Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat...

16
Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan by Herm on Wednesday, August 1st, 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Umum Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beranekaragam, Negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yangstrategi dan kaya akan sumber daya alam. Selain itu juga memiliki tantangan, yakni pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara. Karena itu, diperlukan cara pandang yang dapat memformulasikan semua aspek baik kelemahan maupun kekuatan yang Indonesia miliki, agar outputnya dapat menjadi manfaat untuk sebanyak mungkin orang yang hidup di dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cara pandang yang dimaksud adalah cara pandang wawasan nusantara, yang dimana dalam konsepsi Wawasan Nusantara, menganut filosofi dasar Geopolitik Indonesia dan wawasan kebangsaan yang mengandung tiga unsur kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan. Ketiganya merupakan jiwa dan pendorong bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita- cita nasional, terbentuknya Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Hal tersebut juga diamanatkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penanaman nilai-nilai wawasan nusantara, dilakukan sejak dini kepada warga Negara Indonesia baik dengan cara formal maupun informal. Lingkaran atau siklus sosialisasi, dimulai dari penumbuhan kesadaran, pengembangan pemahaman, mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada penumbuhan kesadaran berbangsa, dan seterusnya. Metode sosialisasi yang dapat diterapkan ialah pemindahan (transfer) dan pengubahan atau penanaman (transform) nilai-nilai. Sehingga pada akhirnya nanti, hasil dari penanaman nilai-nilai wawasan nusantara yang ditanamkan sejak dini akan tercermin pada realita kehidupan nasional maupun

Transcript of Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat...

Page 1: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

by Herm on Wednesday, August 1st, 2012

I.  PENDAHULUAN

1.1. Umum

Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beranekaragam, Negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yangstrategi dan kaya akan sumber daya alam. Selain itu juga memiliki tantangan, yakni pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara. Karena itu, diperlukan cara pandang yang dapat memformulasikan semua aspek baik kelemahan maupun kekuatan yang Indonesia miliki, agar outputnya dapat menjadi manfaat untuk sebanyak mungkin orang yang hidup di dalam naungan Negara Kesatuan  Republik Indonesia.

Cara pandang yang dimaksud adalah cara pandang wawasan nusantara, yang dimana dalam konsepsi Wawasan Nusantara, menganut filosofi dasar Geopolitik Indonesia dan wawasan kebangsaan yang mengandung tiga unsur kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan. Ketiganya merupakan jiwa dan pendorong bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita nasional, terbentuknya Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Hal tersebut juga diamanatkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penanaman nilai-nilai wawasan nusantara, dilakukan sejak dini kepada warga Negara Indonesia baik dengan cara formal maupun informal. Lingkaran atau siklus sosialisasi, dimulai dari penumbuhan kesadaran, pengembangan pemahaman, mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada penumbuhan kesadaran berbangsa, dan seterusnya. Metode sosialisasi yang dapat diterapkan ialah pemindahan (transfer) dan pengubahan atau penanaman (transform) nilai-nilai.  Sehingga pada akhirnya nanti, hasil dari penanaman nilai-nilai wawasan nusantara yang ditanamkan sejak dini akan tercermin pada realita kehidupan nasional maupun dalam fenomena kehidupan nasional yang sesuai dengan dasar pemikiran atau dimensi pemikiran Wasantara, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dengan adanya siklus sosialisasi tersebut, diharapkan nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia akan terus dapat dipertahankan dan diwujudkan manfaatnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Nilai-nilai kebangsaan juga dapat dilihat dan dipelajari dari peristiwa dan keputusan yang diambil para pemimpin bangsa terdahulu, bagaimana kebersamaan mereka dalam membangun bangsa ini, menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di dalamnya, dan memiiki rasa saling membutuhkan antara satu pemimpin dengan pemimpin yang lain, sehingga terjalin hubungan yang saling menguntungkan

Dalam Pelaksanaannya, interaksi manusia dalam suatu negara dalam hubungannya dengan lingkungan alam, kedudukan manusia tersebut mencakup tiga segi hubungan, yaitu: hubungan antara manusia dengan Tuhan; hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, dan hubungan antar manusia.

Dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah Tuhan sang pencipta dengan penuh ketulusan, hal tersebut dilakukan sebagai tanda syukur

Page 2: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

kita atas segala nikmat yang telah diberikannya. Untuk hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya adalah, manusia sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima dan mengelola kekayaan alam yang telah diamanatkan Tuhan dengan sangat efektif dan efisien, sehingga semua kekayaan alam tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Sedangkan dalam hubungan antara manusia dengan manusia, dalam aktifitasnya harus dapat memberikan manfaat kepada orang di sekelilingnya.

Jika ketiga implementasi tersebut dapat dimaksimalkan, maka akan juga mewujudkan keberhasilan tujuan dari implementasi Wawasan Nusantara akan mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang dijiwai rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta terpeliharanya kesatuan wilayah  nasional.

 

1.2. Permasalahan

Salah satu persoalan negara dan bangsa Indonesia saat ini adalah ketahanan pangan, yang merupakan salah satu topik yang sangat penting, bukan saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini mengandung konsukwensi politik yang sangat besar. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi terhadap kelangsungan suatu kabinet pemerintah atau stabilitas politik di dalam negeri apabila Indonesia terancam kekurangan pangan atau kelaparan.

Dalam hal ketahanan pangan ketahanan pangan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 menyebutkan bahwa “Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. Karen itu, dibutuhkan program peningkatan ketahanan pangan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun ditingkat masyarakat.

Karena itu, bukanlah hal yang sederhana dalam membangun ketahanan pangan ini. Vaclav Smil (1993) menunjukkan sebenarnya lebih murah upaya meningkatkan ketahanan ini melalui perubahan budaya, khususnya dalam mengubah kebiasaan makan, dengan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap satu atau dua jenis tanaman saja, dibandingkan dengan meningkatkan suplai sarana dan prasarana produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat.[1]

Pemahaman kebanyakan masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa beras adalah satu-satunya makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Di sinilah letaknya makna ketahanan pangan yang utama, yaitu bagaimana kita bisa dan kuat mentransformasi sesuatu yang telah membudaya, yaitu kebiasaan atau habit dari sebagian besar masyarakat kita yang sangat tergantung kepada beras dalam memaknai sumber utama pangan kita, ke arah pola pangan yang bukan hanya hemat, tetapi juga bersumber dari keanekaragaman pangan yang telah disediakan oleh alam di sekitar kita.

Untuk itu dibutuhkan kebijakan dari para pemimpin bangsa yang berwawasan nusantara untuk membuat sentra pertanian dan agro bisnis yang beragam di seluruh wilayah Indonesia, yang semuanya dikelola oleh petani, dari petani dan untuk masyarakat, sehingga ketahanan pangan dapat terjadi di Indonesia.

Dalam hal ketahanan pangan di Indonesia, bila dikaitkan dengan Wawasan Nusantara, maka dapat diidentifikasikan permasalahan, apakah implementasi wawasan nusantara dalam kebijakan sentra pertanian dan agro bisnis dapat meningkatkan ketahanan pangan?

Page 3: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

II.  Pembahasan

2. 1. Wawasan Nusantara

Sebagai manusia, kita harus meyakini bahwa kebenaran yang hakiki atau kebenaran yang mutlak adalah kebenaran yang datang dari Tuhan, pencipta alam semesta. Manusia memiliki kelebihan dari makhluk yang lain melalui akal pikiran dan budi nuraninya. Namun, kemampuannya dalam menggunakan akal pikiran dan budi nurani tersebut terbatas, sehingga manusia yang satu dan yang lain tidak memiliki tingkat kemampuan yang sama. Karena keberagaman itulah dibutuhkan perekat agar kehidupan berbangsa dan bernegara, kesatuan dan persatuannya tetap terjaga.

Suatu bangsa yang telah bernegara, dalam menyelenggarakan kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu timbul dari hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, ideologi, aspirasi serta cita-cita dan kondisi sosial masyarakat, budaya, tradisi, keadaan alam, wilayah serta pengalaman sejarahnya. Pemerintah dan rakyat memerlukan suatu konsepsi berupa wawasan nasional untuk menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri bangsa.

Dengan demikian, cara pandang wawasan nusantara sangat dibutuhkan agar suatu bangsa yang telah bernegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (melalui interaksi dan interelasi) dan dalam pembangunannya di lingkungan nasional (termasuk lokal dan propinsional), regional serta global.

Wawasan nusantara adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan Pengertian wawasan nusantara berdasarkan ketetapan majelis permusyawarahan rakyat tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah: “Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.”

Terdapat tiga unsur kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan. Bila ketiga unsur tersebut mengkristal dan menyatu secara utuh, maka akan menjadi jiwa bangsa Indonesia sekaligus pendorong tercapainya cita-cita proklamasi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam implementasinya, konsepsi Wasantara tercermin pada implikasinya di dalam kehidupan nasional, baik dalam realita kehidupan nasional maupun dalam fenomena kehidupan nasional yang sesuai dengan dasar pemikiran atau dimensi pemikiran Wawasan Nusantara, berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Penerapan wawasan nusantara juga harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara.

Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh, dapat tercermin dari Falsafah Pancasila yang diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai dengan aspirasinya sejak awal proses pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang, Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dengan demikian wawasan nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan keutuhan

Page 4: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.

Implementasi dari wawasan nusantara lainnya yaitu, dalam hal pembangunan nasional, yang menyangkut dalam hal politik, ekonomi dan sosial budaya. Dalam hal politik, pemimpin bangsa Indonesia terdahulu sudah mendeklarasikan bahwa perpolitikan luar negeri Indonesia adalah bebas aktif yang akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.

Selain dalam politik, sikap dalam bidang ekonomi Indonesia juga merupakan implementasi dari wawasan nusantara. Dengan paradigma wawasan nusantara, kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Selain itu wawasan nusantara juga mencerminkan tanggung jawab pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 yang menyebutkan bahwa setiap sumber daya alam dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata. Selain itu, tingkat perkembangan ekonomi di seluruh daerah harus seimbang dan serasi, dengan tanpa mengabaikan ciri khas yang dimiliki masing-masing daerah. Dengan asas kekeluargaan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan dalam sistem ekonomi kerakyatan.

Dalam kehidupan sosial budaya, implementasi wawasan nusantara akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya. Beragamnya budaya Indonesia, pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri.

Untuk mencapai tujuan sesuai dengan paradigma wawasan nusantara, terutama dalam sektor pertanian, tidak terlepas dari kondisi geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan. Dalam strategi dan pencapaian pembangunan pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia. Sektor pertanian mempunyai peran sebagai:

1. Sebagai penyerap tenaga kerja 2. Sumber Pendapatan 3. Sumber Pangan 4. Sumber Bahan baku industri/ biofuel 5. Sumber devisa 6. Pemacu pertumbuhan ekonomi 7. Pelestari lingkungan, budaya dan pariwisata

 

2.2.  Kebijakan Sentra Pertanian dan Agro Bisnis

Dalam perjalanan sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa agrobisnis telah dilakukan pada zaman nenek moyang dan menjadi penggerak ekonomi kerajaan-kerajaan dahulu. Banyak pelabuhan-pelabuhan besar berdiri dan menjadi makmur berkat keunggulan hasil bumi Indonesia. Seiring dengan

Page 5: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

pertumbuhan populasi penduduk, pangsa pasar produk agribisnis juga tumbuh dengan berkembangnya kebutuhan manusia akan produk-produk agrobisnis yang alami dan ramah lingkungan.

Agribisnis melibatkan multi sektor kehidupan manusia, berbagai hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Agribisnis juga terkait dengan pengelolaan keanekaragaman hayati dan kekayaan biodiversity Indonesia, sekaligus berperan dalam upaya menjaga ketahanan Sumber Daya Alam Indonesia. Agribisnis juga terlibat dalam pemenuhan berbagai kebutuhan manusia baik fisik dan nonfisik, menjadi pembuka lapangan kerja dan penghidupan bagi masyarakat.

Agribisnis berperan dalam pengembangan pasar berbagai jenis, tipe dan fungsi untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dan memuaskan produsen. Adanya pasar agribisnis juga mengembangkan aliran distribusi barang, jasa maupun uang. Peran lain agribisnis adalah mendorong pengembangan sektor industri keuangan dan sektor pendukungnya. Agribisnis juga berperan dalam pengembangan organisasi usaha, organisasi penunjang usaha termasuk organisasi kemasyarakatan. Singkatnya agribisnis berperan dalam manajemen SDA, SDM, IPTEK, Pasar, Finansial, Organisasi.

Banyaknya lahan pertanian yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, seharusnya membuat sektor pertanian menjadi salah satu penyerap tenaga kerja yang terbanyak, terutama di pedesaan.  Dengan demikian, sektor pertanian akan menjadi sumber pendapatan masyarakat.

Sejak Orde pembangunan dimulai di Indonesia, pemerintah dan rakyat Indonesia telah menetapkan Trilogi Pembangunan Nasional (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan, stabilitas nasional yang mantap dan dinamis) sebagai doktrin pelaksanaan pembangunan nasional.

Upaya pencapaian Trilogi Pembangunan diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dengan titik berat pada pertanian primer. Selama 25 Tahun pembangunan ekonomi dengan titik berat pertanian berlangsung, pertumbuhan ekonomi mampu mencapai sekitar 7 persen pertahun, laju inflasi dapat dikendalikan dibawah dua digit, swasembada beras tercapai pada tahun1984, pendapatan perkapita meningkat dari sekitar US $70 pada tahun 1969 menjadi sekitar US $700 pada akhir PJP I.

Beragamnya komoditas pertanian yang ada di Indonesia, merupakan keunggulan yang dapat dimanfaatkan untuk membuat dan mengorganisir sentra-sentra pertanian yang sejenis. Dengan demikian, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi para petani. Sehingga tujuan akhir dari RPJP 2005 – 2025, sebagaimana tercantum dalam UU No 17 Tahun 2007 adalah kesejahteraan masyarakat pertanian melalui sistem pertanian industrial, dapat tercapai.

 

2.3.  Ketahanan Pangan

Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang mencanangkan konsep secure, adequate and suitable supply of food for everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a healthy life).

Studi pustaka yang dilakukan oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI) (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator tentang ketahanan pangan (Weingärtner, 2000). Berikut disajikan beberapa definisi ketahanan yang sering diacu:

1. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah

Page 6: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

2. USAID (1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.

3. FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.

4. FIVIMS 2005: kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.

5. Mercy Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.

 

Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus tercerminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan, atau paling tidak ketahanan pangan. Di Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat penting, bukan saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini mengandung konsukwensi politik yang sangat besar.

Ketahanan pangan sering digunakan sebagai alat politik bagi seorang (calon) presiden untuk mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Ketahanan pangan bertambah penting lagi terutama karena saat ini Indonesia merupakan salah satu anggota dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Artinya, di satu pihak, pemerintah harus memperhatikan kelangsungan produksi pangan di dalam negeri demi menjamin ketahanan pangan, namun, di pihak lain, Indonesia tidak bisa menghambat impor pangan dari luar. Dalam kata lain, apabila Indonesia tidak siap, keanggotaan Indonesia di dalam WTO bisa membuat Indonesia menjadi sangat tergantung pada impor pangan, dan ini dapat mengancam ketahanan pangan di dalam negeri.

Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa “Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. Implikasi kebijakan dari konsep ini adalah bahwa pemerintah, di satu pihak, berkewajiban menjamin kecukupan pangan dalam arti jumlah dengan mutu yang baik serta stabilitas harga, dan, di pihak lain, peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya dari golongan berpendapatan rendah.

Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:

a)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.

b)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.

c)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.

d)     Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

Page 7: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

 

Namun dalam usaha untuk melakukan peningkatan ketahanan pangan, bukan berarti tidak ada masalah dan tantangan di lapangan. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam mencapai ketahanan pangan menyangkut beberapa aspek, yaitu Ketersediaan Pangan, Distribusi Pangan, Konsumsi pangan, Pemberdayaan masyarakat dan Manajemen.

Semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan Nasional, merupakan masalah pokok dalam aspek ketersediaan pangan. Hal itu disebabkan karena faktor teknis dan sosial ekonomi. Untuk faktor teknis dapat berupa Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian ke non pertanian, Produktifitas pertanian yang relatif rendah , teknologi produksi yang belum efektif dan efisien, infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah selama krisis dan kemampuannya semakin menurun, masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada pasca panen (10-15%), dan kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang berdampak pada musim kering yang panjang di wilayah Indonesia dan banjir .

Sedangkan untuk faktor sosial ekonomi, yang dapat menghambat ketersediaan pangan adalah Penyediaan sarana produksi yang dijamin pemerintah, tingkat efisiensi yang rendah dalam produksi pangan, tidak adanya jaminan dan pengaturan harga pangan yang wajar dari pemerintah, tata niaga produk pangan yang belum pro petani, dan terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif terakhir bagi penyediaan pangan.

Untuk aspek distribusi pangan, yang menjadi hambatan yaitu Belum memadai dan meratanya infrastruktur, prasarana distribusi darat dan antar pulau yang dapat menjangkau seluruh wilayah konsumen, termasuk infrastruktur pengumpulan, penyimpanan dan distribusi pangan , kecuali beras. Selain itu, sistem distribusi pangan yang belum efisien juga menghambat peningkatan ketahanan pangan. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar musim yang tidak merata, juga menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi pangan agar pangan tersedia sepanjang waktu diseluruh wilayah konsumen.

Peranan kelembagaan pemasaran hasil pangan belum maksimal menjaga kestabilan distribusi dan harga pangan. Dan yang paling tering terjadi adalah masalah keamanan jalur distribusi dan pungutan resmi pemerintah pusat dan daerah serta berbagai pungutan lainnya, yang telah membuat biaya distribusi yang mahal sehingga mengakibatkan ikut naiknya harga produk pangan.

Untuk Aspek Konsumsi pangan, yang menjadi tantangan adalah belum berkembangnya industri pangan dan produk pangan alternative yang berbasis sumber daya pangan lokal. Rendahnya kesadaran masyarakat, konsumen maupun produsen atas perlunya pangan yang sehat, bergizi dan aman menjadi tantangan tersendiri, selain Ketidakmampuan bagi penduduk miskin untuk mencukupi pangan dalam jumlah yang memadai sehingga aspek gizi dan keamanan pangan belum menjadi perhatian utama.

Untuk aspek pemberdayaan masyarakat, tantangannya yaitu keterbatasan prasarana dan belum adanya mekanisme kerja yang efektif di masyarakat dalam merespon adanya kerawanan pangan, terutama dalam penyaluran pangan kepada masyarakat yang membutuhkan. Serta Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarkat yang selama ini bersifat top-down karena tidak memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan.

Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten , dipercaya dan mudah diakses menjadi tantangan dalam perencanaan pengembangan kemandirian dan ketahanan pangan. Selain itu belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil di bidang pangan, dan masih adanya iklim egosentris dalam lingkup instansi dan antar instansi, membuat kordinasi pusat dan daerah dan antar daerah masih lemah.

Karena itu dalam pelaksanaannya, program peningkatan ketahanan pangan, harus dapat

Page 8: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

mengoperasionalkan kegiatan pokok sebagai berikut :

a)      Peningkatan mutu intensifikasi yang dilaksanankan dalam bentuk usaha peningkatan produktivitas melalui upaya penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam rangka penerapan teknologi spesifik lokasi.

b)      Menjamin penyediaan sarana produksi, dan mengatur harga pangan yang wajar, sehingga tata niaga produk pangan menjadi pro petani.

c)      Membuat infrastruktur pengumpulan, penyimpanan dan prasarana distribusi pangan di darat dan antar pulau yang dapat menjangkau seluruh wilayah konsumen, sehingga distribusi pangan menjadi lebih efektif.

d)     Memperkuat lembaga pemasaran hasil pangan, untuk menyangga kestabilan distribusi dan harga pangan.

e)      Membuat pusat kajian teknologi dan industri pangan, termasuk produk pangan alternatif berbasis sumber daya pangan lokal.

f)       Membuat data yang akurat tentang perencanaan pengembangan kemandirian dan ketahanan pangan. Serta adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil di bidang pangan.

g)      Peluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang dilaksanakan dalam bentuk pengairan serta perluasan baku lahan dan peningkatan indeks pertanaman melalui percepatan pengolahan tanah, penggarapan lahan tidur dan terlantar.

h)      Pengamanan produksi yang ditempuh melalui penggunaan teknologi panen yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan bantuan sarana produksi terutama benih, pada petani yang lahannya mengalami puso.

i)        Rehabilitas dan konservasi lahan dan air tanah dan air tanah, dilaksanakan dalam bentuk upaya perbaikan kualitas lahan kritis/marginal dan pembuatan terasering serta embung dan rorak/jebakan air

2.4. Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

Dengan mengimplementasikan konsepsi Wawasan Nusantara dalam kebijakan sentra pertanian dan agrobisnis, dapat diperoleh beberapa kemanfaatan bukan hanya pada sub-sistem produksi, namun juga pada distribusi. Bila sentra pertanian dan agrobisnis yang dilaksanakan dengan pemahaman Wawasan Nusantara, maka dalam menentukan satu lokasi atau daerah sebagai sentra pertanian, kita perlu memperhatikan faktor potensi pertanian unggulan, distribusi, dan kearifan lokal. Luasnya lahan pertanian yang ada di Indonesia, serta beragamnya faktor potensi unggulan yang ada di tiap daerah masing-masing, maka jika semua itu diatur akan terjadi keragaman jenis pertanian dan pangan yang bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat.

Selain itu, yang harus diperhatikan benar bila akan menentukan lokasi sentra pertanian di Indonesia adalah lokasi yang mudah di dijangkau oleh sebanyak mungkin daerah, sehingga dengan mudah akses menuju ke lokasi sentra pertanian dapat dicapai, akan memudahkan distribusi hasil pertanian dan menekan biaya distribusi yang akan membuat harga hasil pertanian tersebut dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

Mempertimbangkan  faktor kearifan lokal dalam menentukan lokasi sentra pertanian dan agrobisnis juga tidak kalah pentingnya.  Dalam Wawasan Nusantara kita mengakui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan tradisi yang berbeda, dan itu harus kita hargai sebagai konsekuensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Begitu juga dalam membuat sentra pertanian, kita seharusnya

Page 9: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

tetap memperhatikan faktor budaya dan kearifan lokal yang telah ada lama sebelum negara ini diproklamasikan.

Salah satu contohnya adalah bagaimana masyarakat Bali menggunakan subak sebagai sistem irigasi lahan pertanian mereka, itu adalah tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi dan dipercaya sebagai sistem irigasi yang terbaik untuk mengairi area persawahan mereka. Begitu juga dengan sistem pertanian di Baduy, Jawa Barat. Mereka mempunyai pengetahuan yang handal tentang ilmu perbintangan, dimana dengan melihat posisi bintang tertentu (bintang kidang dan bintang waluku), mereka bisa membaca cuaca atau musim beserta dengan perubahan-perubahannya sehingga kerugian bertani akibat perubahan cuaca dapat dihindari.

Dengan adanya sentra pertanian yang berwawasan nusantara dapat mengefektifkan dalam produksi pertanian, karena dengan mengimplementasikan Wawasan Nusantara dalam sentra pertanian, produksi pertanian disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah dan lahan serta iklim daerah tersebut, sehingga hasilnya bisa maksimal. Selain itu, ketersediaan bibit unggul pun akan lebih mudah karena disediakan secara massal dan masif.

Dari sisi petaninya pun akan mendapat keuntungan dari sentra pertanian dengan berwawasan Nusantara tersebut. Para petani yang mempunyai pengalaman dengan jenis tanaman yang sama, kualitasnya akan dapat ditingkatkan dengan bersinergi dan bekerjasama dalam suatu kelompok tani. Ditambah dengan kualitas penyuluh pendamping yang berkualitas akan mengembangkan dan memperdalam ilmu tentang tanaman pangan yang sedang dikembangkan para petani.  Begitupun dengan pengembangan teknologi akan fokus dilakukan, sehingga kualitas dari hasil pertanian akan mudah dikontrol dan dilakukan.

Dalam hal distribusi, dengan mengimplementasikan wawasan nusantara dalam sentra pertanian akan mempermudah dalam memasarkan produk hasil pertanian, karena dilakukan bersama-sama. Begitupun dengan pengangkutan hasil pertanian juga dilakukan sekaligus, sehingga dapat lebih efisien. Pembangunan infrastruktur untuk menunjang kegiatan pertanian yang sesuai pun, dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Dengan upaya-upaya diatas, diharapkan dapat lebih mengefektifkan pemanfaatan sentra pertanian dan agrobisnis dalam meningkatkan ketahanan pangan. Sehingga pada muaranya akan meningkatkan kemandirian bangsa.

 

III.   Penutup

3.1.  Kesimpulan

1. Dalam kehidupan berbangsa di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Wawasan Nusantara merupakan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena wawasan nusantara memiliki cara pandang Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Tanah Indonesia yang dianugerahi Tuhan sumber daya alam yang melimpah, pada dasarnya adalah kekuatan yang dapat membuat rakyat Indonesia makmur dan sejahtera. Namun dilain sisi, posisi dan kondisi geografis yang beragam dan tersebar, jika dikelola tidak dengan pemahaman wawasan nusantara yang benar, maka sumber daya alam yang ada tersebut dapat menjadi kelemahan yang dapat menyengsarakan bangsa Indonesia. Karena itulah diperlukan pemahaman wawasan nusantara sebagai implementasikan tujuan dan cita-cita nasional bangsa Indonesia dalam mengelola sumber daya alam Indonesia, terutama pangan, untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia, sebagaimana dahulu telah diperjuangkan oleh para pendiri

Page 10: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

bangsa ini. 3. Peningkatan produksi pangan juga merupakan upaya terintegrasi seluruh komponen bangsa

Indonesia dari implementasi wawasan nusantara yang fokus kepada bagaimana meningkatkan ketahanan pangan. Teknologi produksi dihasilkan semua dari berbagai academician‐researcher, lembaga keuangan dan pemerintahan diperlukan sebagai pengembangan agroindustri dan meningkatkan agrobisnis, untuk menjamin ketersediaan produksi yang cukup, stabil dan berkelanjutan.

4. Walaupun pada kenyataan di lapangannya, terdapat tantangan dan masalah. Namun bila dilandasi dengan pemahaman wawasan nusantara yang baik dan menyeluruh, maka implementasi wawasan nusantara dalam membuat kebijakan sentra pertanian dan agrobisnis untuk meningkatkan ketahanan pangan dapat terwujud. Tentunya dengan peran aktif semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung, untuk turut mensukseskan peningkatan ketahanan pangan demi tercitanya masyarakat yang berdaulat, adil, makmur dan sejahtera.

5. Perlu ditingkatkan pemahaman seluruh komponen bangsa terhadap Wawasan Nusantara, sebagai cara pandang Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

6. Dalam kebijakan penentuan kawasan Sentra Pertanian dan Agrobisnis, perlu dilengkapi dengan Wawasan Nusantara, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam nusantra, yang akan dapat meningkatkan Ketahanan Pangan.

3.2.  Saran

1. Perlu ditingkatkan pemahaman seluruh komponen bangsa terhadap Wawasan Nusantara, sebagai cara pandang Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Dalam kebijakan penentuan kawasan Sentra Pertanian dan Agrobisnis, perlu dilengkapi dengan Wawasan Nusantara, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam nusantra, yang akan dapat meningkatkan Ketahanan Pangan.

 

 

Daftar Pustaka 

Andi, Alfurqon, 2009, Keterkaitan Antara Program Reforma Agraria Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus: Desa Pamagersari, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat), http://kolokiumkpmipb.wordpress.com/ diakses: 11 April 2009

Pakpahan, Agus, 2008, Ketahanan Pangan sebagai Ketahanan Budaya, Makalah pada Dies Natalis IPB, 30 Oktober 2008, Bogor

Pokja Geopolitik dan Wawasan Nusantara, 2012, B.S Wawasan Nusantara,  Lemhannas RI

Tambunan, Tulus, 2008, Ketahanan Pangan Di Indonesia: Mengidentifikasi Beberapa Penyebab, Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti, Jakarta

Taufiqurrakhman, Ahmad, 2010, Okezone, 10 Agustus 2010

Tim Peneliti Pangan IPSK-LIPI2, Penerapan Kebijakan Ketahanan Pangan Bagi Pencapaian Kedaulatan Pangan, Makalah pada Kongres KIPNAS, 7-9 November 2001 di Hotel Bidakara, Jakarta

Page 11: Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kebijakan Sentra Pertanian Dan Agrobisnis Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan

Vaclav Smil. 1993. Global Ecology: Environmental change and social flexibility. Routledge, London

Wiradi, Gunawan, 1999, Reforma Agraria Dalam Menghadapi Era Globalisasi, Makalah pada Seminar Nasional: “Pemberdayaan Petani Melalui Reform Agraria Dalam Menghadapi Era Globalisasi”, oleh HKTI, Yayasan AKATIGA dan Kantor Menteri Negara Agraria dan Badan Pertanahan Nasional, tanggal 5 Agustus 1999, Jakarta

Wiradi, Gunawan, 2001, Reforma Agraria Sebagai Basis Pembangunan, Makalah Seminar dan Lokakarya: “Arah Kebijakan Nasional Mengenai Tanah dan Sumberdaya Alam Lainnya”, oleh Kelompok Studi Pembaruan Agraria (KSPA), Pokja PSDA dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), 20 – 23 Agustus 2001 di Bandung

[1] Vaclav Smil. 1993. Global Ecology: Environmental change and social flexibility. Routledge, London