IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMPN 06...

100
i IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMPN 06 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016-2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: M. AZKA ARIFIAN 111-12-232 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMPN 06...

i

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

DI SMPN 06 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016-2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

M. AZKA ARIFIAN

111-12-232

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar

kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka, Barangsiapa

bertaqwa kepada Allah maka Allah jadikan urusanya menjadi mudah, Barangsiapa

bertaqwa kepada Allah akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala

yang agung” (QS. Athalaq: 2-5)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk ayahanda (Triyono) dan

ibundaku (Eni Hidayati) tercinta yang tiada pernah berhenti memberiku

semangat, do’a, nasihat dan kasih sayang yang tak pernah tergantikan.

Terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku dalam belajar. Semoga

diri ini bisa menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, nusa, bangsa dan

agama.Ya Allah berikanlah balasan setimpal Syurga firdaus_Mu untuk

kedua orang tuaku, Amin.

2. Kepada kedua adikku (Farhan Navis dan Umada Habibatil Mutia), yang aku

sayangi, Raihlah cita-cita kalian setinggi mungkin, mas Pian harap kalian

bisa menggapai hal yang sama dan bahkan lebih baik dari ini. Semoga mas

Pian ini bisa menjadi teladan yang baik buat kalian.

3. Segenap keluargaku, terimakasih atas semua do’a, dukungan, nasihat yang

diberikan kepadaku. Semoga diri ini bisa menjadi pribadi yang lebih baik

dan dewasa. Membanggakan kelurga, dan bermanfaat ilmunya.

4. Teruntuk teman-teman seperjuangan PAI G dan PAI Angkatan 2012, sukses

selalu untuk kalian.

viii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,

syukur dan terimakasih senantiasa penulis haturkan kepada Allah swt yang telah

memberi nikmat sehat, iman, islam dan memberi kesempatan serta ridha-NYA

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam

bentuk skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

di SMPN 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017” ini disusun dalam rangka

menyelesaikan studi strata 1 dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Salatiga.

Bantuan dan dukungan baik materil maupun immateriil dari berbagai pihak

telah memberikan kontribusi positif dalam penyusunan skripsi ini. Dan atas

kontribusi tersebut penulis menyampaikan terimakasih dan do’a semoga Allah swt

berkenan membalas kebaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI).

4. Bapak Imam Mas Arum, M. pd selaku dosen pembimbing yang dengan

ikhlas mencurahkan fikiran waktu dan tenaganya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

ix

5. Ibu Maryatin, M. Pd. Selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih

atas waktu yang telah diberikan selama 5 tahun ini, telah membimbing

dengan sabar dan ikhlas.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Mudjiati selaku kepala sekolah di SMPN 06 Salatiga yang telah

banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

8. Siswa-siswi SMPN 06 Salatiga yang telah menyambut dengan hangat

dan senyum manis atas kehadiran penulis dan kerja sama selama

penelitian.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan penulis sadar bahwa skripsi ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran, kritik yang membangun dan koreksi

semua pihak penulis terima dengan tangan terbuka.

Wasslamu’alaikum Wr.Wb

Salatiga, September 2017

Penulis

M. AZKA ARIFIAN

NIM: 111-12-232

x

ABSTRAK

Arifian, Muhammad Azka, 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas

Arum M. Pd.

Kata Kunci : Gerakan Literasi, Sekolah

Konteks gerakan literasi sekolah yaitu mencakup memahami dan

menggunakan sesuatu secara cerdas melalui upaya menyeluruh agar menjadikan

warga sekolah menjadi pembelajaran literat sepanjang hayat melalui pelibatan

publik. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui bagaimanakah

implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga? 2) untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi implementasi

gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga? 3) solusi seperti apakah yang

dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam implementasi gerakan literasi di

SMPN 06 Salatiga?.

Penelitian ini adalah jenis penilian kualitatif dengan menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Pihak yang di

wawancarai antara lain: guru SMPN 06 Salatiga, kepala sekolah SMPN 06 Salatiga,

siswa-siswi SMPN 06 Salatiga. Analisis data dimulai saat penulis mengumpulkan

data, dengan cara pengorganisasian, pemecahan, sintesis, menentukan pola,

memilah data yang penting dan tidak dengan mengacu pada kontribusi pada upaya

menjawab fokus penelitian gerakan literasi sekolah.

Hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengarah kepada kesimpulan

yaitu: 1) Implementasi gerakan literasi sekolah tahap pembiasaan yaitu 15 menit

membaca buku non-pelajaran, tahap pengembangan yaitu meningkatkan

kemampuan membaca dengan menganalisis buku yang sudah dibaca, tahap

pembelajaran yaitu dilanjutkan dengan menganalisis serta pemberian tagihan

akademik 2) Faktor pendukung kegiatan literasi di SMPN 06 Salatiga: sarana

prasarana yang memadai, ketersediaan buku yang lengkap, tim book lovers, progam

sumbangan buku dari orang tua, guru dan alumni 3) Solusi memotivasi siswa agar

mengikuti kegiatan dengan baik, memberikan arahan atau teguran, menghimbau

kepada seluruh warga sekolah baik guru ataupun siswa untuk gemar membaca dan

menullis agar menjadi pribadi yang literat.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ............................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................ v

MOTTO ..................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

ABSTRAK .................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

E. Penengasan Istilah ................................................................................. 8

F. Metode Penelitian .................................................................................. 10

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Literasi ................................................................................ 18

xii

B. Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah ............................................... 20

C. Jenis Kegiatan Literasi .......................................................................... 21

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPN 06 Salatiga

1. Sejarah dan Profil SMPN 06 Salatiga ..................................................... 34

2. Visi, Misi, Tujuan SMPN 06 Salatiga ...................................................... 35

3. Daftar Guru .............................................................................................. 36

4. Sarana dan Prasarana................................................................................ 40

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah .................................................. 42

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah ............... 48

I3 Solusi Gerakan Literasi Sekolah .............................................................. 50

BAB IV PEMBAHASAN

A. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah SMPN 06 Salatiga ................... 51

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah

1. Faktor Pendukung ............................................................................ 59

2. Faktor Penghambat ......................................................................... 60

C. Solusi Gerakan Literasi Sekolah ............................................................. 61

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan .............................................................................................. 63

B. Saran ........................................................................................................ 64

C. Penutup .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................66

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Membaca dalam hati (Tahap pembiasaan) ................................... 21

Tabel II Contoh jurnal membaca ................................................................ 23

Tabel III Membaca nyaring .......................................................................... 24

Tabel IV Pedoman Meringkas dan membaca buku .................................... 28

Tabel V Indikator pencapaian tahap pembelajaran ........................................30

Tabel VI Daftar Guru .................................................................................. 36

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. DOKUMENTASI

2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

3. SURAT KETERANGAN RISET

4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

5. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

6. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

7. KETERANGAN SKK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Buku adalah jendela dunia, berbagai pengetahuan dapat diketahui dan

dipelajari. Buku juga sebuah nutrisi bagi jiwa yang sehat, ibarat sebuah

makanan yang selalu mensuplai energi bagi raga. Begitu penting peran buku

dalam kehidupan manusia, namun ironinya pada era global ini banyak para

siswa yang masih enggan membaca buku. Membaca menjadi pekerjaan yang

sangat berat bagi siswa, dan buku pun dipandang sebelah mata karena kalah

menarik dibanding game online dan permainan modern lainnya. Tidak

mengherankan jika menurut hasil kajian Program for International student

assessment (PISA) pada tahun 2009 Indonesia menempati urutan ke 57 dari

65 negara di dunia dalam kemampuan membaca. Sebuah hasil yang perlu

menjadi renungan bersama (Muhsin&Mursyid, 2015: 17).

Inilah fenomena yang terjadi di era digital ini, keberadaan buku bukan

menjadi sesuatu hal yang menarik lagi keberadaannya telah tergeserkan dan

terlupakan oleh game online, gadget, dan permainan modern lainnya. Melihat

hal tersebut maka bukan hanya merenung saja akan tetapi perlu adanya

tindakan yang nyata dari berbagai pihak untuk menjadikan buku sebagai

sesuatu yang berarti yaitu buku sebagai sumber ilmu.

2

Meskipun di era modern ini sudah ada e-book yaitu sebuah aplikasi

yang menawarkan berbagai macam bahkan ribuan judul buku yang bisa dengan

mudah didownload oleh pembaca, akan tetapi perlu kita ketahui bahwa

aplikasi tersebut masih memiliki berbagai kekurangan salah satunya di lihat

dari segi efisiensi yaitu para pengguna e-book harus melalui jaringan internet

untuk mendapatkanya. Hal tersebut berbeda dengan buku yang memiliki nilai

efesiensi lebih banyak yaitu buku bisa dibawa kemana-mana dan untuk

membacanya tidak perlu menggunakan laptop ataupun gadget serta tidak harus

terhubung ke jaringan internet. Itulah beberapa gambaran dan tantangan

menumbuhkan minat baca dalam era budaya digital saat ini.

Minat baca pada setiap individu dapat dibangun sendiri melalui

kebiasaanya, karena membaca bukanlah bawaan dari lahir, kebiasaan membaca

di bangun melalui proses dari kemampuan membaca kemudian menjadi

kebiasaan membaca. Membaca merupakan proses kegiatan yang dilakukan

serta digunakan/dimanfaatkan oleh seseorang yang membaca untuk

memperoleh pesan yang disampaikan melalui media bahasa tulis. Dalam

membaca sangatlah dibutuhkan niat demi memperoleh hasil pengetahuan,

wawasan serta keilmuan, kebiasaan membaca juga diperoleh dari pengalaman

sehari-hari, diciptakan dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh

keluarga, dan juga sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk

memupuk kebiasaan membaca bagi peserta didiknya (Bonifacia, Emi dkk,

2015: 77-78).

3

Berlangsungnya proses pembelajaran siswa yaitu berada di sekolah,

dilingkungan inilah tugas seorang guru untuk menumbuh kembangkan minat

baca siswa. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 5 menjelaskan bahwa pendidikan

diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat. Untuk mengembangkan sekolah

sebagai organisasi pembelajaran, kementerian pendidikan dan kebudayaan

mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS). GLS adalah upaya

menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang

tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai ekosistem pendidikan.

GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (nawacita)

yang terkait dengan tugas dan fungsi kemendikbud khususnya nawacita nomor

lima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat indonesia,

enam yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional sehingga bangsa indonesia bisa maju dan bangkit bersama

bangsa-bangsa lainya, delapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa dan

sembilan memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial indonesia.

Empat butir nawacita tersebut erat kaitanya dengan komponen literasi sebagai

modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan

berdaya saing, berkarakter serta nasionalis. Untuk dapat mengembangkan

nawacita, diperlukan pengembangan strategi pelaksanaan di sekolah yang

berdampak menyeluruh dan sistematik. Dalam hal ini, pertama sekolah

sebaiknya tumbuh sebagai sebuah organisasi yang mengembangkan warganya

4

sebagai individu pembelajar, kedua perlu memiliki struktur kepemimpinan

yang juga terkait dengan lembaga lain di atasnya, serta sumber daya yang

meliputi sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan ketiga memberikan

layanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas dan berbagai

kegiatan lain di luar kelas yang menunjang pembelajaran dan tujuan

pendidikan (Kemendikbud, 2016: 2-3).

Dengan memperhatikan karakteristik sekolah sebagai sebuah

organisasi akan mempermudah pelaksana program untuk mengidentifikasi

sasaran agar perlakuan atau solusi dapat diberikan secara menyeluruh. Namun

pada kenyataanya meskipun secara teori GLS sudah menjabarkan secara detail

bagaimana langkah yang harus dilakukan, akan tetapi dalam pelaksanaanya hal

tersebut tidak mudah dilakukan karena adanya beberapa faktor penghambat

yang menjadi sebuah kendala. Adapun salah satu kendala itu berasal dari guru,

Penting bagi guru memberi contoh nyata kepada siswa untuk membaca, karena

selama ini masih banyak para guru yang tidak suka membaca yang ada hanya

memerintahkan siswa untuk membaca. Tindakan semacam itu bukanlah

tindakan yang baik. Karena bagaimanapun seorang guru adalah panutan bagi

siswanya. Budaya membaca dan menulis memang harus ditanamkan sedini

mungkin, tidak terkecuali oleh guru. Seorang guru harus bisa memberi

motivasi kepada siswa untuk gemar membaca dan menulis. Pastinya bukan

sekedar seruan belaka dan tanpa contoh nyata.

Sebagai umat Islam berbicara literasi ternyata juga ada kaitanya dengan

kitab suci al-Qur’an yang berasal dari kata qara’a yang artinya membaca, atau

5

bacaan, sehingga al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan, dengan

kewajiban membaca bagi hamba-hamba Nya.

Dan ini dikuatkan dengan perintah Allah swt dalam surat al-Alaq ayat1-

5:

Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)

Merujuk bunyi ayat ke satu iqra (bacalah) yaitu seruan untuk membaca

kepada Nabi yang berarti menjadi seruan bagi umatnya, diikuti ayat ke 4 yang

mengajar manusia dengan perantara qalam (pena, tulisan) hal tersebut

sangatlah jelas bahwa Islam menyeru umatnya agar selalu membaca dan

menulis. Begitulah Islam memaknai kegiatan membaca dan menulis sebagai

media yang urgen bagi manusia.

Dari intisari ayat di atas juga memberi insipirasi dan motivasi, namun

tradisi baca-tulis belum banyak dipraktikan orang-orang dizaman baginda Nabi

Muhammad, baginda sendiri juga tidak pernah mempelajari ilmu baca tulis,

meskipun beberapa keluarganya dan sahabat dapat menulis, sampai akhirnya

wahyu pertama turun dan nabi memerintahkan beberapa sahabat untuk menulis

ayat-demi ayat yang turun secara continue (Romdhoni Ali, 2013: 36).

6

Adapun lembaga pendidikan sekolah menengah pertama yang ada di

Salatiga salah satunya yaitu SMPN 06 Salatiga, sekolah tersebut telah

melaksanakan gerakan literasi seperti sekolah lain pada umumnya, penulis juga

mengetahui bahwa sekolah tersebut memiliki perpustakaan yang pernah masuk

nominasi tingkat provinsi periode 2015-2016, informasi tersebut penulis

dapatkan saat mengikuti sebuah seminar mengenai gerakan literasi yang berada

di perpustakaan daerah Salatiga pada tanggal 28 oktober 2016 pukul 08:00-

12:00 yang diikuti oleh seluruh pustakawan dari tingkat SD/MI-SMA/MAN

sekota Salatiga. Dari situlah penulis merasa tertarik untuk megkaji dan

mengetahui bagaimana pelaksanaan gerakan literasi yang ada di sekolah

tersebut. Bertitik tolak dari uraian diatas kiranya penulis perlu untuk

melakukan penelitian mengenai ’’Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

di SMPN 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi gerakan literasi Sekolah di SMPN 06 Salatiga

tahun ajaran 2016/2017?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Implementasi gerakan

literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga tahun ajaran 2016/2017?

7

3. Apakah solusi yang dilakukan oleh pihak guru dan sekolah dalam

mengatasi hambatan implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga

tahun ajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai Konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06

Salatiga tahun ajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat

Implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga tahun ajaran

2016/2017.

3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh pihak guru dan sekolah

dalam mengatasi hambatan Implementasi gerakan literasi Sekolah di

SMPN 06 Salatiga tahun ajaran 2016/2017.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran memperkaya wawasan konsep serta praktek gerakan literasi yang

berada di sekolah.

8

2. Secara Praktis

a. Sekolah: Dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau acuan

mengenai proses gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga atau lingkup yang

lebih luas.

b. Siswa: Memberikan motivasi bagi siswa sekolah menengah pertama

untuk gemar membaca guna menambah wawasan baik akademik

maupun non akademik.

c. Guru: Dapat mengetahui solusi yang dilakukan guru pada proses

melaksanakan gerakan literasi di sekolah menengah pertama SMPN 06

Salatiga.

E. Penegasan Istilah

Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam

memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang

lingkup penelitian, adapun penegasan istilah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Implementasi

Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan,

tindakan, dan sikap individu serta interaksi proses antara mereka yang

menciptakan program dan mereka yang melaksanakanya (Abdul majid,

2014: 70).

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau

adanya mekanisme atau sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi

9

suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman,

2002: 70).

b. Gerakan literasi sekolah

Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan

kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya

berupa pembiasaan membaca peserta didik. Kegiatan ini dilakukan dengan

kegiatan 15 menit membaca (guru bacakan buku dan warga sekolah

membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah).

Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke

tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan

kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan

ketrampilan reseptif maupun produktif (Kemendikbud, 2016: 7-8).

c. Faktor pendukung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata faktor yaitu hal

(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya

sesuatu, sedangkan arti dukung, pendukung yaitu 1) orang yang

mendukung, 2) penyokong, pembantu, penunjang.

d. Faktor penghambat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian faktor yaitu hal

(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya

sesuatu, sedangakan pengertian hambatan (2002: 385) adalah halangan atau

rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap

melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak

10

akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan

tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan

pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia

selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri

manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia.

e. Solusi

Pengertian solusi adalah jalan keluar atau jawaban dari suatu

masalah dan solusi juga diartikan jalan yang digunakan untuk memecahkan

menyelesaikan masalah tanpa adanya tekanan objektivitas dalam

menentukan pemecahan masalah dimana orang yang mencari solusi tidak

memaksakan pendapat pribadinya dan berpedoman pada kaidah atau aturan

yang ada (Munif Chatib: 2011).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh pemahaman yang subtansi dan komprehensif

tentang permasalahan yang dikaji, penelitian ini menerapkan pendekatan

kualitatif. Badgan Taylor (1975: 5) mendefinisikan: Metode kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy J.

Moleong, 2002: 3). Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan

berkemungkinan mejadi kunci terhadap yang diteliti.

11

Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data yang telah didapat di

lapangan yaitu dari guru, siswa, dan kepala sekolah SMPN 06 Salatiga dan

ditelaah satu demi satu dengan menggunakan metode ilmiah sehingga

memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

2. Kehadiran Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,

maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh

data yang valid dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar,

yaitu belajar dari orang dari orang yang diwawancara yang menjadi sumber

data di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga.

3. Sumber Data

Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis

datanta dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto

dan statistik (Moleong, 2011: 157).

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan

menjadi dua yaitu:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan

observasi, Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian.

12

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan

disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data utama yaitu: guru, pegawai perpus, siswa SMPN 06

dan kepala sekolah.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang dimaksudkan untuk

melengkapi data primer dari kegiatan peneliti. Data sekunder berasal dari

dokumen-dokumen berupa catatan. Moleong juga menjelaskan tentang

sumber data penting lainya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku

disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsip-arsip,

evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain foto data statistik juga

termasuk data tambahan (Moleong, 2011: 113).

4. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk memperoleh data serta membantu

mempermudah jalan penelitian, penulis menggunakan metode

pengumpulan data. Pengumpulan data penelitian dilakukandengan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi adalah pencatatan secara sistematik terencana

fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1995: 227).

Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

tentang proses berjalanya literasi di SMPN 06 Salatiga. Observasi

dilakukan terhadap dua hal atau faktor yang berkaitan dengan masalah

13

yang diteliti dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan dan

mendengarkan secara cermat.

Hal-hal yang diobservasikan adalah implementasi gerakan

literasi, selain itu juga meliputi letak geografis dan fasilitas. Kegiatan

observasi dilaksanakan dengan cara formal ataupun informal untuk

mengamati berbagai keadaan sebagai peristiwa atau fenomena dan

kegiatan yang terjadi. Observasi juga dimaksudkan untuk mengetahui

adanya faktor yang mendukung dan menghambat implemetasi gerakan

literasi di SMPN 06 Salatiga. Sehingga diperoleh data yang konkret

tentang implemetasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga.

b. Metode Wawancara

Pengertian wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

2011: 186).

Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang

dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Arikunto, 2006: 64). Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas

terpimpin, akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam

memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih

mendalam dan lebih jelas.

14

Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data

tentang implementasi gerakan literasi, faktor yang mendukung, faktor

yang menghambat serta solusi implementasi gerakan literasi di SMPN 06

Salatiga.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan

sebagainya (Arikunto, 2006: 67).

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara

mengambil gambar ataupun data mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga. Metode

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang sekolah

menengah pertama secara historis, letak geografis, struktur organisasi

dan daftar nama siswa SMPN 06 Salatiga.

5. Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memisahkannya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

(Moleong, 2011: 248).

Dari rumusan tersebut dapat ditarik garis bawah atau dapat

disimpulkan, bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data. Data

15

yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, arsip Sekolah Menengah

Pertama Negeri 06 Salatiga.

6. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti

menggunakan triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011:

330).

Patton (1987: 331) menjelaskan teknik triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif, diantaranya: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara

pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2011: 330-331).

Trianggulasi dalam penelitian ini yaitu berupa hasil yang diperoleh

dari wawancara sumber data yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu guru,

16

siswa dan kepala sekolah dengan apa yang telah penulis lihat melalui

prakteknya. Dari langkah tersebut dapat kita ketahui bersama derajat

keabsahan datanya. Melalui berbagai perspektif ataupun pandangan

diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran dalam melakukan

penelitian.

Karena itu, trianggulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi

yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenaranya.

Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa hasil

wawancara, teks atau naskah/trasnskip film dan sejenisnya, trianggulasi

tidak perlu dilakukan. Namun demikian trianggulasi aspek lain tetap

dilakukan.

7. Tahap Penelitian

a. Kegiatan yang meliputi, izin observasi dari IAIN Salatiga kepada Kepala

Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga.

b. Kegiatan lapangan yaitu penulis melakukan penelitian secara langsung

di lokasi penelitian dengan mewawancarai responden dan melihat secara

seksama lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

c. Verifikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai

deskriptif penemuan dalam penelitian dan menyusun laporan akhir.

G. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal

17

Bagian awal ini, meliputi: sampul, gambar berlogo, judul (sama dengan

sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan

keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi

dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Untuk mempermudah pembahasan skripsi, maka dalam menyusun skripsi

ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut:

BAB I :PENDAHULUAN dalam bab ini berisi tentang beberapa

hal yaitu: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II :KAJIAN PUSTAKA dalam bab ini dikemukakan kajian

pustaka yaitu gerakan literasi.

BAB III :LAPORAN HASIL PENELITIAN meliputi gambaran

umum SMPN 06 Salatiga, dan implmentasi gerakan literasi.

BAB IV PEMBAHASAN dalam bab ini penulis membahas tentang

implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga tahun

ajaran 2016/2017.

BAB V PENUTUP dalam bab ini penulis menyajikan tentang

kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II

18

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Literasi

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah

(GSL) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu

secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,

menyimak, menulis, dan atau berbicara. Adapun Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk

menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat

sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Kemendikbud, 2016: 2).

Dari sini pulalah kemudian dikenal istilah pendidikan sepanjang hayat

(long-lifeeduction). Proses pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan

melalui lingkungan salahsatunya lingkungan sekolah yang di dalamnya terapat

perpustakaan di sekolah dan taman baca masyarakat (TBM) yang merupakan

sarana sekaligus pusat informasi bagi masyarakat atas perkembangan ilmu

pengetahuan baik dalam wadah buku maupun bacaan lainya. Proses

pembelajaran sepanjang hayat ini berjalan jika setiap orang mempunyai budaya

baca dan budaya menulis atau yang akrab dikenal literasi (Muhsin, 2015: iii).

Adapun tujuan gerakan literasi ada dua yaitu:

1. Tujuan umum:

19

Menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui

pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan

Literasi Sekolah (GSL) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2. Tujuan khusus:

a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.

b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan

ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam

buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Panduan GLS di SMP ini berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan

literasi di SMP yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan,

pengembangan, dan pembelajaran yang berisi ruang lingkup meliputi:

a. Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana

literasi).

b. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua

warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi SMP dan,

c. Lingkungan akademik adanya program literasi yang nyata dan bisa

dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah (Kemendikbud, 2016: 12-13).

B. Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah

Terdapat tiga tahapan gerakan literasi sekolah yang ada di SMP yaitu:

20

a. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca

(Permendikbud No. 23 Tahun 2015) yang disebut dengan tahap pembiasaan.

b. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku

pengayaan, yang disebut tahap pengembangan.

c. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan

buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran, yang di

sebut tahap pembelajaran.

Kegiatan pada ketiga tahap GLS di SMP antara lain sebagai beikut:

a. Pembiasaan: 15 menit membaca, jurnal membaca harian, penataan sarana

literasi, menciptakan lingkungan kaya teks, memilih buku bacaan.

b. Pengembangan: 15 menit membaca, jam membaca mandiri untuk kegiatan

kurikuler/ko-kurikuler (bila memungkinkan), menanggapi bacaan secara

lisan dan tulisan, penilaian non-akademik, pemanfaatan berbagai graphic

organizers untuk portofolio membaca, pengembangan lingkungan fisik,

sosial dan afektif.

c. Pembelajaran: 15 menit membaca Pemanfaatan berbagai strategi literasi

dalam pembelajaran lintas disiplin, Pemanfaatan berbagai organizers untuk

pemahaman dan produksi berbagai jenis teks, Penilaian akademik,

Pengembangan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik.

C. Jenis KegiatanLiterasi

1. Membaca

21

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), 1996: membaca

diartikan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (lisan maupun

dalam hati).

a. Membaca dalam hati (tahap pembiasaan)

Tabel.I

Tahap Membaca Kegiatan

Sebelum membaca 1) Meminta peserta didik untuk memilih

buku yang ingin dibaca dari sudut baca

kelas.

2) Memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk memilih buku sesuai dengan

minat dan kesenangannya.

3) Memberikan penjelasan bahwa peserta

didik akan membaca buku tersebut sampai

selesai dalam kurun waktu tertentu,

bergantung ketebalan buku.

4) Peserta didik boleh memilih buku lain

bila isi buku dianggap kurang menarik atau

terlalu sulit.

22

5) Peserta didik boleh memilih tempat yang

disukainya untuk membaca.

Saat Membaca Peserta didik dan guru bersama-sama

membaca buku masing-masing dengan

tenang selama 15 menit.

Setelah Membaca 1) Peserta didik mencatat judul dan

pengarang buku, serta jumlah halaman yang

dibaca di jurnal membaca harian

2) Guru mengingatkan peserta didik untuk

melanjutkan

membaca buku yang sama di pertemuan

berikutnya.

3) Peserta didik mengembalikan buku ke

rak Sudut Baca Kelas.

4) Guru melanjutkan kembali pelajaran di

hari itu.

5) Untuk memberikan motivasi kepada

peserta didik tentang membaca sebagai

kegiatan yang menyenangkan, secara

berkala guru dapat bercerita singkat tentang

isi buku yang telah dibaca guru dan

23

menyampaikan mengapa suka dengan buku

itu.

6) Sebagai bentuk apresiasi kepada peserta

didik, sesekali guru dapat bertanya kepada

mereka tentang buku yang dibaca.

Berikut adalah contoh jurnal membaca harian untuk tahap pembiasaan:

Tabel.II

Hari/Tanggal Judul/Pengarang Halaman Hari

keberapa

Senin

4/2/2017

Laskar

Pelangi/Andrea

Hirata

1-5 10

Selasa

5/2/2017

Laskar

Pelangi/Andrea

Hirata

6-13 11

...... ...... ..... ......

b. Membacakan nyaring (tahap pembiasaan)

24

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat

melaksanakan kegiatan membacakan nyaring dalam tahap pembiasaan.

Tabel.III

Tahap Membaca Kegiatan

Sebelum membaca

Tahap sebelum

membaca penting

dilakukan untuk

mengenal teks

yang akan dibaca,

membangun makna,

menggali informasi

tersirat, dan untuk

menebak isi.

1) Guru memilih buku/cerita yang

bermanfaat dan menarik untuk

dibacakan karena kandungan nilai

moral, sastra, keindahan, relevansi

dengan kondisi anak, dll.

2) Apabila buku yang akan dibaca cukup

tebal, guru dapat mengalokasikan

beberapa pertemuan untuk

membacakan buku tersebut sampai

selesai. Alternatif lain, guru dapat

memilih bagian dari sebuah buku

untuk dibacakan.

3) Guru sudah membaca buku yang akan

dibacakan sebelumnya agar dapat

mengidentifikasi proses dan strategi

yang akan digunakan dalam

membacakan nyaring. Guru perlu

25

menandai bagian yang perlu diberi

penekanan dan ilustrasi, tempat jeda

untuk bertanya, dll.

4) Guru membuka percakapan tentang

bahan bacaan yang akan dibaca

dengan menyebut kanpenulis dan

judul buku (serta ilustrator, bila ada).

5) Guru menanyakan hal-hal yang

berhubungan dengan cerita yang akan

dibaca melalui tanyajawab singkat

tentang pengarang, menerka isibuku

dengan memperhatikan sampul dan

judul

Saat Membaca 1) Guru membaca teks dengan pengucapan

dan intonasi yang jelas, dan tidak

terlalu cepat.

2) Guru mengajukan pertanyaan di antara

kalimatuntuk menggugah tanggapan

peserta didik.

Setelah membaca Guru melakukan kegiatan bincang buku

dengan bertanya kepada peserta didik

26

tentang tanggapan mereka terhadap buku

yang baru selesai dibaca

(Kemendikbud, 2016: 8-11)

2. Menulis

Menulis adalah kegiatan mengekspresikan pikiran kedalam media

kertas yang nantinya pikiran itu akan di baca oleh orang lain. Pengertian

menulis berikutnya adalah memindahkan “tacit knowledge” menjadi

“explicit knowledge” dimana diharapkan terjadi perpindahan pengetahuan

dari pemilik “tacit knowledge” kepada orang lain melalui “explicit

knowledge” melalui “tacit knowledge”tersebut.

Kegiatan menulis, tanpa disadari ternyata menjadi criteria kemajuan

sebuah bangsa. Banyak kemajuan bangsa yang telah punah dan tidak

dikenali hingga saat ini, karena tidak ada literatur yang ditemukan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri tidak lepas dari kegiatan

menulis. Maka kegiatan penghimpunan ide dengan menulis akan

melahirkan karya yang akan terus dihimpun, dibaca, diaplikasikan serta

dikoreksi oleh penerusnya.

Dalam konsep Islam, sebagai mana tersebut dalam surah Al-

Alaq, bukan hanya menggerakan budaya membaca (Iqra’ ayat 1) tetapi jauh

dari ayat 4 Islam memaknai kegiatan tulis menulis adalah sebagai media

yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Pada QS al-Alaq “yang

mengajar (manusia) dengan perantara qalam (pena, tulisan)” hal tersebut

27

sangat jelas, bahwa keberadaan islam memiliki risalah mengajak agar

manusia membaca dan menulis. Ayat ini juga mengajarkan kegiatan

menulis sebagai sarana proses transformasi ilmu dan pengetahuan.

Dalam sebuah penelitian, yang dilakukan oleh seorang psikolog, Dr.

Pennebaker, menemukan berbagai manfaat menulis antara lain: Pertama

menulis menjernih kanpikiran. Disaat seseorang mengalami problematika,

kemudian menuliskan semua masalahnya, ternyata berdampak positif untuk

menjernihkan pikiran. Tentu hal ini membuat menulis menjadi terapi.

Kedua, menulis dapat mengatasi trauma. Dengan menulis trauma yang

pernah dialami seorang ternyata akan memudahkan trauma untuk diatasi.

Ketiga, menulis akan membantu dan mendapatkan dan mengingat

informasi, belajar dengan menulis akan membuat daya ingat jauh lebih

tajam. Menulis juga dapat membuat syaraf otak lebih aktif, sehingga

seorang bias lebih mengingat pelajaran yang dipelajari (Muhsin, 2015: 129-

131).

Dalam kegiatan literasi sekolah, kegiatan menanggapi buku yang

telah dibaca (tahap pengembangan) memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya tentang buku

yang dibaca. Kegiatan ini juga dapat mengungkapkan apakah peserta didik:

1) Menyukai buku yang dia baca

2) Mampu menangkap tema dan pokok pikiran dalam buku itu

3) Memahami elemen-elemen cerita atau

4) Memiliki kepercayaan diri untuk berbicara didepan kelas

28

Sebelum guru melakukan kegiatan ini guru perlu sering memberikan

contoh bagaimana meringkas, menceritakan kembali, dan menanggapi isi

buku. Pemberian contoh ini dapat dilakukan selama kegiatan membaca

dalam hati dan membacakan nyaring di tahap pembiasaan dan

pengembangan. Dengan demikian, pada saat tahap pengembangan, peserta

didik sudah mengetahui cara meringkas, menceritakan kembali, dan

menanggapi isibuku secara lisan maupun tulisan. Berikut pedoman singkat

yang dapat digunakan guru dalam membimbing peserta didik untuk

meringkas dan menceritakan kembali buku secara lisan.

Berikut pedoman singkat yang dapat digunakan guru dalam

membimbing peserta didik untuk meringkas dan menceritakan kembali

buku secara lisan:

Tabel.IV

Teks fiksi: latar (setting), tokoh,

masalah/konflik, 1-2 peristiwa,

resolusi, akhir cerita

Teks faktual: topik, hal-hal

baru yang diperoleh peserta

didik dari buku

Pertanyaan:

• Apa masalah yang

dihadapi

tokoh dalam cerita ini?

• Bagaimana ciri-ciri tokoh

utama?

• Gambarkan latar cerita!

• Bagian mana yang paling

kamu

sukai?

• Apa yang terjadi di awal,

konflik, klimaks atau akhir

cerita?

Pertanyaan:

• Hal apa yang paling

menarik

yang kamu dapat dari

buku yang

kamu baca?

• Bagian mana yang

menurutmu

paling penting?

• Apa yang ingin kamu

dapatkan

dari buku ini?

• Bagaimana organisasi

buku ini

29

(Bimbing dengan

menggunakan

daftar isi)

Jurnal tanggapan terhadap buku berisi catatan pikiran dan perasaan

peserta didik tentang buku yang dibaca dan proses pembacaannya. Kegiatan

ini memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi idenya lebih dalam

daripada memberikan tanggapan atau menceritakan kembali isi buku secara

lisan. Dalam menuliskan tanggapan, peserta didik:

1) melakukan refleksi, mencari keterkaitan antara teks dengan dirinya, atau

menuliskan reaksinya terhadap teks,

2) menuliskan dan mengingat kata-kata baru yang dia temukan dalam

buku, dan

3) mencatat ide-ide tentang buku atau pengarang yang ingin dibaca lebih

lanjut.

Berikut adalah contoh format jurnal yang dapat di isi oleh peserta

didik

30

Judul: Tanggal:

Pengarang:

Apa yang kamu sukai dari cerita/buku ini? Apa yang tidak kamu sukai?

Hal baru apa dari buku ini yang belum pernah kamu ketahui

sebelumnya?

Dalam tahap pembelajaran, semua kegiatan yang dilakukan dalam

kegiatan tindak lanjut di tahap pengembangan dapat diteruskan sebagai

bagian pembelajaran dan dinilai secara akademik. Kelas atau sekolah dapat

menentukan ketercapaian kegiatan literasi pada tahap pembelajaran dengan

menggunakan indikator pencapaian.

Berikut adalah contoh indikator pencapaian pada tahap pembelajaran:

Tabel.V

No. Indikator Belum Sudah

1. Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15

menit sebelum pembelajaran) sudah

membudaya dan menjadi kebutuhan warga

31

sekolah (tampak dilakukan oleh semua warga

sekolah).

2. Kegiatan lima belas menit membaca setiap hari

sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain

dengan tagihan non-akademik atau akademik.

3. Ada pengembangan berbagai strategi

membaca.

4. Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang

terkait dengan buku pelajaran dilakukan oleh

peserta didik dan guru (ada tagihan akademik

untuk peserta didik).

5. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan

maupun tulisan (tagihan akademik).

6. Peserta didik memiliki portofolio yang berisi

kumpulan jurnal tanggapan membaca minimal

12 (dua belas) buku nonpelajaran.

7. Melaksanakan berbagai strategi untuk

memahami teks dalam semua mata pelajaran

(misalnya, dengan menggunakan peta konsep

32

secara optimal, misalnya tabel TIP (Tahu-

Ingin-Pelajari), tabel Perbandingan, Tangga

Proses/ kronologis.

8. Guru menjadi model dalam kegiatan membaca

buku nonpelajaran dengan ikut membaca buku-

buku pilihan (nonpelajaran) yang dibaca oleh

siswa.

9. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai

penilaian akademik.

10. Peserta didik menggunakan lingkungan fisik,

sosial, afektif, dan akademik disertai beragam

bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang

kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk

memperkaya pengetahuan dalam mata

pelajaran.

11. Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil

membaca buku bacaan dan buku pelajaran

(hasil tagihan akademik) dipajang di kelas dan

atau koridor sekolah.

12. Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta

33

didik dalam kegiatan berliterasi (berdasarkan

tagihan akademik)

13. Ada poster-poster kampanye membaca untuk

memperluas pemahaman dan tekat warga

sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang

hayat.

14 Ada bahan kaya teks terkait dengan mata

pelajaran yang terpampang di tiap kelas.

15. Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan

berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi

secara kreatif secara verbal, tulisan, visual, atau

digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang

bertemakan literasi.

16. Perpustakaan sekolah menyediakan beragam

buku bacaan (buku-buku nonpelajaran: fiksi

dan nonfiksi) yang diperlukan peserta didik

untuk memperluas pengetahuannya dalam

pelajaran tertentu.

17. Tim Literasi Sekolah bertugas melakukan

perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen

34

program literasi sekolah.

18. Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal

untuk pengembangan program literasi sekolah

dan pengembangan

Jika semua indikator sudah terpenuhi, sekolah atau kelas dapat

mempertahankan serta terus-menerus melakukan kreasi dan inovasi. Selain itu,

sekolah dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainya (Kemendikbud,

2016: 21-36).

35

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPN 06 Salatiga

1. Sejarah

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 6 Salatiga, adalah SMP

Negeri tertua ke-6 di Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1982 tepatnya bulan

Agustus 1982. Sebelum berdirinya bangunan SMP Negeri 6 Salatiga

menginduk pada SMP-N 3 Salatiga dengan kepala sekolah dijabat oleh

Bapak Suahrdi, BA. Pada saat itu akses menuju ke SMP-N 6 Salatiga sangat

sulit. Akan tetapi, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan

perkembangan sosial dan budaya masyarakat kota Salatiga baik kuantitas

maupun kualitas outputnya.

Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar masing-masing Kelas I :

3 rombongan belajar, Kelas II : 3 rombongan belajar, dan Kelas III : 3

rombongan belajar, jadi jumlah seluruhnya 9 rombongan belajar. Kemudian

tahun 1996 jumlah kelas mulai bertambah 1 rombongan belajar, dan tahun

1998 hingga sekarang menjadi 24 rombongan belajar. Dilihat prestasi

akademis maupun non akademis hampir setiap tahun masuk nominasi pada

tingkat Propinsi Jawa Tengah.

Awal tahun Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan

oleh Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah Sebagai Sekolah Standar

36

Nasional (SSN), sudah pasti menjadi prestasi, tuntutan, dan tantangan bagi

kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu sendiri, baik di tingkat Kabupaten,

Provinsi bahkan tingkat Nasional.

Adapun sejarah pimpinan SMPN 06 Salatiga sampai dengan

sekarang yaitu:

a. Tahun 1982 - 1982 dipimpin oleh Bapak Suhardi, BA.

b. Tahun 1982 - 1991 dipimpin oleh Bapak Wardojo, S. Pd.

c. Tahun 1991 - 1993 dipimpin oleh Bapak Tugiman

d. Tahun 1993 - 2000 dipimpin oleh Ibu Pudyastuti, BA.

e. Tahun 2000 - 2004 dipimpin oleh Bapak Koesno

f. Tahun 2004 - 2006 dipimpin oleh Bapak Bambang Subiyakto, S. Pd.

g. Tahun 2006 - 2012 dipimpin oleh Bapak Sugiharto, S. Pd., M. Pd.

h. Tahun 2012 - 2016 dipimpin oleh Ibu Endang Dwi Wahyuni, M.Pd.

i. Tanggal 18 Januari 2016 dipimpin oleh Ibu Mudjiati, M.Pd. hingga

sekarang

2. Visi, Misi, Tujuan SMPN 06 Salatiga

a. Visi :

Unggul Dalam Mutu, berpijak pada Iman dan Taqwa yang Berwawasan

Lingkungan.

b. Misi:

1) Meningkatkan kedisiplinan belajar dan mengajar secara

berkesinambungan.

2) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik.

37

3) Mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif.

4) Merealisasikan penghayatan, pengamalan keimanan dan

ketaqwaan melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai dengan agama

dan kepercayaan masing-masing.

5) Mewujudkan sekolah adiwiyata.

c. Tujuan:

1) Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.

2) Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.

3) Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.

4) Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama

bidang komunikasi, Sains dan Matematika.

5) Unggul dalam lomba Olahraga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra,

dan Pramuka.

6) Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.

3. Daftar Guru

Tabel.VI

No Nama Nip Pelajaran Jabatan

1.

2.

3.

4

MUDJIATI, M.Pd

WIWIK INDRIYATI, S.Pd

SITI ROCHMATIN, S.Ag

19730301 199702 2

002

19620226 198112 2

002

19631214 198603 2

012

IPS

IPA

PAI dan Budi

Pekerti

Kepala

Sekolah

Koordinator

PKB, Wali

Kelas 7F

38

5.

6.

7.

8..

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

SRISUJADMI, S.Pd

DEWI RIA RETNANI AS,

S.Pd.Fis

Drs. SUBANDRIYO

TH. Retno widayatsih, S.Pd

Indri Sugiyanto, M. Pd

Budi Widyaningsih, S.Pd

Prawinto, S.pd

Sri Sukaryati, S.Pd

Kuswati, S.Pd

Daryono

Windarti yohana, S.Pd

Hesti Juniarti, S.Pd

19610911 198303 2

009

19571105 198602 1

001

19620915 198403 2

013

19600401 198301 0

001

19640218 198703 2

011 19610810

198903 1

01019620428 198903

2 004 19630114

198501 2 001

19640508 198803 1

007

19660410 198803 2 0

19660630 198903 2

01

019660808 198803 2

012

19650917 199203 1

006

19690909 199702 1

002

19580305 198702 1

005

19601205 198303 2

011

19720712 199702 2

00

PPKN

IPA

PJOK

B.inggris

PPkn

PPkn

IPS

IPS

Matematika

Seni

Kebudayaan

IPA

BK

Matematika

IPS

IPA

IPS

Bahasa Jawa

Kesiswaan

Wali kelas 8A

Kurikulum

Wali kelas 9H

Wakil Kepala

Ur. Sarpras

K.a

Perpustakaan,

Walikelas 9A

Kesiswaan

39

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

Murtiningsih, S.Pd

Puji Santosa, S.Pd

Agus Supriyadi, MPd

Hudi, S.Pd

Prihati S.Pd

Siti Robitoh

Dra. Niswati

Dra. UMI HANIK, M. PdI.

ALPHA MARIANI, S.Pd

Musirin. S.Pd

Sarwo Sukono, S.Si, M.Pd

ERNA YULIANI, S.Pd

319630420 199702 2

002

19720926 199903 2

002

219680409 199903 2

007

19730519 200604 2

009

19700615 200212 1

006

19670724 200501 2 009 19760913 200604 2 018 19820326 200902 1 001 19820718 200902 2 003 19860806 200902 2 002 19791230 201001 2010 19820703 201001 1 020 19830609 201001 1 021 19850728 201001 2 029 19690716 200701 2 022 19701127 200701 2 009

Matematika

Seni budaya

PAI dan

budipekerti

Matematika

Bahasa

indonesia

IPA

BK

Bahasa Inggris

BK

Bahasa daerah

Bahsa inggris

PAK dan

budipekerti

Matematika

PAKat dan

Budi Pekerti

Bahasa

Indonesia

Wali kelas 9G

Kurikulum

Kesiswaan

Kurikulum

Walikelas 8D

Wakil Kepala

Ur humas.

K.A

Laboratorium

Walikelas 8e

Walikelas 8c

Walikelas 7E

40

40.

41.

42.

43.

44.

45.

LILA KODARRIYA, S.Pd

OBRIN SYAHRIAL HW,

S.PsiMARYATUL KIPTIYAH,

ELFIANA DEWI PRATIWI, S.Pd

AGUSTINA DYAH W.U,

S.ThMUHAMAD NURUL

HUDA, S.Pd

YOSEPH WIDYAWAN E.T, S.Ag

INGGRIT PRASILIA DURI, S.Pd

DARMAYANI, S.Pd

TRI ELLIAWATI, S.Pd

FARID SETYATMODJO, S. Pd.

19840503 200902 1 003 19690220 199803 1 007 198111152005022003

IPA dan

Prakarya

Bahasa

Indonesia

PJOK

PJOK

Bahasa

Indonesia

Bahsa Inggris

Kom

Bahsa

Indonesia

Bahasa

Indonesia

Pendidikan

Agama Islam

Walikelas 7G

Walikelas 9E

Walikelas 7b

Walikelas 9b

Wakil Kepala

Ur.

Walikelas 8f

Walikelas 9f

41

PANCA PUNJUNGSARI, S. Pd.

Parwati, S.Pd

EDIYANTO, S.Pd

SHELLY KURNIANINGRUM,

S.Pd.

ANNIFRIDA, S.Pd

DEVITA RAHMAWATI S.Pd

AHMAD NUR MUHIB H, S.Pd.I

Kesiswaan

Benadahara

BOS

Kepala Ur

Kesiswaan

Walikelas 7D

Walikelas 7H

Walikelas 7a

Walikelas 9c

Operator

Dapodik

42

Walikelas 8b

Walikelas 9 D

Walikelas 7C

43

4. SaranadanPrasarana

Keterangan

1. Kls X O

2. Kls X L

3. Kls X BSN

4. Kls X TKJ

5. Kls X MM

6. Kls XI O

7. Kls XI L

8. Kls XI BSN

9. Kls XI TKJ

10. Kls XI MM

11. Kls XII O

12. Kls XII L

13. Kls XII BSN

14. Kls XII TKJ

15. Kls XII MM 16.

Lab Komp 1

17. Perpustakan/ Warnet

18. Lab Komp 2

44

19. Lab Otomotif

20. Lab Listrik

21. Lab Busana

22. Lab Multimedia

23. Lab TKJ

24. R. Kepsek

25. R. Tata Usaha

26. R. Lobi

27. R. Guru

28. R. OSIS

29. R. PMR

30. R. BK/BP

31. R. Piket

32. R.Pramuka/Paskibra

33. R.Kapela/Bianglala

34. Gudang

35. Masjid

36. R. DKM

37. R. Satpam

38. R. UKS

39. Padepokan Seni

40. GreenHouse

41. Parkir

42. Mushala Guru

43. WC Guru

44. R. Cetak

45. R. Wakasek

46. Dapur 47. WC Guru

48. WC Laki-laki

49. WC Perempuan

50. Koperasi

51. Kantin

52. WC Perempuan

53. WC Laki-laki

54. G. Olahraga

55. Gudang Listrik

56. Gudang Otomotif

57. Gudang TIK

58. R. EC

59. Panggung Terbuka

60. Lap. Olahraga

61. R. Server

42

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Implementasi gerakan literasi yang ada di Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 06 Salatiga yaitu mengacu penuh pada buku pedoman yang

diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud). Buku

yang berjudul gerakan literasi sekolah yang ada disekolah tersebut didapat

melalui fasilitas internet dengan cara mendownload sendiri, sebab kemendikbud

tidak mendistribusikan buku panduan literasi yang diterbitkanya secara

langsung kesekolah-sekolah. Adapun buku tersebut berisi mengenai tahapan-

tahapan gerakan literasi yang secara keseluruhan dibagi menjadi tiga tahapan,

yaitu pertama tahap pembiasaan, kedua tahap pengembangan dan yang ketiga

tahap pembelajaran. Pada masing-masing tahapan tersebut terdapat penjelasan

mengenai indikator pencapaian yang harus dicapai secara bersama oleh warga

sekolah apabila sekolah tersebut mengharapka kegiatan literasi yang telah

dilaksanakan selama ini dapat dikatakan dengan baik.

Adapun dalam pelaksanaan kegiatan gerakan literasi SMPN 06 Salatiga,

sekolah ini memiliki srtuktur penanggung jawabyang diketuai oleh kepala

perpustakaan yaitu ibu Budi Widyaningsih yang bertugas megawasi serta

mejadikan motor atau penggerak utama jalanya kegiatan literasi SMPN 06

Salatiga. Perpustakaan sekolah menjadi media pendukung utama sebab di dalam

perpustakaan terdapat berbagai sumber ilmu serta informasi yang bisa dengan

mudah didapat oleh warga sekolah yaitu dengan membaca koleksi buku-buku

yang ada. Tentu saja kesadaran dari warga sekolah sendirilah yang menjadi poin

43

penting terlaksananya gerakan literasi yang baik dan menjadikan warga sekolah

menjadi pribadi yang literat. Berikut adalah tahapan proses impelentasi gerakan

literasi yang ada di sekolah SMPN 06 Salatiga:

a. Persiapan gerakan literasi sekolah

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran

gerakan literasi, adapun persiapan tersebut yaitu:

“Gerakan literasi di mulai pada pukul 07:00 WIB, lima belas menit

sampai dengan pukul 07:15 WIB setelah bel tanda masuk berbunyi

anak memasuki ruang kelas,apabila sudah terdengar pengumuman

atau informasi melalui sepaker di tiap-tiap kelas untuk memulai

gerakan literasi maka siswa mengambil atau mempersiapkan buku

yang telah dibawanya untuk dibaca. Tidak ada batasan jumlah

halaman yang harus di capai oleh anak dalam proses gerakan literasi

ini mas, yang terpenting anak mau membaca saja. Setelah selesai

membaca maka buku disimpan kembali atau diletakan di pojok

perpustakaan kelas yang telah tersedia lalu kemudian untuk bisa di

rolling gantian ditukar acak dengan teman satu kelas untuk dibaca

pada saat gerakan literasi di mulai. Kemudian baru saya lanjutkan

pelajaran seperti biasa ” (BW).

Dari ungkapan di atas guru dan siswa bersama-sama mempersipkan

dan mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan literasi sekolah selama 15

menit sesuai dengan peraturan yang ada.

b. Jumlah hari gerakan literasi sekolah

Dalam sebuah kegiatan sudah pasti terdapat waktu dan hari yang

telah di tetapkan atau disepakati bersama dalam pelaksanaanya, begitu juga

dengan kegiatan literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga berikut

jumlah hari yang telah di tentukan bersama yaitu:

“Gerakan literasi sekolah itu di mulai membaca di hari senin sampai

rabu mas, di hari kamis itu mereka membuat ringkasan dari apa yang

mereka baca di buku. dalam satu minggu tidak penuh untuk dilakukan

44

kegiatan literasi ringkasanya berbentuk sebuah produk Bisa berupa

puisi, bisa berupa mereka mungkin membuat selogan gitu, kata kata

bijak dari apa yang ,mereka baca, bisa juga map maping/main maping

ya jadi gambar itu juga bisa, karikatur, sesuka hati mereka saja sesuka

mereka sendiri begitu” (LQ).

Ungkapan di atas mengenai jumlah hari dalam kegiatan litersi sesuai

dengan pernyataan dua orang siswa sebagai berikut:

Pernyataan siswa yang pertama yaitu:

“Kegiatan literasinya mulai senin sampe kamis kak, kalo hari senin

sampai rabu membaca lalu hari kamisnya menulis sama meringkas

kalo aku sukanya menggambar terus hari jum’at sampe sabtu tidakada

literasi, terus hari jum’atnya dikumpulkan hasilnya” (LDP).

Pernyataa siswa yang kedua yaitu:

“Hari literasi itu 4 hari yaitu hari senin sampai kamis, senin sampai

rabu membaca khusus hari kamis itu membuat karangan di buku

literasi sendiri” (SDA).

c. Jenis buku yang di gunakan dalam kegiatan literasi sekolah

Buku adalah sarana pendukung utama dalam kegiatan literasi sekolah

dalam kegiatan membaca tidak lepas dari buku, jenis buku juga menjadi hal

penting untuk diketahui. Adapun jenis buku yang sering dibaca yaitu:

“Biasanya itu novel dongeng sama itu lo mas buku bacaan yang

berhubungan dengan pertanian peternakan bagaimana cara berternak

ikan lele gitu lho mas. Paling ga seputar itu, kalo novel jarang karena

terlalu tebal tadi, siswa kan males. Kalo suka baca, ya novel itu yang

di baca” (DVT).

Ungkapan di atas sedikit berbeda mengenai jenis buku yang di baca

oleh anak adapun ungkapan guru tersebut yaitu:

“Kalo saya perhatikan, kelas yang saya amati kebetulan saya hanya

dihari, dijam pertama itu saya dihari senin selasa dan rabu mereka

sering membaca novel, komik itu yang mereka sukai” (LQ).

45

d. Produk apa saja yang di hasilkan dari kegiatan literasi sekolah

Produk adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dilakukan baik secara

individu maupun secara kolektif atau bersama, pada kegiatan gerakan literasi

sekolah terdapat produk yang telah dicapai yaitu:

“Hasilnya anak-anak itu merangkum bacaan selama tiga hari pada hari

terahir itu merangkum itu bebas bisa di buat dalam bentuk puisi

rangkuman itu, jadi untuk mengekspresi anak itu apa itu, terserah

nulisnya itu bebas mau dalam bentuk puisi atau apa saja gitu boleh

mas” (MNH).

Pernyataan di atas juga di perkuat oleh pendapat salah seorang siswa

mengenai hasil produk yang didapat dari kegiatan literasi sekolah yaitu

sebagai berikut:

“Puisi, pantun, resensi, gambar Hasilnya kadang buat lomba, hasil

literasi di kumpulkan kepada wali kelas trus nanti dinilai dan yang

terbaik di pajang di mading” (SDA).

e. Kegiatan sejenis gerakan literasi sekolah

Selain kegiatan limabelas menit membaca sebelum pelajaran di mulai

ada beberapa kegiatan lain yang masih berkaitan dengan literasi, adapun

kegiatan sejenis literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai berikut:

“Kalo setahu saya kegiatan sejenis literasi yang ada disekolah ini,

biasanya mereka ya berkunjung keperpustakaan pada jam-jam

istirahat. Itu mas kelihatanya yang diterapkan, ya mereka ya kalo jam

kunjung belum diwajibkan itu anak2. kemaren ada ini kok juga lomba

dalam rangka mendukung literasi seperti membuat main maping itu

mereka, dari bacaan bacaan yang ada diperpustakaan itu mereka

membuat main maping bacaan yang di tentukan dari sekolah

disediakan jadi di integrasikan di kemarin mid semester jeda semester

kemaren itu full untuk literasi. Acara ini baru baru ini sudah 2 kali

kelihatanya yang ada hubunganya dengan ini 2 kali 2015 dan 2016”

(LQ).

f. Media dan sarana prasaran apa saja yang mendukung kegiatan literasi sekolah

46

Keberhasilan ataupun kelancaran sebuah kegiatan sudah pasti tak

lepas dari adanya dukungan berbagai faktor, diantaranya yaitu media saran

dan prasaran yang memadai dengan adanya media, sarana dan prasarana

tersebut, maka kegiatan dapat berjalan dengan baik. Adapun media, sarana

dan prasarana yang mendukung kegiatan literasi yang ada di SMPN 06

Salatiga seperti yang telah di ungkapkan oleh salah satu guru yaitu sebagai

berikut:

“Medianya ya buku, ada yang bawa sendiri ada yang pinjam perpus

ada kan ada juga pojok kelas itu, di setiap kelas kan ada perpustakaan

kelas kan ada. Tapi kebanyakan bawa sendiri. Itu kan bebas jadi anak

bawa sendiri boleh ambil dari kelas juga boleh, pinjam perpus boleh,

speaker di tiap-tiap kelas yang disedikan untuk menginformasikan

dimulainya gerakan literasi, lalu ada pojokan perputakaan di tiap-tiap

kelas itu media yang cukup mendukung menurut saya mas” (MNH).

g. Cara siswa mendapatkan buku bacaan dalam kegiatan literasi sekolah

Dalam kegiatan literasi, buku menjadi media utama yang harus siswa

punya dan bawa, akan tetapi melihat berbagai status ekonomi sosial setiap

siswa berbeda, perihal tersebut menjadi hal yang penting untuk mengetahui

bagaimana cara siswa mendapatkan buku, berikut adalah ungkapan diantara

guru yang menjelaskan bagaimana cara siswa mendapatkan buku untuk di

bawa dan dibaca ketika kegiatan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga:

“Saya belum menanyakan secara detail, tapi setau saya ya mungkin

mereka bisa saja pinjam ya atau punya sendiri gitu, tapi kalo punya

sendiri mungkin juga tergantung tingkat ekonomi dan kemauan siswa

dan dukungan orang tua untuk membeli buku atau memiliki buku

sendiri ya mas, kurang begitu tau saya, atau mungkin mereka juga

saling bertukar satu anak punya buku ini terus dituka tukar,

kemungkinan seperti itu saya tidak tahu secara pasti mendapatkanya

secara apa” (LQ).

47

Pernyataan yang sedikit berbeda dari salah satu guru berikutnya yaitu

sebgai berikut:

“Dari perpustakaan bisa, kemudian kalo ga ada yang bawa itu buku

pelajaran yang di baca, ya dari pada ga baca buku nanti ganggu

temenya, jadi gapapa baca buku pelajaran”(DVT).

h. Hukuman atau sanksi pada kegiatan literasi sekolah

Hukuman atau sanksi diberikan guna untuk menegakan sebuah

peraturan atau kesepakatan yang telah dibuat secara bersama. Dengan adanya

hukuman maka diharapkan menjadikan orang yang melanggar tidak

mengulangi perbuatanya. Begitu juga dengan kegiatan literasi yang ada di

sekolah SMPN 06 Salatiga, dalam pelaksanaanya menerapkan hukuman

sesuai dengan pernyataan seoarang guru sebagai berikut:

“Kalo saya iya ada sangsinya, tiap guru beda beda. Biasanya kalo ada

yang melanggar saya suruh mereka membuat ringkasan sebuah buku

yang mereka baca dirumah karena kan disekolah waktu kegiatan

literasi tidak membawa. Sangsinya ya berupa hukuman yang

berhubungan dengan literasi kalo saya” (LQ).

Pernyataan di atas sedikit berbeda dengan ungkapan salah satu guru

yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai berikut:

“Semua ikut mas, karena kan wajib mas dan ditunggu guru, jadi mesti

anak-anak baca kalo tidak bawa biasa pinjam perpus kelas atau perpus

sekolah. Jadi selama ini belum ada yang melanggar, yang saya tau.

Saya belum pernah menjumpai anak yang tidak membaca pada saat

proses literasi” (MNH).

Pernyataan nara sumber pertama mengenai hukuman atau sangsi

senada dengan ungkapan salah satu siswa yaitu sebagai berikut:

“Hukumanya disuruh berdiri di depan kelas, kadang suruh nyanyi

didepan kelas” (SRP).

48

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah

Keberhasilan dalam proses kegiatan literasi sekolah yang ada di

SMPN 06 Salatiga tidak lepas dari beberapa faktor pendukung ataupun

kendala yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor seperti yang di

uraikan di atas terdiri dari:

a. faktor pendukung

faktor pendukung dalam kegitan gerakan literasi sekolah yang ada

di SMPN 06 Salatiga, seperti yang dijelaskan pada hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti adalah sebgai berikut:

“Ya yang jelas sarana dari sekolah, sumbangan buku dari orang tua

kalo pas kenaikan orang tua diminta sukarela dimintai sumbangan

buku, terus ada gerakan seluruh warga sekolah menyumbangkan buku

untuk perpus dari siswa (koin perpus) setiap hari senin disetiap kelas

terus disetor ke perpus. Namanya peduli perpus buat warga sekolah,

karena kan kita ikut lomba, lomba perpustakaan se profinsi, guru

istilahnya dimintai sumbangan berupa buku selain buku pelajaran,

termasuk juga alumni lewat facebook tapi berupa buku, untuk guru

dulu bu retno tapi untuk alumni langsung ke perpus istilahnya yang

mengelola perpustakaan, untuk mencapai 6000 judul buku. Itu salah

satunya yang mendukung lomba itu mas, lomba perpus tingkat

propinsi” (MNH).

Beberapa faktor pendukung lain juga di ungkapkan dari beberapa guru

SMPN 06 Salatiga lain yang berbeda, adapun pernyataan pertama yaitu

sebagai berikut:

“Dari siswanya sendiri, dari lingkungan yang tenang (lingkungan

sekolah yang tidak berisik) kalo dari kelas kan faktor pendukungnya

dari pengkondisian siswanya sendiri” (DVT).

49

Berikut adalah pernyataan kedua dari penjelasan mengenai beberapa

faktor pendukung gerkan literasi sekolah menengah pertama 06 Salatiga yaitu

sebagai berikut:

“Kalo saya faktornya ya ketersediaan buku ya dan ketersediaan siswa

untuk membaca itu bahwa mereka sudah seharusnya merasa

membutuhkan bahwa membaca itu perlu. Faktornya ya ada motivasi

tinggi untuk membaca dan mereka juga harus membawa gitu. Cara

memotivasi saya, kebetulan dikelas saya kebanyakan siswanya

mayoritas islam ya, jadi saya memotivasi dengan memberi tahu bahwa

(Iqra’) membaca itu wajib, menuntut ilmu itu wajib ya dengan cara

membaca, saya biasanya begitu ya memberi motivasi saja, Kalo saya

begitu, kalo ga membaca jadi males kalo males jadi bodoh

begitu”(LQ).

b. Faktor penghambat

Faktor penghambat gerakan literasi sekolah yang ada di SMPN 06

Salatiga antara lain yaitu:

“Acara sekolah yang bersifat dadakan, itu menghambat literasi

misalnya ada kunjungan sekolah adiwiyata itu litersi di tiadakan,

sejauh ini kecilsekali hambatanya 90 kegiatan literasi sekolah yang

ada di SMPN 06 Salatiga ini terlaksana”(MNH).

Adapun pernyataan kedua mengenai hambatan proses gerakan

literasi di SMPN 06 juga dijelaskan sebagai berikut:

“Yang menghambat ya ada hubunganya dengan faktor pendukungnya

tadi motivasi, berarti kalo motivasi kurang mereka tidak merasa

memerlukan membaca ya itu yang harus, faktor menghambatnya itu

dari dalam diri mereka sendiri dari siswanya sendiri dari pelaku

siswanya sendiri, siswa maupun guru ya mas kan bisa saja” (LQ).

3. Solusi Gerakan Literasi Sekolah

Untuk mengatasi hambatan dalam proses kegiatan literasi sekolah

yang ada di SMPN 06 Salatiga, maka perlu dicari sebuah solusi agar kegiatan

dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yang diinginkan.

50

Adapun solusi tersebut seperti yangdi ungkapkan oleh beberapa guru sebagai

berikut:

“Solusinya itu ya kalo misal selama ini kegiatan literasi ditiadakan

gitu mas, paling cuma sehari, katakan hampir tidak ada hambatan,

kecuali ada triout gitu mas. Jadi acara sekolah yang menghambat.

Karena kan sudah tiap hari, kalo setelah jam literasi kita masih

membebani literasi kan kasian anak wong tugas pelajaranya juga

masih banyak” (MNH).

Adapun solusi berikutnya yang di ungkapkan oleh guru yang lain

yaitu sebagai berikut:

“Solusinya ya mengkondisikan, Cara saya ya jangan rame sendiri

atau memperingatkan kepada siswa kalo keadaan kelas itu tidak

tenang dan kondusif untuk kegiatan literasi sekolah” (DVT).

Mengingat hambatan yang ada di sekolah tersebut sedikit ditemukan

maka hal tersebut berpengaruh pada solusi yang ada, upaya sekolah untuk

terus meningkat kegiatan literasi juga bisa menjadi sebuah solusi.

51

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Pertama Negeri

SMPN 06 Salatiga, melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi

dimana terkumpul data daripihak sekolah maka penulis akan menganalisa data

untuk dapat menjawab rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

A. Implementasi Gerakan Literasi di SMPN 06 Salatiga

Implementasi gerakan literasi yang ada di Sekolah Menegah Pertama

Negeri 06 Salatiga, seperti yang penulis amati dari mengikuti kegiatan literasi

secara langsung ataupun menganalisa hasil wawancara dari berbagai pihak,

maka gerakan literasi yang ada di sekolah ini sudah sampai kepada tahap

pembelajaran. Mengingat pada prinsipnya kegiatan literasi pada tahap

pembiasaan sama dengan tahap pengembangan. Yang membedakan adalah

bahwa kegiatan 15 menit membaca baik didalam hati ataupun secara nyaring

diikuti tindakan lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap pengembangan

peserta didorong untuk menunjukan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan

proses membaca melalui kegitan produktif secara lisan maupun tulisan. Dan

perlu kita pahami bersama bahwa kegiatan produktif tersebut tidak dinilai

secara akademik.

Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar

15 menit membaca, sekolah di dorong untuk memasukan waktu literasi dalam

52

jadwal pelajaran sebagai kegiatan mandiri atau sebagian bagian dari kegiatan

ko-kurikuler. Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut

disesuiakan dengan kondisi sekolah. Dibuktikan dengan pernyataaan salah

seorang guru yang menjelaskan bahwa kegiatan literasi dilaksankan selama 4

hari dalam satu minggunya dan dihari ke empatnya diadakan kegiatan menulis

atau merangkum dari kegiatan menulis dan merangkum dari buku yang telah

dibaca oleh anak dalam kegiatan literasi, maka menunjukan adanya

keterlibatan fikiran dan emosional. Perihal tersebut sesuai dengan ungkapan

salah seorang guru sebagai berikut:

“Gerakan literasi sekolah itu di mulai membaca di hari senin sampai

rabu mas, di hari kamis itu mereka membuat ringkasan dari apa yang

mereka baca di buku. dalam satu minggu tidak penuh untuk dilakukan

kegiatan literasi Ringkasanya berbentuk sebuah produk Bisa berupa

puisi, bisa berupa mereka mungkin membuat selogan gitu, kata kata

bijak dari apa yang ,mereka baca, bisa juga map maping/main maping

ya jadi gambar itu juga bisa, karikatur, sesuka hati mereka saja sesuka

mereka sendiri begitu” (LQ).

Adapun dari awal prosesnya kegiatan literasi yang telah dijelaskan oleh

beberapa guru pada bab sebelumnya dengan yang penulis amati sedikit ada

perbedaan, penulis menemukan bebrapa hal yang menurut penulis merupakan

hal yang perlu dan penting untuk ditambahkan yaitu: sebelum kegiatan literasi

dimulai, penulis mengamati adanya proses diputarnya lagu kebangsaan

indonesia raya yang cukup menarik, pada saat pemutaran lagu kebangsaan

lewat sepaker-speaker yang ada di setiap kelas maka semua aktivitas harus

dihentikan dengan tujuan untuk mendengarkan secara hikmat dan menghorati

lagu kebangsaan tersebut. Setelah lagu kebangsaan tersebut selesai maka

53

dilanjutkan dengan berdo’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing

kemudian baru dilanjutkan kegiatan literasi apabila sudah ada informasi dari

speaker untuk memulainya. Jadi di dalam prakteknya kegiatan literasi yang ada

di sekolah menengah pertama negeri Salatiga dalam prosesnya dibarengi

dengan aktivitas yang menjadi kebiasaan warga sekolahnnya mendengarkan

lagu kebangsaan seperti yang penulis temukan.

Pada tahap pembiasan kegiatan literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga

yaitu menumbuh kembangkan minat baca siswa melalui 15 menit membaca

buku non pelajaran seperti novel, komik, majalah seperti dalam prosesnya yaitu

sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku, adapun kegiatan literasi sekolah

juga yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN 06 Salatiga dalam

pelaksanaanya juga di ikuti oleh seluruh warganya, begitu juga dengan para

guru yang ada disekolah tersebut, dibuktikan dengan penjelasan beberapa guru

berikut penjelasan guru pertama sebagai yaitu:

“Iya saya membaca dan kadang saya keliling memastikan mereka

memang betul betul membaca, memastikan mereka membawa buku

bacaan itu, kalo tidak kan percuma saja mereka ada literasi klo tidak

digunaklan waktunya untuk membaca. dihimbau dari kepala sekolah

bahwa pada waktu anak anak membaca guru dimohon untuk juga

membaca” (LQ).

Adapun penjelasan mengenai keikutsertaaan guru pada saat kegiatan

literasi sekolah yaitu sebagai berikut:

“Kadang membaca kadang tidak, tergantung, apabila mengerjakan

yang lain ya, tidak ada peraturan khusus untuk guru, ataupun

kondisional mas” (MNH).

54

Dari kedua pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa keikutsertaan

guru dalam kegiatan literasi sekolah yang di laksanakan masih bersifat

kondisional, artinya setiap guru berbeda-beda dalam mengikutsertakan dirinya,

ada yang masih melaksanakan kegiatan lain atau tugas lain selama

berlangsungnya kegiatan literasi juga belum adanya peraturan khusus yang

dibuat oleh sekolah yang di peruntukan untuk guru dan warga sekolah lain

selain siswa.

1. Jenis buku dalam kegiatan literasi sekolah

Mengenai jenis buku yang digunakan warga sekolah, khususnya

siswa dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah yaitu beragam jenisnya.

Mengingat kegiatan literasi sekolah pada tahap pembiasaan dan

pengembangan menggunakan buku atau membaca buku non-pelajaran

maka secara otomatis judul buku yang dibaca anak berbeda-beda.

Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberapa guru dan siswa,

adapun pernyataan tersebut sebagai berikut:

“Biasanya itu novel dongeng sama itu lo mas buku bacaan yang

berhubungan dengan pertanian peternakan bagaimana cara berternak

ikan lele gitu lo mas. Paling ga seputar itu, kalo novel jarang karena

terlalu tebal tadi, siswa kan males. Kalo suka baca, ya novel itu yang

di baca”.

Adapun pernyataan salah satu siswa mengenai siswa mengenai jenis

buku bacaan yang mereka baca yaitu sebagai berikut:

“Bebas, tergantung siswanya, kalo saya sukanya novel”(SDA)

Dari kedua pernyataan diatas dapat ketahui bahwa jenis buku yang

di baca dalam kegiatan literasi memang banyak jenisnya, tidak ada batasaan

55

mengenai judulnya, sebab dalam tahap pembiasaan lebih mengfokuskan

pada penumbuhan minat baca kepada seorang siswa lebih kearah sana, jadi

menegnai jenis buku tidak di permasalahkan.

2. Tahap pengembangan

Tahap pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan

literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan

kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman

pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara

kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan (Anderson &

Krathwol, 2001).

Pada tahap ini kegiatan literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga seperti

yang penulis amati yaitusetelah 15 menit membaca buku dengan nyaring,

dalam hati ataupun bersama maka selanjutnya diikuti tagihan non-pelajaran

siswa menganalisis atau menceritakan kembali buku yang telah mereka baca

dengan cara story map atau diskusi buku.

Mengembangkan lingkungan fiisik sekolah seperti adanya mading-

mading, pamflet atau slogan yang bernuansa literasi juga pengembangan

sosial afektif serta menciptakan ekosistem sekolah. Pemberian penghargaan

terhadap suatu capaian positif baik dari siswa guru ataupun warga sekolah.

Berikut Produk dan hasil dari kegiatan literasi sekolah pada tahap

pengembangan di SMPN 06 Salatiga.

Sejauh ini yang telah dilaksanakan dapat menjadi sebuah jawaban

mengenai pencapaian berikut bukti tersebut dapat kita ketahui dari produk

56

atau hasil yang ada seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa guru

sebagai berikut:

“Hasilnya anak-anak itu merangkum bacaan selama tiga hari pada hari

terahir itu merangkum itu bebas bisa di buat dalam bentuk puisi

rangkuman itu, jadi untuk mengekspresi anak itu apa itu, terserah

nulisnya itu bebas mau dalam bentuk puisi atau apa saja gitu boleh

mas” (MNH).

Pernyataan kedua dari guru yang berbeda yaitu sebagai berikut:

“Hasilnya mungkin siswa lebih tau manfaat dari literasi itu sendiri,

dari ringkasan/rangkuman berani bercerita di depan kelas” ( DVT).

Pernyataan ketiga dari guru menganai hasil produk literasi yang

lain yaitu sebagai berikut:

“Ringkasanya berbentuk sebuah produk Bisa berupa puisi, bisa berupa

mereka mungkin membuat selogan gitu, kata kata bijak dari apa yang

,mereka baca, bisa juga map maping/main maping ya jadi gambar itu

juga bisa, karikatur, sesuka hati mereka saja sesuka mereka sendiri

begitu” (LQ).

Pernyataan menarik juga di ungkapkan oleh kepala perpus SMPN

06 mengenai produk atau hasil dari gerakan literasi sekolah yaitu sebagai

berikut:

“Bakat anak ternyata banyak, contohnya puji rahayu menulis cerita

dan di kirimkan ke galang pers insyaallah dimuat, anak bisa membuat

itu, bagus itu mas, pada saat proses kegiatan iterasi bapak ibu guru

juga menulis, sudah 42 karya bapak ibu guru dimuat dalam surat kabar

dalam satu semester ini, bapak ibu guru produktif, jadi bapak ibu guru

pun disini menulis dan mengikuti kegiatan literasi dengan baik”

(BW).

3. Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap

pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan

mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah

57

kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks

buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol,

2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan

mata pelajaran). Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung

pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca

buku nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan

umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat

dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD,

12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan

kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.

Teori diatas tersebut sesuai dengan produk atau hasil kegiatan

literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga, sebagai identifikasi menuju

tahap pembelajaran yaitu sudah menjadikan anak mampu berfikir kritis

menanggapi buku dan menulisnya dari apa yang mereka baca serta mampu

menceritakanya di depan kelas, mengekspresikan ide mereka berbentuk

main maping ataupun poster dengan tema yang berkaitan dengan gerakan

literasi, lebih lanjutnya yaitu ada tagihan kegiatan bebrbasis buku pelajaran.

Menulis cerita dan dikirimkan ke sebuah penerbit dan dimuat itu

merupakan hal yang sangat bagus. Tidak hanya itu bapak ibu guru juga

sangat produktif dalam mengikuti kegiatan literasi terbukti dengan

dimuatnya sejumlah 42 opini ataupun artikel di surat kabar.

4. Sanksi atau hukuman dalam kegiatan literasi sekolah

58

Sanksi atau hukuman yang ada di SMPN 06 Salatiga seperti yang

penulis amati bahwa dalam pelaksanaanya juga bersifat kondisional,

masing-masing guru berbeda dalam menerapkanya atau memberi

hukumanya kepada siswa, akan tetapi hukuman tersebut juga masih ada

kaitanya dengan kegiatan literasi atau memberikan hukuman yang

mendidik, seperti contoh dari salah satu pernyataan seorang guru yaitu

sebagai berikut:

“Kalo saya iya ada sangsinya, tiap guru beda beda. Biasanya kalo ada

yang melanggar saya suruh mereka membuat ringkasan sebuah buku

yang mereka baca dirumah karenakan disekolah waktu kegiatan

literasi tidak membawa. Sangsinya ya berupa hukuman yang

berhubungan dengan literasi kalo saya” (LQ).

Adapun pendapat guru kedua mengenai berlakunya saknsi atau

hukuman yaitu sebagai berikut:

“Semua ikut mas, karena kan wajib mas dan ditunggu guru, jadi mesti

anak-anak baca kalo tidak bawa biasa pinjam perpus kelas atau perpus

sekolah. Jadi selama ini belum ada yang melanggar, yang saya tau.

Saya belum pernah menjumpai anak yang tidak membaca pada saat

proses literasi” (MNH).

Kedua perbedaan pendapat tersebut dapat penulis analisis bahwa

dengan peraturan sanksi atau hukuman yang kondisonal seperti yang telah

dijelaskan di atas, dengan adanya pendapat narsumber yang kedua yang

menyatakan bahwa sejauh ini belum pernah menjumpai siswa yang

melanggar saat dilaksanakanya kegiatan literasi menandakan kegiatan

literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga sudah berjalan dengan baik.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah

59

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung gerakan literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga

seperti yang telah di ungkapkan dari salah satu guru yaitu:

“Ya yang jelas sarana dari sekolah, sumbangan buku dari orang tua

kalo pas kenaikan orang tua diminta sukarela dimintai sumbangan

buku, terus ada gerakan seluruh warga sekolah menyumbangkan buku

untuk perpus dari siswa (koin perpus) setiap hari senin disetiap kelas

terus disetor ke perpus. Namanya peduli perpus buat warga sekolah,

karena kan kita ikut lomba, lomba perpustakaan se profinsi, guru

istilahnya dimintai sumbangan berupa buku selain buku pelajaran,

termasuk juga alumni lewat facebook tapi berupa buku, untuk guru

dulu bu retno tapi untuk alumni langsung ke perpus istilahnya yang

mengelola perpustakaan, untuk mencapai 6000 judul buku. Itu salah

satunya yang mendukung lomba itu mas, lomba perpus tingkat

propinsi” (MNH).

Dari pernyataan dapat diambil beberapa faktor pendukung antaralain yaitu:

a. Sarana dan prasarana sekolah yang memadai, sedikit penulis menambahkan

dari hasil pengamatan penulis yaitu adanya pojok perpustakaan di tiap-tiap

kelas yang sudah disediakan disekolah, adanya speaker-speaker yang

mendukung menginformasikan kegiatan literasi.

b. Ketersedian buku yang lengkap

c. Adanya program sumbangan buku bagi orang tua pada saat kenaikan kelas

dengan sukarela.

d. Program sumbangan buku dari guru secara pribadi dan sukarela kepada

sekolah.

e. Program sumbangan buku dari alumni SMPN 06 Salatiga melalui media

sosial seperti facebook menjadikan beberapa program di atas memperkaya

jumlah buku yang ada di perpus sekolah.

60

f. Program koin untuk perpustakaan dari siswa setiap hari senin, yaitu siswa

dimintai uang secara sukarela dan setelah uang terkumpul maka akan

dibelikan buku oleh pihak perpus.

Dari bagian perpustakaan SMPN 06 Salatiga, penulis juga

menemukan sesuatu hal yang menarik yaitu terbentuknya tim booklovers

yang bertugas membantu kegiatan yang berkaitan dengan literasi, menjadi

duta baca, serta mengajak dan mensosialisasikan manfaat dari membaca

buku kepada seluruh warga yang ada disekolah.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat kegiatan literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga

sesuai dengan pernyataan beberapa guru antara lain sebagai berikut:

“Acara sekolah yang bersifat dadakan, itu menghambat literasi

misalnya ada kunjungan sekolah adiwiyata itu litersi di tiadakan,

sejauh ini kecilsekali hambatanya 90 kegiatan literasi sekolah yang

ada di smpn 06 Salatiga ini terlaksana”(MNH).

Adapun pernyataan kedua mengenai hambatan kegiatan literasi

sekolah yaitu:

“Yang menghambat ya ada hubunganya dengan faktor pendukungnya

tadi motivasi, berarti kalo motivasi kurang mereka tidak merasa

memerlukan membaca ya itu yang harus, faktor menghambatnya itu

dari dalam diri mereka sendiri dari siswanya sendiri dari pelaku

siswanya sendiri, siswa maupun guru ya mas kan bisa saja” (LQ).

Dari kedua pernyataan kedua narasumber yang ada di atas dapat

diketahui bahwa hambatan gerakan literasi antaralain yaitu adanya kegiatan

atau acara sekolah yang bersifat menya kunjungan sekolah, serta

adyawiyata mendadak, sehingga menjadikan kegiatan literasi di tiadakan,

61

kurangnya motivasi yang berasal dari orangtua serta guru untuk mengajak

gemar membaca itu juga termasuk hambatan kegiatan literasi yang ada di

SMPN 06 Salatiga.

C. Solusi Gerakan Literasi Sekolah

Solusi kegiatan literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga seperti

yang telah di ungkapkan oleh beberapa narasumber yaitu sebagai berikut:

“Solusinya itu ya kalo misal selama ini kegiatan literasi ditiadakan

gitu mas, paling cuma sehari, katakan hampir tidak ada hambatan,

kecuali ada triout gitu mas. Jadi acara sekolah yang menghambat.

Karena kan sudah tiap hari, kalo setelah jam literasi kita masih

membebani literasi kan kasian anak, wong tugas pelajaranya juga

masih banyak” (MNH).

Berikut pernyataan kedu narasumber menegnai solusi untuk mengatasi

hambatan dari kegiatan literasi yang ada disekolah yaitu:

“Solusinya ya mengkondisikan, Cara saya ya jangan rame sendiri

atau memperingatkan kepada siswa kalo keadaan kelas itu tidak

tenang dan kondusif untuk kegiatan literasi sekolah” (DVT).

Dari kedua pernyataan solusi diatas bahwa dengan melanjutkan

kegiatan literasi setelah adanya hambatan seperti biasanya menjadikan

kegiatan literasi dapat berjalan kembali. Sejauh ini hambatan yang terjadi tidak

terlalu menjadikan kegiatan literasi mengalami masalah yang serius, penulis

kira hambatan-hambatan tersebut juga masih cukup wajar dimana dalam

mencari sebuah solusi tersebut tidak memerlukan sesuatu yang berat.

Pengkondisian kelas yang baik oleh guru sebagai fasilitator juga merupakan

cara agar kegiatan literasi dapat berjalan dengan baik. Upaya peningkatan

62

sekolah dan perpus untuk mewujudkan warganya menjadi pribadi yang literat

serta menjadi pribadi pembelajar sepanjang hayat, (long life-education).

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu pada rumusan

masalah yang telah ditetapkan serta berdasarkan analisis data yang diuraikan

secara deskriptif pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Implementasi gerakan literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga

sampai kepada tiga tahap yaitu: tahap pembiasaan yaitu menumbuhkan

minat baca melalui 15 menit membaca buku non pelajaran, Tahap

pengembangan yaitu siswa menganalisis atau menceritakan kembali buku

yang telah mereka baca dengan cara story map atau diskusi buku. Tahap

pembelajaran yaitu menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku

pelajaran seperti bahasa indonesia, matematika, agama dsb.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat gerakan literasi sekolah yang

ada di SMPN 06 Salatiga antara lain yaitu: Sarana dan prasarana sekolah

yang memadai seperti adanya pojok perpustakaan di tiap-tiap kelas yang

sudah disediakan disekolah, speaker pengeras suara, ketersedian buku yang

lengkap, adanya program sumbangan buku bagi orang tua pada saat

kenaikan kelas dengan sukarela, sumbangan buku dari guru secara pribadi

dan sukarela kepada sekolah, program sumbangan buku dari alumni SMPN

06 Salatiga melalui media sosial seperti facebook menjadikan beberapa

program di atas memperkaya jumlah buku yang ada di perpus sekolah,

64

Adanya tim booklovers yang membantu kegiatan literasi yang ada di

sekolah.

Faktor penghambat yaitu: adanya kegiatan diluar jam skegiatan

belajar mengajar seperti halnya rapat sekolah, adiyawiyata, yang

menjadikan kegiatan literasi sekolah terganggu dan ditiadakan, kurangnya

minat baca siswa, kurangnya motivasi guru agar menjadikan siswa gemar

membaca, kondisi kelas yang tidak kondusif saat diadakanya kegiatan

literasi.

3. Solusi gerakan literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai

berkiut: Memotivasi siswa agar terus memiliki semangat dalam mengikuti

kegiatan literasi sekolah, Memberikan arahan atau teguran kepada siswa

apabila tidak mengikuti kegiatan literasi sekolah dengan baik,

Menghimbau kepada seluruh warga sekolah baik guru ataupun siswa untuk

gemar membaca dan menullis agar menjadi pribadi yang literat, menjaga

kebersihan lingkungan sekolah agar kegiatan literasi yang ada disekolah

dapat berjalan dengan nyaman.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka penulis pada bagian

ini mengemukakan saran kepada:

1. Kepala sekolah, SMPN 06 Salatiga yaitu:

a) Menjalankan peran dan tugasnya dengan baik sebagai kepala

sekolah dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan

65

amanah nasional serta melaksanakan program-program

pemerintahan seperti kegiatan literasi sekolah dengan lebih baik.

b) Menjaga StakeHolder di lingkungan SMPN 06 Salatiga agar tercipta

suasana belajar yang kondusif dan perkembangan lembaga

pendidikan yang di pimpinnya bisa terus maju dan selaras sesuai

dengan cita-cita bangsa.

2. Kepada seluruh guru yang ada di SMPN 06 Salatiga, untuk selalu

memberotivasi kepada siswa agar dapat menjalankan kegiatan literasi

sekolah dengan baik, sehingga siswa dapat menjadi pribadi literat.

3. Kepada seluruh siswa dan siswi SMPN 06 Salatiga agar memiliki

semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, dan mengikuti semua

kegiatan yang ada di sekolah dengan baik.

C. Penutup

Demikianlah penelitian ini penulis susun sebagai salah satu syarat

dalam melaksanakan penelitian. Dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan disebabkan karena kemampuan penulis yang masih sangat

terbatas, maka dari itu penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan

masukan, saran, kritik yang sifatnya membangun.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya, terimaksih atas semua pihak yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

66

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L dan Krathwohl, D, 2011, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

Pengajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsani, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Budiwati Eni, Mulyani, dkk, 2015. Budaya Baca di Era Digital. Surakarta:

Lembaga Ladang Kata

Dendy S, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hadi Sutrisno, 1990. Metodologi Research 1. Yogykarta: Fakultas Psikologi UGM

Moelong. Lexy.J, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda

Karya

Kalida Muhsin, 2015. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri, Yogyakarta:

Aswaja Pressindo

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2002, Jakarta: Balai Pustaka

Kemendikbud, 2015. Panduan Gerakan Literasi Sekolah

Hardiningtyastri, 2014. Perpustakaan dan Budaya Literer, Jakarta Utara: Sinotif

Publishing

Romdhoni Ali, 2013. Alqur’an dan Literasi, Linus : Literatur Nusantara

Sugiyono, 2011.Metode penelitian Kualitatf,Kuantitatif dan R&D,Bandung:

Alfabeta

67

Usman, Nurdin, 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-

Gerakan-Literasi-Sekolah1.pdf 21:19 WIB 28, 09 2017.

http://www.matrapendidikan.com/2016/07/optimasi-program-literasi-di-

sekolah.html 15:00 WIB 28, 09 2017.

http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/358/1/Manual-Pendukung-

Pelaksanaan-Gerakan-Literasi-Sekolah.pdf 14:00 WIB, 20, 09 2017.

68

Gedung Perpustakaan SMP 06 Salatiga

Ket: Gedung dan susasana perpustakaan yang di gunakan oleh para siswaguru dan

seluruh warga sekolah untuk membaca ataupun meminjam buku untuk digunakan

saat kegiatan literasi disekolah.

69

Buku Pedoman Gerakan Literasi Sekolah

Buku pedoman atau panduan gerakan literasi sekolah keluaran dari kemedikbud

yang digunakan sebagai acuan dakam kegiatan literasi sekolah SMP 06 Salatiga.

70

Hasil sinopsis atau ringkasan siswa dari kegiatan literasi sekolah SMP 06

Salatiga

Hasil literasi siswa yang dibukukan atau dijilid dalam satu minggunya di SMP 06

Salatiga.

71

Isi dari ringkasan kegiatan literasi yang dibuat oleh siswa di SMP 06 Salatiga

72

73

74

75

Pojok Perpustakaan Kelas

76

77

Ket: Suasana kegiatan Gerakan Literassi sekolah di SMP 06 Salatiga

78

79

80

81

82

83