagi dalam dua jenjang, yaitu:
a) Dasar (Tilawati Jilid 1-jilid 5). Jenjang ini diselesaikan dalam
waktu 15 bulan dengan ketentuan: 5 kali tatap muka dan dalam
satu kelas maksimal 15 siswa.
b) Lanjutan (Tadarrus al-Qur‟an 30 juz). Jenjang ini diselesaikan
dalam waktu 18 bulan dengan ketentuan: 5 kali tatap muka dalam
satu minggu, 75 menit setiap tatap muka dan dalam satu kelas
maksimal 15 siswa.
3) Prinsip pembelajaran metode Tilawati
a) Diajarkan secara praktis
b) Menggunakan lagu rost
c) Diajarkan secara klasikal menggunkaan peraga
d) Diajarkan secara individual dengan teknik baca simak
menggunakan buku.
4) Media dan Sarana Belajar
Media dan sarana yang digunakan adalah buku pegangan santri seperti
buku tilawati, buku kitabati, buku materi hafalan, buku pendidikan
akhlak dan aqidah Islam. Perlengkapan yang digunkaan adalah alat
45
peraga tilawati, buku prestasi, dan lembar program realisasi
pengajaran. Sementara untuk mendukung suasan pembelajaran yang
kondusif, santri membentuk huruf “U” dan guru berda di depan santri.
5) Proses Pembelajaran
Metode Tilawati menggunakan dua pendekatan, yaitu:
a) Pendekatan klasikal: proses pembelajaran secara bersama-sama
dengan menggunakan alat peraga.
b) Pendekatan individual dengan teknik baca simak: pembelajaran
yang dilakukan dengan cara membaca bergiliran sedangkan yang
lainnya menyimak.
6) Evaluasi atau Munaqasyah
Macam-macam evaluasi yang dilaksanakan dalam metode Tilawati
diantarany adalah:
a) Pre test
b) Harian
c) Kenaikan Jilid.64
f. Metode Iqra‟
Metode Iqra‟ disusun oleh KH. As‟ad Humam sekitar tahun 1983-
1988. Metode Iqra‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Pada praktiknya metode
Iqra‟ tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena
ditekankan untuk membaca al-Qur‟an dengan fasih tanpa jeda.
Dalam proses pembelajaran metode Iqra‟ menggunakan buku.
Buku metode Iqra‟ terdiri dari 6 jilid. Ada 10 macam sifat buku Iqra‟
yaitu bacaan langsung, CBSA, Privat, modul, asistensi, praktis,
sistematis, variatif, komunikatif, dan fleksibel. Buku Iqra‟ disusun
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
64
Abdurrohim Hasan, M.Arif, Abdur Rouf, Strategi Pembelajaran al-Qur‟an Metode
Tilawati, (Surabaya: Pesantren AlQur‟an Nurul Falah PTT VB, 2010), H.10-24.
46
1) Aţ-Ţariqah Aş-Şautiyah, yaitu pengajaran metode Iqra‟ tidak
dimulai dengan pengenalan huruf, tetapi langsung diajarkan bunyi
suaranya.
2) Aţ-Ţariqah bi at-Tadarruj, yaitu pengajaran metode Iqra‟
dilakukan sesuai dengan tahapannya.
3) Aţ-Ţariqah biriyᾱđah al-Aţfᾱl, yaitu prinsip metode Iqra‟ yang
mengutamakan belajar daripada mengajar.
4) At-Tawassu‟ fil-Maqaᾱşid Lᾱ fil-Ᾱlᾱt, yaitu pemebelajaran
berorientasi pada tujuan bukan pada alat. Artinya, metode Iqra‟
memiliki tujuan mengantarkan anak untuk bisa membaca al-Qur‟an
walaupun belum mengetahui hukum tajwid.
5) Aţ-Ţariqah bimurᾱ‟atil-Isti‟dᾱdi waţ-Ţabi‟, yaitu dalam
pembelajaran harus memperhatikan kesiapan, kematangan,
potensi-potensi, dan tabi‟at peserta didik.65
Adapun sistem pengajaran umum metode Iqra‟ adalah sebagai
berikut:
1) Tahap pertama didahului dengan melakukan penjajakan untuk
mengetahui batas kemampuan murid.
2) Pembelajaran Iqro‟ yang bersifat private. Setiap peserta didik
disimak bacaannya satu persatu secara bergiliran, kemudian peserta
didik dapat membaca atau menulis bacaannya sendiri. Jika klasikal,
peserta didik kemudian dikelompokkan menurut persamaan
jilidnya, kemudian mereka belajar bersama-sama dibimbing oleh
seorang guru
3) Pembelajaran dengan menggunakan metode CBSA (cara belajar
siswa aktif). Guru menyebutkan pokok-pokok materi pelajaran dan
tidak untuk mengenalkan istilah-istilah, kemudian peserta didik
membaca sendiri latihan-latihan yang telah ditunjukkan oleh guru.
65
Mangun Budiyanto, Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra‟, (Yogyakarta: Team
Tadarus AMM, 1995), h. 15-20
47
Apabila peserta didik keliru ketika membaca huruf, guru
memberikan teguran dengan isyarat
4) Pembelajaran dengan metode asistensi. Asistensi yang dimaksud
adalah metode untuk mengatasi kekurangan guru dengan
memberikan tugas dan kepercayaan kepada peserta didik yang
lebih tinggi pengusaaan atau menurut tingkatan jilid untuk
membantu dalamproses menyimak peserta didik lain yang lebih
rendah penguasaan atau jilidnya disertai catatan hasil pembelajaran
pada kartu prestasi murid
5) Untuk kenaikan jilid, perlu ditentukan seorang guru penguji
Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) kemudian dilakukan
pencatatan pada Blanko Kenaikan Jilid. Untuk kenaikan jilid,
ditentukan penguji khusus yang berbeda dengan guru/asisten untuk
kenaikan antar halaman
6) Untuk peserta didik yang mempunyai kecepatan dalam penguasaan
bacaan dibolehkan akselerasi antar halaman dengan catatan harus
lulus EBTA 2.66
g. Metode Usmani
Metode Usmani ini sebenarnya adalah metode dari ulama‟ salaf
yang telah hilang, dikarenakan ada beberapa percobaan metode-
metode baru yang belum pernah ada, yang mungkin bisa lebih mudah
dan cepat dalam belajar membaca Al-Qur‟an. Tetapi pada
kenyataannya, banyak bacaan-bacaan Al-Qur‟an yang masih
menyalahi dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.
Dalam pembelajaran metode Usmani dilakukan dengan beberapa
tahapan pembelajaran, yaitu:
1) Pembukaan: salam, hadrah al-fatihah, dan do‟a sebelum belajar.
2) Apersepsi: usaha agar santri mau belajar, dan mengulang pelajaran
sebelumnya.
66
Yuanda Kusuma, Op.Cit, h.51-52
48
3) Penanaman konsep: menerangkan atau menjelaskan materi
pelajaran baru dan memberi contoh, serta mengusahakan agar
murid memahami materi pelajaran.
4) Pemahaman: latihan secara bersama-sama ataupun kelompok
5) Keterampilan
6) Penutup: pesan moral pada murid, Do‟a, penutup, salam.
Pembelajaran metode Usmani memiliki dua prinsip, yaitu
prinsip dasar bagi para guru dan prinsip dasar bagi murid. Berikut
prisip dasar metode Usmani:
a. Prinsip dasar bagi guru:
1) Dak-Tun (Tidak boleh membantu). Dalam mengajar metode
Usmani, guru tidak diperbolehkan menuntun namun hanya
sebagai pembimbing.
2) Ti-Was-Gas (Teliti, Waspada, dan Tegas). Dalam mengajarkan
ilmu baca al-Qur‟an sangat dibutuhkan ketelitian seorang guru
sebab akan berpengaruh atas kefasihan dan kebenaran murid
dalam membaca al-Qur‟an.
b. Prinsip dasar bagi murid:
1) CBSA+M (Cara Belajar Siswa Aktif dan Mandiri). Dalam
belajar membaca al-Qur‟an murid dituntut untuk aktif dan
mandiri, sedangkan guru hanya membing dan memberikan
motivasi.
2) LSB (Lancar, Benar, dan Sempurna).
Adapun tekhnik pembelajaran metode Usmani ada dua yaitu
Individual dan klasikal. Berikut penjelasannya:
a. Individual atau sorogan, yaitu mengajar dengan cara satu persatu
sesuai dengan pelajaran yang dipelajari atau dikuasai murid.
sedangkan murid yang menunggu giliran atau sudah mendapat
giliran diberi tugas. Strategi ini diterapkan apabila buku usmani
masing-masing murid berbeda.
49
b. Klasikal, yaitu mengajar dengan cara memberikan materi pelajaran
secara bersama-sama kepada sejumlah murid dalam satu kelas.67
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam suatu penelitian, diperlukan hasil-hasil penelitian yang relevan
untuk mendukung serta memperkuaut pentingnya penelitian ini dilakukan.
Penulis telah menelaah beberapa kajian atau hasil penelitian yang terkait
dengan judul “Implementasi Metode Ummi dalam Pembelajaran al-Qur‟an di
SDIT Darajatul Ulum”, yaitu sebagai berikut:
1. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.XIV, No.2, DOI :
10.14421/jpai.2017.142-07, Desember 2017 yang ditulis oleh Sigit
Purwaka (Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi PGMI
Kosentrasi PAI) dan Sukiman (Program Magister Pendidikan Islam FITK
UIN Sunan Kalijaga) dengan judul “Efektivitas Pembelajaran al-Qur‟an
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Yogyakarta II dan Sekolah Dasar Islam
Terpadu Al-Khairaat Yogyakarta (Studi Komparasi Metode Iqra‟ dan
Metode Ummi). Penelitian ini membahas tentang perbandingan efektivitas
pembelajaran al-Qur‟an menggunakan metode Iqra‟ di MIN Yogyakarta II
dan metode Ummi di SDIT Al-Khairaat Yogyakarta.
2. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI), Vol. 3, No.1, Januari 2018
ISSN : 2477-2240 (media cetak), 2477-3921 (media online) dengan judul
“Penerapan Media Pembelajaran Pembelajaran Metode Ummi Berbasis
Android Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Al-Qur‟an”. Jurnal
ini ditulis oleh Misbakhudin, Tatyantoro Andrasto, dan Eko Supraptono
(Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang).
Penelitian ini menjelaskan tentang media pembelajaran yang
dikembangkan berbasis android dan pengaruhnya dalam peningkatan
metode keterampilan membaca al-Qur‟an menggunakan metode Ummi
jilid 1.
67
Abidatul Hasanah, Penerapan Metode Usmani dalam Pembelajaran al-Qur‟an Santri
TPQ Nurul Iman Garum Blitar, Briliant: Jurnal Riset dan Konseptual, Vol.2, No.4, h.482-
493,2017, (http://dx.doi.org/10.28926/briliant.v2i4.107). Diakses pada 30 Juni 2019 pukul 19.40
WIB.
50
3. Skripsi “Penerapan Metode Iqra‟ Untuk Peningkatan Kemampuan
Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas III SDN Caringin Nyalindung
Sukabumi” oleh Suryana mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tahun 2013. Penelitian merupakan jenis penelitian tindakan kelas
yang menjelaskan tentang penerapan metode Iqra‟ dalam pembelajaran al-
Qur‟an dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur‟an
yang berimplikasi pada peningkatan prestasi siswa dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
4. Skripsi “Implemetasi Metode Tilawati dalam Pembelajaran al-Qur‟an di
Madrasah (Penelitian Deskriptif di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan)”
oleh Een Hujaemah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syraif Hidayatullah Jakarta pada tahun
2017. Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan metode Tilawati
dalam pembelajaran al-Qur‟an di Madrasah Ibtidaiyah Pembanguanan
dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
5. Skripsi “Efektivitas Metode Tilawati dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca al-Qur‟an di TPA As-Syuhada, Jakasampurna, Bekasi” oleh
Difaini Anugrah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syraif Hidayatullah Jakarta pada tahun
2015. Penilitian ini menjelaskan tentang efektivitas metode Tilawati. Hasil
dari penelitian ini adalah bahwa metode Tilawati efektif dalam
kemampuan membaca al-Qur‟an siswa TPA As-Syuhada. Penelitian ini
menggunakan teknik penelitian tindakan kelas (PTK).
Dari beberapa penelitian yang relavan di atas dapat terlihat persamaan
dan perbedaan variabel dan teknik penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan judul penelitian “Implementasi Metode Ummi dalam
Pembelajaran al-Qur‟an di SDIT Darajatul Ulum”. Dalam penelitian ini
akan memabahas penerapan metode Ummi dalam pembelajaran al-Quran
51
di SDIT Darajatul Ulum, unsur-unsur utama dari metode Ummi, dan cara
mengatasi kelemahan serta mengembangkan kelebihan dari metode Ummi.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Darojaatul Uluum yang beralamat
di Jalan Arthayasa Blok Tengki No.23 RT02/10 Kecamatan Limo, Kelurahan
Meruyung, Kota Depok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-September
2019.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif dengan metode penelitian field research (penelitian lapangan).
Penelitian kulaitiatif menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong adalah tahapan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1
Perhatian dalam penelitian kualitatif lebih kepada pembentukan teori
substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris.2
Sedangkan menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bemaksud untuk memahami kejadian tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik, dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.3
Dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, maka peneliti
akan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti kejadian dan bertemu
langsung dengan responden untuk menggali data dan mengetahui lokasi
penelitian. Dengan begitu peneliti akan mendapat informasi terkait penelitian
ini.
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-29, h.4 2Margono, Metodologi Penelitian Pendidikani, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h.35
3Lexy J. Moleong, Opcit, h.6
52
C. Prosedur Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Dalam penelitian ini akan menggali data dari beberapa sumber data
yang ada. Berikut seumber data yang akan dimanfaatkan peneliti :
1) Sumber data utama (primer) : Sumber data primer adalah sumber data
utama dalam penelitian ini, yang peneliti dapatkan langsung
dilapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2) Sumber tambahan (sekunder) : sumber sekunder adalah sumber data
tambahan yang dapat diperoleh melalui buku-buku terkait penelitian,
artikel, jurnal, dan lain sebagainya.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian selain membutuhkan metode yang tepat, juga perlu
melakukan pengumpalan data dengan teknik yang tepat pula. Penggunaan
teknik pengumpulan data yang tepat memungkinkan peneliti mendapatkan
data yang objektif.4 Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini :
1) Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui gejala yang tampak pada objek penelitian.5Observasi
dilakukan oleh peneliti secara langsung di SDIT Darojaatul Uluum.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pembelajaran al-Qur’an di
SDIT Darojaatul Uluum.
Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti membuat kisi-kisi
untuk dijadikan acuan dalam observasi. Berikut kisi-kisi dalam
penelitian ini:
4Margono, Opcit, h.158
5Ibid
53
Tabel 3.1: Kisi-Kisi Observasi
No Objek Pengamatan Indikator
1. Guru
1.1 Perencanaan pembelajaran
1.2 Pelaksanaan pembelajaran
2. Siswa
1.1 Siswa mampu membaca al-
Qur’an dengan baik
1.2 Siswa memperhatikan
penjelasan guru.
3. Tujuan 1.1 adanya tujuan pembelajaran
4. Materi
1.1 Kesesuaian materi dengan
kurikulum yang telah
ditentukan.
5. Media
1.1 Adanya media
pembelajaran yang dapat
menumbuhkan perhatian
siswa
6. Metode
1.1 Penggunaan metode
pembelajaran al-Qur’an
yang sesuai dengan
kebutuhan
7. Evaluasi
1.1 Adanya penilaian untuk
mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang
diajarkan.
54
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui
komunikasi secara langsung dengan responden. Wawancara dapat
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peniliti ingin
melakukan studi pendahuluan dan untuk menemukan permasalahan
yang diteliti.6
Wawancara ini adalah suatu percakapan dengan maksud tertertentu
dan dilakukan dengan dua pihak yaitu pewawancara pihak yang
memberikan pertanyaan dan pihak terwawancara pihak yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.7
Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapat informasi mengenai yang
lebih mendalam terkait metode Ummi dalam pembelajaran al-Qur’an.
Dalam penelitian ini yang akan diwawancarai adalah :
a) Kepala Sekolah SDIT Darajatul Ulum
b) Koordinator al-Qur’an SDIT Darajatul Ulum
c) Guru al-Qur’an metode Ummi SDIT Darajatu Ulum
Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti membuat kisi-kisi
untuk dijadikan acuan dalam wawancara. Berikut kisi-kisi wawancara
dalam penelitian ini:
Tabel 3.2: Kisi-kisi wawancara
No Indikator Responden
1. Metode pembelajaran al-
Qur’an
Kepala sekolah, koordinator al-
Qur’an, guru al-Qur’an
2. Persiapan guru sebelum
mengajar
Koordinator al-Qur’an dan guru al-
Qur’an.
3. Tahapan pelaksanaan
pembelajaran al-Qur’an
Koordinator al-Qur’an, guru al-
Qur’an
6Ibid, h.194
7Lexy J. Moleong, Opcit, h.186
55
dengan metode Ummi
4. Unsur utama pembelajaran
al-Qur’an dengan metode
Ummi
Koordinator al-Qur’an dan guru al-
Qur’an.
5. Materi pembelajaran al-
Qur’an dengan metode
Ummi
Koordinator al-Qur’an, guru al-
Qur’an.
6. Evaluasi pembelajaran
metode Ummi
Koordinator al-Qur’an, guru al-
Qur’an.
7. Media pembelajaran Koordinator al-Qur’an dan guru al-
Qur’an.
8. Kelebihan dan kekurangan
metode Ummi
Kepala sekolah, koordinator al-
Qur’an, guru al-Qur’an.
3) Dokumentasi
Sugiyono mengungkapkan bahwa dokumentasi adalah catatan
peristiwa yang telah berlalu. Jadi dokumentasi dapat dipahami sebagai
catatan tertulis yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu baik
yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu
penelitian.8
Dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data yang belum ada
pada saat melakukan observasi dan wawancara, selain itu untuk
memperkuat data yang telah diperoleh oleh peneliti. Dokumentasi
dapat berupa foto-foto kegiatan pembelajaran al-Qur’an, data-data
lembaga dan staff pengajaran.
Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti membuat kisi-kisi
untuk dijadikan acuan dalam Dokumentasi. Berikut kisi-kisi
dokumentasi dalam penelitian ini:
8Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung : Alfabeta, 2015), h.329
56
Tabel 3.3: Kisi-kisi dokumentasi
No Indikator
1. Identitas sekolah
2. Sejarah singkat sekolah
3. Visi dan misi sekolah
4. Sarana dan prasarana
5. Data pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa
6. Gambaran Umum Metode Ummi
6. Pedoman pembelajaran al-Qur’an
dengan metode Ummi
7. Foto-foto kegiatan pembelajaran al-
Qur’an.
D. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan uji kredibilatas. Uji kredibilitas ini digunakan
untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang
terjadi di lapangan. Teknik yang digunakan diantaranya adalah :
1. Triangulasi data
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
teknik, dan waktu.
a. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan
mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya diperoleh data melalui wawancara, lalu dicek melalui
observasi atau dokumentasi. Bila menghasilkan data yang berbeda,
maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lainnya. Hal itu dilakukan untuk memastikan
57
data mana yang benar. Atau mungkin semuanya benar karena sudut
pandang yang berbeda.9
b. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibiltas data dengan
mengecek data yang sudah diperoleh melalui beberapa sumber.
Apabila mendapatkan data dari tiga sumber yang berbeda, maka tidak
dapat diratakan seperti penelitian kuantitaif, tetapi dideskripsikan,
dispesifikan, mana pandangan yang berbeda, mana yang spesifik dari
tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis peneliti dan
menhasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
dengan sumber data tersebut.10
c. Triangulasi waktu
Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan wawancara pada pagi hari pada saat narasumber masih segar,
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk
itu dalam rangka menguji kredibelitas data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara atau obervasi kembali
di waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka lakukan secara berulang-ulang sehingga
ditemukan kepastian datanya.11
E. Analisis Data
Menurut Sugiyono dalam bukunya analisis data adalah mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12
9Ibid
10Ibid, h.373
11Ibid, h.374
12Ibid, h. 335
58
Berikut proses analisis data yang digunakan oleh peniti dalam penelitian
ini :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.13
Setelah data
terpilih maka data tersebut diolah dengan bahasa ilmiah.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka tahap selanjutnya adalah penyajian
data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penyajian
data dalam penelitian kuantitatif. Apabila dalam penelitian kuantitatif
penyajian datanya dalam bentuk tabel, grafik, pie chard, dan lain
sebagainya, maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.14
Penyajian data perlu dilakukan dalam format yanng lebih
sederhana agar peneliti dapat dengan mudah memahami dan menaganalisis
data-data yang diperoleh.
3. Verifikasi Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam suatu
penelitian. Setelah melaukan reduksi data dan penyajian data, maka
peneliti melakukan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan.15
Pengambilan kesimpulan harus dilakukan dengan hati-hati agar
kesimpulan yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Penyajian data
bila telah didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan
kesimpulan yang kredibel.
13
Ibid, h.338 14
Ibid, h.341 15
Ibid, h.345
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SDIT Darojaatul ‘Uluum
1. Sejarah Berdirinya
SDIT Darojaatul „Uluum Depok merupakan LembagaSwadaya
Masyarakat (LSM) yang berbentuk sebuah yayasan yang didirikan oleh
Bapak H. Abdullah padatahun 2008 dengan ketua yayasan Bapak Jari
Sudirja. Nama Darojaatul „Uluum adalah do‟a supaya yayasan Darojaatul
„Uluum dapat mengangkat derajat seseorang dengan ilmu yang
bermanfaat.
Yayasan pendidikan ini didirikan atas dasar cita-cita pendiri dan
ketua yayasan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlepas dari
itu cita-cita lain yang dimiliki oleh pendiri dan ketua yayasan adalah agar
dapat memberikan manfaat kepada banyak orang, sebagai amal jariyah,
serta sebagai amal usaha yang di niatkan untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta‟ala.
Dalam mensukseskan program pemerintah, maka
YayasanDarojaatul „Uluum terpanggil untuk mendirikan SDIT dengan
berbekal semangat ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Selain
SDIT yayasan Darojaatul „Uluum mendirikan lembaga sosial yang diberi
nama LAZIS DU. Lembaga ini dapat menyalurkan zakat, infaq, sodaqah,
dan lain-lain.
SDIT Darojaatul „Uluum memiliki program unggulan yaitu
terbentuknya akhlak yang mulia dalam diri murid-muridnya, program al-
Qur‟an serta bahasa Inggris.1
1 Wawancara dengan Bapak UA selaku Kepala Sekolah, pada 29 Agustus 2019.
60
2. Visi, Misi, dan Motto
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan yang dicari karena prestasi dan
menyiapkan generasi yang berakhlakul karimah, cerdas, mandiri,
kreatif, berani dan bertanggung jawab.
b. Misi
1) Memberikan keteladanan terhadap anak didik oleh pengelola,
pendidik dan lingkungan sekolah.
2) Menstransformasi ilmu dengan metode yang disenangi anak,
bermain, demonstrasi, kunjungan, ceritadan lain-lain.
3) Menciptakan kreatifitas anak, secara berkala diadakan kompetisi &
memberikan apresiasi terhadap anak.
4) Memberikan pelatihan amaliah yang sesuai dengan tuntutan
Rasulullah Shallallah „Alayhi wa Sallam.2
c. Motto
Membentuk Generasi Beriman, Cerdasdan Berani (Let‟s Build
Faithful, Smart and Brave Generation).
3. Profil Sekolah
SDIT Darojaatul „Uluum terletak di Jalan Arthayasa Blok Tengki
No.23 Kecamatan Limo, Kelurahan meruyung, Kota Depok. Sekolah ini
berada di atas naungan Yayasan Darojaatul „Uluum. SDIT tersebut
didirikan pada tahun 2008. Dengan status sekolah adalah swasta.
4. KeadaanPendidik dan Tenaga Kependidikan.
Secara keseluruhan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di
SDIT Darojaatul Uluum berjumlah 51 orang. Guru al-Qur‟an berjumlah 13
orang. Tidak semua guru di SDIT darojaatul „Uluum mengajar al-Qur‟an,
2Dokumentasi Profil SDIT Darojaatul ‘Uluum dokumen tidak dipublikasikan
61
namun semua guru diwajibkan untuk belajar al-Qur‟an. Berikut rincian
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SDIT Darojaatul „Uluum:
Tabel 4.1: Data pendidik dan tenaga kependidikan SDIT
Darojaatul ‟Uluum
No Nama Jenis
Kelamin
Ijazah dan
Tahunnya Jabatan
1 Ulil Amri, M.
Pd. L S2.2015 Kepala Sekolah
2 Muhammad
Nur, S.Pd.I. L S1.2009 Guru Kelas
3 Ida Fitriyah S.Si
P S1.2008 Guru Bidang
4 Nitha
Agustini,S.Pd. P S1. 2011 Guru Bidang
5 Syam Hariyadi,
S.Pd. L S1.2004 Guru al-Qur‟an
6 Merryana
Rahmawati,
S.Pd.
P S1.2009 Guru Kelas
7 Ika Hikmawati
Salamah, S.Pd. P S1.2010 Guru Kelas
8 Atik Puji
Lestari, S.Pd. P S1.2011 Guru Kelas
9 Uswatun
Hasanah, S.Pd. P S1.2011 Guru Kelas
10 Siti Fatimah,
S.Pd P S1.2012 Guru Kelas
11 Zuraidah, SE
P S1.2002 Guru Kelas
12 Siti Rahmah,
S.Pd. P S1.2012 Guru Kelas
13 Diana Sari,
S.Pd. P S1.2011 Guru Kelas
14 Hamidah,
S.Sos.I. P S1.2008 Guru Kelas
15 Jaenal Mustofa,
S. Pd.I L S1.2013 Guru Kelas
16 Syahruddin,
S.Ag. L S1.2009 Guru Bidang
17 Faudzan F,
M.Pd L S1.2011 Guru Kelas
62
18 Ihsan Rahman,
S.Pd.I. L S1.2011 Guru Kelas
19 Ahmad Salapi,
S.Pd. L S1.2013 Guru Bidang
20 Sara Dwi
Lestari, S.Sy. P S1.2013 Guru al-Qur‟an
21 Ivone Siwi
Stefania P SMK 2013 Guru Bidang
22 Irfan
Abdurahman L SMK 2013 Operator
23 Nuriah, S.Pd.I. P S1.2015 Guru al-Qur‟an
24 Rismawati,
S.Pd.I. P S1.2015 Guru al-Qur‟an
25 Rizki Lestari, S.
Pd P S1.2014 Guru Kelas
26 Ikra Fajarani
Sari, S.Pd P MA. 2012 Guru al-Qur‟an
27 M. Abdul
Hamid, S.Pd L MAN.2014 Guru al-Qur‟an
28 Imron Syafe'i L MA.2014 Guru al-Qur‟an
29 Lidia Fransiska P SMA.2015 Guru Bidang
30 Amilatussolihah,
S. Pd P S1.2010 Guru Kelas
31 Nur Baeti, S.
Th.I P S1.2015 Guru al-Qur‟an
32 M. adlan Fauzi,
S. S.I L S1 Guru al-Qur‟an
33 Febya Hanifah,
A. Md P D3.2015 Staf TU
34 Anggi Restiana
Palupi, S.Pd P S1.2014 Guru Kelas
35 Chaeratun Nisa,
S.Th.I P S1.2016 Guru al-Qur‟an
36 Joni Siregar L SMA Guru al-Qur‟an
37 Nofiana
Fazrianti, S.Pd P S1.2010 Guru Kelas
38 Meitri Nursri
Wahyuni, S.Pd P S1.2016 Guru Kelas
39 Divia Nurdian P SMA.2017 Guru Bidang
40 Mulyana L SMA.2014 Guru al-Qur‟an
41 Ismail Saleh,
S.Pd.I L S1.2016 Guru al-Qur‟an
63
42 Faturohman
Abdul Ghani L SMA.2014 Guru Bidang
43 Zulkarnain L SMA Guru Bidang
44 Fahriatu
Dzulfah, S.Pd P S1.2019 Guru Bidang
45 Ratih Wulan
Safitri, S.Pd P S1.2019 Guru Bidang
46 Lis Sudarji L Security
47 Habibillah L SMP.2001 Security
48 Yudi Nurdin L - Cleaning
Service
49 Herman L SMP.2001 Cleaning
Service
50 Marjaya L SMP.2012 Cleaning
Service
51 Sudirman L SMK.2001 Cleaning
Service
Berdasarkan data yang diperoleh seecara keseluruhan tenaga
pendidik (guru) dan tenaga kependidikan SDIT Darojaatul „Uluum
berjumlah 51 orang dengan rincian guru berjumlah 45 guru dan tenaga
kependidikan berjumlah 6 orang. Kemudian dari 13 guru al-Qur‟an di
SDIT Darojaatul „Uluum ada 10 orang lulusan S1 dan 3 orang lulusan
SMA, dari ketiga orang lulusan SMA itu dua di antaranya sedang dalam
proses menyelesaikan studi S1 nya.
5. Keadaan Murid
Secara keseluruhan murid SDIT Darojaatul „Uluum pada tahun
ajaran 2019/2020 berjumlah 370 murid, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.2: Data Peserta Didik Tahun Ajaran 2019/2020
NO Kelas L P JUMLAH
1 Kelas I 29 28 57
2 Kelas II 28 30 58
3 Kelas III 30 26 56
64
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah komponen penting untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Jika sarana dan prasarana baik dan memadai, maka
kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan lancar serta memberikan
kenyamanan bagi seluruh civitas akademika SDIT Darojaatul „Uluum.
Tabel 4.3: Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang guru 1
3 Ruang TU 1
4 Ruang Kelas 18
5 Kamar Mandi (WC) 13
6 Ruang Perpustakaan 1
7 Bangku dan meja 18 lokal
8 Ruang penjaga sekolah 1
9 Komputer dan printer 6 set
10 Proyektor 8 buah
11 Papan Tulis 18
12 Sound System 8
13 UKS 1
14 Aula/Mushala 2
15 Papan mading kelas 18
16 Kantin 1
17 Lapangan upacara 1
4 Kelas IV 37 24 61
5 Kelas V 43 27 70
6 Kelas VI 40 28 68
JUMLAH 178 135 370
65
18 Lapangan olahraga 1
19 Meja Guru 24
20 KIT IPA 1
21 Torso tubuh manusia 1
22 Torso tubuh hewan 1
23 TV media/DVD 1
24 Peta/globe 1
25 Bola volly 1
26 Bola tendang 3
27 Raket 4
28 Bed tenis meja 8
29 Meja tenis meja 1
Sarana dan prasarana SDIT Darojaatul „Uluum yang mendukung
proses pembelajaran al-Qur‟an adalah ruang guru, ruang perpustakaan ,
aula, dan ruang kelas sebagai tempat pembelajaran. selain itu ada bangku
dan meja untuk belajar anak-anak.
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Metode Ummi dalam Pembelajaran al-Qur’an
Sebelum membahas implementasi atau penerapan metode Ummi di
SDIT Darojaatul „Uluum, perlu diketahui sejarah singkat metode Ummi
itu sendiri. Metode Ummi didirikan oleh Masruri dan A. Yusuf, MS.
Metode Ummi dilembagakan oleh Ummi Foundation yang berpusat di
Surabaya. Metode ini dibentuk supaya dapat memudahkan guru dan
muridnya belajar al-Qur‟an dengan mudah, menyenangkan, dan
berkualitas.Dinamakan metode Ummi karena Ummi itu berarti “ibuku”
maka diharapkan metode Ummi ini memiliki sifat layaknya seorang ibu,
dan untuk menghormati jasa ibu yang sudah mengajari kita sejak kecil.
Pendekatan yang digunakan oleh metode Ummi ini adalah pendekatan ibu.
Pendekatan ibu itu ada 3, yaitu:
66
a. Direct Methode (langsung tidak banyak penjelasan)
b. Repitation (diulang-ulang)
c. Kasih sayang yang tulus (seperti layaknya seorang ibu, kasih
sayangnya tidak ada yang bisa mengalahkan).3
Adapun latar belakang dibentuknya metode Ummi pertama, karena
kebutuhan sekolah-sekolah Islam terhadap pembelajaran al-Qur‟an
dirasa semakin lama semakin besar. Kedua, pembelajaran membaca al-
Qur‟an yang baik sangat membutuhkan sebuah sistem yang mampu
menjamin mutu bahwa setiap anak usia SD / MI harus bisa
membaca al Qur‟an secara tartil.Ketiga, banyaknya sekolah atau TPQ
yang membutuhkan solusi bagi kelangsungan pembelajaran al-Qur‟an bagi
siswa-siswinya. Keempat, seperti halnya program pembelajaran yang
lainnya bahwa dalam pembelajaran al-Qur‟an juga membutuhkan
pengembangan, baik dari segi konten, konteks maupun support system-
nya. Selain itu metode Ummi juga memiliki visi dan misi, sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi lembaga terdepan dalam melahirkan generasi Qur‟ani
b. Misi
1) Mewujudkan lembaga profesional dalam pengajaran al-Qur‟an
yang yang berbasis sosial dan dakwah
2) Membangun sistem manajemen pengajaran al-Qur‟an yang
berbasis pada mutu
3) Mewujudkan pusat pengembangan pembelajaran al-Qur‟an.
SDIT Darojaatul „Uluum menggunakan metode Ummi pada tahun
2011. Berawal dari ketidak samaan guru dalam mengajar. Setiap guru
memiliki cara dan metode yang bermacam-macam sehingga pencapain
setiap muridnya berbeda-beda. Maka para guru bersama Kepala Sekolah
mengadakan evaluasi supaya setiap guru dapat mengajar al-Qur‟an dengan
3Dokumentasi Visi, Misi Metode Ummi SDIT Darojaatul „Uluum, h.1, dokumen tidak
dipublikasikan.
67
metode yang sama. Pada pertengahan tahun 2011 Ummi Foundation pusat
mengadakan pelatihan untuk guru al-Qur‟an, dan Kepala Sekolah
memutuskan untuk mengikuti pelatihan tersebut.4
SDIT Darojaatul „Uluum adalah salah satu lembaga sekolah yang
memakai metode Ummi dalam pembelajaran al-Qur‟an. Kepala Sekolah
SDIT Darojaatul „Uluum Bapak UAmengatakan: “SDIT Darojaatul
„Uluum bekerjasama dengan Ummi Foundation dalam pembelajaran al-
Qur‟annya. Sudah hampir 8 tahun sekolah ini menggunakan metode
Ummi dimulai pada tahun 2011 sampai sekarang.”5
Metode Ummi adalah salah satu metode pembelajaran al-Qur‟an
yang mudah, menyenangkan, berirama sehingga memudahkan peserta
didik untuk belajar membaca al-Qur‟an. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak UA:
“SDIT Darojaatul „Uluum menggunakan metode Ummi sejak tahun
2011. Sekolah ini memilih metode Ummi untuk pembelajaran al-
Qur‟an karena metode Ummi itu yang pertama mudah, yang kedua
itu simple, dan yang ketiga itu berirama. Karena ketiga hal itu saya
dan team mempertimbangkan dan akhirnya kami memilih metode
Ummi dalam pembelajaran al-Qur‟an, dengan harapan anak-anak
dapat dengan mudah menangkap dan memahami pelajaran al-
Qur‟an karena al-Qur‟an merupakan salah satu program unggulan
kami.”6
Pada tahun pertama mengalami hambatan, banyak orang tua yang
komplain, karena anak mereka harus mengulang lagi dari awal yaitu
pengenalan huruf hijaiyah atau jilid 1 metode Ummi, yang sebenarnya
anak-anak sudah Iqra 3. Pengulangan tersebut dilakukan supaya anak-anak
dapat belajar metode Ummi dari awal.
Selama hampir 8 tahun menggunakan metode Ummi dalam
pembelajaran al-Qur‟an, SDIT Darojaatul „Uluum sudah mengikuti
beberapa sistem yang diajukan oleh Ummi Foundation. Sistem
pembelajaran al-Qur‟an dengan menggunakan metode Ummi di SDIT
4Wawancara dengan Ustadz SH selaku koordinator al-Qur‟an, pada 2 September 2019
5Wawancara dengan Bapak UA selaku Kepala Sekolah, pada 29 Agustus 2019
6Ibid.
68
Darojaatul „Uluum sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Ustadz AH
mengatakan:
“proses pembelajaran al-Qur;an dengan menggunakan metode
Ummi di SDIT Darojaatul „Uluum sudah berjalan dengan baik.
Kami sudah mengikuti beberapa sistem yang diajukan oleh Ummi
Foundation seperti adanya pembelajaran al-Qur‟an dari hari senin-
Jum‟at setiap harinya 3 sesi pembelajaran, adanya evaluasi dan
supervisi oleh koordinator al-Qur‟an, tentunya dengan dukungan
pimpinan sekolah kami. Yang saya rasakan selama mengajar
metode Ummi yang sebelumnya saya tidak memakai metode Ummi
sampai sekarang setelah memakai dan mengajarkan metode Ummi
pengaruhnya sangat signifikan, bacaan al-Qur‟annya semakin
membaik, makharijul hurufnya sudah mulai terlatih, dan kecintaan
anak terhadap al-Qur‟an pun cukup meningkat.”7
Salah satu komponen pembelajaran adalah guru. Pembelajaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada seorang guru. Guru di
SDIT Darojaatul „Uluum memiliki kualitas yang baik sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Dalam prakteknya tidak semua guru di SDIT
Darojaatul „Uluum mengajar al-Qur‟an. Setiap guru memiliki porsinya
masing-masing. Jadi, ada guru khusus al-Qur‟an, guru al-Qur‟an di SDIT
Darojaatul „Uluum berjumlah 13 dengan 1 koordinator al-Qur‟an yang
bernama Ustadz Syam Hariadi.
Guru SDIT Darojaatul „Uluum tidak semua mengajar al-Qur‟an,
namun mereka juga belajar al-Qur‟an dengan menggunakan metode
Ummi. Setiap guru diwajibkan untuk mengikuti pengajian atau yang sering
disebut tahsin itu supaya dapat berjalan seirama dengan peserta didik.
Bapak UA mengatakan:
“Kami mengadakan tahsin untuk guru-guru dan karyawan SDIT
Darojaatul „Uluum setiap hari Rabu di minggu kedua. Jadi tidak
semua guru mengajar al-Qur‟an, namun semua guru harus belajar
al-Qur‟an, supaya bisa seirama dan sejalan dengan anak-anak.
Guru yang mengajar al-Qur‟an adalah guru yang bersertifikasi
Ummi.”8
7Hasil wawancara dengan Ustadz AH, selaku guru al-Qur‟an, pada 2 September 2019.
8Ibid.
69
Seperti yang sudah disampaikan oleh Bapak UA bahwa guru yang
mengajar al-Qur‟an harus bersertifikasi Ummi. Jadi tidak sembarang guru
dapat mengajar al-Qur‟an. Guru-guru al-Qur‟an SDIT Darojaatul „Uluum
sudah terorganisir oleh Ummi Foundation dari mulai tashih, tahsin, sampai
dengan sertifikasi. Sertifikasi guru al-Qur‟an harus diupgrade setiap
tahunnya, maka dari itu diadakan evaluasi internal guru al-Qur‟an untuk
melatih bacaan al-Qur‟annya. Bapak UA mengatakan:
“Sertifikasi guru al-Qur‟an metode Ummi itu modelnya seperti
SIM perlu diupgrade supaya kualitas gurunya lebih terjamin.
Untuk pelatihan guru al-Qur‟an diadakan internal oleh guru al-
Qur‟an itu sendiri bersama dengan koordinator guru al-Qur‟an
yang diadakan seminggu sekali. Jika ada pelatihan umum yang
diadakan oleh Ummi Foundation kota Depok kita ikut pelatihan
tersebut.”9
Ustadz SH mengatakan: “untuk menjadi guru al-Qur‟an harus
memiliki beberapa kriteria yang ditentukan. Standar umumnya adalah
bahwa seorang guru al-Qur‟an bacaannya harus tartil dan standar
khususnya adalah lulus tashih dan lulus sertifikasi.”10
Jika dilihat dari dokumen yang dimiliki SDIT Darojaatul „Uluum
mengenai sertifikasi metode Ummi, maka setiap guru harus melalui proses
tes atau tashih dan sertifikasi yang cukup ketat. Setiap guru diharapkan
memiliki kualifiasi sebagai berikut:
a. Tartil baca al-Qur‟an, yaitu lulus tashih metode Ummi.
b. Mengusai ghoroibul Qur‟an dan tajwid dasar
c. Terbiasa baca al-Qur‟an setiap hari
d. Menguasai metodologi Ummi, yaitu cara mengajarkan pokok bahasan
jilid 1 sampai dengan Tajwid.
e. Berjiwa da‟i dan murobbi, yaitu guru tidak hanya mengajarkan materi,
tetapi bisa menjadi pendidik bagi siswa.
f. Disiplin waktu, yaitu tepat waktu pada setiap aktivitas mengajarnya.
9Ibid.
10Wawancara dengan koordinator al-Qur‟an Ustadz SH, pada 2 September 2019
70
g. Komitmen pada mutu, yaitu senantiasa menjaga mutu pada setiap
pembelajarannya.11
Dalam proses pembelajaran tentunya harus didahului dengan
proses perencanaan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perencanaan
pembelajaran, yakni apa saja yang dilakukan oleh seorang guru al-Qur‟an
sebelum memulai pelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
di lapangan setiap guru al-Qur‟an harus mempersiapkan materi yang akan
disampaikan, membawa absensi siswa, jurnal, dan form penilaian yang
sudah disiapkan oleh koordinator al-Qur‟an. Selain itu menyiapkan alat
peraga beserta dengan penyangganya. Alat peraga dan penyangga
merupakan media pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran. di Bab 2 sudah dibahas bahwa media pembelajaran yang
baik adalah media pembelajaran yang komunikatif, efektif, dan efisien.
Alat peraga sudah mencakup 3 hal tersebut. Bersifat komunikatif karena
dengan alat peraga dapat membantu guru berkomunikasi dengan siswa
melakukan tanya jawab, bersifat efektif sesuai dengan fungsinya
membantu menyampaikan materi kepada siswa, dan efisien penggunaan
waktunya sudah tertata. 12
Ustadz AF mengatakan:
“Beberapa hal yang saya persiapkan sebelum mengajar tentunya
yang pertama adalah mempersiapkan diri saya sendiri terlebih
dahulu, setelah diri saya siap maka selanjutnya adalah menyiapkan
materi. Saya sebagai guru ya tentunya harus mengusai materi
terlebih dahulu. Tidak mungkin kan ketika mengajar tidak siap apa-
apa ka. Ya selanjutnya siapkan absen, jurnal, dan administrasi
mengajar lainnya.”13
Biasanya dalam proses pembelajaran khususnya dalam
perencanaan pembelajaran perlu adanya RPP, tetapi dalam pembelajaran
al-Qur‟an di SDIT Darojaatul „Uluum yang menggunakan metode Ummi
ini tidak ada RPP, tetapi hanya ada program semester dan target
11
Dokumentasi Visi, Misi Metode Ummi SDIT Darojaatul „Uluum, h.2, dokumen tidak
dipublikasikan. 12
Hasil Observasi lapangan pada Jum‟at 29 Agustus 2019 13
Hasil Wawancara dengan ustadz AF selaku guru al-Qur‟an pada 2 September 2019
71
pencapaian yang disusun untuk satu tahun pembelajaran. Ms. IF
mengatakan:
“Saya sudah 6 tahun menjadi pengajar al-Qur‟an di SDIT
Darojaatul „Uluum. Menurut saya metode yang digunakan untuk
pembelajaran al-Qur‟an yaitu metode Ummi metode yang pas
untuk anak-anak, karena metode ini adalah metode yang mudah,
menyenangkan, dan berirama sehingga memudahkan anak-anak
untuk belajar. Sebelum belajar yang harus saya siapkan itu adalah
jurnal, absen, alat peraga , dan penyangganya. Untuk pembelajaran
al-Qur‟an tidak ada RPP, yang ada itu prosem dan target
pencapaian.”14
Setelah melakukan perencanaan pembelajaran maka langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
metode Ummi di SDIT Darojaatul „Uluum diadakan setiap hari yakni dari
Senin sampai Jum‟at sesuai dengan jadwal kelasnya masing-masing.
waktu pembelajaran al-Qur‟an di sekolah adalah 60 menit dengan
beberapa metodologi pembelajarannya. Dalam 60 menit itu harus
dimanfaatkan sebaik mungkin. Dalam 60 menit tersebut guru sebaik
mungkin membuka pelajaran, menyampaikan materi dengan bahasa yang
komunikatif, memotivasi siswa, dan melaksanakan penilaian. Berdasarkan
hasil observasi di lapangan guru al-Qur‟an SDIT Darojaatul „Uluum telah
baik melakukan pelaksanaan pembelajaran. Semua komponen pelaksanaan
pembelajaran sudah dikuasai oleh guru.15
Dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an selama 60 menit
setiap hari Senin-Jum‟at ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh
guru. Tahapan-tahapan ini merupakan tahapan yang memang sudah
ditentukan oleh Ummi Foundation. Tahapan dalam pembelajaran Ummi
ada 7 tahapan, yaitu:
14
Hasil wawancara dengan Ms. IF, pada Jum‟at 29 Agustus 2019 15
Hasil Observasi Lapangan pada Jum‟at 29 Agustus 2019
72
a. Pembukaan
Gambar 4.1: Kegiatan Pembukaan
b. Apresepsi
Gambar 4.2: Kegiatan apresepsi
73
c. Penanaman konsep
Gambar 4.3: Kegiatan penanaman konsep
d. Pemahaman konsep
Gambar 4.4: Kegiatan pemahaman konsep
74
e. Latihan
Gambar 4.5: kegiatan latihan atau keterampilan
f. Evaluasi
Gambar 4.6: Kegiatan evaluasi pembelajaran
75
g. Penutup16
Gambar 4.7: kegiatan penutup pembelajaran
Dengan ketujuh tahapan tersebut murid diharapkan dapat fokus
memperhatikan penjelasan guru. Tidak dapat dipungkuri keberhasilan
seorang guru dalam mengusai kelas adalah ketika peserta didik
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti rata-rata murid belajar dengan
fokus mengikuti instruksi guru. Pertama guru melakukan penanaman dan
pemahaman konsep dengan menggunakan alat peraga, guru mencontohkan
kemudian anak-anak mengikuti. Kalau menurut pengalaman Ustadz AH
selaku pengajar al-Qur‟an sebagai seorang guru tentu harus memiliki
strategi khusus supaya peserta didik dapat belajar dengan baik. beliau
mengatakan:
“Pengalaman saya, kalau saya pribadi gak pernah muluk-muluk
untuk menargetkan anak-anak melebihi standar target pencapaian
yang sudah ditentukan. Caranya bagaimana? Ya kalau saya
pertama yang saya lakukan adalah penyesuaian dengan anak-anak,
membuat anak-anak suka belajar dengan saya. Dengan cara seperti
itu sangat membantu kak. Mengalir saja sesuai dengan kemampuan
anak-anak, tapi usahakan sesuai target. Kalau anak-anaknya
tergolong katagori cepat boleh dimajukan daripada target yang
telah ditentukan. Contoh saya ngajar kelas 1 dengan kategori
16
Hasil observasi dan wawancara pada 2 September 2019.
76
kelompok yang cepat sehingga kelompok saya dapat
menyelesaikan Jilid 1 dengan 23 pertemuan, yang standar
seharusnya adalah 40 pertemuan.”17
Untuk teknik evaluasi dilakukan setelah latihan. Guru mengambil
nilai pada hari itu juga dengan beberapa metodologi pengajaran. Dalam
pembelajaran al-Qur‟an metode Ummi ada 4 metodologi pembelajarannya.
Keempat metodologi itu adalah sebagai berikut:
a. Privat / individual :
b. Klasikal individual
c. Klasikal baca simak
d. Klasikal baca simak murni.18
Untuk materi pembelajaran al-Qur‟an itu terbagi menjadi 8 tahapan
yaitu jilid 1-6, al-Qur‟an, gharaibul Qur‟an, dan tajwid, setelah itu ada
program hafalan juz 30 dan 29. Materi pembelajaran sudah ditentukan oleh
Ummi Foundation dan sudah dibuatkan target pencapaiannya. Target
pencapaian adalah tujuan dari pembelajaran al-Qur‟an, berbeda memang
dari tujuan pembelajaran biasa. Dalam penerapannya SDIT Darojaatul
„Uluum berusaha untuk mengikuti target pencapaian yang telah ditetapkan
oleh Ummi Foundation. Namun para guru SDIT Darojaatul „Uluum
menyesuaikan dengan kemampuan siswa. Siswa yang kemampuannya
cepat bisa melebihi target yang sudah ditentukan, dan siswa yang agak
lambat bisa kurang dari target yang sudah ditentukan. Untuk sejauh ini
para guru al-Qur‟an selalu berusaha untuk mencapai target yang telah
ditentukan oleh Ummi Foundation.
Terkait dengan materi maka waktu yang dibutuhkan siswa dalam
menyelesaikan materi setiap jilidnya itu 40 pertemuan. Buku jilid Ummi
foundation itu terdiri dari 40 halaman, maka standar minimalnya dalam 1
kali pertemuan siswa dapat menyelesaikan 1 halaman. Tetapi tidak terpaku
pada target itu, seperti yang sudah dijelaskan di atas apabila siswa
17
Hasil wawancara dengan Ustadz AH selaku guru al-Qur‟an, pada Senin 2 September
2019 18
Hasil wawancara dan observasi pada Senin 2 September 2019
77
memiliki kemampuan yang cepat dalam pembelajarannya maka 1 hari bisa
menentuskan 2 atau 3 halaman.19
Seperti yang dikatakan oleh Utadz IF:
“Rata-rata anak-anak menyelesaikan 1 hari 1 halaman buku jilid untuk
standar minimal,tapi bisa 1 hari itu 2 atau 3 halaman. Tergantung
kemampuan siswanya. Jadi guru perlu mengetahui bagaimana
kemampuan kelompok yang dipegangnya.”20
Metode Ummi memiliki buku cara mudah membaca al-Qur‟an
yang terdiri dari jilid 1-6 untuk pemula atau untuk usia anak-anak, untuk
remaja atau dewasa, kemudian buku gharaibul qur‟an, dan buku tajwid.
Untuk usia anak-anak belajar dengan menggunakan 8 jilid buku yang
terdiri dari jilid 1-6, gharaibul qur‟an,, dan tajwid. Sementara untuk
dewasa atau remaja belajar dengan menggunakan 3 jilid buku yaitu
metode Ummi khusus remaja atau dewasa, gharaibul qur‟an,, dan tajwid.
Dalam setiap jilid berbeda-beda pokok bahasannya. Berikut pokok
bahasan dalam setiap jilidnya :
a. Ummi Jilid 121
1) Pengenalan huruf tunggal (hijaiyah) Alif-Ya‟
2) Pengenalan huruf tunggal berharakat fathah A-Ya‟
3) Membaca 2-3 huruf tunggal berharakat fathah A-Ya‟
b. Ummi Jilid 222
1) Pengenalan harakat kasroh dan dlommah, fathatain, kasrotain, dan
dhommatain
2) Pengenalan huruf sambung Alif sampai Ya‟
3) Pengenalan angka Arab 1-99
c. Ummi Jilid 323
1) Pengenalan tanda baca panjang (Mad Thobi‟i)
19
Hasil Observasi lapangan, pada Senin 2 September 2019 20
Hasil wawancara dengan Ustadz IF selaku guru al-Qur‟an, pada Senin 2 September
2019 21
Masruri dan A. Yususf MS, Belajar Mudah Membaca Al-Qur‟an, (Surabaya:Lembaga
Ummi Foundation, 2007), jilid 1 22
Ibid, Jilid 2 23
Ibid, Jilid 3
78
a) Fathah diikuti alif dan fathah panjang
b) Kasroh diikuti ya‟ sukun dan kasroh panjang
c) Dhommah diikuti wawu sukun dan dhommah panjang
2) Pengenalan tanda baca panjang (Mad Wajib Muttashil dan Mad
Jaiz Munfashil)
3) Pengenalan angka arab 100-500
d. Ummi Jilid 424
1) Pengenalan huruf yang disukun ditekan membacanya, (Lam, Tsa,
Sin, Syin, Mim, Wawu, Ya‟, Ro‟, „Ain, Ha‟, Kho‟, Hha‟, Ghoin,
Ta‟, Fa‟, dan Kaf Sukun)
2) Pengenalan tanda tasydid atau syiddah ditekan membacanya
3) Membedakan cara membaca huruf-huruf :
a) Tsa‟, Sin, dan Syin yang disukun
b) „Ain, Hamzah yang disukun
c) Ha‟, Kho‟, dan Hha‟ yang disukun
e. Ummi Jilid 525
1) Pengenalan cara membaca waqof atau mewaqofkan
2) Pengenalan cara bacaan gunnah atau dengung
3) Pengenalan bacaan ikhfa atau samar
4) Pengenalan bacaan idghom bigunnah
5) Pengenalan bacaan iqlab
6) Pengenalan cara membaca lafadz Allah (tafkhim atau tarqiq)
f. Ummi Jilid 626
1) Pengenalan bacaan qolqolah (mantul)
2) Pengenalan bacaan idghom bilagunnah
3) Pengenalan bacaan idzhar (jelas)
4) Pengenalan macam-macam tanda waqof dan washol
5) Cara membaca nun-iwadl, di awal ayat dan di tengah ayat
6) Membaca Ana, Na-nya dibaca pendek
24
Ibid,Jilid 4 25
Ibid,jilid 5 26
Ibid, Jilid 6
79
g. Ummi Ghoroibul Qur‟an27
1) Pengenalan bacaan-bacaan ghorib atau musykilat dalam al-Qur‟an
2) Pengenalan bacaan hati-hati ketika membacanya dalam al-Qur‟an
h. Ummi Tajwid28
1) Hukum nun sukun atau tanwin
2) Ghunnah (Nun dan Mim bertasydid)
3) Hukum Mim Sukun
4) Macam-macam idghom
5) Hukum lafadz Allah
6) Qolqolah
7) Idzhar wajib
8) Hukum Ro‟
9) Hukum Lam Ta‟rif
10) Macam-macam Mad
Untuk tahapannya Pembelajaran al-Qur‟an di SDIT Darojaatul
„Uluum dimulai dari jilid 1 sampai 6. Setelah menyelesaikan jilid 1 sampai
6 maka selanjutnya adalah al-Qur‟an. Anak-anak dibiasakan dalam
membaca al-Qur‟an dengan tartil. Ketika anak-anak sudah lancar
membaca al-Qur‟an dengan tartil, maka tahap selanjutnya adalah
gharaibul Qur‟an, setelah itu baru mempelajari teori tajwid. Dalam
praktiknya anak-anak sudah dibiasakan cara membaca al-Qur‟an apabila
nun bertasydid dibacanya bagaimana itu sudah dijelaskan, hanya saja
mereka belum diajarkan apa itu hukumnya, hal itu dilakukan supaya anak-
anak tidak terlalu sulit dalam belajarnya, penanaman konsep dan kebiasaan
itu sudah dilakukan ketika di jilid 1-6. Berdasarkan hasil observasi dengan
cara seperti itu anak-anak mampu membaca al-Qur‟an dengan tartil.29
Berikut pembagian waktu dalam setiap jilidnya:
27
Masruri,dkk, Belajar Mudah Membaca Al-Qur‟an Ghoroibul Qur‟an,
(Surabaya:Lembaga Ummi Foundation, 2007), cet. Ke-1 28
Masruri, dkk, Belajar Mudah Membaca Al-Qur‟an Tajwid Dasar, (Surabaya:Lembaga
Ummi Foundation, 2007), cet. Ke1 29
Hasil Observasi pada Selasa 3 Sept.ember 2019
80
a. Pembagian waktu Pembelajaran Al Qur‟an metode Ummi di sekolah
Jilid 1-6 + Al Qur‟an (60‟)
1) 5 ‟ Pembukaan (salam, do‟a pembuka dll)
2) 10‟ Hafalan surat-surat pendek (juz Amma) sesuai target
3) 10‟ Kalsikal (dengan alat peraga)
4) 30‟ individual/ Baca simak/ Baca simak murni
5) 5 ‟ Penutup ( drill dan do‟a penutup)
b. Pembagian waktu Pembelajaran Al Qur‟an metode Ummi di sekolah
Ghorib dan Tajwid Dasar ( 60‟)
1) 5 ‟ Pembukaan (salam, do‟a pembuka dll)
2) 10‟ Hafalan surat-surat pendek (juz Amma) sesuai target
3) 20‟ Materi Ghorib/ Tajwid (dengan alat peraga + Buku )
4) 20‟ Tadarus Al Qur‟an (Baca simak murni)
5) 5 ‟ Penutup ( drill dan do‟a penutup).
Terlepas dari itu hal yang tak kalah pentingnya adalah penataan
ruang kelas serta sarana dan prasarana sekolah. Untuk penataan ruang
kelas beberapa guru ada yang menerapkan berhadap-hadapan, adapula
yang berbentuk leter U. Hal ini disesuaikan dengan jumlah siswa, dan
kondisi ruangan yang digunakan. Untuk sarana dan prasarana sekolah
beberapa guru mengatakan bahwa sarana dan prasarana SDIT Darojaatul
„Uluum sudah cukup memadai untuk mendukung pembelajaran al-Qur‟an.
Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, sarana dan
prasarana sudah cukup memadai. Jika beberapa tahun lalu belajar al-
Qur‟an di kelas, di gazebo, di perpustakaan tanpa menggunkan meja dan
kursi ataupun lekar (meja untuk mengaji) sekarang beberapa hal tersebut
sudah terpenuhi. Hanya saja untuk guru al-Qur‟an perlu ada ruangan
khusus agar administrasi guru, alat penyangga, dan alat peraga tertata rapih
81
diruangan tersebut. Karena untuk saat ini belum ada ruangan khusus yang
memadai untuk guru al-Qur‟an.30
2. Unsur- unsur Utama Metode Ummi
Metode Ummi adalah metode yang mengutamakan mutu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator al-Qur‟an unsur-unsur
utama metode Ummi itu terletak pada 3 kekuatan utama, 10 pilar mutu,
dan 7 program dasar. Berikut penjelassannya:
a. Kekuatan metode Ummi
Kekuatan metode Ummi itu ada 3, yaitu: metode yang baik, mutu
guru, dan sistem yang berbasis mutu. Ustadz SH mengatakan:
“Dalam Ummi itu ada istilah kekuatan. Kekuatan Ummi ada 3
metode, sistem, dan guru yang bermutu. Dari ketiga unsur itu yang
paling berperan penting adalah guru yang bermutu yiatu 60%,
untuk metode dan sistem masing-masing 20%, akan tetapi ketiga
unsur itu saling menguatkan. Guru memang faktor utama dari
proses pembelajaran itu, untuk itu gur al-Qur‟an dengan metode
Ummi perlu sertifikasi.”31
b. 10 Pillar Mutu Ummi Foundation
Sistem berbasis mutu Ummi foundation dikenal dengan 10 (Pillar)
sistem mutu yang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses pembelajaran metode Ummi. 10 pilar sistem
mutu ini harus diterapkan untuk mencapai hasil yang berkualitas.32
Berikut 10 pilar sistem mutu Ummi foundation:
1) Good Will Management
a) Institusi yang pembelajaran Al Qur‟annya baik hampir dapat
dipastikan bahwa pengelolanya memiliki perhatian terhadap
pembelajaran Al Qur‟an.
b) Sejarah suksesnya pengajaran Al Qur‟an di Al Hikmah
Surabaya diawali dari sebuah statement pengelola : tidak
30
Hasil Observasi dan wawancara 31
Hasil wawancara dengan Ustadz SH selaku koordinator al-Qur‟an pada Senin, 02
September 2019. 32
Hasil wawancara dengan Ustadz AH, selaku guru al-Qur‟an, pada Senin 2 September
2019.
82
perlu ada Al Hikmah jika pengajaran Al Qur‟annya jelek
karena untuk Al Qur‟anlah Al Hikmah didirikan.
c) Pengelola berperan cukup besar pada iklim kerja yang
kondusif pada guru dan siswa sehingga mereka bisa bekerja
dan berprestasi secara optimal.
2) Sertifikasi Guru
a) Sertifikasi guru adalah proses pertama dan utama yang harus
dilakukan untuk menjamin mutu sebuah hasil
b) Sertifikasi guru adalah proses standarisasi mutu pada setiap
guru yang akan menggunakan metode ummi
c) Sertifikasi guru adalah upaya pemastian bahwa hanya guru
yang berkelayakan saja yang boleh mengajar dengan metode
ummi
d) Sertifikasi guru ummi adalah upaya memberi contoh pada
masyarakat luas tentang proses peningkatan mutu pendidikan
melalui sertifikasi guru
3) Tahapan yang baik dan benar
a) Tahapan baik adalah tahapan yang sesuai dengan
karakteristik obyek yang akan diajar. Mengajar anak TK
tidak sama dengan mengajar SD, demikian juga dengan
mengajar orang dewasa.
b) Tahapan benar adalah tahapan yang sesuai dengan bidang apa
yang akan kita ajarkan. Mengajar al-Qur‟an tidak sama
dengan mengajar matematika. Setiap bidang studi memiliki
karakteristik yang khas.
c) Tahapan mengajar al-Qur‟an yang baik adalah yang sesuai
problem kemampuan orang membaca al-Qur‟an dan metode
pengajaran bahasa yang sukses.
4) Target jelas dan terukur
a) Apakah kita bisa mengevaluasi pembelajaran dengan baik
jika targetnya tidak jelas dan tidak terukur
83
b) Target yang tidak jelas dan terukur sulit untuk di evaluasi
sehingga sulit diantisipasi jika ada masalah
c) Target yang terukur dan jelas bisa membantu guru dan
manajemen untuk memberi solusi yang tepat jika terjadi
masalah
d) Target yang terukur dan jelas juga akan membantu kita untuk
mengembangkan pembelajaran
5) Mastering Learning yang konsisten
a) Dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an materi sebelumnya
merupakan prasyarat bagi materi sesudahnya. Sehingga
ketuntasan materi sebelumnya sangat menentukan kelancaran
materi sesudahnya.
b) Ketuntasan yang diharapkan dalam ummi adalah mendekati
100 %. Khususnya pada jilid sebelum tajwid dan gharaibul
Qur‟an
c) Prinsip dasar dalam mastery learning adalah bahwa siswa
hanya boleh melanjutkan ke jilid berikutnya jika jilid
sebelumnya sudah benar-benar baik dan lancar.
d) Mastery learning yang diterapkan secara konsisten akan
menghasilkan mutu yang tinggi.
6) Waktu memadai
a) Target dan waktu adalah hal yang saling berhubungan.
Seberapa target yang akan dicapai adalah gambaran dari
seberapa waktu yang dibutuhkan.
b) Banyak target sebuah program tidak bisa dicapai karena
waktu yang tersedia tidak mencukupi.
c) Apakah mungkin seseorang bisa membaca al-Qur‟an dengan
baik jika belajarnya hanya 1 minggu 1 kali atau 2 kali
d) Dalam pengalaman pembelajaran bahasa yang sukses. Waktu
yang dibutuhkan harus minimal 3-4 kali seminggu dengan
84
durasi 60-70 menit. Dan akan semakin sempurna hasilnya
jika tambahan latihan mandiri.
7) Rasio guru dan murid yang proporsional
a) Mutu hasil dari sebuah proses belajar bahasa sangat
dipengaruhi oleh rasio guru dan siswa
b) Pengalaman pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah
sampai hari ini sulit mencapai mutu yang baik selama rasio
guru dan siswa masih tidak proporsional ( 1 : 40 )
c) Belajar membaca al quran adalah bagian dari belajar bahasa
yang membutuhkan latihan yang cukup untuk menghasilkan
kemampuan. Untuk itu dibutuhkan interaksi yang mendalam
antara guru dan siswa. Dan ini tidak mungkin terjadi jika
rasio terlalu besar.
d) Rasio yang ideal dalam belajar membaca al-Qur‟an adalah 1
: (10 -15)
8) Quality control yang intensife
a) Ada 2 jenis kontrol mutu yang harus ada jika kita ingin mutu
bisa dijaminkan : kontrol internal dan kontrol external
b) Setiap kenaikan jilid harus melalui tes dari koordinator al-
Qur‟an di lembaga tersebut (kontrol internal) dan untuk uji
terakhir program harus di lakukan oleh koordinator wilayah
yang ditunjuk (kontrol eksternal)
c) mengontrol bukan berarti kita tak percaya
Menurut ustadz Abdul Hamid quality control itu sangat
penting dalam proses pembelajaran. Dengan quality control
quality control yang dilakukan secara internal ataupun eksternal
dapat membantu peningkatan kualitas mutu, baik itu dari segi
guru, siswa, dan sarana prasarana sekolah.
85
9) Progressreport setiap siswa
a) Progress report sangat membantu kita agar masalah yang
mungkin terjadi dalam proses belajar cepat diketahui dan
diatasi
b) Progress report setiap anak membantu orang lain atau orang
tua untuk mengontrol proses belajar. Para orang tua bisa
memberi motivasi pada anak mereka jika dirasa
perkembangan putra-putrinya dalam belajar al-Qur‟an tidak
lancar.
c) Progress report bisa juga membantu guru untuk melakukan
remidial teaching pada anak dengan melihat titik-titik lemah
dari catatan pada progress report.
10) Koordinator yang hadal
a) Berperan aktif serta memiliki kemampuan yang baik dalam
memimpin segala sumber daya yang ada di sekolah
b) Mampu memecahkan masalah
c) Disiplin administrasi.33
c. 7 Program dasar metode Ummi
Program dasar metode Ummi terdiri dari 7 program yang
diterapkan dalam membangun generasi Qur‟ani dalam proses
pembelajaran al-Qur‟an dengan menggunakan metode Ummi. Selain
itu program ini bertujuan untuk membantu guru dalam pembelajaran
al-Qur‟an yang efektif, mudah, menyenangkan, dan menyentuh hati.
Diharapkan dengan 7 program dasar ini dapat menjadi sistem dasar
yang mampu menjamin setiap lulusan SD/MI, TKQ, dan TPQ dapat
menerapkan bacaan al-Qur‟an secra tartil. Adapun 7 program dasar
Ummi antara lain :
1) Tashih bacaan al-Qur‟an
33
Dokumentasi Visi, Misi Metode Ummi SDIT Darojaatul „Uluum, h.5-7, dokumen tidak
dipublikasikan.
86
Program ini bermaksud untuk memetakan standar kualitas bacaan
al-Qur‟an.
2) Tahsin
Program ini dilakukan untuk membina bacaan dan sikap guru al-
Qur‟an sampai bacaan al-Qur‟annya menjadi tartil dan dapat
mengikuti sertifikasi metodeUmmi.
3) Sertifikasi guru al-Qur‟an
Program ini diadakan untuk memberikan penyampaian terkait
metodologi pengajaran al-Qur‟an dan pengelolaan pembelajaran al-
Qur‟an. Program ini dilaksanakan selama 3 hari. Bagi guru yang
lulus sertifikasi maka akan mendapat sertifikat metode Ummi.
4) Coaching
Merupakan program pendampingan dan pembinaan kualitas
penyelenggaraan pengajar al-Qur‟an di sekolah dan lembaga-
lembaga yang menerapkan sistem Ummi sehingga bisa
merealisasikan target pencapaian mutu bagi siswa.
5) Supervisi
Program penilaian dan monitoring kualitas penyelenggara
pembelajaran al-Qur‟am di sekolah atau lembaga yang menerapkan
metode Ummi dengan tujuan memberikan akreditasi bagi lembaga
tersebut. Kegiatan evaluasinya meliputi:
a) Jumlah guru yang bersertifikat
b) Implementasi proses pembelajaran di kelas
c) Standar hasil belajar siswa
d) Jumlah hari efektif pembelajaran al-Qur‟an
e) Rasio guru dan siswa
f) Administrasi pengajaran
g) Pelaksanaan pembinaan guru dan mengevaluasi kualitas
pembelajarannya.
87
6) Munaqasyah
Program penilaian kemampuan siswa pada akhir pembelajaran
untuk menentukan kelulusan. Materi yang diujikan adalah:
a) Fashohah dan tartil al-Qur‟an (Juz 1-30)
b) Membaca ghoraibul Qur‟an dan komentarnya
c) Teori ilmu tajwid dan menguraikan hukum-hukum bacaan
d) Hafalan dari surat al-A‟la sampai surat an-Nas
Munaqosah meliputi tartil baca al-Qur‟an dan tahfidz al-Qur‟an
baik juz 30, 29, 28, 27, maupun di juz 1-5. SDIT Darojaatul
„Uluum hanya menerapkan juz 30, 28, dan 29
7) Khotaman dan Imtihan
Acara yang bertujuan uji publik sebagai bentuk rasa syukur, yang
dikemas secara elegan, sederhana,dan melibatkan orang tua dan
seluruh civitas akademika sekolah serta masyarakat sekitar.
Acaranya meliputi:
a) Demo kemampuan membaca dan hafala al-Qur‟an
b) Uji publik kemampuan membaca hafalan, bacaan ghoroibul
Qur‟an dan tajwid dasar
c) Ujian dari tim al-Qur‟an dari Ummi Foundation dengan
lingkup materi tertentu.34
3. Kelebihan dan Kekurangan
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan SDIT Darojaatul‟Uluum
dalam menerepakan metode Ummi:
a. Kelebihan
1) Lebih mudah memahami tajwid dasar
2) Tidak banyak penjelasan sehingga anak mudah mengerti
3) Bacaan al-Qur‟an tartil
34
Dokumentasi Visi, Misi Metode Ummi SDIT Darojaatul „Uluum, h.5-7, dokumen tidak
dipublikasikan.
88
4) Guru yang bersertifikasi
5) Sistem yang mengutamakan mutu
Dari beberapa kelebihan di atas maka perlu dikembangkan
kelebihan tersebut. Berikut cara mengembangkan kelebihan yang ada
di SDIT Darojaatul ‟Uluum:
1) Mengadakan pembinaan internal seminggu sekali untuk guru-
guru al-Qur‟an
2) Mengikuti pembinaan eksternal yang diadakan oleh Ummi
Foundation pusat ataupun Ummi Foundation Depok
3) Mengupgrade kemampuan guru dan siswa
4) Merefresh metodologi pembelajaran.35
b. Kekurangan
1) Belum ratanya kemampuan guru dalam mengajar
2) Waktu yang kurang efektif karena pergantian jam pelajaran.
3) Kurangnya dukungan orang tua di rumah.
Dari beberapa kekurangan di atas berikut usaha yang dilakukan
SDIT Darojaatul „Uluum untuk meminimalisir kekurangan yang ada:
1) Dilakukan supervisi supaya tidak terjadi kesalahan, tidak ada lagi
keterlambatan dalam mengajar. Supervisi ini dilakukan secara
internal oleh koordinator al-Qur‟an dan secara eksternal yang
dilakukan oleh Ummi Foundation Depok.
2) Melakukan evaluasi guru al-Qur‟an yang diadakan seminggu
sekali, untuk menyelaraskan metodologi pengajaran, dan untuk
melaporkan hasil belajar siswa.
35
Hasil Observasi dan wawancara pada Senin, 2 September 2019
89
Gambar 4.8: Kegiatan Evaluasi dan Pembinaan Internal Guru al-Qur‟an
3) Membuat grup Whatsapp dengan orang tua kemudian guru
mengirimkan audio atau vidio bacaan supaya anak-anak dapat
mempelajari dan mengulang lagi materi yang diajarkan, dan
melakukan home visit supaya adanya kedekatan dengan orang tua
dan guru. Dengan cara seperti ini diharapkan orang tua dapat
mengetahui progress belajar putra-putrinya, dan dapat
bekerjasama membantu putra-putri mereka agar dapat membaca
al-Qur‟an dengan tartil.
C. Pembahasan
Implementasi atau penerapan metode Ummi di SDIT Darojaatul
„Uluum sudah terlaksana dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran yang
diterapkan sudah sesuai dengan standar sistem yang diajukan oleh Ummi
Foundation. Sebagai mitra sekolah tentunya Ummi Foundation memberikan
sistem pembelajaran terbaiknya yang harus diterapkan oleh SDIT Darojaatul
„Uluum untuk mencetak generasi Qur‟ani yang unggul di tengah keadaan
zaman yang semakin berkembang.
Pembelajaran al-Qur‟an di SDIT Darojaatul „Uluum dilaksanakan
setiap hari Senin-Jum‟at. Setiap hari dibagi 3 sesi. Sesi pertama pukul 07.30-
08.30 WIB untuk kelas 1 dan 2, sesi kedua pukul 08.30-09.30 untuk kelas 3
dan 4, sesi ketiga pukul 10.00-11.00 WIB untuk kelas 5 daan 6.
90
Dalam proses pembelajarannya metode Ummi tidak membuat RPP
layaknya pembelajaran yang lain, tetapi setiap guru harus membuat prosem
(program semester) untuk setiap kelompok yang dipegangnya. Selain itu
sebelum mengajar setiap guru dituntut untuk menguasai materi yang akan
diajarkan, menyiapkan media pembelajarannya , dan menyiapkan segala
administrasi pembelajaran berupa jurnal, form evaluasi, dan juga absen, pun
ketika pembelajaran berlangsung guru harus mengisi administrasi siswa seperti
buku tilawah mandiri, buku mutaba‟ah, dan juga buku tahfidznya.
Untuk tahapan mengajar harus baik dan benar dalam artian harus sesuai
dengan 7 urutan tahapan pembelajaran al-Qur‟an dengan metode Ummi.
Tahapan tersebut adalah; pertama, Pembukaan dimulai dengan salam, guru
memotivasi siswa, pengondisian siswa, dan do‟a. Do‟a yang digunakan adalah
membaca surat al-Fatihah, membaca do‟a orang tua dan Nabi Musa, kemudian
membaca do‟a pembuka metode Ummi. Kedua, apresepsi, yaitu muroja‟ah
hafalan, menambah hafalan, dan mengulang materi sebelumnya untuk dapat
dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Ketiga, penanaman konsep, yaitu
proses penjelasan materi yang akan diajarkan. Keempat, pemahaman konsep,
yaitu memberikan pemahaman kepada anak atas penjelasan materi yang telah
diajarkan dengan memberikan contoh-contoh pada pokok bahasan. Kelima,
latihan atau keterampilan, yaitu, melancarkan bacaan anak dengan mengulang-
ngulang materi pada buku jilid.Keenam, evaluasi, yaitu melakukan pengamatan
dan memberi penilaian terhadap bacaan anak. Ketujuh, Penutup, yaitu,
mengondisikan anak supaya tetap tertib kemudian do‟a.36
Metode Ummi memiliki 3 kekutan utama, 3 kekuatan itu adalah
kelebihan metode Ummi, yaitu guru yang bersertifikasi, metode yang baik, dan
juga sistem yang bermutu. Manajemen pengelolaan pembelajaran metode
Ummi sudah di susun sebaik mungkin. Sistem yang baik atau sistem berbasis
mutu metode Ummi dikenal dengan 10 pillar sistem mutu Ummi.
Di bab 2 sudah dibahas terkait dengan metode pembelajaran al-Qur‟an
yang ada di Indonesia. Untuk mempermudah melihat persamaan dan perbedaan
36
Hasil observasi dan wawancara pada 2 September 2019.
91
beberapa metode yang di bahas di bab 2 dengan metode Ummi, maka akan
penulis jabarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.4: Persamaan dan perbedaan Metode Pembelajaran al-Qur‟an yang
ada di Indonesia dengan Metode Ummi
No Nama Metode Persamaan Perbedaan
1.
al-Baghdadi
Mengajarkan membaca
al-Qur‟an, mengenalkan
huruf hijaiyah.
Menggunakan metode
pengulangan yang lebih
dikenal dengan metode alif,
ba, ta. Tidak ada program
tahsin tashihnya. Hanya ada 1
jilid. Guru tidak bersertifikasi,
tidak ada supervisi.
2.
Al-Barqy
Mengajarkan membaca
al-Qur‟an, mengajarkan
tajwid dasar.
Berbeda pada tahap
mengajarnya, tidak memiliki
banyak buku jilid,
menggunakan metode SAS,
Al-Barqy memiliki buku
latihan menulis sementara
Ummi tidak, guru tidak
bersertifikasi, tidak ada tashih
dan tahsin, serta supervisi
3.
Jibril
Mudah di pahami dan
mudah di terapkan,
dapat di terapkan oleh
berbagai kalangan.
Guru tidak memiliki sertifikat
atau syahadah. Tidak ada
evaluasi bacaan murid. tidak
adaa tashih bacaan al-Qur‟an
4.
Qira‟ati
Menggunkan metode
klasikal ataupun
individual,
menggunakan alat
peraga. Guru
bersyahdah, ada
program tashin
Tidak menekankan kepada
sistem yang mengutamakan
mutu
5.
Tilawati
Menggunakan alat
peraga, guru
bersertifikasi,
menggunakan metode
klasikal dan individual
Menggunakan lagu rost, buku
jilid hanya ada jilid 1-5. Tidak
ada khataman.
6.
Iqra‟
Mengajarkan membaca
al-Qur‟an,
menggunakan buku
jilid.
Guru tidak bersertifikasi,
semua guru bisa menguji
kenaikan jilid, tidak ada
supervise.
7.
Usmani
Menggunakan metode
klasikal dan individual.
Guru tidak bersertifikasi,
hanya ada 6 tahapan
pembelajaran.
92
92
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian mengenai hasil penelitian yang peneliti
lakukan mengenai implementasi metode Ummi dalam pembelajaran al-
Qur’an di SDIT Darojaatul ‘Uluum, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Penerapan metode Ummi di SDIT Darojaatul ‘Uluum sudah mengikuti
standar minimal yang dimiliki oleh sistem Ummi Foundation.
Komponen pembelajaran dalam pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi sudah sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Dalam perencanaan pembelajaran guru membuat program
semester dan tidak ada RPP. Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum
mengajar adalah administrasi guru seperti absen, jurnal, form penilaian,
alat peraga, dan buku jilid. Pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik.
metode Ummi memiliki 7 tahapan pembelajaran, yaitu: pembukaan,
apersepsi, penanaman konsep, pemahaman konsep, latihan, evaluasi, dan
penutup. Materi pembelajaran al-Qur’an dengan metode Ummi sudah
ditentukan oleh Ummi Foundation. Target pencapaian yang diajukan
oleh Ummi Foundation adalah 1 jilid 40 pertemuan. SDIT Darojaatul
‘Uluum berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan, bahkan
ada yang melebihi dari target yang telah ditentukan. Standar minimal
dalam penyelesaian materi adalah1 hari 1 halaman, standar maksimal 1
hari 2-4 halaman. Namun semua itu tergantung dengan kemampuan
siswa.
2. Unsur-unsur utama dari metode Ummi adalah sebagai berikut:
a. Metode Ummi memiliki 3 kekuatan, yaitu: metode yang baiik, guru
yang bermutu, dan sistem yang berbasis mutu.
b. Sistem yang bermutu harus memenuhi 10 Pillar mutu metode
Ummi.
c. Metode Ummi memilik 7 program dasar.
93
3. Cara mengatasi kekurangan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan supervisi
b. Melakukan evaluasi
c. Melakukan koordinasi dengan ornag tua melalui grup Whatsapp dan
home visit.
Adapun cara mengembangkan kelebihannya adalah:
a. Mengadakan pembinaan internal
b. Mengikuti pembinaan eksternal
c. Mengupgrade kemampuan siswa dan guru
d. Merefresh metodologi pembelajaran
B. Implikasi
1. Pengembangan metode pembelajaran al-Qur’an dengan meningkatkan
kompetensi guru, dan melengkapi media serta sarana dan prasarana
pembelajaran.
2. Peningkatan mutu dengan menjaga standar sistem yang telah ditentukan
oleh Ummi Foundation.
3. Pengembangan dan penerapan program dengan meminimalisir kelemahan
dan mengembangka kelebihan.
C. Saran
1. Bagi Sekolah
Disarankan untuk melengkapi media serta sarana prasana untuk
pembelajaran al-Qur’an. Mendukung proses pembelajaran al-Qur’an di
sekolah.
2. Bagi Guru
Disarankan untuk terus belajar mengasah kemampuan membaca dan
mengajarkan al-Qur’an dengan mengikuti pembinaan dan pelatihan untuk
guru al-Qur’an. Melaksanakan pembelajaran al-Qur’an semaksimal
mungkin guna melahirkan generasi unggul yang mencintai al-Qur’an.
94
3. Bagi Lembaga Pendidikan Islam
Disarankan untuk mendukung dan mengembangkan program
pembelajaran al-Qur’an agar terciptanya sistem pembelajaran al-Qur’an
yang baik dan maksimal yang dapat mencetak generasi Qur’ani.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Supriyadi, dkk. Modul Praktikum Qira’at al-Qur’ani. Ciputat: UIN
Jakarta Press. 2007.
Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2008.
Alim, Muhammad.Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Al-Hafidz, Ahsin Wijaya. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta :
Bumi Aksara, 1994.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Az-Zarnuji. Ta’limul Muta’allim Pentingnya Adab sebelum Ilmu. Terj. dari
Ta’limul Muta’allim fi Thariq At-Ta’allum, oleh Abdurrahman Azzam.
Solo: PT. Aqwam Media Profetika. 2019.
Budiyanto, Mangun. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’. Yogyakarta: Team
Tadarus AMM. 1995.
Daradjat, Zakiyah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Eldeeb, Ibrahim. Be a Living Qur’an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat Al-
Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari. Terj. dari Masyru’uk al-Khash
ma’a al-Qur’an oleh Faruq Zaini. Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Fuadi, Ahsanul dan Eli Susanti.Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat
Lukman, Belajea: Jurnal Pendidikan Islam Vol.2 No.2, p-ISSN 2548-
3390;e-ISSN 2548-3404, 2017.
Gafur, Abdul. Kajian Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dalam
Perspektif Multiple Intelligences. Jurnal Madrasah. Vol.5. 2012.
Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
2009.
Hamalik, Oemar. Media Pembelajaran. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994.
Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.
96
Hasan, Abdurrohim, M.Arif, Abdur Rouf. Strategi Pembelajaran al-Qur’an
Metode Tilawati. Surabaya: Pesantren AlQur’an Nurul Falah PTT VB.
2010.
Hasanah, Abidatul. Penerapan Metode Usmani dalam Pembelajaran al-Qur’an
Santri TPQ Nurul Iman Garum Blitar. Briliant: Jurnal Riset dan
Konseptual.Vol.2.No.4.http://dx.doi.org/10.28926/briliant.v2i4.107. 2017.
Imtihana,Aida. Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Qur’an
di SD Islam Terpadu A-Ridho Palembang. Jurnal Pendidikan Agama
Islam. Vol.2. Iss 2. e-resources.perpusnas.go.id. 2017.
Juwaini, Jazuli. Revitalisasi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bening Citrakreasi
Indonesia, 2011.
Khon, Abdul Majid.Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan al-Qur’an Qira’at
Ashim dari Hafas. Jakarta : Amzah, 2013.
__________________. Hadits Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012.
Kusuma, Yuanda. Model-Model Perkembangan Pembelajaran BTQ di TPQ/TPA
di Indonesia. Jurnal Pendidikan Agama IslaM. Vol.5. h.48.
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/jpai/. 2018
Lembaga Qira’ati Pusat, Metode Pembelajaran Qira’ati. www.qira’atipusat.or.id
Majid,Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
__________. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikani. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Misbakhudin, dkk, Penerapan Media Pembelajaran Metode Ummi Berbasis
Android Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Al-Qur’an, Jurnal
Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI), Vol.3, 2018.
Munadi, Yudhi dan Farida Hamid, “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan,” Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009. Tidak dipublikasikan.
97
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-29. Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2011.
Nata, Abuddin.Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta :
Kencana, 2009.
____________. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratam, 2005.
____________. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2003.
____________. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenadamdia Group.
2012.
Purwaka, Sigi dan Sukiman Efektivitas Pembelajaran al-Qur’an di Madrasah
Ibtidayah Negeri Yogyakarta II dan Sekolah Dasa Islam Terpadu Al-
Khairat Yogyakarta (Studi Komparasi Metode Iqra’ dan Metode Ummi),
Jurnal pendidikan Agama Islam, Vol. XIV, No.2, DOI :
10.14421/jpai.2017.142-07, 2017.
Ramayulis, Dasar-Dasar Pendidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Kalam Mulia, 2015.
Riyana, Cepi. Modul 6 Komponen-Komponen Pembelajaran. http://file.upi.edu,
2012.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Sa’id, Abdul Hanan. Miftahut Tajwid. Jakarta:Manhalun Nasyi-in Press, 2011.
Santoso, Subhan Adi. Implementasi Metode Iqra’ dan Metode Tilawati dalam
Pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Diniyah al-Falah odung
Bangkalan. Jurnal Pendidikan Islam. Vol.4. (ejournal.kopertais4.or.id).
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung : Alfabeta, 2015.
Suralaga, Fadhilah, dkk. Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Jakarta:
UIN Jakarta Press. 2005.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Ummi Foundation, 10 Mei 2017. https://ummifoundation.org/tentang.
98
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. Sumberdaya.ristekdikti.go.id, 2016.
Wawancara pribadi dengan Miss Dian Santri salah satu guru al-Qur’an di Yayasan
Darajatul Ulum, pada 07 Januari 2018.
Wawancara pribadi dengan Hanifah Shirta, 20 Desember 2018.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desai Pembelajaran Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013, Jakarta: Kencana, 2013.
99
Lampiran 1
Kode Narasumber
Kepala Sekolah:
Ulil Amri, M.Pd (UA)
Koordinator al-Qur’an:
Syam Hariyadi, S.Pd.I (SH)
Guru al-Qur’an:
1) M. Abdul Hamid, S.Pd (AH)
2) Imron Syafe’i (IS)
3) M. Adlan Fauzi (AF)
4) Ikra Fajarani Sari, S.Pd.I (IF)
100
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Informan : Ulil Amri, M.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Waktu : Jum’at, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang Kepala Sekolah SDIT Darojaatul ‘Uluum
Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama bapak menjadi
Kepala Sekolah di sini?
Sudah 8 tahun. Saya menjadi Kepala
Sekolah sejak tahun 2011 sampai
sekarang.
Apa pendidikan terakhir bapak? Pendidikan terakhir saya S2, saya
menyelesaikan S1 di UIN Jakarta juga
di jurusan yang sama dengan Kak
Elmi Jurusan PAI
Bagaimana sejarah berdirinya sekolah
ini?
Berdirinya di tahun 2008. Di dirikan
oleh Pak Haji Abdullah dengan ketua
Yayasan Bapak H.Dirja dengan niatan
mencerdasarkan kehidupan bangsa.
Selain itu cita-cita Pak H.Abdullah
dan adiknya Pak H.Dirja yaitu ingin
membuat amal usaha. Selain itu
yayasan Darojaatul ‘Uluum juga
mendirikan lembaga sosial yang
diberikan nama LAZIS DU. Lembaga
sosial ini guna menyalurkan infaq dan
shodaqah serta hal lain yang berbau
sosial. Kemudian untuk membantu
usaha pemerintah dalam
101
mencerdaskan bangsa maka
dibentuklah SDIT Darojaatul ‘Uluum
dengan niat beribadah karena Allah
SWT.
Bagaimana keadaan guru dan murid di
SDIT Darojaatul ‘Uluum?
Keadaan guru dan murid dari segi
kualitas dan kuantitas pastinya
berubah dari tahun 2009 sampai
sekarang 2019 dari yang gurunya 5
sampai sekarang 48, siswanya 38 jadi
370 siswa. Ya Alhamdulillah
kualitasnya meningkat dari perlu
ditingkat dengan baik.
Apa program unggulan SDIT
Darojaatul ‘Uluum?
Program unggulan pertama karakter
dan akhlak, al-Qur’an, akademik, dan
bahasa Inggris.
Metode apakah yang digunakan dalam
pembelajaran al-Qur’an di SDIT
Darojaatul ‘Uluum?
Metode pembelajaran yang digunakan
adalah metode Ummi
Mengapa SDIT Darojaatul ‘Uluum
menggunakan metode Ummi untuk
pembelajaran al-Qur’an?
Sekolah ini memilih metode Ummi
untuk pembelajaran al-Qur’an karena
metode Ummi itu yang pertama
mudah, yang kedua itu simple, dan
yang ketiga itu berirama. Karena
ketiga hal itu saya dan team
mempertimbangkan dan akhirnya
kami memilih metode Ummi dalam
pembelajaran al-Qur’an, dengan
harapan anak-anak dapat dengan
mudah menangkap dan memahami
pelajaran al-Qur’an karena al-Qur’an
102
merupakan salah satu program
unggulan kami
Sudah berapa lama metode Ummi
digunakan di SDIT Darojaatul
‘Uluum?
SDIT Darojaatul ‘Uluum
menggunakan metode Ummi dari
tahun 2011, berarti sudah hampir 8
tahun.
Apakah semua guru SDIT
Darojaatul’Uluum mengajar al-
Qur’an?
Tidak semua guru mengajar al-
Qur’an, namun semua guru harus
belajar al-Qur’an, supaya bisa seirama
dan sejalan dengan anak-anak. Guru
yang mengajar al-Qur’an adalah guru
yang bersertifikasi Ummi. Kami
mengadakan tahsin untuk guru-guru
dan karyawan SDIT Darojaatul
‘Uluum setiap hari Rabu di minggu
kedua.
Adakah kriteria khusus bagi guru
pengajar al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi?
Kriteria khusus bagi pengajar al-
Qur’an ya tentunya bacaan qur’annya
harus tartil, makharijul hurufnya baik.
Patinya harus lulus sertifikasi metode
Ummi.
Adakah pelatihan khusus untuk guru
al-Qur’an?
Jadi kalau SDM al-Qur’an sudah
terorganisir dari Ummi Foundation
dari mulai tahsin, tashih, dan
sertifikasinya. Sertifikasi guru al-
Qur’an metode Ummi itu modelnya
seperti SIM perlu diupgrade supaya
kualitas gurunya lebih terjamin.
Untuk pelatihan guru al-Qur’an
diadakan internal oleh guru al-Qur’an
103
itu sendiri bersama dengan
koordinator guru al-Qur’an yang
diadakan seminggu sekali. Jika ada
pelatihan umum yang diadakan oleh
Ummi Foundation kota Depok kita
ikut pelatihan tersebut.
Usaha apa yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
al-Qur’an di SDIT Darojaatul ‘Uluum?
Upgrade kemampuan guru,
memastikan sistem Ummi itu
berjalan, dan keistiqomahan guru-
guru dalam mendidik anak-anak.
Bagaimana caranya anak-anak dapat
membaca al-Qur’an dengan cara yang
menyenangkan, dan tidak
membosankan.
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Ulil Amri, M.Pd
104
Hasil Wawancara
Informan : Syam Hariyadi, S.Pd.I
Jabatan : Koordinator al-Qur’an
Waktu : Senin, 2 September 2019
Tempat : Ruang Koordinator al-Qur’an SDIT Darojaatul ‘Uluum
Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama Ustadz menjadi
Koordinator al-Qur’an?
Jadi koordinator guru al-Qur’an dari
tahun 2012. Saya menjadi koordinator
al-Qur’an yang ketiga, seblumnya
adalah Pak Ulil dan Ustadz Nur
Mengapa SDIT Darojaatul ‘Uluum
memilih metode Ummi untuk
pembelajaran al-Qur’an?
Berawal dari tidak samanya persepsi
ngajar antara guru yang satu dengan
guru yang lain. Jadi masing-masing
punya cara sendiri-sendiri yang
menyebabkan hasil setiap anak
berbeda-beda pencapainya. Nah
ditahun 2011 pertengahan ada
pelatihan merode Ummi yang dikirim
Utadz Nur dan Ustadz Udin, dan
ternyata metode Ummi itu mudah,
menyenangkan, berirama sehingga
anak-anak dapat dengan mudah
membaca al-Qur’an. Maka, pada
pertengahan tahun 2011 mulai
menggunakan metode Ummi.
Apa tanggapan ustadz mengenai
metode Ummi yang sekarang
diterapkan di SDIT Darojaatul
Kalau dilihat dari sejarahnya dahulu
memang ada beberapa hambatan ya,
awalnya, awalnya saja. Ada beberapa
105
‘Uluum? orang tua yang mempertanyakan ya
khususnya kelas 1 anaknya sudah Iqra
5 tetapi ketika masuk ke DU jilid 1
lagi begitu. Nah secara umum sih
perkembangannya bagus ya dari tahun
ke tahun. salah satu kelebihan Ummi
adalah lebih mengutamakan bagusnya
bacaan al-Qur’an, tahsinnya terlebih
dahulu jilid 1 sampai dengan jilid 6
kemudian dilanjutkan al-Qur’an
gharaibul Qur’an dan tajwid.
Hari apa saja kegiatan pembelajaran
al-Qur’an berlangsung?
Pembelajaran al-Qur’an berlangsung
setiap hari selama hari aktif sekolah.
Yaitu di hari senin sampai Jum’at.
Nah itu ada 3 sesi tuh. Sesi pertama
itu jam 07.30, sesi kedua 08.30, sesi
ketiga 10.00.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
dalam pembelajaran al-Qur’an setiap
harinya?
Waktu yang dimudahkan dalam 1 kali
pertemuan itu 60 menit.
Apa persiapan yang dilakukan guru
sebelum melakukan pembelajaran al-
Qur’an?
Persiapan yang dilakukan sebelum
mengajar ya guru harus
mempersiapkan materi, administrasi
pembelajaran, alat peraga juga
penyangganya.
Apakah ada kriteria khusus untuk guru
pengajar al-Qur’an?
untuk menjadi guru al-Qur’an harus
memiliki beberapa kriteria yang
ditentukan. Standar umumnya adalah
bahwa seorang guru al-Qur’an
106
bacaannya harus tartil dan standar
khususnya adalah lulus tashih dan
lulus sertifikasi guru al-Qur’an, untuk
standar minimalnya ya lancar
membaca al-Qur’an.
Bagaimana tahapan pembelajaran al-
Qur’an dengan menggunakan metode
Ummi?
Ya tahapan pembelajaran al-Qur’an
ada 7 yaitu pembukaan yang dimulai
dengan do’a, kemudian guru
memotivasi siswa, apersepsi yaitu
muroja’ah mengulang pelajaran dan
hafalan sebelumnya, penanaman
konsep, pemahaman konsep, latihan
setiap siswa, evaluasi atau
pengambilan nilai, dan yang terakhir
adalah penutup.
Apa unsur –unsur utama dari metode
Ummi?
Di Ummi itu ada istilah kekuatan. Nah
kekuatan Ummi itu ada 3 yang
pertama sistem, yang kedua metode,
yang ketiga guru yang berkualitas.
Dari ketiga unsur itu yang paling
berperan penting adalah guru yang
berkualitas. Guru yang berkualitas itu
mengambil peran 60%, 20% nya
sistem, dan 20% lagi metode. Namun
ketiga unsur itu harus saling
menguatkan. Sistem Ummi itu terdiri
dari 10 Pillar mutu Ummi,contoh guru
al-Qur’an harus bersertifikasi,
kemudian pembelajaran al-Qur’an
diadakan setiap hari senin-Jum’at.
107
Apakah materi pembelajaran al-
Qur’an sesuai dengan kurikulum?
Ya untuk materi pembelajaran sudah
ditetapkan oleh Umm Foundation,
kurikulumnya bukan kurikulum 2013
ya, tetapi untuk target pencapaian atau
tujuan pembelajaran itu kita mengikuti
Ummi Foundation, misal kelas 1
semester 1 materinya jilid 1 dengan
target mampu menyelesaikan jilid 1 di
semester pertama. Alhamdulillah kami
sudah menyesuaikan dengan materi
yang diajukan oleh Ummi Foundation.
Materi apa saja yang diberikan di
setiap tingkatan?
Untuk materinya jilid 1 sampai jilid 6,
kemudian lanjut al-Qur’an, setelah itu
gharaibul Qur’an, dan tahapan
terakhir adalah tajwid. Setelah
menyelesaikan tajwid maka tahapan
selanjutnya adalah tahfidz juz 30 dan
29.
Bagaimana sistem pembagian
kelasnya? Apakah sesuai tingkatan
atau jilid?
Untuk pembelajaran al-Qur’an tidak
per kelas tetapi per rombel
(rombongan belajar). Jadi kelas 1
semua digabung jadi 1 kemudian
dipecah perkelompok. Nah
kelompoknya yang menentukan
koordinator sesuai dengan
kemampuan siswa, namanya sesuai
dengan pemetaan awal atau classment
test makanya setiap anak-anak yang
menggunakan Ummi kita tes awal
dulu baru ditentukan kelompoknya.
108
Berapakah maksimal jumlah siswa
dalam satu kelompok?
Maksimal jumlah siswa dalam 1
kelompok itu 15 siswa. Nah cara
membagi kelompoknya adalah siswa
dengan kategori cepat jumlah
kelompoknya lebih banyak daripada
kelompok siswa dengan kategori
lambat. Anak yang cepat 15, yang
sedang 12 yang lambat 10 atau
dibawah 10.
Apakah target yang ingin dicapai
dengan menggunakan metode Ummi?
Target utama anak anak-anak tartil
dalam membaca al-Qur’an karena itu
sangat penting itu, dan target umum
nya adalah anak-anak menyelesaikan
hafalan juz 29 dan 30.
Apakah kelemahan dan kelebihan dari
metode Ummi?
Kelemahan belum ratanya
kemampuan guru dalam mengajar.
Hambatan-hambatan itu setiap
tahunnya berkurang. Kemudian waktu
yang kurang efektif karena pergantian
jam itu kan berkurang 5 menit bahkan
10 menit. Kelebihannya itu anak-anak
mampu membaca al-Qur’an dengan
tartil, selain itu Ummi adlaah metode
yang mudah dan menyenagkan ya.
Bagaimana cara mengatasi kelemahan
dan mengembangkan kelebihan?
Cara mengatasi kelemahannya ya itu
mengadakan supervisi, agar tidak
terjadi lagi kelembatan dalam
mengajar, kemudian pola-pola
mengajar itu diperbaiki ketika
supervisi. Nah supervisi itu saya
109
selaku koordinator datang ke setiap
kelompok gitu. Adapun suversi itu ada
supervisi internal yang dilakukan oleh
koordiantor yang saya masuk ke
kelompok-kelompok, dan ada juga
supervisi eksternal yang dilakukan
oleh tim UF Depok.
Kalau untuk mengembangkan
kelebihannya diadakan pembinaan
setiap pekan, kemudian refresh
metodologi. Pembinaan juga
dilakukan secara internal dan
eksternal.
Mengetahui,
Koordinator al-Qur’an
Syam Hariyadi, S.Pd.I
110
Hasil Wawancara
Informan : M. Abdul Hamid, S.Pd
Jabatan : Guru al-Qur’an
Waktu : Senin, 2 September 2019
Tempat : Ruang Koordinator al-Qur’an SDIT Darojaatul ‘Uluum
Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama Ustadz menjadi
guru al-Qur’an?
Sudah 5 tahun sejak tahun 2014
Apakah ada tugas mengajar mata
pelajaran lain?
Tidak ada. Alhamdulillah dari awal
saya ke DU memang sebagai guru al-
Qur’an.
Bagaimana tanggapan Ustadz
mengenai metode Ummi yang sekarang
diterapkan di SDIT Daraajatul ‘Uluum?
proses pembelajaran al-Qur;an
dengan menggunakan metode Ummi
di SDIT Darojaatul ‘Uluum sudah
berjalan dengan baik. Kami sudah
mengikuti beberapa sistem yang
diajukan oleh Ummi Foundation
seperti adanya pembelajaran al-
Qur’an dari hari senin-Jum’at setiap
harinya 3 sesi pembelajaran, adanya
evaluasi dan supervisi oleh
koordinator al-Qur’an, tentunya
dengan dukungan pimpinan sekolah
kami. Yang saya rasakan selama
mengajar metode Ummi yang
sebelumnya saya tidak memakai
metode Ummi sampai sekarang
setelah memakai dan mengajarkan
metode Ummi pengaruhnya sangat
signifikan, bacaan al-Qur’annya
semakin membaik, makharijul
hurufnya sudah mulai terlatih, dan
kecintaan anak terhadap al-Qur’an
pun cukup meningkat ka.
Persiapan apa saja yang dilakukan
sebelum mengajar?
Persiapan saya sebelum mengajar ya
tentunya persiaapkan diri,
mempersiapkan materi tentunya,
harus hafal dan paham dengan materi
111
yang akan diajarkan. Persiapan lain
ya mempersiapkan media yaitu alat
peraga, buku jilid, ada buku
administrasinya juga, dan tentunya
media nya adalah diri kita sendiri.
Apakah materi yang diajarkan sesuai
dengan kurikulum?
Jadi dari Ummi Foundation telah
menyiapkan materi materinya itu jilid
1-6, al-Qur’an, gharaibul Qur’an,
dan tajwid. Kurikulumnya bukan
seperti kurikum 2013 ya ka. Jadi dari
Ummi Foundation telah membuat
standar sendiri dan kemudia
disesuaikan dengan pihak sekolah,
karena ada sekolah ada yang tidak
memenuhi standar yang Ummi
inginkan, dan ada sekolah yang
memang memenuhi standar yang
Ummi ajaukan seperti sekolah kami
alhamdulillah sangat sesuai dengan
target yang diajukan Ummi
pembelajaran 5 hari sudah dilakukan,
1 harinya 3 sesi sudah dilakukan.
Bagaimana proses atau tahapan
pembelajaran al-Qur’an dengan metode
Ummi?
Tahapan pembelajarannya kan ada 7
ya, secara tahapan kan ada
pembukaan terus apresepsi
mengulang materi yang sudah
diajarkan, penanaman konsep itu
mengenalkan pelajaran baru,
kemudian pemahaman konsep,
kemudian yang selaanjutnya adalah
latiha keterampilah anak-anak baca
klasikal gitu
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk siswa menyelesaikan materi
pelajaran setiap jilidnya? Apakah setiap
siswa sama dalam menyelesaikannya?
Bicara standarnya dari Ummi sendiri
standar umumnya itu adalah 1 hari 1
halaman, sementara jilid Ummi itu
kan 40 halaman, berarti kalau kita
bisa jumlahkan 1 hari itu satu
halaman berarti 40 pertemuan bisa
tuntas rata-ratanya 2 bulan baru
tuntas 1 jilid. Ya tapi tidak mengacu
kesana kita juga melihat kemampuan
anak dan kondisi lapangan. Kalau
anaknya cepat ya kita bongkar target
itu menjadi lebih cepat. Pengalaman
saya, kalau saya pribadi gak pernah
muluk-muluk untuk menargetkan
112
anak-anak melebihi standar target
pencapaian yang sudah ditentukan.
Caranya bagaimana? Ya kalau saya
pertama yang saya lakukan adalah
penyesuaian dengan anak-anak,
membuat anak-anak suka belajar
dengan saya, kalau mereka sudah
suka dengan saya maka insya Allah
mereka akan semangat dan mengikuti
apa yang saya instruksikan. Dengan
cara seperti itu sangat membantu kak.
Mengalir saja sesuai dengan
kemampuan anak-anak, tidak harus 1
hari 3 halaman, 2 halaman, tidak.
Ketika 1 hari itu sulit ya 1 hari 1
halaman, kalau hari itu mudah ya 1
hari 2,3, atau 4 halaman. Kalau anak-
anaknya tergolong katagori cepat
boleh dimajukan daripada target yang
telah ditentukan. Contoh saya ngajar
kelas 1 dengan kategori kelompok
yang cepat sehingga kelompok saya
dapat menyelesaikan Jilid 1 dengan
23 pertemuan, yang standar
seharusnya adalah 40 pertemuan.
Kalau untuk kemampuan memang
setiap kelompok beda-beda. Satu
kelompok pun ada yang tingkatannya
cepat, sedang, lambat, tetapi hal itu
tidak menjadi halangan untuk kita
meluluskan anak-anak itu semua,
karena ketika kita sudah pegang
sebagai kelompok kita ya gimana
caranya kita standarkan semua anak
itu menjadi standar bacaan yang kita
inginkan, sehingga semua anak bisa
rata dapat kemampuan yang sama. Di
sekolah kami koordinatornya yaitu
Ust. Syam rajin ya menanyakan
keadaan siswa di setiap kelompok,
sehingga diadakan evaluasi, kalau
dalam 1 kelompok ada yang
jomplang misalnya anka itu lebih
lambat daripada teman-teman 1
kelompoknya, maka anak itu
dipindahkan ke kelompok yang
113
memiliki kemampuan yang sama.
Apakah ada RPP pembelajaran al-
Qur’an?
Untuk RPP tidak ada itu yang saya
senangi. Tetapi kita membuat
prosem .
Apa unsur-unsur utama yang dimiki
oleh metode Ummi?
Ya unsur utamanya yaitu 3 kekuatan
umi sistem berbasis mutu, metode
guru yang bermutu, selain itu ada 20
pillar mutu Ummi, dan 7 program
dasarnya.
Bagaimana teknik evaluasinya? Teknik evaluasinya ya anak-anak
praktek baca setelah tahapan latihan
di 7 tahapan pembelajaran itu. karena
kan ada macam-macam metodologi
mengajar ya, nah evaluasinya bisa
dengan metode privat individual,
klasikal individual, klasikal baca
simak, atau klasikal baca simak
murni. Setelah anak-anak membaca
kita mengambil nilainya itu dengan
skala A-D .
Berapa waktu yang dibutuhkan dalam
pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi?
Waktu yang dibutuhkan untuk 1 kali
pertemuan itu 6-0-70 menit, sekolah
kami menggunakan durasi waktu 60
menit.
Apakah sarana dan prasaran di SDIT
Drajatul Ulum memadai untuk
melaksanakan pembelajaran al-Qur’an?
Ya Alhamdulillah untuk sarana dan
prasarana sudah cukup memadai,
hanya saja sepertinya guru al-Qur’an
butuh ruangan khusus untuk
menyimpan administrasi
pembelajaran berserta media supaya
lebih tertata.
Bagaimana penataan ruang kelas dalam
proses pembelajaran agar pembelajaran
menjadi kondusif?
Penataan ruang kelasnya ya
berhadap-hadapan atau bisa juga
letter U.
Apa kelemahan dan kelebihan dari
penggunaan metode Ummi?
Kelemahannya itu kompetensi guru
dalam mengajar belum sama, dan
saya pun masih merasa belum baik.
Kelebihannya ya metode Ummi
mudah menyenangkan sehingga
anak-anak dapat belajar al-Qur’an
114
dengan baik.
Bagaimana mengatasi kelemahan dan
mengembangkan kelebihan?
Mengatasi kelemahannya ya
mengadakan evaluasi baik itu internal
maupun eksternal, mengembangkan
kelebihannya menjaga sistem mutu
Ummi itu sendiri dan selalu
mengupgrade diri sebagai guru agar
dapat memperbaiki kualitas diri
maupun kulaitas metode Ummi
sendiri.
Mengetahui,
Guru al-Qur’an
M. Abdul Hamid, S.Pd
115
Hasil Wawancara
Informan : Imron Syafe’i
Jabatan : Guru al-Qur’an
Waktu : Senin, 2 September 2019
Tempat : Ruang Koordinator al-Qur’an SDIT Darojaatul ‘Uluum
Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama Ustadz menjadi
guru al-Qur’an?
Alhamdulilla sudah hampir 4 tahun
saya menjadi guru al-Qur’an, dari
tahun 2015
Apakah ada tugas mengajar mata
pelajaran lain?
Selian mengajar al-Qur’an saya
mengajar pramuka.
Bagaimana tanggapan Ustadz
mengenai metode Ummi yang sekarang
diterapkan di SDIT Darojaatul Ulum?
Alhamdulillah metode Ummi itu beda
dengan Iqra gitu ya, dengan metode
Ummi ini anak-anak bisa lebih cepat
membaca al-Qur’an dari mengenal
huruf pisah sampai bertahap pada
huruf sambung, dan tartil dalam
membaca al-Qur’an.
Persiapan apa saja yang dilakukan
sebelum mengajar?
Persiapannya pertama kita harus
menguasai materi yang ingin
diajarkan, kemudian mengondisikan
jiwa kita rohani kita ya supaya
tenang. Selain itu mempersiapkan
administrasi pembelajaran ya seperti
absensi jurnal dan medianya gitu.
Apakah materi yang diajarkan sesuai
dengan kurikulum?
Kalo untuk materi itu dari Ummi
Foundation sudah ada. Tetapi kita
menyesuaikan lagi dengan
kemampuan anak. Kelas 1 semester 1
tuntas jilid 2semester 2 tuntas jilid 4
ya, nah kita berusaha untuk mencapai
target Ummi Foundation, tapi ada
juga yang tidak mencapai target,
maka kita sesuaikan lagi dengan
kemampuan anak
Bagaimana proses atau tahapan
pembelajaran al-Qur’an dengan metode
Yang pertama baca doa al-Fatihan
dan do’a Ummi setelah do’a kita
muroja’ah dan menambah hafalan,
116
Ummi?
setelah hafalan selesai kita review
atau apresepsi ya, setelah itu kita
penanaman konsep, pemahaman
konsep, latihan, kemudian evaluasi
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk siswa menyelesaikan materi
pelajaran setiap jilidnya? Apakah
setiap siswa sama dalam
menyelesaikannya?
Rata-rata anak-anak menyelesaikan 1
hari 1 halaman buku jilid untuk
standar minimal,tapi bisa 1 hari itu 2
atau 3 halaman. Tergantung
kemampuan siswanya. Jadi guru
perlu mengetahui bagaimana
kemampuan kelompok yang
dipegangnyaSetiap siswa saya
samakan dalam menyelesaikan
materinya, paling beda di
mengahafalnya ya, 1 kelompok itu
diusahakan sama dalam
menyelesaikan materinya. Ya
walaupun terkadang memang ada
yang tidak sama.
Apakah ada RPP pembelajaran al-
Qur’an?
Tidak membuat RPP, paling kita
membuat Prosem.
Apa unsur-unsur utama yang dimiki
oleh metode Ummi?
Unsur utamanya ya, saya kira unsur
utama dari metode Ummi yang tidak
dapat terlepas itu adalah 3 kekuatan
yang dimiliki oleh Ummi ya,
kekuatannya itu ada sistem, mutu,
sama guru yang berkualitas. Sama ini
sih 10 pilar mutu uminya .
Bagaimana teknik evaluasinya? Kalau saya menerapkannya denga
baca simak, anak-anak baca dua
baris-dua baris kalau sudah semuanya
jika waktunya masih ada, anak-anak
baca satu halaman full.
Berapa waktu yang dibutuhkan dalam
pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi?
Waktu yang dibutuhkan 5 hari dalam
seminggu yaitu dari senin sampai
Jum’at ya, terus sekali pertemuannya
itu 60 menit.
Apakah sarana dan prasaran di SDIT
Drajaatul ‘Uluum memadai untuk
melaksanakan pembelajaran al-Qur’an?
Ya untuk pembelajaran al-Qur’an kita
tidak hanya memakai satu ruangan
tetapi cukup banyak ya ruangan yang
kita pakai, ya seperti ruang kelas,
perpustakaan, ruang guru. Dan
gazebo. Saya kira sih sarana
117
prasarananya cukup memadai.
Bagaimana penataan ruang kelas dalam
proses pembelajaran agar pembelajaran
menjadi kondusif?
Biasanya kalau saya berhadap-
hadapan, meja disusun berhadap-
hadapan, kadang juga ada letter U,
jadi ya saya kondisikan sesuai dengan
jumlah anak
Apa kelemahan dan kelebihan dari
penggunaan metode Ummi?
Kelebihannya ya metode yang mudah
dipahami oleh anak sehingga anak-
anak cepat memahami materi.
Kelemahannya yang saya rasakan ada
di program tahfidz, sebelumnya kan
kita tidak ada buku tahfidz, sekarang
kita menggunakan buku tahfidz nih,
dengan menggunakan buku tahfidz
target menghafalnya jadi lebih lama.
Bagus sih dalam hal pengulangannya
dalam 5 ayat itu harus 40 kali baca.
Dalam hal pencapainya terlalu lama,
kalau sebelumnya kan lebih cepat
karena guru yang menentukan sehari
hafalkan 10 ayat atau berapa ayat,
nah kalau sekarang harus sesuai
dengan buku tahfidz itu.
Bagaimana mengatasi kelemahan dan
mengembangkan kelebihan?
Cara mengatasi kelemahannya yaitu
anak-anak yang juz 29 itu anak-anak
mengahfalnya 1 halaman di buku
tahfidz, diberi penugasan menghafal
di rumah sehingga ketika di sekolah
tinggal setoran. Mengembangkan
kelebihannya ya dengan supervisi
yang dilakukan internal maupun
eksternal.
Mengetahui,
Guru al-Qur’an
Imron Syafe’i
118
Hasil Wawancara
Informan : M. Adlan Fauzi, S.S.I
Jabatan : Guru al-Qur’an
Waktu : Senin, 2 September 2019
Tempat : Ruang Lab.Komputer SDIT Darojaatul ‘Uluum
Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama Ustadz menjadi
guru al-Qur’an?
Alhamdulillah sudah masuk tahun
keempat.
Apakah ada tugas mengajar mata
pelajaran lain?
Tidak ada, paling hanya menjadi
pendamping wali kelas saja.
Bagaimana rasanya menjadi guru al-
Qur’an ustadz?
Rasanya bahagia, ya karena bisa
dibilang mengajar sambil belajar,
banyak ilmu yang didapat ya
Bagaimana tanggapan Ustadz
mengenai metode Ummi yang
sekarang diterapkan di SDIT
Darojaatul Ulum?
Tanggapan saya, ya alhahmdulillah
bagus metode yang cukup bagus
karena dalam tahapan pembelajaran itu
ada apresepsi ya sehingga anak-anak
tidak lupa pelajaran sebelumnya. Kan
bermacam-macam ya ada yang ketika
belajar Ummi dia cepat ada yang
melalui proses yang cukup lama ya.
Semua itu kembali kepada
kemampuan anak. kalau yang cepat ya
dia cepat menuntaskan jilid kemudian
ke al-Qur’an, kalau yang lambat ya
cukup lama.
Persiapan apa saja yang dilakukan
sebelum mengajar?
Beberapa hal yang saya persiapkan
sebelum mengajar tentunya yang
pertama adalah mempersiapkan diri
saya sendiri terlebih dahulu, setelah
diri saya siap maka selanjutnya adalah
menyiapkan materi. Saya sebagai guru
ya tentunya harus mengusai materi
terlebih dahulu. Tidak mungkin kan
ketika mengajar tidak siap apa-apa ka.
Ya selanjutnya siapkan absen, jurnal,
dan administrasi mengajar lainnya,
buku jilid , serta al-Qur’an dan waqaf
ibtida’ jika yang sudah al-Qur’an
Apakah materi yang diajarkan sesuai Materinya ya tentunya sesuai ya
dengan yang Ummi Foundation
119
dengan kurikulum?
ajukan. Begitu pun target
pencapainnya kita usahakan mencapai
target ada yang berhasil mencapai
target, ada yang melebihi, bahkan ada
yang kurang dari target.
Bagaimana proses atau tahapan
pembelajaran al-Qur’an dengan
metode Ummi?
Pertama pembukaan, hafalan, alat
peraga, terus membaca klasikal, kalau
klasikal kan menyimak semuanya ya
tujuannya supaya tidak ada yang
ngobrol semuanya sama meniyimak
materi. Setelah itu penenaman konsep
dilanjut dengan pemahaman konsep,
dilanut dengan latihan, kemudia
evaluasi dan terakhir itu penutup.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk siswa menyelesaikan materi
pelajaran setiap jilidnya? Apakah
setiap siswa sama dalam
menyelesaikannya?
Kalau anak-anak itu cepat maka bisa
30 pertemuan, kalau standarisasi 1 hari
1 halaman. Kalau cepat bisa 1 hari 2,3,
atau 4 halaman. Jadi ya waktu yang
dibutuhkan itu umumnya 40
pertemuan kira-kira sekitar 2 bulan.
Setiap siswa menyelesaikan materi
dalam 1 kelompok itu harus sama.
Namun terkadang dalam 1 kelompok
ada beberapa anak yang butuh
pendampingan khusus sehingga ketika
diadakan evaluasi oleh koordinator
bisa jadi ada pemidahan kelompok
yang lambat dipindah ke kelompok
yang lambat.
Apakah ada RPP pembelajaran al-
Qur’an?
Untuk RPP tidak ada ya, kita hanya
membuat prosem.
Apa unsur-unsur utama yang dimiki
oleh metode Ummi?
Ya baik unsur dari metode Ummi yaitu
ya 3 kekuatan Ummi sistem yang
bermutu yang mencakup
Bagaimana teknik evaluasinya? Teknik evaluasinya bisa dengan baca
simak murni jadi setiap anak baca 2
baris.1 anak baca baris 1 dan 2
kemudian anak selanjutnya
menuruskan baris 3 dan 4 begitu
seterusnya suapaya anak menyimak.
Nah kalau masih ada waktu anak-anak
baca 1 halaman.
Berapa waktu yang dibutuhkan dalam Waktu yang dibutuhkan dari standar
120
Mengetahui,
Guru Al-Qur’an
Adlan Fauzi, S.S.I
pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi?
umumnya itu 40 pertemuan, artinya 1
hari itu 1 halaman buku jilid. Bisa
melebihi standar atau bahkan bisa
kurang dari standar.
Apakah sarana dan prasaran di SDIT
Darojaatul ‘Uluum memadai untuk
melaksanakan pembelajaran al-
Qur’an?
Alhamdulillah sudah cukup memadai.
Bagaimana penataan ruang kelas
dalam proses pembelajaran agar
pembelajaran menjadi kondusif?
Penataan ruang kelasnya, kalau yang
saya
Apa kelemahan dan kelebihan dari
penggunaan metode Ummi?
Kelebihannya bisa membantu anak-
anak lebih semangat dan lebih baik
lagi dalam belajar al-Qur’an.
Kelemahannya dalam waktu kurang
efektif ketika pergantian jam 1 ke jam
ke 2, jaraknya dari sesi 1 ke sesi 2
kadang memakan waktu yang lumayan
ya, misalnya sesi 1 mengajar di gazebo
atas sesi 2 mengajar di lantai 2 maka
itu tersita beberapa menit ya untuk
pengondisian dan lain-lain, kemudian
ya kerjasama orang tua masih kurang,
kalau orang tua tidak membantu anak-
anak membaca Ummi lagi di rumah
bisa jadi anak-anak kurang terlatih.
Bagaimana mengatasi kelemahan dan
mengembangkan kelebihan?
Mengembangkan kelebihan ya supaya
anak lebih semangat dan lebih baik
lagi ya perlu dikembangkan sikap
istiqomah dan perbaikan mutu
tentunya. Mengatasi kelemahan ya
evaluasi dan supervisi internal maupun
eksternal tentunya.
121
Hasil Wawancara
Informan : Ikra Fajarani Sari, S.Pd.I
Jabatan : Guru al-Qur’an
Waktu : Jum’at, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang Perpustakaan SDIT Darojaatul ‘Uluum
Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama Ustadz menjadi
guru al-Qur’an?
Saya alhamdulillah sudah 6 tahun
Apakah ada tugas mengajar mata
pelajaran lain?
Tidak ada, saya Cuma ngajar al-
Qur’an saja.
Bagaimana tanggapan Ustadz mengenai
metode Ummi yang sekarang
diterapkan di SDIT Daraajatul ‘Ulum?
Ya menurut saya sendiri sebagai guru
metode Ummi membuat saya banyak
belajar dalam mengatur anak,
nambah ilmu makharijul yang baik,
menambah hafalan. Alhamdulillah
metode Ummi di sekolah kami sudah
berjalan dengan lancar sesuai dengan
sistem dan standar Ummi
Foundation. Metodenya saya rasa pas
ya untuk anak-anak, karena metode
ini adalah metode yang mudah,
menyenangkan, dan berirama
sehingga memudahkan anak-anak
untuk belajar membaca al-Qur;an.
Persiapan apa saja yang dilakukan
sebelum mengajar?
Persiapannya sebelum mengajar
siapain absen, jurnal, ambil alat
peraga dan penyangga, terus siapin
materi, maksudnya ya kita sebagai
guru harus menguasai materi ya
tentunya.
Apakah materi yang diajarkan sesuai
dengan kurikulum?
Materinya sesuai dengan Ummi
Foundation ya tentunya.
Bagaimana proses atau tahapan
pembelajaran al-Qur’an dengan metode
Tahapannya itu ada 7 tahapan , nah
yang pertama itu do’a, pengulangan
materi sebelumnya, penaman konsep,
pemahaman konsep, setelah itu anak-
122
Ummi?
anak latihan baru dievaluasi atau
pengambilan nilai, dan terakhir
penutup.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk siswa menyelesaikan materi
pelajaran setiap jilidnya? Apakah setiap
siswa sama dalam menyelesaikannya?
Tergantung anaknya, kalau anaknya
dibawah rata-rata 1 materi itu bisa
sampe 5 hari. Kalau anaknya cepat
bisa 1-2 hari sudah selesai. Setiap
siswa dan kelompok penyelesaiannya
berbeda.
Apakah ada RPP pembelajaran al-
Qur’an?
Adanya Prosem aja.
Apa unsur-unsur utama yang dimiki
oleh metode Ummi?
Unsur-unsur yang tidak dapat
dipisahkan dari Ummi itu ya
tentunya sistem, guru,dan metode
yang bermutu ya, ketiga unsur itu
disebut kekuatan Ummi.
Bagaimana teknik evaluasinya? Evaluasinya kalau untuk guru al-
Qur’an seminggu sekali ya, nah
kalau untukanak-anak selesai latihan
maka kita evaluasi dengan anak-anak
membaca simak murni atau klasikal
individual gitu.
Berapa waktu yang dibutuhkan dalam
pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Ummi?
Waktu yang dibutuhkan itu kurang
lebih 40 pertemuan. 40 pertemuan itu
standar umumnya.
Apakah sarana dan prasaran di SDIT
Drajatul Ulum memadai untuk
melaksanakan pembelajaran al-Qur’an?
Alhamdulillah ya sarana dan
prasarannya sudah cukup memadai.
Bagaimana penataan ruang kelas dalam
proses pembelajaran agar pembelajaran
menjadi kondusif?
Untuk penatapan ruang kelas bisa
berhadap-hadapan laki-laki dan
perempuan atau membentuk letter U.
Apa kelemahan dan kelebihan dari
penggunaan metode Ummi?
Mungkin kelemahannya itu
kurangnya kerjasama dari orang tua.
Jadi misalnya kita udah bilang ke
anaknya untuk baca jilidnya di rumah
nih karena kan di sekolah hanya 1
123
jam ya, kalau orang tua tidak
kerjasama membantu anak-anak
membaca di rumah itu akan ada
kesulitan anak-anak itu konsisten
dalam melancarkan bacaan, terutama
untuk anak-anak yang
kemampuannya di bawah rata-rata.
Karena harus ada keselarasan antara
di sekolah dan di rumah.
Kelebihannya itu mudah sih untuk
anak-anak ada nadanya, sehingga
anak-anak dapat dengan mudah
mempelajarinya, terus juga kan
Ummi itu kan makharijulhurufnya
harus ditekenin bangetjadi ya Insya
Allah dapat membaca al-Qur’an
dengan tartil dan fasih.
Bagaimana mengatasi kelemahan dan
mengembangkan kelebihan?
Untuk kelemahannya itu pastinya
kita harus kerjasama sih ya, kita
sebagai guru al-Qur’an membuat
grup dengan orang tua dan selalu
diingatkan. Untuk kelebihannya kita
tingkatkn lagi kualitas sistem,
metode, dan kemampuan guru, dan
dengan diadakannya supervisi.
Mengetahui,
Guru al-Qur’an
Ikra Fajarani Sari, S.Pd
124
Lampiran 3
HASIL OBSERVASI
No. Aspek Pengamatan Pelaksanaan
Catatan
Ya Tidak
1 Perencanaan pembelajaran √ 1. Guru mampu
mengalokasikan waktu
2. Guru mampu
menentukan teknik
penilaian
3. Guru mampu
menentukan target
pencapaian sesuai
dengan kemampuan
siswa
4. Guru menyiapkan
administrasi
pembelajaran
2 Pelaksanaan pembelajaran √ 1. Guru dapat
mengondisikan kelas
2. Waktu pembelajaran
sesuai dengan program
pembelajaran
3. Guru menyampaikan
materi sesuai target
pembelajaran, jika
kemampuan anak cepat
maka bisa lebih dari
target.
4. Guru mampu
menggunakan media
pembelajaran dengan
maksimal
5. Guru dapat mengornasir
kegiatan
6. Guru dapar melakukan
penilaian
7. Guru sangat memotivasi
125
siswa.
3 Siswa mampu membaca al-
Qur’an dengan baik
√ 1. Siswa mampu membaca
al-Qur’an dengan baik
dari sebelumnya.
2. Siswa membaca al-
Qur’an dengan tartil,
sesuai dengan
makharijul huruf, tetapi
masih perlu dilatih dan
masih butuh
pembiasaaan.
3. Siswa menghafal al-
Qur’an dengan tartil
4 Siswa memperhatikan
penjelasan guru
√ 1. Siswa mengikuti
instruksi guru
2. Siswa semangat
membaca alat peraga
maupun buku jilid
3. Siswa mampu membaca
buku jilid tanpa bantuan
guru.
5 Adanya tujuan pembelajaran √ Tujuan pembelajaran dalam
metode Ummi ini di sebut
dengan target pencapaian.
Target pencapaian ini sudah
ditentukan oleh Ummi
Foundation.
6 Kesesuaian materi dengan
kurikulum yang sudah
ditetapkan
√ Materi yang diajarkan sudah
sesuai dengan kurikulum
yaitu matri yang diajukan
oleh Ummi Foundarion.
7 Adanya media yang dapat
menumbuhkan perhatian
siswa
√ Media yang digunakan adalah
alat peraga. Penggunaan
media sudah cukup efektif,
efisien, dan komuniaktif. Alat
peraga ini digunakan ketika
proses penanaman konsep
dalam tahapan pembelajaran.
8 Penggunaanmetodepembelaj √ Metode pwmbwlajaran al-
126
aran yang sesuai dengan
kebutuhan
Qur’an yang digunakan
adalah metode Ummi. SDIT
Darojaatul ‘Uluum
menggunakan metode Ummi
supaya guru al-Qur’an dapat
menyelaraskan metode
pembelajaran supaya
mencapai tujuan yang sama
yaitu dapat membimbing
anak-anak membaca al-
Qur’an dengan tartil.
9 Adanya penilaian untuk
mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi
√ 1. Guru melakukan penilaian
dengan baca simak atau
baca simak murni.
2. Penilaian dilakukan setelah
tahapan latihan
3. Guru al-Qur’an memiliki
form penilaian dan standar
penilaian.
4. Nilai yang diberikan itu
A+, A-, A, B+, B-, B, C+,
C-, C, dan D.
127
Lampiran 4
Elmiani Rahmah Hayati, lahir di Bogor, 31 Oktober
1997. Penulis tinggal di Provinsi Jawa Barat tepatnya di
Kota Depok, Kecamatan Limo, Kelurahan Meruyung.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah
bernama Jari Sudirja dan Ibu bernama Ati Sumiati.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak pada
tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke tingkat SD pada
tahun 2003. Setelah lulus dari SD penulis melanjutkan pendidikannya pada
tingkat SMP dan SMA di Darunnajah Jakarta. Setelah lulus SMA penulis
memutuskan untuk melanjutkan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama masa perkuliahan penulis aktif di organisasi Intra
dan extra kampus.