IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN...

57
1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS BAGI SISWA MISKIN Oleh Dra. Rabiatul Adawiah, M.Si Drs.H. Karim, M.Si

Transcript of IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN...

Page 1: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

1

IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS

BAGI SISWA MISKIN

Oleh

Dra. Rabiatul Adawiah, M.Si

Drs.H. Karim, M.Si

Page 2: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat hidayah

dan inayah-Nya jualah akhirnya kami dapat menyelesaikan penulisan buku.

Buku ini kami beri judul “ Implementasi Kebijakan Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dalam Penyelenggaraan Pendidikan Gratis bagi

Siswa Miskin” dan merupakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada

tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang pendanaannya

berasal dari Hibah Strategis Nasional Batch II Tahun 2010 melalui institusi

Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lambung Mangkurat.

Dengan selesainya penulisan buku ini, penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung

Mangkurat

3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat

4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut dan

Kabupaten Tabalong

5. Kepala UPT Dinas Pendidikan di Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah

Laut dan Kabupaten Tabalong

6. Staf dan karyawan Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat

7. Informan dan responden penelitian yang berada di wilayah Kota

Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tabalong.

8. Yang terhormat dan terkasih orang tua, keluarga, suami, isteri dan anak-

anak Tim Penulis

9. Para pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Buku ini selain mempunyai manfaat bagi pihak-pihak yang ingin mengkaji

lebih dalam tentang Program Bantuan Operasional Sekolah terhadap siswa miskin

juga dapat menjadi pengayaan bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Segala kekurangan dan ketidaksempurnaan buku ini memerlukan saran

dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Page 3: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

3

Banjarmasin, April 2011

Penulis,

Dra. Rabiatul Adawiah, M.Si

Drs.H. Karim, M.Si

Page 4: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

4

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

A. Pengetian Kebijakan

B. Pengertian Kebijakan Publik

C. Faktor Penunjang dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Publik

BAB II. PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG PEMBERIAN DANA

Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

A. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

B. Latar Belakang Pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB III. PROGRAM DAN MEKANISME PEMBERIAN DANA BOS

A. Tujuan Pemberian dana BOS

B. Sasaran Pemberian dana BOS

C. Sekolah Penerima BOS

D. Ketentuan yang Harus Diikuti Sekolah Penerima BOS

E. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah/Madrasah/Ponpes dalam

pelaksanaan BOS

BAB IV. KETENTUAN PENGGUNAAN DANA BOS

A. Penggunaan Dana BOS

B. Larangan Penggunaan Dana BOS

BAB V.PROGRAM BOS DAN WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN

A. Kebijakan Wajib Belajar Sembilan Tahun

B. Pengertian Wajib Belajar Sembilan TAhun

C. Pelaksanaan Wajib Belajar Sembilan Tahun

D. Penyelenggara Wajib Belajar sembilan Tahun

E. Program BOS dan Wajib Belajar Sembilan Tahun

F. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah

BAB VI. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BOS DI KALIMANTAN SELATAN

A. Persentase Penggunaan Dana BOS untuk Setiap Bidang

B. Transparansi penggunaan Dana BOS

C. Pengaruh Dana BOS terhadap Beban Orang Tua dalam Pendidikan

BAB II. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

Page 5: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

5

BAB I

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

A. Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan (policy) seringkali penggunaannya saling

dipertukarkan dengan istilah tujuan (goals), program keputusan, undang-

undang, ketentan-ketentan, usulan-usulan dan rancangan-rancangan besar

(Abdul Wahab, 1997). Harold D Lasswell dan Abraham Kaplan (Islamy,

1997) mengartikan kebijakan sebagai : ” a projected program of goals, values

and practices” (“suatu programpencapaian tujuan nilai-nilai dan praktik-

praktik yang terarah”). Friedrick (Islamy, 1997) mendefinisikan kebijakan

sebagao berikut :

“… a proposed cource of action of a person, group, or government

within a given environment providing abstacles and opportunities

which the policy was proposed to utilize and overcome in an effort

to reach a goal or realize n objective” (“… serangkaian tindakatn

yang diusulkan seseoranng,kelompok, atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu dengan menunjukkkan hambatan-hambatan

dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan

kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu”).

Tidak jauh beda dengan definisi di atas, Anderson (Islamy, 1997)

mengemukakan bahwa kebijakan Negara itu adalah : “ A purposive

course of action followed by an actor or set of ctor in dealing with a

problem or matter of concerns” (“serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh

seseorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu

masalah tertentu”).

Definisi lainnya dari Raksasataya (Islamy, 1997) yang

mengemukakan bahwa kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang

diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu suatu kebijakan

memuat tiga elemen, yaitu : (1) identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai,

Page 6: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

6

(2) taktik atau strategi dari berbagai langlah untuk mencapau tujuan yang

diinginkan, (3) penyediaan berebagai input untuk memungkinkan

pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi.

Selain ketiga definisi di atas, sebenarnya masih banyak definisi

lain. Namun dari sekian banyak itu tampaknya tidak terdapat perbedaan

pandangan secara tajam dalam mengartikan suatu kebijakan. Dari ketiga

pendapat mengenai rumusan arti kebijakan, pada intinya setiap rumusan

mengandung beberapa elemen yaitu : danya serangkaian tindakan,

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, adanya pemecahan

masalah dan adanya suatu tujuan tertentu.

Bila keempat elemen tersebut dipdukan, maka dapat diperoleh

suatu pengertian bhwa kebijakan adaalah serangkaian tindakan yang berisi

keputusan-keputusan yang diikuti dan dilksanakan oleh seseorang atau

sekelompok orang guna memecahkan suatu masalah untuk mencapai

tujuan tertentu.

B. Pengertian Kebijakan Publik

Secara konseptual, kebijakan public tidak hanya berisi cetusan

pikiran tau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini public

juga mempunyai porsi yang sama besar untuk diisikan (tercermin) dalam

kebijakan-kebijkan Negara. Setiap kebijakan Negara harus selalu

berorientasi pada kepentingan public (Islamy, 1997). Dengan demikian

yang membedakan secara esensial antara kebijakan public dengan

kebijakan non public terletak pada muatan kepentingan public yang aru

tercermin pada setiap kebijakan publik.

Tetapi, pencerminan kepentingan publik dalam kebijakan public

tidak mudah untuk diaktualisasikan oleh para pembuat kebijakan publik.

Hal ini antara lain karena proses pembuatan kebijakan publik pada

esensinya tidak pernah bebas nilai, sehingga berbagai kepentingan akan

selalu mempengaruhi terhadap proses pembuatan kebijakan publik. Pada

tataran inilai seringkali kepentingan publik menjadi bias terhadap

Page 7: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

7

sekelompok masyarakat. Dengan kata lain, bahwa dalam setiap proses

pembuatan kebijakan publik akan selalau membawa implikasi yaitu ada

sekelompok masyarakat yang dirugikan dan ada sekelompok masyarakat

yang diuntungkan.

Untuk menghindari adanya bias kepentingan publik dalam proses

pembuatan kebijakan publik tersebut, maka demokratisasi dalam proses

pembuatan kebijakan publik menjadi penting keberadaannya, sebab

melalui proses demokratisasi dominasi kelompok dalam proses pembuatan

kebijakan dapat dihindari. Kebijakan tersebut tidaklah selalu disebabkan

oleh kelemahan atau ketidakmampuan pelaksana (policy implementer) atau

administrator melainkan dapat pula disebabkan oleh pembentukan

kebijakannya (policy formulation) yang kurang sempurna.

Di sinilah peranan yang penting yang berada di tangan pelaksana

kebijakan yang harus mampu mengambil langkah-langkah

untukmengadakan atau mendorong adanya “reformulation” ataupun

melaklukan pengambilan kebeijakan lanjutan sehingga kebijakan pokok

itu dapat mencapai tujuannya.

Islamy (1997:107) mengatakan bahwa suatu kebijakan negara akan

menjadi efektif bila dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi

anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain tindakan atau perbuatan

manuia yang menjadi anggota masyarakat bersesuaian dengan apa yang

diinginkan oleh pemerintah atau negara. Dengan demikian jika mereka

tidak berbuat/bertindak sesuai dengan keinginan pemerintah/negara itu

maka kebijakan negara menjadi tifak efektif. Sebab-sebab mengapa setiap

anggota masyarakat perlu mengetahui dan melaksanakan kebijakan

negara, Anderson (dalam Islamy, 1997 : 109-110) mengatakan sebagai

berikut :

1. Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan-

keputusan badan pemerintah

2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan

3. Adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah,

konstitusional dan dibuat oleh pejabat pemerintah

4. Adanya kepentingan pribadi

Page 8: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

8

5. Adanya hukuman-hukuman tertentu bila tidak

melaksanakannya

6. Masalah tenggang waktu pelaksanaan kebijakan

Grindle (dalam Abdul Wahab, 1989: 127) menyebutkan proses

implementasi kebijakan yang efektif hanya dapat dimulai (a) apabila

tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula bersifat umum telah

diperinci, (b) program-program aksi telah dirancang dana atau biaya telah

dialokasikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran tersebut.

Tentunya hal tersebut merupakan syarat pokok untuk efektif berhasilnya

proses implementasi kebijakan. Tanpa adanya syarat-syarat tersebut, maka

kebijakan negara boleh dikatakan sekedar retorika politik atau slogan

politik belaka.

C. Faktor Penunjang dan Penghambat Implementasi Kebijakan Publik

Sebagaimana diketahui bahwa implementasi merupakan suatu

proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah dipilih dan ditetapkan

menjadi kenyataan. Dengan kata lain penerapan perencanaan ke dalam

praktik. Namun dalam hal ini, tidak semua program yang

diimplementasikan dapat berlangsung dengan mulus dan efektif. Gejala

inilah yang oleh Dunsire (Abdul Wahab, 1997) dinamakan sebagai

implementation gap. Suatu istilah yang dimaksudkan untuk menjelaskan

suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan selalu akan terbuka

kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan

(direncanakan) oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya

dicapat (sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan). Besar

kecilnya perbedaan tersebut sedikit banyak akan tergantung pada apa yang

oleh Walter Williams (Abdul Wahab, 1997) disebut sebagai

implementation capasity dari organisasi atau kelompok organisasi atau

aktor yang dipercaya untuk mengemban tugas mengimplementasikan

kebijakan tersebut.

Page 9: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

9

Kebijakan negara apapun sebenarnya mengandung resiko untuk

gagal. Soenarko (2000) mengemukakan bahwa, pelaksanaan kebijakan itu

dapat gagal, tidak membuahkan hasil karena antara lain :

1. Teori yang menjadi dasar kebijakan itu tidak tepat. Dalam hal

demikian, maka harus dilakukan “ reformulation” terhadap kebijakan

tersebut.

2. Sarana yang dipilih utnuk pelaksanaan tidak efektif

3. Sarana itu mungkin atau kurang dipergunakan sebagaimana mestinya

4. Isi dari kebijakan itu bersifat samar-samar

5. Ketidakpastian faktor intern dan/atau faktor ikstern

6. Kebijakan yang ditetapkan itu mengandung banyak lubang

7. Dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan masalah teknis

8. Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu

(waktu, uang dan sumber daya manusia)

Dalam pelaksanaan kebijakan publik, di samping memperhatikan

faktor-faktor yang perlu ditanggulangi karena dapat menyebabkan kegagalan,

maka uga sangat penting memperhatkan faktor-faktor yang dapat mendorong

keberhasilan daripada pelaksanaan kebijakan tersebut. Faktor-faktor ini

merupakan syarat untuk keberhasilan suatu kebijakan. Oleh karena itu

haruslah diusahakan terwujudnya semaksimal mungkin.

Menurut Soenarko (2000) faktor-faktor yang dapat mendukung

keberhasilan pelaksanaan kebijakan adalah :

1. Persetujuan, dukungan dan kepercayaan dari masyarakat

2. Isi dan tujuan kebijakan haruslah dimengerti secara jelas terlebih dahulu

3. Pelaksana haruslah mempunyai cukup informasi, terutama mengenai

kondisi dan kesadaran masyarakat yang menjadi kelompok sasaran

4. Pembagian pekerjaan yang efektif dalam pelaksanaan

5. Pembagian kekuasaan dan wewenang yang rasional dalam pelaksanaan

kebijakan

6. Pemberian tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang memadai dalam

pelaksanaan kebijakan

Page 10: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

10

BAB II

PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG PEMBERIAN DANA BOS

A. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya

operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai

kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari

keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan

kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional

Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah

untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan

pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Biaya Satuan pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang

diperlukan rata-rata tiap siswa tiap tahun, sehingga mampu menunjang proses

belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetap.kan. Dari

cara penggunaaannya, BPS dibedakan menjadi BSP investasi dan BSP

Operasional.

BSP investasi adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam satu

tahun untuk pembiayaan sumber daya yang tidak habais pakai dalam waktu

lebih dari satu tahun , seperti pengadaan tanah, bangunan, buku,alat peraga,

media, perabot dan alat kantor. Sedangkan BSP operasional adalah biaya

yang dikeluarkan setiap siswa dalam 1 tahun untuk pembiayaan sumber daya

pendidikan yang habis pakai dalam 1 tahun atau kurang. BSP operasional

mencakup biaya personil dan biaya non personail.

Biaya personil meliputi biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan

jam mengajar (KJM), Guru tidak tetap (GTT), Pegawai Tidak tetap (PTT),

uang lembur dan pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Latihan Guru,

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok

Kerja Guru (KKG) dan lain-lain. Biaya non personil adalah biaya untuk

Page 11: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

11

menunjang kegiatan belajar mengajar, evaluasi atau penilaian,

perawatan/pemeliharaan, daya dan jasa, pemberian kesiswaan, rumah tangga

sekolah dan supervisi. Selain dari biaya-biaya tersebut, masih terdapat jenis

biaya personil yang ditanggung oleh peserta didik, misalnya biaya

transoprtasi, konsumsi, seragam, alat tulis, kesehatan, dan sebagainya.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara konsep mencakup

komponen untuk biaya operasional non personil hasil studi badan penelitian

dan pengembangan, Departemen pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas).

Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka

penggunaan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegatan lain

yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi.

Oleh karena keterbatasan dana BOS dari Pemerintah Pusat, maka

biaya untuk investasi sekolah/madrasah/ponpes dan kesejahteraan guru harus

dibiayai dari sumber lain dengan prioritas utama dari sumber pemerintah,

pemerintah daerah dan selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.

B. Latar Belakang Pemberian Dana BOS

Kebijakan Pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009

diprioritaskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar

yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan wajib belajar

pendidikan dasar 9 tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada

kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan

pendidikan dasar.

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa tahun terakhir

ini yang juga diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok lainnya, akan

menurunkan daya beli penduduk miskin. Hal ini pada gilirannya akan

berdampak terhadap upaya penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan

dasar 9 Tahun, karena masyarakat miskin akan semakin sulit memenuhi

kebutuhan biaya pendidikan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 -15 tahun

Page 12: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

12

wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang

tersebut, maka Pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh

peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta

seluruh satuan pendidikan sederajat.

Salah satu indikator penuntasan Wajib belajar 9 tahun diukur dengan

Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK tingkat SMP sebesar

85,22% dan pada akhir tahun 2006 telah menapai 88,68%. Target penuntasan

wajib belajar 9 tahun harus diapai pada tahun 2008/1009 dengan APK

minimum 95%. Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 1,5 juta

anak usia 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan

dasar (Depdiknas, Departemen Agama, 2007).

Dengan adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak, amanat

undang-undang dan upaya percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan

dasar 9 tahun yang bermutu, sejak tahun 2005 Pemerintah memprogramkan

pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program pemberian

Bantuan Operasional Sekolah ini bertujuan untuk membebaskan biaya

pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain,

agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu

sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Page 13: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

13

BAB III

PROGRAM DAN MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN DANA BOS

A. Tujuan Pemberian Dana BOS

Secara umum Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu

dan meringankan bagi siswa lain, agar mereka memperoleh layanan

pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka

penuntasan Wajib belajar 9 Tahun

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri dan SMP

negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah

bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);

2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan

dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;

3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah

swasta.

B. Sasaran Program BOS

Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat

SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia,

program kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program

BOS iini. Selain itu, Madrasah Diniyah Takmiliyah (suplemen) juga tidak

berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah

reguler yang telah menerima BOS.

Mulai tahun pelajaran 2007/2008 (mulai Juli 2007), SMP terbuka

(reguler dan mandiri) dan Madrasah Diniyah formal yang

menyelenggarakan Program Wajib belajar 9 Tahun termasuk dalam

sasaran BOS.

Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah/madrasah/ponpes

dihitung berdasakan jumlah siswa dengan ketentuan sebagai berikut :

Page 14: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

14

a. SD/MI/SDLB/ Salafiah/ sekolah agama non Islam setara SD sebesar

Rp. 254.000,-/siswa/tahun

b. SMP/MTs/SMPLB/SMPT/Salafih/sekolah agaama non Islam setara

SMP sebesar Rp. 354.000,- / siswa / tahun

Namun sejak tahun 2010 besar biaya satuan BOS yang diterima

oleh sekolah termasuk untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah

siswa dengan ketentuan:

a. SD/SDLB di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun

b. SD/SDLB di kabupaten : Rp 397.000,-/siswa/tahun

c. SMP/SMPLB/SMPTdikota : Rp 575.000,-/siswa/tahun

d. SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten : Rp 570.000,-/siswa/tahun

C. Sekolah Penerima Dana BOS

Sekolah penerima bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

adalah :

1. Semua sekolah negeri dan swasta berhak memperoleh BOS.

Khusus sekolah/madrasah/ponpes swasta harus memiliki ijin operasional

(dengan penyelenggaraan pendidikan). Sekolah/madrasah/ponpes yang

bersedia menerima BOS harus menandatanagani Surat Perjanjian

Pemberian bantuan dan bersedia mengikuti ketentuan yang tertuang dalam

buku petunjuk pelaksanaan.

2. Sekolah kaya/mapan/yang mampu secara ekonomi yang saat ini memiliki

penerimaan lebih besar dari BOS, mempunyai hak untuk menolak BOS

tersebut, sehingga tidak wajib untuk melaksanakan ketentuan seperti

sekolah/manrasad/ponpes penerima BOS. Keputusan atas penolakan BOS

harus melalui persetujuan dengan orang tua siswa dan komite sekolah

madrasah/ponpes. Bila sekolah/madrasah/ponpes yang mampu tersebut

terdapat siswa miskin, sekolah/madrasah/ponpes tetap menjamin

kelangsungan pendidikan siswa tersebut.

Berdasarkan buku petunjuk teknis penggunaan dana BOS tahun

2011, ketentuan sekolah penerima BOS adalah :

Page 15: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

15

1. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMPT negeri wajib menerima

dana BOS. Bila sekolah tersebut menolak BOS, maka sekolah dilarang

memungut biaya dari peserta didik, orang tua atau wali peserta didik.

2. Semua sekolah swasta yang telah memiliki ijin operasi dan tidak

dikembangkan menjadi bertaraf internasional wajib menerima dana

BOS.

3. Bagi sekolah yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua

siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan

pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.

4. Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS

yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

5. Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperbolehkan memungut dana

dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah.

Pemda harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang

dilakukan oleh sekolah tersebut agar tercipta prinsip pengelolaan dana

secara transparan dan akuntabel.

6. Sekolah negeri yang sebagian kelasnya sudah menerapkan sistem

sekolah bertaraf RSBI atau SBI tetap diperbolehkan memungut dana

dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah,

kecuali terhadap siswa miskin.

D. Ketentuan yang Harus Diikuti Sekolah Penerima BOS

Sekolah yang telah menyatakan menerima BOS dibagi menjadi 2

kelompok, dengan hak dan kewajiban sebagai berikut :

1. Apabila sekolah/madrasah/ponpes tersebut terdapat siswa miskin, maka

sekolah/madrasah/ponpes diwajibkan membebaskan segala jenis

pungutan/sumbangan/iuran seluruh siswa miskin. Sisa dana BOS (bila

masih ada) digunakan untuk mensubsidi siswa lain. Dengan demikian

sekolah/madrasah/ponpes tersebut menyelanggarakan pendidikan gratis

terbatas. Bila dana BOS cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan

Page 16: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

16

sekolah/madrasah/ponpes, maka secara otomatis

sekolah/madrasah/ponpes dapat menyelanggarakan pendidikan gratis.

2. Bagi sekolah/madrasah/ponpes yang tidak mempunyai siswa miskin,

maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga

dapat mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada

orang tua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima

sekolah/madrasah/ponpes

E. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah/Madrasah/Ponpes dalam

pelaksanaan BOS

Berdasarkan ketentuan yang ada, tugas dan tanggungjawab

sekolah/madrasah/ponpes adalah :

1. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang

ada. Bila jumlah dana yang diterima melebihi dari yang semestinya maka

harus segera mengembalikan kelebihan dana tersaebut ke rekening Tim

Manajemen BOS Propinsi dengan memberitahukan ke Tim manajemen

BOS Kabupaten/Kota

2. Bersam-sama dengan kepala sekolah/madrasah/ponpes mengidentifikasi

siswa miskin yg akan dibebaskan dari segala jenis iuran

3. Mengelola dana bos secara bertangung jawab dan transparan

4. Mengumumunkan daftar komponen yg boleh dan yg tidak boleh dibiayai

oleh dana bos serta penggunaan dana bos di sekolah menurut komponen

dan besar dananya di papan pengumuman sekolah /madrasah/ponpes

5. Bertanggungjawab terhadap penyimpanagan penggunaan dana di

sekolah/madrasah/ponpes

6. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat

Page 17: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

17

BAB IV

KETENTUAN PENGGUNAAN DANA BOS

A. Penggunaan Dana BOS

Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan

dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru

dan Komite Sekolah. Dana BOS harus didaftar sebagai salah satu sumber

penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari

Pemda atau sumber lain yang sah.

Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah

menggunakan dana tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatan berikut:

1. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran. Jenis buku yang

dibeli/digandakan untuk SD adalah satu buku, yaitu Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan, sedangkan SMP sebanyak 2 buku yaitu (a)

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan (b) Seni Budaya dan

Ketrampilan. Jika buku dimaksud belum ada di sekolah/belum mencukupi

sebanyak jumlah siswa, maka sekolah wajib membeli/menggandakan

sebanyak jumlah siswa. Jika jumlah buku telah terpenuhi satu siswa satu

buku, baik yang telah dibeli dari dana BOS maupun dari Pemerintah

Daerah, sekolah tidak harus menggunakan dana BOS untuk

pembelian/penggandaan buku tersebut. Selain daripada itu, dana BOS juga

boleh untuk membeli buku teks pelajaran lainnya yang belum mencukupi

sejumlah siswa.

2. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu

biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan

pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan, serta

kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya

untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka

penerimaan siswa baru, dan lainnya yang relevan);

3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan,

pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja,

Page 18: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

18

pramuka, palang merah remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan

sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam

pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka

mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olah raga, alat kesenian dan

biaya pendaftaran mengikuti lomba);

4. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan

hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopi/ penggandaan soal, honor

koreksi ujian dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa);

5. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil,

spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,

langganan koran/majala'h pendidikan, minuman dan makanan ringan

untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat

kantor;

6. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet,

termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar

sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika

sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di

sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset;

7. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecatan, perbaikan atap bocor,

perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi

sekolah, perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah

lainnya;

8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan

honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga

yang membantu administrasi BOS;

9. Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan

KKKS/MKKS. Khusus untuk sekolah yang memperoleh hibah/block grant

pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang

sama tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan

yang sama;

Page 19: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

19

10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi

masalah biaya transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis,

dapat juga untuk membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi

barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll);

11. Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK termasuk

tinta printer, CD dan flash disk), penggandaan, surat-menyurat, insentif

bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya

transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos;

12. Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk kegiatan

belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun

anggaran;

13. Bila seluruh komponen 1 s.d 12 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari

BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat

digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik,

peralatan UKS dan mebeler sekolah.

Khusus untuk SMP Terbuka, dana BOS digunakan juga untuk:

1. Kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan-kegiatan yang terkait dengan proses

belajar mengajar, meliputi kegiatan:

a. Supervisi oleh Kepala Sekolah, diberikan maksimal sebesar Rp

150.000,-/bulan.

b. Supervisi oleh Wakil Kepala SMP Terbuka, diberikan maksimal

sebesar Rp 150.000,-/bulan.

c. Kegiatan tatap muka di Sekolah Induk oleh Guru Bina, diberikan rata-

rata maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan tetapi secara proporsional

disesuaikan dengan beban mengajarnya.

d. Kegiatan pembimbingan di 1KB oleh Guru Pamong, masing-masing

diberikan maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan.

e. Kegiatan administrasi ketatausahaan oleh petugas Tata Usaha (1

orang), diberikan maksimal sebesar Rp 100.000,-/bulan.

Page 20: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

20

f. Pengelolaan kegiatan pembelajaran oleh Pengelola TKB Mandiri

diberikan maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan.

2. Biaya transportasi Guru Bina dan Guru Pamong dari SMP Induk ke TKB

dan sebaliknya disesuaikan dengan kondisi geografis dan sarana

transportasi, yaitu:

a. Transportasi Guru Bina ke TKB.

b. Transportasi Guru Pamong ke Sekolah Induk.

c. Transportasi Kepala Sekolah dan Wakil Kepala SMP Terbuka dalam

rangka supervisi ke TKB.

d. Transportasi Pengelola TKB Mandiri ke Sekolah Induk dalam rangka

koordinasi, konsultasi, dan pelaporan.

Sebagai penanggung jawab pengelolaan dan penggunaan dana BOS

untuk SMPT/TKB Mandiri ttap kepala sekolah induk.

Dalam hal penggunaan dana BOS di sekolah, harus diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional

sekolah;

2. Maksimum penggunaan dana untuk belanja pegawai bagi sekolah negeri

sebesar 20%. Penggunaan dana untuk honorarium guru honorer di sekolah

agar mempertimbangkan rasio jumlah siswa dan guru sesuai dengan

ketentuan pemerintah yang ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 15 Tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar di

Kabupaten/Kota;

3. Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak.diperkenankan

menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama;

4. Pembelian barang/jasa per belanja tidak melebihi Rp. 10 juta;

5. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS

diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan

sekolah selain kewajiban jam mengajar. Besaran/satuan biaya untuk

transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar

Page 21: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

21

tersebut harus mengikuti batas kewajaran. Pemerintah daerah wajib

mengeluarkan peraturan tentang penetapan batas kewajaran tersebut di

daerah masing-masing dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi,

faktor geografis dan faktor lainnya;

6. Jika dana BOS yang diterima oleh sekolah dalam triwulan tertentu lebih

besar/kurang dari jumlah yang seharusnya, misalnya akibat kesalahan data

jumlah siswa, maka sekolah harus segera melapor kepada Dinas

Pendidikan. Selanjutnya Dinas Pendidikan mengirim surat secara resmi

kepada Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah yang

berisikan daftar sekolah yang lebih/kurang untuk diperhitungkan pada

penyesuaian alokasi pada triwulan berikutnya;

7. Jika terdapat siswa pindah/mutasi ke sekolah lain setelah pencairan dana di

triwulan berjalan, maka dana BOS siswa tersebut pada triwulan berjalan

menjadi hak sekolah lama. Revisi jumlah siswa pada sekolah yang

ditinggalkan/menerima siswa pindahan tersebut baru diberlakukan untuk

pencairan triwulan berikutnya;

8. Bunga Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening sekolah menjadi

milik sekolah untuk digunakan bagi sekolah;

B. Larangan Penggunaan Dana BOS

1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.

2. Dipinjamkan kepada pihak lain.

3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan

biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan

sejenisnya.

4. Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan/

Kabupaten/kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya, walaupun pihak

sekolah tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sekolah hanya

diperbolehkan menanggung biaya untuk siswa/guru yang ikut serta dalam

kegiatan tersebut.

5. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru.

Page 22: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

22

6. Membeli pakaian/seragam bagi guru/siswa untuk kepentingan pribadi

(bukan inventaris sekolah).

7. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.

8. Membangun gedung/ruangan baru.

9. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.

10. Menanamkan saham.

11. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah

pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar, misalnya guru

kontrak/guru bantu.

12. Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah,

misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara

keagamaan/acara keagamaan.

13. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/

pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang

diselenggarakan lembaga di luar Dinas Pendidikan

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kementerian Pendidikan Nasional.

C. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Sekolah

Pembelian barang/jasa dilakukan oleh Tim Sekolah dengan

menggunakan prinsip-prinsip sebagai-berikut:

1. Tim Sekolah harus menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis

dalam menentukan barang/jasa dan tempat pembeliannya;

2. Tim harus memperhatikan kualitas barang/jasa, serta ketersediaan, dan

kewajaran harga;

3. Tim Sekolah harus selalu membandingkan harga penawaran dari penyedia

barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi harga kepada

penyedia barang/jasa apabila harga penawaran lebih tinggi dari harga

pasar;

4. Terkait dengan biaya untuk perawatan ringan/pemeliharaan bangunan

sekolah, Tim Sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip berikut:

a. Membuat rencana kerja

Page 23: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

23

b. Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan

tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.

c. Membuat laporan penggunaan dana (pembelian barang dan

pembayaran upah) untuk kegiatan perawatan ringan/pemeliharaan

sekolah (Petunjuk teknis Penggunaan Dana BOS, 2010)

Page 24: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

24

BAB V

PROGRAM BOS DAN WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN

A. Kebijakan wajib belajar 9 tahun

Sebuah Negara bisa maju, jika penduduknya memiliki kesadaran akan

arti pentingnya pendidikan, termasuk negara Indonesia. Karena dengan

pendidikan akan tercipta manusia-manusia unggul yang akan mampu

membangun bangsa dan negaranya. Hal ini juga disadari oleh para pendiri

bangsa ini, sehingga dalam Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa salah

satu tujuan bangsa Indonesia adalah “mencerdasakan kehidupan bangsa”.

Selanjutnya dalam pasal 31 UUD 1945 lebih tegas lagi dinyatakan ”(1) setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan”, dan ” (2) setiap warga negara

wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.

Amandemen UUD 1945, pasal 31 berbunyi :

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya;

3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan

Undang-Undang

4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua

puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional.

5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Dalam upaya melaksanakan amanat yang tertuang dalam pasal 31

UUD 1945 tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan

Page 25: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

25

Program Wajib Belajar. Program dimulai dengan Wajib Belajar 6 Tahun yang

secara resmi dicanangkan pada tahun 1984 dan dilanjutkan dengan Program

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dimulai pada tahun 1994.

Program ini menargetkan pada tahun 2008, semua warga negara Indonesia

memiliki pendidikan minimal setara Sekolah Menengah Pertama dengan

mutu yang baik. Dengan bekal itu, diharapkan seluruh warga negara

Indonesia dapat mengembangkan dirinya lebih lanjut sehingga mampu

memilih dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang

dimiliki, sekaligus berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

Pada awal pencanangan wajib belajar tersebut, Program Wajib Belajar

6 Tahun yang dicanangkan Pemerintah pada PELITA III tersebut telah

memberikan dampak positif dan hasil yang menggembirakan, terutama pada

percepatan pemenuhan kualitas dasar manusia Indonesia. Salah satu hasil

yang paling mencolok dirasakan, bahwa Program Wajib Belajar 6 Tahun

tersebut telah mampu menghantarkan Angka Partisipasi (Murni) Sekolah.

Dalam rangka memperluas kesempatan pendidikan bagi seluruh warga negara

dan juga dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Indonesia, Pemerintah melalui PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar

menetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Orientasi dan

prioritas kebijakan tersebut, antara lain: (1) penuntasan anak usia 7-12 tahun

untuk Sekolah Dasar (SD), (2) penuntasan anak usia 13-15 tahun untuk

SLTP, dan (3) pendidikan untuk semua (educational for all).

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu

mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan

Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan Dasar yang

dimaksudkan, mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU

No. 2/1989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan

yang lebih tinggi (pendidikan menengah).

Page 26: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

26

Hal ini juga relevan dengan unsur-unsur kompetensi pendidikan dasar

yang harus dikuasai lulusan seperti yang diidentifikasi oleh The International

Development Research Center, meliputi: (1) kemampuan berkomunikasi; (2)

kemampuan dasar berhitung; (3) pengetahuan dasar tentang negara, budaya,

dan sejarah; (4) pengetahuan dan keterampilan dasar dalam bidang kesehatan,

gizi, mengurus rumah tangga, dan memperbaiki kondisi kerja; dan (5)

kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat sebagai individu

dan sebagai anggota masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai

warga negara, bersikap dan berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan

perpustakaan, buku-buku bacaan, dan siaran radio. Program wajib belajar 9

tahun yang didasari konsep “pendidikan dasar untuk semua” (universal basic

education), juga sejalan dengan Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia,

tentang Hak Anak, dan tentang Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak (Paslah,

2011).

Di samping itu, menurut May (Paslah, 2011) wajib belajar 9 tahun

juga bertujuan merangsang aspirasi pendidikan orang tua dan anak yang pada

gilirannva diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja penduduk

secara nasional. Untuk itu, target penyelenggaraan wajib belajar 9 tahun

bukan semata-mata untuk mencapai target angka partisipasi sesuai dengan

target yang ditentukan namun perhatian yang sama ditujukan juga untuk

memperbaiki kualitas pendidikan dasar dan pelaksanaan pendidikan yang

mangkus (efektif).

Dalam implementasinya, perjalanan wajib belajar di Indonesia masih

banyak mengalami kendala dan belum berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Hal itu dapat dilihat dari masih banyaknya terdapat siswa yang

putus sekolah di tingkat SD dan SMP yaitu sekitar 768.960 orang, terdiri atas

527.850 siswa SD dan 241.110 siswa SMP. Pencapaian rata-rata angka

partisipasi kasar di jenjang SMP/MTs secara nasional 2009/2010 mencapai

98,11 persen atau di atas target 95 persen. Artinya, masih ada sekitar 1,89

persen penduduk usia SMP yang tidak sekolah. Berdasarkan data

Kementerian Pendidikan Nasional, jumlah siswa SMP sederajat sekitar 12

Page 27: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

27

juta siswa. Mereka putus sekolah terutama akibat persoalan ekonomi. Selain

itu, sekitar 920.000 lulusan SD tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SMP

dengan beragam alasan. Adapun lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke

jenjang SMA sederajat lebih banyak lagi, yakni sekitar 30,1 persen atau

sekitar 1,26 juta siswa.

Pada bangsa-bangsa yang telah maju wajar telah mulai sejak lama. Di

Amerika Serikat misalnya, Wajar telah dimulai sejak tahun (De Young &

Wyhnn, dalam Bentri, dkk.2008). Wajar ini dimulai dengan Belajar di

sekolah dasar, dan terus berkembang sampai umur anak mencapai18 tahun.

Wajib Belajar ini dikenakan kepada anak pada umur-umur yang dimaksudkan

itu, dan pertanggungjawabannya diletakkan pada orang tua, termasuk

didalamnya para wali atau orang tua asuh anak yang bersangkutan (Brishen,

dalam Bentri, dkk.2008).

Agar wajib belajar 9 Tahun di Indonesia berhasil dengan baik, maka

harus menggunakan berbagai pendekatan. Menurut Paslah (2011) Strategi

pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun di Indonesia, saat in dilaksanakan dengan

menerapkan beberapa pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Budaya

Sosialisasi wajib belajar dilakukan dengan memanfaatkan budaya yang

berkembang di daerah tersebut; misalnya daerah yang masyarakatnya senang

dengan seni, maka pesan-pesan wajib belajar dapat disisipkan pada gelar seni.

Masyarakat yang sangat menghormati adat, maka tokoh adat dilibatkan dalam

pemikiran dan pelaksanaan sosialisasi Wajar 9 tahun yang bermutu. Sanksi

adat biasanya lebih disegani daripada sanksi hukum.

2. Pendekatan Sosial

Sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu perlu

memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Bila dalam masyarakat

ada tokoh yang disegani dan bisa menjadi panutan, maka tokoh ini perlu

dilibatkan dalam sosialisasi. Tokoh masyarakat ini bisa berasal dari tokoh

formal, maupun tokoh non formal. Pada masyarakat ekonomi lemah,

sosialisasi dilakukan dengan memberikan informasi tentang pelayanan

Page 28: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

28

pemerintah untuk pendidikan, misalnya BOS ataupun beasiswa. Bila anak

sibuk membantu kerja orangtua, anak tidak harus berhenti bekerja, tetapi

disampaikan jenis pendidikan alternatif yang bisa diikuti oleh anak yang

bersangkutan, misalnya SMP Terbuka atau program Paket B.

3. Pendekatan Agama

Pada daerah tertentu ada yang masyarakatnya sangat agamis dan

sangat mentaati ayat-ayat suci. Untuk daerah seperti ini peran para tokoh

agama sangat sesuai. Dengan mengutip ayat-ayat suci, maka konsep wajib

belajar lebih mudah diikuti. Untuk ini motto “belajar adalah ibadah” yang

didasarkan atas kajian yang sangat mendalam oleh para tokoh agama dapat

diangkat menjadi motto dalam sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang

bermutu.

4. Pendekatan Birokrasi

Pendekatan birokrasi ialah upaya memanfaatkan sistem pemerintahan,

baik di tingkat pusat maupun daerah. Pembentukan tim koordinasi di tingkat

pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan merupakan salah satu bentuk

pendekatan birokrasi. Birokrasi ditempuh karena dengan pendekatan ini lebih

mudah diperoleh berbagai faktor penunjang baik tenaga, sarana, maupun dana.

Namun demikian pendekatan ini akan lebih berhasil bila digabung dengan

pendekatan yang lain.

5. Pendekatan Hukum

Pendekatan hukum ialah pendekatan yang hanya digunakan untuk

daerah yang masyarakatnya memiliki kesadaran terhadap pendidikan sangat

rendah dan tingkat resistensinya tinggi. Program Wajib Belajar Sembilan

Tahun sampai saat ini masih memberlakukan konsep “universal basic

education” dan belum menerapkan konsep “compulsary education”. Artinya,

program wajib belajar baru sebatas himbauan tanpa diikuti sanksi hukum.

Namun jika diperlukan, UU Nomor 20 tahun 2003, memberi kemungkinan

kepada pemerintah untuk menerapkan konsep “compulsary education“,

sehingga berkonsekuensi adanya sanksi hukum bagi yang tidak mau

Page 29: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

29

melaksanakan tanggung jawabnya terhadap program wajib belajar, baik

pemerintah, pemerintah daerah, orangtua, maupun peserta didik

Untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul,

maka diperlukan keikutsertaan tiap warga negara Indonesia secara aktif dalam

pendidikan. Sebagaimana yang menjadi visi dalam Restra pendidikan jangka

panjang, yaitu Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif. Yang dimaksud

dengan Insan Indonesia Cerdas adalah insan yang cerdas secara komprehensif

yang meliputi :

1. Cerdas Spiritual, yang dapat diaktualisasikan melalui hati untuk

menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia

termasuk didalamnya budi pekerti yang luhur.

2. Cerdas Emosional, yang dapat diaktualisasikan melalui rasa untuk

meningkatkan sensitivitas dan apresiatif akan keindahan seni.

3. Cerdas Sosial, dapat diaktualisasikan melalui interaksi sosial untuk

membina dan memupuk hubungan timbal balik, simpatik, demokratis dan

lain-lain.

4. Cerdas Intelektual, dapat diaktualisasikan melalui olah pikir supaya

menjadi insan kreatif, berpengetahuan dan mempunyai daya imajinatif.

5. Cerdas Kinetis, dapat diaktualisasikan melalui olahraga untuk

memuwujudkan insan yang sehat, bugar dan berdaya tahan.Sedangkan

makna Kompetitif adalah : a. Berkepribadian unggul; b. Bersemangat

tinggi; c. Mandiri; d. Pantang Menyerah; e. Membangun dan membina

jejaring; f. Bersahabat dengan perubahan; g. Inovatif dan menjadi agen

perubahan; h. Produktif dan sadar mutu; i. Berorientasi global; j.

Pembelajaran sepanjang hayat.

Dalam upaya mewujudkan visinya Departemen Pendidikan Nasional

memiliki tiga pilar pembangunan pendidikan yaitu :

1. Pemerataan dan perluasan akses.

2. Peningkatan mutu dan relevansi serta daya saing keluaran pendidikan.

Page 30: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

30

3. Peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pengelolaan

pendidikan.Pendidikan yang berkualitas dapat diwujudkan jika ditopang

oleh beberapa faktor yaitu :

a. Kurikulum yang berkelanjutan.

b. Kualitas guru yang memadai.

c. Prasarana dan sarana terbangun terjaga dan berkembang terus

d. Manajemen pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel sehingga

menimbulkan pencitraan publik yang positif.

Sejak awal 1970-an pendidikan memang sudah diprioritaskan. Pada

tahun 1973 berdasarkan Inpres Nomor 10 pemerintah secara terencana

meningkatkan pembangunan sarana pendidikan dasar. Tahun 1983 dimulai

program wajib belajar 6 tahun untuk anak usia 7-12 tahun secara nasional.

Sukses yang dicapai program wajib belajar menjadi 9 tahun sejak bulan Mei

1994 yang lalu. Hal ini sesuai dengan Amanat UU Nomor 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kebijaksanaan Pendidikan Dasar 9

tahun sampai dengan tingkat SLTP/Satuan Pendidikan Sederajat adalah wajib

belajar bagi semua warga Negara. Timbulnya kebijakan tersebut karena

berbagai kondisi yang terjadi di lapangan, seperti : 1) lebih dari 80% angkatan

kerja hanya berpendidikan SD atau kurang, atau SMP tidak tamat; 2) Program

Pendidikan Wajib Belajar 9 tahun akan meningkatkan kualitas SDM dan

dapat memberi nilai tambah pula pada pertumbuhan ekonomi; 3) semakin

banyak tingkat pendidikan akan semakin besar partisipasi dan kontribusinya

di sektor-sektor yang produktif; 4) dengan peningkatan program Wajib

Belajar 6 tahun ke wajib belajar 9 tahun akan meningkatkan kematangan dan

keterampilan siswa; 5) peningkatan wajib belajar 9 akan meningkatkan umur

kerja minimum dari 10 sampai 15 tahun(Syarif, 1994).

Gerakan Wajar mendapat pijakan yang lebih kuat lagi pada UU

No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penekanan yang lebih

dirasakan tampak pada tanggungjawab pembiayaan Wajib Belajar itu sendiri

dan peyelenggaraanya, yaitu pemerintah pusat dan daerah. Mudah-mudahan

Page 31: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

31

peningkatan Wajar ini dapat mengejar ketertinggalan pelaksanaan Wajar dari

bangsa yang telah maju.

B. Tujuan Wajib Belajar

Program Wajib belajar 9 tahun didasari konsep “Pendidikan dasar

untu semua” (universal basic education), yang pada hakekatnya berarti

penyediaan akses yang sama untuk semua anak. Hal ini sesuai dengan kaidah-

kaidah yang tercantum dalam Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia,

tentang Hak anak, dan tentang Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak

(Prayitno, 2000). Melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun

diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

dasar yang perlu dimiliki semua warga Negara sebagai bekal untuk dapat

hidup dengan layak di masyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan sekolah

maupun luar sekolah. Dengan Wajib belajar, mereka akan dapat menjalani

hidup dan menghadapi kehidupan dalam masyarakat. Di samping itu, menurut

May (dalam Bentri, dkk. 2008) adalah merangsang aspirasi pendidikan orang

tua dan anak yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan produktivitas

kerja penduduk secara nasional. Untuk itu, target penyelenggaraan wajib

belajar 9 tahun bukan semata-mata untuk mencapai target angka partisipasi

secara maksimal, namun perhatian yang sama ditujukan juga untuk

memperbaiki kualitas pendidikan dasar yang sekarang ini masih jauh dari

standar nasional.

Agar sasaran tersebut terwujud secara optimal perlu diupayakan

adanya kesinambungan penyelenggaraan pendidikan SD/MI dan SMP/MTs

serta satuan pendidikan sederajat berkenaan dengan berbagai komponen

pendidikan yang mendukung.

C. Pelaksanaan Wajib Belajar Sembilan Tahun

Menurut Bentri, dkk. (2008) pelaksanaan program wajib belajar 9

tahun di Indonesia memiliki empat ciri utama, yaitu: 1) dilakukan tidak

melalui paksaan tetapi bersifat himbauan, 2) tidak memiliki sanksi hokum

Page 32: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

32

tetapi menekankan tanggung jawab moral dari orang tua untuk

menyekolahkan anaknya, 3) tidak memiliki undang-undang khusus dalam

implementasi program, 4) keberhasilan dan kegagalan program diukur dari

peningkatan partisipasi bersekolah anak usia 6-15 tahun. Menurut Ibrahim

(dalam Bentri dkk, 2008) pelaksanaan wajib belajar 9 tahun dilakukan

melalui jalur sekolah maupun luar sekolah. Melalui jalur sekolah meliputi

program 6 tahun di SD dan program 3 tahun di SLTP. Untuk tingkat SD

diberlakukan pada SD regular, SD kecil, SD Pamong, SD terpadu, MI,

Pondok Pesantren, SDLT, dan Kelompok Belajar Paket A. Sedangkan untuk

tingkatan SLTP dilaksanakan SLTP Regular, SLTP Kecil, SLTP Terbuka dan

SLTP-LB dan Kelompok Belajar Paket B.

Tahun 2000 adalah mulai diberlakukannya Otonomi Daerah di

Indonesia. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam

mengelola pemerintahan di daerah, termasuk pengelolaan pendidikan (PP No.

25 Tahun 2000). Dengan Kebijakan Otonomi Daerah ini terbuka kesempatan

bagi para ahli, praktisi, dan pengamat pendidikan untuk bersama-sama

memberdayakan pendidikan secara menyeluruh, termasuk wajib belajar 9

tahun. Otonomi pendidikan merupakan salah satu kesempatan yang sangat

baik bagi daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah masing-

masing yang merupakan tolak ukur kualitas sumber daya manusia. Ada

keberagaman daerah dalam menyikapi diberlakukannya otonomi pendidikan.

Di satu pihak ada daerah yang optimis, dan di pihak lain ada yang pesimis.

Daerah yang merasa pesimis disebabkan oleh realitas kondisi daerahnya,

khususnya kemampuan masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan

yang berbeda-beda (Suyanto dalam Bentri dkk. 2008).

Diyakini atau tidak, pendidikan dasar 9 tahun merupakan wahana yang

paling efektif untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dan peningkatan

mutu sumber daya manusia di Indonesia pada umumnya. Bagaimanapun berat

dan sulitnya permasalahan yang ada pada awalnya, dengan adanya kebijakan

desentralisasi penyelenggaraan pendidikan akan dapat dikelola dengan lebih

murah dan lebih cepat. Desentralisasi pendidikan dapat mengembangkan

Page 33: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

33

kreativitas siswa, guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Untuk itu perlu

diberlakukan manajemen berbasis sekolah (school based management)

dengan tujuan agar sekolah dapat mengelola proses belajar mengajar dengan

lebih baik sehingga dapat meningkatkan pembelajaran siswa. Artinya,

manajemen berbasis sekolah harus mampu melaksanakan perbaikan proses

belajar mengajar di kelas (classroom change) agar membuahkan pengalaman

yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa (Zais dalam

Bentri, dkk. 2008).

D. Penyelenggara Wajib Belajar 9 Tahun

Dalam pasal 3 Bab III Peraturan Pemerintah RI No. 47 Tahun 2008

tentang Wajib belajar, pasal 3 menjelaskan bahwa:

1. Diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan

pendidikan informal.

2. Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal dilaksanakan minimal

pada jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD, MI, SMP, MTs, dan

bentuk lain yang sederajat.

3. Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur pendidikan nonformal

dilaksanakan melalui program Paket A, program Paket B, dan bentuk lain

yang sederajat.

4. Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur pendidikan informal

dilaksanakan melalui pendidikan keluarga dan/atau pendidikan

lingkungan.

5. Ketentuan mengenai penyetaraan pendidikan nonformal dan pengakuan

hasil pendidikan informal penyelenggara program wajib belajar terhadap

pendidikan dasar jalur formal diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

Selanjutnya pasal 4 menjelaskan bahwa Program wajib belajar

diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah sesuai

kewenangannya, atau masyarakat.

Page 34: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

34

E. Program BOS dan Program Wajib Dikdas 9 Tahun Yang bermutu

Dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun yang bermutu,

banyak program yang telah, sedang, dan akan dilakukan. Program-program

tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu pemerataan dan perluasan

akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing dan tata kelola,

akuntabilitas dan pencitreaan publik. Salah satu program yang diharapkan

berperan besar terhadap percepatan penuntasan wajar 9 tahun yang bermutu

adalah program BOS, meskipun tujuan utama program BOS adalah untuk

pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program

untuk penimngkatan mutu, relevansi dan daya saing serta untuk tata kelola,

akuntabilitan dan penitraan publik.

Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan perepatan wajib

belajar 9 tahun, maka setiap pelaksana program pendidikan harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. BOS harus menjadi sarana penting untuk memperepoat penuntasan wajar 9

dikdas 9 tahun

2. Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus ekolah karena tidka

mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh

sekolah/madrasah/ponpes.

3. Anak lulusan sekolah setingkat SD, harus diupayakan kelangsungan

pendidikannnya ke sekolah setingkat SMP. Tidak boleh ada tamatan

SD/MI/setara tidak dapat melanjutkan ke SMP/MTs/SMP LB dengan

alasan mahalnya biayamasuk sekolah

4. Kepala sekolah /madrasah/ponpes menari dan mengajak siswa

SD/MI/SDLB yang akan lulus dan berpotyensi tidak melanjutkan sekolah

untuk ditampung di SMP/MTs/SMPLB. Demikian juga bila terindikasi

anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali

ke bangku sekolah.

Page 35: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

35

F. Program BOS dan Manajemen Sekolah (MBS)

Dalam program BOS, dana diterima oleh sekolah secara utuh, dan

dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan

Komite Sekolah tanpa intervensi dari pihak lain. Dengan demikian program

BOS sangat mendukung implementasi penerapan MBS, yang secara umum

bertujuan untuk memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang

(otonom), pemberian fkelsibilitas yang lebih besar, untuk mengelola sumber

daya sekolah, dan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Melalui program BOS, warga sekolah diharapkan dapat

lebihmengembangkan sekolah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan

sekolah dalamrangka meningkatkan akses, mutu dan manajemen sekolah

2. Bagi siswa tidak mampuharus dibebaskan dari segala pungutan/gratis.

Namun demikian masyarakat dan orang tua siswa yang mampu diharapkan

tetap berpartisipasi dalam pengembangan sekolah

3. Sekolah dapat melaksanakan semua kegiatan tanpa lebih profesional,

transparan, mandiri, kerjasma dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 36: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

36

BAB V

IMPLEMENTSI PENGGUNAAN DANA BOS

DI KALIMANTAN SELATAN

A. Persentase Penggunaan Dana Bos untuk Setiap Bidang

Sebagaimana buku petunjuk penggunaan dana BOS, bahwa dana BOS bisa

digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: Administrasi penerimaan siswa baru,

pembelian buku referensi, pembelian buku tesk pelajaran untuk perpustakaan,

membiayai kegiatan remedial, pengayaan dan ekstra kurikuler, membiayai

ulanagan/ujian dan laporan hasil belajar siswa, beli bahan habis pakai, membayar

langgaran daya dan jasa, biaya perawatan sekolah, membayar honorarium guru

honor dana tenaga kependidikan honorer, biaya pengembangan profesi guru,

bantuan biaya transport bagi siswa miskin, biaya administrasi pengelolaan BOS,

pembelian komputer untuk pembelajaran siswa dan lainnya (konsumsi rapat dll).

Terhadap ketentuan tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan dana sudah mengacu kepada ketentuan sebagaimana tersebut, dcngan

persentase penggunaan untuk masing-masing bidang sebagaimana terlihat pada

tabel berikut:

1. Penggunaan BOS untuk Administrasi penerimaan siswa baru

Setiap tahun sekolah tentunya melaksanakan penerimaan siswa baru.

Gamabaran Penggunaan dana BOS untuk bidang administrasi penerimaan

siswa baru dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 1

Persentase penggunaan dana BOS untuk penerimaan Siswa Baru

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 39 87

2 5 - 10% 6 13

3 11 - 15% 0 -

4 16 - 20% 0 -

5 21 - 25% 0 -

6 > 25 0 -

Page 37: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

37

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hampir 90 % responden

mengatakan bahwa penggunaan dana BOS untuk administrasi penerimaan

siswa baru kurang dari 5 %.

2. Pembelian buku referensi

Walaupun ada dana BOS khusus untuk buku, namun dana BOS umum

ini juga diperbolehkan untuk membeli buku-buku reefensi di sekolah.

Persentase penggunaan dana BOS untuk bidang ini dapat terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 2

Persentase penggunaan dana BOS untuk pembelian buku referensi

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 28 63

2 5 - 10% 10 22

3 11 - 15% 1 2

4 16 - 20% 2 4

5 21 - 25% 1 2

6 > 25 3 7

Jumlah 45 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa lebih dari 50% responden

mengatakan kurang dari 5% penggunaan dana BOS untuk pembelian buku

referensi. Hal ini diduga karena sekolah juga mendapatkan BOS untuk buku.

3. Pembelian Buku Teks untuk Perpustakaan

Selain untuk pembelian buku referensi, dana BOS juga bisa digunakan

untuk pembelian buku Teks perpustakaan. Persentase penggunaan dana BOS

terhadap bidang ini dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Persentase penggunaan dana BOS untuk Pembelian Buku Teks Perpustakaan

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 21 47

Page 38: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

38

2 5 - 10% 18 40

3 11 - 15% 3 7

4 16 - 20% 2 4

5 21 - 25% 1 2

6 > 25 0 -

Jumlah 45 100

Tidak jauh berbeda dengan penggunaan untuk buku referensi,

persentase penggunaan untuk buku teks perpustakaan juga hampir 50%

responden menjawab kurang dari 5%.

4. Membiayai kegiatan Remedial, Pengayaan dan Ekstra Kurikuler

Dari dana BOS sekolah juga bisa mengalokasikan dana untuk kegiatan

remedial, pengayaan ataupun kegiatan ekstra kurikuler. Terhadap bidang ini,

tampaknya responden memberikan jawaban yang bervariasi, sebagaimana

tabel berikut:

Tabel 4

Persentase penggunaan dana BOS untuk Remedial, Pengayaan dan

Ekstra Kurikuler

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 14 31

2 5 - 10% 17 38

3 11 - 15% 7 16

4 16 - 20% 5 11

5 21 - 25% 2 4

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

Tabel di atas memperlihatkan bahwa persentase penggunaan dana

BOS untuk kegiatan remedial, pengayaan dan kegiatan ektra kurikuler

berkisar antara 5 sampai 10%.

5. Membiayai Ulangan/Ujian dan Laporan Hasil Belajar

Setiap ada ulangan/ujian tentu memerlukan biaya, khususnya untuk

pembuatan soal-soal ulangan atau ujian. Begitu pula untuk pembuatan

Page 39: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

39

laporan hasil belajar siswa. Persentase penggunaan dana BOS untuk bidang

ini dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Persentase penggunaan dana BOS untuk Ulangan/Ujian dan Laporan Hasil

Belajar Siswa

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 11 24

2 5 - 10% 21 47

3 11 - 15% 9 20

4 16 - 20% 4 9

5 21 - 25% 0 0

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

Tabel di atas menggambarkan bahwa persentase penggunaan dan BOS

untuk ulangan/ujian dan laporan hasil belajar siswa sebagian besar responden

mengatakan antara 5 sampai 10%.

6. Beli Bahan Habis Pakai

Bidang lain yang juga bisa dianggarkan dari dana BOS adalah

pembelian bahan habis pakai, seperti bahan ATK. Terhadap bidang ini

persentase penggunaan dana BOS dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 6

Persentase penggunaan dana BOS untuk Bahan t{abis Pakai

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 12 27

2 5 - 10% 18 40

3 11 - 15% 7 15

4 16 - 20% 4 9

5 21 - 25% 3 7

6 > 25 1 2

Jumlah 45 100

Page 40: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

40

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase

penggunaan dana BOS untuk bahan habis pakai sebagaian besar responden

mengatakan sampai dengan 10%, namun demikian ternyata ada juga sekolah

yang mengalokasikan dana BOS lebih dari 20%.

7. Membayar langganan daya dan jasa

Bagi sekolah yang mempunyai aliran listrik, telepon dan PDAM

tentunya memerlukan alokasi dana untuk pembayaran iuran setiap bulan.

Persentase penggunaan dana BOS terhadap bidang ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 7

Persentase penggunaan dana BOS untuk Membayar Langganan Daya dan Jasa

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 40 89

2 5 - 10% 5 11

3 11 - 15% 0 -

4 16 - 20% 0 -

5 21 - 25% 0 -

6 > 25 0 -

Jumlah 45 100

Tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas responden

mengatakan bahwa untuk pembayaran langganan daya dan jasa mereka hanya

menganggarkan dana kurang dari 5 %.

8. Biaya Perawatan Sekolah

Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan biaya perawatan sekolah

adalah perawatan yang sifatnya ringan seperti pengecatan sekolah, perbaikan

pintu dan jendela sekolah. Persentase penggunaan dana BOS untuk bidang ini

dapat terlihat pada tabel berikut:

Page 41: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

41

Tabel 8

Persentase penggunaan dana BOS untuk Biaya Perawatan Sekolah

No Persentase

Penggunaan

Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 11 25

2 5 - 10% 27 60

3 11 - 15% 5 11

4 16 - 20% 1 2

5 21 - 25% 1 2

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

9. Membayar Honorarium Guru Honor dan tenaga kependidikan Honorer

Hampir semua sekolah yang diteliti mengatakan kekurangan guru,

khususnya sekolah yang berada di daerah atau sekolah yang berstatus swasta.

Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, sekolah mencari guru honor.

Sebagai konsekuensinya, mereka harus mengalokasikan dana untuk

membayar gaji guru yang berstatus honor tersebut. Persentase penggunaan

dana BOS untuk pembayaran honorarium guru honor dan tenaga

kependidikan honorer dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Persentase penggunaan dana BOS untuk Honorarium Guru dan tenaga

Kependidikan Honorer

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 6 14

2 5 - 10% 8 18

3 11 - 15% 15 33

4 16 - 20% 6 13

5 21 - 25% 10 22

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikctahui bahwa persentase

penggunaan dana BOS untuk membayar honor guru ternyata cukup besar.

Lebih dari 50% mengatakan di atas 10%.

Page 42: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

42

10. Biaya pengembangan Profesi Guru

Untuk meningkatkan kompetensinya, guru-guru tentunya perlu perlu

melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan profesinya baik di sekolah

maupun di luar sekolah. Salah satunya adalah mengikuti kegiatan MGMP.

Persentase penggunaan dana BOS untuk bidang ini dapat terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 10

Persentase penggunaan dana BOS untuk Pengembangan Profesi Guru

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 14 31

2 5 - 10% 17 38

3 11 - 15% 8 18

4 16 - 20% 4 9

5 21 - 25% 1 2

6 > 25 1 2

Jumlah 45 100

Tabel di atas memperlihatkan bahwa persentase penggunaan dana untuk

pengembangan profesi guru di setiap sekolah sebagian besar menganggarkan dana

antara 5 sampai dengan 10 %. Namun cukup banyak juga sekolah yang

menganggarkan dana di atas 10 % (27%).

11. Bantuan Biaya Transport bagi Siswa Miskin

Di setiap sekolah tidak menutup kemungkinan terdapat siswa miskin,

terlebih sekolah yang berada di daerali pinggiran. Terhadap siswa miskin, bukan

suja dibebaskan dari seluruh iuran sekolah, tetapi juga dibantu agar mereka jangan

sampai putus sekolah misalnya dengan pemberian uang transport. Persentase

penggunaan dana untuk bidang ini dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 11

Persentase penggunaan dana BOS untuk Biaya Transport bagi Siswa Miskin

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 37 82

2 5 - 10% 8 18

Page 43: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

43

3 11 - 15% 0 0

4 16 - 20% 0 0

5 21 - 25% 0 0

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar sekolah hanya

menganggarkan dana kurang dari 5% untuk memberi transport bagi siswa miskin.

12. Biaya Administrasi pengelolaan BOS

Pengelolaan dana BOS tentu saja harus dipertanggungjawabkan. Sebagai

bukti pertanggungjawaban, maka pihak pengelola dana BOS harus membuat

administrasinya. Keperluan dana untuk administrasi pengelolaan BOS juga bisa

dialokasikan dari dana BOS.

Tabel 12

Persentase penggunaan dana BOS untuk Biaya Administrasi Pengelolaan BOS

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 38 84

2 5 - 10% 7 16

3 11 - 15% 0 0

4 16 - 20% 0 0

5 21 - 25% 0 0

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas respondcn

(84%) mengatakan kurang dari 5% mengalokasikan dana BOS untuk biaya

administrasi pengelolaan BOS.

13. Pembelian Komputer untuk Pembelajaran Siswa

Dengan kemajuan teknologi saat ini, para siswa juga dituntut agar

jangan sampai ketinggala atau buta dengan teknologi. Salah satu bidang

Page 44: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

44

teknologi saat ini yang harus dikenalkan kepada siswa adalah bidang

komputer. Agar di sekolah siswa bisa untuk belajar komputer, maka sekolah

harus menyediakannya.

Tabel 13

Persentase penggunaan dana BOS untuk Pembelian Komputer Siswa

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

1 < 5% 30 67

2 5 - 10% 5 11

3 11 - 15% 5 11

4 16 - 20% 1 2

5 21 – 25% 2 4

6 > 25 2 4

Jumlah 45 100

Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (67%)

mengatakan bahwa persentase penggunaan dana BOS untuk pembelian

komputer siswa hanya di bawah 5%. Itu menggambarkan bahwa penggunaan

komputer untuk pembelajaran siswa masih minim. Hal ini diduga karena

keterbatasan keterampilan yang dimiliki oleh guru-guru di masing-masing

sekolah dalam bidang kompter.

14. Lainnya

Selain bidang-bidang tersebut di atas, bidang lainnya yang bisa

memanfaatkan dana BOS adalah konsumsi para guru, pembelian seragam

bagi siswa miskin dll. Persentase penggunaan dana BOS untuk bidang ini

dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 14

Persentase penggunaan dana BOS untuk Bidang Lainnya

No Persentase Penggunaan Jumlah Sekolah Persentase

Page 45: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

45

1 < 5% 22 54

2 5 - 10% 9 20

3 11 - 15% 9 20

4 16 - 20% 2 4

5 21 - 25% 1 2

6 > 25 0 0

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa penggunaan dana BOS untuk

bidang lainnya, sebagian besar responden (54%) menjawab kurang dari 5%.

15. Pengalokasian dana BOS untuk Siswa Miskin

Sebagaimana diketahui bahwa dana BOS bertujuan untuk

meringankan beban orang tua dalam pendidikan, terlebih bagi orang yang

tidak mampu. Jika di sekolah terdapat siswa miskin, maka pihak sekolah bisa

mengalokasikan dana BOS untuk membantu siswa yang miskin tersebut.

Tabel 15

Pengalokasian dana BOS untuk Siswa Miskin

No Alternatif jawaban Jumlah Persentase

1 Selalu 78 52

2 Kadang-kadang 61 41

3 Tidak pernah 8 5

4 tidak member ikan jawaban 3 2

Jumlah 150 100

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden

mengatakan selalu dan kadang-kadang saja mengalokasikan dana BOS

bagi siswa miskin, dan sebagian kecil mengalakan tidak pernah

mengalokasikan dana BOS tersebut untuk siswa miskin. Bagi sekolah

yang tidak pernah, hal itu diduga kesulitan bagi pihak sekolah untuk

Page 46: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

46

menentukan kriteria siswa miskin di sekolah tersebut. Karena menurut

responden, buku petunjuk BOS tidak begitu jelas memberikan kriteria

penentuan siswa miskin tersebut.

B. Transparansi Penggunaan Dana BOS

1. Bagi Orang Tua Siswa

e. Pengetahuan Orang Tua tentang dana BOS

Dana BOS sudah diluncurkan oleh pemerintah sejak tahun 2005.

Pengetahuan orang tua tentang adanya dana BOS terlihat sudah

cukup baik, sebagaimana dapat terlihat pada jawaban responden

pada tabel berikut:

Tabel 16

Pengetahuan Orang Tua Siswa tentang Dana BOS

No Alternatif jawaban Jumlah Persentase

1 Sangat mengetahui 106 71

2 Kurang mengetahui 40 27

3 Tidak mengetahui 4 2

Jumlah 150 100

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa sebagian besar

orang tua sudah mengetahui akan adanya dana BOS. Pengetahuan

tentang dana BOS tersebut diperoleh dari berbagai sumber

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 17

Sumber Informasi tentang dana BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Sekolah 77 51

Page 47: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

47

2 Televisi 52 35

3 Koran/majalah 10 7

4 Masyarakat 11 7

Jumlah 150 100

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa sebagian besar

orang tua menyatakan bahwa mereka mengetahui dana BOS dari

sekolah dan televisi. Arlinya bahwa pihak sekolah sudah

mensosialisasikan tentang dana BOS terhadap orang tua siswa. Di

samping itu pula, masyarakat sudah menggunakan media masa

untuk memahami kebijakan pemerintah yang sedang berjalan.

Dengan adanya dana BOS, maka semua siswa miskin di sekolah

harus dibebaskan dari segala iuran sekolah. Terhadap ketentuan ini,

sebagian besar orang tua sudah mengetahuinya.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah tentu saja tidak bisa

hanya menyandarkan pada dana BOS. Pemahaman orang tua akan

hal ini tampaknya sudah cukup bagus sebagaimana terlihat pada

tabel berikut:

Tabel 18

Pendapat orang Tua tentang Kecukupan Dana BOS untuk

Penyelenggaraan Pendidikan di sekolah

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Sangat mcncukupi 29 19

2 Kurang mencukupi 95 63

3 Tidak mencukupi 23 16

4 tidak memberikan jawaban 3 2

Jumlah 150 100

Tabel tersebut menggambarkan bahwa 63 % responden

menjawab bahwa dana BOS belum cukup untuk membiayai

penyelenggaraan pendidikn di sekolah. Oleh karena itu bagi

masyarakat yang mampu tetap harus memberikan partisipasinya

terhadap sekolah. Namun demikian, walaupun sebagian besar

responden menyatakan dana BOS belum cukup untuk membiayai

Page 48: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

48

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tetapi anggapan

masyarakat dengan adanya dana BOS sekolah gratis tampaknya

cukup berpengaruh. Artinya masyarakat menganggap tidak perlu

lagi adanya iuran partisipasi orang tua terhadap pendidikan di

sekolah tanpa melihat apakah mereka tergolong kaya atau miskin.

Adanya pemahaman orang tua yang menganggap dengan dana

BOS masyarakat tidak perlu lagi memberikan partisipasi terhadap

penyelenggaraan pendidiakn di sekolah diduga dipengaruhi oleh

iklan layananan di televisi tentang dana BOS dan sekolah gratis.

Iklan layananan ini juga yang akhirnya memunculkan pemahaman

orang tua yang menganggap bahwa dengan adanya dana BOS,

maka tidak perlu lagi adanya partisipasi orang tua terhadap sekolah

(71 %). Sedangkan yang menganggap tetap perlu partisipasi orang

tua adalah 38 orang responden (25 %), selebihnya (4%) tidak

memberikan jawaban.

f. Keterlibatan orang tua dalam penggunaan dana BOS

Dalam penggunaan atau pemanfaatan dana BOS, pihak

sekolah selaku pengelola BOS perlu memusyawarahkannya dengan

mengundang orang tua siswa. Terhadap ketentuan ini ternyata tidak

semua sekolah melaksanakannya, sebagaimana terlihat pada tabel

berikut :

Tabel 19

Undangan terhadap orang Tua tentang rencana Pengggunaan dana

BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Selalu 64 43

2 Kadang-kadang 45 30

3 Tidak pernah 41 27

4 tidak memberikan jawaban 0 0

Page 49: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

49

Jumlah 150 100

Dari tabel di atas tampak bahwa hanya 43 % responden yang

menyatakan diundang oleh pihak sekolah dalam rencana

pemanpaatan dana BOS. Begitu pula dengan penggunaan dana

BOS, ternyata sekolah tidak selalu memberitahukannya kepada

orang tua siswa ( 24 %) . Sedangkan yang selalu melaksanakannya

dijawab oleh 60 orang responden ( 40 %) responden, dan 36 %

responden menjawab hanya kadang-kadang.

Hal ini memberikan gambaran bahwa bahwa transparansi

pengelolaan dana BOS kepada masyarakat masih cukup rendah.

Namun demikian, walaupun transparansi penggunaan dana BOS

masih rendah, tetapi kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan

BOS cukup tinggi. Hal ini berdasarkan pendapat masyarakal

tcntang kelepatan penggunaan dana BOS scbagaimana terlihat pada

tabel berikut :

Tabel 20

Pendapat Masyarakat tentang Ketepatan Pengggunaan dana BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Sangat tepat 104 69

2 Kurang tepat 38 25

3 Tidak tepat 7 5

4 tidak memberikan jawaban 1 1

Jumlah 150 100

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa sebagian besar

masyarakat menyatakan penggunaan dana BOS sudah tepat

Page 50: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

50

sasaran. Di samping itu pula, sebagian besar responden (82 %)

menganggap bahwa dana BOS mempunyai pengaruh terhadap

peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

2. Transparansi Dana BOS Bagi Guru-Guru

Selain masyarakat, penggunaan dana BOS juga harus

dimusyawarahkan dengan guru-guru di masing-masing sekolah.

Pelibatan para guru dalam percncanaan penggunaan dana BOS dapat

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 21

Pelibatan para Guru dalam Perencanaan Pengggunaan dana BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Selalu 114 76

2 Kadang-kadang 27 18

3 Tidak pernah 9 6

4 tidak memberikan jawaban 0 0

Jumlah 150 100

Dari tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa untuk

perencanaan penggunaan dana BOS mayoritas para guru mengatakan

selalu dilibatkan. Hanya sedikit responden yang mengatakan tidak

pernah dilibatkan. Selain harus melibatkan para guru dalam

perencanaan, dalam penggunaannya juga harus melibatkan para guru

di sekolah. Dengan kata lain tidak hanya ditentukan oleh kepala

sekolah dan pengelola BOS saja. Terhadap ketentuan ini jawaban

responden dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 22

Pelibatan para Guru dalam Pengggunaan dana BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

Page 51: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

51

1 Selalu 93 62

2 Kadang-kadang 53 35

3 Tidak pernah 4 3

4 tidak memberikan jawaban 0 0

Jumlah 150 100

Tidak jauh berbeda dengan pelibatan para guru dalam

perencaanaan penggunaan dana BOS, dalam penggunaannya sebagian

besar para guru mcngatakan bahwa pihak sekolah juga

memusyawarahkannya dengan para guru. Dari temuan ini dapat

disimpulakn bahwa transparansi penggunaan dana BOS bagi guru-guru

sudah cukup baik sesuai dengan yang diharapkan.

Selain itu, mayoritas para guru (90%) juga mengatakan bahwa

penggunaan dana BOS selalu mengacu pada RAPBS yang telah dibuat.

Karena penggunaannya selalu mengacu kepada RAPBS yang telah

dibuat, maka tentu saja penggunaannya juga sudah tepat sasaran. Hal

ini juga dikatakan oleh mayoritas para guru yang menjadi responden

(90%).

C. Pengaruh Dana BOS terhadap Beban Orang Tua dalam Pendidikan

Salah satu tujuan yang sangat penting dalam pemberian dana BOS

adalah untuk meringankan beban orang tua siswa dalam pendidikan.

Terhadap hal ini jawaban responden dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 23

Pendapat Masyarakat tentang Pengaruh dana BOS terhadap Beban Orang Tua

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

Page 52: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

52

1 Terbebas dari segala iuran sekolah 107 71

2 Meringankan beban orang tua 39 26

3 Tidak memberikan pengaruh apapun 3 2

4 tidak memberikan jawaban 1 1

Jumlah 150 100

Secara umum pengaruh yang dirasakan oleh orang tua dengan adanya

dana BOS adalah terbebasnya mereka dari berbagai iuran di sekolah. Hal ini

mengindikasikan bahwa sekolah memang tidak melakukan berbagai pungutan

lagi, sebagaiamana terlihat pada tabel berikut

Tabel 24

Jawaban Orang Tua terhadap Iuran di Sekolah Setelah ada dana BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Selalu 38 25

2 Kadang-kadang 6 4

3 Tidak pernah 106 71

4 tidak memberikan jawaban 0 0

Jumlah 150 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 71% responden

mengatakan tidak ada iuran lagi di sekolah setelah ada dana BOS. Namun

demikian, masih ada sebagian orang tua yang mengatakan bahwa iuran

sekolah tetap ada, namun tidak sebesar sebelum ada dana BOS (25%).

Bagaimanapun jika ingin pembelajaran berkualitas tentunya tetap

memerlukan partisipasi orang tua. Hal ini tampaknya juga sudah dipahami

oleh sebagian orang tua.

Tabel 25

Pendapat Orung Tua tenlang iurun partisipusi setelah ada dana BOS

No

Alternatif jawaban

Jumlah

Persentase

1 Tetap perlu 59 39

2 Kadang-kadang saja 34 23

3 Tidak perlu lagi 57 38

4 tidak memberikan jawaban 0 100

Page 53: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

53

Jumlah 150 100

Pendapat orang tua tentang iuran partisipasi terhadap sekolah

hampir seimbang antara yang mengatakan tetap perlu dan yang

mengatakan tidak perlu lagi. Bagi orang tua yang mengatakan tetap perlu

berarti memberikan indikasi bahwa mereka menyadari akan pentingnya

partisipasi orang tua terhadap pendidikan. Dana BOS sebenarnya tidak

bisa membiayai penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan.

Sedangkan bagi responden yang menjawab tidak perlu lagi

mengindikasikan masih belum dipahaminya bahwa pendidikan bukan

hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab

orang tua dan masyarakat. Sebagai bukti turut sertanya orang tua atau

masyarakat dalam pendidikan adalah pembayaran iuran partisipasi,

khususnya bagi yang mampu.

Page 54: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

54

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan dana BOS di Kalimantan Selatan sudah mengacu pada

ketentuan sebagaimana mestinya yaitu untuk hal-hal sebagai berikut:

Administrasi penerimaan siswa baru, pembelian buku referensi, pembelian

buku tesk pelajaran untuk perpustakaan, membiayai kegiatan remedial,

pengayaan dan ekstra kurikuler, membiayai ulanagan/ujian dan laporan hasil

belajar siswa, beli bahan habis pakai, membayar langgaran daya dan jasa,

biaya perawatan sekolah, membayar honorarium guru honor dana tenaga

kependidikan honorer, biaya pengembangan profesi guru, bantuan biaya

transport bagi siswa miskin, biaya administrasi pengelolaan BOS, pembelian

komputer untuk pembelajaran siswa dan lainnya (konsumsi rapat dll).

Dana BOS bertujuan untuk meringankan beban orang tua dalam

pendidikan, terlebih bagi orang yang tidak mampu. Jika di sekolah terdapat

siswa miskin, maka pihak sekolah bisa mengalokasikan dana BOS untuk

membantu siswa yang miskin tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden mengatakan selalu dan kadang-kadang saja

mengalokasikan dana BOS bagi siswa miskin, dan sebagian kecil mengalakan

tidak pernah mengalokasikan dana BOS tersebut untuk siswa miskin. Bagi

sekolah yang tidak pernah, hal itu diduga kesulitan bagi pihak sekolah untuk

menentukan kriteria siswa miskin di sekolah tersebut. Karena menurut

responden, buku petunjuk BOS tidak begitu jelas memberikan kriteria

penentuan siswa miskin tersebut.

Transparansi penggunaan dana BOS sebagian besar menyatakan

sudah transparan baik bagi orang tua siswa maupun bagi guru- guru.

Secara umum pengaruh yang dirasakan oleh orang tua dengan adanya

dana BOS adalah terbebasnya mereka dari berbagai iuran di sekolah. Hal ini

Page 55: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

55

mengindikasikan bahwa sekolah memang tidak melakukan berbagai pungutan

lagi.

Pendapat orang tua tentang masih perlunya iuran partisipasi terhadap

sekolah hampir seimbang antara yang mengatakan tetap perlu dan yang

mengatakan tidak perlu. Bagi orang tua yang mengatakan tetap perlu berarti

memberikan indikasi bahwa mereka menyadari akan pentingnya partisipasi

orang tua terhadap pendidikan. Dana BOS sebenarnya tidak bisa membiayai

penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan bagi responden

yang menjawab tidak perlu lagi mengindikasikan masih belum dipahaminya

bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga

merupakan tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Sebagai bukti turut

sertanya orang tua atau masyarakat dalam pendidikan adalah pembayaran

iuran partisipasi, khususnya bagi yang mampu

B. Saran

Dari penelitian ini selanjutnya disarankan hendaknya sekolah selalu

mengumumunkan daftar komponen yg boleh dan yg tidak boleh dibiayai oleh

dana bos serta penggunaan dana bos di sekolah menurut komponen dan besar

dananya di papan pengumuman sekolah/ madrasah.

Untuk penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, dana BOS

sebenarnya belum bisa melaksanakan pendidikan yang gratis untuk seluruh

siswa. Untuk itu kepada pihak pemerintah daerah hendaknya menganggarkan

adanya dana pendamping yaitu BOS Daerah.

Page 56: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

56

DAFTAR PUSTAKA

Abas, Irawati. 2007. Keadilan Pendidikan di Indonesia. Artikel (Online)

(http//insideindonesia.org), diakses 6 April 2010

Abdul Wahab, Solichin. 1997. Pengantar Analisis Kebijakan Negara. Renneka

Cipta, Jakarta

-----------------------------. 1997. Analisis kebijakan dari Formulasi ke

Implementasi Kebijakan negara. Edisi kedua. Bumi Aksara, Jakarta,

Christie Taroreh, Eclesia. 2008. Realisasi Penyaluran Dana Bantuan

Operasional Sekolah di Kota Tomohon, artikel (Online), ( http : //

igilib.ipdn.ac. id), diakses Pebruari 2010.

Depdiknas Departemen Agama. 2007. Buku Panduan Bantuan Operasional

Sekolah dalam Rangka wajib Belajar 9 tahun, Depdiknas Depag ,

Jakarta.

Depdiknas Departemen Agama. 2007. Buku Petunjuk Teknis Monitoring dan

Evaluasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Rangka wajib

Belajar 9 tahun, Depdiknas Depag , Jakarta

Hadi Purnomo, Sucipto. 2005. BOS, Pendidikan Gratis Rakyat Apatis. Suara

Merdeka, Senin, 10 Oktober 2005. (Online) (http : //

www.&suaramerdeka.com), diakses 26 Agustus 2010

Islamy, M.Irfan. 1997. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan negara. Bumi

Aksara, Jakarta

Page 57: IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH …eprints.ulm.ac.id/89/1/1 IMPLEMENTASI BANTUAN OPERASIONAL SEK… · 1 implementasi bantuan operasional sekolah (bos) dalam penyelenggaraan

57

-------------------. 2000. Kebijakan Publik dan kepentingan Daerah,. Makalah

dipresentasikan pada Diklat Pendalaman Bidang Tugas Anggota DPRD

Kota Kediri tanggal 22 Pebruari 2000.

Paslah, Asrono. 2011. Pencapaian Program Wajb Belajar 9 Tahun. Artikel ,

Online (http://yusufsupendi.multiply.com), diakses April 2011

Rahardjo, Satoto.2008. Dana BOS Turunkan Angka Putus Sekolah, Artikel

(Online), ( http:// imadebtg – sdsmp.b.logspot.com) diakses 2 April 2010.

Syarif, Hidayat. 1994. Wajib Belajar dan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

dan Pemerataan Pendidikan dalam Upaya Memajukan Desa

Tertinggal. Makalah IKIP Bandung.

Soenarko.2000. Public Policy. Pengertian-Pengertian Pokok untuk

Memahami dan Analisa Kebijaksanaan pemerintah. Airlangga

University Press, Surabaya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.