IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN …repository.umrah.ac.id/2164/1/JURNALtri.pdfdengan...

14
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN SUAKA KUDA LAUT DESA SEBONG PEREH KABUPATEN BINTAN 2016 JURNAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Oleh Tri Kurniati NIM: 130565201015 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2018

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN …repository.umrah.ac.id/2164/1/JURNALtri.pdfdengan...

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN SUAKA

KUDA LAUT DESA SEBONG PEREH KABUPATEN BINTAN 2016

JURNAL

Diajukan Sebagai Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji

Oleh

Tri Kurniati

NIM: 130565201015

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2018

1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN SUAKA

KUDA LAUT DESA SEBONG PEREH KABUPATEN BINTAN 2016

Tri Kurniati, Bismar Arianto, M.Si., Sayed Fauzan Riyadi, S.Sos., IMAS

([email protected])

(Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH Tanjungpinang)

ABSTRAK

Kabupaten Bintan memiliki potensi pemanfaatan kuda laut yang cukup

besar salah satunya yaitu di perairan Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk

Sebong Kabupaten Bintan. Desa Sebong Pereh memiliki ekosistem yang sesuai

dengan habitat kuda laut. Desa Sebong Pereh pemanfaatan kuda laut masih di

hasilkan dari penangkapan alam, maka dikhawatirkan apabila terus-menerus

terjadinya penangakapan kuda laut secara bebas maka akan mengakibatkan

jumlah populasi kuda laut menurun secara alami di Desa Sebong Pereh. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan dalam

Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk

Sebong Kabupaten Bintan oleh Unit Pelaksanaan Teknis Balai Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Satuan Kerja wilayah

Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif yang memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subject

penelitian. Data yang digunakan merupakan data primer dan data skunder yang

diperoleh dari instansi terkait yang diteliti. Adapun yang dijadikan sebagai

informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Dengan dibentuknya Kawasan

Suaka Kuda Laut dari hasil penangkapan mengalami peningkatan jumlah populasi

kuda laut.

Kata kunci: Implementasi, Kebijakan, Kuda Laut.

ABSTRACT

Bintan Regency has the large potential of sea horses. One of them which is

in Sebong Pereh Village, Teluk Sebong District, Bintan Regency. Sebong Pereh

Village has an ecosystem that suits the habitat of seahorses. Sebong Pereh Village

in the use of seahorses is still produced from natural capture, so it is feared that if

the seahorse is constantly being used. The result will in the loss of the natural

2

seahorses population in Sebong Pereh Village. The purpose of this study is to find

out how the policy of implementation in the formation of seahorses area in

Sebong Pereh Village, Teluk Sebong Subdistrict, Bintan Regency by the

Technical Implementation Unit of the Coastal and Marine Resource Management

Unit (BPSPL) of Padang in Tanjungpinang Regional Work Unit in Riau Islands.

This type of the research is qualitative descriptive research that understands the

phenomenon of what is experienced by the research subject. The data used is

primary data and secondary data obtained from the relevant agencies studied.

There are 8 informants made as informants in this study. With the establishment

of the Seahorses area from fishing results have increased the number of seahorses.

Keywords: Implementation, Policy, Sea Horse.

PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PERMENKP) Nomor PER.

22/MEN//2008 Tentang Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang yang mendapatkan mendapat dari Kemeterian

Kelautan dan Perikanan dengan perwakilan Satuan Kerja wilayah Tanjungpinang,

untuk menjalankan salah satu tugas pokok dan fungsinya yaitu dengan melakukan

pengawasan dan pengendalian peredaran spescies aquatic dilindungi/tidak

dilindungi di wilayah Kerjanya.

Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)

Padang Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut Kementrian Kelautan dan

Perikanan dengan perwakilan Satuan Kerja (Satker) di wilayah Tanjungpinang,

pada tahun 2015, telah melakukan survey, bahwa Bintan memiliki potensi

pemanfaatan kuda laut yang cukup besar. Salah satunya wilayah Kabupaten

Bintan yang memiliki jumlah nelayan pemanfaatan kuda laut tersebut di kawasan

Bintan bagain Utara yaitu Desa Sebong Pereh dan Desa Sebong Lagoi. Diantara

ketiga Desa ini, Desa Sebong Pereh yang memiliki potensi ekosistem yang sesuai

3

dengan habitat kuda laut. hal ini terbukti banyaknya ditemukan nelayan pencari

kuda laut dari desa lain mencari biota tersebut di sepanjang pantai Sebong Pereh.

Desa Sebong Pereh sering terjadinya penangkapan kuda laut secara bebas dan

tidak terkendali di alam karna tingginya harga dan permintaan kuda laut di

pasaran memicu tingginya penangkapan kuda laut. Desa Sebong Pereh

pemanfaatan kuda laut masih dihasilkan dari penangkapan alam. Apabila hal ini

dibiarkan begitu saja, maka dikhawatirkan akan mengalami penurunan terhadap

jumlah populasi kuda laut secara alami. Pemanfaatan yang berlebihan dari alam

harus di imbangi dengan ketersedian species di alam. (Sumber: m.tribunnew.com

diakses pada 17 maret 2015). Berdasarkan hasil wawancara yang di dapatkan

dilapangan oleh Bapak Bedu sebagai Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas

(POKMASWAS) sebelum di bentuknya Kawasan Suaka Kuda Laut beliau

mengatakan bahwa, dari segi ekogis habitat dari kuda laut rusak dikarenakan tidak

ramahnya penggunaan alat dalam proses penangkapan kuda laut, dalam proses

pemburuan kuda laut nelayan lebih dominan kepada kuda laut yang hamil, yang

dimana regenerasi kuda laut itu sendiri akan terancam dan dikhawatirkan pada

proses penangkapan yang tidak ramah lingkungan akan mengakibatkan terjadinya

kepunahan terhadap kuda laut. Tanpa disadari masyarakat telah merusak

ekosistem yang ada di laut mereka sendiri, sudah saatnya guna merubah pola pikir

masyarakat agar tidak berlebihan dalam memanfaatkan kuda laut serta dapat

menjaga kelestarian kuda laut yang ada di Desa Sebong Pereh Kabupaten Bintan.

4

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Sugiyono

(2007:15) bahwa “data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata,

kalimat, dan gambaran.” Dari data yang telah terkumpul sesuai dengan indikator

permasalahan peneliti mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul

tersebut menjadi data yang sistematik, teratur dan terstruktur sehingga mempunyai

makna sesuai permasalahan yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan

Pembentukan Kawasan Suaka Perlindungan Kuda Laut Desa Sebong Pereh

Kabupaten Bintan Tahun 2016. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam

penelitian ini sebanyak 8 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

penulis membatasi masalah dengan menggunakan teori Implementasi

Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono 2005: 99-101) agar

Implemetasi kebijakan akan berjalan dengan optimal apabila didukung dengan

informasi dan informan yang mengetahui mengenai Pembentukan Kawasan Suaka

Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Kabupaten Bintan

A. Standart dan sasaran kebijakan

Implementasi kebijakan akan berjalan dengan baik apabila Isi Rencana Kerja

Konservasi Kuda Laut jelas dan dapat pahami oleh Unit Pelaksana Teknis Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Satuan Kerja, dan Kelompok

Masyarakat Pengawas, sehingga dalam pelaksanaan kebijakan dapat dijalankan

sesuai tepat sasaran. Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut telah di bentuk oleh

UPT BPSPL Padang Satker Tanjungpinang berhasil di bentuk sesuai dengan tepat

sasaran, awalnya mengenai Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut ini atas

5

permintaan/inisiatif Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Desa Sebong

Pereh, karena mereka merasakan semakin tahun nelayan penangkap kuda laut

merasakan hasil tangkapannya semakin menurun dan jumlah nelayan penangkap

semakin meningkat.

B. Sumber Daya

Implementasi kebijakan tidak akan efektif apabila tidak mendapat dukung

sumberdayanya. Sumberdaya terdapat dua yaitu sumberdaya manusia dan non

manusia. Tanjungpinang sebagai perpanjangan tangan UPT BPSPL Padang agar

dapat menjalankan tugas yang berikan oleh atasan, sehingga dapat terlaksanya

Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut Bintan pada tahun 2016 dengan optimal.

Sumber daya manusia dengan jumlah 4 (empat) pegawai terdiri dari 1 (satu)

kordinator lapangan, dan 3 (tiga) sebagai staf di UPT BPSPL Padang Satker

Tanjungpinang yang mencakup seluruh tugas pokok dan fungsinya tanpa sesuai

dari keahlian bidangnya masing-masing. Kondisi saat ini, dengan luas wilayah

seluas 15 hektar maka UPT BPSPL Padang Satker wilayah Tanjungpinang maka

ingin melakukan penambahan seperti rumah jaga, papan hibauan dan boya-

boya/tanda batas. Namun karena pada tahun 2016 telah kehilangan boya-

boya/tanda batas maka UPT BPSPL Padang Satker wilayah Tanjungpinang

menyaranin untuk dapat di ganti dengan boya-boya/tanda batas yang permanen,

sehingga tidak akan terjadinya kehilangan boya/tanda batas lagi.

C. Hubungan antara Organisasi

Koordinasi dalam implementasi kebijakan merupakan sebuah mekanisme

yang dapat diterapkan dan perlu adanya dukungan dalam sebuah program yang

6

tertera dalam Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut mengenai Pembentukan

Kawasan Suaka Kuda Laut dari Instansi dan lembaga, dan Pemerintah Desa,

semakin baik koordinasi yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Satuan Kerja maka Rencana

Kerja Konservasi Kuda Laut mengenai Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut

mendapatkan keberhasilan sesuai yang diinginkan.

Hubungan kerja UPT BPSPL Padang Satker Tanjungpinang dengan Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau sebagai Pengawasan, dalam

Pembentukan Kawasan Suaka Kuda. UPT BPSPL Padang Satker wilayah

Tanjungpinang dalam Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong

Pereh, sering mengadakan rapat, maka UPT BPSPL Padang Satker

Tanjungpinang selalu mengundang Dinas Kelauatan dan Perikanan Provinsi untuk

dapat menghadiri rapat dan dapat berkejasama dengan baik.

Namun apabila terjadinya pelanggaran atau penyimpangan di Kawasan

Konservasi Kuda Laut maupun Kawasan Suaka Kuda Laut UPT BPSPL Padang

selalu menginformasikan kepada Dinas Kelauatan dan Perikanan kemudian turun

dengan bersamaan, seperti pemberian sarana prasarana dan fasilitas yang

disarahkan kepada Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) untuk

Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong Pereh selalu

mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi agar dapat menyaksikan

sarana prasana dan fasilitas apa saja yang sudah di berikan oleh UPT BPSPL

Padang Satker wilayah Tanjungpinang, sehingga apabila Dinas Kelautan dan

7

Perikanan Provinsi memberikan sarana, prasarana dan fasilitas untuk Pokmaswas

tidak sama.

D. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakterisitik agen pelaksana merupakan struktur birokrasi yang

merupakan susunan kerja yang jelas dalam bentuk organisasi untuk dapat

menujukkan pembagian kerja yang sesuai dengan bidangnya keahliannya,

sehingga Implementasi Kebijakan akan berjalan dengan optimal apabila telah

sesuai dengan bidangnya selain itu struktur birokrasi juga menunjukan pembagian

pekerjaan dan penyampaian laporan. Aspek dari struktur organisasi yang

memudahkan adalah Standar Oprasional Prosedur (SOP).

E. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi

Kondisi Sosial, adanya perubahan pola pikir masyarakat nelayan dalam

mentaati aturan yang telah ditetapkan dan telah memahami tujuan dengan

diadakanya pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut, serta dapat memberikan

rasa kepedulian untuk menjaga dan melestarikan ekosistem yang ada di Desa

Sebong Pereh ini. Kondisi Politik, telah didapatkannya dukungan oleh Dinas

Keluatan dan Perikanan Provinsi, Dinas Perikanan Kabupaten Bintan dan

Lembaga Desa nelayan Sebong Pereh, nelayan Sekera dan nelayan Sebong Lagoi

dan Pemerintah Desa Kepala Desa Sebong Pereh, Camat Teluk Sebong dalam

Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut. tanpa adanya dukungan, maka Rencana

Kerja Konservasi Kuda Laut yang telah di bentuk oleh UPT BPSPL Padang

Satker Tanjungpinang tidak akan berjalan dengan optimal. Kondisi Ekonomi,

adanya peningkatan jumlah populasi kuda laut dengan di bentuknya Kawasan

8

Suaka Kuda Laut dan Meningkatkan Pendapatan Hasil Tangkapnya Masyarakat

Nelayan desa sebong pereh.

F. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: Respon

UPT BPSPL Padang Satker wilayah Tanjungpinang terhadap kebijakan, mengenai

Program Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Tahun

2016, kemudian kognisi yang mana UPT BPSPL Padang Satker wilayah

Tanjungpinang dapat memahami isi dari Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut

Priode 2016-2019 Bintan mengenai Program Pembentukan Kawasan Suaka Kuda

Laut tersebut Selanjutnya Intensitas Disposisi Implementor Seberapa sering Unit

Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)

Satuan Kerja melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat dalam

pembentukan kawasan suaka kuda laut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bawa pelaksanaa kebijakan

pembentukan kawasan suaka kuda laut tahun 2016 sudah berjalan dengan cukup

baik, dikatakan baik karena masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan demi

kelancaran dalam pelaksanan pembentukan kawasan suaka kuda laut yang di

laksanakan oleh BPSPL Padang Satuan Kerja Tanjungpinang berjalan sehingga

menjadi sangat baik

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Abdul Wahab, Soliehin 2012, Analisis Kebijakan Publik, Jakarta: Bumi

Aksara.

Abidin, Said Zinal. 2002. Kebijakan Publik.Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.

Anggara, sahya. 2012. Ilmu Admitrasi Negara. Bandung: CV. Pustaka Setia

Bumi Aksara.

Dermawan, Agus , 2015, Rencana Aksi Nasional (Ran), Konservasi Kuda Laut,

Jakarta: Direktorat Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati Laut,

Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir Pulau-Pulau Kecil, Departemen

Kementrian Kelautan Dan Perikanan

Dermawan, Agus, 2015,Pedoman Pengkayaan Populasi Kuda Laut,

Jakarta: Direktorat Konservasi dan Kenakaragaman Hayati Laut,

Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut, Departemen Kementrian

Kelautasn Dan Perikanan

Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2003. Kebijakan Public Jakarta: Gramedia

Islamy, Irfan M.2009. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:

Kordi K,H,G,M.2010. Budidaya Biota akuatik. Lily Publisher. Yogyakarta.

Laurie, S.A., Foster, S. J., Cooper, E.W.T., And Vincent , A.C.J.2004. A Guide to

the Indentification of Seahorses.Project Seahorse and TRAFFIC North

America.

Lexy J.Meleong, M.A. 2014 “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT.

Remaja Rosdakary

10

Lourie, S.A, et al. 1999. Seahorse: An identification guide to the world’s species

and their conservation, Project Seahorse, London: 214 pp.

Mathir, A. 2014.Polapertimbuhan Kuda Laut (Hippocampus Barbouri, Jordan &

Richardson, 1908) Yang Hidup Pada Beberapa Tipe Habitat Di Perairan

Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar. (Skripsi).Universitas

Hasanuddin Makasar.

Purwanto, Erwan Agus. 2012. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta Gava

Media

Samin, A. 2013.Perkembangan Morfologi Juwana Kuda Laut (Hipocampus

Barbouri, Jordan & Richardson, 1908) Dalam Wadah Terkontrol.

(Skripsi).Universitas Hasanuddin Makasar.

Santoso, B. 2014.Analisis Jenis Makanan Kuda Laut (Hippocampus Barbouri,

Jordan & Richardson, 1908 Pada Daerah Padang Lamun Di Kepulauan

Tanakeke, Takalar, Sulawesi Selatan. (Skripsi).Universitas Hasanuddin

Makasar.

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Subarsono.2005Analisis Kebijakann Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sugiyono 2007.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2005 “Memahami Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabeta

Syafiudin, 2004.Pembenihan Dan Pengkaran Sebagai Kuda Laut (Hippocampus

Spp) Di Alam.Institut Pertanian Bogor.

11

Syafiudin, 2010 Studi Aspek Fisisiologi Reproduksi: Pengembangan Ovary Dan

Pemijahan Kuda Laut (Hippocampus Barbouri) Dalam Wadah Budidaya.

Institute Pertanian Bogor.

Tangkilisan, Hasel Nogi.2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta

Wahab, abdul, solichin 2004.Analisis Kebijakan Publik Dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widianingrum, R. 2000. Respon Pertumbuhan Kuda Laut(Hippocampus kuda)

Terhadap Lama Pencahayaan.(Skripsi).Umrah Maritim Raja Ali Haji.

2. Dokumen

Berita acara Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut Tahun 2016

Berita acara serah terima bantuan oleh UPT BPSPL Padang, Tahun anggaran

2016.

Berita acara serah terima barang oleh Dinas Kelauatan dan Perikanan Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2015.

Kep.06A/KP3K/2011 Tentang pembentukan Satuan Kerja Pada Unit Pelaksana

Teknis Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Laut

Keputusan Mentri Kelautan Dan Perikanan No 58 Tahun 2001 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan Dan

Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan.

Laporan perjalanan Dinas UPT BPSPL Padang Satker Tanjungpinang Tahun

2016.

PERMEN Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No Per 17/MEN2008

Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

12

PERMEN Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35/Permen-

Kp/2013 Tentang tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan

PERMEN Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.

18/MEN/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Laut

PERMEN KP Nomor: Per.22/MEN/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit

Pelaksanaan Teksnis Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut.

PERMEN Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

PP No 60 Tahun 2007 Tentang konservasi semberdaya ikan

PP No 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Lira,

Yang Terbatas Pada Pelayanan Perizinan Perdagangan Internasionalnya

Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut Bintan Priode 2016-2019.

UU Nomor 27 Tahun 2007 pasal 28 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan

Pulau-Pulau Kecil.

UU Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perikanan Pasal 8 Ayat (1) ketentuan pidana

pada pasal 84 di pidana paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling

banyak Rp. 1.200.000.000,- (satu miliyar dua ratus juta rupiah) Tentang

pengguna tuba, bius, racun, bom, dan alat penagkap ikan yang tidak ramah

lingkungan dan di larang.

UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

13

3. Jurnal:

Asmanelli, dan Andreas, I. P. 1993.Beberapa Catatan Mengenai Kuda Laut Dan

Kemungkinan Pengembanganya. Jurnal Oseana. Volume XVIII, Nomor 4:

145-151

Basyarul.Aziz 2016.Strategi Adaptasi Pengawasan Konservasi Penyu Tanam

Kili-Kili, Desawanocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.

Universitas Airlangga.

FOSTER, S. J. AND VINCENT, A, C. J.2004. REVIEW PAPER Life history and

ecology of seahorses: implications for conservation and management.

Journal of Fish Biology. 65, 1-61

Jompa, J., N. Nesaa dan M. Lukman, 2015 pengelolaan kawasan konservasi laut

(Bunga Rampai). Kementrian Perikanan dan Kelautan.

Rabiansyah , 2015. Studi Ekologi Kuda Laut ( Hippocampus ) di Perairan Desa

Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan.