Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

40
taIMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI INDONESIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan oleh: Kelompok 1 Arini Dwi Lestari (1413024011) Atika Putri (1413024013) Era Ariyani (1413024033) Hanifa Nurmira Tama (1413024037) Nurlida Tri Apria P. (1413024059) Tata Zettya Parawita (1413024073) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

description

Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Transcript of Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Page 1: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

taIMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

oleh:

Kelompok 1

Arini Dwi Lestari (1413024011)

Atika Putri (1413024013)

Era Ariyani (1413024033)

Hanifa Nurmira Tama (1413024037)

Nurlida Tri Apria P. (1413024059)

Tata Zettya Parawita (1413024073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji

dan syukur penulis haturkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, kesehatan, dan juga kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul IMPLEMENTASI MANAJEMEN

BERBASIS SEKOLAH DI INDONESIA ini dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan semampu

penulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan. Tentunya

penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan, baik dari

susunan kalimat maupun tata bahasa yang penulis kenakan di dalam makalah ini.

Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca sekalian

agar dikemudian hari penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di lain

kesempatan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah yang telah penulis susun ini dapat

memberikan manfaat yang positif bagi pembaca dan dapat memberikan sedikit

referensi bagi pembaca sekalian terkait dengan materi yang telah dipaparkan

dalam makalah ini.

Bandar Lampung, 17 Juni 2016

Penulis

Page 3: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2

1.3 Tujuan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ...............................................3

2.2 Implementasi MBS di Indonesia ......................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................20

3.2 Rekomendasi ....................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Permasalahan klasik yang masih dihadapi oleh Negara Indonesia sampai saat

ini, salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan. Pemerintah pun tidak hanya diam dan duduk dikursi

jabatan mereka saja. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah negara

Indonesia untuk meningkatkan mutu Pendidikan Nasional. Usaha-usaha

tersebut meliputi; pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan

kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,

pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan

mutu manajemen sekolah. Namun, sampai saat ini berbagai indikator mutu

pendidikan belum dapat menunjukan peningkatan yang berarti.

Dibutuhkannya solusi yang bijak dan tentunya dapat mewujudkan sebuah

pembangunan dalam dunia pendidikan yang lebih efektif dan efisien.

Menurut Caldwell dan Spinks (1992) mengatakan bahwa salah satu upaya

yang dilakukan agar dapat mewujudkan sekolah yang efektif adalah

melakukan perubahan di sekolah dengan School Based Management (SBM)

atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang menekankan pada

pengembangan perencanaan sekolah, peningkatan kualitas sekolah,

implementasi kurikulum/program baru dan aplikasi teknologi informasi

dalam pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based Management (SBM)

merupakan sebuah solusi yang telah diberikan oleh beberapa ahli untuk

menangani permasalahan-permasalahan mengenai pendidikan, tidak hanya

pendidikan yang ada di Indonesia namun digunakan pula di berbagai sekolah

yang ada di luar negeri. Manajemen Berbasis Sekolah menurut beberapa ahli

dapat membangun pendidikan yang ada di sekolah menjadi lebih baik dan

efektif serta lebih menekankan untuk mengembangkan sekolah yang

Page 5: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

berkualitas, bermutu, dan dapat mengimplementasikan program-program baru

yang disusun oleh perangkat sekolah yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas selanjutnya, antara lain sebagai

berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?

2. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang dapat diambil berdasarkan rumusan masalah yang telah

disebutkan, yaitu:

1. Mampu mengetahui yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)

2. Mengetahui bentuk implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di

Indonesia

Page 6: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

1. Definisi MBS

Istilah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari “School-

Based Management”. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan

paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat

sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan Pendidikan

Nasional.

Menurut Edmond, dalam kutipan Subroto (2004), mengatakan bahwa

MBS merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih

menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah, sedangkan

menurut Nurcholis (2003), ia menyebutkan bahwa MBS adalah bentuk

alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.

Secara umum, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih

besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif

yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (kepala sekolah,

guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan Pendidikan Nasional

(Burhanuddin, 1994: 137).

Dari berbagai definisi yang telah disebutkan oleh beberapa orang ahli,

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu bentuk penyerasian

sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan

melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah

secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi

Page 7: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan

pendidikan.

2. Munculnya Manajemen Berbasis Sekolah

Diawali dari telah banyaknya usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

mutu pendidikan, terutama di tingkat pendidikan dasar yang telah mulai

diterapkan, namun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.

Secara garis besar, faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi

adalah :

1. Kebijakan penyelenggaraan Pendidikan Nasional yang berorientasi

pada output pendidikan terlalu memusatkan pada input, sehingga proses

pendidikan kurang diperhatikan

2. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini

menyebabkan tingginya ketergantungan kepada putusan birokrasi. Oleh

sebab itu, sekolah menjadi tidak mandiri, kurang inisiatif dan miskin

kreatifitas, sehingga usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan

mutu layanan pendidikan menjadi kurang termotifasi

3. Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa dalam

penyelenggaraan pendidikan yang selama ini hanya terbatas pada

dukungan dana, padahal mereka sangat penting dalam proses-proses

pendidikan, seperti pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi

akuntabilitas, dll.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, konsep Site

Based Management merupakan strategi penting untuk meningkatkan

kualitas pembuatan keputusan-keputusan pendidikan dalam anggaran

pendidikan, sumber daya pendidik, kurikulum dan evaluasi pendidikan

(penilaian). Demikian juga studi yang dilakukan di El Salvador, Nepal dan

Pakistan. Rata-rata informasi menunjukkan pemberian otonomi pada

sekolah telah meningkatkan motivasi dan kehadiran guru (Terry, 1970:

54).

Page 8: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Sementara di Australia, School Based Management merupakan refleksi

pengelolaan desentralisasi pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai

lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan yang

menyangkut visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang membawa

implikasi terhadap pengembangan kurikulum sekolah dan program-

program operatif sekolah yang lain. MBS di Australia dibangun dengan

memperhatikan kebijakan dan panduan dari pemerintah negara bagian di

satu pihak, dan di pihak lain dari partisipasi masyarakat melalui school

council dan parents and community association. Perpaduan keduanya

melahirkan dokumen penting penyelenggaraan MBS yaitu school policy

yang memuat visi, misi, sasaran, pengembangan kurikulum, dan prioritas

program, school planning review serta school annual planning quality

assurance. Akuntabilitas dilakukan melalui pengawasan dari luar dan

dalam (external and internal monitoring) (Terry, 1970: 56).

Dengan belajar keberhasilan di negara lain seiring dengan

diberlakukannnya Undang-Undang Otonomi Daerah yaitu UU No. 22

Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka semakin membuka

peluang kebijakan pendidikan di Indonesia mengalami desentralisasi pula

yang salah satu bentuknya berupa Manajemen Berbasis Sekolah. Sejarah

baru pengelolaan pendidikan di Indonesia melalui MBS menjadikan

pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola desentralisasi, otonomi,

pengambilan keputusan secara partisipatif. Pendekatan birokratik tidak ada

lagi, yang ada adalah pendekatan professional.

Dalam Pasal 11 UU No. 25 Tahun 1999, kewenangan daerah kabupaten

dan kota mencakup semua bidang pemerintahan termasuk di dalamnya

pendidikan dan kebudayaan, maka terdapat otonomi dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan

pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan yang mengarah kepada

Page 9: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerataan pelayanan pendidikan

yang berkeadilan (Handayaningrat, 1986: 65).

Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tak lepas

dari kinerja pendidikan di suatu negara berdasarkan sistem pendidikan

yang ada sebelumnya. Diantara tahun 1960-an hingga 1970-an berbagai

inovasi dilakukan melalui pengenalan kurikulum baru dan pendekatan

metode pengajaran baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,

namun hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga di berbagai negara

lainnya seperti Kanada, Amerika, Australia, Inggris, Perancis, Selandia

Baru, dan Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 14).

Sebelum berbagai inovasi yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan difokuskan pada lingkup kelas, seperti perbaikan kurikulum,

profesionalisme guru, metode pengajaran, dan sistem evaluasi, dari

kesemuanya tersebut kurang memberikan hasil yang memuaskan.

Bersamaan dengan berbagai upaya itu, pada tahun 1980-an terjadi

perkembangan yang menggembirakan di bidang manajemen modern, yaitu

atas keberhasilan penerapannya di bidang industri dan organisasi

komersial. Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang

kemudian diadopsi untuk diterapkan di dunia pendidikan. Sejak saat itulah

masyarakat mulai sadar bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan

perlu melompat atau keluar dari lingkup pengajaran di dalam kelas secara

sempit ke lingkup organisasi sekolah. Oleh karena itu, diperlukan

reformasi system secara struktural dan gaya manajemen sekolah (Tilaar,

2004: 32).

Setelah adanya kesadaran itu, munculah berbagai gerakan reformasi

seperti gerakan sekolah efektif yang mencari dan mempromosikan

karakteristik sekolah-sekolah efektif. Ada gerakan sekolah mandiri, yang

menekankan otonomi penggunaan sumber dana sekolah. Ada yang

memfokuskan pada desentralisasi otoritas dari kantor pendidikan pusat

Page 10: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

kepada aktivitas-aktivitas yang dipusatkan disekolah seperti

pengembangan kurikulum berbasis sekolah, bimbingan siswa berbasis

sekolah, dan sebagainya. Gerakan reformasi yang menggunakan

pendekatan berbeda-beda tersebut kemudian melahirkan model-model

MBS. Gerakan reformasi 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa telah

membawa perubahan dalam sistem politik dan pemerintahan di Indonesia. 

Salah satu bentuk perubahan itu ialah lahirnya UU No. 22 tahun 1999 dan

UU No. 32 tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah yang menjelaskan

tentang otonomi daerah, pemberian kewenangan lebih luas kepada daerah

untuk mengatur dan mengurus persoalan kemasyarakatan berdasarkan

aspirasi setempat. Sedangkan otonomi dalam dunia pendidikan didasarkan

pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

memuat mengenai Manajemen Berbasis Sekolah. Penerapan MBS di

Indonesia tidak lepas dari trend perubahan pengelolaan pendidikan di

negara-negara lain, seperti Kanada, China, Amerika Serikat, Australia,

Inggris, Perancis, Selandia Baru (Erik Lindberg, 2013: 41).

Di Kanada MBS lebih dikenal dengan pendelegasian keuangan (financial

delegation) dengan pendekatan "school-site decision making" yang dilatar-

belakangi oleh kelemahan manajemen pendidikan.  Di Cina, khususnya di

Hongkong, MBS lebih dikenal dengan School Management Initiative

(SMI) yang menekankan pada inisiatif sekolah dalam  memanajemen

sekolah. Model ini mengubah manajemen yang sentralistik menjadi

desentralistik dengan kewenangan lebih besar kepada sekolah dalam

pengelolaan dan pendanaan pada tingkat sekolah yang bersangkutan.

Sedangkan di Inggris MBS, muncul dengan istilah Local School

Manajeman (LSM) sebagai bentuk pemindahan manajemen pendanaan

dan sumber daya dari kewenangan lokal kepada dewan penyelenggara atau

pengelola sekolah (Erik Lindberg, 2013: 39).

Australia adalah negara yang mendapat julukan "a world-leader in School-

Based Management" atau pemimpin dunia dalam hal Manajemen Berbasis

Page 11: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Sekolah.  Upaya perubahan tersebut membutuhkan waktu tiga puluhan

tahun dan "The Karmel Report" yang berisi pernyataan bahwa

berkurangnya kontrol sentralisasi terhadap operasi sekolah-sekolah

diperlukan untuk menjamin efektivitas dan pemerataan atau keadilan

dalam pendidikan sekolah. Walaupun demikian istilah MBS di Australia

berbeda-beda,  di Tasmania dikenal dengan Strategic School Plan, di

Australia Selatan dengan istilah School Development Plan, atau School

Action Plan (Abu Duhou, 2002: 27).

Sedangkan istilah Manajemen Berbasis Sekolah yang digunakan di

Indonesia merupakan terjemahan dari School-Based Management yang

muncul di Amerika Serikat sebagai bentuk kritik terhadap manajemen

pendidikan dengan mempertanyakan relevansi pendidikan dengan

tuntunan dan perkembangan masyarakat setempat (Mulyasa, 2004: 24).

Di Indonesia sendiri sebenarnya MBS telah diterapkan disekolah-sekolah

swasta baik yang didirikan oleh yayasan atau badan hukum. Selain itu,

pesantren  juga telah melaksanakan prinsip-prinsip MBS, keterlibatan

santri dalam proses belajar-mengajar, hubungan harmonis dan kerja sama

yang baik antara orang tua dengan pengelola pesantren, otonomi

kurikulum pembelajaran dan pengelolaan keuangan menjadikan pesantren

tetap eksis hingga sekarang (Depdiknas, 1999: 56).

Menurut Taruna dalam Nurkolis (2003: 145), ada enam tolak ukur

keberhasilan MBS, yaitu:

1. Berkurang sebanyak mungkin angka tinggal kelas terutama dikelas

rendah

2. Berkurang sebanyak mungkin angka putus sekolah

3. Semakin berkembangnya otonomi kepala sekolah dan guru-guru di

sekolahnya itu sendiri

4. Semakin seringnya BP3 rapat memikirkan peningkatan mutu partisipasi

orang tua murid dan masyarakat

Page 12: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

5. Semakin banyaknya dukungan (bukan pengawasan) oleh pihak aparat

kecamatan dan kabupaten kepada sekolah

6. Semakin terciptanya kegiatan belajar mengajar yang aktif-

menyenangkan di semua kelas sepanjang hari

Dari kriteria di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah yang berhasil

dalam menerapkan MBS yakni adalah sekolah-sekolah yang memiliki hal-

hal sebagai berikut:

1. Apabila jumlah siswa yang mendapat pelayanan pendidikan semakin

meningkat

2. Semakin terciptanya kegiatan belajar mengajar yang aktif-

menyenangkan di semua kelas sepanjang hari

3. Kualitas layanan pendidikan menjadi lebih baik

4. Tingkat tinggal kelas menurun dan produktivitas sekolah semakin baik

dalam arti, rasio antara jumlah siswa yang mendaftar dengan jumlah

siswa yang lulus menjadi semakin besar

5. Relevansi penyelenggaraan pendidikan semakin baik

6. Adanya keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan

7. Meningkatnya keterlibatan stakeholders

8. Semakin baiknya iklim dan budaya kerja di sekolah

9. Kesejahteraan guru dan staf sekolah membaik

2.2 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Indonesia

1. Hasil Penelitian mengenai MBS di Indonesia

Penelitian ini dilakukan oleh Busnul Arifin, seorang mahasiswa

pascasarjana Institut Agama Islam Negeri di Salatiga, Jawa Tengah dengan

judul penelitiannya yakni “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di MIN Sumberrejo dan MIM

Paremono Kabupaten Magelang Tahun 2014”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam

peningkatan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten

Magelang yang diwakili oleh MI Muhammadiyah Paremono dan MIN

Page 13: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Sumberrejo. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi dengan sumber data yang diperoleh yaitu

sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data melalui teknik

observasi, interview dan dokumentasi. Teknik analisis datanya dengan cara

mereduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan. Permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini, meliputi konsep dari Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) dan implementasinya pada sistem persekolahan

di Indonesia, implementasi manajemen berbasis sekolah, faktor

penghambat dan faktor pendukung MBS serta dampak penerapan MBS

terhadap kualitas pembelajaran di MIN Sumberrejo dan MI

Muhammadiyah Paremono.

Adapun hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh yang bersangkutan,

diantaranya yaitu:

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Bagi Peningkatan Kualitas

Pembelajaran

Ditinjau dari segi hasil implementasinya penerapan MBS di Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono dan Madarasah Ibtidaiyah Negeri

Sumberrejo sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran sudah

berjalan cukup efektif dan efesien, hal ini terlihat dengan adanya

dukungan seluruh staf, pentahapan MBS, pelatihan staf, dukungan

anggaran dan pendelegasian wewenang, tingginya prestasi akademik

siswa, guru menguasai bahan dan prosedur mengajar yang tepat,

pemanfaatan fasilitas secara efesien dan efektif, pemahaman guru

tentang karakteristik kelompok dan perorangan siswa, penciptaan dialog

kreatif dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan kepribadian

guru (keteladanan). Proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila

pembelajaran itu aktif dan bermakna dengan ditandai peserta didik aktif

dan kooperatif, berpikir kreatif dan kritis, semangat belajar tinggi dan

adanya perubahan perilaku yang positif dan life skill.

Berdasarkan indikator kualitas pembelajaran tersebut dapat dikaitkan

dengan implementasi manajemen berbasis sekolah berkaitan dengan

Page 14: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

peran dan fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran yang ada di MIN Sumberrejo dan MIM Paremono

Kabupaten Magelang, sebagai berikut:

1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

Dalam konteks ini, Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang

juga melakukan evaluasi kurikulum. Menurut Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono dan MIN Sumberrejo, evaluasi

kurikulum dilaksanakan pada dua periode. Periode pertama yaitu

pada akhir semester. Evaluasi pada periode ini adalah evaluasi

berupa rapat koordinasi yang digunakan untuk mengetahui

hambatan-hambatan yang terjadi dalam tataran praktis dalam

pelaksanaan kurikulum. Kepala madrasah menyebutkan evaluasi ini

berupa rapat koordinasi yang digunakan untuk mengetahui keluhan-

keluhan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya. Dari

keluhan-keluhan itu dicari jalan solusi dan alternatif terbaik agar

pada semester berikutnya masalah serupa tidak timbul kembali.

Sedangkan evaluasi periode kedua adalah evaluasi secara totally

(menyeluruh)

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

Madrasah Ibtidayah Muhammadiyah Paremono dan MIN

Sumberrejo dikelola dan dibina oleh tangan-tangan profesional.

Pimpinan sekolah, guru, dan karyawan merupakan sumber daya

manusia pilihan yang memiliki dedikasi tinggi, akhlak mulia dan

memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya.

Madrasah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah madrasah

yang harus lebih bertanggung-jawab, kreatif dalam bertindak dan

mempunyai wewenang lebih (more authority) serta dapat dituntut

pertanggung-jawabannya. Dalam temuan penelitian, diperoleh data

bahwa sebagian besar guru melaksanakan kegiatan analisis hasil

penilaian dan melaksanakan tindak-lanjutya. Setelah diadakan

evaluasi maka sebagaian besar guru melaksanakan analisis dan

diteruskan melaksanakan tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan

Page 15: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

ada dua macam, yakni bagi siswa yang masih kurang dari kriteria

ketuntasan minimal (KKM), maka diadakan perbaikan atau

pembelajaran remidi, sedangkan siswa yang telah melebihi

ketuntasan minimal maka diadakan pengayaan

3. Manajemen Kesiswaan

Output atau hasil akhir dari profil lulusan Madrasah Ibtidaiyah di

Kabupaten Magelang adalah terbentuknya peserta didik yang sesuai

dengan standart kompetensi lulusan, yaitu akidah yang lurus,

kemampuan beribadah yang benar, memiliki wawasan yang luas,

usaha untuk rapi dalam setiap urusan, mempunyai akhlak mulia,

mengatur waktu dengan baik, mempunyai kemampuan berusaha,

mempunyai fisik yang sehat, kemampuan menahan hawa nafsu, dan

berlatih untuk bermanfaat bagi orang lain

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

Manajemen keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu

gugusan substansi administrasi pendidikan dan salah satu bidang

garapan administrasi pendidikan yang secara khusus menangani

tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang

dimiliki dan digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Paremono dan MIN Sumberrejo. Untuk terselenggaranya suatu

pendidikan, diperlukan pembiayaan yang bersumber baik dari

pemerintah, orang tua, murid, masyarakat, maupun institusi-institusi

lainnya seperti organisasi regional maupun internasional. Pemerintah

merupakan penanggung dana terbesar diantara yang lain (sekitar

70%), selanjutnya orangtua murid (sekitar 10-24%) masyarakat

(sekitar 5%) dan yang terakhir pihak lain baik yang berbentuk hibah

maupun pinjaman

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

MIM Paremono dan MIN Sumberrejo menetapkan solusinya adalah

mengadakan pengaturan jadwal penggunaan sehingga dalam

penggunaannya guru dapat melakukan secara bergantian, berupaya

mengajak guru untuk terus mengoptimalkan penggunaan sarana dan

Page 16: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

prasarana yang ada dan lebih kreatif dalam mencari sarana dan

prasarana lain yang memiliki kualitas sama. Daftar inventarisasi

barang yang disusun dalam suatu organisasi yang lengkap dan

berkelanjutan dapat memberikan manfaat untuk menyediakan data

dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan

menyusun rencana kebutuhan barang, untuk dijadikan pedoman

dalam pengarahan pengadaan dan penyaluran barang, serta

memudahkan pengawasan dan pengendalian barang

6. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang, memiliki

nilai plus yakni mampu melahirkan calon pemimpin masa depan

yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya

juang tinggi, kreatif, inovatif, proaktif dan mempunyai landasan

iman dan takwa yang kuat. Partisipasi yang tinggi dari orang tua

murid dalam pendidikan di madrasah merupakan salah satu ciri dari

pengelolaan madrasah yang baik, artinya sejauh mana masyarakat

dapat diberdayakan dalam proses pendidikan terhadap manajemen

madrasah yang bersangkutan. Dua diantara warga madrasah dan

masyarakat yang ikut berperan penting dalam mencapai keberhasilan

manajemen berbasis sekolah adalah pimpinan madrasah, dalam hal

ini kepala madrasah, dan komite madrasah, dikenal dengan dewan

madrasah. Keberhasilan manajemen berbasis sekolah sangat

ditentukan oleh keberhasilan pimpinan dalam mengelola tenaga

kependidikan yang tersedia di sekolah tersebut

7. Manajemen Layanan Khusus

Kegiatan belajar mengajar harus menempatkan peserta didik sebagai

subyek belajar artinya kegiatan belajar mengajar harus

memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara, strategi dan

motivasi belajar serta latar belakang sosial peserta didik. Dalam

mewujudkan siswa yang berpikir kreatif dan kritis. Madrasah

Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang mempunyai beberapa pogram

untuk meningkatkan prestasi siswa-siswanya dalam manajemen

Page 17: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

layanan khusus antara lain: Responsi (Penguasaan konsep dan

pengayaan dalam jam reguler), Klinik mata pelajaran (remedial),

Klub bidang studi, Program pengembangan, Bimbingan intensif

UAN, Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran baik berupa

sumber belajar maupun sarana belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dalam implementasi program Manajemen

Berbasis Sekolah ini mengungkap tentang Manajemen Madrasah,

Kinerja Kepala Madrasah/Guru, dan Peran Serta Masyarakat yang ada

didalamnya.

Faktor Pendukung Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Faktor pendukung implementasi MBS di Madrasah Ibtidaiyah di

Kabupaten Magelang adalah wewenang/otonomi yang lebih besar dari

pemerintah kepada madrasah, sosialisasi peningkatan mutu pendidikan

dari pemerintah, bantuan anggaran pendidikan baik dari pemerintah

maupun masyarakat (wali murid), kemauan warga sekolah untuk maju

bersama-sama, dan partisipasi komite sekolah yang semakin aktif.

Adapun empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam

implementasi MBS yaitu: kekuasaan, pengetahuan dan keterampilan,

sistem informasi, serta sistem penghargaan”.

1) Kekuasaan yang dimiliki madrasah

Kepala madrasah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk

mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan dibandingkan

dengan sistem manajemen pendidikan yang dikontrol oleh pusat.

Besarnya kekuasaan sekolah tergantung bagaimana MBS diterapkan

2) Pengetahuan dan keterampilan

Kepala madrasah beserta seluruh warganya (guru-guru) senantiasa

belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

secara berkesinambungan

3) Sistem informasi yang jelas

Page 18: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Madrasah yang melaksanakan MBS perlu memiliki informasi yang

jelas tentang program yang netral dan transparan, karena dari

informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi sekolah.

Informasi ini sangat penting untuk dimiliki sekolah, antara lain

berkaitan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, kepuasan

orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi sekolah yang menjadi

nilai jual

4) Sistem penghargaan

Madrasah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem

penghargaan bagi warganya (guru-guru) yang berprestasi, terutama

untuk mendorong karirnya. Sistem ini diharapkan mampu

meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja dalam kalangan

warga madrasah

Faktor Penghambat Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Bersadarkan analisis terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi maka

yang menjadi hambatan dalam implementasi manajemen sekolah

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kepatuhan petugas pelaksana

Tingkat kepatuhan seluruh komponen pendidik dan tenaga

kependidikan di dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh

banyak faktor, misalnya ekonomi, konsep agama yang dianut dan

etos pegawai terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Tingkat kepatuhan dan etos kerja pegawai yang kadang kurang baik

menjadi salah satu hambatan sehingga kualitas pembelajaran tidak

dapat tercapai secara maksimal

2) Sumber Daya

Pelaksanaan suatu kebijakan tidak akan berhasil dengan baik apabila

tidak didukung oleh sumber daya yang memadai. Sumber daya yang

diperlukan dalam mendukung suksesnya manajemen sekolah adalah

sumber daya yang baik, tanggap dan sadar atas kebijakan yang

dilakukan pimpinan. Namun, dalam kenyataanya sumber daya

Page 19: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

pendidik yang ada di MIM Paremono dan MIN Sumberrejo ada

beberapa guru yang belum memenuhi persyaratan minimal

kualifikasi pendidikan seorang guru setingkat Madrasah Ibtidaiyah

Beberapa faktor penghambat lain yang mungkin dihadapi pihak-pihak

berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut:

1) Tidak Berminat Untuk Terlibat

Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan

yang sekarang mereka lakukan. Tidak semua guru akan berminat

dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan

waktunya untuk urusan tersebut

2) Tidak Efisien

Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif

adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban

dibandingkan dengan cara- cara yang otokratis. Para anggota dewan

madrasah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada

tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu

3) Pikiran Kelompok

Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan madrasah

kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini

berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama

lain. Pada saat inilah dewan madrasah mulai terjangkit “pikiran

kelompok”

4) Memerlukan Pelatihan

Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali

tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan

partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki

pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan

bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan

sebagainya

5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru

Page 20: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi

dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS

mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang

berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan

menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk

memikul tanggung jawab pengambilan keputusan

6) Kesulitan Koordinasi

Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang

beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien.

Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya

masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari

tujuan madrasah.

Dampak Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Kualitas

Pembelajaran

MBS juga bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Efektif

artinya pengelolaan dan penggunaan semua input dalam bentuk non-

uang (jumlah dan jenis buku, peralatan, pengorganisasian kelas,

metodologi, strategi pembelajaran, dan lain-lain) dikaitkan dengan hasil

yang dicapai (output-outcome). Dengan MBS setiap anak akan

memperoleh layanan pendidikan yang bermutu di sekolah yang

bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk

belajar, maka MBS memberi keleluasaan kepada setiap madrasah untuk

menangani setiap anak dengan latar belakang sosial ekonomi dan

psikologis yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan

pendidikan yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak

berkembang secara optimal.

Dalam pendekatan MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan

tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan

di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi pusat. Melalui

keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam

keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan

lingkungan belajar yang efektif bagi para siswa.

Page 21: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Berdasarkan dari studi kasus dalam penelitian yang telah dilakukan oleh

yang bersangkutan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan

MBS atau pengimplementasiannya pada sekolah Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Paremono dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumberrejo

yang menjadi salah satu contoh sekolah di Indonesia yang menerapkan

atau mengimplementasikan MBS sebagai upaya peningkatan kualitas

pembelajaran, sudah berjalan cukup efektif dan efisien. Hal tersebut

terlihat dengan adanya kerjasama yang baik antar warga di sekolah dalam

menjalankan berbagai peran dan fungsi manajemen guna meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah.

Adapun peran manajemen tersebut yang telah dilaksanakan dengan baik,

diantaranya yaitu peran dalam manajemen kurikulum dan program

pengajaran, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan dan pembiayaan,

manajemen sarana dan prasarana pendidikan, manajemen hubungan

sekolah dan masyarakat, dan manajemen layanan khusus di sekolah.

Dalam menjalankan peran-peran tersebut, Kepala Madrasah-lah yang

dalam hal ini memiliki peran sangat penting dalam mengkoordinasikan,

menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang

tersedia agar peran-peran tersebut terlaksana dengan baik. Kepentingan

Kepala Madrasah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong

sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran

sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana

dan bertahap.

Upaya peningkatan kualitas pembelajaran dengan penerapan MBS di

sekolah MIM Paremono dan MIN Sumberrejo juga terlihat dengan adanya

dukungan seluruh staf di sekolah, pentahapan MBS, pelatihan staf,

dukungan anggaran dan pendelegasian wewenang, dukungan dari tenaga

pendidik yaitu para guru yang menguasai bahan dan prosedur mengajar

Page 22: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

yang tepat, pemanfaatan fasilitas secara efisien dan efektif, pemahaman

guru tentang karakteristik kelompok dan perorangan siswa, penciptaan

dialog kreatif dan lingkungan belajar yang menyenangkan, serta

kepribadian guru (keteladanan) yang berperan dalam membangkitkan

minat dan motivasi belajar kepada seluruh siswanya sehingga selalu

menampakkan kemajuan dalam belajarnya.

Dalam penerapan MBS, tentunya tidak hanya memerlukan kerjasama antar

warga di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga membutuhkan peran dari

stakeholder dan masyarakat. Peran serta masyarakat dalam penerapan

MBS di sekolah MIM Paremono dan MIN Sumberrejo terlihat dengan

berpartisipasinya masyarakat, khususnya orang tua siswa yang secara aktif

dan optimal dalam berperan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, maupun

pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan madrasah dalam

memberikan dukungan dan perhatian kepada madrasah, baik dalam bentuk

materi maupun non materi.

Berdasarkan kriteria keberhasilan dari implementasi MBS yang telah

disebutkan oleh beberapa ahli sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi MBS di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Paremono dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumberrejo sudah memenuhi

kriteria tercapainya keberhasilan MBS. Dengan tercapainya kriteria

tersebut, maka artinya sekolah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Paremono dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumberrejo yang menjadi salah

satu contoh sekolah yang mengimplementasikan MBS di Indonesia,

memilki kualitas pembelajaran yang sudah berjalan dengan efektif dan

efisien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 23: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu bentuk

penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah

dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan

sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk

memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai

tujuan pendidikan

2. Manajemen Berbasis Sekolah yang digunakan di Indonesia merupakan

terjemahan dari School-Based Management yang muncul di Amerika

Serikat sebagai bentuk kritik terhadap manajemen pendidikan dengan

mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntunan dan

perkembangan masyarakat setempat

3. Gerakan reformasi 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa membawa

perubahan dalam sistem politik dan pemerintahan yang ada di Indonesia. 

Salah satu bentuk perubahan itu yakni lahirnya UU No. 22 tahun 1999

dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menjelaskan

mengenai otonomi daerah dan otonomi dalam dunia pendidikan

didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang memuat mengenai MBS

4. MBS menjadikan pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola

desentralisasi, otonomi, pengambilan keputusan secara partisipatif.

Pendekatan birokratik sudah tidak ada lagi, yang ada adalah pendekatan

profesional

5. Adanya kerjasama yang baik antar warga di sekolah dalam menjalankan

berbagai peran dan fungsi manajemen guna meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah menjadi salah satu alasan bahwa MBS yang

diimplementasikan di Indonesia sudah efektif dan efisien, berdasarkan

studi kasus yang telah dipaparkan sebelumnya

6. Peran dari MBS yang telah dilaksanakan dengan baik berdasarkan contoh

sekolah yang diambil, diantaranya yaitu peran dalam memanajemen

kurikulum dan program pengajaran, manajemen kesiswaan, manajemen

Page 24: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

keuangan dan pembiayaan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan,

manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, dan manajemen layanan

khusus di sekolah

7. Dalam menjalankan peran-peran manajemen, Kepala Madrasah atau

Kepala Sekolah-lah yang memiliki peran sangat penting dalam

mengkoordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia agar peran-peran tersebut terlaksana dengan

baik

8. Dalam penerapan MBS, tidak hanya memerlukan kerjasama antar warga

di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga membutuhkan peran dari

stakeholder dan masyarakat

9. Faktor pendukung pelaksanaan MBS, antara lain wewenang/otonomi

yang lebih besar dari pemerintah kepada sekolah, sosialisasi peningkatan

mutu pendidikan dari pemerintah, bantuan anggaran pendidikan baik dari

pemerintah maupun masyarakat (wali murid), kemauan warga madrasah

untuk maju bersama-sama, dan partisipasi komite sekolah yang aktif

10. Dampak penerapan MBS terhadap kualitas pembelajaran adalah dengan

MBS, kepala sekolah, guru, dan anggota lain di sekolah dapat

melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan

zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global.

3.2 Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan pada semua lembaga maupun

organisasi yang ikut berperan dalam implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintah diharapkan untuk tetap melakukan kerja sama dengan

perangkat-perangkat sekolah dalam proses pengambilan keputusan untuk

memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai

tujuan pendidikan

2. Bagi seluruh warga di sekolah, juga diharapkan untuk tetap saling

melakukan kerjasama, saling mengingatkan, dan terbuka dalam

Page 25: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

menjalankan berbagai peran dan fungsi manajemen guna meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah agar lebih efektif dan efisien

3. Bagi masyarakat khususnya orangtua siswa diharapkan tetap dapat

berpartisipasi aktif dan optimal dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pengelolaan serta penyelenggaraan sekolah, dan

tetap memberikan dukungan serta perhatian, baik dalam bentuk materil

maupun non materil terhadap sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Abu Duhou. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, diterjemahkan oleh Noryamin

Aini dkk. Logos. Jakarta.

Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bumi

Aksara. Jakarta.

Bustanul, Arifin. 2015. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di MIN Sumberrejo Dan MIM

Paremono Kabupaten Magelang Tahun 2014. IAIN Salatiga. Magelang.

Depdiknas. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku

Panduan Peneyusunan Proposal dan Pelaporan MPMBS. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Erik Lindberg dan Vladimir Vanyushyn. 2013. School-Based Management with

or without Instructional Leadership: Experience from Sweden. Journal of

Education and Learning. Vol. 2, No. 3 dan P. 39–50. [online]

Handayaningrat, Soewarno. 1986. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Manajemen. Gunung Agung. Jakarta.

Kompas. 2012. Latar Belakang Munculnya MBS. Diakses online dari

http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/12/latar-belakang-munculnya-

mbs/, pada hari Jumat, 11 Juni 2016 pukul 20.46 WIB.

Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah (teori, model, dan aplikasi). PT

Gramedia Widiasara Indonesia. Jakarta.

Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. PT Bina Aksara. Jakarta.

Supriyadi, Gatot. 2007. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Negeri Magelang. Universitas

Negeri Semarang. Semarang.

Terry, George R. 1970. Principle of Management (Saduran, Winardi). Alumni.

Bandung.